• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Tanaman Cabai Merah terhadap Arah Baris Tanam yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Tanaman Cabai Merah terhadap Arah Baris Tanam yang Berbeda"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON TANAMAN CABAI MERAH TERHADAP ARAH

BARIS TANAM YANG BERBEDA

ANGGA MANDESNO

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Tanaman Cabai Merah Terhadap Arah Baris Tanam yang Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Angga Mandesno

(4)
(5)

ABSTRAK

ANGGA MANDESNO. Respon Tanaman Cabai Merah Terhadap Arah Baris Tanam yang Berbeda. Dibimbing oleh IMPRON.

Cabai varietas seloka IPB merupakan cabai merah besar dari hasil persilangan antara IPB C2 dan IPB C5. Cabai ini memiliki umur panen genjah 62-86 hari setelah tanam, memiliki produktivitas tinggi dan beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan ketinggian 100-250 m dpl. Cabai varietas kopay merupakan cabai merah keriting yang berasal dari daerah Kota Payakumbuh, Sumatera Barat, cabai ini memiliki umur panen 80-85 hari setelah tanam (dataran rendah) dan 90-95 hari setelah tanam (dataran tinggi). Cabai kopay memiliki tingkat produktivitas yang tinggi, panjang buah mencapai 30-35 cm. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh arah baris tanam Utara Selatan (US) dan Timur Barat (TB) terhadap neraca radiasi tanaman dan menganalisis total biomassa tanaman cabai merah. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 di lahan penelitian Stasiun Klimatologi Klas 1 BMKG Dramaga Kabupaten Bogor. Tanaman cabai merah ditanam dengan menggunakan dua perlakuan; TB (arah Timur-Barat) dan US (arah Utara-Selatan) sebagai faktor petak utama dan anak petak yaitu varietas Seloka IPB dan Varietas Kopay. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh kombinasi perlakuan arah baris dan perbedaan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, dan berat kering total tanaman. Total radisi global di atas tajuk adalah 1712 MJ m-2. Radiasi intersepsi pada perlakuan arah baris TB dan US berturut-turut adalah 123.8 MJ m-2 dan 132.7 MJ m-2. Nilai EPR pada arah baris US minimum 1.23 g/MJ maksimun 1.41 g/MJ. Nilai EPR pada arah baris TB minimum 1.02 g/MJ, maksimum 1.27 g/MJ. Arah US mampu mengintersepsi radiasi 7% lebih besar dibandingkan dengan arah TB. Selain itu, arah US juga menghasilkan 24% lebih banyak total biomassa tanaman dibandingkan arah TB. Penanaman dengan arah baris US lebih optimal dalam pemanfaatan radiasi surya dan produksi biomassa cabai.

(6)

ABSTRACT

ANGGA MANDESNO. Response of Red Chili in Different Row Planting Direction.Superviced by IMPRON.

Seloka IPB is big red chili variety of a hybrid result between IPB C2 and IPB C5. This chili has harvest ageof 62 to 86 days after planting, has high productivity and is adaptedto lowland with an altitude of 100-250 masl. While Kopay chili variety is curly red chili from Payakumbuh, West Sumatra. Kopayhas harvest age of 80-85 days after planting (in lowland) and 90-95 days after planting (in highland), has a high productivity, and has fruitslength of 30-35 cm. This research was aimed to analyze the effect of South-North (SN) and East-West (EW) row planting on radiation balance and on biomass production. The research was conducted from 23 February to 25 June 2014 in Climatological Station Class 1 BMKG Dramaga Bogor. The results showed that row planting direction significantly affected the number of leaves and total dry weight. Total global radiation above the plant canopy was 1712 MJ m-2. Interception of radiation in row direction of EW and NS amounted to 123.8 MJ m-2 and 132.7 MJ m-2, respectively. Radiation use efficiency (RUE) in row direction of NSwas between1.23 g/MJ (minimum) and 1.41 g/MJ (maximum); while in row direction of EWwas between 1.02 g / MJ (minimum) and 1.27 g/MJ (maximum). The row direction of NS was able to intercept radiation 7% larger than that of EW. In addition, the row direction of NSalso produced 24% more plant total biomass than the row direction of EW. It is concluded that planting inNSrow direction could utilize solar radiation more efficientlyand produce more biomass.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Geofisika dan Meteorologi

RESPON TANAMAN CABAI MERAH TERHADAP ARAH

BARIS TANAM YANG BERBEDA

ANGGA MANDESNO

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Respon Tanaman Cabai Merah terhadap Arah Baris Tanam yang Berbeda

Nama : Angga Mandesno NIM : G24100040

Disetujui oleh

Dr Ir Impron M Agr Sc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Tania June Msc Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah Respon Tanaman Cabai Merah Terhadap Arah Baris Yang Berbeda, dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Juni 2014 di lahan penelitian Stasiun Klimatologi Klas 1 Dramaga Kabupaten Bogor, Laboratorium Instrumentasi dan Laboratorium Terpadu Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Impron M Agr Sc selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan ide, kritik, saran dan masukannya sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada ibu Dr Ir Tania June dan bapak Yon Sugiarto SSi MSc selaku dosen penguji, selanjutnya terimaksih kepada bapak Ir Bregas Budianto Ass Dpl yang telah mengajarkan cara pembuatan alat untuk menyelesaikan penelitian ini, terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ahmad Shalahuddin dan Khabib Dhunka yang telah memberikan banyak bantuan dalam pembuatan alat penelitian.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar yang telah banyak memberikan ilmu dan membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Departemen Geofisika dan Meteorologi. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh staf pegawai GFM yang telah membantu dalam administrasi selama penulis menjalani perkuliahan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Fitri, Ina, Ayu Vira, Alfi, Dian, Ernat, Icawin, Aret, Neni, Roni, Putri, Niki, Thaisir, Reza, Himah, Jeni, Iftah, Frimadi, Dewi, Irza, Alan, Em, Ryan, Daus, Dede, Haikal dan seluruh teman-teman GFM 47, teman-teman IKMS ada Lola, Rani, Ayu, Oki, Habib, Yani, Irma, Hafis, Uti, Cici, adik-adik Pratikan Agrometeorologi, Teman-teman Fitness Abel, Adi, Agun, keluarga papa Edi, mama may, Asyam Hafizh, Sidiq, Aby, dan Acel, kak Risdianto, serta kerabat karib yang telah memberikan banyak pengalaman selama menjalani perkuliahan di IPB.

Terima kasih penulis ucapkan kepada ayah, ibu, kakak, adik yang selalu memberikan bantuan, doa, motivasi dan kasih sayangnya,teruma kakak saya Sonya Ulanda dan ucapan terima kasih juga kepada Ahmad Dzaky yang telah banyak memberikan semangat dan menjadi motivator bagi penulis.

Saya berharap semoga tulisan ini dapat bermanaat bagi generasi penerus bangsa.

Bogor, Desember 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Karakteristik Tanaman Cabai Merah 2

Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 2

Varietas Seloka IPB 3

Varietas Kopay 3

Arah Baris Tanam 3

Radiasi Surya 4

Intersepsi Radiasi 4

Akumulasi Panas 4

METODE 5

Tempat dan Waktu Penelitian 5

Alat dan Bahan 5

Prosedur Penelitian 5

Rancangan percobaan 5

Penyemaian benih 6

Penanaman dan pemeliharaan 6

Pemanenan 6

Pengamatan cuaca 7

Analisis Data 7

Indeks luas daun (ILD) 7

SLA (Specific Leaf Area) 7

Koefisien pemadaman 8

Intersepsi radiasi 8

Efisiensi pemanfaatan radiasi surya (EPR) 8

Akumulasi panas tanaman (AP) 9

(14)

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Kondisi Cuaca selama Penelitian 9

Radiasi Global Harian 11

Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Cabai 11

Tinggi tanaman 12

Jumlah daun 13

Berat kering total per tanaman (BKT) 14

Indeks luas daun dan koefisien pemadaman 17

Luas daun spesifik (SLA) 18

Intersepsi Radiasi 19

Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya (EPR) 19

Akumulasi Panas Tanaman (AP) 20

Pengaruh Faktor Lain 21

Bobot Buah Total 21

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 22

Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 25

(15)

DAFTAR TABEL

1 Pengaruh arah baris terhadap tinggi tanaman 13

2 Pengaruh arah baris terhadap jumlah daun rata-rata tanaman 14

3 Akumulasi panas tanaman cabai merah 20

DAFTAR GAMBAR

1 Tanaman cabai merah 2

2 Ilustrasi arah baris dan jarak tanam 6

3 Kondisi suhu udara rata-rata sekitar tanaman 10

4 Kondisi curah hujan selama penelitian 10

5 Nilai radiasi global rata rata harian selama penelitian 11

6 Tinggi rata-rata tanaman cabai merah 12

7 Jumlah daun rata-rata tanaman cabai merah 13

8 Berat kering total tanaman cabai merah 15

9 Proporsi berat kering organ tanaman 16

10 Nilai indeks luas daun tanaman cabai merah 17

11 Nilai spesific leaf area 18

12 Nilai radiasi intersepsi tanaman cabai merah 19

13 Hasil panen tanaman cabai merah 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Deskripsi cabai besar varietas seloka IPB 25

2 Deskripsi cabai besar varietas kopay 26

3 Data cuaca selama penelitian 27

4 Radiasi intersepsi (nilai k = 0,4) 32

5 Radiasi global dan radiasi transmisi 33

6 Bobot buah selama panen 35

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai merah (Capsium annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang penting. Cabai sering digunakan sebagai penambah rasa sedap pada makanan, dan juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan mentah dalam industri farmasi. Selain itu, cabai merah segar maupun cabai kering banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan bagi kesehatan tubuh manusia (Setiadi 2000).

Tanaman cabai merah telah banyak dibudidayakan pada berbagai wilayah di Indonesia. Berbagai jenis varietas unggul diciptakan guna meningkatkan hasil produksi tanaman cabai merah salah satunya adalah varietas seloka IPB. Varietas seloka IPB mampu beradaptasi dengan baik pada wilayah dataran rendah serta memilki tingkat produksi yang tinggi mencapai 11.59 ton/ha (Wibowo et al 2003). Selain itu, terdapat varietas lokal unggul seperti varietas kopay. Varietas cabai kopay juga memilki tingkat produksi yang tinggi, hasil produksi mencapai 13.17 ton/ha. Cabai ini beradaptasi dengan baik di wilayah dataran tinggi serta memiliki kelebihan yaitu panjang buah mencapai 30 cm, dan lebih tahan terhadap serangan virus kuning pada daun (Yandra 2010)

Faktor iklim memiliki pengaruh penting terhadap respon pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Radisi matahari berperan dalam proses fotosintesis tanaman, sedangkan suhu udara berperan pada proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu tinggi menyebabkan percepatan perkembangan tanaman baik selama fase vegetatif (emergence-anthesis) maupun fase generatif (anthesis-matang fisiologis), serta meningkatkan respirasi tanaman yang berakibat pada hasil fotosintesis neto yang semakin rendah (Handoko 2007)

Modifikasi iklim mikro turut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, untuk itu perlu adanya pengaturan arah baris yang tepat untuk mengoptimalkan hasil produksi tanaman. Menurut Insani (2013), tanaman jagung manis dengan arah baris Utara Selatan (US) mampu mengintersepsi 11% lebih besar dibandingkan dengan arah baris Timur Barat (TB). Respon serupa kemungkinan akan terjadi pada tanaman cabai.

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh arah baris terhadap neraca radiasi pada arah tanam Utara Selatan (US) dan Timur Barat (TB), serta menganalisis pengaruh arah baris terhadap total biomassa tanaman cabai merah.

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh arah baris terhadap neraca radiasi pada arah tanam Utara Selatan (US) dan Timur Barat (TB) tanaman cabai merah

(18)

2

Tanaman cabai memiliki sistem perakaran tunggang yang terdiri atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder), dengan batang utama tumbuh secara tegak lurus dan kokoh, dengan tinggi tanaman sekitar 30-37,5 cm (Prajnanta 2007). Pada umumnya daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau tua (gelap), tergantung pada varietas masing-masing. Daun cabai memiliki tulang daun menyirip. Bentuk daun umumnya bulat telur, lonjong dan oval (Wiryanta 2002). Menurut Duriat (1996), bunga tanaman cabai merah umumnya bersifat tunggal dan tumbuh pada ujung serta merupakan bunga sempurna (hermaprodit). Bunga jantan dan betina terdapat pada satu bunga.warna bunga berwarna putih dengan lima sampai tujuh helai mahkota bunga (corolla), dan lima sampai tujuh tangkai sari dengan kepala sari berwarna biru. Buah cabai berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya mulai dari bentuk dan ukurannya.

Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

Tanaman cabai merah dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis dengan ketinggian hingga 1.800 meter di atas permukaan laut (mdpl) (Widodo 2002). Agar tumbuh dengan optimal, tanaman cabai merah memerlukan suhu udara dengan kisaran antara 18-27 oC. pada fase pertumbuhan dan pembungaan berkisar antara 21-27 oC. Sedangkan suhu yang dibutuhkan pada fase pembuahannya berkisar 15.5-21 oC (Duriat 1996). Umumnya suhu udara rata-rata minimum untuk pertumbuhan cabai merah adalah 16 oC pada malam hari dan suhu minimun 23 oC pada siang hari (Welles 1990). Apabila suhu malam hari berada di bawah 16 oC dan suhu pada siang hari berada di atas 32 oC, maka proses pembungaan dan pembuahan tanaman cabai merah akan mengalami kegagalan (Knoott and Deanon 1970). Suhu dasar untuk tanaman cabai merah pada fase perkecambahan adalah 11.8 oC, pada fase berbunga 9.6 oC dan pada fase berbuah 10.7 oC (Polii 2003).

Menurut Prajnanta (2007) tanaman cabai membutuhkan curah hujan sebanyak 1500-2500 mm/tahun. Cabai dapat tumbuh dengan baik berdasarkan

(19)

3 tipe iklim menurut Schmidt dan Furgusson yaitu pada iklim tipe A, B, C dan D. Berdasarkan tipe iklim Oldeman tanaman palawija termasuk tanaman cabai membutuhkan hujan yang efektif sebesar 75% (Handoko 1994).

Cabai merah tidak menghendaki curah hujan yang terlalu tinggi atau iklim yang bersifat basah. Genangan air akibat curah hujan yang tinggi secara signifikan akan menurunkan kemampuan tanaman bertahan hidup, jumlah tanaman hidup, tinggi tanaman dan jumlah cabang. Periode genangan tanaman cabai merah pada fase generatif maksimum adalah tiga hari (Susilawati 2012)

Tanaman cabai dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah, seperti tanah androsol, regosol, latosol, utisol sampai grumosol. Namun tanaman cabai ini akan lebih baik apabila ditanam pada tanah lempung berpasir yang gembur serta banyak mengandung unsur hara (Wiryanta 2002).

Lahan yang baik digunakan adalah tanah dengan kisaran PH antara 6,5-6,8 dengan sudut kemiringan lahan 0-10o. Pada PH di bawah 6,5 atau di atas 6,8, pertumbuhan cabai akan mengalami gangguan dan akan berakibat pada rendahnya tingkat produksi (Harpenas 2009).

Varietas Seloka IPB

Seloka IPB merupakan hasil persilangan antara IPB C2 dengan IPB C5, menurut Wibowo et al (2010), varietas seloka IPB memiliki tinggi batang sekitar 45.09-76.87 cm. Varietas ini sangat cocok dikembangkan pada wilayah dataran rendah dengan ketinggian 100-250 m dpl. Seloka IPB mulai berbunga pada 25-29 hari setelah tanam dan mulai dipanen pada 71-78 hari setelah tanam, berat per buah sekitar 10.33-12.57 g. setiap batang cabai seloka mampu menghasilkan sekitar 0.5-0.8 kg per masa tanam. Selain itu cabai jenis ini memiliki rasa yang sangat pedas dengan kadar capsaicin 917.25-979.15 ppm (Lampiran 1).

Varietas Kopay

Varietas cabai kopay pertama kali ditemukan pada tahun 2004 oleh Syahrul Yondri di daerah Payakumbuh Sumatera Barat, dengan panjang 25-30 cm, cabai ini termasuk jenis cabai keriting lokal yang didapatkan dari hasil seleksi masa positif untuk penanaman berikutnya (Yandra 2010). Varietas kopay memiliki tingkat produksi yang tinggi dengan tinggi tanaman berkisar antara 120-150 cm, umur mulai berbunga adalah 30-35 hari setelah tanam dan mulai dipanen pada umur 80-90 hari setelah tanam, berat perbuah berkisar 11-13 g dengan rasa yang pedas. Cabai ini mulai banyak dibudidayakan karena agak tahan terhadap virus kuning. Menurut Darwis (2010), setiap batang cabai kopay mampu menghasilkan sekitar 1.4 kg cabai per masa tanam, berbeda dengan tanaman cabai jenis lain yang hanya mampu menghasilkan 0.6 kg per masa tanam (Lampiran 2).

Arah Baris Tanam

(20)

4

tanam yang tepat diperlukan agar penerimaan energi radiasi dapat dimanfaatkan secara efisien oleh tanaman. Menurut Insani (2013), tanaman jagung manis yang ditanam dengan arah baris Utara Selatan (US) mampu meng-intersepi 11% lebih besar dibanding arah tanam Timur Barat (TB).

Radiasi Surya

Radiasi surya (radiasi matahari) merupakan sumber energi utama untuk proses-proses fisika atmosfer. Radiasi yang sampai pada puncak atmosfer rata-rata sebesar 1360 Wm-2, namun hanya sebagian kecil saja yang diterima oleh permukaan bumi. (Handoko 1994) Secara makro, faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan radiasi surya meliputi (1) Jarak antara matahari dan bumi. Perubahan jarak antara matahari dan bumi menyebabkan variasi penerimaan energi radiasi di bumi, (2) Intensitas radiasi matahari yang besarnya dipengaruhi oleh sudut datang matahari di permukaan bumi, (3) Panjang hari yaitu waktu dari matahari terbit hingga terbenam, (4) Pengaruh atmosfer yang meliputi gas-gas aerosol dan awan (Handoko 1994).

Intersepsi Radiasi

Intersepsi radiasi surya merupakan selisih antara radiasi yang datang di puncak tajuk tanaman dengan yang ditransmisikan (perdinan 2002), besarnya jumlah radiasi intersepsi tergantung dari sifat optis tajuk tanaman, seperti sudut daun, luas daun, dan umur tanaman (Bey 1991).

Kemampuan tanaman dalam mengintersepsi radiasi surya dipengaruhi oleh nilai koefisien pemadaman (k) (Boer dan Las 1994). Pada daun horizontal sangat mudah untuk menduga penetrasi cahaya yang masuk ke dalam kanopi tanaman, namun pada daun yang kompleks dengan berbagai bentuk dan struktur daun akan sedikit lebih sulit (Perdinan 2002)

Menurut Bey (1991), Setiap tanaman memiliki koefisien pemadaman yang berbeda-beda. Tanaman dengan daun tegak memiliki nilai koefisien pemadaman sebesar 0.3-0.5, sedangkan tanaman dengan daun yang lebar dan horizontal nilai koefisien pemadaman berkisar antara 0.6-1.0.

Akumulasi Panas

Suhu udara menjadi faktor iklim yang penting, karena dapat dijadikan sebagai indikasi jumlah energi panas didalam suatu sistem. Suhu udara dapat menentukan berbagai tingkat pertumbuhan tanaman baik dari segi fisiologis, perkembangan vegetatif maupun generatif.

Konsep perkembangan tanaman (fenologi) selama siklus hidupnya dapat diduga dengan menggunakan konsep akumulasi panas atau heat unit (HU). Konsep

(21)

5

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari hingga bulan Juni 2014 di lahan milik Stasiun Pengamatan Cuaca BMKG Kelas 1 Dramaga Kabupaten Bogor. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Agrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Penanaman dilakukan pada tanggal 22 Februari 2014. Periode pengamatan dan pengambilan data dilakukan pada tanggal 13 April hingga 25 Juni 2014.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tube solarimeter, sensor suhu bola basah dan bola kering, digital multimeter, alat budidaya, mulsa plastik, pot tray, oven, timbangan digital, printer scan, alat potong, penggaris, pulpen, seperangkat komputer yang dilengkapi perangkat lunak Microsoft Office, photoshop, paint, Getpixels, dan SAS 9.1.

Bahan yang digunakan adalah benih cabai merah varietas seloka IPB dan variates kopay (Kota Payakumbuh), pupuk (kompos, NPK), fungisida, larutan atonik, furadan 3G dan data cuaca selama penelitian dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dramaga.

Prosedur Penelitian

Rancangan percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam peneltian ini adalah rancangan petak terpisah (Split Plot Design) yang memiliki dua faktor yaitu perbedaan arah baris tanam dan varietas. Perlakuan yang diujikan dengan 2 perbedaan arah baris penanaman Utara Selatan (US) dan Timur Barat (TB) sebagai petak utama. Varietas sebagai anak petak yang terdiri atas dua taraf yaitu varietas kopay dan varietas seloka IPB.

Model linear yang digunakan adalah :

Yijk= µ + αi+ ik + βj+ (αβ)ij+ ijk Keterangan :

Yijk = pengamatan pada faktor A taraf ke-i faktor B taraf ke-j dan ulangan ke k µ = Rataan umum

αi = Pengaruh utama faktor ke-A βj = Pengaruh utama faktor ke-B

ik = komponen acak dari petak utama yang menyebar normal (0, 2)

(αβ)ij = komponen interaksi dari faktor A dan faktor B

ijk = Pengaruh acak dari anak petak yang menyebar normal (0, 2

) i = 1,2,3….t dan j = 1,2,3……r

Analisis statistik ANOVA (Analysis of Variance) dengan taraf nyata (α)

(22)

6

apabila terdapat pengaruh nyata (F hitung > F tabel) terhadap parameter yang diamati maka akan diuji lanjut dengan uji Duncan multiple range test (DMRT).

Penyemaian benih

Kegiatan penyemaian benih cabai untuk penanaman di lahan dilakukan dengan menggunakan potray, setelah berumur 30-40 hari (tanaman memiliki 4-6 helai daun), kemudian di pindahkan ke lahan percobaan.

Penanaman dan pemeliharaan

Penanaman di mulai tanggal 23 Februari 2014 hingga 20 Juni 2014. Penanaman cabai merah di lahan menggunakan mulsa plastik dengan perlakuan arah baris tanam Utara Selatan (US) dan Timur Barat (TB), jarak antar bedengan 50 cm dengan lebar bedengan 1 m dengan kombinasi perlakuan TB seloka (A1V1), TB Kopay (A1V2), US seloka (A2V1) dan US kopay (A2V2). Menurut Siregar (2013), tanaman ditanam dengan jarak antar baris 40 cm x 50 cm. Penanaman cabai dilakukan di lahan percobaan selama 3-3,5 bulan. Proses pemeliharaan tanaman meliputi pemasangan ajir, penyiraman tanaman, pemupukan, penyulaman, pengendalian gulma dan pengendalian terhadap hama penyakit tanaman

Pemanenan

Kegiatan pemanenan merupakan tahap akhir dari budidaya tanaman cabai. Cabai merah di dataran rendah pada umumnya dipanen pada umur 75-80 HST dengan tingkat kemasakan 85% sampai dengan 90%. Pemanenan dapat dilakukan dengan cara memetik buah cabai yang telah matang.

(23)

7

Pengamatan cuaca

Data pengamatan suhu udara maksimum dan minimum, lama penyinaran, kelembaban udara dan curah hujan diperoleh dari stasiun Klimatologi Darmaga Bogor. Suhu sekitar tanaman diukur pukul 07.00, 12.00 dan 17.00 WIB menggunkan sensor LM35.

Pertumbuhan dan perekembangan tanaman

Tinggi tanaman dan jumlah daun diukur pada 2 sampai 12 MST. Tanaman contoh ditentukan sebanyak tiga tanaman pada setiap perlakuan dan bukan tanaman pinggir (untuk menghindari boundary effect). Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung tertinggi tanaman, sedangkan jumlah daun dihitung dari bawah hingga pucuk terakhir di atas cabang.

Contoh tanaman yang diambil untuk mengetahui bobot kering tanaman dilakukan setiap dua minggu sekali dengan memilih satu tanaman contoh pada setiap perlakuan serta penimbangan bobot basah dan bobot kering masing-masing organ tanaman dilakukan di laboratorium terpadu Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB. Tanaman sampel dipilih secara acak dan bukan tanaman pinggir. Bobot kering didapatkan dengan cara memasukkan tanaman ke dalam oven pengeringan selama 18 jam dengan suhu 110 oC.

Pengamatan fase perkembangan tanaman (fenologi) dilakukan ketika mulai terlihat perubahan secara visual pada tanaman. Hal ini menjadi parameter untuk menentukan jumlah akumulasi panas (AP) yang diperlukan tanaman selama masa hidupnya. Pengamatan pertama dilakukan ketika mulai terjadi perkecambahan, munculnya daun pertama, muncul cabang pertama, bunga pertama mulai mekar, munculnya bakal buah, perubahan warna buah dan fase akhir hingga tanaman siap untuk dipanen.

Analisis Data

Indeks luas daun (ILD)

Daun tanaman contoh di-scan dan disimpan dalam file berekstensi *.jpg. Data tersebut kemudian diolah menggunakan perangkat lunak Photoshop dan Paint.

Selanjutnya diolah menggunakan program GetPixels untuk mendapatkan warna tiap piksel dalam bentuk angka. Angka-angka tersebut dihitung menggunakan MS.Excel

dan diperoleh persentase luas daun untuk dibandingkan dengan ukuran luas scanner

sehingga didapat luas daunnya.

Indeks Luas Daun (ILD) ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:

ILD (m2 m-2) = (luas daun per tanaman x jumlah tanaman) / luas lahan

SLA (Specific Leaf Area)

Luas daun spesifik atau Specific leaf area (SLA) merupakan suatu nilai yang menggambarkan tingkat ketebalan daun nilai SLA dapat ditentukan menggunakan persamaan :

(24)

8

Koefisien pemadaman

Koefiseien pemadaman dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

k = Koefisien pemadaman

Qo = Radiasi datang rata-rata (MJ/m2/hari) Qt = Radiasi transmisi rata-rata (MJ/m2/hari) ILD = Indeks Luas Daun

Intersepsi radiasi

Intersepsi radiasi surya adalah besar radiasi surya yang tertahan oleh tajuk atau kanopi tanaman yang tidak sampai ke permukaan tanah di bawah tajuk atau kanopi tanaman tersebut (Sitaniapessy 1985). Persamaan untuk menghitung intersepsi radiasi surya adalah sebagai berikut :

Qint = Q0– Qtrans

Trans = (Qtrans/Q0) x 100%

Keterangan:

Qint = Intersepsi radiasi surya (MJ/m2)

Qtran = Transmisi radiasi surya (MJ/m2)

Trans = Persentase radiasi transmisi (%)

Q = Radiasi yang diterima di bawah tajuk (MJ/m2) Q0 = Radiasi yang diterima di atas tajuk (MJ/m2)

Persamaan lain yang dapat digunakan untuk menduga intersepsi radiasi adalah persamaan dari Hukum Beer:

Qint = Q0 x (1 - exp(-k x ILD))

k = Koefisien pemadaman ILD = Indeks luas daun

Efisiensi pemanfaatan radiasi surya (EPR)

Nilai efisiensi pemanfaatan radiasi didapatkan dengan menggunakan rumus (Handoko 1994) :

Keterangan :

= Efisiensi pemanfaatan radiasi (g.MJ-1) dW = Perubahan biomassa tanaman (W1-W2) (g)

(25)

9

Akumulasi panas tanaman (AP)

Persamaan untuk menentukan akumulasi panas adalah sebagai berikut:

P= ∑ b

n

i=1 Keterarangan :

AP = akumulasi panas (oC hari) s = fase perkembangan tanaman T = suhu rata-rata harian

Tb = suhu dasar tanaman cabai merah saat perkecambahan 11.8 oC, pada fase berbunga 9.6 oC dan pada fase berbuah 10.7 oC (Polii 2003).

Bobot buah

Menimbang bobot buah yang dipanen (gram) yang dihitung secara kumulatif dari panen pertama hingga panen terakhir.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Cuaca selama Penelitian

Kondisi suhu udara selama penelitian diperoleh dari BMKG setempat, tercatat bahwa suhu udara rata-rata harian sebesar 26.0 oC dengan suhu rata-rata maksimum dan minimum sebesar 28.1 oC dan 22.9 oC, kelembaban udara rata-rata harian sebesar 86%. Berdasarkan hasil penelitian suhu udara rata-rata harian di sekitar tanaman tercatat sebesar 29.6 oC, dengan suhu rata-rata maksimum dan minimum sebesar 32.0 oC dan 27.2 oC. Grafik di bawah ini (Gambar 3) menunjukkan kondisi suhu udara di sekitar tanaman selama penelitian berlangsung, hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu udara di sekitar tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan suhu udara lingkungan, hal ini terjadi karena adanya pengaruh langsung oleh radiasi matahari. Radiasi yang masuk dan tertahan di bawah tajuk dapat memicu naiknya suhu udara. Selain itu kondisi lingkungan ketika pengukuran seperti angin, tutupan tajuk dan perlakuan penanaman, turut mempengaruhi nilai suhu udara di sekitar tanaman. Menurut Siregar (2013), profil suhu udara sekitar tajuk tanaman sangat fluktuatif pada setiap ketinggian, Profil vertikal suhu pada ketinggian 0 - 20 cm, 40 - 60 cm dan 80 – 100 cm di sekitar tajuk tanaman setiap kondisi naungan memiliki pola lapse rate (penurunan suhu), sedangkan pola inversi (peningkatan suhu) terjadi pada ketinggian 20 - 40 cm dan 60 - 80 cm.

(26)

10

Jumlah hari hujan pada fase vegetatif sangat dominan (1HSS-67HSS) hal ini menyebabkan beberapa tanaman menjadi busuk karena jumlah air yang berlebih. Ketika terjadi hujan, distribusi cahaya matahari menjadi tidak merata karena adanya tutupan awan sehingga fluktuasi suhu udara harian menjadi tidak seragam, Di masa penyemaian (1HSS-35HSS) tanaman mengalami etiolasi karena kurangnya cahaya matahari yang diterima oleh tanaman.

Gambar 3 Kondisi suhu udara rata-rata sekitar tanaman saat penelitian ( ) suhu bola kering dan ( ) suhu bola basah

25

(27)

11

Radiasi Global Harian

Gambar 5 merupakan rataan Q0 yang diperoleh dari hasil kalibrasi dengan

data BMKG setempat. Intensitas radiasi total selama penelitian adalah 1712 MJ m-2 dengan nilai intensitas radiasi rata-rata sebesar 20 MJ m-2. Intensitas radiasi tertinggi terukur sebesar 26 MJ m-2 hari-1 dan paling rendah 10 MJ m-2 hari-1.

Hasil penelitian menunjukkan adanya keseragaman intensitas radiasi setiap harinya, hal ini dikarenakan adanya tutupan awan yang sering terjadi di lokasi penelitian akibatnya radiasi yang diterima menjadi tidak merata. Menurut Handoko (1993), besarnya radiasi yang diterima oleh permukaan bumi akan mengalami variasi sesuai tempat dan waktu. Selain itu beberapa faktor lain turut mempengaruhi diantaranya adanya jarak antara bumi dan matahari, sudut dating serta pengaruh atmosfer.

Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Cabai

Matahari mencapai solstis utara pada tanggal 22 Juni dan solstis selatan pada tanggal 22 Desember. Kedudukan tepat di atas Bogor terjadi pada tanggal 7 Maret dan 10 Oktober (de Rozari dan Manan [tahun tidak diketahui]). Dengan menganggap tanaman akan menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu 11 minggu, maka ditetapkan tanggal tanamnya sedemikian, sehingga minggu ke tiga jatuh sekitar tanggal 22 Juni. Selama penelitian (Maret-Juni) siang hari dan malam hari sama panjang, yaitu sama-sama 12 jam, ini karena semua tempat mendapat sinar matahari selama 12 jam dan tidak mendapatkannya selama 12 jam (Wijaya 2010). Kondisi ini tentu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, seperti tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat kering total tanaman (BKT). Selama fase pertumbuhan tanaman ketersediaan cahaya matahari tercukupi dengan baik, karena adanya penyinaran matahari sepanjang hari, pada wilayah tropis panjang hari relatif konstan 12 jam/hari. Selain itu kondisi cuaca, iklim mikro, keadaan

Transplant (35HSS) 29 Maret 2014

(28)

12

lingkungan dan faktor gentik tanaman turut menentukan proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Tinggi tanaman

Parameter untuk mengetahui pertumbuhan tanaman salah satunya adalah tinggi tanaman. Di bawah ini merupakan grafik tinggi rata-rata tanaman cabai merah dimulai dari 2 minggu hingga 12 minggu setelah tanam (Gambar 5). Berikut hasil ploting pengaruh arah baris terhadap tinggi tanaman dari berbagai kombinasi perlakuan yang diujikan.

Hasil rata-rata tinggi tanaman cabai menunjukkan bahwa perlakuan dengan arah baris Utara Selatan memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan arah baris Timur Barat, hal ini terjadi karena pengaruh penerimaan cahaya matahari oleh tanaman. Kerapatan populasi dan arah baris tanam mempengaruhi tanaman dalam mendapatkan cahaya matahari. Semakin rapat populasi tanaman maka persaingan tanaman dalam menerima cahaya matahari semakin tinggi. Pada arah baris US, penerimaan cahaya matahari lebih merata dibandingkan dengan arah baris TB. Hal ini terjadi karena tanaman pada arah US mendapatkan cahaya matahari yang lebih merata tanpa tertutupi bayangan tanaman yang berada didepannya. Berbeda dengan arah baris TB sinar datang matahari akan tertahan oleh bayangan tanaman lain dalam satu baris. Selain itu, genetik tanaman juga mempengaruhi perbedaan tinggi tanaman, menurut literatur yang diperoleh, varietas cabai kopay memiliki tinggi batang yang lebih tinggi dibandingankan dengan varietas seloka IPB. Hasil penelitian menunjukkan varietas kopay arah US (A2V2) memiliki nilai paling tinggi yaitu

(29)

13 Tabel 1 Pengaruh arah baris terhadap tinggi tanaman

Umur Tinggi rata-rata (cm)

A1V1 A1V2 A2V1 A2V2

Keterangan: huruf yang sama pada masing –masing baris yang dipisahkan garis menunjukkan tidak ada perbedaan nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5%

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa arah baris memiliki pengaruh terhadap tinggi tanaman. Awal masa tanam terdapat perbedaan tinggi tanaman, karena varietas kopay memiliki tinggi yang berbeda dibandingkan dengan varietas seloka IPB, namun pada 4 hingga 6 MST, tidak ada pengaruh nyata, hal ini terjadi karena pada beberapa minggu tinggi tanaman varietas seloka dan kopay memang tidak terdapat perbedaan tinggi yang terpaut jauh. pengaruh arah baris berpengaruh nyata memasuki 7 hingga 12 MST.

Jumlah daun

Parameter lain untuk mengetahui pertumbuhan tanaman cabai adalah jumlah daun. Berikut grafik jumlah daun tanaman cabai pada 2 sampai 12 MST

(30)

14

Jumlah daun rata-rata pada arah baris US lebih besar dibandingkan dengan jumlah daun rata-rata arah TB. Berdasarkan grafik di atas (Gambar 7) dapat dilihat bahwa varietas cabai kopay dengan perlakuan arah baris US memiliki jumlah daun paling banyak. Pertumbuhan dan perkembangan daun dipengaruhi oleh radiasi matahari. Berdasarkan kombinasi perlakuan yang diujikan bahwa arah US mendapatkan cahaya matahari yang lebih merata dibandingkan dengan arah baris TB. Keterbatasan radiasi pada arah baris TB menyebabkan kurangnya alokasi fotosintat untuk mendukung proses fotosintesis, akibatnya pertumbuhan dan perkembangan daun menjadi terganggu.

Tabel 2 Pengaruh arah baris terhadap jumlah daun rata-rata tanaman

Umur Jumlah daun rata-rata

A1V1 A1V2 A2V1 A2V2

Keterangan: huruf yang sama pada masing –masing baris yang dipisahkan garis menunjukkan tidak ada perbedaan nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5%

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa arah baris memiliki pengaruh terhadap jumlah daun. Pada awal masa tanam tidak ada pengaruh yang nyata, namun pada 3 MST sampai 12 MST terdapat pengaruh nyata terhadap jumlah daun berdasarkan arah baris dan varietas. Pada perlakuan arah baris tanam US menghasilkan jumlah daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan arah baris tanam TB.

Berat kering total per tanaman (BKT)

Parameter selanjutnya untuk mengetahui pertumbuhan tanaman adalah berat kering total tanaman. Berat kering total (BKT) mengalami peningkatan setiap minggunya, hal ini membuktikan bahwa tanaman mengalami pertumbuhan seiring dengan bertambahnya umur tanaman.

Menururut Sumarsono (2008), Bobot kering tanaman menggambarkan pola tanaman mengakumulasikan produk dari proses fotosintesis dan merupakan integrasi dengan faktor-faktor lingkungan. Bobot kering tanaman semakin kecil seiring penurunan pemberian perlakuan kadar air pada tanaman.

(31)

15

Hasil penelitian menunjukkan BKT tanaman cabai merah arah baris US lebih besar dibandingkan dengan arah baris tanam TB (Gambar 8). Hal ini dikarenakan tinggi, dan jumlah daun lebih besar, dari segi visual dapat dilihat bahwa kondisi tanaman antara kedua perlakuan terdapat perbedaan yang terpaut jauh. Selama penelitian berlangsung curah hujan di lokasi penelitian cukup tinggi hal ini juga memicu kenaikan jumlah BKT. Menurut Rahardian (2013), BKT tanaman juga dipengaruhi oleh pemberian kadar air. Tanaman dengan perlakuan kadar air 80% memilki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kadar air 40% dan 60%.

Jumlah BKT terlihat mengalami kenaikan yang signifikan pada minggu ke 8. Kondisi ini dipengaruhi oleh penambahan proporsi berat kering buah. Varietas kopay arah US memiliki proporsi BKT paling tinggi karena dipengaruhi faktor genetik tanaman itu sendiri, dengan tinggi di atas rata-rata, jumlah buah, dan daun lebih banyak dibandingkan dengan varietas seloka IPB. Pada perlakuan yang diujikan arah TB menerima radiasi lebih sedikit dibandingkan arah US. Menurut Sopandie et al (2003), Pada kondisi kekurangan cahaya tanaman berupaya bertahan agar proses fotosintesis tetap berlangsung. Keadaan tersebut akan mempengaruhi proses metabolisme tanaman, akibatnya laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat menjadi turun. Hasil penelitian menunjukkan arah US menghasilkan BKT 24% lebih banyak dibandingkan dengan arah TB.

0

(32)

16

(33)

17

Indeks luas daun dan koefisien pemadaman

Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya radiasi yang diintersepsi oleh tanaman adalah indeks luas daun (ILD), kerapatan luas, sudut daun dan struktur tegakan tanaman terhadap arah penerusan radiasi surya dalam tajuk (Monteith 1969). Semakin besar nilai ILD maka permukaan daun menjadi semakin luas dan rapat sehingga kemampuan tajuk tanaman untuk menutupi permukaan tanah semakin besar. Akibatnya radiasi yang tertahan oleh tajuk tanaman semakin besar dan hanya sedikit saja yang sampai ke permukaan tanah.

Berikut ini grafik ILD tanaman cabai merah pada berbagai kombinasi perlakuan dimulai dari 2 sampai 12 MST

Grafik di atas menunjukkan bahwa nilai ILD semakin menigkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Menurut Koesmaryono (1996), nilai ILD semakin besar seiring beratambahnya umur tanaman dan menurun memasuki masa panen, karena alokasi biomassa untuk daun sudah menurun. Hasil penelitian berbeda dengan rujukan hal ini di duga karena pemberian pupuk daun secara berkelanjutan hingga memasuki masa panen, sehingga memicu perkembangan vegetatif lagi khususnya pada daun. Varietas kopay arah US (A2V2) memiliki nilai ILD paling tinggi. Hasil penelitian menunjukan nilai ILD tanaman cabai merah berkisar antara 3.1 hingga 4.1, nilai ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Moreno et al (1999), nilai ILD tanaman cabai merah diperoleh sebesar 3.4. perbedaan nilai ini dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya perbedaan sistem penanaman. Menurut Ferdinan (2002), nilai ILD juga dipengaruhi oleh jarak tanam, jumlah populasi, kerapatan tanaman maupun sistem tanam. Semakin rapat tanaman maka akan meningkatkan nilai ILD.

Kemampuan tanaman dalam mengintersepsi radiasi surya dipengaruhi oleh nilai koefisien pemadaman (k) (Boer dan Las 1994). Secara teori, nilai k ditentukan oleh sifat optik tajuk tanaman tetapi tidak dipengaruhi oleh nilai ILD (Handoko et al 2010). Semakin kecil nilai k mengindikasikan kecilnya radiasi yang diintersepsi. Setiap tanaman memiliki nilai k yang berbeda-beda. Nilai koefisien pemadaman tanaman cabai pada penelitian ini diperoleh dari jumlah nilai koefisien

0

(34)

18

pemadaman pada umur tanaman yang sudah dewasa (8MST-12MST), pada kondisi ini tanaman telah berkembang serta memiliki tutupan kanopi yang lebar dan rapat.

Menurut Saeki (1960) koefisien pemadaman berbanding terbalik dengan ILD, semakin besar ILD maka koefisien pemadaman tajuk menjadi semakin kecil dan sebaliknya. Namun, pertambahan ILD tidak selalu diikuti dengan penurunan koefisien pemadaman, karena nilai k juga dipengaruhi oleh perbandingan nilai Qt/Qo dan sudut daun. Nilai k pada penelitian ini sangat kecil jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya, Menurut Ulinata (2013), nilai k tanaman cabai merah adalah 0.72 nilai ini jauh berbeda dengan hasil penelitian, nilai k yang diperoleh hanya 0.4. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan saat pengambilan data dan penempatan alat tube solarimeter, pada konsidi tanaman sudah dewasa alat pengukuran telah mengalami kerusakan. Hal lain yang menyebabkan selisih nilai k terpaut jauh diduga karena pada penelitian ini menggunakan dua varietas tanaman dengan karakteristik berbeda serta adanya perbedaan perlakuan penanaman. Tanaman cabai merupakan tanaman yang memiliki daun yang lebar dan horizontal, Menurut Bey (1991), tanaman yang memiliki daun tegak, nilai k berkisar antara 0.3-0.5. Sedangkan tanaman yang memiliki daun lebar dan horizontal nilai k berkisar antara 0.6-1.0.

Luas daun spesifik (SLA)

Gambar 11 menunjukan nilai SLA dari berbagai kombinasi perlakuan yang telah diujikan. Umumnya nilai SLA kanopi daun muda biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan kanopi daun tua. Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa tanaman cabai pada masa awal tanam memilki nilai SLA yang lebih tinggi, namun seiring dengan bertambahnya umur tanaman nilai SLA semakin menurun, hal ini dikarenakan perubahan morfologi pada daun yang berubah menjadi lebih lebar dan lebih tebal. Hasil penelitian menunjukkan pada perlakuan TB (A1V1) terdapat trend yang berbeda pada minggu ke 4, hal ini di duga karena adanya pertumbuhan daun muda yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Nilai SLA

0

(35)

19 rata-rata tanaman cabai merah pada kombinasi perlakuan A1V1, A1V2, A2V1, dan A2V2 berturut-turut adalah 298, 247, 264, dan 223 cm2/gr.

Intersepsi Radiasi

Intersepsi radiasi oleh tanaman cabai merah meningkat seiring bertambahnya umur tanaman sejalan dengan peningkatan ILD. Gambar 12 menunjukkan nilai intersepsi radiasi pada berbagai kombinasi perlakuan arah baris dan varietas cabai merah. Dapat dilihat bahwa pada perlakuan arah baris Utara Selatan varietas kopay memiliki intersepsi radiasi paling tinggi, hal ini terjadi karena varietas kopay memiliki jumlah daun yang banyak dan lebih rimbun sehingga tutupan kanopi tanaman menjadi lebih rapat dibandingkan dengan varietas seloka IPB. Nilai intersepsi mulai meningkat drastis pada 8 MST. Pada masa ini tanaman telah berubah menjadi rimbun dan tutupan kanopi tanaman menjadi lebih lebar sehingga radiasi yang tertahan oleh tajuk tanaman menjadi lebih besar dibandingkan dengan yang ditransmisikan.

Nilai intersepsi radiasi maksimum yang diperoleh untuk tanaman cabai merah adalah 132.74 MJ m-2 (A2V2). Hasil penelitian menunjukkan arah US mampu mengintersepsi radiasi 7% lebih besar dibandingkan dengan arah TB. Akumulasi intersepsi selama satu musim tanam diperoleh dengan menduga ILD harian, berdasarkan persamaan Beer diperoleh nilai Qint selama satu musim tanam berturut-turut untuk perlakuan A1V1, A1V2, A2V1 dan A2V2 adalah 595, 544, 611 dan 613 MJ m-2 musim-1.

Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya (EPR)

Efisiensi pemanfaatan radiasi surya atau Radiation Use Efficiency (RUE) adalah nilai yang menunjukkan efisiensi radiasi surya dalam proses fotosintesis tanaman untuk menghasilkan biomassa tanaman. Nilai EPR selama satu musim tanam diperoleh dengan membandingkan nilai penambahan biomassa dan jumlah Gambar 12 Nilai radiasi intersepsi tanaman cabai ( ) Seloka arah TB (-- --)

(36)

20

akumulasi radiasi intersepsi selama satu musim tanam. Berdasarkan hasil peneltian nilai EPR setiap perlakuan A1V1, A1V2, A2V1, A2V2 berturut-turut adalah 1.02, 1.27, 1.23 dan 1.41 g/MJ. nilai ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Ulinata (2013), nilai EPR minimum tanaman cabai merah di peroleh antara 1.3-1.5 g/MJ. Nilai EPR setiap tanaman berbeda, tanaman cabai termasuk ke dalam tanaman C3, jika dibandingkan dengan nilai EPR menurut penelitian Stockle dan Kemanian (2009), nilai hasil penelitian tidak jauh berbeda dan ini sesuai dengan rujukan bahwa tanaman C3 semusim memiliki nilai EPR berkisar antara 1.2-1.7 g/MJ.

Akumulasi Panas Tanaman (AP)

Tabel di bawah ini menunjukkan akumulasi panas yang diperlukan tanaman cabai merah pada setiap fase pertumbuhan, varietas seloka IPB dan varietas kopay memiliki nilai akumulasi panas yang berbeda, meski terdapat kesamaan pada sebagian fase vegetatifnya namun pada fase generatif varietas seloka memilki umur panen yang lebih cepat dibandingkan dengan varietas kopay. Hasil penelitian menunjukkan nilai akumulasi panas varietas seloka dan kopay berturut-turut adalah 1690 dan 1799, nilai AP tanaman cabai merah pada penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2013), nilai AP yang diperoleh dengan kultivar yang sama sebesar 1750.

Tabel 3 (AP) tanaman cabai merah varietas seloka IPB (V1) dan kopay (V2) HSS

23/23 56/52 0.18/0.17 Daun berjumlah 4 helai 49/52 294/316 0.42/0.42 Cabang pertama muncul 55/59 381/420 0.48/0.48

Kuncup baru muncul, bakal bunga pertama muncul tetapi masih tertutup oleh kelopak

bunga

62/66 501/537 0.54/0.55 Bunga pertama mekar

67/72 589/644 0.59/0.6 Mahkota bunga menutup kembali, layu, dan akhirnya terlepas dari tangkainya 72/76 686/722 0.64/0.63 Bakal buah muncul

77/82 790/847 0.68/0.69

Buah mulai terbentuk, berwarna hijau muda, kulit buah sangat lunak, panjang

buah kira-kira 3 cm 83/91 924/1044 0.74/0.76

Buah telah berkembang menjadi lebih besar, berwarna hijau muda dan masih

lunak

90/98 1086/1217 0.8/082 Buah semakin besar berwarna hijau tua tangkai dan buah agak liat 98/107 1295/1468 0.88/0.9 Buah semakin besar berwarna hijau tua

kecoklatan

(37)

21

Pengaruh Faktor Lain

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain di antaranya curah hujan berpengaruh pada ketersediaan air tanaman, penutupan awan, dan kecepatan angin. Curah hujan menjadi hal penting karena hujan yang terlalu banyak menyebabkan kelembaban udara dan tanah meningkat. Kondisi ini menyebabkan tanaman sangat rentan terserang hama dan penyakit. Selama masa tanam tanaman cabai merah lebih dominan terserang penyakit pada fase generatif (masa berbuah), buah cabai menjadi busuk dengan becak pada buah, kering, dan berwarna kuning kecoklatan. Menurut Girsang (2008) Penyakit ini disebabkan oleh jamur Collectotrichum capsici. Penyakit ini sering disebut dengan antraknosa. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman cabai karena dapat menyebabkan kerugian antara 20-50 % hasil panen.

Bobot Buah Total

Bobot buah total merupakan bobot buah yang dihitung secara kumulatif dari masa panen pertama hingga akhir.

Grafik di atas menunjukkan jumlah bobot buah hasil panen pertama hingga panen ke tujuh. Umumnya hasil panen selalu meningkat dari panen pertama dan akan menurun ketika tanaman telah berhenti menghasilkan buah. Hasil penelitian berbeda dikarenakan adanya beberapa faktor seperti hilangnya data hasil panen selama beberapa minggu serta penyakit busuk buah yang tidak terkendali, akibatnya buah cabai dipanen sebelum buah cabai matang, dari grafik di atas (gambar 13), dapat dilihat bahwa panen paling tinggi adalah panen ke tujuh, dengan hasil varietas seloka sebesar 13000 g (13 kg/panen) dan varietas kopay 25500 g (25.5 kg/panen). Menurut Wibowo et al (2010) Varietas seloka IPB dapat menghasilkan 11.59 ton/hektar, dengan bobot buah pertanaman berkisar antara 0.4-0.6 kg/masa tanam. Sedangkan varietas cabai kopay dapat menghasilkan 13.17 ton/hektar (Yandra 2010), dengan bobot buah pertanaman mencapai 1.4 kg/masa tanam (Darwis 2011).

Gambar 13 Hasil panen tanaman cabai merah ( ) Seloka ( ) Kopay

0

120 124 128 133 137 144 150

(38)

22

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Jumlah radiasi total di atas permukaan tajuk adalah sebesar 1712 MJ m-2 musim-1. Radiasi intersepsi pada perlakuan arah TB dan US berturut-turut adalah sebesar 123.8 MJ m-2 dan 132.74 MJ m-2. Nilai EPR minimum pada arah baris US 1.23 g/MJ maksimun 1.41 g/MJ. Nilai EPR minimum pada arah baris TB 1.02 g/MJ, maksimum 1.27 g/MJ. Arah US mampu mengintersepi radiasi 7% lebih besar dibandingkan TB. Varietas kopay menghasilkan jumlah total biomassa paling tinggi dibandingkan dengan varietas seloka IPB. Selain itu arah US juga menghasilkan total biomassa 24% lebih banyak dibandingkan dengan penanaman arah TB. Oleh karena itu, tanaman cabai merah pada perlakuan arah baris Utara-Selatan merupakan metode penanaman yang cocok untuk meningkatkan biomassa tanaman cabai merah.

Saran

Penelitian tentang neraca radiasi perlu dilakukan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengukuran suhu di atas kanopi dan di bawah tajuk tanaman perlu dilakukan untuk melihat pengaruh perbedaan suhu lingkungan dan suhu di sekitar tanaman terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Bey A. 1991. Kapita Selekta Dalam Agrometeorologi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Boer R dan Las I. 1994. Koefisien Pemadaman Tanaman Kedele Pada Beberapa Tingkat Radiasi. J. Agromet Vol.X No 1 dan 2.

Darwis AP. 2011. Jenis-jenis penyebab penyakit pada tanaman cabai kopay (Capsicum annuum L. kultivar kopay) di Kelurahan Koto Panjang Lampasi, Kecamatan Payakumbuh Utara Sumatera Barat. [Skripsi]. Padang (ID): Universias Andalas

De Rozari B dan Manan ME. [tahun tidak diketahui]. Pancaran Surya pada Tumpangsari Jagung-Kedelai dengan Arah Baris Timur-Barat dan Utara-Selatan. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Departemen Pertanian. 2008. Berita Resmi Pendaftaran Varietas Lokal. [diunduh 22 Desember 2014].Tersedia pada : http://www.deptan.co.id.

(39)

23 Girsang EM. 2008. Uji ketahanan beberapa varietas tanaman cabai (Capsicum annum L.) terhadap serangan penyakit antraknosa dengan pemakaian mulsa plastik.[Skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara

Handoko et al.2010. Koefisien Pemadaman Tajuk Dan Efisiensi Penggunaan Radiasi Surya Pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Varietas Granola di Galudra, Cianjur, Jawa Barat. Jurnal agromet. 24 (2) : 27-32 ______.1994. Klimatologi Dasar. Jakarta : Pustaka Jaya.

______.1994. Dasar Penyusunan dan Aplikasi Model Simulasi Komputer untuk Pertanian. Bogor (ID): Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB. ______.2007. Gandum 2000. Penelitian Pengembangan Gandum di Indonesia.

Bogor (ID): SEAMEO BIOTROP.

Hapernas A dan R Dermawan. 2009. Budidaya Cabai Unggul. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Insani RC. 2013.Kesesuaian arah baris penerimaan radiasi surya dan kerapatan populasi terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Knoot JE adan JR Deanon. 1970. Vegetable Production in southeast Asia. Univ Philippines Collage of Agricultural Collage. Los Banos, Laguna, Philippines p: 97-133.

Koesmaryono Y. 1996. Studies on Photosynthesis, Growth and Yield of Soybean (Glycine max (L.) Merr.) in Relation to Climatological Envirotment.

Dissertation. United Graduated School of Agricultural Science. Matsuyama (Japan) : Ehime University.

Moreno et al. 2003. Physilogycal Response Of A Papper (Capsicum annum L.) Crop To Different Trickle Irrigation Rates. Journal of agricultural research.1 (2) 65-74.

Monteith, J. 1969. Light Interception and Radiative Exchange in Crop Stands. J. Agronomy, V 185 [internet]. University of Nebraska : Lincoln [diunduh 17 Juni 2014]. Tersedia pada : http://digitalcommons.unl.edu/agronomy /185

Perdinan. 2002. Efisiensi pemanfaatan radiasi surya, profil suhu udara dan akumulasi panas tanaman soba (Fagopyrum esculentum Moench.) di dataran tinggi Pasir Sarongge, Cianjur-Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Polii MGM. 2003. Penentuan Umur Berbuah Tanaman Cabe Merah (Capsicum anuum var.longum Sendt) Pada Tiga Tinggi Tempat yang Berbeda Menggunakan Metode Satuan Panas. Eugenia 9 (2) :104-108. Manado : Universitas Sam Ratulangi.

Pracaya. 2003. Bertanam Lombok. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Prajnanta F. 2007. Agribisnis Cabai Hibrida. Jakarta (ID): Penebar Swadaya Rahardian K. 2013. Pengaruh kadar air terhadap pertumbuhan dan produktivitas

tanaman kedelai. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Saeki T. 1960. Interrelationships Between Leaf Amount, Light Distribution and Total Photosynthesis in Plant Community. Vol 73 : 55 – 63.

Setiadi 2000. Bertanam Cabai. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

(40)

24

Sitaniapessy PM. 1985. Pengaruh Jarak Tanam dan Besarnya Populasi Tanaman Terhadap Absorbsi Radiasi Surya dan Produksi Tanaman Jagung (Zea Mays L.). Thesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sopandie D, Chozin MA, Sastrosumarjo S, Juhaeti T, Sahardi. 2003. Toleransi

Padi Gogo terhadap naungan. Hayati 10(2):71-75.

Stockle CO dan Kemanian AR. 2009. Crop radiation capture and use efficiency: A framework for crop growth analysis. In Crop Physiology.Academic Press, Elsevier Inc.p 145-170.

Susilawati, Rujito AS, Munandar, Mery H. 2012. Karakter Agronomi dan Toleransi Varietas Cabai Merah Akibat Genangan pada Fase Generatif.

Jurnal : Lahan Suboptimal vol 1 No 1 hal 22-30.

Ulinata E. 2013. Intersepsi radiasi matahari dan pertumbuhan tanaman cabai merah pada kondisi tanpa naungan dan ternaungi. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Welles. GWH. 1990. Pepper. International Agric. Center. Wageningen The Netherland.

Widodo WD. 2002. Memperpanjang Umur Produktif Cabai (60 Kali Petik).

Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Wibowo MH, Noviana D, Siregar IZ. Varietas Unggul IPB. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wijaya AFC. 2010. Gerak Bumi dan Bulan. Jayapura (ID) : Digital Learning Lesson Study Jayapura.

Wiryanta BTW. 2002. Bertanam Cabai pada Musim Hujan. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

(41)

25

LAMPIRAN

Lampiran 1Deskripsi Cabai Besar Varietas Seloka IPB

Asal : dalam negeri

Silsilah : seleksi bulk dimodifikasi

hasil persilangan IPB C2 x IPB C5 Golongan varietas : Bersari bebas

Tinggi tanaman : 45,09 – 76,87 cm Bentuk penampang batang : bulat

Diameter batang : 0,99 – 1,72 cm

Warna batang : hijau

Bentuk daun : oval

Ukuran daun : panjang 7,66 – 11,91 cm lebar 2,78 – 3,79 cm

Warna daun : hijau

Bentuk bunga intermediate

Warna kelopak bunga : hijau Warna mahkota bunga : Putih Warna kepala putik : Putih

Warna benang sari : Biru

Umur mulai berbunga : 25 – 29 hari setelah tanam Umur mulai panen : 71 – 78 hari setelah tanam

Bentuk buah : memanjang

Ukuran buah : panjang 12,07-15,77 cm

diameter 1,49-1,88 cm

Warna buah muda : hijau

Warna buah tua : merah

Tebal kulit buah : 0,11-0,19 cm

Rasa buah : sangat pedas dengan kadar capsaicin 917,25-979,15 ppm

Bentuk biji : pipih

Warna biji : kuning jerami

(42)

26

Bobot 1 000 biji : 5,0-5,2 g

Bobot per buah : 10,33-12,57 g

Jumlah buah per tanaman : 51-80 buah

Bobot buah per tanaman : 482,16 g (320,97 – 695,66 g) Daya simpan buah : 8-10 HST (pada suhu 27-28 oC) Hasil buah per hektar : 11,59 ton (7,34 – 17,49 ton)

populasi per hektar Populasi per hektar : 25000 tanaman Kebutuhan benih per ha : 200-300 g

Keunggulan varietas : umur panen genjah (62,42 – 86,87 hari setelah tanam), tingkat kepedasan sangat tinggi (939,13 – 1.000,98 ppm),

Wilayah adaptasi : beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan ketinggian 100 – 250 m dpl

Lampiran 2Deskripsi Cabai Besar Varietas kopay (Kota Payakumbuh)

Asal : kota Payakumbuh Sumatera Barat

Tinggi tanaman : 100-120 cm (dataran rendah) 120-150 cm (dataran tinggi)

Bentuk penampang batang : bulat

Diameter batang : 3.5-4.5 cm

Warna batang : hijau

Bentuk daun : oval

Ukuran daun : panjang 5-8 cm lebar 2-3 cm

Warna daun : hijau

Warna kelopak bunga : hijau Warna mahkota bunga : putih

Umur mulai berbunga : 29-30 hari setelah tanam (dataran rendah) 30-35 hari setelah tanam (dataran tinggi) Umur mulai panen : 80-85 hari setelah tanam (dataran rendah)

90-95 hari setelah tanam (dataran tinggi) Cabai merah Varietas kopay (Kota Payakumbuh)

(43)

27 tanam untuk dataran rendah), (90-95 hari setelah tanam dataran tinggi) dan tahan terhadap virus kuning

Wilayah adaptasi : beradaptasi dengan baik di dataran tinggi

Lampiran 3 Data Cuaca selama Penelitian

(44)
(45)
(46)

30

(47)
(48)

32

(49)

33

Lampiran 6 Radiasi Global dan Radiasi Transmisi

(50)

34

MST Qo Qt (A1V1) Qt(A1V2) Qt(A2V1) Qt(A2V2)

21.64 1.38 1.33 0.94 1.74

17.39 1.11 1.07 0.76 1.40

20.78 1.32 1.27 0.90 1.67

24.50 1.56 1.50 1.07 1.97

23.70 1.51 1.45 1.03 1.91

4 23.44 1.49 1.44 1.02 1.89

19.32 4.72 4.34 4.87 5.18

16.20 3.96 3.64 4.08 4.35

20.32 4.97 4.57 5.12 5.45

17.39 4.25 3.91 4.38 4.67

17.79 4.35 4.00 4.48 4.77

17.13 4.19 3.85 4.32 4.60

6 17.39 4.25 3.91 4.38 4.67

23.83 10.12 8.21 9.34 11.10

20.78 8.82 7.15 8.14 9.67

21.44 9.11 7.38 8.40 9.98

21.31 9.05 7.34 8.35 9.92

23.70 10.06 8.16 9.28 11.03

21.05 8.94 7.25 8.24 9.80

8 22.44 9.53 7.73 8.79 10.45

24.63 14.88 13.55 13.76 14.83

22.84 13.80 12.56 12.76 13.75

21.84 13.19 12.02 12.21 13.15

22.11 13.35 12.16 12.35 13.31

22.97 13.88 12.64 12.84 13.83

15.00 9.06 8.25 8.38 9.03

10 14.67 8.86 8.07 8.20 8.83

18.85 14.75 13.37 15.00 15.24

10.16 7.95 7.20 8.08 8.21

24.17 18.91 17.14 19.22 19.53

18.39 14.39 13.04 14.63 14.86

19.52 15.27 13.84 15.52 15.77

17.66 13.82 12.52 14.05 14.27

(51)

35 Lampiran 7 Bobot Buah Selama Panen

Bobot Buah (gram)

Tanggal Panen ke- Seloka Kopay

22-Jun-14 1 84 90

26-Jun-14 2 390 293

30-Jun-14 3 560 588

05-Jul-14 4 1214 712

09-Jul-14 5 1985 1638

16-Jul-14 6 6141 2615

22-Jul-14 7 13000 25500

Lampiran 8 Gambar dokumentasi selama penelitian

Kalibrasi alat Penyemaian benih

Pindah tanam dan pemasangan ajir Pemasangan alat di bawah tajuk

(52)

36

Cabai mulai berbuah Cabai mulai matang

Memasuki masa panen Cabai mulai matang

Penyakit yang menyerang tanaman cabai Antraknosa

Penyakit yang menyerang tanaman cabai Antraknosa

Destruktif tanaman contoh

(53)

37

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 2 Ilustrasi arah baris dan jarak tanam
Gambar 3 Kondisi suhu udara rata-rata sekitar tanaman saat penelitian (
Gambar 5 Nilai radiasi global rata rata  harian selama penelitian (35HSS-118HSS)
Gambar 6 Tinggi rata-rata tanaman cabai merah (
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila terjadi penyalahgunaan wewenang yang dilakukan kepala daerah dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa maka peraturan perundang- undangan yang dapat dijadikan pedoman

Sedangkan siswa dengan skor terbanyak yaitu terdapat pada kelas interval 15 – 16 yaitu sebanyak 10 siswa.Sementara itu hasil belajar siswa yang menggunakan model

9 Mengacu pada dua penelitian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa prioritas utama militer AS dikarenakan hegemoni Cina, dimana strategi pertahanan AS saat ini bukan

Berdasarkan hasil analisis data sebagai hasil penelitian meliputi peningkatan hasil belajar IPA dan peningkatan aktivitas siswa melalui pendekatan PAIKEM pada materi energi

Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian terdapat sebagain besar mahasiswa memiliki tingkat literasi ekonomi yang sangat baik, sehingga Mahasiswa Pendidikan

Disain penelitian dalam studi ini menggunakan disain penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Objek penelitian ini adalah sistem proteksi kebakaran

[r]

Gubernur selaku Ketua Satuan Koordinasi Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Satkorlak PBP) bertanggungjawab mengkoordinasikan kegiatan organisasi struktural dan