SKRIPSI
NILAI – NILAI SEJARAH CERITA MAKAM PAPAN
TINGGI PADA MASYARAKAT BARUS, TAPANULI
TENGAH
DIKERJAKAN
O L E H
NAMA : IHSAN WAHYUDI SIMATUPANG
NIM : 030702008
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN SASTRA DAERAH
PROGRAM STUDI SASTRA DAERAH MELAYU
MEDAN
SKRIPSI
NILAI – NILAI SEJARAH CERITA MAKAM PAPAN
TINGGI PADA MASYARAKAT BARUS, TAPANULI
TENGAH
DIKERJAKAN
O L E H
NAMA : IHSAN WAHYUDI SIMATUPANG
NIM : 030702008
Diketahui Oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Drs.Syaifuddin, M.A,PhD Drs, Baharuddin M,Hum NIP. 132 098 531 NIP. 131 785 647
Disetujui Oleh
Departemen Bahasa dan Sastra Daerah Ketua,
DISETUJUI OLEH,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA DAERAH
SASTRA DAERAH KETUA
PENGESAHAN
Diterima oleh
Panitia Ujian Sarjana Sastra Fakultasa Sastra Universitasa Sumatera Utara, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam ilmu Kesusasteraan Daerah pada Fakultas Sastra USU medan,
Pada : Tanggal : Hari :
Fakultas Sastra Dekan
Ucapan Terimah Kasih
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana masih
memberi penulis rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini, dan tidak lupa kita hanturkan salawat berangkai salam
kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah berjuang pada jalannya dan telah
membawa kita dari zaman yang penuh kenistaan sampai kezaman yang penuh
ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Skripsi penulis ini berjudul “ Nilai – Nilai Sejarah Cerita Makam Papan
Tinggi pada Masyarakat Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah “ dan skripsi ini juga
sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar kesarjaan di
Universitas Sumatera Utara Fakultas Sastra Jurusan Sastra Daerah program studi
Bahasa dan Sastra Daerah Melayu.
Selama dalam penulisan skripsi ini penulis juga banyak mendapat kendala,
tetapi berkat bantuan informan, keluarga dan binbingan dari bapak\ ibu dosen
akhirnya penulis dapat juga menyelesaikan skripsi penulis ini. Disini penulis
hendak mengucapkan terima kasih yang tulus dan sedalam – dalamnya kepada :
1. Bapak Drs Syaifuddin M.A, Ph.D ( selaku dekan Fakultas Satra
Universitas Sumatera Utara)
2. Bapak Drs Baharuddin, M.Hum ( selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra
Daerah Universitas Sumatera Utara )
3. Bapak Drs Syaifuddin M.A,PhD sebagai pembimbing I yang telah sangat
banyak meberikan nasehat, arahan dan masukan untuk skripsi penulis ini
4. Bapak Drs Baharuddin M,Hum sebagai pembimbing II dalam penulisan
skripsi ini
5. Semua dosen yang ada dilingkungan Fakultas Sastra Universitas Sumatera
Utara
6. Papa dan Mama tercinta yang selalu ada untuk membantu penulis dari
dilindungi oleh Allah SWT dalam segala perkataan dan perbuataan selama
didunia, Amin
7. Adek – adek penulis, Ikrar Kurniawan, Ikhwan Hidayat, Ilham Firdaus
dan Indah Maharani yang selalu memberikan dukungan moral ataupun
moril kepada penulis dalam mengerjakan skripsi penulis ini
8. Semua keluarga yang ada di barus yang telah membantu penulis dalam
melaksanakan penelitiaan lapangan
9. Kepada semua informan penelitian penulis
10. Semua teman – teman penulis yang ada di Jurusan Bahasa dan Sastra
Daerah
11. Semua teman – teman penulis dilingkungan Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara
12. Semua teman – teman penulis di Organisasi kemahasiswaan yang ada di
Fakultas Sastra dan Universitas Sumatera Utara
13. Best Friend GEMAPALA F S USU moga persahaban ini abadi
selamanya
Disini penulis tidak dapat membalas semua kebaikan dan bantuan yang
diberikan kepada penulis sehinnga penulis dapat menyelesaikan skripsi panulis ini.
Dan penulis berharap hanya Allah SWT yang akan membalas semua kebaikan
yang telah diberikan kepada penulis, akhirnya, penulis sadar akan segala
kekurangan yang penulis miliki dalam membuat skripsi ini, dan untuk itu penulis
sangat berharap kapada bapak\ ibu dosen pembimbing dan penguji untuk dapat
meberikan kritikan kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini kedepannya.
Akhirnya sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan
sedalam – dalamnya kepada semua pihak yang membantu penulis dalam
mengerjakan skripsi ini, dan penulis berharap kiranya Allah SWT dapat membalas
Medan ,
Penulis
IHSAN WAHYUDI S
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Karya sastra merupakan hasil pemekiran dan cerminan dari sebuah budaya
kelompaok masyarakat mana saja yang memiliki kebudayaan, oleh karena itu
daloam karya satra banyak menceritakan tentang interaksi manusia dengan
manusia dan lingkunganya. Karya sastra juga merupakan salah satu ungkapan rasa
estetis dari seorang pengarang terhadap alam sekitarnya
Karya sastra merupakan suatau karya imajinatif dari seorang yang dilandasi
kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni. Karya
sastra juga banyak memberikan gambaran kehidupan sebagai mana yang
diingingkan oleh pengarangnya sekaligus menunjukkan sosok manusia sebagai
insan seni yang berunsur estetis dominan.
Hasim (1992) sejarah secara umum diartikan sebagai suatu peristiwa yang
terjadi pada masa lalu, lalu ditulis atau direkam dalam ingatan. Beliau juga
mengatakan dalam penulisan suatu peristiwa yang berlaku didalam masyarakat
selalu ditulis dalam bentuk cerita atau satra
Karya – karya yang bercorak sejarah selalu mengungkapkan asal usul
terjadinya suatu tempat kebesaran ulama, cendikiawan, silsilah keturunan raja –
raja dan kelebihan seseorang yang diakui oleh masyarakat setempat. Karya – karya
sastra yang bercorak sejarah juga lahir dari berbagai keadaan, tempat dan waktu.
Berbagai karya sastra yang bercorak sejarah juga seperti karya sastra yang lahir
dalam linkungna istana seperti, sair putri hijau, hikayat raja – raja pasai, hikayat
merongmahwangsa dan keramat lebai sonag.
Affandi (1992) menyatakan dilihat dari isi karya sastra yang bercorak
sejarah dalam klhasanah kesusasteraan, baik pilihan kata , peristiwa latar dan
tokoh – tokohnya selalu dianggap suci oleh masyarakat sebagai pendukung cerita
yang bercorak sejarah pengungkapan nilai manusia, tempat dan waktu. Oleh
karena itu, beliau dengan jelas mengatakan latar tempat cerita atau poeristiwa
didalma cerita diuanggap sebernarnya lebih mendekati jika dibandingkan dengan
laporean – laporan sejarah, apalagi laporan sejarah yang dibuat oleh sarjkana
barat. Beliau juga menyatakan ini karena berkaitan dengan kosmologi dari
kebudayaan pada masyarakat setempat
Sebagaimana penelitian yang pernah dilakukan oleh Thomas, Kifler, Cliffor
dan Santer (1970), dan Goldier (1966) menyatak bahwa dalam penguburan islam
yang ada di kabupaten tapanuli tengah lebih penekanan pada monumennya
(bentuk makam) yang pada umunnya terdiri dari tiga unsur yaitu, liang lahat, jirat
dan nisan pada kubur. Kubur atau makam merupakan suatu cara penguburan yang
kadang kala dianggap keramat, dan makam – makam ini juga banyak tersebar di
dunia islam
Tentang tata cara pengkuburan menurut pardu kipayah yang baik adalah
kubur lebih baik ditinggikan dari tanah sekitarnya, agar dikeetahui bakwa disana
ada kuburan beranjak dari pardu kipayak inilah masyarakat islam ditapanuli
tengah pada masa lampau menempatkan kuburan seperti komplek raja – raja,
makam papan tinggi, makam mahligai, makam tuan macdum, makam tuan ambar,
makam ibrahimsyah terletak diatas salah satu bukit yang ada ditapanuli tengah.
Menempatkan makam ditempat ketinggian adalah salah satu kelanjutam dari masa
islam, yaitu berhubungan dengan pengangugan terhadap arwah para leluhur
(ancstor warship) hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh hasan bahwa
tradisi yang merupakan kelanjutan dari tradisi sebelum islam ialah dalam hal
penghormatan kepada arwah yang telah meninggal (anbary 1987)
Dalam khasanah kesusasteran sumatera utara, khususnya di dalam
masyarakat desa pananggahan, kecamatan barus kabupaten tapanuli tengah banyak
terdapat cerita yang dikategorikan sebagai karya sastra bercorak sejarah, salah satu
adalah cerita makam papan tinggi, cerita makam papan tinggi ini brtkaitan dengan
berdangang dan menyebarkan agama islam yang mereka anut di indonesia ini. Dan
ini juga diperkuat oleh johiruddin pasaribu (informan I)
Atas landasan pemikiran singkat diatas penulis berkeinginan untuk
mengetahui sejarah yang ada pada daerah tersebut serta yang berhunbungan
lansung dengan cerita makan papan tinggi yang sebagaimana penulis anggakt
sebagai bahan penulisan skripsi.
1.2 Masalah
Permasalahan yang akan dibicarakan dalam tulisan ini adalah pada
hakekatnya mencakup nilai – nilai sejarah cerita makam papan tinggi yang ada
pada masyarakat kabupaten tapanuli tengah kecamatan barus utara desa
pananggahan, dan masyarakat yang dimaksud dalam cerita ini adalah masyarakat
yang ada didaerah tempat kejadiannya cerita sejarah makam papan tinggi tersebut.
Adapun masalah yang akan dibahas dalam cerita makam papan tinggi ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan nilai – nilai sejarah makam papan tinggi dengan
masyarakat
2. Bagaimana struktur cerita makam papan tinggi pada masyarakat kecamatan
barus
3. Bagaimana sosio budaya masyarakat dengan makam papan tinggi
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui unsur – unsur
sebagai beriku
1. mengetahui hubungan nilai – nilai sejarah makam papan tinggi dengan
masyarakat
2. mengetahui srtuktur cerita makam papan tinggi pada masyarakat
3. mengetahui hubungan sosio budaya makam papan tinggi dengan
masyarakat
4. mengetahui hubungan sosial masyarakat dengan makam papan tinggi
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai penulis dari penelitian ini adalah
sabagai berikut:
1. memperkenalkan nilai – nilai sejarah sejarah dalam karya sastra
2. untuk menjadi rujukan kepada peneliti selanjutnya
3. menjadi tambahan pengetahuan tentang sejarah makam papan tinggi
4. menambah pembendaharaan kajian terhadap budaya dan sastra, khusunya
sastra lisan yang berbentuk cerita keramat dealam khasanah kesusasteraan
sumatera utara
1.5 Tinjauaan pustaka
Barus adalah merupakan sejarah yang sudah dikenal sejak 3000 tahun yang
lalu dimana pada zaman firaun dan juga sebagai tempat sejarah pertama masuknya
islam didaerah pesisir pantai barat indonesia, dan menurut dada maurexa dalam
bukunya yang berjudul “ islam dibandar barus “ menyebutkan
“ ribuan tahun lalu bandar barus sudah terkenal kemana – mana dan
bdalam buku yunani yang bernama periplous tes erythras menyebutkan bahwa
selain bandar barus mereka juga menyebut bandar fansur dan lobu tua yang dekat
dengan bandar barus, dimana yang katanya manusia ada yang memakan manusia
lain, ribuan tahun yang lalu para pedangang lokal telah berdangang kapur barus
sam pai keseluruh dunia dan dengan ini juga para pedangang indonesia telah
membawa bangsa eropa, arab, cina dan india sampai kepedalaman barat indonesia.
Orang – oarang mesir pada zaman firaun juga telah berkunjung kebandar
barus untuk membeli kapur barus, kemenyan putih dan rempah sebagai bahan
baku untuk membuat pengawet dan farfum untuk orang – orang diseluruh dunia.
Barus adalah salah satu kota tertua yang ada dinusantara dan sangat banyak
menyimpan nilai – nilai sejarah. Penelitian dan pembahasan tentang karya – karya
sastra dalam khasanah tesk lisan yang ada disumatera utara dan khususnya
kabupaten tapanuli tengah, kecamatan barus desa pananggahan kurang banyak
dilirik oleh peneliti yang bergerak dalam bidang sastra dan sastra lisan. Terutama
dalam bidang karya – karya sastra yang bercorak sejarah terhadap makam –
makam keramat yang ada didaerah itu, padahal daerah itu sangat banyak
mengandung dan menyimpan nilai – nilai sejarah baik yang sudah di pugar
ataupun yang belum tersentu oleh kalangan para peneliti kita.
Diantara para peneliti yang pernah melakukan penelitian tentann cerita
makam – makam keramat yang ada disumatera timur antara lain adalah : Othman
(1999) beliau meneliti tentang aspek - aspek kepercayaan masyarakat melayu
dalam cerita keramat lebai kadir.
Dalam penelitian beliau terdapat keramat lebai kadir masih sangat dipercayai
sebagai tempat suci bagi masyarakat melayu, khususnya masyarakat melayu di
kelatan.selain itu beliau dalam penelitiannya menemukan bahwa lebai kadir adalah
seorang ulama yang besar dari persia dan mempunyai kekuatan supranatural
semasa hidupnya
Kemudian khalid, (1990) beliau pernah meneliti cerita – cerita keramat
yang ada di pulau penang malaysia, beliau menyatakan bahwa cerita – cerita
mengembangkan pulau penang malasyia. Selain itu beliau juga mengatakan bahwa
cerita – cerita keramat juga berkaiatan dengan ketaqwaan dan kepercayaan
masyarakat pulau pinang terhadap hindu, buhda dan keyakinan terhadap islam
Kemudian syafrizal (2000) beliau juga membahas tentang cerita keramat
lebai sonag dalam bentuk skripsi, beliau juga mengungkapkan tentang struktur
cerita keramat kubah lebai sonag yang berada di wilayah melayu batu bara. Beliau
dalam menganalisis cerita kubah lebai sonag mempunyai tema, latar amanat dan
serta flot yang berkaitan dengan ketaqwaan terhadap allah swt
Demekian beberapa pembahasan tentang cerita – cerita keramat yang
pernah dsilakukan oleh para peneliti dalam khasanah kesusasteraan sumatera
uitara. Dalam peneliotian ini penulis lebih mempokuskan terhadap cerita – cerita
tentanmg nilai – nilai sejarah dalam cerita makam papan tiggi pada masyarakat
desa pananggahan , kecamatan barus kabupaten tapanuli tengah
1.6 Ruang lingkup
Penelitian ini membicarakan tentang nilai – nilai sejarah cerita makam
papan tinggi pada masyarakat kecamatan barus desa pananggahan. Dalam
penelitian ini penulis memakai pendekatan analisis sastra sejarah, penulis juga
memakai analisis struktur terhadap cerita rakyat makam papan tinggi, tapi peenulis
disisni hanya memakai analisis secara umum dan yang berkaitann dengan
manusia, tempat dan waktu saja.
Penulis juga memperoleh sumber data tentang cerita sejarah makam papan
tinggi pada masyarakat barus dari sumber informan, buku, jurnal dan responden
yang penulis buat sewaktu melaksanakan penelitian singkat di lapangan
1.7 Landasan teori
Ahmad (1991) dalam paradigma pendekatan sejarah menyatakan bahwa
paradigma teori pendekatan sastra yang bercorak sejarah adalah sejarawan akan
sejarah. Hal ini juga dikarenakan banyaknya mitos, legenda, dan unsur – unsur
cerita rakyat yang bersifat anonim.
Kemudian afandi (1992) menyatakan bahwa mitos, legenda, dan sebagaian
dapat pula dihubungkan dengan kejadian – kejadian yang dianggap fakta sejarah
pada saat menganalisis nilai – nilai sejarah dalam karya sastra yang paling dekat
dengan masyarakat setempat.
Kemudian osman (1976) menyatakan fakta sejarah yang nyata dalam karya
– karya sastra sejarah adalah seiring berasal dari nilai – nilai tradisi masyarakat
setempat. Nilai – nilai ini bukan semata – mata dizaman silam tetaoi juga diwarisi
oleh masyarakat dewasa ini. Beliau juga mengatakan bahwa di dalam semua sastra
sejarah tergambar sistem feodalisme, demikian juga nilai – nilai yang di miliki
oleh masyarakat tersebut tentang nilai manusia, waktu dan tempat kejadian.
Memahami pandangan diatas memberi arti bahwa tidak semua karya sastra
yang bercorak sejarah itu benar atau tidak karena dapat memberi makna pada
konteks masyarakat yang mempunyai adat dan kepercayaan. Dan juga bukan
semata – mata di lihat dari sudut sebab, akibat peristiwa dan juga merupakan
kebenaran kebudayaan
Berdasarkan seluruh konsep diatas bahwa dalam mengaplikasikan harus
mengungkapakan segala hal, peristiw, legenda dan mitos yang meninggalkan
kesan ketakutan, kedaulatan, dan kesucian tokoh – tokohnya. Apabila hal tersebut
dapat diunggkapkan maka peristiwa – peristiwa dianggap fakta sejarah dan
merupakan menifestasi bagi kedudukan tokoh tersebut di masyarakat.
Dekian konsep teori pendekatan sastra yang bercorak sejarah yang penulis
gunakan dalam penganalisis cerita – cerita keramat makam papan tinggi pada
masyarakat barus desa pananggahan.
1.8 Metedologi
dianalisis dengan mengunakan prinsip – prinsip terhadap karya sastra yang bercorak sejarah. Analisis iini dilakukan terhadap cerita sejarah makam papan tinggi karena sebagai objek dari penelitian.
Metode pengumpulan data yang bersifat abservasi atau data yang diperoleh dari
hasil wawancara kepada informan yang berada didaerah lokasi penelitian
penulis. Khususnya terhadap nilai – nilai sejarah cerita makam papan tinggi
pada masyarakat dengan mengunakan observasi lapangan dan data yang
diperoleh dari informan yang akan digunakan secara maksimal dan sesuai
dengan aturan – aturan yang berlaku.
1.8.1 Metode
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
lapangan (kualitatip) yang bersifat deskriptif yaitu penulis akan menulis dan
bersikap netral dalam melaksanakan pepenelitian agar tedak mengangu hasi dari
penelitian penulis sewaktu dilapangan
1.8.2 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari
buku – buku, jurnal nilmiah dan bahan tertulis lainnya yang berhubungan
dengan topik penelitian penulis
2. studi lapangan, penulis juga melakukan penelitian yang lansung turun
kelangan dengan melibatkan informan penelitian
Penulis juga memakai instrumen penelitian sebagai bahan untuk membantu
penulis dalam melaksanakan penelitian lapangan, adapun alat – alat instrumen
penelirtian sebagai berikut:
1. tape recorder
2. kuisener
lokasi penelitian
adapun lokasi penelitian yang penulis kunjungi untuk melaksanakan penelitian
lapangan penulis adalah terletak di kabupaten tapanuli tengah, kecamatan barus
utara dan desa pananggahan
1.8.4 Metode analisis data
Dalam penelitian ini penulis mencoba bersikap netral agar tidak mempengaruhi
data yang penulis dapatkan saewaktu meleksanakan penelitian kepustakaan dan
lapangan.
Data yang penulis dapatkan sewaktu melaksanakan penelitian kepustakaan dan
lapangan, penulis kemas dalam bentuk laporan penelitian yang memakai metode
penelitian kualitatif (lapangan) dan yang bersifat deskriptif yaitu penulis
berusahan dengan sebaik mungkin untuk memaparkan keadaan yang sebernanya
sehingga para pembaca dapat dengan mudah untuk memahami apa yang penulis
maksud dalam skripsi ini.
BAB II
SEJARAH, SISTEM, SOSIOBUDAYA MASYARAKAT
2.1. Gambaran Umum Kabupaten
Kabupaten Tapanuliu Tengah terletak di wilayah Pantai Barat Sumatera
Utara, dengan ciri-ciri administrasi sebagai berikut:
Keadaan topografi wilayah kabupaten Tapanuli Tengah terdiri dari pantai, lahan
pertanian, perikanan, perkebunan, hutan, semak belukar dengan kondisi
kesuburan, dan ketandusan daerah yang berbeda-beda. Tabel ketinggian daerah di
Kabupaten Tapanuli Tengah: sedangkan kemiringan lahan kabupaten Tapanuli
Tengah secara umum adalah datar dan curam yaitu:
Kemiringan 0 – 2% 79,087 ha
Kemiringan 2 – 15% 9.658 ha
Kemiringan 15 – 40% 58,100 ha
Kemiringan 40% ke atas 72,663 ha
Sedangkan potensi hidrologi cukup penting untuk menunjang pembangunan di Kabupaten Tapanuli Tengah, baik untuk kepentingan irigasi, air minum, transportasi, maupun untuk kepentingan lainnya. Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah dipengaruhi oleh 4 aliran sungai (DAS): adapun DAS tersebut antara lain adalah:
1. DAS Batang Toru
2. DAS Tapus
3. DAS Aek Sibundong
4. DAS Sirahar
Adapun daerah hulu sungai tersebut berasal dari Bukit Barisan dan bermuara di
Pantai Barat Sumatera, secara umum sungai-sungai tersebut pendek, terjal dan
sempit sehingga tidak mungkin dijadikan sebagai sarana transportasi, tetapi
dijadikan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air. Untuk kondisi iklimnya sendiri
Kabupaten Tapanuli Tengah tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah lain yang
musim penghujan sedangkan temperatur udara di daerah Tapanuli Tengah berkisar
antara 22 – 33 0C.
2.2 Sejarah Tapanuli Tengah
Wilayah Tapanuli Tengah dahulu dikuasai oleh kolonial Inggris. Namun,
dengan Traktat London pada tanggal 17 Maret 1824, Inggris menyerahkan
Sumatera kepada Belanda dan sebagai imbalannya Belanda memberikan
Semananjung Melayu. Pad saat itulah Inngris menyerahkan Barus dan Singkil
kepada Belanda dan selanjutnya Teluk Tapian Nauli oleh Belanda dimasukkan ke
dalam wilayah residen Sumatera Barat yang beribukota di Padang.
Ketika daerah jajahan Belanda semakin luas hingga ke Silindung pada
tahun 1859 dan ke daerah Toba pad tahun 1883, maka untuk lebih memperkokoh
posisi dan strategi Belanda membagi wilayah yang telah dikuasainya menjadi
empat daerah afdeling. Adapun afdeling tersebut sebagai berikut:
1. Sibolga dan daerah sekitarnya
2. Distrik Batang Toru
3. Barus dan Pakkat
4. Singkil
Sejak keluarnya Staadblad No. 496 Tahun 1906 status Tapanuli yang
tadinya bagian dari Sumatera Barat beralih menjadi dibawah kepemimpinan
Gubernur Sumatera Utara yang berkedudukan di Medan yang membagi wilayah
keresidenan Tapanuli dalam 5 afdeling yaitu:
1. Afdeling Natal dan Batang Natal
2. Afdeling Sibolga dan Batang Toru
3. Afdeling Padang Sidempuan
4. Afdeling Nias
5. Afdeling Tanah Batak
Afdeling Sibolga diperintah oleh seorang Contraleur dengan wilayah
Pada saat itu afdeling Barus menjadi termasuk afdeling Tanah Batak. Dengan
keluarnya Staadblad No. 93 Tahun 1933 maka sebagian Onder afdeling Barus
digabung ke afdeling Sibolga dan sebagian lagi masuk ke afdeling daratan tinggi
Toba. Selanjutnya dengan Sttaadblad No. 563 Tahun 1937 Onder afdeling Barus
keseluruhannya dimasukkan ke afdeling Sibolga berdasarkan Staadblad tersebut
keresidenan Tapanuli dibagi atas 4 afdeling, yaitu:
1. afdeling sibolga
2.afdeling nias
3. afdeling sidempuan
4. afdeling tanak batak
yang termasuk afdelung sibolga adalah sebagai berikut
1. onder distrik sibolga
2. onder distrik lumut
3. onder distrik barus
pada kenyataan apa yang disebut daerah tinggkat II tapanuli tengah adalah
pencerminan dari pembangian wilayah yang diatur dengan staadblad No. 563
tersebut diatas. Pada jaman jepang khususnya sistem pemerintahan keresidenan
tapanuli lebih dititik beratkan pada strategi pertahanan misalnya heiho, gyugun,
dan badan – badan lainnya.
Setelah proklamasi kemerdekaan, maka padatanggal 15 oktober 1945 oleh
gubernur sumatera utara Mr. T. Mhod Hasan menyerahkan urusan pembentukan
daerah otonom dibawah dan penyusunan pemerintah daerah kepada masing –
masing residen. Bahkan telah dipertegas lagi dengan PP No 8 tahun 1947 yang
menjadikan daerah otonom. Pada permulaan daerah otonom sobolga di pegang
oleh keresidenan Dr. lumbantobing yang berkedudukan di Tarutung, dengan dasar
telegram dari Gubernur Sumatera tanggal 12 Oktober 1945 tentang pembentukan
kepala-kepala daerah Sibolga. Selanjutnya pada bulan Juli 1946 melali sidang
Khususnya untuk Kota Sibolga, dengan surat keputusan Gubernur
Sumatera pada tanggal 17 Mei 1946 Kota Sibolga dijadikan Kota Administratif
yang dipimpin oleh seorang walikota. Pada saat itu dirangkap oleh Bupati
Kabupaten Sibolga, pada tanggal 17 November 1997 dibentuk sebuah dewan kota.
Pada tahun 1946 di Tapanuli Tengah mulai dibentuk kecamatan-kecamatan
untuk menggantikan system pemerintahan Onder Distrik afdeling pada masa
pemerintahan Belanda. Kecamatan pertama sekali terbaebtuk adalah kecamatan
Sibolga dan kemudian diikuti oleh kecamatan Lumut dan Barus sedangkan
kecamaytan Sorkam ditetapkan kemudian berdasarkan perintah Presiden Tapanuli
pada tahun 1947, kecamatan Sorkam dipisah dari Barus berdasrkan kepada
ketentuan yang menyatakan setiap kabup[aten harus memiliki minimal dua
Kewedanaan sedang satu kewedanaan mempunyai 4 kecamatan pada ketika itu.
Pada masa Undang-Undang Dasar 1945 konstitusi RIS dan Undang
Undang Sementara 1950 sistem pemerintahan yang ada tidak mengadakn
perubahan atas bentuk dan batas-batas wilayah Tapanuli Tengah yang
sebelumnya. Dengan Undang Undang Darurat No. 7 tahun 1956 Sumatera Utara
dibentuk daerah otonom Kabupaten kecuali Kabupaten Dairi yang dibentuk
berdasarkan peraturan pemerintah.
Salah satu daerah yang terbentuk dari Undang Undang Darurat tersebut adalah
KECAMATAN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH
KECAMATAN IBUKOTA
Camat Pinang Sori Pinang Sori
Camat Badiri Lopian
Camat Sibabangun Sibabangun
Camat Pandan Pandan
Camat Tukka Tukka
Camat Tapian Nauli Tapian Nauli
Camat Sitahuis Sitahuis
Camat Kolang Kolang
Camat Sorkam Sorkam
Camat Sorkam Barat Sorkam Barat
Camat Barus Barus
Camat Sosor Gadong Sosor Gadong
Camat Andam Dewi Andam Dewi
Camat Manduamas Manduamas
Camat Sirandorung Sirandorung
LUAS DAERAH KECAMATAN TAHUN
KECAMATAN LUAS % TERHADAP
7. Sitahuis 50,52 2,30
JUMLAH/TOTAL 2.194,98 100,00
BANYAKNYA KELURAHAN DIRINCI MENURUT KECAMATAN
NO. KECAMATAN DESA KELURAHAN JUMLAH
15. Sirandorung 7 0 7
JUMLAH/TOTAL 140 20 160
JARAK IBUKOTA KABUPATEN DENGAN DAERAH LAIN
NO. IBUKOTA KABUPATEN JARAK
1. PANDAN MEDAN 359
2.3 Sejarah Desa Pananggahan
Desa pananggahan dulunya adalah sebuah daerah tempat persinggahan orang – orang yang melakukan perjalanan untuk mengisi persediaan air minum dan istirahat mereka, karena didaerah itu pada dulunya salah satu daerah yang memiliki banyak pancuran air.
Pada dahulu dinegeri Barus banyak memiliki Raja – raja kecil yang diberi
daerah kkuasaan sendiri dan dinaungi oleh Raja Barus, pada suatu ketika ada
mencukupi semua kebutuhan rakyatnya. Sehingga menimbulkan iri raja – raja
yang lain dan salah satu raja yang paling ingin menguasai daerah tersebut adalah
kerajaan marga Simamora yang ada diUratan.
Pada suatu ketika raja marga Simamora mengirim beberapa anak buahnya
untuk melihat dan memata – matai semua kegiatan dari pada kerajaan marga
Simatupang yang ada di Aek Pinang yang hidup rakyatnya berkecukupan karena
hasil panennya selalu brlimpah ruah. Tidak lama kemudian para mata – mata dari
kerajaan marga Simamora kembali dengan berita yang membuat raja marga
Simamora marah dan bertambah ingin menyerang kerajaan marga Simatupang
yang ada di Aek Pinang.
Dalam hitungan hari raja Simamorah yang dari Uratan sudah siap dengan
bala pasukanya untuk menyerang kerajaan marga Simatupang, pada waktu
melakukan perjalanan dari uratan para pasukan marga Simamorah berhenti untuk
beristirahat dan mengintai kegiatan kerajaan marga Simatupang dari salah satu
pancuran yang ada di daerah perbatasan.
Rupanya kedatangan kerajaan Simamorah dengan bala pasukanya sudah
diketahui oleh kerajaan marga Simatupang dan tampa sepengetahuan kerajaan
marga Simamorah kerajaan marga Simatupang juga sudah siap sedia dengan
pasukanya sendiri, dan sebelum kerajaan marga Simamorah melakukan
penyerangan kepada kerajaan marga Simatupang kerajaan marga Simatupang
terlebih dahulu menyerang pasukan kerajaan marga Simamorah yang lain
beristirahat di pancuran tersebut.
Dengan penyerangan yang dating dating secara tiba – tiba dari kerajaan
marga Simatupang membuat pasukan kerajaan Simamorah tidak dapat melakukan
perlawanan karena pasukan tersebut terkejut dengan penyerangan yang tiba – tiba
dilakukan oleh pasukan kerajaan marga Simatupang yang membuat pasukan
marga Simamorah kalah, banyak pasukan kerajaan simamorah yang meninggal,
Pancuran tempat terjadinya perang tersebut dijadikan kerajaan marga
Simatupang sebagai daerah kekuasaannya. Dan mereka memberi nama daerah
baru tersebut ‘ PANANGGAK ‘ dikarenakan didaerah tersebut banyak terdapat
pancuran yang pada waktu lalu sering dijadikan pasukan kerajaan marga
Simamorah untuk beristirahat, menganbil air dan mengintai kerajaan marga
Simatupang.
Pananggak ( mengintai ) lama kelamaan beruba jadi Pananggahan,
perubahan ini terjadi secara alamia dikarenakan oleh bahasa sehari – hari
masyarakatnya yang banyak menyerap bahasa lain.Dan dari dikuasai desa
Pananggahan oleh kerajaan Simatupang sampai terwujudnya kemerdekaan
Indonesia Raja – Raja diPananggahan harus berasal dari marga Simatupang.
2.4 Letak Geograpis Barus
Kecamatan Barus terletak pada koordinat :
Lintang Utara : 23 – 20 - 34 – 55
Bujur Timur : 65 – 58 - 76 – 36
Letak Kecamatan Barus dari atas permukaan laut adalah : 0 – 3 meter
Luasa wilayah kecamatan Barus adalah : 84, 83 km
Kecamatan Barus berbatasan dengan :
Sebelah utara : Kabupaten Tapanuli Utara
Sebelah selatan : Samudera Indonesia
Sebelah barat : Kecamatan Andam Dewi
Sebelah timur : Kecamatan Sosor Gadong
Kecamatan Barus juga mempunyai 18 Desa \ Kampong
Masalah mata pengcarian adalah sesuatu hal yang tidak boleh bagi setiap
manusia yang hidup didunia ini, kehidupannya tidak akan berjalan lancar tampa
memenuhi kebutuhan kehidupan sehari – hari seperti sandang dan pangan dan
segala kabutuhan yang mendukung lainnya
1. Bertani
Kecamatan barus juga dihuni oleh berbagai suku, ras dan agama yang
berbeda yang membuat Kecamatan Barus mempunyai adat kebudayaan sendiri
karna ada penggabungan dari perbedaan tadi, suku – suku yang mendiami
Kecamatan Barus antara lain :
1. Batak Toba
Walaupun dibarus dihuni oleh banyak suku, ras dan agama yang berbeda
tetapi tidak membuat masyarakatnya untuk saling membenci, malah mereka
menjadikan perbedaan yang ada sebagai pemersatu diantara mereka dan ini
dibuktikan mereka dalam kehidupan mereka sehari – hari, dam salah satu
contohnya adalah saat mereka melakukan adat perkawinan, kematian dan upacara
adat lainnya mereka saling membantu satu dengan lainnya.
Sarana pendidikan yang ada di kecamatan barus terbagi atas:
1. Taman Kanak – kanak
2. Sekaolah Dasar
3. SMP
5. Madrasah
2.5 Religi Masyarakat
Kalau dikenang kembali kebelakang tentang cerita tentang besarnya
Bandar Barus pada masa itu ( horas, no, 28/tgl 1 – 15 agustus 1989: 7 ) pasti akan
memberi kesan tertentu bagi kita akan besarnya peradapan pada masa itu yang
telah ada di nusantara ini.
Pada masa sebelum masuknya peradaban nenek moyang kita sudah
mengenal kepercayaan Animisme ( menuhankan sesuatu yang gaib/sacral ) sampai
pada datangnya peradaban Hindu dan Budha dan Kristen Katolik ke Indonesia
yang dibawa oleh kaum brahmana ( kaum pendeta hindu ) yang datang dari India
untuk menyebarkan kepercayaan yang mereka anut di Indonesia, awal mula
datangnya para kaum Brahmana ( pendeta ) Hindu ke Indonesia adalah melalui
pulau Jawa dan Sumatera. Tetapi peradaban Hindu dan Budha lebih berkembang
dipulau Jawa dikarenakan kaum Brahmana ( pendeta ) Hindu Budha berhasil
menarik para Raja – raja yang berkuasa pada saat itu untuk masuk ke agama
mereka, sedangkan di Sumatera sendiri lebih mengikut kepercayaan Kristen
Katolik yang dibawa oleh Pendeta – pendeta Katolik yang berasal dari Italia (
roma ) dan ini juga dibuktikan dengan adanya bangunan gereja pertama yang
dibangun pada Abab ke-4 di Sibolga yang diberi nama dengan Maria yang artinya
perawan yang murni.
Awal masuknya Islam ke Indonesia berasal dari Barus dan menyebar
keseluruh Indonesia, ini dikarenakan nama Bandar Barus pada masa lalu sudah
cukup dikenal karena komoniti yang special yang dihasilkan oleh daerah tersebut.
Dan ini juga telah disepakati oleh sejarawan Indonesia berdasarkan dari penelitin
dan peniggalan yang didapati didaerah di Barus tersebut.
Agama atau kepercayaan yang ada dibarus pada masa sekarang antara lain
adalah:
1 Islam
3 Kristen Protestan
Dengan jumlah perbandingan yang tidak terlalu mencolok Islam 45 persen,
Kristen Katolik 15 persen dan Kristen Protetan 40 persen dan semua
masyarakatnya hidup dengan saling berdampingan.
Tempat peribadatatan yang ada di kecamatan barus terbagi atas:
1. masjid
2. langgar
3. mushallah
4. gereja protestan
5. gereja katolik
dari semua tempat peribatan yang ada diatas semua terbagi kedalam masing – masing desa atau kampung sehingga membuat setiap masyarakat yang mau menjalankan ibadahnya tidak merasa tergangu.
2.7 Kosmologi masyarakat
Kosmologi masyarakat yang terdapat dikabupaten tapanuli tengah,
kecamatan barus utara, desa pananggahan `dalah masyarakatnya beradat dan
bersuku batak toba, masyarakat desa pananggahan juga mengaku sebagai
masyarakat yang beradatdan silsilah yang mereka pakai dalam kehidupan mereka
sehari – hari
Adat istiadat dan sistem silsilah yang mereka pakai dalam kehidupan sehari
– hari dapat terlihat pada waktu mereka sedang melaksanakan upacara adat seperti
perkawinan, kematian dan ritual adat lainnya yang dianngap perlu me,akai upacara
adat
BAB III
STRUKTUR CERITA MAKAM PAPAN TINNGI
3.1. Sejarah Makam Papan Tinggi
.
Pada masa dahulu ada satu Bandar yang sangat terkenal dinusantara ini,
nama Bandar itu adalah Bandar Barus yang sangat terkenal karena daerah Barus
ini pada masa dahulu mempunyai satu komoniti yang sangat special yaitu kapur
barus dan rempah – rempah yang sudah dikenal diDunia, karena kapur barus ini
dalah salah satu bahan dasar untuk membuat minyak wangi dan para raja – raja
Mesir pada masa itu sudah mengenal kapur barus sebagai bahan dasar untuk
pengawetan, salah satu contoh Raja Firaun dan istrinya sampai sekarang masih
awet dimuseum nasional London karena memakai pengawet dari kapur barus.
Cerita Makam Papan Tinggi yang ada pada masyarakat Sumatera Utara
umumnya dan Tapanuli Tengah khususnya sudah sering kita dengar dan menjadi
pembahasan yang menarik dikalangan para penelitian dan ilmuan sejarah kita, tapi
sangat sayang karena kurang adanya pengkajian yang secara mendalam
Makam Papan Tinggi adalah salah satu makam yang ada dari Abab ke-7
Masehi, makam tersebut terletak diatas salah satu bukit yang ada di Tapanuli
Tengah khususnya Kecamatan Barus, Desa Pananggahan ini sangat menarik
dibahas dari kajian sastra sejarah dikarenakan banyak menyimpang misteri tentang
asal muasal masuknya Islam ke nusantara ini. Dan selain itu juga dari segi fisiknya
juga sangat menarik perhatian untuk dibahas karena bentuk makam tersebut
kurang lazim pada masa sekarang dikarena makam tersebut mempunyai panjang
sekitar 8 meter dan tinggi nisan sekitar 2 meter dari permukaan tanah.
Manusia yang ada dimakam papan tinggi bernama syeihk al-alam
almuchtazam syeihk macmud qadasjahlahu rohanu alamatarach dari
adramaut suatu daerah dari Timur Tengah, yang datang ke nusantara untuk
dinusantara tidak sedikit halang merintang yang harus beliau lewati dikarenakan
sudah ada agama atau kepercayaan masyarakat yang telah dianut sebelu beliau
datang membawa agama Islam ke nusantara ini.
Syeik al-alam almuchtazam syeikh macmud qadasjalahu rohanu
alamatarach datang bersama rombongannya ke nusantara melewati Samudera
Indoneseia dan pulau pertama yang mereka dapati adalah pulau Mursala yang
dekat dengan Bandar Barus yang ada kecamatan barus, yang pada saat itu sebagai
Bandar dan penghubung untuk Bandar – bandar lain yang ada didaratan nusantara
ini.
Syeikh al-alam almuchtazam syeikh macmud qadasjalahu rohanu
alamatarach adalah orang pertama yang mengangkat murid dari suku Batak Toba
yaitu Raja Mataniari Tampubolon yang datang dari daerah yang sekarang dikenal
dengan nama Lobu Tua untuk bersama – sama dalam menyebarkan agama Islam
yang mereka anut kepada masyarakat banyak yang ada di Indonesia umumnya dan
Tapanuli khususnya,
3.2. Sinopsis
Cerita Makam Papan Tinggi yang ada di Desa Pananggahan Kecamatan Barus Kabupaten Tapanuli Tengah sudah menjadi topik pembahasan yang hangat dalam disiplin ilmu Sastra Sejarah, ini dikarenakan bukan hanya dari makamnya yang datang dari abab ke-7 masehi tetapi juga bentuk makam dan nilai – nilai yang terkandung didalamnya.
Dalam cerita makam papan tinggi ini diterangkan bagaimana kisah perjalanan beberapa orang yang datang dari persia timur tengah ke indonesia untuk berdangan dan menyebarkan agama islam yang mereka yakini. Dalam cerita ini juga banyak memberikan pesan moral agar kita selalu berbuat baik semasa hidup agar orang lain mempercayai kita dalam segala urusan.
Dalam cerita makam papan tinggi ini banyak mengambarkan pengamalan dari semua yang menurut agama benar dan diaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari – hari.
Cerita makam papan tinggi juga sangat banyak mempengaruhi kebudayaan dan sistem sosial dari masyarakt kecamatan barus, ini dikarenakan cerita makam papan tinggi banyak menggambarkan kejadian yang diluar alam sadar manusia secara normal jadi ini yang membuat masyarakat percaya akan keabsahan dari cerita tersebut, sehingga menjadi banyak mempengaruhi sistem kubudayaan, kehidupan dan sosial masyarakat sekitarnya sampai sekarang .
3.3. Tema
Hendri guntur tarigan (1971) dalam bukul yang berjudul prinsip – prinsip dasar
fiksi, mengatakan tentang pengertian tema sebagai berikut:
“ setiap cerita atau fiksi haruslah memepunyai tema atau dasar yanfg
merupakan tujuan dari penulisan, dan penulis menuliskan watak peleku
berdasarkan tema yang ada, dengan demikian tidaklah nanti penulisan dalam
cerita tersebut berlebih – lebihan karena tema merupakan dasar yang penting
dalam suatu penulisan, kalau penulisan tampa tema atau dasar maka itu akan
sia – sia”
jadi temanya adalah merupakan tujuan. Oleh karena itu memang tidak
berlebihan sebagaimana yang dikatakan oleh tarigan diatas bahwa tema
merupakan hal yang penting dalam sulurug cerita, dan karena paling penting pula
suluruh cerita tidak akan ada gunanya atau bahkan artinya kalau tidak
mempunayai tema, sebaliknya suatu kekeliruan kalau ada seorang pengarang yang
anti akan tema tau dasar suatu cerita.
Tema cerita nilai – nilai sejarah cerita makam papan tinggi ini adalah yang
mengisahkan tentang datangnya salah seorang ulama yang mempunyai kelebihan
dalam bidang ilmu agama islam (syehk) dari timur tengah ke indonesia untuk
menyebarkan agama dan berdangan di nusantara ini.
Alur merupakan suatu rentetan peristiwa yang diurutkan. Peristiwa yang
ditampilkan dipilih dengan memperhatikan kepentingan dalam cerita ini. Alur
suatu cerita selalu menggambarkan bagaimana suatu cerita saling berhubungan
antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana seorang tokoh dalam suatu
cerita terikat dalam kesatuan cerita. Semi ( 1988 : 43 ) menyatakan alur atau plot
adalah suatu struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai
interelasi fungsional dan sekaligus menandai urutan bagian – bagian dari fiksi.
Dalam cerita sejarah banyak kejadian peritiwa yang disajikan dengan
berbagai urutan tertentu untuk membangun sebuah jalan cerita yang dapat
dipahami dan dimengerti oleh pembaca, danada juga yang menyanpaikan dengan
alur yang tebak berurut.
Ada beberapa pengarang yang melukiskan jalannya suatu peristiwa cerita
seperti mengikutkan sorot balik kronologis peristiwa, sorot balik adalah peristiwa
klimaks atau dinilai dengan penyelesaian setelah itu cerita bergerak dari akhir ke
awal kembali.
Sedangkan yang secara kronologis adalah peristiwa yang diawali tokoh
cerita dapat tersusun menurut nmulainyai sebuah cerita, akan tetapi semua
kejadian peristiwa kehidupan tokoh harus dijelaskan secara berurutan
Dalam cerita nilai sejarah makam papan tinggi ini dibagi dalam empat alur
dan diuraikan sebagai berikut :
1. situation ( mengambarkan situasi )
cerita ini dimulai pada waktu datangnya salah seorang orang timur tengah ke
nusantara untuk menyebarkan agama islam dan berdangang, dan beliau juga
mempunyai pengetahuan yang mendalam dalam bidang agama islam.
2. generating circumcantes ( peristiwa mulai bergerak )
cerita ini mulai bergerak sewaktu beliau menyebarkan agama islam dan
berdangang di nusantara ini, banyak kesulitan yang di hadapi oleh beliau
dikarenakan telah adanya agama yang dianut mansyarakat sekitar sebelum beliau
3. rising action ( keadaan mulai memuncak )
didalam penyebaran agama islam yang dianut oleh beliau banyak mendapat
masalah dan p0erlawanan dari masyarakat setempat di karwenakan telah adanya
agama, dan agama islam yang beliau bawah kurang dapat diterima oleh
masyarakat dikarenakan sangat bertentangan dengan adat dan kebudayaan
masyarakat setempat, sampai suatu saat beliau mendapat murid salah seorang raja
dari suku batak toba yang bernama raja mataniari tampubolon.
4. klimaks ( puncak )
puncak dari cerita ini dalah sewaktu masuknya raja mataniari tampubolon ke
dalan agama islam maka banyaklah masyarakat yang mengangap agama islam
itu sebagai agama yang baik dan dapat memberika pengajaran untuk hidup di
akhirat dan dunia sehingga lambat laun peredaran agama islam di nusantara
dapat berkembang dengan cepat
3.5. Latar
Latar adalah gambaran tempat, waktu ataupun segala sesuatu situasi tempat
terjadinya suatu peristiwa, dimana para tokoh hidup dan bergerak.latar mempunyai
ruang yang diamati seperti waktu, musim, ataupun sejarah. Sumarjono ( 1986 : 76
) menyatakan bahwa latar memyatakan banyak tempat yaitu tempat tertentu,
daerah tertentu, dengan daerah tertentu. Waktu tertentu akibat situasi ataupun
zamannya, cara berpikir, dan cara hidup tertentu. Dala cerita nilai – nilai sejarah
makam papan tinggi ini terdapat beberapa latar yang mendukung seperti:
3.5.1. Latar Tempat
Burhan nurgianto ( 1995 : 227 ) menyatakan latar tempat biasanya
hal ini tempat yang dipergunakan yaitu tempat – tempat tertentu, inisial tertentu
dan lokasi tertentu.
Adapun latar tempat yang terdapat dalam cerita nilai – nilai sejarah pada cerita
makam papan tinggi antara lain:
1. makam papan tinggi terdapat diatas salah satu bukit yang ada di daerah
tapanuli tengah
2. jarak makam papan tinggi dari kampong penduduk sekitar 1,5 km
3. anak tangga menuju makam papan tinggi sebayak 876 anak tangga
3.5.2. Latar Waktu
Latar waktu adalah mengungkapkan kapan sebuah peristiwa itu sedang
berlansung atau terjadi. Adapun latar waktu dalam cerita nilai – nilai sejarah
makam papan tinggi adalah :
1. makam papan tinggi adalah salah satu makam yang ada pada abab ke-7
masehi
2. makam papan tinngi juga salah satu aulia yang dating ke nusantara
untuk menyebarkan agama islam pada abab ke-7 masehi
3.6. Penokohan
Penokohan dalam Cerita Makam Papan Tinggi ini adalah seorang yang
bernama Syek al-alam almuchtazam macmud qadasjahlahu rohanu
alamatarach yang datang dari Adramaut atau Persia pada abab ke-7 masehi ke
nusantara. Beliau juga salah satu dari beberapa Aulia yang datang ke nusantara
untuk berdangang dan menyiarkan agama Islam pada masanya. Dia juga duyakini
masyarakat mempunyai kelebihan pada bidang agama Islam sehingga masyarakat
nusantara menyebutnya dengan sebutan Syehk.
Ditambah dengan masuknya seorang dari suku Batak Toba yang bernama
almuchtazam macmud qadasjahlalu rohanu alamatarach dalam menyebarkan
BAB IV
NILAI SEJARAH CERITA MAKAM PAPAN TINGGI
Perhitungan masa dari awalnya kehidupan manusia ditinjau dari berbagai
sudut, dalam peradaban timbul dan tumbuhnya sosial cultural manusia itu sendiri.
Dan salah satu cabang ilmu yang menjadi jembatan kita utuk mengetahui masa
lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang adalah ilmu sejarah.
Sejarah secara umum diartikan sebagai catatan sebuah peristiwa – yang
pernah terjadi pada masa lalu dan peristiwa itu ditulis dan akan dijadikan sebuah
sejarah, untuk pengertian sejarah secara komplek pada masa ini dalam penomena
ini peristiwa atau catatan tentang sebuah peristiwa berkembang dan membentuk
perkara dalam peristiwa yang dituliskan perkara sebagai berikut:
1. benar atau tidaknya sebuah peristiwa
2. bagaimana perkembangan peristiwa tersebut
3. tokoh atau watak yang menjadi pelaku dalam peristiwa
4. kapan peristiwa itu terjadi
dan sumber untuk mengetahui sejarah pasti akan dituliskan dalam media yang
berlainan contoh media sejarah itu sebagai berikut:
1. diukir dibatu
dan dari semua media yang dipergunakan itu bertujuan dan bermaksud untuk
menjelaskan bagaiman sejarah itu berjalan pada masa yang lalu
teori – teori dalam penulisan sejarah kelengkapan data dan faktanya yang
disertai dengan tafsiran. Sesuatu falsafah sejarah atau apa saja yang wajib
dipertanyakan kedalam penulisan dengan berpandu pada disiplin ilmu tertentu.
Hasil – hasil penulisan yang bercorak sejarah juga merupakan sebuah hasil
kreatif tradisional yang mempunayi ciri – ciri, bentuk, kandungan, falsapah dan
maklumat yang terkandung didalamnya dan sangat berlainan sama sekali dari hasil
penulisan sejarah modren. Sejarah yang merupakan karya didaktif, agama,
kemasyarakatan, bahasa dan biografi.
Sejarah Makam Papan Tinggi menpunyai nilai tertentu pada masyarakat
Barus dikarenakan masyarakat telah menjadikan makam tersebut sebagai petunjuk
kalau ada bencana dan sesuatu yang terjadi di desa tersebut, dan ditambah
masyarakat didesa tersebut juga masih percaya dengan yang berbauh gaib atau
mistik yang ada pada daerah tersebut.
Kalau kita bicara tentang Nilai Sejarah Cerita Makam Papan Tinggi pasti
kita tidak akan terlepas dari yang namanya manusianya, waktu dan tempat
kejadian. Ini dikarenakan bahwa cerita sejarah selalu berhubungan dengan adat
kebudayaan dan kepercayaan masyarakat setempat terhadap cerita yang ada dan
berkenbang pada masyarakat itu sendiri.
Manusia
Manusia yang ada di Makam Papan Tinggi adalah salah seorang Aulia yang
bernama Syek al-alam almuchtazam macmud qadasjahlahu rohanu
alamatarach yang datang dari Adramaut atau Persia pada abab ke-7 masehi ke
nusantara untuk menyebarkan agama Islam dan berdangang, Dan beliau selama di
nusantara berhasil memasukkan salah seorang yang bernama Raja Mataniari
Tampubolon yang berasal dari suku Batak Toba dan mereka secara bersama –
sama menyebarkan agama Islam dan berdangang di nusantara ini.
Cerita ini juga diperkuat dalam cerita teks sebagai berikut:
Pada masa dahulu ada satu Bandar yang sangat terkenal dinusantara ini,
ini pada masa dahulu mempunyai satu komoniti yang sangat special yaitu kapur
barus dan rempah – rempah yang sudah dikenal diDunia, karena kapur barus ini
dalah salah satu bahan dasar untuk membuat minyak wangi dan para raja – raja
Mesir pada masa itu sudah mengenal kapur barus sebagai bahan dasar untuk
pengawetan, salah satu contoh Raja Firaun dan istrinya sampai sekarang masih
awet dimuseum nasional London karena memakai pengawet dari kapur barus.
Cerita Makam Papan Tinggi yang ada pada masyarakat Sumatera Utara
umumnya dan Tapanuli Tengah khususnya sudah sering kita dengar dan menjadi
pembahasan yang menarik dikalangan para penelitian dan ilmuan sejarah kita, tapi
sangat sayang karena kurang adanya pengkajian yang secara mendalam
Makam Papan Tinggi adalah salah satu makam yang ada dari Abab
ke-7 Masehi, makam tersebut terletak diatas salah satu bukit yang ada di Tapanuli
Tengah khususnya Kecamatan Barus, Desa Pananggahan ini sangat menarik
dibahas dari kajian sastra sejarah dikarenakan banyak menyimpang misteri tentang
asal muasal masuknya Islam ke nusantara ini. Dan selain itu juga dari segi fisiknya
juga sangat menarik perhatian untuk dibahas karena bentuk makam tersebut
kurang lazim pada masa sekarang dikarena makam tersebut mempunyai panjang
sekitar 8 meter dan tinggi nisan sekitar 2 meter dari permukaan tanah.
Manusia yang ada dimakam papan tinggi bernama syeihk al-alam
almuchtazam syeihk macmud qadasjahlahu rohanu alamatarach dari
adramaut suatu daerah dari Timur Tengah, yang datang ke nusantara untuk
berdangan dan menyebarkan agama Islam yang beliau anut, sesampainya
dinusantara tidak sedikit halang merintang yang harus beliau lewati dikarenakan
sudah ada agama atau kepercayaan masyarakat yang telah dianut sebelu beliau
datang membawa agama Islam ke nusantara ini.
Syeik al-alam almuchtazam syeikh macmud qadasjalahu rohanu
alamatarach datang bersama rombongannya ke nusantara melewati Samudera
Indoneseia dan pulau pertama yang mereka dapati adalah pulau Mursala yang
Bandar dan penghubung untuk Bandar – bandar lain yang ada didaratan nusantara
ini.
Syeikh al-alam almuchtazam syeikh macmud qadasjalahu rohanu
alamatarach adalah orang pertama yang mengangkat murid dari suku Batak Toba
yaitu Raja Mataniari Tampubolon yang datang dari daerah yang sekarang dikenal
dengan nama Lobu Tua untuk bersama – sama dalam menyebarkan agama Islam
yang mereka anut kepada masyarakat banyak yang ada di Indonesia umumnya dan
Tapanuli khususnya,
Waktu
Othman (1990) menyatakan waktu adalah bisa dikatakan sebagai perubahan
atau alat pemisah antar waktu yaitu zaman yang lalu, zaman sekarang dan zaman
yang akan datang dimana para manusia belum mengenal apa – apa sampai mereka
mengenal dan menerti semua dan hingga manusia itu mengalami perubahan yang
berarti untuk dapat bertahan dan melansungkan kehidupan mereka sendiri, maka
itu yang berkaitan dengan waktu
Makam Papan Tinggi datang ke Indonesia melalui samudera Indonesia
pada abab ke – 7 masehi, ini juga diperkuat dengan teks cerita Makam Tapan
Tinggi
Pada masa dahulu ada satu Bandar yang sangat terkenal dinusantara ini,
nama Bandar itu adalah Bandar Barus yang sangat terkenal karena daerah Barus
ini pada masa dahulu mempunyai satu komoniti yang sangat special yaitu kapur
barus dan rempah – rempah yang sudah dikenal diDunia, karena kapur barus ini
dalah salah satu bahan dasar untuk membuat minyak wangi dan para raja – raja
Mesir pada masa itu sudah mengenal kapur barus sebagai bahan dasar untuk
pengawetan, salah satu contoh Raja Firaun dan istrinya sampai sekarang masih
Cerita Makam Papan Tinggi yang ada pada masyarakat Sumatera Utara
umumnya dan Tapanuli Tengah khususnya sudah sering kita dengar dan menjadi
pembahasan yang menarik dikalangan para penelitian dan ilmuan sejarah kita, tapi
sangat sayang karena kurang adanya pengkajian yang secara mendalam
Makam Papan Tinggi adalah salah satu makam yang ada dari Abab ke-7
Masehi, makam tersebut terletak diatas salah satu bukit yang ada di Tapanuli
Tengah khususnya Kecamatan Barus, Desa Pananggahan ini sangat menarik
dibahas dari kajian sastra sejarah dikarenakan banyak menyimpang misteri tentang
asal muasal masuknya Islam ke nusantara ini. Dan selain itu juga dari segi fisiknya
juga sangat menarik perhatian untuk dibahas karena bentuk makam tersebut
kurang lazim pada masa sekarang dikarena makam tersebut mempunyai panjang
sekitar 8 meter dan tinggi nisan sekitar 2 meter dari permukaan tanah.
Manusia yang ada dimakam papan tinggi bernama syeihk al-alam
almuchtazam syeihk macmud qadasjahlahu rohanu alamatarach dari
adramaut suatu daerah dari Timur Tengah, yang datang ke nusantara untuk
berdangan dan menyebarkan agama Islam yang beliau anut, sesampainya
dinusantara tidak sedikit halang merintang yang harus beliau lewati dikarenakan
sudah ada agama atau kepercayaan masyarakat yang telah dianut sebelu beliau
datang membawa agama Islam ke nusantara ini.
Syeik al-alam almuchtazam syeikh macmud qadasjalahu rohanu
alamatarach datang bersama rombongannya ke nusantara melewati Samudera
Indoneseia dan pulau pertama yang mereka dapati adalah pulau Mursala yang
dekat dengan Bandar Barus yang ada kecamatan barus, yang pada saat itu sebagai
Bandar dan penghubung untuk Bandar – bandar lain yang ada didaratan nusantara
ini.
Syeikh al-alam almuchtazam syeikh macmud qadasjalahu rohanu
alamatarach adalah orang pertama yang mengangkat murid dari suku Batak Toba
yaitu Raja Mataniari Tampubolon yang datang dari daerah yang sekarang dikenal
yang mereka anut kepada masyarakat banyak yang ada di Indonesia umumnya dan
Tapanuli khususnya,
Tempat
Taib (1990) menyatakan nilai –nilai sejarah adalah yang berkaitan dengan
tempat yang mempunyai unsur sendiri dalam kekeramatannya. Cerita dan teks
lebih kuat diterima sebagai bahan kategori sejarah yang berkaitan dengan tempat
sejarah tersebut pasti berkaitan dengan orang yang menemukan tempat sejarah
tersebut. Bila ditinjau dari sudut pokok yaitu watak, peristiwa,kejadian dan latar
tempat kita boleh melihat nilai sejarah yang berhubungan dengan tempat terbagi
kedalam empat unsur yaitu:
1. berunsur historiografik yaitu dengan fakta – fakta dari sejarah tempat yang
berunsur tokoh,demana tokoh itu menjadi pemberi nama tempat tersebut
karena sifat tempat tersebut sama dengan sifat keramat
2. berunsur tanda – tanda alan yang dapat dilihat pada bentuk tertentu pada
awal kejadian
3. berunsur dari cerita orang tua yang dimana ciri – ciri tokoh, aksi, watak,
masa dan latar
4. tempatnya lebih miripkepada apa yang ada dalam cerita rakyat setempat
jadi dari uaraian diatas penulis menguraikan bahwa tempat kejadian cerita makam
papan tinggi terletak disalah satu bukit yang ada di kabupaten tapanuli tengah,
kecamatan barus utara desa pananggahan,
pada zaman dahulu katanya barus sekatang masih terendam oleh air laut
jadi bukit tersebut adalah salah satu tempat yang datar dan cukup layak untuk
dijadikan makam yang berbentuk seperti komplek karena mempunyai tempat yang
cukup datar dan luas. Dan ini juga diperkuat oleh informan penulis yang juga
menyatakan bahwa barus pada zaman dahulu adalah laut yang lama kelamaan
menyesut dan meninggalkan sebagian menjadi daratan. Ini terbukti sewaktu
mereka banyak menemukan kerang didalam galian yang sama dengan kerang yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pada dasarnya dalam khasanah sumatera timur ada istilah yang biasa
digunakan yaitu persuratan, penertiannya lebih luas yang meliputi segala tradisi
baik tulisan dan lisan yang erhubungan dengan pengalaman, aktivitas sosial,
keperluar kelompok, dan tentang sejarah kajian budaya yang ada di Sumatera
Timur yang dihasilkan oleh seseorang atau sekelompok masyarakat.
Dalam kajian budaya sumatera timur pembahasan ini tentang keramat dan
karya – karya sastra yang bercorak sejarah yang lahir dari kalangan istana seperti:
hikayat, syair, legenda, mitos dan dongeng sebagai bagian dari sebuah karya sastra
yang mengandung unsur sejarah.
Ceita tentang sejarah Makam Paaapan Tinggi yang ada di masyarakat
kecamatan Barus Desa pananggahan ini adalah sebagai sejarah awal dari
masuknya islam di nusantara ini, beliau juga diyakini masyarakat sebagai seorang
yang memeliki kelebihan dalam bidang agama islam yang disebut sebagai syehk.
Dalam perjalanan beliau dalam menyebarkan agama islam di nusantara ini
juga banyak mengalami kendala dikarenakan sebelum beliau datang ke nisantara
telah ada yang lebih dulu agama yang masuk dan berkembang di masyarakat
tapanuli tengah sehingga menjadi ada semacam tarik menerik masyaraakat untuk
mengikuti agama yang mereka bawah.
Banyak sedikit kendala yang mereka hadapi tidak membuat mereka takut
dan malas menyebarkan agama islam yang mereka anut, tetapi malah menjadi
suatu dorongan agar dapat menarik banyak orang untuk menjadi pengikut mereka.
Banyak cara yang dilakukan dalam penyebaran agama islam yang mereka
anut seperti, berdakwah, berbuat baik dan melakukan penerapan ilmu di
masyarakat sadar sendiri dan mengangap bahwa agama yang mereka bawah itu
adalah ajaran agama yang benar.
Bahkan sampai sekarang salah satu makam dari aulia yang menyebarkan
agama islam ke nusantara ini menjadi salah satu makam yang sangat berbaur
dengan mistik yang sangat mempengaruhi kehidupan, kebudayaan, sosial dan
kepercayaan masyaraakat tentang seseatu yang gaib.
5.2 Saran
Berdasarkan dari nilai – nilai sejarah cerita Makam Papan Tinggi yang ada
di masyarakat kecamatan Barus maka penulis menyarankan :
1. sebuah serita sejarah juga sangat berpengaruh akan pembentukan suatu
karakter seseorang dalam kehidupan ini
2. setiap orang dapat membuat suatu keputusan yang berhubungan dengan
kepercayaan yang dia anggap itu yang terbaik
3. setiap orang juga mempunyai hak untuk mempercayai apa yang dianggap
dia sebagai sesuatu yang bersipat gaib
4. semua yang bersipat cerita rakyat sangat banyak mengandung pesan moral
untuk kehidupan yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA
Affandi: (1992), Pendidikan Estetika dan Tauhid, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malasya
Ali Ahmad: (1987), Karya – karya Sastra Bercorak Sejarah, Kuala Lumpur: Dewan bahasa dan Pustaka, Kementrian Pendidikan Malasya
Ambary: (1987)
Mauraxa : (1973), Islam di Bandar Barus: Sastrawan Medan 1973
Hashim : (1992), Pensejarahan Melayu, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementrian Pendidikan Malasya
H.Otman : (1990), Tradisis Lisan Bercorak Sejarah: Kuala Lumpur: Kementrian Kebudayaan dan Pelancong
Manggunwijaya: (1992), Sastra dan Religiositas, Jakarta: Sinar Indonesia
Tengku Luckman dan Syafuddin: (2002), Kebudayaan Melayu Sumatera Timur, Medan : USU Press