• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Bahan Pencuci serta Cara Pencucian terhadap Cemaran Getah dan Busuk Buah Mangga (Mangifera indica) Varietas Arumanis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Bahan Pencuci serta Cara Pencucian terhadap Cemaran Getah dan Busuk Buah Mangga (Mangifera indica) Varietas Arumanis"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

FITRI HERDIYANTI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

EFEKTIVITAS BAHAN PENCUCI SERTA CARA PENCUCIAN

TERHADAP CEMARAN GETAH DAN BUSUK BUAH MANGGA

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Bahan Pencuci serta Cara Pencucian terhadap Cemaran Getah dan Busuk Buah Mangga (Mangifera indica) Varietas Arumanis adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Fitri Herdiyanti

(4)

Key words: anthracnose, body rots, stem rots, washing method

ABSTRAK

FITRI HERDIYANTI. Efektivitas Bahan Pencuci serta Cara Pencucian terhadap Cemaran Getah dan Busuk Buah Mangga (Mangifera indica) Varietas Arumanis. Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO.

Penelitian ini bertujuan mendapatkan bahan pencuci dan cara pencucian yang efektif membersihkan kulit dari getah dan menunda pembusukan pada buah mangga Arumanis. Percobaan disusun dalam rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah bahan pencuci yang terdiri atas enam taraf perlakuan, yaitu: P1 = CaMg(CO3)2 + deterjen 1%, P2

= CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5%, P3 = CaMg(CO3)2 + deterjen 1% + benomil, P4

= CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% + benomil, P5 = air, P6 = kontrol. Faktor kedua

adalah cara pencucian yang terdiri dari dua taraf perlakuan yaitu : T1 = dicuci, T2 = dicuci+dilap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan pencuci CaMg(CO3)2

+ deterjen 1% + benomil nyata lebih baik dibandingkan kontrol dalam membersihkan getah dan kotor pada kulit buah mangga, mencegah luka bakar saat 6 HSP, menunda busuk pangkal, busuk buah, antraknosa serta kelunakan buah selama 9 HSP. Cara pencucian dicuci dan dicuci + dilap nyata lebih baik dari kontrol dalam membersihkan kulit dari getah namun tidak berbeda antara keduanya. Oleh karena itu, cara pencucian dengan dicuci disarankan untuk digunakan karena mudah dilakukan dan efektif membersihkan getah dan kotor pada kulit buah, mencegah luka bakar, menunda busuk pangkal, busuk buah, kelunakan buah serta antraknosa. Interaksi bahan pencuci dan cara pencucian memberikan pengaruh nyata dalam membersihkan kulit dari getah dan menunda pembusukan pada buah mangga.

Kata kunci : antraknosa, busuk buah, busuk pangkal, cara pencucian

ABSTRACT

FITRI HERDIYANTI. Effectiveness of Washing Materials and Washing Method on the Sap Contamination and Body Rots on Mango Fruits (Mangifera indica) Varieties Arumanis. Supervised by ROEDHY POERWANTO.

This research aims to obtain washing materials and washing methods effective to clean the skin from sap and delay the decay on Arumanis mango fruit. The experiment was arranged in Randomize Complete Block Design (RCBD) factorial with two factors. The first factor is the washing materials that consists of six levels, there were: P1= CaMg(CO3)2 0.25% + detergent 1%, P2= CaMg(CO3)2

0.25% + detergent 0.5%, P3= CaMg(CO3)2 0.25% + detergent 1% + benomyl,

P4= CaMg(CO3)2 0.25% + detergent 0.5% + benomyl, P5= water, P6= control.

The second factor is the washing methods that consist of two levels, there were: T1 = washed, T2= washed + wiped. The results show that the CaMg(CO3)2 0.25%

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

FITRI HERDIYANTI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

EFEKTIVITAS BAHAN PENCUCI SERTA CARA PENCUCIAN

TERHADAP CEMARAN GETAH DAN BUSUK BUAH MANGGA

(6)
(7)

Judul Skripsi : Efektivitas Bahan Pencuci serta Cara Pencucian terhadap Cemaran Getah dan Busuk Buah Mangga (Mangifera indica) Varietas Arumanis

Nama : Fitri Herdiyanti NIM : A24100049

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir Agus Purwito, M.Sc. Agr Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan penulis dengan baik. Skripsi berjudul Efektivitas Bahan Pencuci serta Cara Pencucian terhadap Cemaran Getah dan Busuk Buah Mangga (Mangifera indica) Varietas Arumanis. Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk strata 1 (S1) di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2013 yang bertujuan untuk mendapatkan bahan pencuci dan cara pencucian yang efektif membersihkan kulit dari getah dan menunda pembusukan pada buah mangga Arumanis.

Penelitian ini dibiayai dengan dana dari Hibah Kompetensi Ditjen Dikti

Kemendiknas dengan judul “Perbaikan Kualitas Buah Manggis dan Mangga sebagai Upaya Peningkatan ekspor”, untuk itu penulis menyampaikan terima

kasih. Ucapan terima kasih kepada bapak Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc. yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan pengarahan selama penelitian dan penulisan skripsi. Bapak Prof Dr Ir Memen Surahman, MscAgr. sebagai pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberi motivasi pada penulis dalam menempuh perkuliahan. Terima kasih kepada ayahanda Supriyanto dan ibunda Nunung Herlina serta kakak Ratih Herliyanti atas doa dan motivasi kepada penulis. Bapak Fatchuri, Salis Rizka, Oktaviola, dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan kemajuan ilmu dan teknologi.

Bogor, September 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani dan Syarat Tumbuh 2

Arumanis 2

Panen dan Pasca Panen Mangga 3

Getah Mangga 3

Deterjen, CaMg(CO3)2, dan Pestisida 4

METODE PENELITIAN 4

Tempat dan Waktu 4

Bahan dan Alat 5

Rancangan Percobaan 5

Pelaksanaan Penelitian 6

Pengamatan Penelitian 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Pengaruh Pencucian terhadap Getah dan Kotor pada Kulit Buah Mangga 8 Pengaruh Pencucian terhadap Luka Bakar Getah pada Kulit Buah Mangga 11 Pengaruh Pencucian terhadap Busuk Pangkal Buah Mangga 15 Pengaruh Pencucian terhadap Busuk Buah Mangga 18 Pengaruh Pencucian terhadap Antraknosa pada Buah Mangga 22 Pengaruh Pencucian terhadap Kekerasan pada Buah Mangga 22

SIMPULAN DAN SARAN 28

DAFTAR PUSTAKA 28

LAMPIRAN 31

(10)

DAFTAR TABEL

1 Skor kebersihan buah mangga 7 2 Skor kekerasan buah mangga 7 3 Skor kerusakan buah mangga 8 4 Pengaruh bahan pencuci dan cara pencucian terhadap kulit bergetah dan

kotor pada buah mangga 9

5 Pengaruh bahan pencuci dengan kontrol terhadap getah pada

kulit buah mangga 10

6 Kombinasi bahan pencuci dan cara pencucian terhadap

getah dan kotor pada kulit buah mangga 10 7 Pengaruh bahan pencuci dengan kontrol terhadap luka bakar getah

buah mangga saat 6 HSP 12

8 Pengaruh bahan pencuci dan cara pencucian terhadap luka bakar

getah pada kulit buah mangga 13 9 Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan cara pencucian terhadap

luka bakar getah pada kulit buah mangga 14 10 Pengaruh bahan pencuci dan cara pencucian terhadap busuk pangkal

buah mangga 16

11 Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan cara pencucian terhadap

busuk pangkal buah mangga 17 12 Pengaruh bahan pencuci dengan kontrol terhadap busuk buah mangga

pada 6 HSP 19

13 Pengaruh bahan pencuci dan cara pencucian terhadap busuk buah

mangga 20

14 Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan cara pencucian terhadap

busuk buah mangga 21

15 Pengaruh bahan pencuci dan cara pencucian terhadap antraknosa

pada buah mangga 24

16 Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan cara pencucian terhadap

antraknosa pada buah mangga 25 17 Pengaruh bahan pencuci dan cara pencucian terhadap kekerasan

pada buah mangga 26

18 Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan cara pencucian terhadap

(11)

DAFTAR GAMBAR

1 Pengaruh bahan pencuci terhadap luka bakar saat 6 HSP 11 2 Pengaruh bahan pencuci terhadap busuk pangkal pada 12 HSP 15 3 Pengaruh bahan pencuci terhadap busuk buah pada 12 HSP 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji kruskal wallis bahan pencuci dan cara pencucian terhadap

getah dan kotor pada kulit buah mangga 31 2 Uji kruskal wallis bahan pencuci dan cara pencucian terhadap

luka bakar getah pada kulit buah mangga 31 3 Uji kruskal wallis bahan pencuci dan cara pencucian terhadap

busuk pangkal buah mangga 32 4 Uji kruskal wallis bahan pencuci dan cara pencucian terhadap

busukbuah mangga 32

5 Uji kruskal wallis bahan pencuci dan cara pencucian terhadap

antraknosa pada buah mangga 33 6 Uji kruskal wallis bahan pencuci dan cara pencucian terhadap

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mangga (Mangifera indica) merupakan komoditas hortikultura yang termasuk dalam famili Anacardiaceae yang tumbuh baik di daerah beriklim agak kering. Menurut Kementan (2014) volume ekspor mangga di Indonesia mengalami penurunan; pada tahun 2012 Indonesia mengekspor buah mangga 1515 ton dan pada tahun 2013 menjadi 1089 ton. Penerapan manajemen pasca panen yang baik dapat mempengaruhi volume ekspor. Manajeman pasca panen yang kurang terjamin menimbulkan masalah yaitu getah yang menempel pada buah. Getah yang menempel pada buah menyebabkan kotor, luka bakar (sapburn), dan busuk buah. Getah mangga terdiri dari dua fraksi yaitu minyak dan protein polisakarida. Kerusakan buah oleh getah terjadi saat fraksi minyak kontak dengan kulit mangga dan masuk ke dalam kulit melalui lentisel. Getah pada buah mangga yang bersifat asam dan banyak mengandung minyak menyebabkan lengket (Negi 2002). Getah memiliki sifat asam dan lengket sehingga menyebabkan getah sulit dilakukan pencucian. Selain itu, getah yang menempel pada kulit buah tersebut dapat menyebabkan terjadinya luka bakar (sapburn). Kandungan karbohidrat pada getah yang menempel pada kulit buah mangga dapat meningkatkan perkembangan cendawan sehingga buah cepat membusuk. Getah dapat mengundang jamur Botryodiplodia theobromae menyebabkan busuk pada pangkal buah dan Colletotricum gloeosporioides menyebabkan penyakit antraknosa. Suhanna et al. (2013) menyatakan bahwa busuk pangkal buah merupakan penyakit pascapanen utama mangga yang menimbulkan kerugian selama pematangan buah. Usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalisir penurunan kualitas buah mangga akibat getah yaitu dengan melakukan pencucian dengan bahan pencuci yang bersifat basa.

Permasalahan getah tersebut perlu diatasi dengan cara pencucian. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada kulit buah. Herdiasti (2011) menyatakan bahwa pencucian dengan deterjen memberikan hasil yang baik dalam mengatasi getah akibat fraksi minyak, akan tetapi tidak dapat mencegah terjadinya penyakit antraknosa dan busuk buah akibat cendawan. Oleh karena itu, perlu memberikan fungisida dalam bahan pencucian. Menurut Firsti (2012) Ca(OH)2 0.5% + deterjen 1% + fungisida akan menunda

kelunakan pada buah mangga. Fungisida berbahan aktif benomil adalah fungisida yang efektif untuk melawan Colletotrichum gloesporioides (Everett 2005).

(14)

2

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mendapatkan bahan pencuci dan cara pencucian yang efektif membersihkan kulit buah dari getah dan menunda pembusukan pada buah mangga Arumanis.

Hipotesis

1. Bahan pencuci CaMg(CO3)2 0.25% + deterjen 1% + fungisida 0.025% dapat

membersihkan kulit buah dari getah serta menunda pembusukan pada buah mangga.

2. Cara pencucian dengan dicuci dan dilap akan memberikan hasil terbaik dalam membersihkan kulit buah dari getah dan menunda pembusukan pada buah mangga.

3. Terdapat interaksi antara bahan pencuci dan cara pencucian untuk membersihkan kulit buah dari getah dan menunda pembusukan pada buah mangga.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Syarat Tumbuh

Mangga (Mangifera indica) adalah komoditas hortikultura yang termasuk dalam famili Anacardiaceae yang tumbuh baik di daerah dengan ketinggian kurang dari 300 m dpl, beriklim agak kering dengan curah hujan 750–2000 mm, 4-7 bulan kering per tahun, dan suhu udara rata-rata berkisar antara 25-32 °C. Nelson (2008) menyatakan bahwa mangga adalah pohon yang bercabang, tinggi sekitar 30-40 meter, serta memiliki kultivar yang bervariasi dalam ukuran buah, warna, bentuk, rasa, dan tekstur. Batang pohon mangga berbentuk bulat dengan warna kecoklatan. Pracaya (2011) menyatakan bahwa mangga memiliki daun tunggal, tanpa anak daun penumpu, dan memiliki panjang 8-30 cm. Buah mangga termasuk kelompok buah batu yang berdaging, panjang buah mangga yaitu 10-20 cm. Daging buah mangga ada yang memiliki daging buah tebal, sedang, hingga tipis. Bunga mangga termasuk bunga majemuk, berbentuk kerucut, malai berwarna kuning kehijauan, memiliki panjang 10-45 cm. Bunga jantan biasanya lebih banyak dari bunga hermaprodit. Jumlah bunga hermaprodit menentukan dalam terbentuknya buah.

Arumanis

(15)

3

kuning-jingga. Ukuran buah mangga arumanis umumnya adalah 15x7.4 cm dengan bobot buah 450 g. Kelompok Arumanis yang terdiri atas kultivar Arumanis, Kates, Gendruk, Delima, Trapang, dan Beruk.

Panen dan Pasca Panen Mangga

Panen merupakan kegiatan mengumpulkan buah dari lahan dengan tingkat kematangan yang tepat, tingkat kerusakan, dan biaya yang kecil (Broto 2003). Kegiatan panen diawali dengan menentukan tingkat kematangan buah, buah dipanen dengan galah panjang yang dilengkapi penampung buah, tangkai pada buah disisakan sekitar 10 cm, meletakkan buah dalam keranjang dengan posisi pangkal buah berada di bawah. Buah yang mempunyai pangkal membengkak dan berwarna kekuningan adalah buah yang sudah tua dan siap dipanen. Kegiatan pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati, yaitu tidak menjatuhkan buah, dan getah tidak boleh mengenai buah. Panen buah mangga yang dilakukan yaitu antara pukul 09.00 atau 15.00. Hal ini dilakukan karena tekanan turgor rendah sehingga produksi getah sedikit. Pasca panen merupakan rangkaian kegiatan penanganan buah sejak dipanen hingga buah siap didistribusikan ke konsumen.

Buah mangga setelah pemanenan masih melakukan kegiatan metabolik (respirasi dan transpirasi) yang akan berpengaruh terhadap mutu buah sehingga memerlukan penanganan pasca panen yang baik untuk mempertahankan mutu buah. Kegiatan yang dilakukan setelah panen adalah sortasi, pencucian, pengkelasan mutu, pengemasan, penyimpanan, dan pendistribusian. Mempertahankan kualitas mangga arumanis yang akan diekspor, perlu digunakan kemasan karton bergelombang dengan jenis dan ukuran yang optimal sesuai dengan negara tujuan ekspor agar diperoleh efisiensi distribusi maksimal (Qanytah 2011). Penyimpanan buah umumnya pada suhu di atas 25 oC. Penyimpanan dengan suhu dibawah 25 oC dapat mempengaruhi aroma, rasa, dan kandungan karoten (Baldwin 1997).

Getah Mangga

Getah pada buah merupakan cairan yang bersifat kental yang keluar dari batang. Getah memiliki dua fraksi yang berbeda yaitu fraksi minyak dan fraksi protein polisakarida (Maqbool 2008). Getah pada buah mangga yang bersifat asam dan banyak mengandung minyak menyebabkan lengket. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan penanganan pasca panen melalui pencucian pada buah dengan cairan pencuci yag bersifat basa. Kandungan karbohidrat pada getah yang menempel pada kulit buah dapat meningkatkan perkembangan cendawan sehingga buah cepat membusuk. Getah dapat mengundang jamur Botryodiplodia

theobromae menyebabkan busuk pada pangkal buah dan Colletotricum

(16)

4

kotor, residu pestisida, dan getah yang menempel pada kulit buah sehingga memiliki nilai jual yang lebih baik. Pencucian tersebut dapat dilakukan dengan pemberian fungisida kontak dan non sistemik. Sari et al. (2004) menyatakan pencucian dengan larutan Ca dapat menghambat pematangan karena berpengaruh terhadap laju respirasi dan produksi etilen (C2H4) buah. Kalsium yang masuk ke

dalam buah akan mengikat enzim lipoksigenase yaitu enzim yang bekerja untuk menghasilkan oksigen aktif yang diperlukan dalam sintesis etilen.

Deterjen, CaMg(CO3)2, dan Fungisida

Deterjen memiliki salah satu bahan aktif yaitu surfaktan. Surfaktan merupakan suatu molekul yang memiliki gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik. Gugus hidrofilik merupakan bagian kepala yang memiliki afinitas yang tinggi terhadap air. Gugus hidrofobik merupakan bagian ekor yang memiliki afinitas yang tinggi terhadap minyak. Oleh karena itu, surfaktan dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Sifat khas dari molekul surfaktan yaitu adanya pembentukan lapisan tipis yang dapat menurunkan energi antar muka seperti minyak dan air (Holmberg 2002). Deterjen bersifat basa dan dapat mengurangi luka bakar pada buah (Johnson 2009).

CaMg(CO3)2 adalah jenis garam yang berbentuk tepung berwarna putih

tanah yang asam dan sebagai sumber magnesium (Hardjowigeno 2010).

Fungisida berbahan aktif benomil adalah fungisida memiliki peran yang sangat penting dalam mengontrol penyakit pada tanaman. Beberapa jenis fungisida yang umum digunakan untuk mengendalikan penyakit pascapanen pada buah yaitu prokloraz, imazalil, metalaksil, dan benomil (Soesanto 2006). Menurut Magnucka et al. (2007) benomil adalah fungisida selektif dan sistemik kelompok benzimidazole yang digunakan secara luas untuk memberantas penyakit tanaman seperti halnya pada buah, sayur, dan tanaman hias. Benomil juga efektif untuk melawan Colletotrichum gloesporioides (Everett 2005). Fungisida ini pun efektif pada aplikasi penyimpanan dalam pascapanen.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

(17)

5

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah mangga varietas Arumanis, air, deterjen, larutan CaMg(CO3)2, dan fungisida Benomil, kertas

koran. Alat-alat yang digunakan antara lain timbangan analitik, kamera, dan keranjang buah.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktorial. Penelitian ini terdiri atas dua faktor perlakuan yaitu faktor perlakuan bahan pencuci dan cara pencucian.

Bahan pencuci terdiri atas lima taraf perlakuan, yaitu: 1. CaMg(CO3)2 0.25% + deterjen 1% (P1),

2. CaMg(CO3)2 0.25% + deterjen 0.5% (P2),

3. CaMg(CO3)2 0.25% + deterjen 1% + fungisida 0.025% (P3),

4. CaMg(CO3)2 0.25% + deterjen 0.5% + fungisida 0.025% (P4),

5. Dicuci dengan air (P5),

Perlakuan cara pencucian terdiri atas dua taraf perlakuan, yaitu: 1. Dicuci (T1), perlakuan adalah 10 kombinasi. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali dengan jumlah buah pada setiap ulangan adalah dua buah, sehingga dibutuhkan buah mangga sebanyak 60 buah serta cek sebanyak 6 buah. Model aditif untuk rancangan percobaan yang digunakan adalah:

Yijk = μ + τi + + j + (τ )ij + k + εijk

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pada perlakuan bahan pencuci ke-i, waktu ke-j, dan

ulangan ke-k

μ = Nilai rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan bahan pencuci ke-i; dimana i = 1, 2,3,4,5

j = Pengaruh perlakuan cara pencuci ke-j; dimana j = 1,2 k = Pengaruh ulangan ke-k, dimana k = 1, 2, 3

(τ )ij = Pengaruh interaksi perlakuan bahan pencuci ke-i dan cara pencucian ke-j

εijk = Galat percobaan (experimental error).

(18)

6

pengaruh nyata dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Dunnet pada taraf 5%. Syarat perlakuan berbeda nyata dengan cek, yaitu :

> Zα

Keterangan :

R = Rata-rata yang didapat dari uji Kruskal Wallis N = Total Pengamatan

t = Banyak angka skor yang sama dari suatu data T = Banyaknya ulangan dalam satu perlakuan

Pelaksanaan Penelitian

Buah mangga yang digunakan dalam penelitian ini dipanen dengan karakteristik yaitu bentuk buah ditandai pertumbuhan penuh, pangkal tangkai buah sudah nampak mengering, tingkat kematangan mencapai 80%, kulit buah berwarna hijau tua tertutup lapisan lilin, dan tangkai mangga dipotong saat panen agar buah mangga mengeluarkan getah. Pemanenan dilakukan pada siang hari antara pukul 13.00 dan 14.00 dengan menggunakan galah yang panjang dengan diberi keranjang penampung buah. Pemanenan pada siang hari agar getah yang keluar banyak sehingga terlihat daya rusak terhadap kulit buah yang terkena getah tersebut. Mangga yang telah dipanen kemudian disortasi sesuai kriteria untuk penelitian. Sortasi dilakukan pada tingkat kematangan, keseragaman, kondisi getah, dan luka akibat infeksi penyakit.

Mangga yang telah disortasi dilakukan penggambaran terhadap lokasi getah dan kotoran yang menempel pada kulit buah dengan menggunakan spidol permanen. Selanjutnya dipisahkan sesuai dengan perlakuan. Pengamatan terhadap persentase getah, kotoran yang menempel pada kulit buah serta pengamatan terhadap luka bakar dan kerusakan lain pada mangga.

Aplikasi Bahan Pencuci Sesuai Perlakuan

Seluruh sampel buah mangga dicuci pada larutan bahan pencuci sesuai perlakuan sekitar 5 menit sambil digosok dengan sapu tangan halus agar kulit buah tidak luka. Buah mangga dicuci dengan menggunakan dua cara, yaitu dicuci dengan cara buah dicuci pada larutan bahan pencuci dan dilap dengan sapu tangan halus, kemudian dibilas kedalam air bersih dan kering angin, serta dicuci + dilap yaitu setelah buah dicuci dalam larutan bahan pencuci, kemudian dilap kembali sisa getah yang masih menempel dengan sapu tangan dalam air bersih dan kering angin.

Penyimpanan

(19)

7

Pengamatan Penelitian

Pengamatan dilakukan di lapang dan di laboratorium tiga hari sekali yang dimulai dari hari perlakuan sampai 12 hari setelah perlakuan (HSP). Pengamatan dilakukan pada beberapa parameter mutu yaitu :

1. Kebersihan

Pengamatan pada parameter kebersihan buah mangga diamati sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Pengamatan getah dan kotor pada permukaan kulit buah mangga dilihat berdasarkan persentase hilangnya getah mangga yang menempel pada kulit buah. Skor kebersihan getah dan kotor yang menempel pada permukaan kulit buah dapat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Skor kebersihan buah mangga

Skor Tingkat Kebersihan Buah Mangga ( % ) 1 3 - 10% kulit bergetah atau kotor yang terdapat pada buah mangga 10 - 25% kulit bergetah atau kotor yang terdapat pada buah mangga 25-100% kulit bergetah atau kotor yang terdapat pada buah mangga

Sumber : Holmes et al (2009)

2. Kekerasan buah

Pengamatan kekerasan buah dilakukan tiga hari sekali hingga 12 HSP dengan menekan buah dengan menggunakan ibu jari. Penekanan dilakukan pada ujung, tengah, dan pangkal buah serta dilakukan beberapa kali ulangan. Indikator pengamatan kekerasan buah yang dilakukan berupa skor dapat disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Skor kekerasan buah mangga

Skor Tingkat Kekerasan Buah Mangga jari pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah mangga)

3 Sprung (daging buah tertekan sedalam 2-3 mm pada saat diberi

tekanan ibu jari yang kuat pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah mangga)

4 Firm soft (daging buah tertekan dengan tekanan ibu jari yang sedang

pada bagian ujung, tengah, dan pangkal buah mangga)

5 Soft ( daging buah tertekan dengan tekanan ibu jari yang lemah pada

bagian ujung, tengah, dan pangkal buah mangga)

(20)

8

3. Kerusakan lain

Pengamatan terhadap kerusakan lain pada kulit buah selama penyimpanan, yaitu :

a. Luka bakargetah ( Sapburn )

Luka bakar getah (Sapburn) adalah bintik-bintik atau bercak berwarna cokelat gelap pada permukaan kulit buah yang menyebabkan kulit buah seperti terbakar.

b. Busuk pangkal buah ( Stem rot )

Busuk pangkal buah (Stem rot) adalah busuk lunak berair yang terdapat pada pangkal buah yang perkembangannya cukup cepat dimulai dari pangkal buah kemudian masuk kedalam daging buah.

c. Busuk buah ( Body rots )

Busuk buah (Body rots ) adalah busuk pada tubuh buah yang memiliki ciri berwarna abu-abu hingga hitam, berbentuk bulat, dan terdapat cekungan pada daerah yang busuk. Busuk buah disebabkan oleh cendawan

Colletotrichum gloeosporioides.

d. Antraknosa ( Anthracnose )

Antraknosa (Anthracnose ) disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gloeosporioides yang menyerang buah setelah panen. Buah mangga yang terserang antraknosa menimbulkan kerusakan parah dan dapat menurunkan kualitas buah. Indikator pengamatan kerusakan buah berupa skor dapat disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Skor kerusakan buah mangga

Skor Tingkat Kerusakan Buah Mangga (%) 0 Tidak ada kerusakan pada buah mangga

1 Kurang dari 1 cm2 kerusakan yang terjadi pada buah mangga 2 1-3 cm2 atau sekitar 3 % kerusakan yang terjadi pada buah mangga 3 3-12 cm2 atau sekitar 10 % kerusakan yang terjadi pada buah mangga 4 12-25 cm2 atau sekitar 10-20 % kerusakan yang terjadi pada buah mangga 5 Lebih besar dari 25 % kerusakan yang terjadi pada buah mangga

Sumber : Holmes et al (2009)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pencucian terhadap Getah dan Kotoran pada Buah Mangga

Pengamatan terhadap kebersihan kulit buah mangga dibagi menjadi dua yaitu kebersihan terhadap hilangnya getah yang menempel pada kulit buah dan kebersihan terhadap kotor yang menempel pada kulit buah. Fatchuri (2013*) menyatakan bahwa kualitas buah mangga daerah Pemalang sudah baik dan tidak perlu dilakukan pencucian. Setelah dilakukan pencucian, terlihat bahwa buah mangga yang tidak dicuci (cek) memiliki penampilan yang tidak lebih baik dibandingkan yang dilakukan pencucian sehingga petani menyadari bahwa pencucian ini penting dilakukan. Hasil uji Dunnet pada Tabel 5 menunjukkan bahwa semua perlakuan bahan pencuci nyata lebih baik dari kontrol dalam menghilangkan getah yang menempel pada permukaan kulit mangga. Pencucian

(21)

9

buah mangga dengan larutan CaMg(CO3)2 + deterjen 1% + benomil nyata paling

baik dalam menghilangkan getah dan kotor yang menempel pada kulit buah mangga dibandingkan bahan pencuci lain (Tabel 4). Mangga yang tidak dicuci memiliki skor kulit terkena getah dan kotor paling tinggi yaitu 3.83 dan 4.33 dengan persentase kulit bergetah sekitar 3-10% dan kotor yang menempel pada kulit buah mangga sekitar 10-25%. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2009) buah mangga masih layak jual dengan persentase noda yang menempel pada permukaan kulit buah sekitar 3%. Oleh karena itu, pencucian buah mangga dengan larutan CaMg(CO3)2 + deterjen 1% + benomil masih layak jual dengan

kualitas lebih baik dibandingkan mangga yang dicuci dengan bahan pencuci lain. Getah pada buah mangga bersifat asam dan mengandung minyak. Getah yang memiliki sifat asam memerlukan pencucian dengan larutan yang bersifat basa. CaMg(CO3)2 merupakan basa kuat dengan derajat keasaman (pH) 10-12.

Pencucian dengan deterjen yang bersifat surfaktan dapat menghilangkan getah yang mengandung minyak.

Hasil uji Dunnet menunjukkan bahwa kedua cara pencucian yaitu dicuci dan dicuci + dilap tidak berbeda nyata, sehingga kedua cara tersebut efektif untuk menghilangkan kulit bergetah dan kotor pada kulit mangga. Terdapat interaksi antara kombinasi perlakuan bahan pencuci dengan cara pencucian terhadap kebersihan getah pada kulit buah sedangkan dalam menghilangkan kotor tidak terdapat interaksi antara kombinasi perlakuan bahan pencuci dengan cara pencucian. Kombinasi perlakuan terbaik untuk menghilangkan getah yang menempel pada kulit buah adalah pencucian dengan larutan CaMg(CO3)2 +

deterjen 1% + benomil dengan cara dicuci + dilap namun larutan CaMg(CO3)2 +

deterjen 1% + benomil dengan cara dicuci tidak berbeda nyata dengan cara dicuci + dilap (Tabel 6). Oleh karena itu, pencucian dengan larutan CaMg(CO3)2 +

deterjen 1% + benomil dengan cara dicuci merupakan cara yang mudah dan efektif dalam menghilangkan getah yang menempel pada kulit buah mangga.

(22)

10

Tabel 5 Pengaruh bahan pencuci dengan kontrol terhadap getah pada kulit

buah mangga

Antar perlakuan tidak berbeda nyata jika nilai (R bar 1- R bar 2) < akar * z alfa. Sebaliknya,antar perlakuan berbeda nyata jika nilai (R bar 1- R bar 2) > akar * z alfa.

(23)

11

Pengaruh Pencucian terhadap Luka Bakar Getah pada Buah Mangga

Semua bahan pencuci nyata lebih baik dari kontrol dalam mencegah terjadinya luka bakar getah saat 6 HSP (Tabel 7). Pencucian mangga dengan larutan CaMg(CO3)2 + deterjen 1% + benomil memiliki skor gejala luka bakar

getah < 1 pada 6 HSP dan mengalami kenaikan yang cukup lambat hingga 12 HSP (Tabel 8). Mangga yang dicuci dengan air dan kontrol memiliki skor gejala yang lebih besar dibandingkan bahan pencuci lainnya yaitu 2.00 dan 2.50 pada 12 HSP. Larutan CaMg(CO3)2 + deterjen 1% + benomil merupakan bahan pencuci

yang nyata lebih baik dibandingkan bahan pencuci lainnya untuk mencegah terjadinya luka bakar getah saat 6 HSP (Gambar 1). Getah yang menempel pada kulit buah mangga dapat menimbulkan luka bakar (sapburn). Luka bakar muncul akibat terpisahnya fraksi minyak. Luka bakar adalah bintik-bintik atau bercak berwarna cokelat gelap pada permukaan kulit buah yang menyebabkan kulit buah seperti terbakar (Holmes 2009).

Perlakuan cara pencucian terhadap terjadinya luka bakar menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara cara dicuci dan dicuci + dilap sehingga kedua cara tersebut efektif untuk mencegah luka bakar getah pada kulit mangga.Oleh karena itu, pencucian dengan cara dicuci dapat dilakukan karena lebih mudah dilakukan dan efektif dalam mencegah terjadinya luka bakar.

A Dicuci

CaMg(CO3)2 CaMg(CO3)2 + CaMg(CO3)2 CaMg(CO3)2 Air Kontrol

+ Deterjen 1% Deterjen 0.5% + Deterjen 1% +Deterjen 0.5% + Benomil + Benomil

B Dicuci+ dilap Luka bakar

CaMg(CO3)2 CaMg(CO3)2 + CaMg(CO3)2 CaMg(CO3)2 Air

+Deterjen 1% Deterjen 0.5% + Deterjen 1% + Deterjen 0.5% + Benomil + Benomil

Gambar 1 Pengaruh bahan pencuci terhadap luka bakar saat 6 HSP.

Luka Bakar

(24)

12

Terdapat interaksi antara kombinasi perlakuan bahan pencuci dengan cara pencucian terhadap luka bakar getah saat 3 HSP dan 6 HSP. Hasil uji Dunnet

menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan terbaik adalah larutan CaMg(CO3)2 +

deterjen 1% + benomil dengan cara dicuci + dilap efektif untuk mencegah terjadinya luka bakar getah dibandingkan bahan pencuci lainnya namun kombinasi perlakuan CaMg(CO3)2 + deterjen 1% + benomil dengan cara dicuci

tidak berbeda nyata dengan dicuci + dilap (Tabel 9). Oleh karena itu, larutan CaMg(CO3)2 + deterjen 1% + benomil dengan cara dicuci merupakan cara yang

mudah dan efektif dalam mencegah terjadinya luka bakar.

Tabel 7 Pengaruh bahan pencuci dengan kontrol terhadap luka bakar getah getah buah mangga saat 6 HSP

(25)

13

Tabel 8 Pengaruh bahan pencuci dan cara pencucian terhadap luka bakar getah buah mangga

Perlakuan 0 HSP 3 HSP 6 HSP 9 HSP 12 HSP

Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata

Bahan Pencuci

CaMg(CO3)2 + deterjen 1% 0.00 30.50 0.83 28.75 ab 1.00 25.73 a 1.55 29.32 1.80 26.30

CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% 0.00 30.50 0.83 26.42 ab 1.18 28.77 ab 1.27 26.09 1.82 26.82

CaMg(CO3)2 + deterjen 1% +

benomil 0.00 30.50 0.58 22.38 bc 0.64 17.68 c 1.00 19.95 1.73 25.86 CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% +

benomil 0.00 30.50 1.33 36.38 ab 1.42 35.50 b 1.64 31.32 1.91 29.23 Air 0.00 30.50 1.17 38.58 a 1.50 36.08 b 1.67 35.21 2.00 31.33

Uji Dunnet tn * * tn tn

Cara Pencucian

Dicuci 0.00 30.50 0.90 31.37 1.10 29.10 1.40 29.53 1.86 27.93

Dicuci+dilap 0.00 30.50 1.00 32.20 1.00 28.89 1.20 27.39 1.85 28.07

Uji Dunnet tn tn tn tn tn

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Dunnet 5%. HSP = Hari setelah perlakuan. tn = tidak nyata, * = nyata

(26)

14

Tabel 9 Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan cara pencucian terhadap luka bakar getah buah manga

Perlakuan 0 HSP 3 HSP 6 HSP 9 HSP 12 HSP

Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata CaMg(CO3)2 + deterjen 1%

Dicuci 0.00 30.50 1.00 33.00 ab 1.17 29.50 abc 1.83 34.42 1.83 25.90 Dicuci + dilap 0.00 30.50 0.67 24.50 ab 0.67 21.20 bc 1.00 23.20 1.00 26.70 CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5%

Dicuci 0.00 30.50 0.33 16.00 a 0.83 21.92 abc 1.00 21.17 1.00 23.17

Dicuci + dilap 0.00 30.50 1.33 36.83 ab 1.33 37.00 ab 1.33 32.00 1.33 31.20 CaMg(CO3)2 + deterjen 1% + benomil

Dicuci 0.00 30.50 0.67 24.50 ab 0.67 21.92 bc 0.83 20.10 0.83 32.00 Dicuci + dilap 0.00 30.50 0.50 20.25 ab 0.50 12.60 c 1.00 19.83 1.00 20.75 CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% + benomil

Dicuci 0.00 30.50 1.33 36.83 a 1.50 34.67 a 1.67 32.33 1.67 30.67

Dicuci + dilap 0.00 30.50 1.33 40.33 a 1.50 37.50 a 1.33 32.60 1.33 27.50 Air

Dicuci 0.00 30.50 1.33 40.33 a 1.50 37.50 a 1.83 38.08 1.83 28.25

Dicuci + dilap 0.00 30.50 1.00 32.42 ab 1.33 33.50 ab 1.50 30.25 1.50 34.42

Uji Dunnet * *

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Dunnet 5%. HSP = Hari setelah perlakuan. tn = tidak nyata, * = nyata

(27)

15

Pengaruh Pencucian terhadap Busuk Pangkal Buah Mangga

Busuk pangkal buah terjadi saat 3 HSP pada buah mangga yang dicuci dengan semua larutan bahan pencuci kecuali pada larutan CaMg(CO3)2 + deterjen

1% + benomil. Skor gejala busuk pangkal buah mangga yang dicuci dengan air dan tidak dicuci mengalami kenaikan cukup signifikan pada 12 HSP sebesar 2.50 dan 2.67 dengan persentase busuk pangkal buah sekitar 3% (Tabel 10). Hasil uji

Dunnet menunjukkan bahwa semua bahan pencuci nyata lebih baik dari kontrol saat 6 HSP hingga 12 HSP. Buah mangga yang dicuci dengan larutan CaMg(CO3)2 + deterjen 1% + benomil mulai terlihat gejala busuk pangkal buah

pada 12 HSP (Gambar 2). Oleh karena itu, larutan CaMg(CO3)2 + deterjen 1% +

benomil dapat menunda terjadinya busuk pangkal hingga 9 HSP. Holmes et al

(2009) menyatakan busuk pangkal buah adalah busuk lunak berair yang terdapat pada pangkal buah yang perkembangannya cukup cepat dimulai dari pangkal buah kemudian masuk kedalam daging buah. Busuk pengkal buah diakibatkan luka yang pada pedicel saat panen sehingga dapat mengundang cendawan

Botryodiplodia theobromae.

Gambar 2 Pengaruh bahan pencuci terhadap busuk pangkal pada 12 HSP. Perlakuan cara pencucian terhadap penundaan busuk pangkal menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara cara dicuci dan dicuci + dilap sehingga kedua cara tersebut efektif untuk menunda busuk pangkal buah mangga. Terdapat interaksi antara kombinasi perlakuan bahan pencuci dan cara pencucian terhadap busuk pangkal buah pada 6 HSP hingga 12 HSP (Tabel 11). Hasil uji Dunnet

(28)

16

Tabel 10 Pengaruh bahan pencuci dan cara pencucian terhadap busuk pangkal buah mangga

Perlakuan 0 HSP 3 HSP 6 HSP 9 HSP 12 HSP

Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata

Bahan Pencuci

CaMg(CO3)2 + deterjen 1% 0.00 30.50 0.25 32.00 0.64 28.45 b 1.27 27.32 ab 2.00 30.85 ab

CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% 0.00 30.50 0.17 29.50 0.18 23.14 cd 0.18 21.18 cd 1.00 21.00 b

CaMg(CO3)2 + deterjen 1% +

benomil 0.00 30.50 0.00 24.50 0.00 18.50 d 0.00 17.00 d 0.55 14.27 c

CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% +

benomil 0.00 30.50 0.25 32.00 0.50 29.96 bc 0.91 31.50 bc 2.36 36.00 a

Air 0.00 30.50 0.33 34.50 1.08 43.54 a 1.67 44.08 a 2.50 37.29 a

Uji Dunnet tn tn * * *

Cara Pencucian

Dicuci 0.00 30.50 0.30 32.50 0.59 30.53 1.03 29.45 1.75 28.66

Dicuci+dilap 0.00 30.50 0.10 28.50 0.39 27.41 0.59 27.48 1.63 27.31

Uji Dunnet tn tn tn tn tn

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Dunnet 5%. HSP = Hari setelah perlakuan. tn = tidak nyata, * = nyata

(29)

17

Tabel 11 Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan cara pencucian terhadap busuk pangkal buah mangga

Perlakuan 0 HSP 3 HSP 6 HSP 9 HSP 12 HSP

Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata CaMg(CO3)2 + deterjen 1%

Dicuci 0.00 30.50 0.50 39.50 1.17 36.75 a 2.33 35.92 a 2.60 34.90 abc

Dicuci + dilap 0.00 30.50 0.00 24.50 0.00 18.50 c 0.00 17.00 de 1.40 26.80 bcd CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5%

Dicuci 0.00 30.50 0.17 29.50 0.17 22.75 c 0.17 20.83 de 1.33 26.83 abcd

Dicuci + dilap 0.00 30.50 0.17 29.50 0.20 23.60 c 0.20 21.60 de 0.60 14.00 cd CaMg(CO3)2 + deterjen 1% + benomil

Dicuci 0.00 30.50 0.00 24.50 0.00 18.50 c 0.00 17.00 e 0.20 9.70 d

Dicuci + dilap 0.00 30.50 0.00 24.50 0.00 18.50 c 0.00 17.00 e 0.83 18.08 bcd CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% + benomil

Dicuci 0.00 30.50 0.33 34.50 0.50 28.67 bc 1.00 28.25 bcd 2.50 36.83 ab

Dicuci + dilap 0.00 30.50 0.17 29.50 0.50 31.25 bc 0.80 35.40 cde 2.20 35.00 abcd Air

Dicuci 0.00 30.50 0.33 34.50 1.00 44.00 ab 1.50 43.17 abc 2.00 32.92 abc

Dicuci + dilap 0.00 30.50 0.33 34.50 1.17 43.08 a 1.83 45.00 ab 3.00 41.67 a

Uji Dunnet tn tn * * *

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Dunnet 5%. HSP = Hari setelah perlakuan. tn = tidak nyata, * = nyata.

(30)

18

Pengaruh Pencucian terhadap Busuk Buah Mangga

Semua larutan bahan pencuci nyata lebih baik dari kontrol saat 6 HSP dalam menunda pembusukan buah mangga (Tabel 12). Skor gejala busuk buah mangga yang dicuci dengan air dan tidak dicuci memiliki skor 1.25 dan 2.83 pada 9 HSP dengan persentase gejala busuk buah sekitar 3%. Skor gejala busuk buah mangga yang dicuci dengan CaMg(CO3)2 + deterjen 1% + benomil memiliki skor 0.27

CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% + benomil dalam menunda busuk buah saat 9 HSP

(Tabel 13). Penggunaan fungisida dalam bahan pencuci efektif dalam mengontrol busuk buah yang disebabkan oleh Lasiodiplodia (Pedraza 2013).

Mangga yang terserang busuk buah dapat menurunkan kualitas buah mangga. Busuk buah ( Body rots ) adalah busuk pada tubuh buah yang memiliki ciri berwarna abu-abu hingga hitam, berbentuk bulat, dan terdapat cekungan pada daerah yang busuk (Holmes 2009). Busuk buah disebabkan oleh cendawan

Colletotrichum gloeosporioides.

Cara pencucian terhadap penundaan busuk buah menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara cara dicuci dan dicuci + dilap sehingga kedua cara tersebut efektif untuk menunda busuk buah mangga. Oleh karena itu, pencucian dengan cara dicuci dapat dilakukan karena lebih mudah dilakukan dan efektif dalam menunda terjadinya busuk buah. Tidak terdapat interaksi antara kombinasi perlakuan bahan pencuci dan cara pencucian (Tabel 14). Hal ini menunjukkan semua kombinasi perlakuan sama baik dalam menunda busuk buah.

A Dicuci

Gambar 3 Pengaruh bahan pencuci terhadap busuk buah pada 12 HSP Air

Busuk buah

Kontrol

(31)

19

Tabel 12 Pengaruh bahan pencuci dengan kontrol terhadap busuk buah mangga saat 6 HSP

Perlakuan

1 Perlakuan 2 Range Bar 1 Range Bar 2

Range Bar 1 - Range Bar 2

akar *

z alfa Keterangan

a

Kontrol CaMg(CO3)2 + deterjen 1% 60.98 26.55 34.43 7.81 Berbeda nyata

Kontrol CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% 60.98 26.55 34.43 7.81 Berbeda nyata

Kontrol

CaMg(CO3)2 + deterjen 1% +

benomil 60.98 24.00 36.98 7.81 Berbeda nyata

Kontrol

CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% +

benomil 60.98 29.08 31.90 7.81 Berbeda nyata

Kontrol Air 60.98 38.00 22.98 7.81 Berbeda nyata

a

Antar perlakuan tidak berbeda nyata jika nilai (R bar 1- R bar 2) < akar * zalfa. Sebaliknya, antar perlakuan berbeda nyata jika nilai (R bar 1- R bar 2) > akar * z alfa.

(32)

20

Tabel 13 Pengaruh bahan pencuci dan cara pencucian terhadap busuk buah mangga

Perlakuan 0 HSP 3 HSP 6 HSP 9 HSP 12 HSP

Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata

Bahan Pencuci

CaMg(CO3)2 + deterjen 1% 0.00 30.50 0.08 29.00 0.09 26.55 a 0.73 26.23 ab 1.30 29.15

CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% 0.00 30.50 0.17 31.50 0.09 26.55 ab 0.45 24.23 bc 0.64 21.73

CaMg(CO3)2 + deterjen 1% +

benomil 0.00 30.50 0.00 26.50 0.00 24.00 a 0.27 20.91 b 0.55 21.55 CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5%

+ benomil 0.00 30.50 0.17 31.50 0.25 29.08 ab 0.73 30.64 ab 1.27 30.91

Air 0.00 30.50 0.25 34.00 0.50 38.00 c 1.25 39.50 c 1.58 36.04

Uji Dunnet tn tn * * tn

Cara Pencucian

Dicuci 0.00 30.50 0.17 30.50 0.28 30.93 0.86 30.91 1.29 30.48

Dicuci+dilap 0.00 30.50 0.10 30.50 0.11 27.00 0.52 25.91 0.85 25.43

Uji Dunnet tn tn tn tn tn

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Dunnet 5%. HSP = Hari setelah perlakuan. tn = tidak nyata, * = nyata.

(33)

21

Tabel 14 Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan cara pencucian terhadap busuk buah mangga

Perlakuan 0 HSP 3 HSP 6 HSP 9 HSP

12 HSP

Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata CaMg(CO3)2 + deterjen 1%

Dicuci 0.00 30.50 0.17 26.50 0.17 28.67 1.00 28.17 2.17 29.00

Dicuci + dilap 0.00 30.50 0.00 31.50 0.17 24.00 0.40 23.90 1.50 29.30

CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5%

Dicuci 0.00 30.50 0.17 31.50 0.17 28.67 0.67 28.42 1.00 26.75

Dicuci + dilap 0.00 30.50 0.17 31.50 0.33 24.00 0.20 19.20 0.83 15.70

CaMg(CO3)2 + deterjen 1% + benomil

Dicuci 0.00 30.50 0.00 26.50 0.17 24.00 0.40 23.90 1.33 26.80

Dicuci + dilap 0.00 30.50 0.00 26.50 0.00 24.00 0.17 18.42 0.33 17.17

CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% + benomil

Dicuci 0.00 30.50 0.33 36.50 0.50 34.17 0.83 32.33 1.33 31.92

Dicuci + dilap 0.00 30.50 0.00 26.50 0.00 24.00 0.60 28.60 1.50 29.70

Air

Dicuci 0.00 30.50 0.17 31.50 0.50 38.00 1.33 40.58 1.67 37.08

Dicuci + dilap 0.00 30.50 0.33 36.50 0.50 38.00 1.17 38.42 1.50 35.00

Uji Dunnet tn tn tn tn tn

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Dunnet 5%. HSP = Hari setelah perlakuan. tn = tidak nyata, * = nyata.

(34)

22

Pengaruh Pencucian terhadap Antraknosa pada Buah Mangga

Gejala antraknosa terjadi saat 3 HSP pada semua bahan pencuci termasuk kontrol. Penambahan fungisida sistemik berbahan aktif benomil dapat mengontrol terjadinya antraknosa (Adhikary et al 2013). Pencucian dengan larutan CaMg(CO3)2 + deterjen 1% + benomil memiliki skor gejala antraknosa yang lebih

rendah dari bahan pencuci lain yaitu sebesar 0.18 pada 9 HSP (Tabel 15). Hal ini menunjukkan bahwa larutan CaMg(CO3)2 + deterjen 1% + benomil merupakan

bahan pencuci yang dapat menunda terjadinya antraknosa pada penyimpanan hingga 9 HSP.

Antraknosa disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gloeosporioides

yangmenyerang buah setelah panen (Holmes 2009). Buah mangga yang terserang antraknosa menimbulkan kerusakan parah dan dapat menurunkan kualitas buah. Gejala yang ditimbulkan yaitu bulatan hitam sedikit cekung dengan bentuk yang tidak beraturan (Chowdhury 2009).

Cara pencucian terhadap penundaan antraknosa menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara cara dicuci dan dicuci + dilap sehingga kedua cara tersebut efektif untuk menunda terjadinya antraknosa pada buah mangga. Hasil uji Dunnet menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara kombinasi bahan pencuci dan cara pencucian terhadap terjadinya antraknosa (Tabel 16). Hal ini menunjukkan bahwa semua kombinasi perlakuan dapat menekan terjadinya antraknosa.

Pengaruh Pencucian terhadap Kekerasan Buah Mangga

Larutan bahan pencuci CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% + benomil nyata lebih

baik dari air saat 3 HSP dengan skor kekerasan buah yang rendah yaitu 1.17 (Tabel 17). Larutan CaMg(CO3)2 + deterjen 1% + benomil nyata lebih baik dari

air pada 6 HSP dan 9 HSP namun tidak berbeda nyata dengan bahan pencuci CaMg(CO3)2 + deterjen 1%, CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5%, dan CaMg(CO3)2 +

deterjen 0.5% + benomil. Bahan pencuci CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% + benomil

memiliki skor kekerasan buah sebesar 2.00 pada 9 HSP yang ditandai dengan daging buah sedikit tertekan saat diberi tekanan pada bagian ujung, tengah dan pangkal buah (ruberry), sedangkan mangga yang tidak dicuci memiliki skor kekerasan buah tinggi yaitu 3.17 pada 9 HSP yang termasuk dalam kategori

sprung yang ditandai dengan daging buah tertekan sedalam 2-3 mm dengan tekanan ibu jari yang kuat. Oleh karena itu, larutan bahan pencuci CaMg(CO3)2 +

deterjen 0.5% + benomil dapat menunda kelunakan hingga 9 HSP.

(35)

23

Cara pencucian terhadap kekerasan buah menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara cara dicuci dan dicuci + dilap sehingga kedua cara tersebut efektif untuk menunda kelunakan buah mangga selama penyimpanan.Terdapat interaksi antara kombinasi perlakuan bahan pencuci dengan cara pencucian terhadap kekerasan buah saat 6 HSP dan 9 HSP. Hasil uji Dunnet menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan terbaik adalah larutan CaMg(CO3)2 + deterjen 1%,

CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% + benomil dengan cara pencucian dicuci lebih baik

(36)

24

Tabel 15 Pengaruh bahan pencuci dan cara pencucian terhadap antraknosa pada buah mangga

Perlakuan 0 HSP 3 HSP 6 HSP 9 HSP 12 HSP

Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata

Bahan Pencuci

CaMg(CO3)2 + deterjen 1% 0.00 30.50 0.08 28.00 0.25 31.14 1.00 29.95 1.30 25.90

CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% 0.00 30.50 0.25 33.00 0.25 28.59 0.45 25.09 1.00 26.18

CaMg(CO3)2 + deterjen 1% +

benomil 0.00 30.50 0.08 28.00 0.08 23.50 0.18 21.18 1.00 26.18

CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% +

benomil 0.00 30.50 0.17 30.50 0.17 28.17 0.64 30.45 1.27 29.27

Air 0.00 30.50 0.25 33.00 0.42 33.29 1.00 35.21 1.67 31.92

Uji Dunnet tn tn tn tn tn

Cara Pencucian

Dicuci 0.00 30.50 0.17 30.50 0.27 29.48 0.90 32.02 1.39 29.23

Dicuci+dilap 0.00 30.50 0.17 30.50 0.20 28.50 0.41 24.72 1.11 26.72

Uji Dunnet tn tn tn tn tn

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Dunnet 5%. HSP = Hari setelah perlakuan. tn = tidak nyata, * = nyata.

(37)

25

Tabel 16 Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan cara pencucian terhadap antraknosa pada buah mangga

Perlakuan

0 HSP 3 HSP 6 HSP 9 HSP 12 HSP

Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata CaMg(CO3)2 + deterjen 1%

Dicuci 0.00 30.50 0.00 25.50 0.33 32.83 1.50 35.25 1.60 26.80

Dicuci + dilap 0.00 30.50 0.17 30.50 0.20 29.10 0.40 23.60 1.00 25.00

CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5%

Dicuci 0.00 30.50 0.17 30.50 0.17 28.17 0.67 28.00 1.17 27.67

Dicuci + dilap 0.00 30.50 0.33 35.50 0.20 29.10 0.20 21.60 0.80 24.40

CaMg(CO3)2 + deterjen 1% + benomil

Dicuci 0.00 30.50 0.17 30.50 0.00 23.50 0.40 26.20 1.20 29.60

Dicuci + dilap 0.00 30.50 0.00 25.50 0.00 23.50 0.00 17.00 0.83 23.33

CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% + benomil

Dicuci 0.00 30.50 0.33 35.50 0.33 32.83 0.83 34.00 1.33 29.83

Dicuci + dilap 0.00 30.50 0.00 25.50 0.00 23.50 0.40 26.20 1.20 28.60

Air

Dicuci 0.00 30.50 0.17 30.50 0.33 29.08 1.00 35.67 1.67 31.92

Dicuci + dilap 0.00 30.50 0.33 35.50 0.50 37.50 1.00 34.75 1.67 31.92

Uji Dunnet tn tn tn tn tn

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Dunnet 5%. HSP = Hari setelah p

(38)

26

Tabel 17 Pengaruh bahan pencuci dan cara pencucian terhadap kekerasan pada buah mangga

Perlakuan 0 HSP 3 HSP 6 HSP 9 HSP 12 HSP

Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata

Bahan Pencuci

CaMg(CO3)2 + deterjen 1% 1.17 32.00 1.58 33.42 ab 2.18 30.09 a 2.36 30.55 abc 3.20 30.50

CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% 1.08 29.50 1.50 29.75 ab 2.00 25.00 ab 2.09 25.00 bc 3.09 27.50

CaMg(CO3)2 + deterjen 1% +

benomil 1.00 27.00 1.33 26.17 a 1.91 22.82 b 2.00 22.50 c 3.00 25.00 CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% +

benomil 1.08 29.50 1.17 21.33 a 2.08 27.33 ab 2.09 25.00 bc 3.09 27.50 Air 1.25 34.50 1.92 41.83 bc 2.50 39.00 a 2.58 38.54 a 3.17 29.58

Uji Dunnet tn * * * tn

Cara Pencucian

Dicuci 1.07 32.00 1.43 29.07 1.90 28.03 2.28 29.34 3.11 27.95

Dicuci+dilap 1.17 29.00 1.57 31.93 2.03 30.00 2.19 27.59 3.11 28.06

Uji Dunnet tn tn tn tn tn

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Dunnet 5%. HSP = Hari setelah perlakuan. tn = tidak nyata, * = nyata.

(39)

27

Tabel 18 Pengaruh kombinasi bahan pencuci dan cara pencucian terhadap kekerasan pada buah mangga

Perlakuan

0 HSP 3 HSP 6 HSP 9 HSP 12 HSP

Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata Skor Peringkata CaMg(CO3)2 + deterjen 1%

Dicuci 1.33 31.00 1.50 31.00 2.33 34.33 ab 2.67 37.25 b 3.40 36.00

Dicuci + dilap 1.00 35.83 1.67 35.83 1.67 25.00 bc 1.67 22.50 a 3.00 25.00

CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5%

Dicuci 1.00 31.00 1.50 31.00 2.00 25.00 bc 2.00 22.50 a 3.00 25.00

Dicuci + dilap 1.17 28.50 1.50 28.50 1.67 25.00 bc 1.83 28.00 ab 3.20 30.50 CaMg(CO3)2 + deterjen 1% + benomil

Dicuci 1.00 26.17 1.33 26.17 1.50 20.20 c 1.67 22.50 a 3.00 25.00

Dicuci + dilap 1.00 26.17 1.33 26.17 2.00 25.00 bc 2.00 22.50 a 3.00 25.00

CaMg(CO3)2 + deterjen 0.5% + benomil

Dicuci 1.17 21.33 1.17 21.33 2.17 29.67 abc 2.17 27.08 ab 3.17 29.58

Dicuci + dilap 1.00 21.33 1.17 21.33 2.00 25.00 bc 1.67 22.50 a 3.00 25.00

Air

Dicuci 1.33 35.83 1.67 35.83 2.17 29.67 abc 2.50 36.25 ab 3.00 25.00

Dicuci + dilap 1.17 47.83 2.17 47.83 2.83 48.33 a 2.67 40.83 b 3.33 34.17

Uji Dunnet tn tn * * tn

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Dunnet 5%. HSP = Hari setelah perlakuan. tn = tidak nyata, * = nyata

(40)

28

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Bahan pencuci CaMg(CO3)2 + deterjen 1% + benomil efektif dalam

membersihkan kulit buah dari getah, menunda pembusukan buah selama 9 HSP, mencegah luka bakar getah pada kulit buah saat 6 HSP, menunda terjadinya antraknosa pada penyimpanan 9 HSP. Cara pencucian dengan cara dicuci dan dicuci+dilap tidak berbeda nyata antara keduanya. Interaksi bahan pencuci dan cara pencucian memberikan pengaruh nyata dalam membersihkan kulit buah dari getah dan menunda pembusukan pada buah mangga.

SARAN

Petani dan pedagang pengumpul buah dapat menggunakan bahan pencuci CaMg(CO3)2 + deterjen 1% + benomil efektif dalam membersihkan kulit buah

dari getah dan kotoran, menunda busuk buah, busuk pangkal, kelunakan buah dan antaknosa selama 9 HSP.

DAFTAR PUSTAKA

Adhikary NK, Dey S, Tarafdar D. 2013. Studies on morphology of mango anthracnose disease causing fungus Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Penz and Sacc and efficacy of azoxystrobin against the fungus under in vitro and in vivo condition. J.The Bioscan. 8(2):493-497.

Broto W. 2003. Budidaya, Pascapanen, dan Tataniaga Mangga. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

Baldwin. 1997. Postharvest Physiology and Storage of Tropical and Subtropical Fruits. Mitra S, editor. New York (US): CAB International.

[Batan] Badan Tenaga Nuklir Nasional. 2004. Penentuan kalsit dan dolomit secara kimia dalam batu gamping dari Madura. [Internet]. [diunduh 2014 Sep 20]. Tersedia pada: http://digilib.batan.go.id

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI 3164:2009 mangga. [Internet]. [diunduh 2014 Jul 01]. Tersedia pada: http://sisni.bsn.go.id

(41)

29

Everett KR, Owen SG, Cutting JGM. 2005. Testing efficacy of fungicides against

postharvest pathogens of Avocado (Persea americana Cv. Hass). J. New

Zealand Plant Protection 58:89-95.

Firsti RE. 2012. Pengaruh penambahan fungisida pada bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap kualitas buah mangga (Mangifera indica) varietas Arumanis [skripsi]. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fitmawati, Alex H, Bambang P. 2009. Taksonomi Mangga budidaya Indonesia dalam praktik. J. Agron. Indonesia 37(2):130-137.

Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.

Herdiasti MN. 2011. Pengaruh bahan pencuci dan waktu pencucian terhadap kualitas buah mangga (Mangifera indica L.) [skripsi]. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Holmberg K, B. Johnson, B. Kronberg, B. Lindman. 2002. Surfactans and Polymers in Aqueous Solution. J. Wiley. Chichester.

Holmes RJ, Peter H, and Leigh B. 2009. Mango Quality Assessment Manual. Queensland Government. Queensland.

Johnson GI, Hofman. 2009. Postharvest Technology and Quarantine Treatments. CAB International. Queensland.

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2014. Statistik ekspor impor ekspor impor komoditas pertanian 2001-2013. [Internet]. [diunduh 2014 September 2]. Tersedia pada: http://pphp.pertanian.go.id

Magnucka EG, Yoshikatsu S, Stanislaw JP, Arkadiusz K, Robert Z. 2007. Action of benzimidazole fungicides on resorcinolic lipid metabolism in Rye seedlings depends on thermal and light growth conditions. J. Pesticide Biochemistry and Physiology 88:219–225.

Maqbool M, Aman UM. 2008. Anti-sap chemucals reduse sapburn injury and improve fruits quality in commercial mango cultivars of Pakistan.J. Agri Biol 10:1-8.

Negi P, K.S. John, and R.U. Prasada. 2002. Anti-microbal activity of mango sap.

J.Europ Food Res Technol. 214:327-30.doi 10.1007/s00217-001-0485-7.

Nelson SC. 2008. Mango Anthracnose (Colletotrichum gloeosporioides). J.Plant Disease 48: 1-9.

Pedraza JM. 2013. Control of Lasiodiplodia theobromae, the causal agent of dieback of sapote mamey (Pouteria sapota) grafts in Mexico. J. Rev Fitotec Mex 36(3): 233-234.

Pracaya. 2011. Bertanam Mangga. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Qanytah dan Indrie A. 2011. Efisiensi penggunaan kemasan kardus distribusi

(42)

30

Sari FE, Sri T, Suyadi M. 2004. Pengaruh kadar CaCl2 dan lama perendaman

terhadap umur simpan dan pematangan buah mangga Arumanis. J. Ilmu Pert 11(1):42-50.

Soesanto L. 2006. Penyakit Pascapanen. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Suhanna A, Norhanis Y, Hartinee A. 2013. Application of Trichoderma spp. to control stem end rot disease of Mango var. Harumanis. J. Trop. Agric. and Fd. Sc 41(1):159–168.

Syafutri MI, Filli P, Daniel S. 2006. Sifat fisik dan kimia buah mangga

(Mangifera indica L) selama penyimpanan dengan berbagai metode

(43)

31

LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji kruskal wallis bahan pencuci dan cara pencucian terhadap getah dan kotor pada buah mangga

** berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, * berpengaruh nyata pada taraf 5%.

(44)

32

Lampiran 3 Uji kruskal wallis bahan pencuci dan cara pencucian terhadap busuk pangkal buah mangga ** berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, * berpengaruh nyata pada taraf 5%. HSP = Hari setelah perlakuan.

(45)

33

Lampiran 5 Uji kruskal wallis bahan pencuci dan cara pencucian terhadap antraknosa buah mangga ** berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, * berpengaruh nyata pada taraf 5%. HSP = Hari setelah perlakuan.

Lampiran 6 Uji kruskal wallis bahan pencuci dan cara pencucian terhadap kekerasan buah mangga

(46)

34

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, putri dari Bapak Supriyanto dan Ibu Nunung Herlina. Penulis lahir di Karawang pada tanggal 20 Februari 1992. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cikampek dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Gambar

Tabel 4   Pengaruh bahan pencuci dan cara pencucian terhadap kulit bergetah dan                 kotor pada buah  mangga
Tabel 6   Kombinasi bahan pencuci dan cara pencucian terhadap getah dan
Gambar 1  Pengaruh bahan pencuci terhadap luka bakar saat 6 HSP.
Tabel 7  Pengaruh bahan pencuci dengan kontrol terhadap luka bakar getah getah buah
+7

Referensi

Dokumen terkait

mempunyai koefisien regresi negatif - 0,098. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh negatif terhadap ROA, sehingga hasil dari penelitian ini sesuai dengan

Berdasarkan grafik 2 diperoleh bahwa tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada materi lompat jauh sudah menunjukkan peningkatan hasil belajar yang cukup

(4) Dalam hal kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala instansi lingkungan hidup provinsi, atau Deputi Menteri tidak melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud

Dalam kaitan susunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah, setelah perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengaturan Desa atau disebut dengan nama

Kemudian untuk pengurangan getaran rotasi maksimum adalah sebesar 56,62 % dan diperoleh saat salah satu masa absorber diletakkan pada pusat masa dari sistem utama (

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis pengembangan modul pembelajaran ekonomi berbasis guided inquiry untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI MA NW

Idris Jauhari (Pengasuh TMI PP Al-Amien Prenduan), semua sanksi atau hukuman yang diterapkan di TMI PP Al-Amien semata- mata dimaksudkan untuk tujuan pendidikan,

Kami percaya MyRice yang akan menyumbang kepada ekosistem pengetahuan digital di kalangan penyelidik padi tempatan untuk meningkatkan akses kepada pengetahuan