• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inventarisasi Hama-Hama Penting Dan Parasitoid Pada Buah Mangga (Mangifera spp.) Di Laboratorium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Inventarisasi Hama-Hama Penting Dan Parasitoid Pada Buah Mangga (Mangifera spp.) Di Laboratorium"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI HAMA-HAMA PENTING DAN PARASITOID

PADA BUAH MANGGA (Mangifera spp.)

DI LABORATORIUM

SKRIPSI

Oleh :

BAMBANG IRWANTO 030302002

HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

INVENTARISASI HAMA-HAMA PENTING DAN PARASITOID

PADA BUAH MANGGA (Mangifera spp.)

DI LABORATORIUM

SKRIPSI

Oleh :

BAMBANG IRWANTO 030302002

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi :Inventarisasi Hama-Hama Penting dan Parasitoid Pada Buah Mangga (Mangifera spp) di Laboratorium.

Nama :Bambang Irwanto Nim :030302002

Departemen :Ilmu Hama dan penyakit Tumbuhan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. H. Darma Bakti, MS) (Ir. Suzanna F. Sitepu)

Ketua Anggota

Mengetahui :

(4)

ABSTRAK

Bambang Irwanto, “Inventarisasi Hama-hama Penting dan Parasitoid

Pada Beberapa Jenis Buah Mangga (Mangifera spp) di Laboratorium”.

Dengan komisi pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Darma Bakti, MS sebagai ketua dan Ir. Suzanna Fitriani. Sitepu sebagai anggota.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 m dari permukaan laut, penelitian dilakukan dari bulan September 2007 sampai dengan Januari 2008.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hama-hama penting dan parasitoid yang terdapat pada beberapa jenis buah mangga (Mangifera spp). Penelitian ini menggunakan metode rearing di laboratorium. Buah yang menjadi sampel adalah mangga arumanis, mangga gedong, mangga golek, mangga udang dan kweni. Parameter yang diamati adalah : jenis-jenis hama pada buah, populasi dari setiap jenis hama yang didapat (ekor/buah), jenis-jenis musuh alami yang didapat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi B. dorsalis tertinggi terdapat pada mangga arumanis yaitu 115 ekor. Populasi N. albizonalis tertinggi terdapat

pada buah mangga golek dengan populasi 57 ekor. Sedangkan populasi

S. frigidus tertinggi terdapat pada kweni yaitu sebesar 18 ekor.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, pada tanggal 14 April 1984 dari bapak Miskun dan ibu Rakijem. Penulis merupakan putra ke sembilan dari sembilan bersaudara.

Tahun 2002 penulis lulus dari SMU Raksana Medan dan pada tahun 2003 lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru di USU melalui jalur SPMB. Penulis memilih jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan kesehatan pada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Usulan penelitian ini berjudul “Inventarisasi Hama-Hama Penting Dan

Parasitoid Pada Buah Mangga (Mangifera spp.) Di Laboratorium”, yang

merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan study Di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Darma Bakti MS sebagai ketua dan Ir. Suzanna F. Sitepu sebagai anggota yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari usulan penelitian ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2008

(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

(8)

BAHAN DAN METODE

Tempat Dan Waktu Penelitian ... 23

Bahan Dan Alat... 23

Metoda Penelitian ... 23

Pelaksanaan Penelitian ... 24

Pengumpulan Sampel... 24

Prosedur Rearing ... 24

Parameter Pengamatan ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-jenis Hama Pada buah ... 26

Populasi Dari Setiap Jenis Hama Yang Didapat ... 29

Jenis Parasitoid Yang Didapat ... 30

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 31

Saran ... 31

(9)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Kandungan gizi buah mangga... 8

2. Hasil Pemantauan lalat buah dari berbagai daerah tahun 1992-1994... 10

3. Jenis hama dan parasitoid lalat buah... 24

4. Populasi hama dari mangga arumanis... 27

5. Populasi hama dari mangga golek... 28

6. Populasi hama dari mangga gedong ... 29

7. Populasi hama dari mangga udang ... 30

(10)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Gejala serangan lalat buah ... 13

2. Imago sternochetus frigidus ... 17

3. Buah sebelum dibelah... 17

4. Buah setelah dibelah... 17

5. Imago Noorda albizonalis... 19

6. Rearing di laboratorium ... 20

7. Lalat buah Bactrocera dorsalis Hendel ... 23

8. Morfologi venasi sayap lalat buah ... 24

9. Grafik hasil rearing pada buah mangga arumanis... 27

10. Grafik hasil rearing pada buah mangga golek... 28

11. Grafik hasil rearing pada buah mangga gedong ... 29

12. Grafik hasil rearing pada buah mangga udang ... 30

13. Grafik hasil rearing pada buah kweni ... 31

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Populasi dari setiap varietas ... 39 2. Pengamatan Temperatur (°C) dan Kelembaban udara (%)

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mangga (Mangifera indica L.) bukan tanaman asli Indonesia. Mangga

yang berkembang di Indonesia diduga berasal dari India. Dari India mangga menyebar ke Semenanjung Malaysia dan sekitarnya. Penyebaran itu karena dibawa pedagang India dan penyebar agama Hindu dan Budha sekitar abad keempat atau kelima sebelum Masehi (Pracaya, 2004).

Mangga memiliki banyak varietas. Ada yang menyebutkan, setidaknya terdapat 2.000 jenis mangga di dunia. Selain rasanya yang manis dan menyegarkan, buah mangga ternyata juga memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan. Sebab buah ini mengandung zat-zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Para ahli meyakini mangga adalah sumber karotenoid yang disebut beta crytoxanthin, yaitu bahan penumpas kanker yang baik. Mangga juga kaya vitamin antioksidan seperti vitamin C dan E. Satu buah mangga mengandung tujuh gram serat yang dapat membantu sistem pencernaan. Sebagian besar

serat larut dalam air dan dapat menjaga kolesterol agar tetap normal (Republika online, 2005).

(13)

dari rekomendasi FAO sebesar 65,75 kg/kapita/tahun. Luas panen juga berkembang cepat dari tahun 1994 sampai 2004. Pada tahun 1994 luas panen hanya 36.981 ha dengan total produksi 826.824 ton, tahun 2004 luas panen meningkat menjadi 185.773 ha dengan produksi mencapai 1.437.665 ton (BPTP Jatim, 2006).

Di Indonesia dikenal 3 jenis (golongan) mangga yang tersebar luas di berbagai wilayah nusantara, yaitu terdiri dari :

1. Bacang atau kweni atau kebembem (M. foetida Lour.). Jenis mangga ini buahnya banyak berserat, rasanya masam dan buah muda tidak enak dimakan.

2. Kemang (M. caesia Jack). Jenis mangga ini buahnya berbentuk bulat panjang, kulit buah berwarna kuning keabu-abuan sampai kecoklat-coklatan, dan rasanya amat masam.

3. Mangga atau mango (M. indica L.). Jenis mangga ini paling banyak dibudidayakan, karena memiliki banyak varietas atau kultivar. Pada umumnya buah mangga ini mempunyai kelebihan dari bacang dan kemang, yaitu rasanya manis atau sedikit asam menyegarkan dan tidak banyak berserat (Rukmana, 1997).

(14)

keberhasilan pengendalian. Kesalahan dalam mengidentifikasi OPT dapat mengakibatkan kekeliruan dalam pengambilan keputusan pengendaliannya

(Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, 1994).

Lalat buah merupakan salah satu hama yang sangat ganas pada tanaman hortikultura di dunia. Sifat khas lalat buah adalah hanya dapat bertelur di dalam buah. Larva (belatung) yang menetas dari telur tesebut akan merusak daging buah, sehingga buah menjadi busuk dan gugur. Konsumen sering kecewa karena buah mangga yang dibelinya mengandung belatung atau busuk. Hal ini dapat menurunkan daya saing komoditas hortikultura Indonesia di pasar global, bahkan ekspor buah mangga Indonesia pernah ditolak negara tujuan dengan alasan mengandung lalat buah (Deptan, 2002). Menurut Alfarini (2003), sekitar 13 jenis komoditas pertanian Indonesia terancam ditolak pasar Taiwan setelah munculnya larangan masuk bagi produk pertanian yang mempunyai sembilan jenis lalat buah yang tidak ada di Taiwan. Indonesia diduga memiliki tiga jenis lalat buah yang belum ada di Taiwan, jenis tersebut antara lain adalah :

B. papayae, B. zonata, dan B. musae.

Penggunaan pestisida kurang efektif dalam mengendalikan hama lalat buah karena semua stadium larva berada di dalam buah sehingga sulit terjangkau oleh pestisida. Pestisida dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, mengakibatkan kematian hewan nontarget, penyederhanaan rantai

(15)

Pengendalian secara biologis (pemanfaatan musuh alami) menggunakan parasitoid maupun predator, untuk mengendalikan atau menekan populasi lalat buah sudah banyak dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga jenis parasitoid dari lalat buah yaitu Biosteres sp adalah parasitoid yang menyerang telur dan larva lalat buah (1-6 hari setelah peletakan telur); Opius sp adalah parasitoid yang menyerang larva lalat buah (3-8 hari setelah peletakan telur); dan Eulophid adalah parasitoid yang menyerang larva instar tiga lalat buah (Artayasa, 2004).

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hama-hama penting dan parasitoid yang terdapat pada beberapa jenis buah mangga (Mangifera spp).

Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di

Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Klasifikasi botani tanaman mangga adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae Kelas : dicotyledonae Ordo : Sapindales Famili : Anarcadiaceae Genus : Mangifera

Species : Mangifera spp. (BAPPENAS, 2007)

Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Karena pengaruh gaya gravitasi akar tunggang tumbuh lurus kebawah. Pertumbuhan cabang-cabang pada akar tunggang tadi membentuk sudut. Sedangkan pertumbuhan cabang yang kecil-kecil arahnya tidak menentu. Disamping itu arah akar dipengaruhi oleh keadaan tanah, lapisan batuan ,celah-celah air dan sebagainya (AAK, 1997).

(17)

timbul lapisan gabus baru, akhirnya lapisan luar mati dan terlepas dari batangnya. Di dalam lapisan kayu ini terdapat pembuluh kayu yang berfungsi membawa zat-zat makanan dari akar ke atas. Dan di dalam lapisan kulit terdapat pembuluh lapisan yang membawa zat makanan dari daun ke tempat lain. Lapisan sel yang terletak antara kedua lapisan tersebut disebut kambium atau daging pembiak. kambium inilah yang tumbuh menjadi kayu. Oleh karena itu aktifitas kambium ini pohon mangga bisa tumbuh bertambah besar (Sunarjono, 1997).

Daun terdiri atas dua bagian yaitu tangkai daun dan badan daun. Badan daun bertulang-tulang dan berurat-urat antara tulang daun dan urat tertutup daging daun atau hijau daun. Daging daun terdiri dari kumpulan sel-sel yang tidak terhingga banyaknya. Didalam sel yang terletak pada permukaan daun terdapat butir-butir yang sangat halus berwarna hijau. Butir-butir ini dinamakan chlorophyl, yang pembentukannya dipengaruhi oleh kesuburan tanaman serta banyaknya sinar matahari yang dapat diterima. Daun mangga diselimuti oleh kulit tipis yang tidak mudah terlihat oleh mata telanjang, yang dinamakan kulit ari.

Kulit ari ini berlubang kecil yang dinamakan mulut kulit (Nazaruddin dan Muchlisah, 1994).

(18)

bunga majemuk yang tumbuh dari tunas ujung. Tunas yang asalnya bukan dari tunas ujung tidak menghasilkan bunga tetapi menghasilkan ranting daun biasa (AAK, 1997)

Tanaman mangga berbuah sekitar bulan Agustus sampai Oktober atau pada musim kemarau. Pada musim ini sangat baik pengaruhnya terhadap proses pembentukan dan pembesaran, sampai pemasakan buah di pohon. Tetapi ada juga pohon yang berbuah terlambat. Buah mangga terdapat pada tangkai pucuk-pucuk daun. Setiap tangkai terdapat 4 sampai 8 buah bahkan ada yang lebih. Bentuk buah mangga bermacam-macam ada yang bulat penuh, bulat pipih, bulat telur, bulat memanjang atau lonjong, ketebalan kulit bervariasi yakni berkisar antara 0,3-1,2 mm. Di bawah kulit terdapat daging yang tebalnya kira-kira antara 1,5-4 cm. Ketebalan daging buah ini diukur dari lapisan tempurung biji luar. Dibawah daging buah terdapat biji yang berlapiskan tempurung dan berserabut (Puslitbang, 2004).

Syarat tumbuh

(19)

mangga masih dapat hidup adalah ± 4-10ºC, tetapi temperatur ini bukan temperatur yang baik untuk pertumbuhan dan produksi (AAK, 1997).

Tanaman mangga tumbuh baik di daerah tropis maupun sub tropis. Di daerah tropis tumbuh pada ketinggian 0-800 m dpl, tetapi paling baik sampai pada ketinggian 300 m dpl. Tipe tanah yang paling cocok adalah tanah berpasir, lempung atau liat sedang (agak liat), pH optimum 5,5-6,0. Curah hujan yang dibutuhkan sebanyak 1000 mm pertahun dengan jumlah musim kemarau 4-6 bulan (Puslitbang, 2004).

Kandungan Gizi

Buah mangga mengandung beberapa zat gizi yang bermanfaat untuk perbaikan gizi masyarakat. Daging buah mangga yang berwarna merah oranye banyak mengandung vitamin A yang sangat dibutuhkan tubuh. Selain vitamin A buah mangga juga mengandung vitamin C. Kandungan vitamin C pada buah mangga berkisar antara 6-30 mg/100 g buah (Satuhu, 2000).

Kandungan Satuan M.Gedong M. Golek Arumanis Cengkir/ Indramayu

(20)

Hama Buah Mangga (Mangifera spp)

Salah satu penyebab rendahnya produksi dan kualitas buah mangga adalah adanya serangan hama penyakit yang menyerang mulai dari tanaman sampai buahnya sendiri, sebagai akibat masih rendahnya kesadaran para petani dalam memelihara tanamannya. Dalam rangka persiapan pasar bebas, perlu dilakukan langkah-langkah yang terkordinasi di lapangan, khususnya dalam mengantisipasi muncul dan berkembangnya hama penyakit, sesuai rakitan teknologi budidaya mangga yang dianjurkan (BPTP Karangploso, 1997).

Jenis-jenis serangga hama yang menyerang mangga adalah: Bactrocera dorsalis

Hama lalat buah merusak daging mangga hingga buah menjadi busuk dan berguguran. Lalat buah betina menyerang tanaman dengan cara menusukkan ujung perutnya pada kulit buah yang sudah matang atau setengah

matang. Saat itulah lalat meletakkan telur pada daging buah (Endah dan Novizan, 2002)

Menurut Drew et.al., (1978), lalat buah diklasifikasikan ke dalam : Phylum : Arthropoda

Kelas : Hexapoda Ordo : Diptera

Sub-Ordo : Cyclorropha Family : Tephritidae Sub family : Dacinae

(21)

Bactrocera (Macquard) Species : Bactrocera spp.

(22)

6. 7.

B. acgregori Bezzi.

B. albistrigatus de Meijere

Melinjo.

Telur berwarna putih, diletakkan di dalam buah mangga, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan berkelompok 2-15 butir. Lalat buah betina dapat meletakkan telur 1-40 butir/hari. Satu ekor betina B. dorsalis dapat menghasilkan telur 1200-1500 butir. Ukuran telur lalat buah mangga adalah 0,3 mm x 0,1 mm. Lalat buah betina mencari buah yang sesuai untuk meletakkan telur dengan bantuan indera penciuman pada antena dan indera mata. Proses ini juga dipengaruhi oleh pencernaan dan penglihatan (Deptan, 2007a).

Larva berwarna putih keruh atau putih kekuningan, berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Larva lalat buah terdiri atas 3 bagian : yaitu kepala, toraks (3 ruas), dan abdomen (8 ruas). Kepala berbentuk runcing dengan dua buah bintik hitam yang jelas, mempunyai alat kait mulut. Stadia larva terdiri atas tiga instar. Larva membuat saluran-saluran di dalam buah dan mengisap cairan buah. Larva ini hidup dan berkembang dalam daging buah selama 6-9 hari, menyebabkan buah menjadi busuk, dan biasanya larva jatuh (melenting) ke tanah sebelum larva itu berubah menjadi pupa. Larva instar

(23)

Stadium lalat buah yang paling merusak adalah stadium larva, yang pada umumnya berkembang di dalam buah (Pracaya, 1998).

Pupa berada di permukaan tanah berwarna kecoklat-coklatan dan berbentuk oval dengan panjang sekitar 5 mm. Masa pupa adalah 4-10 hari dan

setelah itu keluarlah serangga dewasa (imago) lalat buah (Tjahjadi, 1992). Imago lalat buah rata-rata berukuran 0,7 mm x 0,3 mm dan terdiri atas

menjadi kepala, toraks (dada), dan abdomen. Toraks terdiri atas 3 ruas, berwarna oranye, merah kecoklat-coklatan atau hitam dan memiliki sepasang sayap. Pada abdomen umumnya terdapat dua pita melintang dan satu pita membujur warna hitam atau bentuk huruf T yang kadang-kadang tidak jelas. Ujung abdomen lalat betina lebih runcing dan mempunyai alat peletak telur (ovipositor) yang cukup kuat untuk menembus kulit buah, sedangkan pada lalat jantan abdomennya lebih bulat (Deptan, 2007b).

Gejala Serangan

Lalat buah merupakan hama potensial perusak utama hasil buah-buahan dan tanaman hortikultura lainnya. Kerusakan yang ditimbulkannya memang terbatas hasil buah saja. Buah menjadi berulat, rusak dan busuk oleh kontaminasi bakteri. Sedangkan tanamannya sendiri tidak terganggu, tetap normal, tumbuh sehat, serta akan berbunga dan berbuah seperti biasa pada tahun-tahun berikutnya (Kalie, 1999).

(24)

yang menetas dari telur tersebut, noda-noda kecil berkembang menjadi bercak coklat disekitarnya. Selanjutny tua/masak. Buah yang gugur ini, apabila tidak segera dikumpulkan dan dimusnahkan larva akan merusak daging buah sehingga buah menjadi busuk dan gugur sebelum waktunya bahkan akan menjadi sumber infeksi atau perkembangan lalat buah generasi berikutnya (Deptan, 2007c).

Luka bekas tusukan juga mengeluarkan cairan yang dapat menarik serangga-serangga lain untuk makan dan bertelur pada buah. Organisme lain juga bisa masuk melalui luka tersebut, sehingga kerusakan makin berat (Kranz et.al, 1997).

Gbr 1. Gejala serangan lalat buah Sumber : foto langsung

Musuh Alami

(25)

makanan buatan, sehingga membuka peluang sangat besar untuk perbanyakan musuh alaminya. Dengan demikian pengendalian biologis lalat buah mempunyai prospek yang baik (Deptan, 2007c).

Pengendalian

1. Pengendalian dengan cara pengaturan, melalui penerapan peraturan

karantina antar daerah/wilayah/negara yang ketat untuk tidak memperdagangkan buah dari daerah endemis lalat buah.

2. Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara

yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam dan pengamatan dengan pemasangan perangkap ME (methyl eugenol) atau ekstrak selasih.

3. Perangkapan. Pemasangan perangkap pada tajuk pohon dilakukan di

samping untuk tujuan pengamatan, juga dalam rangka mengurangi populasi lalat buah. Jumlah perangkap 20 perangkap/ha. Cara kultur teknis lainnya dilakukan dengan pencacahan tanah yang agak dalam di bawah tajuk pohon secara merata agar pupa yang terdapat di dalam tanah akan terkena sinar matahari dan akhirnya mati.

4. Pembungkusan. Pembungkusan buah saat masih muda dengan kantong

plastik, kertas semen, kertas koran, atau daun pisang, untuk mencegah lalat meletakkan telur pada buah.

5. Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan mengumpulkan buah

(26)

kemudian dimusnahkan/dibenamkan dalam tanah 60 – 70 cm agar larvanya mati. Pengasapan serasah setiap 3 – 4 hari sekali mulai saat pembentukan buah dan diakhiri 1 – 2 minggu sebelum panen, dilakukan untuk mengusir lalat.

6. Pengendalian biologi. Pelepasan serangga mandul (steril) melalui

sterilisasi (bila memungkinkan), agar mengadakan perkawinan dengan serangga fertil di lapangan, sehingga diharapkan populasi lalat turun. Di samping itu dapat memanfaatkan musuh alami yang telah diketahui antara lain Biosteres sp., Opius sp. (Braconidae), semut (Formicidae), laba-laba (Arachnidae), kumbang (Staphylinidae) dan cocopet (Dermaptera).

7. Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida efektif sesuai

rekomendasi apabila dijumpai lalat buah dalam perangkap, dan diulang setiap 4 – 7 hari sampai populasi turun. Penyemprotan dengan insektisida khlorpirifos atau malation dapat dicampur umpan protein yang mengandung amonia (Ditlin Horti, 2007).

Sternochetus frigidus F.

Hama ini diklasifikasikan ke dalam : Phylum : Arthropoda

Kelas : Inseka Ordo : Coleoptera Family : Curculionidae Genus : Sternochetus

(27)

(Ditlin Horti, 2007)

Hama ini dapat ditemukan di daerah sentra produksi mangga antara lain di Jawa Barat dan Jawa Timur. Hama ini menyerang kweni, kebembem dan bacang. Telur diletakkan diletakkan pada buah yang bergaris tengah minimum 6 cm. Kumbang betina meletakkan telur pada kulit buah dengan ovipositornya. Telur diselimuti dengan lapisan berwarna coklat yang terdiri dari getah yang keluar dari lubang gerekan. Jumlah telurnya ± 75-180 butir dalam waktu 3 minggu (Deptan, 2007a).

Biologi Sternochetus frigidus F.

Larva muda yang baru menetas langsung masuk ke dalam daging buah menuju ke arah biji untuk menghindar dari jaringan yang bergetah karena apabila terjadi kontak dengan getah dapat mengakibatkan kematian larva muda. Larvanya berwarna putih, panjangnya ± 18 mm, cairan buah diminum larva, kotorannya berbentuk bulat menutup lubang. Periode larva berlangsung 30-36 hari (Ditlin Horti, 2007).

Pupa terbentuk di dalam buah dengan kepompong yang dibuat dari sisa potongan makanan. Pupa sangat aktif bila diganggu. Pupa berwarna coklat. Lamanya berkepompong 5-7 hari (Pracaya, 1999).

(28)

waktu malam hari dengan menusuk buah yang masih muda, cairan yang keluar dari buah yang luka lalu dimakannya (Kalshoven, 1981).

Gbr 2. Imago Sternochetus frigidus

Sumber : foto langsung

Gejala Serangan

Buah mangga yang terserang terlihat normal dari luar. Kesannya terlihat sehat, tetapi di dalam bijinya sudah rusak. Kulit biji berlubang, daging biji busuk berwarna hitam (IPTEKnet, 2007).

(29)

Musuh Alami

Pemanfaatan musuh alami dengan menggunakan parasitoid

Flavopimpla mangae Betr yaitu sejenis tabuhan tetapi masih kurang efektif.

Dengan semut Oecophylla smaragdina (semut rangrang) dapat mengusir penggerek dewasa (Pracaya, 2005a).

Pengendalian

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan memusnahkan buah mangga yang jatuh akibat hama ini, membungkus buah dengan kantong plastik atau kertas minyak, mencangkul tanah di sekitar batang pohon dan menyemprotkan insektisida ke tanah yang telah di cangkul (BAPPENAS, 2007).

Noorda albizonalis Hps. (Lepidoptera : Pyralidae)

Menurut Hampson, (1903), hama ini diklasifikasikan ke dalam : Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda Kelas : Insecta

(30)

Genus : Deanolis

Species : Sublimbalis. Spesies : Noorda albizonalis. Biologi Noorda albizonalis

Hama ini menggerek buah pada bagian ujung atau tengah dan

umumnya meninggalkan bekas kotoran dan sering menyebabkan buah pecah. Ulat ini langsung menggerek biji buah akibatnya buah busuk dan jatuh. Berbeda dengan Black Borer yang menggerek buah pada bagian pangkal buah. Lubang gerekan dapat sebagai sumber penyakit (Natural Nusantara, 2005).

N. albizonalis disebut juga penggerek bergaris merah, karena larva tuanya bergaris-garis merah. Pada mangga dan kebembem panjang larva maksimum 2 cm. Pembentukan pupa terjadi di tanah. Serangga dewasa

(ngengat) berwarna abu-abu dan berukuran panjang 1,2 cm (Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, 1994).

Gbr 5. Noorda albizonalis Sumber : foto langsung

Gejala serangan

(31)

penggerek tumbuh hingga mencapai panjang ± 2 cm. Segera setelah buah mulai digerek, dapat juga terjadi serangan sekunder lalat buah atau hama

lainnya. Buah yang terserang membusuk dan selanjutnya gugur (Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, 1994).

Pengendalian

1. Pengendalian secara bercocok tanam, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemilihan bibit sehat, pemupukan, pemangkasan, penyiraman, pemangkasan, pemanipulasian pembungaan dengan bahan kimia untuk mengatur komposisi bunga jantan dan betina yang baik, perlakuan bahan kimia yang mengandung unsur Ca untuk memperkuat kulit buah. Cara-cara pengendalian ini untuk menciptakan kesehatan tanaman sehingga pembungaan dan buah yang tumbuh dapat berkembang optimal.

2. Pengendalian mekanis, dilakukan dengan : Pengerodongan buah dengan kertas bekas kantong semen bila memungkinkan, pengambilan dan pengumpulan buah yang menunjukkan gejala kemudian

(32)

BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan dengan ketinggian tempat ± 32 m dpl. Penelitian dilaksanakan dari bulan september 2007 sampai dengan Januari 2008.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 jenis buah mangga yaitu mangga golek, mangga gedong, arumanis, mangga udang, kweni yang terserang oleh hama, alkohol 70%, madu dan pasir secukupnya.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroskop stereo, mikroskop binokuler dengan pembesaran 10-40 kali, kaca pembesar (loup), pinset, kamera digital, stoples, botol koleksi, kain kasa, karet gelang, pisau, gunting, plakat nama, alat-alat tulis, buku kunci identifikasi Borror, et.al 1992,

Handbook on Identification of fruit flies in the Tropics (Ibrahim and Ibrahim, 1990)

Metoda Penelitian

(33)

Pelaksanaan Penelitian

1. Pengumpulan sampel.

Sampel buah mangga yang terdapat gejala serangan hama buah mangga dan kelihatan busuk diambil dari pasar. Banyaknya buah yang dikumpulkan 10 buah dari tiap jenis mangga. Setiap sampel buah yang dikumpulkan disimpan dalam kantong plastik yang telah disediakan dan diberi label yang berisi data : area/lokasi, sampel dan tanaman inang.

2. Prosedur Rearing.

Gbr 6. Rearing di laboratorium

(34)

3. Parameter Pengamatan.

a. Jenis-jenis hama pada buah.

Masing-masing hama yang terdapat di dalam stoples jenis/buahnya diidentifikasi dengan menggunakan kunci dari Borror, et.al 1992 ; Ibrahim and Ibrahim, 1990 ; dari internet sampai tingkat famili dibantu dengan loup dan mikroskop.

b. Populasi dari setiap jenis hama yang didapat (ekor/buah)

Hama yang terdapat di dalam stoples dari kelima jenis mangga hasil rearing dihitung populasinya tiap spesies.

c. Jenis-jenis musuh alami yang didapat.

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Jenis - Jenis Hama Pada Buah

Hasil inventarisasi hama dan parasitoid terhadap lima jenis buah mangga yang ditemukan adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Jenis-jenis hama dan parasitoid pada buah.

NO Varietas Hama dan Parasitoid yang ditemukan 1. Arumanis B. dorsalis (Diptera:Tephtritidae)

N. albizonalis (Lepidoptera:Pyralidae)

Parasitoid B. dorsalis yaitu : Biosteres sp (Hymenoptera:Braconidae)

2. Mangga gedong B. dorsalis (Diptera:Tephtritidae) S. frigidus (Coleoptera: Curculionidae)

3. Mangga golek B.dorsalis (Diptera:Tephtritidae) N. albizonalis (Lepidoptera:Pyralidae)

4. Mangga udang S. frigidus (Coleoptera: Curculionidae)

5. Kweni B. dorsalis (Diptera:Tephtritidae) S. frigidus (Coleoptera:Curculionidae)

(36)

S. frigidus. Pada mangga golek hama yang menyerang yaitu B. dorsalis dan

N. albizonalis. Pada mangga udang hanya terdapat 1 species saja yaitu

S. frigidus, sedangkan pada kweni hama yang menyerang B. dorsalis dan

S. frigidus.

a. Bactrocera dorsalis Hendel

Toraks berwarna hitam, terdapat dua garis kuning menyolok (lateral post

sutural vittae) pada mesonotum yang melebar melingkupi seluruh buku-buku

supra alar, mesonotum hitam. Humeral callus dan skutellum berwarna kuning. Posnotum berwarna hitam.

Gbr 7. B. dorsalis Hendel

Sumber : foto langsung

Keterangan : 1. Torak

2. Sayap Gambar

(37)

Abdomen berwarna merah bata, berbentuk oval , pada bagian dorsal terdapat gambar berupa huruf T berwarna hitam dan pada ruas ketiga terdapat rambut pekten untuk yang jantan. Sepasang bercak berbentuk bulat (ceromata/shining spot) pada tergit ruas kelima.

Sel-sel kostal sayap transparan, mempunyai kostal band atau bercak kecoklatan pada bagian stigma hingga ujung sayap yang memiliki pola yang melputi seluruh bagian R2+3 dan meluas ke bawah pada ujung venasi R4+5, sayap tidak memiliki cross band, juga menutupi sel anal dan perpanjangan sel anal.

Gbr 8. Sayap Lalat Buah

(38)

2.Populasi dari setiap jenis hama yang didapat.

Dari hasil rearing pada buah mangga arumanis dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini :

No Varietas Species Stoples Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (ekor)

1 M. Arumanis B. dorsalis 0 0 0 4 39 28 17 7 20 0 115

N.albizonalis 3 1 1 2 23 3 1 7 2 5 21

S. frigidus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Biosteres sp 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1

Gbr 9. Grafik Hasil Rearing Pada Buah Mangga Arumanis

0

(39)

jambu biji, terung, kuini, jeruk nipis, jambu air, jambu bol, cabe rawit, sawo, markisa asam. Dari tabel diatas juga di dapat 1 ekor parasitoid lalat buah yaitu

Biosteres sp.

Dari hasil rearing pada buah mangga golek dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini :

No Varietas Species Stoples Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (ekor)

1 M. Golek B. dorsalis 0 0 7 0 0 0 0 0 0 0 7

N.albizonalis 0 1 9 5 4 25 2 5 6 0 57

S. frigidus 2 1 0 0 1 1 1 1 0 1 8

Gbr 10. Grafik Hasil Rearing Pada Buah Mangga Golek

0

(40)

Dari hasil rearing pada buah mangga gedong dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini :

No Varietas Species Stoples Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (ekor) 1 M. Gedong B. dorsalis 4 15 3 2 0 5 1 11 1 0 42

N.albizonalis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

S. frigidus 0 0 0 1 1 3 0 0 0 1 6

Gbr 11. Grafik Hasil Rearing Pada Buah Mangga Gedong

0

(41)

Dari hasil rearing pada buah mangga udang dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini :

No Varietas Species Stoples Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (ekor)

1 M. udang B. dorsalis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

N.albizonalis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

S. frigidus 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 11

Gbr 12. Grafik Hasil Rearing Pada Buah Mangga Udang

0

(42)

Dari hasil rearing pada buah kweni dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini :

No Varietas Species Stoples Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (ekor)

1 Kweni B. dorsalis 2 0 0 13 0 0 0 1 0 0 16

N.albizonalis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

S. frigidus 3 1 3 2 2 1 2 1 2 1 18

Gbr. 13. Grafik Hasil Rearing Pada Buah Kweni

0

(43)

3. Jenis parasitoid yang didapat

Dari hasil penelitian didapat 1 ekor parasitoid B. dorsalis yang telah

diidentifikasi sebagai Biosteres sp terdapat pada stoples ke-5 dari mangga arumanis. Tingkat parasitasi parasitoid ini sangat kecil, hal ini didukung oleh literatur Deptan (2007) yang menyatakan Biosteres sp dapat ditemukan pada lalat buah yang menyerang belimbing, mangga dan jambu biji dengan parasitasi 5,17-10,31%, Artayasa (2004) menyatakan Biosteres sp adalah parasitoid yang menyerang telur dan larva lalat buah (1-6 hari setelah peletakan telur) ; sedangkan Opius sp dapat ditemukan pada lalat buah yang menyerang mangga dengan tingkat parasitasi 0-6,8%, Deptan (2007), Opius sp adalah parasitoid yang menyerang larva lalat buah (3-8 hari setelah peletakan telur), Artayasa (2004).

(44)

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

1. Jenis hama yang terdapat pada buah mangga arumanis, mangga gedong, mangga golek, mangga udang dan kweni ada 3 spesies yaitu : B. dorsalis,

N. albizonalis dan S. frigidus.

2. Populasi parasitoid B. dorsalis 1 ekor, yaitu Biosteres sp yang didapat dari mangga arumanis.

3. Populasi B. dorsalis tertinggi terdapat pada buah mangga arumanis yaitu 115 ekor dan terendah terdapat pada buah mangga udang yaitu 0.

4. Hama N. albizonalis terdapat pada 2 jenis mangga yaitu mangga golek dan arumanis. Sedangkan hama S. frigidus terdapat pada 4 jenis mangga yaitu mangga gedong, golek, udang, kweni dan hama B. dorsalis juga terdapat pada 4 jenis mangga yaitu mangga arumanis, golek, gedong dan kweni.

5. Populasi hama N. albizonalis tertinggi terdapat pada buah mangga golek yaitu 57 ekor dan terendah terdapat pada mangga arumanis yaitu 21 ekor, sedangkan populasi S. frigidus tertinggi terdapat pada kweni yaitu 18 ekor dan terendah terdapat pada buah mangga arumanis yaitu 0.

Saran

(45)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1997. Budidaya Tanaman Mangga. Kanisius. Yogyakarta.

Achrom, M., W. Haryono, S. Manurung, G.E. Siregar, P.Pinem, M. Nurochman, Rahmawati, H. Zahara, E. Tambunan, R. Delfi, S. Johan dan Erniati., 1995. Hasil Pemantauan Lalat Buah (Diptera:Tephtritidae) Di Wilayah

Kerja Balai Karantina Pertanian Medan Tahun 1994/1995. Balai

Karantina Pertanian Medan.

Alfarini, P., 2003. Produk hortikultura Indonesia Terancam Ditolak Taiwan.

Ekonomi bisnis, Tempo News Room.

http://www.tempo.co.id/hg/ekbis/2003/11/12/brk,20031112-41html. Artayasa P.I., 2004. Potensi Parasitoid Dalam Pengendalian Lalat Buah

Bactrocera carambolae di Kebun Percobaan Buah-buahan Subang, Jawa Barat. Perpustakaan Departemen Biologi. Bandung

BAPPENAS, 2007. Mangga (Mangifera spp.). available at

http://www.Warintek Bantul.co.id. Diakses tanggal 18 Januari 2007. BPTP Jawa Timur. 2006. Seminar Nasional Agribisnis Mangga.

http://www.Litbang.deptan.go.id:BPTP-Jatim. Diakses tanggal 9 Januari 2007.

BPTP Karangploso. 1997. Mengendalikan Hama Dan Penyakit Mangga. http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/buka-peta/bagian-02.html.

Diakses tanggal 9 Januari 2007

Deptan, 2002. Lalat Buah. Bab I, Departemen Pertanian.

http://www.deptan.go.id-ditlinhorti-buku lalat buah-bab 1.htm. Diakses tanggal 19 Januari 2007.

______, 2007a. Penggerek buah Sternochetus frigidus F. available at http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/opt/mangga/penggerek-buah.html. Diakses tanggal 19 Januari 2007.

______, 2007b. Lalat Buah (Bactrocera spp.). available at http://www.deptan.go.id-ditlinhorti-opt-lalat 02-jpg.htm. Diakses tanggal 19 Januari 2007.

______, 2007c. Panduan Lalat Buah. available at

(46)

Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, 1994. Hasil Identifikasi dan

Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Buah. Jakarta.

http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/makalah/hasil=peng.buah.htm. Diakses tanggal 16 April 2007.

Ditlin Hortikultura, 2007. Hama dan Penyakit Tabaman Mangga. http://ditlin.hortikultura.go.id/makalah/hasil-peng-buah.htm. Diakses tanggal 19 Januari 2008.

Djojosumarto, P., 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. 210 hal.

Drew, R.A.I., G.H.S. Hooper and M.A. Bateman, 1978. Economic fruit flies of

the south pacific region. Watson Ferguson and Co. Brisbane.

Endah, J. dan Novizan, 2002. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Hampson, 1903. EntomID-Specimen Database.CSIRO Australia.

Ibrahim, R.H. and A.G. Ibrahim, 1990. Handbook on identification of fruit flies in the tropics. Universiti Pertanian Malaysia Press. Selangor Darul Ehsan. IPTEKnet, 2007. Mangga Golek 31. available at

http://www.Portal.%.20.IPTEK.htm. Diakses tgl 12 Januari 2007. Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. PT.Ichtiar Baru Van

Hoeve. Jakarta.

Kalie, M.B., 1999. Mengatasi Buah rontok, Busuk dan Berulat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kranz, J.H., Schmutterer and W. Koch, 1997. Diseases, Pest and Weeds in

Tropical Crops. John Willey and Sons, New York.

Natural Nusantara, 2005. Budidaya Mangga.

http://www.Naturalnusantara.co.id/pageISIPRODUK-LEAFLETANI-ISI3F.Htm. Diakses tanggal 19 Januari 2007.

Nazaruddin dan Muchlisah F, 1994. Buah Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta

(47)

______, 1999. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. http://www.IPTEKnet.id/ind/pdinvertebrata/index.php?id=116&ch=pd.indin vertebrata2.Diakses tanggal 19 Januari 2007.

______, 2004, Bertanam Mangga. Penebar Swadaya.

http://www.IPTEKnet.id/ind/pdinvertebrata/index.php?id=116&ch=pd.indin vertebrata2.Diakses tanggal 19 Januari 2007.

______, 2005, Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta Puslitbang, 2004. Budidaya Mangga.

http://www.LitbangHortikultura.go.id/phlt.pandu.php?id=116&ch=pd.2004. Diakses tanggal 19 Januari 2007.

Republika online, 2005. Mangga Bisa Untuk Influenza. available at http://www.republika.co.id. Diakses tanggal 19 Januari 2007. Rukmana, R, 1997. Mangga Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius.

Yogyakarta.

Rukmana. R. dan Sugandi U., 2002. Hama Tanaman dan Teknik

Pengendalian. Kanisius. Yogyakarta.

Satuhu, S., 2000. Penanganan Mangga Untuk Ekspor. Penebar Swadaya. Jakarta.

(48)

Lampiran 1.

Populasi dari setiap varietas sebagai berikut :

NO Varietas Spesies Stoples Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (ekor)

1 Arumanis B. dorsalis 0 0 0 4 39 28 17 7 20 0 115

N.albizonalis 3 1 1 2 3 3 1 7 2 5 21

S. frigidus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Biosteres sp 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1

2 M. gedong B. dorsalis 4 15 3 2 0 5 1 11 1 0 42

N.albizonalis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

S. frigidus 0 0 0 1 1 3 0 0 0 1 6

3 M. golek B. dorsalis 0 0 7 0 0 0 0 0 0 0 7

N.albizonalis 0 1 9 5 4 25 2 5 6 0 57

S. frigidus 2 1 0 0 1 1 1 1 0 1 8

4 M. udang B. dorsalis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

N.albizonalis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

S. frigidus 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 11

5 Kweni B. dorsalis 2 0 0 13 0 0 0 1 0 0 16

N.albizonalis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

S. frigidus 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4

(49)

Lampiran 2. Data Pengamatan Temperatur (°C) dan Kelembaban udara (%) di Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan.

(50)

8-Dec-07 28 71

10-Dec-07 29 70

11-Dec-07 30 70

12-Dec-07 31 70

13-Dec-07 30 71

14-Dec-07 29 71

15-Dec-07 30 71

17-Dec-07 31 70

18-Dec-07 29 70

19-Dec-07 30 71

20-Dec-07 31 71

21-Dec-07 29 71

22-Dec-07 29 72

26-Dec-07 29 71

27-Dec-07 30 71

28-Dec-07 30 71

29-Dec-07 30 71

30-Dec-07 31 71

31-Dec-07 31 71

1-Jan-08 29 71

2-Jan-08 29 70

Rata-rata 29.95 70.71

(51)

Gambar

Tabel 3. Jenis-jenis hama dan parasitoid pada buah.

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan telah dilakukan dan direalisasikan dalam bentuk sebuah prototipe konverter biogas dan dari hasil pengujian diketahui bahwa motor bensin mampu menyala dengan

Riwayat penyakit adalah penyakit yang pernah diderita ibu yang mempunyai resiko terhadap kehamilan dan persalinan ini, yang terdapat pada kartu status ibu..

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat, dan bimbingan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Tugas Perencanaan Unit

Dimana dapat dilihat pada gambar bahwa pada saat volume starter 100 ml dengan waktu fermentasi 4 hari viskositas bioetanol yang didapat yaitu 1,16 Cp, pada

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa siswa dengan gaya kognitif Field Independent telah mampu berpikir relasional dan dapat memenuhi semua indikator,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran conservation-based learning (CBL)

Adapun judul penelitian ini adalah “Peran Guru Megembangkan Kreativitas Anak Usia Dini Dalam Menggunakan Metode Pemberian Tugas (Studi di TK Islam Bakti 81 Muaro

x Nilai kalor briket daun, ranting dan bunga pinus lebih rendah dibandingkan dengan nilai kalor sebelum dijadikan briket karena pada saat proses pembuatan briket ditambah