• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH PRODUK BANK MANDIRI SYARIAH KOTA SURABAYA (Studi Kasus Bank Mandiri Syariah Cabang Pembantu Universitas Airlangga).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH PRODUK BANK MANDIRI SYARIAH KOTA SURABAYA (Studi Kasus Bank Mandiri Syariah Cabang Pembantu Universitas Airlangga)."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

KOTA SURABAYA

(Studi Kasus Bank Mandir i Syariah Cabang Pembantu Univer sitas Air langga)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Ekonomi

J ur usan Ekonomi Pembangunan

Diajukan Oleh :

ZAKARIA PERKASA

0811010003/ FE/ IE

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN NASABAH DALAM

MEMILIH PRODUK BANK MANDIR I SYARIAH

KOTA SURABAYA

(Studi Kasus Bank Mandir i Syariah Cabang Pembantu Univer sitas Air langga)

Disusun Oleh: ZAKARIA PERKASA

0811010003/ FE/ IE

Telah Diper tahankan Dihadapan Dan Diter ima Oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Univer sitas

Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur Tanggal 13 Agustus 2012

Pembimbing: Tim Penguji:

Pembimbing Utama, Ketua,

Drs. Ec. Wiwin Pr iana, MT Dr s. Ec. Wiwin Pr iana, MT NIP. 196008101990031001 NIP. 196008101990031001

Seker tar is,

Dr a. Ec. Niniek Imaningsih, MP NIP. 196111201987032001

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veter an” J awa Timur

(3)

KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH PRODUK BANK MANDIRI SYARIAH KOTA SURABAYA

(Studi Kasus Bank Mandir i Syariah Cabang Pembantu Univer sitas Air langga)

Yang diajukan

ZAKARIA PERKASA 0811010003

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh :

Pembimbing Utama

Drs. Ec. Wiwin Pr iana, MT Tanggal : 27 Desember 2011 NIP. 030207234

Mengetahui

Ketua J ur usan Ilmu Ekonomi

(4)

KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH PRODUK BANK MANDIRI SYARIAH KOTA SURABAYA

(Studi Kasus Bank Mandir i Syariah Cabang Pembantu Univer sitas Air langga)

Yang diajukan

ZAKARIA PERKASA 0811010003

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skr ipsi oleh

Pembimbing Utama

Drs. Ec. Wiwin Pr iana, MT Tanggal : 5 Mei 2012 NIP. 030207234

Mengetahui

Ketua J urusan Ekonomi Pembangunan

(5)

KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH PRODUK BANK MANDIRI SYARIAH KOTA SURABAYA

(Studi Kasus Bank Mandir i Syariah Cabang Pembantu Univer sitas Air langga)

Yang diajukan

ZAKARIA PERKASA 0811010003

Disetujui untuk Ujian Skr ipsi oleh

Pembimbing Utama

Drs. Ec. Wiwin Pr iana, MT Tanggal : 13Agustus 2012 NIP. 030207234

Mengetahui

Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

(6)

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan segala kerendahan hati serta memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat taufik dan hidayahNya, sehingga terselesaikannya skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Nasabah Dalam Memilih Produk Bank Mandiri Syariah Kota Surabaya” (Studi Kasus Bank Mandiri Syariah Cabang Pembantu Universitas Airlangga).

Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan maksud untuk melengkapi persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Bidang Ilmu Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati serta tulus dan ikhlas saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tak terhingga kepada yang terhormat Bapak Drs. Ec. Wiwin Priana, MT, selaku dosen pembimbing yang mana dengan tulus dan ikhlas telah meluangkan waktu dan pemikiran yang dalam selama berlangsungnya pembimbingan ini, juga kepada:

(7)

yang telah memberikan banyak bantuan berupa sarana fasilitas dan perijinan guna pelaksanaan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan banyak bantuan berupa sarana fasilitas dan perijinan guna pelaksanaan skripsi ini.

4. Bapak Drs. EC Marseto, M.Si, selaku dosen wali yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada saya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik.

5. Bapak-bapak, ibu-ibu dosen beserta seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik.

6. Kepada Bapak Abdullah Mulachela, SE, dan Ibu Dr. Rahayu Anggraini, S.KM, M.Si, selaku orangtua dan saudara-saudaraku Idrus Satria, Adnan Kharisma, Isa Agung Putra, dan Adam Gagah Putra Mulachela yang senantiasa memberikan do’a restu dan dorongan, baik moril maupun materiil selama ini yang tak terhingga.

(8)

semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

(9)

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

ABSTRAK ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat penelitian ... 7

BAB 2 TINJ AUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1. Pengertian Bank ... 10

2.2.2. Fungsi Bank ... 12

2.2.3. Sumber Dana Bank ... 13

2.2.4. Jenis-jenis Bank ... 15

2.2.5. Latar Belakang Berdirinya Bank ... 17

2.2.6. Konsep Bank Syari’ah ... 18

(10)

2.2.7.3 Produk Jasa ... 27

2.2.8. Sistem Bagi Hasil Bank Syari’ah ... 29

2.2.9. Jumlah Kantor Bank ... 32

2.2.9.1 Kantor Bank Umum ... 32

2.2.9.2 Bank Syari’ah ... 34

2.2.10. Tingkat Suku Bunga ... 37

2.2.10.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga ... 37

2.2.10.2 Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga .... 38

2.2.10.3 Teori Keynes Tentang Tingkat Suku Bunga .. 38

2.2.10.4 Teori Paritas Tentang Tingkat Suku Bunga ... 39

2.2.10.5 Teori Permintaan Dan Penawaran ... . 39

2.2.10.6 Perbandingan antara Bank Syari’ah dan Bank Konvensional... 40

2.2.10.7 Pelayan Nasabah Perbankan ... 41

2.3. Kerangka Konseptual ... 46

2.4. Hipotesis ... 46

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 49

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 49

3.1.1. Definisi Operasional Variabel ... 49

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 51

(11)

3.3.2. Sumber Data ... 53

3.3.3. Pengumpulan Data... 53

3.4. Instrumen Penelitian ... 53

3.4.1 Uji Validitas ... 53

3.4.2 Uji Reliabilitas ... 54

3.5. Teknik Analisa Data ... 55

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 61

4.1.1. Keadaan Responden ... 61

4.1.2. Jenis Kelamin Responden ... 61

4.1.3. Distribusi Usia Responden ... 62

4.2. Uji Kualitas Data ... 63

4.2.1. Uji Validitas ... 63

4.2.2. Uji Reliabilitas ... 65

4.2.3. Uji normalitas... 66

4.3. Hasil Analisis Faktor ... 67

4.3.1. Nilai KMO dan Bartlett’s Test ... 67

4.3.2. MSA (Measure of Sampling Adequacy) ... 67

4.3.3. Nilai Communality ... 69

(12)

4.3.7. Penyusunan nama faktor yang terbentuk ... 79

4.4 Pembahasan hasil penelitian ... 81

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

5.1. Kesimpulan ... 83

5.2.

Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ………... 85

(13)

Gambar 4.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden ... 62

Gambar 4.2 Distribusi Umur Responden ... 63

Gambar 4.3 Proporsi Jawaban dari Kuesioner ... 64

(14)

Tabel 4.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden ... 61

Tabel 4.2 Distribusi Usia Responden ... 62

Tabel 4.3 Uji Validitas ... 64

Tabel 4.4 Reliabilitas... 65

Tabel 4.5 Uji Normalitas Univariate ... 66

Tabel 4.6 Nilai KMO ... 67

Tabel 4.7 Nilai MSA (Measure of Sampling Adequacy)... 68

Tabel 4.8 Nilai Communality ... 69

Tabel 4.9 Nilai Eigen Value... 72

Tabel 4.10 Matriks Component ... 74

Tabel 4.11 Rotasi Matriks Komponen ... 76

(15)

Univer sitas Air langga)

ABSTRAK

Dalam era globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mengalami kemajuan yang pesat. Bank Mandiri Syariah Kota Surabaya berusaha untuk menambah fitur-fitur baru pada setiap layanan pada Bank Mandiri Syariah, hal tersebut dilakukan agar Bank Mandiri Syariah dapat mempertahankan jumlah nasabah dan bisa menarik nasabah lebih banyak lagi. Permasalahan yang dihadapi oleh mereka adalah belum mencapai target yang telah ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan nasabah dalam memilih produk Bank Mandiri Syariah Kota Surabaya.

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuisioner pada nasabah Bank Mandiri Syariah Kota Surabaya. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode accidential sampling yaitu sampel yang memiliki ciri/sifat khusus dari populasi. Setelah proses pengumpulan data, dilanjutkan teknik analisis faktor menggunakan SPSS (Statistical Package For Social Science) for Window versi 13.

Hasil yang diperoleh dikelompokkan menjadi 15 faktor yaitu faktor pelayanan, halal, banyak ragam produk, banyak cabang, pelayanan yang cepat,

costumer service, aman dan terpercaya, brand image, mudah dijangkau, jaminan, pelayanan yang tepat, ruang dan tempat pelayanan yang nyaman, lokasi, pelayanan karyawan yang sopan dan tanggap, bagi hasil, dan faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh nasabah dalam memilih produk Bank Mandiri Syariah Kota Surabaya.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah Bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Saat ini banyak istilah yang diberikan untuk menyebut Bank Islam, yakni Bank Tanpa Bunga ( Interest-Free Bank), Bank Tanpa Riba (Lariba Bank), dan Bank Syari’ah (Shari’ah Bank). Di Indonesia secara teknis yuridis penyebutan Bank Islam mempergunakan istilah resmi “Bank Syariah”, atau yang secara lengkap disebut “Bank berdasarkan prinsip Syariah” (Anonim, 2010: 4).

(17)

maka sejak saat itu proses operasional perbankan syariah menjadi semakin luas. Kini titik kulminasi telah tercapai dengan disahkannya UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang mempersilahkan bagi siapa saja mendapatkan kesempatan mendirikan Bank Syariah maupun yang ingin mengkonversi dari sistem konvensional menjadi sistem syari’ah (Muhammad, 2004: 4).

Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan Bank Konvensional, yakni sebagai Lembaga Intermediasi (intermediary institution) yang mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaan pokok terletak pada jenis keuntungan yang diambil Bank dari transaksi-transaksi yang dilakukannya. Pada Bank Konvensional keuntungan diberikan berdasarkan bunga, sedangkan Bank Syariah menyebutnya sebagai imbalan, baik berupa jasa (fee-base income), mark-up atau profit margin, dan bagi hasil (loss and profit sharing).

Di samping dilibatkannya Hukum Islam dan pembebasan transaksi dari mekanisme bunga (interest free), posisi unik lain dari Bank Syariah dibandingkan dengan bank konvensional adalah diperbolehkannya Bank Syariah melakukan kegiatan-kegiatan usaha yang bersifat multi-finance dan perdagangan (trading).

(18)

Kegiatan oprasional Bank Syariah sendiri ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992 sebagai Bank umum pertama syariah Hadirnya Bank Muamalat ini secara langsung meningkatkan partisipasi umat Islam untuk bermuamalat secara syariah dan turut mengembangkan ekonomi masyarakat kecil. Dengan sistem sesuai syariat Islam, Bank Muamalat ternyata mampu melewati krisis ekonomi dan memperoleh predikat sebagai salah satu Bank tersehat di Indonesia. Ini membuktikan bahwa ekonomi Islam dengan sistem bagi hasil mampu menjawab permasalahan ekonomi yang sedang dihadapi di Indonesia.

Sejalan dengan itu, volume dan kegiatan Bank Syariah semakin meningkat drastis. Indikator yang menjadi tolak ukur adalah perkembangan total aset menurut ANTARA, Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan aset Bank Syariah telah mencapai 80 persen yakni Rp78 triliun dari target yang ditetapkan sebesar Rp 97 triliun pada tahun 2010.

Menurut Direktur Perbankan Syariah Mulya Siregar di Jakarta, pertumbuhan aset tersebut didorong oleh semakin bertambahnya produk yang dikeluarkan perbankan syariah dan bertambahnya jumlah Bank Umum Syariah yang beroperasi di Indonesia. Pada Juni 2010, jumlah Bank Syariah sudah mencapai 10 Bank dengan 1.058 kantor di seluruh Indonesia.

(19)

5 Bank dan 643 kantor, kemudian pada bulan Desember 2009, jumlah bank bertambah menjadi 6 Bank dan 711 kantor.

Berdasarkan data Bank Indonesia, hingga akhir Juni 2010, total pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah telah mencapai Rp 46,26 triliun. Angka ini naik 34,2 persen dibanding dengan pembiayaan per akhir Desember 2009 sebesar Rp 34,45 triliun. Jika dibandingkan dengan pembiyaan per Juni 2009 yang sebesar Rp 29,71 triliun, maka kinerja penyaluran pembiayaan hingga Juni 2010 ini sudah melonjak hingga 55,7 persen. Adapun aset Bank Syariah pada Juni 2009 mencapai total Rp 39,53 triliun dan berkembang menjadi Rp 61,12 triliun pada Juni 2010 (Anonim, 2010: 4).

Selain Bank Syariah, ada pula Unit Usaha Syariah yang masih menyatu dengan Bank Umum, sehingga total jumlah Bank yang bergerak di Industri Syariah termasuk Unit Usaha Syariah mencapai 33 Bank dengan 1.302 kantor dan total aset Rp75,2 triliun (Anonim, 2010: 4).

Atas dasar pemikiran di atas, maka perlu diadakan penelitian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Nasabah Dalam Memilih Produk Bank Mandiri Syariah Kota Surabaya (Studi Kasus Bank Mandiri Syariah Cabang Pembantu Universitas Airlangga).

1.2 Perumusan Masalah

(20)

A. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pengambilan keputusan nasabah dalam memilih produk Bank Mandiri Syariah Kota Surabaya?

1. Apakah faktor aman dan terpercaya yang mempengaruhi nasabah melakukan transaksi di Bank Mandiri Syariah?

2. Apakah faktor pelayanan yang memuaskan yang mempengaruhi nasabah melakukan transaksi di Bank Mandiri Syariah?

3. Apakah faktor kehalalan produk yang mempengaruhi nasabah melakukan transaksi di Bank Mandiri Syariah?

4. Apakah faktor banyaknya produk/jasa yang mempengaruhi nasabah melakukan transaksi di Bank Mandiri Syariah?

5. Apakah faktor banyaknya cabang yang mempengaruhi nasabah melakukan transaksi di Bank Mandiri Syariah?

6. Apakah faktor kecepatan pelayanan yang mempengaruhi nasabah melakukan transaksi di Bank Mandiri Syariah?

7. Apakah faktok customer service yang mempengaruhi nasabah melakukan transaksi di Bank Mandiri Syariah?

8. Apakah faktor brand image yang mempengaruhi nasabah melakukan transaksi di Bank Mandiri Syariah?

9. Apakah faktor kemudahan dijangkau yang mempengaruhi nasabah melakukan transaksi di Bank Mandiri Syariah?

(21)

11. Apakah faktor akurasi pelayanan yang tepat yang mempengaruhi nasabah melakukan transaksi di Bank Mandiri Syariah?

12. Apakah faktor ruang dan tempat pelayanan yang nyaman yang mempengaruhi nasabah melakukan transaksi di Bank Mandiri Syariah? 13. Apakah karena faktor lokasi strategis yang mempengaruhi nasabah

melakukan transaksi di Bank Mandiri Syariah?

14. Apakah karena faktor kesopanan karyawan yang sopan dan tanggap yang mempengaruhi nasabah melakukan transaksi di Bank Mandiri Syariah? 15. Apakah faktor bagi hasil yang mempengaruhi nasabah melakukan

transaksi di Bank Mandiri Syariah?

B. Kelompok faktor-faktor apa sajakan yang mempengaruhi pengambilan keputusan nasabah tidak memilih produk Bank Mandiri Syariah Kota Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan data-data yang disajikan di atas, dapat diketahui tujuan penelitian sebagai berikut:

A. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan nasabah dalam memilih produk Bank Mandiri Syariah Kota Surabaya, meliputi:

(22)

4. Faktor banyaknya produk/jasa 5. Faktor banyaknya cabang 6. Faktor kecepatan pelayanan

7. Faktor customer service 8. Faktor brand image

9. Faktor mudah dijangkau 10. Faktor jaminan

11. Faktor akurasi pelayanan

12. Faktor ruang dan tempat pelayanan yang nyaman 13. Faktor lokasi strategis

14. Faktor kesopanan karyawan 15. Faktor bagi hasil

B. Untuk mengetahui kelompok faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan nasabah tidak memilih produk Bank Mandiri Syariah di Kota Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dengan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

(23)

2. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi mahasiswa terutama bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Ekonomi Pembangunan di Universitas Pembangunan Nasional Surabaya.

3. Sebagai buku panduan pembuatan skripsi, guna melengkapi perbendaharaan kepustakaan di Universitas Pembangunan Nasional Surabaya.

4. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi Instansi terkait dalam meningkatkan sistem oprasional dan pelayanan kepada masyarakat.

(24)

BAB 2

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Ter dahulu

Penelitian ini merujuk pada penelitian terdahulu yaitu “Analisis Faktor-Faktor yang dipertimbangkan Nasabah Bank dalam memanfaatkan layanan perbankan di Permata Bank Tunjungan Surabaya” yang diteliti oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi Manajemen STIE ABI Surabaya.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan atas permasalahan yang dihadapi, telah ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada perhitungan analisis faktor dengan memasukan 17 variabel didapatkan

bahwa hasil KMO Measure Of Sampling Adequacy (MSA) sebesar 0,821 dan

bartlett’s test sebesar 1275,087 dengan tingkat signifikan p = 0,000 (p<0,05). 2. Berdasarkan analisis faktor yang menggunakan rotasi faktor (varimax)

diperoleh 4 faktor baru, dimana ke-empat faktor tersebut memenuhi syarat sebagai faktor, karena memiliki nilai eigen value > 1.

3. Faktor-faktor yang diperoleh tersebut adalah : a. Faktor jaminan

(25)

b. Faktor pelayanan yang memuaskan

Nilai varian sebesar 28,732 berarti komponen kedua mempengaruhi pertimbangan nasabah dalam memanfaatkan layanan Permata Bank Tunjungan Surabaya sebesar 28,732%.

c. Faktor banyaknya cabang

Nilai varian sebesar 1,796 berarti komponen ketiga mempengaruhi pertimbangan nasabah dalam memanfaatkan layanan Permata Bank Tunjungan Surabaya sebesar 1,796%.

d. Faktor lokasi

Nilai varian sebesar 6,439 berarti komponen ke-empat mempengaruhi pertimbangan nasabah dalam memanfaatkan layanan Permata Bank Tunjungan Surabaya sebesar 6,439%.

2.2 Landasan Teor i

Dalam penelitian yang akan dilakukan, ada beberapa teori yang akan digunakan untuk mendukung penjelasan serta analisis pembahasan.

2.2.1 Penger tian Bank

(26)

Berikut ini di kemukakan beberapa definisi Bank dari berbagai sumber, sebagai berikut:

1. “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” (Martono, 2002:20). 2. “Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan

kredit dan jasa-jasa lintas dan peredaran uang” (Simorangkir, 2004:10).

3. “Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, juga sebagai alat pembayaran dengan uang yang diperoleh dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral (Martono, 2002:20).

4. “Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediares), yang menyalurkan dana dari pihak yang berlebihan dana (idlle fund/surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu tertentu” (Dendawijaya, 2003:25).

(27)

sekaligus berperan penting dalam pembangunan Negara melalui mobilisasi dan alokasi dana pembangunan”.

2.2.2 Fungsi Bank

Bank yang bertindak sebagai lembaga keuangan memiliki fungsi sebagai penghubung antara pihak kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Tetapi pada dasarnya Bank memiliki tiga fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai tempat menyimpan uang, dalam hal ini Bank memberikan surat-surat atau lembaran kertas dalam bentuk:

a) Giro (demand deposit)

b) Deposito berjangka (time deposit) c) Tabungan (saving deposit)

2. Sebagai lembaga penyalur kredit, Bank dapat memanfaatkan uang yang disimpan oleh nasabah, dan kemudian menyalurkannya pada pihak-pihak yang membutuhkan dana.

3. Sebagai perantara lalu lintas pembayaran, Bank dapat bertindak sebagai penghubung antara nasabah satu dengan nasabah lain saat keduanya melakukan transaksi. Kedua nasabah tersebut tidak secara langsung melakukan pembayaran, tetapi cukup memerintahkan pada Bank untuk menyelesaikannya.

(28)

berperan dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat banyak.

2.2.3 Sumber Dana Bank

“Bagi sebuah Bank, sebagai suatu Lembaga Keuangan, dana merupakan persoalan paling utama. Tanpa dana, Bank tidak dapat berbuat apa-apa. Dana Bank adalah merupakan uang tunai yang dimiliki Bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai Bank dan setiap waktu dapat diuangkan” (Dendawijaya, 2003:52).

Uang tunai yang dimiliki Bank tidak hanya berasal dari modal Bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari pihak-pihak lain yang dititipkan atau dipercayakan kepada Bank sewaktu-waktu. Menurut Dendiwijaya, dana Bank yang digunakan sebagai alat oprasional suatu Bank bersumber dari dana-dana beberapa pihak sebagai berikut:

1. Dana pihak pertama (dana dari modal Bank sendiri)

Dana pihak pertama adalah dana yang berasal dari pemilik Bank atau para pemegang saham. Pemegang saham pendiri dan pihak pemegang saham yang ikut dalam usaha Bank pada waktu pendiriannya.

2. Dana pihak kedua (Dana pinjaman dari Bank luar)

Dana pihak kedua adalah dana-dana yang berasal dari pihak luar, yang terdiri atas:

a) Callmoney

(29)

b) Pinjaman biasa antar Bank

Pinjaman biasa antar Bank adalah pinjaman dari Bank lain yang berupa pinjaman biasa dengan jangka waktu yang relatif lebih lama.

c) Pinjaman lembaga keuangan bukan Bank (LKBB)

Pinjaman dari LKBB ini lebih banyak berbentuk surat berharga yang dapat diperjual belikan dalam pasar uang sebelum jatuh tempo yang berbentuk kredit.

d) Pinjaman dari Bank Sentral (Bank Indonesia)

Pinjaman dari Bank Sentral adalah pinjaman (kredit) yang diberikan Bank Indonesia kepada Bank untuk membiayai usaha-usaha masyarakat yang tergolong berprioritas tinggi. Pinjaman dari Bank Indonesia untuk jenis tersebut dikenal dengan istilah kredit Likuiditas Bank Indonesia (LKBI).

3. Dana pihak ketiga (dana dari masyarakat)

Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun dari masyarakat dan merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh Bank. Dana dari masyarakat terdiri dari beberapa jenis yaitu:

a) Giro (demanddeposit)

(30)

b) Deposito (time deposit)

Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada Bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian.

c) Tabungan (saving deposit)

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada Bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu (Dendawijaya, 2003:53).

2.2.4 J enis-J enis Bank

Menurut undang-undang pokok perbankan No. 10 Tahun 1998 tentang jenis Bank, Bank di Indonesia hanya terdiri atas dua jenis (Budisantoso, 2006 : 84) antara lain :

1. Bank Umum

Bank Umum adalah Bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syari’ah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu-lintas pembayaran

2. Bank Perkreditan Rakyat

(31)

Selain itu, di Indonesia juga terdapat Bank Sentral yakni Bank Indonesia (BI) yang memiliki tujuan utama sebagaimana ditetapkan dalam UU NO.23 Tahun 1999 pasal 7 yakni untuk mencapai dan memelihara kesetabilan nilai rupiah. BI juga memiliki hak untuk menciptakan serta mengedarkan uang logam dan uang kertas. Bank Indonesia berfungsi sebagai Lembaga Pembina dan Pengawas Bank-bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat, juga untuk mengetahui posisi Bank Syariah di dalam Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Bank Syariah adalah Bank yang menggunakan prinsip Islam. Bank Syariah bisa sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat (BPR), karena Syariah hanya digunakan sebagai prinsip. Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dapat mengaplikasikannya pada mekanisme kerja, dan memiliki peranan yang penting dalam menjaga kestabilan ekonomi dan moneter di Indonesia.

J enis-J enis Bank Menur ut Pembagian Hasil a) Bank Konvensional

Bank konvensinal merupakan Bank yang menjalankan usahanya seperti pemberian kredit, jasa-jasa lalu lintas, dan penyimpanan uang secara konvensional dengan ketentuan pemberian imbalan dalam bentuk bunga.

b) Bank Syariah

(32)

dengan ketentuan pemberian imbalan dalam bentuk bagi hasil, sehingga realisasi imbalan yang diterima nasabah akan berbeda-beda (Lewis, 2001:64).

2.2.5 Latar Belakang Berdirinya Bank Syar iah

Bank Syariah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap pertentangan mengenai bunga Bank dan riba. Dengan demikian, kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin terlepas dari persoalan riba telah mendapatkan jawaban dengan lahirnya Bank Islam.

Bank Islam lahir di Indonesia pada awal tahun 90-an atau tepatnya setelah ada UU No. 7 Tahun 1992, dan direvisi dengan UU perbankan No. 10 Tahun 1998, yaitu Bank yang beroprasi dengan sistem bagi hasil atau bank syariah.

Dalam perkembanganya Bank Indonesia mengeluarkan regulasi baru tentang Bank Syariah melalui UU No. 23 Tahun 1999. Dana B.I membentuk Biro Perbankan Syariah yang menjadi wadah bagi perbankan syariah di Indonesia, dan saat ini Biro tersebut telah di tingkatkan menjadi Direktorat.

Yang menjadi latar belakang Berdiri Bank Syariah adalah:

1. Keinginan umat Islam untuk menghindari riba dalam kegiatan muamalahnya. 2. Keinginan umat Islam untuk memperoleh kesejahteraan lahir dan batin

(33)

3. Keinginan umat Islam untuk mempunyai alternatif pilihan dalam mempergunakan jasa-jasa perbankan yang dirasakan lebih sesuai. (Antonio, 2001: 6).

Bank Islam diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan-pembiayaan yang dikeluarkan oleh Bank Islam. Melalui pembiayaan ini Bank Islam dapat menjadi mitra dengan nasabah, sehingga hubungan Bank Islam dengan nasabah tidak lagi sebagai Kreditur dan Debitur tetapi menjadi hubungan kemitraan.

2.2.6 Konsep Bank Syar iah

Pada dasarnya konsep Bank Syariah dalam menjalankan usahanya sama dengan Bank Konvensional seperti memberikan kredit, jasa-jasa lalu lintas pembayaran, dan peredaran uang. Tetapi Bank Syariah dalam menjalankan usahanya tidak dapat dipisahkan dari konsep-konsep syariah yang mengatur produk dan operasionalnya. Salah satu ketentuan syariah adalah Bank Syariah tidak menerapkan sistem bunga pada berbagai produknya, dan ini merupakan perbedaan yang paling mendasar dari kedua konsep Bank tersebut.

Dasar utama sistem perbankan Islam, menurut (Lewis, 2001:55), terdiri atas beberapa elemen penting yakni:

a. Riba dilarang dalam semua transaksi.

(34)

e. Semua aktifitas harus sejalan dengan prinsip-prinsip Islam, dengan Dewan Syariah khusus sebagai pengawas.

Bank Syariah dengan sistem bagi hasil dirancang untuk mewujudkan terbinanya kebersamaan dalam menanggung resiko usaha dan bagi hasil usaha antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana. Secara garis besar konsep Bank Syariah terdiri atas lima konsep aqad. Berdasarkan atas lima konsep ini dapat ditemukan produk-produk lembaga keuangan Bank Syariah yaitu: 1. Prinsip simpanan murni (al-wadi’ah)

Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh Bank Syariah untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk al-wadi’ah. Fasilitas al-wadi’ah

biasanya untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti tabungan dan deposito. Al-wadi’ah identik dengan deposito dalam Bank Konvensional. (Muhammad, 2004:17)

2. Bagi hasil (al-mudharabah)

(35)

3. Prinsip jual beli (al-murabahah)

Prinsip jual beli (al-murabahah) sebagai salah satu sistem yang menerapkan tata cara jual beli. Bank akan membeli terlebih dahulu barang yang di butuhkan atau mengangkat nasabah sebagai Agen Bank dengan melakukan pembelian barang atas nama Bank, kemudian Bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga beli ditambah keuntungan (margin) (Muhammad, 20:85).

4. Prinsip sewa (al-ijarah)

Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas bunga dan jasa melalui pembayaran upah atau sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri (Ascarya, 2007:101).

5. Prinsip jasa/fee

Prinsip jasa ini meliputi seluruh layanan non pembiayaan yang diberikan Bank. Bentuk produk berdasarkan prinsip bank garansi, kliring, inkaso, jasa transfer, dan lain-lain (Muhammad, 2004:85).

2.2.7 Pr oduk Opr asional Bank Syar iah

Secara garis besar pengembangan produk bank syariah dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

(36)

2.2.7.1 Pr oduk Penghimpunan Dana

Produk penghimpunan dana pada Bank Syariah, menurut Antonio, dibagi menjadi dua akad yakni wadi’ah dan mudharabah.

1. Wadi’ah

Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain baik secara indivdu maupun melalui Badan Hukum yang harus di jaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Prinsip wadiah dalam produk bank syari’ah dapat dikembangkan menjadi dua jenis yaitu:

a) Yad Al-Amanah, yaitu pihak penyimpan tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan, selama hal ini bukan akibat kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan.

b) Yad al-dhamanah, yaitu pihak penyimpan bertanggung jawab atas segala bentuk kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada barang tersebut. Bank sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan al-wadi’ah

sebagai tujuan. 2. Mudharabah

(37)

akibat kelalaian dari si pengelola. Secara umum mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Mudharabah muthalaqah, adalah bentuk kerjasama antara dua pihak yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.

b. Mudharabah muqayyadah, adalah pihak kedua dibatasi jenis usaha, waktu dan tempat usahanya. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan di pihak pertama dalam memasuki jenis dunia usaha.

Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan, pada sisi penghimpunan dana, mudharabah diterapkan pada:

a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti Tabungan Haji, Tabungan Kurban dan Tabungan Deposito.

b. Deposito spesial, yaitu dana yang dititipkan nasabah untuk tujuan khusus yaitu bisnis tertentu, misalnya jual beli atau sewa menyewa (Antonio, 2001:85).

2.2.7.2 Pr oduk Penyaluran Dana

(38)

1. Prinsip jual beli

Mekanisme jual beli adalah upaya yang dilakukan berdasarkan pola transfer of property dan tingkat keuntungan Bank ditentukan di depan sehingga menjadi harga jual barang. Prinsip ini dikembangkan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:

a. Al-Murabahah

Al-Murabahah adalah jual beli dengan harga asal ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Dalam Muarabahah penjual harus memberitahu harga produk yang dibeli dan menentukan tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Murabahah umumnya dapat diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang-barang investasi, baik domestik maupun luar negri, seperti melalui letter of credit (L/C). Kalangan perbankan syari’ah di Indonesia banyak menggunakan Murabahah secara berkelanjutan, seperti untuk modal usaha.

b. As-Salam

(39)

c. Al-Istishna

Al-Istishna merupakan akad salam namun pembayarannya dilakukan oleh Bank sebanyak beberapa kali. Istishna diterapkan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

2. Prinsip sewa (al-Ijarah)

Transaksi Ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip Ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada Ijarah objek transaksinya adalah jasa.

Prinsip ini terdiri atas : a. Al-Ijarah

Al-Ijarah adalah akad pemindah hak guna barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.

b. Al-Ijarah Al-Muntahiha Bit Tamlik

Al-Ijarah Al-Muntahiha Bit Tamlik adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya adalah akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa.

c. Bank Islam yang mengoprasikan produk al-ijarah dapat melakukan

(40)

3. Prinsip bagi hasil

Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di Bank Syariah dioperasionalkan dengan pola-pola sebagai berikut:

a. Al-musyarakah

Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Musyarakah terdiri dari dua jenis:

a.1. Musyarakah kepemilikan, kerja sama tercipta karena warisan dan wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan kepemilikan satu aset dimiliki oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakah

kepemilikan dua orang atau lebih, terbagi dalam sebuah aset nyata dan berbagi keuntungan yang dihasilkan dari aset tersebut.

a.2. Musyarakah akad (kontrak), tercipta dengan cara kesepakatan dua orang atau lebih untuk menyetujui bahwa seorang dari mereka memberikan modal musyarakah.

(41)

b. Al-mudharabah

Mudharabah adalah kerjasama antara dua belah pihak, pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.

Secara umum mudharabah terbagi atas dua jenis yaitu: b.1. Mudharabahmuthaloqah

Mudharabah muthaloqah adalah bentuk kerjasama yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

b.2. MudharabahmuIqayyadah

Mudharabah muIqayyadah adalah pihak kedua dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan pihak pertama untuk memasuki jenis dunia usaha.

Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Adapun pada sisi pembiayaannya, Mudharabah diterapkan untuk:

a. Pembiayaan modal kerja, sepeti modal kerja perdagangan dan jasa. b. Investasi khusus, yaitu sumber dana khusus dengan penyaluran khusus

(42)

2.2.7.3 Pr oduk J asa

Dalam pelayanan jasa dioprasionalkan dengan pola sebagai berikut: 1. Al-hawalah

Al-hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hawalah

dalam perbankan biasanya diterapkan pada hal-hal sebagai berikut: a. Facturing atau anjak piutang, yaitu para nasabah yang memiliki

piutang kepada pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada Bank, Bank lalu membayar piutang tersebut. Bank selanjutnya menagih pihak ketiga.

b. Post dated check, yaitu bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.

c. Bill discounting, secara prinsip bill discounting serupa dengan

hawalah, hanya saja dalam bill discounting, nasabah harus membayar fee, sedangkan pembahasan fee tidak terdapat dalam kontrak hawalah.

2. Ar-rahn

(43)

Kontrak ar-rahn dipakai dalam perbankan dalam dua hal sebagai berikut: a. Sebagai produk pelengkap atau akad tambahan (jaminan) terhadap

produk lain. Bank dapat menahan barang nasabah sebagai konsekwensi akad tersebut.

b. Akad ar-rahn dipakai sebagai alternatif dari penggadaian konvensional. Bedanya dengan penggadaian, dalam rahn nasabah tidak dikenakan bunga, tetapi yang dipungut dari nasabah adalah biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan, serta penaksiran. Perbedaan utama antara biaya rahn dan bunga penggadaian adalah dari sifat bunganya. Bila biaya pegadaian bisa berakumulasi dan berlipat ganda, sedangkan biaya rahn hanya sekali dan ditetapkan di muka.

3. Al-wakalah

Al-wakalah berarati penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat. Nasabah memberi kuasa kepada Bank untuk mewakili dirinya untuk melakukan pekerjaan jasa tertentu. Secara umum, aplikasi wakalah dalam perbankan dapat diterapkan sebagai transfer dan sebagainya.

4. Al-kafalah

(44)

5. Al-Sharf

Al-Sharf adalah perjanjian jual-beli suatu valuta asing dengan valuta lainnya. Transaksi ini dapat dilakukan semata-mata berupa uang dan sejenisnya dan mata uang asing lainnya.

6. Al-Qardh

Al-Qardh adalah akad pinjaman dari Bank kepada pihak tertentu yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman (Budisantoso, 2006:161).

2.2.8 Sistem Bagi Hasil Bank Syar iah

Tingkat bagi hasil adalah prosentase tingkat keuntungan yang didapat oleh nasabah sebagai bentuk kompensasi atas dana masyarakat yang dikelola oleh Bank. Salah satu perbedaan prinsip antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional adalah pada tata cara atau ketentuan pemberian imbalan. Bank Konvensional memberikan imbalan dalam bentuk bunga, sedangkan Bank Syariah memberikan imbalan dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian realisasi imbalan yang diterima nasabah akan berbeda-beda setiap bulannya, tergantung dari pendapatan investasi yang dilakukan Bank pada bulan bersangkutan. Menurut Algaoud dan Lewis (2001:64), sistem bagi hasil diperbolehkan dalam Islam, sementara sistem bunga tidak diperbolehkan, kerena dalam sistem bagi hasil yang ditetapkan sebelumnya hanyalah rasio (nisbah) bukan besar keuntungannya.

(45)

adalah metode yang paling umum digunakan. Berdasarkan metode ini, Bank Islam akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan peminjam dana. Penabung Bank bertindak sebagai pengelola dana dan di sisi lain sebagai peminjam dana, sedangkan Bank akan bertindak sebagai pemilik dana.

Dalam menjalankan prinsip bagi hasil, ada beberapa faktor penting yang menentukan besar kecilnya prosentase keuntungan yang akan dibagikan antara pihak Bank dan penabung maupun dengan peminjam dana.

Faktor-faktor tersebut, menurut Antonio (2001:139), sebagai berikut:

a. Investment rate, merupakan prosentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana Bank.

b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Investemen rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan.

c. Nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).

Pada dasarnya, menurut Muhammad (2004:110), Bank bagi hasil memberikan keuntungan pada Deposan dengan pendekatan loan to deposit ratio

(46)

diberikan adalah biaya, tanpa memperhitungkan berapa pendapatan yang dapat dihasilkan dari dana yang dihimpun tersebut. Dalam hal ini, pada Bank Syariah terdapat unsur ketidak pastian dalam memperoleh keuntungan, karena berapa rupiah pendapatan riil yang akan diperoleh nasabah sangat bergantung pada pendapatan yang akan diperoleh Bank.

Bank Syariah agar tetap dapat bersaing dengan Bank Konvensional, Bank Syariah harus memberikan special nisbah yang kira-kira indikasinya sama dengan

special rate seperti pada Bank Konvensional. Caranya dengan mengurangi porsi Bank, atau menambah dana biaya bagi hasil pihak ketiga.

Special nisbah yang diberikan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Muhammad, 2004:111):

1. nisbah bagi hasil 2. bobot

3. pendapatan

4. rata-rata saldo harian produk simpanan

(47)

Cara menghitung penentuan tingkat bagi hasil menggunakan rumus sebagai berikut:

x laba/rugi tahun berjalan = A

A x % Bagi Hasil = Tingkat Bagi Hasil

2.2.9 J umlah Kantor Bank 2.2.9.1 Kantor Bank Umum

Kantor Bank Umum memiliki jenis-jenis Kantor Bank yang dapat dilihat dari luasnya kegiatan jasa-jasa Bank yang ditawarkan dalam suatu Bank Cabang. Luasnya kegiatan ini tergantung dari kebijaksanaan Kantor Pusat Bank tersebut. Di samping itu besar kecilnya kegiatan Bank Cabang tergantung dari wilayah operasionalnya.

Banyak sedikitnya Kantor Bank sangat mempengaruhi besar kecilnya tingkat operasional suatu Bank.

Ada beberapa jenis Kantor Bank yaitu : 1. Kantor Pusat

(48)

2. Kantor Cabang Penuh

Adalah salah satu Kantor Cabang Penuh yang memberikan jasa bank yang paling lengkap. Dengan kata lain semua kegiatan perbankan ada di Kantor Cabang Penuh dan biasanya Kantor Cabang Penuh membawahi beberapa Kantor Cabang Pembantu.

3. Kantor Cabang Pembantu

Kantor Cabang Pembantu berada dibawah Kantor Cabang Penuh, di mana kegiatan jasa bank yang dilayani hanya sebagian saja. Perubahan status dari Cabang Pembantu ke Cabang Penuh dimungkinkan apabila Cabang tersebut sudah memenuhi kriteria sebagai Cabang Penuh dari Kantor Pusat.

4. Kantor Kas

Kantor Kas merupakan Kantor Bank yang paling kecil ruang lingkup kegiatannya, di mana kegiatannya hanya meliputi teler atau kasir saja, dengan kata lain Kantor Kas hanya melakukan sebagian kecil kegiatan perbankan dan berada di bawah Cabang Pembantu atau Cabang Penuh. Sekarang Kantor Kas dapat melayani nasabah menggunakan mobil dan sering disebut Kantor Kas Keliling.

Untuk menunjang operasional perbankan dan pemasaran produk-produk perbankan, sangat diperlukan adanya Kantor-kantor Cabang Pembantu. Beberapa alasan untuk membuka Kantor Cabang Pembantu, sebagai berikut:

(49)

kondisi perekonomian di suatu daerah kurang mendukung untuk melakukan penempatan dana secara maching, maka biasanya Bank berupaya membuka cabang-cabang di daerah yang menjadi pusat peredaran uang.

2. Berkenaan dengan rencana pengenalan suatu produk yang tepat di daerah tersebut.

Sebagai salah satu bagian dari strategi pemasaran global. Biasanya Cabang didirikan dengan tujuan sebagai bagian dari rencana pemasaran. Hal itu terlihat bila Bank membuka cabang di tempat terpencil dengan tujuan hanya melayani nasabah dari pabrik yang ada ditempat tersebut. Di sini tujuan pembangunan Cabang semata-mata dilihat dari sisi pemasaran, sehingga nasabah Kantor Cabang dapat menikmati fasilitas pinjaman yang diberikan Bank Induk.

Pengertian Bank menurut Pitono (2012) adalah jumlah Kantor Bank berkaitan dengan fasilitas yang ditawarkan kepada masyarakat untuk meraih minat masyarakat. Bank harus memperluas jaringan Kantor Cabang, agar dapat menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat. Jumlah Kantor Bank meliputi Kantor Pusat, Kantor Cabang Pembantu, Kantor Cabang Unit dan Kantor Kas. Bank harus memperluas jaringan Kantor agar dapat menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat.

2.2.9.2 Bank Syar iah

(50)

memperbolehkan Bank Umum yang melakukan kegiatan secara konvensional dapat melakukan kegiatan usaha menggunakan prinsip syariah, yang meliputi:

a. Pendirian Kantor Cabang atau di bawah Kantor Cabang Baru.

b. Mengubah Kantor Cabang atau di bawah Kantor Cabang yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

Bank Syariah juga harus mematuhi peraturan-peraturan perbankan yang berlaku pada umumnya, antara lain:

a. Ketentuan perijinan dalam pengembangan usaha, seperti pembukaan Cabang dan kegiatan devisa.

b. Kewajiban pelaporan ke Bank Indonesia.

c. Pengawasan atas prestasi, permodalan, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan faktor-faktor lainnya.

d. Penggunaan sanksi atas pelanggaran (Muhammad, 2004:75).

Kantor-kantor Cabang dari Bank Umum Konvensional pada dasarnya merupakan unit yang mempunyai pencatatan dan pembukuan yang terpisah dari kantor-kantor konvensional, oleh karena itu dibutuhkan suatu Unit Usaha Syariah yang berfungsi sebagai Kantor Induk dari seluruh Kantor Cabang Syariah. Unit tersebut berada di Kantor Pusat Bank.

Secara umum tugas Unit Bank Syariah mencakup:

1) Mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan Kantor Bank Syariah.

(51)

3) Menyusun laporan keuangan, konsolidasi dari seluruh Kantor-kantor Cabang Syariah (Muhammad, 2004:179).

Pembukaan Kantor Cabang Syariah dari Bank Umum Konvensional dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu :

1. Pembukaan Kantor Cabang dengan mendirikan Kantor Cabang Baru. 2. Perubahan Kantor Cabang yang ada menjadi Kantor Cabang Syariah.

3. Peningkatan status Kantor Cabang Pembantu menjadi Kantor Cabang Syariah.

Pengembangan jaringan syariah terutama ditujukan untuk menyediakan akses yang lebih luas kepada masyarakat dalam mendapatkan jasa layanan Bank Syariah (Antonio, 2001:229). Menurut Dani Gunawan Idat (Deputy Director at Central Bank of Indonesia) (2009), salah satu kebijakan pengembangan Bank Syariah di Indonesia adalah dengan melakukan pengembangan jaringan berupa memperbanyak Kantor Bank Syariah. Pengembangan jaringan Kantor Bank Syariah diperlukan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap jasa perbankan syariah.

(52)

2.2.10 Tingkat Suku Bunga

2.2.10.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga

Suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya beli. Bagi orang yang meminjam uang, bunga merupakan denda yang harus dibayar untuk mengkonsumsi penghasilan yang belum diterima. Bagi orang yang memberikan pinjaman, bunga merupakan imbalan karena menunda konsumsi hingga jatuh waktu piutang (Puspopranoto, 2004:70).

Menurut Kidwell DS, Peterson RL dan Blackwell DW menyatakan bahwa pada jaman dahulu orang telah meminjamkan barang kepada orang lain dan kadang-kadang mereka telah meminta semacam kompensasi atas jasa yang diberikan. Kompensasi tersebut disebut sewa, yakni harga dari meminjam harta milik orang lain (Puspopranoto, 2004:69).

Menurut Miller RL dan Vanhoose DD menyatakan bahwa bunga adalah sejumlah dana dinilai dalam bentuk uang yang diterima dari si pemberi pinjaman (kreditor), sedangkan suku bunga adalah rasio dari bunga terhadap jumlah pinjaman.

Edmister RO mengemukakan tiga istilah yang berkaitan dengan suku bunga, yaitu stated rate, annual percentage rate, dan yield (Puspopranoto, 2004:70).

Suku bunga didefinisikan sebagai berikut:

(53)

b. Annual percentage rate adalah tingkat bunga selama satu tahun dengan menyesuaikan stated rate, untuk jumlah priode pertahun dan jumlah pokok yang dipinjam.

c. Yield adalah tingkat bunga yang ekuivalen dengan satu kontrak keuangan yang memenuhi tiga syarat yaitu

(1) jumlah seluruhnya yang benar-benar dipinjam, (2) pada awal tahun,

(3) kemudian dibayar kembali pada akhir tahun beserta bunga.

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, tingkat suku bunga adalah tingkat balas jasa yang diperoleh atas sejumlah dana atau pinjaman yang telah diberikan.

2.2.10.2 Teor i Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga

Menurut teori klasik, makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan lebih terdorong untuk mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah jumlah tabungan. Teori klasik juga menyatakan bahwa makin tinggi tingkat suku bunga, keinginan masyarakat untuk melakukan investasi juga makin kecil. (Nopirin, 1992: 70).

2.2.10.3 Teor i Keynes Tentang Tingkat Suku Bunga

(54)

menekankan bahwa adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat suku bunga) dengan unsur permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi, maksudnya permintaan bertambah apabila tingkat suku bunga rendah, dan permintaan berkurang apabila tingkat suku bunga tinggi (Boediono, 1991:83).

Pada waktu tingkat suku bunga tinggi, jumlah uang yang diminta masyarakat dengan motif spekulasi menurun, sedangkan pada waktu tingkat suku bunga rendah, jumlah uang yang dibutuhkan masyarakat untuk motif spekulasi menjadi tinggi.

2.2.10.4. Teori Par itas Tingkat Bunga

Teori paritas tingkat bunga adalah teori yang penting mengenai penentuan tingkat bunga dalam sistem Devisa Bebas (penduduk masing-masing Negara memperjualbelikan devisa). Teori paritas tingkat bunga menyatakan bahwa dalam sistem devisa bebas tingkat bunga di negara satu akan cenderung sama dengan tingkat bunga di negara lain (setelah diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang negara satu dengan negara yang lain) (Boediono, 1991:101). 2.2.10.5. Teori Permintaan dan Penawaran

(55)

harga pasar dan jumlah barang yang akan diperjualbelikan. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin rendah harga suatu barang, maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang, maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut (Sadono, 2005:76).

2.2.10.6. Per bandingan Antara Bank Syar iah dan Bank Konvensional Telah diuraikan sebelumnya tentang berbagai pertimbangan masyarakat dalam menentukan pilihan terhadap Lembaga Keuangan Bank (khususnya Bank non Syariah), baik yang menyangkut faktor ekonomi maupun non ekonomi. Faktor keuntungan, hadiah (faktor ekonomi) cukup mempengaruhi responden dalam menentukan keputusan. Sementara itu faktor pelayanan, keterjangkauan atau lokasi, keamanan, lingkungan keluarga, psikologis (faktor non ekonomi) tidak kalah besar pengaruhnya. Berikut ini berbagai langkah-langkah atau sikap masyarakat (non nasabah Bank Syariah) ketika akan menjatuhkan pilihan pada perbankan Syariah sebagai Lembaga Keuangan tempat menabung atau pembiayaan.

(56)

Faktor kedua yang cukup mempengaruhi keputusan nasabah menabung di Bank Syariah adalah faktor rasionalitas. Faktor tersebut tidak hanya meliputi aspek ekonomi saja, namun juga faktor non ekonomi, pertimbangan agama, dan faktor rasional lainnya. Sejumlah 60,8% responden menyatakan bahwa keputusan untuk memilih Bank Syariah cukup dipengaruhi oleh pertimbangan yang rasional.

Tabel 2.1 : Perbandingan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional No Keterangan Bank Syariah Bank Konvensional

1 Falsafah - penyaluran dana pada sektor yang menguntungkan,

4 Organisasi Harus memiliki Dewan Pengawas Syariah

Tidak memiliki Dewan Pengawas Syariah

Sumber: Sudarsono, 2003:42.

2.2.10.7. Pelayanan Nasabah Per bankan

(57)

Dalam konteks perbankan, dalam kaitan dengan persaingan antar Bank. Beberapa pakar memberikan sudut pandangnya dalam rangka memenangkan persaingan yang sangat ketat tersebut melalui pencapaian tingkat kualitas pelayanan yang prima.

Tingkat pelayanan yang prima sangat diperlukan bagi pihak perbankan dengan memperhatikan beberapa faktor tersebut dibawah ini (Hariyanto, 2003:27).

a. Tangible

Kemampuan Perusahaan dalam menunjukan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan fisik Perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari tingkat pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Tingkat pelayanan meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi) serta penampilan para pegawainya.

b. Reability

Hendaknya perbankan memberikan kualitas pelayanan sesuai dengan komitmen perusahaan, agar image perusahaan dapat lebih ditingkatkan.

c. Assurance

Tingkat kepercayaan atau jaminan merupakan kualitas pelayanan yang penting untuk diberikan kepada konsumen secara maksimal atau optimal.

d. Empathy

(58)

e. Responsiveness

Bank bersikap tanggap dan cepat merespon dalam memberikan pelayanan kepada konsumen (baik dalam melakukan transaksi, sesudah melakukan transaksi maupun dalam menghadapai keluhan konsumen).

Umumnya terdapat beberapa bahan pertimbangan yang perlu dicermati dalam memperhatikan prilaku nasabah :

- Pertama, menabung karena merasa aman,

- Kedua, menabung karena melihat suku bunga yang tinggi, - Ketiga, nasabah percaya kepada salah satu pejabat Bank,

- Keempat, lokasi Bank yang dekat dengan aktivitas yang dilakukan oleh nasabah.

Dan berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Surindo Utama dan

Bussiness Information Services, terdapat delapan variabel utama yang menjadi sumber masyarakat mengenal perbankan seperti :

- Cerita dari teman (31%), - Berita dari koran (21%), - Televisi (12%),

- Billboard (11%), - Pamflet (10%),

(59)

Dari hasil riset ini (Hariyanto, 2003:23) terlihat bahwa, variabel yang dominan pada masyarakat dalam proses mengenal perbankan adalah dari teman, sedangkan alasan nasabah dalam memilih Bank atau membuka tabungan di suatu Bank adalah sebagai berikut :

a. Aman dan terpercaya (25%) b. Pelayanan yang memuaskan (17%) c. Milik Pemerintah (1%)

d. Dekat kantor (12%) e. Bunga tinggi (8%)

f. Bonus dan hadiah besar (8%) g. Produk atau jasanya banyak (7%) h. Banyak cabang (5%)

i. Manajemen baik (5%) j. Milik konglomerat (5%) k. Promosi gencar (1%) l. Citra baik (1%) m. Ada asuransi (1%) n. Minggu tetap buka (1%)

Dari teori-teori yang telah dijelaskan di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa untuk memberikan layanan prima kepada para nasabah, Bank Mandiri Syariah Kota Surabaya perlu memperhatikan dan mempertimbangkan faktor-faktor antara lain :

(60)

b. Pelayanan yang memuaskan c. Kehalalan produk

d. Banyaknya produk/jasa e. Banyaknya cabang f. Kecepatan pelayanan

g. Customer service

h. Brand image

i. Kemudahan dijangkau j. Jaminan

k. Akurasi pelayanan

l. Ruang dan Tempat pelayanan m. Lokasi

(61)

2.3.Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

a. Beberapa faktor mempengaruhi nasabah tertarik menggunakan produk Bank Mandiri Syariah Kota Surabaya,

X₁

X₂

X₃

X₄

X₅

X₆

X₇

X₈

X₉

X₁ ₀

X₁ ₁

X₁ ₂

X₁ ₃

X₁ ₄

X₁ ₅

(62)

1. Faktor pelayanan, mempengaruhi nasabah menggunakan produk Bank Mandiri Syariah

2. Faktor halal, mempengaruhi nasabah tertarik menggunakan produk di Bank Mandiri Syariah

3. Faktor banyaknya produk Bank Mandiri Syariah, mempengaruhi nasabah menggunakan produk di Bank Mandiri Syariah

4. Faktor banyaknya cabang, mempengaruhi nasabah menggunakan produk di Bank Mandiri Syariah

5. Faktor pelayanan yang cepat, mempengaruhi nasabah menggunakan produk di Bank Mandiri Syariah

6. Faktor costumer service, mempengaruhi nasabah menggunakan produk di Bank Mandiri Syariah

7. Faktor aman dan terpercaya, mempengaruhi nasabah menggunakan produk Bank Mandiri Syariah

8. Faktor brand image, mempengaruhi nasabah menggunakan produk di Bank Mandiri Syariah

9. Faktor mudah dijangkau, mempengaruhi nasabah menggunakan produk di Bank Mandiri Syariah

10. Faktor jaminan, mempengaruhi nasabah menggunakan produk di Bank Mandiri Syariah

(63)

12. Faktor ruang dan tempat pelayanan yang baik, mempengaruhi nasabah menggunakan produk di Bank Mandiri Syariah 13. Faktor lokasi, mempengaruhi nasabah menggunakan produk di

Bank Mandiri Syariah

14. Faktor pelayanan karyawan yang sopan dan tanggap,

mempengaruhi nasabah menggunakan produk di Bank Mandiri Syariah

15. Faktor bagi hasil, mempengaruhi nasabah menggunakan produk di Bank Mandiri Syariah

(64)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Var iabel

Untuk memperoleh gambaran yang jelas, serta lebih dapat memahami isi, maka definisi yang akan digunakan di dalam penelitian ini harus dapat diukur untuk menghilangkan dan menghindari kesalahan dalam penafsiran dari variabel-variabel yang akan dianalisis.

3.1.1. Definisi Oper asional Var iabel

a. Aman dan terpercaya (X1) adalah jaminan atas investasi nasabah oleh Pemerintah RI.

b. Pelayanan yang memuaskan (X2) adalah suatu bentuk pemuasan pelayanan yang diberikan oleh pihak Bank terhadap keinginan nasabah atau konsumen.

c. Kehalalan produk (X3) adalah produk-produk yang dikeluarkan oleh Bank Mandiri Syariah berdasarkan prinsip Islam.

d. Banyaknya produk/jasa (X4) adalah untuk melengkapi beragam pelayanan terhadap nasabah, Bank Mandiri Syariah mengeluarkan inovasi produk dan jasa yang beragam.

(65)

f. Kecepatan pelayanan (X6) adalah pelayanan Bank Mandiri Syariah dimana nasabah tidak perlu menunggu lama-lama untuk melakukan transaksi.

g. Customer service (X7) adalah banyaknya jumlah customer service

di Bank Mandiri Syariah yang melayani nasabah, sehingga nasabah tidak perlu antri.

h. Brand image (X8) adalah Bank Mandiri Syariah mempunyai brand image yang kuat dan bagus di hati masyarakat,sehingga banyak peminat untuk menjadi nasabah Bank Mandiri Syariah.

i. Kemudahan menjangkau (X9) adalah para nasabah Bank Mandiri Syariah tidak perlu jauh-jauh untuk memperoleh segala bentuk layanan dari Bank Mandiri Syariah.

j. Jaminan (X10) adalah jaminan atas keamanan dana nasabah yang ditempatkan pada Bank Mandiri Syariah, apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

k. Akurasi pelayanan (X11) adalah ketepatan pelayanan yang diberikan oleh para karyawan Bank Mandiri Syariah kepada para nasabah dalam melakukan transaksi.

l. Ruang dan tempat pelayanan (X12) adalah ruang tunggu pada Bank Mandiri Syariah dalam keadaan bersih, nyaman, dan aman. m. Lokasi (X13) adalah tempat Bank Mandiri Syariah dekat dengan

(66)

n. Kesopanan karyawan (X14) adalah karyawan Bank Mandiri Syariah yang selalu bersikap sopan, ramah, profesional, dan selalu mengucapkan salam dan terima kasih.

o. Bagi hasil (X15) adalah prinsip yang di terapkan Bank Mandiri Syariah berupa bagi hasil yang tidak merugikan pihak manapun, baik nasabah maupun Bank.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan pada variabel-variabel tersebut adalah skala interval, dengan teknik skala Semantic Differensial Scale

yaitu merupakan skala pengukuran sikap menggunakan skala penilaian sebanyak tujuh (7) butir yang dinyatakan secara verbal menggunakan dua kutub (bipolar). Penilaian yang ekstrim dinyatakan berupa bilangan bulat. Dua kutub ekstrim ini dapat berupa penilaian mengenai baik-buruk, cepat-lambat, dan kuat-lemah (Indriantoro, 2002:105).

Bentuknya adalah sebagai berikut:

1 7

Sangat Tidak setuju Sangat Setuju

(67)

3.2. Teknik Penentuan Sampel 1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah semua para nasabah Bank Mandiri Syariah Kota Surabaya. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara memberikan kuisioner kepada para nasabah Bank Mandiri Syariah Kota Surabaya.

2. Besar Sampel

Teknik penentuan besar sampel secara non probabiltas sampling yang digunakan secara accidental, yaitu metode menggunakan prosedur sampling yang memilih sampel dari orang atau unit yang paling mudah diakses (Santoso dan Tjipto, 2001:90).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menurut Malhotra, 2004, bahwa besar sampel dengan menggunakan ukuran 4 (empat) atau 5 (lima) x jumlah variabel bebas.

Dengan demikian jumlah sampel yang digunakan adalah (5 x 15) = 75, sehingga dapat ditarik hasil minimal jumlah sampel adalah sebanyak 75 orang responden. Untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif dan mewakili, maka diambil sampel sebanyak 100 orang responden.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. J enis Data

(68)

3.3.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban responden melalui kuisioner, yang merupakan jawaban atas beberapa variabel yang diteliti. 3.3.3. Pengumpulan Data

a. Metode Direct Observation

Metode ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap konsumen yang berhubungan dengan permasalahan peneliti dan mencatat kegiatan yang ada.

b. Metode Kuisioner

Metode ini dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan (angket) tertulis kepada responden.

c. Metode Interview

Metode ini dilakukan dengan jalan peneliti mengadakan wawancara secara langsung kepada responden.

3.4. Instr umen Penelitian

Instrumen penelitian yang dilakukan melalui uji Validitas dan uji Reliabilitas dengan n = 100

3.4.1 Uji Validitas

(69)

ini dimulai dengan melakukan internal validity, di mana kriteria yang dipakai berasal dari dalam tes itu sendiri dan masing-masing item tiap variabel dikorelasikan dengan nilai total yang diperoleh dari koefisien korelasi product moment.

Jika korelasi rendah dan tidak signifikan, maka item yang bersangkutan gugur. Nilai signifikan yang digunakan sebesar 5% dari perhitungan korelasi pada masing-masing variabel dengan sekor total menggunakan teknik korelasi product moment dengan formulasi sebagai berikut :

r = Korelasi

n = Jumlah Responden X = Skor setiap Variabel Y = Skor total setiap responden

3.4.2 Uji Reliabilitas

1. Uji Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat diandalkan. Dalam hal ini peneliti melakukan uji reliabilitas dengan teknik Cronbach Alpha.

2. Cara mencari reliabilitas untuk seluruh item adalah dengan mengkorelasikan angka yang diperoleh dengan menggunakan rumus:

r

ıı

=

dimana :

(70)

k

= Banyaknya butir pertanyaan

∑σЬ² = Jumlah butir varians

σt² = Total Varians

Setiap variabel yang dihipotesiskan akan diukur korelasinya dan dibandingkan dengan melihat angka kritisnya. Cara melihat angka kritis dengan melihat n pada tabel r product moment.

3.5. Teknik Analisis Data

Tenik analisis data yang digunakan adalah analisis faktor, yaitu suatu teknik uji statistik multivariate yang digunakan untuk mengurangi dan menyimpulkan variabel-variabel untuk menjadi faktor-faktor penentu (Malhotra, 1996:645). Dalam upaya mengolah data guna menarik kesimpulan penelitian, maka peneliti menggunakan bantuan aplikasi komputer program SPSS versi 13.0

for window.

Model analisis faktor secara umum sebagai berikut : Xi = Ai₁F₁ + Ai₂F₂ + Ai₃F₃ + AIM + ViUi Dimana :

Xi = Standarisasi variabel ke-1

Ai = Standarisasi koefisien regresi berganda variabel 1 pada common factor F = Common factor

Vi = Standarisasi koefisien regresi dari variabel 1 pada unit faktor Ui = Faktor unit variabel 1

(71)

diekspresikan sama bagi kombinasi linier dari variabel-variabel yang diobservasi. Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Fi = Wi₁Xi₁ + Wi₂X₂ + Wi₃X₃ + ….. + Wi K x K Fi = estimasi faktor ke-1

Wi = bobot atau skor koefisien factor Xi = standarisasi variabel

K = jumlah variabel

Secara umum langkah-langkah pengujian dalam Analisis Faktorial meliputi : I. Per umusan masalah

II. Menyusun matr iks kor elasi

Langkah ini secara spesifik menguji tingkat korelasi yang berfungsi untuk menentukan apakah variabel memiliki kesamaan umum (homogen/common) atau tidak dalam menguji tingkat kecukupan sampel.

Menurut Malhotra (1996:646) terdapat beberapa kunci statistik yang berhubungan dengan analisis faktorial :

1. Barlett’s Tast of Sphericity (BTS)

(72)

2. Correlation Matrixs

Matrik korelasi merupakan hasil korelasi antar butir yang menunjukkan koefisien (r) antar butir yang satu dengan butir yang lain, yang mungkin dapat atau tidak dimasukkan ke dalam analisis.

3. Communality

Adalah jumlah varians yang diberikan oleh tiap-tiap butir di dalam butir yang lain dipertimbangkan. Coefisien communality tersebut cukup efektif apabila bernilai 50%. Apabila terdapat communality 50%, maka harus dipertimbangkan besarnya muatan faktor.

4. Eigen value

Adalah nilai yang menunjukan jumlah varians yang berassosiasi dengan masing-masing faktor. Faktor yang mempunyai eigenvalue 1 dimasukkan dalam model, sedangkan yang nilainya < 1, merupakan faktor yang tidak dimasukkan ke dalam model.

5. Factor loading

Merupakan koefisien korelasi antar variabel-variabel dengan faktor-faktornya. Factor loading yang bernilai lebih besar, menunjukan

besarnya pengaruh variabel observasi terhadap faktor. 6. Faktor Matrik

Gambar

Tabel 2.1 : Perbandingan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
Table 4.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden
Gambar 4.1 menunjukkan distribusi jenis kelamin responden
Gambar 4.2 Menunjukkan distribusi umur responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kelebihanya: Para siswa lebih termotifasi untuk melaksanakan pembelajaran di REC / Lab. Agama karena suasananya baru

Dokumen Gudang Bahan Baku / Gudang Barang Dalam Proses / Gudang Barang Jadi – Laporan Kartu Persediaan

Sistem baru yang dibuat dapat digunakan untuk mempermudah dalam membuat soal-soal ujian dan menyimpan soal-soal yang pernah dipakai (biasa disebut bank soal)..

Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisis pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance yang diukur dengan komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional,

Pemerintah Kota Cimahi diharapkan aktif dalam pengawasan Pemerintahan Pajak Restoran dan terus menggali potensi pajak Restoran karena potensi Penerimaan Pajak

Melakukan pelayanan kefarmasian ( pharmaceutical care ) di apotek untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sediaan farmasi. dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan

Perlunya perencanaan dan pelaksanaan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai mengenai apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji material, yang

Provinsi-provinsi yang PDRB per kapita tahun 2005 di bawah rata-rata nasional namun mengalami tingkat pertumbuhan di atas rata-rata nasional adalah Sumatera Utara,