• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Manajemen Proses Perancangan Lanskap Perkotaan Berbasis Mixed Use Development Di PT. Pandega Desain Weharima (PDW))

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Manajemen Proses Perancangan Lanskap Perkotaan Berbasis Mixed Use Development Di PT. Pandega Desain Weharima (PDW))"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

DEVELOPMENT DI PT. PANDEGA DESAIN WEHARIMA

(PDW)

AHMAD RIFQI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Manajemen Proses Perancangan Lanskap Perkotaan Berbasis Mixed Use Development di PT. Pandega Desain Weharima (PDW) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2015

(4)

ABSTRAK

AHMAD RIFQI. Evaluasi Manajemen Proses Perancangan Lanskap Perkotaan Berbasis Mixed Use Development di PT. Pandega Desain Weharima (PDW). Dibimbing oleh KASWANTO.

Pembangunan dan perkembangan lahan yang pesat banyak dialami kota-kota besar di Indonesia terutama kota-kota-kota-kota satelit yang berada disekitar Kota Jakarta. Lahan merupakan suatu sumber daya yang tidak dapat diperbaharui sehingga perlu adanya pengelolaan yang sesuai agar dapat dimanfaatkan secara optimal. Salah satu bentuk pemanfaatan secara optimal dengan mengembangkan konsep mixed use development dalam pembangunan dan pengembangan suatu kawasan terutama dalam pengembangan kawasan atau kota-kota baru. PT. Pandega Desain Weharima (PDW) merupakan salah satu konsultan arsitektur di Indonesia yang bergerak di bidang urban designing consultant khususnya pada lanskap perkotaan yang memperhatikan aspek ekologis kota dalam perancangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari, menganalisis, dan mengevaluasi manajemen kerja dalam proyek perancangan lanskap perkotaan. Metode analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi manajemen proses perancangan adalah metode analisis SWOT dengan mengidentifikasi faktor secara sistematis. Manajemen dalam proses perancangan lanskap perkotaan di PDW Architects dipengaruhi oleh struktur organisasi, manajemen kerja, fasilitas, dan waktu kerja. Berdasarkan analisis SWOT dari faktor-faktor tersebut diketahui perusahaan harus memperbaiki sistem manajemen proses perancangan dan tetap mengembangkan sistem untuk meningkatkan kualitas proses perancangan lanskap perkotaan. Dan evaluasi manajemen proses perancangan dilakukan berdasarkan prinsip management plan yang mengacu pada hasil perangkingan alternatif strategi.

Kata kunci: Analisis SWOT, Lanskap perkotaan, Mixed use development ABSTRACK

AHMAD RIFQI. Management Evaluation of Urban Landscape Design Process-Based Mixed Use Development at. Pandega Desain Weharima (PDW). Dibimbing oleh KASWANTO.

(5)

PDW Architects influenced by organizational structure, management of work, facilities and work time. Based on the SWOT analysis of the known factors the company must improve the management system of process design and keep develops a system to improve the quality of urban landscape design process. Management evaluation of the process of designing is done based on the principles of the management plan based on the results of the alternative order strategy.

(6)

EVALUASI MANAJEMEN PROSES PERANCANGAN

LANSKAP PERKOTAAN BERBASIS MIXED USE

DEVELOPMENT DI PT. PANDEGA DESAIN WEHARIMA

(PDW)

AHMAD RIFQI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Lanskap

Pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(7)

Judul Magang : Evaluasi Manajemen Proses Perancangan Lanskap Perkotaan Berbasis Mixed Use Development di PT Pandega Desain Weharima (PDW)

Nama : Ahmad Rifqi

NIM : A44110022

Disetujui oleh,

Dr. Kaswanto, SP. M.Si Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh,

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan baik. Penyusunan skripsi berlandaskan pada permasalahan yang banyak dialami kota-kota besar di Indonesia karena peningkatan jumlah penduduk. Skripsi dengan judul “Evaluasi Manajemen Proses Perancangan Lanskap Perkotaan Berbasis Mixed use Development di PT. Pandega Desain Weharima (PDW)” merupakan pelaksanaan magang di PT Pandega Desain Weharima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Tidak dapat dipungkiri bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak, dan pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Keluarga tercinta, Ayah, Ibu, Irfan, Aulia dan Fahmi atas doa, motivasi, dukungan, kasih sayang yang tidak pernah tergantikan bagi penulis.

2. Dr. Kaswanto, SP. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan, dan nasihat dalam penyusunan proposal ini.

3. Dr. Ir. Setia Hadi, M.S selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan saran dan bimbingan mengenai akademik.

4. PT. Pandega Desain Weharima (PDW), Bapak Punky Rahadianto selaku pembimbing lapang yang memberikan arahan dan bimbingan selama proses magang.

5. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan dapat menjadi pedoman dalam rangka pembelajaran bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bogor, November 2015

(9)

DAFTAR ISI

Karakteristik Kota dan Kawasan Perkotaan 5

Lanskap Kota dan Permasalahannya 5

Profil Umum dan Ruang Lingkup Perusahaan 12

Struktur Organisasi Perusahaan 12

Penerimaan Proyek 13

Tahapan Proses Perancangan Perusahaan 14

Proyek Perancangan Masterplan Residensial Mixed Use Karawang 15

Deskripsi Proyek 15

Tujuan Perancangan 16

Proses Perancangan Masterplan Residensial Mixed Use Karawang 16 Analisis Manajemen Proses Perancangan Lanskap Perkotaan 25

Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal 25

Penentuan Bobot Variabel 28

Pembuatan Matriks IFE dan EFE 28

Pembuatan Matriks Internal-Eksternal (IE) 29

Pembuatan Matriks SWOT 30

Perangkingan Alternatif Strategi 31

Evaluasi Manajemen Proses Perancangan Lanskap Perkotaan 31

(10)

Saran 38

LAMPIRAN 40

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Contoh Matriks SWOT 11

Tabel 2 Jadwal Kegiatan Magang 11

Tabel 3 Fasilitas dan Teknologi Perusahaan 15

Tabel 4 Faktor Internal Proses Perancangan 27

Tabel 5 Faktor Eksternal Proses Perancangan 28

Tabel 6 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal 28 Tabel 7 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal 28

Tabel 8 Matriks IFE 29

Tabel 9 Matriks EFE 29

Tabel 10 Matriks SWOT 30

Tabel 11 Perangkingan Alternatif Strategi 31

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pikir 2

Gambar 2 Sistem Perancangan Linier 3

Gambar 3 Proses Perancangan Putaran 4

Gambar 4 Mixed Use Development Concept 6

Gambar 5 Lokasi Proyek Residensial Mixed Use Karawang 8

Gambar 6 Matriks Internal Eksternal 10

Gambar 7 Struktur Organisasi 13

Gambar 8 Diagram Proses Perancangan 16

Gambar 9 Peta Dasar 17

Gambar 10 Konten Inventarisasi 18

Gambar 11 Regional Context 19

Gambar 12 Regional Competitor 20

Gambar 13 Kondisi Eksisting Tapak 20

Gambar 14 Kondisi Eksisting Sisi Barat 21

Gambar 15 Kondisi Eksisting Sisi Timur dan Selatan 21

Gambar 16 Site Constraint 22

Gambar 17 Site Opportunity 23

Gambar 18 Vision Statement 24

Gambar 19 Concept Reference 24

Gambar 20 Matriks Internal-Eksternal (IE) 29

Gambar 21 Rekomendasi Struktur Organisasi dalam Proses Perancangan

Lanskap Perkotaan 32

Gambar 22 Skema Tenaga Kerja dalam Proses Perancangan 33

Gambar 23 List Pergantian Tanaman 35

Gambar 24 Contoh Konsep Green Wall 36

Gambar 25 Contoh Dokumen RKS 36

Gambar 26 Contoh Konsep 3D Water Feature 36

Gambar 27 Contoh 3D Bike Rack 37

Gambar 28 Contoh Konsep Cluster Gate 37

(11)

LAMPIRAN

Lampiran 1 RKS Pekerjaan Lanskap-Lot 10 41

Lampiran 2 RKS Pekerjaan Lanskap-Lot 10 (Lanjutan) 42 Lampiran 3 RKS Pekerjaan Lanskap-Lot 10 (Lanjutan) 43 Lampiran 4 RKS Pekerjaan Lanskap-Lot 10 (Lanjutan) 44 Lampiran 5 RKS Pekerjaan Lanskap-Lot 10 (Lanjutan) 45 Lampiran 6 Volume Hardscape dan Softscape-Lot 10 46

Lampiran 7 Siteplan-Lot 10 47

Lampiran 8 Minute of Meeting (MOM)-MRMUK 48

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Jumlah penduduk di Indonesia meningkat secara drastis dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah penduduk telah membuat lahan pemukiman menjadi lebih sempit, sehingga menciptakan peningkatan kebutuhan terhadap adanya tempat tinggal yang baru dan lebih nyaman.

Kota sebagai konsentrasi permukiman dan kegiatan manusia tidak akan terhindar dari berbagai permasalahan. Branch (1995) menyatakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk, serta beban pembangunan wilayah termasuk didalamnya tumbuh dan berkembangnya pemukiman, industri, dan pusat-pusat kegiatan kota cenderung menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat perkotaan itu sendiri. Pembangunan dan perkembangan yang pesat banyak dialami kota-kota besar di Indonesia terutama kota-kota satelit yang berada disekitar Kota Jakarta. Kota satelit seperti Karawang juga tidak luput dari perkembangan dan pembangunan yang pesat karena sebagai kota pendukung dari ibukota negara yang menimbulkan urbanisasi sehingga permasalahan di Karawang semakin kompleks.

Lahan merupakan suatu sumber daya yang tidak dapat diperbaharui sehingga perlu adanya pengelolaan yang sesuai agar dapat dimanfaatkan secara optimal. Salah satu bentuk pemanfaatan secara optimal dengan mengembangkan konsep mixed use development dalam pembangunan dan pengembangan suatu kawasan terutama dalam pengembangan kawasan atau kota-kota baru. Konsep mixed use development menekankan pada integrasi zonasi-zonasi ke dalam satu kesatuan zonasi sehingga pemanfaatan lahan dapat dioptimalkan. Selain itu, pengintegrasian beberapa zonasi menjadi satu juga dapat mengurangi penggunaan energi secara berlebihan karena adanya konektivitas antar zonasi.

PT. Pandega Desain Weharima (PDW) merupakan salah satu konsultan lanskap di Indonesia yang bergerak di bidang urban designing consultant khususnya pada lanskap perkotaan yang memperhatikan aspek ekologis kota dalam perancangannya. Kegiatan magang yang dilakukan ini dapat memberikan masukan kepada pihak konsultan dalam perancangan lanskap kota dan keikutsertaan dalam kegiatan studio saat proses perancangan lanskap diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme diri serta kompetensi sebagai arsitek lanskap.

Tujuan

Tujuan umum dari kegiatan magang adalah untuk memperluas pengetahuan, meningkatkan soft skill dan keterampilan kerja dalam lingkup keprofesian arsitektur lanskap.

Tujuan khusus dari kegiatan magang, meliputi:

1. menganalisis proses perancangan lanskap perkotaan sesuai mekanisme kerja PT. Pandega Desain Weharima (PDW)

2. menganalisis faktor pendukung dan penghambat kinerja pegawai dalam proses perancangan lanskap perkotaan.

(14)

Manfaat Magang

Kegiatan magang dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa untuk mengembangkan wawasan, pengalaman nyata terutama bekerja dalam sebuah team work, dan praktik pekerjaan lanskap. Manfaat hasil evaluasi dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan untuk perbaikan proses desain lanskap berikutnya. Selain itu, kegiatan magang ini dapat menjadi media pertukaran informasi dan teknologi di bidang arsitektur lanskap antara mahasiswa dan tempat magang, serta membangun hubungan baik antara perusahaan dan Departemen Arsitektur Lanskap. Skema kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 1.

Kerangka Pikir

Gambar 1 Kerangka Pikir Evaluasi Manajemen Proses Perancangan Lanskap Perkotaan di PT. Pandega Desain Weharima (PDW)

(15)

Pandega Desain Weharima (PDW) merupakan salah satu konsultan yang bergerak dalam bidang perancangan kawasan atau kota baru (urban design). Proses perancangan yang melibatkan multidisiplin salah satunya landscape menarik untuk dipelajari dengan kegiatan magang. Hal yang dipelajari dalam kegiatan magang ini adalah manajemen proses perancangan lanskap perkotaan yang dilakukan divisi urban design pada proyek Masterplan Residensial Mixed Use Karawang (MRMUK).

Kegiatan magang dilakukan dengan mengumpulkan data pendukung dan kegiatan partisipasi aktif mahasiswa. Data pendukung diperoleh dari data sekunder dan hasil wawancara maupun hasil dari kuisioner. Partisipasi aktif mahasiswa dilakukan baik di kantor maupun di lapang. Kegiatan ini dilakukan untuk mempelajari struktur organisasi dan tahapan proses perancangan lanskap perkotaan yang akan menghasilkan data magang.

Berdasarkan data-data tersebut diperoleh faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang terdapat pada kegiatan proses perancangan lanskap perkotaan. Selanjutnya dianalisis dengan metode analisis SWOT untuk memperoleh rekomendasi berupa strategi manajemen proses perancangan lanskap perkotaan di PDW.

TINJAUAN PUSTAKA

Proses Perancangan

Menurut Hakim (2006), pada dasarnya yang dimaksud proses perancangan adalah tools, alat atau suatu proses yang membantu kita dalam menyelesaikan problematika rancangan yang tersedia. Caranya sangat beragam tergantung dari pendekatan yang diinginkan perancang, pola alir pikirannya, bentuk gambarnya, waktu, banyaknya disiplin profesi yang terlibat, macam proyek, tujuan proyek, manajemen, proyek swasta, proyek pemerintah (pusat, daerah, departemen, sektoral), dan lain-lain. Setiap langkah proses pasti dan selalu dimulai dengan langkah gagasan awal dan berakhir dengan tujuan/sasaran yang diinginkan. Oleh karenanya, sebelum melangkah pada proses perancangan dibutuhkan perumusan tujuan, sasaran termasuk didalamnya faktor waktu yang diperlukan untuk merampungkan rancangan. Dalam garis besarnya hanya ada dua proses, yakni sistem linier dan listem putaran. Sistem linier banyak digunakan pada proses untuk menyelesaikan masalah desain atau engineering dengan sasaran akhir menghasilkan sebuah keputusan (final). Gambar 2 menunjukan sistem perancangan linier.

Gambar 2 Sistem Perancangan Linier

(16)

dan menghasilkan sebuah kesimpulan. Gambar 3 menunjukan proses perancangan putaran.

Gambar 3 Proses Perancangan Putaran

Proses perancangan yang sistematis pada garis besarnya terbagi menjadi dua bagian, yakni proses pemprograman (programming) dan proses rancangan (design). Programming is analysis, design is synthesis yang artinya pada proses pemrograman lebih ditekankan pada penganalisisan segala aspek yang terkait pada rancangan hingga menghasilkan suatu konsep skematik yang nantinya menjadi landasan pada proses design development. Pada setiap proses rancangan, hal tersulit adalah pengambilan keputusan untuk menjadi dasar pijakan dalam setiap langkah guna menyelesaikan karya rancangan lanskap. Pengambilan keputusan ini harus dilandasi dengan landasan teori serta mengaplikasikannya di dalam rancangan (Hakim, 2006).

Definisi Kota dan Perkotaan

Departemen Pekerjaaan Umum (2014) mendefinisikan pengertian mengenai kota yang kemudian lebih sering dijadikan acuan di Indonesia adalah tempat dengan konsentrasi penduduk lebih padat dari wilayah sekitarnya karena terjadi pemusatan kegiatan fungsional yang berkaitan dengan kegiatan atau aktifitas penduduknya. Dengan ungkapan yang berbeda, definisi kota yang lain adalah pemukiman yang berpenduduk relatif besar, luas areal terbatas, pada umumnya bersifat nonagraris, kepadatan penduduk relatif tinggi, tempat sekelompok orang dalam jumlah tertentu dan bertempat tinggal dalam suatu wilayah geografis tertentu, cenderung berpola hubungan rasional, ekonomis, dan individualis.

(17)

kawasan perkotaan metropolitan Bandung mencakup Kota Bandung, Cimahi, serta kawasan sekitarnya yang mempunyai ciri/karakteristik perkotaan yang termasuk dalam batas administrasi Kabupaten Bandung (Iwan, 2009).

Karakteristik Kota dan Kawasan Perkotaan

Menurut Branch (1995), jika setiap unsur kota ditinjau satu per satu secara terpisah, maka kota tampak tidak rumit. Namun pada kenyataannya kota memiliki berbagai komponen dan unsur, mulai dari komponen yang terlihat nyata secara fisik seperti perumahan dan prasarana umum, hingga komponen yang secara fisik tidak terlihat, yaitu berupa kekuatan politik dan hukum yang mengarahkan kegiatan kota. Selain itu, berbagai interaksi antar unsur yang bermacam-macam, memiliki tingkat kepentingan yang sama dengan unsur itu sendiri. Pada saat unsur-unsur dan keterkaitan antar unsur dipandang secara bersama-sama, kota yang cukup besar akan terlihat sebagai organisme paling rumit yang merupakan hasil karya manusia. Dalam kaitan ini perencanaan kota secara komprehensif diupayakan untuk memahami kerumitan tersebut, sehingga memungkinkan bagi perencana memberikan rekomendasi yang bersifat membangun untuk perkembangan kota.

Kota merupakan tempat yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, yang menggambarkan karakteristik, keberagaman, dan kompleksitasnya. Unsur-unsur yang mempengaruhi karakteristik fisik kota antara lain, topografi tapak, bangunan, struktur (bukan bangunan, ruang terbuka, kepadatan perkotaan, iklim, vegetasi, kualitas estetika) (Iwan, 2009).

Kawasan perkotaan di Indonesia dibedakan berdasarkan status administrasinya, yakni: (1) kawasan perkotaan berstatus administratif daerah kota; (2) kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari daerah kabupaten; (3) kawasan perkotaan baru yang merupakan hasil pembangunan yang mengubah kawasan perdesaan menjadi kawasan perkotaan; (4) kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan (Iwan, 2009).

Lanskap Kota dan Permasalahannya

Beberapa permasalahan yang sering timbul dari perkembangan suatu kota biasanya bermula dari proses migrasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota. Fasilitas kota dengan jumlah yang sangat memadai dan beranekaragam seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan industri menyebabkan banyaknya penduduk desa pindah ke kota untuk memanfaatkan segala bentuk fasilitas yang ada di perkotaan. Proses migrasi selain menyebabkan sempitnya ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan juga menyebabkan padatnya lalu lintas yang berakibat menimbulkan pencemaran udara (Fandeli, 2009).

(18)

mempengaruhi kondisi atmosfer setempat, mampu merubah suhu, kelembaban, dan mengurangi kecepatan angin (Fandeli, 2009).

Mixed Use Development

Mixed use development dapat diartikan sebagai suatu konsep pengembangan kawasan yang mengintegrasikan beberapa zonasi dalam bentuk satu kesatuan zonasi. Konsep pengembangan ini dapat bekerja dengan baik ketika tumbuh dari rencana yang menekankan konektivitas dan link antara setiap penggunaan. Hasil dari perencanaan dapat tidak sesuai ketika masyarakat memungkinkan beberapa penggunaan tanpa memberikan pedoman tentang mixed use dan bagaimana keterkaitan mereka secara spasial (Rabianski, 2007).

Mixed use terkonsentrasi pada pembangunan yang memudahkan penggunanya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, sehingga

dipandang sebagai suatu kunci “Smart Growth” untuk mengurangi ketergantungan terhadap lahan dan melestarikan ruang hijau. Oleh karena itu, banyak masyarakat beralih ke mixed use yang mengacu pada penggabungan beberapa penggunaan seperti perumahan, area komersial, ritel, restoran, dan kantor. Berikut gambar konsep pada Gambar 4 (Rabianski, 2007).

Gambar 4 Mixed Use Development Concept

Konsultan Lanskap

Menurut Morrow (1988), konsultan lanskap adalah individu kunci atau organisasi yang bertanggung jawab untuk memberikan saran dan mendesain sebuah proyek. Dalam sebuah konsultan lanskap, terdapat kontrak, yaitu persetujuan diantara pemilik dan desainer dalam menetapkan tanggung jawab untuk mendesain sebuah proyek.

Konsultasi merupakan aktivitas penyedia saran dalam bentuk informasi, rekomendasi, atau ide. Sebagai pertukaran pelayanan konsultan, klien membayar konsultan dengan sejumlah biaya yang disepakati antara kedua pihak berdasarkan spesifikasi dan ruang lingkup pekerjaan. Jenis aktivitas konsultasi meliputi riset, investigasi, pendapat ahli, rekomendasi teknis, analisis dan evaluasi, perbaikan anggaran biaya dan modal, atau rencana pelaksanaan proyek lanskap. Menurut Ingels (2004), contoh servis yang diberikan oleh konsultan lanskap meliputi:

1. merekomendasikan material penanaman yang sesuai dengan kondisi tapak, 2. memberikan spesifikasi teknis material lanskap secara tertulis,

(19)

4. memberikan pendapat dari seorang ahli,

5. mempersiapkan anggaran biaya dan rekomendasi (perbaikan) modal, dan 6. merencanakan pelaksanaan proyek yang diajukan.

Ingels (2004) menyatakan bahwa arsitek lanskap adalah profesional yang mengonsepkan ruang luar. Para arsitek lanskap mencari keseimbangan yang sempurna antara keinginan klien, kapabilitas sebuah tapak, dan hal yang menarik dari lingkungan. Menurut Christensen (2005), konsultan merupakan suatu badan yang melakukan rekrut anggota untuk bekerja dalam suatu keprofesian sebagai pemberi saran atau pembuat desain. Dalam hal ini konsultan yang dimaksud adalah konsultan yang bergerak di bidang jasa lanskap baik perencanaan, perancangan, kontraktor, dan pengelolaan lanskap.

Manajemen Proyek Lanskap

Kegiatan manajemen adalah proses pelaksanaan teori, analisis, dan terdapat kegiatan memimpin, mengatur serta menjalankan tujuan sesuai dengan rencana secara sistematis, kordinatif, dan adanya kerja sama antar setiap pihak (Oberlender, 1993). Pengertian proyek adalah serangkaian kegiatan yang berlangsung dengan durasi tertentu, kompleksitas tertentu pada suatu area tertentu yang harus diakhiri dengan suatu pencapaian. Manajemen proyek terdiri atas tahap-tahap yaitu, perencanaan, desain, pengadaan (procurement), persiapan eksekusi dan diakhiri dengan pencapaian tertentu yang ditandai dengan antara lain deliverable (capaian yang dijanjikan). Sedangkan manajemen proyek adalah ilmu dan seni dalam mengatur sumber daya manusia, waktu, barang, sampai biaya di dalam lingkup pekerjaan proyek guna menciptakan hasil yang optimal dengan pekerjaan yang terkoordinasi dengan baik.

Menurut Stoner (1992), manajemen memiliki proses yang mencakup empat fungsi utama, yaitu:

1. Perencanaan (planning), merupakan konsep dasar dari suatu manajemen, dimana tugas-tugas manajemen disusun dan tujuan serta sasaran ditetapkan.

2. Pengorganisasian (organizing), suatu proses pengaturan dan diferensiasi kerja, wewenang, dan sumber daya dalam anggota organisasi, sehingga tujuan organisasi tercapai.

3. Pengarahan (directing), mencakup tahap mengarahkan, mempengaruhi, dan memotivasi karyawan untuk bekerja dan menjalankan tugasnya dengan baik.

4. Pengendalian (controlling), ditujukan untuk penetapan standar kerja, mengukur kinerja yang sedang berjalan, membandingkan kinerja ini dengan standar yang telah ditetapkan.

Manajemen proyek lanskap pada hakikatnya merupakan sebuah proses pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya manusia, waktu, barang, hingga biaya dalam suatu proyek yang ditangani profesional arsitek lanskap (Stoner, 1992).

METODE MAGANG

Lokasi dan Waktu Magang

(20)

Simatupang, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Kegiatan magang ini berlangsung selama 80 hari kerja yang dimulai pada bulan Februari-Mei 2015. Sementara lokasi pelaksanaan proyek terletak di Karawang Timur, Jawa Barat. Gambar 5 di bawah ini merupakan letak lokasi proyek.

Gambar 5 Lokasi Proyek Residensial Mixed Use Karawang (Sumber: PDW Architects, 2015)

Metode Pelaksanaan Magang

Metode magang yang dilakukan di PT. Pandega Desain Weharima (PDW) adalah mencakup semua kegiatan perancangan lanskap yang dilakukan dengan cara:

1. Metode kualitatif berorientasi pada lembaga perusahaan lokasi magang dengan mengamati dan mempelajari:

a. proses perancangan lanskap yang diterapkan b. fasilitas peralatan kerja

c. mekanisme survei

d. manajemen kerja studio yang diterapkan

2. Metode kualitatif dengan melakukan penilaian terhadap berbagai kegiatan untuk menganalisis faktor penghambat dan penunjang kegiatan perancangan lanskap

(21)

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif adalah analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal Sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan degan pembobotan dan pemberian rating (Sandy 2010). Kerangka atau tahapan kerja dengan menggunakan analisis SWOT adalah sebagai berikut:

a. Analisis Penilaian Faktor Internal dan Eksternal

Penilaian faktor internal (IFE) adalah untuk mengetahui pengaruh kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua faktor kekuatan dan kelemahan tersebut, serta memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antar faktor-faktor tersebut. Penilaian faktor-faktor eksternal (EFE) adalah untuk mengetahui pengaruh peluang dan ancaman yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua faktor peluang dan ancaman (David, 2008). b. Penentuan Bobot Setiap Variabel

Faktor internal dan eksternal yang telah diketahui selanjutnya dilakukan penentuan tingkat kepentingan. Pemberian nilai tingkat kepentingan dilakukan kepada setiap faktor dengan kisaran nilai berikut (Kinnear dan Taylor, 1991):

Faktor kekuatan dan peluang, semakin besar tingkat kepentingannya maka akan bernilai semakin besar, sedangkan untuk faktor kelemahan dan ancaman bernilai sebaliknya. Setelah mendapatkan nilai tingkat kepentingan dari setiap faktor internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan pembobotan denagn menggunakan metode paired comparison (perbandingan berpasangan). Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4 dengan penjelasan sebagai berikut (David, 2008):

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan pembagian nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel (Kinnear dan Taylor, 1991).

c. Penentuan Peringkat (Rating)

(22)

pembobotan berkisar antar 1-4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE dibawah 2,5 maka dapat dinyatakan bahwa faktor internal lemah, sedangkan jika berada diatas 2,5 maka dinyatakan faktor internal kuat. Hal yang sama juga belaku untuk total skor pembobotan EFE (David, 2008).

Nilai total skor pembobotan IFE dan EFE selanjutnya dipetakan dalam matriks internal-eksternal (IE) (Gambar 4). Pemetaan ke matriks IE bertujuan untuk mengetahui manajemen proses perancangan yang ada saat ini berdasarkan fakor internal-eksternal. Matriks IE terbagi menjadi sembilan kolom dengan pembagian kolom I, II, dan IV untuk strategis yang tumbuh dan membangun (Growth and Build); kolom III, V, dan VII untuk strategis yang mempertahankan dan memelihara (Hold and Maintain); serta kolom VI, VIII, dan IX untuk strategis pemanenan dan divestasi (Harvest and Divest) (David, 2008). Berikut gambar dari matrik IE yang dapat dilihat pada Gambar 6.

I

Alat bantu untuk menyusun strategi manajemen proses perancangan adalah matriks SWOT yang berisi kemungkinan strategi alternatif yang dapat digunakan. Terdapat empat jenis strategi yang dihasilkan, yaitu:

(23)

 Strategi ST, yaitu dengan menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

 Strategi WO, yaitu dengan mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada untuk mengatasi kelemahan.

 Strategi WT, yaitu dengan meminimalisir kelemahan untuk menghindari ancaman.

Tabel contoh matriks SWOT dapat dilhat pada Tabel 1 di atas. Jadwal Kegiatan Magang

Tabel 2 di bawah ini menunjukan jadwal kegiatan magang yang telah dilaksanakan di PT. Pandega Desain Weharima (PDW).

Tabel 2 Jadwal Kegiatan Magang

Proyek Masterplan Residensial Mixed Use Karawang

(24)

Selama proses kegiatan magang berlangsung, mahasiswa dilibatkan dalam beberapa proyek yang sedang berjalan di PDW Architects. Berdasarkan tabel di atas, terdapat dua proyek yang sedang berjalan selama mahasiswa magang. Mahasiswa dilibatkan dalam kedua proyek tersebut berdasarkan arahan dari project manager.

Pada proyek SCBD lot 10, kegiatan perancangan telah memasuki tahapan document production berupa gambar detail konstruksi ketika mahasiswa magang di PDW Architects. Mahasiswa membantu beberapa pekerjaan detail konstruksi dan perancangan konsep green wall berdasarkan revisi atau permintaan dari klien. Proyek ini dijadikan sebagai penelitian skripsi bagi mahasiswa setelah berkonsultasi dengan dosen pembimbing dan pembimbing lapang.

Proyek masterplan residensial mixed use Karawang memulai tahapan perancangan di bulan terakhir mahasiswa magang dan juga dilibatkan dalam proyek ini. Mahasiswa membantu dalam pekerjaan skematik desain dan juga pembuatan ilustrasi 3D. Proyek ini berkaitan tentang perancangan lanskap perkotaan yang sesuai dengan penelitian mahasiswa, sehingga berdasarkan arahan pembimbing lapang mahasiswa diharapkan menjadikan proyek ini menjadi bahan penelitian skripsi. Proyek SCBD lot 10 yang sebelumnya menjadi bahan penelitian diganti menjadi proyek masterplan residensial mixed use Karawang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Manajemen PDW Architects

Profil Umum dan Ruang Lingkup Perusahaan

Mohammad Danisworo Associates (MDA) - dengan PT. Pandega Desain Weharima / Perencanaan & Workshop Pengembangan (PDW) sebagai suatu badan usaha perencana dan konsultan desain yang mengkhususkan diri pada perencanaan strategis, perencanaan kota dan lingkungan, serta karya-karya arsitektur. Afiliasi PDW dengan konsultan profesional dari berbagai disiplin, khususnya desainer interior, struktur, mekanikal, dan konsultan listrik.

MDA dan PDW mengembangkan pengalaman yang signifikan dalam bekerja sama dengan badan-badan nasional, pemerintahan provinsi dan pelayanan publik, serta perusahaan swasta. Proyek meliputi rencana induk kota-kota baru, super blok dan real estate, desain/pedoman konservasi bersejarah dan revitalisasi, pedoman desain perkotaan, serta desain arsitektur multi lantai.

Mohammad Danisworo, Ir., M. Arch., MUP, PhD., Profesor Arsitektur dan Urban Design dari Departemen Arsitektur, Institut Teknologi Bandung (ITB). MDA mendirikan perusahaan pada tahun 1997. Danisworo aktif memimpin MDA dalam menjaga jaringan yang luas dan hubungan dengan perusahaan-perusahaan dan konsultan di Indonesia dan negara-negara lain, seperti Amerika Serikat, Singapura dan Australia. Didirikan pada tahun 1997, PDW telah melayani klien di seluruh dunia dari Dubai ke Vietnam, Medan ke Dili.

Struktur Organisasi Perusahaan

(25)

efesiensi kerja, serta produktivitas di dalam perusahaan. Terdapat tiga divisi dalam perusahaan ini, yaitu divisi urban design, arsitektur, dan manajemen.

Setiap divisi memiliki tugas dan spesifikasi masing-masing dalam melakukan pekerjaan. Divisi urban design dikhususkan dalam perancangan dan perencanaan masterplan kawasan atau kota-kota baru. Divisi arsitektur dibagi menjadi dua subdivisi yaitu divisi project dan divisi desain. Divisi project meliputi pekerjaan di bidang perencanaan dan perancangan dan tim ahli yang tergabung di dalam divisi ini memiliki peran dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan teknis yang berkaitan dengan proses perencanaan dan perancangan sesuai arahan manajer produksi. Dan divisi desain difokuskan pada perancangan arsitektural.

Divisi manajemen bertugas mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan administrasi perusahaan seperti urusan perpajakan yang menjadi kewajiban perusahaan, menyiapkan dan membuat kontrak proyek, membuat rancangan anggaran biaya (RAB), dan mengarsipkan dokumen-dokumen perusahaan. Selain itu, divisi ini juga bertugas mengelola kebutuhan studio proyek perusahaan, perekrutan tenaga kerja dengan proses seleksi, dan tim pendukung seperti drafter dan lain-lain. Struktur organinasi PDW Architects lebih jelasnya pada Gambar 7 di bawah ini

.

Gambar 7 Struktur Organisasi

Berdasarkan Gambar 7 di atas ini, divisi landscape berada di bawah divisi urban design dan posisi mahasiswa berada dibawah divisi landscape. Posisi landscape yang berada di bawah urban design sangat mempengaruhi pada pekerjaan lanskap. Pekerjaan lanskap ditempatkan hanya sebagai pengisi atau pelengkap. Konsep dan desain sepenuhnya dilakukan oleh divisi urban design. Divisi urban design dipimpin seorang kepala bagian dan divisi landscape dipimpin seorang project manager. Dan selama kegiatan magang di PDW Architects, mahasiswa mendapat bimbingan dan arahan dari Project Manager landscape .

Penerimaan Proyek

Proyek yang ditangani oleh PDW Architects mengenai perencanaan dan perancangan lanskap diperoleh melalui tiga cara, yaitu:

1. Penunjukan langsung dari klien

Direksi

Urban Design Arsitektur Manajemen

(26)

Beberapa proyek yang telah ditangani oleh PDW Architects merupakan proyek yang langsung diberikan oleh klien tanpa pengajuan penawaran dari pihak perusahaan. Klien yang dimaksud merupakan klien baru maupun klien yang telah mempercayakan proyeknya pada PDW Architects.

2. Kerjasama dengan lembaga

PDW Architects juga melakukan kerjasama dengan berbagai lembaga baik lembaga swasta maupun lembaga pemerintahan dalam mendapatkan proyek. Dinas pemerintahan yang dimaksud contohnya Dinas Pertamanan dan Pemakaman, Dinas Kehutanan dan lainnya di beberapa daerah di Indonesia, sedangkan pihak swasta adalah perusahaan-perusahaan atau kantor non pemerintah.

3. Mengajukan penawaran (tender) pada pihak-pihak tertentu

Pengajuan penawaran yang dilakukan oleh PDW Architects kepada penyelengara proyek merupakan rancangan proyek yang akan dilaksanakan beserta dengan rencana kerja dan syarat (RKS) dan rancangan anggaran biaya (RAB). Penyerahan proyek kepada PDW Architects sebagai pemenang tender dilakukan melalui proses penilaian kesesuaian dengan nilai proyek danberdasarkan penilaian-penilaian teknis lainnya.

Tahapan Proses Perancangan Perusahaan

PDW Architects memiliki standar proses penanganan dan pengerjaan proyek lanskap khususnya proyek perancangan lanskap. Standar proses yang telah ditetapkan oleh PDW Architects meliputi kegiatan tahap persiapan, tahap inventarisasi dan analisis, tahap skematik desain, tahap pengembangan desain, dan tahap pembuatan gambar kerja. Pengembangan selanjutnya dapat muncul pada masing-masing tahapan proyek berdasarkan kebutuhan klien dan kondisi lapang. Pengembangan tersebut sering kali membutuhkan waktu yang lebih lama sehinga dapat menyebabkan bergesernya perubahan jadwal target yang ditentukan.

Tahapan kerja yang dilakukan oleh PDW Architets dalam perancangan lanskap adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan (Inception), diawali penyusunan proposal dan penawaran rancangan proyek, serta pertemuan dengan klien untuk kesepakatan dan penyerahan proyek.

2. Tahap Inventarisasi dan Analisis (Site Inventory and Analysis), meliputi kegiatan pengumpulan informasi dan data kondisi tapak, baik data primer ataupun data sekunder. Data yang diperoleh kemudian dianalisis guna mengidentifikasi potensi dan kendala tapak. Pada tahap ini dilakukan diskusi bersama di dalam perusahaan untuk menemukan solusi terbaik. 3. Tahap Skematik Desain (Schematic Design), meliputi penentuan ide secara

konseptual dan gambar ilustrasi. Penentuan tema untuk konsep dilakukan dengan mempertimbangkan keinginan dari klien.

4. Tahap Pengembangan Desain (Design Development), pembuatan gambar ilustrasi dilakukan untuk mendukung konsep yang telah dibuat guna membantu planning application dan gambar detil.

(27)

teknis beserta penggunaan hardscape dan softscape, detil konstruksi, dan informasi lainnya.

Fasilitas dan Teknologi Perusahaan

PDW Architects memiliki fasilitas peralatan kerja yang lengkap dalam membantu pengerjaan proyek-proyek. Fasilitas berupa peralatan kerja yang digunakan perusahaan antara lain berupa perlengkapan sebagai berikut yaitu : alat gambar (marker, spidol, drawing pen, rapido dengan berbagai ukuran ketebalan, serta pensil dengan berbagai ukuran ketebalan), tracing paper dan kertas kalkir, kertas ukuran A3 dan A4, meja dan kursi kerja. Kegiatan studio PDW Architects juga didukung dengan berbagai perangkat lunak (software) dan aplikasi berikut ini pada Tabel 3.

Tabel 3 Fasilitas dan Teknologi Perusahaan

No Sofware yang digunakan Kegunaaan 1 AutoCad 2013, 2014 CAD Drawing

2 Google Sketch up 2015 3D Rendering Animasi 3 Adobe Photoshop CS6 3D Rendering

4 3D Studio Max 2015 Animasi dan 3D Rendering

5 MS. Office 2010 Presentasi kepada klien, daftar RAB dan lain-lainnya

6 Google Earth Mengetahui bentuk tapak sebelum kunjungan lapang dan mengetahui lokasi proyek

Produk-produk yang dihasilkan perusahaan berkualitas baik dengan memanfaatkan teknologi dan fasilitas tersebut. Setiap fasilitas yang dimiliki perusahaan tetap dijaga dengan baik dan terus ditingkatkan dengan sistem upgrade. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja perusahaan.

Proyek Perancangan Masterplan Residensial Mixed Use Karawang

Deskripsi Proyek

Proyek desain masterplan Karawang merupakan pekerjaan desain masterplan pada suatu kawasan baru. Rencana pembangunan masterplan Karawang adalah sebuah integrated residential complex yang terdiri dari berbagai penggunaan seperti residensial area (cluster dan fasilitas club house), komersial area (hotel, apartemen, mall, ritel). Setiap area tersebut dirancang terhubung antara satu penggunaan dengan penggunaan lainnya untuk mempermudah penghuni memenuhi kebutuhannya tanpa perlu keluar dari kawasan tersebut. Selain itu, kawasan ini memiliki area hijau yang dirancang sebagai area rekreasi bagi penghuninya dengan menciptakan taman, jogging track, outdoor gym dan lain-lain.

(28)

Tujuan Perancangan

Menurut Simonds (2006), suatu perancangan arsitektural, arsitek lanskap dan teknik harus memiliki pemahaman yang jelas atas apa yang telah dirancang dan akan dirancang serta tujuan yang jelas. Hal tersebut dapat mempengaruhi keberlanjutan suatu desain. Tujuan dari proyek masterplan Karawang adalah untuk menciptakan suatu konsep kawasan residensial terpadu yang memiliki berbagai zonasi penggunaan yang terhubung satu sama lainnya.

Konsep ini dirancang agar penghuninya dapat mengakses semua zonasi penggunaan dengan berjalan kaki sehingga dapat mengurangi konsumsi energi yang berlebihan, selain itu penghuni juga tidak perlu keluar dari kawasan untuk memenuhi kebutuhannya karena semua sudah tersedia di dalam kawasan tersebut. Proses Perancangan Masterplan Residensial Mixed Use Karawang

Dalam perancangan proyek, perusahaaan PDW Architects mengikuti mekanisme tahap perancangan pada umumnya yang sama dengan perusahaan lainnya. Pada Gambar 8 disajikan dalam bentuk diagram proses perancangan proyek pada perusahaan PDW Architects.

Gambar 8 Diagram Proses Perancangan (Sumber: PDW Architects, 2015)

Menurut Hakim (2006), pada dasarnya yang dimaksud proses perancangan adalah tools, alat atau suatu proses yang membantu kita dalam menyelesaikan problematika rancangan yang tersedia. Berbagai cara dapat dilakukan dalam proses perancangan tergantung pendekatannya. Setiap proses perancangan dimulai dengan gagasan awal dan diakhiri dengan tujuan/sasaran yang diinginkan. Pada proses perancangan juga dibutuhkan perumusan tujuan/sasaran termasuk didalamnya faktor waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan rancangan.

(29)

penyelesaian akhir desain tidak hanya menghasilkan sebuah keputusan desain tetapi juga ditambahkan dengan pembuatan documentation production. Documentation production berisi panduan dalam pelaksanaan proyek seperti gambar detail, gambar konstruksi dan lain-lain.

a. Tahapan Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal suatu proyek, berbagai persiapan yang berhubungan dengan teknis dan urusan administrasi proyek. Estimasi waktu penyelesaian proyek, penyelesaian gambar sampai final produk hasil perancangan dibicarakan pada tahap ini dengan tujuan agar kedua belah pihak, yaitu klien dan perusahaan tidak terjadi kerugian dan kesalahpahaman pada pelaksanaan proyek. Berikut peta dasar yang dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Peta Dasar Sumber: PDW Architects, 2015

(30)

Menurut Booth (1983), tahapan desain yang pertama adalah project acceptance yang merupakan tahap usulan proyek telah diterima dan disetujui oleh kedua belah pihak. Proses penerimaan proyek ini dilakukan dengan proses tender. Proposal desain diajukan kepada pihak klien untuk ditentukan pemenang tender berdasarkan proposal desain yang diajukan. Pada pertemuan pertama klien menjelaskan keinginannya kepada pimpinan perusahaan, kemudian terjadi kesepakatan diantara kedua belah pihak. Penting sekali untuk memberikan perhatian yang lebih dalam menyimak keinginan dan harapan klien mengenai proyek yang akan dikerjakan. Komunikasi dan cara presentasi juga penting pada tahap ini, hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman pada tahap selanjutnya. Komunikasi yang baik dari pihak perusahaan dalam hal ini pimpinan perusahaan dan juga staf menjadi kunci keberhasilan pada tahap persiapan ini. Kemudian pihak perusahaan mempersiapkan usulan kegiatan yang lebih rinci yang mencakup pelayanan, bentuk produk dan biaya. Jika klien setuju maka kedua belah pihak menandatangani kontrak kerja.

b. Tahap Inventarisasi

Proyek masterplan mixed use karawang berlokasi di Karawang Timur yang memiliki luas total keseluruhan sekitar 36 ha (33 ha total area dan 3 ha tanah kas desa). Lokasi proyek yang berada di daerah Karawang, maka secara umum tapak memiliki iklim tropis dengan suhu udara yang cukup panas. Sebelum tahap perancangan yang dilakukan oleh arsitek, kondisi eksisting tapak merupakan lahan yang masih kosong. Kondisi topografi berdasarkan hasil inventarisasi merupakan area yang relatif datar karena berada di dataran rendah.

Inventarisasi tapak dilakukan setelah proses kontrak pekerjaan selesai. Pada tahapan sebelumnya, klien telah memberikan data-data yang berkaitan dengan tapak. Kemudian proses inventarisasi pada tapak dilakukan untuk ground check berdasarkan data-data yang telah diberikan oleh klien. Kegiatan inventarisasi pada tapak dilakukan dengan mengambil foto-foto didalam dan sekitar tapak. Selain itu, dilakukan pencatatan data dari lapangan yang masih belum diberikan oleh klien. Semua data-data yang masih kurang diberikan ketika meeting atau koordinasi dengan semua konsultan terkait.

Gambar 10 Konten Inventarisasi

(31)

kondisi eksisting, site constraint, dan site opportunity. Konten inventariasi tersebut dapat disesuaikan dengan jenis proyek yang dikerjakan. Proyek MRMUK merupakan proyek residensial yang memerlukan strategi pemasaran sehingga dalam inventarisasi perlu diperhatikan keberadaan residensial disekitarnya dan daerah-daerah yang mempengaruhi tapak. Gambar 10 di bawah ini merupakan konten dari tahapan inventarisasi tapak.

Pada konteks regional, posisi lokasi tapak dihubungkan dengan daerah-daerah dan akses-akses penting yang mendukung keberadaan tapak tersebut. Selain itu, transportasi juga menjadi perhatian penting untuk mempermudah aksesibilitas, baik transportasi yang telah ada maupun rencana pembangunan trasnportasi yang akan dilakukan. Berdasarkan inventarisasi yang dilakukan, lokasi proyek didukung dengan akses-akses transportasi yang memudahkan untuk meuju lokasi proyek seperti kereta api dan jalan tol Jakarta outer ring road. Dengan hal tersebut dapat memudahkan penghuninya untuk mengakses kota-kota yang ada disekitarnya. Sehingga keberadaan lokasi proyek yang terletak di Karawang (kota satelit sekitar Jakarta) tidak menjadi hambatan/terpisah dengan kota satelit lainnya. Konteks secara regional dapat dilihat pada Gambar 11 berikut.

Gambar 11 Regional Context (Sumber: PDW Architects, 2015)

(32)

berdasarkan pada rekam jejak developer yang mengembangkan kawasan tersebut. Developer yang memiliki rekam jejak yang bagus dan telah terkenal dikalangan developer lainnya menjadi alasan kuat sebagai competitor. Berdasarkan hasil inventarisasi, regional competitor yang berada disekitar area residensial mixed use Karawang yaitu, Grand Wisata, Lippo Cikarang, Orange Country, Delta Mas, Jababeka, dan Kota Harapan Indah. Berikut regional competitor yang dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Regional Competitor (Sumber: PDW Architects. 2015)

(33)

Kondisi eksisting tapak berada di daerah Karawang Timur memiliki identitas dengan daerah persawahan menjadikan tapak memiliki topografi yang relatif datar. Lokasi tapak yang akan dikembangkan masih berupa lahan kosong yang belum dimanfaatkan sehingga lebih mempermudah dalam pembangunannya karena tidak memerlukan biaya pembongkaran dan lain-lainnya. Berikut kondisi eksisting tapak yang dapat dilihat pada Gambar 13, 14, dan 15.

Gambar 14 Kondisi Eksisting Sisi Barat (Sumber: PDW Architects. 2015)

(34)

c. Tahap Analisis Tapak

Proses analisis tapak dilakukan dengan cara berdiskusi bersama tim untuk menyelesaikan masalah yang ada di tapak dan mendapatkan solusi terbaik. Secara umum kondisi eksisting tapak memiliki cuaca yang cukup panas, membuat rancangan pada tapak membutuhkan penambahan penanaman tanaman untuk meningkatkan kualitas iklim mikro. Peningkatan kualitas lingkungan dapat tercapai dengan banyaknya penggunaan tanaman pada tapak atau penanaman secara massal (mass planting). Selain itu, pada tahap inventarisasi tapak diketahui bahwa Karawang memiliki iklim yang tropis, maka masterplan residensial mixed use Karawang dibuat dengan desain yang berkesan tropis modern. Hal tersebut muncul setelah dilakukan diskusi bersama antara tim arsitek dan tim landscape.

Analisis mengenai batas-batas tapak dilakukan untuk mengetahui kendala atau potensi yang akan mempengaruhi tapak. Lokasi tapak berbatasan dengan sungai kecil di sisi barat dan berbatasan langsung dengan desa di sisi timurnya. Tapak tersebut juga dilalui akses jalan sekunder dari jalan utama sehingga mudah untuk mengakses tapak. Hasil analisis tersebut muncul berdasarkan hasil diskusi semua tim dengan project manager. Analisis yang telah dibuat oleh tim arsitek kemudian didiskusikan secara bersama-sama dengan tim landscape dan project manager. Diskusi bersama dilakukan untuk memperoleh masukan-masukan agar memperoleh hasil analisis yang tepat. Hal ini tentu saja sangat berbeda dengan cara analisis yang sering dilakukan mahasiswa di kampus. Cara analisis atau dengan kata analisis secara cepat tersebut dilakukan untuk efisiensi waktu agar target yang telah ditentukan dapat dicapai sesuai dengan jadwal. Berikut gambar analisis pembatas dari tapak yang dapat dilihat pada Gambar 16.

(35)

Kendala pada tapak tersebut diantaranya adalah bagian depan tapak yang hanya memiliki lebar 210 meter, sedangkan di sisi kanan dan kirinya tidak termasuk kawasan sehingga bagian depan kawasan terlihat kecil. Kemudian kendala selanjutnya, tapak memiliki single access dari jalan utama. Selain itu, bentukan dari tapak yang irregular sehingga terdapat area-area yang kurang termanfaatkan dengan baik. Dan juga tapak tersebut berbatasan langsung dengan desa-desa yang berada disekitar tapak. Hal ini menjadi kendala bagi tapak karena area yang berbatasan dengan desa merupakan area cluster pemukiman yang memiliki privasi tinggi.

Berdasarkan hasil analisis, orientasi matahari pada tapak cukup bagus karena arah utara dan selatan melintang sepanjang tapak. Hal ini cukup bagus untuk area residensial karena orientasi rumah tidak menghadap atau membelakangi matahari sehingga rumah tidak terkena matahari secara langsung. Tapak ini juga memiliki area Tanah Kas Desa (TKD) yang dapat meningkatkan suasana alami bagi tapak karena area tersebut sebagai area hijau (unbuild) Lokasi tapak yang berdekatan dengan jalan utama menjadi potensi tersendiri terutama sangat cocok untuk area komersial karena kemudahan aksesnya. Berikut gambar analisis potensi dan kendala yang dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17 Site Opportunity (Sumber: PDW Architects. 2015)

d. Tahap Skematik Desain

(36)

mengangkat budaya lokal sebagai identitas kawasan. Semua keinginan tersebut disesuaikan kembali dengan kondisi eksisting kawasan, sehingga konsep yang diangkat untuk perancangan kawasan ini merupakan perpaduan antara nature, history dan community (Gamabr 18). Daerah Karawang sangat identik dengan ketiga hal tersebut sehingga dapat menjadi sebuah identitas yang kuat bagi suatu kawasan. Oleh karena itu, penentuan konsep ini dapat menjadi nilai lebih bagi kawasan tersebut.

Berikut beberapa referensi yang dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 18 Vision Statement

Gambar 19 Concept Reference

(37)

wisata alam pada area hijau kawasan, restoran dengan latar belakang persawahan, dan lain-lainnya. Pada proses ini juga ditentukan konsep mixed use development yang terdapat pada tapak. Berdasarkan literatur, tapak ini menggunakan konsep mixed site yang mana didalam satu site terdapat beberapa zonasi. Pembagian beberapa zonasi penggunaan ini juga didukung dengan perancangan lanskap yang menghubungkan semua zonasi tersebut, sehingga pengguna dapat mengakses dengan mudah zonasi-zonasi tersebut. Lanskap dirancang dengan membentuk koridor-koridor yang menghubungkan semua zonasi.

Analisis Manajemen Proses Perancangan Lanskap Perkotaan

Manajemen Proses perancangan lanskap perkotaan di PDW Architects memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dalam menghasilkan sebuah produk, sehingga perlu adanya strategi yang tepat untuk lebih meningkatkan kualitas produk. Analisis SWOT merupakan salatu satu tools untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2008). Dengan menggunakan pendekatan tersebut dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen dalam proses perancangan perkotaan di PDW Architects. Tahapan yang dilakukan dalam menggunakan pendekatan analisis SWOT yaitu mengidentifikasi faktor internal dan eksternal, pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) serta pembuatan matriks Internal-Eksternal. Kemudian dilanjutkan dengan tahap penyusunan strategi dalam membuat matriks SWOT, dan perangkingan alternatif strategi.

Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Hasil pengamatan dan wawancara kepada Project Manager diperoleh bahwa terdapat faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi proses perancangan lanskap perkotaan yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Faktor internal diperoleh dengan mendata kekuatan dan kelemahan. Faktor eksternal diperoleh dengan mendata peluang dan ancaman yang mempengaruhi proses perancangan lanskap perkotaan.

Faktor internal dalam proses perancangan lanskap perkotaan: 1. Strength (kekuatan)

a. Struktur Organisasi yang Tersusun Baik

Pengelolaan sumberdaya manusia terlihat dalam pembagian kerja melalui struktur organisasi perusahaan yang telah memberikan diferensiasi pekerjaan bagi karyawan sesuai dengan spesialisasi masing-masing, sehingga dapat menghasilkan produk yang baik. Pengelolaan ini meliputi penyusunan organisasi, pembentukan tim, serta menerapkan kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan proyek. b. Manajemen Kerja yang Tertata

(38)

proyek memiliki project manager yang bertanggung jawab untuk mengatur pelaksanaan proses pembagian kerja dalam tim.

c. Fasilitas Kerja yang Memadai

Fasilitas dan teknologi yang dimiliki PDW Architects berupa hardware dan software sudah sangat memadai dengan kualitas yang baik. Hal ini juga didukung dengan peningkatan kualitas semua perangkat agar produktivitas dan efisiensi kerja karyawan dapat ditingkatkan untuk menghasilkan produk yang memuaskan klien.

d. Suasana Keja yang Kondusif

Pengerjaan proyek dalam studio juga didukung dengan suasana dan lingkungan kerja yang nyaman. Hubungan yang cukup erat antar karyawan dapat mengurangi tekanan-tekanan dalam pekerjaan yang sering kali dihadapi banyak karyawan. Kegiatan makan bersama merupakan salah satu kegiatan yang rutin dilakukan untuk lebih mendekatkan satu karyawan dengan lainnya sehingga tidak ada tekanan dari lingkungan kerja yang mempengaruhi produktivitas karyawan.

e. Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja selalu ditingkatkan dengan motivasi, arahan, dan fasilitas yang diberikan perusahaan. Selain itu, penghematan strategis terhadap waktu dan biaya juga dilakukan dengan menggunakan teknik hand drawing dalam proses analisis sampai tahap pengembangan desain dan revisi dari klien.

2. Weakness (Kelemahan)

a. Waktu dalam Pengerjaan Proyek

Jadwal kerja yang telah dibuat perusahaan dapat berubah karena adanya deadline proyek yang singkat sehingga kerja lembur juga dilakukan karyawan jika mendekati deadline proyek, sehingga waktu kerja diperpanjang pada saat kerja lembur. Proses revisi suatu proyek yang mendadak juga menjadi salah satu penyebab berubahnya waktu pengerjaan proyek karena adanya tuntutan dari klien. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi waktu kerja adalah kurangnya informasi eksisting yang dimiliki seperti data sekunder, sehingga kegiatan inventarisasi membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengumpulkan semua data.

b. Inspirasi dalam Membuat Desain

Ide atau inspirasi dalam menghasilkan suatu desain sangat penting dimiliki atau didapatkan seorang desainer. Dalam proses perancangan, terkadang kurangnya ide atau inspirasi sangat berdampak kepada desain yang dihasilkan. Selain itu, waktu pengerjaan juga relatif lebih lama karena banyak digunakan waktunya untuk mencari ide atau inspirasi.

c. Kedisiplinan Tenaga Kerja yang Buruk

(39)

pekerjaan tetapi lebih banyak digunakan untuk mengobrol, merokok, dan lain-lain.

Faktor eksternal dalam proses perancangan lanskap perkotaan: 3. Opportunity (peluang)

a. Pengenalan Produk dari Supplier (vendor)

Beberapa supplier sering kali mempresentasikan produk-produk yang mereka miliki kepada PDW Architects agar produk mereka dapat digunakan dalam perancangan. Selain sebagai sarana promosi, produk yang mereka tawarkan juga dapat menjadi inspirasi dalam merancang. Banyak pilihan material-material baru yang dapat dipilih atau digunakan dalam desain sehingga desain menjadi update terhadap perkembangan yang ada.

4. Threat (Ancaman)

a. Keinginan Klien atau Owner dalam Perancangan

Pada proses perancangan, keinginan dari klien merupakan salah satu hal yang sangat perlu diperhatikan. Pada tahapan tertentu terkadang klien juga yang membuat proses perancangan menjadi sedikit terhambat karena semua keinginannya diakomodasi dalam desain. Dalam kenyataannya, ada beberapa keinginan klien yang tidak dapat diakomodasi karena berbenturan dengan regulasi pemerintah.

b. Kontrak Pekerjaan yang tidak Ditaati

Pekerjaan perancangan pada proyek ini dikerjakan berdasarkan kontrak yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu klien dan perusahaan. Ketika kontrak pekerjaan habis dan belum diperpanjang oleh klien, maka pekerjaan perancangan juga akan terhenti.

Setelah mendaftarkan seluruh faktor internal dan eksternal, dilakukan pemberian peringkat (rating) terhadap faktor-faktor tersebut. Berikut tabel rating faktor internal dan eksternal yang dapat dlihat pada Tabel 4 dan 5.

Tabel 4 Faktor Internal Proses Perancangan

Simbol Faktor Internal Tingkat

Kepentingan Rating Kekuatan (Strenght)

S1 Manajemen kerja yang tertata sangat penting 4

S2 Fasilitas kerja yang memadai penting 3

S3 Struktur organisasi yang tersusun baik

penting 3

S4 Suasana kerja yang kondusif cukup penting 2

S5 Produktivitas kerja penting 3

Kelemahan (Weakness) W3 Kedisiplinan tenaga kerja yang

buruk

(40)

Tabel 5 Faktor Eksternal Proses Perancangan

Simbol Faktor Eksternal Tingkat

Kepentingan Rating

Peluang (Opportunity)

O1 Presentasi produk dari Supplier (vendor)

cukup penting 2

Ancaman (Threat)

T1 Keinginan Klien atau owner dalam perancangan

sangat penting 1 T2 Kontrak pekerjaan yang tidak

ditaati

penting 2

Penentuan Bobot Variabel

Faktor internal dan eksternal yang telah diidentifikasi, selanjutnya adalah menentukan bobot dari tiap faktor tersebut. Dalam menetukan setiap bobot strategis digunakan metode paired comparison (Kinnear dan Taylor, 1991). Penilaian bobot faktor strategis internal dapat dilihat pada Tabel 6 dan penilaian faktor eksternal dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 6 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal

Simbol S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 Total Bobot

Tabel 7 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal

Simbol O1 T1 T2 Total Bobot

(41)

Tabel 8 Matriks IFE

Simbol Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Kekuatan (Strenght)

Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang (Opportunity)

(42)

Berdasarkan matriks IFE didapatkan nilai total skor sebesar 2.57 dan matriks EFE sebesar 1.5. nilai dari faktor internal dan faktor eksternal tersebut menunjukan bahwa strategi yang paling tepat adalah berorientasi memanen dan melepaskan (harvest and divest) yang masuk pada kuadran VIII. Hal ini menunjukan bahwa pihak perusahaan sebaiknya memperbaiki sistem manajemen dalam proses perancangan lanskap perkotaan yang telah dilakukan dan juga tetap mengembangkan sistem untuk meningkatkan kualitas perancangan. Berikut Gambar 19 menunjukan matriks IE.

Pembuatan Matriks SWOT

(43)

Perangkingan Alternatif Strategi

Penentuan prioritas dari strategi-strategi yang dihasilkan dapat dilakukan dengan menjumlahkan skor masing-masing faktor yang memiliki keterkaitan dengan strategi tersebut. Semakin tinggi skor yang dihasilkan suatu strategi, menandakan strategi tersebut memiliki tingkat prioritas yang semakin tinggi. Berikut Tabel 11 menunjukan perangkingan alternatif strategi.

Tabel 11 Perangkingan Alternatif Strategi

No. Alternatif Strategi Keterkaitan dengan unsur SWOT Skor Peringkat 1. Memberikan opsi-opsi

Evaluasi Manajemen Proses Perancangan Lanskap Perkotaan

Evaluasi manajemen proses perancangan pada proyek MRMUK berdasarkan pada prinsip-prinsip management plan yang terdiri dari lima aspek, yaitu: 1) struktur organisasi, 2) tenaga kerja, 3) alat dan bahan, 4) jadwal pelaksanaan, 5) biaya (budget). Berikut skema management plan pada Gambar 21.

(44)

Struktur Organisasi

Proyek MRMUK berada dibawah divisi urban design yang dipimpin oleh kepala bagian yang sekaligus menjadi project manager. Dalam divisi urban design juga membawahi divisi landscape yang memiliki project manager tersendiri. Perancangan proyek ini dikerjaan secara bersama-sama antara divisi urban design dan divisi landscape. Pembagian tugas dilakukan dengan baik sesuai spesifikasi masing-masing, divisi urban design melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan zonasi tapak dan arsitektural. Divisi landscape melakukan pekerjaan yang lebih detail mengenai pola lanskap, jenis tanaman, site furniture dan lain-lainnya.

Komunikasi yang terjalin antara kedua divisi tersebut cukup baik dalam proses perancangan. Setiap ada permasalahan yang muncul atau adanya revisi dari klien dilakukan diskusi secara bersama-sama untuk menemukan solusi yang tepat. Pembagian pekerjaan dilakukan dengan baik, project manager membagi dua pekerjaan yaitu arsitektural dan lanskap. Pekerjaan lanskap diberikan kepada tim landscape dan pekerjaan dibagikan oleh project manager lanskap kepada seluruh tim. Berikut gambar struktur organisasi dalam proses perancangan lanskap perkotaan yang dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 22 Rekomendasi Struktur Organisasi dalam Proses Perancangan Lanskap Perkotaan

Tenaga Kerja

Proses perancangan masterplan residensial mixed use Karawang dikerjakan oleh beberapa tim. Setiap tim memiliki spesialisasi dan tugasnya masing-masing. Terdapat dua tim yang membantu dalam pekerjaan peracangan ini yaitu, tim desain dan tim desain grafis. Tim desain itu tersendiri dibagi menjadi dua bagian yaitu tim landscape dan tim urban design. Tim urban design terdiri dari dua orang senior engineer dan lima orang junior engineer. Latar belakang pendidikan dari tim urban design didominasi keilmuan arsitektur sehingga cukup memiliki kompetensi dalam perancangan proyek tersebut. Sedangkan tim landscape terdiri dari dua orang senior engineer, satu orang junior engineer, dan dua orang drafter. Latar belakang pendidikan dari Tim Landscape adalah arsitektur lanskap dari beberapa universitas ternama.

(45)

Keseluruhan tenaga kerja yang dimiliki dalam pengerjaan proyek tersebut sudah sangat memadai untuk menghasilkan produk yang baik. Semua pekerja melakukan pekerjaannya dengan baik dan komposisinya juga lengkap mulai dari tim desain yang merancang dan tim desain grafis yang menyajikan, sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan baik. Skema tenaga kerja dalam proses perancangan dapat dilihat pada Gambar 23.

Gambar 23 Skema Tenaga Kerja dalam Proses Perancangan

Alat dan Bahan

PDW Architects merupakan sebuah konsultan arsitektur sehingga tidak terlalu banyak peralatan yang digunakan dalam proses perancangan, lain halnya dengan sebuah kontraktor yang memerlukan banyak peralatan dalam pengerjaan proyeknya. Peralatan yang sering digunakan dalam perancangan adalah komputer PC, laptop, dan printer. Selain itu, alat-alat tulis dan alat gambar juga sering digunakan dalam pembuatan sketsa atau dalam proses analisis.

Setiap karyawan mendapatkan satu komputer untuk mendukung pekerjaannya, sedangkan untuk mahasiswa yang magang diharuskan membawa laptop masing-masing. Seluruh peralatan yang dimiliki selalu ditingkatkan kualitasnya sesuai dengan kebutuhan karyawan agar dapat menghasilkan produk yang baik dan efisien. Kebutuhan karyawan dalam proses perancangan seperti kertas, tinta, alat gambar dan lain-lain selalu dipenuhi oleh perusahaan sehingga tidak menghambat pekerjaan perancangan. Seluruh peralatan yang dimiliki untuk proses perancangan tersebut sudah sangat lengkap untuk mendukung setiap tahapan perancangan yang dilakukan.

Jadwal Pelaksanaan

Proses perancangan proyek MRMUK dimulai sejak bulan April di minggu keempat. Proses perancangan diawali dengan pengajuan proposal desain awal MRMUK dengan memberikan konsep dan tema yang akan diangkat untuk proyek tersebut. Komunikasi dengan klien tetap dilakukan selama proses pengajuan proposal desain, selama proses tersebut juga mulai dilakukan inventarisasi dan analisis mengenai tapak sehingga ketika disetujui dapat langsung mengembangkan konsep yang telah dibuat.

Pekerjaan perancangan pada proyek ini dibagi menjadi empat tahapan sesuai kesepakatan kontrak antara klien dan perusahaan. Pada tahap pertama, pekerjaan perancangan yang dilakukan yaitu menentukan konsep desain mulai dari pengajuan proposal desain, konsep dan tema, serta vision statement yang diangkat. Pekerjaan perancangan tersebut dilakukan dalam waktu dua minggu. Kemudian dilanjutkan dengan penyerahan hasil kepada klien untuk koordinasi (meeting) agar mendapatkan revisi atau masukan dari klien. Selama berjalannya

Project Manager

Design

Landscape Arhitects

Graphis

(46)

proses revisi pada perancangan tahap pertama, tim desain tetap melanjutkan pekerjaan untuk tahap kedua sehingga ketika tahap pertama selesai bisa langsung memberikan hasil pekerjaan tahap kedua. Sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dari jadwal yang telah ditentukan.

Biaya (budget)

Besarnya biaya yang harus dikeluarkan klien dalam proses perancangan tergantung pada besarnya tapak yang akan dirancang dan juga kesepakatan kontrak pekerjaan. Kontrak pekerjaan berkaitan dengan capaian yang diinginkan dalam suatu proyek perancangan. Setiap kontrak pekerjaan memiliki tahapan-tahapan dalam pembayarannya. Besaran biaya pembayaran yang dikeluarkan dari setiap tahapannya, berdasarkan dari lingkup pekerjaan yang disepakati. Pada proyek ini terdapat empat tahapan pekerjaan dengan nilai persentase sebesar tahap I 25%, tahap II 30%, tahap III 25%, dan tahap IV 20%.

Biaya perancangan MRMUK terbagi dalam empat tahapan pekerjaan yaitu, konsep desain, skematik desain, masterplan dan pengembangan desain. Biaya perencanaan pada tahap pertama sebesar Rp 70.000.000,00 yang meliputi pekerjaan proposal, vision statement, dan konsep desain. Nilai tersebut muncul berdasarkan persentase tahap I sebesar 20% dari total biaya perancangan. Pada proses perancangan MRMUK pernah berhenti untuk beberapa waktu. Hal tersebut dikarenakan ada keterlambatan dari pihak klien dalam membayar kontrak pada tahapan sebelumnya sehingga perusahaan tidak melanjukan pekerjaan pada tahap selanjutnya.

Partisipasi Mahasiswa

Selama melaksanakan kegiatan magang, mahasiswa turut aktif berpatisipasi dalam beberapa pekerjaan seperti membuat konsep vertical garden, membuat dokumen rencana kerja dan syarat (RKS), membuat konsep water feature dan lain-lain. Mahasiswa juga sering terlibat dalam pembuatan berbagai 3D animasi seperti pembuatan bike rack, vertical garden, gerbang cluster, masterplan, dan 3D animasi lainnya.

Selain itu, mahasiswa juga dipercaya dalam penentuan jenis tanaman yang digunakan dalam beberapa proyek perancangan. Diskusi dengan mahasiswa sering dilakukan dalam penentuan jenis tanaman yang sesuai dan tepat karakteristiknya dengan tapak. Hal tersebut menjadi tantangan sendiri bagi mahasiswa untuk lebih banyak membaca dan menghapal berbagai jenis tanaman lanskap.

Gambar 24 salah satu pekerjaan yang dilakukan mahasiswa ketika magang, yaitu mengganti jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi dan mudah ditemukan di Indonesia. Jenis tanaman yang diberikan pihak konsultan Jepang masih tidak sesuai dengan kondisi dan sulit ditemukan. Oleh karena itu, perlu adanya penyesuaian dengan kondisi d Indonesia. Mahasiswa dipercaya untuk menentukan jenis tanaman yang akan diganti, akan tetapi karakteristik tanamannya harus tetap sesuai/mendekati dengan karakteristik tanaman yang diberikan pihak konsultan Jepang.

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pikir
Gambar 3 Proses Perancangan Putaran
Gambar 4 Mixed Use Development Concept
Gambar 5 Lokasi Proyek Residensial Mixed Use Karawang
+7

Referensi

Dokumen terkait