• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Ulang Taman Ade Irma Suryani Nasution sebagai Objek Rekreasi di Kota Cirebon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Ulang Taman Ade Irma Suryani Nasution sebagai Objek Rekreasi di Kota Cirebon"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN ULANG TAMAN ADE IRMA SURYANI NASUTION

SEBAGAI OBJEK REKREASI DI KOTA CIREBON

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Ulang Taman Ade Irma Suryani Nasution sebagai Objek Rekreasi di Kota Cirebon adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

KUKUH AMALIYANTI. Perencanaan Ulang Taman Ade Irma Suryani Nasution sebagai Objek Rekreasi Di Kota Cirebon. Dibimbing oleh AFRA DN MAKALEW.

Kota Cirebon merupakan kota dengan luas lautan yang lebih banyak dibandingkan dengan luas daratannya. Sesuai dengan RTRW Kota Cirebon, beberapa titik pantai di Kota Cirebon dicanangkan untuk dijadikan sebagai kawasan wisata. Salah satunya adalah Taman Ade Irma Suryani Nasution (TAISN). Saat ini keadaannya sangat memprihatinkan karena kurangnya perhatian dari Pemerintah Kota Cirebon, oleh karena itu diperlukan perencanaan kembali tapak TAISN. Tahapan penelitian yang dilakukan mengacu pada tahapan penelitian dari Gold (1980) yang meliputi tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, konsep dan perencanaan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu perencanaan di TAISN dengan melihat potensi dan kendala yang ada kemudian membuat konsep untuk mengembangkannya sebagai suatu tempat rekreasi pesisir. Analisis spasial dan deskriptif digunakan dalam menganalisis semua data. Dari hasil analisis didapatkan 3 zona kesesuaian yaitu; sesuai, cukup dan tidak sesuai untuk dikembangkan menjadi area rekreasi. Konsep dasar dari penelitian ini adalah mengembangkan TAISN dengan konsep rekreasi dan edukasi. Hasil akhir dari penelitian ini adalah gambar rencana tapak dari TAISN yang mencakup pembagian ruang, sirkulasi, aktifitas dan fasilitas serta ilustrasi.

Kata Kunci : Kota Cirebon, Perencanaan, Rekreasi, Taman Ade Irma Suryani Nasution (TAISN)

ABSTRACT

KUKUH AMALIYANTI. Site Replanning of Ade Irma Suryani Nasution Park as Recreation Object in Cirebon City. Supervised by AFRA DN MAKALEW.

Cirebon is a city which has ocean area larger than its land. According to

local government’s plan (RTRW) some point of beach in Cirebon are supposed to

be a tourism area. One of them is Ade Irma Suryani Nasution Park (TAISN). The existence of this park is very neglected due to the lack of local government and citizens maintainance as a tourism object in Cirebon. Therefore it is needed a recreation planning of TAISN. This study follows the stages of rekreation planning process by Gold (1980) which include preparation, analysis, synthesis, consept and planning process. Spatial and descriptive analysis were used to analyze data. The results found 3 zones which are suitable, suitable enough and not suitable to be developed into recreation area. Basic concept of this study is to develope recreation-education concept in TAISN which include of space, circulation, activity and fasility. As the final result of this study is recreation planning for tourism object of TAISN .

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

penulisan kritik, atau tujuan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

PERENCANAAN ULANG TAMAN ADE IRMA SURYANI NASUTION SEBAGAI OBJEK REKREASI DI KOTA CIREBON

KUKUH AMALIYANTI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

(8)
(9)

Judul Skripsi : Perencanaan Ulang Taman Ade Irma Suryani Nasution sebagai Objek Rekreasi di Kota Cirebon

Nama : Kukuh Amaliyanti NIM : A44100054

Disetujui oleh

Dr Ir Afra DN Makalew, M.Sc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, M.Agr Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah perencanaan lanskap, dengan judul Perencanaan Ulang Taman Ade Irma Suryani Nasution sebagai Objek Rekreasi di Kota Cirebon.

Penyelesaian penelitian dan penulisan karya ilmiah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr Ir Afra DN Makalew selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membina dan membantu dengan penuh kesabaran. Dr Ir Tati Budiarti M.Si dan Fitriyah Nurul H. Utami, ST. MT selaku dosen penguji serts Dr Ir Nurhayati selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan nasehat yang sangat berarti, Bapak, Ibu, Dina, Hilmi, Mr. Cee dan Yulita, teman seperjuangan Iffah, Sai, Dilfan, dan Bagus serta teman-teman Lanskap 47 dan ARL angkatan 45, 46, 48 atas doa serta dukungan selama ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. BMKG Pusat dan DKP3 Kota Cirebon atas data yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini belum sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan. Semoga penelitian ini bisa memberikan manfaat untuk pihak-pihak yang membutuhkan.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

Kerangka Pikir 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Rekreasi 3

Lanskap Pesisir dan Pantai 3

Perencanaan Lanskap Pesisir 4

METODOLOGI 5

Lokasi dan Waktu Penelitian 5

Batasan Penelitian 6

Alat dan Bahan 6

Metode 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Data dan Analisis 11

Sintesis 32

Konsep 34

Perencanaan Lanskap 39

SIMPULAN DAN SARAN 51

Simpulan 51

Saran 51

DAFTAR PUSTAKA 52

(14)

DAFTAR TABEL

1 Bentuk dan jenis data 7

2 Kriteria analisis data 9

3 Kriteria kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi pesisir 9

4 Jenis wisata di Kota Cirebon 12

5 Vegatasi di tapak 23

6 Kriteria kawasan wisata rekreasi 26

7 Analisis dan sintesis 33

8 Pembagian zona pada rencana blok 34

9 Rrencana aktivitas 38

10 Konsep fasilitas 39

11 Alokasi ruang 39

12 Rencana aktivitas dan fasilitas 42

13 Rencana vegetasi di tiap ruang 42

(15)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian 2

2 Lokasi penelitian 5

3 Tahapan penelitian (modifikasi Gold 1980) 7

4 Orientasi Kota Cirebon 11

5 Kondisi eksisting tapak 14

6 Peta eksisting tapak 15

7 Peta Tata guna lahan sekitar tapak 16

8 Peta topografi TAISN Kota Cirebon 17

9 Peta analisis kemiringan lereng 18

10 Kesesuaian lahan untuk rekreasi tepi pantai 19

11 Kolam yang ada di tapak 20

12 Aliran air yang langsung menuju laut 21

13 Grafik suhu rata-rata Kecamatan Lemahwungkuk 21

14 Kanopi untuk memodifikasi iklim mikro 22

15 Pengaruh vegetasi terhadap perubahan suhu 22

16 Peta analisis visual 24

17 Peta penutupan lahan 25

18 Fasilitas pendukung yang diinginkan pengunjung 28 19 Beberapa fasilitas yang ada di TAISN 1. Rumah makan 28

20 Aksesibilitas menuju tapak 29

21 Karakteristik pengunjung berdasarkan usia 30

22 Daerah asal pengunjung 30

23 Karakteristik pengunjung berdasarkan frekuensi kedatangan 30 24 Karakteristik pengunjung berdasarkan tujuan datang ke tapak 31

25 Persepsi pengunjung terhadap TAISN 32

26 Peta komposit 35

27 Rencana blok 36

28 Diagram konsep ruang 37

29 Diagram Konsep sirkulasi dalam tapak 37

30 Rencana ruang 40

31 Rencana tapak 45

32 Ilustrasi 1 48

33 Ilustrasi 2 49

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisioner penelitian 57

2 Peta tata guna lahan Kecamatan Lemahwungkuk 59

3 Tabel Rencana zona dan subzona pada kawasan pemanfaatan umum Kota

Cirebon 60

4 Karakteristik Sungai-Sungai di Satuan Wilayah Sungai

Cimanuk-Cisanggarung 61

5 Temperatur rata-rata Kota Cirebon 61

6 Kelembapan rata-rata Kota Cirebon 61

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kota Cirebon merupakan daerah dataran rendah dengan garis pantai memanjang dari utara hingga selatan sekitar 7 km. Perkembangan wilayahnya yang semakin pesat membuat rutinitas sehari-hari masyarakatnya semakin padat. Peningkatan kesibukan dan kejenuhan masyarakat terhadap rutinitasnya, mendorong keinginan untuk melakukan aktivitas diluar kebiasaan semakin meningkat. Salah satu aktivitas yang mampu mengurangi tingkat kejenuhan ialah dengan melakukan rekreasi. Menurut Avenzora (2008) rekreasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan di waktu luang dengan tujuan kembali kreatif.

Kota Cirebon memiliki garis pantai yang cukup panjang sehingga memiliki beberapa lokasi yang sering dijadikan sebagai tempat untuk berwisata maupun berekreasi di tepi pantainya. Diantaranya adalah Pantai Pelabuhan Pelelangan Ikan Kejawanan dan TAISN. Potensi pesisir yang dimiliki Cirebon belum begitu dikembangkan terutama untuk kegiatan pariwisata. Terlebih lagi potensi yang ada di TAISN. Taman ini awalnya merupakan tempat hiburan dan rekreasi yang menyediakan fasilitas bermain untuk anak-anak, wisata pantai dan sarana pendukung lainnya. Selain berfungsi sebagai sarana rekreasi, taman ini pun berfungsi sebagai ruang terbuka hijau di Kota Cirebon.

Luas TAISN adalah sekitar 2.7 hektar dan terletak berdekatan dengan pelabuhan II Kota Cirebon dan untuk proses perencanaan kawasan rekreasi luas yang digunakan adalah kurang lebih 7 hektar dengan penambahan lahan milik pemerintah kota yang berada disamping tapak, hal ini juga sesuai dengan rencana dari pemerintah Kota Cirebon. Kondisinya saat ini terbengkalai karena kurangnya perhatian dari pemerintah kota bahkan cenderung tanpa ada perencanaan dan penataan yang memadai. TAISN sangat berpotensi untuk dikembangkan, karena bukan hanya potensinya yang banyak tapi juga karena taman ini sudah dikenal oleh banyak orang, tidak hanya oleh masyarakat Kota Cirebon tapi juga oleh masyarakat dari luar Kota Cirebon.

Dalam rencana pengembangan pariwisata Kota Cirebon, pemerintah kota berencana untuk membuat Taman Ade Irma Suryani sebagai objek wisata rekreasi pantai yang memanfaatkan potensi pemandangan langsung ke laut lepas. Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan perencanaan lanskap dari TAISN untuk dikembangkan sebagai objek wisata rekreasi di Kota Cirebon.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat suatu perencanaan di TAISN dengan melihat potensi dan kendala yang ada kemudian membuat konsep untuk mengembangkannya sebagai suatu tempat rekreasi bagi masyarakat Kota Cirebon dan sekitarnya melalui penataan ruang, sirkulasi, aktivitas dan fasilitas.

Manfaat Penelitian

(18)

dokumen tertulis mengenai TAISN yang bermanfaat, baik bagi masyarakat Kota Cirebon maupun masyarakat disekitarnya

Kerangka Pikir

TAISN sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai area rekreasi untuk sedikit menghilangkan kepenatan masyarakat Kota Cirebon dari rutinitas dan aktivitas sehari-hari. Untuk mengembangkan TAISN menjadi sebuah objek wisata rekreasi diperlukan suatu perencanaan yang dimulai dari tahap persiapan, mengidentifikasi aspek-aspek yang ada pada tapak, aspek sosial, aspek wisata serta aspek legal. Setiap aspek yang telah terkumpul kemudian dianalisis untuk menghasilkan zona kesesuaian pada tapak yang kemudian dikembangkan melalui konsep dasar dan konsep pengembangan yang hasil akhirnya adalah rencana tapak TAISN (Gambar 1).

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian Taman Ade Irma

Suryani Nasution Objek Wisata Rekreasi

Pesisir Kota Cirebon Potensi tapak belum

termaksimalkan

Aspek Biofisik Aspek Wisata Aspek Sosial

1. Tata guna lahan 2. Topografi 3. Iklim 4. Hidrologi 5. Vegetasi

1. Atraksi 2. Fasilitas dan

aktivitas 3. Aksesibilitas

1. Persepsi dan preferensi pengunjung

Aspek Legal

1. Peraturan Pemerintah

Zona kesesuaian pengembangan rekreasi

Konsep dasar dan pengembangan

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Rekreasi

Rekreasi merupakan kebutuhan rohani manusia yang harus terpenuhi untuk mengurangi kejenuhan disela-sela rutinitas dan aktivitas sehari-hari. Menurut Douglass (1982) rekreasi adalah suatu kegiatan yang menyenangkan dan konstruktif serta memberi tambahan pengetahuan dan pengalaman mental maupun fisik.

Secara harfiah, rekreasi berasal dari bahasa inggris yaitu recreation yang terdiri dari 2 suku kata, re yang berarti kembali dan creation yang berarti menciptakan/ menemukan sesuatu yang baru. Menurut Avenzora (2008) rekreasi merupakan sebuah aktivitas yang dilakukan pada waktu luang dengan tujuan untuk kembali kreatif.

Kegiatan rekreasi merupakan kegiatan yang bersifat sementara dan dilakukan dengan senang hati oleh pelakunya diluar rutinitasnya yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan dan tidak untuk mencari nafkah. Kegiatan rekreasi bisa dilakukan di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor). Kegiatan rekreasi yang termasuk rekreasi outdoor salah satunya adalah rekreasi perairan atau rekreasi tirta yang bisa dilakukan di laut, sungai, danau, rawa, dan waduk (UU No 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan).

Lanskap Pesisir dan Pantai

Lanskap pesisir adalah daerah pantai yang mendapat pengaruh dari lingkungan daratan maupun lingkungan lautan. Menurut UU No 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir, wilayah pesisir merupakan suatu wilayah antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang memiliki karakteristik yang sangat unik, baik dari segi kondisi lingkungan maupun jenis sumber dayanya, atau suatu kawasan tempat berinteraksinya ekosistem darat dan laut, di mana batas ke arah darat dianggap daerah aliran sungai sepanjang dipengaruhi dan mempengaruhi ekosistem laut dan ke arah laut sejauh 12 mil dari garis pantai yang merupakan wilayah kewenangan provinsi dan sepertiga dari kewenangan provinsi tersebut adalah milik kabupaten/kota.

(20)

Perencanaan Lanskap Pesisir

Perencanaan lanskap adalah salah satu bentuk produk utama dalam kegiatan arsitektur lanskap. Secara praktik dinyatakan bahwa kegiatan perencanaan suatu lanskap adalah suatu proses pemikiran dari suatu ide, gagasan atau konsep ke arah suatu bentuk lanskap atau bentang alam yang nyata. (Nurisjah dan Pramukanto 2008).

Proses perencanaan lanskap menurut Simonds dan Starke (2006) merupakan suatu alat yang sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan dan cara terbaik untuk mencapai keadaan tersebut. Perencanaan lanskap untuk area rekreasi maupun wisata bisa dikatakan sebagai perencanaan suatu bentuk program rekreasi yang sesuai dengan sumber daya lanskap yang tersedia (lanskap berbukit, pesisir dan perkampungan) untuk menjaga keindahan dan keunikan yang dimiliki dan meminimalkan kerusakan lingkungan akibat pembangunan.

(21)

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang Perencanaan Ulang TAISN sebagai Objek Rekreasi di Kota Cirebon dilakukan di Kecamatan Lemahwungkuk tepatnya di Jalan Yos Sudarso Kota Cirebon, Jawa Barat (Gambar 2). Area perencanaan ini memiliki luasan sekitar 7 hektar. Waktu dilakukannya pengambilan data untuk penelitian ini dimulai pada bulan Maret hingga Juni 2014.

Gambar 2 Lokasi penelitian Peta Jawa Barat

Peta Kota Cirebon

Sumber: map.google.com

(22)

Batasan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi perencanaan di TAISN untuk mendukung pengembangan kawasan TAISN. Hasil dari penelitian ini dibatasi hingga tahapan perencanaan tapak TAISN yang meliputi tata ruang tapak, jalur sirkulasi, aktivitas dan fasilitas yang berupa tulisan dan gambar rencana lanskap TAISN disertai dengan gambar perspektif.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Global Positioning System (GPS) Garmin 60Csx, kamera digital, lembar kuisioner, alat tulis, buku catatan, alat gambar dan software (AutoCad 2010, Adobe Photoshop CS5, Google Sketch up8, Microsoft Office Word 2007, Microsoft Office Excel 2007, Microsoft Office Power Point 2007). Bahan yang digunakan adalah peta dasar, literatur dan pustaka serta data sekunder.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui studi literatur, wawancara dan survei lapang. Tahapan penelitian yang digunakan mengacu pada tahapan perencanaan menurut Gold (1980) yaitu mulai dari tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, konsep dan perencanaan lanskap (Gambar 3). Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan pada penelitian ini adalah pengumpulan informasi awal tapak untuk menetapkan tujuan penelitian, dan metode yang akan digunakan serta pengurusan surat perijinan penelitian pada instansi pemerintah dan pihak-pihak terkait.

Inventarisasi

Tahap inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data dan informasi yang berhubungan dengan keadaan tapak. Data yang dikumpulan pada tahap ini berupa data primer yang didapat dari hasil wawancara dan pengamatan langsung pada tapak serta data sekunder yang didapat dari studi pustaka dan data yang didapat dari instansi terkait.

Data yang diambil pada tahap ini adalah data dari aspek biofisik, dan aspek wisata pada tapak serta aspek sosial yang didapat dari persepsi pengunjung dan pengelola. Data-data tersebut didapat dari survei langsung ke tapak, wawancara dan pengambilan dokumentasi. Untuk melengkapi data yang didapat, dilakukan pula studi pustaka dari buku acuan, peta dan dokumen dari instansi terkait (Tabel 1).

(23)

diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait seperti Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, budaya dan Pariwisata.

Gambar 3 Tahapan penelitian (modifikasi Gold 1980)

Data sekunder mengenai tapak didapat melalui instansi atau badan yang terkait serta studi pustaka yang didapat dari buku acuan, data informasi, peta dan dokumen dari berbagai instansi pemerintah. Data yang didapat tersebut diolah sebagai bahan analisis potensi dan kendala pada tahap berikutnya yaitu tahap analisis.

Tabel 1 Bentuk dan jenis data

No. Jenis Data Bentuk Data Cara Pengambilan

Data Sumber

I Biofisik

1 Tata Guna Lahan Spasial, deskriptif Studi pustaka BAPPEDA

2 Batas wilayah

perencanaan Spasial, deskriptif Studi pustaka, survei BAPPEDA

3 Topografi Spasial, deskriptif Studi pustaka, survei BAPPEDA,Tapak

4 Hidrologi Deskriptif Studi pustaka, survei PUSLITBANG

SDA

5 Vegetasi dan satwa Deskriptif, spasial,

Tabel Studi pustaka, survei BAPPEDA

6 Iklim Deskriptif Studi pustaka BAPPEDA

7 Visual Spasial Survei Tapak

II Rekreasi

(24)

Tabel 1 Bentuk dan jenis data (Lanjutan)

No. Jenis Data Bentuk Data Cara Pengambilan

Data Sumber

2 Sarana dan

prasarana

Tabular, Spasial,

deskriptif Survei, studi pustaka Dinas pariwisata

3 Aksesibilitas Spasial, deskriptif Survei, studi pustaka Dinas Perhubungan

4 Pengunjung Deskriptif, tabular Survei, studi pustaka Dinas pariwisata

5 Kebutuhan

pengelola Deskriptif Survei, studi pustaka

Dinas pariwisata, tapak

III Peraturan dan

kebijakan Deskriptif Studi pustaka Dinas pariwisata

Analisis

Analisis data dilakukan guna menentukan potensi dan kendala yang ada pada tapak, mengetahui karakter tapak untuk pengembangan tapak sebagai kawasan rekreasi. Metode yang digunakan ialah berupa analisis deskriptif dan spasial (Tabel 2). Analisis spasial dilakukan terhadap data fisik dan biofisik seperti kemiringan lahan, penutupan lahan, peta aktivitas pengunjung. Analisis ini dilakukan dengan metode overlay. Hasil overlay tersebut digunakan untuk membuat peta perencanaan.

Dalam analisis dilakukan skoring, untuk nilai skoring berkisar antara 1 sampai 3. Berdasarkan nilai tersebut maka penentuan untuk kesesuaian lahan pada tapak terbagi menjadi 3 yaitu, lahan dengan kelas yang sesuai nilainya 3, lahan dengan kelas yang cukup sesuai nilainya 2 dan untuk lahan yang kelasnya tidak sesuai nilainya 1. Analisis secara kuantitatif juga dilakukan untuk mengetahui daya dukung tapak yang akan dikembangkan sebagai kawasan rekreasi. Daya dukung suatu kawasan bisa diketahui berdasarkan kebutuhan standar rata-rata individu dalam m2/orang dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

DD= A/SxRf Keterangan:

DD : Daya dukung

A : Area yang digunakan pengunjung S : kebutuhan standar rata-rata individu Rf : Faktor rotasi

Analisis kuantitatif juga dilakukan untuk menentukan tingkat kenyamanan pengunjung di tapak dengan menghitung THI (Thermal Humadity Index) pada tapak. Nilai THI suatu area bisa diketahui dengan rumus sebagai berikut:

THI= 0,8T + (RHxT)/500 Keterangan:

T : Suhu rata-rata

RH : Kelembapan rata-rata

(25)

sampling, yaitu dengan menyebarkan kuisioner kepada pengunjung yang kebetulan ditemui, pengambilan sampel dilakukan pada 30 orang pengunjung.

Tabel 2 Kriteria analisis data

No. Jenis Data Variabel Kriteria Skor

I Biofisik

1 Tata Guna Lahan Kondisi tapak dengan penggunaan menurut RTRW

penggunaan menurut RTRW Deskriptif

3 Topografi Kesesuaian pengembangan

rekreasi

Sesuai 0-8% 3

Cukup sesuaia 8-15% 2 Tidak sesuai >15% 1

4 Hidrologi Ketersediaan air Deskriptif

5 Vegetasi dan satwa Jenis dan distribusi Deskriptif

6 Iklim Kenyamanan untuk aktivitas Deskriptif

II Rekreasi

1 Sarana dan

prasarana Jenis dan kondisi Deskriptif

2 Aksesibilitas Ketersediaan dan kondisi fisik Deskriptif

3 Pengunjung Persepsi dan preferensi Deskriptif

4 Kebutuhan

pengelola - Deskriptif

III Peraturan dan

kebijakan Peraturan terkait pengembangan Deskriptif

Dalam perencanaan lanskap yang dilakukan di wilayah pantai kategori rekreasi parameter yang paling penting yaitu kedalaman peraiaran. Kedalaman perairan untuk rekreasi pantai berkisar antara 0-3 meter, namun tidak menutup kemungkinan hingga kedalaman 5 meter. Hal tersebut dikarenakan aktivitas rekreasi pantai untuk bermain air aman dilakukan pada kedalaman kurang dari 3 meter (DKP3 Kota Cirebon 2013).

Tabel 3 Kriteria kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi pesisir

No. Parameter Sesuai Cukup sesuai Tidak sesuai

1 Kedalaman dasar laut (m) 0-5 5-10 -

2 Kecerahan perairan (%) >75 50<X<75 dan

25<X<50 <25

3 Material dasar perairan Pasir Karang berpasir; pasir

berlumpur Lumpur

4 Tipe pantai Berpasir Berpasir sedikit karang;

pasir berkarang

Lumpur, karang, mangrove

(26)

Tabel 3 Kriteria kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi pesisir (Lanjutan)

No. Parameter Sesuai Cukup sesuai Tidak sesuai

5 Penutupan lahan pantai Kelapa. Lahan terbuka

Semak belukar rendah, savana

Hutan bakau, pelabuhan, pemukiman

6 Kecepatan arus (m/dt) 0-0,17 >0,17-0,34 >0,51

7 Ketersediaan air tawar

(jarak/km) <0,5 >0,5-2 >2

Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Cirebon (DKP3 Kota Cirebon 2013)

Keterangan: Sesuai (skor: 3), Cukup sesuai (Skor: 2), Tidak sesuai (Skor: 1)

Sintesis

Sintesis merupakan tahap setelah proses analisis dilakukan terhadap data dan informasi yang didapat pada tahap inventarisasi. Hasil dari tahap sintesis adalah berupa rencana blok berdasarkan kesesuaian lahan untuk rekreasi. Area yang potensial dijadikan sebagai area-area yang bisa mengakomodasi keinginan dan kegiatan pengunjung. Selanjutnya ditentukan bentuk aktivitas serta fasilitas yang akan dikembangkan pada masing-masing areal aktivitas.

Konsep

Pada tahap ini ditentukan konsep dasar rencana lanskap rekreasi pesisir TAISN Kota Cirebon. Dari konsep dasar kemudian akan dikembangkan menjadi konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep vegetasi, konsep aktivitas dan fasilitas. Perencanaan

(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data dan Analisis

Kondosi Kota Cirebon

Letak Geografis dan Administratif

Kota Cirebon terletak di jalur Pantai Utara Jawa Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kota Cirebon terletak di 6o41’00’’-6o43’56’’ Lintang Selatan dan 108o34’57’’-108o55’00’’ Bujur Timur. Kota Cirebon memiliki luas sekitar 37.35 km2 atau sekitar 3 735.8 hektar dan merupakan daerah dataran rendah yang memiliki garis pantai sepanjang 7 km (Bappeda Kota Cirebon 2012).

Secara administratif pemerintahan, wilayah Kota Cirebon terbagi menjadi lima kecamatan yaitu, Kecamatan Kejaksan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kecamatan Kesambi, Kecamatan Pekalipan, dan Kecamatan Harjamukti. Kota Cirebon dibatasi wilayah Kabupaten Cirebon di sebelah Barat, Timur dan Selatan, serta Laut Jawa di sebelah utara (Gambar 4). Berdasarkan RTRW Kota Cirebon Tahun 2011-2031, lahan terbangun di Kota Cirebon sekitar 21 370 km2 dan lahan tidak terbangun sekitar 17 505 km2.

Gambar 4 Orientasi Kota Cirebon Topografi dan Tanah

Berdasarkan topografi yang dimilikinya, Kota Cirebon termasuk ke dalam dataran rendah dan hanya sebagian kecil di Kota Cirebon bagian Selatan yang termasuk dataran tinggi. Sebagian besar wilayah dataran rendah tersebut merupakan wilayah pesisir dengan ketinggian 0-6 mdpl. Wilayah pesisir Kota Cirebon mencakup 4 km ke laut lepas dari daratan.

(28)

Kondisi wilayah Kota Cirebon yang merupakan daerah dataran rendah, secara keseluruhan cukup baik untuk pengembangan kawasan seperti pembangunan infrastruktur kota, fasilitas umum dan perumahan. Menurut Dinas Kelautan Kota Cirebon, jenis tanah di wilayah pesisir Kota Cirebon adalah tanah yang berasal dari endapan lava dan piroklastik (pasir, lempung, tanah liat, tupa, breksi lumpur dan kerikil) hasil intrusi Gunung Ciremai.

Iklim dan Hidrologi

Kota Cirebon termasuk daerah tropis dengan suhu udara minimum rata-rata adalah 23.51oC dan maksimum rata-rata adalah 31.02oC. Jumlah curah hujan rata-rata pertahun sekitar 2 380 mm dengan jumlah hari hujan 148 hari. Musim penghujan biasanya terjadi antara bulan Desember sampai dengan Maret, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai Oktober.

Kota Cirebon memiliki 4 aliran sungai yang termasuk ke dalam satuan wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung (Lampiran 4). Ke empat sungai tersebut adalah sungai Kedung Pane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean dan Sungai Kalijaga. Sungai-sungai tersebut selain sebagai saluran pembuangan air juga berfungsi sebagai batas wilayah administratif Kota dan Kabupaten Cirebon.

Kondisi hidrologi wilayah pesisir meliputi air tanah dangkal, air tanah dalam, air permukaan dan air laut. Kedalaman air tanah dangkal di wilayah cirebon adalah sekitar lima sampai sepuluh meter sedangkan untuk air tanah dalam adalah lebih dari sepuluh meter dan mengalami intrusi air laut sehingga tidak bisa untuk kebutuhan air minum. Oleh karena itu, untuk keperluan air bersih dan air minum bersumber dari pasokan PDAM Kota Cirebon yang sumber mata airnya dari Kabupaten Kuningan.

Pesona dan Daya Tarik Wisata Kota Cirebon

Lokasi Kota Cirebon yang cukup strategis membuat Kota Cirebon memuliki banyak potensi dan daya tarik. Daya tarik di Kota Cirebon bisa digolongkan menjadi daya tarik wisata budaya, daya tarik wisata kuliner, daya tarik wisata religi dan daya tarik wisata pesisir.

Tabel 4 Jenis wisata di Kota Cirebon

No. Daya Tarik Golongan

1 Keraton Kasepuhan, Kanoman, Kaprabonan, Kacirebonan, Goa Sunyaragi, Stasiun

Kejaksan

Wisata Sejarah Budaya

2 Masjid agung Sang Cipta Rasa, Masjid Pejagrahan, Masjid Raya At Taqwa

Wisata Religi 3 Taman Ade Irma Suryani, Pantai Pelabuhan

Kejawanan

Wisata Pesisir 4 Mauludan, Nadran, Tari Topeng Wisata Budaya

Wilayah Pesisir Kota Cirebon

(29)

yaitu Kecamatan Lemahwungkuk dan Kecamatan Kejaksan. Pantai sepanjang Kota Cirebon hampir didominasi oleh pantai pasir berlumpur dan pelabuhan.

Saat ini pantai Kota Cirebon dalam kondisi memprihatinkan. Kekhasan wilayah pesisir, seperti ekosistem mangrove, terumbu karang dan lamun, sudah sulit ditemukan. Dari ketiga ekosistem tersebut hanya ekosistem mangrove yang masih bisa ditemukan dengan kondisi yang mengalami kerusakan. Hal ini terjadi karena kegiatan masyarakat yang menebangi pohon bakau, membuang sampah ke tepi pantai dan keadaan iklim yang terus berubah-ubah (DKP3 Kota Cirebon 2013).

Kota Cirebon sebagai kota pesisir memiliki potensi sumber daya alam hayati kelautan dan perikanan serta jasa-jasa lingkungan yang cukup banyak. Namun saat ini belum dikembangkan dengan optimal sebagaimana kota-kota pesisir lainnya yang telah lebih dahulu menerapkan konsep kota pesisir. Bahkan keadaan pesisir Kota Cirebon ekosistemnya (baik ekosistem laut maupun payau) mulai rusak karena pencemaran limbah industri dan rumah tangga yang menyebabkan daya dukung lingkungan menurun dan merugikan budidaya ikan, wisata bahari dan kualitas perairan. Kondisi ekosistem mangrove yang sangat memprihatinkan ini mendorong pemerintah untuk melakukan rehabilitasi kawasan pantai berpasir di Cirebon. Hal tersebut juga dilakukan karena ekosistem mangrove yang berkembang dengan baik bisa memberikan manfaat dan keuntungan yang besar, seperti mengurangi dampak abrasi, mendukung perkembangbiakan ikan air payau, penyangga fungsi kehidupan di wilayah pesisir.

Kondisi Awal Tapak

Sejarah TAISN Kota Cirebon

Taman rekreasi yang ada di Kota Cirebon ini awalnya bernama Taman Traffic Garden Cirebon, kemudian pada tahun 1966 berubah menjadi TAISN. Taman ini merupakan satu-satunya taman rekreasi dan taman bermain di Kota Cirebon. Taman Ade Irma Suryani berbatasan dengan pelabuhan Kota Cirebon.

Pengelola TAISN saat ini adalah Pemerintah Kota Cirebon. Sebelumnya pengelola TAISN sempat berganti beberapa kali. TAISN sempat dikelola oleh pihak Bhayangkara dari kepolisian dan juga pernah dikelola oleh pihak ketiga yaitu PT Citra Indah Loka. Setelah kontrak antara pihak pemerintah kota dan pengelola pihak ketiga habis, pengelolaan TAISN beralih kembali pada Pemerintah Kota Cirebon.

Setelah pengelolaan dikembalikan pada Pemerintah Kota Cirebon, keadaan TAISN semakin menjadi buruk. Kondisi tapak yang tidak terurus dan bahkan sekarang hanya merupakan lahan terbengkalai yang didominasi oleh semak belukar (Gambar 5) dan kadang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk memancing maupun menikmati pemandangan.

Deskripsi Umum Taman Ade Irma Suryani Nasution Kota Cirebon TAISN Kota Cirebon memiliki luas sekitar 2.7 hektar dan untuk perencanaan area rekreasi TAISN mengalami penambahan dari tanah Pemkot Cirebon menjadi sekitar 7 hektar. Batasan tapak yaitu:

(30)

1 2 3 4

8 7

6 5

9 10

Sebelah Timur : Laut jawa

Berdasarkan perda Kota Cirebon No 8 Tahun 2012, Kecamatan Lemahwungkuk merupakan kecamatan yang akan dikembangkan sebagai daerah pariwisata. Saat ini TAISN hanya berupa lahan kosong tak terawat dengan pohon dan semak belukar (Gambar 6). Sebelumnya TAISN merupakan taman rekreasi tematik Kota Cirebon yang memanfaatkan view ke arah laut lepas sebagai daya tariknya.

Lokasinya yang di tepi laut bisa dimanfaatkan tidak hanya sebagai area rekreasi namun juga sebagai area konservasi. Pantai di TAISN merupakan pantai pasir berlumpur yang cocok untuk ditanami dengan tanaman mangrove. TAISN merupakan area yang memiliki potensi view yang cukup tinggi bisa diakses dengan mudah dari pusat Kota Cirebon. Lokasi ini dapat ditempuh dengan mudah, baik menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

Gambar 5 Kondisi eksisting tapak

(31)

G

am

ba

r

6 P

et

a

eks

is

ti

ng t

apa

k

(32)

Aspek Fisik dan Biofisik Tata Guna Lahan

Berdasarkan Peta Tata Guna Lahan Eksisting RTRW Kota Cirebon tahun 2011-2013 (Lampiran 1), sebagian besar wilayah Kecamatan Lemahwungkuk digunakan untuk permukiman, tambak dan pelabuhan. Penggunaan lahan di sekitar TAISN sendiri sebagian besar adalah pemukiman nelayan serta perdagangan dan jasa (Gambar 7).

Gambar 7 Peta Tata guna lahan sekitar tapak Topografi

Sebagian besar Kota Cirebon memiliki bentukan topografi yang landai yaitu berkisar antara 0-200 mdpl, begitu pula dengan TAISN. Untuk mengetahui kesesuaian tapak guna pengembangan kawasan rekreasi, dilakukan analisis topografi. Kesesuaian kondisi kemiringan lahan pun perlu dianalisis untuk pengembangan ruang yang mempengaruhi kegiatan rekreasi. Keadaan topografi yang relatif datar membuat TAISN cocok untuk dijadikan sebagai ruang rekreasi yang memungkinkan adanya aktivitas dalam pembangunan sarana dan prasarana untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung dalam berekreasi. Keadaan topografi yang datar juga menjadikan kawasan sesuai untuk ruang aktivitas rekreasi yang nyaman serta memungkinkan untuk pembangunan sarana dan prasarana penunjang rekreasi yang dibutuhkan oleh pengunjung.

Titik terendah pada tapak adalah 4.4 mdpl dan yang tertinggi adalah 6.4 mdpl (Gambar 8). Berdasarkan analisis kemiringan lahan, TAISN masuk dalam kelas datar dengan persentase 0-8% sehingga TAISN bisa dikembangkan lebih lanjut untuk dijadikan sebagai kawasan rekreasi. Kesesuaian lahan untuk rekreasi tepi pantai TAISN terbagi menjadi 3, yaitu yang sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai untuk dikembangkan sebagai area rekreasi (Gambar 13). Kesesuaian ini didapatkan dengan mengacu pada kriteria kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi pesisir (Tabel 3).

(33)

G

am

ba

r

8

P

et

a

topogra

fi

T

A

IS

N

K

ot

a Ci

re

bon

(34)

G

am

ba

r

9 P

et

a

ana

li

si

s

ke

m

iri

nga

n

le

re

ng

(35)

G

am

ba

r

10 K

es

es

ua

ia

n l

ah

an unt

uk re

kr

ea

si

t

epi

p

ant

ai

(36)

Hidrologi

Air merupakan sumber daya dan aspek penting dalam perencanaan lanskap, terutama suatu perencanaan yang terkait dengan wisata. Kebutuhan air bersih di sekitar tapak adalah berasal dari PDAM Kota Cirebon. Di dalam tapak terdapat tiga kolam yang airnya berasal dari air hujan. Keberadaan kolam pada tapak sering dimanfaatkan oleh pengunjung untuk memancing.

Outlet dari ketiga kolam tersebut merupakan aliran terbuka yang langsung menuju ke laut. Hal ini sedikit mengganggu aktivitas karena jaringan air yang ada kurang bersih dan kurang terpelihara sehingga dapat menyebabkan bau tidak sedap. Oleh karena itu, perlu adanya drainase yang baik, dan kesadaran serta kepedulian pengunjung untuk menjaga kualitas air agar menjadi lebih baik.

Kedalaman air di pantai Kota Cirebon, sepanjang 7 km dari garis pantai adalah berkisar antara 0-7 meter (DKP3 Kota Cirebon). Arus air di pantai Kota Cirebon pun hanya berkisar antara 0-0.25 m/detik dan lebih dari 0.25 m/detik. Berdasarkan kriteraia kesesuaian untuk rekreasi pesisir (Tabel 3) arus air antara 0-0.25 m/detik masuk ke dalam kategori sesuai dan cukup sesuai untuk kegiatan rekreasi, karena arus air yang sesuai untuk rekreasi adalah antara 0-0.17 m/detik dan cukup sesuai adalah antara 0.18-0.34 m/detik. Air pasang rata-rata di perairan Kota Cirebon adalah 0.89 meter dan air surut rata-rata adalah 0.06 meter.

Sebagian besar pantai Cirebon merupakan pelabuhan dan pantai dengan tipe pasir berlumpur, hal ini masuk dalam kategori sesuai untuk rekreasi pantai (Tabel 3) yang ditetapkan oleh DKP3 Kota Cirebon. Tipe pantai yang ada disekitar tapak bisa dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian yang tertutupi oleh vegetasi, batuan dan karang serta pasir berlumpur. Bagian tapak yang tertutup oleh vegetasi dan batuan serta karang kurang sesuai untuk dikembangkan sebagai area rekreasi, namun hal tersebut tidak menutup untuk menjadikan area tersebut sesuai untuk rekreasi karena pada area tersebut bisa dikembangkan menjadi area rekreasi dengan aktivitas pasif. Sedangkan untuk bagian tapak yang bertipe lumpur berpasir bisa dikembangkan sebagai area rekreasi baik aktif maupun pasif.

(37)

30,2 31,3

32,1

30,7 29,8

31,15 31,3 33,6

34,6 35,1

33,2

30,7

27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nop des Gambar 12 Aliran air yang langsung menuju laut Iklim

Iklim merupakan elemen fisik yang cukup penting dalam perencanaan lanskap yang terdiriu dari suhu udara, kelembapan udara dan curah hujan. Data iklim BPS Kota Cirebon menunjukkan bahwa suhu rata-rata di Kota Cirebon adalah 31.97oC pertahun. Suhu tertinggi adalah 35.1oC dan suhu terendah adalah 29.8oC (Gambar 13) dengan kelembapan sekitar 79.25 % (Lampiran 6).

Sumber: BPS Kota Cirebon 2013

Gambar 13 Grafik suhu rata-rata Kecamatan Lemahwungkuk

(38)

Nilai tersebut menunjukkan bahwa kondisi tapak kurang nyaman untuk pengunjung karena nilai THI yang didapat melebihi nilai kenyamanan THI. Untuk mengatasi hal tersebut, terutama pada saat suhu tinggi (siang hari) perlu adanya modifikasi iklim mikro pada tapak. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menambahkan vegetasi, tenda kanopi.

Gambar 14 Kanopi untuk memodifikasi iklim mikro

Gambar 15 Pengaruh vegetasi terhadap perubahan suhu

Selain kanopi, angin juga dapat dimanfaatkan untuk merubah kelembaban dan suhu tapak, yaitu dengan menggunakan vegetasi yang disusun mengikuti atau tidak memotong arah angin (Brooks 1988). Hal ini disebabkan oleh adanya evaporasi dan penutupan dari kanopi vegetasi. Suhu dibawah kanopi pohon ketika siang hari akan lebih sejuk sebaliknya jika malam hari akan lebih terasa hangat (Gambar 15).

Vegetasi

Vegetasi dan satwa merupakan elemen pada suatu lanskap, terutama pada lanskap alami. Keduanya merupakan elemen yang dinamis karena tumbuh dan berkembang sejalan dengan waktu. Vegetasi yang ada pada tapak (Tabel 5) umumnya adalah vegetasi yang mampu hidup di daerah pantai seperti pohon waru, mangrove dan lainnya. Sedangkan untuk satwa, umumnya yang sering terlihat adalah burung yang terbang disekitar kumpulan ekosistem mangrove.

Sumber: google.com

(39)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Gambar

1 Pohon Waru Laut Thespesia populnea

2 Angsana Pterocarpus indicus

3 Mangrove -

4 Glodogan bulat Polyalthia fragrans

5 Glodogan tiang Polyalthia longifolia

6 Beringin Ficus benjamina

Visual

Secara umum, view pada tapak yang merupakan dataran rendah sebagian besar adalah berupa pantai. Analisis visual pada tapak dilakukan untuk mendapatkan good view dan bad view yang menjadi acuan untuk menentukan view terbaik dari tapak.

View terbaik tapak adalah view ke arah laut sedangkan bad view pada tapak terlihat pada kolam melingkar yang dipenuhi oleh semak belukar, tumpukan sampah yang berada diantara pohon mangrove. Di bagian luar TAISN, banyak berdiri bangunan peninggalan jaman Belanda yang ikut menjadi view yang menarik untuk mendukung elemen pembentuk lanskap di luar tapak (Gambar 16).

Penutupan Lahan

Secara umum penutupan lahan di TAISN didominasi oleh pohon dan semak belukar, ruang terbuka dan kolam (Gambar 17). Semak belukar tumbuh mendominasi tapak karena saat ini tidak ada perencanaan dan pengelolaan untuk tapak sehingga tapak terkesan sebagai tanah kosong yang terbengkalai.

Sumber: google.com

Sumber: google.com

Sumber: google.com

(40)

G

am

ba

r

16 P

et

a

ana

li

si

s vi

sua

l

(41)

G

am

ba

r

17 P

et

a p

enut

up

an l

ah

an

(42)

Aspek Wisata a. Daya Tarik

Salah satu daya tarik di Kota Cirebon adalah wilayah pesisir. Beberapa titik kawasan pantai sudah menjadi tempat wisata bagi masyarakatnya yang sayangnya belum terencana dan terkelola dengan baik, misaknya Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan, Pelabuhan Perikanan Kesenden dan TAISN.

Menurut Yoeti (1985) suatu objek rekreasi harus memenuhi 3 kriteria agar dapat menarik pengunjung untuk datang yaitu:

1. Something to see, Objek rekreasi tersebut mempunyai sesuatu yang bisa di lihat oleh pengunjung.

2. Something to do, pengunjung yang melakukan rekreasi dapat melakukan sesuatu yang bisa memberikan perasaan senang dan bahagia.

3. Something to buy adanya fasilitas bagi pengunjung untuk berbelanja yang pada umumnya adalah oleh-oleh ciri khas dari daerah.

Berdasarkan ketiga kriteria tersebut, TAISN hanya memiliki 1 poin kriteria yaitu something to see. Pengembangan daya tarik yang ada di Kota Cirebon khususnya TAISN sangat diperlukan untuk memenuhi 3 kriteria di atas. Oleh karena itu, adanya penambahan sarana dan prasarana yang memadai dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung sehingga pengunjung dapat melakukan aktivitas di tapak. Perencanaan rekreasi yang baik diperlukan untuk mendukung dan mewujudkan area rekreasi yang nyaman bagi pengunjung, disamping itu sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan yang bisa mengelola potensi yang ada pun perlu dipersiapkan (Pesawaran 2010).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 Tahun 2007, pengembangan kawasan wisata rekreasi memiliki beberapa krteria teknis yang terdiri dari kriteria fisik, prasarana dan sarana (Tabel 6).

Tabel 6 Kriteria kawasan wisata rekreasi

No. Jenis Wisata Kriteria Teknis

Fisik Prasarana Sarana

1 Wisata Buatan

Dibangun disesuaikan dengan kebutuhan dan peruntukannya

Jenis prasarana

yang tersedia antara lain jalan, air bersih, listrik, dan telepon

Tersedia angkutan umum

Status kepemilikan harus jelas dan tidak menimbulkan masalah dalam penguasaannya

Mempunyaivnilai Pencapaian dan kemudahan hubungan yang tinggi dan mudah dicapai dengan Mempunyai struktur tanah yang

(43)

No. Jenis Wisata Kriteria Teknis

Fisik Prasarana Sarana

2 Taman

Rekreasi

Luas lahan min. 3 Ha Jenis prasarana

yang tersedia antara lain jalan, air bersih, listrik, dan telepon

Tersedia angkutan umum

Mempunyai struktur tanah yang stabil

Mempunyaivnilai Pencapaian dan kemudahan hubungan yang tinggi dan mudah dicapai dengan Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 (dengan modifikasi)

Berdasarkan Permen PU Nomor 41 Tahun 2007 tentang kriteria teknis kawasan budi daya, TAISN termasuk dalam jenis wisata taman rekreasi yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan rekreasi masyarakat. Kriteria teknis kawasan wisata rekreasi dari Permen PU terbagi menjadi 3 yaitu kriteria teknis fisik, prasarana dan sarana. Kriteria fisik TAISN sesuai dengan kriteria yang tercantum dalam Tabel 6, untuk mengembalikan TAISN sesuai dengan tujuan awal untuk kegiatan rekreasi maka diperlukan perencanaan ulang TAISN dan menambahkan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kriteria yang ada.

b. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana merupakan suatu yang harus tersedia di kawasan rekreasi untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung. Kedua hal tersebut harus dirancang dan ditepatkan dengan baik dan tepat agar tidak mengganggu kualitas view yang ada maupun untuk memudahkan pengunjung. Sarana dan prasarana di kawasan rekreasi harus tetap mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan dan meminimalkan dampak negatif yang mungkin terjadi.

Tidak adanya sarana dan prasarana pada suatu kawasan rekreasi akan membuat pengunjung enggan datang, begitu pula yang terjadi di TAISN. Pengunjung yang datang semakin sedikit karena tidak adanya fasilitas yang menunjang kegiatan mereka selama berada di dalam tapak. Oleh karena itu pemenuhan sarana dan prasarana untuk pengunjung yang datang sangat diperlukan. Hal ini juga bisa menarik lebih banyak pengunjung.

Berdasarkan hasil kuisioner (Gambar 18), sebagian besar pengunjung menginginkan adanya toilet, tempat duduk, tempat makan dan area parkir.

(44)

14%

17%

8%

12% 14%

7% 7%

12% 9%

toilet

tempat duduk

tempat makan

parkir

area pertunjukkan

pusat informasi

tempat souvenir

Musolla

Fasilitas lainnya yang dapat mendukung aktivitas rekreasi adalah wahana permainan dan fasilitas untuk bermain di air.

Gambar 18 Fasilitas pendukung yang diinginkan pengunjung

Gambar 19 Beberapa fasilitas yang ada di TAISN 1. Rumah makan 2. Toilet yang tinggal puing

c. Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju tapak cukup mudah, dapat dilakukan dari 2 jalur utama yaitu dari Kabupaten Cirebon dan dari dalam Kota Cirebon itu sendiri, baik itu menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Kondisi jalan untuk menuju ke TAISN Kota Cirebon sangat baik dengan topografi yang datar dan sudah teraspal dengan baik. (Gambar 20). Lokasi tapak mudah dijangkau oleh kendaraan baik dengan menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Akses menuju tapak memerlukan waktu 10-11 menit jika ditempuh dari: Terminal Kota Cirebon : ± 5.9 km atau sekitar 11 menit

Stasiun Kejaksan Kota Cirebon : ± 4.7 km atau sekitar 10 menit Grage/Pusat Kota : ± 4.5 km atau sekitar 10 menit Aspek Sosial

a. Karakteristik pengunjung

Dilihat dari persentase pengunjung, sebagian besar pengunjung yang datang ke TAISN adalah remaja berusia antara 14-20 tahun (Gambar 22). Pada umumnya mereka datang dari Kota Cirebon maupun dari daerah sekitarnya seperti Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Tegal (Gambar 23). Dari hasil kuisioner yang telah disebar sebagian

(45)

G

am

ba

r

20 A

ks

es

ibi

li

ta

s m

enu

ju t

ap

ak

(46)

63% 37%

Remaja (14-20 tahun)

Dewasa (>20 tahun)

55% 35%

5% 3% 2%

Kota Cirebon

Kab. Cirebon

Kab. Indramayu

Kab. Majalengka

Kab. Tegal

23%

44%

33% > 4 kali

2-4 kali

pertama kali

besar pengunjung datang ke TAISN untuk menikmati pemandangan, belajar fotografi. Sedangkan pengunjung dewasa biasanya datang untuk memancing. Kegiatan yang dilakukan pengunjung di TAISN masih sedikit karena tidak adanya fas ilitas rekreasi yang mendukung kegiatan mereka.

Gambar 21 Karakteristik pengunjung berdasarkan usia

Sumber: Dewi 2011

Gambar 22 Daerah asal pengunjung

Pengunjung yang datang ke tapak sebagian besar adalah masyarakat Cirebon. Dari hasil kuisioner yang telah dibagikan, sebanyak 44% pengunjung pernah datang ke tapak dengan frekuensi antara 2 hingga 4 kali. Dan sebanyak 23% yang sering mengunjungi tapak dengan frekuensi lebih dari 4 kali.

(47)

26%

6%

12% 32%

21%

3% mengisi waktu luang

jalan-jalan

memancing

menikmati pemandangan

Foto

lainnya

Berdasarkan hasil kuisioner, aktivitas yang paling sering dilakukan oleh pengunjung di tapak adalah menikmati pemandangan ke arah laut lepas sebanyak 21%. Persentase kegiatan yang banyak dilakukan oleh pengunjung yang datang ke TAISN adalah mengisi waktu luang selain itu memancing juga sering dilakukan oleh pengunjung, persentasi kegiatan memancing yang dilakukan di tapak adalah sebesar 32%. Pengunjung juga melakukan kegiatan rekreasi lainnya baik itu hanya sekedar untuk menikmati view maupun hobi fotografi. Oleh karena itu, untuk mendukung hal-hal tersebut perlu adanya perencanaan pengembangan tapak yang dapat meningkatkan kualitas view yang ada.

Gambar 24 Karakteristik pengunjung berdasarkan tujuan datang ke tapak b. Preferensi dan persepsi pengunjung

Berdasarkan data yang telah diperoleh, baik dari hasil kuisioner maupun wawancara terhadap pengunjung, kedatangan pengunjung ke tapak sebagian besar adalah untuk berekreasi seperti menikmati pemandangan, mengisi waktu luang.. Kegiatan rekreasi pengunjung di tapak masih sangat terbatas karena tidak adanya sarana dan prasarana yang menunjang aktivitas rekreasi.

Sebagian pengunjung memberikan penelaian puas terhadap apa yang ada di tapak sebesar 30%, biasa saja 33% dan kurang puas terhadap apa yang ada di tapak yaitu sebesar 37% (Gambar 26). Hal ini memerlukan perhatian baik dari pihak pemerintah Kota Cirebon maupun pengunjung khususnya pengunjung yang berasal dari kota cirebon untuk selalu menjaga lingkungan dan memperhatikan keberadaan TAISN itu sendiri. Sebagian besar pengunjung yang diwawancara mengutarakan bahwa fasilitas yang sangat mereka perlukan saat berada di tapak. Oleh karena itu, untuk menarik kedatangan pengunjung perlu adanya penambahan dan penempatan fasilitas yang sesuai dengan aktivitas pengunjung.

(48)

30%

33% 37%

puas

biasa saja

kurang puas

Gambar 25 Persepsi pengunjung terhadap TAISN Aspek Legal

Menurut RTRW Kota Cirebon tahun 2011-2031, wilayah Kecamatan Lemahwungkuk merupakan wilayah yang direncanakan untuk dijadikan sebagai kawasan wisata. Oleh karena itu, perencanaan TAISN yang berada di Kecamatan Lemahwungkuk dapat membantu pemkot Cirebon untuk merealisasikan rencana tersebut. Akan tetapi, peraturan daerah atau peraturan Walikota yang mengatur Pengelolaan wilayah/kawasan pesisir dan Pantai di Kota Cirebon yang sesuai dengan UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang dan UU No 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil belum ada.

Berdasarkan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kota Cirebon tahun 2013, TAISN masuk ke dalam zona Pariwisata subzona Pantai wisata umum di dalam kawasan pemanfaatan umum (Lampiran 3). Oleh karena itu, diperlukan kerjasama yang baik antara pihak pemerintah dan masyarakat sekitar TAIS agar rencana yang telah ada bisa dilaksanakan dengan baik.

Sintesis

Tahap sintesis merupakan tahap dimana semua data yang telah dianalisis diterjemahkan dalam sebuah peta komposit. Peta komposit didapatkan dari hasil overlay peta tematik yang ada (peta penutupan lahan, peta kesesuaian untuk rekreasi, peta kemiringan lahan), yang kemudian didapatkan zona berupa peta kesesuaian lahan untuk pengembangan rekreasi sebagai dasar dalam pengembangan kawasan. Dari peta komposit yang telah didapat, tapak TAISN terbagi menjadi 3 zona yaitu zona yang sesuai dan cukup sesuai untuk pengembangan area rekreasi serta zona tidak sesuai untuk pengembangan area rekreasi (Gambar 27). Kemudian peta komposit yang telah didapatkan dikembangkan menjadi rencana blok (Gambar 28), yang terdiri dari 3 ruang utama yaitu ruang pelayanan, ruang inti dan dan ruang lindung (Tabel 8).

(49)

Tabel 7 Analisis dan sintesis fasilitas untuk sight seeing seperti tree d. Aksesibilitas TAISN dilalui

(50)

Tabel 7 Analisis dan sintesis (Lanjutan)

Tabel 8 Pembagian zona pada rencana blok

No Ruang Keterangan

1

Pelayanan Area penerimaan merupakan area pintu masuk utama dari TAISN. Di area ini akan disediakan gerbang, ticket box dan pusat informasi

2 Inti

Area ini merupakan area inti dari kegiatan rekreasi di tapak. Di area ini akan disediakan sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas rekreasi

3 Lindung

Area ini merupakan area yang berfungsi sebagai penjaga keseimbangan tapak

Konsep

Konsep Dasar Perencanaan

Konsep dasar dari perencanaan lanskap sebagai kawasan rekreasi merupakan upaya untuk meningkatkan fungsi dan nilai tapak sehingga dapat memberikan rasa kenyamanan serta kepuasan bagi pengunjung. Perencanaan di TAISN Kota Cirebon didasarkan pada konsep rekreasi dan edukasi yang mampu memberikan pengalaman baru kepada pengunjungnya.

Dari segi fungsi rekreasi, tapak direncanakan untuk dapat mengakomodasi keinginan pengunjung terhadap tapak agar dapat melakukan aktivitas rekreasi. Aktivitas rekreasi yang direncanakan disesuaikan dengan keadaan tapak dan dengan menyediakan fasilitas sesuai dengan aktivitas yang direncanakan selain itu, tapak bisa dijadikan sebagai sarana pendidikan informal bagi pengunjung mengenai informasi tentang kelautan dan seluk-beluknya.

Pengembangan Konsep

Pengembangan konsep dibuat untuk menjabarkan konsep dasar yang telah direncanakan sebelumnya. Pengembangan konsep dibuat menjadi lima bagian yaitu konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep vegetasi, konsep aktivitas dan konsep fasilitas.

a. Konsep ruang

(51)

G

am

ba

r

26 P

et

a ko

m

pos

it

(52)

G

am

ba

r

27 Re

nc

ana

b

lok

(53)

tapak agar bisa mengurangi dampak negatif dari aktivitas rekreasi yang dilakukan di dalam tapak.

Gambar 28 Diagram konsep ruang b. Konsep Sirkulasi

Konsep sirkulasi pada tapak berfungsi sebagai penghubung antar ruang dalam tapak dan dalam masing-masing ruang di tapak. Sirkulasi di dalam tapak dibagi menjadi 3 yaitu sirkulasi primer, sirkulasi sekunder dan sirkulasi tersier (Gambar 29). Sirkulasi primer merupakan sirkulasi dari kendaraan bermotor yang masuk ke dalam tapak dan sirkulasi sekunder yang merupakan jalur sirkulasi pejalan kaki di dalam tapak sedangkan sirkulasi tersier merupakan sirkulasi pengunjung yang dilakukan di air dengan menggunakan sepeda air. Sistem sirkulasi tapak merupakan kerangka yang mengaitkan seluruh aktivitas dan area pendukung yang bisa mengarahkan bentuk aktivitas pengunjung.

Gambar 29 Diagram Konsep sirkulasi dalam tapak

Sirkulasi pengunjung di dalam tapak

(54)

c. Konsep vegetasi

Konsep vegetasi menjabarkan mengenai vegetasi apa saja digunakan di dalam tapak. Fungsi dari setiap vegetasi yang digunakan disesuaikan dengan fungsi ruang yang ada. Vegetasi yang digunakan di dalam tapak adalah jenis vegetasi yang memiliki fungsi estetik, peneduh, pengarah, dan pembatas antar ruang. Vegetasi berfungsi estetik dan peneduh banyak digunakan untuk meningkatkan kenyamanan dan nilai estetika dalam tapak bagi pengunjung. Vegetasi yang digunakan merupakan vegetasi yang sudah ada di TAISN dan vegetasi tambahan yang disesuaikan dengan fungsi dan tujuannya. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/2008 perihal penggunaan vegetasi pada sempadan pantai, vegetasi yang digunakan adalah tanaman lokal yang sudah teruji ketahanan dan kesesuainnya terhadap kondisi pantai tersebut.

Menurut Chiara dan Kopplemen (1994) di dekat tepi laut harus terdapat pepohonan yang memberi fungsi sebagai peneduh, dan melindungi terhadap angin. Pohon berdaun lebat tidak banyak ditanam di tepi pantai karena daun yang jatuh bisa menyebabkan pantai dan perairan menjadi kotor.

d. Konsep Aktivitas

Konsep aktivitas menjabarkan aktivitas rekreasi apa saja yang bisa dilakukan di dalam tapak yang akan dikembangkan sesuai dengan fungsi ruang yang sudah dibuat sebelumnya (Tabel 9).

Aktivitas rekreasi di TAISN ditujukan untuk masyarakat umum baik yang berasal dari Kota Cirebon maupun luar Kota Cirebon bahkan tidak menutup kemungkinan untuk pengunjung dari mancanegara. Secara umum, aktivitas rekreasi yang dikembangkan di TAISN ditujukan untuk semua golongan. Dan aktivitas dengan fungsi edukasi lebih ditekankan pada pengunjung yang ingin belajar mengenai potensi bahari Kota Cirebon dan sekitarnya.

Tabel 9 Rrencana aktivitas

No Ruang Sub Ruang Fungsi Ruang Jenis Aktivitas

1 Pelayanan Penerimaan Memasuki kawasan,

welcome gate

Keluar masuk tapak,

ticketting

Pelayanan Ruang utnuk memenuhi kebutuhan pengunjung

Parkir, belanja, makan dan minum, ibadah,

bersih-Rekreasi Biru Ruang rekreasi air Rekreasi pantai, memancing, sepeda air bahari indoor, outdoor science park

3

Lindung Ruang lindung,

menyangga sumber daya tapak

e. Konsep Fasilitas

(55)

disesuaikan dengan ketersediaan lahan pada tapak. Lokasi dari setiap fasilitas dibuat dengan memperhitungkan keterkaitan hubungan antar masing-masing ruang dan fasilitas serta antara fasilitas dan kenyamanan pengunjung (Tabel 10).

Tabel 10 Konsep fasilitas

No Ruang Sub Ruang Fungsi Ruang Fasilitas

1 Pelayanan Penerimaan Memasuki kawasan,

welcome gate

Gerbang utama, signnage, tiket box

Pelayanan Ruang utnuk memenuhi kebutuhan pengunjung

Parkir motor, mobil, kantin, kios souvenir, mushollah, toilet

2

Inti Terbuka Ruang rekreasi dan

interaksi pengunjung

Panggung seni, arena permainan

Biru Ruang rekreasi air Dek, sepeda air, dek

pemancingan Rekreasi-edukasi ruang pembelajaran

informal bagi pengunjung

Hasil akhir perencanaan menghasilkan gambar rencana lanskap yang disajikan secara grafis. Berdasarkan hasil analisis yang berupa rencana blok dan konsep yang telah dibuat, kemudian dikembangkan menjadi rencana tapak. Rencana tapak yang dibuat meliputi rencana tata ruang, rencana sirkulasi, rencana vegetasi, rencana aktivitas dan fasilitas yang mendukung kegiatan rekreasi pada tapak.

Perencanaan Lanskap Rekreasi Pesisir TAISN Kota Cirebon dihasilkan melalui tahap-tahap pengembangan konsep pada setiap aspek. Gambar 32 merupakan gambar rencana lanskap keseluruhan TAISN. Rencana yang telah dibuat diharapkan dapat memberikan dampak yang baik kepada pengunjung. Hasil akhir perencanaan menghasilkan gambar rencana lanskap yang disajikan secara grafis. Berdasarkan hasil analisis yang berupa rencana blok dan konsep yang telah dibuat, kemudian dikembangkan menjadi rencana tapak. Rencana tapak yang dibuat meliputi rencana tata ruang, rencana sirkulasi, rencana vegetasi, rencana aktivitas dan fasilitas yang mendukung kegiatan rekreasi pada tapak. Rencana Ruang

Rencana ruang merupakan penjabaran lebih rinci dari konsep ruang yang telah dibuat. Pada konsep ruang terdapat 3 ruang utama yaitu ruang pelayanan, ruang inti, dan ruang lindung (Gambar 31) . Persentase luasan pengembangan ruang dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Alokasi ruang

(56)

G

am

ba

r

30 Re

nc

ana

ru

ang

(57)

Ruang pelayanan memiliki luas total sebesar 10 375.22 m2 (14.56%). Ruang pelayanan merupakan ruang yang dikhususkan untuk mendukung aktivitas rekreasi yang terdiri dari sub ruang penerimaan dan sub ruang pelayanan. Sub ruang penerimaan merupakan ruang pertama yang akan didatangi oleh pengunjung. fungsi utama dari sub ruang penerimaan adalah sebagai welcome gate dan akses utama untuk masuk ke dalam tapak. Pada sub ruang ini dapat ditambahkan signage yang berfungsi sebagai pemberi identitas bagi tapak. Kemudian sub ruang pelayanan, pada sub ruang ini kebutuhan penunjang aktivitas rekreasi bagi pengunjung disediakan seperti tempat parkir kendaraan, tempat berbelanja, restoran/tempat makan, ibadah dan bersih-bersih. Ruang inti memiliki total luas sebesar 51 382.3 m2 (72.14%) yang merupakan ruang di mana semua aktivitas rekreasi dilakukan. Ruang ini memanfaatkan sebagian besar luasan tapak. Sub ruang rekreasi terbuka merupakan sub ruang yang mengakomodasi aktivitas rekreasi di tapak. Di sub ruang ini akan disediakan fasilitas dan wahana permainan untuk pengunjung.

Sub ruang rekreasi biru merupakan sub ruang dengan aktivitas rekreasi yang berhubungan dengan air seperti memancing, bermain di pantai dan bermain sepeda air. Dan sub ruang rekreasi edukasi merupakan sub ruang yang dibuat untuk mengakomodasi keinginan pengunjung yang ingin belajar tentang bahaei dan kelautan. Pada sub ruang ini ada museum bahari yang difungsikan untuk menginformasikan mengenai kondisi kelautan dan potensi bahari dari Kota Cirebon dan sekitarnya.

Ruang lindung yaitu ruang yang disediakan khusus untuk menjaga kelestarian dan keasriaan lingkungan di dalam tapak. Lokasinya yang di dekat laut membuat ruang ini harus mendapatkan perhatian khusus baik dari pengelola maupun dari pengunjung.

Rencana Sirkulasi

Rencana sirkulasi merupkan rencana dari alur sirkulasi yang akan digunakan pengunjung selama berada di dalam tapak. Sirkulasi di dalam tapak akan dibagi menjadi 3 yaitu sirkulasi primer untuk kendaraan, sirkulasi sekunder untuk pejalan kaki dan sirkulasi tersier yang dilakukan di air yang bisa dilakukan dengan menggunakan sepeda air.

Rencana sirkulasi primer ada di ruang pelayanan yang digunakan untuk area parkir, sirkulasi sekunder merupakan sirkulasi yang paling banyak di dalam tapak. Tipe dari sirkulasi sekunder di dalam tapak adalah radial yang dimaksudkan agar pengunjung bisa lebih bebas untuk mengelilingi keseluruhan tapak. Sedangkan sirkulasi tersier adalah sirkulasi yang dilakukan di wahana permainan yang berada di air.

Rencana Aktivitas dan Fasilitas

(58)

Tabel 12 Rencana aktivitas dan fasilitas

No Sub Ruang Fungsi Ruang Jenis Aktivitas Fasilitas 1 Penerimaan Memasuki kawasan,

welcome gate

Keluar masuk tapak, ticketing

Gerbang utama, signnage, ticket box Pelayanan Ruang untuk memenuhi

kebutuhan pengunjung 2 Terbuka Ruang rekreasi dan

interaksi pengunjung

Interaksi sosial dan berekreasi

Panggung seni, arena permainan

Biru Ruang rekreasi air Rekreasi pantai, memancing, sepeda air

Dek, sepeda air, dek pemancingan

3 Lindung Ruang konservasi, menyangga sumber daya tapak

Sight seeing Dek

Rencana Vegetasi

Rencana vegetasi merupakan pengembangan dari konsep vegetasi. Rencana vegetasi ini menjabarkan lebih lanjut mengenai vegetasi yang akan digunakan pada tapak sesuai dengan konsep yang telah dibuat. Pemilihan jenis dan fungsi vegetasi disesuaikan dengan konteks ruang yang telah direncanakan. Vegetasi yang akan digunakan adalah vegetasi dengan fungsi-fungsi (Tabel 13) yang juga disesuaikan dengan rencana ruang dan aktivitas yang telah dibuat sebelumnya. Beberapa vegetasi yang digunakan diantaranya angsana, ketapang, flamboyan dan glodogan tiang.

Tabel 13 Rencana vegetasi di tiap ruang

Fungsi Vegetasi Peneduh Pengarah Estetik Pembatas

Ruang

Daya dukung dari setiap ruang dihitung berdasarkan kebutuhan standar seseorang dalam suatu area tertentu. Daya dukung dari setiap ruang bisa dilihat pada Tabel 14. Daya dukung dihitung untuk mengetahui kemampuan tapak dalam menampung kegiatan rekreasi, menjaga kelestarian tapak dari bahaya kerusakan yang diakibatkan oleh kelebihan kapasitas tapak pada saat aktivitas rekreasi sedang berlangsung.

Tabel 14 Rencana daya dukung

(59)

Tabel 14 Rencana Daya dukung (Lanjutan)

Lindung Sight seeing dek

Sumber: Chiara dan Koppelman (1997), Haris dan Dines (1988) dengan modifikasi

a

Asumsi parkir kendaraan pengunjung maksimal adalah 6 jam per hari

b

Asumsi wakktu makan yang diperlukan pengunjung adalah maksimal 2 jam

c

Asumsi untuk berkeliling di kios suvenir adalah maksimal 2 jam

d

Setiap 186 m2 mampu menampung 30 orang

e

Asumsi sekali main 15 menit, 5 menit persiapan naik, 5 menit putar, 5 menit turun

f

Asumsi sekali main bumper car 30 menit dan 15 waktu transisi

g

Asumsi sekali main bumper car 30 menit dan 15 menit waktu transisi

Gambar

Gambar 5  Kondisi eksisting tapak
Gambar 6  Peta eksisting tapak
Gambar 7  Peta Tata guna lahan sekitar tapak
Gambar 9  Peta analisis kemiringan lereng
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Salah satu fasilitas tersebut adalah Menara Masjid Agung Jawa Tengah yang dibuat sebagai replika Menara Kudus setinggi 99 m yang berfungsi sebagai tempat melihat hilal

[r]

, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis tidak dapat ditolak atau persepsi profesi, kesadaran etis, dan independensi auditor

SMS gateway yang dikembangkan untuk pemberdayaan masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) berbasis media sosial online bisa diterapkan oleh kader

Sinyal yang telah diilter digunakan untuk mendeteksi sampul pulsa oscilometri, oleh karena itu sinyal ini diambil lagi dari RAM eksternal dan diproses menggunakan

terdapat beberara permasalahan yang diidentifikasi yaitu mengalami kesulitan untuk mendapatkan informasi pembayaran iuran sekolah per siswa yang sudah membayar atau belum

Untuk menjamin akurasi dan mutu pengukuran, sistem pencacah radiasi yang digunakan harus selalu diuji kestabilannya secara berkala. Dengan pengujian ini diharapkan kinerja dari