• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Lembaga Kursus Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Lembaga Kursus Di Kota Medan"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA

PADA LEMBAGA KURSUS DI KOTA MEDAN

TESIS

MUHAMMAD RAMLI

067018058/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA

PADA LEMBAGA KURSUS DI KOTA MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Pembangunan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

MUHAMMAD RAMLI

067018058/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA LEMBAGA KURSUS DI KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Muhammad Ramli Nomor Pokok : 067018058

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Dede Ruslan, M.Si.) (Drs. Rujiman, M.A.)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc.)

(4)

TELAH DIUJI PADA Tanggal : 22 Januari 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Dede Ruslan, M.Si. Anggota : 1. Drs. Rujiman, M.A.

2. Dr. Muri Daulay, M.Si. 3. Dr. Rahmanta, M.Si.

(5)

ABSTRAK

Pendidikan luar sekolah (kursus) yang memberikan pelayanan kepada masyarakat yang ingin mendapatkan suatu ketrampilan untuk mencari kerja atau karena perubahan tuntutan pekerjaan yang sedang digeluti ataupun mereka yang ingin melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi. Dalam lima tahun terakhir antara tahun 2001-2006 terlihat adanya perkembangan jumlah lembaga kursus sekitar 47,4%. Hal ini menunjukkan adanya permintaan dari masyarakat untuk meningkatkan keahlian atau skill untuk mendapatkan pekerjaan atau untuk menuntut pendidikan yang lebih tinggi. Dengan adanya peningkatan terhadap kegiatan kursus akan meningkatkan jumlah lembaga kursus, berarti baik secara langsung maupun tidak langsung membuka kesempatan kerja.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh tingkat upah, modal usaha, pendapatan usaha, jumlah peserta didik dan ekspansi terhadap penyerapan tenaga kerja pada lembaga kursus di kota Medan.

Data penelitian ini menggunakan data sekunder sedangkan analisisnya menggunakan metode maksimum likelihood dengan model probit.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat upah, modal usaha, pendapatan usaha, jumlah peserta didik dan ekspansi secara bersama-sama mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada lembaga kursus di Kota Medan. Secara parsial, tingkat upah, modal usaha, pendapatan usaha dan ekspansi mempunyai pengaruh signifikan secara statistic terhadap penyerapan tenaga kerja pada lembaga kursus di Kota Medan, sedangkan faktor jumlah peserta didik tidak memberikan pengaruh yang signifikan.

Tingkat upah dan ekspansi merupakan faktor yang memberikan kontribusi yang cukup besar dibandingkan 3 faktor yang lain (modal usaha, pendapatan usaha dan jumlah peserta didik) yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada lembaga kursus di Kota Medan.

(6)

ABSTRACT

Out-school education (course) serves those who look for skills in order to get jobs or to adapt to their job change demand as well as those who need to continue their higher level education. The amount of course institution has been increased about 47,7% in the last 5 years, from 2001 to 2006. It indicates people’s demand to increase their skills and their educational level. The increase of course activities will lead to the increase of the institution amount. As a result, directly or indirectly, it will lead to employment chance.

This research is aimed to analyze the influence of wage level, capital, revenue, amount of trainees and expansion to the absorption of labor force in course institution in Medan.

The data used in this research are secondary data, while the method of analysis is maximum likelihood with probit model.

The result of the research shows that wage level, capital, revenue, the amount of trainees and expansion together give impacts to the absorption of labor force in course institution in Medan. Partially, wage level, capital, revenue and expansion give significant impacts while the amount of trainees doesn’t.

Wage level and expansion give bigger contribution than the other factors (capital, revenue and the amount of trainees) to the absorption of labor force in course institution in Medan.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Lembaga Kursus di Kota Medan.” Tidak lupa juga solawat dan salam penulis tujukan kepada imam para nabi Rasulullah

Muhammad SAW yang telah berjuang membawa umat manusia kepada fitrah yang

benar dan jalan yang diridhoi-Nya.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Master

pada Program Pascasarjana Magister Ilmu Ekonomi Pembangunan Universitas

Sumatera Utara. Dengan selesainya penulisan tesis ini, penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda Sati dan Ayahanda Sarkam yang telah

mengasuh dan membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tiada hingga.

Demikian juga kepada istri tercinta, Syarifa Nani Rahmani, SS., MSi, yang telah

memberikan dukungan dan motivasi yang begitu besar, juga kepada ananda tersayang

Sabiq, Aulia dan Adib yang menjadi motivator penulis dalam menyelesaikan tesis.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si. selaku ketua komisi pembimbing yang telah

memberikan begitu banyak sumbangan tenaga, waktu dan pikiran bagi penulis dalam

penyusunan tesis ini. Terima kasih tak terhingga juga penulis sampaikan kepada

Bapak Drs. Rujiman, M.A. selaku anggota komisi pembimbing yang telah

memberikan berbagai saran dan masukan serta kemudahan kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini. Demikian pula ucapan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu memberikan berbagai bentuk kontribusi bagi penulis,

khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, D.M.T.&H., Sp.A (K). selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

(8)

3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si. selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Ekonomi

Pembangunan Universitas Sumatera Utara

4. Bapak/Ibu dosen yang telah menyumbangkan ilmunya, semoga berguna bagi

penulis dan amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT

5. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Pembangunan

angkatan 11 yang telah memberi warna dalam kehidupan penulis selama di

kampus, khususnya kepada pak Wahid, kak Leni, Yudha yang telah banyak

memberikan sumbangan ilmu dan perhatiannya bagi penulis

6. Teman-teman di BKB USM STAN Adzkia yang banyak membantu dalam proses

penyelesaian penulisan tesis

7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah membalas

kebaikan dengan berlipat ganda

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak terdapat

kekurangan. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan kontribusi yang bernilai bagi

kita semua. Amin.

Medan, Februari 2009

Penulis,

(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Ramli

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 3 Oktober 1974

Alamat : Komp. Stella Residence Blok M 10 Medan

Pekerjaan : PNS

Status : Menikah, 3 anak

Nama Istri : Sy. Nani Rahmani, SS., MSi.

Nama Anak : Sabiq, Aulia, Adib

Riwayat Pendidikan : 1. SDN 0604963 Medan

2. SMPN 8 Medan

3. SMEA Dipanegara Medan

4. Diploma I STAN/PRODIP Keuangan Medan

5. Sarjana Teknik Informatika

Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan

6. Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Ekonomi

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Rumusan Masalah ... 7

I.3. Tujuan Penelitian ... 8

I.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Ketenagakerjaan ... 10

2.1.1. Angkatan Kerja ... 10

2.1.2. Kesempatan Kerja ... 12

(11)

2.2.1. Permintaan Tenaga Kerja ... 14

2.2.2. Faktor-Faktor Penentu Permintaan Terhadap Tenaga Kerja ... 18

2.2.3. Penawaran Tenaga Kerja ... 23

2.2.4. Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja ... 24

2.3. Model-Model Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja .... 26

2.3.1. Model Upah Fleksibel ... 26

2.3.2. Model Upah Fleksibel ... 29

2.3.3. Model Kesalahan Persepsi-Pekerja ... 30

2.4. Penetilian Sebelumnya ... 31

2.5. Hipotesis ... 33

2.6. Kerangka Pemikiran... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 35

3.2. Lokasi Penelitian ... 35

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 35

3.4. Populasi dan Sampel ... 36

3.5. Model Analisis ... 37

3.6. Motode Analisis ... 39

3.7. Definisi Operasional ... 39

3.8. Uji Kesesuaian (Test of goodness of fit) ... 40

(12)

3.9.1. Multikolinieritas ... 41

3.9.2. Heteroskedastisitas... 42

3.9.3. Normalitas ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1. Deskripsi Wilayah Kota Medan ... 45

4.1.1. Wilayah dan Topografi ... 45

4.1.2. Kependudukan ... 46

4.1.3. Sosial/ Pendidikan ... 47

4.2. Karakteristik Lembaga Kursus di Kota Medan ... 49

4.2.1. Penyerapan Tenaga Kerja ... 49

4.2.2. Rata-Rata Tingkat Upah Karyawan ... 50

4.2.3. Modal Usaha ... 51

4.2.4. Pendapatan Usaha ... 51

4.2.5. Jumlah Peserta Didik ... 52

4.2.6. Ekspansi Usaha (Buka Cabang) ... 53

4.2.7. Jumlah Tenaga Kerja ... 53

4.2.8. Lama Usaha ... 54

4.2.9. Pemenuhan Usaha Dari Pendapatan ... 55

4.2.10. Pengaruh Lokasi ... 55

4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja ... 56

(13)

4.5. Pembahasan... 61

4.6. Uji Asumsi Klasik ... 65

4.6.1. Uji Multikolinieritas ... 65

4.6.2. Uji Heteroskedastisitas ... 66

4.6.3. Uji Normalitas ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

5.1. Kesimpulan ... 69

5.2. Saran-Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Medan

2001-2006 3

1.2. Perkembangan Jumlah Lembaga Kursus di Kota Medan

2002-2006 4

3.1. Jumlah Lembaga Kursus di Kota Medan Tahun 2006 36

3.2. Jumlah Populasi dan Sampel Lembaga Kursus di Kota Medan 37

4.1. Perkembangan Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Medan

2001-2006 47

4.2. Perkembangan Lembaga Kursus di Kota Medan Tahun 2002-2006 49

4.3. Penyerapan Tenaga Kerja Pada Lembaga Kursus 50

4.4. Rata-Rata Tingkat Upah Karyawan Pada Lembaga Kursus 50

4.5. Modal Usaha Pada Lembaga Kursus 51

4.6. Pendapatan Usaha Pada Lembaga Kursus 52

4.7. Jumlah Peserta Didik Pada Lembaga Kursus 52

4.8. Ekspansi Usaha/Buka Cabang Pada Lembaga Kursus 53

4.9. Jumlah Tenaga Kerja Pada Lembaga Kursus 54

4.10. Lama Usaha Pada Lembaga Kursus 54

4.11. Pemenuhan Usaha Dari Pendapatan Pada Lembaga Kursus 55

4.12. Pengaruh Lokasi Usaha Pada Lembaga Kursus 56

4.13. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja

Pada Lembaga Kursus di Kota Medan 57

(15)

Model Probit 58

4.15. Hasil Estimasi Beberapa Kondisi Menggunakan Model Probit 63

4.16. Hasil Estimasi Uji Multikolinieritas 66

(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1.1. Perkembangan Jumlah Lembaga Kursus di Kota Medan 5

2.1. Fungsi Permintaan Terhadap Tenaga Kerja 17

2.2. Fungsi Permintaan Tenaga Kerja Dalam Satu Faktor Produksi 20

2.3.a. Permintaan Tenaga Kerja Perusahaan 21

2.3.b. Permintaan Tenaga Kerja Industri 21

2.4.a. Keseimbangan Pasar 22

2.4.b. Keseimbangan Perusahaan 22

2.5. Kurva Penawaran Tenaga Kerja Individu 24

2.6. Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja 25

2.7. Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja dan Pengangguran 26

2.8. Hubungan Antara Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja 29

2.9. Kurva Model Kesalahan Persepsi-Pekerja 31

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner 73

2. Data Hasil Penelitian 75

3. Hasil Estimasi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Lembaga Kursus di Kota Medan Dengan Menggunakan Metode Maksimum Likelihood

Dengan Model Probit 78

4. Uji Multikolinearitas Tingkat Upah 79

5. Uji Multikolinearitas Modal Usaha 80

6. Uji Multikolinearitas Pendapatan Usaha 81

7. Uji Multikolinearitas Jumlah Peserta Didik 82

8. Uji Multikolinearitas Ekspansi 83

9. Uji White Heteroskedastisitas 84

10. Uji Normalitas (JB-Test) 85

11. Statistik Deskriptif 86

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi bertujuan antara lain pencapaian pertumbuhan

ekonomi yang cukup tinggi, mengentaskan kemiskinan, menjaga kestabilan harga

dengan selalu memperhatikan tingkat inflasi, menjaga keseimbangan neraca

pembayaran, perhatian yang cukup terhadap neraca perdagangan, pendistribusian

pendapatan yang lebih adil dan merata, tumbuhnya investasi-investasi dan mengatasi

pengangguran. (Arief, 2006)

Daya serap tenaga kerja Indonesia telah merosot sangat tajam. Pada tahun

1994 setiap satu persen pertumbuhan ekonomi masih mampu menyerap tenaga kerja

sekitar 375.000 orang. Namun, pada tahun 2000-2004 setiap satu persen

pertumbuhan ekonomi hanya mampu menciptakan lapangan kerja 215.000 orang.

Setelah tahun tersebut angkanya bahkan menurun lagi menjadi 178.000 orang.

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 yang diharapkan dapat mengurangi angka

pengangguran pada kenyataannya belum secara signifikan dapat memberikan solusi

dalam mengatasi permasalahan tenaga kerja. (Depnakertrans, 2006)

Meningkatnya angka pengangguran disebabkan karena ketidakseimbangan

pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan kerja. Adanya kesenjangan antara

angkatan kerja dan lapangan kerja tersebut berdampak terhadap perpindahan tenaga

(19)

sejalan dengan pernyataan Todaro (1998) yang menjelaskan bahwa terjadinya

perpindahan penduduk disebabkan oleh tingginya upah atau pendapatan yang dapat

diperoleh di daerah tujuannya. Kesenjangan upah/pendapatan yang besar antara desa

atau daerah dan kota mendorong penduduk desa atau daerah untuk datang dan

mencari pekerjaan di kota.

Adanya kecenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi

yang membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat per kapita mengakibatkan

semakin cepat perubahan struktur ekonomi dengan asumsi bahwa faktor-faktor

penentu lainnya yang mendukung proses tersebut seperti manusia (tenaga kerja),

bahan baku, dan teknologi tersedia. (Tambunan, 2006)

Perubahan struktur ekonomi periode jangka panjang menunjukkan ciri-ciri

sebagai berikut: pertama, kontribusi output dari sektor pertanian terhadap

pembentukan PDB mengecil, sedangkan pangsa PDB dari sektor industri

(manufaktur) dan jasa mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan PDB atau

Pendapatan nasional per kapita. Kedua, terjadinya distribusi kesempatan kerja

menurut sektor dimana pada tingkat pendapatan per kapita yang rendah (tahap awal

pembangunan), sektor-sektor primer merupakan kontribusi terbesar dalam

penyerapan tenaga kerja. Pada tingkat pendapatan per kapita yang tinggi (tahap akhir

pembangunan), sektor-sektor sekunder terutama industri menjadi lebih penting

dibandingkan pertanian sebagai sumber kesempatan kerja. (chenery dan Syrquin

dalam Tambunan, 2006)

Penyerapan tenaga kerja menurut sektor dapat mencerminkan tingkat

(20)

banyak penduduk bekerja di sektor industri atau jasa dibanding sektor pertanian. Di

Kota Medan sektor utama dalam penyerapan tenaga kerja didominasi oleh lapangan

usaha sektor industri dan jasa. Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2001 –

2006 penyerapan tenaga kerja di dominasi oleh lapangan usaha sektor industri dan

jasa, hal ini disebabkan disebabkan oleh telah berdirinya pabrik-pabrik pada industri

pengolahan dan pusat-pusat perdagangan, hotel dan restoran serta jasa

kemasyarakatan, sosial dan perorangan. Untuk tahun 2001-2003 penyerapan kerja

banyak terjadi pada lapangan usaha sektor usaha industri pengolahan dan sektor

perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan, untuk 2004-2006 penyerapan tenaga

kerja banyak terjadi pada lapangan usaha industri dan jasa kemasyarakatan, sosial dan

perorangan.

Tabel 1.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Medan Tahun 2001-2006

Tahun Pertanian

Sumber: BPS, Medan Dalam Angka, 2002-2007

Pendidikan luar sekolah (kursus) yang memberikan pelayanan kepada

masyarakat yang ingin mendapatkan suatu ketrampilan untuk mencari kerja atau

karena karena perubahan tuntutan pekerjaan yang sedang digeluti ataupun mereka

(21)

bahwa dalam lima tahun terakhir antara tahun 2001-2006 terlihat adanya

perkembangan jumlah lembaga kursus sekitar 47,4%. Hal ini menunjukkan adanya

permintaan dari masyarakat untuk meningkatkan keahlian atau skill untuk

mendapatkan pekerjaan atau untuk menuntut pendidikan yang lebih tinggi. Dengan

adanya peningkatan terhadap kegiatan kursus akan meningkatkan jumlah lembaga

kursus, berarti baik secara langsung maupun tidak langsung yang membuka

kesempatan kerja.

Tabel 1.2. Perkembangan Jumlah Lembaga Kursus di Kota Medan Tahun 2002-2006

No. Jenis Kursus 2002 2003 2004 2005 2006

1. KursusBahasa Inggris 104 103 103 118 128

2. Kursus Bahasa Lainnya 16 21 21 24 13

3. Kursus Memasak 2 - - - 1

4. Kursus Menjahit 42 14 14 15 14

5. Kursus Merangkai Bunga 2 - - 3 1

6. Kursus Mengemudi 4 4 4 5 2

7. Kursus Mengetik 24 - - 2

-8. Kursus Keuangan/ Akuntansi 11 23 23 21 10

9. Kursus Kecantikan 14 21 21 25 31

10. Kursus Komputer 54 46 46 47 64

11. Kursus Pengetahuan Khusus - 7 7 6 5

12. Kursus lainnya/ Musik/ Senam 5 7 7 6 9

13. Kursus Montir Mobil/ Radio 2 8 8 4 2

Jumlah 190 254 254 276 280

(22)

Dari tabel 1.2, dapat dilhat perkembangan lembaga kursus di Kota Medan

dalam bentuk tampilan grafik sebagai berikut:

Jumlah Lembaga Kursus Di Kota Medan

190

2002 2003 2004 2005 2006

Tahun

Ju

m

la

h

Gambar 1.1. Perkembangan Jumlah Lembaga Kursus di Kota Medan

Dari gambar 1.1 diatas terlihat bahwa adanya peningkatan jumlah kursus

mulai tahun 2002 sampai dengan 2006. Dengan mulai membaiknya keadaan

perekonomian setelah dihantam krisis moneter, masyarakat mulai meningkatkan

keahlian atau skillnya untuk memperoleh pekerjaan atau untuk melanjutkan

pendidikan lebih tinggi atau berwiraswasta dan juga masyarkat mulai menyadari akan

pentingnya pendidikan diluar untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan supaya

(23)

Penelitian ini ingin mengamati dan menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan tenaga kerja yaitu upah, pendapatan usaha, investasi/

modal usaha, jumlah peserta didik dan dummy untuk ekspansi.

Faktor tingkat upah masuk dalam penelitian secara teoritis permintaan tenaga

kerja sangat dipengaruhi oleh upah. Upah atau gaji merupakan balas jasa dari

produsen atas orang yang dipekerjakannya. Perbaikan upah sangat penting untuk

mendukung pembangunan. Perbaikan upah berarti peningkatan pendapatan dan daya

beli masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat akan meningkatkan permintaan

barang dan jasa yang kemudian pada gilirannya secara makro mendorong mendorong

perusahaan untuk berkembang. Melalui pertumbuhan dunia usaha, perbaikan upah

juga penting untuk mendorong penciptaan lapangan kerja baru. Ini berarti bahwa

perbaikan upah akan meningkatkan produktivitas.

Pertumbuhan ekonomi daerah dapat diartikan sebagai kenaikan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar

atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur

ekonomi terjadi atau tidak. Hal ini berarti berarti bahwa pertumbuhan ekonomi

daerah secara langsung ataupun tidak langsung akan menciptakan lapangan kerja.

(Arsyad, 1999). Dalam konteks lembaga kursus, apabila pendapatan dari lembaga

kursus semakin meningkat dengan ditandai banyaknya peserta yang ikut dalam

pendidikan maka lembaga kursus tersebut akan membutuhkan tenaga kerja baru

(menyerap tenaga kerja) atau menciptakan kesempatan kerja misalnya: tenaga

(24)

Faktor investasi/ modal masuk kedalam penelitian ini karena permintaan

tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh investasi/ modal. Sebagaimana kita ketahui

bahwa faktor produksi dalam hal ini tenaga kerja sangat bergantung pada besarnya

permintaan barang dan jasa. Hal ini berarti bahwa dengan adanya investasi/ modal

usaha maka investor membuka usaha kemudian memproduksi barang dan jasa untuk

memenuhi permintaan. Makin besar permintaan terhadap barang dan jasa, makin

besar permintaan terhadap tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi.

Faktor jumlah peserta didik masuk dalam penelitian ini karena permintaan

tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh jumlah peserta didik. Untuk kegiatan pada

sektor produksi (industri) permintaan tenaga kerja sangat bergantung pada besarnya

permintaan barang dan jasa. Namun, untuk sektor jasa (lembaga kursus) besarnya

permintaan tenaga kerja sangat bergantung pada jumlah peserta didik.

Dengan peningkatan pendapatan usaha maka pengelola lembaga kursus

dihadapkan pada situasi untuk melakukan ekspansi atau perluasan cakupan kursus

yaitu membuka cabang atau tidak. Dengan melakukan ekspansi atau perluasan

cakupan kursus akan menentukan permintaan tenaga kerja.

Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan suatu penelitian dengan

judul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Lembaga Kursus di Kota Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka dapat dirumuskan

(25)

1. Bagaimanakah pengaruh tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja pada

lembaga kursus di Kota Medan.

2. Bagaimanakah pengaruh investasi/modal usaha terhadap penyerapan tenaga

kerja pada lembaga kursus di Kota Medan.

3. Bagaimanakah pengaruh pendapatan usaha terhadap penyerapan tenaga kerja

pada lembaga kursus di Kota Medan.

4. Bagaimanakah pengaruh jumlah peserta didik terhadap penyerapan tenaga

kerja pada lembaga kursus di Kota Medan.

5. Bagaimanakah pengaruh ekspansi atau perluasan cakupan kursus terhadap

penyerapan tenaga kerja pada lembaga kursus di Kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja

pada lembaga kursus di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui pengaruh investasi/modal usaha terhadap penyerapan

tenaga kerja pada lembaga kursus di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan usaha terhadap penyerapan tenaga

kerja pada lembaga kursus di Kota Medan.

4. Untuk mengetahui pengaruh jumlah peserta didik terhadap penyerapan tenaga

(26)

5. Untuk mengetahui pengaruh ekspansi atau perluasan cakupan kursus terhadap

penyerapan tenaga kerja pada lembaga kursus di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat antara lain:

1. Diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi Pemerintah

Daerah Kota Medan khususnya yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dalam

mengambil kebijakan.

2. Untuk menambah wawasan, baik penulis maupun pihak lain yang mempunyai

perhatian terhadap ketenagakerjaan dalam menganalisis variabel-variabel

yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ketenagakerjaan 2.1.1 Angkatan Kerja

Tenaga kerja dalam masyarakat merupakan faktor yang sangat penting bagi

pembangunan ekonomi sebagai salah satu faktor produksi dalam kegiatan

sektor-sektor ekonomi. Adanya pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh perkembangan

dari Produk Domestik Bruto diberbagai sektor menyebabkan terbukanya kesempatan

kerja, shingga memungkinkan bertambahnya permintaan terhadap tenaga kerja,

walaupun seringkali peningkatan kesempatan kerja ini tidak sebanding dengan tenaga

kerja yang tersedia sehingga menyebabkan masalah ketenagakerjaan

Untuk keperluan analisis ketenagakerjaan, secara garis besar penduduk suatu

negara dibedakan menjadi lima golongan yaitu: (Depnaker, 2004)

1. Tenaga kerja

Yang tergolong sebagai tenaga kerja ialah penduduk yang berumur dalam

batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antar negara yang satu

dengan yang lain. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk usia

kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Penduduk usia

(28)

2. Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk usia kerja yang

bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak

bekerja, dan yang mencari pekerjaan.

3. Bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja

yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari

pekerjaan, yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah, mengurus

rumah tangga dan menerima pendapatan yang bukan imbalan langsung

atas jasa kerjanya.

4. Pekerja

Pekerja adalah orang-orang yang mempunyai pekerjaan mencakup orang

yang mempunyai pekerjaan dan saat disensus atau disurvai memang

sedang bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk

sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja. Menurut BPS bekerja

adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh upah, atau

membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja

paling sedikit satu jam secara kontinyu dalam seminggu yang lalu

(seminggu sebelum sensus atau survai).

5. Penganggur.

Penganggur adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan atau orang

yang tidak bekerja dan masih atau sedang mencari pekerjaan.

Pengangguran yang semacam ini oleh BPS dinyatakan pengangguran

(29)

Pengertian angkatan kerja (labour demand) adalah sebagai jumlah orang yang sedang bekerja dan orang yang menganggur. Dalam suatu masyarakat pada orang

dewasa (berumur 16 tahun keatas) pada setiap rumah tangga dimasukkan dalam tiga

kelompok yaitu: bekerja, tidak bekerja, atau tidak masuk dalam (diluar) angkatan

kerja. Seseorang dianggap bekerja jika ia bekerja dan mendapat upah pada pekan

sebelumnya, sebagai lawan dari menjaga rumah, pergi ke sekolah, atau melakukan

hal-hal lain. Seseorang dianggap menganggur jika ia tidak bekerja dan sedang

menunggu untuk memulai pekerjaan baru, sedang cuti, atau sedang mencari

pekerjaan. Orang yang tidak masuk ke dalam dua kategori itu, seperti pelajar atau

pensiunan, tidak berada dalam angkatan kerja. (Mankiw G., 2000)

2.1.2. Kesempatan Kerja

Satu aspek dalam kinerja ekonomi adalah sejauh mana suatu perekonomian

menggunakan sumber daya dengan baik. Karena para pekerja suatu perekonomian

adalah sumber daya utamanya, menjaga agar para pekerja tetap bekerja menjadi

puncak perhatian para pembuat kebijakan ekonomi. Istilah kesempatan kerja

mengandung pengertian kesempatan yang tersedia sebagai akibat dari kegiatan

ekonomi (memproduksi barang dan jasa). (Mankiw G., 2000)

Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam proses produksi yang lain

seperti tanah, modal, dan lain-lain. Maka manusia merupakan penggerak bagi seluruh

fakto-faktor produksi tersebut. Istilah kesempatan kerja mengandung pengertian

(30)

kegiatan ekonomi (produksi). Dengan demikian pengertian kesempatan kerja adalah

mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan semua lapangan pekerjaan yang

masih lowong. Dari lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut (yang

mengandung arti adanya kesempatan), kemudian timbul kebutuhan akan tenaga kerja.

Kebutuhan tenaga kerja nyata-nyata diperlukan oleh perusahaan/lembaga menerima

tenaga kerja pada tingkat upah, posisi, dan syarat kerja tertentu. Data kesempatan

kerja secara nyata sulit diperoleh, maka untuk keperluan praktis digunakan

pendekatan bahwa jumlah kesempatan kerja didekati melalui banyaknya lapangan

kerja yang terisi yang tercermin dari jumlah penduduk yang bekerja (employed). (Depnaker, 2004)

Pengertian kesempatan kerja yaitu suatu keadaan yang mencerminkan sampai

jumlah berapa dari total angkatan kerja yang dapat diserap dapat ikut serta aktif

dalam suatu kegiatan perekonomian suatu negara. Dengan kata lain kesempatan kerja

adalah jumlah penduduk yang bekerja atau telah mendapatkan pekerjaan (Ahmad,

1997).

Menurut Rusli (1998) yang didasarkan pada data sensus penduduk, jumlah

penduduk yang bekerja biasanya dipandang sebagai jumlah kesempatan kerja yang

ada. Ini berarti bahwa kesempatan kerja bukanlah lapangan pekerjaan yang masih

terbuka, walaupun komponen yang terakhir ini akan menambah kesempatan kerja

yang ada diwaktu yang akan datang.

Secara sederhana bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga

(31)

ekonomi, perubahan investasi penggunaan tenaga kerja dalam produksi, perubahan

tingkat ekspor, perubahan produksi barang-barang subsitusi impor dan perubahan

variasi musim dari kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Ichsan,dkk,1995).

Kebutuhan tenaga kerja didasarkan pada pemikiran bahwa tenaga kerja dalam

masyarakat merupakan salah satu faktor yang potensial untuk pembangunan ekonomi

secara keseluruhan, dengan demikian jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar

dapat menentukan percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Kesempatan kerja yang

tersedia dan kualitas tenaga kerja yang digunakan akan menetukan proses

pembangunan ekonomi untuk menjalankan proses produksi dan juga sebagai pasar

barang dan jasa.

2.2 Teori Tenaga Kerja 2.2.1 Permintaan Tenaga Kerja

Dalam memperkirakan penggunaan tenaga kerja perusahaan akan melihat

tambahan output yang akan diperolehnya sehubungan dengan penambahan seorang

tenaga kerja.

Untuk meganalisis hal tersebut digunakan beberapa asumsi, ini berarti setiap

rumah tangga perusahaaan sebagai individu tidak dapat mempengaruhi harga atau

menghasilkan produksi (output) maupun untuk faktor-faktor produksi (input) yang digunakan dalam industri adalah suatu faktor yang harus diterima (given).

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi dikombinasikan dengan

(32)

output berupa barang dan jasa. Oleh karena itu rumah tangga perusahaan dalam

kegiatan menghasilkan produksinya membutuhkan atau meminta jasa tenaga kerja.

Dengan satu asumsi perusahaan dalam menghasilkan outputnya

menggunakan faktor tenaga kerja dan modal (dalam jangka pendek), dimana faktor

modal jumlahnya tetap. Maka secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai

berikut :

Q = f (L,K)

dimana :

Q = jumlah output yang dihasilkan

L = jumlah sumber tenaga kerja (jasa tenaga kerja)

K = jumlah sumber modal(jasa barang modal)

Model yang akan digunakan untuk menjelasakan kesempatan kerja dapat

didekati dari fungsi permintaan Hicksian. Fungsi permintaan Hicksian diturunkan

dari kondisi minimisasi biaya sebuah unit usaha (Henderson et all, 1980).

Misalnya untuk memproduksi suatu output diperlukan dua faktor input, yaitu tenaga

kerja (L) dengan upah per unitnya sebesar w dan modal kerja (K) dengan biaya modal

sebesar r. Kondisi tersebut secara matematis dapat situlis sebagai berikut :

Q = f (K,L) (2.1)

Sedangkan biaya totalnya dapat dijabarkan sebagai berikut :

(33)

Dengan minimisasi biaya total untuk setiap n faktor input produksi, dan

menempatkan persamaan (2.1) sebagai kendala dan persamaan (2.2) sebagai tujuan,

maka melalui metode lagrange fungsi tersebut dapat dinyataan sebagai berikut :

= wL + rK +

l λ(Q – f ( K,L) (2.3)

Turunan parsial (pertama) yang merupakan kondisi perlu untuk masalah

optimasi terhadap K,L dan λharus sama dengan nol adalah sebagai berikut :

( , ) =0

Dengan memanipulasi dua persamaan pertama, maka akan diperoleh :

K

sedangkanλsecara ekonomi dapat diinterpretasikan sebagai suatu biaya marginal

(marginal cost = MC). Dari persamaan (2.4) dan (2.5) dapat diperoleh nilai pengganda lagrange sebagai berikut :

λ* =

W merupakan harga per unit faktor input tenaga kerja dan r merupakan harga per unit

faktor input kapital, sedangakan MPL adalah besarnya tambahan output sebagai

(34)

besarnya tambahaann output sebagai akibat adanya kenaikan per unit faktor input

Berdasarkan kondisi tersebut diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dari hasil

proses minimisasi total cost (TC) akan diperoleh nilai optimal dari penggunaan faktor

input (L,K) dan dengan demikian fungsi permintaan dari faktor input (L,K) ini adalah

fungsi harga input (w,r) dan tingkat produksinya (Q) yang secara matematika dapat

dinyatakan sebagai berikut :

L* = L* (w,r,Y) (2.9)

Merupakan fungsi permintaan tenaga kerja.

K* = K* (w,r,Y) (2.10)

Merupakan fungsi permintaan kapital.

Fungsi permintaan tenaga kerja dapat digambarkan dalam bentuk grafik pada

(35)

Garis vertikal adalah upah real

PO W) (

sedangkan garis horizontal adalah jumlah

tenaga kerja (L). Pada tingkat upah ( )1

PO W

jumlah tenaga kerja yang terserap adalah L1

dan pada tingkat upah real 2 ) (

PO W

jumlah tenaga kerja yang terserap adalah L2 jadsi

fungsi permintaan tenaga kerja adalah LD =

PO K W

f ( , )dimana jumlah modal dianggap tetap maka fungsi permintaannya adalah LD =

PO W f ( )

2.2.2 Faktor-Faktor Penentu Permintaan Terhadap Kesempatan Kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan tenaga kerja adalah: (Rahardja

dan Manurung, 2006)

a. Harga Faktor Produksi

Yang dimaksud dengan harga faktor produksi adalah upah atau gaji untuk

tenaga kerja. Jika upah tenaga kerja makin murah harganya, makin besar jumlah

tenaga kerja yang diminta.

b. Permintaan Terhadap Output

Makin besar skala produksi, makin besar permintaan terhadap kesempatan

tenaga kerja. Apabila diaplikasikan pada lembaga kursus berarti bahwa dengan

semakin banyak peserta anak didik atau yang ikut kursus maka permintaan terhadap

tenaga kerja semakin besar misalnya tenaga pengajar dan lain-lain.

c. Permintaan Terhadap Faktor Produksi Lain

Misalnya, permintaan terhadap faktor produksi substitusi (mesin) meningkat,

(36)

mempunyai hubungan komplemen, meningkatnya permintaan terhadap mesin

meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja.

d. Kemajuan Teknologi

Kemajuan Teknologi mempunyai dampak yang mendua terhadap permintaan

faktor produksi. Dalam arti kemajuan dapat menambah atau mengurangi permintaan

terhadap faktor produksi. Jika kemajuan teknologi meningkatkan produktivitas maka

permintaan terhadap faktor produksi meningkat. Kemajuan teknologi yang bersifat

padat modal meningkatkan produktivitas barang modal, sehingga permintaan

terhadapnya meningkat. Sebaliknya kemajuan tersebut menurunkan permintaan

terhadap tenaga kerja, bila hubungan keduanya substitutif. Kemajuan teknologi dapat

meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja, bila kemajuan tersebut

meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

2.2.2.1 Permintaan Tenaga Kerja Dalam Model Satu Faktor Produksi

Model permintaan tenaga kerja dalam satu faktor produksi variabel

mengasumsikan hanya tenaga kerja yang dapat diubah-ubah jumlah penggunaannya.

Keputusan penggunaan tenaga kerja oleh perusahaan ditentukan dengan

membandingkan biaya marjinal dan penerimaan marjinal dari penambahan satu

tenaga kerja. Biaya marjinal dari penambahan penggunaan satu tenaga kerja adalah

upah tenaga kerja (W) karena posisi perusahaan adalah penerima harga. Penerimaan

(37)

bahwa kurva MRPL (Gambar 2.2.b) adalah kurva MP (Gambar 2.2.a) dikali harga jual

(P).

MP (Unit output) MRPL (Rupiah)

MP MRPL (=MP x P)

Tenaga Kerja Tenaga Kerja

Gambar 2.2.a Gambar 2.2.b

Dalam pasar tenaga kerja persaingan sempurna, kurva MRPL merupakan

kurva permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja. Perusahaan akan mencapai

keseimbangan bila MRPL sama dengan upah tenaga kerja (Gambar 2.3.a). Jika harga

tenaga kerja (W) naik, perusahaan lebih selektif dalam menggunakan tenaga kerja.

Hanya yang produktivitasnya lebih tinggi dari kondisi awal yang dipekerjakan.

Akibatnya kesempatan kerja berkurang dari I* ke I1. Jika upah turun di bawah W*,

perusahaan mau menggunakan pekerja yang produktivitasnya lebih rendah, sehingga

kesempatan kerja meningkat dari I* ke I2.

Permintaan industri terhadap tenaga kerja adalah total permintaan

(38)

Jika yang berubah hanyalah harga (W), permintaan bergerak di sepanjang

kurva. Jika yang berubah adalah faktor bukan harga (permintaan terhadap output

berubah), kurva akan bergeser (shifting) ke kanan atau ke kiri bila permintaan terhadap output bertambah atau berkurang (Gambar 2.3.b).

MRPL2

2.2.2.2 Permintaan Tenaga Kerja Dalam Model Beberapa Faktor Produksi

Model ini melonggarkan asumsi model satu faktor produksi. Dengan

demikian penambahan penggunaan tenaga kerja dapat diimbangi dengan penambahan

faktor produksi lainnya (mesin). Andaikan kondisi awal keseimbangan pasar tenaga

kerja adalah seperti pada gambar 2.4.a dimana total kesempatan kerja adalah L1 pada

(39)

2.4.b (titik A) dimana jumlah tenaga kerja yang digunakan I1. MRPL1adalah MRP

dengan jumlah barang modal (mesin) K1.

Akibat mengalirnya tenaga kerja asing ke Indonesia, penawaran tenaga kerja

bergeser ke SL2. Harga keseimbangan industri menurun menjadi W2 dan kesempatan

kerja yang tersedia di industri adalah L2. Jika jumlah mesin tidak dapat diubah,

keseimbangan perusahaan bergeser ke titik B dimana kesempatan kerja bertambah

menjadi I2. Tetapi karena jumlah mesin dapat diubah, dan produktivitas meningkat,

permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja bergeser ke MRPL2. Keseimbangan

baru di titik C dengan jumlah kesempatan kerja I3. Kurva permintaan tenaga kerja

yang relevan adalah kurva DL, garis lurus yang melintasi titik A dan C.

(40)

2.2.3 Penawaran Tenaga Kerja

Penawaran tenaga kerja adalah total jumlah keinginan kerja (jam kerja) yang

diberikan oleh seluruh individu yang ingin bekerja (angkatan kerja) yang ada dalam

pasar. Keputusan seseorang individu untuk bekerja berkaitan dengan sejauh mana dia

ingin mengalokasikan waktu untuk bekerja dan tidak bekerja atau bersantai (leisure). Biaya ekonomi (opportunity cost) dari bekerja adalah kehilangan waktu untuk tidak bekerja atau bersantai yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan yang menambah

utilitas hidup. Sebaliknya biaya kesempatan dari tidak bekerja adalah kehilangan

pendapatan. Makin besar upah, makin besar biaya ekonomi untuk tidak bekerja.

(Mankiw, 2003)

Pada awalnya, peningkatan upah akan menambah alokasi waktu untuk

bekerja, karena biaya kesempatan dari tidak bekerja makin mahal. Penawaran tenaga

kerja pun makin meningkat. Tetapi sampai tingkat upah tertentu (W*), seseorang

merasakan bahwa waktu nilai utilitas hidupnya telah menurun karena hampir seluruh

waktu digunakan untuk bekerja. Akhirnya dia merasa biaya kesempatan dari bekerja

amat mahal. Lalu dia memutuskan untuk mengurangi jam kerja. Keadaan ini

digambarkan dalam gambar 2.5. tentang kurva penawaran tenaga kerja yang

(41)

Upah (W)

SL

W*

I* Jam Kerja

Gambar 2.5. Kurva Penawaran Tenaga Kerja Individu

2.2.4 Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja

Kondisi keseimbangan pasar tenaga kerja dapat dilihat pada gambar 2.6,

dimana sumbu horizontal menunjukkan jumlah tenaga kerja dan sumbu vertikal

menunjukkan tingkat upah. Permintaan tenaga kerja ditunjukkan oleh kurva Nd dan

penawaran tenaga kerja ditunjukkan oleh Ns. Perpotongan kedua kurva tersebut

menghasilkan tingkat upah keseimbangan W* dan jumlah tenaga kerja yang diminta

sama dengan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan N*. Jika permintaan terhadap

tenaga kerja meningkat maka ini akan menggeser kurva permintaan Nd ke kanan

menjadi Nd1 dan akan menyebabkan naiknya tingkat upah keseimbangan. Dalam

(42)

Ns

Nd

N N*

O

W*

W

Gambar 2.6. Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja

Tetapi pada suatu tingkat upah tertentu misalnya setinggi OW1 pada gambar

2.7 maka tampak disitu bahwa jumlah tenaga kerja yang ditawarkan lebih besar dari

pada jumlah tenaga kerja yang diminta. Dengan kata lain jumlah orang yang mencari

pekerjaan lebih banyak daripada kesempatan kerja yang tersedia, maka keadaan ini

dapat disebut sebagai adanya pengangguran(unemployment).

Pada tingkat OW1 jumlah tenaga kerja yang diminta sebanyak ON1 dan jumlah

tenaga kerja yang ditawarkan atau yang mencari pekerjaan sebanyak ON2. Oleh

karena itu ada sejumlah tenaga kerja yang tidak mendapatkan pekerjaan, dan mereka

(43)

N3

Nd

N W*

O

N1 N* N2

A B

W

W1

Gambar 2.7. Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja dan Pengangguran

2.3 Model-Model Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja 2.3.1 Model Upah Fleksibel

Dalam perekonomian pasar-bebas tradisional ciri-ciri utamanya adalah adanya

penonjolan kedaulatan konsumen, utilitas atau kepuasan individual, dan prinsip

maksimalisasi keuntungan, persaingan sempurna, dan efisiensi ekonomi dengan

produsen dan konsumen yang atomistik yakni tidak ada satu pun produsen atau

konsumen yang mempunyai pengaruh atau kekuatan cukup besar untuk mendikte

harga-harga input maupun output produksi – tingkat penyerapan tenaga kerja dan

harganya (tingkat upah) ditentukan secara bersamaan atau sekaligus oleh segenap

(44)

melalui primbangan kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran. Produsen

meminta lebih banyak tenaga kerja sepanjang nilai produk marjinal (marginal

product) yang akan dihasilkan oleh pertambahan satu unit tenaga kerja (yaitu produk

marjinal atau tambahan secara fisik dikalikan dengan harga pasar atas produk yang

dihasilkan tenaga kerja tersebut) melebihi biayanya (yakni tingkat upah). Dengan

asumsi bahwa hukum produk marjinal yang semakin menurun (law of diminishing marginal product) berlaku (artinya penambahan tenaga kerja yang berikutnya pasti akan memberi hasil marjinal yang lebih kecil daripada tenaga kerja sebelumnya) dan

harga produk ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar atau, maka nilai produk

marjinal tenaga tersebut (ini identik dengan kurva permintaan tenaga kerja) akan

memiliki kemiringan yang negatif atau mengarah dari bawah ke atas.

Pada sisi penawaran, setiap individu diasumsikan selaluh berpegang teguh

pada prinsip maksimalisasi kepuasan (utility maximization). Mereka akan membagi waktunya untuk bekerja dan santai berdasarkan kepuasan atau utilitas majinal

(marginal utilitya)masing –masing kegiatan itu secara relatif. Kenaikan tingkat upah

akan setara dengan kenaikan harga bersantai (biaya oportunitas). Apabila harga suatu barang naik, maka kuantitas yang diminta masyarakat akan turun dan diganti dengan

barang lain (subtitusi). Demikian pula sebaliknya, jika suatu barang harganya

mengalami kenaikan, maka pihak produsen akan segera menaikkan penawarannya.

Seandainya saja tingkat upah mengalami kenaikan, maka penawaran dari “produsen”

tenaga kerja (yakni para pekerja itu sendiri) akan meningkat. Motivasi kerja mereka

(45)

Korelasi tersebut ditunjukkan oleh kemiringan positif atas kurva penawaran tenaga

kerja. Pada suatu titik yakni pada tingkat upah equilibrium atau We jumlah tenaga

kerja yang ditawarkan oleh individu (pasar tenaga kerja) sama besarnya dengan yang

diminta oleh pengusaha. Pada tingkat upah yang lebih tinggi W2, penawaran tenaga

kerja melebihi permintaan sehingga persaingan diantara individu dalam rangka

memperebutkan pekerjaan akan mendorong turunnya tingkat upah mendekati atau

tepat ke titik equilibriumnya, yakni We. Sebaliknya pada upah yang lebih rendah,

seperti W1 jumlah total tenaga kerja yang akan diminta oleh para produsen dengan

sendirinya akan melebihi kuantitas penawaran yang ada sehingga terjadilah

persaingan diantara para pengusaha atau produsen dalam memperebutkan tenaga

kerja, sehingga hal tersebut akan mendorong kenaikan tingkat upah mendekati atau

tepat ke titik equilibriumnya, yakni We. Sebaliknya pada upah yang lebih rendah,

seperti W1 jumlah total tenaga kerja yang akan diminta oleh para produsen dengan

sendirinya akan melebihi kuantitas penawaran yang ada hingga terjadilah persaingan

di antara para pengusaha atau produsen dalam memperebutkan tenaga kerja, sehingga

hal tersebut akan mendorong kenaikan tingkat upah mendekati atau tepat ke titik

equlibrium We pada titik We jumlah kesempatan kerja adalah sebesar Le. Pada titik

Le inilah tercipta kesempatan atau penyerapan kerja secara penuh (full employment).Artinya, pada tingkat upah equilibrium tersebut semua orang yang menginginkan pekerjaan akan memperoleh pekerjaan, sehingga sama sekali tidak

akan terdapat pengangguran.

(46)

Penyerapan tenaga kerja

.

D1

L1

D2 S

1

S2

G F

W2

We

W1

Gambar 2.8. Hubungan antara Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja

2.3.2 Model Upah Kaku

Dalam banyak industri, upah nominal ditetapkan oleh kontrak jangka panjang,

sehingga upah tidak dapat menyesuaikan diri dengan cepat ketika kondisi ekonomi

berubah. Bahkan dalam industri yang tidak dilindungi oleh kontrak formal,

kesepakatan-kesepakatan implisit antara para pekerja dan perusahaan dapat

membatasi perubahan upah. Upah juga bergantung pada norma-norma sosial dan

gagasan keadilan yang terus berevolusi. Akibatnya, banyak ekonom percaya bahwa

(47)

Model upah kaku (stick-wage model) menunjukkan implikasi dari upah nominal kaku pada penawaran agregat. Untuk mengkaji-ulang model ini,

perhatikanlah apa yang terjadi pada jumlah output yang diproduksi ketika harga naik:

1. Ketika upah nominal tidak berubah, kenaikan dalam tingkat harga

menurunkan upah riil, yang membuat tenaga kerja lebih murah.

2. Upah riil yang lebih rendah mendorong perusahaan menarik lebih banyak

tenaga kerja.

3. Tenaga kerja tambahan memproduksi lebih banyak output. (Mankiw, 2000)

2.3.3 Model Kesalahan Persepsi-Pekerja

Model kesalahan persepsi pekerja mengasumsikan bahwa upah bisa

menyesuaikan dengan bebas dan cepat dalam menyeimbangkan penawaran dan

permintaan tenaga kerja. Asumsi pentingnya adalah bahwa pergerakan yang tidak

diharapkan pada tingkat harga mempengaruhi penawaran tenaga kerja karena para

pekerja kadang-kadang tidak memahami mana upah riil dan mana upah nominal.

(Mankiw, 2000)

Untuk mengilustrasikan model kesalahan persepsi pekerja adalah sebagai

berikut, jika kenaikan harga mengejutkan pekerja maka Pe tetap sama ketika P naik.

Kenaikan dalam P/Pe menggeser kurva penawaran tenaga kerja ke kanan, seperti

dalam gambar 2.9. yang menurunkan upah upah riil dan menaikkan tingkat

pengkaryaan. Esensinya, para pekerja percaya bahwa tingkat harga adalah lebih

(48)

tersebut. Kesalahan persepsi ini mendorong mereka untuk menawarkan lebih banyak

tenaga kerja. Perusahaan diasumsikan mendapatkan informasi yang lebih baik

daripada pekerja dan menyadari terjadinya penurunan dalam upah riil, sehingga

mereka menggunakan lebih banyak tenaga kerja dan memproduksi lebih banyak

output. (Mankiw, 2000) 1. Kenaikan yang tidak

diharapkan dalam

2.4 Penelitian Sebelumnya

Elnopembri (2007) melakukan penelitian analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri kecildi Kabupaten Tanah Datar

(49)

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri

kecil. Tingkat suku bunga kredit investasi Bank Pembangunan daerah dan Bank

Pemerintah di daerah sama-sama memilikik pengaruh negatif dan signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja industri kecil artinya peningkatan suku bunga kredit akan

mengakibatkan turunnya permintaan tenaga kerja industri kecil. Nilai produksi

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri

kecil. Ekspansi yang dilakukan industri kecil dengan menciptakan akses pasar akan

mendorong peningkatan produksi sehingga berdampak terciptanya lapangan kerja

baru.

Sitorus (2007) meneliti kesempatan kerja di Sumatera Utara menyatakan

bahwa kesempatan kerja dipengaruhi oleh tingkat upah dan Pendapatan Domestik

Regional Bruto (PDRB).

Syafaat dan Friyatno dalam Rachman (2005) meneliti kesempatan kerja

dikawasan timur Indonesia pasca krisis ekonomi dengan membandingkan kesempatan

kerja yang tercipta dengan pertumbuhan PDRB dikawasan timur Indonesia. Dalam

penelitiannya tersebut menunjukkan bahwa PDRB yang menurun mengakibatkan

kesempatan kerja mengalami penrunan, terutama disektor pertanian yang rentan

terhadap krisis ekonomi pada struktur ekonomi di wilayah dikawasan timur

Indonesia. Dengan kondisi ini disarankan perlu perencanaan pembangunan ekonomi

(50)

Kasryno (2000) menyatakan bahwa kesempatan kerja dipengaruhi oleh

tingkat upah, kenyamanan kerja, mobilitas tenaga kerja dan tingkat pertumbuhan

angkatan kerja.

Safrida (1999) dalam penelitiannya mengenai dampak kebijakan upah minium

dan makroekomonomi terhadap laju inflasi, kesempatan kerja serta permintaan dan

penawaran agregat menyatakan bahwa khususnya dari kesempatan kerjanya tingkat

upah minimum, pendapatan rasional, serta investasi merupakan faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi permintaan dan penawaran tenaga kerja.

Yenetri (1998) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

kesempatan kerja di Sumatera Barat menyatakan bahwa tingkat upah, keterbatasan

modal, teknologi dan skala usaha merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kesempatan kerja.

2.5 Hipotesis

Berdasarkan perumusan teori-teori ketenagakerjaan dan beberapa kajian

empiris yang telah dilakukan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor upah berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada

lembaga kursus di Kota Medan, ceteris paribus.

2. Faktor pendapatan usaha berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga

kerja pada lembaga kursus di Kota Medan, ceteris paribus.

3. Faktor modal usaha berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja

(51)

4. Faktor jumlah peserta didik berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga

kerja pada lembaga kursus di Kota Medan, ceteris paribus.

5. Ekspansi atau perluasan cakupan kursus berpengaruh positif terhadap

penyerapan tenaga kerja pada lembaga kursus di Kota Medan, ceteris paribus.

2.4 Kerangka Pemikiran

Modal Usaha

Pendapatan Usaha

Jumlah Peserta Didik

Ekspansi Usaha

Penyerapan Tenaga Kerja Tingkat Upah

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh tingkat upah, modal usaha,

pendapatan usaha, jumlah peserta didik dan dummy ekspansi terhadap penyerapan

tenaga kerja pada lembaga kursus di Kota Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kota Medan yang menyebar di 7 (tujuh)

Kecamatan yaitu : Kecamatan Medan Baru, Medan Kota, Medan Area, Medan

Selayang, Medan Barat, Medan Maimun dan Medan Perjuangan. Adapun pemilihan

6 kecamatan tersebut didasarkan pada jumlah kursus yang paling banyak pada daerah

tersebut.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian adalah data primer dan data sekunder, data primer diperoleh

dari lembaga kursus melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar

pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data-data

sekunder diperoleh dari Departemen Tenaga Kerja Kota Medan, Dinas Pendidikan

(53)

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lembaga kursus yang menyebar

di 22 Kecamatan yang ada di Kota Medan dengan populasi sebanyak 280 lembaga

kursus.

Tabel 3.1. Jumlah Lembaga Kursus Di Kota Medan Tahun 2006

No. Jenis Kursus Jumlah

1. KursusBahasa Inggris 128

2. Kursus Bahasa Lainnya 13

3. Kursus Memasak 1

4. Kursus Menjahit 14

5. Kursus Merangkai Bunga 1

6. Kursus Mengemudi 2

7. Kursus Mengetik -

8. Kursus Keuangan/ Akuntansi 10

9. Kursus Kecantikan 31

10. Kursus Komputer 64

11. Kursus Pengetahuan Khusus 5

12. Kursus lainnya/ Musik/ Senam 9

13. Kursus Montir Mobil/ Radio 2

Jumlah 280

Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kota Medan, 2007

Sampel yang terpilih adalah kursus bahasa inggris, kursus komputer, kursus

kecantikan, kursus menjahit, kursus bahasa lainnya dan kursus keuangan/akuntansi.

(54)

mempunyai jumlah yang lebih besar dan diminati oleh masyarakat. Penarikan jumlah

sampel sebanyak 50 lembaga kursus dari jumlah total kursus yang ada (populasi)

dengan mengasumsikan bahwa setiap lembaga kursus mempunyai kesempatan yang

sama untuk terpilih, dan banyaknya lembaga kursus yang terpilih sebagai sampel

proporsional terhadap populasinya dengan kata lain, antara banyaknya lembaga

kursus dalam kelompok tertentu dengan jumlah populasinya harus proporsional maka

penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan Proporsional Random Sampling

pada 6 (enam) jenis lembaga kursus yang ada di Kota Medan dengan uraian sebagai

berikut:

Kursus Bahasa Inggris = (128/260) * 50 = 25

Kursus Bahasa Lainnya = (13/260) * 50 = 3

Kursus Menjahit = (14/260) * 50 = 3

Kursus Keuangan/Akuntansi = (10/260) * 50 = 2

Kursus Kecantikan = (31/260) * 50 = 6

Kursus Komputer = (64/260) * 50 = 11

(55)

Tabel 3.2. Jumlah Populasi dan Sampel Lembaga Kursus di Kota Medan

No. Jenis Kursus Populasi Sampel

1. Kursus Bahasa Inggris 128 25

Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kota Medan, 2007

3.5 Model Analisis

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan

pengaruh tingkat upah, modal usaha, pendapatan usaha, jumlah peserta didik dan

ekspansi usaha terhadap penyerapan tenaga kerja pada lembaga kursus di Kota

Medan yang dirumuskan dalam fungsi :

Probit (TK) = f (TU, MU, PD, JP, DM) (3.1)

Dari fungsi diatas maka didapat model kedalam persamaan ekonomometrika sebagai

(56)

Apabila I telah ditaksir maka penaksiran β dapat dilakukan secara langsung. Diketahui bahwa probabilitas standar kumulatif normal dan logistik masing-masing

adalah : semakin besar, demikian pula sebaliknya.

dimana :

P(TK) = Kemungkinan/probabilitas penyerapan tenaga kerja

TU = Tingkat upah

MU = Modal Usaha

PD = Pendapatan Usaha

JP = Jumlah Peserta Didik

DM = Pendapatan untuk ekspansi

0 = tidak buka cabang

1 = buka cabang

b0 = Intercept

b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi

(57)

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

maksimum likelihood dengan model probit. Prinsip maximum likelihood pada intinya adalah mencari sekumpulan parameter yang dapat memaksimumkan fungsi

likelihood

l

( ) (Nachrowi dan Usman, 2002). Untuk mengolah data, digunakan bantuan program Eviews versi 4.1.

3.7 Definisi Operasional

Untuk meragamkan persepsi dalam penulisan ini, maka disajikan beberapa

definisi orperasional yang diuraikan sebagai berikut :

a. Kesempatan tenaga kerja adalah kegiatan yang dilakukan oleh lembaga kursus

dengan melakukan permintaan tenaga kerja, bisa melakukan dengan penyerapan

tenaga kerja atau tidak.

b. Probabilitas penyerapan tenaga kerja adalah kemungkinan lembaga kursus

melakukan penyerapan tenaga kerja dengan nilai antara 0 sampai dengan 1.

c. Tingkat Upah adalah balas jasa yang diterima oleh tenaga kerja karena ia bekerja

dalam satuan juta rupiah per bulan.

d. Pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh lembaga kursus dalam satu tahun

dalam satuan juta rupiah per tahun.

e. Modal usaha adalah jumlah total modal awal pembentukan lembaga kursus dalam

(58)

f. Jumlah peserta didik adalah jumlah siswa yang mengikuti kegiatan kursus pada

lembaga kursus dalam satuan orang per tahun.

g. Ekspansi adalah kegiatan perluasan usaha (ekspansi) yang dilakukan lembaga

kursus dari pendapatan usaha yang diperoleh, bisa dilakukan dengan membuka

cabang atau tidak.

3.8 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)

Uji kesesuaian dilakukan berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2), yang

kemudian dilanjutkan dengan F-test dan T-test. Koefisien determinasi (R2) adalah

angka yang menunjukkan besarnya proporsi atau persentase variansi variabel variabel

bebas (independent variable) menjelaskan variabel terikat (dependen variable). F-tes dimaksudkan untuk menguji pengaruh secar serentak/ bersama dari variabel-variabel

bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable). T-test dimaksudkan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel bebas

(independent variable) secara parsial terhadap variabel terikat (dependent variable).

3.9 Uji Pelanggaran Asumsi Klasik

Dalam suatu model regresi ada beberapa permasalahan yang biasa terjadi

yang secara statistik dapat mengganggu model yang telah ditentukan, bahkan dapat

menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang dibentuk. Untuk itu

(59)

3.9.1 Multikolinieritas

Multikolinieritas timbul karena satu atau lebih variabel bebas merupakan

kombinasi linier yang pasti (sempurna) atau mendekati pasti dari variabel penjelas

lainnya. Jika terdapat multikolinieritas sempurna, koefisien regresi dari variabel

penjelas tersebut tidak dapat ditentukan dan variansnya bernilai tak terhingga. Jika

multikonilinieritas kurang sempurna, koefisien regresi dapat ditentukan, namun

variansnya sangat besar, sehingga tidak dapat menaksir koefisien secara akurat.

Dalam model regresi linier, diasumsikan tidak terdapat multikolinieritas di antara

variabel-variabel penjelas, untuk itu perlu dideteksi dengan mengamati

besaran-besaran regresi yang didapat, yaitu :

1. Interval tingkat kepercayaan lebar (karena varians besar maka standar

error besar, sehingga interval kepercayaan lebar);

2. Koefisien determinasi tinggi dan signifikasi nitai t statistik rendah;

3. Koefisien korelasi antar variable bebas tinggi;

4. Nilai koefisien korelasi parsial tinggi.

Untuk melihat ada tidaknya multikolinieritas dalam suatu model pengamatan,

dapat dilakukan dengan regresi antar variabel bebas, sehingga dapat diperoleh nilai

koefisien determinan (R2) masing-masing. Selanjutnya R2 hasil regresi antar variabel

bebas tersebut dibandingkan dengan R2 hasil regresi model, sehingga diperoleh

(60)

- Jika nilai R2 hasil regresi antar variabel bebas > R2 model penelitian, maka

hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada multikolinieritas dalam model

empiris yang digunakan ditolak.

- Jika nilai R2 hasil regresi antar variabel bebas < R2 model penelitian, maka

hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas

model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak.

3.9.2 Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi dari model regresi linier klasik adalah varian dari setiap

kesalahan pengganggu μ1 untuk variabel-variabel bebas yang diketahui merupakan

suatu bilangan konstan dengan symbol σ2. Kondisi seperti ini disebut dengan

homoskedastisitas, dengan persamaan sebagai berikut :

E (μi2) = σ2 dimana i = 1,2,...,n (3.7)

Sedangkan bila varian tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan

heteroskendastisitas.

Untuk melihat atau mendeteksi adanya heteroskendastisitas dapat dilakukan

dengan menggunakan Park Test (Uji dari Park RE). Park memformalkan metode grafik, dengan menganjurkan bahwa σ2, merupakan fungsi dari variabel bebas Xi.

Fungsi yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

σi2 = σ2 Xi β evi (3.8)

(61)

ln σi2 = ln σ2 + β ln Xi + vi (3.9)

Karena σi2 pada umumnya tidak diketahui, maka Park menyarankan σi2 digantikan

dengan μi (residual), sehingga diperoleh :

ln μi2 = In μ2 + β ln Xi + vi (3.10)

= α + β ln Xi + vi (3.11) Sebagai pedoman, apabila koefisien β dari persamaan (3.10) signifikan secara

statistik, ini menunjukkan bahwa dalam data dari model empiris yang sedang

diestimasi terdapat heteroskedastisitas, dan sebaliknya, bila koefisien parameter β

dari persamaan (3.11) tidak signifikan secara statistik, maka asumsi

homoskedastisitas atau tidak adanya heteroskedastisitas dalam data dari model

empiris yang sedang diestimasi tidak dapat ditolak.

Untuk dapat menerapkan uji Park, maka ada beberapa langkah yang harus

dilakukan, yaitu :

1. Melakukan regresi dengan menggunakan model yang sedang diamati,

kemudian didapatkan nilai estimasi residual, μi2 .

2. Lakukan regresi dengan menggunakan persamaan (3.11)

3.9.3 Normalitas

Untuk mengetahui apakah normal dan tidaknya faktor pengganggu, μt dengan

J-B test. Adapun kriteria untuk mengetahui normal atau tidaknya dari faktor

(62)

a. Bila nilai JB hitung (= χ2hitung) > nilai χ2tabel , maka hipotesis yang menyatakan

bahwa residual, μt adalah berdistribusi normal ditolak.

b. Bila nilai JB hitung (= χ2hitung) < nilai χ2tabel , maka hipotesis yang menyatakan

(63)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Wilayah Kota Medan 4.1.1. Wilayah dan Topografi

Kota Medan terletak antara 2o.27’ - 2o.47’ Lintang Utara, 98o.35’ – 98o.44’

Bujur Timur. Kota Medan berada pada 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut.

Kota Medan merupakan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II di Sumatera

Utara dengan luas daerah 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan

daerah tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten

Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur.

Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang

merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu: Sungai Babura dan Sungai

Deli.

Wilayah administrasi pemerintahan Kota Medan dipimpin seorang Walikota

pada saat ini terdiri atas 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam

2000 lingkungan dan didiami oleh beragam etnis/ suku bangsa, agama dan budaya.

(64)

4.1.2. Kependudukan

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, diproyeksikan

penduduk Kota Medan mencapai 2.067.288 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak

1.027.607 jiwa dan perempuan 1.039.681 jiwa. Dibandingkan hasil Sensus Penduduk

2000, terjadi pertambahan penduduk sebesar 163.015 jiwa (0,92 persen).

Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km2, kepadatan penduduk mencapai

7.798 jiwa/km2. Sedangkan pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun sampai

dengan tahun 2005 diperkirakan sebesar 1,53 persen dan rata-rata hunian setiap

rumah tangga ± 5 jiwa.

Pada tahun 2006 komposisi penduduk dapat diuraikan sebagai berikut :

jumlah anak balita 0-4 tahun sebesar 200.572 jiwa, usia 5-14 tahun sebesar 404.871

jiwa, usia 15-64 tahun 1.401.355 jiwa dan jumlah lanjut usia 65 tahun keatas sebesar

60.490 jiwa.

Perkembangan dan kepadatan penduduk Kota Medan selama 6 tahun

(65)

Tabel 4.1. Perkembangan Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Medan 2001 - 2006

No. Tahun Jumlah Penduduk

(Jiwa)

2. 2002 1.963.855 1,94 7.408

3. 2003 1.993.602 1,51 7.520

4. 2004 2.006.142 0,63 7.567

5. 2005 2.036.185 1,50 7.681

6. 2006 2.067.288 1,53 7.798

Sumber : BPS Kota Medan, 2007

4.1.3. Sosial/ Pendidikan

Human Development Report, mendefinisikan pembangunan manusia sebagai

suatu untuk membuat manusia mampu memiliki lebih banyak pilihan.

Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak

anti terhadap pertumbuhan. Dalam perspektif pembangunan manusia, pertumbuhan

ekonomi bukanlah tujuan akhir. Pertumbuhan ekonomi adalah alat untuk mencapai

tujuan akhir, yaitu memperluas pilihan-pilihan bagi manusia. Kalaupun demikian,

tidak ada hubungan yang otomatis antara pertumbuhan ekonomi dengan kemajuan

pembangunan manusia.

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Medan

menunjukkan gambaran yang menggembirakan.

Pada tahun 1999, IPM Kota Medan mencapai 70,8. Dibandingkan dengan 25

Gambar

Tabel Distribusi Frekuensi
Tabel 1.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Medan Tahun 2001-2006
Tabel 1.2. Perkembangan Jumlah Lembaga Kursus di Kota Medan Tahun 2002-2006
Gambar 1.1. Perkembangan Jumlah Lembaga Kursus di Kota Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adap un tujuannya adalah untuk menganalisis pengaruh nilai output, jumlah unit usaha dan tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja se-karesidenan Pekalongan tahun

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh upah, modal kerja, dan volume penjualan secara bersama-sama terhadap penyerapan tenaga kerja dan menganalisis

Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pengaruh modal, bahan baku dan tingkat upah terhadap produktivitas dan penyerapan tenaga kerja pada

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah ada pengaruh upah, modal, dan nilai produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada UKM yang memproduksi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh upah, modal kerja, dan volume penjualan secara bersama-sama terhadap penyerapan tenaga kerja dan menganalisis

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel tingkat upah tenaga kerja, modal kerja, nilai produksi dan biaya bahan baku terhadap penyerapan tenaga kerja

PENGARUH TINGKAT UPAH, VOLUME PENJUALAN, LAMA USAHA, PENDIDIKAN, DAN MODAL TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL STUDI KASUS SENTRA INDUSTRI KULIT TANGGULANGIN KABUPATEN

Pembahasan Melalui pengujian hipotesis sebelumya, dari variabel modal, volume penjualan, tingkat pendidikan dan Upah, keempat variabel ini mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di