• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.6 Transaksi-Transaksi Bank Syariah

Para ahli hukum dan para ahli ekonomi muslim telah mengembangkan instrumen-instrumen keuangan yang sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah di gariskan oleh perbankan Islam.

Teknik-teknik finansial yang di kembangkan oleh perbankan Islam, baik dalam rangka pengerahan dana dari bank maupun dalam rangka pemberian

fasilitas pembiayaan oleh bank itu bagi nasabahnya, adalah teknik-teknik finansial yang tidak berdasarkan bunga ( interest free ), tetapi di dasarkan pada profit and loss sharing principle ( PLS ).

Didalam UU No. 10 tahun 1998, disebutkan beberapa teknik finansial tersebut, yaitu Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Ijarah, dan Ijarah Wa Iqtina. Dalam surat keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32 / 34 / KEP / DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum berdasarkan prinsip Syariah selain transaksi-transaksi yang disebutkan dalam UU No.10 tahun 1998 itu disebutkan pula beberapa jenis transaksi yang lain yaitu Hiwalah, Istishna, Kafalah, Qardh, Qardhul Hasan, Rahn, Sharf, Wadiah, Wadiah Yad Amanah, Wadiah Yad Dhamanah, Wakalah dan Kartu Debit berdasarkan prinsip Ujr.

2.1.6.1. Pembiayaan Mudharabah

2.1.6.1.1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan Mudharabah yaitu suatu perjanjian pembiayaan antara Bank dengan nasabah, dimana Bank menyediakan 100% pembiayaan bagi usaha kegiatan tertentu dari nasabah. Sedangkan nasabah mengelola usaha tersebut tanpa campur tangan Bank. Bank mempunyai hak untuk mengajukan usul dan melakukan pengawasan. Atas penyediaan dana untuk pembiayaan tersebut, Bank mendapat imbalan atau keuntungan yang besarnya ditetapkan atas dasar

persetujuan kedua belah pihak. Apabila terjadi kerugian atas usaha yang di biayai tersebut, maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh Bank kecuali kerugian akibat dari kelalaian nasabah.

Kredit Mudharabah ini dapat dikembangkan untuk investasi baru bagi nasabah, baik di bidang pertanian, perikanan, perindustrian kecil, maupun industri rumah tangga.

Tujuan pemberian kredit Mudharabah ini adalah untuk menggabungkan masing-masing potensi, yakni potensi pemilik modal yang tidak memiliki keahlian usaha ( skill ) dengan pemilik proyek yang tidak memiliki modal untuk bersama-sama mendapatkan keuntungan.

Gambar 1

Skema pembiayaan Mudharabah

Perjanjian Bagi Hasil

Mudharib Shahibul Maal

Tenaga kerja modal 100%

Proyek Usaha rugi 100%

X% Keuntungan Y%

2.1.6.1.2. Dasar Hukum Pembiayaan Mudharabah

Dasar hukum pembiayaan Mudharabah adalah sebagai berikut :

1. Syariah Islam

a. Al-Qur’an

Dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh ( balasan )nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya...( Al-Muzammil : 20 )

b. Al-Hadits

Dari Suhaib ra. Bahwa Rosulullah SAW. Bersabda: tiga perkara didalamnya terdapat keberkatan (1) menjual dengan pembayaran secara kredit (2) Muqaradhah (nama lain dari Mudharabah) (3) mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual ( HR. Ibnu Majah ) ( Warkum Sumitro,1997:34 ).

Menurut ketentuan pelaksanaan di bidang Perbankan ( UU No. 10 tahun 1998 ) berdasarkan SK Direksi BI No. 32/34/Kep/ Dir tentang Bank Umum berdasarkan Prinsip Syariah pada pasal 28 huruf b disebut bahwa Bank wajib menerapkan Prinsip Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya yang meliputi

penyaluran dana melalui Pembiayaan Bagi hasil berdasarkan prinsip Mudharabah, musyawarah dan Bagi Hasil lainnya.

2.1.6.1.3. Syarat-syarat Pembiayaan Mudharabah

Syarat-syarat Mudharabah adalah sebagai berikut:

1. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, seandainya modal berbentuk barang maka barang tersebut harus dimiliki sebesar nilai yang disepakati oleh

Shahibul maal dan mudharib

2. Modal harus dalam bentuk tunai dan bukan piutang

3. Modal harus diserahkan kepada mudharib agar memungkinkan melakukan usaha

4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam pembagian persentase dari keuntungan yang mungkin dihasilkan. Kesepakatan rasio persentase harus dicapai melalui negoisasi dan dituangkan dalam kontrak. Pembagian keutungan baru dapat dilakukan setelah mudharib mengembalikan seluruh atau sebagian modal kepada shahibul maal

2.1.6.2. Pembiayaan Murabahah

2.1.6.2.1. Pengertian Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan Muraabahah yaitu pembiayaan dari bank yang di berikan kepada umat untuk tujuan pembelian barang-barang kebutuhan modal kerja, investasi, ataupun konsumsi. Dalam pembiayaan ini Bank menyediakan talangan dana untuk pengadaan suatu barang dengan perjanjian bahwa penerima pembiayaan akan membayar pada saat jatuh tempo atau pada waktu yang telah disepakati berupa harga pokok barang ditambah dengan keuntungan yang disepakati.

Pembiayaan Murabahah ini mirip dengan Kredit modal kerja pada Bank konvensional, karena itu jangka waktu Pembiayaan tidak lebih dari satu tahun.

Tujuan Pembiayaan Murabahah ini adalah untuk Pembiayaan seperti rumah, tanah, mobil, motor dan sebagainya. Tetapi juga tidak menutup kemungkinan pembiayaan murabahah ini dipergunakan untuk keperluan seperti misalnya pemberian dana yang bertujuan untuk pengembangan usaha, seperti renovasi pabrik, perusahaan, toko dll. Dimana dana tersebut nantinya akan dibayarkan kepada pihak Bank secara berkala beserta hasil keuntungan yang didapat dari pabrik, perusahaan dan toko tersebut tentunya dilihat dari pendapatan perbulan dari penerima pembiayaan dan hasil keuntungan tersebut telah di sepakati di awal dari pemberian pembiayaan. Dan satu hal lagi apabila ada kerugian di masa yang akan datang oleh pabrik, perusahaan dan toko tersebut tetapi jumlah pembayaran kepada

Bank belum terlunasi maka kerugian akan ditanggung bersama dengan pengawasan dari pihak Bank yang dilakukan sesuai prosedur.

GAMBAR 2

Skema Pembiayaan Murabahah

1. Negosiasi dan Persyaratan

2. Akad Jual Beli

Bank Pengusaha

6. Bayar

5. Terima barang dan uang

3. Beli barang 4. Kirim

2.1.6.2.2. Dasar Hukum Pembiayaan Murabahah

1. Syariah Islam

a. Al-Qur’an

” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang dan kepadamu.” (An Nissa’ : 29).

b. Al-Hadits

Dari Suhaib ra. Bahwa Rosulullah SAW. Bersabda: tiga perkara didalamnya terdapat keberkatan (1) menjual dengan pembayaran secara kredit (2) Muqaradhah (nama lain dari Mudharabah) (3) mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual ( HR. Ibnu Majah ) (Warkum Sumitro,1997:34).

2. Peraturan Perundang-undangan di Indonesia

Menurut ketentuan pelaksanaan dibidang Perbankan ( UU No. 10 tahun 1998 ) berdasarkan SK Direksi BI No. 32/ 34/ Kep/ Dir tentang Bank umum Berdasarkan Prinsip Syariah pada pasal 28 huruf b disebutkan bahwa Bank wajib menerapkan Prinsip Syariah dalam

melakukan kegiatan usahannya yang meliputi penyaluran dana melalui transaksi jual beli berdasarkan prinsip Murabahah, Istishna, Ijarah, Salam dan Jual beli lainnya.

2.1.6.2.3. Syarat-syarat Pembiayaan Murabahah

Syarat-syarat Pembiayaan Murabahah adalah sebagai berikut:

1. Bank memberitahu biaya modal kepada nasabah

2. Kontrak pertama harus sah

3. Kontrak harus bebas dari riba

4. Bank harus menjelaskan setiap cacat yang terjadi sesudah pembelia dan harus membuka semuahal yang berhubungan dengan cacat

5. Bank harus membuka semua ukuran yang berlaku bagi harga pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang

6. Jika syarat dalam 1,4 atau 5 tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan:

a) Melanjutkan pembelian seperti apa adanya

b) Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan

2.1.6.3. Pembiayaan Musyarakah

2.1.6.3.1. Pengertian Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan Musyarakah yaitu suatu perjanjian dimana Bank menyediakan sebagian dari Pembiayaan bagi usaha atau kegiatan tertentu, sebagian lain disediakan oleh mitra usaha. Dalam hal ini, Bank dapat ikut serta dalam manajemen usaha tersebut. Bank bersama mitra usaha mengadakan kesepakatan tentang pembagian keuntungan tersebut tidak harus sebanding dengan pangsa pembiayaan masing-masing, melainkan atas dasar perjanjian kedua belah pihak. Apabila terjadi kerugian, kerugian tersebut akan di tanggung bersama sesuai dengan pangsa Pembiayaan masing-masing. Hal ini dilakukan agar tercipta suatu iklim perekonomian yang kondusif baik bagi Bank maupun mitra usaha, disamping itu suasana silahturahmi tetap terjalin dan terjaga seiring dengan hubungan kerja yang dijalin antara Bank dan mitra usaha.

Di segi lain dengan sisi yang positif pula tentunya, pembiayaan Musyarakah ini sangat baik dan tepat bagi wirausahawan yang baru saja memulai usaha dan ingin menjalin hubungan kerja dengan tingkat resiko yang dapat berkurang, karena kerugian dapat ditanggung bersama dengan pihak Bank. Tentunya ini sangat menguntungkan berbagai pihak

GAMBAR 3

Skema Pembiayaan Musyarakah

Nasabah parsial Bank Syariah parsial pembiayaan

Proyek Usaha

Keuntungan

Bagi Hasil Keuntungan sesuai Nisbah

2.1.6.3.2. Dasar Hukum Pembiayaan Musyarakah

a. Al-Qur’an

...Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; dan sedikitlah mereka ini....(Shaad;24)

b. Al-Hadits

Dalam hadits kursi yang di riwayatkan dari Abu Hurairah bahwa rasulullah SAW. Telah berkata Aku menyertai dua pihak yang sedang berkongsi selama salah satu dari keduanya tidak menghianati yang lain, seandainya berkhianat maka aku keluar dari penyertaan tersebut ” (HR. Abu Daud, Subulussalam 3/12) (Warkum Sumitro, 1997 : 35)”.

2.1.6.3.3. Rukun dan Syarat Pembiayaan Musyarakah

Rukun Pembiayaan Musyarakah adalah sebagai berikut:

1. Sighat (ucapan) : Ijab dan Qabul

2. Pihak yang berkontrak

3. Obyek kesepakatan: Modal dan Kerja

Sedangkan syarat Musyarakah adalah sebagai berikut:

1. Ucapan tidak ada bentuk khusus dari montrak Musyarakah. Ia dapat berbentuk pengucapan yang menunjukkan tujuan. Berakad dianggap sah jika di ucapkan secara verbal atau ditulis. Kontrak Musyarakah harus dicatat dalam tulisan dan disaksikan

2. Pihak yang berkontrak. Disyaratkan bahwa mitra harus kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.

2.1.6.4. Pembiayaan Qardhul Hasan

2.1.6.4.1. Pengertian Pembiayaan Qardhul Hasan

Pembiayaan Qardhul Hasan adalah suatu perjanjian antara Bank sebagai pemberi pinjaman dengan nasabah sebagai penerima pinjaman, baik berupa uang maupun barang tanpa adanya persyaratan adanya tambahan atau biaya apapun. Pinjaman (nasabah) berkewajiban mengembalikan uang ata barang yang dipinjam pada waktu yang telah di disepakati bersama, dengan jumlah sama dengan pokok pinjaman.

Bank sebagai pemberi pinjaman tidak diperbolehkan meminta pinjaman untuk membayar lebih dari jumlah pokok pinjaman, akan tetapi Bank dibenarkan untuk menerima kelebihan pembayaran secara sukarela dari peminjam sebagai tanda terima kasih yang besarnya tidak di tentukan sebelum akad, ini hukumnya sunnah.

Tujuan dari Pembiayaan Qardhul Hasan adalah untuk menolong peminjam yang berada dalam keadaan terdesak, baik untuk hal-hal yang bersifat konsumtif maupun produktif. Peminjam dipilh secara selektif dan hati-hati terutama kepada peminjam yang di nilai jujur dan mempunyai reputasi baik.

GAMBAR 4

Skema Pembiayaan Qardhul Hasan

Perjanjian Qardhul

Nasabah Dana Khusus Bank ( ZIS )

100% Proyek Usaha kembali modal

Keuntungan

2.1.6.4.2. Dasar Hukum Pembiayaan Qardhul Hasan

a. Al-Qur’an

” Siapakah yang mau memerikan pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan

pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepadanyalah kamu dikembalikan. (Al-Baqarah : 245)

b. Al-Hadist

Dari Ibnu Mas’ud ra. Bahwa Rasulullahlah SAW telah bersabda : ” Barang siapa yang telah melepaskan saudaranya yang miskin dari satu kesusahan-kesusahan dunia maka Allah akan melepaskan satu kesusahan padanya di hari akhir. Barangsiapa telah membantu saudaranya yang kesulitan di dunia, maka Allah akan membantunya di dunia dan di akhirat. Sesungguhnya Allah selalu membantu seorang hamba selama hamba tersebut membantu saudaranya ” ( Hadist Riwayat Muslim ) ( Warkum Sumitro, 1997 : 40 ).

2.1.6.4.3. Syarat-syarat pembiayaan Qardhul Hasan

Syarat pembiayaan Qardhul Hasan adalah :

1. pembiayaan ini digunakan sebagai produk untuk menyumbang usaha yangsangat kecil atau membantu sektor sosial.

2. sumber dana yang di gunakan untuk pembiayaan berasal dari dana ZIS n ( Zakat, Infaq, dan Shodaqoh ) bukan berasal dari modal Bank.

2.1.7. Konsep Syariah dalam perekonomian

2.1.7.1 Nilai-nilai Syariah dalam perspektif mikro

Nilai-nilai Syariah dalam Persepektif Mikro adalah sebagai berikut:

1. Shiddiq. Memastikan bahwa pengelolaan Bank Syariah dilakukan dengan moralitas yang menjunjung tinggi nilai kejujuran.

2. Tabligh. Secara berkesinambungan melakukan sosialisasi dan mengedukasi masyarakat mengenai prinsip-prinsip, produk dan jasa didalam Bank Syariah.

3. Amanah. Menjaga dengan ketat prinsip kehati-hatian dan kejujuran dalam mengelolah dana yang diperoleh dari pemilik dana ( Shahibul maal ) sehingga timbul rasa saling percaya antara pihak pemilik dana dan pihak pengelolah dana investasi ( Mudharib).

4. Fathanah. Memastikan bahwa pengelolaan Bank dilakukan secara profesional dan kompetitif sehingga menghasilkan keuntungan maksimal dalam tingkat resiko yang ditetapkan oleh Bank Syariah.

2.1.7.2. Nilai-nilai Syariah dalam Persepktif Makro

Nilai-nilai dalam Persepektif Makro adalah:

1. Kaidah Zakat mengkondisikan prilaku masyarakat yang lebih menyukai berinvestasi dibandingkan hanya menyimpan hartanya.

2. Kaidah Pelarangan Riba menganjurkan pembiayaan bersifat bagi hasil ( Equity Based financing ) dan melarang riba.

3. Kaidah pelarangan judi atau maisir tercermin dari kegiatan Bank Syariah yang melarang investasi yang tidak memiliki kaitan dengan sektor riil.

4. Kaidah pelarangan Gharar mengutamakan transparansi dalam bertransaksi dan kegiatan operasional lainnya dan menghindari ketidakjelasan.

Dokumen terkait