• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data dan Analisis

Kondosi Kota Cirebon

Letak Geografis dan Administratif

Kota Cirebon terletak di jalur Pantai Utara Jawa Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kota Cirebon terletak di 6o41’00’’-6o43’56’’ Lintang Selatan dan 108o34’57’’-108o55’00’’ Bujur Timur. Kota Cirebon memiliki luas sekitar 37.35 km2 atau sekitar 3 735.8 hektar dan merupakan daerah dataran rendah yang memiliki garis pantai sepanjang 7 km (Bappeda Kota Cirebon 2012).

Secara administratif pemerintahan, wilayah Kota Cirebon terbagi menjadi lima kecamatan yaitu, Kecamatan Kejaksan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kecamatan Kesambi, Kecamatan Pekalipan, dan Kecamatan Harjamukti. Kota Cirebon dibatasi wilayah Kabupaten Cirebon di sebelah Barat, Timur dan Selatan, serta Laut Jawa di sebelah utara (Gambar 4). Berdasarkan RTRW Kota Cirebon Tahun 2011-2031, lahan terbangun di Kota Cirebon sekitar 21 370 km2 dan lahan tidak terbangun sekitar 17 505 km2.

Gambar 4 Orientasi Kota Cirebon Topografi dan Tanah

Berdasarkan topografi yang dimilikinya, Kota Cirebon termasuk ke dalam dataran rendah dan hanya sebagian kecil di Kota Cirebon bagian Selatan yang termasuk dataran tinggi. Sebagian besar wilayah dataran rendah tersebut merupakan wilayah pesisir dengan ketinggian 0-6 mdpl. Wilayah pesisir Kota Cirebon mencakup 4 km ke laut lepas dari daratan.

Kondisi wilayah Kota Cirebon yang merupakan daerah dataran rendah, secara keseluruhan cukup baik untuk pengembangan kawasan seperti pembangunan infrastruktur kota, fasilitas umum dan perumahan. Menurut Dinas Kelautan Kota Cirebon, jenis tanah di wilayah pesisir Kota Cirebon adalah tanah yang berasal dari endapan lava dan piroklastik (pasir, lempung, tanah liat, tupa, breksi lumpur dan kerikil) hasil intrusi Gunung Ciremai.

Iklim dan Hidrologi

Kota Cirebon termasuk daerah tropis dengan suhu udara minimum rata-rata adalah 23.51oC dan maksimum rata-rata adalah 31.02oC. Jumlah curah hujan rata-rata pertahun sekitar 2 380 mm dengan jumlah hari hujan 148 hari. Musim penghujan biasanya terjadi antara bulan Desember sampai dengan Maret, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai Oktober.

Kota Cirebon memiliki 4 aliran sungai yang termasuk ke dalam satuan wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung (Lampiran 4). Ke empat sungai tersebut adalah sungai Kedung Pane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean dan Sungai Kalijaga. Sungai-sungai tersebut selain sebagai saluran pembuangan air juga berfungsi sebagai batas wilayah administratif Kota dan Kabupaten Cirebon.

Kondisi hidrologi wilayah pesisir meliputi air tanah dangkal, air tanah dalam, air permukaan dan air laut. Kedalaman air tanah dangkal di wilayah cirebon adalah sekitar lima sampai sepuluh meter sedangkan untuk air tanah dalam adalah lebih dari sepuluh meter dan mengalami intrusi air laut sehingga tidak bisa untuk kebutuhan air minum. Oleh karena itu, untuk keperluan air bersih dan air minum bersumber dari pasokan PDAM Kota Cirebon yang sumber mata airnya dari Kabupaten Kuningan.

Pesona dan Daya Tarik Wisata Kota Cirebon

Lokasi Kota Cirebon yang cukup strategis membuat Kota Cirebon memuliki banyak potensi dan daya tarik. Daya tarik di Kota Cirebon bisa digolongkan menjadi daya tarik wisata budaya, daya tarik wisata kuliner, daya tarik wisata religi dan daya tarik wisata pesisir.

Tabel 4 Jenis wisata di Kota Cirebon

No. Daya Tarik Golongan

1 Keraton Kasepuhan, Kanoman, Kaprabonan, Kacirebonan, Goa Sunyaragi, Stasiun

Kejaksan

Wisata Sejarah Budaya 2 Masjid agung Sang Cipta Rasa, Masjid

Pejagrahan, Masjid Raya At Taqwa

Wisata Religi 3 Taman Ade Irma Suryani, Pantai Pelabuhan

Kejawanan

Wisata Pesisir 4 Mauludan, Nadran, Tari Topeng Wisata Budaya

Wilayah Pesisir Kota Cirebon

Kota Cirebon memilki luas wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan luas daratannya, yaitu sekitar 58.13 % dari total luas wilayah. Panjang garis pantai Kota Cirebon kurang lebih 7 km dan hanya terdapat di 2 kecamatan Sumber: Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Cirebon, DKP3 Kota Cirebon 2013

yaitu Kecamatan Lemahwungkuk dan Kecamatan Kejaksan. Pantai sepanjang Kota Cirebon hampir didominasi oleh pantai pasir berlumpur dan pelabuhan.

Saat ini pantai Kota Cirebon dalam kondisi memprihatinkan. Kekhasan wilayah pesisir, seperti ekosistem mangrove, terumbu karang dan lamun, sudah sulit ditemukan. Dari ketiga ekosistem tersebut hanya ekosistem mangrove yang masih bisa ditemukan dengan kondisi yang mengalami kerusakan. Hal ini terjadi karena kegiatan masyarakat yang menebangi pohon bakau, membuang sampah ke tepi pantai dan keadaan iklim yang terus berubah-ubah (DKP3 Kota Cirebon 2013).

Kota Cirebon sebagai kota pesisir memiliki potensi sumber daya alam hayati kelautan dan perikanan serta jasa-jasa lingkungan yang cukup banyak. Namun saat ini belum dikembangkan dengan optimal sebagaimana kota-kota pesisir lainnya yang telah lebih dahulu menerapkan konsep kota pesisir. Bahkan keadaan pesisir Kota Cirebon ekosistemnya (baik ekosistem laut maupun payau) mulai rusak karena pencemaran limbah industri dan rumah tangga yang menyebabkan daya dukung lingkungan menurun dan merugikan budidaya ikan, wisata bahari dan kualitas perairan. Kondisi ekosistem mangrove yang sangat memprihatinkan ini mendorong pemerintah untuk melakukan rehabilitasi kawasan pantai berpasir di Cirebon. Hal tersebut juga dilakukan karena ekosistem mangrove yang berkembang dengan baik bisa memberikan manfaat dan keuntungan yang besar, seperti mengurangi dampak abrasi, mendukung perkembangbiakan ikan air payau, penyangga fungsi kehidupan di wilayah pesisir. Kondisi Awal Tapak

Sejarah TAISN Kota Cirebon

Taman rekreasi yang ada di Kota Cirebon ini awalnya bernama Taman Traffic Garden Cirebon, kemudian pada tahun 1966 berubah menjadi TAISN. Taman ini merupakan satu-satunya taman rekreasi dan taman bermain di Kota Cirebon. Taman Ade Irma Suryani berbatasan dengan pelabuhan Kota Cirebon.

Pengelola TAISN saat ini adalah Pemerintah Kota Cirebon. Sebelumnya pengelola TAISN sempat berganti beberapa kali. TAISN sempat dikelola oleh pihak Bhayangkara dari kepolisian dan juga pernah dikelola oleh pihak ketiga yaitu PT Citra Indah Loka. Setelah kontrak antara pihak pemerintah kota dan pengelola pihak ketiga habis, pengelolaan TAISN beralih kembali pada Pemerintah Kota Cirebon.

Setelah pengelolaan dikembalikan pada Pemerintah Kota Cirebon, keadaan TAISN semakin menjadi buruk. Kondisi tapak yang tidak terurus dan bahkan sekarang hanya merupakan lahan terbengkalai yang didominasi oleh semak belukar (Gambar 5) dan kadang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk memancing maupun menikmati pemandangan.

Deskripsi Umum Taman Ade Irma Suryani Nasution Kota Cirebon TAISN Kota Cirebon memiliki luas sekitar 2.7 hektar dan untuk perencanaan area rekreasi TAISN mengalami penambahan dari tanah Pemkot Cirebon menjadi sekitar 7 hektar. Batasan tapak yaitu:

Sebelah Utara : Pelabuhan Cirebon Sebelah Selatan : Pemukiman nelayan Sebelah Barat : Bank Indonesia

1 2 3 4 8 7 6 5 9 10

Sebelah Timur : Laut jawa

Berdasarkan perda Kota Cirebon No 8 Tahun 2012, Kecamatan Lemahwungkuk merupakan kecamatan yang akan dikembangkan sebagai daerah pariwisata. Saat ini TAISN hanya berupa lahan kosong tak terawat dengan pohon dan semak belukar (Gambar 6). Sebelumnya TAISN merupakan taman rekreasi tematik Kota Cirebon yang memanfaatkan view ke arah laut lepas sebagai daya tariknya.

Lokasinya yang di tepi laut bisa dimanfaatkan tidak hanya sebagai area rekreasi namun juga sebagai area konservasi. Pantai di TAISN merupakan pantai pasir berlumpur yang cocok untuk ditanami dengan tanaman mangrove. TAISN merupakan area yang memiliki potensi view yang cukup tinggi bisa diakses dengan mudah dari pusat Kota Cirebon. Lokasi ini dapat ditempuh dengan mudah, baik menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

Gambar 5 Kondisi eksisting tapak

G am ba r 6 P et a eks is ti ng t apa k 6

Aspek Fisik dan Biofisik Tata Guna Lahan

Berdasarkan Peta Tata Guna Lahan Eksisting RTRW Kota Cirebon tahun 2011-2013 (Lampiran 1), sebagian besar wilayah Kecamatan Lemahwungkuk digunakan untuk permukiman, tambak dan pelabuhan. Penggunaan lahan di sekitar TAISN sendiri sebagian besar adalah pemukiman nelayan serta perdagangan dan jasa (Gambar 7).

Gambar 7 Peta Tata guna lahan sekitar tapak Topografi

Sebagian besar Kota Cirebon memiliki bentukan topografi yang landai yaitu berkisar antara 0-200 mdpl, begitu pula dengan TAISN. Untuk mengetahui kesesuaian tapak guna pengembangan kawasan rekreasi, dilakukan analisis topografi. Kesesuaian kondisi kemiringan lahan pun perlu dianalisis untuk pengembangan ruang yang mempengaruhi kegiatan rekreasi. Keadaan topografi yang relatif datar membuat TAISN cocok untuk dijadikan sebagai ruang rekreasi yang memungkinkan adanya aktivitas dalam pembangunan sarana dan prasarana untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung dalam berekreasi. Keadaan topografi yang datar juga menjadikan kawasan sesuai untuk ruang aktivitas rekreasi yang nyaman serta memungkinkan untuk pembangunan sarana dan prasarana penunjang rekreasi yang dibutuhkan oleh pengunjung.

Titik terendah pada tapak adalah 4.4 mdpl dan yang tertinggi adalah 6.4 mdpl (Gambar 8). Berdasarkan analisis kemiringan lahan, TAISN masuk dalam kelas datar dengan persentase 0-8% sehingga TAISN bisa dikembangkan lebih lanjut untuk dijadikan sebagai kawasan rekreasi. Kesesuaian lahan untuk rekreasi tepi pantai TAISN terbagi menjadi 3, yaitu yang sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai untuk dikembangkan sebagai area rekreasi (Gambar 13). Kesesuaian ini didapatkan dengan mengacu pada kriteria kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi pesisir (Tabel 3).

G am ba r 8 P et a topogra fi T A IS N K ot a Ci re bon 8

G am ba r 9 P et a ana li si s ke m iri nga n le re ng 9

G am ba r 10 K es es ua ia n l ah an unt uk re kr ea si t epi p ant ai 13

Hidrologi

Air merupakan sumber daya dan aspek penting dalam perencanaan lanskap, terutama suatu perencanaan yang terkait dengan wisata. Kebutuhan air bersih di sekitar tapak adalah berasal dari PDAM Kota Cirebon. Di dalam tapak terdapat tiga kolam yang airnya berasal dari air hujan. Keberadaan kolam pada tapak sering dimanfaatkan oleh pengunjung untuk memancing.

Outlet dari ketiga kolam tersebut merupakan aliran terbuka yang langsung menuju ke laut. Hal ini sedikit mengganggu aktivitas karena jaringan air yang ada kurang bersih dan kurang terpelihara sehingga dapat menyebabkan bau tidak sedap. Oleh karena itu, perlu adanya drainase yang baik, dan kesadaran serta kepedulian pengunjung untuk menjaga kualitas air agar menjadi lebih baik.

Kedalaman air di pantai Kota Cirebon, sepanjang 7 km dari garis pantai adalah berkisar antara 0-7 meter (DKP3 Kota Cirebon). Arus air di pantai Kota Cirebon pun hanya berkisar antara 0-0.25 m/detik dan lebih dari 0.25 m/detik. Berdasarkan kriteraia kesesuaian untuk rekreasi pesisir (Tabel 3) arus air antara 0-0.25 m/detik masuk ke dalam kategori sesuai dan cukup sesuai untuk kegiatan rekreasi, karena arus air yang sesuai untuk rekreasi adalah antara 0-0.17 m/detik dan cukup sesuai adalah antara 0.18-0.34 m/detik. Air pasang rata-rata di perairan Kota Cirebon adalah 0.89 meter dan air surut rata-rata adalah 0.06 meter.

Sebagian besar pantai Cirebon merupakan pelabuhan dan pantai dengan tipe pasir berlumpur, hal ini masuk dalam kategori sesuai untuk rekreasi pantai (Tabel 3) yang ditetapkan oleh DKP3 Kota Cirebon. Tipe pantai yang ada disekitar tapak bisa dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian yang tertutupi oleh vegetasi, batuan dan karang serta pasir berlumpur. Bagian tapak yang tertutup oleh vegetasi dan batuan serta karang kurang sesuai untuk dikembangkan sebagai area rekreasi, namun hal tersebut tidak menutup untuk menjadikan area tersebut sesuai untuk rekreasi karena pada area tersebut bisa dikembangkan menjadi area rekreasi dengan aktivitas pasif. Sedangkan untuk bagian tapak yang bertipe lumpur berpasir bisa dikembangkan sebagai area rekreasi baik aktif maupun pasif.

30,2 31,3 32,1 30,7 29,8 31,15 31,3 33,6 34,6 35,1 33,2 30,7 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nop des Gambar 12 Aliran air yang langsung menuju laut Iklim

Iklim merupakan elemen fisik yang cukup penting dalam perencanaan lanskap yang terdiriu dari suhu udara, kelembapan udara dan curah hujan. Data iklim BPS Kota Cirebon menunjukkan bahwa suhu rata-rata di Kota Cirebon adalah 31.97oC pertahun. Suhu tertinggi adalah 35.1oC dan suhu terendah adalah 29.8oC (Gambar 13) dengan kelembapan sekitar 79.25 % (Lampiran 6).

Sumber: BPS Kota Cirebon 2013

Gambar 13 Grafik suhu rata-rata Kecamatan Lemahwungkuk

Kondisi tapak yang berada di tepi laut membuatnya memiliki intensitas kecepatan angin lebih besar dibandingkan dengan kawasan lainnya yang jauh dari laut. Kondisi iklim pada tapak sangat mempengaruhi kenyamanan dari pengguna. Suhu rata-rata untuk tingkat kenyamanan manusia adalah berkisar antara 27-28oC dengan kelembapan berkisar antara 40-75 % (Laurie 1975). Tingkat kenyamanan pengguna pada tapak bisa dihitung dengan menggunakan THI (thermal humanity index). Dari perhitungan tersebut didapatkan THI di tapak adalah sebesar 30.5.

Nilai tersebut menunjukkan bahwa kondisi tapak kurang nyaman untuk pengunjung karena nilai THI yang didapat melebihi nilai kenyamanan THI. Untuk mengatasi hal tersebut, terutama pada saat suhu tinggi (siang hari) perlu adanya modifikasi iklim mikro pada tapak. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menambahkan vegetasi, tenda kanopi.

Gambar 14 Kanopi untuk memodifikasi iklim mikro

Gambar 15 Pengaruh vegetasi terhadap perubahan suhu

Selain kanopi, angin juga dapat dimanfaatkan untuk merubah kelembaban dan suhu tapak, yaitu dengan menggunakan vegetasi yang disusun mengikuti atau tidak memotong arah angin (Brooks 1988). Hal ini disebabkan oleh adanya evaporasi dan penutupan dari kanopi vegetasi. Suhu dibawah kanopi pohon ketika siang hari akan lebih sejuk sebaliknya jika malam hari akan lebih terasa hangat (Gambar 15).

Vegetasi

Vegetasi dan satwa merupakan elemen pada suatu lanskap, terutama pada lanskap alami. Keduanya merupakan elemen yang dinamis karena tumbuh dan berkembang sejalan dengan waktu. Vegetasi yang ada pada tapak (Tabel 5) umumnya adalah vegetasi yang mampu hidup di daerah pantai seperti pohon waru, mangrove dan lainnya. Sedangkan untuk satwa, umumnya yang sering terlihat adalah burung yang terbang disekitar kumpulan ekosistem mangrove.

Sumber: google.com

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Gambar

1 Pohon Waru Laut Thespesia populnea

2 Angsana Pterocarpus indicus

3 Mangrove -

4 Glodogan bulat Polyalthia fragrans

5 Glodogan tiang Polyalthia longifolia

6 Beringin Ficus benjamina

Visual

Secara umum, view pada tapak yang merupakan dataran rendah sebagian besar adalah berupa pantai. Analisis visual pada tapak dilakukan untuk mendapatkan good view dan bad view yang menjadi acuan untuk menentukan view terbaik dari tapak.

View terbaik tapak adalah view ke arah laut sedangkan bad view pada tapak terlihat pada kolam melingkar yang dipenuhi oleh semak belukar, tumpukan sampah yang berada diantara pohon mangrove. Di bagian luar TAISN, banyak berdiri bangunan peninggalan jaman Belanda yang ikut menjadi view yang menarik untuk mendukung elemen pembentuk lanskap di luar tapak (Gambar 16).

Penutupan Lahan

Secara umum penutupan lahan di TAISN didominasi oleh pohon dan semak belukar, ruang terbuka dan kolam (Gambar 17). Semak belukar tumbuh mendominasi tapak karena saat ini tidak ada perencanaan dan pengelolaan untuk tapak sehingga tapak terkesan sebagai tanah kosong yang terbengkalai.

Sumber: google.com

Sumber: google.com

Sumber: google.com

G am ba r 16 P et a ana li si s vi sua l 16

G am ba r 17 P et a p enut up an l ah an 17

Aspek Wisata a. Daya Tarik

Salah satu daya tarik di Kota Cirebon adalah wilayah pesisir. Beberapa titik kawasan pantai sudah menjadi tempat wisata bagi masyarakatnya yang sayangnya belum terencana dan terkelola dengan baik, misaknya Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kejawanan, Pelabuhan Perikanan Kesenden dan TAISN.

Menurut Yoeti (1985) suatu objek rekreasi harus memenuhi 3 kriteria agar dapat menarik pengunjung untuk datang yaitu:

1. Something to see, Objek rekreasi tersebut mempunyai sesuatu yang bisa di lihat oleh pengunjung.

2. Something to do, pengunjung yang melakukan rekreasi dapat melakukan sesuatu yang bisa memberikan perasaan senang dan bahagia.

3. Something to buy adanya fasilitas bagi pengunjung untuk berbelanja yang pada umumnya adalah oleh-oleh ciri khas dari daerah.

Berdasarkan ketiga kriteria tersebut, TAISN hanya memiliki 1 poin kriteria yaitu something to see. Pengembangan daya tarik yang ada di Kota Cirebon khususnya TAISN sangat diperlukan untuk memenuhi 3 kriteria di atas. Oleh karena itu, adanya penambahan sarana dan prasarana yang memadai dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung sehingga pengunjung dapat melakukan aktivitas di tapak. Perencanaan rekreasi yang baik diperlukan untuk mendukung dan mewujudkan area rekreasi yang nyaman bagi pengunjung, disamping itu sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan yang bisa mengelola potensi yang ada pun perlu dipersiapkan (Pesawaran 2010).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 Tahun 2007, pengembangan kawasan wisata rekreasi memiliki beberapa krteria teknis yang terdiri dari kriteria fisik, prasarana dan sarana (Tabel 6).

Tabel 6 Kriteria kawasan wisata rekreasi

No. Jenis Wisata Kriteria Teknis

Fisik Prasarana Sarana

1 Wisata Buatan

Dibangun disesuaikan dengan kebutuhan dan peruntukannya

Jenis prasarana

yang tersedia antara lain jalan, air bersih, listrik, dan telepon

Tersedia angkutan umum

Status kepemilikan harus jelas dan tidak menimbulkan masalah dalam penguasaannya

Mempunyaivnilai Pencapaian dan kemudahan hubungan yang tinggi dan mudah dicapai dengan Kendaraan bermotor roda empat

Jenis sarana yang tersedia yaitu rumah makan, kantor pengelola, tempat rekreasi & hiburan, WC umum, dan mushola Mempunyai struktur tanah yang

stabil

Ada tempat untuk melakukan kegiatan penerangan wisata, pentas seni, pameran dan penjualan barangbarang hasil kerajinan Mempunyai kemiringan tanah

yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan dampak negatif terhadap lingkungan

No. Jenis Wisata Kriteria Teknis

Fisik Prasarana Sarana

2 Taman

Rekreasi

Luas lahan min. 3 Ha Jenis prasarana

yang tersedia antara lain jalan, air bersih, listrik, dan telepon

Tersedia angkutan umum

Mempunyai struktur tanah yang stabil

Mempunyaivnilai Pencapaian dan kemudahan hubungan yang tinggi dan mudah dicapai dengan Kendaraan bermotor roda empat

Tersedia yaitu rumah makan, kantor

• Pengelola, tempat

rekreasi & hiburan, WC

umum, mushola, dan tempat parkir Mempunyai kemiringan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan Tersedia sekurangnya 3

jenis sarana rekreasi yang mengandung unsur

hiburan, pendidikan, kebudayaan, dan arena bermain anak-anak. Ada tempat untuk melakukan kegiatan penerangan wisata, pentas seni, pameran dan penjualan barangbarang hasil kerajinan Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 (dengan modifikasi)

Berdasarkan Permen PU Nomor 41 Tahun 2007 tentang kriteria teknis kawasan budi daya, TAISN termasuk dalam jenis wisata taman rekreasi yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan rekreasi masyarakat. Kriteria teknis kawasan wisata rekreasi dari Permen PU terbagi menjadi 3 yaitu kriteria teknis fisik, prasarana dan sarana. Kriteria fisik TAISN sesuai dengan kriteria yang tercantum dalam Tabel 6, untuk mengembalikan TAISN sesuai dengan tujuan awal untuk kegiatan rekreasi maka diperlukan perencanaan ulang TAISN dan menambahkan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kriteria yang ada.

b. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana merupakan suatu yang harus tersedia di kawasan rekreasi untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung. Kedua hal tersebut harus dirancang dan ditepatkan dengan baik dan tepat agar tidak mengganggu kualitas view yang ada maupun untuk memudahkan pengunjung. Sarana dan prasarana di kawasan rekreasi harus tetap mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan dan meminimalkan dampak negatif yang mungkin terjadi.

Tidak adanya sarana dan prasarana pada suatu kawasan rekreasi akan membuat pengunjung enggan datang, begitu pula yang terjadi di TAISN. Pengunjung yang datang semakin sedikit karena tidak adanya fasilitas yang menunjang kegiatan mereka selama berada di dalam tapak. Oleh karena itu pemenuhan sarana dan prasarana untuk pengunjung yang datang sangat diperlukan. Hal ini juga bisa menarik lebih banyak pengunjung.

Berdasarkan hasil kuisioner (Gambar 18), sebagian besar pengunjung menginginkan adanya toilet, tempat duduk, tempat makan dan area parkir.

14% 17% 8% 12% 14% 7% 7% 12% 9% toilet tempat duduk tempat makan parkir area pertunjukkan pusat informasi tempat souvenir Musolla

Fasilitas lainnya yang dapat mendukung aktivitas rekreasi adalah wahana permainan dan fasilitas untuk bermain di air.

Gambar 18 Fasilitas pendukung yang diinginkan pengunjung

Gambar 19 Beberapa fasilitas yang ada di TAISN 1. Rumah makan 2. Toilet yang tinggal puing

c. Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju tapak cukup mudah, dapat dilakukan dari 2 jalur utama yaitu dari Kabupaten Cirebon dan dari dalam Kota Cirebon itu sendiri, baik itu menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Kondisi jalan untuk menuju ke TAISN Kota Cirebon sangat baik dengan topografi yang datar dan sudah teraspal dengan baik. (Gambar 20). Lokasi tapak mudah dijangkau oleh kendaraan baik dengan menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Akses menuju tapak memerlukan waktu 10-11 menit jika ditempuh dari: Terminal Kota Cirebon : ± 5.9 km atau sekitar 11 menit

Stasiun Kejaksan Kota Cirebon : ± 4.7 km atau sekitar 10 menit Grage/Pusat Kota : ± 4.5 km atau sekitar 10 menit Aspek Sosial

a. Karakteristik pengunjung

Dilihat dari persentase pengunjung, sebagian besar pengunjung yang datang ke TAISN adalah remaja berusia antara 14-20 tahun (Gambar 22). Pada umumnya mereka datang dari Kota Cirebon maupun dari daerah sekitarnya seperti Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Tegal (Gambar 23). Dari hasil kuisioner yang telah disebar sebagian

G am ba r 20 A ks es ibi li ta s m enu ju t ap ak 20

63% 37% Remaja (14-20 tahun) Dewasa (>20 tahun) 55% 35% 5% 3% 2% Kota Cirebon Kab. Cirebon Kab. Indramayu Kab. Majalengka Kab. Tegal 23% 44% 33% > 4 kali 2-4 kali pertama kali

besar pengunjung datang ke TAISN untuk menikmati pemandangan,

Dokumen terkait