• Tidak ada hasil yang ditemukan

Viskositas Saliva Sebelum Dan Setelah Mengunyah Buah Apel Dan Minum Jus Apel Pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2006-2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Viskositas Saliva Sebelum Dan Setelah Mengunyah Buah Apel Dan Minum Jus Apel Pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2006-2007"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

VISKOSITAS SALIVA SEBELUM DAN SETELAH

MENGUNYAH BUAH APEL DAN MINUM

JUS APEL PADA MAHASISWA

FKG USU ANGKATAN

2006-2007

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

HILDA SARI AFFIANTI NIM : 060600065

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Bagian Biologi Oral

Tahun 2010

Hilda Sari Affianti

Viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah buah apel dan minum jus apel pada mahasiswa FKG USU angkatan 2006-2007

xi + 58 halaman

Buah apel merupakan buah yang asam dengan kisaran pH 2,9-3,5. Rasa asam dapat merangsang sekresi saliva dalam jumlah yang tinggi menyebabkan viskositas saliva lebih rendah. Nilai normal Viskositas saliva manusia adalah 2,75-15,51 centipoise. Penurunan viskositas saliva dihubungkan dengan penurunan karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan viskositas saliva setelah mengunyah buah apel dan minum jus apel.

Jenis penelitian ini adalah Eksperimental Laboratorium dengan rancangan penelitian Analytic Experimental Pretest and Posttest Design. Jumlah sampel sebanyak 32 orang diambil secara random yang dibagi ke dalam dua kelompok yaitu 16 orang mengunyah buah apel dan 16 orang minum jus apel. Analisis data dilakukan dengan Uji Statistik t-Test.

Hasil pengukuran viskositas saliva sebelum mengunyah buah apel adalah

(3)

3,556 centipoise ± 0,034 dan setelah minum jus apel adalah 2,771 centipoise ± 0,030. Hasil perhitungan selisih viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah buah apel adalah 0,146 centipoise ± 0,088, sebelum dan setelah minum jus apel adalah 0,785 centipoise ± 0,043.

Hasil penelitian ini diperoleh adanya perbedaan yang bermakna (p<0,05) viskositas saliva setelah mengunyah buah apel dan minum jus apel. Jus apel memiliki peranan yang lebih besar dalam menurunkan viskositas saliva yang merupakan rangsangan kimiawi sedangkan mengunyah buah apel merupakan rangsangan mekanik.

Daftar rujukan : 20 (1990-2009)

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, Juni 2010

Pembimbing Tanda tangan

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 21 Juni 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Lisna Unita, drg., M.Kes ANGGOTA : 1. Yendriwati, drg., M.Kes

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya, serta shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW sehingga skripsi yang

berjudul ”Viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah buah apel dan minum jus

apel pada mahasiswa FKG USU angkatan 2006-2007” selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan, dan saran-saran dari berbagai pihak. Karena itu, pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof. Ismet Danial Nst, drg., Sp. Prost., Ph.D selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Lisna Unita, drg., M.Kes., selaku dosen pembimbing skripsi, ketua Departemen Biologi Oral sekaligus penguji atas kesabaran dan waktu yang

diberikannya untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

dengan baik. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Biologi Oral Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3.Yendriwati, drg., M.Kes dan Hj. Minasari Nasution, drg., selaku tim penguji skripsi.

4. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG., selaku kepala bagian UPT penelitian FKG USU yang telah memberikan masukan-masukan atas skripsi ini.

(7)

6. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes., atas bimbingan dan bantuannya dalam pengolahan data.

7. Khairina Safitri, S.si selaku asisten Laboratorium Kimia Fisika FMIPA

USU yang banyak membantu penulis dalam menjalankan penelitian.

8. Kedua orang tua tercinta, Saparuddin Nasution dan Rina Solfrino yang telah banyak memberikan nasehat, motivasi, doa dan kasih sayang kepada penulis. Juga kepada saudara tersayang Halim Murdani, Dian Harisa, Zulfa Khairani, Novia Nasution yang selalu siap sedia untuk memberikan bantuan.

9. Sahabat-sahabat terbaik penulis Ika, Miftha, Swastika, Diah, Siti, Tiwi, Dhee, Rahma dan teman seperjuangan di Biologi Oral, Mila, Bang Roy, Josua, Merina, Ubay, serta semua angkatan 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis.

Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan guna kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi fakultas,

pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Juni 2010 Penulis

(8)
(9)

3.3. Hipotesa Penelitian ... 19

4.7. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data ... 29

4.7.1. Pengambilan Sampel Saliva Sebelum dan Setelah Mengunyah Buah Apel ... 30

4.7.2. Pengukuran Viskositas Saliva Sebelum Dan Setelah Mengunyah Buah Apel ... 30

4.7.3. Pengambilan Sampel Saliva Sebelum dan Setelah Minum Jus Apel ... 34

4.8. Pengolahan dan Analisis Data ... 34

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 36

5.1. Hasil Pengukuran Viskositas Saliva Sebelum dan Setelah Mengunyah Buah Apel dan Minum Jus Apel ... 36

5.2. Hasil Perhitungan Nilai Mean Viskositas Saliva Sebelum dan Setelah Mengunyah Buah Apel ... 38

(10)

5.4. Hasil Perhitungan Selisih Viskositas Saliva Sebelum dan

Setelah Mengunyah Buah Apel dan Minum Jus Apel ... 39

BAB 6 PEMBAHASAN ... 40

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

7.1. Kesimpulan ... 44

7.2. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah buah apel dan

minum jus apel ... 37 2. Nilai rata-rata viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah buah

apel ... 38 3. Nilai rata-rata viskositas saliva sebelum dan setelah minum jus apel

... ... 38 4. Nilai rata-rata selisih viskositas saliva sebelum dan setelah

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

5. Buah apel hijau... 26

6. Skeler elektrik merk DTE D5®... 26

7. Neraca analitik... 27

8. Viskometer oswald ... 27

9. Piknometer 2 ml ... 27

10. Juicer buah merk Philips... 28

11. Masker dan sarung tangan ... 28

12. Sample cup ... 29

13. Penskelingan gigi sampel... 29

14. Sampel menampung saliva ... 30

15. Pengukuran waktu alir... 31

16. Memasukkan saliva ke dalam viskometer ... 31

17. Memasukkan saliva ke dalam piknometer ... 32

18. Piknometer ditutup ... 33

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alur pikir ... 48

2. Lembar persetujuan ... 51

3. Data hasil penelitian ... 52

(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Bagian Biologi Oral

Tahun 2010

Hilda Sari Affianti

Viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah buah apel dan minum jus apel pada mahasiswa FKG USU angkatan 2006-2007

xi + 58 halaman

Buah apel merupakan buah yang asam dengan kisaran pH 2,9-3,5. Rasa asam dapat merangsang sekresi saliva dalam jumlah yang tinggi menyebabkan viskositas saliva lebih rendah. Nilai normal Viskositas saliva manusia adalah 2,75-15,51 centipoise. Penurunan viskositas saliva dihubungkan dengan penurunan karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan viskositas saliva setelah mengunyah buah apel dan minum jus apel.

Jenis penelitian ini adalah Eksperimental Laboratorium dengan rancangan penelitian Analytic Experimental Pretest and Posttest Design. Jumlah sampel sebanyak 32 orang diambil secara random yang dibagi ke dalam dua kelompok yaitu 16 orang mengunyah buah apel dan 16 orang minum jus apel. Analisis data dilakukan dengan Uji Statistik t-Test.

Hasil pengukuran viskositas saliva sebelum mengunyah buah apel adalah

(15)

3,556 centipoise ± 0,034 dan setelah minum jus apel adalah 2,771 centipoise ± 0,030. Hasil perhitungan selisih viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah buah apel adalah 0,146 centipoise ± 0,088, sebelum dan setelah minum jus apel adalah 0,785 centipoise ± 0,043.

Hasil penelitian ini diperoleh adanya perbedaan yang bermakna (p<0,05) viskositas saliva setelah mengunyah buah apel dan minum jus apel. Jus apel memiliki peranan yang lebih besar dalam menurunkan viskositas saliva yang merupakan rangsangan kimiawi sedangkan mengunyah buah apel merupakan rangsangan mekanik.

Daftar rujukan : 20 (1990-2009)

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saliva disekresi di kelenjar saliva mayor yang terdiri dari kelenjar parotid, submandibula dan sublingualis dan kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar lingualis, bukalis, labialis, palatinal dan glossopalatina. Saliva diproduksi oleh masing-masing kelenjar saliva mayor yang berbeda dalam jumlah dan komposisinya. Kelenjar parotid menghasilkan saliva yang encer yang kaya akan enzim seperti amilase, protein seperti protein kaya proline dan glikoprotein lain. Kelenjar submandibular menghasilkan saliva yang bercampur yaitu serusdan mukus tapi yang lebih dominan adalah serus. Kelenjar sublingual menghasilkan saliva yang kental namun ditemukan sedikit sel serus.1,2,3

(17)

Sekresi saliva dapat distimulus baik dari stimulus mekanik maupun stimulus kimiawi. Stimulus mekanik tampak dalam bentuk gerak pengunyahan sedangkan stimulus kimiawi tampak dalam bentuk efek kesan pengecapan. Stimulus mekanik yang berupa pengunyahan akan meningkatkan sekresi saliva yang tampak dalam kecepatan aliran saliva. Demikian juga dengan stimulus kimiawi dalam efek kesan pengecapan. Proses mengunyah merupakan stimulus mekanik yang merangsang peningkatan sekresi saliva sedangkan pengecapan merupakan informasi sensorik yang berhubungan dengan stimulus kimiawi yang dapat meningkatkan kecepatan aliran saliva. Stimulus kimiawi dalam rongga mulut berhubungan dengan kesan pengecapan dan sekresi saliva.5

Adanya interaksi antara pengecapan dengan aliran saliva tergantung pada jenis rangsangan pengecapan dari makanan yang akan menghasilkan suatu rasa. Sensasi rasa asam merupakan stimulan dengan pengaruh paling besar dan sering digunakan dalam pengumpulan produk saliva.2,5,6 Buah apel banyak mengandung serat dan asam. Rangsangan berupa asam dapat merangsang sekresi saliva dalam jumlah yang tinggi sehingga menyebabkan saliva menjadi lebih encer (viskositas saliva lebih rendah).7

(18)

komposisi saliva tergantung pada jenis rangsangan pengecapan dari makanan yang akan menghasilkan suatu sensasi rasa.6

Rata-rata aliran saliva bervariasi sepanjang hari, meningkat ketika makan dan rendah ketika tidur bahkan hampir terhenti.Produksi saliva normal masing- masing individu adalah antara 0,5 liter dan 1,5 liter/hari. Nilai normal rata-rata flow rate saliva yang tidak distimulasi pada individu yang sehat berkisar 0,3 ml/menit. Dibawah 0,1 ml/menit merupakan hiposalivasi dan diantara 0,1-0,5 ml/menit rendah. Sedangkan nilai normal untuk flow rate saliva yang distimulasi berkisar 1,0-3,0 ml/menit. Dibawah 0,7 ml/menit merupakan hiposalivasi dan diantara 0,7-1,0 ml/menit rendah.1,9 Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran saliva yang distimulasi adalah rangsangan alami, muntah, merokok, ukuran kelenjar, penglihatan, penciuman dan makanan.10

Volume saliva dapat meningkat akibat adanya rangsangan mekanik misalnya pengunyahan. Proses mengunyah makanan dimulai oleh refleks mengunyah, karena adanya bolus makanan didalam mulut. 11Makanan yang berada didalam mulut akan digigit, dikunyah, atau mengalami proses mastikasi yang mempunyai peranan memperluas permukaan sehingga mempermudah pencernaan, dan merangsang keluarnya saliva.12

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaan viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah

(19)

2. Apakah ada perbedaan viskositas saliva sebelum dan setelah minum jus apel?

3. Apakah ada perbedaan viskositassaliva setelah mengunyah buah apel dan minum jus apel?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui adanya perbedaan viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah buah apel.

2. Untuk mengetahui adanya perbedaan viskositas saliva sebelum dan setelah minum jus apel.

3. Untuk mengetahui adanya perbedaan viskositas saliva setelah mengunyah buah apel dan minum jus apel

1.4 Manfaat penelitian

Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan sumbangan informasi mengenai efek minum jus apel dan mengunyah buah apel terhadap viskositas saliva..

2. Sebagai data dan informasi dalam menunjang perkembangan Ilmu Kedokteran Gigi khususnya dalam bidang Biologi Oral dalam hal viskositas saliva.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saliva

Saliva merupakan cairan yang sangat penting di rongga mulut yang dihasilkan oleh kelenjar saliva mayor dan minor. Saliva memiliki peranan menegakkan diagnosa dalam bidang Kedokteran Gigi, Fisiologi, Internal Medicine, Endocrinology, Pediatrics, Immunology, Clinical Pathology, Forensic Medicine, Psycology dan Sport Medicine.1,2,3

2.1.1 Kelenjar Saliva

(21)

Kelenjar saliva minor ditemukan di sepanjang mukosa rongga mulut.Kelenjar lingual ditemukan bilateral dan terbagi kedalam beberapa kelompok. Kelenjar lingual anterior terdapat pada permukaan anterior lidah dekat ujung lidah dan terbagi atas kelenjar mukus anterior dan campuran pada posterior. Kelenjar lingual posterior terdapat pada gabungan dengan lingual tonsil dan permukaan lateral lidah. Merupakan kelenjar mukus murni. Kelenjar serus (von ebner) mengalir kedalam saluran-saluran di sekeliling papilla circumvallata. Kelenjar bukal dan labial ditemukan pada pipi dan bibir. Unit terminal secretory mengandung sekresi mukus dan serus. Kelenjar palatinal merupakan murni mukus dan ditemukan pada palatum lunak dan uvula, dan didalam regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatina merupakan mukus murni yang berlokasi di lipatan glossopalatina.13

2.1.2 Komposisi Saliva

Saliva terdiri atas 99,5% air dan 0,5% substansi lainnya. Komposisi saliva terdiri dari komponen organik dan anorganik. Komponen organik yang terkandung di dalam saliva seperti urea, uric acid, glukosa, asam amino, asam laktat dan asam lemak. Makromolekul yang juga ditemukan di dalam saliva seperti protein, amilase, peroksidase, thiocyanate, lisozym, lemak, IgA, IgM, dan IgG.

(22)

2.1.3 Sekresi Saliva

Kelenjar parotid menghasilkan saliva yang serus sedangkan kelenjar submandibularis dan kelenjar sublingualis menghasilkan saliva yang bercampur yaitu mukus dan serus.2,3

Pada kondisi istirahat rata-rata aliran saliva berkisar 0,3 ml/menit, nilai dibawah 0,1 ml/menit disebut hiposalivasi sedangkan nilai diantara 0,1-0,25 ml/menit rendah, dan meningkat hingga sekitar 2,5-5 ml/menit bila ada stimulasi. Nilai normal untuk laju aliran saliva yang ditimulasi adalah 1,0-3,0 ml/menit. Nilai dibawah 0,7 ml/menit disebut hiposalivasi dan nilai 0,7-1,0 ml/menit dikatakan rendah.1,15

Kelenjar saliva terdiri dari dua kelenjar sekresi utama yaitu sel serus dan sel mukus. Sel serus dan mukus berbeda dalam struktur yang dapat dilihat secara histologi dengan menggunakan mikroskop elektron, dan tipe dari komponen makromolekular yang dihasilkan dan disekresikan. Umumnya sel serus menghasilkan protein dan glikoprotein, sejumlah enzim, anti mikoba, ikatan kalsium, dan lainnya. Produk utama dari sel mukus adalah mucin. Walaupun mucin juga merupakan glikoprotein tetapi berbeda dari glikoprotein sel serus dalam struktur proteinnya. Mucin menyebabkan saliva kental sehingga viskositasnya lebih tinggi.3

(23)

dalam acini mukus kelenjar submandibular dan labial, dan acini serus di kelenjar submandibular, sublingual, labial, dan palatinal.1

2.1.4 Metode Pengumpulan Saliva

Suatu metode dalam pengumpulan saliva seperti mengunyah permen karet dapat digunakan untuk menilai perubahan kualitatif dan kuantitatif yang terkait dengan penyakit lokal atau sistemik. Ini dirancang untuk membantu dokter memahami dan menggunakan metode pengumpulan saliva untuk menilai resiko penyakit, termasuk penyakit yang berkaitan dengan hipofungsi saliva seperti Sjögren Syndrom, rheumatoid arthritis dan sistemik lupus eritematosus sehingga dokter gigi lebih memahami peran saliva dalam perlindungan kesehatan mulut.15

Metode pengumpulan saliva yang tidak distimulasi yaitu :

Pasien disarankan untuk tidak makan dan minum 1 jam sebelum dilakukan

pengumpulan saliva. Merokok, mengunyah permen karet dan minum kopi juga

dilarang selama jam ini. Subjek disarankan untuk berkumur-kumur beberapa kali

dengan air dan kemudian beristirahat selama lima menit. Kemudian instruksikan

kepada subjek untuk meminimalkan gerakan dari mulut selama proses pengumpulan

saliva. Sebelum memulai pengumpulan saliva mintalah subjek untuk menelan.

Kemudian instruksikan pada subjek untuk meletakkan tabung di samping mulut.

Biarkan mulut sedikit terbuka dan biarkan saliva mengalir ke tabung. Salama

(24)

2.1.5 Fungsi Saliva

Saliva dapat membantu proses digestif (pencernaan makanan) dengan mencerna polisakarida menjadi monosakarida dengan bantuan enzim amilase. Aksi lubrikasi yang terdapat dalam saliva memfasilitasi proses pengunyahan, formasi bolus makanan, menelan dan berbicara, juga melindungi permukaan mukosa yang lunak dari makanan yang keras. Aksi pembersih dari saliva menghilangkan sel epitel mulut deskuamasi, koloni bakteri dan debris makanan.

Saliva berperan penting bagi proses pengecapan. Saliva dapat melarutkan substansi pengecapan dari berbagai macam bentuk sifat fisik makanan baik padat maupun larutan. Substansi ini kemudian dibawa oleh saliva ke tempat sel reseptor pengecapan yang terdapat pada taste buds.

Komposisi saliva yang mengandung ± 99% air dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kekeringan dalam rongga mulut terutama pada saat proses mastikasi dan berbicara. Cairan akan kembali normal dengan minum dan adanya cadangan dari cairan yang disimpan.3,9,13

2.2 Viskositas Saliva

(25)

cairan. Kebanyakan viskometer mengukur suatu kecepatan dari suatu cairan mengalir melalui pipa gelas (gelas kapiler), bila cairan itu mengalir cepat, maka berarti viskositas dari cairan itu rendah (misalnya air). Dan cairan itu mengalir lambat, maka cairan itu memiliki viskositas tinggi (misalnya madu). Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder 16

Aksi saliva sebagai pelumas sangat penting untuk kesehatan rongga mulut, yang memfasilitasi pergerakan lidah dan bibir selama proses menelan dan makan, dan juga penting untuk memperjelas bicara. Peran saliva sebagai pelumas yang melapisi mukosa dan membantu melindungi jaringan mulut terhadap gesekan mekanis, panas dan iritasi kimia.1,15 Effikasi saliva sebagai pelumas tergantung pada viskositas dan bagaimana perubahan-perubahan dengan laju geser.1 Nilai viskositas normal saliva manusia adalah 2,75-15,51 centipoise.4

Ada sekelompok besar bahan (seperti polimer, emulsi, dan suspensi) dan biomaterial, seperti saliva yang tidak dapat dijelaskan dengan sederhana viskositasnya. Viskositas saliva tergantung pada laju geser dan waktu alir, sehingga saliva dapat digolongkan sebagai fluida non-Newtonian. Cairan non-Newton adalah salah satu di mana viskositas adalah fungsi beberapa variabel mekanis seperti tegangan geser atau waktu alir. Cairan non-Newton merupakan cairan yang berubah seiring waktu.1

(26)

yang dihasilkan oleh masing-masing kelenjar melainkan jenis mucin yang dihasilkan. Mucin memiliki peran multifungsi didalam mulut yaitu sebagai pelumas permukaan, perlindungan jaringan keras dan lunak serta lingkungan eksternal, membantu dalam pengunyahan, bicara dan menelan. 1

Pentingnya viskositas saliva pada umumnya telah menjadi subyek dari banyak penelitian dalam odontologi. Penurunan viskositas saliva berhubungan dengan penurunan karies gigi, walaupun sulit untuk memeriksa laju aliran dan viskositas secara independen satu dari yang lain.1 Hal ini sering diasumsikan bahwa viskositas saliva terkait langsung dengan faktor-faktor seperti berat padatan kering, protein atau kandungan mucin, glikoprotein, dan komposisi protein yang kaya prolin.17

(27)

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak dari orang tua telah mengalami berkurangnya sekresi saliva (xerostomia), baik karena pengaruh obat-obatan atau sebagai akibat usia yang berkaitan dengan perubahan fisiologis. Perubahan seperti itu juga bisa mengubah sifat viskositas saliva pada orang tua, karena berkurangnya kemampuan saliva sebagai pelumas merupakan karakteristik xerostomia..17

2.3 F low rate Saliva

Flow rate saliva dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk tingkat hidrasi, posisi tubuh, paparan cahaya, stimulus sebelumnya, memikirkan atau melihat makanan, irama sirkandian, ukuran kelenjar, merokok, obat-obatan, kontribusi berbagai kelenjar saliva, olah raga, alkohol, penyakit sistemik, nutrisi, puasa, muntah, usia dan jenis kelamin.9,18 Nilai normal rata-rata flow rate saliva yang tidak distimulasi pada individu yang sehat berkisar 0,3 ml/menit. Dibawah 0,1 ml/menit merupakan hiposalivasi dan diantara 0,1-0,25 ml/menit adalah rendah. Sedangkan nilai normal untuk flow rate saliva yang distimulasi berkisar 1,0-3,0 ml/menit. Dibawah 0,7 ml/menit merupakan hiposalivasi dan diantara 0,7-1,0 ml/menit adalah rendah.1,18 Faktor yang sangat mempengaruhi penurunan flow rate saliva adalah obat-obatan terapeutik, terutama obat-obat-obatan yang digunakan pada Sjögren Syndrom dan pengobatan radiasi untuk kanker kepala dan leher.18

(28)

subjek memakan beberapa makanan rata-rata aliran selama mengunyah bervariasi antara 3,15 hingga 4,94 ml/menit. Dan ketika diteteskan asam sitrat 5% kedalam mulut memicu laju aliran 7,07 ml/menit. Rangsangan rasa adalah stimulus yang paling efektif dalam menstimulasi saliva.18

Flow rate saliva erat hubungannya dengan viskositas saliva. Viskositas saliva yang lebih rendah akan meningkatkan flow rate saliva, sehingga didapatkan efek self cleansing yang baik. Sebaliknya viskositas saliva yang tinggi (kental/mukus) menyebabkan flow rate saliva akan lebih rendah yang menyebabkan penumpukan sisa-sisa makanan yang akhirnya dapat menyebabkan karies.5,7

Flow rate saliva ditentukan dengan rumus : 2

� � = ℎ� � −

2.4 Proses Pengunyahan

Manusia memerlukan makan untuk keperluan sehari-hari yang berfungsi sebagai energi agar dapat melakukan aktivitasnya. Keinginan untuk mengunyah makanan disebabkan karena adanya nafsu makan saat seseorang sedang makan, melihat, dan mencium bau makanan. Adanya nafsu makan diatur oleh hyphotalamus yang kemudian diproyeksikan pada gyrus precentralis. Proses mengunyah makanan dimulai oleh refleks mengunyah, karena adanya bolus makanan di dalam mulut.11,12

(29)

temporomandibularis, dan gigi. Pola dari proses pengunyahan beragam mengikuti perbedaan keras atau lunaknya makanan. Di dalam mulut makanan akan digigit, dikunyah atau mengalami proses mastikasi yang mempunyai peranan memperluas permukaan sehingga mempermudah aksi pencernaan dan merangsang keluarnya saliva. Di dalam mulut akan bercampur dengan saliva yang mengandung enzim ptialin.11

Proses pengunyahan akan meningkatkan sekresi saliva yang tampak dalam kecepatan aliran saliva. Sekresi saliva dalam jumlah yang tinggi menyebabkan saliva menjadi lebih encer (viskositas saliva lebih rendah)5,7

Otot-otot pengunyah terdiri dari muskulus masseter, muskulus temporalis, muskulus pterygoideus lateralis dan medialis. Muskulus masseter adalah salah satu otot yang paling kuat dilihat dari ukurannya pada tubuh. Terdapat pada bagian lateral arcus zigomaticus dan memasuki angulus mandibula. Fungsi muskulus masseter adalah mengangkat mandibula untuk merapatkan bibir waktu mengunyah. Muskulus temporalis memiliki fungsi mengangkat mandibula dan mengembalikan posisi mendibula Muskulus pterygoideus lateralis memiliki fungsi menarik collum mandibula ke depan. Muskulus pterygoideus medialis berfungsi mengangkat mandibula.19

2.5 Pengecapan Rasa

(30)

(gustatorik) yang membuat hubungan sinaps dengan saraf sensorik. Pada manusia taste buds terletak pada sekitar pinggir lidah, dorsum lidah dengan pengecualian pada daerah central, dasar lidah dekat kelenjar sublingual, palatum molle, pharynk, larynk, epiglotis dan 1/3 permukaan inisial esofagus. Terdapat hampir 5 taste buds tiap papila fungiformis dan taste buds tersebut biasa terdapat di puncak papilla. Papila valata yang lebih besar masing-masing mengandung sampai 100 taste buds biasanya terletak di sisi papilla. Papilla filiformis yang kecil, berbentuk kerucut dan menutupi bagian dorsum lidah biasanya tidak mengandung kuntum pengecap. Keseluruhan terdapat 10.000 taste buds.12

Flow rate dan komposisi saliva dipengaruhi oleh jenis rangsangan suatu rasa. Dalam mendeteksi rasa, pada lidah ditemukan adanya molekul yang dapat mengeliminasi suatu rasa, sel reseptor pengecapan, lingkungan yang berair yang diperoleh dari saliva. Rongga mulut senantiasa basah oleh saliva yang dihasilkan oleh kelenjar saliva mayor dan minor. Saliva membantu melarutkan dan membawa molekul makanan. Rasa asam diperoleh dari asam lemah, dan derajat keasaman yang terutama disebabkan oleh konsentrasi proton. Asam lemah sangat efektif untuk menstimulasi saliva, dari semua rasa dasar, rasa asam menginduksi volume terbesar sekresi saliva. Individu dengan flow rate saliva yang tinggi memiliki batas ambang rasa asam yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan individu dengan flow rate yang rendah.6

(31)

untuk melarutan substansi menyebabkan tunas gustatory merasakan rasa yang berbeda.9

2.6 Apel

Apel (Pyrus Malus) hidup subur di daerah dingin. Di Eropa dibudidayakan di daerah subtropis bagian Utara. Di Indonesia apel yang terkenal berasal dari daerah Malang, Jawa Timur atau Gunung Pangarango, Jawa Barat. Apel berkembang dengan baik di daerah dengan ketinggian sekitar 1200 meter di atas permukaan laut. Dikategorikan sebagai anggota keluarga mawar-mawaran. Tingginya bisa mencapai 10 meter. Daunnya mirip daun bunga mawar. Bentuk bulat telur dengan gerigi kecil pada tepian. Pada usia produktif berbunga pada bulan Juli. Buah apel merupakan bunga yang membesar, menjadi buah yang padat dan berisi.20

Buah apel memiliki kadar zat gizi yang tinggi, terutama senyawa pektin yang dikandungnya. Kandungan pektin telah diteliti dan terbukti menurunkan kadar kolesterol di dalam darah. Pektin merupakan salah satu tipe serat pangan yang bersifat larut dalam air, karena merupakan serat yang berbentuk gel, pektin dapat memperbaiki otot pencernaan dan mendorong sisa makanan pada saluran pembuangan. Kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gram buah apel adalah : Kalori 58 kalori, Hidrat arang 14,9 gram, Lemak 0,4 gram, Protein 0,3 gram, Kalsium 6 mg, Fosfor 10 mg, Besi 0,3 mg, Vitamin A 90 SI, Vitamin B1 0,04 mg, Vitamin C 5 mg dan kandungan airnya 84%.20

(32)
(33)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN

Saliva memiliki banyak fungsi di rongga mulut, salah satunya adalah aksi saliva sebagai pelumas. Aksi saliva sebagai pelumas sangat penting untuk kesehatan rongga mulut yang memfasilitasi pergerakan lidah dan bibir selama proses menelan dan makan juga penting untuk memperjelas bicara. Effikasi saliva sebagai pelumas tergantung pada viskositas. Penurunan viskositas saliva berhubungan dengan penurunan resiko karies gigi.1

Penurunan viskositas saliva dapat distimulus melalui stimulus mekanik maupun stimulus kimiawi. Stimulus mekanik berupa proses pengunyahan sedangkan stimulus kimiawi merupakan efek pengecapan.5

(34)

3.1 Kerangka Teori

SALIVA

VISCOSITAS SALIVA

 Aksi sebagai pelumas

Stimulus mekanik

Peningkatan karies gigi

Fungsi saliva : 1. Aksi lubrikasi 2. Inhibisi karies

Peningkatan viskositas saliva

Penurunan viskositas saliva

Stimulus

(35)
(36)

3.3 Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah buah apel.

2. Ada perbedaan viskositas saliva sebelum dan setelah minum jus apel.

(37)

3.4 Skema Alur Penelitian

Mahasiswa FKG USU Angkatan 2006-2007

Pengambilan sampel secara random

Sampel mengisi lembar persetujuan keikutsertaannya dalam penelitian

Masing-masing elemen gigi sampel diskeling dengan skeler elektrik

Mengunyah buah apel Minum jus apel

Hitung viskositas saliva setelah minum jus apel

Hitung viskositas saliva setelah mengunyah apel

Membandingkan viskositas saliva antara mengunyah buah apel dengan minum jus apel

Hitung viskositas saliva sebelum mengunyah apel

(38)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Eksperimental Laboratorium dengan rancangan penelitian yang digunakan yaitu Analytic Experimental Pretest and Posttest Design.21

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di :

1. Laboratorium Biologi Oral FKG USU

2. Laboratorium Kimia Fisika Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dalam jangka waktu satu bulan yaitu April 2010. 4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah Mahasiswa FKG USU Angkatan 2006-2007.

4.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling.20 Besar sampel dapat ditentukan dengan formula :

(39)

n-1 ≥ 15

n ≥ 16

Dimana : n : besar sampel

t : banyaknya perlakuan

dari hasil perhitungan besar sampel adalah 16 orang. Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 32 orang yang diambil secara random, dimana setiap sampel akan dibagi ke dalam dua kelompok yaitu 16 orang mengunyah buah apel dan 16 orang minum jus apel.

4.3.3 Kriteria inklusi

a. Mahasiswa FKG USU ANGKATAN 2006/2007 b. Sampel bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini c. Status kesehatan umum baik

d. Tidak dalam keadaan mengkonsumsi obat-obatan e. Tidak ada karies dan kalkulus

f. Tidak sedang dalam perawatan orthodonti

4.3.4 Kriteria eksklusi

a. Sampel menolak berpartisipasi dalam penelitian b. Sampel sedang dalam perawatan orthodonti c. Sampel ada karies dan kalkulus

(40)

4.4 Variabel Penelitian

Variabel Terkendali

 Mahasiswa FKG USU Angkatan 2006-2007

 Alat ukur viskositas ( viskometer Oswald, neraca analitik dan piknometer)

 Teknik pengumpulan saliva

 Keterampilan operator

 Volume jus

Berat buah apel yang akan dikunyah oleh sampel

 Volume saliva

 Oral hygiene

 Keadaan umum sampel

 Diet

 Umur

Variabel bebas

 Buah apel

 Jus apel

(41)

4.4.1 Variabel Bebas

Yang termasuk kedalam variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

 Buah apel

 Jus apel

4.4.2 Variabel Tergantung

Yang termasuk kedalam variabel tergantung dalam penelitian ini adalah viskositas saliva

4.4.3 Variabel Terkendali

Variabel terkendali pada penelitian ini adalah :

 Mahasiswa FKG USU Angkatan 2006-2007

 Alat ukur viskositas (Viskometer Oswald, Neraca Analitik dan

Piknometer)

 Teknik pengumpulan saliva

 Keterampilan operator

 Volume jus

Berat buah apel yang akan dikunyah oleh sampel

(42)

4.4.4 Variabel tak Terkendali

Yang termasuk dalam variabel tak terkendali pada penelitian ini adalah temperatur ruangan.

4.5 Defenisi Operasional

a) Buah apel adalah buah yang banyak mengandung serat dan umumnya memiliki rasa asam, dikonsumsi dengan cara dikunyah. Buah apel yang akan dikunyah oleh sampel ± 14 gram.

b) Jus apel adalah buah apel yang diambil sarinya sehingga dikonsumsi dalam bentuk cairan. Jus diperoleh dengan cara memasukkan 1 buah apel kedalam juicer kemudian diambil sarinya. Volume jus yang akan diminum oleh sampel 70 ml.

c) Viskositas saliva adalah ukuran yang menyatakan kekentalan dari saliva. d) Pengunyahan adalah proses untuk melumatkan makanan yang terjadi dirongga mulut dengan bantuan saliva.

e) Pengecapan adalah proses untuk mendeteksi rasa dari makanan yaitu manis, asam, asin dan pahit.

f) Volume saliva adalah jumlah saliva yang diperoleh akibat rangsangan pengunyahan atau pengecapan. Volume saliva hingga 5 ml, sehingga memenuhi untuk dilakukan pengukuran viskositas.

g) Viskometer oswald adalah alat yang digunakan untuk menentukan waktu alir saliva.

(43)

4.6 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan alat penelitian yang digunakan pada penelitian ini meliputi :

4.6.1 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang dipakai pada penelitian ini adalah : 1) Buah apel hijau merk Gee Whiz

Gambar 1. Buah Apel Hijau 2) Aquadest

4.6.2 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1) Skeler elektrik merk DTE D5®.

(44)

2) Neraca analitik

Gambar 3. Neraca analitik 3) Viskometer oswald

Gambar 4. Viskometer oswald 4) Bola karet

5) Statif dan klem 6) Piknometer

(45)

7) Gelas ukur 8) Pisau 9) Stopwatch

10) Juicer buah merk Philips

(46)

Gambar 7. Masker dan sarung tangan 12)Tissue

13)Kertas label 14) Sampel cup

Gambar 8. Sampel cup

4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Tahap-tahap dalam pengambilan dan pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Sampel mengisi lembar persetujuan yang berisi keikutsertaannya dalam penelitian.

(47)

Gambar 9. Penskelingan gigi sampel

4.7.1 Pengambilan sampel saliva sebelum dan setelah mengunyah buah apel.

 Setelah enam puluh menit selesai diskeling masing-masing sampel

diberikan sampel cup untuk menampung salivanya. Dibutuhkan waktu 30-60 menit untuk kembali ke pH normal.22

 Kemudian sampel diinstruksikan duduk di dental unit dengan keadaan

rileks dimana posisi kepala sedikit tunduk dan miring dengan keadaan rongga mulut yang terbuka.

 Sampel diinstruksikan untuk membiarkan saliva mengalir ke dalam

sampel cup hingga terkumpul 5 ml.

(48)

 Sampel diinstruksikan untuk mengunyah satu buah apel dengan berat ±

14 gram kemudian diminta untuk menampung salivanya ke dalam sampel cup hingga 5 ml.

4.7.2 Pengukuran viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah buah apel.

 Pengukuran dengan menggunakan Viskometer Oswald untuk menentukan

waktu alir.

Gambar 11. Pengukuran laju alir Tahap-tahap pengukuran dengan viskometeroswald

a. Setiap pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali. b. Viskometer dijepit dengan klem pada statif.

c. Masukkan aquadest ke dalam viskometer, kemudian isap aquadest dengan bola karet melalui pipa kapiler sampai melewati garis a. d. Pada saat permukaan aquadest tepat sejajar dengan garis a hidupkan

(49)

e. Keluarkan aquadest.

f. Masukkan sampel saliva ke dalam viskometer.

Gambar 12. Memasukkan saliva ke dalam viskometer

g. Kemudian isap saliva dengan menggunakan bola karet melalui pipa kapiler sampai melewati garis a.

h. Saliva dibiarkan mengalir ke bawah dan waktu yang diperlukan untuk mengalir dari a ke b dicatat dengan menggunakan stopwatch.

Pengukuran densitas saliva dengan piknometer Tahap-tahap pengukuran dengan piknometer.

a. Timbang piknometer kosong dan tutupnya pada neraca analitik.

b. Aquadest dimasukkan ke dalam piknometer sampai penuh, lalu piknometer ditutup, perhatikan jangan ada gelembung-gelembung udara yang terperangkap didalam piknometer.

c. Piknometer berisi aquadest ditimbang ke dalam neraca analitik.

(50)

Gambar 13. Memasukkan saliva ke dalam piknometer

Gambar 14. Piknometer ditutup

e. Piknometer berisi sampel saliva ditimbang ke dalam neraca analitik.

(51)

f. Densitas ditentukan dengan rumus 16 :

=

� � − �

Perhitungan viskositas saliva dengan rumus 16 :

=

.

.

.

Keterangan :

nx = viskositas saliva dx = densitas saliva tx = waktu alir saliva da = densitas aquadest ta = waktu alir aquadest

na = viskositas aquadest = 0.8007 10-2

4.7.3 Pengambilan sampel saliva sebelum dan setelah minum jus apel

 Seluruh elemen gigi diskeling terlebih dahulu dengan menggunakan

skeler elektrik.

 Setelah enam puluh menit selesai diskeling, masing-masing sampel

diberikan sampel cup untuk menampung salivanya.

 Kemudian sampel diinstruksikan duduk di dental unit dengan keadaan

(52)

 Sampel diinstruksikan untuk membiarkan saliva mengalir ke dalam

sampel cup hingga terkumpul 5 ml.

 Sampel diinstruksikan untuk minum jus apel dari gelas kemudian sampel

diminta menampung salivanya ke dalam sampel cup hingga 5 ml.

 Diukur waktu alir saliva dengan viskometer oswald dan densitas saliva

dengan piknometer.

 Dihitung viskositas saliva sebelum dan setelah meminum jus apel.

 Membandingkan viskositas saliva antara mengunyah buah apel dan

minum jus apel.

4.8 Pengolahan dan Analisis data

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 14. Pengolahan dan analisa data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data diolah dengan sistem tabulasi manual.

2. Seluruh data terlebih dahulu ditest dengan Uji Statistik Kolmogorof-smirnov Test untuk melihat apakah data terdistribusi secara normal.

3. Dihitung nilai mean dari masing-masing viskositas saliva dengan Uji Statistik One-samples t-Test.

4. Dihitung nilai mean viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah buah apel dengan Uji Statistik Paired-samples t-Test.

(53)
(54)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Sampel terlebih dahulu diskeling kemudian dilakukan pengumpulan saliva sebelum mengunyah buah apel dan minum jus apel. Setelah itu sampel diinstruksikan untuk mengunyah buah apel atau minum jus apel kemudian dilakukan pengambilan sampel saliva setelah mengunyah buah apel dan minum jus apel. Masing-masing sampel diberikan satu kali perlakuan.

Hasil pengukuran viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah buah apel dan minum jus apel yang dilakukan pada 32 sampel diperoleh adanya penurunan viskositas saliva.

5.1. Hasil Pengukuran Viskositas Saliva Sebelum dan Setelah Mengunyah Buah Apel dan Minum Jus Apel

(55)

Tabel 1. Viskositas Saliva Sebelum dan Setelah Mengunyah Buah Apel dan

(56)

5.2 Hasil Perhitungan Nilai Mean Viskositas Saliva Sebelum dan Setelah Mengunyah Buah Apel

Tabel 2. Nilai rata-rata Viskositas Saliva Sebelum dan Setelah Mengunyah Buah Apel

Viskositas saliva n = 16 X±SD P

Sebelum mengunyah 3,584 centipoise ± 0,031

0,0001* Setelah mengunyah 3,437 centipoise ± 0,084

*Terdapat perbedaan yang sangat bermakna (p<0,05)

Dari hasil perhitungan Uji Statistik Paired-sample t-Test didapatkan nilai rata-rata viskositas saliva sebelum mengunyah buah apel adalah 3,548 centipoise dengan standart deviasi 0,031, nilai rata-rata viskositas saliva setelah diberi perlakuan mengunyah buah apel adalah 3,437 centipoise dengan standart deviasi 0,084 dengan nilai p<0,05.

5.3 Hasil Perhitungan Nilai Mean Viskositas Saliva Sebelum dan Setelah Minum Jus Apel

Tabel 3. Nilai rata-rata Viskositas Saliva Sebelum dan Setelah Minum Jus Apel

Viskositas saliva n = 16 X±SD P

Sebelum minum jus 3,556 centipoise ± 0,034

0,0001* Setelah minum jus 2,771 centipoise ± 0,030

*Terdapat perbedaan yang sangat bermakna (p<0,05)

(57)

standart deviasi 0,034, nilai rata-rata viskositas saliva setelah diberi perlakuan minum jus apel adalah 2,771 centipoise dengan standart deviasi 0,030 dengan nilai p<0,05.

5.4 Hasil Perhitungan Selisih Viskositas Saliva Sebelum dan Setelah Mengunyah Buah Apel dan Minum Jus Apel

Tabel 4. Nilai rata-rata Selisih Viskositas Saliva Sebelum dan Setelah Mengunyah Buah Apel dan Minum Jus Apel

Viskositas saliva N X±SD Df t P

Mengunyah Apel 16 0,146 centipoise ± 0,088 15 6,646

0,0001* Minum Jus Apel 16 0,785 centipoise ± 0,043 15 72,194

*Terdapat perbedaan yang sangat bermakna (p<0,05)

(58)

BAB 6 PEMBAHASAN

Sampel terlebih dahulu diskeling untuk menghomogenkan kondisi rongga mulut masing-masing. Setelah itu sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok pertama diberi perlakuan mengunyah buah apel dan kelompok kedua minum jus apel. Buah apel yang digunakan dalam penelitian ini adalah apel hijau merk Gee Whiz yang banyak tersedia di pasaran karena kandungan asam yang tinggi. Rangsangan berupa asam dapat merangsang sekresi saliva dalam jumlah yang tinggi sehingga menyebabkan saliva menjadi lebih encer (viskositas saliva lebih rendah).7 Kemudian dilakukan pengambilan sampel saliva sebelum diberi perlakuan mengunyah buah apel atau minum jus apel untuk mendapatkan viskositas saliva awal sebagai kontrol.

Hasil penelitian ditabulasikan secara manual, dihitung rata-rata waktu alir saliva, densitas saliva dan viskositas saliva. Kemudian dihitung rata-rata dan standart deviasi, viskositas saliva sebelum dan setelah diberi perlakuan mengunyah buah apel atau minum jus apel, perbedaan viskositas yang terjadi sebelum dan sesudah mengunyah buah apel, perbedaan viskositas yang terjadi sebelum dan sesudah minum jus apel, perbedaan viskositas yang terjadi sebelum dan sesudah mengunyah buah apel dan minum jus apel. Dalam proses perhitungan digunakan Uji Statistik t-Test.

(59)

mengunyah buah apel dan viskositas saliva kontrol. Rangsangan berupa asam akan merangsang sekresi saliva dalam jumlah yang tinggi menyebabkan saliva menjadi lebih encer (viskositas saliva lebih rendah).7 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Watanabe dan Dawes, dimana terjadi peningkatan laju aliran saliva setelah diteteskan asam sitrat 5% dibandingkan dengan laju aliran saliva selama mengunyah. Rangsangan rasa adalah stimulus yang paling efektif dalam menstimulasi saliva.18

Hasil perhitungan nilai mean dari viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah buah apel memperlihatkan nilai rata-rata dari viskositas saliva sebelum mengunyah buah apel adalah 3,584 centipoise dengan standart deviasi 0,0314. Nilai rata-rata dari viskositas saliva akhir 3,437 centipoise dengan standart deviasi 0,084 yang menunjukkan nilai berada dalam batasan yang normal. Berdasarkan hasil perhitungan statistik, menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p<0,05) (tabel 2).

(60)

Dari hasil perhitungan selisih viskositas saliva sebelum dan sesudah mengunyah buah apel dan minum jus apel memperlihatkan nilai rata-rata selisih viskositas saliva dengan perlakuan mengunyah buah apel adalah 0,146 dengan standart deviasi 0,088 dan nilai rata-rata selisih viskositas saliva dengan perlakuan minum jus apel adalah 0,785 dengan standart deviasi 0,043. Dalam hal ini terlihat adanya perbedaan viskositas saliva yang sangat bermakna (p<0,05) diantara sebelum dan sesudah mengunyah buah apel dan minum jus apel. (tabel 4).

Pada penelitian ini diketahui adanya perbedaan yang bermakna (p<0,05) dari viskositas saliva setelah mengunyah buah apel dan minum jus apel. Jus apel memiliki peranan yang lebih besar dalam menurunkan viskositas saliva dibandingkan dengan mengunyah buah apel. Hal ini disebabkan karena jus apel merupakan rangsangan kimiawi, rangsangan kimiawi dalam rongga mulut berhubungan dengan kesan pengecapan dan sekresi saliva. Rangsangan rasa adalah stimulus yang paling efektif dalam menstimulus saliva. Sensasi rasa terjadi ketika kandungan kimia dari makanan dan minuman berkontak dengan sekumpulan sel neuroepitelial yang terdipolarisasi yang disebut taste buds. Sedangkan mengunyah buah apel merupakan rangsangan mekanik. Buah apel merupakan buah yang asam dengan kisaran pH 2,9-3,5.

(61)

penelitian dalam odontologi. Penurunan viskositas saliva mungkin berhubungan dengan penurunan karies gigi, walaupun sulit untuk memeriksa laju aliran dan viskositas secara independen satu dari yang lain.1

(62)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian perbandingan viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah buah apel dan minum jus apel pada mahasiswa FKG USU Angkatan 2006/2007 disimpulkan bahwa :

1. Terdapat perbedaan viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah buah apel (p<0,05).

2. Terdapat perbedaan viskositas saliva sebelum dan setelah minum jus apel (p<0,05).

3. Terdapat perbedaan selisih viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah buah apel dan minum jus apel (p<0,05).

4. Terjadi penurunan viskositas saliva setelah mengunyah buah apel dan minum jus apel tetapi masih dalam batasan nilai viskositas saliva yang normal. Viskositas saliva setelah minum jus apel lebih rendah dibandingkan dengan viskositas saliva setelah mengunyah buah apel dan viskositas saliva kontrol.

(63)

7.2 SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peranan jus apel dan mengunyah apel terhadap viskositas saliva kepada kelompok sampel yang lain.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan viskositas saliva terhadap resiko terjadinya karies gigi.

(64)

DAFTAR PUSTAKA

1. Rantonen, Panu. Salivary flow and composition in healthy and diseased adult. Disertation. Kuopio, Finland : University of Helsinky, 2003 : 12,16-23.

2. Navazesh M, Kumar SK. Measuring salivary flow :challenges and opportunities. J Am Dent Assoc 2008 : 139(35S-40S) : 40-35.

3. Nanci A. Oral histology development, structure, and function. St Louis : Mosby Elsevier, 2008 : 290-93, 296-300.

4. Preetha A, R Banerjee. Comparison of artificial saliva substitutes. Trends Biomater. Artif. Organs, 2005 ; 18 (2) : 178.

5. Haroen ER. Pengaruh stimulus pengunyahan dan pengecapan terhadap kecepatan aliran dan pH saliva. Jakarta. JKGUI 2002 ; 9 (1) :29-34.

6. Spielman AI. Interaction saliva and taste. Philadelphia : J Dent Res Maret 1990 ; 69 (3) : 838-41.

7. Anggraeni L. Pengaruh mengkonsumsi minuman jus buah stroberi terhadap viscositas saliva dan pembentukan plak gigi anak usia 10-12 tahun. 6 Mei 2009. http://digilib.unej.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-SI-2009-liaanggrae-2388 (22 agustus 2009).

8. Winkler, Sheldon. Depressed taste and smell in geriatric patients. Vol 130 J Am Dent Assoc Desember 1999 : 1759-63.

(65)

10. Sari DM. Perbedaan sekresi saliva antara mengunyah makanan asam dengan mengunyah makanan manis. Jakarta. J PDGI Sept 2006 ; 56 (3) : 114-18. 11. Guyton AC. Buku ajar fisiologi kedokteran. Alih Bahasa : Tengadi KA, Mawi

M, Rahardja B, Tandean R. Edisi 9. Jakarta : EGC penerbit Buku Kedokteran, 1997 : 841-45, 999-1000.

12. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Alih bahasa : Adriano Petrus. Edisi 20. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran, 2003 : 182-85, 469-72. 13. Jansen BG. Oral biology. Chicago : Quintessence Publishing Co, Inc, 1995 :

460-502.

14. Fehrenbach MJ. Anatomy of the head and neck. 3th ed. Canada : Saunders elsevier, 2007 : 169-73.

15. Depaola DP, Curro FA, Zero DT. Saliva : the precious body fluid. J Am Dent Assoc 2008 : 139(5S-10S) : 5-10.

16. Yazid S. Kimia fisika untuk paramedis. Jakarta. Penerbit Andi ; 102-11.

17. Zussman E, Yarin AL, et al. Age and flow dependency of salivary viscoelasticity. J Dent Rest 2007 : 86 (3) : 281-285.

18. Dawes, Collin. Salivary flow patterns and the health of hard and soft oral tissues. J Am Dent Assoc 2008 : 18-24.

19. Valevi Risa. Deteksi dini ketidakseimbangan otot orofasial pada anak. http://dok-lisa.blogspot.com/2009/07/deteksi-dini-ketidakseimbangan-otot.html (22 juni 2010)

(66)

21. Pratiknya AW. Dasar-dasar metodologi penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007 : 57-6.

22. Anonymous. Proses terjadinya karies. http:

(67)

Lampiran 1

Alur Pikir

 Panu Rantonen (2003) aksi saliva sebagai pelumas sangat penting untuk

kesehatan rongga mulut dan effikasinya sebagai pelumas tergantung pada viskositas.

 Preetha (2005) nlai normal viskositas saliva manusia adalah 15,51 cP - 2,75

cP

 Biesbrock (1992) peningkatan viskositas saliva dihubungkan dengan

peningkatan karies gigi.

 Panu Rantonen (2003) viskositas saliva juga berperan sebagai retensi gigi

tiruan.

 Haroen (2002) saliva dapat distimulasi baik dari stimulus mekanik maupun

stimulus kimiawi. Stimulus mekanik tampak dalam bentuk gerak pengunyahan sedangkan stimulus kimiawi tampak dalam bentuk efek kesan pengecapan. Stimulus mekanik yang berupa pengunyahan akan meningkatkan sekresi saliva yang tampak dalam kecepatan aliran saliva sedangkan pengecapan merupakan informasi sensorik yang berhubungan dengan stimulus kimiawi yang dapat meningkatkan kecepatan aliran saliva.

 Spielman (1990) menyatakan adanya interaksi antara pengecapan dengan

saliva tergantung dari jenis rangsangan pengecapan, sensasi rasa asam merupakan stimulan dengan pengaruh paling besar dan sering digunakan dalam pengumpulan produk saliva. Sensasi rasa asam dapat meningkatkan aliran saliva.

(68)

merangsang sekresi saliva.

 Anggraeni menyatakan bahwa rangsangan berupa asam akan merangsang

sekresi saliva dalam jumlah yang tinggi menyebabkan saliva menjadi lebih encer (viskositas saliva lebih rendah).

 Panu Rantonen menyatakan bahwa rata-rata aliran saliva bervariasi sepanjang

hari, meningkat ketika makan dan rendah ketika tidur, bahkan hampir terhenti. Nilai normal rata-rata flow rate saliva yang tidak distimulasi pada individu yang sehat berkisar 0,3 ml/menit. Dibawah 0.1ml/min merupakan hiposalivasi dan diantara 0,1-0,25 ml/min rendah. Sedangkan nilai normal untuk flow rate saliva yang distimulasi berkisar 1,0-3,0 ml/min. Dibawah 0,7 ml/min merupakan hiposalivasi dan diantara 0,7-1,0 ml/min rendah.

 Watanabe dan Dawes (1988) menemukan bahwa ketika subjek memakan

(69)

Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah buah apel?

2. Apakah ada perbedaan viskositas saliva sebelum dan setelah meminum jus apel?

3. Apakah ada perbedaan viskositassaliva setelah mengunyah buah apel dan meminum jus apel?

Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui adanya perbedaan viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah buah apel.

2. Untuk mengetahui adanya perbedaan viskositas saliva sebelum dan setelah meminum jus apel.

(70)

Manfaat penelitian :

1. Memberikan sumbangan informasi mengenai efek minum jus apel dan mengunyah buah apel terhadap viskositas saliva.

2. Sebagai data dan informasi dalam menunjang perkembangan Ilmu Kedokteran Gigi khususnya dalam bidang Biologi Oral dalam hal viskositas saliva.

(71)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

NIM :

Jenis Kelamin : Alamat :

Menyatakan bersedia untuk turut serta (ditampung salivanya) dalam penelitian mengenai : Viskositas saliva sebelum dan setelah mengunyah buah apel dan minum jus apel pada mahasiswa FKG USU angkatan 2006-2007

Keikutsertaan saya dalam penelitian ini bersifat ikhlas dan sukarela tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Saya yakin peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas saya.

Demikian pernyataan ini saya sampaikan dalam keadaan sehat dan sadar.

Tanggal : ...

Tanda tangan Tanda tangan peneliti

(72)

Lampiran 3

DATA HASIL PENELITIAN

(73)

PERLAKUAN MENGUNYAH APEL

(74)

5 35,00 34,30 34,87 34,723 8,97 0,88

(75)

13 27,05 27,43 27,21 27,230 8,93 0,86

14 27,19 27,82 27,69 27,567 8,94 0,865

15 28,00 27,91 27,32 27,743 8,94 0,865

16 27,59 27,48 27,67 27,580 8,93 0,86

VISCOSITAS SALIVA SEBELUM DAN SETELAH MENGUNYAH BUAH APEL DAN MINUM JUS APEL

(76)

Lampiran 4

HASIL PERHITUNGAN STATISTIK

NPar Tests

[DataSet0]

(77)

T-Test (Mean Viscositas Saliva Setelah Mengunyah Buah Apel)

[DataSet0]

T-Test (Mean Viscositas Awal Saliva Sebelum Minum Jus Apel)

[DataSet0]

One-Sample Test

455,880 15 ,000 3,5835625 3,566808 3,600317

Viscositas saliva awal

163,145 15 ,000 3,4371250 3,392220 3,482030

(78)

T-Test (Mean Viscositas Saliva Setelah Minum Jus Apel)

[DataSet0]

T-Test ( Perbedaan Viscositas Saliva Sebelum dan Setelah

Mengunyah Buah Apel)

[DataSet0]

One-Sample Test

413,149 15 ,000 3,5564375 3,538090 3,574785

Viscositas saliva awal

365,939 15 ,000 2,7717500 2,755606 2,787894

(79)

T-Test (Perbedaan Viscositas Saliva Sebelum dan Setelah Minum

,1464375 ,0881438 ,0220359 ,0994690 ,1934060 6,645 15 ,000

(80)

-T-Test ( Perbedaan Selisih Viscositas Saliva Sebelum dan Setelah

Mengunyah Buah Apel dan Minum Jus Apel)

[DataSet0]

Paired Samples Test

,7846875 ,0434768 ,0108692 ,7615204 ,8078546 72,194 15 ,000

Viscositas saliva awal -

(81)

Paired Samples Test

,1464375 ,0881438 ,0220359 ,0994690 ,1934060 6,645 15

,7846875 ,0434768 ,0108692 ,7615204 ,8078546 72,194 15

Viscositas saliva awal - Viscositas saliva setelah mengunyah buah apel Pair

1

Viscositas saliva awal - Viscositas saliva setelah minum jus apel Pair

2

Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper

95% Confidence Interval of the

Difference Paired Differences

Gambar

Gambar
Tabel 1. Viskositas Saliva Sebelum dan Setelah Mengunyah Buah Apel dan
Tabel 2. Nilai rata-rata Viskositas Saliva Sebelum dan Setelah Mengunyah
Tabel 4. Nilai rata-rata Selisih Viskositas Saliva Sebelum dan Setelah

Referensi

Dokumen terkait