• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Mengenai Sertifikat Penitipan Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Mengenai Sertifikat Penitipan Efek Indonesia"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas

Dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum

O L E H :

NIM : 060200007

AZTRINI LAILLATUL MINA

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS MENGENAI SERTIFIKAT PENITIPAN

EFEK INDONESIA

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas

Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum

O L E H :

AZTRINI LAILLATUL MINA

NIM : 060200007

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Disetujui Oleh:

Ketua Departemen

Prof. Dr. Bismar Nasution SH.,M.H

Nip .195603291986011001

PEMBIMBING I

PEMBIMBING II

Prof. Dr. Bismar Nasution SH.,M.H

Prof. Dr. Sunarmi SH.,M.Hum

Nip . 195603291986011001

Nip.196302151989032002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya penulis dapat

merampungkan penulisan skripsi ini sebagai kewajiban akhir bagi setiap

mahasisiwa yang akan menyelesaikan pendidikannya pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya shalawat dan salam kepada junjungan

kita Nabi Muhammad SAW.

Terwujudnya skripsi ini bukanlah semata-mata merupakan jerih payah

penulis sendiri, tetapi tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, sehingga

pantaslah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu,SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara.

2. Bapak Prof. Dr Suhaidi, S.H.,M.H, selaku pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Syarifudin Hasibuan, S.H.,M.Hum, selaku Pembantu Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H, M.H, selaku Dosen Pembimbing I dalam Penulisan skripsi ini.

(4)

6. Bapak Muhammad Husni, S.H,M.Hum, selaku dosen wali penulis selama masa perkuliahan.

7. Seluruh Dosen-dosen dan staf pengajar yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu, namun jasa-jasa kalian tidak akan pernah terlupakan oleh

penulis.

8. Kapada keluarga besar Mbah bapak Alm H. Zainuddin Iman dan Mbah Ibu Hj.Rajiah serta Keluarga besar Yoeslim dan Almh. Frieda Boummel, terima kasih atas doanya untuk Rini.

9. Kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Azwarsyah Putra dan Ibunda Mega Rama Sary yang mana dengan cinta dan kasih sayang serta

support Ibu dan Bapak, Rini dapat menyelesaikan studi Rini sampai

Sarjana. Dan kedua Ibu dan Bapak Mertua penulis yaitu ayahanda Drs. H Asnawi Husein dan Ibunda Hj Etty Nurwaty Syamta, BA dan juga salam sayang untuk abang dan kakak tercinta Azhari Asnawi, SE, Meutia Asnawi, SS dan adik-adik tercinta Amalia Putri, Salman Asnawi, S.Kom, Marwan Asnawi, ST.

10. Kepada Suamiku tercinta M.Iqbal Asnawi, SH, terima kasih atas cinta dan sayang serta doronganmu sehingga “Mama” bisa jadi Sarjana Hukum juga.

Tercapailah komitmen kita supaya mama jadi Sarjana Hukum pa..

11. Kepada anakku sayang Nejaddi Ahmad Iqbal, makasi ya sayang atas bantuannya untuk mengerjakan skripsi mama. Nejad sudah bantuin mama

(5)

12. Kepada teman-temanku untuk belajar sekaligus main-main yaitu Dila, Ais

yang udah duluan tamat, Aya, Ayu sama-sama kita buk..”007” mau tamat

kuliah juga lho.., Imama, Alvin Hamzah, Anov, Jefri, Kukuh, Nina, Mei,

Elfiera dan lain-lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Demikianlah skripsi ini penulis perbuat, semoga dapat bermanfaat bagi

semua. Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, 9 Februari 2010

Hormat Saya,

(6)

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR……….. i

DAFTAR ISI……… iv

ABSTRAKSI………... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1

B. Perumusan Masalah……… 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….... 11

D. Keaslian Penulisan………... 13

E. Tinjauan Kepustakaan………. 13

F. Metode Penulisan……….... 15

G. Sistematika penulisan……….. 17

BAB II PENGATURAN DEPOSITORY RECEIPT DI DALAM HUKUM PASAR MODAL INDONESIA A. Pengertian Sertifikat Penitipan Efek Indonesia (SPEI)……… 19

B. Dasar Hukum Penerbitan Depository Receipt.... 30

C. Peraturan Nomor IX A.10 tentang Penawaran Umum SPEI………... 33

(7)

BAB III PERANAN KUSTODIAN DALAM PENYIMPANAN DAN

PENERBITAN INDONESIAN DEPOSITORY RECEIPT

A. Pihak Kustodian……….. 45

1. Pengertian Kustodian……….. 45

2. Peranan Kustodian……….. 47

3. Tanggung Jawab Kustodian……… 52

B. Pihak Penyelenggara Kegiatan Kustodian…….. 65

C. Sertifikat Penitipan Efek Indonesia dan Skema Investasi Kolektif………. 69

BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM INDONESIANDEPOSITORY RECEIPT A. Peranan Pihak-Pihak Terkait dengan Penyimpanan dan Penerbitan Indonesian Depository Receipt… 75

B. Emiten dan Perusahaan Publik……… 82

C. Tata Cara Emisi Efek di Indonesia………. 83

D. Proses Emisi SPEI di Indonesia ……… 90

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………. 91

B. Saran……… 94

(8)

LAMPIRAN

Peraturan BAPEPAM No.IX.A.10 tentang

Penawaran Umum Sertifikat Penitipan Efek

(9)

ANALISIS SERTIFIKAT PENITIPAN EFEK INDONESIA *) Prof. Dr. Bismar Nasution, SH.,M.H

**) Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum. ***) Aztrini Laillatul Mina

ABSTRAKSI

Perkembangan dalam kegiatan pasar modal mendorong para pelaku pasar modal untuk menciptakan suatu instrumen baru yang diyakini dapat mempermudah dan memperlancar kegiatan di pasar modal. Hal ini dalam rangka alternatif investasi bagi investor di bidang pasar modal. Melalui depository receipt

atau Sertifikat Penitipan Efek Indonesia, bagi investor lokal Indonesia dapat memperoleh alternatif investasi berupa efek-efek yang diterbitkan di negara asing. Bahkan sebaliknya investor asing pun dapat memperluas portofolio efeknya, khususnya saham-saham yang dilarang atau pemilikannya dibatasi kepada asing.

Metode Penelitian yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan jalan mengumpulkan bahan-bahan dari buku-buku, peraturan perundang-undangan, situs internet, dan tulisan ilmiah lainnya yang erat hubungannya dengan maksud dan tujuan daripada penyusunan karya ilmiah ini.

Di Indonesia telah diatur mengenai Sertifikat Penitipan Efek Indonesia pada tahun 1997 dalam Peraturan Nomor IX.A.10 tentang Penawaran Umum Sertifikat Penitipan Efek Indonesia. Namun sampai saat belum ada satu pun efek dalam bentuk Sertifikat Penitipan Efek Indonesia yang diterbitkan di Indonesia. Dalam Penerbitan SPEI juga melibatkan pihak-pihak lain seperti Badan Pengawas Pasar Modal, Perusahaan asal, Bank Kustodian, dan juga investor. Untuk itu diwaktu yang akan datang dengan semakin bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang Sertifikat Penitipan Efek Indonesia diharapkan penggunaan Sertifikat Penitipan Efek di Indonesia semakin popular di tengah pelaku pasar modal di Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan pembangunan bangsa.

Kata Kunci : Sertifikat, dan Efek.

*) Dosen Pembimbing I

**) Dosen Pembimbing II

(10)

ANALISIS SERTIFIKAT PENITIPAN EFEK INDONESIA *) Prof. Dr. Bismar Nasution, SH.,M.H

**) Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum. ***) Aztrini Laillatul Mina

ABSTRAKSI

Perkembangan dalam kegiatan pasar modal mendorong para pelaku pasar modal untuk menciptakan suatu instrumen baru yang diyakini dapat mempermudah dan memperlancar kegiatan di pasar modal. Hal ini dalam rangka alternatif investasi bagi investor di bidang pasar modal. Melalui depository receipt

atau Sertifikat Penitipan Efek Indonesia, bagi investor lokal Indonesia dapat memperoleh alternatif investasi berupa efek-efek yang diterbitkan di negara asing. Bahkan sebaliknya investor asing pun dapat memperluas portofolio efeknya, khususnya saham-saham yang dilarang atau pemilikannya dibatasi kepada asing.

Metode Penelitian yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan jalan mengumpulkan bahan-bahan dari buku-buku, peraturan perundang-undangan, situs internet, dan tulisan ilmiah lainnya yang erat hubungannya dengan maksud dan tujuan daripada penyusunan karya ilmiah ini.

Di Indonesia telah diatur mengenai Sertifikat Penitipan Efek Indonesia pada tahun 1997 dalam Peraturan Nomor IX.A.10 tentang Penawaran Umum Sertifikat Penitipan Efek Indonesia. Namun sampai saat belum ada satu pun efek dalam bentuk Sertifikat Penitipan Efek Indonesia yang diterbitkan di Indonesia. Dalam Penerbitan SPEI juga melibatkan pihak-pihak lain seperti Badan Pengawas Pasar Modal, Perusahaan asal, Bank Kustodian, dan juga investor. Untuk itu diwaktu yang akan datang dengan semakin bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang Sertifikat Penitipan Efek Indonesia diharapkan penggunaan Sertifikat Penitipan Efek di Indonesia semakin popular di tengah pelaku pasar modal di Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan pembangunan bangsa.

Kata Kunci : Sertifikat, dan Efek.

*) Dosen Pembimbing I

**) Dosen Pembimbing II

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan berjalannya kegiatan usaha dalam suatu perusahaan maka

sangat erat kaitannya dengan akan adanya ketersediaan modal. Pesatnya

perkembangan suatu perusahaan sangat bergantung pula dengan besarnya modal

yang dimiliki. Dalam mengembangkan permodalan perusahaan, pada umumnya

dapat ditempuh dengan cara penyertaan oleh pemegang saham maupun pinjaman

dari pihak ketiga. Kedua model penyertaan dan pinjaman tersebut pada umumnya

diperoleh dari pasar uang dan/atau pasar modal.

Pasar uang juga mempunyai peranan yang sangat penting bagi

pengembangan dalam dunia usaha sebagai salah satu alternatif sumber

pembiayaan eksternal perusahaan. Pada umumnya, pasar uang menyediakan

sumber pembelanjaan untuk jangka pendek, yang dilakukan atas dasar pinjaman.

Adapun instrumen pasar uang antara lain; sertifikat deposito yang dikeluarkan

oleh bank, Sertifikat Bank Indonesia, dan Surat Berharga Pasar Uang.1

Di sisi lain, pasar modal merupakan pasar yang menyediakan sumber

pembelanjaan dengan jangka waktu yang relatif lebih panjang. Bahkan dalam

1

Pandji Anoraga, Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) , hlm 19.

(12)

bentuk pendanaan ekuitas, dana yang diperoleh tidak perlu dikembalikan sampai

dengan dilikuidasinya perusahaan.

Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum

dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek.2 Dengan kata

lain pasar modal merupakan salah satu lembaga pembiayaan atau wadah untuk

mencari dana bagi perusahaan dan alternatif sarana investasi bagi masyarakat

(investor). Pasar modal ini menjadi wadah pertemuan antara penjual dan pembeli

saham, baik pada tahap pasar perdana (primary market) maupun tahap pasar

sekunder (secondary market).3

2

Pasal 1 butir (13) Undang –Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

3

Bismar Nasution, Diktat Hukum Pasar Modal, (Medan: Fakultas Hukum USU,2008),hlm 1.

Perkembangan zaman telah menciptakan adanya

pasar modal. Pihak yang membutuhkan dana untuk kepentingan perluasan

aktivitas perusahaan tidak dapat hanya mengandalkan pinjaman baik dari

perbankan atau dari lembaga pembiayaan lainnya. Hal ini disebabkan selain

kebutuhan dana yang sangat besar dan cepat didapat juga pihak perusahaan akan

terbebas dari kewajiban membayar utang pokok berikut bunganya kepada pihak

kreditur yang pada suatu saat nanti akan menjadi “bumerang” bagi perusahaan

tersebut. Faktor lain yang mendukung terciptanya pasar modal adalah adanya

pihak perorangan atau lembaga yang mempunyai dana lebih dan ingin

memperoleh keuntungan yang lebih besar dari sarana berinvestasi yang telah ada

(13)

lain bahwa kegiatan pasar modal tercipta karena dirasakan masih ada kekurangan

fungsi dari lembaga pembiayaan yang telah ada.

Efek sebagai instrumen dari pasar modal, adalah surat berharga,yaitu surat

pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang,

unit penyetoran kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap

derivatif dari efek.4 Efek secara umum dapat dibagi ke dalam dua jenis efek yaitu,

efek yang bersifat ekuitas dan efek yang bersifat utang. Efek yang bersifat ekuitas

ini merupakan saham dari suatu perusahaan beserta turunannya seperti opsi, waran

yang disebut dengan nama Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), unit

penyertaan kontrak investasi kolektif, sertifikat penitipan efek, dan sebagainya.

Sedangkan efek yang bersifat utang contohnya antara lain : obligasi, baik yang

diterbitkan pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun korporasi, Surat Utang

Negara, dan sebagainya. Efek bersifat utang ini biasanya diterbitkan dalam jangka

waktu jatuh tempo yang tetap dan hanya dapat diuangkan pada saat tanggal jatuh

tempo saja.5

Dewasa ini suatu perusahaan ingin menjual sahamnya di bursa efek, namun

dengan meluasnya dunia usaha terkadang perusahaan juga memerlukan lebih dari

satu bursa efek, bahkan diperlukan juga bursa efek luar negeri. Jadi sangat

memungkinkan dibutuhkannya lebih dari satu bursa efek di lebih dari satu negara

asing. Misalnya dalam Initial Public Offering (IPO) dari suatu perusahaan lokal

4

Pasal 1 butir (5) Undang –Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

5

(14)

yang ingin menawarkan sahamnya kepada pihak-pihak di negara lain.6

Selain itu pada sisi lain sering kali investor asing tidak dapat memiliki

seluruh saham yang ditawarkan melalui pasar modal. Hal ini dapat terjadi karena

secara politis, pemerintah suatu negara cenderung melindungi kepentingan

industri tertentu yang dianggap strategis seperti dalam sektor pertambangan,

persenjataan dan sebagainya. Hal ini kemudian diterapkan dengan adanya batasan Sehubungan dengan hal di atas, sejarah pasar modal memperlihatkan bahwa

keterikatan dan batasan wilayah kenegaraan sering kali menjadi penyebab

terhalangnya banyak perusahaan untuk dapat memanfaatkan dan mendapatkan

dana dari negara-negara lainnya, di mana perusahaan tersebut tidak didirikan atau

tidak beroperasi melaksanakan kegiatan usahanya. Oleh sebab itu juga banyak

inve stor domestik suatu negara pada umumnya akan mendapatkan kesulitan dalam

berinvestasi (dalam bentuk diversifikasi portifolio) pada bursa di negaranya pada

efek-efek asing yang menurut pertimbangannya cukup bagus sebagai salah satu

atau lebih portofolio investasi. Hal ini biasanya dikarenakan hambatan-hambatan

yang berkaitan dengan prosedural, dan aturan-aturan hukum, ketentuan-ketentuan

pasar modal negara lain yang harus dipenuhi, serta hubungan dengan pihak-pihak

otoritas terkait, yang harus dilakukan oleh perusahaan tersebut, yang terkait

dengan proses pendaftaran dan perdagangan efek yang hendak ditawarkan pada

bursa yang berada di negara lain tersebut.

6

(15)

pemilikan asing dalam suatu badan usaha yang bergerak dalam industri strategis

tersebut, dan hal ini dapat dilihat dari segala bentuk dan aturan hukumnya.7

Sertifikat Penitipan Efek Indonesia di USA dikenal dengan istilah American

Depositary Receipt (ADRs). Sedangkan di Bursa Efek Amsterdam (Belanda), di

sana dapat dilakukan listing Bursa Efek Amsterdam terhadap depository receipt

dari perusahaan asing yang disebut dengan Continental Depository Rceipt

(CDRs). Sementara suatu depository receipt yang dapat diperdagangkan di

bursa-bursa efek di Eropa disebut dengan istilah Global Depository Receipt (GDRs).

Ada juga depository receipt yang diperdagangkan di negara-negara Eropa yang

disebut dengan European Depository Receipt (EDRs) dan International

Depository Receipt (IDRs).

Untuk maksud menjual saham di luar negeri serta mengatasi rintangan dan

hambatan tersebut kemudian dilakukan dengan menggunakan pranata hukum dan

bisnis yang disebut dengan depository receipt, atau kadang disebut depository

receipt, dan dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Sertifikat Penitipan Efek.

8

Di Amerika Serikat pada mulanya, seperti disebutkan di atas, sebelum

dikenalnya ADR, kebanyakan investor di Amerika Serikat mendapatkan banyak

kesulitan untuk melakukan investasi portofolio pada efek perusahaan asing di

suatu negara. Kesulitan yang dihadapi ada berbagai faktor seperti faktor bahasa,

namun bukan itu saja, banyaknya peraturan dan ketentuan pasar modal dan

7

Gunawan Widjaja, Sertifikat Penitipan Efek Indonesia, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm.3.

8

(16)

investasi di negara-negara asing tersebut sulit atau tidak dapat dipenuhi atau tidak

dapat dipahami juga merupakan faktor penghambat. Kemudian seiring dengan

perkembangan zaman dan teknologi mulai dipikirkanlah cara untuk mengatasi hal

tersebut. Salah satu cara untuk membantu investor melakukan investasi portofolio

pada perusahaan asing di luar negeri ialah dengan menerbitkan ADR. ADR

selanjutnya menjadi instrumen pasar modal atau sekuritas atau efek yang

diperdagangkan di bursa di Amerika Serikat dan akan selalu berada di bawah

pengawasan pasar modal di Amerika Serikat, yang dikenal dengan nama “The

United States Security and Exchange Commission (SEC).

Dalam mekanisme ADR mengenal dua jenis kepemilikan.9

9

Gunawan, Op. Cit.,hlm 5.

Jenis

kepemilikan pertama disebut dengan nama kepemilikan dalam hukum, yang

terdaftar sebagai pemilik (registered owner) pada instrumen atau sekuritas atau

efek yang menjadi dasar penerbitan ADR. Kedua adalah pemegang ADR yang

menikmati segala hasil yang diperoleh dari instrumen atau sekuritas atau efek

yang menjadi dasar penerbitan ADR tersebut, yang disebut sebagai pemilik/

penerima manfaat (beneficial owner). Pada Negara-negara dengan tradisi hukum

Anglo Saxon, bentuk kepemilikan yang demikian, yang dikenal dengan nama

trusteeship, tidaklah menjadi persoalan karena dalam tradisi hukum Anglo Saxon

dikenal sistem peradilan equity (court of equity) yang akan menyelesaikan

persoalan-persoalan yang terkait dengan trusteeship tersebut. Trusteeship, pada

dasarnya secara konseptual tidak dikenal dalam sistem peradilan berdasarkan

(17)

demikian juga dalam tradisi hukum Eropa Kontinental yang hanya mengenal satu

system peradilan, yaitu peradilan berdasarkan hukum

Dalam hal yang dimaksud dengan depository receipt, in casu America

Depository Receipt atau yang disebut juga dengan istilah American Depository

Share, adalah suatu sertifikat yang mewakili hak terhadap kepemilikan

saham-saham di perusahaan asing. Saham yang aktual dari perusahaan asing tersebut

dipegang oleh suatu depository. Harga-harga dari ADRs ditetapkan dalam dollar

USA, dan dividen dibayarkan juga dalam Dollar USA. Dengan ADRs, pihak

investor di USA dapat melakukan investasi ke dalam perusahaan asing dengan

menghindari kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah perdagangan

saham di luar negeri, seperti masalah penukaran valuta asing atau masalah transfer

dari sertifikat saham asing tersebut.10

American Depository Receipts merupakan receipt yang diterbitkan oleh

bank-bank di USA untuk pembeli domestik di USA yang dimaksudkan sebagai

suatu substitusi yang pantas terhadap kepemilikan langsung dari saham-saham

perusahaan asing. ADRs ini diperdagangkan baik di Stock Exchange maupun di

Over the Conter.11

Dengan demikian, depository receipt in casu American Depository Receipt

merupakan suatu alat atau dokumen yang dipakai dengan maksud untuk memberi

izin untuk diperdagangkannya surat-surat saham dari perusahaan asing di

Bursa-Bursa Efek di USA, khususnya jika pemerintah USA tidak memberi izin kepada

10

Ibid. 11

(18)

investor-investor dalam negeri untuk memiliki surat-surat saham perusahaan asing

tersebut. Surat-surat asing tersebut disimpan pada suatu bank atau trust company

di negara tempat perseroan tersebut berkedudukan atau suatu bank koresponden di

negeri di mana depository reeipt tersebut diterbitkan. Receipt tersebut kemudian

dijual kepada investor Amerika, dan dapat diperdagangkan di Bursa-Bursa Efek

dengan suatu cara yang sama dengan saham-saham biasa. Dividen yang

dibayarkan atas saham yang asli tersebut dipindahkan atau dikirim kepada

pemegang-pemegang receipt tersebut. Tetapi receipt tersebut tidak merupakan

atau mewakili kepemilikan atas saham tersebut, yang secara teknis tetap berada di

negara di tempat di mana kedudukan perseroan asing yang bersangkutan.12

Menurut peraturan tersebut, Depository Receipt yang diterbitkan dan

diperjualbelikan diIndonesia disebut sebagai Indonesian Depository Receipt atau

dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Sertifikat Penitipan Efek Indonesia

(SPEI). SPEI sebagai instrumen baru di pasar modal diharapkan dapat Karena sangat diperlukannya dalam perdagangan saham berkala

internasional, maka keberadaan Depository Receipt tidak dapat dibatasi, begitu

juga di Indonesia. Pada tahun 1997, Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)

telah mengeluarkan pula peraturan sehubungan dengan Sertifikat Penitipan Efek

Indonesia (SPEI) yang dituangkan ke dalam Keputusan Ketua Bapepam No.

Kep-49/PM/1997 tanggal 26 Desember 1997, dengan lampiran Peraturan Bapepam

No.IX.A.10 tentang Penawaran Umum Sertifikat Penitipan Efek Indonesia

(Peraturan IX..10).

12

(19)

mengakomodasi dan memberikan fasilitas bagi para pihak asing yang ingin

melakukan penawaran umum di pasar modal, khususnya bursa Indonesia, selain

menjadi alternatif investasi bagi investor asing dan domestik di Indonesia. Perlu

ditambahkan juga bahwa sertifikat penitipan efek Indonesia dapat diterbitkan baik

atas saham perusahaan asing maupun saham dari perusahaan Indonesia.13

Namun praktik hukum menunjukkan bahwa sudah sepuluh tahun berlaku

sejak dikeluarkannya Peraturan IX.A.10 oleh Bapepam, belum ada satu pun SPEI

yang telah diterbitkan dan diperdagangkan di bursa efek di Indonesia. Hal ini

tentunya menimbulkan tanda tanya , sementara pada tahun 2003 salah satu Bank

swasta di Indonesia telah mengeluarkan depository receipt ini namun dalam

bentuk American Depository Receipt yang mana bank swasta tersebut

bekerjasama dengan The Bank Of New York selaku Depository atau Coorporate

Trust Office.yang diawasi juga oleh Badan Pengawas Pasar Modal di Amerika

Serikat (United state Securities Exchange Commission)14

13

Ibid., hlm 164

. Salah satu yang

diperkirakan merupakan hambatan psikologis adalah pertama, kepastian

mengenai instrumen SPEI itu sendiri sebagai suatu efek yang dapat memberikan

perlindungan bagi investor; dan kedua adalah kelembagaan trusteeship dalam

bentuk penitipan kolektif, sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1 butir (a)

Peraturan IX.A.10 yang mendefenisikan SPEI sebagai efek yang memberikan hak

kepada pemegangnya atas efek utama yang dititipkan secara kolektif pada Bank

Kustodian yang telah mendapatkan persetujuan Bapepam. Yang dimaksud dengan

14

http:/American Depository Receipt,

(20)

kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang

berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan

hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek dan mewakili pemegang rekening

nasabahnya15

Dalam perkembangan sejarah pasar modal, cukup lama perusahaan asing

terhalang untuk dapat memanfaatkan dana dari investor domestik di suatu negara,

khususnya jika perusahaan asing tersebut ingin menawarkan suatu efek tertentu.

Hal ini dikarenakan cukup komperhensif dan sulitnya aturan domestik dan segala

sesuatunya yang harus dipenuhi di suatu negara di mana saham perusahaan asing

ingin dipasarkan. Disamping itu, perbedaan hukum yang berlaku, perbedaan

valuta dan lain-lain hal yang bersifat lintas batas negara ikut memberikan

kontribusi sehingga sulitnya memasarkan efek tersebut di luar negeri. Rintangan

dan halangan tersebut kemudian hilang atau setidak-tidaknya diperkecil dengan

munculnya instrumen baru di pasar modal yaitu Depository Receipt tersebut. .

16

Agar tidak melebar dan teraturnya pembahasan dalam skripsi ini maka

penulis merasa perlu untuk mengangkat permasalahan yang dijadikan landasan

atau acuan dari pokok materi penulisan sehingga dapat memperoleh suatu

B. Perumusan Masalah

15

Pasal 1 butir (8) Undang-Undang Nomor 8 Tahun1995 tentang Pasar Modal

16

(21)

kesimpulan dan sesuai dengan topik pembahasan di atas, maka dirumuskan

beberapa hal yang akan dikaji dalam tulisan ini, yaitu :

1. Bagaimana pengaturan mengenai Sertifikat Penitipan Efek Indonesia dalam

hukum pasar modal Indonesia ?

2. Bagaimana peranan Bank Kustodian dalam penerbitan dan penyimpanan

Sertifikat Penitipan Efek Indonesia ?

3. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan Sertifikat

Penitipan Efek Indonesia dalam hukum pasar modal Indonesia ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Secara umum tujuan utama penulis dalam penulisan skripsi ini adalah untuk

memenuhi kewajiban dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas

Hukum Sumatera Utara.

Secara khusus lagi, tujuan penulisan skripsi ini disesuaikan dengan

permasalahan yang sudah dirumuskan di atas. Adapun yang menjadi tujuan

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk memberikan landasan dan pengaturan mengenai konsep Depository

Receipt dalam upaya memperlancar kegiatan investasi di bursa efek

(22)

b. Untuk memberikan penjelasan tentang peranan dan hubungan pihak lain

dalam hal ini bank kustodian dalam pelaksanaan Depository Receipt di

dalam hukum Pasar Modal Indonesia

c. Untuk memaparkan hak dan kewajiban pihak-pihak terkait dalam

Indonesian Depository Receipt.

2. Manfaat Penulisan

Selanjutnya penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat memberi manfaat

untuk :

a. Manfaat secara teoritis

Terkait dengan permasalaha hukum tersebut di atas, penulis berharap agar

tulisan ini bermanfaat untuk memberikan penjelasan, pemahaman dan pengertian

yang utuh mengenai konsep Depository Receipt, konsepsi pengaturan Depository

Receipt di Indonesia, pelaksanaan penerbitan Depository Receipt di Indonesia, dan

peranan pihak-pihak yang terkait dalam mekanisme Depository Receipt di

Indonesia.

b. Manfaat secara praktis

Secara praktis penulis berharap agar penulisan skripsi ini dapat member

pengetahuan kepada masyarakat khususnya para pelaku dunia bisnis dan para

pelaku kegiatan pasar modal khususnya dalam pelaksanaan perdagangan efek di

(23)

D. Keaslian Penulisan

Pembahasan skripsi ini dengan judul “Analisis Mengenai Sertifikat Penitipan Efek Indonesia” yang diangkat penulis sebagai judul skripsi ini adalah judul yang belum pernah dibahas oleh pihak manapun dan belum pernah

dipublikasikan di media manapun.

Judul ini adalah murni hasil pemikiran dalam rangka melengkapi tugas

dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam tinjauan kepustakaan penulis mencoba untuk mengemukakan

beberapa ketentuan dan batasan yang akan menjadi sorotan dalam mengadakan

studi kepustakaan. Hal ini berguna bagi penulis untuk membantu melihat ruang

lingkup skripsi agar tetap berada di dalam topik yang diangkat dari permasalahan

yang telah disebutkan di atas.

Adapun yang menjadi pengertian daripada judul skripsi ini adalah:

a. analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan

menelaah bagiannya dan bagian itu sendiri serta hubungan antara bagian

untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti

keseluruhan.17

17

Kamus Besar

(24)

b. Sertifikat Penitipan Efek Indonesia adalah efek yang memberikan hak

kepada pemegangnya atas efek utama yang dititipkan secara kolektif kepada

Bank Kustodian yang telah mendapatkan persetujuan Bapepam.18

Sedangkan pengertian Depository Receipt yang dijabarkan dalam Black’s

Law Dictionary yaitu Depository is a place where on leaves money or

valuables for safekeeping.dan receipt is the act of receiving something.

19

Depository receipt is a type of negotiable (transferable) financial security that is traded on a local stock exchange but represents a security, usually in the form of equity that is issued by a foreign

jadi defenisi Depository Receipt yaitu :

publicly-listed company. The depository Receipt, which is physical certificate, allows investors to hold shares in equity of other countrie20

c. efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga

komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyetoran kontrak

investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivative dari

efek.21

d. efek utama adalah efek yang menjadi dasar diterbitkannya Sertifikat

Penitipan Efek Indonesia22

e. Bank Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan

harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima

18

Februari 2010

19

Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary,(St Paul:West Group 610 Opperman Drive ,1999), hlm 451 dan 1275.

20

Defenisi Depository Receipt, http:/

21

Pasal 1 butir (5) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

22

(25)

dividen, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek dan

mewakili pemegang rekening nasabahnya.23

F. Metode Penulisan

1. Bentuk Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif. Langkah

pertama yang dilakukan dalam penelitian hukum normatif yang didasarkan pada

bahan hukum primer dan sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan dalam

Perundang-Undangan24

2. Sumber Data

yang berkaitan dengan Pasar modal khususnya Peraturan

pelaksana yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam).

Selain itu dipergunakan juga bahan-bahan tulisan yang berkaitan dengan

persoalan ini.

Penelitian bertujuan unutuk menemukan dan membahas tentang mekanisme,

aturan hukum dan lain sebagainya dalam menunjang dan memperlancar kegiatan

pasar modal khususnya yang terkait dengan masalah penerbitan Sertifikat

Penitipan Efek Indonesia dalam hukum Pasar Modal Indonesia.

a. Data Sekunder yang terdiri dari:

1) Bahan / Sumber primer, berupa: bahan-bahan hukum yang mengikuti

yang terdiri dari peraturan perundang-undangan, buku-buku dan

norma/kaidah hukum yang terkait.

23

Pasal 1 butir (8) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

24

(26)

2) Bahan hukum sekunder, berupa: semua dokumen yang merupakan

informasi atau hasil kajian yang terkait dengan skripsi , seperti :

seminar-seminar, jurnal-jurnal hukum, majalah-majalah,

koran-koran, karya tulis ilmiah dan beberapa sumber lainnya yang terkait

dengan persoalan diatas.

b. Bahan hukum tersier yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep

dan ketentuan-ketentuan yangmendukung data primer dan data sekunder,

seperti : kamus, ensiklopedia, dan lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kepustakaan (library research), yaitu: penelitian yang dilakukan

dengan meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun

data sekunder yangdigunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain dari

buku-buku baik koleksi pribadi maupun perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil

dari media maupun setak maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah,

termasuk peraturan perundang-undangan.

4. Analisa Data

Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis

kemudian di analisa secara perspektif dengan menggunakan metode deduktif dan

induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan, dan

membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan

(27)

kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

G.Sistematika Penulisan

Secara sistematika dalam penyusunan skripsi ini penulis membahasnya

dalam lima bab, yaitu :

Bab I : Pada bab pendahuluan ini diberikan gambaran awal tentang

latar belakang pemilihan judul, permasalahan, tujuan dan

manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan,

metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II : Bab ini merupakan pembahasan mengenai pengertian, dasar

hukum serta pengaturan tentang Sertifikat Penitipan Efek

Indonesia di dalam hukum pasar modal Indonesia

Bab III : Bab ini merupakan pembahasan tentang pengertian, tanggung

jawab serta peranan Bank Kustodian dalam penyimpanan

Indonesian Depository Receipt.

Bab IV : Pada bab ini dibahas tentang hak dan kewajiban para pihak

dalam penerbitan Indonesian Depository Receipt, tata cara

emisi efek di Indonesia, serta menyangkut emiten dan

perusahaan publik.

Bab V : Bab ini merupakan penutup seluruh pembahasan pada skripsi

(28)

permasalahan yang dimaksud dan memberikan beberapa saran

sebagai kontribusi pemikiran dalam perkembangan ilmu

(29)

BAB II

PENGATURAN SERTIFIKAT PENITIPAN EFEK INDONESIA DI DALAM HUKUM PASAR MODAL INDONESIA

A.Pengertian Sertifikat Penitipan Efek Indonesia (SPEI)

Depository Receipt yang merupakan bentuk awal dari Sertifikat Penitipan

Efek Indonesia atau yang merupakan suatu efek yang diterbitkan khusus untuk

mewakili hak terhadap kepemilikan saham-saham perusahaan asing disuatu

negara tertentu. Depository Receipt diperdagangkan di bursa efek layaknya suatu

saham. Investor yang membeli Depository Receipt tersebut akan mendapatkan

manfaat layaknya seorang pemegang saham dari perusahaan asing yang sahamnya

dijadikan dasar penerbitan Depository Receipt. Depository Receipt merupakan

suatu bentuk emisi efek oleh suatu perusahaan di luar negara asal dari perusahaan

tersebut, meskipun The New York Stock Exchange sudah memungkinkan

pencatatan langsung efek yang bersifat ekuitas maupun efek yang bersifat utang

oleh emiten di luar negeri.25

Berikut ini defnisi depository receipt:26

25

Gunawan, Op. Cit, hlm 10

“Depository Receipt is a type of negotiable (transferable) financial security that is traded on a local stock exchang but represants a security, usually in the form of equity that is issued by a foreign publicly-listed company. The depository receipt which is physical certificate, allows anvestors to hold shares in equity of their countries”

(30)

Dengan demikian , dalam pengertian yang sederhana, publicly Depository Receipt

adalah “negotiable certificates that certify ownership of a company’s publicly

traded equity or debt” Rumusan yang diberikan tersebut menunjukkan bahwa

suatu depository receipt adalah suatu instrument surat berharga dalam bentuk

sertifikat yang mewakili efek-efek bersifat ekuitas maupun utang yang diterbitkan

oleh suatu perusahaan dan diperdagangkan secara umum. Ini berarti Depository

Receipt mewakili sejumlah efek-efek lain (baik dalam bentuk efek ekuitas

maupun efek utang) yang diperdagangkan atau tidak diperdagangkan di bursa

melalui pasar modal.

Dari defenisi di atas dapat dilihat karakteristik Depository Receipt, yaitu

sebagai berikut :

1. Depository Receipt merupakan suatu jenis efek, baik yang bersifat ekuitas

atau efek yang bersifat utang;

2. Depository Receipt dapat dipindahtangankan (transferable);

3. Depository Receipt diterbitkan oleh suatu bank yang dikenal sebagai

Depository Bank atau Depository Company;

4. Depository Receipt dapat diterbitkan melalui penawaran umum, atau privat

placement.27

5. Saham terhadap mana Depository Receipt diterbitkan tetap berada pada

kustodian di mana perusahaan tersebut berkedudukan;

;

6. Depository Receipt terhadap saham tidak identik dengan saham yang

bersangkutan sebab pihak pemegang Depository Receipt tidak mempunyai

27

(31)

hak vis a vis terhadap perusahaan yang bersangkutan, tetapi hak vis a vis

terhadap trust office dengan beberapa pengecualian. Di antara pengecualian

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pemegang Depository Receipt mempunyai hak untuk memperoleh suatu

financial statement dari perusahaan yang bersangkutan.

b. Mereka juga mempunyai hak untuk melakukan petisi dalam rapat umum

pemegang saham (RUPS) atau hak untuk dapat melakukan penyelidikan

terhadap manajemen atau bisnis perusahaan tersebut.

c. Biasanya pemegang Depository Receipt mempunyai hak untuk

mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan berhak untuk

berdiskusi, tetapi tidak mempunyai hak suara. Hak suara (voting) dalam

hal ini dipunyai oleh Trust Office. Akan tetapi, pihak pemegang

Depository Receipt mempunyai hak voting dalam rapat umum

pemegang Depository Receipt.

7. Sesungguhpun Depository Receipt tidak persis sama dengan saham,

pemegang Depository Receipt memiliki hak untuk menikmati hasil yang

dianggap sama dengan pemilik yang sebenarnya dari saham yang

bersangkutan.28

Untuk memahami dengan komperhensif tentang Depository Receipt ini

maka perlu diketahui latar belakang sejarahnya terlebih dahulu. Untuk itu akan

kita tinjau sejarah Depository Receipt di negara Amerika Serikat, negara-negara di

Eropa dan di Indonesia sendiri.

28

(32)

Di USA untuk menghindari kesulitan bagi perusahaan asing untuk menjual

saham-sahamnya di USA, antara lain karena adanya kewajiban registrasi saham di

USA, padahal investor USA cukup berminat untuk membeli saham-saham

perusahaan asing, maka mulai tahun 1927 diperkenalkan apa yang disebut

American Depository Receipts yang sering disingkat dengan ADRs atau ADR.

Pada masa itu terdapat seorang bankir kawakan yang bernama J Pierpont

Morgan yang pertama sekali mempopulerkan American Depository Receipt

Receipt. Waktu itu (1972). Morgan sedang mencari-cari jalan agar perusahaan

retailer terbesar di London dapat menjual saham-sahamnya di USA. Setelah

dilakukan beberapa langkah-langkah olehnya, akhirnya saham tersebut dapat di

jual melalui instrumen yang kemudian dikenal dengan American Depository

Receipt itu.29

Sedangkan di Eropa setelah banyaknya keterbatasan dari sistem listing yang

hanya untuk efek yang diisukan kepada pemegangnya, maka kemudian muncullah

sistem pengisuan sertifikat dalam dominasi yang kecil. Ternyata instrumen ini Dengan sistem ADRs ini, maka yang registrasi di USA cukup ADRs nya

saja, bukan sahamnya. Sahamnya tetap disimpan oleh Bank Kustodian di luar

negeri, akan tetapi disimpan untuk dan atas nama Depository Company di USA.

Demikianlah pada akhirnya ADRs berkembang cukup meluas di USA dan

dipergunakan sebagi sarana bagi perusahaan-perusahaan asing di banyak negara di

dunia untuk menawarkan sahamnya untuk investor USA. ADRs yang ditawarkan

di USA tersebut baik yang bersponsor maupun yang tidak bersponsor.

29

(33)

sangat cocok untuk suatu perusahaan asing yang ingin menjual sahamnya di

negara lain. Maka di pertengahan abad 19 orang-orang Belanda Misalnya sudah

mulai membeli saham-saham atas nama di perusahaan-perusahaan di Amerika

Serikat dan mengisukan semacam sertifikat kepada pemegangnya (investor),

sertifikat yang mewakili sejumlah saham tersebut kemudian diperdagangkan di

Amsterdam. Kemudian, sertifikat dari saham-saham, yang didaftarkan atas nama

depository company tersebut dikenal dengan nama Depository Receipt, dan dapat

diperdagangkan di Bursa Efek Amsterdam.

Sebenarnya waktu itu di Eropa, tidak hanya satu perusahaan Amerika yang

menjual saham lewat depository receipt tersebut, tetapi juga perusahaan di

negara-negara lain seperti Jepang misalnya. Perusahaan Jepang pertama listing di Eropa

dilaksanakan dalam tahun 1968 yang dirancang oleh Pierson, Heldring dan

Pierson.

Pada awal-awal dikenalnya depository receipt, terkenal pula apa yang

disebut dengan Curacao Depository Receipt sering disingkat dengan CDRs.

CDRs adalah depository receipt yang diterbitkan di Curacao sehingga dapat

bebas dari stamp duty sebesar 1% seandainya efek tersebut diisukan di negeri

Belanda misalnya.30

Sementara perkembangan depository receipt di Indonesia masih tidak

begitu pesat. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan-perusahaan Indonesia yang

mencatatkan sahamnya lewat penerbitan depository receipt di luar negeri juga

masih sangat terbatas. Di antara perusahaan-perusahaan Indonesia yang mencatat

30

(34)

sahamnya lewat penerbitan depository receipt di luar negeri yang sering dikenal

dengan istilah go international adalah sebagai berikut :

a. PT. Inti Indorayon Utama, menerbitkan American Depository Receipts

dalam tahun 1991

b. PT Gajah Tunggal, menerbitkan Singapore Depository Receipts (SDRs)

dalam tahun 1993

c. PT Indosat, menerbitkan American Depository Receipts level 3 di New York

Stock Exchange dalam bulan Oktober 1994;

d. PT. Tri Polyta, menerbitkan American Depository Receipts di NASDAQ

dalam bulan Juli 1994;31

Di samping itu, perusahaan-perusahaan Indonesia juga ada yang

berpengalaman dalam mencari dana di luar negeri, tetapi lewat pasar uang seperti

pasar uang Luksemburg, Hongkong, Tokyo, dan lain-lain. Sementara sebelumnya,

dalam sejarah Indonesia juga sudah ada saham-saham Indonesia yang

diperdagangkan di luar negeri secara langsung (tidak melalui depository receipt ).

Bahkan VOC di abad XVII telah memperdagangkan sahamnya di Amsterdam.

Sebaliknya tentang penerbitan saham-saham asing di Indonesia secara modern

khususnya yang dilakukan lewat penerbitan depository receipt dalam hal ini

Indonesian Depository Receipt atau IDR masih terbilang baru di Indonesia.

Namun untuk penjualan saham-saham perusahaan luar negeri sudah pernah ada

dalam sejarah pasar modal Indonesia. Tercatat dalam sejarah bahwa di antara

saham-saham yang diperdagangkan oleh Bursa Efek pertama di Indonesia yaitu

31

(35)

Bursa Efek Batavia (berdiri tanggal 14 Desember 1912) adalah sertifikat saham

dan efek-efek perusahaan di negeri Belanda.

Jadi secara modern , penerbitan Indonesian Depository Receipt itu sendiri

baru diperkenalkan di Indonesia setelah keluarnya peraturan berupa Keputusan

Ketua Bapepam No. Kep-49/PM/1997, tanggal 26 Desember 1997, yang terkenal

dengan Peraturan Nomor IX.A.10 tentang Penawaran Umum Sertifikat Penitipan

Efek Indonesia (Indonesian Depository Receipt). Jadi dapat ditarik kesimpulan

bahwa SPEI adalah efek yang memberikan hak kepada pemegangnya atas efek

utama yang dititipkan secara kolektif pada bank kustodian yang mendapat

persetujuan dari BAPEPAM32

Depository Receipt merupakan instrumen pasar modal yang digunakan

untuk memperdagangkan efek suatu perusahaan di bursa di negara lain. Oleh

karena itu tentunya istilah yang dipakai pun berbeda-beda di setiap negara,

tergantung di mana efek tersebut diperdagangkan. Bila diperdagangkan di

Indonesia maka istilah yang digunakan adalah Indonesian Depository Receipt

(Sertifikat Penitipan Efek Indonesia), sedangkan untuk Depository Receipt yang

diperdagangkan di bursa-bursa di Amerika Serikat dikenal dengan istilah

American Depository Receipt (ADR). Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa

ADR pertama kali diperkenalkan oleh J Pierpont Morgan. Dengan instrumen

inilah investor-investor loakl di Amerika Serikat dapat membeli saham-saham

perusahaan asing di Amerika Serikat. .

32

(36)

Defenisi ADR adalah sebagai berikut :“certificates issued by a US

Depository Bank, representing foreign shared held by the bank, usually by a

branch or correspondent in the country of issued. One ADR may represent a

portion of foreign share”.33

Dilihat dari segi tempat diperdagangkan maka ADR dapat dibagi dalam

beberapa kategori, yaitu :

Ini berarti ADR adalah “a negotiable certificate that represent a non US

company publicly traded equity or debt that is normally traded on the firm’s local

country exchange.” Jika di negara asalnya maka efek tersebut diperdagangkan

dengan mempergunakan mata uang negara asal efek tersebut yaitu Dollar

Amerika Serikat.

34

a. ADRs tanpa sponsor (Un-Sponsored).

yaitu merupakan ADRs yang diterbitkan oleh Depository Bank atau

Depository Trust berdasarkan permintaan pasar tanpa adanya suatu bentuk

perjanjian formal dengan emiten yang sahamnya disimpan dan dijadikan

sebagai dasar penerbitan ADR tersebut. Dewasa ini ADR jenis ini sudah

tidak lagi diterbitkan mengingat kurangnya mekanisme pengawasan,

terutama yang terkait dengan laporan-laporan keuangan emiten di negara

asalnya.35

b. ADRs Level I Bersponsor (Sponsored Level I)

33

34

Munir Fuady, Op. Cit.,hlm 173.

(37)

Merupakan suatu ADR yang bersponsor tetapi hanya dapat diperdagangkan

di pasar over the Counter (OTC). Dan tidak diperdagangkan di Bursa-Bursa

uatam di Amerika Serikat. Dalam hal ini emiten tidak perlu untuk mengikuti

standar akuntansi yang berlaku di Amerika Serikat termasuk prinsip

keterbukaan yang disyaratkan oleh Securities Exchange Commission (SEC)

di Amerika Serikat. Emiten cukup memenuhi prinsip keterbukaan dan

standar akuntansi yang berlaku di negara di mana emiten tersebut

menawarkan saham yang menjadi instrumen dasar penerbitan ADR

tersebut.36

c. ADRs Level II Bersponsor ( Sponsored ADR Level II)

Ini merupakan ADR yang bersponsor yang diperdagangkan misalnya di

NASDAQ. Akan tetapi, ketika dikeluarkan , efek tersebut tidak ditawarkan

dengan suatu penawaran umum. Namun demikian, penawaran ADRs ini

haruslah memenuhi prinsip-prinsip accounting yang baik disamping harus

memenuhi listing requirement

d. ADRs Level III Bersponsor (Sponsored Level III)

ADRs jenis ini merupakan ADRs bersponsor yang dicatat di bursa-bursa

efek dan ditawarkan melalui suatu penawaran umum. Sehingga ADRs ini

tentu saja harus memenuhi unsure disclosure requirement yang diatur oleh

Securities Exchange Commission (SEC),

36

(38)

memenuhi prinsip akuntansi yang standar di samping memenuhi kriteria

listing requirements dari bursa di mana efek tersebut dicatat. Dengan

demikian, ADRs jenis ini mempunyai persyaratan yang sama dengan

apabila saham di emisikan.

Selanjutnya, menurut Laird ada pula dikenal Private Placement (rule 144A)

ADR37 yang merupakan suatu bentuk penempatan dana secara privat, yang

ditujukan kepada investor institusional untuk melakukan penyertaan dengan

mengeluarkan saham baru bagi emiten. Selanjutnya karena hal ini bukan atau

tidak merupakan penawaran umum (public offering), private placement 144A

ADR juga tidak mensyaratkan prinsip keterbukaan yang diperlukan untuk emisi

efek di Amrika Serikat, termasuk pemenuhan persyaratan akuntansi yang sesuai

dengan GAAP (General Accepted Accounting Principles) yang berlaku di

Amerika Serikat38

a. Dari segi convertible atau tidaknya suatu Depository Receipt dapat pula

dibagi dalam beberapa jenis sebagai berikut :

Depository Receipt juga mempunyai klasifikasi-klasifikasi, antara lain :

1) Convertible Depository Receipt yang merupakan depository receipt

yang dapat dipertukarkan dengan saham yang bersangkutan jika

dimintakan oleh pihak pemegang Depository Receipt dengan sejumlah

fee tertentu yang relatif kecil.

37

Gunawan, Op. Cit., hlm 30.

(39)

2) Partly Convertible Depository Receipt merupakan suatu Depository

Receipt yang dapat dipertukarkan dengan saham yang bersangkutan

apabila syarat-syarat tertentu telah terpenuhi.

3) Non Convertible Depository Receipt merupakan suatu Depository

Receipt yang pada prinsipnya tidak dapat dipertukarkan dengan saham

yang bersangkutan dan hanya dapat dipertukarkan apabila Trust Office

-nya dilikuidasi.

Perbandingan antara hak pemegang saham pada umumnya dengan hak

pemegang saham SPEI dapat dilihat bahwa dalam hal efek utamanya adalah

saham, pada dasarnya hak yang dimiliki oleh pemegang saham SPEI sama dengan

hak yang dimiliki oleh pemegang saham pada umumnya. Di mana suatu perseroan

harus memberikan hak yang sama kepada keduanya karena pemegang SPEI juga

pada dasarnya sama dengan pemegang saham biasa yaitu sama-sama sebagai

“pemilik” perseroan. Hal yang berbeda adalah instrumen yang menjadi dasar

kepemilikan tersebut. Hak pemilik saham mencakup corporate rights dan

economical rights, dan pengaturan tentang hak-hak tersebut terdapat pada

UUPT39

39

Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

. Hak yang dimiliki pemegang SPEI, tidaklah mencakup hak-hak yang

berupa corporate rights akan tetapi hanya sebatas economical rights. Coorporates

rights merupakan hak yang dimiliki pemgang saham untuk turut serta dalam

“pengurusan” perseroan.Pelaksanaan coorporates rights dapat terlihat pada

(40)

gugatan 40, hak untuk memohon pemeriksaan dan lain sebagainya. Sedangkan

Economical rights yang diberikan kepada pemegang SPEI sama dengan yang

diberikan kepada pemegang saham. Economical rights ini juga mencakup tiga hal

yaitu : pembagian dividen, hak atas harga yang wajar, dan hak atas sisa kekayaan

perseroan. Perbedaan hak pemegang saham pada umumya dengan hak pemegang

SPEI hanyalah dalam hal pelaksanaannya saja. Hal ini dapat terjadi karena

pemegang saham yang biasa, hak-hak yang mereka miliki pada umumnya

dilaksanakan secara langsung (walaupun sering juga dengan memberikan kuasa

kepada pihak tertentu). Sedangkan pemegang SPEI hanya memiliki hak-hak tidak

langsung. Tidak dapat dilaksanakannya hak-hak koorporasi terjadi karena pada

umumnya nama-nama pemegang SPEI tidak tercantum dalam Daftar Pemegang

Saham Perseroan.41

B. Dasar Hukum Penerbitan Sertifikat Penitipan Efek Indonesia (SPEI)

Untuk dapat berlakunya depository receipt di Indonesia diperlukan suatu

dasar hukum tertentu. Dasar hukum tersebut terdiri dari, (1) peraturan di bidang

pasar modal khususnya pasar modal Indonesia, (2) peraturan tentang Perseroan

Terbatas, (3) peraturan yang bersangkutan dengan penanaman modal asing. Untuk

lebih memahami lagi penulis akan membahas satu persatu sumber hukum di atas ,

yaitu :

40

Pasal 61 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

41

(41)

1. Peraturan di Bidang Pasar Modal

a) Undang-Undang Pasar Modal

Dalam kegiatan pasar modal di Indonesia maka para pelaku pasar modal

harus tunduk pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal. Walaupun dalam Undang-Undang ini tidak menyebutkan secara

tegas mengenai adanya pranata hukum yang disebut dengan depository

receipt , akan tetapi dapat disimpulkan bahwa menurut undang-undang

tersebut, depository receipt dapat digolongkan ke dalam surat berharga

yang merupakan “efek” yang dapat diperdagangkan di pasar modal di

Indonesia.42

b) Peraturan lainnya di Bidang Pasar Modal

Selain dari ketentuan tentang pasar modal seperti yang tersebut di atas,

maka terdapat juga ketentuan-ketentuan lainnya di bidang pasar modal

yang berlaku terhadap depository receipt ini, khususnya untuk

Indonesian Depository Receipt. Ketentuan-ketentuan dalam kategori ini

adalah ketentuan-ketentuan di bidang pasar modal yang menyangkut

dengan :

1) Berkenaan dengan kewajiban dan tata cara disclosure;

2) Ketentuan yang menyangkut dengan prosedur;

3) Ketentuan yang berkenaan dengan perlindungan pihak pemegang

saham minoritas (perlindungan investor);

42

(42)

4) Berkenaan dengan tata cara perdagangan saham di pasar sekunder

ynag dalam hal ini tunduk pada peraturan yang berlaku di bursa efek

di mana depository receipt tersebut diperdagangkan.

2. Peraturan di Bidang Perseroan Terbatas

Apabila yang diperdagangkan itu merupakan Indonesian Depository Receipt

atau SPEI maka ketentuan tentang Perseroan Terbatas yang berlaku di

Indonesia tetap berlaku, sepanjang hal tersebut tidak diatur secara khusus

dalam perundang-undangan di bidang pasar modal. Perundang-Undangan di

Indonesia yang mengatur mengenai perseroan terbatas bersumber dari

Undang-undang tentang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007.

Sebaliknya, apabila perusahaan asing yang menerbitkan saham terhadap

mana suatu Depository receipt diterbitkan di Indonesia, maka mengenai

perseroan terbatas itu sendiri berlaku ketentuan tentang perseroan terbatas di

negara di mana perusahaan tersebut berasal.43

3. Peraturan di Bidang Penanaman Modal Asing

Khusus untuk depository receipt yang diterbitkan atas saham-saham dari

perusahaan Indonesia, apabila depository receipt tersebut dijual untuk

investor-investor asing , maka perlu diperhatikan pula ketentuan hukum

Indonesia yang mengatur tentang penanaman modal asing. Hal ini karena

kedudukan dari pemegang depository receipt yang sama dengan kedudukan

pemegang saham itu sendiri. Misalnya harus diperhatikan apakah

perusahaan tersebut bergerak di bidang-bidang yang oleh hukum Indonesia

43

(43)

dinyatakan tertutup bagi pemodal asing seperti yang dimuat dalam

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,44 yang disebut

dengan istilah negative list.45

44

Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

45

Munir Fuady, Loc. Cit.

C. Peraturan Nomor IX.A.10 tentang Penawaran Umum SPEI

Peraturan yang mengatur tentang kegiatan Pasar Modal Indonesia adalah

Undang-Undang No 8 Tahun 1995, namun undang-undang tersebut tidak

menyebutkan secara khusus tentang surat berharga yang disebut dengan Sertifikat

Penitipan Efek Indonesia (Indonesian Depository Receipt). Maka dalam peraturan

pelaksanaan dari undang-undang tersebut akan mengatur tentang eksistensi, tata

cara dan hal-hal lain yang berkenaan dengan Sertifikat Penitipan Efek tersebut.

Peraturan itu tertuang dalam Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-49/PM/1997,

yang terkenal dengan Peraturan Nomor IX.A.10 tentang Penawaran Umum

Sertifikat Penitipan Efek Indonesia (Indonesian Depository Receipt). Peraturan ini

merupakan peraturan yang pertama di Indonesia yang khusus mengatur mengenai

surat berharga yang disebut dengan Sertifikat Penitipan Efek tersebut.

Dalam peraturan Bapepam No.IX.A.10 tentang Penawaran Umum Sertifikat

Penitipan Efek Indonesia memungkinkan efek utama bukan hanya efek yang

ditawarkan di luar negeri, melainkan juga termasuk efek yang ditawarkan di

dalam negeri oleh emiten lokal. Dalam hal ini, penerbitan SPEI di Indonesia dapat

(44)

1. SPEI yang efek utamanya diterbitkan oleh badan hukum Indonesia maka

wajib memenuhi ketentuan penawaran umum pada Initial Public Offering

(IPO)

2. SPEI yang efek utamanya diterbitkan oleh badan hukum negara lain dan

ditawarkan melalui penawaran umum :

a) Yang yurisdiksinya setara dengan yang ada di Indonesia maka wajib

memenuhi Peraturan Bapepam No IX.A.10 dan Peraturan Bapepam

No.IX.A.2 , kecuali angka 14 dan 17.

b) Yang yurisdiksinya tidak setara dengan yang ada di Indonesia maka

wajib memenuhi seluruh peraturan yang terkait dengan Penawaran

Umum yang berlaku di Indonesia.

3. SPEI yang efek utamanya diterbitkan oleh badan hukum negara lain, tetapi

penawarannya tidak di jual lewat penawaran umum maka wajib mengikuti

ketentuan penawaran umum di Indonesia.46

Penawaran umum atas SPEI yang efek utamanya merupakan efek yang

diterbitkan oleh badan hukum Indonesia wajib memenuhi ketentuan penawaran

umum yang berlaku untuk efek utama tersebut. Selanjutnya, untuk penawaran

umum atas SPEI yang efek utamanya merupakan efek yang diterbitkan oleh badan

hukum negara lain yang telah dijual melalui penawaran umum maka harus

memenuhi hal-hal sebagai berikut :

a) Yurisdiksi setara wajib memenuhi ketentuan :

1) Peraturan No.IX.A.10;

46

(45)

2) Peraturan Nomor IX.A.1 tentang Ketentuan Umum Pengajuan

Pernyataan Pendaftaran (Peraturan No.IX.A.1) dan

3) Peraturan IX.A.2 tentang Tata Cara Pendaftaran Dalam Rangka

Penawaran Umum (Peraturan No.IX.A.2), kecuali angka 14 dan 17

Peraturan Bapepam Nomor IX.A.2

Dalam Peraturan IX.A.10 menyebutkan “yurisdiksi setara” yang

didefenisikan sebagai sistem hukum negara lain yang di dlaam peraturan

perundang-undangannya, termasuk peraturan di bidang pasar modal, terdapat

ketentuan tentang perlindungan terhadap kepentingan pemodal yang melakukan

investasi atas suatu jenis efek, yang pada prinsipnya sesuai dengan ketentuan

tentang perlindungan terhadap kepentingan pemodal yang melakukan investasi

atas efek yang sejenis menurut peraturan perundang-undangan pasar modal di

Indonesia. Dengan demikian, para investor atau para pemegang SPEI tersebut

dapat lebih terlindungi. Pihak yang menyatakan bahwa hukum negara di tempat

pihak yang melakukan penawaran umum SPEI atau pihak yang menerbitkan efek

utama mempunyai yurisdiksi setara adalah konsultan hukum dari Indonesia dan

konsultan hukum dari negara di tempat pihak yang melakukan penawaran umum

SPEI atau pihak yang menerbitkan efek utama.47

Pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum SPEI yang efek

utamanya merupakan efek badan hukum negara lain yang telah dijual melalui

47

(46)

penawaran umum yang mempunyai yurisdiksi setara harus sekurang-kurangnya

mencakup hal-hal berikut:48

a. Surat Pengantar Pernyataan Pendaftaran yang disampaikan kepada Bapepam

sesuai Formulir Nomor : .IX.A.10-1

b. Pernyataan pendaftaran yang telah disampaikan kepada pengawas pasar

modal negara lain yang mempunyai yurisdiksi setara dan telah

diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh penerjemah resmi. Namun

demikian, dalam hal pernyataan pendaftaran disampaikan kepada Bapepam

lebih dari enam puluh hari setelah tanggal penawaran umum efek utama

terakhir di negara yang mempunyai yurisdiksi setara, selain memenuhi

ketentuan yang disebutkan dalam angka 3 huruf a Peraturan IX.A.10

mengenai Surat Pengantar Pernyataan Pendaftaran, pernyataan pendaftaran

dimaksud haruslah diperbaharui dengan data terakhir yang dimuat dalam

dokumen-dokumen sebagaimana dipersyaratkan di negara asal, serta :

1) Laporan keuangan terakhir dari pihak yang menerbitkan efek utama

yang telah di audit oleh akuntan yang diperlukan untuk mengetahui

mengenai kondisi keuangan perusahaan asal;

2) Prospektus penawaran umum SPEI, yang pada prinsipnya bentuk dan

isi prospektus tersebut harus memenuhi ketentuan sebagaimana

tercantum dalam Peraturan Nomor IX.C.1 tentang pedoman mengenai

bentuk dan isi pernyataan dalam rangka penawaran umum (Peraturan

48

(47)

IX.C.1) dan Peraturan IX.C.2 tentang pedoman mengenai bentuk dan isi

prospektus dalam rangka penawaran umum (“Peraturan IX.C.2”).

Selanjutnya, seperti yang disebutkan di atas, pihak yang melakukan

penawaran umum SPEI atau pihak yang menerbitkan efek utama wajib menunjuk

Bank Kustodian yang telah memperoleh persetujuan dari Bapepam untuk :49

1) menyampaikan kepada Bapepam seluruh dokumen dan laporan yang

disampaikan kepada pengawas pasar modal negara yang mempunyai

yurisdiksi setara yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh

penerjemah resmi dan dokumen serta laporan tersebut tersedia di bank

Kustodian;

2) menyampaikan kepada Bapepam dan para pemegang SPEI seluruh

dokumen dan laporan yang wajib disampaikan kepada pemegang efek

utama dari negara yang mempunyai yurisdiksi setara yang telah

diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh penerjemah resmi.

Dokumen-dokumen dan laporan-laporan tersebut wajib disampaikan kepada

Bapepam dalam batas waktu yang diatur oleh pengawas pasar modal ( pasar

modal asinng) yang mempunyai yurisdiksi setara di tempat perusahaan yang

bersangkutan melakukan penawaran umum. sehubungan dengan

penyampaian laporan keuangan berkala kepada Bapepam dalam hal terdapat

perbedaan prinsip akuntansi, perbedaan tersebut wajib diungkapkan.

Kewajiban menyampaikan seluruh dokumen dan laporan tersebut di atas

berlaku sejak pernyataan pendaftaran kepada Bapepam menjadi efektif

49

(48)

sampai dengan jumlah efek utama yang dititipkan pada Bank Kustodian,

selama enam bulan berturut-turut, menjadi kurang dari sepuluh per seratus

dari jumlah keseluruhan efek utama yang dijadikan dasar penerbitan SPEI

pada waktu dilakukannya penawaran umum perdana Sertifikat Penitipan

Efek Indonesia.

c. Dokumen-dokumen tambahan.

1) Dokumen-dokumen tambahan tersebut terdiri dari surat pernyataan dari

perseroan atau konsultan Hukum yang terdaftar di Bapepam yang

membuat kontrak dengan pihak yang melakukan penawaran umum

SPEI atau pihak yang menerbitkan efek utama untuk melakukan

penawaran umum SPEI, yang memuat informasi baru bersifat material

sehubungan dengan efek utama, dan informasi tersebut belum dimuat

dalam pernyataan pendaftaran atau dokumen lainnya yang disampaikan

kepada pengawas pasar modal negara lain yang mempunyai yurisdiksi

setara;

2) pendapat dari segi hukum yang dibuat oleh konsultan hukum yang

terdaftar di Bapepam yang menyatakan bahwa sistem hukum negara

tempat dilakukannya penawaran umum efek utama dapat dikategorikan

memiliki yurisdiksi setara, dengan mengemukakan alasan dan analisis

terhadap tingkat prlindungan dan upaya hukum menuntut ganti rugi

yang diberikan kepada pemodal di Indonesia apabila :50

50

(49)

a) terdapat informasi yang tidak lengkap, tidak benar, dan atau

menysatkan atas efek utama;

b) pelaksanaan perdagangan efek utama yang tidak wajar, teratur, atau

efisien apabila pemodal di Indonesia melaksanakan haknya untuk

menukarkan kembali SPEI dengan efek utama dari Bank Kustodian;

dan

c) dilusi efek utama dan atau transaksi benturan kepentingan dalam hal

efek utama tersebut merupakan efek bersifat ekuitas.

3) uraian tentang persyaratan dan ketentuan yan tercantum dalam

perjanjian penitipan efek utama sehubungan dengan penerbitan

Sertifikat Penitipan Efek Indonesia;

4) analisis atau pendapat akuntan yang terdaftar di Bapepam tentang :

a) aspek perpajakan SPEI bagi pemodal asing dan Indonesia; dan

b) perbedaan antara prinsip akuntansi yang digunakan dalam

menyusun laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum di Indonesia atau dengan International Accounting Standart

(jika ada).

5) tata cara pengalihan SPEI sehubungan dengan pembagian keuntungan

dan hak-hak lain atas pemilikan SPEI, pengambilan kembali efek

utama, pembatalan SPEI, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan

SPEI serta uraian mengenai pengalaman Bank Kustodian dalam rangka

(50)

6) uraian lengkap mengenai penentuan harga penjaminan emisi, dan

pendistribusian SPEI;

7) uraian lengkap menenai rencana dicatat atau tidaknya SPEI pada bursa

efek di Indonesia;

8) uraian lengkap mengenai risiko yang berhubungan dengan SPEI, tidak

termasuk risiko yang melekat pada efek utama; dan

9) uraian lengkap mengenai prakiraan perdagangan SPEI di pasar sekuder.

Dokumen-dokumen tersebut di atas dan laporan keuangan terakhir dari

pihak yang melakukan penawaran umum atau pihak yang menerbitkan efek

utama yang telah diaudit wajib disampaikan kepada Bapepam oleh

perseroan yang mewakili emiten atau konsultan hukum yang terdaftar di

Bapepam yang bertindak untuk kepentingan pihak yang melakukan

penawaran umum SPEI atau pihak yang menerbitkan efek utama.51

Setelah diketahui secara rinci hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan

dalam penawaran umum SPEI, maka ada beberapa hala yang harus diperhatikan

pula dalam kegiatan pra-emisi yaitu perseroan atau konsultan hukum yang

terdaftar di Bapepam yang bertindak mewakili pihak yang melakukan penawaran

umum SPEI atau pihak yang menerbitkan efek utama dalam rangka penawaran

umum SPEI wajib menyampaikan kepada Bapepam laporan hasil penawaran

umum SPEI yang memuat jumlah dan nilai SPEI yang telah terjual paling lambat

pada hari ke lima belas setelah berakhirnya masa penawaran umum. Selanjutnya,

Bank Kustodian wajib menyampaikan laporan bulanan kepada Bapepam tentang

51

(51)

perubahan yang berkaitan dengan kepemilikan SPEI termasuk perubahan jumlah

efek utama yang dititipkan di Bank Kustodian sesuai dengan lampiran Peraturan

No.IX.A.10 selambat-lambatnya pada hari ke dua belas bulan berikutnya.52

a. Peraturan Nomor IX.A.6 tentang Pembatasan atas Saham yang Diterbitkan

Sebelum Penawaran Umum;

Dalam rangka penerbitan SPEI di Indonesia maka berpedoman pada

Peraturan Bapepam, namun di samping itu terdapat beberapa

pengecualian-pengecualian antara lain bahwa peraturan-peraturan Bapepam berikut ini tidak

berlaku untuk penawaran umum SPEI yang efek utamanya adalah saham atau efek

yang bersifat ekuitas lainnya dari badan hkum negara lain yang mempunyai

yurisdiksi yang setara, yaitu :

b. Peraturan Nomor IX.D.1 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu

(HMETD);

c. Peraturan Nomor IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu;

d. Peraturan Nomor IX.M.1 tentang Keterbukaan Informasi Pemegang Saham

Tertentu;

e. Peraturan Nomor IX.G.1 tentang Penggabungan Usaha atau Peleburan

Usaha Perusahaan Publik atau Emiten yang Telah Melakukan Penawaran

Umum; dan

f. Surat Ketua Bapepam Nomor: S-456/PM/1991 tanggal 12 April 1991

tentang Pembelian Saham atau Penyertaan Pada Perusahaan lain.

52

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada pengaruh terapi humor terhadap kadar gula darah acak pada penderita diabetes mellitus tipe II di Desa Banjardowo

Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan sebagai respon atas pembangunan atau tekanan iklim, REDD+ dapat menyebabkan situasi di mana masyarakat tidak dapat bergantung pada aset-

Oleh karena penelaahan persoalan moneter itu memerlukan koordinasi dan synkhronisasi mengenai pelbagai bidang, maka dianggap perlu untuk membentuk suatu Dewan yang terdiri

[r]

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) Untuk untuk meningkatkan kemampuan guru merencanakan pembelajaran matematika pada penjumlahan tanpa

Pada tahun 2019 Ditjen PKH menyepakati delapan sasaran dengan sepuluh indikator kinerja sebagai berikut: (1) pertumbuhan volume ekspor untuk produk pangan hewani

Untuk informasi kesehatan dan keselamatan untuk komponen masing-masing yang digunakan dalam proses manufaktur, mengacu ke lembar data keselamatan yang sesuai untuk

Untuk perilaku siswa yang sebelumnya ha- nya 2,69, pada Siklus II mencapai 3,53 de- ngan kategori baik.Pada saat berdiskusi, siswa lebih terkontrol dan teratur