MANAJEMEN RANTAI PASOKAN INDUSTRI TEH HIJAU
TOMY PERDANA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Pemodelan
Dinamika Sistem Rancangbangun Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh
Hijau” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Mei 2009
Tomy Perdana
TOMY PERDANA. System Dynamics Modelling for The Design of Green Tea Industry Supply Chain Management. Under the guidance of E. Gumbira-Sa’id, M. Syamsul Ma’arif, dan M. Tasrif.
In the recent competitive era, business actors should aware that competition among supply chains was the condition faced by their business. This condition required a supply chain management theory and practice integrating the management of business functions in an inter-organizational relation.
This research used system dynamics methodology aiming to design for green tea industry supply chain management. In addition, this research developed a supply chain management performance measurement, which integrated balanced scorecard performance measurement with value-added measurement.
In The Channel Master company, the vertical integration strategy had been used by having its own tea plantation and a tea processing unit, the vertical coordination strategy had been employed with tea smallholders plantation; and made-tea procurement from open market. In responding the consumer order dynamics, green tea industry supply chain utilized hybrid production system,
which collated pull-push system and employed distribution center as customer
order decoupling point. Likewise, tea processing industry used crude tea quality engineering and green leaf tea quality engineering.
This research resulted in design for green tea industry supply chain management that capable to improved value-added and profit gained by tea
smallholders, improve The Channel Master profit and fulfill consumer satisfaction.
Factors influencing supply chain management theory implementation were the institutional innovation model development policy in terms of tea smallholders relationship management with agroindustry cooperative in green leaves tea delivering system, and agroindustry cooperative relationship management with global market oriented company by strategic alliance.
Keywords: management, supply chain, tea industry, strategy, balanced
TOMY PERDANA. Pemodelan Dinamika Sistem Rancangbangun Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh Hijau. Di bawah bimbingan E. Gumbira-Sa’id, M. Syamsul Ma’arif, dan M. Tasrif.
Dalam persaingan saat ini, para pelaku usaha dituntut untuk menyadari
bahwa persaingan yang terjadi merupakan persaingan antar jaringan rantai
pasokan. Kondisi tersebut menuntut adanya teori dan praktek manajemen rantai
pasokan yang mampu mengintegrasikan pengelolaan berbagai fungsi bisnis
dalam suatu hubungan antar-organisasi.
Upaya penerapan teori dan praktek manajemen rantai pasokan pada
agribisnis dan agroindustri di negara berkembang seperti Indonesia menimbulkan
beberapa pertanyaan yang menarik untuk dikaji, yaitu : Apakah teori manajemen
rantai pasokan yang berasal dari industri manufaktur di negara maju dapat
diterapkan dan dikembangkan pada agribisnis dan agroindustri di Indonesia yang
karakteristiknya berbeda secara budaya dan kebijakan pemerintahnya?, Apakah
penerapan teori manajemen rantai pasokan tersebut akan meningkatkan kinerja
para pelaku usaha agribisnis dan agroindustri yang terlibat dalam suatu rantai
pasokan?, Siapakah yang mendapatkan manfaat yang paling banyak dari
penerapan teori manajemen rantai pasokan?, Faktor-faktor apakah yang
menentukan keberhasilan dan atau ketidakberhasilan penerapan teori
manajemen rantai pasokan di negara berkembang seperti Indonesia?.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat rancangbangun manajemen rantai
pasokan industri teh hijau. Selain itu, penelitian ini juga menghasilkan suatu
sistem pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan yang mengintegrasikan
pengukuran kinerja berimbang (balanced scorecard) dengan pengukuran nilai
tambah. Dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan, penelitian ini
menggunakan metodologi Dinamika Sistem (System Dynamics) yang merupakan
pendekatan pemodelan berbasis berpikir sistemik serta menggunakan perspektif
berdasarkan umpan balik informasi dan delays untuk memahami dinamika
perilaku yang kompleks dari sistem fisika, sistem biologis dan sistem sosial yang
terjadi pada manajemen rantai pasokan industri teh hijau.
Perusahaan The Channel Master dalam menjalankan manajemen rantai
pasokan industri teh hijau melakukan strategi integrasi vertikal (vertical
integration) dengan memiliki perkebunan teh dan pabrik pengolahan,
ketiga strategi tersebut menyebabkan jaringan rantai pasokan yang terbentuk
menjadi multiple levels dan kompleks.
Model rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau
dibuat berdasarkan praktek manajemen rantai pasokan teh hijau yang terjadi
saat ini serta hasil eksperimen simulasi rancang ulang manajemen rantai
pasokan industri teh hijau. Model rancangbangun tersebut terdiri atas dua belas
sub model, yaitu sub model pengiriman pucuk teh ke pabrik, sub model pemetik
perkebunan perusahaan, sub model penjualan pucuk teh kebun rakyat, sub
model pemetik perkebunan rakyat, sub model manajemen kapasitas pabrik teh,
sub model tenaga kerja pabrik, sub model rekayasa kualitas, sub model proses
akhir di pabrik, sub model manajemen persediaan teh di pusat distribusi, sub
model pasar dan pesanan teh, sub model keuangan pekebunan rakyat serta sub
model keuangan perusahaan.
Secara spesifik dalam model rancangbangun tersebut dikembangkan
penerapan sistem produksi hibrida (hybrid production system) yang
menggabungkan sistem dorong (push system) yang menjadi karakteristik khas
perkebunan dengan sistem tarik (pull system) yang menempatkan pusat
distribusi sebagai titik pemisahnya (customer order decoupling point/CODP).
Sistem dorong terjadi pada rangkaian sub model rekayasa kualitas teh, sub
manajemen kapasitas pabrik, sub model pengiriman pucuk ke pabrik dan sub
model penjualan pucuk kebun rakyat, sedangkan sistem tarik terjadi pada
rangkaian sub model manajemen persediaan di pusat distribusi dan sub model
proses akhir di pabrik.
Selain itu, dalam model rancangbangun tersebut dikembangkan pula sub
model rekayasa kualitas industri pengolahan teh hijau yang terdiri atas rekayasa
kualitas teh curah dan rekayasa kualitas pucuk teh. Rekayasa kualitas teh curah
dilakukan dengan cara penyesuaian kualitas dari kelompok kualitas yang lebih
tinggi ke kelompok kualitas yang lebih rendah, sedangkan rekayasa kualitas
pucuk teh dilakukan dengan menetapkan arahan pemetikan pucuk teh menjadi
kualitas pucuk teh yang lebih baik. Pengembangan sistem produksi hibrida dan
rekayasa kualitas dalam manajemen rantai pasokan industri teh hijau tersebut
berimbang antara aspek efisiensi (efficiency) dan keadilan (justice). Pengukuran aspek efisiensi dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja kartu
berimbang (balanced scorecard), sedangkan aspek keadilan diukur dengan
indikator nilai tambah (value added). Secara implisit, dalam balanced scorecard
yang dikembangkan dilakukan juga pengukuran efektivitas, fleksibilitas dan
inovasi.
Dalam upaya mengembangkan manajemen rantai pasokan industri teh
hijau agar meningkatkan nilai tambah dan keuntungan bagi perkebunan rakyat
serta perusahaan, dilakukan pengembangan model rancangbangun dengan
melakukan eksperimen simulasi berupa penerapan tiga skenario pengembangan
yang terdiri atas : (I) peningkatan jumlah luas lahan produktif perkebunan rakyat
menjadi 400 hektar, artinya terjadi penambahan jumlah perkebunan rakyat yang
bermitra dengan perusahaan, (II) perusahaan menetapkan kebijakan
pengurangan cakupan persediaan untuk setiap kelompok kualitas teh dari 30 hari
menjadi 15 hari, dan (III) melakukan rancang ulang manajemen rantai pasokan
industri teh berupa pengembangan inovasi kelembagaan rantai pasokan industri
teh.
Dalam skenario I dan II dilakukan perubahan parameter model, hasil yang
diperoleh adalah terjadi peningkatan keuntungan usaha yang diperoleh
perusahaan The Channel Master, sedangkan perkebunan rakyat tidak
mengalami perubahan pada keuntungan usahanya. Dalam skenario III dilakukan
perubahan struktural model yang dibagi ke dalam dua bagian, yaitu skenario IIIA
yang menerapkan inovasi kelembagaaan berupa tata kelola hubungan kebun
rakyat dengan koperasi agroindustri berupa sistem penyerahan pucuk teh,
sedangkan skenario IIIB menerapkan tata kelola hubungan kebun rakyat dengan
koperasi agroindustri berupa sistem transaksi pucuk teh. Hasil skenario IIIA
mampu meningkatkan nilai tambah dan keuntungan yang diperoleh perkebunan
rakyat serta mampu meningkatkan keuntungan perusahaan dan memelihara
kepuasan konsumen secara bersamaan. Hasil skenario IIIB hanya mampu
meningkatkan keuntungan perusahaan dan memelihara kepuasan konsumen
saja, sedangkan peningkatan keuntungan dan nilai tambah perkebunan rakyat
@ Hak cipta milik IPB, Tahun 2009
Hak cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
MANAJEMEN RANTAI PASOKAN INDUSTRI TEH HIJAU
TOMY PERDANA
Disertasi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Doktor
Pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Ujian Tertutup
Penguji Luar Komisi : Dr. Ir. Amril Aman
Ujian Terbuka
Penguji Luar Komisi : Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng
Nama : Tomy Perdana
NRP : F361040021
Program Studi : Teknologi Industri Pertanian
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. E. Gumbira Sa’id, MA.Dev Ketua
Dr. Ir. Muhammad Tasrif, M.Eng Prof. Dr. Ir. M. Syamsul Ma’arif, M.Eng
Anggota Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana
Teknologi Industri Pertanian
Prof. Dr. Ir. Irawadi Jamaran Prof. Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
i
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya, disertasi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Disertasi ini
merupakan hasil penelitian yang disusun dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Teknologi Industri
Pertanian, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Disertasi ini berjudul Pemodelan Dinamika Sistem Rancangbangun
Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh Hijau. Penelitian ini dilakukan pada
rantai pasokan industri teh hijau Jawa Barat yang berorientasi pasar global.
Penelitian ini menghasilkan model dinamika sistem rancangbangun manajemen
rantai pasokan industri teh hijau yang terintegrasi dengan sistem pengukuran
kinerja berimbang antara aspek efisiensi dan keadilan.
Disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan dan bantuan
banyak pihak. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih yang tulus kepada para personalia di bawah ini :
1. Prof. Dr. Ir. E. Gumbira-Said, MA.Dev selaku ketua komisi pembimbing,
Prof. Dr. Ir. M. Syamsul Ma’arif, M.Eng dan Dr. Ir. Muhammad Tasrif, M.Eng
selaku anggota komisi atas segala bimbingan dan arahan selama penelitian
dan penyusunan disertasi ini.
2. Prof. Dr. Ir. Irawadi Jamaran selaku ketua program studi Teknologi Industri
Pertanian atas dorongan semangat dan kemudahan yang diberikan selama
penyelesaian studi serta kepada seluruh sivitas akademika Program Studi
Teknologi Industri Pertanian atas segala bantuannya.
3. Dr. Ir. Sugiyono, M.App.Sc selaku wakil dekan Fakultas Teknologi Pertanian
IPB dan pimpinan sidang tertutup yang telah memberikan arahan untuk
perbaikan disertasi ini.
4. Dr.Ir. Amril Aman dan Dr. Ir. Ani Suryani, DEA selaku penguji luar komisi
dalam sidang tertutup yang telah memberikan arahan untuk perbaikan
disertasi ini.
5. Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng dan Dr. Ir. Ahmad Dimyati, MSc selaku
penguji luar komisi dalam sidang terbuka.
6. Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA selaku Rektor Universitas Padjadjaran yang
telah memberikan ijin untuk menempuh Program Doktor pada Program Studi
ii
telah memberikan dorongan untuk menyelesaikan program doktor ini.
8. Ketua Jurusan, Ketua Program Studi serta seluruh sivitas akademika
Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas
Pertanian, Universitas Padjadjaran yang telah memberikan dorongan
semangat untuk menyelesaikan program doktor ini.
9. Ir. Trisna Insan Noor DEA, Dr. Ir. Rochadi Tawaf MS, Achdiya Kusumah SP,
Mahra Arari SP, Bagus Raspati SP, Kusnandar STP dan Dian Purwanto SP
selaku personalia pada Divisi Dinamika Inovasi dan Kelembagaan, Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Padjadjaran
yang telah memberikan dorongan semangat untuk menyelesaikan program
doktor ini.
10. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas
Padjadjaran yang telah memberikan kesempatan untuk mendapatkan
fasilitas pembiayaan “Penelitian Andalan” dan “Penelitian Dosen Muda”
untuk membiayai sebagian penelitian disertasi ini.
11. Ir. Sofyan Nataprawira, MP selaku Sekretaris Daerah Pemerintah Daerah
Kabupaten Bandung dan Ir. Tisna Umaran, MP selaku Kepala Dinas
Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Bandung yang telah memberikan kesempatan untuk mendapatkan fasilitas
pembiayaan untuk sebagian penelitian disertasi ini.
12. Drs. Teguh Kustiono MP, Ir. Sukiman Sumarto MP, Ir. Odi Rusmiadi,
Ir. Wildan Mustofa MM, Ir. Teten. W. Avianto MT, Drs. Sjaiful Bahri MComm
serta personalia lainnya yang telah menjadi nara sumber serta memberikan
bantuan fasilitas dan pengetahuan dalam penyelesaian penelitian ini.
13. Rekan-rekan mahasiswa Program Doktor pada Program Studi Teknologi
Industri Pertanian, khususnya angkatan 2004 atas kebersamaannya selama
perkuliahan dan penyelesaian disertasi ini.
14. Kedua orang tua tercinta, Bapak H. Andang Sapardan dan Mamah Hj. Diah
Radyana yang senantiasa memberikan dorongan semangat dan bantuan
materi, demikian juga kedua orang adik tercinta, Arie Gastia, SSos dan
Bayu Kharisma SE.MM.ME yang telah memberikan dorongan semangat dan
iii
15. Isteri tercinta, Lisnasari SPt serta kedua anak tercinta, Hanifa Hasna
Perdana dan Muhammad Defalah Ramadhan atas dorongan semangat, do’a
dan kasih sayang yang tiada henti.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian disertasi ini. Akhirnya, semoga disertasi
ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2009
iv
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 13 Desember 1973 sebagai
anak pertama dari pasangan H. Andang Sapardan dan Hj. Diah Radyana. Gelar
Sarjana Pertanian (S.P) diperoleh dari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran pada tahun 1996. Penulis
menyelesaikan pendidikan S2 pada Program Magister Manajemen Agribisnis,
Institut Pertanian Bogor pada tahun 2000. Selanjutnya, pada tahun 2004
menempuh pendidikan program doktor di Program Studi Teknologi Industri
Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Beasiswa pendidikan
program doktor diperoleh dari program BPPS Departemen Pendidikan Nasional.
Sejak 1 Februari 1997 sampai sekarang penulis bekerja sebagai staf
pengajar di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Padjadjaran. Selain sebagai pengajar, penulis juga aktif sebagai peneliti dan
pendamping ahli pada Divisi Dinamika Inovasi dan Kelembagaan, Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Padjadjaran,
Bandung.
Pada tahun 1997, penulis menikah dengan Lisnasari, SPt dan dikaruniai
dua orang anak yang bernama Hanifa Hasna Perdana dan Muhammad Defalah
Ramadhan.
Selama mengikuti pendidikan program doktor, penulis telah menulis dan
melakukan publikasi beberapa artikel ilmiah sebagai berikut :
1. Perdana T, Gumbira-Sa’id E, Ma’arif MS dan Tasrif M. 2008. Dampak
Penerapan Manajemen Rantai Pasokan Terhadap Kinerja Pelaku Industri
Teh, telah dipresentasikan di “Joint Seminar Japan-Indonesia Seminar on
Technology Transfer and National Seminar on Industrial Systems Planning 2008 : Technology Transfer and Industrial Competitiveness” pada tanggal 27-28 Maret 2008. Kerjasama Kelompok Keahlian Sistem
Industri dan Tekno Ekonomi Program Studi Teknik Industri Fakultas
Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung, Graduate School of
Engineering, Graduate School for International Development and Cooperation Collaborative Research Center Hiroshima University serta telah dipublikasikan pada Jurnal Sosioekonomika Universitas Lampung
Volume 14 Nomor 1 Juni 2008 (terakreditasi dengan SK No.
v
dipresentasikan pada “Seminar Penelitian Unggulan Fakultas pada Pekan
Ilmiah Dies Natalis Universitas Padjadjaran ke 51” tanggal 23 Oktober
2008.
3. Perdana T, Gumbira-Sa’id E, Ma’arif MS dan Tasrif M. 2008. Model
Sistem Produksi Hibrida Dalam Rantai Pasokan Industri Teh, telah
dipublikasikan pada Prosiding “Seminar Nasional Sains dan Teknologi II”
yang diselenggarakan Universitas Lampung pada tanggal 17-18
Nopember 2008.
4. Perdana T, Gumbira-Sa’id E, Ma’arif MS dan Tasrif M. 2008. Model
Pengembangan Inovasi Kelembagaan Dalam Rantai Pasokan Industri
Teh, telah dipublikasikan pada Jurnal SOCA (Socio-Economic of
Agriculture and Agribusiness) Universitas Udayana Volume 9 Nomor 1 Februari 2009 (terakreditasi dengan SK No. 108/DIKTI/Kep/2007).
5. Perdana T, Gumbira-Sa’id E, Ma’arif MS dan Tasrif M. 2009. Dinamika
Sistem Kinerja Berimbang Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh Hijau.
Telah diterima untuk dipresentasikan dan dipublikasikan pada “Seminar
Nasional Teknik Industri dan Manajemen Produksi IV” yang
diselenggarakan Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Surabaya pada tanggal 20 Agustus 2009.
Karya-karya ilimiah tersebut merupakan bagian dari Disertasi program
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR GAMBAR ...viii
DAFTAR TABEL ...x
DAFTAR LAMPIRAN ...xi
PENDAHULUAN ...1
Latar Belakang ...1
Tujuan Penelitian ...5
Ruang Lingkup Penelitian...6
TINJAUAN PUSTAKA ...7
Perkembangan Teori Manajemen Rantai Pasokan ...7
Penerapan Teori dan Praktek Manajemen Rantai Pasokan pada Agribisnis dan Agroindustri ...15
Penerapan Teori dan Praktek Manajemen Rantai Pasokan Agribisnis dan Agroindustri di Negara Berkembang ...18
Nilai Tambah Pertanian dan Analisis Nilai Tambah Agroindustri ...20
Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasokan dengan Balanced Scorecard ...24
Pendekatan Sistem dan Dinamika Sistem...31
Industri Teh ...34
Penelitian Sebelumnya Terkait dengan Topik yang Dikaji ...38
METODA PENELITIAN...42
Kerangka Kerja Penelitian ...42
Tempat dan Waktu Penelitian ...44
Tata Laksana Penelitian ...44
Pengumpulan Data, Informasi dan Pengetahuan ...44
Pengolahan Data ...46
STRUKTUR MODEL RANCANGBANGUN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN INDUSTRI TEH HIJAU...48
Model Umum ...48
Diagram Sebab Akibat ...50
Batas Model ... 57
Diagram Sub Model ... 59
Sub Model Pengiriman Pucuk Teh Ke Pabrik ...60
Sub Model Pemetik Perkebunan Perusahaan ...61
Sub Model Penjualan Pucuk Teh Kebun Rakyat ...62
Sub Model Pemetik Perkebunan Rakyat ...64
Sub Model Manajemen Kapasitas Produksi Pabrik Teh...65
Sub Model Tenaga Kerja Pabrik ...68
Sub Model Rekayasa Kualitas ...69
Sub Model Proses Akhir di Pabrik ...72
vii
Halaman
Sub Model Pasar dan Pesanan Teh ... 78
Sub Model Keuangan Perusahaan ... 79
Sub Model Keuangan Perkebunan Rakyat ... 83
Validasi Model ... 85
PERILAKU MODEL DAN KINERJA RANCANGBANGUN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN INDUSTRI TEH HIJAU...91
Perilaku Model ...91
Perilaku Pengiriman Pucuk Teh Ke Pabrik ... 93
Perilaku Penjualan Pucuk Teh Kebun Rakyat ... 94
Perilaku Kapasitas Pabrik Pengolahan Teh Hijau ... 96
Perilaku Rekayasa Kualitas Teh ... 98
Perilaku Proses Akhir Dalam Pabrik ... 100
Perilaku Pusat Distribusi ... 101
Perilaku Pasar ... 102
Perilaku Kinerja Berimbang ...103
Perspektif Keuangan ...104
Perspektif Konsumen ...105
Perspektif Proses Bisnis Internal ...106
Perspektif Pertumbuhan (Inovasi) dan Pembelajaran ...107
Perspektif Nilai Tambah ...109
ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN INDUSTRI TEH HIJAU ... 111
Skenario I ...112
Skenario II ...115
Skenario III ...117
Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Model Rancangbangun Manajemen Rantai Pasokan Agroindustri di Negara Berkembang ... 126
Kontribusi Metodologi Dinamika Sistem ... 129
KESIMPULAN DAN SARAN ...131
Kesimpulan ... 131
Saran Pengembangan Model ... 133
DAFTAR PUSTAKA ...135
viii
DAFTAR GAMBAR
No Nama Halaman
1 Manajemen Rantai Pasokan : Integrasi dan Pengelolaan Proses
Bisnis Sepanjang Rantai Pasokan ( Croxton et al., 2001)………... 9
2 Kerangka Kerja Manajemen Rantai Pasokan (Croxton et al, 2001)... 10
3 Jaringan Kerja Logistik (Simchi-Levi et al., 2000)... 10
4 Peluang Nilai Tambah Dalam Pertanian (Amanor-Boadu, 2005)... 23
5 Kerangka Kerja Balanced Scorecard (Brewer dan Speh, 2000)……. 26
6 Keterkaitan Manajemen Rantai Pasokan dan Balanced Scorecard (Brewer dan Speh, 2000)………... 29
7 Kerangka konseptual sistem pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan menggunakan Balanced Scorecard (Brewer dan Speh, 2000)... 30
8 Diagram Sebab Akibat Sistem Persediaan dalam Rantai Pasokan (Bell et al. ,2003)... 33
9 Diagram Sistem Persediaan dalam Rantai Pasokan (Bell et al., 2003)... 34
10 Diagram Alir Pengolahan Teh Hitam Orthodox (Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, 1994; Unilever Bestfoods Beverages, 2003)... 35
11 Diagram Alir Pengolahan Teh Hijau (Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, 1994; Unilever Bestfoods Beverages, 2003)... 36
12 Rantai Pasokan Industri Teh... 37
13 Kerangka Kerja Penelitian... 43
14 Rantai Pasokan Terkait Dengan PT. Kantor Bersama Perkebunan (KBP) Chakra... 45
15 Perancangan Model Dinamika Sistem (Tasrif, 2004)…………... 47
16 Model Umum Rancangbangun Pasokan Industri Teh Hijau... 49
17 Proses Industri Pengolahan Teh Hijau... 50
18 Diagram Sebab Akibat Rancangbangun Rantai Pasokan Industri Teh Hijau …... 51
19 Keterkaitan Antar Diagram Sub Model... 60
20 Diagram Sub Model Pengiriman Pucuk Teh Ke Pabrik... 61
21 Diagram Sub Model Pemetik Perkebunan Perusahaan…...……... 62
22 Diagram Sub Model Penjualan Pucuk Teh Kebun Rakyat……... 63
23 Diagram Sub Model Pemetik Perkebunan Rakyat………... 65
24 Diagram Sub Model Manajemen Kapasitas Produksi Pabrik Teh... 67
25 Diagram Sub Model Tenaga Kerja Pabrik………... 68
26 Diagram Sub Model Rekayasa Kualitas Teh………... 70
27 Diagram Sub Model Proses Akhir di Pabrik………... 73
28 Diagram Sub Model Persediaan Teh di Pusat Distribusi…... 77
29 Diagram Sub Model Pasar dan Pesanan Teh………... 79
30 Diagram Sub Model Keuangan Perusahaan………... 80
31 Diagram Sub Model Keuangan Perusahaan (Lanjutan)………... 82
32 Diagram Sub Model Keuangan Perkebunan Rakyat………... 83
33 Diagram Sub Model Keuangan Perkebunan Rakyat (Lanjutan)…….. 84
34 Analisis Sensitivitas Keuntungan Perusahaan………...…. 90
35 Perilaku Pemetikan Pucuk Teh Di di Perkebunan Perusahaan……. 93
ix
Halaman
37 Perilaku Pemetikan Pucuk Teh Perkebunan Rakyat………... 95
38 Perilaku Penjualan Pucuk Teh Dari Kebun Rakyat Ke Pabrik………. 96
39 Perilaku Kapasitas Berjalan Pabrik………...………. 97
40 Perilaku Jumlah Pucuk Teh Yang Diolah Dalam Pabrik…………... 98
41 Perilaku Rekayasa Kualitas Teh G1 Ke Teh G2………... 99
42 Perilaku Rekayasa Kualitas Teh G2 Ke Teh G3………... 100
43 Perilaku Teh Dalam Proses Akhir Dalam Pabrik…………... 101
44 Perilaku Teh Di Pusat Distribusi………...………... 102
45 Perilaku Dinamika Pesanan Pasar………...………... 103
46 Indikator Tingkat Keuntungan………... 105
47 Indikator Pesanan Terpenuhi………... 106
48 Indikator Persediaan Teh Kadaluarsa...………... 107
49 Indikator Produktivitas Tenaga Kerja………... 108
50 Indikator Nilai Tambah………... 109
51 Dampak Skenario I Terhadap Pesanan Pucuk Yang Terpenuhi Kebun Rakyat………....………... 113
52 Dampak Skenario I Terhadap Tingkat Keuntungan Kebun Rakyat dan Nilai Tambah Kebun Rakyat Mitra Per Hektar…... 114
53 Dampak Skenario I Terhadap Tingkat Keuntungan Perusahaan ... 115
54 Dampak Skenario II Terhadap Persediaan Teh dan Laju Kadaluarsa Teh di Pusat Distribusi………...………... 116
55 Dampak Skenario II Terhadap Tingkat Keuntungan Perusahaan…... 117
56 Rancang Ulang Sistem Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh Hijau... 119
57 Diagram Sebab Akibat Pengembangan Model Inovasi Kelembagaan Dalam Rantai Pasokan Industri Teh Hijau... 120
58 Dampak Skenario III Terhadap Nilai Tambah dan Tingkat Keuntungan Perkebunan Rakyat………...… 122
59 Dampak Skenario III Terhadap Tingkat Keuntungan Koperasi…... 123
60 Dampak Skenario III Terhadap Nilai Tambah Dan Tingkat Keuntungan Perusahaan………...….. 124
61 Dampak Skenario III Terhadap Persepsi Konsumen…………... 125
x
DAFTAR TABEL
No Nama Halaman
1 Komponen Utama Manajemen Rantai Pasokan………... 13
2 Tipologi Peluang dalam Inisiatif Nilai Tambah (Amanor- Boadu, 2005)…... 21
3 Model perhitungan nilai tambah berdasarkan metode Hayami dan Kawagoe (Hayami dan Kawagoe,1993 ; Gumbira-Sa’id dan Intan, 2000)…………... 24
4 Batas Model………... 58
5 Validasi Model………... 85
6 Validasi Model (Lanjutan)………... 86
7 Rekapitulasi Penilaian Statistik Data Hasil Simulasi... 88
8 Indikator Kinerja Kunci Yang Dimodelkan………... 105
9 Parameter Model Simulasi Kondisi Aktual Dan Skenario Pengembangan Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh Hijau... 111
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No Nama Halaman
1 Dokumentasi Proses Struktur Fisik Aliran Material Pucuk Teh
dan Produk Teh Hijau... 142
2 Dokumentasi Proses Struktur Fisik Aliran Material Pucuk Teh
dan Produk Teh Hijau (lanjutan)... 143
3 Dokumentasi Proses Struktur Fisik Aliran Material Pucuk Teh
dan Produk Teh Hijau (lanjutan)... 144
4 Dokumentasi Proses Struktur Fisik Aliran Material Pucuk Teh
dan Produk Teh Hijau (lanjutan)... 145
5 Dokumentasi Proses Struktur Fisik Aliran Material Pucuk Teh
dan Produk Teh Hijau (lanjutan)... 146
6 Dokumentasi Proses Struktur Fisik Aliran Material Pucuk Teh
dan Produk Teh Hijau (lanjutan)... 147
7 Kaidah Diagram Sub Model Dinamika Sistem (System Dynamics)
Dalam Perangkat Lunak Vensim Professional Academic
Version 5.7... 148
8 Notasi Matematika Model Rancangbangun Dinamika Sistem
Manajemen Rantai Pasokan Industri Teh... 149
9 Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Pengiriman Pucuk
Teh Ke Pabrik………... 224
10 Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Pemetik
Perkebunan Perusahaan... 225
11 Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Penjualan Pucuk
Teh Kebun Rakyat…………... 226
12 Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Pemetik
Perkebunan Perusahaan... 227
13 Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Manajemen
Kapasitas Produksi Pabrik Teh... 228
14 Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Tenaga Kerja
Pabrik... 229
15 Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Rekayasa Kualitas
Teh... 230
16 Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Proses Akhir Di
Pabrik... 231
17 Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Persediaan Teh Di
Pusat Distribusi... 232
18 Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Pasar dan
Pesanan Teh... 233
19 Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Keuangan
Perusahaan... 234
20 Asumsi Yang Dipergunakan Dalam Sub Model Keuangan
Perkebunan Rakyat... 235
21 Validasi Perilaku Model Dalam Kondisi Ekstrim... 236
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam persaingan saat ini, para pelaku usaha dituntut untuk menyadari
bahwa persaingan yang terjadi merupakan persaingan antar jaringan rantai
pasokan. Rantai pasokan merupakan sekumpulan tiga atau lebih entitas
(organisasi maupun individual) yang secara langsung terlibat dalam aliran hulu
dan hilir dari produk, jasa, keuangan dan atau informasi dari suatu sumber ke
konsumen (Mentzer et al., 2001). Para pelaku usaha dalam suatu rantai pasokan
harus mampu menyampaikan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen
dari segi kualitas (mutu), kuantitas, harga, waktu dan tempat yang tepat.
Kondisi tersebut menuntut adanya suatu konsep manajemen yang
mampu mengintegrasikan pengelolaan berbagai fungsi bisnis dalam suatu
hubungan antar-organisasi. Dalam memenuhi tuntutan tersebut, berkembang
suatu teori dan praktek manajemen yang dikenal dengan istilah ”supply chain
management” atau diterjemahkan sebagai manajemen rantai pasokan.
Manajemen rantai pasokan merupakan integrasi dari proses bisnis utama
(proses bisnis, struktur jaringan dan komponen manajemen) dari pengguna akhir
melalui para pemasok yang menyampaikan produk, jasa dan informasi yang
memiliki nilai tambah bagi konsumen dan stakeholders yang lain (Croxton et al.,
2001). Manajemen rantai pasokan meliputi integrasi, koordinasi dan kolaborasi
seluruh organisasi sepanjang rantai pasokan. Hal tersebut berarti bahwa
manajemen rantai pasokan membutuhkan integrasi intra-organisasi dan
antar-organisasi (Gimenez dan Ventura, 2004). Integrasi rantai pasokan (internal dan
eksternal) merupakan pekerjaan yang sulit karena adanya perbedaan dan konflik
tujuan dari fasilitas dan pelaku yang terlibat, serta rantai pasokan merupakan
suatu sistem dinamis yang berkembang sepanjang waktu (Simchi-Levi et al.,
2000).
Dalam praktek, manajemen rantai pasokan baru berkembang pada tahun
1980-an. Pengembangan manajemen rantai pasokan berawal dari industri
manufaktur, yaitu ”quick response strategy” pada industri tekstil di Amerika
Serikat (Lummus dan Vokurka, 1999) serta ”kaizen” pada industri mobil
di Jepang (Fearne et al., 2001). Mengikuti sukses yang telah dilakukan dalam
industri mobil Jepang dan industri tekstil Amerika Serikat, industri manufaktur
penting keunggulan bersaing. Sejalan dengan hal tersebut, pada tahun 1989
para akademisi mulai mengembangkan teori manajemen rantai pasokan tersebut
(Lambert dan Siecienski , 2001).
Dalam bidang agribisnis dan agroindustri, penerapan manajemen rantai
pasokan dimulai pada tahun 1990-an pada agribisnis mawar di Amerika Serikat
dan Eropa. Perkembangan praktek dan penelitian manajemen rantai pasokan
agribisnis berkembang tidak hanya di negara maju tetapi juga berpotensi
diterapkan di negara berkembang (Woods, 2004).
Penerapan awal manajemen rantai pasokan agribisnis dan agroindustri
di negara berkembang dilakukan di tiga negara, yaitu di Ghana pada industri
buah-buahan, di Afrika Selatan pada agribisnis buah segar dan di Thailand pada
agribisnis pangan segar. Introduksi teori dan praktek tersebut dilakukan oleh Agri
Chain Competence Center Belanda yang dibiayai oleh Bank Dunia (Roekel et al.,
2002).
Selanjutnya, upaya introduksi teori manajemen rantai pasokan dalam
agribisnis dan agroindustri juga dilakukan di Indonesia. Upaya tersebut dilakukan
pada tahun 2003 oleh para peneliti dari Australia pada agribisnis pisang. Para
peneliti tersebut membandingkan rantai pasokan pisang di daerah Bayah
Kabupaten Lebak Banten dengan rantai pasokan pisang di daerah Queensland
Utara Australia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan terjadinya perbedaan
budaya para pelaku usaha dalam rantai pasokan di kedua daerah tersebut. Hal
tersebut berdampak pada tingkat hubungan logistik pada rantai pasokan pisang
(Singgih dan Woods, 2004). Sejak tahun 2005, Direktorat Jenderal Hortikultura
Departemen Pertanian Republik Indonesia menetapkan manajemen rantai
pasokan sebagai salah satu dari enam pilar pengembangan hortikultura nasional
(Direktorat Jenderal Hortikultura Deptan RI, 2008)
Upaya penerapan teori dan praktek manajemen rantai pasokan pada
agribisnis dan agroindustri di negara berkembang seperti Indonesia menimbulkan
beberapa pertanyaan yang menarik untuk dikaji, yaitu : Apakah teori manajemen
rantai pasokan yang berasal dari industri manufaktur di negara maju dapat
diterapkan dan dikembangkan pada agribisnis dan agroindustri di Indonesia yang
karakteristiknya berbeda secara budaya dan kebijakan pemerintahnya?.
Pertanyaan tersebut menjadi sangat penting dengan adanya pendapat dari New
(1997) yang menyatakan bahwa rantai pasokan merupakan suatu eksploitasi
pertanian dengan harga yang murah dari negara berkembang. Selain itu,
terdapat beberapa pertanyaan yang lain, yaitu : Apakah penerapan teori
manajemen rantai pasokan tersebut akan meningkatkan kinerja para pelaku
usaha agribisnis dan agroindustri yang terlibat dalam suatu rantai pasokan?,
Siapakah yang mendapatkan manfaat yang paling banyak dari penerapan teori
manajemen rantai pasokan?, Faktor-faktor apakah yang menentukan
keberhasilan dan atau ketidakberhasilan penerapan teori manajemen rantai
pasokan di negara berkembang seperti Indonesia?.
Dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dilakukan
penelitian rancangbangun manajemen rantai pasokan pada suatu rantai pasokan
agroindustri. Penelitian dilakukan pada suatu rantai pasokan industri teh hijau.
Hal tersebut didasarkan pada berbagai permasalahan yang dihadapi oleh industri
teh di Indonesia. Walaupun merupakan salah satu kompetensi Indonesia sejak
lama, namun kinerja industri teh Indonesia dalam beberapa tahun terakhir
mengalami penurunan. Hal tersebut ditunjukkan oleh perkembangan ekspor teh
Indonesia yang terus menurun selama lima belas tahun terakhir , yaitu dari
123.900 ton pada tahun 1993 menjadi hanya 83.659 ton pada tahun 2007.
Penurunan volume ekspor tersebut mengakibatkan pangsa ekspor teh curah
Indonesia di pasar dunia menurun dari 10,8 % pada tahun 1993 menjadi 5,4 %
pada tahun 2007, termasuk didalamnya ekspor teh hijau (ITC, 2008). Kondisi
tersebut berbeda dengan pangsa ekspor negara produsen teh lainnya yang terus
meningkat (Suprihatini et al., 2004). Di lain pihak, selama periode 1992-2003
telah terjadi peningkatan impor produk-produk teh ke Indonesia dengan laju
pertumbuhan tahunan sebesar 29,8 % , yaitu dari 582 ton pada tahun 1993
menjadi 4.000 ton pada tahun 2003 (FAO, 2005).
Penelitian rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau
diharapkan akan memberikan kontribusi berupa pengembangan teori manajemen
rantai pasokan dalam penerapannya di Indonesia. Selain itu, penelitian tersebut
akan menghasilkan suatu sistem pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan
yang mengintegrasikan sistem pengukuran kinerja berimbang (balanced
scorecard) dengan pengukuran nilai tambah. Secara implisit, balanced scorecard
mengukur juga aspek efektivitas, fleksibilitas dan inovasi suatu rantai pasokan.
Sterman (2002) mengemukakan bahwa perancangan yang tepat
terhadap suatu persoalan yang bersifat dinamis (berubah terhadap waktu) dapat
Dinamika sistem merupakan pendekatan yang menggunakan perspektif
berdasarkan umpan balik informasi dan delays untuk memahami dinamika
perilaku yang kompleks dari sistem fisika, sistem biologis dan sistem sosial.
Selain itu, dinamika sistem adalah salah satu pendekatan pemodelan
yang berbasis berpikir sistemik (system thinking) dan prinsip pembuatan model
dinamik (Tasrif, 2004). Asumsi utama dalam paradigma dinamika sistem adalah
struktur fenomena proses pembuatan keputusan merupakan suatu kumpulan
(assembly) dari struktur-struktur kausal yang melingkar dan tertutup (causal loop structure).
Penggunaan metodologi dinamika sistem mampu memperbaiki
kelemahan dari penggunaan sistem pengukuran kinerja Balanced Scorecard.
Young dan Tu (2004) menyatakan bahwa Balanced Scorecard memiliki
kelemahan mendasar, yaitu sebab dan akibat (cause and effect) yang terdapat
dalam sistem pengukuran tersebut tidak terkait erat dengan waktu dan ruang.
Sejalan dengan pemikiran tersebut, Rydzak et al. (2004) menyatakan bahwa
sistem pengukuran tersebut hanya memperlihatkan hubungan satu arah,
mengabaikan waktu tunda (delays) sehingga hal tersebut akan menghasilkan
suatu strategi yang gagal. Akkermans dan Van Oorschot (2002) menambahkan
beberapa kelemahan Balanced Scorecard lainnya, yaitu tidak ada mekanisme
validasi, terlalu fokus pada internal perusahaan serta kurang keterkaitan antara
strategi dan operasi. Berdasarkan hal tersebut, kelemahan serupa terdapat
dalam sistem pengukuran kinerja rantai pasokan Balanced Scorecard yang
dikembangkan oleh Brewer dan Speh (2000).
Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan berupa buku dan artikel
ilmiah diketahui bahwa penelitian khusus pemodelan dinamika sistem
rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau sejauh ini belum
pernah dilaporkan. Penelitian-penelitian yang terkait dengan industri teh yang
telah dilaporkan terbatas pada penelitian rancangbangun sistem produksi teh
yang mengintegrasikan selera konsumen dan teknologi proses produksi dan
penelitian perilaku konsumen teh (Suprihatini, 2004) dan rancangbangun model
akuntansi diferensial pada agroindustri teh hitam (Daryanto, 2004).
Di lain pihak, penelitian-penelitian yang terkait dengan manajemen rantai
pasokan masih sedikit yang membahas penerapan teori tersebut pada negara
berkembang (Singgih dan Woods, 2004). Selain itu, secara spesifik belum ada
terutama dilakukan pada industri non pertanian seperti komputer, pelabuhan dan
mesin (Angerhofer dan Angelides, 2000). Penelitian manajemen rantai pasokan
yang terkait dengan bidang pertanian baru dilakukan pada komoditas sayuran,
buah-buahan, dan pangan secara umum (Trienekens et al., 2004) ayam
pedaging (Nugroho, 2004) minyak CPO (Cahyadi, 2003) dan agroindustri farmasi
(Adiarni et al., 2005).
Selain itu, sampai dengan saat ini belum ada yang melakukan penelitian
mengenai penggunaan dinamika sistem pengukuran kinerja nilai tambah
(Hayami dan Kawagoe, 1993) dan Balanced Scorecard dalam manajemen rantai
pasokan yang bersifat antar organisasi. Penelitian yang ada baru sebatas
merancang dinamika sistem Balanced Scorecard dalam mengukur kinerja suatu
perusahaan atau intra organisasi (Schoeneborn, 2003). Penggunaan metodologi
dinamika sistem dalam penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki kelemahan
sistem pengukuran kinerja rantai pasokan Balanced Scorecard yang
dikembangkan Brewer dan Speh (2000).
Pengukuran kinerja rantai pasokan dengan menggunakan Balanced
Scorecard serta nilai tambah metode Hayami dan Kawagoe mencerminkan
pengukuran yang berimbang antara aspek efisiensi dan keadilan. Balanced
Scorecard menekankan pada pengukuran efisiensi dalam penciptaan nilai tambah, sedangkan pengukuran nilai tambah metode Hayami dan Kawagoe
menekankan pada pengukuran keadilan berupa distribusi nilai tambah yang
dihasilkan kepada seluruh pelaku rantai pasokan yang terlibat. Dalam
pengembangan rantai pasokan agribisnis pangan, efisiensi dan keadilan tidak
selalu sejalan. Solusi pengembangan rantai pasokan yang bersifat meningkatkan
efisiensi dapat menyebabkan ketidakadilan, sehingga maksimisasi nilai tambah
tidak selalu menjadi perhatian utama bagi seluruh pelaku rantai pasokan (Bunte,
2004).
Sejalan dengan hal tersebut, New (1997) menyatakan bahwa keadilan
merupakan kriteria penting dalam pengembangan manajemen rantai pasokan.
Keadilan merupakan kebajikan utama dalam kelembagaan sosial sehingga tidak
dapat dibenarkan pengembangan aspek efisiensi dalam manajemen rantai
pasokan yang menyebabkan adanya ketidakadilan terhadap pelaku yang terlibat.
Salah satu bentuk ketidakadilan tersebut adalah penerapan manajemen rantai
pelaku usaha yang lainnya tidak mengalami peningkatan kinerja bahkan
mengalami penurunan kinerja.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian disertasi ini adalah membuat model dinamika sistem
rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau yang terintegrasi
dengan sistem pengukuran kinerja berimbang antara aspek efisiensi dan
keadilan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam upaya menghasilkan model dinamika
sistem rancangbangun manajemen rantai pasokan industri teh hijau yang
terintegrasi dengan sistem pengukuran kinerja berimbang antara aspek efisiensi
dan keadilan. Pengukuran aspek efisiensi dilakukan dengan menerapkan
Balanced Scorecard, sedangkan pengukuran aspek keadilan dilakukan dengan menerapkan distribusi nilai tambah.
Namun karena luasnya cakupan industri teh hijau Indonesia maka dalam
penelitian ini ditentukan batasan sistem yang dikaji (system boundary), yaitu
sistem manajemen rantai pasokan pada industri teh hijau yang beroperasi
di Jawa Barat. Rantai pasokan industri teh hijau yang dikaji merupakan pelaku
rantai pasokan utama (The Channel Master atau The Focal Company) yang
dianggap telah melakukan best practices dalam usahanya dengan menjadikan
pasar ekspor sebagai pasar utama. Selain itu, pelaku industri teh hijau tersebut
merupakan pelaku yang melakukan strategi integrasi vertikal, koordinasi vertikal
serta pengadaan dari pasar terbuka yang berasal dari industri pengolahan teh
hijau lainnya.
Rantai pasokan industri teh hijau yang dijadikan lokasi kajian adalah
rantai pasokan industri teh hijau yang terkait dengan PT. Kantor Bersama
Perkebunan (KBP) Chakra yang terdiri atas PT. KBP Chakra, perkebunan rakyat
(Hikmah Farm dan pemilik perseorangan (Sugiri, Kurnadi dan Iman)) dan industri
pengolahan yang menjual produknya ke PT. KBP Chakra (CV. Wijaya Tea dan
Kelompok Usaha Buana Tani). Level manajemen rantai pasokan yang dikaji
TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Teori Manajemen Rantai Pasokan
Minat dalam manajemen rantai pasokan (supply chain management)
mulai meningkat sejak tahun 1980-an ketika para pelaku usaha memandang
berbagai manfaat dari hubungan kolaboratif di dalam dan di luar organisasinya.
Para pelaku usaha menemukan bahwa mereka tidak akan bersaing secara
efektif dalam isolasi dengan para pemasok atau entitas lain dalam rantai
pasokan.
Pada tahun 1985, praktek manajemen rantai pasokan pertama kali
dilakukan pada industri tekstil dan pakaian. Pada tahun tersebut, Kurt Salmon
Associates melakukan analisis rantai pasokan pada industri tekstil dan pakaian di
Amerika Serikat (Lummus dan Vokurka, 1999). Hasilnya menunjukkan waktu
penyampaian rantai pasokan pakaian, dari bahan baku ke konsumen
membutuhkan waktu 66 minggu. Dalam upaya mengurangi waktu penyampaian
tersebut dikembangkan strategi “quick response” yang merupakan suatu
kemitraan antara para pengecer dan para pemasok untuk memberikan
tanggapan yang cepat terhadap kebutuhan konsumen dengan berbagi informasi.
Selain itu, praktek manajemen rantai pasokan dilakukan pada industri grosir.
Pada tahun 1993, suatu kelompok para pemimpin industri grosir bekerjasama
membentuk gugus tugas yang disebut “efficient consumer response”. Gugus
tugas tersebut melakukan identifikasi peluang untuk membuat rantai pasokan
lebih unggul. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan perubahan pada praktek
bisnis dan teknologi (Lummus dan Vokurka, 1999). Sejak tahun 1989, para
akademisi mulai melakukan pengembangan teori dan praktek manajamen rantai
pasokan ( Lambert dan Siecienski, 2001).
Perkembangan manajemen rantai pasokan bersifat evolusi. Stevens
(1989) membagi evolusi manajemen rantai pasokan ke dalam empat tahap,
yaitu : (1) tahap dasar (bidang fungsional); (2) integrasi fungsional ( manajemen
material dan distribusi fisik; (3) integrasi internal (manajemen logistik) dan
(4) integrasi eksternal (manajemen rantai pasokan). Hewit (1994),
mengembangkan model evolusi Stevens menjadi lima tahap, dengan
menambahkan tahapan integrasi intra perusahaan dan antar perusahaan pada
Di lain pihak, Frazelle (2002) menyatakan bahwa perkembangan
manajemen rantai pasokan merupakan bagian dari perkembangan logistik.
Perkembangan logistik terdiri atas lima tahap, yaitu : (1) logistik tempat kerja ;
(2) logistik fasilitas; (3) logistik korporasi; (4) logistik rantai pasokan dan
(5) logistik global. Selain itu, perkembangan logistik masa depan mengarah pada
logistik kolaboratif dan logistik maya (virtual).
Berdasarkan perkembangan tersebut, berbagai macam definisi
manajemen rantai pasokan dikembangkan oleh para ahli, praktisi dan lembaga
profesional. Mentzer et al. (2001) berpendapat bahwa manajemen rantai
pasokan merupakan suatu sistem, koordinasi strategik dari fungsi dan taktik
bisnis tradisonal dalam suatu perusahaan dan lintas para pelaku bisnis dalam
rantai pasokan, yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja jangka panjang dari
individual perusahaan dan rantai pasokan secara keseluruhan. Van der Vorst
(2000) menyatakan bahwa manajemen rantai pasokan adalah perencanaan
terintegrasi, koordinasi dan pengendalian dari seluruh aktivitas dan proses bisnis
logistik dalam rantai pasokan sebagai upaya menyampaikan nilai konsumen
yang unggul dengan biaya rendah pada keseluruhan rantai pasokan sehingga
terpenuhi kepuasan dari para stakeholders dalam rantai pasokan. Ma’arif dan
Tanjung (2003) berpendapat bahwa manajemen rantai pasokan merupakan
suatu perluasan dari manajemen logistik di perusahaan. Manajemen logistik
membahas perusahaan, pemasok dan pelanggan, sedangkan manajemen rantai
pasokan membahas integrasi dari perusahaan, pemasok, pelanggan, grosir dan
pengecer.
Selanjutnya Simchi-Levi et al. (2000) mendefinisikan manajemen rantai
pasokan sebagai suatu pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan
secara efisien beberapa pelaku usaha yang terdiri beberapa pemasok, beberapa
pabrikan, gudang dan toko, dengan demikian barang dagangan dapat diproduksi
dan didistribusikan dengan jumlah yang tepat, ke lokasi yang tepat, tepat waktu,
serta biaya keseluruhan sistem pasokan yang minimal sehingga kepuasan
konsumen tercapai. Secara ringkas, Christopher (1998) mendefinisikan
manajemen rantai pasokan sebagai manajemen hubungan hulu dan hilir dari
para pemasok dan konsumen untuk menyampaikan nilai konsumen yang unggul
dengan biaya rendah dalam keseluruhan rantai pasokan.
Manajemen rantai pasokan harus merupakan integrasi dari entitas dan
Aliran Informasi
Logistik
Pembelian Pemasaran
Produksi Keuangan
Litbang
Aliran Produk Manufaktur
Manajemen Hubungan Pelanggan
Manajemen Pelayanan Pelanggan
Manajemen Permintaan
Pemenuhan Order
Manajemen Aliran Pabrikan
Manajemen Hubungan Pemasok
Pengembangan Produk dan Komersialisasi
Manajemen Pengembalian Tingkatan 2
Pemasok
Tingkatan 1
Pemasok Pelanggan
Konsumen/ Pelanggan
Akhir menyatakan bahwa manajemen rantai pasokan adalah integrasi dari serangkaian
proses bisnis kunci dari pengguna akhir melalui para pemasok yang memberikan
produk, jasa dan informasi yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan dan
seluruh stakeholder. Pandangan yang luas tersebut dapat dilihat pada
Gambar 1, yang menyajikan simplikasi dari struktur jaringan rantai pasokan,
aliran produk dan informasi serta proses bisnis utama manajemen rantai
[image:30.612.137.505.224.501.2]pasokan.
Gambar 1. Manajemen Rantai Pasokan : Integrasi dan Pengelolaan Proses
Bisnis Sepanjang Rantai Pasokan ( Croxton et al., 2001)
Sejalan dengan hal di atas, kerangka manajemen rantai pasokan terdiri
dari tiga elemen yang terkait erat, yaitu struktur jaringan rantai pasokan, proses
Gambar 2. Kerangka Kerja Manajemen Rantai Pasokan
(Croxton et al, 2001)
Menurut Simchi-Levi et al. (2000), manajemen rantai pasokan merupakan
keterlibatan setiap fasilitas yang berdampak pada biaya, dan memainkan
peranan dalam membuat suatu produk sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Berawal dari pemasok dan pabrik pengolahan melalui pergudangan dan pusat
distribusi kepada pengecer dan toko (Gambar 3).
Gambar 3. Jaringan Kerja Logistik (Simchi-Levi et al., 2000)
Proses Bisnis Rantai Pasokan
Komponen Manajemen Rantai Pasokan
Struktur Jaringan Rantai Pasokan
Pemasok Pengolahan Gudang dan Distribusi
Konsumen
Biaya Material
Biaya Transportasi
Biaya Pengolahan
Biaya Transportasi
Rantai pasokan merupakan jaringan yang kompleks dari fasilitas dan
beberapa organisasi yang memiliki tujuan dan kepentingan berbeda. Keterlibatan
banyak pelaku yang memiliki tujuan berbeda membuat permasalahan dalam
pengelolaan rantai pasokan menjadi kompleks. Hal tersebut memunculkan
berbagai permasalahan dalam pengelolaannya, seperti yang dirinci di bawah ini.
1. Permintaan yang berfluktuasi merupakan tantangan utama dalam
penentuan kapasitas produksi.
2. Sistem yang bervariasi sepanjang waktu, perencanaan produksi harus
mempertimbangkan permintaan dan biaya yang dapat berubah karena
faktor musiman, serta strategi promosi dan penetapan harga yang
dilakukan pesaing.
3. Beberapa masalah dalam rantai pasokan merupakan sesuatu yang
baru, seperti siklus hidup produk yang semakin pendek dalam suatu
industri.
Stock dan Lambert (2001) menyatakan bahwa mayoritas rantai pasokan
tidak dilakukan rancangbangun, melainkan berkembang sejalan dengan waktu.
Kebutuhan untuk melakukan rancangbangun rantai pasokan menjadi sangat
mendesak karena berbagai perubahan lingkungan yang terjadi seperti perubahan
kebutuhan konsumen akhir, pasar, produk, lini produk, situasi persaaingan,
ekonomi serta kebijakan pemerintah dan insentif .
Strategi rantai pasokan harus selaras dengan strategi korporasi secara
keseluruhan. Tujuan kinerja rantai pasokan harus dinyatakan dalam istilah
operasi, seperti halnya proyeksi cakupan pasar, penjualan dan pendukung
pelayanan, volume penjualan, profitabilitas, perputaran persediaan, siklus
pembayaran dan pengembalian investasi. Strategi rantai pasokan termasuk
keputusan mengenai intensitas distribusi, penggunaan saluran distribusi
langsung atau tidak langsung, pelayanan dalam setiap wilayah dan rencana
implementasi.
Proses rancangbangun rantai pasokan terdiri atas beberapa tahap
sebagai berikut (Stock dan Lambert, 2001).
1. Menetapkan sasaran rantai pasokan
2. Formulasi strategi rantai pasokan
3. Menentukan alternatif struktur rantai pasokan
4. Evaluasi alternatif struktur rantai pasokan
6. Menentukan alternatif bagi anggota individu rantai pasokan
7. Evaluasi dan memilih anggota individu rantai pasokan
8. Mengukur dan evaluasi kinerja rantai pasokan
9. Evaluasi alternatif rantai pasokan ketika tujuan kinerja tidak tercapai
atau ketika terdapat pilihan yang lebih menarik.
Mentzer et al. (2001) menyatakan bahwa manajemen rantai pasokan
merupakan filsafat manajemen yang menjadikan pendekatan sistem untuk
memandang rantai pasokan sebagai entitas tunggal, daripada sekumpulan
bagian yang terfragmentasi, semuanya membentuk fungsi masing-masing.
Dengan kata lain, filsafat dari manajemen rantai pasokan memperluas konsep
kemitraan ke dalam upaya banyak perusahaan untuk mengelola aliran
keseluruhan dari produk yang berasal dari produsen ke konsumen akhir.
Kemudian, manajemen rantai pasokan merupakan suatu kumpulan keyakinan
bahwa setiap perusahaan dalam rantai pasokan secara langsung dan tidak
langsung mempengaruhi kinerja semua anggota rantai pasokan yang lain, serta
kinerja keseluruhan rantai pasokan (Cooper et al., 1997).
Lebih lanjut, Mentzer et al. (2001) mengajukan manajemen rantai
pasokan sebagai suatu filsafat manajemen yang memiliki karakteristik sebagai
berikut.
1. Suatu pendekatan sistem untuk memandang rantai pasokan secara
keseluruhan, dan untuk mengelola keseluruhan aliran dari persediaan
produk dari pemasok ke konsumen akhir.
2. Suatu orientasi strategik menuju upaya kerjasama untuk sinkronisasi dan
penyatuan operasional dan kapabilitas strategik dari intra perusahaan dan
antar perusahaan ke dalam suatu penyatuan yang menyeluruh.
3. Suatu fokus konsumen untuk menciptakan keunikan dan individualisasi
sumber nilai konsumen yang membawa kepada kepuasan konsumen.
Hal penting yang mendasari kerangka manajemen rantai pasokan adalah
komponen manajemen tertentu yang secara umum terdapat pada lintas proses
bisnis dan anggota rantai pasokan . Komponen tersebut menjadi sangat penting,
sejak para pelaku menentukan proses bisnis, pengelolaan struktur dan rantai
yang dikemukakan beberapa pakar manajemen rantai pasokan dirinci dalam
[image:34.612.120.524.159.627.2]Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Komponen Utama Manajemen Rantai Pasokan
Perspektif Manajemen Rantai Pasokan
Perspektif Rekayasa Ulang Proses Bisnis Houlihan (1985)
Struktur perencanaan dan pengendalian
Struktur fasilitas aliran produk
Aliran Informasi (Struktur Informasi dan Teknologi)
Sikap dan nilai Budaya organisasi Metode manajemen
Hammer dan Champy (1993) Struktur proses(kerja)
Struktur organisasi (pekerjaan) Sikap dan nilai
Struktur manajemen dan evaluasi
Stevens (1989) Struktur proses(kerja) Struktur perencanaan dan pengendalian
Struktur fasilitas aliran produk
Aliran Informasi (Struktur Informasi dan Teknologi)
Struktur organisasi Metode manajemen
Struktur kepemimpinan dan kekuasaan
Andrews dan Stalick (1993) Struktur proses(kerja) Struktur organisasi Struktur teknologi Struktur imbalan Sistem pengukuran Metode manajemen Budaya organisasi Kekuasaan politik
Sistem keyakinan individu Cooper dan Elram (1990 dan 1993)
Struktur proses(kerja) Struktur perencanaan dan pengendalian
Struktur fasilitas aliran produk
Aliran Informasi (Struktur Informasi dan Teknologi)
Struktur resiko dan imbalan Struktur kepemimpinan Filsafat korporasi
Hewitt (1994)
Struktur proses(kerja)
Aliran Informasi (Struktur Informasi dan Teknologi)
Kewenangan keputusan
Chandra dan Kumar (2000) Organisasi Fleksibel
Koordinasi rantai pasokan
Komunikasi intra dan antar perusahaan Sumber pengadaan
Orientasi manufaktur
Manajemen biaya dan persediaan
Model MIT (Tower, 1994)
Struktur proses(kerja)
Struktur keahlian dan organisasi Struktur teknologi
Perilaku dan nilai
Filsafat manajemen dan struktur keputusan
Sumber : Cooper et al. (1997); Chandra dan Kumar (2000)
Berdasarkan berbagai uraian di atas, manajemen rantai pasokan
mengemukakan berbagai disiplin ilmu yang menjadi tiang penyangga dari teori
manajemen rantai pasokan , seperti yang dipaparkan berikut ini.
1. Teori ekonomi biaya transaksi (transaction-cost economics) yang
digunakan untuk menganalisis biaya yang terkait dengan pertukaran
barang dan jasa. Hal tersebut termasuk biaya untuk memperoleh
informasi, biaya yang terkait dengan negosiasi dan penguatan kontrak,
hak cipta dan monitoring serta perubahan kelembagaan yang terlibat
dalam proses transaksi bisnis di antara perusahaan. Ekonomi biaya
transaksi menekankan kepada kekhususan aset. Asumsi yang
mendasarinya bahwa aset yang lebih spesifik merupakan insentif
terbesar untuk mengembangkan kerjasama dan hubungan jangka
panjang, aset yang tersedia akan membuat kontribusi jangka panjang
pada tingkat keuntungan.
2. Teori perwakilan (agency theory) meliputi penyusunan bentuk kontrak
yang paling sesuai untuk melindungi hubungan di antara para anggota
rantai pasokan. Tujuan membuat kontrak atau kesepakatan adalah untuk
mencapai keseimbangan dalam hubungan asimetri informasi di antara
anggota rantai pasokan, ketidakpastian hasil dan perbedaan level
keengganan menanggung resiko oleh anggota rantai pasokan.
3. Kekuasan dan hubungan kekuasaan (power and power relationship)
antara bisnis dalam suatu rantai pasokan, serta antara anggota rantai
pasokan dan pemerintah, hal tersebut dipelajari oleh ilmuwan bidang
politik. Kekuasaan satu bisnis atas yang lain adalah bergantung pada
struktur ekonomi dari hubungan yang terjadi. Kekuasan terkait erat
dengan ketergantungan dan ketergantungan terkait dengan ketersediaan
alternatif. Semakin banyak alternatif, ketergantungan akan berkurang dan
semakin kecil kesempatan untuk terlalu dipengaruhi oleh kekuasaan
perusahaan lain.
4. Pemasaran kemitraan (relationship marketing) merupakan strategi
pemasaran kolaboratif dan kerjasama. Pemasaran kemitraan mengakui
pentingnya komitmen dan kepercayaan dalam hubungan bisnis dengan
bisnis, hubungan tersebut bersifat dinamis dan dapat dikembangkan
sepanjang waktu.
5. Teori jaringan kerja (networking theory) menegaskan realitas jika A
akan mempengaruhi kinerja bisnis C, walaupun secara nyata mereka
tidak pernah melakukan bisnis bersama. Konsep jaringan strategik
menekankan bahwa perusahaan dapat memperoleh posisi bersaing yang
lebih kuat dengan bekerjasama daripada beroperasi secara individual.
6. Manajemen operasi/produksi dan logistik (Production/operations
management and logistics) menekankan pada efisiensi secara
operasional melalui minimisasi persediaan dan pasokan just in time.
Bidang tersebut berkontribusi pada manajemen rantai pasokan sebagai
pendekatan manajemen untuk merencanakan operasional yang efisien.
Bidang manajemen operasi/produksi merupakan sumber awal studi
manajemen rantai pasokan.
7. Pendekatan sistem (system approach), manajemen rantai pasokan
merupakan pendekatan yang bersifat menyeluruh dari seluruh proses
bisnis dari perakitan bahan baku awal sampai dengan proses eceran
akhir yang memberikan konsumen memiliki akses kepada produk.
8. Manajemen strategi (strategic management), manajemen rantai pasokan
merupakan sumber keunggulan bersaing yang menjadi inti pembahasan
dalam teori strategi. Hal tersebut termasuk dalam strategi untuk mencapai
tujuan yang bersifat strategik dengan memperhatikan keterkaitan dengan
variabel luar dan bersifat jangka panjang.
Penerapan Teori dan Praktek Manajemen Rantai Pasokan pada Agribisnis dan Agroindustri
Selama periode tahun 1990-an, para akademisi serta para pelaku usaha
di Eropa dan Amerika Serikat mulai mengembangkan teori dan praktek
manajemen rantai pasokan pada agribisnis mawar. Teori dan aplikasi
manajemen rantai pasokan menjadi bidang kunci dalam penelitian dan praktek
dalam agribisnis. Dalam lima tahun terakhir, minat terhadap pengembangan
teori dan praktek manajemen rantai pasokan dalam agribisnis semakin
meningkat, tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga berpotensi untuk
dikembangkan di negara berkembang (Woods, 2004). Perkembangan minat
terhadap teori dan praktek manajemen rantai pasokan pada agribisnis dipicu oleh
beberapa faktor, yaitu pengembangan sosial ekonomi, pengembangan struktur
Berdasarkan perkembangan tersebut, para akademisi secara spesifik
mengembangkan definisi manajemen rantai pasokan agribisnis. Roekel et al.
(2002) menyatakan bahwa rantai pasokan menghubungkan berbagai pelaku
bisnis mulai dari petani di lahan pertanian, industri hasil pertanian, rantai-rantai
distribusi sampai kepada konsumen dengan tujuan untuk mencapai efektivitas
rantai pasokan dan aliran barang yang berorientasi kepada konsumen. Selain
itu, Bourlakis dan Weightman (2004) mendefinisikan rantai pasokan sebagai
suatu kumpulan perusahaan interdependen yang bekerjasama erat untuk
mengelola aliran produk dan jasa sepanjang rantai nilai tambah produk pertanian
dan pangan dalam upaya mewujudkan nilai konsumen yang unggul pada tingkat
harga yang terjangkau. Berdasarkan hal tersebut, Woods (2004) berpendapat
bahwa manajemen rantai pasokan merupakan manajemen secara keseluruhan
dari proses produksi, distribusi dan pemasaran hasil pertanian untuk memasok
konsumen produk yang diinginkannya.
Manajemen rantai pasokan dalam agribisnis memiliki karakteristik unik.
Menurut Bailey et al. (2002) karakteristik unik dari manajemen rantai pasokan
agribisnis adalah sebagai berikut.
1. Konsumen
Permintaan konsumen produk pangan menekankan pada aspek
kesehatan, keragaman dan kenyamanan. Pemilihan poduk pangan
dipengaruhi oleh karakteristik konsumen pada setiap negara. Selain itu,
konsumsi pangan didorong oleh kebutuhan konsumen yang unik seperti
nutrisi, keamanan, kepekaan dan kebutuhan sosial. Faktor-faktor tersebut
dipengaruhi oleh budaya konsumen dan lingkungan sosial.
2. Distribusi produk pertanian
Tidak hanya konsumen yang berbeda pada setiap negara, tetapi juga
karakteristik produk seperti pengemasan, pelabelan dan sistem distribusi
juga berbeda. Para pelaku usaha harus menghadapi
perubahan-perubahan aturan dan regulasi serta harus mengkamodasi keinginan
konsumen.
3. Peranan pemasaran dalam solusi rantai pasokan
Rantai pasokan pangan agribisnis harus mampu memberikan solusi
optimal untuk ketepatan produk, ketepatan tempat dan ketepatan waktu
dalam memenuhi kebutuhan pasar pada setiap negara. Solusi optimal
pasokan yang menjadi penjamin dalam penyampaian produk ke
konsumen.
4. Karakteristik produk pertanian
Sifat yang mudah rusak pada produk pertanian meningkatkan pentingnya
penyimpanan, penanganan dan transportasi. Sebagai contoh : tantangan
industri produk segar adalah ketersediaan transportasi yang cepat dan
berpendingin. Dengan globalisasi perdagangan dan pengembangan
teknologi penanganan dan penyimpanan baru, rantai pasokan agribisnis
pangan telah mentrasformasikan faktor produk musiman menjadi
mekanisme stabilisasi untuk menjamin pasokan produk yang stabil
sepanjang tahun.
5. Isu kesinambungan material
Rantai pasokan harus mampu menjamin ketersediaan yang berkelanjutan
dari suatu produk pertanian dalam memenuhi prakiraan permintaan
konsumen. Dalam rantai pasokan agribisnis pangan, ketersediaan bahan
baku pertanian harus diperhatikan dalam proses prakiraan. Hal tersebut
terjadi karena sifat produk pertanian yang mudah rusak dan
ketidakpastian pasokan karena jumlah panen yang tidak menentu.
Manajemen rantai pasokan dapat menurunkan biaya transaksi dan marjin
yang terjadi antar rantai. Hal tersebut dikarenakan oleh banyaknya aktivitas dan
berbagai aspek yang terkait didalamnya. Kegunaan dari pendekatan manajemen
rantai pasokan dalam bidang pertanian didaftar di bawah ini (Roekel et al., 2002).
1. Mengurangi kehilangan produk dalam transportasi dan penyimpanan.
2. Meningkatkan penjualan.
3. Diseminasi teknologi, teknik lanjutan, modal dan pengetahuan
di antara mitra dalam rantai pasokan.
4. Informasi yang lebih baik mengenai arus produk, pasar dan teknologi.
5. Transparansi rantai pasokan.
6. Penjejakan dan penelusuran sumber pasokan suatu produk.
7. Pengendalian yang lebih baik dari kualitas dan keamanan produk.
8. Investasi dan resiko yang besar dibagi di antara mitra dalam rantai
Penerapan Teori dan Praktek Manajemen Rantai Pasokan Agribisnis dan Agroindustri di Negara Berkembang
Pengembangan teori dan praktek manajemen rantai pasokan agribisnis
dan agroindustri di negara berkembang terkait dengan pelaksanaan
perdagangan bebas. Woods (2004) menyatakan bahwa tujuan pengembangan
manajemen rantai pasokan di negara berkembang adalah untuk membangun
kapasitas produsen lokal sehingga mampu menghasilkan produk yang sesuai
dengan kebutuhan pasar domestik dan ekspor. Tujuan lainnya adalah sebagai
upaya membantu petani di negara berkembang untuk mengambil keuntungan
dari peluang pertumbuhan kebutuhan konsumsi pangan dunia.
Namun demikian, New (1997) berpendapat bahwa pengembangan
manajemen rantai pasokan harus dicermati secara kritis. Beberapa isu utama
dalam pengembangan manajemen rantai pasokan, adalah : (1) eksploitasi
produsen miskin yaitu ”negara berkembang” oleh negara maju; (2) konsentrasi
dan ketidakseimbangan kekuatan dalam ekonomi korporasi; dan (3) isu
lingkungan.
Secara lebih rinci, New (1997) menyatakan bahwa operasi rantai
pasokan global adalah untuk menjamin ketersediaan produk manufaktur dan
komoditas murah dari negara berkembang. Secara sepintas, hal tersebut seperti
sebuah keberhasilan perdagangan bebas dan langkah negara produsen menuju
industrialisasi. Namun demikian, hal tersebut merupakan sisi gelap dari
perdagangan internasional, yang berarti bahwa rantai pasokan tersebut
merupakan suatu eksploitasi agar konsumen negara maju mendapatkan
berbagai komoditas manufaktur dan pertanian dengan harga yang murah.
Kondisi tersebut merupakan keterkaitan langsung rancangbangun dan
operasi rantai pasokan secara sosial dan ekonomi dengan kekuatan yang
terlemah. Sebagai contoh yang baik, terdapat pada kasus industri pakaian,
dengan tanggapan cepat (quick response) serta sistem persediaan rendah sering
tergantung pada buruh murah. Kondisi tersebut menjadi perhatian sejumlah
organisasi yang menjadi penekan untuk merevisi kebijakan pengadaan (Jury,
1996; Luesby, 1996 dalam New, 1997)
Berdasarkan pengalaman Agri Chain Competence Center Belanda dalam
pengembangan teori dan praktek manajemen rantai pasokan di negara
berkembang terdapat faktor sukses dan resiko yang harus diperhatikan.
Faktor Keberhasilan
• Pengembangan kepercayaan, komitmen dan transparansi di antara mitra
mampu memperbaiki komunikasi dan pertukaran informasi.
• Kesadaran memunculkan aktivitas di antara mitra yang memberikan
peluang untuk membangun kemitraan.
• Mitra bekerjasama merencanakan dan mengendalikan aliran produk,
informasi, teknologi dan kapital.
• Implementasi konsep “integral chain-care” melalui kolaborasi tertutup
di antara mitra.
• Pengembangan model, alat, materi pelatihan serta yang lainnya untuk
memecahkan permasalahan dalam rantai pasokan.
• Diseminasi pengetahuan dapat memperluas pemahaman dan
pengalaman dalam proyek percontohan.
• Aspek tertentu dalam pengembangan rantai pasokan (seperti keamanan
pangan dan tang