• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PELAKSANAAN 3.1 Sejarah Singkat PPN

3.4. Objek dan Subjek PPN

Sebagaimana yang terdapat didalam pasal 4 Undang-undang RI No.18 Tahun 2000 Tentang PPN dan PPnBM beserta penjelasannya maka Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas :

1. Penyerahan Barang Kena Pajak didalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha.

Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak meliputi baik pengusaha yang telah menjadi Pengusaha Kena Pajak maupun pengusaha yang seharusnya dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi belum dikukuhkan.

Penyerahan barang yang dikenakan pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a) Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak.

b) Barang tidak berwujud yang diserahakan merupakan Barang Kena Pajak tidak berwujud.

c) Penyerahan dilakukan didalam Daerah Pabean, dan

2. Impor Barang Kena Pajak

3. Penyerahan Jasa Kena Pajak didalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha

Penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a) Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak b) Penyerahan dilakukan didalam Daerah Pabean

c) Penyerahan dilkukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya

4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean didalam Daerah Pabean

5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean 6. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak

7. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan oleh pihak lain yang batasan dan tata caranya ditetapakan dengan Keputusan Menteri Keuangan. Hal ini sebagaimna terdapat didalam pasal 16D UU RI No.18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPnBM.

8. Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak diperjualbelikan sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan, kecuali tidak dapat dikreditkan PPN tersebut karena bukti pengkreditannya tidak memenuhi persyratan administrative misalnya

Faktur Pajak tidak di isi lengkap. Hal ini sebagaimna terdapat didalam pasal 16D UU RI No.18 Tahun 2000 tentang PPN dan PPnBM.

Adapun yang menjadi subjek dari Pajak Pertambahan Nilai, antara lain : 1. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Kegiatan ini dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak ini meliputi :

a) Melakukan penyerahan BKP atau JKP yang dapat dikenakan PPN, dalam hal ini adalah Pengusaha Kena Pajak dan Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan menjadi PKP.

b) Mengekspor BKP yang dapat dikenakan PPN

c) Menyerahkan aktiva yang tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan d) Bentuk kerja sama operasi yang mencakup Penyerahan BKP atau JKP

yang dikenakan PPN

Selain Pengusaha Kena Pajak tersebut diatas, yang berhak menjadi subjek pajak adalah :

a. Siapa pun yang mengimpor Barang Kena Pajak (BKP)

b. Siapa pun yang membangun sendiri tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan.

c. Siapa pun yang memanfaatkan Barang kena Pajak (BKP) tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar daerah Pabean didalam daerah Pabean.

3.5.Dasar Pengenaan, Tarif dan Perhitungan PPN 3.5.1. Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

Yang dimaksud dengan Harga Jual atau Penggantian atau Nilai impor atau Nilai Ekspor adalah :

1. Harga Jual

Adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Niali yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak Yang tidak merupakan potongan harga adalah bonus, premi, komisi, atau balas jasa lainnya yang diberikan dalam rangka penjualan Barang Kena Pajak. Apabila PKP selain menerbitkan faktur pajak juga menerbitkan faktur penjualan maka potongan harga yang telah tercantum didalam faktur pajak tesebut juga harus tercantum didalam faktur penjualan.

2. Penggantian

Adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

3. Nilai Impor

Adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalm peraturan perundang-undangan Pabean untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut.

4. Nilai Ekspor

Adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. Nilai Ekspor dapat diketahui dari dokumen ekspor, misalnya harga yang dicantumkan dalm Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).

3.5.2 Tarif dan Perhitungan PPN

Dalam pasal 7 UU RI No.18 Tahun 2000 Tentang PPn dan PPnBm dijelaskan bahwa Tarif PAjak Pertambahan Niali adalah sebesar 10% (sepuluh persen) dan dengan Peraturan pemerintah tarif pajak tersebut dapat diubah menjadi serendah-rendahnya 5% (lima persen) dan setinggi-tingginya 15% (lima belas). Namun khusus untuk ekspor Barang Kena Pajak tariff Pajak pertambahan Nialinya adalah 0% (nol persen).

Didalam pasal 9 ayat 1 UU No.18 Tahun 2000 Tentang PPN dan PPnBM, disebutkan bahwa “Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tariff sebagaimna dimaksud dalam pasal 7 dengan Dasar Pengenaan Pajak”. Maka untuk mencari besar PPN yang terutang cara penghitungannya adalah :

Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% tersebut adalah tarif tunggal atas semua penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan jasa Kena Pajak. Penggunaan tariff tunggal ini dimaksudkan agar terdapatnya kemudahan didalam pelaksanaannya sehingga tidak lagi memerlukan daftar penggolongan barang atau Contoh :

a. Pengusaha Kena Pajak “A” menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual Rp 25.000.000,-

Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 10% X Rp 25.000.000,- = Rp 2.500.000,-

Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp 2.500.000,- tersebut merupakan Pajak keluaran, yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak “A”.

b. Pengusaha Kena Pajak “B” melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh Penggantian Rp 20.000.000,-

Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 10% X Rp 20.000.000,- = Rp 2.000.000,-

Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp 2.000.0000,- tersebut merupakan Pajak Keluaran, yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak “B”.

c. Seseorang mengimpor Barng Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dengan Niali Impor Rp 15.000.0000,-

Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai 10% X Rp 15.000.000,- = Rp 1.500.000,-

penggolongan jasa dengan tarif yang berbeda sebagaimana yang berlaku pada Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Dan bagi pengenaan tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak sebesar 0% (nol persen) bukan berarti diberikan kebebasan pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Namun hal ini berdasarkan pengertian bahwa Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak didalam daerah Pabean. Oleh karena itu Barang Kena Pajak yang diekspor atau dikonsumsi diluar Daerah Pabean. dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 0% (nol persen). 3.6. Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan barang Kena Pajak dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak dan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean dan atau impor Barang Kena Pajak sedangkan Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai yang terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak atau Ekspor Barang Kena Pajak.

Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk Masa Pajak yang sama. Dalam hal belum ada Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak, maka Pajak Masukan tetap dapat dikreditkan. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, maka selisihnya

Apabila dalam suatu Masa, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali atau dikompensasikan ke masa Pajak berikutnya.

Berikut ini contoh pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran ;

Masa Pajak Mei 2008 :

Pajak Keluaran = Rp 2.000.000,00

Pajak masukan yang dapat dikreditkan = Rp 4.500.000,00 - Pajak yang lebih dibayar = Rp 2.500.000,00

Pajak yang lebih dibayar tersebut dapat dikompensasikan atau diminta kembali pada Masa pajak Juni 2008.

Masa Pajak Juni 2008 :

Pajak Keluaran = Rp 3.000.000,00

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan = Rp 2.000.000,00 - Pajak yang kurang dibayar = Rp 1.000.000,00 Pajak yang lebih dibayar dari Masa Pajak Mei

2001 yang dikompensasikan ke bulan Juni 2008 =

2. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegaiatan usaha.Yang dimaksud dengan pengeluaran

Rp 2.500.000,00 - Pajak yang lebih dibayar Juni 2008 = Rp 1.000.000,00

Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan bagi pengeluaran untuk :

1. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;

yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha adalah pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajamen;

3. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep, station wagon, van, dan kombi, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan;

4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;

5. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang bukti pungutannya berupa Faktur Pajak Sederhana;

6. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku;

7. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku;

8. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitannya ketetapan pajak;

9. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang diketemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan;

contoh :

Pajak Masukan = Rp 8.000.000,00 Dari hasil pemeriksaan diketahui :

Pajak Keluaran = Rp 15.000.000,00

Pajak Masukan = Rp 11.000.000,00

Dalam hal ini, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan bukan sebesar Rp 11.000.000,00 tetapi tetap sebesar Rp 8.000.000,00 sesuai dengan yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa.

Dengan demikian, perhitungan hasil pemeriksaan :

Pajak keluaran = Rp 15.000.000,00

Pajak Masukan = Rp 8.000.000,00 -

Kurang Bayar menurut hasil pemeriksaan = Rp 7.000.000,00 Kurang Bayar menurut Surat Pemberitahuan = Rp 2.000.000,00 - Masih kurang dibayar = Rp 5.000.000,00

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan

Contoh :

Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tertanggal 7 Juli 2008 dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak Juli 2008 atau pada Masa Pajak berikutnya paling lambat Masa Pajak Oktober 2008

Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak ynag dapat dikompensasikan pada Masa Pajak berikutnya.

Contoh :

Masa Pajak November 2008 :

Pajak Keluaran = Rp 3.000.000,00

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan = Rp 5.000.000,00 - Pajak yang lebih dibayar = Rp 2.000.000,00

Masa Pajak Desember 2008 :

Pajak Keluaran = Rp4.000.000,00

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan =Rp3.000.000,00-

Pajak yang kurang dibayar = Rp1.000.000,00

Pajak yang lebih dibayar dari Masa Pajak November 2008 = Rp2.000.000,00

Pajak yang lebih dibayar = Rp1.000.000,00

Dokumen terkait