• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Laporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Flora Sawita Tanjung Morawa-Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Laporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Flora Sawita Tanjung Morawa-Deli Serdang"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) LAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. FLORA SAWITA TANJUNG MORAWA – DELI SERDANG

O L

E H

NAMA : BERISKA SIREGAR NIM : 072600107

Untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A..Latar Belakang PKLM ... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 3

C. Ruang Lingkup PKLM ... 4

D. Metode PKLM ... 4

E. Metode Pengumpulan Data ... 6

F. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 7

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN` ... 9

2.1 Sejarah Perusahaan ... 9

2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha... 10

2.3 Organisasi Manajemen ... 11

2.4 Proses Produksi... 27

BAB III : GAMBARAN PELAKSANAAN ... 30

3.1 Sejarah Singkat PPN ... 30

3.2 Dasar Hukum ... 32

3.3 Karakteristik ... 33

3.4 Objek dan Subjek PPN ... 35

3.5 Dasar Pengenaan, Tarif dan Perhitungan ... 38

3.6 Pajak Masukan & Pajak Keluaran ... 41

3.7 Faktur Pajak & Nota Retur ... 45

(3)

3.9 SPT Masa PPN ... 50

3.10 Pembayaran & Pelaporan PPN ... 52

3.11 Restitusi ... 53

3.12 Sanksi dalam PPN &PPnBM ... 56

BAB IV : ANALISA DAN EeVALUASI DATA ... 59

5.1 Pemungutan PPN ... 59

5.2 Mekanisme Pemungutan ... 60

5.3 Mekanisme Penyetoran ... 62

5.4 Pelaporan SPT Masa PPN ... 63

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 68

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Perusahaan merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi guna memenuhi kebutuhan manusia.Dalam melakukan kegiatan ekonomis tersebut setiap perusahaan pastilah ingin memperoleh laba dan atas kegiatan ekonomis tersebut perusahaan diwajibkan memberikan kontribusi kepada Negara dalam rangka melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Perusahaan yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan pajak wajib mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. berdasarkan Undang-undang Nomor 8 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah,bahwa perusahaan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan Penyerahan Jasa Kena Pajak(BKP dan JKP) wajib memungut,menyetor dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang.

(5)

1983 tentu sangat menyenangkan Wajib Pajak (WP) karena merasa diberikan kepercayaan untuk menghitung,memperhitungkan,mnyetor dan melaporkan pajaknya sendiri. Dalam hal ini Pengusaha Kena Pajak (PKP) harus menghitung,menyetor dan melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) untuk mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah (PPN dan PPNBM) yang sebenarnya terutang. Pengusaha Kena Pajak (PKP) juga melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak melalui pihak lain dalam satu masa pajak yang telah ditentukan oleh Peraturan Perundang-undangan perpajakan yang berlaku (Mardiasmo,2006:26).

Namun dalam kegiatannya ataupun realisasinya pemungutan pajak dihadapkan pada berbagai kendala yang didapatkan dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya.Misalnya terjadinya kesalahan dalam perhitungan pemungutan baik pelaporan maupun kurangnya Undang-undang perpajakannya dalam memberikan kemudahan dalam melakukan kewajibannya.

(6)

B. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Setiap usaha atau kegiatan sudah tentu mempunyai tujuan dan manfaat berhasil tidaknya tujuan itu tergantung kesungguhan dari pihak yang melaksanakannya. Demikian juga dengan praktik kerja lapangan ini sangat diperlukan kerja serta dukungan dari berbagai pihak mengingat praktik kerja lapangan ini sangat penting sekali dilaksanakan.

Adapun manfaat dari praktik kerja lapangan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Mahasiswa

- Merupakan kesempatan yang baik untuk mempraktikan langsung ilmu yang diperoleh selama dalam bangku kuliah.

- Merupakan kesempatan untuk mengetahui secara langsung perkembangan dunia usaha

- Sebagai bahan perbandingan antara teori yang diperoleh mahasiswa di bangku kuliah dengan praktek yang dilaksanakan mahasiswa di PT. Flora Sawita Tanjung Morawa-Deli Serdang.

2. Bagi Perusahaan/Instansi

- Meningkatkan hubungan antara PT.Flora Sawita Tanjung Morawa- Deli Serdang dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

(7)

terciptanya kerja sama yang baik antara mahasiswa yang melaksanakan praktik kerja lapangan dengan PT.Flora Sawita Tanjung Morawa-Deli Serdang.

3. Bagi Universitas

- Membuka interaksi anatara dosen dengan instansi yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri

- Memeperbaiki image atau pandangan masyarakat terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan dari Lembaga Pendidikan Nasional khususnya Universitas Sumatera Utara

C. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Praktik Kerja Lapangan Mandiri akan dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan dan penulis akan membahas tentang Laporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai pada PT.Flora Sawita Tanjung Morawa-Deli Serdang. Disini penulis akan berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh manfaat dan melihat secara langsung data tentang Laporan Surat Pemberitahuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dilakukan oleh Perusahaan,untuk mengetahui pemenuhan kewajiban perpajakannya khususnya Laporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN).

D. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

(8)

1. Tahap Persiapan

Tahap ini penulis melakukan bebagai persiapan yang dimulai dari pengajuan judul dan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mencari bahan untuk pembuatan proposal hingga pada tahap berkonsultasi dengan pihak dosen.

2. Studi Literatur

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan buku-buku yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.

3. Observasi Lapangan

Penulis melakukan pengamatan langsung pada objek Praktik Kerja Lapangan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku.

4. Pengumpulan Data

Penulis akan mengumpulkan data yang diperlukan dalam menyusun laporan dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan.

Adapun Sumber Data : a. Data Primer

(9)

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber melalui buku-buku bacaan/literatur yang ada di perpustakaan dan catatan atas Laporan Surat Pembertahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai melalui jaringan internet.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data secara kulitatif yang kemudian akan diinterprestasikan secara objektif, jelas dan sistematis.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan ini, penulis mengumpulkan data dan informasi dari tempat dimana penulis mengadakan Praktik Kerja Lapangan yaitu data dan informasi tersebut penulis mengumpulkan secara bersamaan pada waktu melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.

Metode yang penulis lakukan pada saat peninjauan/penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Daftar Pertanyaan

(10)

2. Daftar Observasi

Dalam hal ini Penulis melakukan pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung tentang objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

3. Daftar Dokumentasi

Dalam hal ini Penulis melakukan pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi.

F. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A. BAB I : PENDAHULUAN

Pada Bab ini Penulis akan mengemukakan Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaat PKLM, Metode pengumpulan Data, dan Sistematika Penulisan Laporan PKLM.

B. BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

(11)

C. BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI Pada Bab ini Penulis akan menguraikan ketentuan yang mengatur tentang Laporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, Mekanisme perhitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai.

D. BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini akan diuraikan analisa dan evaluasi terhadap Laporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN)

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini merupakan bab penutup yang merupakan suatu kesimpulan yang mencakup seluruh objek pembahasan. Penulis mencoba memberikan saran-saran yang bersifat membangun terhadap permasalahan atau kendala-kendala yang ada khusunya didalam Laporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Flora Sawita Tanjung Morawa-Deli Serdang.

(12)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Flora Sawita Chemindo merupakan industri yang bergerak di bidang oleokimia (oleochemical) yang hasilnya diekspor ke luar negeri. Perusahaan ini didirikan oleh dua group usaha, yaitu Parasawita Group dan Bumi Flora Group. Perusahaan ini didirikan dengan akte pendirian oleh Ny. Chairani Bustami, SH No. 30 tanggal 11 Agustus 1995 dan No. 79 tanggal 17 November 1995. Izin Lokasi no. 460/16/IL/IV/95 tanggal 15 April 1995. Nomor Izin Usaha : Surat Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri No. 595/I/PMDN/1995 dengan disertai No. Proyek : 3511-07-021.310 dengan alamat kantor pusat di Jl. Jend. Ahmad Yani No. 102 B Medan dan mulai beroperasi di awal tahun 1998, pada saat ini kantor dan pabrik PT. Flora Sawita Chemindo beralamat di Sarana Tamora Permai (STP) Industrial Estate, Jl. Raya Medan – Lubuk Pakam Km. 20 Bangun Sari – Tanjung Morawa, Medan – Sumatera Utara.

(13)

PT. Flora Sawita Chemindo menggunakan teknologi dari FELD & HAHN

Gmbh, German, perusahaan rekayasa dan konstruksi pabrik kimia asal Jerman dan

sejak berdirinya dibantu oleh konsultan asing. 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Flora Sawita Chemindo memproduksi asam lemak (fatty acid) dan

glycerine yang bahan bakunya berasal dari minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit

(PKO), dengan kapasitas produksi normal 54.000 MT/Tahun dengan normal waktu operasinya adalah 250 hari per tahun.

Keberadaan perusahaan ini telah diterima oleh negara-negara lain seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Hongkong, Filipina, Taiwan, Korea, China, India, Iran serta Amerika dan Eropa, sehingga produk akhir yang diproduksi terutama diekspor ke luar negeri.

Oleochemical adalah bahan-bahan kimia yang berasal dari minyak dan lemak hewan dan tumbuhan. Minyak sawit mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh yang dalam proses selanjutnya akan menghasilkan fraksi olein, stearin dan asam lemak.

Jenis produk yang dihasilkan untuk asam lemak terdiri dari rantai pendek dan rantai panjang, yang termasuk ke dalam rantai pendek yaitu caprilic acid (C8) dan

capric acid (C10), sedangkan rantai panjang yaitu lamic acid (C12), myristic acid

(C14), palmitic acid/stearic acid (C16/C18), dan light end. Semua produk tersebut

(14)

Produk padat (solid form) dikemas dalam bentuk jumbo bag dengan kapasitas 600 kg dan paper bag kapasitas 25 kg. Sedangkan produk cair (liquid form) dikemas dalam bentuk drum dengan kapasitas 18 kg untuk blue drum, dan 21 kg untuk silver

drum, serta dalam bentuk bulk shipment atau ISO container (ISO tank).

2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi

Susunan organisasi perusahaan dipersiapkan seefisien mungkin dan didasarkan kepada fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Untuk memudahkan pembagian tugas suatu organisasi maka dibuat suatu struktur organisasi. Dengan adanya struktur organisasi maka setiap karyawan dan pimpinan perusahaan mengetahui batas-batas kewajiban, wewenang maupun tanggung jawab yang akan dilaksanakan. Struktur organisasi merupakan dasar dari setiap aktifitas yang akan dilaksanakan oleh organisasi. Suatu struktur organisasi dapat menjelaskan pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab. Dengan adanya struktur organisasi akan lebih mempermudah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

PT. Flora Sawita Chemindo mempunyai struktur organisasi garis dan staff. Pada struktur organisasi ini bagian-bagian utama langsung berada di bawah seorang pemimpin serta pemberian wewenang dan tanggung jawab bergerak vertikal ke bawah, pembagian unit-unit organisasi didasarkan pada spesialisasi tugas.

(15)
(16)

CHIEF EXECUTIVE OFFICER CHIEF OPERATING OFFICER Secretary Management Representative Safety and Pollution Control Advisor Maintenance Engineering Process/Tank Farm Superint. Utility Superint. Quality Ass. Superint. PPIC Superint. Elec./Inst. Superint. Fatty Acid/ Glycerine Sup. T.Farm,Flaking, Bagging Sup. Control Room Operator Lead Operator Field Operator Operator Utility Supervisor Operator Quality Ass. Supervisor Analyst Staff Elec./Inst. Superivisor Electrician/ Technician Civil Supervisor Staff Mechanical Supervisor Mechanic Workshop Supervisor Welder/Pipe Fitter/ Isolator Mechanical/ Workshop Mechanical Engineering General Affair Staff Security Chief Security Personnel Supervisor Staff Staff Staff EDP Staff

Finance Supervisor

Accounting Supervisor F & A Manager

Staff Staff Staff Staff Purchasing Supervisor Fin. Goods Supervisor Warehouse Supervisor Shipping and Sales Supervisor Comercial

[image:16.612.39.697.106.401.2]

Manager HRD Manager

Gambar 2.1. Bagan Struktur Organisasi PT. Flora Sawita Chemindo

Sumber : PT. Flora Sawita Chemindo

(17)

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Pembagian tugas dan tanggung jawab setiap bagian dalam struktur organisasi di PT. Flora Sawita Chemindo adalah sebagai berikut :

Chief Executive Officer (CEO)

Tugas dari Chief Executive Officer (CEO) adalah :

1. Memimpin dan mengurus semua aspek kegiatan perusahaan. 2. Mengawasi pencatatan transaksi dan administrasi perusahaan. 3. Mengarahkan kegiatan perusahaan.

Tanggung jawab Chief Executive Officer (CEO) adalah : 1. Bertanggung jawab kepada pemegang saham.

2. Memberikan pertanggungjawaban dan segala keterangan tentang jalannya perusahaan termasuk laporan keuangan kepada pemegang saham.

Chief Operating Officer (COO)

Tugas dari Chief Operating Officer (COO) adalah : 1. Memimpin dan mengurus kegiatan perusahaan.

2. Membina hubungan baik dengan seluruh pihak yang diperlukan. Tanggung jawab Chief OperatingOfficer (COO) adalah :

1. Bertanggung jawab kepada Chief Executive Officer (CEO).

(18)

Sekretaris

Tugas dari Sekretaris adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan segala hal yang berhubungan dengan administrasi perusahaan.

2. Membantu mengurus surat menyurat perusahaan.

3. Membantu menyusun dan membuat catatan rapat Chief Executive Officer,

Chief Opearting Officer dan General Manager.

Tanggung jawab Sekretaris adalah :

1. menyampaikan segala keputusan Chief Executive Officer dan Chief

Operating Officer kepada General Manager dan Manager.

Management Representative (MR)

Tugas dari Management Representative (MR) adalah :

1. Menyusun prosedur-prosedur kerja yang dilaksanakan perusahaan.

2. Mengawasi mekanisme prosedur kerja yang dilaksanakan oleh perusahaan.

Tanggung jawab Management Representative adalah :

(19)

Operational General Manager

Tugas dari Operational General Manager adalah :

1. Mengawasi dan mengatur operasi produksi yang sedang berjalan. 2. Menyusun langkah-langkah perencanaan dalam proses produksi.

Operational General Manager bertanggung jawab terhadap seluruh pengaturan

proses produksi yang berhubungan dengan berjalannya proses produksi, yaitu :

Production Superintendent, bertanggung jawab atas pengawasan proses operasi fatty acid plant, glycerine plant, hydrogen production plant, tank farm, flaking, beading dan packing. Production Superintendent membawahi :

Fatty Acid dan Glycerine Supervisor yang bertanggung jawab atas pengawasan

langsung di section fatty acid, glycerine.

Tank Farm, Flaking dan Bagging Supervisor, yang bertanggung jawab terhadap

semua proses loading, flaking dan packing produk dan operasi kegiatan lain di tank farm.

Utilities Superintendent, bertanggung jawab sepenuhnya dalam mengatur dan

mengawasi seluruh kegiatan seksi utilitias beserta fasilitas yang ada dan sesuai dengan kerangka kerja dari tujuan, strategi dan program perusahaan.

Utilities

Superintendent membawahi Utilities Supervisor yang bertanggung jawab terhadap

pengoperasian peralatan di bagian utilitas efisien dan aman.

Quality Assurance Superintendent, merencanakan dan mengkoordinir pengawasan

(20)

jadi untuk mencapai standar yang diinginkan. Quality Assurance

Superintendent membawahi Quality Assurance Superintendent Supervisor

yang bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengkoordinir pekerjaan

Quality Control.

Production Planning and Inventory Control Superintendent, bertanggung jawab

terhadap perencanaan dan jadwal produksi. Bagian ini bekerjasama dengan bagian pemasaran dalam memenuhi permintaan produk agar penggunaan kapasitas pabrik optimum dan jadwal produksi tercapai.

Safety and Pollution Control Superintendent, bertugas untuk memastikan agar

seluruh peralatan dan fasilitas Safety and Pollution Control dioperasikan secara tepat, dapat diandalkan dan tersedia agar keselamatan kerja dan pengendalian sumber polusi di dalam perusahaan terjamin serta memastikan agar peraturan dan undang-undang keselamatan kerja, keselamatan terhadap kebakaran dan pengendalian lingkungan dan sumber polusi terpenuhi.

Maintenance Manager

(21)

Tanggung jawab Maintenance Manager adalah :

1. Bertanggung jawab terhadap perawatan dan pemeliharaan peralatan.

2. Bertanggung jawab atas pengaturan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan perawatan.

Maintenance Manager membawahi Civil Supervisor yang bertanggung jawab

mengawasi, membimbing, memimpin dan mengontrol pengawas pekerja dalam pelaksanaan pekerjaan perawatan dan perbaikan sarana pabrik. Maintenance

Manager juga membawahi dua bagian sebagai berikut :

Electrical/Instrument Superintendent, bertanggung jawab dalam mengatur dan

mengawasi kegiatas Electrical/Instrumentation. Bagian ini membawahi

Electrical/Instrument Supervisor yang bertanggung jawab terhadap pengawasan

para teknisi Electrical/Instrumentation yang dibawahinya.

Mechanical/Workshop Superintendent, bertanggung jawab dalam mengatur dan

mengawasi seluruh kegiatan seksi Mechanical/Workshop beserta fasilitas yang ada. Mechanical/Workshop Superintendent membawahi :

(1) Mechanical Supervisor, bertanggung jawab sepenuhnya terhadap

pengawasan mekanik dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaannya. (2) Workshop Supervisor, bertanggung jawab atas pengawasan machinist,

welder, pipe fitter, insulation fitter dan helper dalam melaksanakan

(22)

Finance and Accounting General Manager

Tugas Finance and Accounting General Manager adalah :

1. Mengkoordinir tugas pembukuan dan pertanggungjawaban keuangan. 2. Mengatur penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang perusahaan. 3. Menyusun neraca dan perhitungan laba rugi setiap bulan.

4. Merencanakan anggaran pendapatan dan belanja tahunan.

5. Mengatur perhitungan pajak dan kewajiban keuangan perusahaan.

6. Mengkoordinir penagihan atas piutang yang timbul akibat penjualan hasil produksi dan piutang lainnya.

Tanggung jawab Finance and Accounting General Manager, adalah :

1. Bertanggung jawab atas pengeluaran uang untuk pembayaran usaha dan pembayaran kepada pihak lain.

2. Bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan.

Finance and Accounting General Manager membawahi Ensambling Distributed Programmers yang bertugas membuat dan mengawasi program komputer

yang terpadu. Finance and Accounting General Manager juga membawahi dua bagian sebagai berikut:

Finance Supervisor, bertugas merencanakan, mengkoordinasikan dan mengawasi

semua kegiatan yang berhubungan dengan fungsi keuangan.

Accounting Supervisor, bertugas merencanakan, mengkoordinasikan dan

(23)

Commercial General Manager

Tugas Commercial General Manager adalah :

1. Memastikan tersedianya bahan baku serta sampainya penjualan produk ke tempat tujuan.

2. Mengarahkan kegiatan penjualan dan pengiriman produk. 3. Memonitor harga pembelian dan penjualan di pasar.

4. Melaksanakan administrasi yang berhubungan dengan bahan-bahan dan transaksi penjualan produk.

5. Berusaha secara maksimal untuk memperluas pangsa pasar produk perusahaan.

Tanggung jawab Commercial General Manager adalah :

1. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kegiatan penjualan dan pengiriman produk.

2. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap administrasi yang berhubungan dengan pengadaan bahan-bahan dan transaksi penjualan produk.

Commercial General Manager membawahi tiga bagian sebagai berikut :

Purchasing Superintendent/Supervisor, bertugas mengkoordinir kegiatan

pengadaan barang dan jasa yang diperlukan.

Warehouse Superintendent/Supervisor, bertugas mengkoordinasi dan memonitor

kegiatan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pemesanan suku cadang.

(24)

1. Menyiapkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penjualan, memeriksa laporan sesuai dengan dokumen.

2. Mengkoordinasi dan mengontrol kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengapalan dan pengiriman produk-produk yang di ekspor maupun penerimaan barang impor dan pengiriman/pengapalan produk yang dijual di pasar lokal.

Human Resources Development Manager

Tugas Human Resources Development Manager adalah : 1. Mengawasi segala kegiatan bagian personalia.

2. Membina hubungan dengan instansi pemerintah dan instansi lain yang terkait.

3. Menyelesaikan perselisihan dan perburuhan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan dan pemerintah.

4. Mengatur penyedian jasa-jasa administrasi, sekretariat dan arsip.

5. Menyalurkan sasaran perusahaan, kebijaksanaan dan instruksi dari CEO dan COO kepada semua yang berkewajiban.

Tanggung jawab Human Resources Development Manager adalah : 1. Bertanggung jawab kepada CEO dan COO.

(25)

Human Resources Development Manager membawahi tiga bagian sebagai berikut General Affairs Supervisor, memimpin dan mengawasi semua karyawan yang

berada diperusahaan dan mengatur hal-hal yang berhubungan dengan kemasyarakatan.

Security Chief

Tugas Security Chief, adalah sebagai berikut :

1. Mengatur tugas penjagaan selama 24 jam yang terdiri dari 3 shift dan terdiri dari 4 orang.

2. Melayani tamu-tamu perusahaan sesuai dengan petunjuk atasan.

3. Memberikan laporan kepada atasan atas pelanggaran yang dilakukan karyawan dalam bidang keamanan, ketertiban dan lain-lain.

Security Chief bertanggung jawab terhadap sistem keamanan di dalam pabrik.

Personnel and Administration Supervisor

Tugas Personnel and Administration Supervisor adalah :

1. Membuat laporan jumlah karyawan kepada Departemen Tenaga Kerja, mencatat lowongan kerja serta menetapkan syarat bagi karyawan baru. 2. Memeriksa daftar absensi yang ditunjukkan dalam time recorded card

(kartu catatan waktu) untuk menentukan jumlah jam kerja biasa dan jam lembur yang mencatatnya dalam daftar gaji.

Tanggung jawab Personnel and Administration Supervisor adalah :

(26)

2. Mengadakan hubungan keluar dengan perusahaan lain dan pejabat yang menangani bidang perburuhan dan tenaga kerja.

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan

PT. Flora Sawita Chemindo mengelompokkan tenaga kerja ke dalam dua jenis klasifikasi, selain staff dan karyawan, yaitu :

Tenaga kerja tetap

Tenaga kerja tetap ini terdiri dari dua jenis, yaitu operator (supervisor) dan pembantu (helper).

Tenaga kerja kontrak

Tenaga kerja dengan sistem kontrak ini digunakan sesuai dengan waktu penyelesaian suatu proyek dengan kontraknya. Jika kontrak ini sudah selesai maka tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja dengan perusahaan itu sebelum ada kontrak baru atau perpanjangan kontrak. Pada saat ini terdapat 10 orang tenaga kerja kontrak.

[image:26.612.89.554.566.689.2]

Jumlah tenaga kerja yang ada di PT. Flora Sawita Chemindo terlihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja di PT. Flora Sawita Chemindo

No

Departemen/

Section

Job Group

GM Mg Supt Supv

Opr/

Staff

Tenaga

Kerja

Asing

Tenaga

Kerja

Kontrak

Jumlah

Karyawan

Tetap

(27)

1

General Management

(COO)

1 1

2 Sekretaris COO 1 1

3

Safety & Pollution

Control

1 2 3

4 ISO/MR 1 1

5 Project 1 1

6 Process 1 1 4 29 1 36

7 Tank Farm 1 4 22 27

8 Utility 1 4 16 21

9 Quality Assurance 1 4 16 21

10 PPIC 1 1 2

11 Maintenance 1 1

12 Civil Maintenance 1 1

13 Mechanical/Work shop 1 3 18 1 22

14 Electrical/Instrmt 1 5 7 13

Total Plant Operations

Departements

1 2 9 25 112 1 1 151

Administrations Departements

1

Finance &

Accounting

1 1 4 8 1 14

2 Commercial Dept 1 1

(28)

Shipping

4 Purchasing 1 1 2 4

5 Logistic 1 2 14 17

6 HRD Departement 1 3 36 4 40

7 Office (Jakarta) 6 6

Total Adm. Dept 2 1 5 11 72 1 4 91

Grand Total Adm. 3 3 14 37 184 2 5 242

Sumber : PT. Flora Sawita Chemindo

Jadwal kerja karyawan dibagi menjadi 2 bagian golongan yaitu karyawan reguler dan karyawan shift.

[image:28.612.89.552.111.296.2]

Pembagian jam kerja untuk reguler di PT. Flora Sawita Chemindo dibagi atas dua bagian seperti yang terlihat pada Tabel 2.2.

Tabel. 2.2. Jadwal Kerja Karyawan Reguler

Hari Kerja Jam Kerja Jam Istirahat Senin 08.00 – 16.00 Wib 12.00 – 13.00 Wib

Selasa 08.00 – 16.00 Wib 12.00 – 13.00 Wib Rabu 08.00 – 16.00 Wib 12.00 – 13.00 Wib Kamis 08.00 – 16.00 Wib 12.00 – 13.00 Wib Jum’at 08.00 – 16.00 Wib 12.00 – 13.00 Wib Sabtu 08.00 – 12.00 Wib -

(29)

Jadwal kerja Karyawan shift di PT. Flora Sawita Chemindo, terbagi atas tiga shift, yaitu sebagai berikut :

1. Shift 1 : 23.00 Wib – 08.00 WIB 2. Shift 2 : 08.00 Wib – 15.30 WIB 3. Shift 3 : 15.30 Wib – 23.00 WIB

2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan

Sistem pengupahan karyawan di PT. Flora Sawita Chemindo dibagi atas 2 kelompok, yaitu sebagai berikut :

1. Karyawan tetap, yaitu karyawan yang diangkat dan diberhentikan berdasarkan Surat Keputusan Direksi dan mendapatkan gaji.

2. Karyawan kontrak, yaitu karyawan yang ini digaji sesuai dengan proyek yang dikerjakan berdasarkan kontrak yang dilakukan.

Sistem insentif dan fasilitas yang mendukung lainnya yang diberikan oleh perusahaan adalah untuk mendorong karyawan yang bekerja lebih giat dan berprestasi dalam bekerja yaitu prestasi yang dapat meningkatkan dan memajukan perusahaan maka perusahaan memberikan insentif dan fasilitas berupa :

1. Pemberian cuti, perusahaan memberikan cuti tahunan atau cuti hari besar agama, cuti sakit, cuti hamil dan melahirkan (khusus karyawan wanita) kepada karyawan.

(30)

3. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Perusahaan memberikan asuransi keselamatan kerja untuk melindungi karyawan dari hal-hal yang tidak diinginkan selama menjalankan pekerjaannya.

4. Perawatan kesehatan. Perusahaan menyediakan sarana perawatan kesehatan berupa Poliklinik yang terletak di lokasi perusahaan.

5. Fasilitas kerja. Untuk menunjang kelancaran pekerjaan karyawan, perusahaan juga menyediakan peralatan-peralatan yang dibutuhkan karyawan untuk meningkatkan keselamatan kerja seperti safety shoes, helmet, dan lain-lain. 6. Sarana ibadah. PT. Flora Sawita Chemindo menyediakan sarana ibadah bagi

karyawan yang beragama Islam yaitu 1 buah Mesjid yang berada di lokasi perusahaan dan juga Musholla di masing-masing lantai dan terletak di gedung perusahaan.

7. Kantin dan koperasi, perusahaan juga menyediakan kantin dan koperasi di dalam lingkungan perusahaan dengan harga yang terjangkau dan bergizi, sehingga membantu dalam menjaga kondisi fisik karyawan serta koperasi karyawan yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan karyawan.

2.4. Proses Produksi 2.4.1. Bahan

(31)

kepada masing-masing kelompok. Bahan yang digunakan untuk menunjang kegiatan produksi diuraikan sebagai berikut :

1. Bahan baku

Bahan baku adalah bahan yang membentuk produk secara unik, kalau salah satu dari komponen bahan itu dihilangkan, produk yang dihasilkan tidak lagi seperti yang direncanakan semula. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah :

1) CPO (crude palm oil) atau minyak kelapa sawit.

2) CPS (crude palm stearin) yaitu CPO yang telah melalui proses bleaching (pemutihan/pemucatan).

3) PKO (palm kernel oil) atau minyak inti sawit.

4) PFAD (palm fatty acid distilled) yaitu CPO yang diproses dengan mengambil unsur asam lemak melalui proses distilasi.

5) RBDPS (refined bleaching deodorized palm stearin) yaitu CPO yang telah diambil olein-nya dan hanya stearin yang melalui proses bleaching dan proses

deodorizing (penghilangan bau).

6) RBDPO (refined bleaching deodorized palm oil) yaitu CPO yang telah diambil olein-nya tetapi dibandingkan dengan RBDPS, kualitas RBDPO lebih baik.

2. Bahan penolong

(32)

Asam fosfat (H3PO4), digunakan untuk membantu dalam membentuk gumpalan

gumpalan minyak dalam proses degumming.

Hidrogen, membantu dalam memutuskan ikatan rangkap pada asam lemak.

Nickel Catalyst, membantu dalam pemutusan ikatan rangkap pada asam lemak. Filter aid, membantu proses penyaringan dan mengikat kotoran-kotoran pada

minyak.

Karbon aktif, membantu dalam proses pemutihan atau penghilangan warna pada

glycerine.

Uap, membantu dalam menghilangkan bau busuk dan apek. 3. Bahan tambahan

Bahan tambahan adalah adalah bahan yang tidak ikut dalam proses produksi, tetapi merupakan bagian dalam produk akhir, yaitu

1) Drum blue kapasitas18 kg.

2) Drum silver kapasitas 21 kg.

3) Jumbo bag kapasitas 600 kg.

4) Paper bag kapasitas 25 kg.

5) Woven bag kapasitas 25 kg.

(33)

BAB III

GAMBARAN PELAKSANAAN 3.1 Sejarah Singkat PPN

Dalam sejarah perkembangan pajak apabila pengenaan tidak didasari oleh sifat mendasar dari pajak, yaitu asas keadilan dan kepastian hukum, akibatnya dapat kita lihat berbagai reaksi yang muncul dapat terjadi dari masyarakat.

Demikia juga halnya dengan pajak Pertambahan Nilai (PPN), yang telah menjalani sejarah dalam waktu yang panjang sejak dari penemuannya hingga diterapkan dilapangan. Pengenaan pajak yang didasarkan atas Nilai Tambah ini pertama kali ditemukan oleh Industriawan Jerman yang duduk sebagai anggota The Reichstag bernama Carl Freodrich Von siemens.

Siemens mengemukakan agar Sistem Pajak Penjualan yng berlaku direformasi dengan sistem pengenaan pajak atas pertambahan nilai dalam sistem perpajakan di Jerman pada tahun 1919. Namun apa yang digagaskan dan siajukan oleh Siemens belum dapat dilaksanakan saat itu. Setelah langkah Siemens di Jerman, kemudian untuk memperbaiki system perpajakan di Amerika Serikat (USA), pada tahun 1921 oleh Thomas telah mengusulkan gagasan pengenaan pajak atas nilai tambah dalam perpajakan Amerika Serikat (USA).

(34)

demikian juga atas laba usaha. Namun usul-usul itu tersebut juga belum dapat dilaksanakan saat itu.

Dari berbagai gagasan tersebut, dengan didasarkan atas berbagai penelitian dan kajian yang mendiam maka Negara yang pertama kali menerapakan PPN ini dalam perpajakannya adalah Perancis pada tahun 1954. PPN ini diterapkan dengan sistim yang mudah dan sederhana, dan hingga kini masih dipergunakan. Adapun sasaran pengenaan PPN ini di Perancis pada mulanya adalah atas impor barang jalur produksi (Manufaktur) juga jalur distribusi sampai kepada tingkat pedagang besar (Whole Saler).

Sistem PPN yang cepat merambah penerapannya di berbagai Negara Eropa, Amerika, Asia dan Afrika pada hakikatnya adalah Pajak Penjualan yang dikenakan akibat adanya terjadi transaksi atas nilai tambahnya. Sehingga kalaupun suatu Negara menerapkan sistim PPN, umumnya Negara tersebut sebelumnya telah menerapkan Sistim Pajak Penjualan seperti juga halnya di Indonesia.

(35)

Sebelum dilakukan pembahasan lebih mendalam mengenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) maka ada baiknya penulis menjelaskan pengertian pajak terlebih dahulu. Adapun pengertian Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH : “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dari defenisi tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

• Iuran dari rakyat kepada Negara

• Pajak dipungut berdasarkan atau kekuatan undang-undang serta aturan

pelaksanaannya

• Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah

• Dipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat

bagi masyarakat

• Sebagai alat untuk mengatur kebijaksanaan perekonomian suatu Negara.

3.2 Dasar Hukum

(36)

Undang-undang RI No.18 Tahun 2000 ini merupakan perubahan kedua atas Undang-undang RI No.8 Tahun 1983 dimana sebelumnya telah pula dilakukan perubahan pertama yakni Undang-undang RI No.11 Tahun 1994 Tentang Perubahan atas Undang-undang No.8 tahun 1983 tentang PPN dan PPnBM .Namun terakhir dilakukannya perubahan Undang-undang RI No 42 tahun 2010 diberlakuknnya sejak 1 April 2010.

Perubahan-perubahan dalam Undang-undang No.8 tentang PPN dan PPnBM ini dilakukan untuk menyempurnakan sistem perpajakan Indonesia secara optimal. Penyempurnaandan pembaharuan terus menerus dilakukan dalam system perpajakan Indonesia mengingat adanya perkembangan ekonomi global yang berkembang demikian pesatnya yang telah menyebabkan pula timbulnya persaingan global yang tidak mau memaksa untuk dilakukannya pembaharuan.

3.3. Karakteristik

(37)

menyalurkan dan mendagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para konsumen.

Semua biaya untuk mendapatkan dan mempertahankan laba termasuk bunga, modal, sewa, tanah, upah kerja dan laba perusahaan merupakan unsur pertambahan nilai yang menjadi dasar pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Jadi dalam hal ini Pengusaha Kena Pajak hanya diharuskan untuk membayar kepada Negara selisih antara Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut dari pembeli Barang Kena Pajak dan Atau penerima Jasa Kena Pajak (Pajak Keluaran) dengan Pajak Pertambahan nilai yang dibayar kepada penjual Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak (Pajak Masukan).

Adapun yang menjadi karakteristik/ sifat Pajak Pertambahan Nilai didalam penggolongan pajak adalah sebagai berikut:

1. PPN sebagai pajak Objektif

Maksudnya adalah bahwa pemungutan PPN ini mendasarkan objeknya tanpa memperhatikan keadaan dari wajib pajak.

2 PPN sebagai Pajak Tidak Langsung

Pajak tidak langsung dikenakan terhadap orang atau badan yang harus menaggungnya, tetapi pihak lainlah yang membayarnya.

3 Pemungutan PPN Multi Stage Tax

Pemungutan PPN dilakukan pada setiap mata rantai pada jalur produksi maupun

(38)

4 Pengenaan PPN dilaksanakan berdasarkan system faktur

Setiap terjadinya pwenyerahan BKP atau JKP, wajib dibuatkan Faktur Pajak yang merupakan bukti pungutan PPN.

3.4. Objek dan Subjek PPN

Sebagaimana yang terdapat didalam pasal 4 Undang-undang RI No.18 Tahun 2000 Tentang PPN dan PPnBM beserta penjelasannya maka Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas :

1. Penyerahan Barang Kena Pajak didalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha.

Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak meliputi baik pengusaha yang telah menjadi Pengusaha Kena Pajak maupun pengusaha yang seharusnya dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi belum dikukuhkan.

Penyerahan barang yang dikenakan pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a) Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak.

b) Barang tidak berwujud yang diserahakan merupakan Barang Kena Pajak tidak berwujud.

c) Penyerahan dilakukan didalam Daerah Pabean, dan

(39)

2. Impor Barang Kena Pajak

3. Penyerahan Jasa Kena Pajak didalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha

Penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a) Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak b) Penyerahan dilakukan didalam Daerah Pabean

c) Penyerahan dilkukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya

4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean didalam Daerah Pabean

5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean 6. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

7. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan oleh pihak lain yang batasan dan tata caranya ditetapakan dengan Keputusan Menteri Keuangan. Hal ini sebagaimna terdapat didalam pasal 16D UU RI No.18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPnBM.

(40)

Faktur Pajak tidak di isi lengkap. Hal ini sebagaimna terdapat didalam pasal 16D UU RI No.18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPnBM.

Adapun yang menjadi subjek dari Pajak Pertambahan Nilai, antara lain : 1. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Kegiatan ini dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak ini meliputi :

a) Melakukan penyerahan BKP atau JKP yang dapat dikenakan PPN, dalam hal ini adalah Pengusaha Kena Pajak dan Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan menjadi PKP.

b) Mengekspor BKP yang dapat dikenakan PPN

c) Menyerahkan aktiva yang tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan d) Bentuk kerja sama operasi yang mencakup Penyerahan BKP atau JKP

yang dikenakan PPN

Selain Pengusaha Kena Pajak tersebut diatas, yang berhak menjadi subjek pajak adalah :

a. Siapa pun yang mengimpor Barang Kena Pajak (BKP)

b. Siapa pun yang membangun sendiri tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan.

(41)

3.5.Dasar Pengenaan, Tarif dan Perhitungan PPN 3.5.1. Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

Yang dimaksud dengan Harga Jual atau Penggantian atau Nilai impor atau Nilai Ekspor adalah :

1. Harga Jual

Adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Niali yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak Yang tidak merupakan potongan harga adalah bonus, premi, komisi, atau balas jasa lainnya yang diberikan dalam rangka penjualan Barang Kena Pajak. Apabila PKP selain menerbitkan faktur pajak juga menerbitkan faktur penjualan maka potongan harga yang telah tercantum didalam faktur pajak tesebut juga harus tercantum didalam faktur penjualan.

2. Penggantian

(42)

3. Nilai Impor

Adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalm peraturan perundang-undangan Pabean untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut.

4. Nilai Ekspor

Adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. Nilai Ekspor dapat diketahui dari dokumen ekspor, misalnya harga yang dicantumkan dalm Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).

3.5.2 Tarif dan Perhitungan PPN

Dalam pasal 7 UU RI No.18 Tahun 2000 Tentang PPn dan PPnBm dijelaskan bahwa Tarif PAjak Pertambahan Niali adalah sebesar 10% (sepuluh persen) dan dengan Peraturan pemerintah tarif pajak tersebut dapat diubah menjadi serendah-rendahnya 5% (lima persen) dan setinggi-tingginya 15% (lima belas). Namun khusus untuk ekspor Barang Kena Pajak tariff Pajak pertambahan Nialinya adalah 0% (nol persen).

Didalam pasal 9 ayat 1 UU No.18 Tahun 2000 Tentang PPN dan PPnBM, disebutkan bahwa “Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tariff sebagaimna dimaksud dalam pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak”. Maka untuk mencari besar PPN yang terutang cara penghitungannya adalah :

(43)

Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% tersebut adalah tarif tunggal atas semua penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan jasa Kena Pajak. Penggunaan tariff tunggal ini dimaksudkan agar terdapatnya kemudahan didalam pelaksanaannya sehingga tidak lagi memerlukan daftar penggolongan barang atau Contoh :

a. Pengusaha Kena Pajak “A” menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual Rp 25.000.000,-

Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 10% X Rp 25.000.000,- = Rp 2.500.000,-

Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp 2.500.000,- tersebut merupakan Pajak keluaran, yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak “A”.

b. Pengusaha Kena Pajak “B” melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh Penggantian Rp 20.000.000,-

Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 10% X Rp 20.000.000,- = Rp 2.000.000,-

Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp 2.000.0000,- tersebut merupakan Pajak Keluaran, yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak “B”.

c. Seseorang mengimpor Barng Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dengan Niali Impor Rp 15.000.0000,-

(44)

penggolongan jasa dengan tarif yang berbeda sebagaimana yang berlaku pada Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Dan bagi pengenaan tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak sebesar 0% (nol persen) bukan berarti diberikan kebebasan pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Namun hal ini berdasarkan pengertian bahwa Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak didalam daerah Pabean. Oleh karena itu Barang Kena Pajak yang diekspor atau dikonsumsi diluar Daerah Pabean. dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 0% (nol persen). 3.6. Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan barang Kena Pajak dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak dan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean dan atau impor Barang Kena Pajak sedangkan Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai yang terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak atau Ekspor Barang Kena Pajak.

(45)

Apabila dalam suatu Masa, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali atau dikompensasikan ke masa Pajak berikutnya.

Berikut ini contoh pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran ;

Masa Pajak Mei 2008 :

Pajak Keluaran = Rp 2.000.000,00

Pajak masukan yang dapat dikreditkan = Rp 4.500.000,00 - Pajak yang lebih dibayar = Rp 2.500.000,00

Pajak yang lebih dibayar tersebut dapat dikompensasikan atau diminta kembali pada Masa pajak Juni 2008.

Masa Pajak Juni 2008 :

Pajak Keluaran = Rp 3.000.000,00

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan = Rp 2.000.000,00 - Pajak yang kurang dibayar = Rp 1.000.000,00 Pajak yang lebih dibayar dari Masa Pajak Mei

2001 yang dikompensasikan ke bulan Juni 2008 =

2. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegaiatan usaha.Yang dimaksud dengan pengeluaran

Rp 2.500.000,00 - Pajak yang lebih dibayar Juni 2008 = Rp 1.000.000,00

Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan bagi pengeluaran untuk :

(46)

yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha adalah pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajamen;

3. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep, station wagon, van, dan kombi, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;

4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;

5. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang bukti pungutannya berupa Faktur Pajak Sederhana;

6. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku;

7. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku;

8. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitannya ketetapan pajak;

9. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang diketemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan;

contoh :

(47)

Pajak Masukan = Rp 8.000.000,00 Dari hasil pemeriksaan diketahui :

Pajak Keluaran = Rp 15.000.000,00

Pajak Masukan = Rp 11.000.000,00

Dalam hal ini, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan bukan sebesar Rp 11.000.000,00 tetapi tetap sebesar Rp 8.000.000,00 sesuai dengan yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa.

Dengan demikian, perhitungan hasil pemeriksaan :

Pajak keluaran = Rp 15.000.000,00

Pajak Masukan = Rp 8.000.000,00 -

Kurang Bayar menurut hasil pemeriksaan = Rp 7.000.000,00 Kurang Bayar menurut Surat Pemberitahuan = Rp 2.000.000,00 - Masih kurang dibayar = Rp 5.000.000,00

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan

Contoh :

(48)

Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak ynag dapat dikompensasikan pada Masa Pajak berikutnya.

Contoh :

Masa Pajak November 2008 :

Pajak Keluaran = Rp 3.000.000,00

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan = Rp 5.000.000,00 - Pajak yang lebih dibayar = Rp 2.000.000,00

Masa Pajak Desember 2008 :

Pajak Keluaran = Rp4.000.000,00

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan =Rp3.000.000,00-

Pajak yang kurang dibayar = Rp1.000.000,00

Pajak yang lebih dibayar dari Masa Pajak November 2008 = Rp2.000.000,00

Pajak yang lebih dibayar = Rp1.000.000,00

3.7.Faktur Pajak dan Nota Retur

Setiap Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan atau ekspor Barang Kena Pajak dan setiap penyerahan Jasa Kena Pajak. Faktur Pajak dapat berupa Faktur Pajak Standar, Faktur Pajak Sederhana, dan dokumen-dokumen tertentu yang ditetapkan sebagai Faktur Pajak oleh Direktur Jenderal Pajak.

(49)

1. Bentuk dan ukuran Faktur Pajak Standar disesuaikan dengan kepentingan PKP Setiap Faktur Pajak Standar harus menggunakan Kode dan Seri Faktur Pajak yang telah ditentukan didalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor : Per 159/PJ/2006 tentang Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, tata Cara Penyampaian, dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar, yaitu:

- Cara Penyampaian, dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar, yaitu :  2 (dua) digit Kode Transaksi;

 1 (satu) digit Kode Status; dan  3 (tiga) digit Kode Cabang,

Khusus Pengusaha Kena Pajak yang dipusatkan secara jabatan pada KPP yang menerapkan Sistem Administrasi Modern (SAM), Kode Cabang ditentukan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak tersebut dan wajib memberitahukan secara tertulis ke KPP tempat pemusatan pajak terutang dilakukan paling lambat sebelum Faktur Pajak diterbitkan.

- Nomer Seri Faktur terdiri dari : 2 (dua) digit Tahun Penerbitan 8 (delapan) digit Nomor Urut.

2. Dalam Faktur Pajak Standar harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan BKP atau penyerahan JKP yang paling sedikit memuat:

(50)

 Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan

harga;

 PPN yang dipungut;  PPNBM yang dipungut;

 Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan

 Nama, jabatan dan tandatangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

3. Faktur Pajak Standar paling sedikit dibuat dalam rangkap dua yaitu :

Lembar ke-1 : Untuk Pembeli BKP dan Penerima JKP sebagai bukti Pajak Masukan

Lembar ke-2 : Untuk PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Standar sebagai bukti Pajak Keluaran.

4. Atas Faktur Pajak Standar yang cacat, atau rusak, atau salah dalam pengisian, atau penulisan, atau yang hilang, pkp yang menerbitkan Faktur Pajak Standar tersebut dapat membuat Faktur Pajak Standar Pengganti.

(51)

Pajak yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.

Apabila terjadi pengembalian Barang Kena Pajak, maka pembeli harus membuat dan menyampaikan Nota Retur kepada PKP penjual. Nota Retur tersebut harus dibuat pada Masa Pajak yang sama dengan Masa Pajak terjadinya pengembalian Barang Kena Pajak Nota Retur akan mengurangi Pajak Keluaran bagi penjual dan mengurangi Pajak Masukan bagi pembeli. Namun, apabila pengembalian Barang Kena Pajak tersebut diganti dengan Barang Kena Pajak yang sama, baik dalam jumlah fisik, jenis, maupun harganya, maka pembeli boleh tidak membuat Nota Retur.

3.8. Proses Pemungutan PPN dan PPnBM

PPN dan PPnBM merupakan Pajak Tidak Langsung, yang pemungutannya dilakukan secara tidak langsung kepada penanggung pajak, melainkan melalui sumbernya, atau melalui pihak ketiga yaitu yang menyerahan BKP atau JKP.

Pihak yang menyerahkan BKP atau JKP disebut PKP sebelum menjadi PKP, mereka adalah pengusaha yang menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, melakukan usaha jasa, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar negeri, atau memanfaatkan jasa dari luar negeri. Oleh karena itu dikenal:

(52)

3.PKP PPN Ekspor:

4.PKP PPN Pedagang Eceran;

5.PKP PPN Pemanfaatan Barang Tidak Berwujud dari luar negeri; 6.PKP PPN Jasa;

7.PKP PPN Pemanfaatan Jasa dari luar negeri;

Fungsi di atas menentukan, karena PKP harus aktif melaporkan, memungut dan menyetor dan sebagainya. karena yang berhadapan dengan PKP adalah Pembeli atau Penerima Jasa.

(53)

Karena bervariasi, maka sebagai pihak yang berhak memungut dan melapor PPN atau PPN dan PPnBM juga bervariasi. Oleh karena itu, yang berkewajiban menyetorkan dan melaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak meliputi:

1. Pengusaha Kena Pajak;

2. Bendaharawan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah;

3. Selain Bendaharawan Pemerintah, misalnya BUMN, BUMD, Pertamina, Bank-Bank Milik Pemerintah Pertamina dan sebagainya;

4. PKP yang berkaitan dengan transaksi dengan Bulog; 5. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Para pemungut PPN atau PPN dan PPnBM setiap bulannya wajib melakukan penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM dan melaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak, baik langsung dengan menyampaikan lembar ke-3 SSP, atau melalui penyampaian SPT Masa PPN dengan melampirkan lembar ke-3 SSP.

3.9.Surat Pemberitahuan Masa PPN (SPT Masa PPN)

(54)

suatu Masa Pajak. SPT Masa merupakan laporan bulanan yang harus disampaikan oleh PKP mengenai perhitungan Pajak Masukan yang berasal dari pembelian BKP atau penerimaan JKP, penyetoran pajak atas kompensasi.Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis pajak, paling lambat 15 hari setelah saat terutangnya pajak atau Masa Pajak berakhir. Keterlambatan pembayaran atau penyetoran pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung dari jatuh tempo pembayaran sampai denagn tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh 1(satu) bulan. SPT Masa harus disampaikan selambat-lambatnya 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

(55)

Bagi Pengusaha Kena Pajak fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk :

a) melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang.

b) melaporkan tentang pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran.

c) melaporkan tentang pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Surat Pemberitahuan Masa PPN terdiri atas 3 (tiga) jenis lampiran : a) Lampiran 1170 A

b) Lampiran 1170 c) SPT Induk

3.10. Pembayaran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai

(56)

Setelah dilakukan penyetoran, maka langkah selanjutnya adalah dengan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai tersebut dengan menggunakan SPT Masa PPN beserta lampiran-lampirannya yang disampaikan paling lambat 20 hari setelah masa berakhir.

SPT Masa PPN tersebut merupakan laporan bulanan yang harus disampaikan Pengusaha Kena Pajak meskipun nihil, mengenai perhitungan Pajak Masukan yang berasal pembelian Barang Kena Pajak atau penerimaan Jasa Kena Pajak atau Keluaran yang berasal dari penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dan Penyetoran Pajak atau kompensasi.

3.9. Restitusi

Restitusi Pajak merupakan hak Wajib Pajak yang telah diatur dalam Undang-undang No. 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 11. Restitusi diartikan sebagai pengembalian kelebihan pajak kepada Wajib Pajak yang berhak menerima kembali kelebihan pajak yang telah dibayar. Alasan Restitusi atau pengembalian kelebihan pembayaran PPN sudah diatur dalm UU No. 18 tahun 2000 pasal 9 ayat (4), yang menyatakan : “Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar dari pada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali atau dikompensasikan ke Masa pajak berikutnya”.

(57)

alasan yang dapat digunakan sebagai dasar pengembalian pembayaran kelebihan pembayaran PPN, antara lain :

 Kelebihan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan karena lebih besar dari pada

Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak

 Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang telah dibayar atas perolehan Barang

Mewah yang diekspor keluar Daerah Pabean.  Penyerahan Barang Kena Pajak untuk ekspor.

 Penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak kepada Pemungut PPN.

Permohonan Restitusi melampirkan bukti atau dokumen, yang membuktikan adanya kelebihan pembayaran pajak, yaitu :

 Faktur Pajak Masukan dan Faktur Pajak Keluaran yang berkaitan dengan

kelebihan pembayaran PPN yang dimintakan pengembalian.  Dalam Hal Impor, dilampirkan:

a) Pemberitahuan Impor Barang (PIB)

b) Surat Setoran Pajak (SSP) atau bukti pungutan pajak oleh Dirjen Bea dan Cukai.

c) Laporan Pemeriksaan Surveyor (LPS) sepanjang termasuk dalam katagori wajib LPS

 Dalam hal Ekspor BKP dilampirkan :

a) Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah dibuat oleh Dirjen Bea dan Cukai

(58)

c) Wesel Ekspor atau bukti transfer

 Dalam hal penyerahan BKP/JKP kepada Pemungut PPn, dilampirkan

a) Kontrak atau Surat Perintah Kerja (SPK) b) Surat Setoran Pajak

 Dalaian hal permohonan pengembalian yang diajukan meliputi kelebihan

pembayaran akibat kompensasi Masa Pajak sebelumnya, maka yang dilampirkan meliputi seluruh dokumen yang berkenaan dengan kelebihan pembayaran PPn Masa Pajak yang bersangkutan.

Contoh :

Masa Pajak Mei 2009

Pajak Keluaran = Rp 2.000.000,00

Pajak masukan yang dapat dikreditkan = Rp 4.500.000,00 - Pajak yng lebih bayar = Rp 2.500.000,00

Pajak yang lebih bayar tersebut dapat diminta kembali atau dikompnsasikan pada masa Pajak Juni 2001.

Masa Pajak Juni 2009

Pajak Keluaran = Rp 3.000.000,00

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan = Rp 2.000.000,00 - Pajak yang kurang dibayar = Rp 1.000.000,00 Pajak yang lebih dibayar dari Masa Pajak Mei 2009

(59)

Selanjutnya dalam hal permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak disampaikan oleh PKP ada diatur melaui Undang-undang No. 18 Tahun 2000 Pasal 2 ayat (1) tertulis sehubungan dengan syarat permohonan pengembalian kelebihan pembayaran (Restitusi) Pajak Pertambahan Nilai ini adalah :

 Permohonan bila dalam bentuk surat tersendir, ditujukan kepada kepala KPP

dimana PKP yang bersangkutan terdaftar.

 Permohonan Restitusi PPN hanya diperkenankan satu permohonan untuk satu

Masa Pajak.

Restitusi adalah permintaan kembali atas kelebihan pembayaran pajak oleh Wajib Pajak. dalam hal PPN dan PPnBM maka restitusi terjadi akibat pajak Masukan yang dibayar lebih besar dari Pajak Keluaran yang dipungut dalam Masa Pajak. Pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Masukan (restitusi PPN) dapat dilakukan oleh semua Pengusaha Kena Pajak (PKP) untuk setiap masa pajak. Selama ini tidak semua PKP dapat mengajukan restitusi, karena hanya PKP yang berhubungan dengan Pemungut PPN dan PKP eksportir saja yang dapat meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak setiap Masa Pajak.

3.9. Sanksi dalam PPN dan PPnBM

(60)

perpajakan, termasuk yang berkaitan dengan sanksi bagi wajib pajak (PKP) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Sanksi-sanksi dalam perpajakan terdiri dari:Sanksi administrasi yang meliputi:Sanksi berupa denda,Sanksi berupa bunga,Sanksi berupa kenaikan.Sanksi pidana perpajakan yang meliputi:Sanksi berupa yang bersifat pelanggaran,Sanksi pidana yang bersifat kejahatan. Ketentuan tentang sanksi dan ketentuan formal lainnya tertuang dalam satu undang-undang yang disebut dengan UU tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), sebagaimana tertuang dalam UU No. 6 Tahun 1983 yang telah diubah dan ditambah dengan UU No. 16 Tahun 2000. sedangkan pada undang-undang perpajakan sebelum tax reform, ketentuan sanksi dan ketentuan formal lainnya masuk ke dalam undang-undang pajak yang bersangkutan.

Terhadap wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban di bidang penyetoran PPN, melaporkan dengan menyampaikan SPT masa PPN, tidak mendaftarkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, tidak membuat faktur pajak, atau membuat faktur pajak yang tidak berhak, melunasi PPN tidak semestinya, dan sebagainya dikenakan sanksi administrasi, yaitu yang meliputi:

1. berupa denda;

(61)

3. berupa kenaikan; denda, bunga dan kenaikan, secara menagihnya dilakukan menerbitkan SPT, SKPKB, SKPKBT dan seterusnya. Atas keputusan itulah timbul penagihan pajak.

(62)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI DATA

5.1. Pemungutan PPN sebagai Pemenuhan Kewajiban Perpajakan

Perusahaan yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan pajak wajib mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak. Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983, sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 11 tahun 1994 dan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000, tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan terakhir telah diubah berdarkan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 yang dibelakukan mulai April 2010.Dalam hal ini kaitannya dengan PT. Flora Sawita sebagai Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) didalam daerah Pabean dan mengekspor Barang Kena Pajak (BKP) wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, dan wajib memungut, menyetor, serta melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

(63)

5.2. Mekanisme Pemungutan PPN

PT. Flora Sawita merupakan salah satu perusahaan swasta yang kegiatan usahanya melakukan ekspor Barang Kena Pajak (BKP) ke luar negri juga menghasilkan suatu barang dari hasil pengolahan atau proses mengubah bentuk atau sifat suatu barang dari bentuk aslinya yaitu memproduksi asam lemak yang akan diekspor ke luar negri.

Dalam mekanisme pemungutan Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan oleh PT. Flora Sawita, pada saat terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak adalah saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai. PPN dipungut secara langsung dari pembeli, dalam hal ini harga jual dalam setiap penyerahan Barang Kena Pajak tersebut sudah termasuk PPN. Jadi PT. Flora Sawita secara langsung telah memotong PPN-nya, pembeli BKP tidak lagi melakukan penyetoran ataupun pelaporan PPN yang terutang dari setiap penyerahan BKP yang terjadi, tetapi mereka hanya ingin menerima bukti pemungutan PPN yaitu dalam bentuk faktur pajak standar, dan faktur tersebut dapat digunakan oleh pembeli sebagai pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran pembeli dalam suatu masa pajak.

(64)

1. PT Flora Sawita melakukan penyerahan Barang Kena Pajak kepada PT.Klambir JAya sebesar Rp. 76.376.472 sudah termasuk PPN 10%.

Harga Penyerahan Rp. 84.014.119,00

Jumlah PPN : 10/110 x Rp 76.376.472 Rp. 7.637.647,00

Contoh tersebut diketahui PT. Flora Sawita memungut PPN atas penyerahan BKP sebesar Rp. 7.637.647 sehingga harga jual sebelum PPN adalah Rp. 76.376.472,00 ( Rp 84.014.119,00 – Rp. 7.637.647,00)

2. PT. Flora Sawita melakukan perolehan Barang Kena Pajak kepada Aneka Gas Industri PT sebesar Rp. 1.000.000,00 belum termasuk PPN 10%.

Harga perolehan Rp. 1.000.000,00

Jumlah PPN 10% x Rp. 1.000.000,00 RP. 100.000,00

Dalam Hal PT. Flora Sawita meminta bukti pungutan Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp. 100.000,00 untuk dikreditkan ke masa pajak berikutnya.

(65)

 Lembar ke-1 untuk Pembeli Barang Kena Pajak sebagai bukti pajak

masukan.

 Lemabr ke-2 untuk Pengusaha Kena Pajak yang menrbitkan Faktur Pajak

Standar sebagai bukti Pajak Keluaran.  Lembar ke-3 untuk Arsip.

5.3. Mekanisme Penyetoran PPN

Setelah PT. Flora Sawita memungut PPN yang terutang dari pembeli, ini sekaligus merupakan Pajak Keluaran bagi perusahaan, dan dalam masa pajak yang sama, pajak masukan dikreditkan dengan pajak keluaran sehingga diketahui apabila pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan maka perusahaan harus menyetor atas kekurangan pajak tersebut dan apabila pajak keluaran lebih kecil dari pada pajak masukan maka perusahaan dapat meminta kembali pembayaran pajak (Restitusi) atau dapat dikompensasikan dengan masa pajak berikutnya.

Adapun sarana yang digunakan dalam pembayaran ataupun peyetoran PPN yang terutang dalam satu masa pajak adalah dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). SSP dibuat oleh perusahaan dengan mengisi :

a. Indentitas lengkap PT. Flora Sawita yang terdiri dari Nama, NPWP dan alamat.

b. Jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang terutang.

Surat Setoran Pajak dibuat dalam rangkap 5 (lima) yaitu masing-masing diperuntukkan untuk :

(66)

 Lembar -2 untuk KPP melalui KPKN

 Lembar -3 untuk dilaporkan Wajib Pajak Ke Kantor Pelayanan Pajak  Lembar -4 untuk Bank Persepsi/ Kantor Pos

 Lembar -5 untuk Arsip Wajib pungut atau pihak lain

Penyetoran Surat Setoran Pajak paling lambat tanggal 15 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir.

5.4. Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai

Setelah dilakukannya pemungutan dan penyetoran PPN oleh PT.Flora Sawita, maka kewajiban selanjutnya adalah melaporkan PPN yang dipungut dan disetor tersebut bulannya atau dalam suatu masa pajak ke Kantor Pelayanan Pajak dimana PT. Flora Sawita terdaftar dengan menggunakan SPT Masa PPN.

SPT Masa PPN bagi PKP berfungsi sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang. SPT ini mencakup pelaoran atas Jumlah Penyerahan yang terutang dan tidak terutang PPN dan PPnBMPengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran, dan Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku

(67)

pembetulan SPT Masa PPN-nya. Meski dilakukan dengan itikad baik, pengungkapan ketidakbenaran ini pun ternyata tidak grati. Mengacu pada ketentuan pasal 8 ayat (5) UU KUP disebutkan bahwa selain melunasi pajak yang kurang dibayar sebagai akibat dari pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT Masa PPN ini , kepada Pengusaha Kena Pajak akan dikenakan sanksi kenaikan sebesar 50% dari pajak yang kurang dibayar.

PT. Flora Sawita mengisi SPT 1107 sesuai dengan petunjuk dan aturan dalam pengisian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bentuk Formulir 1107 sesuai dengan petunjuk dan aturan dalam PER-142/PJ./2007 tgl 3 Okt 2007 pengisian Surat Pemberitahuan tersebut dan ditandatangani oleh pihak perusahaan selaku yang memungut Pajak Pertambahan Nilai, Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bentuk Formulir 1107 terdiri dari :

 Lampiran 1107 A berisi Data Pajak Keluaran  Lampiran 1107 B berisi Data Pajak Masukan  Formulir Induk SPT 1107

(68)
(69)

No Nama Penjual BKP/Pemberi

JKP NPWP

Faktur Pajak/ Nota Retur

DPP (Rupiah) PPN (Rupiah) PPn BM (Rupiah) Kode dan Nomor

Seri Tanggal

1 Indosat Tbk, PT 01.000.502.3.051.000 MDN0801030021 01-Jan-08

12,500,000

1,250,000

2 Indosat Tbk, PT 01.000.502.3.051.000 012008049663 01-Jan-08

1,791,941

179,194

3 Skypak International, PT 01.304.406.0.073.000

040.000-08.00001065 03-Jan-08

46,685

4,668

4 Kogelahar Indonusa, PT 01.727.285.7.123.000

010.000-08.00000036 05-Jan-08

671,000

67,100

5 Tiki Jalur Nugraha Ekakurir, PT 01.539.710.2.038.000

040.000-08.00003423 05-Jan-08

3,550

355

6 Telekomunikasi Indonesia, PT 01.000.013.1.051.000 801-A-112203 16-Jan-08

121,972

12,197

7 Telekomunikasi Indonesia, PT 01.000.013.1.051.000 801-A-112204 16-Jan-08

236,184

23,618

8 Telekomunikasi Indonesia, PT 01.000.013.1.051.000 801-A-112205 16-Jan-08

793,462

79,346

9 Telekomunikasi Indonesia, PT 01.000.013.1.051.000 801-A-112207 16-Jan-08

59,600

5,960

10 Telekomunikasi Indonesia, PT 01.000.013.1.051.000 801-A-178658 16-Jan-08

57,600

5,760

11 Skypak International, PT 01.304.406.0.073.000

040.000-08.00007194 22-Jan-08

23,919

2,392

12 Aneka Gas Industri, PT 01.002.124.4.038.000

010.008-08.00000252 31-Jan-08

1,000,000

100,000

13 Aneka Gas Industri, PT 01.002.124.4.038.000

010.008-08.00000439 31-Jan-08

2,136,000 213,600 14 dst

Jumlah Perolehan BKP/JKP Dalam Negeri dengan Faktur Pajak

19,441,913

(70)

Penyerahan Dalam Negeri dengan Faktur Pajak

No Nama Pembeli

BKP/Penerima JKP NPWP

Gambar

Gambar 2.1. Bagan Struktur Organisasi PT. Flora Sawita Chemindo
Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja di PT. Flora Sawita Chemindo
Tabel. 2.2. Jadwal Kerja Karyawan Reguler

Referensi

Dokumen terkait

Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan GNP-PWB/PBA dilakukan oleh lembaga yang lebih tinggi terhadap lembaga yang lebih rendah (TKN - TKP - TKK - TKC - TKD) sampai pada

∑ skor maksimal.. Hasil perolehan yang telah didapat pada siklus I menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam menerapkan strategi Practice-Rehearsal Pairs termasuk dalam

Puji Tuhan penulis diberikan kelancaran oleh Allah SWT, sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan judul PENGGAMBARAN SUPERHERO PADA TOKOH DEADPOOL DALAM FILM

Penelitian ini sendiri lebih berfokus pada mahasiswa Indonesia Timur karena kerap terjadi gesekan baik dengan sesama kelompok mahasiswa maupun dengan masyarakat

Setelah didapati pernyataan-pernyataan dari para informan tersebut akan ditelaah pernyataan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.. Kemudian dengan dicatatnya pernyataan

Proses kerja utama pada tingkat organisasi yang lebih rendah selalu mengacu pada proses kerja pada tinggatan manajemen yang lebih tinggi; dengan kata lain proses

Imtihan ini dilakukan satu hingga dua kali dalam setahun, tujuannya adalah mempererat silaturahmi antara wali santri dengan pesantren selain itu juga untuk

Oleh karena itu, tugas akhir ini bertujuan untuk memperkenalkan dan menerangkan pengaplikasian bisnis online terutama di bidang makanan yang masih