• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH PRODUK BANK BRI SYARIAH DI KOTA SURABAYA (STUDI KASUS : BANK BRI SYARIAH CABANG DARMO).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH PRODUK BANK BRI SYARIAH DI KOTA SURABAYA (STUDI KASUS : BANK BRI SYARIAH CABANG DARMO)."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI KASUS : BANK BRI SYARIAH CABANG DARMO)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

BIMBI AYU WARDHANY 0811010027/ FE/ IE

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

(2)

SYARIAH DI KOTA SURABAYA

(STUDI KASUS : BANK BRI SYARIAH CABANG DARMO)

Disusun Oleh:

BIMBI AYU WARDHANY

0811010027/ FE/ IE

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji

Skripsi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada Tanggal : 22 Oktober 2012

Pembimbing: Tim Penguji:

Pembimbing Utama Ketua

Drs. Ec. Wiwin Priana, MT Prof. Dr. Samsul Huda, SE, MT

Sekretaris

Drs. Ec. Wiwin Priana, MT Anggota

Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

(3)

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan mengambil judul:

“FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN

KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH PRODUK BANK BRI

SYARIAH DI KOTA SURABAYA (STUDI KASUS : BANK BRI SYARIAH

CABANG DARMO)”.

Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan maksud untuk melengkapi

persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada

jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” jawa

Timur.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta pengarahan

dari Bapak Drs. Ec. Wiwin Priana, MT selaku dosen pembimbing yang mana ikhlas

telah memberikan waktu dan pemikiran selama berlangsungnya masa bimbingan

tugas akhir ini. Dan pada kesempatan ini penulis dengan kerendahan hati yang tulus

(4)

ini.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih,MP, selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Syamsul Huda,DR.SE.MT selaku dosen wali yang mana telah

memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan

ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan

dan pelayanan akademik bagi peneliti.

6. Terucap khusus hormatku kepada kedua orangtuaku yang senantiasa

memberikan do’a restu dan dorongan baik moril maupun materiil yang tak

terhingga.

7. Terimakasih kepada para teman-teman saya khususnya Benny “Cool”

Febriantono, Dwi Swasty Senja, Dyta Ayu Suryaningsih, Robby Ricco,

Angga Sulistiawan dan Agus Surya Wijaya yang telah memberi suport dan

(5)

memberikan manfaat bagi yang membutuhkan serta bagi pembaca untuk penelitian

selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surabaya, Oktober 2012

(6)

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

Abstraksi ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang... 1

1. 2. Perumusan Masalah ... 5

1. 3. Tujuan Penelitian ... 6

1. 4. Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1. Pengertian Bank... 10

2.2.1.1. Bank Secara Syariah ... 10

(7)

2.2.2.2. Peranan Bank ... 16

2.2.3. Sumber Dana Bank ... 17

2.2.4. Jenis – Jenis Bank... 19

2.2.4.1. Bank Berdasarkan Fungsinya ... 20

2.2.4.2. Bank Berdasarkan Kepemilikannya ... 21

2.2.4.3. Jenis Bank Dilihat Dari Statusnya ... 22

2.2.4.4. Jenis – Jenis Bank Menurut Pembagian Bunga... 22

2.2.5. Konsep Bank Syariah ... 23

2.2.6. Produk Operasional Bank Syariah ... 25

2.2.6.1. Produk Penghimpunan Dana ... 26

2.2.6.2. Produk Penyaluran Dana ... 27

2.2.6.3. Produk Jasa ... 31

2.2.7. Sistem Bagi Hasil Bank Syariah... 33

(8)

2.2.9. Pengambilan Keputusan ... 41

2.2.9.1. Pengertian Pengambilan Keputusan ... 41

2.2.9.2. Faktor Yang Mempengarui Pengambilan Keputusan .. 42

2.2.10. Tingkat Suku Bunga ... 43

2.2.10.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga (Interest Rate) ... 43

2.2.10.2. Tipe – Tipe Suku Bunga ... .... 45

2.2.10.3. Peran Suku Bunga Dalam Perekonomian ... 46

2.2.10.4. Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga... 46

2.2.10.5. Teori Keynes Tentang Tingkat Suku Bunga... 47

2.2.10.6. Teori Paritas Tingkat Bunga ... ... 47

2.2.10.7. Teori Permintaan Dan Penawaran ... ... 47

2.2.10.8. Perbandingan Antara Bank Syariah Dan Konvensional.. 48

2.2.10.9. Pelayanan Nasabah Perbankan... ... 49

(9)

3.1.1. Definisi Operasional Variabel... . 54

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 55

3.2. Teknik Penentuan Sampel... . 56

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.3.1. Jenis Data ... 57

3.3.2. Sumber Data ... 57

3.3.3. Pengumpulan Data ... 57

3.4. Instrumen Penelitian ... 58

3.5. Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Hasil Penelitian... 66

4.1.1. Keadaaan Responden... 66

4.1.2. Jenis Kelamin Responden... 66

(10)

4.2.2. Uji Reliabilitas... 68

4.2.3. Uji Normalitas... . 69

4.3. Hasil Analisis Faktor... . 70

4.3.1. Nilai KMO Dan Bartlett’s Test... . 70

4.3.2. MSA (Measure Of Sampling Adequacy)... . 71

4.3.3. Nilai Communality... . 72

4.3.4. Total Variance Explained... 73

4.3.5 Component Matrix... 76

4.3.6. Rotated Component Matrix... . 78

4.3.7. Penyusunan Nama Faktor Yang Terbentuk... 80

4.3.8. Pembahasan Hasil Penelitian... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 83

(11)
(12)

(STUDI KASUS : BANK BRI SYARIAH CABANG DARMO)

ABSTRAKSI OLEH :

BIMBI AYU WARDHANY

Dibandingkan dengan perbankan konvensional, perbankan syariah selama 10 tahun terakhir ini menujukan kinerja dan konstribusi yang cukup baik terhadap perkembangan industri perbankan di Indonesia. Begitu juga dengan BANK BRI SYARIAH Cabang Darmo di Surabaya yang mulai menunjukkan perkembangannya dan mulai memiliki banyak nasabah. Seiring dengan adanya perkembangan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengarui pengambilan keputusan nasabah dalam memilih produk tabungan pada Bank BRI Syariah di Kota Surabaya.

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuisioner pada nasabah BANK BRI SYARIAH CABANG DARMO di SURABAYA. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

accidentian sampling yaitu sampel yang memiliki ciri / sifat khusus dari populasi

dan teknik analisis yang digunakan adalah analisis faktor. Setelah dilakukan proses pengumpulan data, peneliti menggunakan SPSS (Statistical Package For Social Science) 10.0 untuk mendapatkan hasil penelitian.

Dalam 10 faktor yang terdiri dari : Banyaknya produk / jasa, Pelayanan yang memuasakan, Aman dan terpercaya, Kecepatan pelayanan, Customer service,

Kemudahan menjangkau, Jaminan, Kesopanan karyawan, Brand image dan Bagi

hasil. Dari 10 faktor tersebut terdapat 6 faktor yang paling dominan atau berpengaruh dalam memilih produk tabungan pada Bank BRI Syariah di Kota Surabaya yang dilihat dari hasil pengolahan data. Ke 6 variabel tersebut dilihat dari hasil tabel rotated component matrix, dengan cara melihat nilai yang paling tinggi

kemudian disusun sehingga terbentuk menjadi 2 faktor baru.Adapun hasil yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi 2 faktor yaitu : Faktor Banyaknya Produk / Jasa dan Faktor Kesopanan Karyawan, sebagai faktor yang mempengaruhi nasabah dalam memilih produk pada BANK BRI SYARIAH CABANG DARMO di Surabaya.

(13)

1.1 Latar Belakang

Bank Syariah di tanah air mendapatkan pijakan yang kokoh setelah adanya diregulasi sektor perbankan pada tahun 1983. Hal ini karena sejak saat itu diberikan keleluasaan penentuan tingkat suku bunga, termasuk nol persen. (atau pemindahan bunga sekaligus). Dengan demikian kesempatan ini belum termanfaatkan karena tidak diperkenankanya pembukaan kantor bank baru. Hal ini berlangsung sampai tahun 1988 dimana pemerintah mengeluarkan pakto 1988 yang memperkenankan berdirinya bank-bank baru. Kemudian posisi bank syariah semakin pasti setelah disahkan UU perbankan No. 7 tahun 1999 dimana bank diberikan kebebasan untuk menentukan jenis imbalan yang akan diambil dari nasabahnya baik buanga ataupun keuntungan-keuntungan bagi hasil.

(14)

Di Indonesia sektor perbankan sangat berperan penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi yang sehat, perbankan yang memiliki fungsi sebagai lembaga intermediasi yaitu menerima dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkan kembali pada masyarakat agar dapat berperan secara maksimal dalam menggairahkan sektor rill di Indonesia. Dibandingkan dengan perbankan konvensional, perbankan syariah selama 10 tahun terakir ini menujukan kinerja dan konstribusi yang cukup baik terhadap perkembangan industri perbankan di Indonesia. Kinerja ini semakin nyata ketika badai krisis melanda Indonesia, ketika perbankan konvensional banyak terpuruk. Perbankan Syariah relatif dapat bertahan bahkan menunjukan perkembangan.

(15)

konvensional sekaligus dapat melakukan berdasarkan prinsip Syariah. (Sudarsono, 2003 : 69).

Kegiatan oprasional bank syariah sendiri ditandai dengan berdirinya bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992 sebagai bank umum pertama syariah, hadirnya bank muamalat ini secara langsung meningkatkan partisipasi umat islam untuk bermuamalat secara syariah dan turut mengembangkan ekonomi masyarakat kecil. Dengan sistem sesuai syariah islam, Bank Muamalat ternyata mampu melewati krisis ekonomi dan dapat predikat sebagai salah satu bank tersehat di Indonesia, ini membuktikan bahwa ekonomi islam dengan sistem bagi hasil mampu menjawab permasalahan ekonomi yang sedang dihadapi di Indonesia.

Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank konvensional, yakni sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) yang

mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaan pokoknya terletak dalam jenis keuntungan yang diambil bank dari transaksi-transaksi yang dilakukannya. Bila bank konvensional mendasarkan keuntungannya dari pengambilan bunga, maka Bank Syariah dari apa yang disebut sebagai imbalan, baik berupa jasa (fee-base income) maupun mark-up atau profit margin, serta bagi hasil (loss and profit sharing).

Disamping dilibatkannya hukum Islam dan pembebasan transaksi dari mekanisme bunga (interest free), posisi unik lainnya dari bank Syariah

(16)

melakukan melakukan kegiatan-kegiatan usaha yang bersifat multi-finance dan perdagangan (trading). Hal ini berkenan dengan sifat dasar transaksi Bank Syriah yang merupakan investasi dan jual beli serta sangat beragamnya pelaksanaan pembiayaan yang dapat dilakukan Bank Syariah, seperti pembiayaan dengan prinsip murabahah (jual beli), ijarah (sewa) atau ijarah wa iqtina iqtina (sewa

beli) dan lain-lain.

(17)

mencapai Rp 46,26 triliun. Angka ini naik 34,2 persen dibandingkan dengan pembiayaan per akhir Desember 2009 yang sebesar Rp29,71 triliun, maka kinerja penyaluran pembiayan hinnga juni 2010. Selain Bank Syariah, ada pula unit usaha syariah yang masih menyatu dengan bank umum. Total jumlah bank yang bergerak di industri syariah termasuk unit usaha syriah mencapai 33 bank dengan 1.302 kantor dan total aset Rp75,2 triliun. (Anonim, 2010 : 4).

Secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang

pengoprasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam. Saat ini banyak istilah yang diberikan untuk menyebut entitas Bank Islam selain istilah Bank Islam itu sendiri, yakni Bank tanpa Bunga (interest-Free Bank), Bank Tanpa Riba (Lariba Bank), dan Bank Syariah (Shari’a Bank). Sebagaimana akan dibahas kemudian, di

Indonesia secara teknis yuridis penyebutan Bank Islam mempergunkan istilah resmi “Bank Syariah”, atau yang secara lengkap disebut “Bank Berdasarkan Prinsip Syariah”. (Anonim, 2010:4). Didasari pemikiran diatas maka perlu diadakan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengarui pengambilan keputusan nasabah dalam memilih produk pada PT. Bank BRI Syariah di Surabaya.

1.2. Perumusan Masalah

(18)

“Faktor-faktor apa sajakah yang mempengarui pengambilan keputusan nasabah dalam memilih produk tabungan pada Bank BRI Syariah Cabang Darmo Surabaya?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Didasari pemikiran uraian latar belakang dan data-data yang di sajikan di atas, dapat di ambil perumusan masalah sebagai berikut:

“Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengarui pengambilan keputusan nasabah dalam memilih produk tabungan pada Bank BRI Syariah Cabang Darmo Surabaya.”

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat di ambil dari di laksanakannya dari penelitian ini adalah sebagai berikut:.

1. Dapat memberikan informasi bagi pihak Bank BRI Syariah tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan nasabah dalam menabung sehingga dapat digunakan bahan dalam upaya untuk mengetahui perilaku nasabah dalam menabung di Bank Syariah.

(19)

3. Sebagai informasi ilmiah bagi pihak yang berkepentingan terutama bagi Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa timur di surabaya untuk melengkapi perbendaharaan perpustakaan.

(20)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian ini menggunakan beberapa sumber terdahulu sebagai referensi serta bahan kajian yang berkaitan dengan penelitian, sebagai berikut:

Penelitian Yatty Hariyati tahun 2003, yang berjudul “Analisis Penerapan Sistem Bagi Hasil Tabungan dan Deposito di PT Bank Syariah (BPRS) Bumi Rinjani” hasil dari penelitian itu bahwa dalam pengolahan dana telah memenui target seperti yang diterapkan oleh BPRS Bumi Rinjani Batu yaitu dengan penerapan system bagi hasil yang mampu menarik minat nasabah berasumsi bahwa hanya dengan menggunakan system tersebut uang yang ditabung dibank syariah jauh dari unsure riba, disini peneliti menggunakan kualitatif dalam menganalisis datanya. Dalam penelitian ini penerapan system bagi hasil pada tabungan dan deposito menjadi menarik minat nasabah untuk menabung di BPRS dimana peneliti ini berasumsi bahwa system tersebut jauh dari unsur riba dan dalam meneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif sedangkan penelitian yang akan diteliti lebih cenderung menekankan pada perhitungan system bagi hasil tabungan mudharabahnya, selain itu jenis penelitian yang akan diteliti menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan diskriptif.

(21)

hasil pembiayaan mudharabah yang diterapkan oleh PT Bank Syariah Mandiri cab. Malang melalui tahapan penentuan besarnya pembiayaan, rencana penerimaan usaha, jangka waktu pembiyaan expectasi rate (keuntungan yang

diharapkan), menghitung Expectasi bagi hasil, dengan cara jangka waktu

pembiyaan 12 dikalikan expectasi bagi hasil dibagi rencana penerimaan usaha,

menghitung bisbah bagi hasil, dengan cara expectasi bagi hasil dibagi rencana

penerimaan usaha, mendistribusikan pendapatan masing-masing sesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama, dalam penelitian ini bahasanya lebih luas dalam meneliti yaitu pembiayaan mudharabah dimana terdapat banyak produk-produk yang ada pada pembiayaan mudharabah tersebut sedangkan yang akan diteliti lebih focus pada salah satu produk yang ada pada pembiayaan mudharabah tersebut yaitu tabungan mudharabah.

Dan peneliti yang dilakukan oleh Esy Nur Aisyah tahun 2008,yang judulnya “Penerapan Standar Oprasional prosedur tabungan mudharabah di BMT

MMU cabang Wonorejo,secara teknisi menggambarkan bahwa dalam procedural menabung, BMT memberikan kemudahan kepada anggota koperasi. Kemudahan system bagi hasil yang diterapkan adalah dengan prinsip profit sharring, serta

factor-faktor yang mempengarui terhadap besar kecilnya bagi hasil yaitu jumlah dana yang diinvestasiakan oleh anggota, penetapan nisbah,pendapatan bersih,serta

kebijakan accounting yang diterapkan oleh BMT, dalam penelitian terdahulu

(22)

kesamaan dengan penelitian yang sekarang lebih memfokuskan dan mengembangkan pada perhitungan bagi hasil pada tabungan Mudharabah.

2.2. Landasan Teori

Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, ada beberapa teori yang digunakan untuk mendukung penjelasan-penjelasan serta untuk mendukung analisis-analisis pembahasan yang akan dilakukan.

2.2.1. Pengertian Bank

(23)

menghimpunnya melalui simpanan serta kemudian disalurkan dalam bentuk kredit.

2.2.1.1. Bank secara Syariah

Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada Bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan bank tanpa bunga adalah lembaga keuangan/ perbankan yang opersional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW.

Atau dengan kata lain, bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam (Muhammad, 2000:62).

Pengertian bank yang terdapat pada pasal 1UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU NO 7 Tahun 1992 tentang perbankan yakni bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berikut ini di kemukakan beberapa definisi bank dari berbagai sumber lain:

• “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” (Martono, 2002:20).

(24)

• “Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperoleh dari orang lain, dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral (Martono, 2002: 20).

• “Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediares), yang menyalurkan dana

dari pihak yang berlebihan dana (idlle fund/surplus unit) kepada pihak

yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada

waktu tertentu.” (Dendawijaya, 2001: 25)

Dari berbagai penjelasan mengenai definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan definisi bank sebagai berikut: Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang berperan dalam menyediakan jasa-jasa penghimpunan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat serta sekaligus berperan penting dalam pembangunan negara melalui moblisasi dan alokasi dana pembangunan.

Dalam syariat Islam dijelaskan bahwa praktek riba adalah haram

hukumnya. Oleh karena itu, bank syariah berusaha menerapkan sistem bagi hasil dan jual beli dalam kegiatan operasinya sesuai dengan prinsipnya yang tidak menggunakan sistem bunga. Pada undang-undang nomer 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Th. 1992 tentang perbankan pasal (1) disebutkan bahwa:

(25)

Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), Pembiayaan

berdasarkan prpinsip penyertaan modal (musyarakah), Prinsip jual beli barang

dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau Pembiayaan barang modal

berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan

pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina’).

2.2.1.1.1. Tujuan pengembangan Bank Syariah

Menurut Sumitro (1996:17), tujuan dibentuknya Bank Syariah adalah:

a) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis - jenis usaha atau

perdagangan lain yang mengandung unsure gharar (tipuan). Dimana

jenis-jenis usaha tesebut selain dilarang dalam Islam juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi umat. b) Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi, dengan jalan

meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal (orang kaya) dengan pihak yang membutuhkan dana (orang miskin).

(26)

d) Untuk membantu menanggulangi masalah kemiskinan yang pada umumnya merupakan program utama dari Negaranegara yang sedang berkembang.

e) Untuk menjaga kestabilan ekonomi atau moneter pemerintah.

f) Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non Islam yang menyebabkan umat Islam berada dibawah kekuasaan bank. Sedangkan tujuan pendirian bank Islam menurut Arifin (2002:12) pada umumnya adalah “Untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Syriah Islam dan tradisinya kedalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait”.

2.2.2 Fungsi Dan Peranan Bank 2.2.2.1. Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Sigit Triandaru (2008:9)

menuliskan bahwa fungsi bank secara lebih spesifik adalah: a) Agent of trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam

hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. b) Agent of development

(27)

penting bagi kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil karena memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa yang tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Sehingga fungsi bank dalam hal ini adalah sebagai lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi.

c) Agent of services

Bank melakukan fungsinya dalam memberikan penawaran jasa perbankan lain kepada masyarakat yang erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum, misalnya berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank dan penyelesaian tagihan.

Bank yang bertindak sebagai lembaga keuangan memiliki fungsi sebagai penghubung antara pihak kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Tetapi pada dasarnya bank memiliki tiga fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai tempat menyimpan uang, dalam hal ini bank memberikan surat-surat atau selembar kertas dalam bentuk:

a) Giro (demand deposit)

b) Deposito berjangka (time deposit)

c) Tabungan (saving deposit)

(28)

3 Sebagai perantara lalu lintas pembayaran. Dalam hal ini bank dapat bertindak sebagai penghubung antara nasabah satu dengan nasabah lainya saat keduanya melakukan transaksi. Kedua nasabah tersebut tidak secara langsung melakukan pembayaran tetapi cukup memerintahkan pada bank untuk menyelesaikannya.

Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa bank mempunyai fungsi yang sangat luas dalam suatu perekonomian suatu negara, karena bank merupakan alat untuk menjaga kesetabilan moneter dan keuangan. Bank mempunyai fungsi utama dalam menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakt, dalam hal ini bank berperan juga dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat banyak.

2.2.2.2. Peranan Bank

Bank dan lembaga keuangan bukan bank mempunyai peranan yang sangat penting dalam sistem keuangan, Sigit Triandaru (2008:9) yaitu:

a) Pengalihan asset (asset transmutation)

Bank memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Dalam hal ini bank telah berperan sebagai pengalih aset yang likuid dari unit surplus (lenders)

kepada unit defisit (borrowers).

b) Transaksi (Transaction)

(29)

melakukan transaksi barang dan jasa. Transaksi barang dan jasa tidak pernah terlepas dari transaksi keuangan, produk-produk yang dikeluarkan oleh bank merupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran.

c) Likuiditas (liquidity)

Lembaga keuangan bank memberikan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak yang mengalami surplus likuiditas. Disisi lain bank juga akan dapat memberikan fasilitas tambahan likuiditas kepada pihak-pihak yang mengalami kekurangan likuiditas.

d) Efisiensi (efficiency)

Peranan bank sebagai broker adalah menemukan peminjam dan pengguna modal tanpa mengubah produknya. Bank dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanan. Peranan bank untuk memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan.

2.2.3. Sumber Dana Bank

“Bagi sebuah bank, sebagai suatu lembaga keuangan, dana merupakan persoalan paling utama. Tanpa dana, bank tidak dapat berbuat apa-apa. Dana bank adalah merupakan uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktifa lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan.” (Dendawijaya, 2001: 52)

(30)

suatu bank bersumber dari, menurut Dendiwijaya, dana-dana bank bersumber dari beberapa pihak sebagai berikut:

1. Dana pihak kesatu (dana dari modal bank sendiri)

Dana pihak kesatu adalah dana yang berasal dari pemilik bank atau para pemegang saham, pemegang saham pendiri maupun pihak pemegang saham yang ikut dalam usaha bank tersebut pada waktu pendiriannya.

2. Dana pihak kedua (Dana pinjaman dari bank luar)

Dana pihak kedua adalah dana-dana yang berasal dari pihak luar, yang terdiri atas dana sebagai berikut:

a) Callmoney

Call money adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman harian

antar bank. Pinjaman ini diminta bila ada kebutuhan mendesak yang diperlukan oleh bank.

b) Pinjaman biasa antar bank

Pinjaman biasa antar bank adalah pinjaman dari bank lain yang berupa pinjaman biasa dengan jangka waktu yang relatif lebuh lama.

c) Pinjaman lembaga keuangan bukan bank (LKBB)

Pinjaman dari LKBB ini lebih banyak berbentuk surat berharga yang dapat diperjual belikan dalam pasar uang sebelum jatuh tempo dari pada berbentuk kredit.

d) Pinjaman dari bank senttral (BI)

(31)

tergolong berprioritas tinggi. Pinjaman dari bank Indonesia untuk jenis tersebut dikenal dengan istilah kredit Likuiditas Bank Indonesia (LKBI). 3. Dana pihak ketiga (dana dari masyarakat)

Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun dari masyarakat dan merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank. Dana dari masyarakat terdiri dari beberapa jenis yaitu:

a) Giro (demanddeposit)

Giro adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikanya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet, dan surat perintah pembayaran lainya, atau dengan cara pemindah bukuan.

b) Deposito (time deposit)

Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikanya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian. c) Tabungan (saving deposit)

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yank penarikanya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. (Dendawijaya, 2001: 53)

2.2.4. Jenis-Jenis Bank

(32)

2.2.4.1. Bank Berdasarkan Fungsinya

Mandala Manurung (2004:119), Berdasarkan UU No. 14/1967, bank di Indonesia dikelompokan menjadi:

a. .Bank Umum b. Bank Pembangunan c. Bank Tabungan d. Bank Pasar e. Bank Desa f. Bank Lainnya

Menurut undang-undang pokok perbankan No. 10 Tahun 1998 tentang jenis bank, bank di Indonesia hanya terdiri atas dua jenis (Budisantoso, 2006 : 84) antara lain :

a. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip sayari’ah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalulintas pembayaran

b. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yank melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip sayari’ah yang dalam kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

(33)

Tahun 1999 pasal 7 yakni untuk mencapai dan memelihara kesetabilan nilai rupiah. Selain itu pula BI memiliki hak untuk menciptakan serta mengedarkan uang logam dan uang kertas, dan berfungsi sebagai lembaga pembina dan pengawas bank-bank umum dan bank perkreditan rakyat, untuk mengetahui posisi bank syariah di dalam bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR), di mana bank syariah adalah bank yang menggunakan prinsip islam, jadi bank syariah bisa pada bank umum atau pada bank perkreditan rakyat (BPR) karena syariah digunakan sebagai prinsip, sehingga bank umum atau bank perkreditan rakyat dapat mengaplikasikanya pada mekanisme kerja, serta memiliki peranan yang penting dalam menjaga kesetabilan ekonomi dan moneter di Indonesia.

2.2.4.2. Bank Berdasarkan Kepemilikannya

Dalam bukunya Faried Wijaya (1991 : 125) bank berdasar kepemilikannya adalah :

1. Bank Milik Pemerintah

Bank milik pemerintah adalah bank dimana akta pendiriannya maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah juga. Bank milik pemerintah antara lain: Bank Negara Indonesia 46 (BNI 46), Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Tabungan Negara (BTN).

2. Bank Swasta Nasional

(34)

didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya juga diperuntukkan untuk swasta pula. Bank milik Swasta Nasional antara lain Bank Muamalat, Bank Central Asia (BCA), Bank Bumi Putera, Bank Danamon, Bank Lippo, Bank Niaga, dan Bank Internasional Indonesia (BII).

3. Bank Milik Asing

Bank milik asing adalah bank yang sekalipun beroperasi di Indonesia, tetapi sahamnya dimiliki oleh warga negara lain. Bank milik asing antara lain: ABN MRO Bank, City Bank, Bank of Tokyo, dsb.

4. Bank Campuran

Bank campuran adalah bank yang sahamnya dimiliki oleh warga Negara Indonesia dan asing. Bank milik campuran antara lain: Sumitomo Niaga Bank, Bank Merincorp, Inter Pasific Bank, dsb.

2.2.4.3. Jenis Bank Dilihat Dari Statusnya a. Bank Devisa

Bank devisa adalah bank yang diijinkan melakukan transaksi devisa. b. Bank Non Devisa

Bank non devisa adalah bank yang tidak diijinkan melakukan transaksi devisa.

2.2.4.4. Jenis-Jenis Bank Menurut Pembagian Bunga a) Bank Konvensional

(35)

secara konvensional, dan di dalam ketentuan pemberian imbalan dalam bentuk bunga.

b) Bank Syariah

Bank Syariah merupakan bank yang menjalankan kegitannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran secara syariah dan didalam ketentuan pemberian imbalan bank syariah memberikanya dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian realisasi imbalan yang diterima nasabah akan berbeda-beda setiap bulanya, menurut (Lewis, 2001: 64)

2.2.5. Konsep Bank Syariah

Pada dasarnya konsep bank syari’ah dalam menjalankan usahanya sama dengan bank konvensional lainnya seperti memberikan kredit, jasa-jasa lalu lintas pembayaran , dan peredaran uang. Tetapi bank syari’ah dalam menjalankan usahanya tidak dapat dipisahkan dari konsep-konsep syari’ah yang mengatur produk dan oprasionalnya. Salah satu ketentuan syari’ah itu adalah bank syari’ah tidak menerapkan sistem bunga pada berbagai produknya, dan ini perupakan perbedaan yang paling mendasar dari kedua konsep bank tersebut.

Dasar utama sistem perbankan Islam, menurut (Lewis, 2001: 55), terdiri atas beberapa elmen penting yakni:

a. Riba dilarang dalam semua transaksi.

(36)

d. Jakat harus dibayar oleh bank untuk dimanfaatkan masyarakat.

e. Semua aktifitas harus sejalan dengan prinsip-prinsip islam, dengan dewan syariah khusus sebagai pengawas.

Bank syari’ah dengan sistem bagi hasil dirancang untuk mewujudkanterbinanya kebersamaan dalam menanggung resiko usaha dan berbagi hasil usaha antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana.

Secara garis besar konsep bank syari’ah terdiri atas lima konsep aqad.

Berdasarkan atas lima konsep ini dapat ditemukan produk-produk lembaga keuangan bank syari’ah, lima konsep tersebut adalah:

1. Prinsip simpanan murni (al-wadi’ah)

Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank syari’ah untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk al-wadi’ah. Fasilitas al-wadi’ah

biasanya diberikan untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito. al-wadi’ah identik dengan giro dalam

bank konvensional. (Muhammad, 2002: 17) 2. Bagi hasil (al-mudharabah)

Al-mudharabah yaitu perjanjian antara pemilik modal dengan pengusaha.

(37)

modal, kecuali kerugian tersebut terjadi karena kelalaian pengusaha. (Sumitro, 2002: 32).

3. Prinsip jual beli (al-murabahah)

Prinsip jual beli ini (al-murabahah) salah satu sistem yang menerapkan

tata cara jual beli. Bank akan memberi terlebih dahulu barang yang di butuhkan atau mengagkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin).

(Muhammad, 2002: 85). 4. Prinsip sewa (al-ijarah)

al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas bunga dan jasa melalui

pembayaran uapah atau sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri (Ascarya, 2007: 101).

5. Prinsip jasa / fee :

Prinsip jasa ini meliputi seluruh layanan non pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah garansi bank, kliring, inkaso, jasa transfer, dan lain-lain. (Muhammad, 2002: 85).

2.2.6. Produk Oprasional Bank Syari’ah

Secara garis besar pengembangan produk bank syari’ah dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu:

(38)

2.2.6.1. Produk Penghimpunan Dana

Produk penghimpun dana pada bank syari’ah, menurut antonio, terbagi atas dua akad yakni wadi’ah dan mudharabah.

1. Wadi’ah

Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak kepihak

lain baik indivdu maupun badan hukum yang harus di jaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Prinsip wadiah dalam produk bank

syari’ah dapat dikembangkan menjadi dua jenis yaitu: a) Yad Al-Amanah

Yaitu pihak penyimpan tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan.

b) Yad Al-dhamanah

Yaitu pihak penyimpang yang bertanggung jawab atas segala kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada barang tersebut.Bank sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan al-wadi’ah untuk tujuan.

2. Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak yakni pihak

pertama (shahibulmall ) menyediakan seluruh modal, sedangka pihak lainnya

menjadi pengella. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut

(39)

ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola. Secara umum mudharabah terbagi menjadi dua jenis:

a. Mudharabahmuthalaqah, adalah bentuk kerjasama antara dua pihak

yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.

b. Mudharabah muqayyadah, adalah pihak kedua dibatasi dengan

batasan jenis usaha, waktu atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si pihak pertama dalam memasuki jenis dunia usaha.

Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan

pendanaan, pada sisi penghimpunan dana, mudharabah diterapkan pada:

a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban dan tabungan deposito biasa.

b. Deposito sepesial, yaitu dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya jual beli atau sewa menyewa. (Antonio, 2002: 85).

2.2.6.2. Produk Penyaluran Dana

Produk penyaluran dana di bank syariah, menurut antonio, dapat di kembangkan menjadi tiga model, yaitu:

1. Prinsip jual beli

(40)

property dan tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi harga

jual barang. Prinsip ini dikembangkan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:

a. Al-murabahah

Al-murabahah adalah jual beli dengan harga asal dengan tambahan

keuntungan yang disepakati. Dalam muarabahah penjual harus

memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Murabahah umumnya dapat

diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang-barang investasi, baik domestik maupun luar negri, seperti melalui letter of credit (L/C). kalangan perbankan syari’ah di Indonesia banyak

menggunakan murabahah secara berkelanjutan seperti untuk modal

kerja. b. As-salam

As-salam berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari,

sedangkan pembayaran dilalakukan dimuka. Bank sebagai pembeli nasabah sebagai penjual. As-salam biasanya digunakan pada pembiayaan

petani dengan jangka waktu yang relatif pendek, yaitu 2-6 bulan, dan juga dapat di aplikasikan pada pembiayaan industri.

c. Al-istishna

Al-istishna merupakan akad salam namun pembayaranya dilakukan

oleh bank dalam beberapa kali pembayaran. Istishna diterapkan pada

(41)

1. Prinsip sewa (al-ijarah)

Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada

dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaanya

terletak padaobjek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.

Prinsip ini terdiri atas : a. Al-ijarah

Al-ijarah adalah akad pemindah hak guna dasar barang atau jasa melalui

pembayaran upah sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.

b. Al-ijarah al-muntahiha bit tamlik

Al-ijarah al-muntahiha bit tamlik adalah sejenis perpaduan antara

kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya adalah akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan si penyewa.

c. Bank-bank islam yang mengoprasikan produk al-ijarah dapat melakukan

leasing, baik dalam bentuk opratinglease maupun financial lease. Akan

tetapi pada umumnya bank-bank islam lebih banyak menggunakan Al-ijarah al-muntahiha bit tamlik karena lebih sederhana dari sisi

pembukuan. 2. Prinsip bagi hasil

(42)

a. Al-musyarakah

Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih

untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah ada dua jenis:

a.1. Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan dan wasiat, atau

kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih, dalam musyarakah kepemilikan dua orang atau lebih

terbagi dalam sebuah aset nyata dan berbagai pula dari keuntungan yang dihasilkan aset tersebut.

a.2. Musyarakah akad (kontrak), tercipta dengan cara kesepakatan dua

orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah. Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk

pembiayaan proyek, nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dan tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank

b. Al-mudharabah

Mudharabah adalah kerjasama antara dua belah pihak, pihak pertama

menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak secara umum mudharabah terbagi atas dua jenis yaitu:

(43)

Mudharabah muthaloqah adalah bentuk kerjasama yang cakupanya

sangat luas dan tidak di batasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

b.2. MudharabahmuIqayyadah

MudharabahmuIqayyadah yaitu pihak kedua dibatasi dengan batasan

jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan pihak pertama dalam memasuki jenis dunia usaha.

Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan

pendanaa. Adapun pada sisi pembiayaan Mudharabah diterapkan untuk:

a. Pembiayaan modal kerja, sepeti modal kerja perdagangan dan jasa. b. Investasi khusus, merupakan sumber dana khusus dengan penyaluran

yang khusus dengan syarat yang telah ditetapkan oleh pihak pertama.

2.2.6.3. Produk Jasa

Dalam pelayanan jasa ini dioprasionalkan dengan pola sebagai berikut: 1. Al-hawalah

Al-hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada

orang lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hawalah dalam perbankn

biasanya diterapkan pada hal-hal:

a. Facturing atau anjak piutang, yaitu para nasabh yang memiliki piutang

(44)

b. Post dated check, yaitu bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa

membayarkan dulu piutang tersebut.

c. Bill discounting, secara prinsip, bill discounting serupa dengan hawalah,

hanya saja dalam bill discounting nasabah harus membayar fee, sedangkan pembahasan fee tidak didapati dalam kontrak hawalah.

2. Ar-rahn

Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik sipeminjam sebagai

jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis, dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan rahn adalah semacam jaminan hutang atau

gadai. Kontrak ar-rahn dipakai dalam perbankan dalam dua hal berikut:

a. Sebagai produk pelengkap atau akad tambahan terhadap produk lain. Bank dapat menahan barang nasabah sebagai konsekuensi akad tersebut. b. Akad ar-rahn dipakai sebagai alternatif dari penggadaian konvensional,

bedanya dengan penggadaian bisa dalam rahn nasabah tidak dikenakan

bunga, yang dipungut dari nasabah adalah biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan, serta penaksiran. Perbedaan utama antara biaya rahn dan

bunga penggadaian adalah dari sifat bunga yang bisa berakumulasi dan berlipat ganda sedangkan biaya rahn hanya sekali dan ditetapkan di

muka. 3. Al-wakalah

(45)

dalam hal ini nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya untuk melakukan pekerjaan jasa tertentu. Secara umum, aplikasi wakalah

dalam perbankan dapat diterapkan, misalnya: transver dan sebagainya. 4. Al-kafalah

Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada

pihak ketigauntuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai jaminan. (Sudarsono, 2003: 77).

5. Al-Sharf

Al-Sharf adalah perjanjian jual-beli suatu valuta asing dengan valuta

lainnya, transaksi ini dapat dilakukan baik dengan semata-mata uang yang sejenis dan mata uang asing lainnya.

6. Al-Qardh

Al-Qardh adalah akad pinjaman dari bank kepada pihak tertentu yang

wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman. (Budisantoso, 2006: 161).

2.2.7. Sistem Bagi Hasil Bank Syariah

(46)

merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syari’ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya

unsur paksaan.

Tingkat bagi hasil adalah prosentase tingkat keuntungan yang didapat oleh nasabah sebagai bentuk kompensasi atas dana masyarakat yang dikelola oleh bank. Salah satu perbedaan prinsip antara bank syari’ah dengan bank konvensional adalah pada tatacara atau ketentuan pemberian imbalan. Bank konvensional memberikan imbalan dalam bentuk bunga sedangkan bank syariah memberikan imbalan dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian realisasi imbalan yang diterima nasabah akan berbeda-beda setiap bulanya, tergantung dari pendapatan investasi yang dilakukan bank pada bulan bersangkutan. Menurut Algaoud dan Lewis (2001: 64), yang menjadikan sistem bagi hasil boleh dalam islam, sementara sistem bunga tidak boleh, kerena dalam sistem bagi hasil, yang ditetapkan sebelumnya hanyalah rasio (nisbah), bukan tingkat keuntunganya.

Secara syari’ah ada dua instrumen bagi hasil dalam sistem bank syari’ah yaitu mudharabah dan musyarakah. Diantara kedua model ini maka mudharabah

(47)

Dalam menjalankan prinsip bagi hasil, ada beberapa faktor penting yang menentukan besar kecilnya prosentase keuntungan yang akan dibagikan antara pihak bank dan penabung maupun dengan peminjam dana, faktor-faktor tersebut, menurut Antonio (2001: 139), adalah:

a. Investement rate, merupakan prosentase aktual dana yang diinvestasikan

dari total dana bank.

b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Investemen rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan

menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan. c. Nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).

Pada dasarnya, menurut Muhammad (2002 : 110), bank bagi hasil memberikan keuntungan pada deposan dengan pendekatan loan to deposit ratio

(48)

Maka agar tetap dapat bersaing dengan bank konvensional, bank syariah memberikan special nisbah yang kira-kira indikasinya sama dengan special rate

pada bank konvensional. Caranya dengan mengurangi porsi bank atau dengan kata lain menambah biaya bagi hasil dana pihak ketiga. Special nisbah yang diberikan

hendaklah memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Muhammad, 2002: 111): 1. Nisbah bagi hasil

2. Bobot 3. Pendapatan

4. Rata-rata saldo harian produk simpanan

Dengan demikian, jelas bahwa bank syariah tetap menguntungkan dan memberi bagian keuntungan yang adil kepada semua pihak yang terlibat, yaitu nasabah (debitur/deposan) dan bank. Keuntungan yang diperoleh bukan berdasarkan bunga yang dihitung terhadap saldo simpanan atau beasarnya kredit, namun persen dari pendapatan riil nasabah debitur dan bank. Perbedaan bank diakui pada saat bagi hasil diterima (cash based) bukan bunga yang masih akan

diterima (accural based).

Cara menghitung penentuan tingkat bagi hasil menggunakan rumus sebagai berikut:

xlaba/rugi tahun berjalan = A

A x %Bagi Hasil = Tingkat Bagi Hasil

Catatan :

(49)

- Nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank, - Nominal deposito nasabah,

- Rata-rata saldo deposito untuk jangka waktu tertentu yang ada pada bank, - Jangka waktu deposito karena berpengaruh pada lamanya investasi.

2.2.8. Jumlah Kantor Bank 2.2.8.1. Kantor Bank Umum

Yang dimaksud dengan jenis-jenis kantor bank dapat dilihat dari luasnya kegiatan jasa-jasa bank yang ditawarkan dalam suatu cabang bank, luasnya kegiatan ini tergantung dari kebijaksanaan kantor pusat bank tersebut. Disamping itu besar kecilnya kegiatan cabang bank tersebut tergantung dari wilayah oprasionalnya.

Banyak sedikitnya kantor bank sangat mempengaruhi besar kecilnya tingkat oprasional suatu bank.

Adapun beberapa jenis kantor bank yang dimaksud : 1. Kantor pusat

(50)

2. Kantor cabang penuh

Merupakan salah satu kantor cabang yang memberikan jasa bank yang paling lengkap. Dengan kata lain semua kegiatan perbankan ada di kantor cabang penuh dan biasanya kantor cabang penuh membawahi kantor cabang pembantu.

3. Kantor cabang pembantu

Merupakan kantor cabang yang berada dibawah kantor cabang penuh, dimana kegiatan jasa bank yang dilayani hanya sebagian saja. Perubahan setatus dari cabang pembantu kecabang penuh dimungkinkan apabila memang cabang tersebut sudah memenuhi kriteria sebagai cabang penuh dari kantor pusat.

4. Kantor kas

Merupakan kantor bank yang paling kecil dimana kegiatanya hanya meliputi teller atau kasir saja, dengan kata lain kantor kas hanya melakukan sebagian kecil dari kegiatan perbankan dan berada dibawah cabang pembantu atau cabang penuh. Bahkan sekarang ini kantor kas yang dilayanidengan mobil dan sering disebut kas keliling.

Untuk menunjang oprasinal perbankan dan pemasaran produk-produk perbankan sangat diperlukan adanya kantor-kantor cabang pembantu. Beberapa alasan untuk membuka kantor cabang:

(51)

kondisi perekonomian di suatu daerah kurang mendukung untuk melakukan penempatan dana secar maching, biasanya bank tersebut berupaya membuka cabang-cabang di daerah yang menjadi pusat peredaran uang.

2. Dikaitkan dengan rencana pengenalan suatu produk yang tepat di daerah tersebut.

Sebagai salah satu bagian dari strategi pemasaran global. Biasanya cabang didirikan dengan tujuan sebagai bagian dari rencana pemasaran. Hal itu terlihat misalnya, suatu bank membuka cabang di tempat terpencil dengan tujuan hanya melayani satu-satunya nasabah yang mendirikan pabrik ditempat tersebut. Disini tujuan pembangunan cabang semata-mata dilihat dari sisi pemasaran karena nasabah telah menukmati fasilitas pinjaman yang diberikan bank induknya.

Pengertian bank menurut pitono adalah jumlah kantor bank berkaitan dengan fasilitas yang ditawarkan kepada masyarakat luas untuk meraih minat masyarakat, bank harus memperluas jaringan kantor cabang agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Jumlah kantor bank meliputi kantor pusat, kantor cabang pembantu, kantor cabang unit dan kantor kas Bank harus memperluas jaringan kantor agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

2.2.8.2. Bank Syariah

Bank syariah adalah lembaga bank yang dikelola dengan dasar-dasar syariah. (Muhammad, 2002: 147).

(52)

konvensional dapat juga melakukan kegiatan usaha dengan berdasarkan prinsip syariah meliputi:

a. Pendirian kantor cabang atau dibawah kantor cabang baru.

b. Pengubahan kantor cabang atau di bawah kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

Bank syariah juga harus mematuhi peraturan-peraturan persyaratan perbankan yang berlaku pada umumnya antara lain:

a. Ketentuan perijinan dalam pengembangan usaha, seperti pembukuan cabang dan kegiatan devisa.

b. Kewajiban pelaporan ke bank Indonesia.

c. Pengawasan atas prestasi, permodalan, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan faktor-faktor yang lainnya.

d. Penggunaan sanksi atas pelanggaran (Muhammad, 2002: 75).

Kantor-kantor cabang dari bank umum konvensional pada dasarnya merupakan unit yang mempunyai pencatatan dan pembukuan yang terpisah dari kantor-kantor konvensionalnya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu unit usaha syariah yang berfungsi sebagai kantor induk dari seluruh kantor cabang Syariah, unit tersebut berada di kantor pusat bank. Secara umum tugas unit Syariah mencakup:

1) Mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor bank syariah.

(53)

3) Menyusun laporan keuangan konsolidasi dari seluruh kantor-kantor cabang Syariah (Muhammad, 2002: 179).

Pembukaan kantor cabang Syariah dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : 1. Pembukaan kantor cabang dengan mendirikan kantor cabang baru.

2. Perubahan kantor cabang yang ada menjadi kantor cabang Syariah.

3. Peningkatan setatus kantor cabang pembantu menjadi kantor cabang syariah. Pengembangan jaringan syariah, terutama ditujukan untuk menyediakan akses yang lebih luas kepada masyarakat dalam mendapatkan pelayanan jasa bank syariah (Antonio, 2001: 229). Menurut Dani Gunawan Idat, dkk (2002 : 76), dengan judul “Skema Kantor Cabang Pembantu Syariah.” Salah satu kebijakan pengembangan bank syariah di Indonesia adalah pengembangan jaringan kantor bank syariah, pengembangan jaringan kantor bank Syariah diperlukan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap jasa perbankan syariah.

Pengembangan jaringan kantor bank syariah diperlukan dalam rangka perluasan jangkauan pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian jelas bahwa banyaknya jumlah jaringan kantor bank juga akan meningkatkan efisiensi uasaha. Berkembangnya jaringan kantor bank Syariah juga diharapkan dapat meningkatkan kompetisi kearah peningkatan kualitas pelayanan kepada nsabah dan mendorong inivasi produk dan jasa perbankan syariah (Antonio, 2001: 226).

2.2.9. Pengambilan Keputusan

2.2.9.1 Pengertian Pengambilan Keputusan

(54)

pengertian perilaku konsumen, yang antara lain:

Menurut Engel Et. Al. (1995 : 25) Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.

Philip Kotler menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan pembelian merupakan bagian tak terpisahkan dari model perilaku pembeli dimana hal tersebut umumnya dipengarui oleh factor budaya, sosial, kepribadian serta faktor psikologis. (Kotler & Susanto, 2000:223)

Sedangkan pengambilan keputusan sendiri menurut Sondang P. Siagian (1997:1) mengungkapkan bahwa “suatu keputusan dapat dikatakan sebagai keputusan yang baik jika memenuhi empat persyartan, yaitu rasional, logis, relastis, dan pragmatis”.

Berdasarkan berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses menentukan suatu pilihan terbaik atas berbagai alternative pilihan yang ada berdasarkan pada berbagai pertimbangan tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2.2.9.2. Faktor - Faktor Yang Mempengarui Pengambilan Keputusan

(55)

2.2.10. Tingkat Suku Bunga

2.2.10.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga (Interest Rate)

Perubahan tingkat suku bunga akan berdampak pada perubahan jumlah investasi di suatu negara,baik yang berasal dari investor domestik maupun dari investor asing, khususnya pada jenis invesatsi portfolio yang umunya berjangka pendek. Perubahan tingkat suku bunga ini akan berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan dan penawaran di pasar uang domestik. Apabila dalam suatu Negara terjadi peningkatan aliran modal masuk (capital inflows) di luar negeri,

hal ini menyebabkan terjadinya perubahan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang asing di pasar valuta asing (dalam Madura, 2000 : 101).

Adapun pengertian suku bunga (interest rate) (Samuelson dan Nordaus,

1992 :500).

a. Interest adalah pembayaran yang dilakukan atas penggunaan sejumlah

uang.

b. Interest rate adalah jumlah interest yang dibayarkan per unit waktu atau

orang harus membayar untuk kesempatan meminjam uang.

c. Karakteristik pinjaman dari tingkat suku bunga yang berbeda dapat dilihat dari :

1.Term or maturity

Merupakan jangka waktu atau jatuh tempo, dimana mereka harus membayarnya.

2.Risk

(56)

yang lain mengandung tingkat inflasi spekulasi yang tinggi. 3. Liquidity

Aktiva dikatakan likuid apabila dapat diubah dalam bentuk tunai (cash) secara cepat dan dengan kerugian nilai yang sedikit pula.

4. Administrative costs.

Biaya administrasi yang dibebankan pada para peminjam atas kelalaian dan urusan administrasi.

(57)

suku bunga sama dengan perbedaan forward di pasar yang efisien dengan

asumsi tidak ada biaya transaksi (no transaction cost).

2.2.10.2. Tipe-Tipe Suku Bunga Ada 2 tipe suku bunga, yaitu : 1. Real interest rate

Koreksi atas tingkat inflasi dan didefinisikan sebagai nominal interest rate

dikurangi dengan tingkat inflasi.

Real rate = Nominal rate – Rate of inflation

2. Nominal interest rate.

Tingkat suku bunga yang biasanya tertera di rekening koran dimana mereka memberikan tingkat pengembalian untuk setiap investasi yang dilakukan.

2.2.10.3. Peran Suku Bunga Dalam Perekonomian

(58)

bunga. Semakin rendah tingkat bunga yang harus dibayar para pengusaha, semakin banyak usaha yang dapat dilakukan para pengusaha. Semakin rendah tingkat bunga semakin banyak investasi yang dilakukan para pengusaha (Sukirno, 1998 : 68).

2.2.10.4. Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga

Menurut teori klasik, makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan. Teori klasik juga menyatakan bahwa makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil.

(Nopirin, 1992: 70)

2.2.10.5. Teori Keynes Tentang Tingkat Suku Bunga

Teori menyatakan bahwa tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (Nopirin, 1992: 91). Teori Keynes juga menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsur permintaan akan uang uang untuk tujuan spekulasi yaitu permintaan besar apabila tingkat bunga rendah, dan permintaan kecil apabila tingkat bunga tinggi. (Boediono, 1995: 83).

(59)

2.2.10.6. Teori Paritas Tingkat Bunga

Teori paritas tingkat bunga adalah teori yang penting mengenai penentuan tingkat bunga dalam sistem devisa bebas (yaitu, apabila penduduk masing-masing

negaramemperjual belikan devisa). Teori paritas tingkat bunga menyatakan bahwa

dalam sistem devisa bebas tingkat bunga di negara satu akan cenderung sama dengan tingkat dinegara lain, setelah diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang negara yang satu dengan negara yang lain (Boediono, 1992: 101).

2.2.10.7. Teori Permintaan dan Penawaran

Teori permintaan menerangkan sifat permintaan para pembeli terhadap suatu barang. Sedangkan teri penawaran menerangkan sifat para penjual dalam menerangkan sesuatu barang yang akan dijualnya. Dengan menggabungkan permintaan oleh pembeli dan penawaran oleh penjual akan dapat di tunjukan bagaimana interaksi antara pembeli dan penjual, akan menentukan harga keseimbangan atau harga pasar dan jumlah barang yang akan diperjual belikan. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut (Sadono, 2006:76).

2.2.10.8. Perbandingan Antara Bank Syariah Dan Konvensional

(60)

Syariah) baik yang menyangkut faktor ekonomi maupun non ekonomi. Faktor keuntungan, hadiah (faktor ekonomi) cukup mempengaruhi responden dalam menentukan keputusan. Sementara itu faktor pelayanan, keterjangkauan atau lokasi, keamanan, lingkungan keluarga, psikologis (faktor non ekonomi) tidak

kalah besar pengaruhnya. Berikut ini berbagai langkah-langkah atau sikap masyarakat (non nasabah bank Syariah) ketika akan menjatuhkan pilihan pada perbankn syariah sebagai lembaga keuangan tempat menabung atau pembiayaan.

Faktor pertama yang patut diperhatikan adalah informasi tentang bank syariah tersebut. Sekitar 63,6% menyatakan bahwa keputusan untuk memilih bank syariah cukup dipengaruhi oleh informasi intens, hanya 7% yang menyikapi bahwa faktor informasi kurang relevan dengan keputusan untuk memilih bank syariah, maka faktor informasi kepada masyarakat menjadi kata kunci.

Faktor-faktor kedua yang cukup mempengaruhi keputusan responden adalah faktor rasionalitas. Faktor-faktor tersebut tidak hanya meliputi aspek ekonomi saja, namun juga faktor non ekonomi, pertimbangan agama, dan faktor rasional lainnya. Sejumlah 60,8% menyatakan bahwa keputusan untuk memilih bank syariah cukup dipengaruhi oleh pertimbangan yang rasional.

Tabel 1 : Perbandingan Antara Bank Syariah Dan Bank Konvensional

No Perbedaan Bank syariah Bank konvensional

1 Falsafah Tidak berdasarkan bunga,

(61)

2 Oprasionalisasi

- Dana masyarakat berupa titipan dan investasi yang baru akan mendapatkan hasil jika. ‘diusahakan’ terlebuh dahulu. - Penyaluran pada usaha yang

halal dan menguntungkan.

- Dana masyarakat berupa simpanan yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo.

- Penyaluran pada sektor yang menguntungkan aspek halal tidak menjadi pertimbangan utama.

3 Aspek sosial

Dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang tertuang dalam misi dan visi.

Tidak diketahui secara tegas.

4 Organisasi Harus memiliki dewan pengawas syariah.

Tidak memiliki dewan pengawas syariah.

Sumber: Sudarsono, 2003, Bank dan lembaga keuangan syariah, edisi kedua, penerbit ekonisia, yogyakarta, halaman 42

2.2.10.9. Pelayanan Nasabah Perbankan

Dalam mengembangkan suatu produk perbankan hendaknya dipertimbangkan kebutuhan masyarakat, segmen yang menjadi target, kemasan dan cara penyajian yang memadai dalam prosedur yang mudah, cepat dan kualitas pelayanan prima dan penanganan keluhan nasabah hendaknya ditangani secara cepat, tepat dan benar secara memuaskan nasabah.

(62)

a. Tangible

Kemampuan perusahaan dalam menunjukan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan lain sebagainya) perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi) serta penampilan pegawainya. b. Reability

Hendaknya perbankan memberikan kualitas pelayanan sesuai dengan komitmen perusahaan dengan demikian image perusahaan pun dapat ditingkatkan.

c. Assurance

Tingkat kepercayaan atau jaminan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumen adalah maksimal atau optimal.

d. Empathy

Dalam hal ini pihak perbankan pun hendaknya tanggap terhadap apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen.

e. Responsiveness

Bersikap tanggap dalam memberikan pelayanan pada konsumen (baik dalam melakukan awal transaksi, sesudah melakukan transaksi maupun dalam menghadapai keluhan dari konsumen).

(63)

kepada salah satu pejabat bank, keempat lokasi bank yang dekat dengan aktivitas yang dilakukan oleh nasabah. Dan berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Surindo Utama dan Bussiness Information Services, terdapat delapan variabel utama yang menjadi sumber masyarakat mengenal perbankan seperti teman (31%), koran (21%), Televisi (12%), Billboard (11%), Pamflet (10%), papan nama Bank (8%), dari kantor (2%), majalah (2%). Dari hasil riset itu terlihat, bahwa fariabel yang paling domonan dari masyarakat dalam proses masyarakat mengenal perbankan adalah dari teman, sedangkan dari alasan nasabah dalam memilih bank atau membuka tabungan disuatu bank adalah (Hariyanto, 2003: 23).

Dari teori-teori yang ada telah dijelaskan, maka ditarik suatu kesimpulan bahwa untuk memberikan layanan para nasabah, Bank BRI Syariah Cabang Darmo memperhatikan dan mempertimbangkan variabel-variabel antara lain :

a. Banyaknya produk atau jasa:

Banyaknya produk atau jasa yang ditawarkan oleh Bank BRI Syariah Cabang Darmo akan memudahkan customers atau nasabah dalam memilih

produk yang diinginkan. b. Pelayanan yang memuaskan

Nasabah akan memilih Pelayanan yang memuaskan dalam bertransaksi di dalam bank yang dipilihnya

c. Aman dan terpercaya

(64)

kepercayaan bank dalam mengelolah keuangan d. Kecepatan pelayanan

Akan mempermudah nasabah dalam bertransaksi dan kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan

e. Customers service

Customer service adalah suatu tugas lain dari penjual secara aktif,

termasuk hubungan langsung dengan hubungan konsumen itu sendiri, atau melalui alat komunikasi atau proses otomatis, di komunikasikan dengan tujuan utama, yaitu produktifitas oprasional dan kepuasan konsumen. f. Kemudahan menjangkau

Nasabah akan memilih bank yang mudah di jangkau dalam kepentingan sehari-hari.

g. Jaminan

Bank akan memberikan jaminan keamanan,kenyamanan,kemudahan kepada nasabahnya.

h. Kesopanan karyawan

Bank akan memberikan pelayanan terbaiknya untuk nasabah. i. Lokasi

Bank akan memiliki banyak cabang yang lokasinya strategis dan tersebar di wilayah Surabaya.

j. Bagi hasil

(65)

2.3 Kerangka Konseptual

Gambar Kerangka Pikir Banyaknya produk (X₁)

Pelayanan yang memuaskan (X2) Aman dan terpecaya (X₃)

Kecepatan pelayanan (X₄)

Customers service (X₅)

Kemudahan menjangkau (X₆)

Jaminan (X₇)

Kesopanan karyawan (X₈)

Lokasi (X₉)

Bagi hasil (X₁ ₀)

(66)

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

Untuk memperoleh gambaran yang jelas, serta lebih dapat memahami isi dan agar definisi yang digunakan di dalam penelitian ini dapat diukur serta menghilangkan dan menghindari adanya kesalahan dalam penafsiran maka variabel-variabel yang berkaitan dengan penelitian yang akan dianalisis adalah sebagai berikut:

3.1.1. Definisi Oprasional Variabel

a. Banyaknya produk/jasa (X1) adalah untuk melengkapi pelayanan terhadap nasabah Bank BRI Syariah Cabang Darmo Surabaya mengeluarkan inovasi produk dan jasa yang beragam.

b. Pelayanan yang memuaskan (X2) adalah suatu bentuk pemuasan pelayanan yang diberikan oleh pihak bank terhadap keinginan nasabah atau konsumen.

c. Aman dan terpercaya (X3) adalah adanya jaminan atas investasi nasabah oleh Pemerintah RI.

d. Kecepatan pelayanan (X4) adalah pelayanan bank dimana nasabah tidak perlu menunggu

Gambar

Gambar Kerangka Pikir
Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin Responden
Tabel 3 : Distribusi Usia Responden
Tabel 4 : Uji Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan pelayanan kefarmasian ( pharmaceutical care ) di apotek untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sediaan farmasi. dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan

Perlunya perencanaan dan pelaksanaan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai mengenai apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji material, yang

Provinsi-provinsi yang PDRB per kapita tahun 2005 di bawah rata-rata nasional namun mengalami tingkat pertumbuhan di atas rata-rata nasional adalah Sumatera Utara,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penurunan kandungan P tersedia yang mendapat suplementasi fitase dalam ransum puyuh petelur terhadap

Laporan Akhir yang berjudul : "Kualitas Pelayanan Jasa PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Palembang Pada Pengguna Speedy (Studi Kasus Kel.Sialang,.. Kel.Sako,

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui gambaran yang objektif dan efektif tentang pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah,

(Internet Protocol) sebagai sekelompok protokol yang mengatur komunikasi data dalam proses tukar-menukar data dari satu komputer ke komputerlain di dalam jaringan internet

Pemerintah Kota Cimahi diharapkan aktif dalam pengawasan Pemerintahan Pajak Restoran dan terus menggali potensi pajak Restoran karena potensi Penerimaan Pajak