Pada Tanaman Jeruk Di Tiga Kecamatan Kabupaten Karo
SKRIPSI
Oleh:
Armeilia Yulanda A. Marpaung 090301174/ Hama Dan Penyakit Tumbuhan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Survei pengendalian hama terpadu hama lalat buah Bactrocera spp. pada tanaman jeruk di tiga kecamatan Kabupaten Karo
Nama : Armeilia Yulanda A. Marpaung
NIM : 0903901174
Minat : Hama dan Penyakit Tumbuhan Program Studi : Agroekoteknologi
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Armeilia Yulanda A. Marpaung, “Survei Pengendalian Hama Terpadu Hama Lalat Buah Bactrocera spp. pada Tanaman Jeruk di Tiga Kecamatan Kabupaten Karo” dibawah bimbingan Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS. dan Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengendalian hama terpadu dengan jumlah imago lalat buah, persentase serangan dan produksi buah jeruk di tiga kecamatan Kabupaten Karo. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan analisis kuantitatif korelasi yaitu korelasi jumlah imago lalat buah dengan persentase serangan pada buah jeruk, korelasi antara pengendalian hama terpadu dengan persentase serangan pada buah jeruk dan korelasi antara pengendalian hama terpadu dengan produksi buah jeruk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah imago Hama Lalat Buah memiliki hubungan signifikan terhadap persentase serangan Hama Lalat Buah, dan Pengendalian Hama Terpadu tidak memiliki hubungan signifikan terhadap persentase serangan tetapi memiliki hubungan signifikan terhadap produksi buah tanaman jeruk di Kabupaten Karo. Jumlah imago Bactrocera spp tertinggi terdapat pada Kecamatan Tiga Panah yaitu sebesar 71,07 hama dan jumlah terendah pada Kecamatan Barus Jahe 23,76 hama. Persentase serangan tertinggi terdapat pada Kecamatan Tiga Panah sebesar 14,27% dan serangan terendah pada Kecamatan Barus Jahe sebesar 5,89%. Produksi buah jeruk tertinggi terdapat pada Kecamatan Barus Jahe sebesar 7,75 ton dan terendah terdapat pada Kecamatan Tiga Panah yaitu sebesar 3,25 ton.
Kata Kunci: Tanaman Jeruk, Bactrocera spp dan PHT.
ABSTRACT
Armeilia Yulanda A. Marpaung, Survey Of Integrated Pest Management Fruit Flies Bactrocera spp on Cytrus in three Karo Regency, supervised by
Ir. Yuswani Pangestiningsih, Ms. and Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr. The aim of this research was to find out relation between integrated pest
management with the number of fruit flies imago, damage percentage and production of orange in three Karo regency. The research was conducted using survey method by correlation quantitative analyze, it was correlation of the number fruit flies imago and orange damage percentage, correlation between integrated pest management with orange damage percentage, and correlation between integrated pest management with production of Cytrus.
The result showed that the number of orange fruit flies had a significant relation with damage percentage of fruit flies, and integrated pest management was not have the significant relation with damage percentage but had a significant
relation with production of Cytrus in Karo regency. The highest number of
Bactrocera spp imago were showed in Tiga Panah regency with 71,07 imago number and the lowest were showed in Barus Jahe regency with 23,76 imago number. The highest damage percentage were in Tiga Panah regency 14,27% and the lowest damage percentage were in Barus Jahe regency 5,89%. The best orange production were in Barus Jahe regency with 7,75 ton, and the lowest production were in Tiga Panah regency with 3,25 ton.
Armeilia Yulanda A. Marpaung, lahir di Medan pada tanggal 17 Mei 1990 dari ayah R. Marpaung dan Ibu J. br Saragih. Penulis merupakan putri
pertama dari empat bersaudara.
Tahun 2008 penulis lulus dari SMK Negeri 3, Medan dan pada tahun 2009
masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis SNMPTN. Penulis
memilih program studi Agroekoteknologi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggotan IMAPTAN
(Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman) tahun 2012-2013.
Penulis melakukan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN 4, kebun
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Survei Pengendalian Hama Terpadu Hama Lalat Buah
Bactrocera spp. pada Tanaman Jeruk di Tiga Kecamatan Kabupaten Karo.”
Pada kesempatan ini penulis menghanturkan pernyataan terima kasih
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan,
memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapa
terima kasih kepada Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS. dan
Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr. selaku ketua dan anggota komisi
pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan
berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian,
sampai pada ujian akhir.
Disamping itu, penulis juga mengucapankan terima kasih kepada semua
staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, serta semua rekan
mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Januari 2014
Hlm.
ABSTRAK ...
ABSTACT ...
RIWAYAT HIDUP ...
KATA PENGANTAR ...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR GAMBAR ...
DAFTAR LAMPIRAN ...
PENDAHULUAN
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jeruk ... 5
Botani Tanaman ... 5
Syarat Tumbuh ... 6
Iklim ... 6
Tanah ... 6
Hama Lalat Buah (Bactrocera spp (Diptera: Tephtritidae)) ... 7
Biologi Hama ... 7
Gejala Serangan ... 9
Pengendalian Hama Terpadu pada Hama Lalat Buah (Bactrocera spp) ... 10
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 13
Bahan dan Alat ... 13
Metode Penelitian ... 13
Metode Daerah Sampel ... 13
Metode Pengambilan Sampel ... 14
Pelaksanaan Penelitian ... 14
Penempatan Perangkap ... 14
Pembuatan Perangkap ... 14
Peubah Amatan ... 15
Jumlah Imago Lalat Buah ... 15
Produksi Buah Jeruk ... 15
Pengendalian Hama Terpadu ... 15
Analisis Data ... 15
Analisis Rataan Skor ... 15
Analisis Korelasi ... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Imago Lalat Buah Bactrocera spp pada Buah Jeruk di Kab. Karo ... 19
Persentase Serangan Lalat Buah Bactrocera spp pada Buah Jeruk di Kab. Karo ... 22
Produksi Buah jeruk di Kab. Karo ... 26
Korelasi Jumlah Imago Hama Lalat Buah (X) dengan Persentase Serangan pada Tanaman Jeruk (y) ... 29
Korelasi Pengendalian Hama Terpadu (x1) dengan Persentase Serangan Hama Lalat Buah pada Tanaman Jeruk ... 30
Korelasi Pengendalian Hama Terpadu (x1) dengan Produksi Buah pada Tanaman Jeruk ... 31
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) ... 32
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34
Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA
No. Hlm.
1. Rataan jumlah imago Hama Lalat Buah Bactrocera spp. di Kab. Karo ...
2. Rataan persentase serangan Hama Lalat Buah Bactrocera spp. di Kab. Karo ...
3. Rataan produksi buah jeruk di Kab. Karo ...
4. Hubungan jumlah Imago Lalat Buah dengan tingkat serangan pada
tanaman jeruk ...
5. Hubungan pengendalian hama terpadu dengan tingkat serangan pada
tanaman jeruk ...
6. Hubungan pengendalian hama terpadu dengan produksi buah pada
tanaman jeruk ...
19
23
26
29
30
DAFTAR GAMBAR
No. Hlm.
1. Telur Bactrocera spp. ...
2. Larva Bactrocera spp ...
3. Pupa Bactrocera spp ...
4. Bactrocera spp ...
5. Gejala Serangan Bactrocera spp ...
6. Grafik rataan jumlah imago lalat buah Bactrocera spp di Desa
Siberaya di Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo ...
7. Grafik rataan jumlah imago lalat buah Bactrocera spp di Desa Ajijulu
di Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo ...
8. Grafik rataan jumlah imago lalat buah Bactrocera spp di Desa
Tanjung Barus di Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo ...
9. Grafik rataan jumlah imago lalat buah Bactrocera spp di Desa Sikap
di Kecamatan Tanjung Barus, Kabupaten Karo ...
Grafik rataan jumlah imago lalat buah Bactrocera spp di Desa
Perteguhen di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo ...
Grafik rataan jumlah imago lalat buah Bactrocera spp di Desa
Ndokun Siroga di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo ...
Grafik persentase serangan imago lalat buah Bactrocera spp di Desa
Siberaya di Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo ...
Grafik persentase serangan imago lalat buah Bactrocera spp di Desa
Tanjung Barus di Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo ...
15. Grafik persentase serangan imago lalat buah Bactrocera spp di Desa
Sikap di Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo ...
16. Grafik persentase serangan imago lalat buah Bactrocera spp di Desa
Perteguhen di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo ...
17. Grafik persentase serangan imago lalat buah Bactrocera spp di Desa
Ndokun Siroga di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo ...
Ndokun Siroga di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo ...
18. Grafik produksi buah jeruk di Desa Siberaya di Kecamatan Tiga
Panah, Kabupaten Karo ...
19. Grafik produksi buah jeruk di Desa Ajijulu di Kecamatan Tiga
Panah, Kabupaten Karo ...
20. Grafik produksi buah jeruk di Desa Tanjung Barus di Kecamatan
Barus Jahe, Kabupaten Karo ...
21. Grafik produksi buah jeruk di Desa Sikap di Kecamatan Barus Jahe,
Kabupaten Karo ...
22. Grafik produksi buah jeruk di Desa Perteguhen di Kecamatan
Simpang Empat, Kabupaten Karo ...
23. Grafik produksi buah jeruk di Desa Ndokun Siroga di Kecamatan
Simpang Empat, Kabupaten Karo ... 24
25
25
25
27
27
27
28
28
ABSTRAK
Armeilia Yulanda A. Marpaung, “Survei Pengendalian Hama Terpadu Hama Lalat Buah Bactrocera spp. pada Tanaman Jeruk di Tiga Kecamatan Kabupaten Karo” dibawah bimbingan Ir. Yuswani Pangestiningsih, MS. dan Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengendalian hama terpadu dengan jumlah imago lalat buah, persentase serangan dan produksi buah jeruk di tiga kecamatan Kabupaten Karo. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan analisis kuantitatif korelasi yaitu korelasi jumlah imago lalat buah dengan persentase serangan pada buah jeruk, korelasi antara pengendalian hama terpadu dengan persentase serangan pada buah jeruk dan korelasi antara pengendalian hama terpadu dengan produksi buah jeruk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah imago Hama Lalat Buah memiliki hubungan signifikan terhadap persentase serangan Hama Lalat Buah, dan Pengendalian Hama Terpadu tidak memiliki hubungan signifikan terhadap persentase serangan tetapi memiliki hubungan signifikan terhadap produksi buah tanaman jeruk di Kabupaten Karo. Jumlah imago Bactrocera spp tertinggi terdapat pada Kecamatan Tiga Panah yaitu sebesar 71,07 hama dan jumlah terendah pada Kecamatan Barus Jahe 23,76 hama. Persentase serangan tertinggi terdapat pada Kecamatan Tiga Panah sebesar 14,27% dan serangan terendah pada Kecamatan Barus Jahe sebesar 5,89%. Produksi buah jeruk tertinggi terdapat pada Kecamatan Barus Jahe sebesar 7,75 ton dan terendah terdapat pada Kecamatan Tiga Panah yaitu sebesar 3,25 ton.
Kata Kunci: Tanaman Jeruk, Bactrocera spp dan PHT.
Armeilia Yulanda A. Marpaung, Survey Of Integrated Pest Management Fruit Flies Bactrocera spp on Cytrus in three Karo Regency, supervised by
Ir. Yuswani Pangestiningsih, Ms. and Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr. The aim of this research was to find out relation between integrated pest
management with the number of fruit flies imago, damage percentage and production of orange in three Karo regency. The research was conducted using survey method by correlation quantitative analyze, it was correlation of the number fruit flies imago and orange damage percentage, correlation between integrated pest management with orange damage percentage, and correlation between integrated pest management with production of Cytrus.
The result showed that the number of orange fruit flies had a significant relation with damage percentage of fruit flies, and integrated pest management was not have the significant relation with damage percentage but had a significant
relation with production of Cytrus in Karo regency. The highest number of
Bactrocera spp imago were showed in Tiga Panah regency with 71,07 imago number and the lowest were showed in Barus Jahe regency with 23,76 imago number. The highest damage percentage were in Tiga Panah regency 14,27% and the lowest damage percentage were in Barus Jahe regency 5,89%. The best orange production were in Barus Jahe regency with 7,75 ton, and the lowest production were in Tiga Panah regency with 3,25 ton.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kabupaten Karo merupakan sentra produksi hortikultura di Sumatera
Utara, terutama jeruk. Hal ini dapat dilihat dari luas pertanaman dan produksi
rjeruk yang cukup tinggi. Luas pertanaman jeruk di Kabupaten Karo pada Tahun
2011 diperkirakan mencapai 12.000 ha, dimana yang berproduksi sekitar
8.509 ha. Sehingga jeruk merupakan komoditi pertanian yang menopang sebagian
besar perekonomian masyarakat karo. Akan tetapi, belakangan ini terjadi hal yang
bertolak belakang dengan hal tersebut sehingga komoditi jeruk tidak mampu lagi
menopang perekonomian bahkan menjadi sumber masalah, karena harga jual
jeruk yang tidak stabil dan tingginya serangan hama lalat buah (Tarigan, 2012).
Salah satu gangguan yang mengakibatkan kehilangan hasil cukup tinggi
pada tanaman jeruk adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Lebih 50 jenis penyakit dan 10 jenis hama diketahui dapat menimbulkan
kerusakan pada tanaman jeruk, diantaranya adalah Lalat Buah, Kutu daun, Ulat
peliang daun, sedangkan penyakit utama adalah, CVPD, Diplodia dan Busuk
pangkal batang Cara pengendalian hama yang umum dilakukan petani adalah
secara kimiawi dengan pestisida yang penerapannya kadang-kadang tidak
memperdulikan kaidah-kaidah sumber daya alam dan lingkungan hidup
(Agus dan Najamuddin, 2008 ).
Intensitas serangan hama lalat buah dapat mencapai 90%, apabila tidak ada
upaya pengendalian akan mengganggu pencapaian produksi bahkan gagal panen
yang mengakibatkan kerugian bagi petani. Beberapa tahun terakhir (2009-2010),
panah dan Barus jahe) dan Kecamatan Simpang Empat mencapai 60%.
Dari produksi jeruk tahun 2010 sebesar 359.445 ton dan buah jeruk yang gugur
akibat hama lalat buah adalah 154.022,18 ton (42,85%) (Tarigan, 2012).
Lalat buah (Bactrocera sp.) merupakan salah satu hama utama tanaman
buah di Indonesia. Hama ini menyerang sekitar 75% tanaman buah. Jenis lalat
buah yang ada di Indonesia termasuk dalam genus Bactrocera.
Spesies Bactrocera dorsalis Hendel dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga
100%. Berbagai upaya pengendalian lalat buah telah dilakukan, baik secara
tradisional dengan membungkus buah dengan kantong plastik, kertas koran atau
daun kelapa maupun dengan menggunakan insektisida kimia (Sukarmin, 2011).
Upaya memenuhi kebutuhan buah untuk menekan impor dan
meningkatkan ekspor, pengembangan buah di Indonesia mengalami kendala,
mulai penyediaan benih bermutu, budidaya sampai penanganan panen. Salah satu
kendala dalam upaya meningkatkan produksi dan mutu buah di Indonesia adalah
serangan hama lalat buah. Lebih kurang 75% dari tanaman buah dapat diserang
oleh hama lalat buah. Dari berbagai laporan yang diterima, intensitas serangan
lalat buah terus meningkat, fluktuasi maupun populasi lalat buah juga naik terus.
Kebutuhan terhadap teknik pengendalian yang ramah lingkungan sangat
diharapkan, terutama yang efektif dan efisien serta mudah diperoleh petani dalam
operasionalnya di lapangan. Perbaikan terhadap teknik identifikasi yang
disesuaikan dengan kunci determinasi yang terbaru, memerlukan sosialisasi,
sehingga petani dapat mengetahui organisme pengganggu tumbuhan yang telah
Berbagai upaya pengendalian lalat buah telah dilakukan antara lain :
tradisional, kimiawi, umpan protein, atraktan, maupun penggunaan teknik jantan
mandul. Secara mekanis dilakukan dengan cara membungkus buah antara lain
dengan kantong plastik dan daun kelapa. Alternatif pengendalian di Indonesia
yang mempunyai prospek dikembangkan adalah penggunaan protein, agen hayati
dan atraktan (Iwashi et al., 1996).
Defenisi PHT menurut Untung, K (1993) adalah teknologi pengolaan
ekosistim yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dan
kesejahteraan petani, mempertahankan populasi hama / OPT dalam keadaan
keseimbangan dengan musuh alaminya sehingga tidak merugikan, serta
mengurangi atau membatasi penggunaan pestisida. Strategi PHT adalah
memadukan secara kompatibel, semua teknik atau metode pengendalian hama
yang didasarkan pada azas ekologi dan ekonomi ( Nuryatiningsih, 2011).
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai survei pengendalian hama terpadu hama lalat buah pada
tanaman jeruk di tiga kecamatan Kabupaten Karo.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara pengendalian hama terpadu dengan jumlah imago, persentase serangan,
dan produksi jeruk di tiga kecamatan Kabupaten Karo.
Hipotesa Penelitian
1. Adanya hubungan pengendalian hama terpadu yang dilakukan petani
terhadap serangan hama lalat buah (Bactocera spp).
2. Adanya hubungan penerapan pengendalian hama terpadu dengan produksi
buah jeruk.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Program
Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jeruk
Botani Tanaman
Tanaman jeruk termasuk dalam susunan taksonomi sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Species : Citrus sp.
(Khairia, 2009).
Tanaman jeruk mempunyai akar tunggang panjang dan akar serabut
(bercabang pendek kecil) serta akar-akar rambut. Bila akar tunggang mencapai
tanah yang keras atau yang terendam air, maka pertumbuhannya akan berhenti.
Tetapi bila tanahnya gembur, panjang akar tunggang mencapai 4 meter. Akar
cabang yang mendatar bisa mencapai 6-7 meter
(Soelarso, 1996 dalam Ginting, 2004).
Tanaman jeruk berupa pohon dengan tinggi antara 2-3 m. Batangnya
mempunyai duri yang kuat. Cabang muda umumnya pipih bersudut, warnanya
hijau tua agak mengilat dan bila batang sudah tua akan terdapat retak-retak halus
yang pada sudut ketiak akan terdapat duri yang umumnya berwarna hijau tua
Helaian daun berbentuk bulat telur memanjang, elliptis atau berbentuk
lanset dengan ujung tumpul, melekuk ke dalam sedikit, tepinya bergerigi beringgit
sangat lemah dengan panjang 3,5-8cm (Van Steenis, 2005).
Bunganya mempunyai diameter 1,5-2,5cm, berkelamin dua daun
mahkotanya putih (Van Steenis, 2005). Bunga beraturan berbentuk anak payung,
tandan atau malai (Wahyuningsih, 2009).
Buahnya berbentuk bola tertekan dengan panjang 5-8 cm, tebal kulitnya
0,2-0,3 cm dan daging buahnya berwarna oranye. Rantingnya tidak berduri dan
tangkai daunnya selebar 1-1,5 mm (Van Steenis, 2005).
Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman jeruk ditanam di daerah antara 400 LU- 400LS. Banyak terdapat
pada daerah 20-400LU dan 20-400 LS. Di daerah tropis, dapat ditanam di dataran
rendah sampai ketinggian 650 m dpl. Di daerah katulistiwa dapat di tanam sampai
ketinggian 2000 m dpl. Temperatur optimal 25-300C. Sinar matahari sangat
diperlukan untuk pertumbuhan jeruk oleh karena itu jeruk manis yang ditanam di
tempat terlindung pertumbuhannya kurang baik dan mudah terserang penyakit
(Purnomosidhi, dkk., 2007).
Tanah
Tanaman jeruk tumbuh baik pada tanah gembur dan tanah mengandung
banyak hawa udara dan jenis tanah yang baik andosol dan latosol dan tanah
dengan pH 5,5- 6,5. Tanaman tumbuh baik pada suhu 250C-300C dan
kelembaban optimal 70-80% dan memerlukan 5-7, 6-7 atau 9 bulan basah (musim
Hama Lalat Buah (Bactrocera spp (Diptera : Tephtritidae)) Biologi Hama
Menurut Putra (1997) lalat buah termasuk dalam taksonomi sebagai
berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Tephritidae
Genus : Bactrocera
Spesies : Bactrocera spp.
Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan
dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur ke dalam kulit buah jeruk atau di
dalam luka atau cacat buah secara berkelompok (Borror, 1996)
Lalat buah betina bertelur sekitar 15 butir dan menetas dalam watu 8-16
jam. Pada suhu rendah yaitu diantara 12-13oC telur tidak akan menetas. Lalat
buah betina dapat meletakkan telur 1-40 butir/buah/hari. Telur berwarna putih
transparan berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing yang
berukuran kurang lebih 1 mm (Gambar 1) (BKP Pangkalpinang, 2012).
Gambar 1. Telur Bactrocera spp
Sumber:
Larva lalat buah sangat bervariasi baik bentuk dan ukurannya tergantung
dari spesies dan makanan sebagai media untuk hidupnya. Bentuk ramping
(slender) terdiri dari 8 ruas abdomen dengan ujung belakang meruncing. Panjang
larva tidak lebih dari 1 cm dan dapat dikenal dengan kemampuannya untuk
meloncat. Ada 3 instar larva, instar pertama sangat kecil berwarnajernih dan
bening. Larva 2 dan 3 berwarna putih krem dan hampir sama, hanya larva ke-3
ukurannya lebih besar (Siwi, dkk., 2006).
Gambar 2. Larva Bactrocera spp
Pupa berwarna coklat tua, berbentuk oval dengan panjang 5 mm dan tidak
bergerak. Fase ini berlangsung pada musim panas siang hari pada temperatur
30-35oC, kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara
450-900 meter. Masa pupa rata-rata 19 hari, dan sangat dipengaruhi oleh kondisi
kelembaban tanah (Montoya et al., 2008).
Lalat dewasa berwarna merah kecoklatan. Siklus hidup dari telur menjadi
dewasa berlangsung selama 16 hari. Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat
dewasa 6-20 hari. Lalat dewasa panjangnya lebih kurang 1/4 inci, dan mempunyai
4 garis yang agak gelap hitam di punggungnya. Beberapa hari kemudian sudah
untuk berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai
sudah siap untuk berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat
bertelur sampai 5 (lima) kali. Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin,
tetapi sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1 kilometer (Putra, 1997).
Gambar 4. Bactrocera spp
Gejala serangan Bactrocera spp
Pada buah yang terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah
kulitnya. Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak.
Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak
telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena
aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva
makan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak. Apabila
dibelah pada daging buah terdapat belatung-belatung kecil dengan ukuran antara
yang ditimbulkan oleh larvanya akan menyebabkan gugurnya buah sebelum
mencapai kematangan yang diinginkan (Asri, 2003).
Gambar 5. Betina Bactrocera spp meletakkan telur kedalam daging buah jeruk.
Noda-noda kecil bekas tusukan ovipositor merupakan gejala awal
serangan lalat buah. Larva lalat buah yang menetas dari telur akan membuat liang
gerek di dalam buah dan menghisap cairannya. Larva dapat menstimulir
pertumbuhan buah dan kehidupan organisme pembusuk. Buah menjadi busuk dan
jatuh ke permukaan tanah (Soeroto dkk, 1995).
Pengendalian Hama Terpadu pada Hama Lalat Buah (Bactrocera spp)
Defenisi PHT menurut Untung, K (1993) adalah teknologi pengolaan
ekosistim yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dan
kesejahteraan petani, mempertahankan populasi hama / OPT dalam keadaan
keseimbangan dengan musuh alaminya sehingga tidak merugikan, serta
a b c
mengurangi atau membatasi penggunaan pestisida. Strategi PHT adalah
memadukan secara kompatibel, semua teknik atau metode pengendalian hama
yang didasarkan pada azas ekologi dan ekonomi ( Nuryatiningsih, 2011).
Pengendalian lalat buah dapat dilakukan secara fisik, hayati, maupun
kimiawi. Pengendalian lalat buah yang biasa dilakukan di Indonesia yaitu:
pembungkusan, sanitasi kebun, penggunaan perangkap dengan atraktan, dan
eradikasi (Soeroto dkk, 1995).
Beberapa cara pengendalian lalat buah yang bisa dilakukan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Kultur Teknis
Pengendalian ini meliputi cara-cara yang berhubungan dengan
budidaya tanaman, antara lain: pemanenan buah yang masih hijau dan pengolahan
tanah yang bertujuan untuk membunuh pupa yang dapat memutuskan siklus hidup
lalat buah (Untung, 2001 dalam Bangun, 2005) dan dengan pemilihan jenis
tanaman jeruk yang varietas tahan serangan hama lalat buah
(Nuryatiningsih, 2011).
b. Fisik
Suatu usaha mempergunakan atau merubah faktor lingkungan fisik
sedemikian rupa, sehingga dapat menimbulkan kematian dan mengurangi
populasi hama. Cara ini meliputi teknik: perlakuan panas dan kelembaban,
penggunaan lampu perangkap, penggunaan penghalang atau barrier contoh :
peninggian pematang mulsa plastik/ jerami, pembungkusan buah dengan kantong
plastik (Nuryatiningsih, 2011).
c. Mekanik
Pengendalian ini bertujuan untuk mematikan atau memindahkan hama
secara langsung baik dengan tangan atau dengan bantuan alat / bahan lain. Cara
ini menyangkut teknik sebagai berikut: Pengambilan dengan tangan, gropyokan,
memasang prangkap, pengusiran dan cara lainyang meliputi menggoyang pohon,
menyikat, mencuci, memisahkan bagian terserang, memukul, dll
(Nuryatiningsih, 2011). Pengendalian dilakukan dengan memasang perangkap
yang diberi methyl eugenol (Deptan, 2010)
d. Hayati/ biologi
Pengendalian ini memanfaatkan musuh alami dari lalat buah. Lalat
buah memiliki musuh alami berupa parasitoid (Adrika, 2004). Parasitoid
Opius spp. merupakan salah satu parasitoid lalat buah yang sifatnya parasitoid
endoparasit soliter, memarasit larva, pupa dan muncul pada stadia pupa. Parasit
diperkirakan masuk memarasit telur atau larva instar awal B. dorsalis dalam
jaringan buah dan berkembang mengikuti perkembangan B. dorsalis sampai masa
pupa, kemudian pada akhir pupasi, imago parasitoid akan keluar sebagai individu
baru dari pupa inangnya (Annie, dkk, 2007).
e. Kimiawi
Pengendalian cara ini menggunakan racun kimia (pestisida) untuk
mengendalikan hama lalat buah. Penggunaan pengendalian merupakan langkah
terakhir menurut konsep PHT (pengendalian hama terpadu) sesuai aturan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kebun jeruk petani Kecamatan Simpang Empat,
Kecamatan Barus Jahe dan Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo dengan
ketinggian tempat + 1.340 m dpl dan dilaksanakan pada Mei 2013 sampai dengan
September 2013.
Bahan dan Alat
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain kertas
kuisioner, methyl eugenol dan lem rongit glue, kapas dan air.
Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain botol
plastik, kawat, benang nilon, kamera, kuas, pisau, kalkulator, dan alat tulis.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode survei. Tahapan
penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Metode Daerah Sampel
Metode penentuan daerah penelitian ditetapkan secara purposive sampling
(sampling dengan maksud dan tujuan tertentu). Dalam purposive sampling,
pemilihan sampel bertitik tolak pada penilaian pribadi peneliti yang menyatakan
bahwa sampel yang dipilih benar-benar representatif. Daerah penelitian ditetapkan
di Kabupaten Karo yang ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan adalah
produksi tanaman jeruk terbesar di Sumatera Utara. Daerah lokasi petani dipilih
di Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Barus Jahe dan Kecamatan Tiga Panah
2. Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan sistem diagonal, terdapat 5 titik
dalam satu lahan sampel, pada setiap titik diagonal diambil 1 batang tanaman
jeruk, jadi dalam satu lahan pertanaman jeruk terdapat 5 sampel batang tanaman
jeruk.
Pelaksanaan Penelitian Penempatan Perangkap
Perangkap berupa lem perekat Rongit Glue dan methyl eugenol
ditempatkan pada batang kedua (bawah) dari pohon jeruk yang telah dipilih.
Pembuatan Perangkap
Perangkap yang digunakan dalam penelitian ini berupa lem rongit glue dan
metyl eugenol. Untuk aplikasi lem rongit glue dilakukan dengan cara
mengoleskan lem dengan kuas pada permukaan botol plastik dan untuk metyl
eugenol dengan menyerapkan cairan metyl eugenol ke kapas dan
menggantungkan kapas tersebut didalam botol plastik yang telah dilubangi dan
berisi air.
Survei PHT (Pengendalian Hama Terpadu)
Survei PHT dilakukan dengan membagikan angket pertanyaan pada petani
(kuisioner) yang berisi mengenai segala kebiasaan bertanam petani dan
pengendalian hama terpadu yang dilakukan petani. Pengamatan pengendalian
hama terpadu yang dilakukan oleh petani dilakukan dengan pembagian angket
Peubah Amatan
Jumlah Imago Lalat Buah
Dihitung jumlah imago lalat buah yang terperangkap pada botol plastik
yang telah diaplikasikan lem Rongit Glue dan methyl eugenol secara manual.
Persentase Serangan Lalat Buah
Untuk setiap tanaman sampel, persentase serangan di hitung berdasarkan
buah jeruk yang terserang lalat buah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P = a
b x 100% Dimana:
P = Persentase serangan pada setiap tanaman sampel
a = Jumlah buah yang terserang pada setiap tanaman sampel
b = Jumlah buah keseluruhan pada setiap tanaman sampel
(Baharuddin dan Kurniati, 2004).
Produksi Buah Jeruk
Menghitung produksi buah jeruk dengan mendata produksi buah dalam
satu periode panen.
Pengendalian Hama Terpadu
Pengamatan Pengendalian Hama Terpadu dilakukan dengan memberikan
angket pertanyaan (kuisioner) pada petani pemilik pertanaman jeruk.
Analisis Data
Analisis Rataan Skor
Analisis rataan skor untuk melihat persepsi petani terhadap program PHT.
Alat ukur penelitian ini adalah kuisioner, dengan tiap komponen pertanyaan atau
tidak tahu (TT) dengan bobot 2; tidak setuju (TS) dengan bobot 1; Tidak
Melakukan (TM) dengan bobot 0.
Analisis Korelasi
Untuk menganalisis data yang diperoleh, digunakan metode dengan
analisis kuantitatif korelasi.
Penelitian ini mencari sebab-akibat dalam suatu gejala dan mencari
hubungan diantara berbagai faktor. Variabel yang diduga sebagai penyebab atau
pendahulu dari variabel yang lain disebut variabel bebas (x). Variabel yang diduga
sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya disebut
variabel tidak bebas (y).
Pemeriksaan korelasi antara variabel x dan variabel y digunakan koefisien
korelasi rank Spearman’s sebagai berikut:
rs= 1−6.∑ �2 1
�3−N
keterangan:
rs = koefisien korelasi rank Spearman’s
N = total pengamatan
d1 = beda antara 2 pengamatan berpasangan
(Nasir, 2009).
Besarnya korelasi bekisar antara +1 s/d -1. Koefisien korelasi
menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua
variabel acak. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai
hubungan searah. Artinya, jika nilai variabel x tinggi, maka nilai variabel y akan
mempunyai hubungan terbalik. Artinya, jika nilai variabel x tinggi, maka nilai
variabel y akan menjadi rendah (Sarwono, 2006).
Untuk menguji apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka
dilakukan uji signifikan dengan uji statistik-t, sebagai berikut:
t =rs√n−2
√1−��2
keterangan:
t = nilai t hitung
rs = koefisien korelasi
n = jumlah sampel
Untuk menguji apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka
dilakukan uji signifikan dengan uji statistik-t untuk tingkat signifikan = 0,05
(tingkat kepercayaan 95%), dengan ketentuan sebagai berikut:
t hitung > t tabel atau t hitung <-t tabel : Ha diterima Ho ditolak
t hitung < t tabel atau t hitung >-t tabel : Ho diterima Ha ditolak
I. Korelasi Antara Jumlah Imago Lalat Buah dengan Persentase Serangan Pada Buah Jeruk
Untuk menganalisis korelasi antara jumlah imago lalat buah dengan
persentase serangan pada buah jeruk ditentukan 2 variabel yaitu jumlah imago
lalat buah sebagai variabel bebas (x) dan persentase serangan pada buah jeruk
sebagai variabel tidak bebas (y).
II. Korelasi Antara Pengendalian Hama Terpadu dengan Persentase Serangan Pada Buah Jeruk
Untuk menganalisis korelasi antara persentase serangan dengan
pengendalian hama terpadu sebagai variabel bebas (x1) dan sebagai persentase
serangan variabel tidak bebas (y).
III. Korelasi Antara Pengendalian Hama Terpadu dengan Produksi Buah Jeruk
Untuk menganalisis korelasi antara pengendalian hama terpadu dengan
produksi buah jeruk ditentukan 2 variabel yaitu pengendalian hama terpadu
sebagai variabel bebas (x1) dan produksi buah jeruk sebagai variabel
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Jumlah Imago Hama Lalat Buah Bactrocera spp. Pada Buah Jeruk di Kab. Karo.
Hasil pengamatan jumlah imago hama lalat buah Bactrocera spp. di
Kabupaten Karo total imago yang diperoleh adalah 1297 dengan rataan 43,2.
Pengambilan sampel di tiga kecamatan yaitu Kec. Tiga Panah 710,7,
Kec. Barus Jahe 237,6 dan Kec. Simp. Empat 349. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 1. Dari masing-masing kecamatan diambil 2 desa perwakilan, yaitu
pada Kec. Tiga Panah di Desa Siberaya dengan rataan 90,84 dan Desa Ajijulu
dengan rataan 51,3, pada Kec. Barus Jahe di Desa Tj. Barus dengan rataan
25,66 dan di Desa Sikap dengan rataan 21,86, dan pada Kec. Simp. Empat
di Desa Perteguhen dengan rataan 34,99dan di Desa Ndokun Siroga dengan
[image:32.595.133.510.479.720.2]rataan 34,81 (Lampiran 2).
Tabel 1. Rataan Jumlah Imago Hama Lalat Buah Bactrocera spp. di Kab. Karo
Kebun
Kecamatan
Total Rataan Tiga Panah Barus Jahe Simp.
Empat
1 83 8,6 15,6 107,2 35,7
2 72,9 11,5 58,1 142,5 47,5
3 85,6 28,3 28,5 142,4 47,5
4 143 27,6 52 222,6 74,2
5 60 23,4 3,1 86,5 28,8
6 58,1 24 13,4 95,5 31,8
7 65,5 21,8 31,4 118,7 39,6
8 35,1 19,5 28,8 83,4 27,8
9 78,7 45,4 66 190,1 63,4
10 28,8 27,5 52,1 108,4 36,1
Total 710,7 237,6 349 1297,3 432,4
Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa rataan jumlah imago hama lalat
buah tertinggi dikabupaten karo terdapat dikecamatan Tiga Panah sebesar
71,07 dan rataan terendah terdapat dikecamatan Barus Jahe sebesar 23,76.
Perbedaan jumlah imago pada masing-masing kecamatan disebabkan oleh
beberapa faktor lingkungan, seperti halnya arah angin dan juga ketidak
seragaman teknik pengendalian yang dilakukan oleh petani. Hal ini sesuai
dengan Jumar (2000) yang menyatakan bahwa perkembangan seranggga
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar . Salah satu
faktor luar yang mempengaruhi perkembangan serangga itu adalah faktor
fisik, yang terdiri atas; suhu, kelembaban/hujan, cahaya/warna/bau, angin
dan topografi.
Berikut ini adalah gambar grafik Rataan Jumlah Imago Hama Lalat
[image:33.595.197.440.460.620.2]Buah Bactrocera spp. Pada masing-masing kecamatan di Kab. Karo.
Gambar 6. Grafik rataan jumlah imago lalat buah Bactrocera spp. di desa Siberaya di Kecamatan Tiga Panah Kab. Karo.
0 50 100 150 200 250
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ju
m
lah
I
m
ago H
a
m
a
Gambar 7. Grafik rataan jumlah imago lalat buah Bactrocera spp. di desa Ajijulu di Kecamatan Tiga Panah Kab. Karo.
Gambar 8. Grafik rataan jumlah imago lalat buah Bactrocera spp. di desa Tj. Barus di Kecamatan Barus Jahe Kab. Karo.
Gambar 9. Grafik rataan jumlah imago lalat buah Bactrocera spp. di desa Sikap di Kecamatan Barus Jahe Kab. Karo.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ju m lah I m ago H a m a Kebun 0 10 20 30 40 50 60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ju m lah I m ago H a m a Kebun 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
[image:34.595.202.451.532.695.2]Gambar 10. Grafik rataan jumlah imago lalat buah Bactrocera spp. di desa Perteguhen di Kecamatan Simp. Empat Kab. Karo.
Gambar 11. Grafik rataan jumlah imago lalat buah Bactrocera spp. di desa Ndokun Siroga di Kecamatan Simp. Empat Kab. Karo.
2. Persentase Serangan Hama Lalat Buah Bactrocera spp. Pada Buah Jeruk di Kab. Karo
Hasil pengamatan persentase serangan Hama Lalat Buah
Bactrocera spp. Di Kabupaten Karo dari tiga Kecamatan, yaitu Kecamatan
Tiga Panah, Kecamatan Barus Jahe dan Kecamatan Simpang Empat dapat
dilihat pada Lampiran 3. Serangan Hama Lalat Buah Bactrocera spp. pada
tanaman jeruk dari ketiga Kecamatan, Kecamatan Tiga Panah yang memiliki
tingkat serangan yang tertinggi yaitu 14,27 dengan rataan tertinggi pada Desa
Siberaya yaitu 20,52 dan Kecamatan Barus Jahe memiliki serangan yang
paling rendah yaitu 5,89. Lihat Tabel 2. Hal ini dapat dikarenakan Perbedaan 0 10 20 30 40 50 60 70
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ju m lah I m ago H a m a Kebun 0 20 40 60 80 100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
[image:35.595.205.467.282.445.2]serangan pada masing-masing kecamatan disebabkan oleh beberapa faktor
lingkungan, seperti halnya arah angin dan juga ketidak seragaman teknik
pengendalian yang dilakukan oleh petani. Hal ini sesuai dengan Jumar (2000)
yang menyatakan bahwa perkembangan seranggga dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar . Salah satu faktor luar yang
mempengaruhi perkembangan serangga itu adalah faktor fisik, yang terdiri
[image:36.595.126.518.324.565.2]atas; suhu, kelembaban/hujan, cahaya/warna/bau, angin dan topografi.
Tabel 2. Rataan Persentase Serangan Hama Lalat Buah Bactrocera spp di Kab. Karo
Kebun
Kecamatan
Total Rataan Tiga Panah Barus Jahe Simp.
Empat
1 17 2,2 5,2 24,4 8,1333
2 22,2 4,6 10,1 36,9 12,3
3 17,7 6,6 6,5 30,8 10,267
4 18,3 6,7 10,3 35,3 11,767
5 12 6,4 4,2 22,6 7,5333
6 16,9 6,1 3,6 26,6 8,8667
7 11,2 6,3 7,7 25,2 8,4
8 9,1 4,8 7,7 21,6 7,2
9 10,9 7,9 11,4 30,2 10,067
10 7,4 7,3 9,7 24,4 8,1333
Total 142,7 58,9 76,4 278 92,667
Rataan 14,27 5,89 7,64 27,8 9,2667
Berikut ini adalah gambar grafik Rataan Jumlah Imago Hama Lalat Buah
Bactrocera spp. Pada masing-masing kecamatan di Kab. Karo.
Gambar 12. Grafik persentase serangan imago lalat buah Bactrocera spp. di Desa Siberaya Kecamatan Tiga Panah Kab. Karo.
Gambar13. Grafik persentase serangan imago lalat buah Bactrocera spp. di Desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kab. Karo.
Gambar 14. Grafik persentase serangan imago lalat buah Bactrocera spp. di Desa Tj. Barus Kecamatan Barus Jahe Kab. Karo.
P
ers
en
ta
se S
era
n
g
a
n
P
ers
en
ta
se S
era
n
g
a
n
Kebun
P
ersen
tas
e S
eran
gan
Gambar 15. Grafik persentase serangan imago lalat buah Bactrocera spp. di Desa Sikap Kecamatan Barus Jahe Kab. Karo.
Gambar 16. Grafik persentase serangan imago lalat buah Bactrocera spp. di desa Perteguhen Kec. Simpang Empat Kab. Karo.
Gambar 17. Grafik persentase serangan imago lalat buah Bactrocera spp. di Desa Ndokun Siroga Kecamatan Simpang Empat Kab. Karo.
P
ersen
tas
e S
eran
gan
P
ersen
tas
e S
eran
gan
Kebun
Kebun
Kebun
P
ersen
tas
e S
eran
gan
3. Produksi Buah Jeruk di Kab. Karo. Tabel 3. Rataan Produksi Buah di Kab. Karo
Kebun
Kecamatan
Total Rataan Tiga Panah Barus Jahe Simp.
Empat
1 3 5,5 9 17,5 5,83333
2 4 5 3,5 12,5 4,16667
3 3,5 13 6 22,5 7,5
4 4 3,5 7,5 15 5
5 4 9,5 5,5 19 6,33333
6 3,5 13 3,5 20 6,66667
7 2,5 11,5 7 21 7
8 1,5 5 5,5 12 4
9 2,5 4 5 11,5 3,83333
10 4 7,5 6 17,5 5,83333
Total 32,5 77,5 58,5 168,5 56,1667
Rataan 3,25 7,75 5,85 16,85 5,61667
Hasil pengamatan produksi buah di Kabupaten Karo di Kecamatan Tiga
Panah, Barus Jahe dan Simpang Empat dapat dilihat pada Tabel 3. Produksi
tertinggi terdapat di Kecamatan Barus Jahe sebesar 7, 75 dan produksi terendah
pada Kecamatan Tiga Panah sebesar 3, 25. Untuk Produksi kategori desa, Desa
Tanjung Barus Kecamatan Barus Jahe memiliki produksi tertinggi yaitu 9,9 dan
desa terendah terdapat di Seberaya Kecamatan Tiga Panah yaitu sebesar 3,1. Hal
ini dapat dikarenakan adanya tingkat serangan hama lalat buah yang berbeda
pada masing-masing kecamatan (dapat dilihat pada tabel 2) dan berbedanya teknik
pengendalian yang dilakukan petani diKabupaten Karo. Serangan hama lalat buah
dapat menurunkan produksi buah jeruk. Hal ini sesuai dengan Tarigan (2012)
yang menyatakan bahwa intensitas serangan hama lalat buah dapat mencapai 90%
Gambar 18. Grafik Produksi Buah di Desa Siberaya Kecamatan Tiga Panah Kab. Karo.
Gambar19. Grafik Produksi Buah di Desa Ajijulu Kecamatan Tiga Panah Kab. Karo.
Gambar 20. Grafik Produksi Buah di Desa Tj. Barus Kecamatan Barus Jahe Kab. Karo. 0 1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gambar 21. Grafik Produksi Buah di Desa Sikap Kecamatan Barus Jahe Kab. Karo.
Gambar 22. Grafik Produksi Buah di Desa Perteguhen Kecamatan Simpang Empat Kab. Karo.
Gambar 23. Grafik Produksi Buah di Desa Ndokun Siroga Kecamatan Simpang Empat Kab. Karo.
Pr
od
uks
i B
ua
h
Kebun
Pr
od
uks
i B
ua
h
Kebun
Pr
od
uks
i B
ua
h
4. Korelasi Jumlah Imago Hama Lalat Buah (x) dengan Persentase Serangan pada Tanaman Jeruk (y).
Pengaruh populasi Hama Lalat Buah terhadap persentase serangan pada
tanaman jeruk didasarkan pada hipotesis operasional sebagai berikut:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah hama lalat
buah dengan persentase serangan pada tanaman jeruk.
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah imago
hama lalat buah dengan persentase serangan pada tanaman jeruk.
Untuk mengetahui hubungan jumlah imago Hama Lalat Buah
[image:42.595.117.518.388.460.2]dengan persentase serangan pada tanaman jeruk dapat kita lihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hubungan Jumlah Imago Lalat Buah dengan tingkat serangan pada tanaman jeruk.
Hubungan antar Variabel Korelasi Nilai
Jumlah Imago Lalat Buah dengan tingkat serangan pada tanaman jeruk.
rxy 0,733*
*Korelasi signifikan pada taraf 0,05
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah imago hama lalat buah (x)
bersifat signifikan terhadap persentase serangan pada tanaman jeruk (y) dengan
koefisien korelasi adalah 0, 733 (Ha diterima dan Ho ditolak). Pada pengamatan
dapat diketahui bahwa tinggi rendahnya jumlah imago hama lalat buah diikuti
dengan tinggi rendahnya persentase serangan hama lalat buah pada tanaman jeruk.
Hal ini dikarenakan imago lalat buah yang menusukkan telurnya kedalam buah
jeruk. Bekas tusukan akan menyebabkan lubang kecil yang secara bertahap akan
menjadi kecoklatan dan lunak menghitam. kemudian telur akan berkembang
menjadi larva yang aktif didalam buah dan menghisap cairan dari buah. Akibatnya
yang menyatakan bahwa bekas tusukan ovipositor merupakan gejala awal
serangan lalat buah. Larva lalat buah yang menetas dari telur akan membuat liang
gerek didalam buah dan menghisap cairannya. Buah menjadi busuk dan jatuh
kepermukaan tanah.
5. Korelasi Pengendalian Hama Terpadu (x1) dengan Persentase Serangan Hama Lalat Buah pada Tanaman Jeruk.
Pengaruh Pengendalian Hama Terpadu terhadap persentase serangan pada
tanaman jeruk didasarkan pada hipotesis operasional sebagai berikut:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara Pengendalian Hama
Terpadu dengan persentase serangan pada tanaman jeruk.
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Pengendalian
Hama Terpadudengan persentase serangan pada tanaman jeruk.
Untuk mengetahui hubungan Pengendalian Hama Terpadu dengan
persentase serangan pada tanaman jeruk dapat kita lihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hubungan Pengendalian Hama Terpadu dengan tingkat serangan pada tanaman jeruk.
Hubungan antar Variabel Korelasi Nilai
Pengendalian Hama Terpadu dengan tingkat serangan pada tanaman jeruk.
rxy 0,256
Pada Tabel diatas dapat dilihat bahwa Pengendalian Hama Terpadu (x1)
bersifat tidak signifikan terhadap persentase serangan pada tanaman jeruk (y)
dengan koefisien korelasi adalah 0,256 (Ho diterima dan Ha ditolak). Pada
pengamatan dapat diketahui bahwa pengendalian tidak diikuti dengan tinggi
rendahnya persentase serangan hama lalat buah pada tanaman jeruk. Hal ini
[image:43.595.124.517.499.559.2]petani lain dan hama lalat buah semakin lama semakin rentan terhadap pestisida
karena petani setiap saat hanya mengandalkan pestisida yang merupakan alternatif
terakhir sesuai prinsip PHT. Hal ini sesuai dengan Sinartani (2011) yang
menyatakan bahwa beragam teknik pengendalian telah dikembangkan, namun
cara tersebut kurang efektif apabila tidak dilakukan secara serentak dan
berkesinambungan, karena daerah yang tidak dikendalikan akan menjadi sumber
penularan pada periode berikutnya.
6. Korelasi Pengendalian Hama Terpadu (x1) dengan Produksi Buah pada Tanaman Jeruk.
Pengaruh Pengendalian Hama Terpadu terhadap Produksi Buah pada
tanaman jeruk didasarkan pada hipotesis operasional sebagai berikut:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara Pengendalian Hama
Terpadu dengan persentase serangan pada tanaman jeruk.
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Pengendalian
Hama Terpadudengan persentase serangan pada tanaman jeruk.
Untuk mengetahui hubungan Pengendalian Hama Terpadu dengan
produksi buahpada tanaman jeruk dapat kita lihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hubungan antara Pengendalian Hama Terpadu dengan produksi buah pada tanaman jeruk.
Hubungan antar Variabel Korelasi Nilai
Pengendalian Hama Terpadu dengan produksi buah pada tanaman jeruk.
rxy 0,397*
*Korelasi signifikan pada taraf 0,05
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa Pengendalian Hama Terpadu (x1)
bersifat signifikan terhadap produksi buah pada tanaman jeruk (y1) dengan
koefisien korelasi adalah 0,397 (Ha diterima dan Ho ditolak). Pada pengamatan
buahyang disebabkan Hama Lalat Buah pada tanaman jeruk. Hal ini dikarenakan
teknik PHT merupakan teknik pengendalian yang telah dirancang baik untuk
pengendalian hama dan penyakit yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
buah. Akan tetapi kesadaran petani akan penggunaan PHT sangat kurang dan
banyak juga dari petani yang belum tahu apa itu PHT, sehingga petani hanya
mengandalkan pestisida untuk mengendalikan serangan hama lalat buah. Yang
petani harapkan dapat mengendalikan hama lalat buah dan menghasilkan produksi
buah yang tinggi dalam waktu singkat tanpa memikirkan dampak buruk yang
akan semakin membuat hama semakin meningkatkan dan produksi buah akan
hancur karena semakin tingginya serangan hama lalat buah yang telah resisten
terhadap pestisida. Hal ini sesuai dengan BBP2TP Ambon (2013) yang
menyatakan bahwa salah satu dampak negatif yang timbul akibat penggunaan
pestisida seperti insektisida ialah timbul resistensi pada serangan hama. Keadaan
ini biasanya timbul sebagai akibat penggunaan satu jenis insektisida secara terus
menerus dalam waktu yang cukup lama.
7. Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Hasil survei petani di Kabupaten Karo, Kecamatan Tiga Panah
menunjukkan bahwa 25% mengetahui PHT, 55% menyatakan kurang mengetahui
dan 20% menyatakan tidak mengetahui. Kecamatan Simp. Empat menunjukkan
bahwa 30% mengetahui PHT, 40% menyatakan kurang mengetahui dan 30%
menyatakan tidak mengetahui. Kecamatan Barus jahe menunjukkan bahwa 35%
mengetahui PHT, 30% menyatakan kurang mengetahui dan 35% menyatakan
Hasil survei petani di Kabupaten Karo, Kecamatan Tiga Panah
menunjukkan bahwa 10% menggunakan PHT, 35% menyatakan pernah dimasa
lampau dan 55% menyatakan tidak pernah. Kecamatan Simp. Empat
menunjukkan bahwa 20% menggunakan PHT, 40% menyatakan pernah dimasa
lampau dan 40% menyatakan tidak pernah. Kecamatan Barus jahe menunjukkan
bahwa 25% menggunakan PHT, 25% menyatakan pernah dimasa lampau dan
50% menyatakan tidak pernah. (Lihat Lampiran 6 kuisioner no 2).
Kesimpulan
1. Jumlah imago Hama Lalat Buah memiliki hubungan signifikan terhadap
persentase serangan pada tanaman jeruk di Kabupaten Karo.
2. Pengendalian Hama Terpadu tidak memiliki hubungan signifikan terhadap
persentase serangan pada tanaman jeruk di Kabupaten Karo.
3. Pengendalian Hama Terpadu memiliki hubungan terhadap produksi buah
tanaman jeruk di Kabupaten Karo.
4. Jumlah imago hama lalat buah tertinggi terdapat dikecamatan Tiga Panah
sebesar 71,07 hama dan terendah terdapat dikecamatan Barus Jahe sebesar
23,76 hama.
5. Serangan Hama Lalat Buah yang tertinggi terdapat pada Kecamatan Tiga
Panah yaitu 14,27% dan memiliki serangan terendah pada Kecamatan
Barus Jahe yaitu 5,89%.
6. Produksi buah tertinggi terdapat pada Kecamatan Barus Jahe sebesar 7, 75
ton dan produksi terendah pada Kecamatan Tiga Panah sebesar 3, 25 ton.
7. Petani di Kabupaten Karo yang menggetahui PHT di Kecamatan Tiga
Panah 25%, di Kecamatan Simp. Empat 30% mengetahui PHT dan di
Kecamatan Barus jahe 35%.
8. Petani di Kabupaten Karo yang menggunakan PHT, Kecamatan Tiga
Panah 10%, di Kecamatan Simp. Empat 20% dan di Kecamatan Barus
Saran
Perlu dilakukan survei lanjutan di Kecamatan lain pada Kabupaten Karo
agar diketahui penggunaan PHT secara menyeluruh pada petani dan diketahui
serangan hama lalat buah jeruk.
Adiningsih, S., 2001. Statistik. BPFE, Yogyakarta.
Adrika, 2004. Preferensi Lalat Buah Bactrocera spp (Diptera: Tephritidae)
Terhadap Warna Perangkap Pada Tanaman Jambu Biji (Psidium guajavaL.) (Skripsi). USU, Medan.
Agus, N. dan Najamuddin, 2008. Inventarisasi Keberadaan Hama Dan Predatornya Pada Pertanaman Jeruk Besar (Citrus grandis L.) Di Kabupaten Pangkep. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan : 160-161.
Annie P.S., Agus N., Ngatimin SN, dan Zulfitriany D.M. 2007. Keanekaragaman Musuh Alami Lalat Buah Bactrocera Dorsalis Hendel (Diptera : Tephritidae) Pada Tanaman Cabai. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sulawesi Selatan. UNHAS, Sulawesi.
Asri, 2003. Membuat Alat Perangkap Lalat Buah. Sinar Tani.
Bangun, D. A. 2009. Kajian Beberapa Metode Perangkap Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) Pada Pertanaman Jeruk Manis (Citrus spp.) Di Desa
Sukanalu Kabupaten Karo (Skripsi). USU, Medan.
Bangun, F. A., 2005. Jenis Atraktan Petrogenol dan Metilat serta Perbedaan Bentuk Perangkap dalam Mengendalikan Lalat Buah (Bactrocera dorsalis
Hend.) Pada Tanaman Jeruk (Citrus sinensis L.) di Lapangan (Skripsi). USU, Medan.
BBP2TP Ambon, 2013. Mengatasi Resistensi Hama Terhadap Pestisida. http://ditjenbun.deptan.go.id. Diunduh pada tanggal 22 Januari 2014.
BKP Pangkalpinang, 2012. Lalat Buah (Bractocera sp.).
Borror, D.J., Triplehorn, C.A,, Johnson, N.F., 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi ke-6. Soetiyono P. penerjemah. Gajah Mada Press. Yogyakarta .Terjemahan dari: An Introduction To The Study of Insects.
Deptan, 2010. Profil Komoditi Jeruk. http://www.ditbuah. hortikultura.deptan.go.id. Diunduh pada tanggal 14 Maret 2013.
Ginting, L. F., 2004. Rehabilitasi Tanaman Jeruk Siem (Citrus nobilis) Akibat CVPD Melalui Tindakan Kultur Teknis Di Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Tanah Karo (Skripsi). USU, Medan.
Ginting, R., 2009. Keanekaragaman Lalat Buah (Diptera: Tephritidae) di Jakarta, Depok, dan Bogor Sebagai Bahan Kajian Penyusun Analisi Risiko Hama (Tesis). IPB, Bogor.
Harahap, L. H., 2005. Mengenal Lalat Buah Yang Belum Terdapat Di Indonesia Untuk Melindungi Buah Indonesia. POPT Ahli Muda Pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan. Diunduh pada tanggal 28 februari 2013.
Iwashi, O.T.S.S Subazar and S. Sastrodiharjo. 1996. Attractiveness of Methyl Eugenol to Fruit Fly Bactrocera carombolae (Diptera : Tephtritidae) in Indonesia Ann. Entomol Soc. 89 (5): 653-660.
Khairia, W. 2009. Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Keanekaragaman Arthropoda Tanah Dan Kadar Residu Pestisida Pada Buah Jeruk (Kasus Petani Hortikultura Di Kabupaten Karo) (Tesis). USU, Medan.
Montoya, P., S. Flores, & J. Toledo. 2008. Effect of rainfall and soil moisture on survival of adults and immature stages of Anastrepha ludens and A. obliqua (Diptera: Tephritidae) under semi-field conditions. Florida Entomologist 91: 643-650.
Muryati, A. Hasyim dan W. J. de Kogel, 2007. Distribusi Spesies Lalat Buah di Sumatera Barat dan Riau. J. Hort. 17(1) 61-68.
Nuryatiningsih, 2011. Teknik-teknik Pengendalian OPT dan penerapan konsep PHT (pengendalian hama terpadu). Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan, Surabaya.
Purnomosidhi, P., Suparman, J. M. Roshetko, dan Mulawarman, 2007. Perbanyakan dan Budidaya Buah-Buahan: durian, mangga, jeruk, melinjo, dan sawo. Pedoman Lapangan, Edisi Kedua. World Agroforestry Center & Winrock Internasional, Bogor.
Putra, N. S. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Kanisius, Yogyakarta.
Sarwono, 2006. Teori Analisis Korelasi Mengenal Analisis Korelasi http://www.jonathansarwono.info/korelasi/korelasi.htm. Diunduh pada tanggal 21 Maret 2013.
Soeroto, Wasiati, Chalid NI, Henrawati T, Hikmat A, 1995. Petunjuk Praktis Pengendalian Lalat Buah. Jakarta: Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman.
Sukarmin, 2011. Teknik Identifikasi Lalat Buah di Kebun Percobaan Aripan dan Sumani, Solok, Sumatera Barat. Buletin Teknik Pertanian 16 (1): 24-27.
Sinartani, 2011. Kendalikan Hama Lalat Buah dengan Pestisida Nabati. http://litbang.deptan.go.id. Diunduh pada tanggal 22 Januari 2014.
Siwi, S. S., P. Hidayat dan Suputa, 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting di Indonesia (Diptera: Tephritidae). Kerjasama Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian dengan Departement of Agriculture, Fisheries and Forestry, Australia.
Tarigan, A., 2012. Laporan Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pertemuan Koordinasi Pengendalian Lalat Buah Di Kabupaten Karo. Desa Dokan, Kabanjahe.
Van Steenis, 2005. Flora. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SURVEI PENGENDALIAN HAMA TERPADU HAMA LALAT BUAH (Bactrocera spp. (DIPTERA : TEPHTRITIDAE)) PADA TANAMAN
JERUK DI TIGA KECAMATAN KABUPATEN KARO
DATA PRIBADI
NAMA PETANI :
KECAMATAN/ DESA :
UMUR :
JENIS KELAMIN : 1. PRIA
2. WANITA
PENDIDIKAN TERAKHIR : 1. SD
2. SMP
3. SMA
4. PERGURUAN TINGGI
DATA KEBUN TANAMAN JERUK UMUR TANAMAN :
LUAS KEBUN :
a. Mengetahui
b. Kurang Mengetahui
b. Tidak Mengetahui
2. Apakah bapak/ ibu menerapkan program PHT?
a. Ya
b. Pernah melakukan pada waktu lampau
c. Tidak pernah
3. Dari Mana bapak/ ibu tahu tentang PHT?
a. Pernah mengikuti SLPHT
b. PPL/ PHP setempat
c. Tetangga
4. Bagaiman pendapat bapak/ ibu mengenai PHT?
a. Bagus
b. Cukup Bagus
c. Tidak Bagus
5. Berapa lama bapak/ibu sudah menggunakan PHT?
a. > 10 tahun
b. > 5 tahun
c. < 5 tahun
6. Adakah kendala yang Bapak/ibu hadapi ketika menggunakan PHT?
a. Rumit
b. Hasil tidak begitu berpengaruh
7. Apakah tanaman jeruk bapak/ ibu terserang hama lalat buah?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
8. Bagaimana cara bapak/ ibu mengendalikan hama lalat buah tersebut?
a. Menggunakan program PHT
b. Menggunakan Pestisida
c. Dibiarin saja
9. Bila ada buah jeruk bapak/ ibu yang gugur dari pohon karena terserang
lalat buah apa yang bapak/ ibu lakukan?
a. Menimbunnya dan Membakarnya.
b. Membuangnya jauh-jauh
c. Membiarkannya
10.Darimanakah bapak/ ibu mendapatkan bibit?
a. Dari SLPHT
b. Dari PPL
c. Dari Saudara/ tetangga/ toko bibit
11.Sejak kapan bapak/ ibu menggunakan bibit tersebut?
a. Sejak dari dulu
b. > 10 tahun yang lalu
c. < 10 tahun yang lalu
12.Pernahkah bapak/ ibu mengganti bibit tersebut?
a. Ya
b. Kadang-kadang/ jarang
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
14.Apakah bapak/ ibu memberikan pupuk pada tanaman jeruk anda?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
15.Pernahkah bapak/ ibu menggunakan perangkap lem untuk mengendalikan
hama lalat buah yang menyerang tanaman jeruk tersebut?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
16.Pernahkah bapak/ ibu menggunakan tanaman perangkap?
a. Pernah
b. Kadang-kadang
c. Tidak
17.Pernah bapak/ ibu membersihkan kebun jeruk bapak/ ibu?
a. Selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak
18.Apakah bapak/ ibu pernah membungkus buah jeruk tersebut?
a. selalu
b. Kadang-kadang
c. Tidak
19.Pernahkah bapak/ ibu melakukan pengasapan?
a. selalu
c. Tidak
20.Apakah bapak/ ibu menggunakan mulsa?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
21.Kapankah bapak/ ibu melakukan pemanenan buah jeruk?
a. Pada masa panen (walau masih hijau)
b. Setelah buah berwarna kuning
c. Sesuai kebutuhan
22.Tindakan apa yang anda lakukan pada buah jeruk yang diketahui terserang
lalat buah setelah panen?
a. Memisahkannya dan membuang ketempat yang jauh
b. Memisahkannya dan membiarkan tinggal di kebun
c. Membiarkannya bergabung dengan buah yang sehat
23.Pernahkah bapak/ ibu membuat insektisida botani?
a. selalu b. Kadang-kadang c. Tidak
24.Jika Pernah, apa saja bahan-bahan yang anda gunakan untuk membuat
pestisida tersebut dan apa kendala yang anda hadapi?
...
...
...
25.Bila Tidak, Kenapa?
...
...
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
27.Darimana bapak/ ibu mendapatkan informasi tentang pestisida yang
digunakan?
a. SLPHT
b. PPL/ PHP setempat
c. Toko obat pestisida/ Tetangga
28.Apakah bapak/ ibu menggunakan dosis pestisida sesuai dengan petunjuk
di label pestisida?
a. Sesuai dengan petunjuk label
b. Menggunakan sendok makan
c. Berdasarkan pengalaman
29.Apakah aplikasi dilakukan setelah melakukan pengamatan agro
ekosistem?
a. Secara terjadwal
b. Jika ada serangga hama/ penyakit
c. Berdasarkan keuangan
30.Adakah kendala yang bapak/ ibu hadapi selama bertanam tanaman jeruk?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
31.Jika ada, kendala yang bapak/ ibu hadapi adalah
...
...
Lampiran 2. Jumlah Imago Hama Lalat Buah (Bactrocera spp).
Lampiran 1. Jumlah imago Hama Lalat Buah di Kab. Karo, Kec. Tiga Panah, Desa Siberaya
Perangkap Kebun Sampel Total Rataan
1 2 3 4 5
Lem Rongit Glue
1 122 52 59 106 213 552 110,4
2 189 104 155 53 54 555 111
3 163 97 78 112 131 581 116,2
4 299 201 137 196 214 1047 209,4
5 31 23 123 66 72 315 63
Metyl Eugenol
6 55 63 61 58 64 301 60,2
7 84 83 71 76 65 379 75,8
8 35 37 29 32 30 163 32,6
9 101 100 98 99 103 501 100,2
10 31 28 29 27 33 148 29,6
Total 1110 788 840 825 979 4542 908,4
Rataan 111 78,8 84 82,5 97,9 454,2 90,84
Lampiran 2. Jumlah imago Hama Lalat Buah di Kab. Karo, Kec. Tiga Panah, Desa Ajijulu
Perangkap Kebun Sampel Total Rataan
1 2 3 4 5
Lem Rongit Glue
1 75 30 58 35 80 278 55,6
2 28 51 46 10 39 174 34,8
3 82 61 29 44 59 275 55
4 88 76 90 77 52 383 76,6
5 68 44 63 40 70 285 57
Metyl Eugenol
6 62 54 57 51 56 280 56
7 60 52 58 52 54 276 55,2
8 35 39 37 35 42 188 37,6
9 54 62 64 49 57 286 57,2
10 28 31 29 22 30 140 28
Total 580 500 531 415 539 2565 513
Desa Tj. Barus
Perangkap Kebun
Sampel
Total Rataan
1 2 3 4 5
Lem Rongit Glue
1 9 8 7 9 11 44 8,8
2 12 10 11 9 12 54 10,8
3 28 31 31 26 30 146 29,2
4 32 26 25 28 30 141 28,2
5 29 34 21 41 26 151 30,2
Metyl Eugenol
6 25 30 28 22 32 137 27,4
7 26 22 22 28 16 114 22,8
8 22 18 15 23 23 101 20,2
9 54 38 46 55 56 249 49,8
10 30 32 31 25 28 146 29,2
Total 267 249 237 266 264 1283 256,6
Rataan 26,7 24,9 23,7 26,6 26,4 128,3 25,66
Lampiran 4. Jumlah imago Hama Lalat Buah di Kab. Karo, Kec. Barus Jahe, Desa Sikap
Perangkap Kebun
Sampel
Total Rataan
1 2 3 4 5
Lem Rongit Glue
1 9 11 7 5 10 42 8,4
2 12 10 11 13 15 61 12,2
3 30 26 24 28 29 137 27,4
4 30 25 28 20 32 135 27
5 21 14 12 16 20 83 16,6
Metyl Eugenol
6 24 22 17 13 27 103 20,6
7 26 24 12 15 27 104 20,8
8 21 17 18 14 24 94 18,8
9 47 40 33 36 49 205 41
10 27 29 23 20 30 129 25,8
Total 247 218 185 180 263 1093 218,6
Lampiran 5. Jumlah imago Hama Lalat Buah di Kab. Karo, Kec. Simpang Empat, Desa Perteguhen
Perangkap Kebun Sampel Total Rataan
1 2 3 4 5
Lem Rongit Glue
1 18 15 16 15 19 83 16,6
2 46 36 40 30 32 184 36,8
3 9 30 16 84 34 173 34,6
4 60 56 45 56 58 275 55
5 4 1 1 3 4 13 2,6
Metyl Eugenol
6 14 17 13 19 13 76 15,2
7 33 31 32 32 34 162 32,4
8 33 31 31 33 35 163 32,6
9 67 69 61 62 66 325 65
10 62 54 59 52 69 296 59,2
Total 346 340 314 386 364 1750 350
Rataan 34,6 34 31,4 38,6 36,4 175 35
Lampiran 6. Jumlah imago Hama Lalat Buah di Kab. Karo, Kec. Simpang Empat, Desa Ndokun Siroga
Perangkap Kebun Sampel Total Rataan
1 2 3 4 5
Lem Rongit Glue
1 18 15 12 10 18 73 14,6
2 85 80 70 69 93 397 79,4
3 25 20 21 18 28 112 22,4
4 52 48 44 47 54 245 49
5 5 1 3 3 6 18 3,6
Metyl Eugenol
6 15 12 8 7 16 58 11,6
7 33 26 30 28 35 152 30,4
8 29 23 20 22 31 125 25
9 71 61 65 65 73 335 67
10 48 44 39 41 53 225 45
Total 381 330 312 310 407 1740 348
Panah
Kebun Desa Total Rataan
Siberaya Ajijulu
1 110,4 55,6 166 83
2 111 34,8 145,8 72,9
3 116,2 55 171,2 85,6
4 209,4 76,6 286 143
5 63 57 120 60
6 60,2 56 116,2 58,1
7 75,8 55,2 131 65,5
8 32,6 37,6 70,2 35,1
9 100,2 57,2 157,4 78,7
10 29,6 28 57,6 28,8
Total 908,4 513 1421,4 710,7
Rataan 90,84 51,3 142,14 71,07
Lampiran8. Rataan Jumlah Imago Hama Lalat Buah di Kab. Karo, Kec. Barus Jahe
Kebun Desa Total Rataan
Tj. Barus Sikap
1 8,8 8,4 17,2 8,6
2 10,8 12,2 23 11,5
3 29,2 27,4 56,6 28,3
4 28,2 27 55,2 27,6
5 30,2 16,6 46,8 23,4
6 27,4 20,6 48 24
7 22,8 20,8 43,6 21,8