• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK DISPENSASI KAWIN TERHADAP KEHIDUPAN RUMAH TANGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK DISPENSASI KAWIN TERHADAP KEHIDUPAN RUMAH TANGGA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK DISPENSASI KAWIN

TERHADAP KEHIDUPAN RUMAH TANGGA

SKRIPSI

Oleh: ISNAINY NIM. 08120008

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM

▸ Baca selengkapnya: cara dispensasi sekolah

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis haturkan kepada Allah SWT, dengan keridhoan-Nya

lah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, dengan judul

"DAMPAK DISPENSASI KAWIN TERHADAP KEHIDUPAN RUMAH

TANGGA".

Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan pada junjungan Nabi

Muhammad Saw karena dengan segala ketulusan dan perjuangannya penulis

dapat merasakan indahnya Agama Islam.

Dengan tersusunnya skripsi ini tak lupa penulis ucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Drs. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Malang

2. Bapak Drs. Sunarto, M.Ag selaku Dekan Fakultas Agama Islam beserta

jajarannya

3. Bapak Azhar Muttaqin, M.Ag selaku Kepala Jurusan Syari’ah

4. Ibu Idaul Hasanah, S.Ag M.Hi selaku Kepala Lab.Syari’ah

5. Ibu Dra. Sunkanah Hasyim, SH. M.Hum selaku pembimbing I dan Bapak

Drs. Fathor Rahim, M.Ag selaku pembimbing II yang senantiasa sabar dan

(4)

tengah-tengah kesibukannya. Dan penulis mohon maaf apabila selama

bimbingan ada yang tidak berkenan di hati

6. Segenap Dosen Syari'ah, Staf TU dan Karyawan Fakultas Agama Islam yang

telah membagi ilmu dengan penuh ketulusan

7. Keluarga besar Pengadilan Agama Kota Malang yang memberikan izin

kepada penulis untuk melakukan penelitian, khususnya kepada Bapak Drs.

Munasik, M.H selaku hakim yang banyak memberikan bimbingan dan

motivasi dengan sabar kepada penulis

8. Para Responden yang telah bersedia memberikan informasi demi kelancaran

skripsi ini

9. Kedua Orangtua yang menjadi kebanggaan penulis H.Iskandar dan Hj.Siti

Aminah yang selalu mendo’akan, memotivasi dalam perjalanan hidup penulis

10. Keluarga besar Lato Buttu dan Kakak-kakak tersayang Baharudin sekeluarga,

Nashrudin sekeluarga, Syamsul Bahri sekeluarga, Saharudin sekeluarga,

Darwisa sekeluarga, Darmini, Sadarudin sekeluarga, Abdur Rachman

sekeluarga terimakasih atas dukungan kalian selama ini

11. Orang yang berkesan di hati penulis Ari Ferdinansyah, maaf selalu

merepotkan dan terimakasih atas segala bantuannya

12. Teman-teman seperjuangan syari’ah 2008, Reni S, Reni Dj, Zaki, Halip, Faiz,

Nur, Fika, Fia, Nuhrom, Boges, Rizal, Nabil, Hamid, Irvan, Mba Nunin, Mba

Rahmi dan Ibie, terimakasih telah menjadi teman-teman terbaik

13. IMM dan HMJ Syari’ah terimakasih atas pengalaman organisasi dan ilmu

(5)

14. Keluarga kos-kosan Ibu Sutiyah, Bapak Shodiq sekeluarga, Mas Rojak

sekeluarga yang selalu membantu dan memberikan dukungan dalam

penyelesaian skrisi ini

15. Teman-teman kos, Faila Sufa Rahmawati, Palupi Puspitasari dan Yani yang

banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini dan maaf jika selalu

merepotkan

16. Pihak-pihak lain yang turut membantu selesainya skripsi ini dan tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu

Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan skripsi ini, untuk itu perkenankanlah penulis mohon maaf atas

kekurangan tersebut dan sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun

untuk kesempurnaan skripsi ini.

Penulis, 11 November 2012

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 11

(7)

A. PERKAWINAN ... 14

1. Pengertian ... 14

2. Dasar Hukum Perkawinan ... 15

3. Hukum Melakukan Perkawinan ... 17

4. Rukun dan Syarat Sah Perkawinan ... 19

5. Tujuan Melakukan Perkawinan ... 31

6. Prinsip-Prinsip atau Asas-Asas Perkawinan ... 35

7. Hak dan Kewajiban dalam Perkawinan ... 38

8. Batas Umur Melakukan Perkawinan ... 44

B. DISPENSASI KAWIN ... 50

1. Pengertian Dispensasi Kawin ... 50

2. Syarat-Syarat Melakukan Dispensai Kawin ... 53

C. PENGADILAN AGAMA ... 54

1. Pengertian Peradilan dan Pengadilan Agama ... 54

2. Kekuasaan Pengadilan ... 55

3. Asas-Asas Yang Berlaku di Pengadilan Agama ... 56

4. Pengertian Hakim ... 61

(8)

6. Tugas dan Kewajiban Hakim ... 62

BAB III HASIL PENELITIAN ...

A. Tata Cara Mengajukan Dispensasi Kawin ... 67

B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Adanya Dispensasi Kawin .... 75

C. Pertimbangan Hakim dalam Memberikan Dispensasi Kawin ... 80

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Dispensasi Kawin ... 85

E. Dampak Dispensasi Kawin Terhadap Kehidupan Rumah Tangga 86

F. Analisa Penulis terhadap Dampak yang Terjadi Pada Kehidupan

Rumah Tangga Pasangan Yang Menikah

Dengan Dispensasi Kawin ... 94

G. Pendapat Hakim Pengadilan Agama tentang

Dampak Dispensasi Kawin ... 99

BAB III PENUTUP ...

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran-Saran ... 102

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

A. Laporan Perkara Yang Diputus Pengadilan Agama Tahun 2011

B. Laporan Tentang Faktor-Faktor Penyebab Perceraian Tahun 2011

C. Berita Acara Seminar Proposal Skripsi

(10)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi

Hukum- Islam.(2007). Bandung: Citra Umbara

Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang-undang

RI No.7 Tahun 1989) tentang Peradilan Agama

Walgito, Bimo. (1984). Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta:

Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

M.Handayani, Muryantinah. (2008). Psikologi Keluarga. Surabaya: Fakultas

Psikologi Universitas Airlangga

Bungin, Burhan. (2001).Metodologi Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif

dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007).Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Roasdakarya Offset

Akunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Moleong, Lexy J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif, (rev.ed). Bandung:

Remaja Rosdakarya

(11)

Poerwanti, Endang. (2000). Dimensidimensi Riset Ilmiah. Malang: Universitas

-Muhammadiyah Malang

Al-Mufarraj, Sulaiman. (2003).Bekal Pernikahan. Jakarta: Qisthi Press

Tihami, Sohari Sahrani, (2009). Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Hasan, Ahmad. (2001).Terjemahan Bulughul Maraam. Bangil: Pustaka Tamaam

Thalib, Sayuti. (1986).Hukum Kekeluargaan Indonesia. Jakarta: UI Press

Ghozali, Abdul Rahman. (2010). Fikih Munakahat. Jakarta: Kencana Prenada

Media-Group

Doi, Rahman I. (1996).Karakteristik Hukum Islam dan Perkawinan. Jakarta

Eoh, OS. (2001).Perkawinan antar agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sosroatmodjo, H.Arso. (1975). Hukum Perkawinan di Indonesia. Jakarta:

Bulan-Bintang

Al-Faifi, Sulaiman. (2010). Mukhtashar Fiqih Sunnah-Sayyid Sabiq. Solo: PT.

Aqwam Media Profetika

Syamsu Alam, H.Andi. (2005). Usia Ideal Memasuki Dunia perkawinan.Jakarta:

Kencana Mas Publishing House

T. Yanggo, Cuzaimah, Hafiz Anshary. (1996). Problematika Hukum Islam

Kontemporer (II). Jakarta:PT. Pustaka Firdaus

(12)

Zuhriah, Erfaniah. (2008). Peradilan Agama di Indonesia. Malang: UIN Malang

Press

Bisri, Cik Hasan. (2000). Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta: PT.Raja

Grafindo Persada

M Yahya Harahap. (2007). Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan

Agama. Jakarta

Ash-Shiddieqy, Hasbi. (1969).Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Bulan Bintang

INTERNET :

Annisa, Rifka. Pernikahan Usia Muda dan Dampaknya, diakses pada tanggal 8

April 2012 dari

http://rifka-annisa.or.id/go/pernikahan-usia-muda-dan-dampaknya/#

Azas dan Prinsip-Prinsip Perkawinan Menurut hukum Islam dan Undang-Undang

Perkawinan, diakses pada tanggal 04 Juli 2012 dari

http://www.patigaraksa.net/index.php?option=com_content&view=articl

e&id=67:azas-dan-prinsip-prinsip-perkawinan-menurut-hukum-islam-dan-undang-undang-perkawinan&catid=39:artikel&Itemid=103

Tugas dan Kewajiban Hakim, diakses pada tanggal 10 juli 2012 dari

(13)

Tanggung Jawab Hakim, diakses pada tanggal 11 Juli 2012 dari

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Keluarga merupakan lingkungan kecil yang mempunyai pengaruh yang

cukup besar pada kehidupan manusia. Dalam Islam pembentukan sebuah

keluarga adalah dengan menyatukan seorang laki-laki dan seorang perempuan

diawali dengan suatu ikatan suci, yakni ikatan perkawinan. Menurut

Undang-Undang No 1 tahun 1974 perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara

seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa. Perkawinan merupakan gerbang utama memasuki kehidupan

rumah tangga.

Perkawinan yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia

dan kekal dapatlah diartikan bahwa perkawinan itu harus berlangsung seumur

hidup dan tidak boleh diputuskan begitu saja. Perkawinan harus dapat

dipertahankan oleh kedua belah pihak agar dapat mencapai tujuan dari

perkawinan tersebut. Dalam Al-Qur’an, perkawinan diistilahkan dengan

sebuah ungkapan ts qon ghol dzan(ikatan yang sangat kuat).

y

#

ø

‹x.ur ¼

ç

mtRr

ä

è

{

ù

's?

ô

‰s%ur

4

Ó|Ó

ø

ùr&

ö

N

à

6

à

Ò

÷

èt/

4

’ n<

Î

)

<

Ù

÷

èt/

š

c

õ

‹ yz r&ur N

à

6 Z

Ï

B

$

¸

) »sV‹

Ïi

B $

Z

à‹

Î

=xî

“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat”1

1

(15)

2

Konsekuensi logis dari tujuan perkawinan adalah dituntut memiliki

kematangan jasmani dan rohani sebelum memasuki dunia perkawinan, karena

dengan adanya suatu perkawinan, maka seorang laki-laki yang menjadi suami

memperoleh berbagai hak dalam keluarga itu. Begitupun seorang wanita yang

mengikatkan diri menjadi istri dalam suatu perkawinan juga memperoleh

berbagai hak. Disamping itu sebagaimana lazim dan wajarnya merekapun

memikul kewajiban-kewajiban akibat menggabungkan dan mengikatkan diri

dalam keluarga hasil perkawinan itu.2 Salah satu contoh, laki-laki akan

mendapatkan peran sebagai kepala rumah tangga sedangkan pengurusan

rumah tangga dan pendidikan anak sehari-hari menjadi kewajiban istri.3

Dalam Al-Qur’an secara konkrit tidak menentukan batas usia bagi

pihak yang akan melangsungkan perkawinan. Para Ulama’ pun banyak yang

berbeda pendapat dalam menentukan batas usia perkawinan. Namun, pada

intinya mereka sepakat bahwa ketika akan melangsungkan kehidupan rumah

tangga, kedua pasangan suami istri sudah harus benar-benar timbul keinginan

untuk berumah tangga dan sudah mampu mengurus harta kekayaan mereka.

Hal ini mendasar pada firman Allah Swt:

(

#q

è

=tG

ö

/$#ur

4

’ yJ »tGuŠ

ø

9$#

#

Ó

¨

Lym #sŒ

Î

)

(

#q

ä

ón=t/

y

y %s3

Ïi

Z9$#

÷

b

Î

*sù L

ä

ê

ó

¡ nS#uä

ö

N

å

k

÷

]

Ïi

B #

Y

ô

©

â

(

#

þ

q

ã

èsù

÷

Š$$sù

ö

N

Í

k

ö

Žs9

Î

)

ö

N

ç

lm;ºuq

ø

Br&

(

Artinya:

“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya”4

2

Sayuti Thalib,“Hukum Kekeluargaan Indonesia”, (Jakarta: 1982), hal.73. 3

Ibid., hal.75. 4

(16)

3

Meskipun dalam Al-Qur’an tidak di jelaskan batasan usia perkawinan

secara jelas, namun dalam Undang-undang Republik Indonesia No.1 tahun

1974 tentang Perkawinan Pasal 7 ayat (1) dijelaskan sebagai salah satu

persyaratan melaksanakan perkawinan yaitu: “Perkawinan hanya diizinkan

jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak

wanita mencapai umur 16 (enam belas) tahun”.

Dengan demikian jelas bahwa umur mempunyai peranan dalam

perkawinan. Batas umur yang tercantum dalam Undang-Undang Perkawinan

tersebut bila dikaji lebih lanjut, lebih menitik beratkan pada pertimbangan

segi kesehatan. Hal ini akan jelas dibaca pada penjelasan dari

Undang-Undang tersebut, bahwa “Untuk menjaga kesehatan suami istri dan

keturunan, perlu ditetapkan batas-batas umur untuk perkawinan”. Dengan

kalimat itu nampak bahwa yang menonjol dalam meletakkan batas umur

perkawinan lebih atas dasar pertimbangan kesehatan, dari pada

mempertimbangkan baik segi psikologis, maupun segi sosialnya.5

Jika dilihat dari segi kesehatan kaitannya dengan batasan umur yang

ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974, seseorang umumnya

sudah masak, ini berarti bahwa umur tersebut pasangan itu telah dapat

membuahkan keturunan, karena dari segi biologisnya alat-alat untuk

memproduksi keturunan telah dapat menjalankan fungsinya. Dengan

demikian bila anak wanita umur 16 tahun dan laki-laki berumur 19 tahun

melangsungkan perkawinan, maka pasangan tersebut telah dapat

5

(17)

4

menghasilkan keturunan, kalau tidak ada faktor-faktor lain yang

menghambatnya.

Namun umur dalam hubungannya dengan perkawinan, tidaklah cukup

dikaitkan dengan segi kesehatan saja, tetapi juga perlu dikaitkan dengan segi

psikologis dan sosial, karena dalam perkawinan hal-hal tersebut tidak dapat

ditinggalkan, tetapi juga ikut berperan.

Kaitannya dengan psikologis menurut Bimo Walgito, dengan

bertambah umur seseorang, diharapkan akan lebih masak lagi psikologisnya.

Anak akan mempunyai keadaan psikologis yang berbeda dengan remaja,

begitupun remaja akan mempunyai psikologis yang berbeda dengan orang

dewasa. Batasan umur yang ditetapkan Undang-undang tersebut yakni umur

16 tahun pada wanita dan 19 tahun pada pria, sebenarnya belumlah dapat

dikatakan bahwa anak tersebut telah dewasa psikologisnya. Pada umur

tersebut umumnya masih digolongkan pada umur remaja karena seseorang

dikatakan mulai dewasa dimulai dari umur 21 tahun.6

Menurut H. Andi Syamsu Alam, ditinjau dari psikologi, usia

perkawinan berimplikasi pada persoalan rumah tangga yang dapat

memunculkan kontes krisis akhlak, ketidakharmonisan dan tidak adanya

tanggung jawab.7 Dalam menjalani kehidupan rumah tangga, pasti ada

permasalahan yang terjadi didalamnya, oleh sebab itu kesiapan psikologis

pasangan harus sudah ada sebelum perkawinan tersebut dilakukan, karena

ditakutkan dengan keadaan psikologis yang belum matang dapat

mengakibatkan ketidaksiapan menghadapi permasalahan yang akan datang.

6

Dalam Bimo Walgito oleh Hurlock tahun 1959. 7

(18)

5

Kemandirian dan kematangan pada umumnya akan bertambah seiring dengan

bertambahnya usia. Semakin dewasa usia setiap pasangan, maka akan

semakin stabil pola pikirnya, karena kedewasaan juga akan membuat

pasangan menyadari apa yang mereka inginkan dalam perkawinan mereka.8

Dalam perkawinan yang perlu diperhatikan tidak hanya dari segi

kematangan kesehatan dan psikologis saja, tetapi juga dari segi sosial,

khususnya sosial ekonomi. Kematangan sosial ekonomi pada umumnya juga

berkaitan erat dengan umur individu. Makin bertambah umur seseorang,

kemungkinan untuk kematangan dalam bidang sosial ekonomi juga akan

makin nyata. Pada umumnya dengan bertambahnya umur seseorang akan

makin kuatlah dorongan untuk mencari nafkah sebagai menopang

kehidupan.9

Anak yang masih muda, misalnya pada umur 19 tahun pada umumnya

belum mempunyai sumber penghasilan atau penghidupan sendiri. Kalau pada

umur yang demikian muda telah melangsungkan perkawinan, maka dapat

diperkirakan bahwa kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan sosial

ekonomi akan muncul, yang dapat membawa akibat yang cukup rumit.

Tidak jarang kita temukan kasus perceraian di Pengadilan yang berawal

dari masalah faktor ekonomi, di Pengadilan Agama Kota Malang misalnya

pada tahun 2011 terdapat 401 kasus perceraian karena faktor ekonomi.10 Oleh

karena itu disimpulkan bahwa untuk memasuki gerbang pernikahan tidak

8

Muryantinah M. Handayani, dkk.Psikologi Keluarga. (Surabaya: 2008), hal.140. 9

Bimo.op.cit.hlm. 28 1 0

(19)

6

hanya dari kesiapan mental saja yang dibutuhkan melainkan juga kesiapan

materi.

Selain itu, untuk membangun kehidupan rumah tangga pada usia yang

tergolong masih dinipun dapat mengakibatkan anak kehilangan kesempatan

pendidikan, kehilangan kesempatan untuk berkembang dan berekspresi, juga

dapat menghalangi anak mengekspresikan dan berpikir sesuai usianya, karena

ia akan dituntut dengan tanggung jawab dalam keluarga sebagai suami atau

istri dan sebagai ayah atau ibu.11

Jika kasus ini kita hubungkan dengan adanya dispensasi yang di berikan

kepada anak yang berusia di bawah umur yang ditetapkan oleh

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 7 ayat (2) yang berbunyi: “Dalam hal

penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada

Pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria

maupun wanita.” maka timbul pertanyaan bahwa apakah tindakan pemberian

dispensasi tersebut tidak akan berdampak pada kehidupan rumah tangga

nantinya.

Berangkat dari kasus ini, penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut

dengan judul “DAMPAK DISPENSASI KAWIN TERHADAP

KEHIDUPAN RUMAH TANGGA”.

B. RUMUSAN MASALAH

1 1

(20)

7

Berdasarkan uraian yang termuat dalam latar belakang tersebut di atas,

maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apa pertimbangan hakim dalam memberikan dispensasi kawin?

2. Apa dampak dari dispensasi kawin terhadap kehidupan rumah tangga?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui apa yang menjadi pertimbangan hakim memberikan

dispensasi kawin

2. Untuk mengetahui dampak dari dispensasi kawin terhadap kehidupan

rumah tangga

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi

penyusun maupun bagi pihak lainnya. Adapun manfaat penelitian ini adalah;

1. Manfaat teoritis

a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi keluarga

khususnya

b. Dapat memberikan bahan dan masukan serta referensi bagi penelitian

terkait yang dilakukan selanjutnya.

2. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan teori tambahan

dan informasi khususnya pada pihak-pihak yang akan mengajukan

permohonan dispensasi kawin.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu

bahan masukan dan melengkapi referensi yang belum ada.

(21)

8

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk dalam jenis

penelitian lapangan (field research), yaitu semua jenis penelitian yang

memerlukan kancah sebagai obyek penelitian.12 dan dapat dikategorikan

sebagai penelitian empiris sosiologis yaitu penelitian yang diteliti pada

awalnya adalah data sekunder untuk kemudian dilanjutkan dengan

penelitian terhadap data primer di lapangan atau masyarakat.13

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan deskriptif-kualitatif.

Penelitian kualitatif diartikan dengan penelitian dengan sasaran

penelitian yang terbatas, tetapi dengan keterbatasan sasaran penelitian

yang ada itu digali sebanyak mungkin data mengenai sasaran

penelitian.14 Pendekatan deskriptif bertujuan untuk menggambarkan,

meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel

yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu. Kemudian

menarik kepermukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi,

situasi ataupun variabel tertentu.15

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif karena

sasaran dalam penelitian ini terbatas, akan tetapi dengan keterbatasan

yang ada itulah peneliti akan menggali data sebanyak mungkin kemudian

peneliti akan menggambarkan situasi, kondisi yang timbul pada objek

penelitian itu.

1 2

Endang Poewanti,Dimensi-dimensi Riset Ilmiah (Malang: 2000), hal. 26. 1 3

Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: 1986), hal. 52. 1 4

Burhan Bungin,Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: 2001), hal. 29. 1 5

(22)

9

3. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau

sumber pertama di lapangan. 16Yang mana yang dimaksud dalam

penelitian ini ialah data-data yang diperoleh dari subyek penelitian

yaitu dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

Hakim Pengadilan Agama Malang dan juga kepada orang yang

pernah mengajukan dispensasi kawin ke Pengadilan Agama.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau

sumber sekunder. 17 Yang dimaksud dalam penelitian ini ialah data

pendukung yang diperoleh dari beberapa literatur yang ada, seperti :

buku, majalah atau lainnya yang masih terkait dengan penelitian ini.

c. Data Tersier

Data tersier adalah penjelasan terhadap data primer dan data sekunder

seperti kamus, ensiklopedi dan indeks kumulatif.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap

muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang

16

Ibid., hal. 128. 1 7

(23)

1 0

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)

wawancara.18

Dalam penelitian ini penulis menggunakan bentuk wawancara

sistematik yaitu, wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu

pewawancara mempersiapkan (guide) tertulis tentang apa yang

hendak ditanyakan kepada responden yakni hakim Pengadilan Agama

Malang dan juga orang yang pernah mengajukan dispensasi kawin di

Pengadilan Agama. Pedoman wawancara tersebut digunakan oleh

pewawancara sebagai alur yang harus diikuti, mulai dari awal sampai

akhir wawancara, karena biasanya pedoman tersebut telah disusun

sedemikian rupa sehingga merupakan sederetan daftar pertanyaan,

dimulai dari hal-hal yang mudah dijawab oleh responden sampai

dengan hal-hal yang lebih kompleks.19

b. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia

dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya

selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit.

Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan

untuk menghimpun data penelitian, data penelitian tersebut dapat

diamati oleh peneliti.20

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

teknik yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau

1 8

Ibid., hal. 133. 1 9

Ibid., hal. 134. 20

(24)

1 1

variabel yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Peneliti akan

mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen yang didapatkan

dari Pengadilan Agama Malang seperti jumlah pemohon dispensasi

kawin yang ada di Pengadilan Agama Malang, Alasan yang

melatarbelakangi adanya pengajuan dispensasi kawin,dan lain

sebagainya.

5. Analisa Data

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya yang dilakukan

adalah menganalisa data yang diperoleh. Analisa data adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan

satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.21

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisa data deskriptif

kualitatif, peneliti akan menganalisa data yang diperoleh dilapangan

yakni hasil observasi dan wawancara di Pengadilan Agama Malang

maupun kepada orang yang pernah mengajukan dispensasi kawin dalam

jumlah yang terbatas, akan tetapi dengan keterbatasan itu peneliti akan

berusaha menggambarkan situasi yang terjadi di lapangan.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan ini ditulis dengan maksud untuk mempermudah

dalam penulisan dan pembahasan hasil penelitian ini. Sistematika

pembahasan skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab, dan diuraikan sebagai

berikut:

21

(25)

1 2

Bab I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan tentang : latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan

sistematika penelitian.

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisikan tentang kajian teori yang berkaitan dengan

persoalan yang akan dikaji. Pertama adalah hal-hal yang berkaitan

dengan perkawinan, meliputi : pengertian perkawinan, dasar hukum

perkawinan, hukum melakukan perkawinan, rukun dan syarat

perkawinan, tujuan melakukan perkawinan, prinsip-prinsip atau

asas-asas perkawinan, hak dan kewajiban dalam perkawinan dan batas usia

melakukan perkawinan. Kedua adalah hal-hal yang berkaitan dengan

dispensasi kawin seperti : pengertian dan syarat-syarat yang harus

dipenuhi untuk melakukan dispensasi kawin. Ketiga adalah hal-hal

yang berkaitan dengan Pengadilan Agama, meliputi : pengertian

peradilan dan pengadilan agama, kekuasaan pengadilan, Asas-asas

yang berlaku di Pengadilan Agama dan pengertian hakim, syarat

hakim dan tugas-tugas hakim.

Bab III : HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Dalam bab ini berisikan tentang hasil atau laporan dari penelitian yang

telah dilakukan di Pengadilan Agama Malang ataupun kepada orang

yang pernah mengajukan dispensasi kawin di Pengadilan, berupa tata

cara mengajukan dispensasi kawin di Pengadilan Agama,

(26)

1 3

pertimbangana hakim dalam memberikan dispensasi kawin, faktor

pendukung dan penghambat dispensasi kawin, dan dampak yang akan

timbul dari dispensasi kawin terhadap kehidupan rumah tangga.

Bab IV : PENUTUP

Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti dan juga beberapa saran yang

disampaikan peneliti kepada objek penelitian serta pihak-pihak lain

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam putusan/penetapan dispensasi kawin yang penulis temukan terdapat beberapa alasan dalam permohonan dispensasi kawin, alasannya itu adalah orang tua

Stermole, Frankin, J &amp; Stermole, John, M, Economic Evaluation &amp; Investment Decision Method, 6 th Edition, Investment Evaluation, Corporation, 1987.. Syahrizal

Dekstrin merupakan produk degradasi pati yang dapat dihasilkan dengan beberapa cara, yaitu memberikan perlakuan suspensi pati dalam air dengan asam atau enzim pada

1) Dimensi standar dan ukuran kinerja, bahwa Pegawai Bea dan Cukai baik secara individu maupun kelompok individu memiliki standar dan ukuran kinerja yang menjadi tolok

STATUS DALAM RUMAH TANGGA BELUM KAWIN KAWIN CERAI HIDUP CERAI MATI.. Kelurahan Tidak Ada

Proses TI adalah seluruh kegiatan dan aktifitas dalam perusahaan yang memanfaatkan sumber daya TI untuk mendukung sasaran bisnis perusahaan. Dari hasil identifikasi

a.      Pemegang Sertifikat Kompetensi akan diberi informasi jika terjadi perubahan persyaratan dan akan diberikan waktu yang cukup untuk melakukan perubahan. LSP akan

Suyati, 2015, “Pengaruh Efektivitas Penerapan Sistem Informasi Keuangan, Partisipasi Manajemen, Pemanfaatan Teknologi Informasi, Kesesuaian Tugas Dan Keahlian Pemakai