• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Pendapatan Petani Dengan Pola Tanam Kedelai - Kedelai - Padi - Padi Dengan Pola Tanam Jagung - Jagung - Padi Di Kabupaten Asahan (Studi Kasus : Desa Bahung Si Batu-batu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Pendapatan Petani Dengan Pola Tanam Kedelai - Kedelai - Padi - Padi Dengan Pola Tanam Jagung - Jagung - Padi Di Kabupaten Asahan (Studi Kasus : Desa Bahung Si Batu-batu)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENDAPATAN PETANI DENGAN POLA TANAM KEDELAI – KEDELAI – PADI DENGAN POLA TANAM JAGUNG – JAGUNG – PADI DI

KABUPATEN ASAHAN (Studi Kasus: Desa Bahung si batu-batu)

SKRIPSI

OLEH :

ANNISA AMELIA 040304004 SEP/AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERBEDAAN PENDAPATAN PETANI DENGAN POLA TANAM KEDELAI – KEDELAI – PADI DENGAN POLA TANAM JAGUNG – JAGUNG – PADI DI

KABUPATEN ASAHAN (Studi Kasus: Desa Bahung si batu-batu)

SKRIPSI

Diajukan kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat – syarat Guna

Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

OLEH :

ANNISA AMELIA 040304004 SEP/AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul : Perbedaan Pendapatan Petani dengan Pola Tanam Kedelai – Kedelai – Padi dengan Jagung – Jagung – Padi di Kabupaten Asahan (Studi Kasus : Desa Bahung si Batu – batu)

Nama : Annisa Amelia

Nim : 040304004

Departemen : Agribisnis Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr.Ir. Salmiah, MS) (Rulianda.P.Wibowo,SP, M.Ec)

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis

(4)

RINGKASAN

Annisa Amelia (040304004) dengan judul skripsi PERBEDAAN PENDAPATAN PETANI DENGAN POLA TANAM KEDELAI – KEDELAI – PADI DENGAN POLA TANAM JAGUNG – JAGUNG – PADI DI KABUPATEN ASAHAN (Studi Kasus: Desa Bahung Si Batu – batu, Kecamatan Sei Dadap). Penulisan ini dibimbing oleh Ibu Dr.Ir.Salmiah.MS dan Bapak Rulianda Purnomo Wibowo, SP, M.Ec.

Gambaran keberhasilan usahatani yang dilakukan oleh seorang petani tidak lepas dari besar tingkat pendapatan yang diperolehnya. Penggunaan pola tanam yang tepat dapat membantu petani memaksimalkan perolehan produksi tanaman mereka yang akan meningkatkan penadapatannya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis petani yang melakukan perubahan pola tanam dari kedelai – kedelai – padi kepada pola tanam jagung – jagung - padi memiliki tingkat pendapatan yang lebih baik.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu daerah dipilih secara cermat sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Metode pengambilan sampel menggunakan metode Simpel Random Sampling yaitu dari 110 KK yang ada terpilih 30 KK untuk dijadikan responden dalam penelitian ini.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dalam penelitian ini.

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Rata-rata biaya produksi yang dibutuhkan oleh petani untuk usahatani jagung pada musim tanam Januari - April per Ha sebesar Rp. 2.616.594.- lebih tinggi dari diperoleh oleh petani berasal dari usahatani kedelai yaitu sebesar Rp. 8.990.917 pada bulan januari – april dan Rp. 5.042.667.- pada bulan mei - agustus, sedangkan penerimaan yang diperoleh petani dari usahatani jagung sebesar Rp. 7.867.833.-, pada bulan januari – april dan Rp. 6.500.000 pada bulan mei – agustus. Penerimaan yang diperoleh petani dari usahatani padi menempati urutan terkecil yaitu sebesar Rp. 5.427.375.-.

(5)

memperoleh pendapatan sebesar Rp. 127.002,8.-. Maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan analisa usahatani yang dilakukan dilapangan, usahatani jagung terlihat lebih menguntungkan dari usahatani kedelai yang sebelumnya dilakukan oleh petani. 3. Terdapat perbedaan secara nyata antara pendapatan petani yang diperoleh dari

usahatani dengan pola tanam jagung – jagung – padi dengan pendapatan petani yang diperoleh dari usahatani dengan pola tanam kedelai – kedelai – padi.

4. Ada berbagai motivasi yang ikut mempengaruhi petani sampel dalam melakukan perubahan pola tanam namun sebanyak 34,57% petani sampel termotivasi karena mudahnya proses pemasaran hasil tanaman jagung mereka.

(6)

RIWAYAT HIDUP

ANNISA AMELIA, dilahirkan di Kisaran pada tanggal 17 Desember 1986 dari ayahanda Syamsul Zuhdi Simatupang dan ibunda Khainur Lubis. Penulis merupakan anak

pertama dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK Daharmawanita Kisaran tahun 1992,

SD Negeri 013858 Tahun 1998, SLTP Negeri 2 Kisaran Tahun 2001 dan SMA Negeri 1

Kisaran Tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Agribisnis,

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

melalui jalur Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Pada bulan Juni 2008 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Desa

Mardinding, Kecamatan Si Lima Kuta, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara,

kemudian pada bulan Mei 2009 melaksanakan penelitian skripsi di Desa Bahung Si Batu-

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul PERBEDAAN PENDAPATAN PETANI DENGAN POLA TANAM KEDELAI – KEDELAI – PADI DENGAN POLA TANAM JAGUNG – JAGUNG – PADI DI KABUPATEN ASAHAN (Studi Kasus: Desa Bahung Si Batu – batu, Kecamatan Sei Dadap). Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir.Salmiah.M.S selaku Ketua Komisi Pembimbing

2. Bapak Rulianda Purnomo Wibowo, SP, M.Ec. selaku Anggota Komisi Pembimbing

3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, M.P. selaku Ketua Departemen SEP, FP,

4. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M. S. Selaku Sekretaris Departemen SEP, FP, USU

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen SEP, FP, USU

6. Seluruh instansi dan respoden yang terkait dengan penelitian ini yang telah membantu

penulis dalam memperoleh data-data yang diperlukan

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada ayahanda

Syamsul Zuhdi Simatupang dan ibunda Khainur Lubis, serta adik – adik penulis Jihan Meutia

dan Ikram Hadi Muhammad atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan baik secara moril

maupun materil yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan dan

(8)

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman penulis di Departemen Sosial

Ekonomi Pertanian stambuk 2004 khususnya Ida, Icha, Rary, Lia, Nelly, Anoem yang telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini serta kepada adik-adik

di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian stambuk 2005 atas semangat dan motivasi yang

telah diberikan. Semoga apa yang kita cita-citakan dapat terwujud dan semoga Allah SWT

selalu memberikan yang terbaik untuk kita semua.

Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Amin.

Medan, Nopember 2009

(9)

DAFTAR ISI

Hal

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7

Tinjauan Pustaka ... 7

Landasan Teori ... 16

Kerangka Pemikiran ... 21

(10)

METODE PENELITIAN ... 23

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK ... 33

Deskripsi Daerah Penelitian ... 33

Letak dan Luas Geografis ... 33

Distribusi Penduduk ... 33

Sarana dan Prasarana ... 36

Karateristisk Petani sampel ... 37

POLA TANAM DAN KEGIATAN USAHATANI ... 38

Gambaran Umum Kronologis Kerja Pada Usahatani ... 38

Pengolahan Tanah ... 38

Penanaman Bibit ... 39

Pemupukan ... 40

Pemeliharaan dan pengendalian Hama Penyakit Tumbuhan ... 41

Pemanenan... 41

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

(11)

Biaya Produksi ... 43

Biaya Tenaga Kerja ... 45

Biaya Benih ... 46

Biaya Pupuk ... 47

Biaya Penyusutan... 48

Rataan Hasil Analisa Usahatani Per Petani dan Per Ha, Usatani Kedelai, Jagung dan Padi di Daerah Penelitian ... 48

Uji Inferensi (uji t- Statistika)... 53

Produksi dan Produktivitas Usahatani Kedelai dan Jagung di Daerah Penelitian 56 Motivasi Petani dalam Melakukan Perubahan Pola Tanam dari Kedelai – Kedelai Padi Ke Jagung – Jagung - Padi ... 59

Masalah – masalah Petani yang Dihadapi Petani dalam Melakukan Usahatani Kedelai ... 59

Motivasi Petani dalam Memilih Usahatani Jagung ... 61

KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

Kesimpulan ... 63

Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Analisa Perhitungan Biaya dan Pendapatan Usahatani ... 28

2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa Bahung Si Batu – batu Tahun 2008 ... .34

3. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di DesaBahung Si Batu – batu Tahun 2008 ... .34

4. Distribusi Mata Pencaharian Penduduk di Desa Bahung Si Batu – batu Tahun 2008 ... .35

5. Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Desa Bahung Si Batu – batu

Tahun 2008 ... 36

6. Karakteristik Petani Sampel di Desa Bahung Si Batu – batu Tahun 2008 ... 26

7. Rata – Rata Biaya Produksi Usahatani Kedelai, Jagung, Padi Per Ha

di Desa Bahung Si Batu – batu ... 44

8. Rata – rata Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga dan dalam Keluarga Per Ha

Usahatani Kedelai, Jagung dan Padi di Desa Bahung Si Batu – batu ... 45

9. Rata – rata Biaya Benih Usahatani Kedelai, Jagung dan Padi di Desa Bahung Si Batu – batu ... 29

10.Rata – rata Biaya Pupuk Usahatani Kedelai, Jagung dan Padi di Desa Bahung Si Batu – batu ... 41

(13)

12.Rataan Analisa Usahatani Kedelai, Jagung dan Padi Per Ha di Desa Bahung Si Batu - batu ... 43

13.Uji Beda Pendapatan Per Petani Dengan Pola Tanam Kedelai – Kedelai – Padi Dengan Pola Tanam Jagung – Jagung - Padi ... 50

14. Uji Beda Pendapatan Petani Per Ha Dengan Pola Tanam Kedelai – Kedelai – Padi Dengan Pola Tanam Jagung – Jagung - Padi ... 50

15.Produksi dan Produktivitas Kedelai dan Jagung Per Petani di Desa Bahung Si Batu - Batu ... 52

(14)

I.

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sejak manusia pertama kali menempati bumi, lahan sudah menjadi salah satu unsur

utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan. Konkritnya, lahan difungsikan sebagai

tempat utama manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensi. Aktivitas yang pertama

kali dilakukan adalah pemanfaatan lahan untuk bercocok tanam (pertanian) (Iqbal dan

Sumayanto, 2007).

Besarnya kontribusi sector pertanian dalam Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan

dalam penyerapan tenaga kerja, menyebabkan pihak pemerintah selalu memberikan prioritas

utama pada pelaksanaa pembangunan sector pertanian.

Sistem agribisnis merupakan kesatuan usaha yang komersial di bidang pertanian

dengan memanfaatkan semua sumberdaya secara optimal untuk memperoleh manfaat yang

maksimal bagi seluruh pelaku subsistem agribisnis yang terlibat, seperti subsistem pengadaan

sarana produksi, subsistem produksi primer serta subsistem pengolahan dan pemasaran hasil.

Lebih lanjut, Soeharjo (1996), memandang system agribisnis sebagai suatu sistem yang

terdiri dari beberapa subsistem yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan erat dan

mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam system. Oleh karena itu pengembangan

agribisnis harus mengembangkan semua subsistem di dalamnya.

Dalam rangka peningkatan produksi tanaman pangan telah dilaksanakan antara lain

melalui peningkatan produktivitas usahatani, perluasan lahan pertanian, peningkatan

penyediaan sarana dan prasarana yang makin efesien serta kebijakan harga yang sesuai. Dan

untuk mewujudkan swasembada pangan selain beras yang sekaligus mengurangi

(15)

mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pelaksanaan Gerakan Padi, Kedelai dan Jagung

(Gema Palagung 2001) melalui upaya khusus (Upsus) merupakan strategi untuk peningkatan

produktivitas per hektar dengan peningkatan mutu intensifikasi dan perluasan areal dengan

peningkatan indeks yang secara simultan dilakukan pemberdayaan petani. Sejalan dengan

kondisi tersebut, penerapan pola tanam menjadi salah satu tolak ukur terhadap keberhasilan

yang dikelola petani (Zakaria, 2009).

Sebagai tanaman serealia, jagung bisa tumbuh hampir di seluruh dunia. Jagung

termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras.

Sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung telah menjadi komoditas utama setelah

beras. Bahkan dibeberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan bahan pangan utama. Tidak

hanya sebagai bahan pangan, jagung dikenal sebagai bahan pakan ternak dan Industri

(Purwono dan Rudi, 2007).

Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan

dibeberapa tempat, jagung merupakan bahan makanan pokok utama pengganti beras atau

sebagai campuran beras (Purwono dan Rudi, 2007).

Sentra produksi jagung masih di dominasi di pulau Jawa, yaitu sekitar 65%,

sedangkan di luar Pulau Jawa hanya sekitar 35%. Hingga tahun 2003, produksi jagung di

dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan. Untuk menutupi kekurangannya,

pemerintah mengimpor jagung dari beberapa Negara produsen. Padahal, sejak tahun 2001

pemerintah telah menggalakkan sebuah program yang dikenal dengan sebutan Gema

Palagung (Gerakan Mandiri Padi, Kedelai, dan Jagung). Dengan adanya program tersebut

ternyata memang dapat memacu petani untuk meningkatkan produktivitasnya dan terbukti

dapat meningkatkan produksi jagung dalam negeri, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan

(16)

Dari sisi pasar, potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat

dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang pada akhirnya akan

meningkatkan permintaan jagung sebagai campuran pakan ternak. Selain bahan pakan ternak,

saat ini juga produk pangan dari jagung dalam benuk tepung jagung di kalangan masyarakat.

Produk tersebut banyak dijadikan bahan baku untuk pembuatan produk pangan. Dengan

gambaran potensi pasar jagung tersebut, tentu membuka peluang petani untuk menanam

jagung atau meningkatkan produksi jagungnya. Potensi pasar jagung di Indonesia pun

semakin terbuka luas setelah adanya larangan impor jagung dari beberapa Negara karena

terindikasi membawa penyakit mulut dan kuku (Purwono dan Rudi, 2007).

Tanaman kedelai telah dikenal nenek moyang kita sejak berabad-abad tahun yang

lalu. Sheng Nung pada tahun 2838 sebelum Masehi melaporkan bahwa kedelai jenis liar,

yakni Glycine ururiencis adalah jenis kedelai yang diperkirakan menurunkan berbagai jenis

kedelai yang kita kenal sekarang (Tuhana dan Novo, 2004).

Di Indonesia kedelai mulai dilaporkan pada zaman Rumphius (abad ke-17). Pada

waktu itu kedelai dibudidayakan sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Sampai saat ini

di Indonesia kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang tidak banyak mengandung air,

misalnya di pesisir utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Gorontalo (Sulawesi Utara),

Sulawesi Tenggara dan Lampung serta Sumatera Selatan dan Bali (Tuhana dan Novo, 2004).

Menurut para ahli tanaman, kedelai yang sudah disebarluaskan di Indonesia bukan

lagi tanaman asli, melainkan berasal dari daerah Manshukuo di negeri Cina, kemudian

menyebar ke daerah Mnsyuria dan Jepang (Asia Timur). Demikian pula kedelai yang ditanam

di benua lain seperti Amerika dan Afrikapun berasal dari Asia (AAK, 1989).

Pemanfaatan kedelai oleh masyarakat kita misalnya sebagai bahan makanan dan

(17)

kedelai tidak langsung dimasak, melainkan diolah terlebih dahulu, sesuai dengan

kegunaannya, misalnya dibuat tempe, tempe, tahu, kecap, taoco, dan toge. Selain itu, diera

industrialisasi saat ini kedelai sudah diolah menjadi aneka bahan makanan, susu kedelai dan

minuman sari kedelai yang kemudian dikemas dalam botol serta penyedap rasa dengan

kandungan protein yang cukup tinggi (Tuhana dan Novo, 2004).

Di pasaran, kedelai yang biasanya kita jumpai adalah dalam keadaan biji kering.

Kedelai kering tahan lama sehingga dapat disimpan selama berbulan-bulan. Biasanya para

pedagang menyimpan kedelai jika harga di pasaran tidak stabil dan menunggu hingga harga

di pasaran cukup melimpah. Saat menjelang musim panen kedelai tiba, biasanya persediaan

kedelai di pasaran mulai menipis, sehingga harga pun membaik. Kiranya saat itulah waktu

yang paling tepat untuk melempar kedelai yang disimpan ke pasar. Kacang kedelai banyak

mengandung protein dan lemak (Tuhana dan Novo, 2004).

Di propinsi Sumatera Utara, kabupaten Asahan merupakan salah satu penghasil

kedelai dan jagung yang potensial. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian

Sumatera Utara pada tahun 2006 kabupaten Asahan mampu memiliki luas panen kedelai

sebesar 264 Ha, dengan produksi sebesar 291 Ton dan produktivitas sebesar 11,02 Kw/Ha.

Dan jagung memiliki luas panen sebesar 6310 Ha, dengan produksi sebesar 21350 Ton, dan

produktivitas sebesar 33,84 Kw/Ha.

Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana tingkat perbedaan

pendapatan yang diperoleh petani dengan pola tanam kedelai – kedelai – padi dengan pola

tanam jagung – jagung – padi, bagaimana tingkat produksi kedelai dan jagungg di daerah

penelitian serta apa motivasi yang mempengaruhi petani dalam melakukan perubahan pola

(18)

dapat menaggambarkan apa sebenarnya yang mempengaruhi petani dalam mengambil

keputusan untuk melakukan perubahan pola tanamnya.

1.2.Identifikasi Masalah

1. Bagaimana perbedaan pendapatan yang diperoleh petani dengan pola tanam kedelai –

kedelai – padi dengan pola tanam jagung – jagung – padi di daerah penelitian?

2. Bagaimana tingkat Produksi dan Produktivitas jagung dan kedelai di daerah

penelitian?

3. Apa motivasi petani dalam melakukan perubahan pola tanam dari kedelai – kedelai –

padi ke jagung – jagung padi di daerah penelitian?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat perbedaan pendapatan yang diperoleh petani dengan pola

tanam kedelai – kedelai – padi dengan pola tanam jagung – jagung – padi di daerah

penelitian.

2. Untuk mengetahui tingkat Produksi dan Produktivitas jagung dan kedelai di daerah

penelitian.

3. Untuk mengetahui motivasi petani dalam melakukan perubahan pola tanam dari

kedelai – kedelai – padi ke jagung – jagung padi di daerah penelitian.

(19)

a. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan.

(20)

II.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, & KERANGKA

PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

a. Kedelai

Tanaman kedelai telah dikenal nenek moyang kita sejak berabad-abad tahun yang

lalu. Sheng Nung pada tahun 2838 sebelum Masehi melaporkan bahwa sejenis kedelai liar,

yakni Glycine Uririencis adalah sejenis kedelai yang diperkirakan menurunkan berbagai jenis

kedelai yang kita kenal sekarang.

Kedudukan tanaman kedelai dalam tata nama atau sistematika tumbuhan, termasuk

klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Leguminosae

Famili : Leguminosae

Subfamili : Papilioidae

Genus : Glycine

(21)

Di Indonesia kedelai mulai di laporkan pada zaman Rumphius (abad ke 17). Pada

waktu itu kedelai dibudidayakan sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Sampai saat ini

di Indonesia kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang tidak banyak mengandung air,

misalnya di pesisir Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Gorontalo (Sulawesi Utara),

Sulawesi Tenggara dan Lampung serta Sumatera Selatan dan Bali (Tuhana dan Novo, 2004).

Gambar 1.Tanaman Kedelai

AAK (1989) melaporkan bahwa semua varietas kedelai merupakan tanaman semusim,

dan termasuk tanaman basah. Batangnya berdiri tegak dan bercabang banyak. Cabang-cabang

ini tumbuh memanjang sehingga posisinya hampir sejajar dengan batang dan tingginya dapat

menyamai batang. Ada juga cabang-cabang yang pendek sekali, sependek cabang yang

paling bawah. Disamping itu ada beberapa varietas yang ujung cabang atau batangnya

tumbuh melilit.

Kedelai pada umumnya dapat tumbuh pada wilayah yang curah hujan optimalnya

100-200 mm/bulan dengan hujan yang merata. Temperatur antara 25-27 C dengan penyinaran

penuh dan minimal 10 jam perhari. Kelembaban suhu rata– rata bagi tanamn kedelai adalah

(22)

permukaan laut. Pertumbuhan optimal kedelai terjadi pada daerah dengan ketinggian 650

meter diatas permukaan laut (AAK,1991).

Pemilihan waktu tanam kedelai ini harus tepat, agar tanaman yang masih muda tidak

terkena banjir atau kekeringan. Karena umur kedelai menurut varietas yang dianjurkan

berkisar antara 75-120 hari, maka sebaiknya kedelai ditanam menjelang akhir musim

penghujan, yakni saat tanah agak kering tetapi masih mengandung cukup air.

Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, maka benih yang digunakan harus yang

berkualitas baik, artinya benih mempunyai daya tumbuh yang besar dan seragam, tidak

terinfeksi dengan hama penyakit, harus merupakan varietas unggul yang berproduksi tinggi,

berumur pendek dan tahan terhadap serangan hama penyakit (Suprapto, 1997).

Rendahnya produksi petani kedelai juga dipengaruhui oleh tingkat pengendalian

organisme pengganggu tanaman yang tidak optimal. Kedelai merupakan tanaman yang

paling besar menghadapi ancaman serangan hama dan/atau penyakit. Dalam pengendalian

hama petani mengandalkan kepada penggunaan pestisida buatan yang banyak dijual di

pasaran atau kios-kios di kota hingga pedesaan (Rita, 2007).

Pengendalian terhadap hama penyakit tanaman kedelai dapat dilakukan dengan

mengolah tanah dengan baik, bersih, memenuhi syarat, tidak ditumbuhi tanaman inang

seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacang-kacangan, membuang bagian tanaman

yang terserang hama dan membakarnya, penyemprotan insektisida dilakukan pada

permukaan daun bagian atas dan bawah (Rita, 2007).

(23)

1. Umumnya petani terlambat mengambil tindakan karena kurang mengamati

perkembangan hama dan/atau tidak mengetahui saat yang tepat dalam aplikasi insektisida

dalam kaitannya dengan fase pertumbuhan hama

2. Jenis pestisida yang diaplikasikan tidak sesuai dengan hama sasaran

Tanaman kedelai membutuhkan pupuk. Pupuk yang digunakan antara lain urea, SP

36 dan KCL. Pupuk tersebut diberikan pada waktu tanaman kedelai berumur 25 hari dan

diberikan dengan cara di tabur. Hal yang diperhatikan seusai melakukan pemupukan adalah

segera menutup atau menimbun pupuk dengan tanah tipis untuk mencegah penguapan atau

erosi akibat air hujan (Rita, 2007).

Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan

karena serangan hama atau penyakit. Buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning

kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua. Batang berwarna kuning agak

coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan merugikan, karena banyak buah yang sudah

tua dan kering, sehingga kulit polong retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan.

Contoh buah dan biji kedelai yang siap untuk dipanen sebagai berikut:

Gambar 2. Buah Kedelai Gambar 3. Biji Kedelai (Rita, 2007).

(24)

Jagung termasuk bahan pangan utama kedelai setelah beras. Sebagai sumber

karbohidrat, jagung mempunyai manfaat yang cukup banyak, antara lain sebagai bahan baku

industri. Penggunaan jagung sebagai bahan pangan dan pakan terus mengalami peningkatan.

Sementara ketersediaan dalam bentuk bahan terbatas. Untuk itu, perlu dilakukan upaya

peningkatan produksi melalui perluasan lahan penanaman dan peningkatan produktivitas.

Sentra produksi jagung masih didominasi di pulau Jawa, yaitu sekitar 65%, dan diluar Jawa

hanya sekitar 35%. Padahal, lahan di luar pulau Jawa masih terbuka luas (Purwono dan Rudi,

2007).

Sebagai tanaman serealia, jagung bisa tumbuh hampir diseluruh dunia. Sebagai salah

satu sumber bahan pangan, jagung telah menjadi komoditas utama setelah beras. Bahkan,

dibeberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan bahan pangan utama. Tidak hanya sebagai

bahan pangan, jagung juga dikenal sebagai salah satu bahan pakan ternak dan industri (

Purwono dan Rudi, 2007).

Gambar 4. Buah Jagung

Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea

(25)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledone

Ordo : Graminae

Famili : Graminaceae

Genus :Zea

Species : Zea mays L

Jagung termasuk tanaman berakar serabut terdiri dari tiga tipe akar, yaitu akar

seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal tumbuh dari radikula dan embrio. Akar

adventif disebut juga akar tunjang. Akar ini tumbuh dari buku yang paling bawah, yaitu

sekitar 4cm di bawah permukaan tanah. Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari

dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah. Perkembangan akar jagung tergantung

dari varietas, kesuburan tanah, dan keadaan air tanah (Purwono dan Rudi, 2007).

Jagung termasuk tanaman yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus

dalam penanamannya. Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering,

sawah, dan pasang surut, asalkan syarat tumbuh yang diperlukan terpenuhi (Purwono dan

Rudi, 2007).

Pada upaya peningkatan produksi jagung, pemupukan merupakan hal penting dan

harus diperhatikan. Adapun hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah jenis, dosis, waktu

dan cara pemupukan. Dosis untuk jagung bersari bebas di lahan sawah tidak jauh berbeda

(26)

50-100 kg KCL perhektar. Sementara untuk jagung hibrida, dosis pupuk perhektar sedikit lebih

banyak, yaittu antara 250-300 kg urea, 100-150 kg TSP atau SP-36 dan 100-150 kg KCL

(Adisarwanto dan Widyastuti, 2000).

Tanaman jagung dapat ditanam pada awal musim hujan atau pada awal musim

kemarau. Petani umumnya tidak menanam jagung secara monokultur, tetapi dicampur dengan

tanaman lain. Pola tanam di daerah tropis di Indonesia, biasana disusun selama 1 tahun

dengan memperhatikan curah hujan, terutama pada lahan yang sepenuhnya tergantung dari

hujan. Dengan demikian, pemilihan varietas yang ditanam pun perlu disesuaikan dengan

keadaan air yang tersedia atau curah hujan (Purwono dan Rudi, 2007).

c. Padi

Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia.

Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk

mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi

liar. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan

gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas

penduduk dunia.

Secara umum klasifikasi dan sistematika tanaman padi adalah sebagai berikut:

Kerajaan: Plantae

Ordo: Poales

(27)

Genus: Oryza

Spesies: O. sativa

Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim: Graminae atau

Glumiflorae). Termasuk tanaman semusim, berakar serabut; batang sangat pendek, struktur

serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang; daun sempurna

dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat

daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang; bunga tersusun majemuk, tipe

malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk

pada panikula; buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan

bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea

dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan adalah

endospermium yang dimakan orang.

Asal-usul padi budidaya diperkirakan berasal dari daerah lembah Sungai Gangga dan

Sungai Brahmaputra dan dari lembah Sungai Yangtse. Di Afrika, padi Oryza glaberrima

ditanam di daerah Afrika barat tropika (Anonim, 2009).

Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur

19-270C , memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada

penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan

18-22 cm dan pH tanah 4 – 7 (Prabowo, 2008).

Pengolahan tanah bertujuan untuk menggemburkan dan memperbaiki aerasi atau

struktur tanah serta membuang gulma-gulma dengan cara : tanah diolah secara sempurna,

sehingga tanah dibajak dengan kedalaman 15-25 cm dan dibiarkan selama 5-7 hari dalam

(28)

meratakan tanah.

Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan tanah yang telah diratakan disemprot dengan

herbisida pra tumbuh dan dibiarkan selama 5-7 hari atau sesuai dengan anjuran pada merk

herbisida yang dipergunakan.

Pengaturan jarak tanam sangat erat hubungannya dengan tingkat kesuburan tanah dan

jenis varietas yang akan ditanam, akan tetapi jarak tanam yang dianjurkan adalah sistem

ubinan yakni :22 x 22cm, 23 x 23cm, 24 x 24cm dan 25 x 25cm. sekarang sudah dianjurkan

SISTEM LEGOWO II yakni : 12,5 x 25 x 50cm.

Pemupukan berimbang dimaksudkan untuk menambah penyediaan unsur hara,

sehingga mencukupi kebutuhan tanaman akan unsur hara essential untuk

tumbuh/berkembang dan berproduksi dengan baik.Agar efisien, takaran pupuk hendaknya

disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Untuk pupuk SP-36 dan KCL takarannya

disesuaikan dengan ketersediaan P dan K dalam tanah. Sedangkan untuk pupuk UREA

takaran dan waktu pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dengan teknologi

bagan warna daun ( BWD ).Adapun dosis penggunaan pupuk P dan K untuk dijadikan

standar dapat ditanyakan pada petugas pertanian setempat.Berdasarkan status P dan K, maka

rekomendasi pemupukan untuk P rendah 100kg, P sedang 75kg dan P tinggi 50kg SP-36 per

Ha. Sedangkan untuk K rendah 100kg, K sedang dan tinggi 50kg KCL per Ha.

Upaya pengamanan pertanaman dari serangan organisme tanaman ( OPT )

dilaksanakan dengan menerapkan pengendalian hama terpadu ( PHT ), termasuk kegiatan

pengamatan dini, identifikasi OPT dan penetapan teknologi pengendalian. Bila pengendalian

OPT menggunakan pestisida harus memenuhi persyaratan ekologis yaitu aspek ekonomi

((menguntungkan ), aspek social ( tidak merusak lingkungan ) dan aspek teknis ( dapat

(29)

Tanaman padi harus dipanen pada masak biologis berdasarkan :Umur tanaman sesuai

dengan diskripsi, Kadar air gabah 20-26%, umur mulai 30-35 hari setelah berbunga rata,

penampakan malai kuning/kematangan ( 95 % ). Pemanenan sebaiknya menggunakan dengan

sabit bergerigi atau reaper dengan system kelompok yang dilengkapi dengan mesin perontok

(power threser ). Hasil panen sebaiknya ditumpuk dengan alas untuk mencegah gabah

tercecer , dan perontokan harus segera dilakukan (Yusmana, 2009).

2.2.Landasan Teori

Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usaha tani merupakan ilmu yang mempelajari

cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan

factor-faktor produksi seefektif dan seefesien mungkin sehingga usaha tani tersebut memberikan

pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2006).

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat out

yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tumbuhan, tanah dan air

perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan

di atas tanah tersebut dan sebagainya (Mosher, 1987).

Keputusan petani untuk menanam bahan makanan terutama didasarkan atas

kebutuhan makan untuk seluruh keluarga petani, sedangkan putusannya untuk menanam

tanaman perdagangan didasarkan atas iklim, ada tidaknya modal, tujuan penggunaan hasil

penjualan tanaman tersebut dan harapan harga (Mubyarto, 1994).

Menurut mubyarto (1989) fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan

(30)

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan diantara tingkat

produksi suatu barang dengan sejumlah factor produksi yang digunakan untuk menghasilkan

berbagai tingkat produksi produk tersebut. Hukum hasil yang semakin berkurang merupakan

suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan

tentang pokok dari hubungan diantara tingkat produksi untuk mewujudkan produksi tersebut

(Sukirno, 2003).

Input

Produksi TP

AP

MP Jumlah Produksi

Gambar 5. Grafik produksi Total, Produksi Marjinal dan Produksi Rata – rata

Fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil

produksi fisik (output) dan faktor-faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika

sederhana fungsi produksi dituliskan sebagai berikut:

Y = f (X1,X2,...,Xn)

Dimana :

Y = Hasil produksi fisik

X1,X2,...,Xn = Faktor produksi

(Mubyarto,1989)

Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikalikan harga. Pendapatan bersih

(31)

grafik pendapatan maksimum oleh suatu usaha dapat ditunjukkan dengan grafik yang

menggambarkan biaya total dan hasil penjualan (penerimaan) (Samuelson, 2001).

Dalam usahatani, petani akan memperoleh penerimaan dan pendapatan, penerimaan

usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini

dapat dituliskan sebagai berikut :

TRi = Yi . Pyi

Dimana :

TRi = Total Penerimaan

Yi = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani

Pyi = Harga Y

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya

Pd = TR – TC

Dimana :

Pd = Pendapatan Usahatani

TR = Total Penerimaan

TC = Total Biaya

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi 2 yaitu biaya tetap dan biaya tidak

tetap. Biaya tetap biasanya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus

dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit, contoh : pajak. Disisi lain

biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya

Gambar

Gambar 1.Tanaman Kedelai
Gambar 4. Buah Jagung
Gambar 5. Grafik produksi Total, Produksi Marjinal dan Produksi Rata – rata
grafik pendapatan maksimum oleh suatu usaha dapat ditunjukkan dengan grafik yang

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data rata-rata motilitas spermatozoa sapi Limousin dalam pengencer dasar air kelapa dengan penambahan kuning telur

Dari sekian banyak kota di Indonesia, Kota Bandung merupakan salah satu kota yang sudah dapat men-cover kebutuhan stok darah hariannya Namun dari hasil wawancara

Ulama telah memainkan peran penting dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia jauh sebelum terlibat dalam politik kebangsaan, melalui pendirian berbagai pesantren,

Bobot optimal untuk tiap kriteria yakni untuk setiap pasangan perbandingan bobot kriteria terbaik terhadap kriteria lain yakni dilambangkan dengan w B /w j adalah

Selisih persentase mortalitas antara keduanya berkisar 1,3%.Hasil ini menunjukkan bahwa tepung jamur yang telah diperbanyak dengan media tepung beras tidak mampu membunuh

Demikian proposal penyelenggaraan Latsar CPNS Kabupaten Boyolali Pola Kerjasama Formasi Tahun 2019 dengan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi

Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Suryalaya mempunyai rumusan etika politik yang tersurat dalam Tanbih, yaitu wasiat dari Mursyid pertama TQN Suryalaya Abdullah Mubarok bin

5 Euphorbia prunifolia Patikan emas Euphorbiaceae Obat cuci perut 6 Commelina difusa Aur-aur Commelinaceae Makanan ternak 7 Mikania micrantha Sembung rambat Asteraceae