• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Umum dan Ruang Lingkup Perusahaan

Mohammad Danisworo Associates (MDA) - dengan PT. Pandega Desain Weharima / Perencanaan & Workshop Pengembangan (PDW) sebagai suatu badan usaha perencana dan konsultan desain yang mengkhususkan diri pada perencanaan strategis, perencanaan kota dan lingkungan, serta karya-karya arsitektur. Afiliasi PDW dengan konsultan profesional dari berbagai disiplin, khususnya desainer interior, struktur, mekanikal, dan konsultan listrik.

MDA dan PDW mengembangkan pengalaman yang signifikan dalam bekerja sama dengan badan-badan nasional, pemerintahan provinsi dan pelayanan publik, serta perusahaan swasta. Proyek meliputi rencana induk kota-kota baru, super blok dan real estate, desain/pedoman konservasi bersejarah dan revitalisasi, pedoman desain perkotaan, serta desain arsitektur multi lantai.

Mohammad Danisworo, Ir., M. Arch., MUP, PhD., Profesor Arsitektur dan Urban Design dari Departemen Arsitektur, Institut Teknologi Bandung (ITB). MDA mendirikan perusahaan pada tahun 1997. Danisworo aktif memimpin MDA dalam menjaga jaringan yang luas dan hubungan dengan perusahaan-perusahaan dan konsultan di Indonesia dan negara-negara lain, seperti Amerika Serikat, Singapura dan Australia. Didirikan pada tahun 1997, PDW telah melayani klien di seluruh dunia dari Dubai ke Vietnam, Medan ke Dili.

Struktur Organisasi Perusahaan

PDW Architects memiliki struktur organisasi untuk mengatur dan mengarahkan hubungan kerja perusahaannya. Struktur organisasi yang ada juga bertujuan untuk memberikan diferensiasi pekerjaan bagi para pekerjanya sesuai dengan keahlian masing-masing pekerja sehingga dapat meningkatkan kinerja dan

efesiensi kerja, serta produktivitas di dalam perusahaan. Terdapat tiga divisi dalam perusahaan ini, yaitu divisi urban design, arsitektur, dan manajemen.

Setiap divisi memiliki tugas dan spesifikasi masing-masing dalam melakukan pekerjaan. Divisi urban design dikhususkan dalam perancangan dan perencanaan masterplan kawasan atau kota-kota baru. Divisi arsitektur dibagi menjadi dua subdivisi yaitu divisi project dan divisi desain. Divisi project meliputi pekerjaan di bidang perencanaan dan perancangan dan tim ahli yang tergabung di dalam divisi ini memiliki peran dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan teknis yang berkaitan dengan proses perencanaan dan perancangan sesuai arahan manajer produksi. Dan divisi desain difokuskan pada perancangan arsitektural.

Divisi manajemen bertugas mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan administrasi perusahaan seperti urusan perpajakan yang menjadi kewajiban perusahaan, menyiapkan dan membuat kontrak proyek, membuat rancangan anggaran biaya (RAB), dan mengarsipkan dokumen-dokumen perusahaan. Selain itu, divisi ini juga bertugas mengelola kebutuhan studio proyek perusahaan, perekrutan tenaga kerja dengan proses seleksi, dan tim pendukung seperti drafter dan lain-lain. Struktur organinasi PDW Architects lebih jelasnya pada Gambar 7 di bawah ini

.

Gambar 7 Struktur Organisasi

Berdasarkan Gambar 7 di atas ini, divisi landscape berada di bawah divisi urban design dan posisi mahasiswa berada dibawah divisi landscape. Posisi landscape yang berada di bawah urban design sangat mempengaruhi pada pekerjaan lanskap. Pekerjaan lanskap ditempatkan hanya sebagai pengisi atau pelengkap. Konsep dan desain sepenuhnya dilakukan oleh divisi urban design. Divisi urban design dipimpin seorang kepala bagian dan divisi landscape dipimpin seorang project manager. Dan selama kegiatan magang di PDW Architects, mahasiswa mendapat bimbingan dan arahan dari Project Manager landscape .

Penerimaan Proyek

Proyek yang ditangani oleh PDW Architects mengenai perencanaan dan perancangan lanskap diperoleh melalui tiga cara, yaitu:

1. Penunjukan langsung dari klien

Direksi

Urban Design Arsitektur Manajemen

Beberapa proyek yang telah ditangani oleh PDW Architects merupakan proyek yang langsung diberikan oleh klien tanpa pengajuan penawaran dari pihak perusahaan. Klien yang dimaksud merupakan klien baru maupun klien yang telah mempercayakan proyeknya pada PDW Architects.

2. Kerjasama dengan lembaga

PDW Architects juga melakukan kerjasama dengan berbagai lembaga baik lembaga swasta maupun lembaga pemerintahan dalam mendapatkan proyek. Dinas pemerintahan yang dimaksud contohnya Dinas Pertamanan dan Pemakaman, Dinas Kehutanan dan lainnya di beberapa daerah di Indonesia, sedangkan pihak swasta adalah perusahaan-perusahaan atau kantor non pemerintah.

3. Mengajukan penawaran (tender) pada pihak-pihak tertentu

Pengajuan penawaran yang dilakukan oleh PDW Architects kepada penyelengara proyek merupakan rancangan proyek yang akan dilaksanakan beserta dengan rencana kerja dan syarat (RKS) dan rancangan anggaran biaya (RAB). Penyerahan proyek kepada PDW Architects sebagai pemenang tender dilakukan melalui proses penilaian kesesuaian dengan nilai proyek danberdasarkan penilaian-penilaian teknis lainnya.

Tahapan Proses Perancangan Perusahaan

PDW Architects memiliki standar proses penanganan dan pengerjaan proyek lanskap khususnya proyek perancangan lanskap. Standar proses yang telah ditetapkan oleh PDW Architects meliputi kegiatan tahap persiapan, tahap inventarisasi dan analisis, tahap skematik desain, tahap pengembangan desain, dan tahap pembuatan gambar kerja. Pengembangan selanjutnya dapat muncul pada masing-masing tahapan proyek berdasarkan kebutuhan klien dan kondisi lapang. Pengembangan tersebut sering kali membutuhkan waktu yang lebih lama sehinga dapat menyebabkan bergesernya perubahan jadwal target yang ditentukan.

Tahapan kerja yang dilakukan oleh PDW Architets dalam perancangan lanskap adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan (Inception), diawali penyusunan proposal dan penawaran rancangan proyek, serta pertemuan dengan klien untuk kesepakatan dan penyerahan proyek.

2. Tahap Inventarisasi dan Analisis (Site Inventory and Analysis), meliputi kegiatan pengumpulan informasi dan data kondisi tapak, baik data primer ataupun data sekunder. Data yang diperoleh kemudian dianalisis guna mengidentifikasi potensi dan kendala tapak. Pada tahap ini dilakukan diskusi bersama di dalam perusahaan untuk menemukan solusi terbaik. 3. Tahap Skematik Desain (Schematic Design), meliputi penentuan ide secara

konseptual dan gambar ilustrasi. Penentuan tema untuk konsep dilakukan dengan mempertimbangkan keinginan dari klien.

4. Tahap Pengembangan Desain (Design Development), pembuatan gambar ilustrasi dilakukan untuk mendukung konsep yang telah dibuat guna membantu planning application dan gambar detil.

5. Tahap Pembuatan Gambar Kerja (Document Production), produk akhir berupa gambar kerja detil rancangan dan zonasi tapak, pembuatan gambar

teknis beserta penggunaan hardscape dan softscape, detil konstruksi, dan informasi lainnya.

Fasilitas dan Teknologi Perusahaan

PDW Architects memiliki fasilitas peralatan kerja yang lengkap dalam membantu pengerjaan proyek-proyek. Fasilitas berupa peralatan kerja yang digunakan perusahaan antara lain berupa perlengkapan sebagai berikut yaitu : alat gambar (marker, spidol, drawing pen, rapido dengan berbagai ukuran ketebalan, serta pensil dengan berbagai ukuran ketebalan), tracing paper dan kertas kalkir, kertas ukuran A3 dan A4, meja dan kursi kerja. Kegiatan studio PDW Architects juga didukung dengan berbagai perangkat lunak (software) dan aplikasi berikut ini pada Tabel 3.

Tabel 3 Fasilitas dan Teknologi Perusahaan

No Sofware yang digunakan Kegunaaan 1 AutoCad 2013, 2014 CAD Drawing

2 Google Sketch up 2015 3D Rendering Animasi 3 Adobe Photoshop CS6 3D Rendering

4 3D Studio Max 2015 Animasi dan 3D Rendering

5 MS. Office 2010 Presentasi kepada klien, daftar RAB dan lain-lainnya

6 Google Earth Mengetahui bentuk tapak sebelum kunjungan lapang dan mengetahui lokasi proyek

Produk-produk yang dihasilkan perusahaan berkualitas baik dengan memanfaatkan teknologi dan fasilitas tersebut. Setiap fasilitas yang dimiliki perusahaan tetap dijaga dengan baik dan terus ditingkatkan dengan sistem upgrade. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja perusahaan.

Proyek Perancangan Masterplan Residensial Mixed Use Karawang Deskripsi Proyek

Proyek desain masterplan Karawang merupakan pekerjaan desain masterplan pada suatu kawasan baru. Rencana pembangunan masterplan Karawang adalah sebuah integrated residential complex yang terdiri dari berbagai penggunaan seperti residensial area (cluster dan fasilitas club house), komersial area (hotel, apartemen, mall, ritel). Setiap area tersebut dirancang terhubung antara satu penggunaan dengan penggunaan lainnya untuk mempermudah penghuni memenuhi kebutuhannya tanpa perlu keluar dari kawasan tersebut. Selain itu, kawasan ini memiliki area hijau yang dirancang sebagai area rekreasi bagi penghuninya dengan menciptakan taman, jogging track, outdoor gym dan lain-lain.

Keseluruhan pengerjaaan proyek masterplan karawang dikerjakan dalam bentuk tim yang terdiri dari berbagai profesi yang dipimpin oleh seorang project manager sebagai pimpinan proyek secara keseluruhan, sedangkan divisi perancangan proyek ini dipimpin oleh seorang arsitek. Proses perancangan tersebut juga melibatkan divisi landscape sehingga memerlukan koordinasi dalam proses pengerjaannya.

Tujuan Perancangan

Menurut Simonds (2006), suatu perancangan arsitektural, arsitek lanskap dan teknik harus memiliki pemahaman yang jelas atas apa yang telah dirancang dan akan dirancang serta tujuan yang jelas. Hal tersebut dapat mempengaruhi keberlanjutan suatu desain. Tujuan dari proyek masterplan Karawang adalah untuk menciptakan suatu konsep kawasan residensial terpadu yang memiliki berbagai zonasi penggunaan yang terhubung satu sama lainnya.

Konsep ini dirancang agar penghuninya dapat mengakses semua zonasi penggunaan dengan berjalan kaki sehingga dapat mengurangi konsumsi energi yang berlebihan, selain itu penghuni juga tidak perlu keluar dari kawasan untuk memenuhi kebutuhannya karena semua sudah tersedia di dalam kawasan tersebut. Proses Perancangan Masterplan Residensial Mixed Use Karawang

Dalam perancangan proyek, perusahaaan PDW Architects mengikuti mekanisme tahap perancangan pada umumnya yang sama dengan perusahaan lainnya. Pada Gambar 8 disajikan dalam bentuk diagram proses perancangan proyek pada perusahaan PDW Architects.

Gambar 8 Diagram Proses Perancangan (Sumber: PDW Architects, 2015)

Menurut Hakim (2006), pada dasarnya yang dimaksud proses perancangan adalah tools, alat atau suatu proses yang membantu kita dalam menyelesaikan problematika rancangan yang tersedia. Berbagai cara dapat dilakukan dalam proses perancangan tergantung pendekatannya. Setiap proses perancangan dimulai dengan gagasan awal dan diakhiri dengan tujuan/sasaran yang diinginkan. Pada proses perancangan juga dibutuhkan perumusan tujuan/sasaran termasuk didalamnya faktor waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan rancangan.

Dalam garis besar ada dua proses perancangan, yakni sistem linier dan sistem putaran (Hakim, 2006). Sistem linier banyak digunakan pada proses untuk menyelesaikan masalah desain dengan sasaran akhir menghasikan sebuah keputusan final. PDW Architects juga menggunakan proses perancangan sistem linier dengan sedikit modifikasi pada proses dan penyelesaian desain. Pada proses

penyelesaian akhir desain tidak hanya menghasilkan sebuah keputusan desain tetapi juga ditambahkan dengan pembuatan documentation production. Documentation production berisi panduan dalam pelaksanaan proyek seperti gambar detail, gambar konstruksi dan lain-lain.

a. Tahapan Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal suatu proyek, berbagai persiapan yang berhubungan dengan teknis dan urusan administrasi proyek. Estimasi waktu penyelesaian proyek, penyelesaian gambar sampai final produk hasil perancangan dibicarakan pada tahap ini dengan tujuan agar kedua belah pihak, yaitu klien dan perusahaan tidak terjadi kerugian dan kesalahpahaman pada pelaksanaan proyek. Berikut peta dasar yang dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Peta Dasar Sumber: PDW Architects, 2015

Pada pertemuan pertama klien menyampaikan pada pimpinan perusahaan dalam pertemuan mengenai keinginannya pada kawasan yang akan dirancang. Klien menjelaskan tujuan dari pembangunan residensial mixed use Karawang yaitu menciptakan integrated residential complex yang terdiri dari beberapa penggunaan seperti area komersial dan area residensial. Pada tahap ini pimpinan perusahaan mendapatkan peta dasar,. peta dasar tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk dapat melanjutkan ke tahap perancangan masterplan residensial mixed use Karawang berikutnya.

Menurut Booth (1983), tahapan desain yang pertama adalah project acceptance yang merupakan tahap usulan proyek telah diterima dan disetujui oleh kedua belah pihak. Proses penerimaan proyek ini dilakukan dengan proses tender. Proposal desain diajukan kepada pihak klien untuk ditentukan pemenang tender berdasarkan proposal desain yang diajukan. Pada pertemuan pertama klien menjelaskan keinginannya kepada pimpinan perusahaan, kemudian terjadi kesepakatan diantara kedua belah pihak. Penting sekali untuk memberikan perhatian yang lebih dalam menyimak keinginan dan harapan klien mengenai proyek yang akan dikerjakan. Komunikasi dan cara presentasi juga penting pada tahap ini, hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman pada tahap selanjutnya. Komunikasi yang baik dari pihak perusahaan dalam hal ini pimpinan perusahaan dan juga staf menjadi kunci keberhasilan pada tahap persiapan ini. Kemudian pihak perusahaan mempersiapkan usulan kegiatan yang lebih rinci yang mencakup pelayanan, bentuk produk dan biaya. Jika klien setuju maka kedua belah pihak menandatangani kontrak kerja.

b. Tahap Inventarisasi

Proyek masterplan mixed use karawang berlokasi di Karawang Timur yang memiliki luas total keseluruhan sekitar 36 ha (33 ha total area dan 3 ha tanah kas desa). Lokasi proyek yang berada di daerah Karawang, maka secara umum tapak memiliki iklim tropis dengan suhu udara yang cukup panas. Sebelum tahap perancangan yang dilakukan oleh arsitek, kondisi eksisting tapak merupakan lahan yang masih kosong. Kondisi topografi berdasarkan hasil inventarisasi merupakan area yang relatif datar karena berada di dataran rendah.

Inventarisasi tapak dilakukan setelah proses kontrak pekerjaan selesai. Pada tahapan sebelumnya, klien telah memberikan data-data yang berkaitan dengan tapak. Kemudian proses inventarisasi pada tapak dilakukan untuk ground check berdasarkan data-data yang telah diberikan oleh klien. Kegiatan inventarisasi pada tapak dilakukan dengan mengambil foto-foto didalam dan sekitar tapak. Selain itu, dilakukan pencatatan data dari lapangan yang masih belum diberikan oleh klien. Semua data-data yang masih kurang diberikan ketika meeting atau koordinasi dengan semua konsultan terkait.

Gambar 10 Konten Inventarisasi

Tahap inventarisasi tapak yang dilakukan perusahaan dilihat dari berbagai sudut pandang, mulai dari konteks regional, regional kompetitor,

kondisi eksisting, site constraint, dan site opportunity. Konten inventariasi tersebut dapat disesuaikan dengan jenis proyek yang dikerjakan. Proyek MRMUK merupakan proyek residensial yang memerlukan strategi pemasaran sehingga dalam inventarisasi perlu diperhatikan keberadaan residensial disekitarnya dan daerah-daerah yang mempengaruhi tapak. Gambar 10 di bawah ini merupakan konten dari tahapan inventarisasi tapak.

Pada konteks regional, posisi lokasi tapak dihubungkan dengan daerah-daerah dan akses-akses penting yang mendukung keberadaan tapak tersebut. Selain itu, transportasi juga menjadi perhatian penting untuk mempermudah aksesibilitas, baik transportasi yang telah ada maupun rencana pembangunan trasnportasi yang akan dilakukan. Berdasarkan inventarisasi yang dilakukan, lokasi proyek didukung dengan akses-akses transportasi yang memudahkan untuk meuju lokasi proyek seperti kereta api dan jalan tol Jakarta outer ring road. Dengan hal tersebut dapat memudahkan penghuninya untuk mengakses kota-kota yang ada disekitarnya. Sehingga keberadaan lokasi proyek yang terletak di Karawang (kota satelit sekitar Jakarta) tidak menjadi hambatan/terpisah dengan kota satelit lainnya. Konteks secara regional dapat dilihat pada Gambar 11 berikut.

Gambar 11 Regional Context (Sumber: PDW Architects, 2015)

Inventarisasi pada regional kompetitor juga perlu diperhatikan, karena sangat mempengaruhi dalam perancangan masterplan residensial mixed use Karawang untuk menentukan kelebihan-kelebihan yang dimiliki dari kompetitor yang berada disekitanya. Perancangan masterplan dengan beberapa kelebihan dibandingkan dengan kompetitor regionalnya dapat lebih meyakinkan klien bahwa kawasan yang akan dikembangkan cukup potensial dibandingkan dengan yang lain. Pemilihan regional kompetitor

berdasarkan pada rekam jejak developer yang mengembangkan kawasan tersebut. Developer yang memiliki rekam jejak yang bagus dan telah terkenal dikalangan developer lainnya menjadi alasan kuat sebagai competitor. Berdasarkan hasil inventarisasi, regional competitor yang berada disekitar area residensial mixed use Karawang yaitu, Grand Wisata, Lippo Cikarang, Orange Country, Delta Mas, Jababeka, dan Kota Harapan Indah. Berikut regional competitor yang dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Regional Competitor (Sumber: PDW Architects. 2015)

Gambar 13 Kondisi Eksisting Tapak (Sumber: PDW Architects. 2015)

Kondisi eksisting tapak berada di daerah Karawang Timur memiliki identitas dengan daerah persawahan menjadikan tapak memiliki topografi yang relatif datar. Lokasi tapak yang akan dikembangkan masih berupa lahan kosong yang belum dimanfaatkan sehingga lebih mempermudah dalam pembangunannya karena tidak memerlukan biaya pembongkaran dan lain-lainnya. Berikut kondisi eksisting tapak yang dapat dilihat pada Gambar 13, 14, dan 15.

Gambar 14 Kondisi Eksisting Sisi Barat (Sumber: PDW Architects. 2015)

Gambar 15 Kondisi Eksisting Sisi Timur dan Selatan (Sumber: PDW Architects. 2015)

c. Tahap Analisis Tapak

Proses analisis tapak dilakukan dengan cara berdiskusi bersama tim untuk menyelesaikan masalah yang ada di tapak dan mendapatkan solusi terbaik. Secara umum kondisi eksisting tapak memiliki cuaca yang cukup panas, membuat rancangan pada tapak membutuhkan penambahan penanaman tanaman untuk meningkatkan kualitas iklim mikro. Peningkatan kualitas lingkungan dapat tercapai dengan banyaknya penggunaan tanaman pada tapak atau penanaman secara massal (mass planting). Selain itu, pada tahap inventarisasi tapak diketahui bahwa Karawang memiliki iklim yang tropis, maka masterplan residensial mixed use Karawang dibuat dengan desain yang berkesan tropis modern. Hal tersebut muncul setelah dilakukan diskusi bersama antara tim arsitek dan tim landscape.

Analisis mengenai batas-batas tapak dilakukan untuk mengetahui kendala atau potensi yang akan mempengaruhi tapak. Lokasi tapak berbatasan dengan sungai kecil di sisi barat dan berbatasan langsung dengan desa di sisi timurnya. Tapak tersebut juga dilalui akses jalan sekunder dari jalan utama sehingga mudah untuk mengakses tapak. Hasil analisis tersebut muncul berdasarkan hasil diskusi semua tim dengan project manager. Analisis yang telah dibuat oleh tim arsitek kemudian didiskusikan secara bersama-sama dengan tim landscape dan project manager. Diskusi bersama dilakukan untuk memperoleh masukan-masukan agar memperoleh hasil analisis yang tepat. Hal ini tentu saja sangat berbeda dengan cara analisis yang sering dilakukan mahasiswa di kampus. Cara analisis atau dengan kata analisis secara cepat tersebut dilakukan untuk efisiensi waktu agar target yang telah ditentukan dapat dicapai sesuai dengan jadwal. Berikut gambar analisis pembatas dari tapak yang dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16 Site Constraint (Sumber: PDW Architects. 2015)

Kendala pada tapak tersebut diantaranya adalah bagian depan tapak yang hanya memiliki lebar 210 meter, sedangkan di sisi kanan dan kirinya tidak termasuk kawasan sehingga bagian depan kawasan terlihat kecil. Kemudian kendala selanjutnya, tapak memiliki single access dari jalan utama. Selain itu, bentukan dari tapak yang irregular sehingga terdapat area-area yang kurang termanfaatkan dengan baik. Dan juga tapak tersebut berbatasan langsung dengan desa-desa yang berada disekitar tapak. Hal ini menjadi kendala bagi tapak karena area yang berbatasan dengan desa merupakan area cluster pemukiman yang memiliki privasi tinggi.

Berdasarkan hasil analisis, orientasi matahari pada tapak cukup bagus karena arah utara dan selatan melintang sepanjang tapak. Hal ini cukup bagus untuk area residensial karena orientasi rumah tidak menghadap atau membelakangi matahari sehingga rumah tidak terkena matahari secara langsung. Tapak ini juga memiliki area Tanah Kas Desa (TKD) yang dapat meningkatkan suasana alami bagi tapak karena area tersebut sebagai area hijau (unbuild) Lokasi tapak yang berdekatan dengan jalan utama menjadi potensi tersendiri terutama sangat cocok untuk area komersial karena kemudahan aksesnya. Berikut gambar analisis potensi dan kendala yang dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17 Site Opportunity (Sumber: PDW Architects. 2015) d. Tahap Skematik Desain

Pada tahan ini mulai ditentukan ide secara konseptual dan menggunakan gambar-gambar ilustrasi. Penentuan tema untuk konsep dilakukan dengan mempertimbangkan keinginan dari klien. Koordinasi dan komunikasi yang intens dalam setiap meeting antara perusahaan dan klien menjadi landasan dalam menentukan tema konsep. Keinginan klien pada kawasan ini adalah menghadirkan nuansa yang alami dengan menempatkan area-area hijau pada semua area kawasan dan juga

mengangkat budaya lokal sebagai identitas kawasan. Semua keinginan tersebut disesuaikan kembali dengan kondisi eksisting kawasan, sehingga konsep yang diangkat untuk perancangan kawasan ini merupakan perpaduan antara nature, history dan community (Gamabr 18). Daerah Karawang sangat identik dengan ketiga hal tersebut sehingga dapat menjadi sebuah identitas yang kuat bagi suatu kawasan. Oleh karena itu, penentuan konsep ini dapat menjadi nilai lebih bagi kawasan tersebut.

Berikut beberapa referensi yang dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 18 Vision Statement

Gambar 19 Concept Reference

Karawang secara topografi dibagi menjadi beberapa area yaitu area pegunungan di selatan, area datar di tengah, dan lautan di utara. Karawang juga memiliki banyak daerah alami yang indah seperti air terjun, persawahan, danau dan lainnya. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar mata pencaharian masyarakat berupa petani, nelayan, dan juga pada sektor wisata. Konsep yang dapat dihadirkan pada perancangan masterplan berdasarkan fakta tersebut berupa

wisata alam pada area hijau kawasan, restoran dengan latar belakang persawahan, dan lain-lainnya. Pada proses ini juga ditentukan konsep mixed use development yang terdapat pada tapak. Berdasarkan literatur, tapak ini menggunakan konsep mixed site yang mana didalam satu site terdapat beberapa zonasi. Pembagian beberapa zonasi penggunaan ini juga didukung dengan perancangan lanskap yang menghubungkan semua zonasi tersebut, sehingga pengguna dapat mengakses dengan mudah zonasi-zonasi tersebut. Lanskap dirancang dengan membentuk koridor-koridor yang menghubungkan semua zonasi.

Analisis Manajemen Proses Perancangan Lanskap Perkotaan

Manajemen Proses perancangan lanskap perkotaan di PDW Architects memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dalam menghasilkan sebuah produk, sehingga perlu adanya strategi yang tepat untuk lebih meningkatkan kualitas produk. Analisis SWOT merupakan salatu satu tools untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2008). Dengan menggunakan pendekatan tersebut dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen dalam proses perancangan

Dokumen terkait