DAMPAK DISPENSASI KAWIN
TERHADAP KEHIDUPAN RUMAH TANGGA
SKRIPSI
Oleh: ISNAINY NIM. 08120008
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM
▸ Baca selengkapnya: cara dispensasi sekolah
(2)(3)KATA PENGANTAR
Segala puji penulis haturkan kepada Allah SWT, dengan keridhoan-Nya
lah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, dengan judul
"DAMPAK DISPENSASI KAWIN TERHADAP KEHIDUPAN RUMAH
TANGGA".
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan pada junjungan Nabi
Muhammad Saw karena dengan segala ketulusan dan perjuangannya penulis
dapat merasakan indahnya Agama Islam.
Dengan tersusunnya skripsi ini tak lupa penulis ucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Malang
2. Bapak Drs. Sunarto, M.Ag selaku Dekan Fakultas Agama Islam beserta
jajarannya
3. Bapak Azhar Muttaqin, M.Ag selaku Kepala Jurusan Syari’ah
4. Ibu Idaul Hasanah, S.Ag M.Hi selaku Kepala Lab.Syari’ah
5. Ibu Dra. Sunkanah Hasyim, SH. M.Hum selaku pembimbing I dan Bapak
Drs. Fathor Rahim, M.Ag selaku pembimbing II yang senantiasa sabar dan
tengah-tengah kesibukannya. Dan penulis mohon maaf apabila selama
bimbingan ada yang tidak berkenan di hati
6. Segenap Dosen Syari'ah, Staf TU dan Karyawan Fakultas Agama Islam yang
telah membagi ilmu dengan penuh ketulusan
7. Keluarga besar Pengadilan Agama Kota Malang yang memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian, khususnya kepada Bapak Drs.
Munasik, M.H selaku hakim yang banyak memberikan bimbingan dan
motivasi dengan sabar kepada penulis
8. Para Responden yang telah bersedia memberikan informasi demi kelancaran
skripsi ini
9. Kedua Orangtua yang menjadi kebanggaan penulis H.Iskandar dan Hj.Siti
Aminah yang selalu mendo’akan, memotivasi dalam perjalanan hidup penulis
10. Keluarga besar Lato Buttu dan Kakak-kakak tersayang Baharudin sekeluarga,
Nashrudin sekeluarga, Syamsul Bahri sekeluarga, Saharudin sekeluarga,
Darwisa sekeluarga, Darmini, Sadarudin sekeluarga, Abdur Rachman
sekeluarga terimakasih atas dukungan kalian selama ini
11. Orang yang berkesan di hati penulis Ari Ferdinansyah, maaf selalu
merepotkan dan terimakasih atas segala bantuannya
12. Teman-teman seperjuangan syari’ah 2008, Reni S, Reni Dj, Zaki, Halip, Faiz,
Nur, Fika, Fia, Nuhrom, Boges, Rizal, Nabil, Hamid, Irvan, Mba Nunin, Mba
Rahmi dan Ibie, terimakasih telah menjadi teman-teman terbaik
13. IMM dan HMJ Syari’ah terimakasih atas pengalaman organisasi dan ilmu
14. Keluarga kos-kosan Ibu Sutiyah, Bapak Shodiq sekeluarga, Mas Rojak
sekeluarga yang selalu membantu dan memberikan dukungan dalam
penyelesaian skrisi ini
15. Teman-teman kos, Faila Sufa Rahmawati, Palupi Puspitasari dan Yani yang
banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini dan maaf jika selalu
merepotkan
16. Pihak-pihak lain yang turut membantu selesainya skripsi ini dan tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu
Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, untuk itu perkenankanlah penulis mohon maaf atas
kekurangan tersebut dan sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk kesempurnaan skripsi ini.
Penulis, 11 November 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Metode Penelitian ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 11
A. PERKAWINAN ... 14
1. Pengertian ... 14
2. Dasar Hukum Perkawinan ... 15
3. Hukum Melakukan Perkawinan ... 17
4. Rukun dan Syarat Sah Perkawinan ... 19
5. Tujuan Melakukan Perkawinan ... 31
6. Prinsip-Prinsip atau Asas-Asas Perkawinan ... 35
7. Hak dan Kewajiban dalam Perkawinan ... 38
8. Batas Umur Melakukan Perkawinan ... 44
B. DISPENSASI KAWIN ... 50
1. Pengertian Dispensasi Kawin ... 50
2. Syarat-Syarat Melakukan Dispensai Kawin ... 53
C. PENGADILAN AGAMA ... 54
1. Pengertian Peradilan dan Pengadilan Agama ... 54
2. Kekuasaan Pengadilan ... 55
3. Asas-Asas Yang Berlaku di Pengadilan Agama ... 56
4. Pengertian Hakim ... 61
6. Tugas dan Kewajiban Hakim ... 62
BAB III HASIL PENELITIAN ...
A. Tata Cara Mengajukan Dispensasi Kawin ... 67
B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Adanya Dispensasi Kawin .... 75
C. Pertimbangan Hakim dalam Memberikan Dispensasi Kawin ... 80
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Dispensasi Kawin ... 85
E. Dampak Dispensasi Kawin Terhadap Kehidupan Rumah Tangga 86
F. Analisa Penulis terhadap Dampak yang Terjadi Pada Kehidupan
Rumah Tangga Pasangan Yang Menikah
Dengan Dispensasi Kawin ... 94
G. Pendapat Hakim Pengadilan Agama tentang
Dampak Dispensasi Kawin ... 99
BAB III PENUTUP ...
A. Kesimpulan ... 101
B. Saran-Saran ... 102
DAFTAR LAMPIRAN
A. Laporan Perkara Yang Diputus Pengadilan Agama Tahun 2011
B. Laporan Tentang Faktor-Faktor Penyebab Perceraian Tahun 2011
C. Berita Acara Seminar Proposal Skripsi
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi
Hukum- Islam.(2007). Bandung: Citra Umbara
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 (Perubahan Kedua Atas Undang-undang
RI No.7 Tahun 1989) tentang Peradilan Agama
Walgito, Bimo. (1984). Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta:
Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
M.Handayani, Muryantinah. (2008). Psikologi Keluarga. Surabaya: Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga
Bungin, Burhan. (2001).Metodologi Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif
dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007).Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Roasdakarya Offset
Akunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Moleong, Lexy J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif, (rev.ed). Bandung:
Remaja Rosdakarya
Poerwanti, Endang. (2000). Dimensidimensi Riset Ilmiah. Malang: Universitas
-Muhammadiyah Malang
Al-Mufarraj, Sulaiman. (2003).Bekal Pernikahan. Jakarta: Qisthi Press
Tihami, Sohari Sahrani, (2009). Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Hasan, Ahmad. (2001).Terjemahan Bulughul Maraam. Bangil: Pustaka Tamaam
Thalib, Sayuti. (1986).Hukum Kekeluargaan Indonesia. Jakarta: UI Press
Ghozali, Abdul Rahman. (2010). Fikih Munakahat. Jakarta: Kencana Prenada
Media-Group
Doi, Rahman I. (1996).Karakteristik Hukum Islam dan Perkawinan. Jakarta
Eoh, OS. (2001).Perkawinan antar agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sosroatmodjo, H.Arso. (1975). Hukum Perkawinan di Indonesia. Jakarta:
Bulan-Bintang
Al-Faifi, Sulaiman. (2010). Mukhtashar Fiqih Sunnah-Sayyid Sabiq. Solo: PT.
Aqwam Media Profetika
Syamsu Alam, H.Andi. (2005). Usia Ideal Memasuki Dunia perkawinan.Jakarta:
Kencana Mas Publishing House
T. Yanggo, Cuzaimah, Hafiz Anshary. (1996). Problematika Hukum Islam
Kontemporer (II). Jakarta:PT. Pustaka Firdaus
Zuhriah, Erfaniah. (2008). Peradilan Agama di Indonesia. Malang: UIN Malang
Press
Bisri, Cik Hasan. (2000). Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada
M Yahya Harahap. (2007). Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan
Agama. Jakarta
Ash-Shiddieqy, Hasbi. (1969).Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Bulan Bintang
INTERNET :
Annisa, Rifka. Pernikahan Usia Muda dan Dampaknya, diakses pada tanggal 8
April 2012 dari
http://rifka-annisa.or.id/go/pernikahan-usia-muda-dan-dampaknya/#
Azas dan Prinsip-Prinsip Perkawinan Menurut hukum Islam dan Undang-Undang
Perkawinan, diakses pada tanggal 04 Juli 2012 dari
http://www.patigaraksa.net/index.php?option=com_content&view=articl
e&id=67:azas-dan-prinsip-prinsip-perkawinan-menurut-hukum-islam-dan-undang-undang-perkawinan&catid=39:artikel&Itemid=103
Tugas dan Kewajiban Hakim, diakses pada tanggal 10 juli 2012 dari
Tanggung Jawab Hakim, diakses pada tanggal 11 Juli 2012 dari
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Keluarga merupakan lingkungan kecil yang mempunyai pengaruh yang
cukup besar pada kehidupan manusia. Dalam Islam pembentukan sebuah
keluarga adalah dengan menyatukan seorang laki-laki dan seorang perempuan
diawali dengan suatu ikatan suci, yakni ikatan perkawinan. Menurut
Undang-Undang No 1 tahun 1974 perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Perkawinan merupakan gerbang utama memasuki kehidupan
rumah tangga.
Perkawinan yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia
dan kekal dapatlah diartikan bahwa perkawinan itu harus berlangsung seumur
hidup dan tidak boleh diputuskan begitu saja. Perkawinan harus dapat
dipertahankan oleh kedua belah pihak agar dapat mencapai tujuan dari
perkawinan tersebut. Dalam Al-Qur’an, perkawinan diistilahkan dengan
sebuah ungkapan ts qon ghol dzan(ikatan yang sangat kuat).
y
#
ø
‹x.ur ¼ç
mtRrä
‹è
{ù
's?ô
‰s%ur
4
Ó|Ó
ø
ùr&ö
N
à
6à
Ò÷
èt/4
’ n<
Î
)<
Ù
÷
èt/š
c
õ
‹ yz r&ur Nà
6 ZÏ
B$
¸
) »sV‹Ïi
B $Z
à‹Î
=xî“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat”1
1
2
Konsekuensi logis dari tujuan perkawinan adalah dituntut memiliki
kematangan jasmani dan rohani sebelum memasuki dunia perkawinan, karena
dengan adanya suatu perkawinan, maka seorang laki-laki yang menjadi suami
memperoleh berbagai hak dalam keluarga itu. Begitupun seorang wanita yang
mengikatkan diri menjadi istri dalam suatu perkawinan juga memperoleh
berbagai hak. Disamping itu sebagaimana lazim dan wajarnya merekapun
memikul kewajiban-kewajiban akibat menggabungkan dan mengikatkan diri
dalam keluarga hasil perkawinan itu.2 Salah satu contoh, laki-laki akan
mendapatkan peran sebagai kepala rumah tangga sedangkan pengurusan
rumah tangga dan pendidikan anak sehari-hari menjadi kewajiban istri.3
Dalam Al-Qur’an secara konkrit tidak menentukan batas usia bagi
pihak yang akan melangsungkan perkawinan. Para Ulama’ pun banyak yang
berbeda pendapat dalam menentukan batas usia perkawinan. Namun, pada
intinya mereka sepakat bahwa ketika akan melangsungkan kehidupan rumah
tangga, kedua pasangan suami istri sudah harus benar-benar timbul keinginan
untuk berumah tangga dan sudah mampu mengurus harta kekayaan mereka.
Hal ini mendasar pada firman Allah Swt:
(
#q
è
=tGö
/$#ur4
’ yJ »tGuŠ
ø
9$##
Ó
¨
Lym #sŒÎ
)(
#q
ä
ón=t/y
y %s3
Ïi
Z9$#÷
b
Î
*sù Lä
êó
¡ nS#uäö
N
å
k÷
]Ïi
B #Y
‰ô
©â
‘(
#
þ
qã
èsù÷
Š$$sùö
N
Í
kö
Žs9Î
)ö
N
ç
lm;ºuqø
Br&(
Artinya:
“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya”4
2
Sayuti Thalib,“Hukum Kekeluargaan Indonesia”, (Jakarta: 1982), hal.73. 3
Ibid., hal.75. 4
3
Meskipun dalam Al-Qur’an tidak di jelaskan batasan usia perkawinan
secara jelas, namun dalam Undang-undang Republik Indonesia No.1 tahun
1974 tentang Perkawinan Pasal 7 ayat (1) dijelaskan sebagai salah satu
persyaratan melaksanakan perkawinan yaitu: “Perkawinan hanya diizinkan
jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak
wanita mencapai umur 16 (enam belas) tahun”.
Dengan demikian jelas bahwa umur mempunyai peranan dalam
perkawinan. Batas umur yang tercantum dalam Undang-Undang Perkawinan
tersebut bila dikaji lebih lanjut, lebih menitik beratkan pada pertimbangan
segi kesehatan. Hal ini akan jelas dibaca pada penjelasan dari
Undang-Undang tersebut, bahwa “Untuk menjaga kesehatan suami istri dan
keturunan, perlu ditetapkan batas-batas umur untuk perkawinan”. Dengan
kalimat itu nampak bahwa yang menonjol dalam meletakkan batas umur
perkawinan lebih atas dasar pertimbangan kesehatan, dari pada
mempertimbangkan baik segi psikologis, maupun segi sosialnya.5
Jika dilihat dari segi kesehatan kaitannya dengan batasan umur yang
ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974, seseorang umumnya
sudah masak, ini berarti bahwa umur tersebut pasangan itu telah dapat
membuahkan keturunan, karena dari segi biologisnya alat-alat untuk
memproduksi keturunan telah dapat menjalankan fungsinya. Dengan
demikian bila anak wanita umur 16 tahun dan laki-laki berumur 19 tahun
melangsungkan perkawinan, maka pasangan tersebut telah dapat
5
4
menghasilkan keturunan, kalau tidak ada faktor-faktor lain yang
menghambatnya.
Namun umur dalam hubungannya dengan perkawinan, tidaklah cukup
dikaitkan dengan segi kesehatan saja, tetapi juga perlu dikaitkan dengan segi
psikologis dan sosial, karena dalam perkawinan hal-hal tersebut tidak dapat
ditinggalkan, tetapi juga ikut berperan.
Kaitannya dengan psikologis menurut Bimo Walgito, dengan
bertambah umur seseorang, diharapkan akan lebih masak lagi psikologisnya.
Anak akan mempunyai keadaan psikologis yang berbeda dengan remaja,
begitupun remaja akan mempunyai psikologis yang berbeda dengan orang
dewasa. Batasan umur yang ditetapkan Undang-undang tersebut yakni umur
16 tahun pada wanita dan 19 tahun pada pria, sebenarnya belumlah dapat
dikatakan bahwa anak tersebut telah dewasa psikologisnya. Pada umur
tersebut umumnya masih digolongkan pada umur remaja karena seseorang
dikatakan mulai dewasa dimulai dari umur 21 tahun.6
Menurut H. Andi Syamsu Alam, ditinjau dari psikologi, usia
perkawinan berimplikasi pada persoalan rumah tangga yang dapat
memunculkan kontes krisis akhlak, ketidakharmonisan dan tidak adanya
tanggung jawab.7 Dalam menjalani kehidupan rumah tangga, pasti ada
permasalahan yang terjadi didalamnya, oleh sebab itu kesiapan psikologis
pasangan harus sudah ada sebelum perkawinan tersebut dilakukan, karena
ditakutkan dengan keadaan psikologis yang belum matang dapat
mengakibatkan ketidaksiapan menghadapi permasalahan yang akan datang.
6
Dalam Bimo Walgito oleh Hurlock tahun 1959. 7
5
Kemandirian dan kematangan pada umumnya akan bertambah seiring dengan
bertambahnya usia. Semakin dewasa usia setiap pasangan, maka akan
semakin stabil pola pikirnya, karena kedewasaan juga akan membuat
pasangan menyadari apa yang mereka inginkan dalam perkawinan mereka.8
Dalam perkawinan yang perlu diperhatikan tidak hanya dari segi
kematangan kesehatan dan psikologis saja, tetapi juga dari segi sosial,
khususnya sosial ekonomi. Kematangan sosial ekonomi pada umumnya juga
berkaitan erat dengan umur individu. Makin bertambah umur seseorang,
kemungkinan untuk kematangan dalam bidang sosial ekonomi juga akan
makin nyata. Pada umumnya dengan bertambahnya umur seseorang akan
makin kuatlah dorongan untuk mencari nafkah sebagai menopang
kehidupan.9
Anak yang masih muda, misalnya pada umur 19 tahun pada umumnya
belum mempunyai sumber penghasilan atau penghidupan sendiri. Kalau pada
umur yang demikian muda telah melangsungkan perkawinan, maka dapat
diperkirakan bahwa kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan sosial
ekonomi akan muncul, yang dapat membawa akibat yang cukup rumit.
Tidak jarang kita temukan kasus perceraian di Pengadilan yang berawal
dari masalah faktor ekonomi, di Pengadilan Agama Kota Malang misalnya
pada tahun 2011 terdapat 401 kasus perceraian karena faktor ekonomi.10 Oleh
karena itu disimpulkan bahwa untuk memasuki gerbang pernikahan tidak
8
Muryantinah M. Handayani, dkk.Psikologi Keluarga. (Surabaya: 2008), hal.140. 9
Bimo.op.cit.hlm. 28 1 0
6
hanya dari kesiapan mental saja yang dibutuhkan melainkan juga kesiapan
materi.
Selain itu, untuk membangun kehidupan rumah tangga pada usia yang
tergolong masih dinipun dapat mengakibatkan anak kehilangan kesempatan
pendidikan, kehilangan kesempatan untuk berkembang dan berekspresi, juga
dapat menghalangi anak mengekspresikan dan berpikir sesuai usianya, karena
ia akan dituntut dengan tanggung jawab dalam keluarga sebagai suami atau
istri dan sebagai ayah atau ibu.11
Jika kasus ini kita hubungkan dengan adanya dispensasi yang di berikan
kepada anak yang berusia di bawah umur yang ditetapkan oleh
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 7 ayat (2) yang berbunyi: “Dalam hal
penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada
Pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria
maupun wanita.” maka timbul pertanyaan bahwa apakah tindakan pemberian
dispensasi tersebut tidak akan berdampak pada kehidupan rumah tangga
nantinya.
Berangkat dari kasus ini, penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut
dengan judul “DAMPAK DISPENSASI KAWIN TERHADAP
KEHIDUPAN RUMAH TANGGA”.
B. RUMUSAN MASALAH
1 1
7
Berdasarkan uraian yang termuat dalam latar belakang tersebut di atas,
maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pertimbangan hakim dalam memberikan dispensasi kawin?
2. Apa dampak dari dispensasi kawin terhadap kehidupan rumah tangga?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui apa yang menjadi pertimbangan hakim memberikan
dispensasi kawin
2. Untuk mengetahui dampak dari dispensasi kawin terhadap kehidupan
rumah tangga
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi
penyusun maupun bagi pihak lainnya. Adapun manfaat penelitian ini adalah;
1. Manfaat teoritis
a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi keluarga
khususnya
b. Dapat memberikan bahan dan masukan serta referensi bagi penelitian
terkait yang dilakukan selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan teori tambahan
dan informasi khususnya pada pihak-pihak yang akan mengajukan
permohonan dispensasi kawin.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
bahan masukan dan melengkapi referensi yang belum ada.
8
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk dalam jenis
penelitian lapangan (field research), yaitu semua jenis penelitian yang
memerlukan kancah sebagai obyek penelitian.12 dan dapat dikategorikan
sebagai penelitian empiris sosiologis yaitu penelitian yang diteliti pada
awalnya adalah data sekunder untuk kemudian dilanjutkan dengan
penelitian terhadap data primer di lapangan atau masyarakat.13
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan deskriptif-kualitatif.
Penelitian kualitatif diartikan dengan penelitian dengan sasaran
penelitian yang terbatas, tetapi dengan keterbatasan sasaran penelitian
yang ada itu digali sebanyak mungkin data mengenai sasaran
penelitian.14 Pendekatan deskriptif bertujuan untuk menggambarkan,
meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel
yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu. Kemudian
menarik kepermukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi,
situasi ataupun variabel tertentu.15
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif karena
sasaran dalam penelitian ini terbatas, akan tetapi dengan keterbatasan
yang ada itulah peneliti akan menggali data sebanyak mungkin kemudian
peneliti akan menggambarkan situasi, kondisi yang timbul pada objek
penelitian itu.
1 2
Endang Poewanti,Dimensi-dimensi Riset Ilmiah (Malang: 2000), hal. 26. 1 3
Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: 1986), hal. 52. 1 4
Burhan Bungin,Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: 2001), hal. 29. 1 5
9
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau
sumber pertama di lapangan. 16Yang mana yang dimaksud dalam
penelitian ini ialah data-data yang diperoleh dari subyek penelitian
yaitu dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
Hakim Pengadilan Agama Malang dan juga kepada orang yang
pernah mengajukan dispensasi kawin ke Pengadilan Agama.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber sekunder. 17 Yang dimaksud dalam penelitian ini ialah data
pendukung yang diperoleh dari beberapa literatur yang ada, seperti :
buku, majalah atau lainnya yang masih terkait dengan penelitian ini.
c. Data Tersier
Data tersier adalah penjelasan terhadap data primer dan data sekunder
seperti kamus, ensiklopedi dan indeks kumulatif.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang
16
Ibid., hal. 128. 1 7
1 0
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara.18
Dalam penelitian ini penulis menggunakan bentuk wawancara
sistematik yaitu, wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu
pewawancara mempersiapkan (guide) tertulis tentang apa yang
hendak ditanyakan kepada responden yakni hakim Pengadilan Agama
Malang dan juga orang yang pernah mengajukan dispensasi kawin di
Pengadilan Agama. Pedoman wawancara tersebut digunakan oleh
pewawancara sebagai alur yang harus diikuti, mulai dari awal sampai
akhir wawancara, karena biasanya pedoman tersebut telah disusun
sedemikian rupa sehingga merupakan sederetan daftar pertanyaan,
dimulai dari hal-hal yang mudah dijawab oleh responden sampai
dengan hal-hal yang lebih kompleks.19
b. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya
selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit.
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian, data penelitian tersebut dapat
diamati oleh peneliti.20
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
teknik yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau
1 8
Ibid., hal. 133. 1 9
Ibid., hal. 134. 20
1 1
variabel yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Peneliti akan
mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen yang didapatkan
dari Pengadilan Agama Malang seperti jumlah pemohon dispensasi
kawin yang ada di Pengadilan Agama Malang, Alasan yang
melatarbelakangi adanya pengajuan dispensasi kawin,dan lain
sebagainya.
5. Analisa Data
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya yang dilakukan
adalah menganalisa data yang diperoleh. Analisa data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.21
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisa data deskriptif
kualitatif, peneliti akan menganalisa data yang diperoleh dilapangan
yakni hasil observasi dan wawancara di Pengadilan Agama Malang
maupun kepada orang yang pernah mengajukan dispensasi kawin dalam
jumlah yang terbatas, akan tetapi dengan keterbatasan itu peneliti akan
berusaha menggambarkan situasi yang terjadi di lapangan.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan ini ditulis dengan maksud untuk mempermudah
dalam penulisan dan pembahasan hasil penelitian ini. Sistematika
pembahasan skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab, dan diuraikan sebagai
berikut:
21
1 2
Bab I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan tentang : latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematika penelitian.
Bab II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisikan tentang kajian teori yang berkaitan dengan
persoalan yang akan dikaji. Pertama adalah hal-hal yang berkaitan
dengan perkawinan, meliputi : pengertian perkawinan, dasar hukum
perkawinan, hukum melakukan perkawinan, rukun dan syarat
perkawinan, tujuan melakukan perkawinan, prinsip-prinsip atau
asas-asas perkawinan, hak dan kewajiban dalam perkawinan dan batas usia
melakukan perkawinan. Kedua adalah hal-hal yang berkaitan dengan
dispensasi kawin seperti : pengertian dan syarat-syarat yang harus
dipenuhi untuk melakukan dispensasi kawin. Ketiga adalah hal-hal
yang berkaitan dengan Pengadilan Agama, meliputi : pengertian
peradilan dan pengadilan agama, kekuasaan pengadilan, Asas-asas
yang berlaku di Pengadilan Agama dan pengertian hakim, syarat
hakim dan tugas-tugas hakim.
Bab III : HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Dalam bab ini berisikan tentang hasil atau laporan dari penelitian yang
telah dilakukan di Pengadilan Agama Malang ataupun kepada orang
yang pernah mengajukan dispensasi kawin di Pengadilan, berupa tata
cara mengajukan dispensasi kawin di Pengadilan Agama,
1 3
pertimbangana hakim dalam memberikan dispensasi kawin, faktor
pendukung dan penghambat dispensasi kawin, dan dampak yang akan
timbul dari dispensasi kawin terhadap kehidupan rumah tangga.
Bab IV : PENUTUP
Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti dan juga beberapa saran yang
disampaikan peneliti kepada objek penelitian serta pihak-pihak lain