PERBEDAAN PENDAPATAN PETANI DENGAN POLA TANAM KEDELAI – KEDELAI – PADI DENGAN POLA TANAM JAGUNG – JAGUNG – PADI DI
KABUPATEN ASAHAN (Studi Kasus: Desa Bahung si batu-batu)
SKRIPSI
OLEH :
ANNISA AMELIA 040304004 SEP/AGRIBISNIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERBEDAAN PENDAPATAN PETANI DENGAN POLA TANAM KEDELAI – KEDELAI – PADI DENGAN POLA TANAM JAGUNG – JAGUNG – PADI DI
KABUPATEN ASAHAN (Studi Kasus: Desa Bahung si batu-batu)
SKRIPSI
Diajukan kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat – syarat Guna
Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
OLEH :
ANNISA AMELIA 040304004 SEP/AGRIBISNIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Perbedaan Pendapatan Petani dengan Pola Tanam Kedelai – Kedelai – Padi dengan Jagung – Jagung – Padi di Kabupaten Asahan (Studi Kasus : Desa Bahung si Batu – batu)
Nama : Annisa Amelia
Nim : 040304004
Departemen : Agribisnis Program Studi : Agribisnis
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(Dr.Ir. Salmiah, MS) (Rulianda.P.Wibowo,SP, M.Ec)
Mengetahui
Ketua Departemen Agribisnis
RINGKASAN
Annisa Amelia (040304004) dengan judul skripsi PERBEDAAN PENDAPATAN PETANI DENGAN POLA TANAM KEDELAI – KEDELAI – PADI DENGAN POLA TANAM JAGUNG – JAGUNG – PADI DI KABUPATEN ASAHAN (Studi Kasus: Desa Bahung Si Batu – batu, Kecamatan Sei Dadap). Penulisan ini dibimbing oleh Ibu Dr.Ir.Salmiah.MS dan Bapak Rulianda Purnomo Wibowo, SP, M.Ec.
Gambaran keberhasilan usahatani yang dilakukan oleh seorang petani tidak lepas dari besar tingkat pendapatan yang diperolehnya. Penggunaan pola tanam yang tepat dapat membantu petani memaksimalkan perolehan produksi tanaman mereka yang akan meningkatkan penadapatannya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis petani yang melakukan perubahan pola tanam dari kedelai – kedelai – padi kepada pola tanam jagung – jagung - padi memiliki tingkat pendapatan yang lebih baik.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu daerah dipilih secara cermat sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Metode pengambilan sampel menggunakan metode Simpel Random Sampling yaitu dari 110 KK yang ada terpilih 30 KK untuk dijadikan responden dalam penelitian ini.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dalam penelitian ini.
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Rata-rata biaya produksi yang dibutuhkan oleh petani untuk usahatani jagung pada musim tanam Januari - April per Ha sebesar Rp. 2.616.594.- lebih tinggi dari diperoleh oleh petani berasal dari usahatani kedelai yaitu sebesar Rp. 8.990.917 pada bulan januari – april dan Rp. 5.042.667.- pada bulan mei - agustus, sedangkan penerimaan yang diperoleh petani dari usahatani jagung sebesar Rp. 7.867.833.-, pada bulan januari – april dan Rp. 6.500.000 pada bulan mei – agustus. Penerimaan yang diperoleh petani dari usahatani padi menempati urutan terkecil yaitu sebesar Rp. 5.427.375.-.
memperoleh pendapatan sebesar Rp. 127.002,8.-. Maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan analisa usahatani yang dilakukan dilapangan, usahatani jagung terlihat lebih menguntungkan dari usahatani kedelai yang sebelumnya dilakukan oleh petani. 3. Terdapat perbedaan secara nyata antara pendapatan petani yang diperoleh dari
usahatani dengan pola tanam jagung – jagung – padi dengan pendapatan petani yang diperoleh dari usahatani dengan pola tanam kedelai – kedelai – padi.
4. Ada berbagai motivasi yang ikut mempengaruhi petani sampel dalam melakukan perubahan pola tanam namun sebanyak 34,57% petani sampel termotivasi karena mudahnya proses pemasaran hasil tanaman jagung mereka.
RIWAYAT HIDUP
ANNISA AMELIA, dilahirkan di Kisaran pada tanggal 17 Desember 1986 dari ayahanda Syamsul Zuhdi Simatupang dan ibunda Khainur Lubis. Penulis merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK Daharmawanita Kisaran tahun 1992,
SD Negeri 013858 Tahun 1998, SLTP Negeri 2 Kisaran Tahun 2001 dan SMA Negeri 1
Kisaran Tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Agribisnis,
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
melalui jalur Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Pada bulan Juni 2008 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Desa
Mardinding, Kecamatan Si Lima Kuta, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara,
kemudian pada bulan Mei 2009 melaksanakan penelitian skripsi di Desa Bahung Si Batu-
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini berjudul PERBEDAAN PENDAPATAN PETANI DENGAN POLA TANAM KEDELAI – KEDELAI – PADI DENGAN POLA TANAM JAGUNG – JAGUNG – PADI DI KABUPATEN ASAHAN (Studi Kasus: Desa Bahung Si Batu – batu, Kecamatan Sei Dadap). Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ir.Salmiah.M.S selaku Ketua Komisi Pembimbing
2. Bapak Rulianda Purnomo Wibowo, SP, M.Ec. selaku Anggota Komisi Pembimbing
3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, M.P. selaku Ketua Departemen SEP, FP,
4. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M. S. Selaku Sekretaris Departemen SEP, FP, USU
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen SEP, FP, USU
6. Seluruh instansi dan respoden yang terkait dengan penelitian ini yang telah membantu
penulis dalam memperoleh data-data yang diperlukan
Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada ayahanda
Syamsul Zuhdi Simatupang dan ibunda Khainur Lubis, serta adik – adik penulis Jihan Meutia
dan Ikram Hadi Muhammad atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan baik secara moril
maupun materil yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan dan
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman penulis di Departemen Sosial
Ekonomi Pertanian stambuk 2004 khususnya Ida, Icha, Rary, Lia, Nelly, Anoem yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini serta kepada adik-adik
di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian stambuk 2005 atas semangat dan motivasi yang
telah diberikan. Semoga apa yang kita cita-citakan dapat terwujud dan semoga Allah SWT
selalu memberikan yang terbaik untuk kita semua.
Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Amin.
Medan, Nopember 2009
DAFTAR ISI
Hal
RINGKASAN ... i
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN... 1
Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 5
Tujuan Penelitian ... 5
Kegunaan Penelitian ... 6
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7
Tinjauan Pustaka ... 7
Landasan Teori ... 16
Kerangka Pemikiran ... 21
METODE PENELITIAN ... 23
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK ... 33
Deskripsi Daerah Penelitian ... 33
Letak dan Luas Geografis ... 33
Distribusi Penduduk ... 33
Sarana dan Prasarana ... 36
Karateristisk Petani sampel ... 37
POLA TANAM DAN KEGIATAN USAHATANI ... 38
Gambaran Umum Kronologis Kerja Pada Usahatani ... 38
Pengolahan Tanah ... 38
Penanaman Bibit ... 39
Pemupukan ... 40
Pemeliharaan dan pengendalian Hama Penyakit Tumbuhan ... 41
Pemanenan... 41
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43
Biaya Produksi ... 43
Biaya Tenaga Kerja ... 45
Biaya Benih ... 46
Biaya Pupuk ... 47
Biaya Penyusutan... 48
Rataan Hasil Analisa Usahatani Per Petani dan Per Ha, Usatani Kedelai, Jagung dan Padi di Daerah Penelitian ... 48
Uji Inferensi (uji t- Statistika)... 53
Produksi dan Produktivitas Usahatani Kedelai dan Jagung di Daerah Penelitian 56 Motivasi Petani dalam Melakukan Perubahan Pola Tanam dari Kedelai – Kedelai Padi Ke Jagung – Jagung - Padi ... 59
Masalah – masalah Petani yang Dihadapi Petani dalam Melakukan Usahatani Kedelai ... 59
Motivasi Petani dalam Memilih Usahatani Jagung ... 61
KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
Kesimpulan ... 63
Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Analisa Perhitungan Biaya dan Pendapatan Usahatani ... 28
2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa Bahung Si Batu – batu Tahun 2008 ... .34
3. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di DesaBahung Si Batu – batu Tahun 2008 ... .34
4. Distribusi Mata Pencaharian Penduduk di Desa Bahung Si Batu – batu Tahun 2008 ... .35
5. Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Desa Bahung Si Batu – batu
Tahun 2008 ... 36
6. Karakteristik Petani Sampel di Desa Bahung Si Batu – batu Tahun 2008 ... 26
7. Rata – Rata Biaya Produksi Usahatani Kedelai, Jagung, Padi Per Ha
di Desa Bahung Si Batu – batu ... 44
8. Rata – rata Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga dan dalam Keluarga Per Ha
Usahatani Kedelai, Jagung dan Padi di Desa Bahung Si Batu – batu ... 45
9. Rata – rata Biaya Benih Usahatani Kedelai, Jagung dan Padi di Desa Bahung Si Batu – batu ... 29
10.Rata – rata Biaya Pupuk Usahatani Kedelai, Jagung dan Padi di Desa Bahung Si Batu – batu ... 41
12.Rataan Analisa Usahatani Kedelai, Jagung dan Padi Per Ha di Desa Bahung Si Batu - batu ... 43
13.Uji Beda Pendapatan Per Petani Dengan Pola Tanam Kedelai – Kedelai – Padi Dengan Pola Tanam Jagung – Jagung - Padi ... 50
14. Uji Beda Pendapatan Petani Per Ha Dengan Pola Tanam Kedelai – Kedelai – Padi Dengan Pola Tanam Jagung – Jagung - Padi ... 50
15.Produksi dan Produktivitas Kedelai dan Jagung Per Petani di Desa Bahung Si Batu - Batu ... 52
I.
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sejak manusia pertama kali menempati bumi, lahan sudah menjadi salah satu unsur
utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan. Konkritnya, lahan difungsikan sebagai
tempat utama manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensi. Aktivitas yang pertama
kali dilakukan adalah pemanfaatan lahan untuk bercocok tanam (pertanian) (Iqbal dan
Sumayanto, 2007).
Besarnya kontribusi sector pertanian dalam Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan
dalam penyerapan tenaga kerja, menyebabkan pihak pemerintah selalu memberikan prioritas
utama pada pelaksanaa pembangunan sector pertanian.
Sistem agribisnis merupakan kesatuan usaha yang komersial di bidang pertanian
dengan memanfaatkan semua sumberdaya secara optimal untuk memperoleh manfaat yang
maksimal bagi seluruh pelaku subsistem agribisnis yang terlibat, seperti subsistem pengadaan
sarana produksi, subsistem produksi primer serta subsistem pengolahan dan pemasaran hasil.
Lebih lanjut, Soeharjo (1996), memandang system agribisnis sebagai suatu sistem yang
terdiri dari beberapa subsistem yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan erat dan
mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam system. Oleh karena itu pengembangan
agribisnis harus mengembangkan semua subsistem di dalamnya.
Dalam rangka peningkatan produksi tanaman pangan telah dilaksanakan antara lain
melalui peningkatan produktivitas usahatani, perluasan lahan pertanian, peningkatan
penyediaan sarana dan prasarana yang makin efesien serta kebijakan harga yang sesuai. Dan
untuk mewujudkan swasembada pangan selain beras yang sekaligus mengurangi
mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pelaksanaan Gerakan Padi, Kedelai dan Jagung
(Gema Palagung 2001) melalui upaya khusus (Upsus) merupakan strategi untuk peningkatan
produktivitas per hektar dengan peningkatan mutu intensifikasi dan perluasan areal dengan
peningkatan indeks yang secara simultan dilakukan pemberdayaan petani. Sejalan dengan
kondisi tersebut, penerapan pola tanam menjadi salah satu tolak ukur terhadap keberhasilan
yang dikelola petani (Zakaria, 2009).
Sebagai tanaman serealia, jagung bisa tumbuh hampir di seluruh dunia. Jagung
termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras.
Sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung telah menjadi komoditas utama setelah
beras. Bahkan dibeberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan bahan pangan utama. Tidak
hanya sebagai bahan pangan, jagung dikenal sebagai bahan pakan ternak dan Industri
(Purwono dan Rudi, 2007).
Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan
dibeberapa tempat, jagung merupakan bahan makanan pokok utama pengganti beras atau
sebagai campuran beras (Purwono dan Rudi, 2007).
Sentra produksi jagung masih di dominasi di pulau Jawa, yaitu sekitar 65%,
sedangkan di luar Pulau Jawa hanya sekitar 35%. Hingga tahun 2003, produksi jagung di
dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan. Untuk menutupi kekurangannya,
pemerintah mengimpor jagung dari beberapa Negara produsen. Padahal, sejak tahun 2001
pemerintah telah menggalakkan sebuah program yang dikenal dengan sebutan Gema
Palagung (Gerakan Mandiri Padi, Kedelai, dan Jagung). Dengan adanya program tersebut
ternyata memang dapat memacu petani untuk meningkatkan produktivitasnya dan terbukti
dapat meningkatkan produksi jagung dalam negeri, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
Dari sisi pasar, potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat
dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang pada akhirnya akan
meningkatkan permintaan jagung sebagai campuran pakan ternak. Selain bahan pakan ternak,
saat ini juga produk pangan dari jagung dalam benuk tepung jagung di kalangan masyarakat.
Produk tersebut banyak dijadikan bahan baku untuk pembuatan produk pangan. Dengan
gambaran potensi pasar jagung tersebut, tentu membuka peluang petani untuk menanam
jagung atau meningkatkan produksi jagungnya. Potensi pasar jagung di Indonesia pun
semakin terbuka luas setelah adanya larangan impor jagung dari beberapa Negara karena
terindikasi membawa penyakit mulut dan kuku (Purwono dan Rudi, 2007).
Tanaman kedelai telah dikenal nenek moyang kita sejak berabad-abad tahun yang
lalu. Sheng Nung pada tahun 2838 sebelum Masehi melaporkan bahwa kedelai jenis liar,
yakni Glycine ururiencis adalah jenis kedelai yang diperkirakan menurunkan berbagai jenis
kedelai yang kita kenal sekarang (Tuhana dan Novo, 2004).
Di Indonesia kedelai mulai dilaporkan pada zaman Rumphius (abad ke-17). Pada
waktu itu kedelai dibudidayakan sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Sampai saat ini
di Indonesia kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang tidak banyak mengandung air,
misalnya di pesisir utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Gorontalo (Sulawesi Utara),
Sulawesi Tenggara dan Lampung serta Sumatera Selatan dan Bali (Tuhana dan Novo, 2004).
Menurut para ahli tanaman, kedelai yang sudah disebarluaskan di Indonesia bukan
lagi tanaman asli, melainkan berasal dari daerah Manshukuo di negeri Cina, kemudian
menyebar ke daerah Mnsyuria dan Jepang (Asia Timur). Demikian pula kedelai yang ditanam
di benua lain seperti Amerika dan Afrikapun berasal dari Asia (AAK, 1989).
Pemanfaatan kedelai oleh masyarakat kita misalnya sebagai bahan makanan dan
kedelai tidak langsung dimasak, melainkan diolah terlebih dahulu, sesuai dengan
kegunaannya, misalnya dibuat tempe, tempe, tahu, kecap, taoco, dan toge. Selain itu, diera
industrialisasi saat ini kedelai sudah diolah menjadi aneka bahan makanan, susu kedelai dan
minuman sari kedelai yang kemudian dikemas dalam botol serta penyedap rasa dengan
kandungan protein yang cukup tinggi (Tuhana dan Novo, 2004).
Di pasaran, kedelai yang biasanya kita jumpai adalah dalam keadaan biji kering.
Kedelai kering tahan lama sehingga dapat disimpan selama berbulan-bulan. Biasanya para
pedagang menyimpan kedelai jika harga di pasaran tidak stabil dan menunggu hingga harga
di pasaran cukup melimpah. Saat menjelang musim panen kedelai tiba, biasanya persediaan
kedelai di pasaran mulai menipis, sehingga harga pun membaik. Kiranya saat itulah waktu
yang paling tepat untuk melempar kedelai yang disimpan ke pasar. Kacang kedelai banyak
mengandung protein dan lemak (Tuhana dan Novo, 2004).
Di propinsi Sumatera Utara, kabupaten Asahan merupakan salah satu penghasil
kedelai dan jagung yang potensial. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian
Sumatera Utara pada tahun 2006 kabupaten Asahan mampu memiliki luas panen kedelai
sebesar 264 Ha, dengan produksi sebesar 291 Ton dan produktivitas sebesar 11,02 Kw/Ha.
Dan jagung memiliki luas panen sebesar 6310 Ha, dengan produksi sebesar 21350 Ton, dan
produktivitas sebesar 33,84 Kw/Ha.
Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana tingkat perbedaan
pendapatan yang diperoleh petani dengan pola tanam kedelai – kedelai – padi dengan pola
tanam jagung – jagung – padi, bagaimana tingkat produksi kedelai dan jagungg di daerah
penelitian serta apa motivasi yang mempengaruhi petani dalam melakukan perubahan pola
dapat menaggambarkan apa sebenarnya yang mempengaruhi petani dalam mengambil
keputusan untuk melakukan perubahan pola tanamnya.
1.2.Identifikasi Masalah
1. Bagaimana perbedaan pendapatan yang diperoleh petani dengan pola tanam kedelai –
kedelai – padi dengan pola tanam jagung – jagung – padi di daerah penelitian?
2. Bagaimana tingkat Produksi dan Produktivitas jagung dan kedelai di daerah
penelitian?
3. Apa motivasi petani dalam melakukan perubahan pola tanam dari kedelai – kedelai –
padi ke jagung – jagung padi di daerah penelitian?
1.3.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat perbedaan pendapatan yang diperoleh petani dengan pola
tanam kedelai – kedelai – padi dengan pola tanam jagung – jagung – padi di daerah
penelitian.
2. Untuk mengetahui tingkat Produksi dan Produktivitas jagung dan kedelai di daerah
penelitian.
3. Untuk mengetahui motivasi petani dalam melakukan perubahan pola tanam dari
kedelai – kedelai – padi ke jagung – jagung padi di daerah penelitian.
a. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, & KERANGKA
PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
a. Kedelai
Tanaman kedelai telah dikenal nenek moyang kita sejak berabad-abad tahun yang
lalu. Sheng Nung pada tahun 2838 sebelum Masehi melaporkan bahwa sejenis kedelai liar,
yakni Glycine Uririencis adalah sejenis kedelai yang diperkirakan menurunkan berbagai jenis
kedelai yang kita kenal sekarang.
Kedudukan tanaman kedelai dalam tata nama atau sistematika tumbuhan, termasuk
klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Leguminosae
Famili : Leguminosae
Subfamili : Papilioidae
Genus : Glycine
Di Indonesia kedelai mulai di laporkan pada zaman Rumphius (abad ke 17). Pada
waktu itu kedelai dibudidayakan sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Sampai saat ini
di Indonesia kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang tidak banyak mengandung air,
misalnya di pesisir Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Gorontalo (Sulawesi Utara),
Sulawesi Tenggara dan Lampung serta Sumatera Selatan dan Bali (Tuhana dan Novo, 2004).
Gambar 1.Tanaman Kedelai
AAK (1989) melaporkan bahwa semua varietas kedelai merupakan tanaman semusim,
dan termasuk tanaman basah. Batangnya berdiri tegak dan bercabang banyak. Cabang-cabang
ini tumbuh memanjang sehingga posisinya hampir sejajar dengan batang dan tingginya dapat
menyamai batang. Ada juga cabang-cabang yang pendek sekali, sependek cabang yang
paling bawah. Disamping itu ada beberapa varietas yang ujung cabang atau batangnya
tumbuh melilit.
Kedelai pada umumnya dapat tumbuh pada wilayah yang curah hujan optimalnya
100-200 mm/bulan dengan hujan yang merata. Temperatur antara 25-27 C dengan penyinaran
penuh dan minimal 10 jam perhari. Kelembaban suhu rata– rata bagi tanamn kedelai adalah
permukaan laut. Pertumbuhan optimal kedelai terjadi pada daerah dengan ketinggian 650
meter diatas permukaan laut (AAK,1991).
Pemilihan waktu tanam kedelai ini harus tepat, agar tanaman yang masih muda tidak
terkena banjir atau kekeringan. Karena umur kedelai menurut varietas yang dianjurkan
berkisar antara 75-120 hari, maka sebaiknya kedelai ditanam menjelang akhir musim
penghujan, yakni saat tanah agak kering tetapi masih mengandung cukup air.
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, maka benih yang digunakan harus yang
berkualitas baik, artinya benih mempunyai daya tumbuh yang besar dan seragam, tidak
terinfeksi dengan hama penyakit, harus merupakan varietas unggul yang berproduksi tinggi,
berumur pendek dan tahan terhadap serangan hama penyakit (Suprapto, 1997).
Rendahnya produksi petani kedelai juga dipengaruhui oleh tingkat pengendalian
organisme pengganggu tanaman yang tidak optimal. Kedelai merupakan tanaman yang
paling besar menghadapi ancaman serangan hama dan/atau penyakit. Dalam pengendalian
hama petani mengandalkan kepada penggunaan pestisida buatan yang banyak dijual di
pasaran atau kios-kios di kota hingga pedesaan (Rita, 2007).
Pengendalian terhadap hama penyakit tanaman kedelai dapat dilakukan dengan
mengolah tanah dengan baik, bersih, memenuhi syarat, tidak ditumbuhi tanaman inang
seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacang-kacangan, membuang bagian tanaman
yang terserang hama dan membakarnya, penyemprotan insektisida dilakukan pada
permukaan daun bagian atas dan bawah (Rita, 2007).
1. Umumnya petani terlambat mengambil tindakan karena kurang mengamati
perkembangan hama dan/atau tidak mengetahui saat yang tepat dalam aplikasi insektisida
dalam kaitannya dengan fase pertumbuhan hama
2. Jenis pestisida yang diaplikasikan tidak sesuai dengan hama sasaran
Tanaman kedelai membutuhkan pupuk. Pupuk yang digunakan antara lain urea, SP
36 dan KCL. Pupuk tersebut diberikan pada waktu tanaman kedelai berumur 25 hari dan
diberikan dengan cara di tabur. Hal yang diperhatikan seusai melakukan pemupukan adalah
segera menutup atau menimbun pupuk dengan tanah tipis untuk mencegah penguapan atau
erosi akibat air hujan (Rita, 2007).
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan
karena serangan hama atau penyakit. Buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning
kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua. Batang berwarna kuning agak
coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan merugikan, karena banyak buah yang sudah
tua dan kering, sehingga kulit polong retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan.
Contoh buah dan biji kedelai yang siap untuk dipanen sebagai berikut:
Gambar 2. Buah Kedelai Gambar 3. Biji Kedelai (Rita, 2007).
Jagung termasuk bahan pangan utama kedelai setelah beras. Sebagai sumber
karbohidrat, jagung mempunyai manfaat yang cukup banyak, antara lain sebagai bahan baku
industri. Penggunaan jagung sebagai bahan pangan dan pakan terus mengalami peningkatan.
Sementara ketersediaan dalam bentuk bahan terbatas. Untuk itu, perlu dilakukan upaya
peningkatan produksi melalui perluasan lahan penanaman dan peningkatan produktivitas.
Sentra produksi jagung masih didominasi di pulau Jawa, yaitu sekitar 65%, dan diluar Jawa
hanya sekitar 35%. Padahal, lahan di luar pulau Jawa masih terbuka luas (Purwono dan Rudi,
2007).
Sebagai tanaman serealia, jagung bisa tumbuh hampir diseluruh dunia. Sebagai salah
satu sumber bahan pangan, jagung telah menjadi komoditas utama setelah beras. Bahkan,
dibeberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan bahan pangan utama. Tidak hanya sebagai
bahan pangan, jagung juga dikenal sebagai salah satu bahan pakan ternak dan industri (
Purwono dan Rudi, 2007).
Gambar 4. Buah Jagung
Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus :Zea
Species : Zea mays L
Jagung termasuk tanaman berakar serabut terdiri dari tiga tipe akar, yaitu akar
seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal tumbuh dari radikula dan embrio. Akar
adventif disebut juga akar tunjang. Akar ini tumbuh dari buku yang paling bawah, yaitu
sekitar 4cm di bawah permukaan tanah. Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari
dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah. Perkembangan akar jagung tergantung
dari varietas, kesuburan tanah, dan keadaan air tanah (Purwono dan Rudi, 2007).
Jagung termasuk tanaman yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus
dalam penanamannya. Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering,
sawah, dan pasang surut, asalkan syarat tumbuh yang diperlukan terpenuhi (Purwono dan
Rudi, 2007).
Pada upaya peningkatan produksi jagung, pemupukan merupakan hal penting dan
harus diperhatikan. Adapun hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah jenis, dosis, waktu
dan cara pemupukan. Dosis untuk jagung bersari bebas di lahan sawah tidak jauh berbeda
50-100 kg KCL perhektar. Sementara untuk jagung hibrida, dosis pupuk perhektar sedikit lebih
banyak, yaittu antara 250-300 kg urea, 100-150 kg TSP atau SP-36 dan 100-150 kg KCL
(Adisarwanto dan Widyastuti, 2000).
Tanaman jagung dapat ditanam pada awal musim hujan atau pada awal musim
kemarau. Petani umumnya tidak menanam jagung secara monokultur, tetapi dicampur dengan
tanaman lain. Pola tanam di daerah tropis di Indonesia, biasana disusun selama 1 tahun
dengan memperhatikan curah hujan, terutama pada lahan yang sepenuhnya tergantung dari
hujan. Dengan demikian, pemilihan varietas yang ditanam pun perlu disesuaikan dengan
keadaan air yang tersedia atau curah hujan (Purwono dan Rudi, 2007).
c. Padi
Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia.
Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk
mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi
liar. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan
gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas
penduduk dunia.
Secara umum klasifikasi dan sistematika tanaman padi adalah sebagai berikut:
Kerajaan: Plantae
Ordo: Poales
Genus: Oryza
Spesies: O. sativa
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim: Graminae atau
Glumiflorae). Termasuk tanaman semusim, berakar serabut; batang sangat pendek, struktur
serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang; daun sempurna
dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat
daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang; bunga tersusun majemuk, tipe
malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk
pada panikula; buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan
bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea
dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan adalah
endospermium yang dimakan orang.
Asal-usul padi budidaya diperkirakan berasal dari daerah lembah Sungai Gangga dan
Sungai Brahmaputra dan dari lembah Sungai Yangtse. Di Afrika, padi Oryza glaberrima
ditanam di daerah Afrika barat tropika (Anonim, 2009).
Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur
19-270C , memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada
penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan
18-22 cm dan pH tanah 4 – 7 (Prabowo, 2008).
Pengolahan tanah bertujuan untuk menggemburkan dan memperbaiki aerasi atau
struktur tanah serta membuang gulma-gulma dengan cara : tanah diolah secara sempurna,
sehingga tanah dibajak dengan kedalaman 15-25 cm dan dibiarkan selama 5-7 hari dalam
meratakan tanah.
Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan tanah yang telah diratakan disemprot dengan
herbisida pra tumbuh dan dibiarkan selama 5-7 hari atau sesuai dengan anjuran pada merk
herbisida yang dipergunakan.
Pengaturan jarak tanam sangat erat hubungannya dengan tingkat kesuburan tanah dan
jenis varietas yang akan ditanam, akan tetapi jarak tanam yang dianjurkan adalah sistem
ubinan yakni :22 x 22cm, 23 x 23cm, 24 x 24cm dan 25 x 25cm. sekarang sudah dianjurkan
SISTEM LEGOWO II yakni : 12,5 x 25 x 50cm.
Pemupukan berimbang dimaksudkan untuk menambah penyediaan unsur hara,
sehingga mencukupi kebutuhan tanaman akan unsur hara essential untuk
tumbuh/berkembang dan berproduksi dengan baik.Agar efisien, takaran pupuk hendaknya
disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Untuk pupuk SP-36 dan KCL takarannya
disesuaikan dengan ketersediaan P dan K dalam tanah. Sedangkan untuk pupuk UREA
takaran dan waktu pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dengan teknologi
bagan warna daun ( BWD ).Adapun dosis penggunaan pupuk P dan K untuk dijadikan
standar dapat ditanyakan pada petugas pertanian setempat.Berdasarkan status P dan K, maka
rekomendasi pemupukan untuk P rendah 100kg, P sedang 75kg dan P tinggi 50kg SP-36 per
Ha. Sedangkan untuk K rendah 100kg, K sedang dan tinggi 50kg KCL per Ha.
Upaya pengamanan pertanaman dari serangan organisme tanaman ( OPT )
dilaksanakan dengan menerapkan pengendalian hama terpadu ( PHT ), termasuk kegiatan
pengamatan dini, identifikasi OPT dan penetapan teknologi pengendalian. Bila pengendalian
OPT menggunakan pestisida harus memenuhi persyaratan ekologis yaitu aspek ekonomi
((menguntungkan ), aspek social ( tidak merusak lingkungan ) dan aspek teknis ( dapat
Tanaman padi harus dipanen pada masak biologis berdasarkan :Umur tanaman sesuai
dengan diskripsi, Kadar air gabah 20-26%, umur mulai 30-35 hari setelah berbunga rata,
penampakan malai kuning/kematangan ( 95 % ). Pemanenan sebaiknya menggunakan dengan
sabit bergerigi atau reaper dengan system kelompok yang dilengkapi dengan mesin perontok
(power threser ). Hasil panen sebaiknya ditumpuk dengan alas untuk mencegah gabah
tercecer , dan perontokan harus segera dilakukan (Yusmana, 2009).
2.2.Landasan Teori
Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usaha tani merupakan ilmu yang mempelajari
cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan
factor-faktor produksi seefektif dan seefesien mungkin sehingga usaha tani tersebut memberikan
pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2006).
Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat out
yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tumbuhan, tanah dan air
perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan
di atas tanah tersebut dan sebagainya (Mosher, 1987).
Keputusan petani untuk menanam bahan makanan terutama didasarkan atas
kebutuhan makan untuk seluruh keluarga petani, sedangkan putusannya untuk menanam
tanaman perdagangan didasarkan atas iklim, ada tidaknya modal, tujuan penggunaan hasil
penjualan tanaman tersebut dan harapan harga (Mubyarto, 1994).
Menurut mubyarto (1989) fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan diantara tingkat
produksi suatu barang dengan sejumlah factor produksi yang digunakan untuk menghasilkan
berbagai tingkat produksi produk tersebut. Hukum hasil yang semakin berkurang merupakan
suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan
tentang pokok dari hubungan diantara tingkat produksi untuk mewujudkan produksi tersebut
(Sukirno, 2003).
Input
Produksi TP
AP
MP Jumlah Produksi
Gambar 5. Grafik produksi Total, Produksi Marjinal dan Produksi Rata – rata
Fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil
produksi fisik (output) dan faktor-faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika
sederhana fungsi produksi dituliskan sebagai berikut:
Y = f (X1,X2,...,Xn)
Dimana :
Y = Hasil produksi fisik
X1,X2,...,Xn = Faktor produksi
(Mubyarto,1989)
Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikalikan harga. Pendapatan bersih
grafik pendapatan maksimum oleh suatu usaha dapat ditunjukkan dengan grafik yang
menggambarkan biaya total dan hasil penjualan (penerimaan) (Samuelson, 2001).
Dalam usahatani, petani akan memperoleh penerimaan dan pendapatan, penerimaan
usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini
dapat dituliskan sebagai berikut :
TRi = Yi . Pyi
Dimana :
TRi = Total Penerimaan
Yi = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Pyi = Harga Y
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya
Pd = TR – TC
Dimana :
Pd = Pendapatan Usahatani
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi 2 yaitu biaya tetap dan biaya tidak
tetap. Biaya tetap biasanya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit, contoh : pajak. Disisi lain
biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya