• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi dan Aktivitas Sitotoksik Terhadap Sel Hela Nanopartikel Kurkuminoid Temulawak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakterisasi dan Aktivitas Sitotoksik Terhadap Sel Hela Nanopartikel Kurkuminoid Temulawak"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISASI DAN AKTIVITAS SITOTOKSIK TERHADAP

SEL HeLa NANOPARTIKEL KURKUMINOID TEMULAWAK

RIKI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Karakterisasi dan Aktivitas Sitotoksik terhadap Sel HeLa Nanopartikel Kurkuminoid Temulawak adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2015

Riki

(4)

RINGKASAN

RIKI. Karakterisasi dan Aktivitas Sitotoksik terhadap Sel HeLa Nanopartikel Kurkuminoid Temulawak. Dibimbing oleh LAKSMI AMBARSARI dan LATIFAH K. DARUSMAN.

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman obat yang banyak digunakan di Indonesia sebagai obat tradisional dalam pengobatan berbagai macam penyakit. Ekstrak temulawak diketahui mengandung senyawa bioaktif berupa kurkuminoid yang berpotensi sebagai antikanker. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji penapisan awal aktivitas antikanker dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Senyawa yang toksik berdasarkan metode BSLT seringkali berkorelasi positif sebagai antikanker.

Penggunaan ekstrak kurkuminoid temulawak sebagai antikanker sangat menjanjikan, namun aplikasi klinisnya sangat terbatas karena bioavailabilitasnya yang rendah. Salah satu upaya yang dikembangkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah menggabungkan kurkuminoid ke dalam sistem pembawa nanopartikel lemak padat. Nanoemulsi kurkuminoid temulawak telah berhasil dibuat dan diuji aktivitasnya sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Namun, penggunaan nanoemulsi sebagai sediaan obat sangat terbatas karena tidak stabil dalam waktu penyimpanan yang cukup lama, sehingga perlu dibuat sediaan nanopartikel dalam bentuk serbuk. Serbuk nanopartikel kurkuminoid temulawak diharapkan dapat digunakan sebagai obat antikanker, sehingga perlu dilakukan uji aktivitasnya terhadap sel HeLa.

Penelitian ini bertujuan mengkarakterisasi dan menguji aktivitas antikanker serviks serbuk nanopartikel kurkuminoid temulawak. Kurkuminoid diekstraksi dari rimpang temulawak dengan metode maserasi kemudian dianalisis dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Pembuatan nanopartikel kurkuminoid terdiri atas tiga tahapan utama yaitu pembuatan emulsi, homogenisasi dan ultrasonikasi. Nanopartikel dikarakterisasi dengan parameter indeks polidispersitas (IP), ukuran partikel, morfologi dan efisiensi penjerapan.

Rendemen ekstrak yang diperoleh dari hasil ekstraksi sebesar 8.32%. Hasil analisis HPLC menunjukkan ekstrak mengandung bisdemetoksikurkumin, demetoksikurkumin, dan kurkumin dengan rincian kadar bisdemetoksikurkumin sebesar 2.299 mg/g, demetoksikurkumin sebesar 13.658 mg/g dan kurkumin sebesar 55.729 mg/g. Serbuk nanopartikel yang diperoleh sebanyak 1.201 dengan ukuran 648.4 ± 95 nm. Nilai IP nanopartikel sebesar 0.219 yang menunjukkan ukuran partikel cukup seragam. Ukuran nanopartikel yang cukup seragam juga terlihat dari hasil analisis Transmission Electron Microscopy (TEM). Dari hasil perhitungan diperoleh efisiensi penjerapan kurkuminoid dalam nanopartikel sebesar 29.8%.

Berdasarkan hasil uji BSLT diperoleh nilai Lethal Consentration (LC50)

nanopartikel sebesar 828.78 ppm dan ekstrak temulawak sebesar 213.24 ppm. Baik ekstrak maupun nanopartikel termasuk kategori cukup toksik karena LC50 berada

pada rentang 31 ppm < LC50 ≤ 1000 ppm. Tingkat toksisitas ekstrak temulawak

(5)
(6)

dapat diteliti lebih lanjut efeknya toksiknya terhadap sel kanker. Efek toksik terhadap sel kanker diuji menggunakan sel hela dengan metode MTT [3-(4,5-dimetiltiazolil-2)-2,5-difeniltetrazolium bromida]. Hasil uji MTT menunjukkan bahwa sediaan serbuk nanopartikel menghambat pertumbuhan sel meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi sampel. Namun pada perlakuan dengan ekstrak, terjadi peningkatan penghambatan pertumbuhan sel sampai pada konsentrasi 62.5 ppm kemudian mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya konsentrasi ekstrak. Serbuk nanopartikel kurkuminoid memiliki kemampuan penghambatan pertumbuhan sel hela yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak. Serbuk nanopartikel kurkuminoid dapat mengambat pertumbuhan sel hela sebesar 93.43% pada konsentrasi 2 ppm, sedangkan ekstrak kurkuminoid dapat menghambat pertumbuhan sel hela sebesar 93.30% pada konsentrasi 62.5 ppm.

Sebagai kesimpulan, nanopartikel yang diperoleh memiliki ukuran yang relatif kecil dan seragam namun efisiensi penjerapan kurkuminoid yang cukup rendah. Serbuk nanopartikel dan ekstrak kurkuminoid temulawak memiliki aktivitas antikanker serviks dengan kemampuan penghambatan pertumbuhan sel hela oleh nanopartikel lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak.

(7)

SUMMARY

RIKI. Characterization and Cytotoxic Activity aginst HeLa Cells of Temulawak Curcuminoid Nanoparticles. Supervised by LAKSMI AMBARSARI and LATIFAH K. DARUSMAN.

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) is a medicinal plant which is widely used in Indonesia as a traditional medicine in the treatment of various diseases. Temulawak extracts contains curcuminoids which have anticancer potential. Therefore, it is necessary to test the initial screening anticancer activity by the method of Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Toxic compounds based BSLT method is often positively correlated as anticancer.

Curcuminoid of temulawak is very promising as anti-cancer, however clinical application of curcuminoid has been limited due to its low bioavailability. One of the efforts that can be developed to solve this problem is incorporated curcuminoids into Solid Lipid Nanoparticles (SLN) carriers system. Curcuminoid nanoemulsion has been successfully made and tested as an antioxidant and anti-inflammatory activity. However, the use of nanoemulsion as medicinal preparations is very limited because it is not stable in storage for a long time, so that preparations of nanoparticles need to be made in powder form. Powder of temulawak curcuminoids nanoparticles are expected to be used as an anti-cervical cancer drugs, so it is necessary to test the activity against HeLa cells.

The objective of this study was to characterize and test the anti- cervical cancer activity of temulawak curcuminoid nanoparticles. Curcuminoid extracted from the rhizome of temulawak with maceration method then analyzed by High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Manufacture of curcuminoid nanoparticles consists of three main stages, namely the manufacture of emulsion, homogenization and ultrasonication. Nanoparticles was characterized with indicators Polydispersity Index (PI), particle size, morpholgy, and entrapment efficiency.

The yield of the extract obtained from the extraction of 8.32%. The results of HPLC analysis showed the extract containing bisdemethoxycurcumin, demethoxycurcumin, and curcumin with details bisdemethoxycurcumin levels of 2.299 mg/g, demethoxycurcumin for 13.658 mg/g and curcumin for 55.729 mg/g. The nanoparticles powder obtained as many as 1.201 with a size of 648.4 ± 95 nm. PI nanoparticles value of 0.219 showing the particle size distribution is a fairly uniform particle size. A uniform size distribution of nanoparticles as observed by Transmission Electron Microscopy (TEM). The entrapment efficiency of curcuminoid in nanoparticles was about 86.02%.

Based on results of BSLT obtained nanoparticles Lethal Consentration

(LC50) value of 828.78 ppm and 213.24 ppm of temulawak extract. Either extracts

or nanoparticles are categorized quite toxic because LC50 is in the range 31 < LC50

≤ 1000 ppm. The level of toxicity Ciemas temulawak extract in this study is lower than Ciemas temulawak extract results of previous studies that 90.33 ± 23.9 ppm. Temulawak curcuminoid nanoparticles have a toxic effect because it has a smaller LC50 1000 µg/mL, so it can be further investigated its toxic effect on cancer cells.

(8)

with the concentration of the sample. While on treatment with the extract, an increase in cell growth inhibition at concentrations up to 62.5 ppm and then decreased with increasing concentrations of the extract. Curcuminoid nanoparticles powder have the ability hela cells growth inhibition higher than the extract. About 93.43% hela cells were inhibited at a concentration of 2 ppm of the curcuminoid nanoparticles, whereas about 93.30% hela cells were inhibited at a concentration of 62.5 ppm of the curcuminoid extract.

In conclusion, the nanoparticles obtained have a relatively small size and uniform with kurkuminoid adsorption efficiency is quite low. Nanoparticles powder and curcuminoid temulawak extracts have anti-cervical cancer activity with the ability hela cell growth inhibition of curcuminoid nanoparticles have higher than the extract.

(9)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(10)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Biokimia

KARAKTERISASI DAN AKTIVITAS SITOTOKSIK TERHADAP SEL HeLa NANOPARTIKEL KURKUMINOID TEMULAWAK

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(11)
(12)

Judul Tesis : Karakterisasi dan Aktivitas Sitotoksik terhadap Sel HeLa Nanopartikel Kurkuminoid Temulawak

Nama : Riki

NIM : G851130301

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Laksmi Ambarsari, MS Ketua

Prof. Dr Ir. Latifah K. Darusman, MS Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Biokimia

Prof Dr drh Maria Bintang, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(13)
(14)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penelitian ini berjudul : Karakterisasi dan Aktivitas antikanker Serviks Nanopartikel Kurkminoid Temulawak. Penelitian ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi di Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Laksmi Ambarsari dan Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman sebagai komisi pembimbing yang banyak memberi bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian dan karya penelitian ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf Program Studi Biokimia dan semua pihak yang telah ikut membantu dan berkontribusi dalam berbagai hal selama penyelesaian penelitian dan karya ilmiah. Terima kasih pula kepada teman-teman Biokimia atas bantuan dan kebersamaannya, kepada pihak-pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyampaikan terima kasih dan rasa hormat setinggi-tingginya kepada orang tua dan keluarga besar tercinta atas doa, pengorbanan, pengertian dan dukungan moril yang tidak ternilai selama ini.

Penelitian ini didanai oleh Hibah Penelitian Batch I Program Penelitian Riset Andalan Perguruan Tinggi dan Industri (RAPID) tahun anggaran 2015 nomor: 083/SP2H/PL/Dit.Litabmas/II/2015 yang diketuai Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman, MS. Akhirnya, semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, civitas akademika, peneliti, pemerintah dan semua pihak yang terkait, sehingga mampu memperkaya hasanah keilmuan di masa mendatang.

Bogor, November 2015

(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN 1

Latar belakang 1

Rumusan masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 3 Tempat dan waktu penelitian 3

Alat dan Bahan 3

Prosedur Penelitian 3

HASIL 5

Rendemen dan kadar kurkuminoid ekstrak temulawak Ciemas 5

Karakterisasi nanopartikel kurkuminoid temulawak 6

Toksisitas terhadap larva udang 6

Sitotoksisitas terhadap sel HeLa 7

PEMBAHASAN 8 Kurkuminoid ekstrak temulawak Ciemas 8

Nanopartikel kurkuminoid temulawak tersalut asam palmitat 9

Karakterisasi nanopartikel kurkuminoid temulawak 11

Aktivitas antikanker nanopartikel kurkuminoid temulawak 12

SIMPULAN DAN SARAN 14 Simpulan 14

Saran 14

(16)

DAFTAR GAMBAR

1. Kromatogram HPLC 6

2. Morfologi nanopartikel kurkuminoid temulawak 7

3. Nilai LC50 oleh perlakuan ekstrak dan nanopartikel 7

4. Persentase inhibisi sel hela 8

5. Sel hela tanpa perlakuan dan dengan perlakuan nanopartikel 8

6. Struktur kimia komponen kurkuminoid 9

DAFTAR LAMPIRAN

1. Diagram alir penelitian 20

2. Penentuan rendemen ekstrak 21

3. Serbuk nanopartikel kurkuminoid temulawak 21

4. Absorbansi standar dan kurkuminoid terjerap 21

5. Hasil uji BSLT 22

6. Hasil uji PSA 23

(17)
(18)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman obat yang banyak digunakan di Indonesia sebagai obat tradisional dalam pengobatan berbagai macam penyakit antara lain gangguan hati, sembelit, diare, disentri, gangguan lambung, wasir dan gangguan kulit (Hwang et al. 2000). Temulawak diketahui mengandung senyawa bioaktif berupa kurkuminoid (Cahyono et al. 2011). Beberapa penelitian melaporkan bahwa kurkuminoid memiliki efek farmakologis antara lain antioksidan (Jayaprakasha et al. 2006), antialergi (Matsuda et al. 2004), antidemensia (Lim et al. 2001), antiinflamasi (Banerjee et al, 2003), dan antikanker (Piantino et al.

2009; Li et al. 2013). Telah dilaporkan juga bahwa ekstrak temulawak yang mengandung kurkuminoid memiliki aktivitas antioksidan (Simanjuntak et al. 2008; Nurcholis et al. 2012; Wijayanto 2013) dan antiinflamasi (Nurcholis et al. 2012; Maulia 2014). Aktivitas inflamasi merupakan komponen penting dari perkembangan tumor. Banyak kanker muncul dari daerah inflamasi, iritasi kronis dan infeksi (Basnet & Basnet 2012). Berdasarkan uraian tersebut mengindikasikan bahwa ekstrak kurkuminoid temulawak berpotensi sebagai antikanker. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji penapisan awal aktivitas antikanker terhadap ekstrak kurkuminoid temulawak. Metode yang sering digunakan adalah uji toksisitas dengan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Metode ini cepat, murah, prosedurnya sederhana dan hasilnya dapat dipercaya. Senyawa yang toksik berdasarkan metode BSLT seringkali berkorelasi positif sebagai antikanker (Meyer et al. 1982; Alam 2002).

(19)

Serbuk nanopartikel kurkuminoid temulawak diharapkan dapat digunakan sebagai obat antikanker, sehingga perlu dilakukan uji aktivitasnya terhadap sel kanker. Penelitian ini akan menguji aktivitas antikanker menggunakan sel HeLa. Penggunaan sel tumor HeLa (sel tumor serviks) sebagai sel uji mengacu pada data WHO (2013) yang menunjukkan tingginya tingkat kejadian penderita kanker serviks di dunia. Setiap tahun, lebih dari 270.000 wanita meninggal karena kanker serviks. Kanker serviks adalah penyakit kanker kedua terbesar yang dialami oleh wanita di dunia.

Perumusan Masalah

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan tanaman obat yang secara luas digunakan di Indonesia sebagai obat tradisional dalam pengobatan berbagai macam penyakit. Ekstrak temulawak mengandung kurkuminoid yang telah diketahui memiliki aktivitas antikanker dan antiinflamasi sehingga berpotensi digunakan sebagai obat antikanker serviks. Namun, aplikasi klinis kurkuminoid sangat terbatas karena bioavailabilitasnya yang rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut, kurkuminoid digabungkan ke dalam sistem pembawa nanopartikel lemak padat. Nanoemulsi kurkuminoid temulawak tersalut asam palmitat telah berhasil dibuat dan diuji aktivitasnya sebagai antioksidan dan antiinflamasi (Wahid 2013; Maulia 2014). Namun, penggunaan nanoemulsi sebagai sediaan obat sangat terbatas karena tidak stabil dalam waktu penyimpanan yang cukup lama, sehingga sediaan nanopartikel dibuat dalam bentuk serbuk. Untuk mengetahui mutu sediaan nanopartikel maka perlu dikarakterisasi dengan parameter indeks polidispersitas (IP), ukuran partikel, morfologi dan efisiensi penjerapan. Aktivitas antikanker nanopartikel diuji menggunakan sel HeLa dengan metode MTT assay.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengkarakterisasi serbuk nanopartikel kurkuminoid temulawak dan menguji aktivitasnya terhadap sel HeLa.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang mutu sediaan serbuk nanopartikel kurkuminoid sebagai sistem pembawa obat dan dapat dijadikan sebagai obat antikanker serviks.

Hipotesis

(20)

2 METODE

Bahan

Bahan yang digunakan adalah simplisia temulawak Ciemas dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB), etanol 96%, n-heksan, asam palmitat (MERCK), poloksamer 188 (BASF), air Reverse Osmosys (RO), larutan metanol 99.99 %, maltodekstrin, sel HeLa, doxorubicin, medium RPMI 1640, Fetal Calf Serum (FCS), streptomisin, penisilin, dimetil sulfoksida (DMSO), HCl 0.1 N dalam isopropanol, MTT [3-(4,5-dimetiltiazolil-2)-2,5- difeniltetrazolium bromida], tripsin, air laut dan air suling.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik, batch pemanas, hotplate, pengaduk magnet, homogenizer (Dispergierstation TB.10 IKA), ultrasonic processor (130 Watt 20 kHz, Cole-Parmer), mikrosentrifus (MIKRO 200R, Hettich Zentrifugen), freeze dryer, particle size analyzer (Delsa NanoC, Beckman Coulter), sentrifus, spektrofotometer UV-Vis (Ocean Optic USB4000), Transmission Electron Microscopy (TEM) JEOL JEM 1400, pipet mikro, aerator, lampu TL dan alat-alat gelas.

Prosedur Penelitian

Ekstraksi Temulawak (Sutrisno et al. 2008)

Sebanyak 100 g serbuk simplisia temulawak ukuran 40 mesh dimaserasi dengan 1 L etanol 96% selama 24 jam. Maserat disaring dan filtratnya dikumpulkan dalam labu ekstraksi. Ekstrak etanol hasil maserasi difraksinasi cair-cair dengan n-heksana (1:1). Fraksi etanol yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan penguap putar.

Analisis Kurkuminoid dengan HPLC (Jayaprakasha et al. 2002)

Sampel kurkuminoid hasil ekstraksi ditimbang sebanyak 50 mg dan dilarutkan dengan metanol sampai volume 50 mL kemudian diencerkan 50 kali. Larutan dielusi secara gradien pada HPLC, laju alir 1 ml/menit, dan detektor UV 425 nm. Standar kurkuminoid dibuat dengan konsentrasi 0.5 ppm. Fase gerak terdiri dari metanol, asam asetat 2%, asetonitril.

Produksi Nanopartikel Kurkuminoid Temulawak (Ekaputra 2013)

Fase lemak yang terdiri atas 1.0 g asam palmitat dan 0.1 g ekstrak kurkuminoid dipanaskan sampai suhu 750C dan diultrasonikasi selama 5 menit. Fase berair yang

(21)

didinginkan pada suhu 10oC selama 1 jam. Emulsi diultrasonikasi dengan amplitudo

20% kemudian dikeringbekukan untuk mendapatkan serbuk nanopartikel.

Efisiensi Penjerapan (Yadav et al. 2008)

Dispersi nanopartikel kurkuminoid disentrifugasi dengan kecepatan 14000 rpm pada suhu 4oC selama 40 menit dan supernatannya didekantasi. Residu dicuci dengan metanol kemudian disentrifugasi kembali. Supernatan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 425 nm. Larutan standar kurkuminoid dibuat dari ekstrak kurkuminoid yang dilarutkan dalam larutan metanol. Efisiensi penjerapan dihitung dengan persamaan:

% Efisiensi penjerapan = K y

K y � %

Konsentrasi kurkuminoid terjerap dihitung menggunakan persamaan regresi linear dari deret standar kurkuminoid.

Analsis Ukuran (Luo et al. 2006) dan Morfologi Nanopartikel

Diameter Nanopartikel ekstrak kurkuminoid ditentukan dengan Photon Correlation Spectroscopy (PCS) menggunakan sebuah instrument laser light scattering (LS230; COULTER) dengan sudut 90o pada suhu 25oC. Data analisis ukuran partikel ditentukan menggunakan distribusi volume. Analisis morfologi menggunakan

TransmissionElectron Microscopy (TEM) JEOL JEM 1400.

Uji Toksisitas Terhadap Larva Udang

Sebanyak 10 mg telur udang Arthemia salina Leach direndam dalam 400 mL air laut yang telah disaring, kemudian diberi pencahayaan lampu TL dan diaerasi selama 48 jam sampai telur udang menetas dan siap diujicobakan. Setelah larva udang siap diujicobakan, sampel uji berupa nanopartikel dan kurkuminoid temulawak disiapkan untuk konsentrasi 1000 ppm, 500 ppm, 100 ppm dan 10 ppm. Perlakuan terhadap larva udang dilakukan dengan cara memasukkan 900 µL air laut yang berisi 10 larva ke dalam plate kemudian masing-masing ditambahkan 100 µL sampel uji. Setiap sampel dilakukan ulangan sebanyak tiga kali. Tingkat kematian larva dihitung pada setiap konsentrasi kemudian nilai LC50 dianalisis melalui persamaan regresi linear

antara konsentrasi dan persentase mortalitas.

Uji Sitotoksisitas terhadap Sel HeLa (Sari 2012)

(22)

yang terbentuk dilarutkan dengan penambahan HCl 0.1 N dalam isopropanol. Pembacaan nilai absorbansi dilakukan pada panjang gelombang 595 nm. Hasil uji berupa serapan kemudian dikonversikan dalam bentuk persen penghambatan berdasarkan persamaan berikut:

% Penghambatan = OD −OD

OD � %

3 HASIL

Rendemen dan Kadar Kurkuminoid Ekstrak Temulawak Ciemas

Rendemen ekstrak yang diperoleh dari hasil ekstraksi sebesar 8.32%. Ekstrak dianalisis menggunakan HPLC untuk memastikan komponen utama yang terkandung pada ekstrak etanol rimpang temulawak yaitu kurkuminoid. Standar kurkuminoid yang digunakan adalah standar kurkuminoid komersial yang memiliki tiga komponen yaitu bisdemetoksikurkumin, demetoksikurkumin, dan kurkumin dengan waktu retensi (Rt) berturut-turut 7.890 menit, 8.507 menit, dan 9.157 menit (Jayaprakarsha et al. 2002). Kromatogram HPLC menunjukkan ekstrak mengandung bisdemetoksikurkumin, demetoksikurkumin, dan kurkumin (Gambar 1). Berdasarkan hasil perhitungan, kadar kurkuminoid temulawak Ciemas sebesar 71.686 mg/g dengan rincian kadar bisdemetoksikurkumin sebesar 2.299 mg/g, demetoksikurkumin sebesar 13.658 mg/g dan kurkumin sebesar 55.729 mg/g.

(23)

Karakterisasi Nanopartikel Kuruminoid Temulawak

Nanopartikel yang diperoleh sebanyak 1.201 gram (Lampiran 3). Nanopartikel dikarakterisasi dengan parameter Indeks Polidispersitas (IP), ukuran partikel, morfologi dan efisiensi penjerapan. Nilai IP nanopartikel sebesar 0.216 dengan ukuran 648.4 ± 95 nm. Pengamatan morfologi nanopartikel dengan TEM ditunjukkan pada Gambar 2. Nanopartikel tampak berupa bulatan-bulatan hitam. Efisiensi penjerapan kurkuminoid dalam nanopartikel sebesar 29.8% (Tabel 1).

Tabel 1 Ukuran Partikel, Indeks Polidispersitas dan Efisiensi Penjerapan

Karakterisasi Nanopartikel

Kurkuminoid

Ukuran Partikel (nm) 648.4 ± 95.0 Indeks Polidispersitas (IP)

Efisiensi Penjerapan (%)

0.216 29.8

Gambar 2 Morfologi nanopartikel kurkuminoid temulawak

Toksisitas Terhadap Larva Udang

Toksisitas ekstrak dan nanopartikel kurkuminoid temulawak diuji menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Tingkat toksisitas ditentukan dari nilai LC50. Dari analisis regresi antara konsentrasi dan persentase

mortalitas, nilai LC50 nanopartikel sebesar 828.78 ppm dan ekstrak temulawak sebesar

(24)

Gambar 3 Nilai LC50 oleh perlakuan ekstrak ( ) dan nanopartikel ( )

Sitotoksisitas terhadap Sel HeLa

Uji sitotoksisitas terhadap sel HeLa menggunakan metode MTT. Hasil uji MTT ekstrak dan nanopartikel berupa nilai absorbansi dari beberapa konsentrasi yang kemudian dikonversi menjadi persen inhibisi (Gambar 4).

Gambar 4 Persentase inhibisi sel HeLa pada beberapa konsentrasi. ■ Ekstrak, ▲ Nanopartikel kurkuminoid

Hasil perlakuan terhadap sel dapat diamati melalui mikroskop (Gambar 5). Sel-sel yang hidup dan yang mati dapat dibedakan berdasarkan bentuknya. Sel-Sel-sel yang hidup tampak melekat di bagian permukaan media tumbuh, saling menempel, dan bentuknya jelas sebagaimana bentuk sel epitel. Sedangkan sel-sel yang telah mengalami penghambatan dan mati tampak lepas dari permukaan media tumbuh, tidak saling menempel dan tampak terdegradasi.

15,6 31,25 62,5 125 250 500 1000 2000

(25)

Gambar 5 Sel HeLa (a) Tanpa perlakuan (b) Perlakuan dengan nanopartikel

4 PEMBAHASAN

Kurkuminoid Ekstrak Temulawak Ciemas

Kurkuminoid merupakan salah satu bahan bioaktif utama dalam temulawak yang berkhasiat sebagai obat (Hwang 2006). Kurkuminoid berperan pada penampakan warna kuning tanaman curcuma yang terdiri atas tiga komponen utama yaitu kurkumin, demetoksikurkumin, and bisdemetoksikurkumin (Gambar 6) (Mishra 2009).

Gambar 6 Struktur kimia komponen kurkuminoid Kurkumin

Demetoksikurkumin

Bisdemetoksikurkumin

(26)

Kurkuminoid diperoleh dengan mengekstraksi simplisia temulawak dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol kemudian difraksinasi cair-cair dengan n-heksan. Ekstraksi dilakukan dengan etanol dimaksudkan agar senyawa kurkuminoid tersari dengan baik (Jayaprakasha et al. 2002; Pothitirat & Gritsanapan 2005; Cahyono 2013). Etanol juga merupakan pelarut terbaik untuk mengekstrak simplisia tumbuhan untuk tujuan obat herbal (Faraouq 2003). Ekstrak etanol yang diperoleh difraksinasi cair-cair menggunakan n-heksana untuk menghilangkan komponen non polar lain yang ikut terekstrak. Hasil analisis HPLC menunjukkan bahwa ekstrak temulawak dari daerah Ciemas mengandung kurkumin, demetoksikurkumin, and bisdemetoksikurkumin (Gambar 1) dengan munculnya kromatogram dengan waktu retensi 7.887 menit, 8.507 menit dan 9.153 menit.

Berdasarkan luas puncak pada kromatogram (Gambar 1) diketahui bahwa kurkumin merupakan komponen terbesar pada kurkuminoid temulawak dari Ciemas. Berbeda dengan standar, komponen terbesar pada kurkuminoid adalah bisdemetoksikurkumin. Jika dibandingkan dengan rendemen ekstrak, kadar kurkuminoid pada ekstrak cukup rendah yang hanya sebesar 7.16%. Ini menunjukkan ekstrak yang diperoleh tidak hanya mengandung kurkuminoid tetapi juga komponen lain. Komponen-komponen tersebut ikut terekstrak pada saat proses ekstraksi. Temulawak diketahui mengandung beberapa komponen antara lain kurkuminoid, pati, lemak dan protein (Suwiah 1991; Basalmah 2006).

Berdasarkan hasil penelitian ini juga diketahui bahwa temulawak dari daerah Ciemas memiliki kadar kurkuminoid yang berbeda dengan daerah lain seperti sukabumi dan wonogiri. Kadar kurkuminoid temulawak Ciemas sebesar 71.686 mg/g sedangkan dari sukabumi dan wonogiri masing-masing sebesar 31.27 mg/g dan 75.78 mg/g (Nurcholis et al. 2012; Maulia 2014). Kemampuan suatu tanaman dalam memproduksi metabolit sekunder termasuk kurkuminoid dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya genetik, lingkungan, dan keseimbangan nutrisi karbon sehingga kadar kurkuminoid temulawak dari daerah yang berbeda cenderung berbeda (Laitinen

et al. 2005; Lerdau 2002).

Nanopartikel Kurkuminoid Temulawak Tersalut Asam Palmitat

Nanopartikel Lemak padat (NLP) merupakan koloid pembawa sub mikron dengan rentang ukuran 50 sampai 1000 nm, yang disusun oleh lipid fisiologis, yang telah didispersikan dalam air atau larutan surfaktan berair. NLP terbentuk dari matriks inti lipid padat yang distabilkan oleh surfaktan dan molekul lipofilik yang terlarut. Kelompok lipid yang digunakan antara lain trigliserida (seperti tristearin, tripalmitin, trilaurin), monogliserida (seperti gliseril monostearat), asam lemak (seperti asam stearat, asam palmitat, asam oleat), steroid (seperti kolesterol), dan lilin (seperti setil palmitat) (Rawat et al. 2011).

(27)

membran, injeksi pelarut, dan teknik emulsi ganda (Parhi & Suresh 2010). Pada penelitian ini, nanopartikel kurkuminoid temulawak tersalut asam palmitat dibuat dengan menggabungkan teknik homogenisasi kecepatan tinggi dan ultrasonikasi. Penggabungan kedua teknik ini memiliki beberapa keuntungan antara lain sediaan nanopartikel yang diperoleh memiliki ukuran partikel yang lebih kecil, peralatan yang sederhana dan efektif untuk skala lab (Asawale et al. 2014).

Pembuatan nanopartikel kurkuminoid temulawak terdiri atas tiga tahapan utama yaitu pembuatan emulsi, homogenisasi dan ultrasonikasi. Emulsi dibuat dengan mencampurkan fase lemak (asam palmitat dan kurkuminoid) dengan fase air (air RO,

maltodekstrin dan poloksamer 188) pada suhu 75˚C. Formulasi dilakukan pada suhu 75˚C, yaitu ± 10˚C di atas titik leleh asam palmitat (63˚C) dimana fase lemak berada pada kondisi cair ketika didispersikan ke dalam fase berair sehingga lemak cair akan terdispersi dalam bentuk tetesan-tetesan kecil pada fase berair yang distabilkan oleh pengemulsi (Anton et al. 2008). Poloksamer berfungsi sebagai pengemulsi yang menstabilkan, mengontrol proses kristalisasi dan memperbaiki stabilitas kinetik struktur partikel yang dihasilkan (Weiss et al. 2008). Polaksamer sering digunakan sebagai pengemulsi pada formula obat karena tidak beracun, tidak menyebabkan iritasi dan tidak dimetabolisme dalam tubuh (Rowe et al. 2009). Maltodekstrin berperan sebagai bahan pengisi untuk membantu proses pengeringan sehingga sediaan nanopartikel dapat dibuat dalam bentuk serbuk kering (Utomo 2013). Maltodekstrin mempunyai kemampuan sebagai perekat, tidak memiliki warna dan bau yang tidak enak serta tidak toksik (Jufri et al. 2004).

Emulsi yang diperoleh dihomogenisasi pada suhu rendah untuk menyatukan fase lemak dengan fase air hingga homogen dan memecah partikel yang besar menjadi lebih kecil. Hasil homogenisasi didinginkan agar tetesan-tetesan lemak yang terdispersi pada fase cair dapat sesegera mungkin mengkristal dengan ukuran partikel kecil sebelum tetesan-tetesan tersebut menggumpal kembali menjadi tetesan-tetesan yang lebih besar (Anton et al. 2008). Untuk memperkecil ukuran, emulsi diultrasonikasi pada amplitudo 20% yang merupakan kondisi ultrasonikasi terbaik tanpa merusak stabilitas emulsi tersebut (Mujib 2011). Pada proses ultrasonikasi dihasilkan gelombang ultrasonik yang menyebabkan aliran cairan berkecepatan sangat tinggi oleh kavitasi ultrasonik sehingga membuat partikel-partikel bertubrukan satu sama lain hingga kecepatan 1000 km/jam. Hal tersebut menyebabkan rusaknya gaya van der Waals bahkan ikatan utama dalam partikel sehingga partikel besar mengalami pengikisan atau pengecilan ukuran (Hielscher 2005).

Karakterisasi Nanopartikel Kurkuminoid Temulawak

(28)

meningkatkan efektivitas pengobatan (Yen et al. 2008). Nanopartikel kurkuminoid temulawak yang diperoleh sebesar 648.4 ± 95 nm. Ukuran tersebut masih berada dalam rentang ukuran nanopartikel lemak padat yang yaitu 50-1000 nm (Ekambram et al.

2012). Namun, ukuran nanopartikel yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya. Mujib (2011) dan Ekaputra (2013) memperoleh nanopartikel kurkuminoid temulawak masing-masing 199.03 ± 67.62 nm dan 166.17 ± 39.64 nm. Pada penelitian ini, nanopartikel ditambahkan maltodekstrin sebagai bahan pengisi sehingga terjadi pertambahan ukuran. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Huda (2012) yang melakukan pembuatan nanopartikel kurkumin tersalut lipid padat dengan penambahan maltodekstrin, mendapatkan ukuran rata-rata 690.4 nm. Dewantari et al (2013) juga melaporkan bahwa nanopartikel ekstrak sirih merah yang ditambahkan dengan bahan pengisi maltodekstrin memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan tanpa bahan pengisi.

Keseragaman ukuran partikel ditentukan dari nilai indeks polidispersitas (IP) partikel tersebut. Indeks polidispersitas adalah nilai yang menyatakan distribusi ukuran partikel. Nilai IP kurang dari 0.3 menunjukkan bahwa ukuran partikel mempunyai distribusi yang sempit (Yen et al. 2008). Dari hasil analisis PSA diperoleh nilai IP nanopartikel 0.219 (Tabel 1) yang menunjukkan ukuran partikel berada pada distribusi yang sempit. Ukuran nanopartikel yang cukup seragam terlihat dari hasil analisis TEM (Gambar 2).

Terdapat korelasi antara efisiensi penjerapan dengan pelepasan obat, efisiensi penjerapan yang tinggi akan meningkatkan pelepasan obat (Sonaje et al. 2008). Oleh karena itu, efisiensi penjerapan kurkuminoid dalam nanopartikel perlu diketahui. Kurkuminoid yang terjerap ditentukan dengan metode langsung yaitu mengukur jumlah kurkuminoid yang terjerap dalam fase lemak. Dari hasil perhitungan diperoleh efisiensi penjerapan kurkuminoid dalam nanopartikel sebesar 29.8% (Tabel 1) yang lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Mujib (2011) dan Ekaputra (2013) yang mendapatkan efisiensi penjerapan kurkuminoid masing-masing sebesar 77.65% dan 86.02%. Hal ini disebabkan karena kurukuminoid dalam fase lemak tidak larut sempurna sehingga sebagian kurkuminoid tidak terjerap. Menurut Parhi dan Suresh (2010), efisiensi penjerapan dipengaruhi oleh kelarutan senyawa bioaktif di dalam lemak cair. Apabila tidak larut sempurna dalam lemak cair, maka sebagian senyawa bioaktif akan terlepas dari matriks lemak dan terlarut dalam media pendispersi yang distabilkan oleh pengemulsi.

Aktivitas Antikanker Nanopartikel Kurkuminoid Temulawak

(29)

Tingkat toksisitas ditentukan dari nilai LC50. Suatu fraksi atau ekstrak dikatakan aktif

bila mempunyai nilai LC50≤ 1000 µg/mL (Meyer 1982; Alam 2002). Berdasarkan hasil

uji BSLT diperoleh LC50 nanopartikel sebesar 828.78 ppm dan ekstrak temulawak

sebesar 213.24 ppm (Gambar 4). Jika dikonversi berdasarkan konsentrasi ekstrak, nilai LC50 nanopartikel sebesar 0.83 ppm sedangkan ekstrak sebesar 213.24 ppm. Ini

menunjukkan bahwa nanopartikel lebih toksik dibandingkan dengan ekstrak. Meyer et al (1982) menyatakan bahwa ekstrak dengan LC50 < 30 ppm termasuk kategori sangat

toksik, sedangkan 31 ppm < LC50≤ 1000 ppm termasuk kategori cukup toksik. Dengan

demikian, baik ekstrak maupun nanopartikel termasuk kategori cukup toksik karena LC50 berada pada rentang 31 ppm < LC50 ≤ 1000 ppm. Tingkat toksisitas ekstrak

temulawak Ciemas pada penelitian ini lebih rendah daripada ekstrak Ciemas hasil penelitian sebelumnya yaitu 90.33 ± 23.9 ppm (Permasku 2014). Perbedaan tingkat toksisitas ini disebabkan oleh perbedaan kandungan komponen bioaktif pada temulawak walaupun dari aksesi yang sama.

Ekstrak dan nanopartikel kurkuminoid temulawak mempunyai efek toksik karena memiliki LC50 lebih kecil dari 1000 ug/ml, sehingga dapat diteliti lebih lanjut

efeknya toksiknya terhadap sel kanker. Efek toksik terhadap sel kanker diuji menggunakan sel HeLa dengan metode MTT. Sel HeLa merupakan sel yang diturunkan dari sel epitel kanker rahim (serviks) yang diisolasi dari rahim wanita penderita kanker leher rahim bernama Henrietta Lacks. Sel ini merupakan sel epitelial yang terifeksi oleh Human Paviloma Virus (HPV) tipe 18. Sel ini bersifat immortal dan sangat agresif sehingga mudah untuk dikultivasi. Sel HeLa dapat tumbuh dalam berbagai media kultur sel, tetapi semua sel HeLa diturunkan dari keturunan yang sama (Goodwin & DiMaio 2000).

(30)

membran sel bergantung pada karakteristik fisikokimianya berupa ukuran, komposisi dan muatan permukaannya. Nanopartikel yang ukurannya kecil (< 200 nm) mudah melewati membran sel, sedangkan yang berukuran besar dapat melewati membran dengan menginduksi deformasi membran sel (Tsuda et al. 2015). Komposisi dan muatan partikel mempengaruhi pengambilan partikel. Partikel yang hidrofob akan diabsorbsi lebih cepat daripada partikel yang permukaanya bersifat hidrofil. Meningkatkan hidrofobisitas partikel menambah permeabilitas melalui mukus tetapi mengurangi translokasi melalui dan melintasi sel absorbsi. Karena itu, kesetimbangan sifat hidrofil-lipofil optimum merupakan sifat yang perlu dimiliki matriks penyusun nanopartikel (Bhardwaj & Kumar2006).

Gambar 4 merupakan kurva hubungan antara konsentrasi sampel dan persentase inhibisi terhadap sel HeLa. Pada perlakuan dengan nanopartikel, terdapat nilai persentase inhibisi yang negatif yaitu pada konsentrasi 15.6 ppm sampai 62.5 ppm. Artinya, tingkat pertumbuhan sel perlakuan lebih tinggi dibandingkan sel kontrol. Hal ini disebabkan pembacaan absorbansi oleh spektrofotometer dipengaruhi warna zat bioaktif. Berdasarkan kurva tersebut juga diketahui bahwa terdapat perbedaan kecenderungan aktivitas penghambatan pertumbuhan sel antara sediaan nanopartikel dengan ekstrak. Sediaan nanopartikel menunjukkan aktivitas penghambatan pertumbuhan sel meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi sampel. Pertambahan jumlah konsentrasi akan meningkatkan jumlah senyawa sehingga tingkat toksisitas semakin meningkat. Namun pada perlakuan dengan ekstrak, terjadi peningkatan penghambatan pertumbuhan sel sampai pada konsentrasi 62.5 ppm kemudian mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya konsentrasi ekstrak. Fenomena ini kemungkinan disebabkan ekstrak bersifat menghambat pertumbuhan sel pada konsentrasi rendah tetapi menstimulasi pertumbuhan sel pada konsentrasi tinggi (Sajuthi 2001).

(31)

5 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Nanopartikel kurkuminoid temulawak dari Ciemas telah berhasil dikarakterisasi dan diuji aktivitasnya terhadap sel line kanker serviks. Nanopartikel yang diperoleh memiliki ukuran 648.4 ± 95 nm. Ukuran nanopartikel cukup seragam dengan indeks polidispersitas 0.216. Efisiensi penjerapan kurkuminoid dalam nanopartikel sebesar 29.80%. Baik ekstrak maupun nanopartikel termasuk kategori cukup toksik karena LC50 berada pada rentang 31 ppm < LC50 ≤ 1000 ppm. Serbuk

nanopartikel dan ekstrak kurkuminoid temulawak memiliki aktivitas terhadap sel HeLa. Serbuk nanopartikel kurkuminoid dapat mengambat pertumbuhan sel HeLa sebesar 93.43% pada konsentrasi 2 ppm, sedangkan ekstrak kurkuminoid dapat menghambat pertumbuhan sel HeLa sebesar 93.30% pada konsentrasi 62.5 ppm.

Saran

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Alam G. 2002. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) sebagai bioassay dalam isolasi senyawa bioaktif dari bahan alam. Majalah Farmasi dan Farmakologi. 6(2):432-435.

Ayuningtyas N. 2013. Karakterisasi dan toksisitas akut nanopartikel kurkuminoid tersalut lemak padat terhadap tikus Sprague-Dawley betina [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Anton N, Benoit JP, Saulnier P. 2008. Design and production of nanoparticles formulated from nano-emulsion templates–a review. J Control Rel. 128: 185– 199.

Aravindan N, Veeraraghavan J, Madhusoodhanan R, Herman T, Natarajan M. 2011. Curcumin regulates low-linear energy transfer γ-radiationinduced NF-κB -dependent telomerase activity in human neuroblastoma cells. Int J Radiat Oncol Biol Phys. 79(4):1206–1215.

Asawale RH, Meshram JH, Kumbhar VB. 2014. Solid lipid nanoparticle as drug delivery system: an overview. Pharmacie Globale (IJCP). 5(1):1-10.

Awad T, Helgason T, Kristbergsson K, Decker EA, Weiss J, McClements DJ. 2008. Solid lipid nanoparticles as delivery systems for bioactive food components.

Food Biophys. 3:146–154.

Banerjee M, Tripathi LM, Srivastava VM, Puri A, Shukla R. 2003. Modulation of inflammatory mediators by ibuprofen and curcumin treatment during chronic inflammation in rat. Immunopharm. Immunotox. 25:213–224.

Bhardwaj V. and Kumar MNVR. 2006. Nanoparticle technology for drug delivery; Polymeric nanoparticles for oral drug delivery. Taylor and Francis Group. New York. E-book. http://ajprd.com/downloadebooks_pdf/49.pdf.

Basalmah RS. 2006. Optimalisasi kondisi ekstraksi kurkuminoid temulawak: waktu, suhu, dan nisbah. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Basnet P and Basnet NS. 2012. Curcumin: A Challenge in cancer treatment-A review.

JNPA.26(1):19-47.

Cahyono B, Huda MDK, Limantara L. 2011. Pengaruh proses pengeringan rimpang temulawak (curcuma xanthorriza roxb) terhadap kandungan dan komposisi kurkuminoid. Reaktor. 13(3):165-171.

Carballo J, Hernandez-Inda ZL, Perez P, and Garcia-Gravalos MD, 2002. A comparison between two brine shrimp assays to detect in vitro cytotoxicity in marine natural products. BMC Biotechnol. 2(1): 17 pp.

Dewantari KT, Yuliani S, Yasni S. 2013. Ekstraksi dan karakterisasi nanopartikel ekstrak sirih merah (Piper crocatum). J Pas Pan. 10(2):58-65.

DeFillippis RA, Goodwin EC, Wu L, DiMaio D. 2003. Endogenous human papillomavirus E6 and E7 proteins differentially regulate proliferation, senescence, and apoptosis in HeLa cervical carcinoma cells. J Virol. 77(2):1551-1563.

(33)

nanoparticles as delivery vehicles for osteosarcoma. Nanomed: Nanotech, Biol, and Med. 8:440-451.

Ekambaram P, Sathali AAH, Priyanka K. 2012. Solid lipid nanoparticles: A review.

Sci. Revs. Chem. Commun. 2(1):80-102.

Ekaputra HR. 2013. Optimisasi dan karakterisasi nanokurkuminoid tersalut asam palmitat [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Faraouq. 2003. Ekstrak sebagai salah satu pengembangan bentuk obat tradisional. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXIII. Jakarta. Hal: 45-52.

Goodwi EC, DiMaio D. 2000. Repression of human papillomavirus oncogenes in HeLa cervical carcinoma cells causes the orderly reactivation of dormant tumor suppressor pathways. Biochem. 97(23):125-136.

Hielscher T. 2005. Ultrasonic production of nano-size dispersions and emulsions. women [Internet]. [diunduh 20 Mei 2015]. Tersedia pada http://www.hielscher.com.

Hwang J, Shim J, Pyun Y. 2000. Antibacterial activity of xanthorrhizol from curcuma xanthorrhiza against oral pathogens. Fitoterapia. 71: 321-323.

Hwang, J.K. 2006. Xanthorrizol; A new bioactive natural compound. Departement of Biotechnology, Yonsei University, Yonsei.

Huda M. 2012. Pembuatan nanopartikel lipid padat untuk meningkatkan laju disolusi kurkumin [Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia.

Jayaprakasha GK, Jaganmohan RL, Sakariah KK. 2002. Improved HPLC method for the determination of curcumin, demethoxycurcumin and bisdemethoxycurcumin. J Agric Food Chem. 50:3668–3672.

Jayaprakasha GK, Rao LJ, Sakariah KK. 2006. Antioxidant activities of curcumin, demethoxycurcumin and bisdemethoxycurcumin. Food chem. 98: 720-724. Jufri M, Anwar E, Djajadisastra J. 2004. Pembuatan niosom berbasis maltodekstrin de

5-10 dari pati singkong (Manihot Utilissima). Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(1):10 – 20.

Laitinen ML, Julkunen-Tiitto R, Tahvanainen J, Heinonen J, Rousi M. 2005. Variation in birch (Betula pendula) shoot secondary chemistry due to genotype, environment, and ontogeny. J. Chem. Ecol. 31:697717.

Lerdau, M. 2002. Benefits of the carbon-nutrient balance hypothesis. OIKOS 98:534-536.

Li Y, Gao J, Zhong Z, Hoi P, Lee SM, Wang Y. 2013. Bisdemethoxycurcumin suppresses MCF-7 cells proliferation by inducing ROS accumulation and modulating senescence-related pathways. Pharm Reports. 65:700-709.

Lim GP, Chu T, Yang F, Beech W, Frautschy SA, Cole GM. 2001. The curry spice curcumin reduces oxidative damage and amyloid pathology in an alzheimer transgenic mouse. J. Neurosci. 21:8370–7.

Luo Y, Chen D, Ren L, Zhao X, Qin J. 2006. Solid lipid nanoparticle for enhancing

vinpocetine’s oral bioavibility. J Control Rel. 114:53-59.

(34)

degranulation and effect on the release of TNF-a and IL-4 in RBL-2H3 cells.

Bioorg. Medicinal Chem. 12:5891-5898.

Maulia P. 2014. Aktivitas antiinflamasi sediaan nanopartikel ekstrak kurkuminoid temulawak tersalut asam palmitat secara in vivo [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Meyer UN, Ferigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, and McLaughlin JL. 1982. Brine Shrimp: A convenient general bioassay for active plant constituents.

Planta Medica. 45:31-34.

Mishra, P. 2009. Isolation, spectroscopic characterization and molecular modeling studies of mixture of curcuma longa, ginger and seeds of fenugreek. IJPR.

1(1):79-95.

Mosmann T. 1983. Rapid colorimetric assay for cellular growth and survival: application to proliferation and cytotoxicity assays. J.Immunol.Methods. 65: 55-63

Mujib MA. 2011. Pencirian nanopartikel kurkuminoid tersalut lemak padat [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Nurcholis W, Ambarsari L, Sari NLPE, Darusman LK. 2012. Curcuminoid contents, antioxidant and anti-inflammatory activities of Curcuma xanthorrhiza RoxB. and Curcuma domestica Val. promising lines from Sukabumi of Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Kimia. Surabaya, 25 Pebruari 2012.

Parhi R, Suresh P. 2010. Production of solid lipid nanoparticles-drug loading and release mechenism. JCPR. 2:211–227.

Permasku G. 2014. Aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase dan sitotoksisitas ekstrak kurkuminoid rimpang temulawak dari berbagai aksesi (in vitro) [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Piantino CB, Salvadori FA, Ayres PP, Kato RB, Srougi V, Leite KR, Srougi M. 2009. An Evaluation of the Anti-neoplastic Activity of Kurkumin in Prostate Cancer Cell Lines. International Braz J Urol. Vol. 35 (3): 354-361.

Pothitirat W and Gritsanapa W. 2005. Quantitative analysis of curcumin, demethoxycurcumin and bisdemethoxycurcumin in the crude curcuminoid extract from curcuma longa in thailand by tlcdensitometry. MUJ Pharm Scien.32(1-2): 23-30.

Ramachandran C, Fonseca HB, Jhabvala P, Escalon EA and Melnick SJ. 2002. Curcumin inhibits telomerase activity through human telomerase reverse transcritpase in MCF-7 breast cancer cell line. Cancer Lett. 184: 1-6.

Rawat M K, Jain A and Singh S. 2011. Studies on binary lipid matrix based solid lipid nanoparticles of repaglinide: in vitro and in vivo evaluation. J Pharm Scien.

100(6):2366-2378.

Rowe RC, Sheskey PJ, Quinn ME. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th Edition. London: Pharmaceutical Press.

(35)

Sajuthi D. 2001. Ekstraksi, fraksinasi, karakterisasi, dan uji hayati in vitro senyawa bioaktif daun dewa (gynura pseudochina (linn.) dc.) sebagai antikanker, tahap ii.

Buletin Kimia. 1:75-79.

Shah R, Eldridge D, Palombo E, Harding I. 2014. Optimisation and stability assessment of solid lipid nanoparticles using particle size and zeta potential. J Physic Scien. 25(1):59–75.

Simanjuntak P, Rachman F, Logawa ED, Hegartika H. 2008. Aktivitas antioksidan ekstrak tunggal dan kombinasinya dari tanaman Curcuma spp. JIKI. 2(6):69-74. Sonaje K, Italia JL, Sharma G, Bhardwaj V, Tikoo K, Kumar MN. 2007. Development of biodegradable nanoparticles for oral delivery of ellagic acid and evaluation of their antioxidant efficacy against cyclosporine A-induced nephrotoxicity in rats.

Pharm Res. 24:899-908.

Sreekanth C, Bava S, Sreekumar E, Anto R. 2011. Molecular evidences for the chemosensitizing efficacy of liposomal curcumin in paclitaxel chemotherapy in mouse models of cervical cancer. Oncogene. 30(28): 3139-3152.

Sutrisno, Sukarianingsih D, Saiful M, Putrika A, Kusumaningtyas DI. 2008. Curcuminoids from Curcuma xanthorriza Roxb: Isolation, characterization, identification, and analysis of antioxidant activity. Proceedings of the first international symposium on temulawak. Bogor, 27–29 Mei 2008.

Suwiah A. 1991. Pengaruh perlakuan bahan dan jenis pelarut yang digunakan pada pembuatan temulawak instant terhadap rendemen dan mutunya [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Syahputra G. 2014. Simulasi docking senyawa kurkumin dan analognya sebagai inhibitor enzim 12-lipoksigenase [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Tsuda Akira and Gehr Peter. 2015. Nanoparticles in the lung environmental exposure

and drug delivery. CRC Press. Amerika Serikat. E-book. https://onlybooks.org/nanoparticles-in-the-lung-environmental-exposure-and-drug-delivery-18241.

Utomo D. 2013. Pembuatan serbuk effervescent murbei (Morus Alba L.) dengan kajian konsentrasi maltodekstrin dan suhu pengering. J Teknol Pangan. 1(5):49-69. Waghmare AS, Grampurohit ND, Gadhave MV, Gaikwad DD, Jadhav SL. 2012. Solid

lipid nanoparticle: A promising drug delivery system. IRJP. 4(3):100-107. Wahid MBR. 2013. Aktivitas antioksidan nanokurkuminoid varietas temulawak asal

balitro pada hati tikus jantan sprague dawley [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Wang X, Jiang Y, Wang YW, Huang MT, Ho CT, Huang Q. 2008. Enhanching anti-imflammation activity of Curcumin through O/W nanoemulsion. Food Chem.

108: 419–424.

Weiss J, Decker EA, McClements DJ, Kristbergsson K, Helgason T, Awad T. 2008. Solid lipid nanoparticles as delivery systems for biactive food components. Food Biophys. 3:146–154.

(36)

WHO. 2013. Comprehensive cervical cancer. Prevention and control: a healthier future for girls and women [Internet]. [diunduh 10 Januari 2015]. Tersedia pada:http://www.who.int/immunization/hpv/learn/comprehensive_cervical_can cer_who_2013.pdf

Yadav V, Vinay P, Sarasija S, Yadav S. 2009. Kurkumin loaded palmitic acid microparticles. InPharm Communique. 1:15

(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada 25 Oktober 1987 di Luwu Utara-Sulawesi Selatan sebagai anak ke empat dari pasangan Kaso dan Ruhaya. Tahun 2006 penulis lulus dari SMAN 1 Bone-Bone dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Universitas Negeri Makassar (UNM) melalui jalur Bebas Tes di Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan lulus tahun 2011. Pada tahun 2013, penulis diterima di Program Studi Biokimia Departemen Biokimia pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

Saat menempuh kuliah di sekolah pascasarjana, penulis aktif pada organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana (HIMMPAS), Forum Mahasiswa Pascasarjana (Forum WACANA) IPB dan Forum Mahasiswa Pascasarjana Indonesia. Penulis juga aktif mengikuti berbagai seminar dan dialog nasional. Karya

tulis penulis yang berjudul “Evaluasi Farmakologis Nanopartikel Fraksi Etanol Temulawak” diterbitkan pada Jurnal Current Biochemistry volume III edisi 1 tahun

Gambar

Gambar 1 Kromatogram HPLC (a) Ekstrak temulawak dan (b) standar    kurkuminoid Menit
Gambar 2. Nanopartikel tampak berupa bulatan-bulatan hitam. Efisiensi penjerapan
Gambar 3 Nilai LC50 oleh perlakuan ekstrak ( ) dan nanopartikel (
Gambar 6 Struktur kimia komponen kurkuminoid

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian MC Nemar (2002) menunjukkan bahwa para manajer mengembangkan struktur pengetahuan kelompok strategis untuk memahami lingkungan kompetitif

Wacana mengenai hak milik pribadi yang jelas dan tidak dapat diganggu gugat, oleh Manji, diletakkan dalam konteks konteks mendorong tata kelola pemerintahan yang lebih baik,

Umumnya pita serapan polimer pada spektrum infra merah adalah adanya ikatan C/H/regangan pada daerah 2880 cm -1 s/d 2900cm -1 dan regangan dari gugus lain yang mendukung suatu

Walaupun hak atas tanah itu hapus, namun pemberi Hak Tanggungan tetap berkewajiban untuk membayar hutangnya. Hapusnya Hak Tanggungan yang dilepas oleh pemegang Hak

Maka dari itu ego sebagai lahirnya manusia sempurna dalam pemikiran Muhammad Iqbal merupakan objek yang sangat menarik untuk di perbincangkan karena bagi penulis

Bucket wheel excavator (B.W.E) adalah alat berat yang digunakan pada surface mining , dengan fungsi utama sebagai mesin penggali terus menerus ( continuous digging

Akibatnya, saat dilakukan perlakuan media visual, Sismantik di sekolah tersebut merasa lebih yakin terhadap informasi yang diberikan karena tidak banyak informasi lain tentang

Kebijakan-kebijakan terkait infrastruktur hijau kemudian menjadi salah satu kebijakan yang dimasukkan dalam perencanaan tata ruang (EM3 - Green Infrastructure) dan