ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA
PADA LEMBAGA KURSUS DI KOTA MEDAN
TESIS
MUHAMMAD RAMLI
067018058/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA
PADA LEMBAGA KURSUS DI KOTA MEDAN
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Pembangunan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
MUHAMMAD RAMLI
067018058/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA LEMBAGA KURSUS DI KOTA MEDAN
Nama Mahasiswa : Muhammad Ramli Nomor Pokok : 067018058
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Dede Ruslan, M.Si.) (Drs. Rujiman, M.A.)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc.)
TELAH DIUJI PADA Tanggal : 22 Januari 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Dede Ruslan, M.Si. Anggota : 1. Drs. Rujiman, M.A.
2. Dr. Muri Daulay, M.Si. 3. Dr. Rahmanta, M.Si.
ABSTRAK
Pendidikan luar sekolah (kursus) yang memberikan pelayanan kepada masyarakat yang ingin mendapatkan suatu ketrampilan untuk mencari kerja atau karena perubahan tuntutan pekerjaan yang sedang digeluti ataupun mereka yang ingin melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi. Dalam lima tahun terakhir antara tahun 2001-2006 terlihat adanya perkembangan jumlah lembaga kursus sekitar 47,4%. Hal ini menunjukkan adanya permintaan dari masyarakat untuk meningkatkan keahlian atau skill untuk mendapatkan pekerjaan atau untuk menuntut pendidikan yang lebih tinggi. Dengan adanya peningkatan terhadap kegiatan kursus akan meningkatkan jumlah lembaga kursus, berarti baik secara langsung maupun tidak langsung membuka kesempatan kerja.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh tingkat upah, modal usaha, pendapatan usaha, jumlah peserta didik dan ekspansi terhadap penyerapan tenaga kerja pada lembaga kursus di kota Medan.
Data penelitian ini menggunakan data sekunder sedangkan analisisnya menggunakan metode maksimum likelihood dengan model probit.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat upah, modal usaha, pendapatan usaha, jumlah peserta didik dan ekspansi secara bersama-sama mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada lembaga kursus di Kota Medan. Secara parsial, tingkat upah, modal usaha, pendapatan usaha dan ekspansi mempunyai pengaruh signifikan secara statistic terhadap penyerapan tenaga kerja pada lembaga kursus di Kota Medan, sedangkan faktor jumlah peserta didik tidak memberikan pengaruh yang signifikan.
Tingkat upah dan ekspansi merupakan faktor yang memberikan kontribusi yang cukup besar dibandingkan 3 faktor yang lain (modal usaha, pendapatan usaha dan jumlah peserta didik) yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada lembaga kursus di Kota Medan.
ABSTRACT
Out-school education (course) serves those who look for skills in order to get jobs or to adapt to their job change demand as well as those who need to continue their higher level education. The amount of course institution has been increased about 47,7% in the last 5 years, from 2001 to 2006. It indicates people’s demand to increase their skills and their educational level. The increase of course activities will lead to the increase of the institution amount. As a result, directly or indirectly, it will lead to employment chance.
This research is aimed to analyze the influence of wage level, capital, revenue, amount of trainees and expansion to the absorption of labor force in course institution in Medan.
The data used in this research are secondary data, while the method of analysis is maximum likelihood with probit model.
The result of the research shows that wage level, capital, revenue, the amount of trainees and expansion together give impacts to the absorption of labor force in course institution in Medan. Partially, wage level, capital, revenue and expansion give significant impacts while the amount of trainees doesn’t.
Wage level and expansion give bigger contribution than the other factors (capital, revenue and the amount of trainees) to the absorption of labor force in course institution in Medan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Lembaga Kursus di Kota Medan.” Tidak lupa juga solawat dan salam penulis tujukan kepada imam para nabi Rasulullah
Muhammad SAW yang telah berjuang membawa umat manusia kepada fitrah yang
benar dan jalan yang diridhoi-Nya.
Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Master
pada Program Pascasarjana Magister Ilmu Ekonomi Pembangunan Universitas
Sumatera Utara. Dengan selesainya penulisan tesis ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda Sati dan Ayahanda Sarkam yang telah
mengasuh dan membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tiada hingga.
Demikian juga kepada istri tercinta, Syarifa Nani Rahmani, SS., MSi, yang telah
memberikan dukungan dan motivasi yang begitu besar, juga kepada ananda tersayang
Sabiq, Aulia dan Adib yang menjadi motivator penulis dalam menyelesaikan tesis.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si. selaku ketua komisi pembimbing yang telah
memberikan begitu banyak sumbangan tenaga, waktu dan pikiran bagi penulis dalam
penyusunan tesis ini. Terima kasih tak terhingga juga penulis sampaikan kepada
Bapak Drs. Rujiman, M.A. selaku anggota komisi pembimbing yang telah
memberikan berbagai saran dan masukan serta kemudahan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini. Demikian pula ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu memberikan berbagai bentuk kontribusi bagi penulis,
khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, D.M.T.&H., Sp.A (K). selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si. selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Ekonomi
Pembangunan Universitas Sumatera Utara
4. Bapak/Ibu dosen yang telah menyumbangkan ilmunya, semoga berguna bagi
penulis dan amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT
5. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Pembangunan
angkatan 11 yang telah memberi warna dalam kehidupan penulis selama di
kampus, khususnya kepada pak Wahid, kak Leni, Yudha yang telah banyak
memberikan sumbangan ilmu dan perhatiannya bagi penulis
6. Teman-teman di BKB USM STAN Adzkia yang banyak membantu dalam proses
penyelesaian penulisan tesis
7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah membalas
kebaikan dengan berlipat ganda
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak terdapat
kekurangan. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan kontribusi yang bernilai bagi
kita semua. Amin.
Medan, Februari 2009
Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Nama : Muhammad Ramli
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 3 Oktober 1974
Alamat : Komp. Stella Residence Blok M 10 Medan
Pekerjaan : PNS
Status : Menikah, 3 anak
Nama Istri : Sy. Nani Rahmani, SS., MSi.
Nama Anak : Sabiq, Aulia, Adib
Riwayat Pendidikan : 1. SDN 0604963 Medan
2. SMPN 8 Medan
3. SMEA Dipanegara Medan
4. Diploma I STAN/PRODIP Keuangan Medan
5. Sarjana Teknik Informatika
Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan
6. Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Ekonomi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN... 1
I.1. Latar Belakang ... 1
I.2. Rumusan Masalah ... 7
I.3. Tujuan Penelitian ... 8
I.4. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Ketenagakerjaan ... 10
2.1.1. Angkatan Kerja ... 10
2.1.2. Kesempatan Kerja ... 12
2.2.1. Permintaan Tenaga Kerja ... 14
2.2.2. Faktor-Faktor Penentu Permintaan Terhadap Tenaga Kerja ... 18
2.2.3. Penawaran Tenaga Kerja ... 23
2.2.4. Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja ... 24
2.3. Model-Model Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja .... 26
2.3.1. Model Upah Fleksibel ... 26
2.3.2. Model Upah Fleksibel ... 29
2.3.3. Model Kesalahan Persepsi-Pekerja ... 30
2.4. Penetilian Sebelumnya ... 31
2.5. Hipotesis ... 33
2.6. Kerangka Pemikiran... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 35
3.2. Lokasi Penelitian ... 35
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 35
3.4. Populasi dan Sampel ... 36
3.5. Model Analisis ... 37
3.6. Motode Analisis ... 39
3.7. Definisi Operasional ... 39
3.8. Uji Kesesuaian (Test of goodness of fit) ... 40
3.9.1. Multikolinieritas ... 41
3.9.2. Heteroskedastisitas... 42
3.9.3. Normalitas ... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
4.1. Deskripsi Wilayah Kota Medan ... 45
4.1.1. Wilayah dan Topografi ... 45
4.1.2. Kependudukan ... 46
4.1.3. Sosial/ Pendidikan ... 47
4.2. Karakteristik Lembaga Kursus di Kota Medan ... 49
4.2.1. Penyerapan Tenaga Kerja ... 49
4.2.2. Rata-Rata Tingkat Upah Karyawan ... 50
4.2.3. Modal Usaha ... 51
4.2.4. Pendapatan Usaha ... 51
4.2.5. Jumlah Peserta Didik ... 52
4.2.6. Ekspansi Usaha (Buka Cabang) ... 53
4.2.7. Jumlah Tenaga Kerja ... 53
4.2.8. Lama Usaha ... 54
4.2.9. Pemenuhan Usaha Dari Pendapatan ... 55
4.2.10. Pengaruh Lokasi ... 55
4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja ... 56
4.5. Pembahasan... 61
4.6. Uji Asumsi Klasik ... 65
4.6.1. Uji Multikolinieritas ... 65
4.6.2. Uji Heteroskedastisitas ... 66
4.6.3. Uji Normalitas ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69
5.1. Kesimpulan ... 69
5.2. Saran-Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Medan
2001-2006 3
1.2. Perkembangan Jumlah Lembaga Kursus di Kota Medan
2002-2006 4
3.1. Jumlah Lembaga Kursus di Kota Medan Tahun 2006 36
3.2. Jumlah Populasi dan Sampel Lembaga Kursus di Kota Medan 37
4.1. Perkembangan Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Medan
2001-2006 47
4.2. Perkembangan Lembaga Kursus di Kota Medan Tahun 2002-2006 49
4.3. Penyerapan Tenaga Kerja Pada Lembaga Kursus 50
4.4. Rata-Rata Tingkat Upah Karyawan Pada Lembaga Kursus 50
4.5. Modal Usaha Pada Lembaga Kursus 51
4.6. Pendapatan Usaha Pada Lembaga Kursus 52
4.7. Jumlah Peserta Didik Pada Lembaga Kursus 52
4.8. Ekspansi Usaha/Buka Cabang Pada Lembaga Kursus 53
4.9. Jumlah Tenaga Kerja Pada Lembaga Kursus 54
4.10. Lama Usaha Pada Lembaga Kursus 54
4.11. Pemenuhan Usaha Dari Pendapatan Pada Lembaga Kursus 55
4.12. Pengaruh Lokasi Usaha Pada Lembaga Kursus 56
4.13. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja
Pada Lembaga Kursus di Kota Medan 57
Model Probit 58
4.15. Hasil Estimasi Beberapa Kondisi Menggunakan Model Probit 63
4.16. Hasil Estimasi Uji Multikolinieritas 66
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1.1. Perkembangan Jumlah Lembaga Kursus di Kota Medan 5
2.1. Fungsi Permintaan Terhadap Tenaga Kerja 17
2.2. Fungsi Permintaan Tenaga Kerja Dalam Satu Faktor Produksi 20
2.3.a. Permintaan Tenaga Kerja Perusahaan 21
2.3.b. Permintaan Tenaga Kerja Industri 21
2.4.a. Keseimbangan Pasar 22
2.4.b. Keseimbangan Perusahaan 22
2.5. Kurva Penawaran Tenaga Kerja Individu 24
2.6. Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja 25
2.7. Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja dan Pengangguran 26
2.8. Hubungan Antara Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja 29
2.9. Kurva Model Kesalahan Persepsi-Pekerja 31
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kuesioner 73
2. Data Hasil Penelitian 75
3. Hasil Estimasi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Lembaga Kursus di Kota Medan Dengan Menggunakan Metode Maksimum Likelihood
Dengan Model Probit 78
4. Uji Multikolinearitas Tingkat Upah 79
5. Uji Multikolinearitas Modal Usaha 80
6. Uji Multikolinearitas Pendapatan Usaha 81
7. Uji Multikolinearitas Jumlah Peserta Didik 82
8. Uji Multikolinearitas Ekspansi 83
9. Uji White Heteroskedastisitas 84
10. Uji Normalitas (JB-Test) 85
11. Statistik Deskriptif 86
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi bertujuan antara lain pencapaian pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi, mengentaskan kemiskinan, menjaga kestabilan harga
dengan selalu memperhatikan tingkat inflasi, menjaga keseimbangan neraca
pembayaran, perhatian yang cukup terhadap neraca perdagangan, pendistribusian
pendapatan yang lebih adil dan merata, tumbuhnya investasi-investasi dan mengatasi
pengangguran. (Arief, 2006)
Daya serap tenaga kerja Indonesia telah merosot sangat tajam. Pada tahun
1994 setiap satu persen pertumbuhan ekonomi masih mampu menyerap tenaga kerja
sekitar 375.000 orang. Namun, pada tahun 2000-2004 setiap satu persen
pertumbuhan ekonomi hanya mampu menciptakan lapangan kerja 215.000 orang.
Setelah tahun tersebut angkanya bahkan menurun lagi menjadi 178.000 orang.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 yang diharapkan dapat mengurangi angka
pengangguran pada kenyataannya belum secara signifikan dapat memberikan solusi
dalam mengatasi permasalahan tenaga kerja. (Depnakertrans, 2006)
Meningkatnya angka pengangguran disebabkan karena ketidakseimbangan
pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan kerja. Adanya kesenjangan antara
angkatan kerja dan lapangan kerja tersebut berdampak terhadap perpindahan tenaga
sejalan dengan pernyataan Todaro (1998) yang menjelaskan bahwa terjadinya
perpindahan penduduk disebabkan oleh tingginya upah atau pendapatan yang dapat
diperoleh di daerah tujuannya. Kesenjangan upah/pendapatan yang besar antara desa
atau daerah dan kota mendorong penduduk desa atau daerah untuk datang dan
mencari pekerjaan di kota.
Adanya kecenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi
yang membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat per kapita mengakibatkan
semakin cepat perubahan struktur ekonomi dengan asumsi bahwa faktor-faktor
penentu lainnya yang mendukung proses tersebut seperti manusia (tenaga kerja),
bahan baku, dan teknologi tersedia. (Tambunan, 2006)
Perubahan struktur ekonomi periode jangka panjang menunjukkan ciri-ciri
sebagai berikut: pertama, kontribusi output dari sektor pertanian terhadap
pembentukan PDB mengecil, sedangkan pangsa PDB dari sektor industri
(manufaktur) dan jasa mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan PDB atau
Pendapatan nasional per kapita. Kedua, terjadinya distribusi kesempatan kerja
menurut sektor dimana pada tingkat pendapatan per kapita yang rendah (tahap awal
pembangunan), sektor-sektor primer merupakan kontribusi terbesar dalam
penyerapan tenaga kerja. Pada tingkat pendapatan per kapita yang tinggi (tahap akhir
pembangunan), sektor-sektor sekunder terutama industri menjadi lebih penting
dibandingkan pertanian sebagai sumber kesempatan kerja. (chenery dan Syrquin
dalam Tambunan, 2006)
Penyerapan tenaga kerja menurut sektor dapat mencerminkan tingkat
banyak penduduk bekerja di sektor industri atau jasa dibanding sektor pertanian. Di
Kota Medan sektor utama dalam penyerapan tenaga kerja didominasi oleh lapangan
usaha sektor industri dan jasa. Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2001 –
2006 penyerapan tenaga kerja di dominasi oleh lapangan usaha sektor industri dan
jasa, hal ini disebabkan disebabkan oleh telah berdirinya pabrik-pabrik pada industri
pengolahan dan pusat-pusat perdagangan, hotel dan restoran serta jasa
kemasyarakatan, sosial dan perorangan. Untuk tahun 2001-2003 penyerapan kerja
banyak terjadi pada lapangan usaha sektor usaha industri pengolahan dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan, untuk 2004-2006 penyerapan tenaga
kerja banyak terjadi pada lapangan usaha industri dan jasa kemasyarakatan, sosial dan
perorangan.
Tabel 1.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Medan Tahun 2001-2006
Tahun Pertanian
Sumber: BPS, Medan Dalam Angka, 2002-2007
Pendidikan luar sekolah (kursus) yang memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang ingin mendapatkan suatu ketrampilan untuk mencari kerja atau
karena karena perubahan tuntutan pekerjaan yang sedang digeluti ataupun mereka
bahwa dalam lima tahun terakhir antara tahun 2001-2006 terlihat adanya
perkembangan jumlah lembaga kursus sekitar 47,4%. Hal ini menunjukkan adanya
permintaan dari masyarakat untuk meningkatkan keahlian atau skill untuk
mendapatkan pekerjaan atau untuk menuntut pendidikan yang lebih tinggi. Dengan
adanya peningkatan terhadap kegiatan kursus akan meningkatkan jumlah lembaga
kursus, berarti baik secara langsung maupun tidak langsung yang membuka
kesempatan kerja.
Tabel 1.2. Perkembangan Jumlah Lembaga Kursus di Kota Medan Tahun 2002-2006
No. Jenis Kursus 2002 2003 2004 2005 2006
1. KursusBahasa Inggris 104 103 103 118 128
2. Kursus Bahasa Lainnya 16 21 21 24 13
3. Kursus Memasak 2 - - - 1
4. Kursus Menjahit 42 14 14 15 14
5. Kursus Merangkai Bunga 2 - - 3 1
6. Kursus Mengemudi 4 4 4 5 2
7. Kursus Mengetik 24 - - 2
-8. Kursus Keuangan/ Akuntansi 11 23 23 21 10
9. Kursus Kecantikan 14 21 21 25 31
10. Kursus Komputer 54 46 46 47 64
11. Kursus Pengetahuan Khusus - 7 7 6 5
12. Kursus lainnya/ Musik/ Senam 5 7 7 6 9
13. Kursus Montir Mobil/ Radio 2 8 8 4 2
Jumlah 190 254 254 276 280
Dari tabel 1.2, dapat dilhat perkembangan lembaga kursus di Kota Medan
dalam bentuk tampilan grafik sebagai berikut:
Jumlah Lembaga Kursus Di Kota Medan
190
2002 2003 2004 2005 2006
Tahun
Ju
m
la
h
Gambar 1.1. Perkembangan Jumlah Lembaga Kursus di Kota Medan
Dari gambar 1.1 diatas terlihat bahwa adanya peningkatan jumlah kursus
mulai tahun 2002 sampai dengan 2006. Dengan mulai membaiknya keadaan
perekonomian setelah dihantam krisis moneter, masyarakat mulai meningkatkan
keahlian atau skillnya untuk memperoleh pekerjaan atau untuk melanjutkan
pendidikan lebih tinggi atau berwiraswasta dan juga masyarkat mulai menyadari akan
pentingnya pendidikan diluar untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan supaya
Penelitian ini ingin mengamati dan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan tenaga kerja yaitu upah, pendapatan usaha, investasi/
modal usaha, jumlah peserta didik dan dummy untuk ekspansi.
Faktor tingkat upah masuk dalam penelitian secara teoritis permintaan tenaga
kerja sangat dipengaruhi oleh upah. Upah atau gaji merupakan balas jasa dari
produsen atas orang yang dipekerjakannya. Perbaikan upah sangat penting untuk
mendukung pembangunan. Perbaikan upah berarti peningkatan pendapatan dan daya
beli masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat akan meningkatkan permintaan
barang dan jasa yang kemudian pada gilirannya secara makro mendorong mendorong
perusahaan untuk berkembang. Melalui pertumbuhan dunia usaha, perbaikan upah
juga penting untuk mendorong penciptaan lapangan kerja baru. Ini berarti bahwa
perbaikan upah akan meningkatkan produktivitas.
Pertumbuhan ekonomi daerah dapat diartikan sebagai kenaikan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar
atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur
ekonomi terjadi atau tidak. Hal ini berarti berarti bahwa pertumbuhan ekonomi
daerah secara langsung ataupun tidak langsung akan menciptakan lapangan kerja.
(Arsyad, 1999). Dalam konteks lembaga kursus, apabila pendapatan dari lembaga
kursus semakin meningkat dengan ditandai banyaknya peserta yang ikut dalam
pendidikan maka lembaga kursus tersebut akan membutuhkan tenaga kerja baru
(menyerap tenaga kerja) atau menciptakan kesempatan kerja misalnya: tenaga
Faktor investasi/ modal masuk kedalam penelitian ini karena permintaan
tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh investasi/ modal. Sebagaimana kita ketahui
bahwa faktor produksi dalam hal ini tenaga kerja sangat bergantung pada besarnya
permintaan barang dan jasa. Hal ini berarti bahwa dengan adanya investasi/ modal
usaha maka investor membuka usaha kemudian memproduksi barang dan jasa untuk
memenuhi permintaan. Makin besar permintaan terhadap barang dan jasa, makin
besar permintaan terhadap tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi.
Faktor jumlah peserta didik masuk dalam penelitian ini karena permintaan
tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh jumlah peserta didik. Untuk kegiatan pada
sektor produksi (industri) permintaan tenaga kerja sangat bergantung pada besarnya
permintaan barang dan jasa. Namun, untuk sektor jasa (lembaga kursus) besarnya
permintaan tenaga kerja sangat bergantung pada jumlah peserta didik.
Dengan peningkatan pendapatan usaha maka pengelola lembaga kursus
dihadapkan pada situasi untuk melakukan ekspansi atau perluasan cakupan kursus
yaitu membuka cabang atau tidak. Dengan melakukan ekspansi atau perluasan
cakupan kursus akan menentukan permintaan tenaga kerja.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan suatu penelitian dengan
judul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Lembaga Kursus di Kota Medan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka dapat dirumuskan
1. Bagaimanakah pengaruh tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja pada
lembaga kursus di Kota Medan.
2. Bagaimanakah pengaruh investasi/modal usaha terhadap penyerapan tenaga
kerja pada lembaga kursus di Kota Medan.
3. Bagaimanakah pengaruh pendapatan usaha terhadap penyerapan tenaga kerja
pada lembaga kursus di Kota Medan.
4. Bagaimanakah pengaruh jumlah peserta didik terhadap penyerapan tenaga
kerja pada lembaga kursus di Kota Medan.
5. Bagaimanakah pengaruh ekspansi atau perluasan cakupan kursus terhadap
penyerapan tenaga kerja pada lembaga kursus di Kota Medan.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja
pada lembaga kursus di Kota Medan.
2. Untuk mengetahui pengaruh investasi/modal usaha terhadap penyerapan
tenaga kerja pada lembaga kursus di Kota Medan.
3. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan usaha terhadap penyerapan tenaga
kerja pada lembaga kursus di Kota Medan.
4. Untuk mengetahui pengaruh jumlah peserta didik terhadap penyerapan tenaga
5. Untuk mengetahui pengaruh ekspansi atau perluasan cakupan kursus terhadap
penyerapan tenaga kerja pada lembaga kursus di Kota Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat antara lain:
1. Diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi Pemerintah
Daerah Kota Medan khususnya yang berkaitan dengan ketenagakerjaan dalam
mengambil kebijakan.
2. Untuk menambah wawasan, baik penulis maupun pihak lain yang mempunyai
perhatian terhadap ketenagakerjaan dalam menganalisis variabel-variabel
yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ketenagakerjaan 2.1.1 Angkatan Kerja
Tenaga kerja dalam masyarakat merupakan faktor yang sangat penting bagi
pembangunan ekonomi sebagai salah satu faktor produksi dalam kegiatan
sektor-sektor ekonomi. Adanya pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh perkembangan
dari Produk Domestik Bruto diberbagai sektor menyebabkan terbukanya kesempatan
kerja, shingga memungkinkan bertambahnya permintaan terhadap tenaga kerja,
walaupun seringkali peningkatan kesempatan kerja ini tidak sebanding dengan tenaga
kerja yang tersedia sehingga menyebabkan masalah ketenagakerjaan
Untuk keperluan analisis ketenagakerjaan, secara garis besar penduduk suatu
negara dibedakan menjadi lima golongan yaitu: (Depnaker, 2004)
1. Tenaga kerja
Yang tergolong sebagai tenaga kerja ialah penduduk yang berumur dalam
batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antar negara yang satu
dengan yang lain. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk usia
kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Penduduk usia
2. Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk usia kerja yang
bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak
bekerja, dan yang mencari pekerjaan.
3. Bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja
yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari
pekerjaan, yakni orang-orang yang kegiatannya bersekolah, mengurus
rumah tangga dan menerima pendapatan yang bukan imbalan langsung
atas jasa kerjanya.
4. Pekerja
Pekerja adalah orang-orang yang mempunyai pekerjaan mencakup orang
yang mempunyai pekerjaan dan saat disensus atau disurvai memang
sedang bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk
sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja. Menurut BPS bekerja
adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh upah, atau
membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja
paling sedikit satu jam secara kontinyu dalam seminggu yang lalu
(seminggu sebelum sensus atau survai).
5. Penganggur.
Penganggur adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan atau orang
yang tidak bekerja dan masih atau sedang mencari pekerjaan.
Pengangguran yang semacam ini oleh BPS dinyatakan pengangguran
Pengertian angkatan kerja (labour demand) adalah sebagai jumlah orang yang sedang bekerja dan orang yang menganggur. Dalam suatu masyarakat pada orang
dewasa (berumur 16 tahun keatas) pada setiap rumah tangga dimasukkan dalam tiga
kelompok yaitu: bekerja, tidak bekerja, atau tidak masuk dalam (diluar) angkatan
kerja. Seseorang dianggap bekerja jika ia bekerja dan mendapat upah pada pekan
sebelumnya, sebagai lawan dari menjaga rumah, pergi ke sekolah, atau melakukan
hal-hal lain. Seseorang dianggap menganggur jika ia tidak bekerja dan sedang
menunggu untuk memulai pekerjaan baru, sedang cuti, atau sedang mencari
pekerjaan. Orang yang tidak masuk ke dalam dua kategori itu, seperti pelajar atau
pensiunan, tidak berada dalam angkatan kerja. (Mankiw G., 2000)
2.1.2. Kesempatan Kerja
Satu aspek dalam kinerja ekonomi adalah sejauh mana suatu perekonomian
menggunakan sumber daya dengan baik. Karena para pekerja suatu perekonomian
adalah sumber daya utamanya, menjaga agar para pekerja tetap bekerja menjadi
puncak perhatian para pembuat kebijakan ekonomi. Istilah kesempatan kerja
mengandung pengertian kesempatan yang tersedia sebagai akibat dari kegiatan
ekonomi (memproduksi barang dan jasa). (Mankiw G., 2000)
Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam proses produksi yang lain
seperti tanah, modal, dan lain-lain. Maka manusia merupakan penggerak bagi seluruh
fakto-faktor produksi tersebut. Istilah kesempatan kerja mengandung pengertian
kegiatan ekonomi (produksi). Dengan demikian pengertian kesempatan kerja adalah
mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan semua lapangan pekerjaan yang
masih lowong. Dari lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut (yang
mengandung arti adanya kesempatan), kemudian timbul kebutuhan akan tenaga kerja.
Kebutuhan tenaga kerja nyata-nyata diperlukan oleh perusahaan/lembaga menerima
tenaga kerja pada tingkat upah, posisi, dan syarat kerja tertentu. Data kesempatan
kerja secara nyata sulit diperoleh, maka untuk keperluan praktis digunakan
pendekatan bahwa jumlah kesempatan kerja didekati melalui banyaknya lapangan
kerja yang terisi yang tercermin dari jumlah penduduk yang bekerja (employed). (Depnaker, 2004)
Pengertian kesempatan kerja yaitu suatu keadaan yang mencerminkan sampai
jumlah berapa dari total angkatan kerja yang dapat diserap dapat ikut serta aktif
dalam suatu kegiatan perekonomian suatu negara. Dengan kata lain kesempatan kerja
adalah jumlah penduduk yang bekerja atau telah mendapatkan pekerjaan (Ahmad,
1997).
Menurut Rusli (1998) yang didasarkan pada data sensus penduduk, jumlah
penduduk yang bekerja biasanya dipandang sebagai jumlah kesempatan kerja yang
ada. Ini berarti bahwa kesempatan kerja bukanlah lapangan pekerjaan yang masih
terbuka, walaupun komponen yang terakhir ini akan menambah kesempatan kerja
yang ada diwaktu yang akan datang.
Secara sederhana bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga
ekonomi, perubahan investasi penggunaan tenaga kerja dalam produksi, perubahan
tingkat ekspor, perubahan produksi barang-barang subsitusi impor dan perubahan
variasi musim dari kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Ichsan,dkk,1995).
Kebutuhan tenaga kerja didasarkan pada pemikiran bahwa tenaga kerja dalam
masyarakat merupakan salah satu faktor yang potensial untuk pembangunan ekonomi
secara keseluruhan, dengan demikian jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar
dapat menentukan percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Kesempatan kerja yang
tersedia dan kualitas tenaga kerja yang digunakan akan menetukan proses
pembangunan ekonomi untuk menjalankan proses produksi dan juga sebagai pasar
barang dan jasa.
2.2 Teori Tenaga Kerja 2.2.1 Permintaan Tenaga Kerja
Dalam memperkirakan penggunaan tenaga kerja perusahaan akan melihat
tambahan output yang akan diperolehnya sehubungan dengan penambahan seorang
tenaga kerja.
Untuk meganalisis hal tersebut digunakan beberapa asumsi, ini berarti setiap
rumah tangga perusahaaan sebagai individu tidak dapat mempengaruhi harga atau
menghasilkan produksi (output) maupun untuk faktor-faktor produksi (input) yang digunakan dalam industri adalah suatu faktor yang harus diterima (given).
Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi dikombinasikan dengan
output berupa barang dan jasa. Oleh karena itu rumah tangga perusahaan dalam
kegiatan menghasilkan produksinya membutuhkan atau meminta jasa tenaga kerja.
Dengan satu asumsi perusahaan dalam menghasilkan outputnya
menggunakan faktor tenaga kerja dan modal (dalam jangka pendek), dimana faktor
modal jumlahnya tetap. Maka secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai
berikut :
Q = f (L,K)
dimana :
Q = jumlah output yang dihasilkan
L = jumlah sumber tenaga kerja (jasa tenaga kerja)
K = jumlah sumber modal(jasa barang modal)
Model yang akan digunakan untuk menjelasakan kesempatan kerja dapat
didekati dari fungsi permintaan Hicksian. Fungsi permintaan Hicksian diturunkan
dari kondisi minimisasi biaya sebuah unit usaha (Henderson et all, 1980).
Misalnya untuk memproduksi suatu output diperlukan dua faktor input, yaitu tenaga
kerja (L) dengan upah per unitnya sebesar w dan modal kerja (K) dengan biaya modal
sebesar r. Kondisi tersebut secara matematis dapat situlis sebagai berikut :
Q = f (K,L) (2.1)
Sedangkan biaya totalnya dapat dijabarkan sebagai berikut :
Dengan minimisasi biaya total untuk setiap n faktor input produksi, dan
menempatkan persamaan (2.1) sebagai kendala dan persamaan (2.2) sebagai tujuan,
maka melalui metode lagrange fungsi tersebut dapat dinyataan sebagai berikut :
= wL + rK +
l λ(Q – f ( K,L) (2.3)
Turunan parsial (pertama) yang merupakan kondisi perlu untuk masalah
optimasi terhadap K,L dan λharus sama dengan nol adalah sebagai berikut :
( , ) =0
Dengan memanipulasi dua persamaan pertama, maka akan diperoleh :
K
sedangkanλsecara ekonomi dapat diinterpretasikan sebagai suatu biaya marginal
(marginal cost = MC). Dari persamaan (2.4) dan (2.5) dapat diperoleh nilai pengganda lagrange sebagai berikut :
λ* =
W merupakan harga per unit faktor input tenaga kerja dan r merupakan harga per unit
faktor input kapital, sedangakan MPL adalah besarnya tambahan output sebagai
besarnya tambahaann output sebagai akibat adanya kenaikan per unit faktor input
Berdasarkan kondisi tersebut diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dari hasil
proses minimisasi total cost (TC) akan diperoleh nilai optimal dari penggunaan faktor
input (L,K) dan dengan demikian fungsi permintaan dari faktor input (L,K) ini adalah
fungsi harga input (w,r) dan tingkat produksinya (Q) yang secara matematika dapat
dinyatakan sebagai berikut :
L* = L* (w,r,Y) (2.9)
Merupakan fungsi permintaan tenaga kerja.
K* = K* (w,r,Y) (2.10)
Merupakan fungsi permintaan kapital.
Fungsi permintaan tenaga kerja dapat digambarkan dalam bentuk grafik pada
Garis vertikal adalah upah real
PO W) (
sedangkan garis horizontal adalah jumlah
tenaga kerja (L). Pada tingkat upah ( )1
PO W
jumlah tenaga kerja yang terserap adalah L1
dan pada tingkat upah real 2 ) (
PO W
jumlah tenaga kerja yang terserap adalah L2 jadsi
fungsi permintaan tenaga kerja adalah LD =
PO K W
f ( , )dimana jumlah modal dianggap tetap maka fungsi permintaannya adalah LD =
PO W f ( )
2.2.2 Faktor-Faktor Penentu Permintaan Terhadap Kesempatan Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan tenaga kerja adalah: (Rahardja
dan Manurung, 2006)
a. Harga Faktor Produksi
Yang dimaksud dengan harga faktor produksi adalah upah atau gaji untuk
tenaga kerja. Jika upah tenaga kerja makin murah harganya, makin besar jumlah
tenaga kerja yang diminta.
b. Permintaan Terhadap Output
Makin besar skala produksi, makin besar permintaan terhadap kesempatan
tenaga kerja. Apabila diaplikasikan pada lembaga kursus berarti bahwa dengan
semakin banyak peserta anak didik atau yang ikut kursus maka permintaan terhadap
tenaga kerja semakin besar misalnya tenaga pengajar dan lain-lain.
c. Permintaan Terhadap Faktor Produksi Lain
Misalnya, permintaan terhadap faktor produksi substitusi (mesin) meningkat,
mempunyai hubungan komplemen, meningkatnya permintaan terhadap mesin
meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja.
d. Kemajuan Teknologi
Kemajuan Teknologi mempunyai dampak yang mendua terhadap permintaan
faktor produksi. Dalam arti kemajuan dapat menambah atau mengurangi permintaan
terhadap faktor produksi. Jika kemajuan teknologi meningkatkan produktivitas maka
permintaan terhadap faktor produksi meningkat. Kemajuan teknologi yang bersifat
padat modal meningkatkan produktivitas barang modal, sehingga permintaan
terhadapnya meningkat. Sebaliknya kemajuan tersebut menurunkan permintaan
terhadap tenaga kerja, bila hubungan keduanya substitutif. Kemajuan teknologi dapat
meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja, bila kemajuan tersebut
meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
2.2.2.1 Permintaan Tenaga Kerja Dalam Model Satu Faktor Produksi
Model permintaan tenaga kerja dalam satu faktor produksi variabel
mengasumsikan hanya tenaga kerja yang dapat diubah-ubah jumlah penggunaannya.
Keputusan penggunaan tenaga kerja oleh perusahaan ditentukan dengan
membandingkan biaya marjinal dan penerimaan marjinal dari penambahan satu
tenaga kerja. Biaya marjinal dari penambahan penggunaan satu tenaga kerja adalah
upah tenaga kerja (W) karena posisi perusahaan adalah penerima harga. Penerimaan
bahwa kurva MRPL (Gambar 2.2.b) adalah kurva MP (Gambar 2.2.a) dikali harga jual
(P).
MP (Unit output) MRPL (Rupiah)
MP MRPL (=MP x P)
Tenaga Kerja Tenaga Kerja
Gambar 2.2.a Gambar 2.2.b
Dalam pasar tenaga kerja persaingan sempurna, kurva MRPL merupakan
kurva permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja. Perusahaan akan mencapai
keseimbangan bila MRPL sama dengan upah tenaga kerja (Gambar 2.3.a). Jika harga
tenaga kerja (W) naik, perusahaan lebih selektif dalam menggunakan tenaga kerja.
Hanya yang produktivitasnya lebih tinggi dari kondisi awal yang dipekerjakan.
Akibatnya kesempatan kerja berkurang dari I* ke I1. Jika upah turun di bawah W*,
perusahaan mau menggunakan pekerja yang produktivitasnya lebih rendah, sehingga
kesempatan kerja meningkat dari I* ke I2.
Permintaan industri terhadap tenaga kerja adalah total permintaan
Jika yang berubah hanyalah harga (W), permintaan bergerak di sepanjang
kurva. Jika yang berubah adalah faktor bukan harga (permintaan terhadap output
berubah), kurva akan bergeser (shifting) ke kanan atau ke kiri bila permintaan terhadap output bertambah atau berkurang (Gambar 2.3.b).
MRPL2
2.2.2.2 Permintaan Tenaga Kerja Dalam Model Beberapa Faktor Produksi
Model ini melonggarkan asumsi model satu faktor produksi. Dengan
demikian penambahan penggunaan tenaga kerja dapat diimbangi dengan penambahan
faktor produksi lainnya (mesin). Andaikan kondisi awal keseimbangan pasar tenaga
kerja adalah seperti pada gambar 2.4.a dimana total kesempatan kerja adalah L1 pada
2.4.b (titik A) dimana jumlah tenaga kerja yang digunakan I1. MRPL1adalah MRP
dengan jumlah barang modal (mesin) K1.
Akibat mengalirnya tenaga kerja asing ke Indonesia, penawaran tenaga kerja
bergeser ke SL2. Harga keseimbangan industri menurun menjadi W2 dan kesempatan
kerja yang tersedia di industri adalah L2. Jika jumlah mesin tidak dapat diubah,
keseimbangan perusahaan bergeser ke titik B dimana kesempatan kerja bertambah
menjadi I2. Tetapi karena jumlah mesin dapat diubah, dan produktivitas meningkat,
permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja bergeser ke MRPL2. Keseimbangan
baru di titik C dengan jumlah kesempatan kerja I3. Kurva permintaan tenaga kerja
yang relevan adalah kurva DL, garis lurus yang melintasi titik A dan C.
2.2.3 Penawaran Tenaga Kerja
Penawaran tenaga kerja adalah total jumlah keinginan kerja (jam kerja) yang
diberikan oleh seluruh individu yang ingin bekerja (angkatan kerja) yang ada dalam
pasar. Keputusan seseorang individu untuk bekerja berkaitan dengan sejauh mana dia
ingin mengalokasikan waktu untuk bekerja dan tidak bekerja atau bersantai (leisure). Biaya ekonomi (opportunity cost) dari bekerja adalah kehilangan waktu untuk tidak bekerja atau bersantai yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan yang menambah
utilitas hidup. Sebaliknya biaya kesempatan dari tidak bekerja adalah kehilangan
pendapatan. Makin besar upah, makin besar biaya ekonomi untuk tidak bekerja.
(Mankiw, 2003)
Pada awalnya, peningkatan upah akan menambah alokasi waktu untuk
bekerja, karena biaya kesempatan dari tidak bekerja makin mahal. Penawaran tenaga
kerja pun makin meningkat. Tetapi sampai tingkat upah tertentu (W*), seseorang
merasakan bahwa waktu nilai utilitas hidupnya telah menurun karena hampir seluruh
waktu digunakan untuk bekerja. Akhirnya dia merasa biaya kesempatan dari bekerja
amat mahal. Lalu dia memutuskan untuk mengurangi jam kerja. Keadaan ini
digambarkan dalam gambar 2.5. tentang kurva penawaran tenaga kerja yang
Upah (W)
SL
W*
I* Jam Kerja
Gambar 2.5. Kurva Penawaran Tenaga Kerja Individu
2.2.4 Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja
Kondisi keseimbangan pasar tenaga kerja dapat dilihat pada gambar 2.6,
dimana sumbu horizontal menunjukkan jumlah tenaga kerja dan sumbu vertikal
menunjukkan tingkat upah. Permintaan tenaga kerja ditunjukkan oleh kurva Nd dan
penawaran tenaga kerja ditunjukkan oleh Ns. Perpotongan kedua kurva tersebut
menghasilkan tingkat upah keseimbangan W* dan jumlah tenaga kerja yang diminta
sama dengan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan N*. Jika permintaan terhadap
tenaga kerja meningkat maka ini akan menggeser kurva permintaan Nd ke kanan
menjadi Nd1 dan akan menyebabkan naiknya tingkat upah keseimbangan. Dalam
Ns
Nd
N N*
O
W*W
Gambar 2.6. Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja
Tetapi pada suatu tingkat upah tertentu misalnya setinggi OW1 pada gambar
2.7 maka tampak disitu bahwa jumlah tenaga kerja yang ditawarkan lebih besar dari
pada jumlah tenaga kerja yang diminta. Dengan kata lain jumlah orang yang mencari
pekerjaan lebih banyak daripada kesempatan kerja yang tersedia, maka keadaan ini
dapat disebut sebagai adanya pengangguran(unemployment).
Pada tingkat OW1 jumlah tenaga kerja yang diminta sebanyak ON1 dan jumlah
tenaga kerja yang ditawarkan atau yang mencari pekerjaan sebanyak ON2. Oleh
karena itu ada sejumlah tenaga kerja yang tidak mendapatkan pekerjaan, dan mereka
N3
Nd
N W*
O
N1 N* N2A B
W
W1
Gambar 2.7. Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja dan Pengangguran
2.3 Model-Model Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja 2.3.1 Model Upah Fleksibel
Dalam perekonomian pasar-bebas tradisional ciri-ciri utamanya adalah adanya
penonjolan kedaulatan konsumen, utilitas atau kepuasan individual, dan prinsip
maksimalisasi keuntungan, persaingan sempurna, dan efisiensi ekonomi dengan
produsen dan konsumen yang atomistik yakni tidak ada satu pun produsen atau
konsumen yang mempunyai pengaruh atau kekuatan cukup besar untuk mendikte
harga-harga input maupun output produksi – tingkat penyerapan tenaga kerja dan
harganya (tingkat upah) ditentukan secara bersamaan atau sekaligus oleh segenap
melalui primbangan kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran. Produsen
meminta lebih banyak tenaga kerja sepanjang nilai produk marjinal (marginal
product) yang akan dihasilkan oleh pertambahan satu unit tenaga kerja (yaitu produk
marjinal atau tambahan secara fisik dikalikan dengan harga pasar atas produk yang
dihasilkan tenaga kerja tersebut) melebihi biayanya (yakni tingkat upah). Dengan
asumsi bahwa hukum produk marjinal yang semakin menurun (law of diminishing marginal product) berlaku (artinya penambahan tenaga kerja yang berikutnya pasti akan memberi hasil marjinal yang lebih kecil daripada tenaga kerja sebelumnya) dan
harga produk ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar atau, maka nilai produk
marjinal tenaga tersebut (ini identik dengan kurva permintaan tenaga kerja) akan
memiliki kemiringan yang negatif atau mengarah dari bawah ke atas.
Pada sisi penawaran, setiap individu diasumsikan selaluh berpegang teguh
pada prinsip maksimalisasi kepuasan (utility maximization). Mereka akan membagi waktunya untuk bekerja dan santai berdasarkan kepuasan atau utilitas majinal
(marginal utilitya)masing –masing kegiatan itu secara relatif. Kenaikan tingkat upah
akan setara dengan kenaikan harga bersantai (biaya oportunitas). Apabila harga suatu barang naik, maka kuantitas yang diminta masyarakat akan turun dan diganti dengan
barang lain (subtitusi). Demikian pula sebaliknya, jika suatu barang harganya
mengalami kenaikan, maka pihak produsen akan segera menaikkan penawarannya.
Seandainya saja tingkat upah mengalami kenaikan, maka penawaran dari “produsen”
tenaga kerja (yakni para pekerja itu sendiri) akan meningkat. Motivasi kerja mereka
Korelasi tersebut ditunjukkan oleh kemiringan positif atas kurva penawaran tenaga
kerja. Pada suatu titik yakni pada tingkat upah equilibrium atau We jumlah tenaga
kerja yang ditawarkan oleh individu (pasar tenaga kerja) sama besarnya dengan yang
diminta oleh pengusaha. Pada tingkat upah yang lebih tinggi W2, penawaran tenaga
kerja melebihi permintaan sehingga persaingan diantara individu dalam rangka
memperebutkan pekerjaan akan mendorong turunnya tingkat upah mendekati atau
tepat ke titik equilibriumnya, yakni We. Sebaliknya pada upah yang lebih rendah,
seperti W1 jumlah total tenaga kerja yang akan diminta oleh para produsen dengan
sendirinya akan melebihi kuantitas penawaran yang ada sehingga terjadilah
persaingan diantara para pengusaha atau produsen dalam memperebutkan tenaga
kerja, sehingga hal tersebut akan mendorong kenaikan tingkat upah mendekati atau
tepat ke titik equilibriumnya, yakni We. Sebaliknya pada upah yang lebih rendah,
seperti W1 jumlah total tenaga kerja yang akan diminta oleh para produsen dengan
sendirinya akan melebihi kuantitas penawaran yang ada hingga terjadilah persaingan
di antara para pengusaha atau produsen dalam memperebutkan tenaga kerja, sehingga
hal tersebut akan mendorong kenaikan tingkat upah mendekati atau tepat ke titik
equlibrium We pada titik We jumlah kesempatan kerja adalah sebesar Le. Pada titik
Le inilah tercipta kesempatan atau penyerapan kerja secara penuh (full employment).Artinya, pada tingkat upah equilibrium tersebut semua orang yang menginginkan pekerjaan akan memperoleh pekerjaan, sehingga sama sekali tidak
akan terdapat pengangguran.
Penyerapan tenaga kerja
.
D1
L1
D2 S
1
S2
G F
W2
We
W1
Gambar 2.8. Hubungan antara Tingkat Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja
2.3.2 Model Upah Kaku
Dalam banyak industri, upah nominal ditetapkan oleh kontrak jangka panjang,
sehingga upah tidak dapat menyesuaikan diri dengan cepat ketika kondisi ekonomi
berubah. Bahkan dalam industri yang tidak dilindungi oleh kontrak formal,
kesepakatan-kesepakatan implisit antara para pekerja dan perusahaan dapat
membatasi perubahan upah. Upah juga bergantung pada norma-norma sosial dan
gagasan keadilan yang terus berevolusi. Akibatnya, banyak ekonom percaya bahwa
Model upah kaku (stick-wage model) menunjukkan implikasi dari upah nominal kaku pada penawaran agregat. Untuk mengkaji-ulang model ini,
perhatikanlah apa yang terjadi pada jumlah output yang diproduksi ketika harga naik:
1. Ketika upah nominal tidak berubah, kenaikan dalam tingkat harga
menurunkan upah riil, yang membuat tenaga kerja lebih murah.
2. Upah riil yang lebih rendah mendorong perusahaan menarik lebih banyak
tenaga kerja.
3. Tenaga kerja tambahan memproduksi lebih banyak output. (Mankiw, 2000)
2.3.3 Model Kesalahan Persepsi-Pekerja
Model kesalahan persepsi pekerja mengasumsikan bahwa upah bisa
menyesuaikan dengan bebas dan cepat dalam menyeimbangkan penawaran dan
permintaan tenaga kerja. Asumsi pentingnya adalah bahwa pergerakan yang tidak
diharapkan pada tingkat harga mempengaruhi penawaran tenaga kerja karena para
pekerja kadang-kadang tidak memahami mana upah riil dan mana upah nominal.
(Mankiw, 2000)
Untuk mengilustrasikan model kesalahan persepsi pekerja adalah sebagai
berikut, jika kenaikan harga mengejutkan pekerja maka Pe tetap sama ketika P naik.
Kenaikan dalam P/Pe menggeser kurva penawaran tenaga kerja ke kanan, seperti
dalam gambar 2.9. yang menurunkan upah upah riil dan menaikkan tingkat
pengkaryaan. Esensinya, para pekerja percaya bahwa tingkat harga adalah lebih
tersebut. Kesalahan persepsi ini mendorong mereka untuk menawarkan lebih banyak
tenaga kerja. Perusahaan diasumsikan mendapatkan informasi yang lebih baik
daripada pekerja dan menyadari terjadinya penurunan dalam upah riil, sehingga
mereka menggunakan lebih banyak tenaga kerja dan memproduksi lebih banyak
output. (Mankiw, 2000) 1. Kenaikan yang tidak
diharapkan dalam
2.4 Penelitian Sebelumnya
Elnopembri (2007) melakukan penelitian analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri kecildi Kabupaten Tanah Datar
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri
kecil. Tingkat suku bunga kredit investasi Bank Pembangunan daerah dan Bank
Pemerintah di daerah sama-sama memilikik pengaruh negatif dan signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja industri kecil artinya peningkatan suku bunga kredit akan
mengakibatkan turunnya permintaan tenaga kerja industri kecil. Nilai produksi
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri
kecil. Ekspansi yang dilakukan industri kecil dengan menciptakan akses pasar akan
mendorong peningkatan produksi sehingga berdampak terciptanya lapangan kerja
baru.
Sitorus (2007) meneliti kesempatan kerja di Sumatera Utara menyatakan
bahwa kesempatan kerja dipengaruhi oleh tingkat upah dan Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB).
Syafaat dan Friyatno dalam Rachman (2005) meneliti kesempatan kerja
dikawasan timur Indonesia pasca krisis ekonomi dengan membandingkan kesempatan
kerja yang tercipta dengan pertumbuhan PDRB dikawasan timur Indonesia. Dalam
penelitiannya tersebut menunjukkan bahwa PDRB yang menurun mengakibatkan
kesempatan kerja mengalami penrunan, terutama disektor pertanian yang rentan
terhadap krisis ekonomi pada struktur ekonomi di wilayah dikawasan timur
Indonesia. Dengan kondisi ini disarankan perlu perencanaan pembangunan ekonomi
Kasryno (2000) menyatakan bahwa kesempatan kerja dipengaruhi oleh
tingkat upah, kenyamanan kerja, mobilitas tenaga kerja dan tingkat pertumbuhan
angkatan kerja.
Safrida (1999) dalam penelitiannya mengenai dampak kebijakan upah minium
dan makroekomonomi terhadap laju inflasi, kesempatan kerja serta permintaan dan
penawaran agregat menyatakan bahwa khususnya dari kesempatan kerjanya tingkat
upah minimum, pendapatan rasional, serta investasi merupakan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi permintaan dan penawaran tenaga kerja.
Yenetri (1998) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kesempatan kerja di Sumatera Barat menyatakan bahwa tingkat upah, keterbatasan
modal, teknologi dan skala usaha merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kesempatan kerja.
2.5 Hipotesis
Berdasarkan perumusan teori-teori ketenagakerjaan dan beberapa kajian
empiris yang telah dilakukan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor upah berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada
lembaga kursus di Kota Medan, ceteris paribus.
2. Faktor pendapatan usaha berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga
kerja pada lembaga kursus di Kota Medan, ceteris paribus.
3. Faktor modal usaha berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja
4. Faktor jumlah peserta didik berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga
kerja pada lembaga kursus di Kota Medan, ceteris paribus.
5. Ekspansi atau perluasan cakupan kursus berpengaruh positif terhadap
penyerapan tenaga kerja pada lembaga kursus di Kota Medan, ceteris paribus.
2.4 Kerangka Pemikiran
Modal Usaha
Pendapatan Usaha
Jumlah Peserta Didik
Ekspansi Usaha
Penyerapan Tenaga Kerja Tingkat Upah
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh tingkat upah, modal usaha,
pendapatan usaha, jumlah peserta didik dan dummy ekspansi terhadap penyerapan
tenaga kerja pada lembaga kursus di Kota Medan.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Kota Medan yang menyebar di 7 (tujuh)
Kecamatan yaitu : Kecamatan Medan Baru, Medan Kota, Medan Area, Medan
Selayang, Medan Barat, Medan Maimun dan Medan Perjuangan. Adapun pemilihan
6 kecamatan tersebut didasarkan pada jumlah kursus yang paling banyak pada daerah
tersebut.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data penelitian adalah data primer dan data sekunder, data primer diperoleh
dari lembaga kursus melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar
pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data-data
sekunder diperoleh dari Departemen Tenaga Kerja Kota Medan, Dinas Pendidikan
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lembaga kursus yang menyebar
di 22 Kecamatan yang ada di Kota Medan dengan populasi sebanyak 280 lembaga
kursus.
Tabel 3.1. Jumlah Lembaga Kursus Di Kota Medan Tahun 2006
No. Jenis Kursus Jumlah
1. KursusBahasa Inggris 128
2. Kursus Bahasa Lainnya 13
3. Kursus Memasak 1
4. Kursus Menjahit 14
5. Kursus Merangkai Bunga 1
6. Kursus Mengemudi 2
7. Kursus Mengetik -
8. Kursus Keuangan/ Akuntansi 10
9. Kursus Kecantikan 31
10. Kursus Komputer 64
11. Kursus Pengetahuan Khusus 5
12. Kursus lainnya/ Musik/ Senam 9
13. Kursus Montir Mobil/ Radio 2
Jumlah 280
Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kota Medan, 2007
Sampel yang terpilih adalah kursus bahasa inggris, kursus komputer, kursus
kecantikan, kursus menjahit, kursus bahasa lainnya dan kursus keuangan/akuntansi.
mempunyai jumlah yang lebih besar dan diminati oleh masyarakat. Penarikan jumlah
sampel sebanyak 50 lembaga kursus dari jumlah total kursus yang ada (populasi)
dengan mengasumsikan bahwa setiap lembaga kursus mempunyai kesempatan yang
sama untuk terpilih, dan banyaknya lembaga kursus yang terpilih sebagai sampel
proporsional terhadap populasinya dengan kata lain, antara banyaknya lembaga
kursus dalam kelompok tertentu dengan jumlah populasinya harus proporsional maka
penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan Proporsional Random Sampling
pada 6 (enam) jenis lembaga kursus yang ada di Kota Medan dengan uraian sebagai
berikut:
Kursus Bahasa Inggris = (128/260) * 50 = 25
Kursus Bahasa Lainnya = (13/260) * 50 = 3
Kursus Menjahit = (14/260) * 50 = 3
Kursus Keuangan/Akuntansi = (10/260) * 50 = 2
Kursus Kecantikan = (31/260) * 50 = 6
Kursus Komputer = (64/260) * 50 = 11
Tabel 3.2. Jumlah Populasi dan Sampel Lembaga Kursus di Kota Medan
No. Jenis Kursus Populasi Sampel
1. Kursus Bahasa Inggris 128 25
Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kota Medan, 2007
3.5 Model Analisis
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan
pengaruh tingkat upah, modal usaha, pendapatan usaha, jumlah peserta didik dan
ekspansi usaha terhadap penyerapan tenaga kerja pada lembaga kursus di Kota
Medan yang dirumuskan dalam fungsi :
Probit (TK) = f (TU, MU, PD, JP, DM) (3.1)
Dari fungsi diatas maka didapat model kedalam persamaan ekonomometrika sebagai
Apabila I telah ditaksir maka penaksiran β dapat dilakukan secara langsung. Diketahui bahwa probabilitas standar kumulatif normal dan logistik masing-masing
adalah : semakin besar, demikian pula sebaliknya.
dimana :
P(TK) = Kemungkinan/probabilitas penyerapan tenaga kerja
TU = Tingkat upah
MU = Modal Usaha
PD = Pendapatan Usaha
JP = Jumlah Peserta Didik
DM = Pendapatan untuk ekspansi
0 = tidak buka cabang
1 = buka cabang
b0 = Intercept
b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
maksimum likelihood dengan model probit. Prinsip maximum likelihood pada intinya adalah mencari sekumpulan parameter yang dapat memaksimumkan fungsi
likelihood
l
( ) (Nachrowi dan Usman, 2002). Untuk mengolah data, digunakan bantuan program Eviews versi 4.1.3.7 Definisi Operasional
Untuk meragamkan persepsi dalam penulisan ini, maka disajikan beberapa
definisi orperasional yang diuraikan sebagai berikut :
a. Kesempatan tenaga kerja adalah kegiatan yang dilakukan oleh lembaga kursus
dengan melakukan permintaan tenaga kerja, bisa melakukan dengan penyerapan
tenaga kerja atau tidak.
b. Probabilitas penyerapan tenaga kerja adalah kemungkinan lembaga kursus
melakukan penyerapan tenaga kerja dengan nilai antara 0 sampai dengan 1.
c. Tingkat Upah adalah balas jasa yang diterima oleh tenaga kerja karena ia bekerja
dalam satuan juta rupiah per bulan.
d. Pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh lembaga kursus dalam satu tahun
dalam satuan juta rupiah per tahun.
e. Modal usaha adalah jumlah total modal awal pembentukan lembaga kursus dalam
f. Jumlah peserta didik adalah jumlah siswa yang mengikuti kegiatan kursus pada
lembaga kursus dalam satuan orang per tahun.
g. Ekspansi adalah kegiatan perluasan usaha (ekspansi) yang dilakukan lembaga
kursus dari pendapatan usaha yang diperoleh, bisa dilakukan dengan membuka
cabang atau tidak.
3.8 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)
Uji kesesuaian dilakukan berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2), yang
kemudian dilanjutkan dengan F-test dan T-test. Koefisien determinasi (R2) adalah
angka yang menunjukkan besarnya proporsi atau persentase variansi variabel variabel
bebas (independent variable) menjelaskan variabel terikat (dependen variable). F-tes dimaksudkan untuk menguji pengaruh secar serentak/ bersama dari variabel-variabel
bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable). T-test dimaksudkan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel bebas
(independent variable) secara parsial terhadap variabel terikat (dependent variable).
3.9 Uji Pelanggaran Asumsi Klasik
Dalam suatu model regresi ada beberapa permasalahan yang biasa terjadi
yang secara statistik dapat mengganggu model yang telah ditentukan, bahkan dapat
menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang dibentuk. Untuk itu
3.9.1 Multikolinieritas
Multikolinieritas timbul karena satu atau lebih variabel bebas merupakan
kombinasi linier yang pasti (sempurna) atau mendekati pasti dari variabel penjelas
lainnya. Jika terdapat multikolinieritas sempurna, koefisien regresi dari variabel
penjelas tersebut tidak dapat ditentukan dan variansnya bernilai tak terhingga. Jika
multikonilinieritas kurang sempurna, koefisien regresi dapat ditentukan, namun
variansnya sangat besar, sehingga tidak dapat menaksir koefisien secara akurat.
Dalam model regresi linier, diasumsikan tidak terdapat multikolinieritas di antara
variabel-variabel penjelas, untuk itu perlu dideteksi dengan mengamati
besaran-besaran regresi yang didapat, yaitu :
1. Interval tingkat kepercayaan lebar (karena varians besar maka standar
error besar, sehingga interval kepercayaan lebar);
2. Koefisien determinasi tinggi dan signifikasi nitai t statistik rendah;
3. Koefisien korelasi antar variable bebas tinggi;
4. Nilai koefisien korelasi parsial tinggi.
Untuk melihat ada tidaknya multikolinieritas dalam suatu model pengamatan,
dapat dilakukan dengan regresi antar variabel bebas, sehingga dapat diperoleh nilai
koefisien determinan (R2) masing-masing. Selanjutnya R2 hasil regresi antar variabel
bebas tersebut dibandingkan dengan R2 hasil regresi model, sehingga diperoleh
- Jika nilai R2 hasil regresi antar variabel bebas > R2 model penelitian, maka
hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada multikolinieritas dalam model
empiris yang digunakan ditolak.
- Jika nilai R2 hasil regresi antar variabel bebas < R2 model penelitian, maka
hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas
model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak.
3.9.2 Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi dari model regresi linier klasik adalah varian dari setiap
kesalahan pengganggu μ1 untuk variabel-variabel bebas yang diketahui merupakan
suatu bilangan konstan dengan symbol σ2. Kondisi seperti ini disebut dengan
homoskedastisitas, dengan persamaan sebagai berikut :
E (μi2) = σ2 dimana i = 1,2,...,n (3.7)
Sedangkan bila varian tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan
heteroskendastisitas.
Untuk melihat atau mendeteksi adanya heteroskendastisitas dapat dilakukan
dengan menggunakan Park Test (Uji dari Park RE). Park memformalkan metode grafik, dengan menganjurkan bahwa σ2, merupakan fungsi dari variabel bebas Xi.
Fungsi yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
σi2 = σ2 Xi β evi (3.8)
ln σi2 = ln σ2 + β ln Xi + vi (3.9)
Karena σi2 pada umumnya tidak diketahui, maka Park menyarankan σi2 digantikan
dengan μi (residual), sehingga diperoleh :
ln μi2 = In μ2 + β ln Xi + vi (3.10)
= α + β ln Xi + vi (3.11) Sebagai pedoman, apabila koefisien β dari persamaan (3.10) signifikan secara
statistik, ini menunjukkan bahwa dalam data dari model empiris yang sedang
diestimasi terdapat heteroskedastisitas, dan sebaliknya, bila koefisien parameter β
dari persamaan (3.11) tidak signifikan secara statistik, maka asumsi
homoskedastisitas atau tidak adanya heteroskedastisitas dalam data dari model
empiris yang sedang diestimasi tidak dapat ditolak.
Untuk dapat menerapkan uji Park, maka ada beberapa langkah yang harus
dilakukan, yaitu :
1. Melakukan regresi dengan menggunakan model yang sedang diamati,
kemudian didapatkan nilai estimasi residual, μi2 .
2. Lakukan regresi dengan menggunakan persamaan (3.11)
3.9.3 Normalitas
Untuk mengetahui apakah normal dan tidaknya faktor pengganggu, μt dengan
J-B test. Adapun kriteria untuk mengetahui normal atau tidaknya dari faktor
a. Bila nilai JB hitung (= χ2hitung) > nilai χ2tabel , maka hipotesis yang menyatakan
bahwa residual, μt adalah berdistribusi normal ditolak.
b. Bila nilai JB hitung (= χ2hitung) < nilai χ2tabel , maka hipotesis yang menyatakan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Wilayah Kota Medan 4.1.1. Wilayah dan Topografi
Kota Medan terletak antara 2o.27’ - 2o.47’ Lintang Utara, 98o.35’ – 98o.44’
Bujur Timur. Kota Medan berada pada 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut.
Kota Medan merupakan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II di Sumatera
Utara dengan luas daerah 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan
daerah tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten
Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur.
Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang
merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu: Sungai Babura dan Sungai
Deli.
Wilayah administrasi pemerintahan Kota Medan dipimpin seorang Walikota
pada saat ini terdiri atas 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam
2000 lingkungan dan didiami oleh beragam etnis/ suku bangsa, agama dan budaya.
4.1.2. Kependudukan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, diproyeksikan
penduduk Kota Medan mencapai 2.067.288 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak
1.027.607 jiwa dan perempuan 1.039.681 jiwa. Dibandingkan hasil Sensus Penduduk
2000, terjadi pertambahan penduduk sebesar 163.015 jiwa (0,92 persen).
Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km2, kepadatan penduduk mencapai
7.798 jiwa/km2. Sedangkan pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun sampai
dengan tahun 2005 diperkirakan sebesar 1,53 persen dan rata-rata hunian setiap
rumah tangga ± 5 jiwa.
Pada tahun 2006 komposisi penduduk dapat diuraikan sebagai berikut :
jumlah anak balita 0-4 tahun sebesar 200.572 jiwa, usia 5-14 tahun sebesar 404.871
jiwa, usia 15-64 tahun 1.401.355 jiwa dan jumlah lanjut usia 65 tahun keatas sebesar
60.490 jiwa.
Perkembangan dan kepadatan penduduk Kota Medan selama 6 tahun
Tabel 4.1. Perkembangan Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Medan 2001 - 2006
No. Tahun Jumlah Penduduk
(Jiwa)
2. 2002 1.963.855 1,94 7.408
3. 2003 1.993.602 1,51 7.520
4. 2004 2.006.142 0,63 7.567
5. 2005 2.036.185 1,50 7.681
6. 2006 2.067.288 1,53 7.798
Sumber : BPS Kota Medan, 2007
4.1.3. Sosial/ Pendidikan
Human Development Report, mendefinisikan pembangunan manusia sebagai
suatu untuk membuat manusia mampu memiliki lebih banyak pilihan.
Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak
anti terhadap pertumbuhan. Dalam perspektif pembangunan manusia, pertumbuhan
ekonomi bukanlah tujuan akhir. Pertumbuhan ekonomi adalah alat untuk mencapai
tujuan akhir, yaitu memperluas pilihan-pilihan bagi manusia. Kalaupun demikian,
tidak ada hubungan yang otomatis antara pertumbuhan ekonomi dengan kemajuan
pembangunan manusia.
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Medan
menunjukkan gambaran yang menggembirakan.
Pada tahun 1999, IPM Kota Medan mencapai 70,8. Dibandingkan dengan 25