• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Economic Values of Gunung Halimun National Park and its Utilization for the Local People.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The Economic Values of Gunung Halimun National Park and its Utilization for the Local People."

Copied!
608
0
0

Teks penuh

(1)

N I L A I MANFAAT EKONOMI DAN PEMANFAATAN

TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN

BAG1 MASYARAKAT

OLEH

:

W I D A D A

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

WIDADA. Nilai Manfaat Ekonomi dan Pemanfaatan Taman Nasional

Gunung Halimun

bagi

Masyarakat. Dibimbing oleh DUDUNG

DARUSMAN sebagai ke tua komisi pembimbing, AN1 MARDIASTUTI dan

NURHENI WIJAYANTO masing-masing sebagai anggota komisi.

Nilai manfaat ekonomi Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH)

berdasarkan analisis nilai ekonomi total (NET) adalah sebesar Rp 439,75

milyar per tahun, terdiri dari nilai penyerap karbon Rp 429,77 milyar (97,73%),

nilai ekowisata Rp 1.27 milyar (0,29%, nilai air (domestik dan pertanian) Rp

6,64 rnilyar (1 ,5I0h), nilai pelestarian Rp 0,67 rnilyar (0,15°h), nilai pilihan Rp

0,76 milyar (0,17%), dan nilai keberadaan sebesar Rp 0,64 milyar (0,15%).

Apabila nilai penyerap karbon tidak diperhitungkan, maka NET TNGH

sebesar Rp 9,57 milyar, dengan nilai ekonomi air (domestik dan pertanian)

menunjukkan yang proporsi tertinggi (66,58%), kemudian nilai ekowisata

(12,70°h), nilai pilihan (7,63%), nilai pelestarian (6,70%), dan nilai keberadaan

(6,40%).

Masyarakat desa penyangga pada umumnya (90,34%) adalah petani

dan kondisi sosial ekonomi mereka sangat memprihatinkan, yaitu: 93,18%

hanya berpendidikan SD ke bawah, dan pendapatan per kapita rata-rata

sebesar Rp 93.2101bulan.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang

memprihatinkan tersebut menyebabkan sebagian dari mereka masih

melakukan aktivitas yang sifatnya negatif (contohnya: pencurian kayu,

perambahan hutan, dan penambangan emas tanpa ijin), sehingga ha1

tersebut akan mengancam kelestarian TNGH.

(3)

ABSTRACT

WIDADA. The Economic Values o f Gunung Halimun National Park and

its Utilization for the Local People. Supervisor: DUDUNG DARUSMAN,

Co-supervisors:

(1)

AN1 MARDIASTUTI and (2) NURHENI WIJAYANTO.

Gunung Halimun National Park (GHNP) has enormous benefit for

people. Through the economic valuation, this research found out that the total

economic value (TEV) was Rp 439.75 billion per year, consisting of carbon

sink value (97.73%), water value for domestic and agriculture uses (1.51

%),

ecotourism value (0.29%), option value (0.17%), preservation value (1.51

%),

and existence value (0.15%). If the carbon sink value is excluded, the TEV

reachs Rp 9.57 billion, with the highest of the water value (66.58%), followed

by ecotourism value (12.70%). Considering the budget for the park

management in 2002 was about Rp 2 billion, conservation activities was

proven to be very supportive to the economic development, even considered

as efficient in a business term.

The socio

-

economic level of the local community

(93.34%

farmers)

was very low, a monthly income only

Rp 93,210, education level of 93.18%

elementary school or lower. The poor of their social and economic caused

the negative attitude of the local people (e.g. illegal logging, encroachment,

and illegal mining) which threat the sustainability of the park.

(4)

SURATPERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi yang berjudul:

NlLAl MANFAAT EKONOMI DAN PEMANFAATAN

TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN

BAG1 MASYARAKAT

adalah benar-benar merupakan hasii karya saya sendiri dan belum pernah

dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juni

2004
(5)

N I L A I MANFAAT EKONOMI DAN PEMANFAATAN

TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN

BAG1 MASYARAKAT

OLEH

:

W I D A D A

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi llmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Disertasi : N l l A l MANFAAT EKONOMI DAN PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN

BAG1 MASYARAKAT

Nama : WIDADA

NRP : E016010071

Program Studi : ILMU PENGETAHUAN KEHUTANAN

Menyetujui

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Dudunq Darusman, MA Ketua

Dr. Ir. Ani Mardiastuti, MSc Anggota

2. Ketua Program Studi llmu Pengetahuan Kehutanan

Dr. Ir. lrdika Mansur, M.For.Sc. NIP. 131 887 499

Tanggal Lulus:

3

4

JVN

Dr. Ir. Nurheni Wiiayanto, MS Anggota

(7)

Penulis dilahirkan di Boyolali, Jawa Tengah pada tanggal 13 Maret 1961, merupakan putra kedua dari enam bersaudara dari keluarga Bapak Ahmad Musthofa dan Ibu Siti Maghfiroh (alm).

Lulus SD Negeri II Kacangan (Boyolali) pada tahun 1973, SMP A1 lslam Surakarta lulus pada tahun 1976, SMA Al lslam Surakarta lulus pada tahun 1980, mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan dari Jurusan Manajemen Hutan

-

Fakultas Kehutanan IPB pada tahun 1986, dan memperoleh gelar Magister Manajemen (MM) dari Program Studi Magister Manajemen Agribisnis

-

Program Pascasarjana IPB

pada tahun 1996.

Tahun 2001 penulis masuk Program S3 Pascasarjana pada program Studi llmu Pengetahuan Kehutanan. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Doktor, penulis menyusun Disertasi dengan judul "Nilai Manfaat Ekonomi dan Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Halimun bagi Masyarakat", dengan dibimbing oleh Komisi Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA, sebagai Ketua, Dr. Ir. Ani

Mardiastuti, MSc. dan Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS masing-masing sebagai Anggota Komisi Pembimbing

(8)

PRAKATA

ALHAMDULIL LAAHI RABBIL 'AALAMIIN, berkat rahmat dan karunia Allah

SVVT

maka penulis dapat menyelesaikan studi S3 dengan menyusun disertasi berjudul:

Nilai Manfaat Ekonomi dan Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Halimun

(TNGH) bagi Masyarakat. Penulisan disertasi ini dilatarbelakangi oleh keinginan

penulis ikut memberikan kontribusi konsep dan pemikiran tentang pembangunan

konservasi yang selaras dengan pembangunan ekonomi masyarakat lokal sehingga

pengeloiaan kawasan konservasi akan menjadi lebih efektif.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sangat besar dan penghargaan

yang tinggi kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Dr. Ir.

Ani Mardiastuti, MSc. dan Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS, sebagai Anggota

Komisi Pembimbing. Penulis sangat bangga dan hormat kepada beliau bertiga

yang selalu memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh perhatian dan

kesabaran, disamping mampu berperan tidak hanya sebagai guru, akan tetapi

juga mampu berperan sebagai pendidik, orang tua, dan sekaligus sebagai

sahabat yang sangat baik.

2. Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, MSc, Guru Besar Fakultas Ekonomi Manajemen

IPB, dan Dr. Ir. Sunaryo, MSc, Staf Ahli Menteri IV Bidang Kemitraan,

Departemen Kehutanan, sebagai Penguji Luar Komisi pada ujian terbuka

(9)

3. Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc.F, Ketua Jurusan Konservasi Sumberdaya

Hutan

-

Fahutan IPB, sebagai Penguji Luar Komisi pada ujian tertutup program doktor, dan Dr. Ir. Hajrial Aswidinnor, MSc, Sekretaris Program

Doktor Sekolah Pascasarjana IPB program doktor, sebagai pimpinan sidang

ujian tertutup, atas arahan, saran, koreksi, dan kritik yang diberikan.

4. Prof. Dr. Ir. Sjafrida Manuwoto, MSc, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB,

dan Dr. Ir. lrdika Mansur, M.For.Sc, Ketua Program Studi llmu

Pengetahuan Kehutanan, serta para Staf Pegawai Sekolah

Pascasarjana IPB, atas arahan dan pelayanan yang baik selama

penulis mengikuti program

S3.

5.

Prof. Ir. Yusuf Sudohadi, M.Agr, Wakil Rektor Ill IPB, sebagai pimpinan sidang

ujian terbuka, atas arahan dan tanggapan yang sangat positif terhadap hasil

penelitian ini.

6. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam dan Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan yang pada waktu itu masing-masing dijabat

oleh Ir. Wahjudi Wardojo, MSc. dan Ir. Harsono, atas pemberian kesempatan

mengikuti Program S3 di dalam negeri dengan Tugas Belajar Doktor (S3) pada tahun 2001, di lnstitut Pertanian Bogor.

7. Ir. Adi Susmianto, MSc, Direktur Konservasi Kawasan sekaligus Kepala Balai

TNGH yang pertama, dan Ir. Sudarmadji, Kepala Balai TNGH yang kedua,

serta Dr. Ir. Dwi Setiyono, MSc, Kepala Balai TNGH yang menjabat saat ini,

atas dukungan, dorongan, dan arahan-arahan sehingga penulis mendapatkan

(10)

8. Ir. Tri Wibowo, Direktur Penanggulangan Kebakaran Hutan atas dukungan,

dorongan, dan arahan-arahan yang diberikan selama penulis mengikuti

program studi S3.

9.

Mr. Kojiro Mori (JICA Team Leader, Biodiversity Conservastion Project [BCP])

dan Mr. Hiroshi Kobayashi (JICA Expert - BCP / JICA Expert - Gunung Halimun Salak National Park Management Project) atas dukungan dan

bantuan pada saat sebelum dan selama mengikuti program studi S3.

10. Prof. Yasuhiko Taki

-

President Nagao Natural Environment Foundation

(NEF), Dr. Makoto Komoda

-

Director NEF, dan Ms. Keiko Ando

-

NEF, atas dukungan yang diberikan sehingga penelitian ini dapat dibiayai melalui NEF

Research Grant Programme.

11. Ir. Agus Setiawan, MSi, Ir. Agus Priyono Kartono, MSi, Ir. Syukur Umar, MSc,

Ir. Suheri, MSi, dan rekan-rekan Mahasiswa Pascasarjana IPB atas bantuan

dan kesediaan memberikan masukan dan saran-saran selama penelitian dan

penyusunan disertasi.

12. Keluarga besar Balai Taman Nasional Gunung Halimun yang berada di Kantor

Balai TNGH Kabandungan, di tiga Kantor Seksi Wilayah (Bogor, Lebak, dan

Sukabumi), di sepuluh Kantor Resort, dan di Stasiun Penelitian Cikaniki, atas

bantuan selama penelitian dan penyusunan disertasi ini.

13. Bapak dan Ibu serta keluarga besar yang ada di Sragen dan keluarga mertua

di Sleman atas doa restu dan dorongannya sehingga penulis dapat

(11)

14. lstri penulis Uliana Riani dan kedua anak penulis, yaitu Adil Fajar Widrian dan

Agrianita Widian, atas dorongan, pengorbanan, doa dan kesabarannya

sehingga dapat memperkuat tekad dan semangat penulis dalam

menyelesaikan program S3.

15. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis, tetapi tidak dapat

disebutkan satu per satu dalam tulisan ini.

Atas semua kebaikan tersebut di atas, semoga Allah S W memberikan balasan kebaikan dengan berlipat ganda. Harapan penulis, semoga hasil penelitian

ini bermanfaat bagi semua stakeholders TNGH dalam rangka mendukung

pengelolaan TNGH berkelanjutan yang bermanfaat bagi masyarakat, demikian juga

bermanfaat bagi diri penulis dan para pembaca.

Bogor, Juni 2004

(12)

DARTAR IS1

Halaman

RIWAYAT HIDUP ... viii

PRAKATA ... ix

DAFTAR IS1 ... xiii

... DAFTARTABEL xv DAFTAR GAMBAR ... ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

... I . PENDAHULUAN 1 A . Latar Belakang ... I B . Perumusan Masalah dan Tujuan ... 6

. C Manfaat Penelitian ... 7

D . Pengertian ... 7

... E . KerangkaPemikiran 8 II . TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A

.

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati ... 11

B . Taman Nasional ... 12

C

.

Manfaat Kawasan Konservasi ... 14

D . Konsep Nilai Manfaat Ekonomi ... 17

E . Metode Penilaian Ekonomi ... 20

F . Hasil-Hasil Studi Penilaian Ekonomi SDA di Indonesia ... 26

G

.

Persepsi ... 27

H

.

Analisis SWOT ... 30

Ill

.

METODA PENELITIAN

...

33

A

.

Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B . Ruang Lingkup Penelitian ... 34

... C . Pendugaan Nilai Ekonomi Total TNGH 34 ... D . Analisis Persepsi Masyarakat 41 ... E

.

Analisis Kondisi Biofisik dan Sosekbud 42 F

.

Analisis Strategis ... 43

...

(13)
(14)

DAFTAR TABEL

No . Te ks Halaman

1

.

Karakteristik manfaat kawasan konservasi ... 16

2 . Klasifikasi nilai dan metode penilaian sumber daya hutan ... 22

3

.

Beberapa studi penilaian ekonomi sumber daya lingkungan ... 26

4 . Matrik SWOT ... 32

5

.

Sejarah pengelolaan TNGH ... 46

...

.

6 Sungai-sungai utama yang mengalir dari TNGH 51 7 . Jenis kunjungan ke TNGH yang bersifat pendidikan selama tahun 2000

.

... April 2003 57 8 . Kondisi gangguan kawasan TNGH. tahun 2002 ... 59

9 . Tata guna lahan 13 sampel desa penyangga TNGH ... 62

10

.

Jumlah penduduk. tingkat pendidikan dan pekerjaan penduduk di 13 sampel desa penyangga TNGH ... 64

11

.

Bantuan usaha pedesaan yang diberikan Balai TNGH dari 1994

.

2002

...

67

12

.

Distribusi pengunjung nusantara berdasarkan asal daerah dan tujuan kunjungan ... 77

13

.

Distribusi jumlah pengunjung. rata-rata lama kunjungan. dan rata-rata biaya perjalanan dari masing-masing zona ... 79

14

.

Derajat kunjungan per 1000 penduduk per tahun untuk setiap zona ... 80

15 . Ringkasan hasil perhitungan nilai ekowisata TNGH

...

85

16

.

Total nilai air domestik bagi masyarakat desa yang berbatasan langsung dengan TNGH ... 99

17

.

Total nilai air sawah bagi masyarakat desa yang berbatasan langsung dengan TNGH ... 102

18 . Keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa TNGH ... 108

19

.

Luas kawasan TNGH berdasarkan penutupan lahan ... 111

... 20

.

Emisi gas COz dari beberapa negara industri dan Indonesia 112 21 . Ringkasan hasil perhitungan nilai ekonomi total TNGH ... 121
(15)

23

.

Distribusi tingkat persepsi masyarakat berdasarkan aspek-aspek penge-

lolaan dan pelestarian TNGH ... 133

... 24

.

Karakteristik responden stakeholders berdasarkan asal lembaga 141 25

.

Faktor-faktor kekuatan ekowisata TNGH ... 149

26

.

Faktor-faktor kelemahan ekowisata TNGH ... 152

27 . Faktor-faktor peluang ekowisata TNGH ... 155

28

.

Jumlah wisatawan mancanegara tahun 1989 sampai 2001 ... 156

29

.

Faktor-faktor ancaman ekowisata TNGH ... 159

30 . Matrik SWOT pemanfaatan TNGH untuk ekowisata ... 163

31 . Faktor-faktor kekuatan program penelitian TNGH ... 168

32

.

Faktor-faktor kelemahan program penelitian ... 171

33

.

Faktor-faktor peluang penelitian TNGH ... 173

34

.

Faktor-faktor ancaman program penelitian ... 176

35 . Matrik SWOT pemanfaatan TNGH untuk penelitian ... 181

36

.

Faktor-faktor kekuatan program pendidikan TNGH ... 184

37

.

Faktor-faktor kelemahan program pendidikan TNGH ... 187

38 . Faktor-faktor peluang program pendidikan TNGH ... 190

39

.

Faktor-faktor ancaman program pendidikan TNGH ... 196
(16)

DAFTAR GAMBAR

No .

Teks

Halaman

1

.

Skema Kerangka Pemikiran Penelitian ... 10

2

.

Klasifikasi Nilai Ekonomi Kawasan Konservasi ... 18

3 . Data curah hujan di kawasan TNGH berdasarkan empat stasiun pengu- kur curah hujan ... 50

.... 4 . Pemanfaatan TNGH untuk ekowisata. pendidikan. dan atau penelitian 54 ... 5 . Jumlah pengunjung TNGH tahun 1998 sampai dengan 2002

55

6 . Cara masyarakat memenuhi kebutuhan air ... 68

7

.

Bagan sederhana pengaliran air dari sumber langsung ke rumah ... 69

8

.

Sistem pengaliran air dari sumber (rnata air) melalui bak primer dan se- kunder sampai ke bak rumah tangga ... 70

9 . Sistem pengaliran dari bak sekunder ke bak rumah tangga. di Kampung Cisangku Desa Malasari ... 71

10

.

Saluran irigasi sederhana atau irigasi dengan bangunan saluran semi ... permanen 73 11

.

Distribusi asal pengunjung nusantara TNGH ... 74

12

.

Distribusi pengunjung mancanegara TNGH ... 75

13 . Distribusi pengunjung berdasarkan kelompok umur. tingkat pendidikan. pekerjaan. dan penghasilan ... 76

14 . Distribusi pengunjung berdasarkan tujuan kunjungan

...

77

15 . Distribusi rata-rata biaya perjalanan keseluruhan zona pengunjung nusantara ... 80

16 . Diagram perbandingan antara kesediaan membayar. nilai yang dibayar- kan dan surplus konsumen dari nilai ekowisata TNGH ... 86

17

.

Perbandingan antara kesediaan membayar. nilai yang dibayarkan dan surplus konsumen dari nilai ekowisata dari masing-masing zona ... 86

18

.

Model prinsip-prinsip dan nilai ekoturisme berkelanjutan

...

90

19 . Distribusi responden berdasarkan kelompok umur ... 91

20

.

Distribusi responden (orang) berdasarkan tingkat pendidikan ... 92
(17)

22

.

Distribusi responsden berdasarkan pendapatan per kapita anggota

keluarganya ... 94

23

.

Rata-rata pendapatan per kapita responden di masing-masing desa ... 95

24

.

Rata-rata luas pemilikan lahan dan luas panen di masing-masing desa 96 ... contoh 25

.

Diagram perbandingan antara kesediaan membayar. nilai yang dibayarkan dan surplus konsumen dari nilai air domestik bagi masyarakat desa yang berbatasan langsung dengan TNGH ... 99

26

.

Diagram perbandingan antara kesediaan membayar. nilai yang dibayar- kan dan surplus konsumen dari nilai air pertanian bagi masyarakat desa yang berbatasan langsung dengan TNGH ... 102

27 . Perbandingan nilai ekonomi air domestik TNGH dengan air PAM Kabu- ... paten Bogor 106 28 . Distribusi nilai air yang dibayar dan nilai kesejahteraan bagi masyarakat 105 sekitar Taman Nasional Gunung Halimun ... 29

.

Nilai manfaat dan biaya pengelolaan TNGH ... 125

30

.

Distribusi nilai total ekonomi berdasarkan nilai guna. nilai pilihan. dan nilai non penggunaan ... 126

31

.

Tingkat persepsi masyarakat di 13 sampel Desa Penyangga ... 131

32

.

Distribusi tingkat persepsi masyarakat di masing-masing Desa Penyangga ... 132

33

.

Pandangan manusia terhadap ruang dan waktu ... 137

34 . Hirarki (H) Kebutuhan Abraham Maslow ... 138

35

.

Karakteristik responden stakeholder berdasarkan tingkat pendidikan dan latar belakang pendidikannya ... 139

... 36

.

Perkembangan jumlah pengunjung (orang) ke tiga lokasi ekowisata 148 37

.

Matrik SPACE Pemanfaatan TNGH untuk Ekowisata

...

164

38

.

Matrik SPACE Pemanfaatan TNGH untuk Penelitian ... 182

39

.

Matrik SPACE Pemanfaatan TNGH untuk Pendidikan ... 201

40 . Strategi Pengembangan Pemanfaatan Ekowisata TNGH ... 205

41

.

Strategi Pengembangan Pemanfaatan Penelitian TNGH ... 206
(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No .

Te

ks

Halaman

1

.

Peta lokasi penelitian di 13 desa penyangga Taman Nasional Gunung Halimun ... 225 2

.

Jumlah Penduduk desa-desa penyangga Taman Nasional Gunung

Halimun ... 226

3 . Jumlah Penduduk di wilayah kecamatan-kecamatan sekitar kawasan

...

Taman Nasional Gunung Halimun 228

...

4

.

Penentuan Nilai Ekonomi Ekowisata 229

...

.

5 Penentuan Nilai Ekonomi Air Rumah Tangga 232

...

6

.

Penentuan Nilai Ekonomi Air Pertanian 243

7

.

Hasil Survey karakteristik pemanfaatan air rumah tangga dan air pertanian. serta data willingness to pay masyarakat terhadap nilai

...

keberadaan. pilihan dan nilai pelestarian 254

8

.

Rekapitulasi Karakteristik Pengunjung TNGH dan Data Biaya Perjalanan ... 266

9

.

Perhitungan SWOT Pemanfaatan TNGH untuk Ekowisata ... 270 ... 10

.

Perhitungan SWOT Pemanfaatan TNGH untuk Penelitian 271

...

11 . Perhitungan SWOT Pemanfaatan TNGH untuk Pendidikan 272

12

.

Topik-Topik Penelitian di TNGH Berdasarkan Manajemen Pengelolaan ...

Stasiun Penelitian Tahun 2001 273

... 13

.

Judul-judul penelitian di TNGH. tahun1992 - 2003 275

... 14 . Struktur Organisasi Pengelolaan Riset Stasiun Cikaniki 284

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konservasi Sumberdaya Alam Hayati

Menurut UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati (KSAH) dan Ekosistemnya, konservasi sumberdaya alam hayati adalah

pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara

bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara

dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Sasaran konservasi

tersebut mencakup tiga hall yaitu 7) Perlindungan sistem penyangga kehidupan,

yaitu: menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga

kehidupan bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan manusia; 2)

Pengawetan sumber plasma nuffah, yaitu: menjamin terpeliharanya

keanekaragaman genetik dan tipe-tipe ekosistemnya sehingga mampu menunjang

pembangunan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan pemenuhan

kebutuhan manusia yang menggunakan sumberdaya alam hayati bagi

kesejahteraan, dan 3) Pemanfaatan secara lestari, yaitu: mengendalikan cara-cara

pemanfaatan sumberdaya alam hayati sehingga menjamin kelestariannya. Melihat

ketiga sasaran tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tujuan KSDAH pada

dasarnya adalah untuk kepentingan kehidupan dan peningkatan kesejahteraan

manusia.

lndonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia.

Dibandingkan dengan negara-negara Asia-Pasifik, lndonesia memiliki lndeks

Keanekaragaman Hayati (Biodiversity Index) tertinggi (Paine 1997). Akan tetapi,

menurut Paine (1997), walaupun memiliki Biodiversity Index tertinggi, lndonesia

memiliki indeks konservasi (Consen/ation Index) yang rendah, artinya upaya

(20)

dibandingkan dengan yang diperlukan. Kekayaan biologis (sumberdaya hayati) di

lndonesia antara lain dilindungi dengan sistem kawasan konservasi yang meliputi

areal 22.4 juta ha (Direktur Konservasi Kawasan 2002) atau lebih kurang 15,67%

dari luas kawasan hutan lndonesia (144 juta ha). Kawasan konservasi tersebut

terdiri atas taman nasional (TN), cagar alam (CA), suaka margasatwa (SM), hutan

wisata (HW), taman buru (TB), dan taman hutan raya (Tahura). Di antara bentuk- bentuk kawasan konservasi tersebut yang paling mendapat perhatian adalah taman

nasional. Selain arealnya paling luas, taman nasional mempunyai fungsi dan

permasalahan yang kompleks.

B. Taman Nasional

Menurut IUCN (1994), taman nasional adalah suatu lahan daratan dantatau

lautan yang ditetapkan untuk (a) melindungi kesatuan ekologis satu atau beberapa

ekosistem untuk generasi sekarang dan generasi yang akan datang, (b) mencegah

eksploitasi atau okupasi yang bertentangan tujuan penetapannya, dan (c)

menyediakan landasan bagi hal-ha1 yang bersifat spiritual, ilmu pengetahuan,

pendidikan, rekreasi dan kesempatan-kesempatan pengunjung yang semuanya

harus sesuai dengan kaidah-kaidah lingkungan dan budaya. Lebih awal, dalam UU Nomor 5 tahun 1990, taman nasional didefinisikan sebagai kawasan pelestarian

alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi dan

dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

budidaya, pariwisata dan rekreasi. Pembagian zonasi yang dimaksud meliputi zona

inti, zona rimba, dan zona pemanfaatan intensif.

Zona inti merupakan zona yang paling peka sehingga memerlukan

(21)

dalam zona inti, kecuali penelitian, upaya penangkaran atau suatu bentuk program

pendidikan konservasi yang telah diijinkan.

Zona rimba mempunyai tujuan utama sebagai tempat untuk pelestarian, tetapi

tidak seketat pada zona inti. Kegiatan ringan seperti mendaki, wisata alam terbatas,

rehabilitasi dan pembangunan sarana (jalan setapak, papan petunjuk, shelter, dan

lain-lain) secara terbatas dapat dimungkinkan.

Zona pemanfaatan intensif adalah zona yang diperuntukkan terutama bagi

kepentingan wisata alam, pendidikan lingkungan, penelitian, dan lain-lain. Di dalam

zona ini dimungkinkan pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan

dimaksud dengan mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku.

Secara umum taman nasional memiliki peranan antara lain: a) sebagai

wahana pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu mendukung dan melaksanakan

fungsi pusat penelitian biologi dan konservasi secara in-situ; b) sebagai wahana

pendidikan lingkungan, yaitu wahana untuk meningkatkan pemahaman dan

kepedulian masyarakat di sekitar kawasan dan pengunjung tentang upaya

konservasi; c) mendukung pengembangan budidaya tumbuhan dan penangkaran satwa dalam rangka mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

sekaligus mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan; d)

sebagai wahana kegiatan wisata alam (ekoturisme) dalam rangka mendukung

pertumbuhan industri pariwisata alam dan kesejahteraan masyarakat sekitar

kawasan; e) sumber plasma nutfah dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa

sekaligus untuk mendukung upaya pelestarian kekayaan keanekaragaman hayati

asli; dan f) untuk melestarikan ekosistem hutan sebagai pengatur tata air dan iklim

(22)

C. Manfaat Kawasan Konservasi

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya dan Undang-Undang Nomor 41 tentang Kehutanan, kawasan konservasi memiliki 3 (tiga) dimensi manfaat, yaitu manfaat

ekologi yang berarti melestarikan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya;

manfaat ekonomi yang berarti mampu menciptakan peluang dan kesempatan kerja;

dan manfaat sosial yang berarti mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Menurut Dixon dan Sherman (1990), beranekaragam manfaat kawasan

konservasi tergantung pada tujuan atau tipe pengelolaan kawasan konservasi.

Secara umum manfaat tersebut, antara lain: a) untuk menjaga dan melindungi

sumberdaya hayati dan jasa lingkungan, serta proses-proses ekologis, b) untuk

kepentingan produksi sumberdaya hayati, seperti kayu dan satwa liar, c) untuk

kepentingan rekreasi dan industri pariwisata, d) untuk melindungi nilai-nilai budaya,

dan situs-situs bersejarah, dan e) sebagai wahana pendidikan dan penelitian. Lebih

lanjut Dixon dan Sherman (1990) menjelaskan bahwa kawasan konservasi sebagai

sumberdaya memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Nonnvalry (tak tersaingi), yaitu: tidak ada persaingan dalam mengkonsumsi

jasa-jasa yang diberikan oleh kawasan konservasi, sebagai contoh konsumsi

satu orang terhadap jasa lingkungan (udara bersih, keindahan alam) tidak

mengurangi jumlah produk dan jasa yang tersedia.

b. Nonexcludability (tidak eklusif), yaitu masyarakat umum memiliki akses yang

terbuka terhadap sumberdaya. Kondisi ini membawa implikasi bahwa produk

dan jasa lingkungan tidak memiliki harga pasar atau untuk mendapat manfaat

(23)

c. Off-side Effect (berdampak terhadap lingkungan luar), yaitu: manfaat kawasan konservasi dapat menyebar ke tingkat lokal, nasional, global, seperti manfaat

DAS dan hidrologi, udara bersih, dan produksi oksigen.

d. Uncertainty (ketidakpastian), yaitu: data dan informasi mengenai nilai potensi

manfaat pada umumnya yang 4idak lengkap atau tidak benar sehingga

membawa implikasi tidak tepatnya penentuan kebijakan pengelolaan kawasan

konservasi, seperti dalam pengalokasian dana dan sumberdaya manusia.

e. Irreversibility (ketidakpulihan), yaitu: apabila kawasan konservasi sudah nrsak,

maka sangat sulit sekali untuk dapat pulih lagi. Sedangkan apabila

dimungkinkan pulih lagi akan diperlukan waktu yang sangat lama (berabad-

abad).

Secara rinci, manfaat kawasan konservasi berdasarkan karakteristiknya

tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Sampai saat ini upaya penilaian manfaat ekonomi terhadap kawasan konservasi belum dilakukan secara mendalam,

sehingga membawa implikasi, yaitu sering terjadi miskonsepsi bahwa kawasan

konservasi tidak memiliki nilai ekonomi, seperti adanya pandangan bahwa nilai

ekonomi kawasan konservasi hanya dari sisi penerimaan besarnya harga tiket

masuk ke dalam kawasan konservasi. Oleh karena itu, untuk mendukung kebijakan

pengelolaan kawasan konservasi, pemerintah dengan stakeholders-nya perlu

mengkaji teknik-teknik penilaian ekonomi sumberdaya hutan dan lingkungan untuk

mengetahui nilai suatu kawasan konservasi secara akurat. Dengan pendugaan nilai

ekonomi manfaat yang akurat, maka pembuat keputusan dapat membuat keputusan

yang lebih baik dan lebih informatif sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan,

(24)

Apakah kawasan konservasi bermanfaat bagi masyarakat?

Seberapa besar dampak dari nilai manfaat-manfaat tersebut ?

Wilayah-wilayah mana saja yang seharusnya dilindungi atau dikonservasi?

Berapa besar anggaran perlu dialokasikan untuk pengelolaan kawasan konservasi ?

Apakah keputusan yang paling baik jika berhadapan dengan masalah trade-off

yang sulit dalam menentukan antara eksploitasi dan perlindungan ?

Tabel 1. Karakteristik Manfaat Kawasan Konservasi (Perlindungan Alami)

Sumber: Dixon dan Sherman (1990) Manfaat

Rekreasi DAS

+ Pengendalian erosi

Pengendalian banjir

+ Pengaturan aliran sungai

Keterangan :

C = Congesible/terbatas, P

=

Possibilitylmungkin, S

=

Somewhat difficultlagak sulit, E = Extremely Difficultlsangat sulit, dan X

=

atribute is presentltersedia

Nonrivalr), XC Non- Excludable P Proses ekologi + Pendauran hara + Pembentukan

tanah

+ Pembersihan air dan udara Off-Side Effect S S S E E P F

-

E S E E E E E E X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X P P X X X P X X X X X P E E E Prevention of Irreversible Loss P X X Estimation of Value S P X X P P X X X X X X X Keanekaragaman hayati

+ Sumber genetik + Perlindungan

[image:24.593.82.522.276.639.2]
(25)

D. Konsep Nilai Manfaat Ekonomi

Menurut James (1990), nilai manfaat ekonomi kawasan konservasi dapat

diklasifikasi berdasarkan sumber atau proses manfaat tersebut diperoleh, yaitu:

a. Nilai Guna (uses value), yaitu selunrh nilai manfaat yang diperoleh dari

penggunaan kawasan konservasi, seperti kayu bakar untuk bahan bakar

memasak bagi masyarakat; produksi hasil hutan non kayu seperti rotan,

tanaman obat, tanaman hias, dan produksi air untuk pertanian, rumah tangga

dan ekowisata (air jeram).

b. Nilai fungsi (functional value), yaitu seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari

fungsi ekologis kawasan konservasi, seperti pengendalian banjir, intrusi air

laut, dan habitat satwa.

c. Nilai atribut (atributes value), yaitu seluruh nilai yang diperoleh bukan dari

penggunaan materi (hasil produksi barang dan jasa), tetapi aspek kebutuhan

psikologis manusia yaitu yang menyangkut budaya.

Sedangkan menurut Pearce (1992) dalam Munasinghe (1993), secara

skematis, Nilai Total Ekonomi kawasan konservasi dapat diilustrasikan pada

Gambar 2. Secara matematis Nilai Total Ekonomi kawasan konservasi berdasarkan

klasifikasi cara atau proses penggunaannya dapat dinyatakan sebagai berikut:

TEV

=

UV +NUV atau TEV

=

[DUV + IUV + OV] + [BV

+

EV], dalam ha1 ini: TEV

:

Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value) Kawasan Konservasi

UV : Use Value (Nilai Penggunaan)

NUV : Non-use Value (Nilai Bukan Penggunaan) DUV : Direct Use Value (Nilai Penggunaan Langsung)

IUV : Indirect Use Value (Nilai Penggunaan Tidak Langsung) OV : Option Value (Nilai Pilihan)

(26)

NlLAl EKONOMI TOTAL

(

NlLAl NON-PENGGUNAAN

I

LANGSUNG Hasil yang langsung

TAK LANGSUNG Manfaat fungsional

Nilai penggunaan langsung dan tak

I

Nilai pengetahuan

I

karena keberaan yang

berkelanjutan

NON PENGGUNAAN LAINNYA

Fungsi Ekologis

Bioomassa Pengendalian banjir Spesies langka

I

Rekreasi

(

I

(1

I

badai

perlindungan dari Konservasi habitat

Kesehatan

[image:26.597.86.508.104.453.2]

Decreasing 9angiability"of value to individual

Gambar 2. Klasifikasi nilai ekonomi kawasan konservasi (Pearce 1992 dalam Munasinghe 1993)

Secara rinci mengenai klasifikasi nilai-nilai tersebut di atas, dengan

mengadaptasi Pearce (1992) dalam Munasinghe (1993), Bahruni (1999), dan Effendi

(2001) dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai Penggunaan (Use Value)

Nilai penggunaan (Use Value) terdiri dari nilai penggunaan langsung (Direct

Use Value), nilai penggunaan tidak langsung (Indirect Use Value), dan Nilai pilihan

(Option Value).

Nilai penaaunaan lancrsung adalah nilai atau manfaat dari sumberdaya alam

dan ekosistem kawasan konservasi yang diperoleh secara langsung melalui

konsumsi atau produksinya. Bagi TNGH, nilai penggunaan langsung meliputi terjaminnya sumber mata air dan rekreasi. Manfaat-manfaat (nilai guna langsung)

(27)

masuk dan air bersih yang dihasilkan, dan biaya hilangnya kesempatan, seperti

hilangnya hak atas sumberdaya pertambangan emas atau sering disebut dengan

istilah "opportunity cost").

Nilai penamunaan tidak lanasunq adalah nilai atau manfaat yang diperoleh

secara tidak langsung dari sumberdaya kawasan konservasi yang memberikan jasa

pada aktivitas ekonomi atau mendukung kehidupan manusia. Untuk TNGH, nilai

guna tidak langsung adalah manfaat-manfaat fungsional dari proses-proses ekologi

yang secara terus menerus memberikan peranannya pada masyarakat dan

ekosistem. Peran TNGH secara terus menerus sebagai pengatur tata air dan

perlindungan dan pengendalian banjir, pengatur iklim mikro, mendukung kehidupan

global (menyerap karbon dan mengendalikan perubahan iklim), wahana penelitian

dan pendidikan konservasi, siklus nutrisi, dan mendukung kesehatan masyarakat.

Nilai Pilihan adalah nilai harapan untuk masa yang akan datang terhadap

sumberdaya alam dan ekosistem kawasan konservasi, dan didasarkan pada

penilaian berapa besamya seorang individu atau masyarakat mau membayar

(willingness to pay

=

WTP) untuk melindungi kawasan konservasi untuk kepentingan masa depan. Bagi TNGH, nilai guna pilihan meliputi manfaat-manfaat sumberdaya

alam yang "disimpan atau dipertahankan" untuk kepentingan yang akan datang.

Keanekaragaman tumbuhan dan satwa TNGH merupakan sumberdaya alam yang

disisihkan untuk dimanfaatkan di masa datang atau merupakan sumberdaya genetik

untuk kepentingan masa depan. Keberadaan sumberdaya alam di TNGH yang pada

umumnya belum diketahui secara mendalam tersebut, saat ini bisa dikatakan tidak

(28)

2. Nilai Non-penggunaan (Non Use Value)

Nilai non-penggunaan (Non Use Value) terdiri dari 2 kategori yaitu: kategori

nilai warisan (Bequest Value) dan nilai keberadaan (Existence Value).

Nilai Warisan adalah nilai yang didasarkan pada suatu keinginan individu atau

rnasyarakat untuk rnewariskan kawasan konservasi kepada generasi yang akan

datang. Bagi TNGH nilai warisan adalah korbanan yang diberikan rnasyarakat yang

hidup saat ini untuk menjaga kelestarian TNGH agar tetap utuh untuk diberikan pada

generasi yang akan datang.

Nilai Keberadaan adalah nilai yang bukan dihasilkan dari institusi pasar dan

tidak ada kaitannya dengan fungsi perlindungan aset produktif atau proses produksi

secara langsung maupun tidak langsung. Nilai keberadaan TNGH adalah nilai yang

diberikan oleh rnasyarakat, baik itu penduduk seternpat maupun pengunjung

terhadap kawasan TNGH atas manfaat spiritual, estetika, dan kultural.

E. Metode Penilaian Ekonomi

Nilai merupakan persepsi seseorang, yaitu harga yang diberikan terhadap

sesuatu pada waktu dan ternpat tertentu. Ukuran harga dapat ditentukan oleh

waktu, barang, atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki,

menggunakan atau mengkonsumsi suatu barang atau jasa yang diinginkannya.

Adapun penilaian adalah kegiatan yang berkaitan dengan pernbangunan konsep

dan rnetodologi untuk rnenduga nilai barang atau jasa (Davis dan Johnson 1987).

Lebih lanjut Davis dan Johnson (1987) menyatakan bahwa untuk melakukan

penilaian ekonorni surnberdaya hutan diperlukan identifikasi kondisi bio-fisik

(29)

setiap indikator nilai berupa hasil hutan, jasa fungsi ekosistem hutan, serta atribut

hutan dalam kaitannya dengan indikator sosial budaya setempat.

Pada prinsipnya rnetode penilaian sumberdaya hutan dapat dilakukan melalui

dua pendekatan, yaitu berdasarkan harga pasar dan kesediaan untuk rnembayar

(WTP) (Davis dan Johson 1987). Kesediaan untuk membayar merupakan konsep

yang mendasari berbagai alternatif teknik penilaian ekonomi (Pearce 1993;

Munasinghe 1993; Hufschmidt et al. 1983). Dalam kondisi pasar tidak mengalami

penyirnpangan, WTP akan sama dengan harga pasar. Namun pada saat

mekanisme pasar tidak bekerja secara sempurna atau terjadi distorsi, maka harga

pasar tidak akan dapat memberikan perkiraan yang akurat mengenai VVTP.

Metode yang didasarkan pada pendekatan harga pasar terdiri atas dua

metode, yaitu Metode Manfaat Sosial Bersih (Net Social Benefit Method) dan Harga

Pasar (Market Price Method). Sedangkan metode berdasarkan kesediaan untuk

membayar terdapat beberapa alternatif berdasarkan karakteristik manfaat

sumberdaya tersebut (Bahruni 1999; Davis dan Johnson 1987) seperti dapat dilihat

pada Tabel 2.

Para ahli ekonomi dewasa ini telah mengembangkan berbagai teknik dan

rnetode valuasi dan perhitungan nilai ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan

pada kondisi pasar yang tidak sempurna. Hufschmidt et a/. (1983) menyimpulkan bahwa metode dan teknik penilaian ekonomi dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Teknik penilaian yang berdasarkan pada harga pasar atau produktivitas seperti

perubahan nilai produk dan hilangnya penghasilan.

b. Teknik penilaian yang berdasarkan pada penggunaan harga pasar bagi

inputlsubtitusi seperti biaya penggantian, biaya produk bayangan, analisis

(30)

c. Penilaian dengan pendekatan survey yaitu dengan menanyakan besamya

WTP konsumen terhadap barang dan jasa lingkungan dengan menggunakan

pasar hipotesis. Teknik ini meliputi, teknik penilaian Delpi, permainan alih

tukar, pilihan tanpa biaya, teknik penilaian prioritas.

Tabel 2. Klasifikasi Nilai dan Metode Penilaian Sumberdaya Hutan

Sumber

:

Davis dan Johnson (1987)

Tantangan praktis dalam pelaksanaan studi penilaian ekonomi sumberdaya

alam adalah menurunkan nilai perkiraan yang dapat dipercaya bagi sumberdaya

biologis, baik dalam konteks terdapat harga pasar atau pada pasar tidak sempurna

(Dixon dan Sherman 1990). Beberapa teknik atau metode penilaian ekonomi yang

dapat diaplikasikan untuk menilai kawasan konservasi menurut Dixon dan Sherman

(1990) antara lain:

METODE PENllAlAN

1.

Manfaat Sosial Bersih (Net Social Benefit)

2.

Metode Harga Pasar (Market Price Methods) 3. Harga Pengganti (Surrogate Prices)

4.

Nilai sebagai faktor Produksi (Value in Production)

5.

Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) 6. Penilaian kontingensi (Contingent Valuation)

1. Metode Perlindungan Aset (Protection of Assets)

- Biaya Penggantian (Cost of Replacement)

- Biaya Rehabilitasi(Cost of Rehabiltation)

- Nilai Kehilangan Produksi (Cost of Lost Production)

2. Hedonic pricing

3. Nilai sebagai faktor Produksi (Value in Production)

4. Harga Pengganti (Surrogate Prices)

5. Penilaian kontingensi (Contingent Valuation)

NO 1.

2.

KLASlFlKASl NlLAl Nilai Guna (Use Value)

dan Nilai ~ ~ ~ i h a n / M a s a Depan (Option Value)

Nilai Keberadaan

(31)

1. Teknik Berdasarkan Pasar (Market-based Techniques)

Teknik ini menggunakan harga pasar aktual sebagai harga yang dianggap

mendekati nilai dari barang dan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh kawasan

konservasi. Sebagai contoh, penduduk lokal tidak membayar air yang mereka ambil

dari sumber air dalam kawasan TNGH. Suatu teknik yang sederhana untuk

menentukan nilai dari air tersebut adalah dengan cara membandingkannya dengan

harga air yang dijual di pasar lokal. Selain itu, penilaian juga dapat dilakukan

dengan melihat pengaruh yang tejadi terhadap produksi atau kesehatan.

a. Pengaruh terhadap produksi (Effect on Production)

Kawasan konservasi menjamin kebertahanan industri-industri yang bertumpu

pada sumberdaya alam produktif. Sehingga, jika kawasan konservasi dirusak, maka

akan menyebabkan jumlah produksi menurun. Harga pasar dari jumlah produksi

yang hilang tersebut merefleksikan nilai ekonomi dari kawasan konservasi. Sebagai

contoh, dapat diestimasi dampak ekonomi akibat terjadi pengrusakan kawasan

hutan TNGH terhadap produksi perikanan, pertanian, dan perkebunan yang berada

di sekitar kawasan TNGH yang meliputi wilayah Kabupaten Lebak, Bogor, dan

Sukabumi. Pengrusakan kawasan TNGH diduga akan menyebabkan menurunnya

produksi perikanan, pertanian dan perkebunan tersebut sebagai akibat adanya

banjir, erosi dan kekurangan air.

b. Pengaruh terhadap kesehatan (Effect on Health)

Kawasan konservasi memberi kontribusi terhadap udara dan air bersih untuk

kepentingan manusia. Seandainya jasa ekologis ini hilang, kemampuan manusia

(32)

2. Teknik Berdasarkan Biaya (Cost-based Techniques)

Tehnik ini menghitung opportunity cost dari kawasan konservasi,

biaydkewgian yang dialami oleh masyarakat akibat hilangnya akses pemanfaatan

sumberdaya yang ada di dalam kawasan konservasi dan biaya yang dikeluarkan

untuk mempertahan barang dan jasa yang secara alami dikontribusikan oleh

kawasan konservasi.

a. Biaya Oportunitas (Opportunity Cost)

Nilai ekonomi kawasan TNGH dapat diketahui melalui nilai bersih sekarang

(net present value-NPV) dari berbagai alternatif penggunaan lahan. Sebagai contoh,

kita dapat memperkirakan NPV dari kawasan konservasi dengan menghitung

manfaat ekonomi yang dapat dikuantifikasikan dan biaya pengelolaannya.

Katakanlah, perkebunan karet menjadi salah satu alternatif penggunaan lahan

sebagai kawasan konservasi yang memiliki NPV sendiri.

b. Biaya Preventif (Preventive Cost)

Kawasan konservasi dapat menghindari kerugian masyarakat. Sebagai contoh,

fungsi keutuhan kawasan TNGH bagi pengendalian bajir di daerah sekitamya.

Seandainya penebangan hutan dilakukan, maka masyarakat dan pemerintah haws

mengeluarkan biaya penanggulangan banjir. Biaya tersebut merefleksikan nilai

ekonomi hutan tersebut.

c. Biaya Penggantian (Replacement Cost)

Kawasan konservasi berfungsi mempertahankan kualitas lahan dan siklus nutrisi.

Jika terjadi deforestasi, maka ia akan rneningkatkan erosi tanah dan hilangnya

(33)

pembelian pupuk merefleksikan nilai ekonomi dari kawasan konservasi. Belum lagi

biaya kerugian akibat dampak negatif penggunaan pupuk buatan.

3. Teknik Biaya Perjalanan (Travel Cost)

Teknik ini menentukan nilai rekreasi dari kawasan konservasi dengan melihat

kesediaan membayar (willingness to pay) para pengunjung. Teknik ini menunjukkan

bahwa nilai kawasan konservasi bukan hanya dari tiket masuk saja, tapi juga

mempertimbangkan biaya transportasi yang dikeluarkan pengunjung menuju lokasi

kawasan konservasi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan selama kunjungan.

Besamya biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung selama melakukan perjalanan ke

TNGH menunjukkan kesediaan membayar pengunjung untuk berekreasi di TNGH.

4. Teknik Contingent Valuation

Teknik ini diterapkan apabila tidak ada pasar yang relevan terhadap barang

dan jasa lingkungan kawasan konservasi. Kepada individu-individu secara langsung

ditanyakan tentang kesediaan mereka membayar untuk barang dan jasa lingkungan

kawasan konservasi yang mereka peroleh atau kesediaan mereka menerima

kompensasi jika barang dan jasa lingkungan kawasan konservasi tersebut tidak

boleh mereka manfaatkan lagi. Studi dengan penggunaan teknik ini membutuhkan

pertanyaan-pertanyaan survei, implementasi dan seleksi sampel secara hati-hati

guna mendapatkan hasil yang akurat.

F. Hasil-Hasil Studi Penilaian Ekonomi SDA d i Indonesia

Darusman (1993) mengkaji manfaat tidak langsung (Indirect Use Values) dari

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai perlindungan aliran air.

(34)

kesediaan masyarakat membayar agar air tetap secara teratur mendukung

penyediaan air minum, sanitasi, dan pertanian. Hasil penelitian tersebut

menghasilkan nilai dugaan manfaat air yang diberikan kawasan TNGP yaitu sebesar

Rp 4.341 miliar per tahun atau Rp 280 juta per hektar TNGP kepada masyarakat

sekitarnya.

Universitas Duke, bekerjasama dengan Proyek Keanekaragaman Hayati

untuk Flores dan Siberut yang didanai Bank Pembangunan Asia, mengestimasi

kesediaan wisatawan membayar sebagai dasar perhitungan nilai rekreasi kunjungan

ke Pulau Siberut yang terletak di pesisir Barat Sumatera. Hasil studi adalah

kesediaan turis untuk membayar tiket guna mendukung konservasi lingkungan dan

kebudayaan tradisional pulau Siberut sebesar US$ 23. Proyek ini juga menghitung

manfaat perlindungan air secara ekologis dari hutan lindung di Ruteng, Flores.

Hasilnya adalah estimasi nilai ekonomi perlindungan aliran air tersebut sebesar US$

35 per kepala rumah tangga per tahun (Kramer eta/. 1997 dalam Effendi 2001).

Beberapa studi penilaian ekonomi sumberdaya lingkungan secara lebih rinci

dari 1992 sampai dengan sekarang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Beberapa Studi Penilaian Ekonomi Sumberdaya Lingkungan di Indonesia

Tahun 1992 1992 1993 1995 Peneliti Utamal Sponsor Sawyer1 Thesis MSc. Jack Ruitenbeekl EMDl DarusrnanIlPB

Susmianto I

Thesis MSc. Lokasi TN Taka Bone- rate, Sulsel Teluk Bintuni, Papua TN Gunung Gede Pangrango TN Gunung Gede Metode Pendekatan produksi Harga bayangan, pendekatan produksi Model ekonometrik Pendekatan Pengeluaran Hasil

NPV dari perikanan sebesar Rp 103,43 miliar selarna 20 tahun dengan tingkat diskon 5 %

Nilai ekonomi total dari produksi lokal yang dapat dan tidak dapat dipasarkan masing- masing sebesar Rp 5 , l juta dan 9 juta per tahun per kepala rurnah tangga

Nilai rnanfaat air yang diberikan TNGP sebesar Rp 4,3lmiliar/tahun kepada masyarakat sekitar

(35)

Sumber: Effendi (2001)

G.

Persepsi

Tahun 1996 1996 1996 1997 1998 1998 1999

Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sawono (1999) adalah proses

pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut

adalah pengindraan (penglihatan, pendengaraan, peraba, dan lain sebagainya),

sedangkan alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Menurut ldris

(2002) komponen kognisi dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti pengalaman,

pendidikan, umur dan kebudayaan. Sementara menurut Sudradjat dan Yustina

(2002) persepsi adalah suatu proses psikologis seseorang yang diartikan sebagai: 1)

Lokasi Pangrango TN Bunaken, Sulut TN Bukit Baka-Bukii Rays, Kalteng & Kalbar Sungai Ciliwung, Jakarta

Siberut dan Ruteng Kebakaran Hutan TN Gunung Leuser Kepulauan Togean, Sulteng Peneliti Utamal Sponsor SaunderlNRM 1 USAlD SaunderlNRM 1 USAlD SaunderlNRM I USAlD

Kramer et a/. IADB

WWFIEEPSEA

ElfianMMlF dan ClFOR

CannonINRM2 I

USAlD Metode Contingent valuation Contingent valuation Contingent valuation Pendekatan produktivitas, biaya perjalanan dan contingent valuation Produktivitas, ke- sehatan, pengelu- aran dan benefit transfer Pendekatan produktivitas dan pengeluaran Pendekatan produktivitas dan pengeluaran Hasil

dari pendapatan dan 155 orang pekerja

Nilai perikanan sebesar US$ 3,8 juta per tahun bagi nelayan penuh waktu dan US$ 330.000 bagi nelayan paruh waktu

Nilai perlindungan diperkirakan sebesar Rp 10 rniliar per tahun

Manfaat ekonomi dari membaiknya kualitas air di Sungai Ciliwung diperkirakan sebesar US$ 30 juta per tahun

Kesedian membayar untuk rnendukung konservasi lingkungan dan kebudayaan tradisional pulau Siberut sebesar US$ 23. Manfaat ekonomi perlindungan air di Ruteng, Flores sebesar US$35 per kepala rurnah tangga per tahun

Kerugian ekonorni akibat kebaran hutan sebesar US$ 4,5 miliar

Nilai ekonorni air untuk irigasi, industri, dan kebutuhan sehari-hari diperkirakan bernilai sebesar US 4,3 juta per tahun

(36)

proses pengamatanlpencarian, penerimaan dan penafsiran sesuatu, 2) merupakan

proses berpikir yang menuntut kemampuan otak untuk dapat menafsirkan secara

benar, 3) hasil interpretasi seseorang terhadap "sesuatu" yang diterima lewat panca-

inderanya dan dipengaruhi oleh latar belakang pengalaman, peran, situasi serta

harapan-harapannya.

Selanjutnya Barly (2002) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses

penginderaan, penyusunan, dan penafsiran rangsangan suatu objek atau peristiwa

yang diinformasikan, sehingga seseorang dapat mengenali, memahami, dan menilai

makna rangsangan yang diterimanya sesuai dengan keadaan dirinya dan

lingkungan dimana ia berada, sehingga ia dapat menentukan tindakannya.

Mengutip pendapat Krech (1975), ldris (2002) mengemukakan bahwa,

persepsi atau pemaknaan individu terhadap suatu objek kemudian akan membentuk

struktur kognisi di dalam dirinya. Data yang diperoleh mengenai suatu objek tertentu

akan masuk ke dalam kognisi mengikuti organisasi koginitif yang sama; proses ini

tidak hanya berkaitan dengan 'penglihatan' tetapi juga melalui semua indera

manusia. Dalam konteks tersebut, Sarwono (1995) menganggap persepsi sebagai

kumpulan penginderaan. Sebagai ilustrasi kita melihat sebuah benda terbuat dari

kayu dan berkaki empat; kumpulan dari hasil penglihatan tersebut akan

diorganisakan secara tertentu, dikaitkan dengan pengalaman dan ingatan masa lalu,

dan diberi makna tertentu sehingga kita bisa mengenal, misalnya sebagai kursi.

Mengingat bahwa mengenali objek atau benda itu merupakan aktivitas mental maka

biasa disebut sebagai aktivitas kognisi.

Masuknya objek persepsi selalu melalui dua faktor, yaitu faktor struktural dan

faktor fungsional (Idris 2002). Faktor struktural berasal dari lingkungan yang

(37)

fisiologik, sedangkan faktor fungsional sangat ditentukan oleh kebutuhan, s.usana

hati, pengalaman masa lalu dan daya ingatnya. Seorang individu akan menangkap

berbagai gejala atau rangsangan dari luar dirinya melalui indra yang dimilikinya dan

selanjutnya akan memberikan interpretasi terhadap rangsangan-rangsangan

tersebut. Hasil interpretasi ini akan .menunjukkan bagaimana pengertian atau

pemahaman seseorang terhadap lingkungannya. Proses diterimanya rangsangan

sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti disebut persepsi (Idris 2002).

Mengutip pendapat Jalaludin (2001), Barly (2002) menjelaskan bahwa

persepsi antara satu orang dengan orang lain tidak selalu sama. Perbedaan ini

disebabkan oleh faktor personal dan situasional. Faktor situasional terdiri dari faktor

ektemal (penarik perhatian) dan internal (penaruh perhatian). Adapun faktor yang

mempengaruhi "penaruh perhatian" adalah faktor biologis sosio-psikologis.

Sedangkan menurut Sarwono (1995; 1999), perbedaan persepsi antara satu orang

dengan orang lain disebabkan antara lain: 1) Perhatian [rangsangan yang ada di

sekitar kita, tida k kita fangkap secara sekaligus tetapi kita hanya memfokuskan pada

satu atau dua objek saja], 2) Set [harapan seseorang akan rangsangan yang akan

timbul, misalnya seorang pelari siap digaris start terdapat set bahwa akan terdengar

pistol pada saat ia harus berlari], 3) Kebutuhan [kebutuhan-kebutuhan sesaat

maupun yang menetap], 4) Sistem nilai [adat istiadat, kepercayaan, dan budaya],

dan 5) Ciri kepribadian [watak, karakter, dan kebiasan].

Menurut Calhoun dan Acocela (1995) yang dikutip Gunawan (1999), persepsi

memiliki tiga dimensi yang menandai konsep diri, yaitu: 1) Pengetahuan: apa yang

kita kitahui (atau kita anggap tahu) tentang pribadi lain - wujud lahiriah; perilaku;

masa lalu; perasaan; motif; dan sebagainya, 2) Pengharapan: gagasan kita tentang

(38)

tentang seharusnya dia menjadi apa dan melakukan apa, dan 3) Evaluasi:

kesimpulan kita tentang seseorang, didasarkan pada bagaimana seseorang

(menurut pengetahuan kita tentang mereka) memenuhi harapan tentang kita.

Mengacu pada konsep-konsep tentang persepsi, Admihardja (1992)

menjelaskan bahwa Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul di sekitar kawasan

TNGH memiliki pandangan (pengetahuan) tentang hutan, sebagai berikut: 1).

~ e u w e n ~ Kolot, atau "leuweng geledegan" atau 'hutan tua", yaitu jenis hutan yang

masih lebat, ditumbuhi berbagai jenis tanaman atau pohon besar dan kecil, 2)

Leuweng Sampalan, yaitu suatu hutan yang dapat dieksploitasi manusia secara

luas, dan 3) Leuweng Titipan, yaitu suatu jenis hutan yang diakui oleh semua warga

adat kasepuhan sebagai suatu jenis hutan keramat. Jenis hutan ini tidak boleh

dieksploitasi manusia, kecuali atas ijin sesepuh.

G. Analisis SWOT

Analisis SWOT banyak diterapkan dalam proses manajemen strategis.

Proses manajemen strategis terdiri atas empat elemen dasar yang saling berkaitan,

yaitu 1) pengamatan lingkungan, 2) perumusan strategi, 3) implementasi strategi,

dan 4) evaluasi dan pengendalian (Hunger and Wheelen 2001). Faktor-faktor yang paling penting untuk masa depan suatu institusi disebut dengan faktor-faktor

strategis yang disingkat dengan SWOT yang berarti Strength (kekuatan), Weakness

(kelernahan), Opportunity (kesernpatan) dan Threat (ancaman atau hambatan).

Dalam proses manajemen strategis, analsis SWOT termasuk dalarn elemen

dasar pertama, yaitu pengenalan lingkungan yang meliputi analisis faktor eksternal

dan internal. Bagi TNGH faktor ekternal terdiri atas variabel-variabel kesempatan

(39)

dalam pengendalian. Variabel-variabel ini membentuk keadaan (kondisi) tempat

TNGH berada. Faktor ekternal TNGH dapat dikelompokan menjadi dua yaitu

lingkungan biofisik dan faktor sosial. Lingkungan sosial merupakan kekuatan umum

yang tidak berhubungan dengan aktivitas TNGH tetapi mempengaruhi TNGH,

misalnya kekuatan ekonomi, sosiokultural, teknologi, politik dan hukum. Faktor

ekstemal juga mencakup elemen-elemen atau kelompok yang secara langsung

dipengaruhi atau mempengaruhi TNGH.

Lingkungan internal mencakup variabel-variabel kekuatan dan kelemahan

yang ada di dalam institusi tetapi biasanya tidak termasuk dalam pengendalian

jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk

suasana tempat pekerjaan dilakukan.

Lebih lanjut, Hunger and Wheelen (2001) mengemukakan, analisis SWOT

harus mengidentifikasi kemampuan khusus (distinctive competence) yang dimiliki

institusi, yaitu keahlian-keahlian dan sumberdaya-sumberdaya tertentu yang

dianggap sebagai sekumpulan kemampuan inti. Penggunaan kemampuan inti

secara tepat akan memberikan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Salah

satu cara untuk menyimpulkan faktor-faktor strategis adalah dengan

mengkombinasikan faktor strategis eksternal (EFAS

=

External Strategies Factors

Analysis Summary) dengan faktor strategis internal (IFAS

=

lntemal Strategies Factors Analysis Summary) ke dalam sebuah matrik SWOT (TOWS) seperti dapat

dilihat pada Tabel 5.

Matrik SWOT menggambarkan bagaimana pengelola TNGH dapat

mencocokan peluang-peluang dan ancaman-ancaman eksternal yang dihadapi

dengan kekuatan dan kelemahan internal untuk menghasilkan empat rangkaian

(40)

menciptakan strategi-strategi altematif yang mungkin sebelumnya tidak terpikirkan

oleh pengelola TNGH.

Tabel 4. Matrik SWOT (TOWS)

Kelemahan ON) Daftar 5-10 kelemahan internal Kelemahan 1 Kelemahan 2 Kelemahan n Strategi WO Faktor-faktor Internal (I FAS) Faktor-faktor Eksternal EFAS

Peluang (0)

Daftar 5-1 0 peluang ekstemal

Peluang 1 Peluang 2 Peluang n

Ancaman (T) Daftar 5-10 ancaman ektemal

Ancaman 1 Ancaman2

1

Ancaman n

Strategi yang

memanfaatkan peluang untuk mengatasi

kelemahan Kekuatan (S)

Daftar 5-10 kekuatan internal

Kekuatan 1

.

Kekuatan 2 Kekuatan n Strategi SO Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST Strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

Strategi VVT

Sumber: Diadaptasi dari Hunger and Wheelen (2001)

Strategi yang meminimalkan kelemahan dan

[image:40.593.84.515.146.401.2]
(41)

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) yang

meliputi Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi (Propinsi Jawa Barat) dan

Kabupaten Lebak (Propinsi Banten) yang secara keseluruhan mencakup 51 desa.

Sebagai lokasi penelitian diambil 13 desa contoh yang dianggap mewakili keseluruhan

kondisi desa di sekitar TNGH. Pengambilan desa-desa contoh tersebut didasarkan pada

azas ketetwakilan kondisilkarakteristik: 1) sumberdaya alam dan lingkungan (wilayah

pengembangan wisatalekowisata dan bukan wilayah pengembangan wisata); 2) mata pencaharian dominan masyarakat (pertanian dan non pertanian); 3) aksesibilitas

terhadap pusat perekonomian (rendah dan tinggi) yang dicirikan oleh ketersediaan

sarana transportasi; 4) kekuatan pengaruh adatltradisi masyarakat (kuat dan tidak

kuat) dan 5) status penggunaan lahan di sekitar TNGH (kawasan hutan dan

perkebunan). Walaupun demikian, kemungkinan terjadinya interaksi dari kondisi atau

karakteristik desa tersebut diabaikan. Atas dasar tersebut maka diambil 13 desa

sampel sebagai berikut:

a. Kabupaten Bogor: Desa Cisarua (Kecamatan Sukajaya), Desa Malasari

(Kecamatan Nanggung), dan Desa Purabakti (Kecamatan Pamijahan).

b. Kabupaten Sukabumi: Desa Sirnarasa (Kecamatan Cisolok), Desa Cihamerang

dan Desa Cipeuteuy (Kecamatan Kabandungan), dan Desa Gunung Malang

(Kecamatan Cikidang).

c. Kabupaten Lebak: Desa Cisungsang, Desa Situmulya, Desa Kujangsari, dan Desa

Citorek (Kecamatan Cibeber), serta Desa Lebak Situ dan Desa Ciladaen

(42)

Penelitian dilakukan selama satu tahun, meliputi pengumpulan data sekunder,

pengumpulan data primer, pengolahan dan analisis data, dan penyusunan program

strategis pemanfaatan TNGH. Pengumpulan data lapang dilaksanakan selama enam

bulan, yaitu antara bulan Desember 2002 sampai dengan Juni 2003.

B. Ruang Lingkup Penelitian

1) Melakukan penilaian ekonomi sumberdaya alam TNGH yang meliputi nilai

penggunaan langsung, nilai penggunaan tak langsung, nilai pilihan dan nilai non-

penggunaan. Nilai penggunaan langsung yang dinilai adalah nilai ekowisata dan

nilai penggunaan tak langsung meliputi nilai hidrologi (air domestik dan air

pertanian) dan nilai pelestarian. Sedangkan nilai pilihan yang dimaksud adalah

manfaat potensial dari sumberdaya alam untuk kepentingan di masa yang akan

datang. Nilai non-penggunaan yang dinilai adalah nilai keberadaan TNGH.

2)

Melakukan analisis strategis unsur internal dan ekstemal program pemanfaatan

TNGH untuk kegiatan ekowisata, penelitian, dan pendidikan. Hasil analisis ini

dijadikan sebagai dasar untuk menyusun strategi pemanfaatan TNGH melalui

kegiatan ekowisata, penelitian, dan pendidikan.

3) Merumuskan program-program strategis pengelolaan TNGH untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat yang didasasarkan atas hasil analisis nilai ekonomi

TNGH dan analisis strategis terhadap pemanfaatan TNGH.

C.

Pendugaan Nilai Ekonomi Total TNGH

Dalam penelitian ini, nilai ekonomi TNGH yang dihitung meliputi nilai penggunaan

(43)

penggunaan (NNP). Nilai TNGH secara keseluruhan (Nilai Ekonomi Total

=

NT) diformulasikan sebagai berikut:

NT

=

[NPL

+

NPTL]

+

NNP

NT

=

[{NE3

+

{NAd+NAp+NPe~+NPc}] + NPIl

+

[NKeb] dalam ha1 ini:

NEk = Nilai Ekowisata NAd

=

Nilai air domestik NAP

=

Nilai air pertanian

NPeI

=

Nilai pelestarian

NP,

=

Nilai penyerapan karbon NPil

=

Nilai pilihan

NKeb

=

Nilai keberadaan

1. Nilai Ekowisata

Nilai wisata (rekreasi dan ilmiah) diduga dengan menggunakan pendekatan biaya perjalanan (travel cost method) yang meliputi biaya transportasi pergi pulang dari tempat tinggalnya ke TNGH dan seluruh pengeluaran untuk tujuan ekowisata selama di perjalanan dan di dalam TNGH. Untuk mengetahui kurva permintaan, dibuat model permintaan yang merupakan hubungan antara jumlah kunjungan per seribu penduduk daerah asal (zona) pengunjung dengan biaya perjalanan. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan fungsi permintaan sebagai berikut:

(44)

YW

=

P o + PIXI + P2X2 +

-.-

+ PnXn

dalam ha1 ini:

YW

=

jumlah kunjungan per 1000 penduduk

Po

=

intersep

X1

=

biaya perjalanan rata-rata (=VVX1)

PlS2,.n = koefisien regeresi X 2,3,.,= variabel sosial ekonomi

Jumlah kunjungan per 1000 penduduk per tahun dihitung dengan formula sebagai

berikut

Dalam ha1 ini:

JKlooo i

=

jumlah kunjungan per seribu penduduk per tahun dari zona i

JSi

=

jumlah sampel pengunjung yang tersensus dari zona i JST

=

jumlah total sampel yang disensus

J P T ~ G H ~ o ~ ~ = jumlah kunjungan ke TNGH pada tahun 2002

=

2.621 kunjungan J Pi = jumlah penduduk zona i pada tahun 2002

b) Menentukan intersep baru Po' fungsi permintaan dalam keadaan peubah bebas

lain (X2, X3, dan X,) tetap (dalam ha1 ini digunakan nilai rata-rata).

= (Po + P2X2 +

...

+PnXn) + PIXI
(45)

d) Menduga rata-rata total biaya perjalanan per 1000 penduduk dari seluruh zona

dengan menggunakan persamaan matematik sebagai berikut

a

u

=

l

f(v>sY

0 dalam ha1 ini:

U = rata-rata total biaya perjalanan

f

(Y)

=

fungsi permintaan rekreasi

a

=

rata-rata jumlah kunjungan per 1000 penduduk

e) Menentukan nilai

XI

(biaya perjalanan) pada saat Y rata-rata dengan cara

mensubstitusikan nilai Y rata-rata pada persamaan

f) Menentukan rata-rata nilai yang dikeluarkan untuk biaya perjalanan dengan

mengalikan XI rata-rata (hasil langkah e) dengan Y rata-rata.

g) Menentukan surplus konsumen per 1000 penduduk, yaitu:

Surplus Konsumen

=

Total Kesediaan Membayar

-

Nilai yang dibayarkan

h) Penentuan total nilai ekonomi wisata yangmeliputi total kesediaan rnembayar, nilai

yang dibayarkan dan surplus konsumen wisatawan yang berkunjung ke TNGH

dengan mengkonversi nilai tersebut dengan total jurnlah penduduk di seluruh zona

pengunjung dengan formula sebagai berikut:

(46)

2. Nilai Air Domestik (NAd)

Konsumsi air domestik (rumah tangga) meliputi air untuk kebutuhan minum dan

memasak, air untuk mandi dan mencuci, serta untuk kakus. Harga air domestik

didasarkan pada pendekatan biaya pengadaan, yaitu korbanan yang harus dikeluarkan

untuk dapat mengkonsumsilmenggunakan air tersebut. Untuk menentukan harga air

berdasarkan pendekatan biaya pengadaan digunakan formula sebagai berikut:

BPAd i

HA,,

=

---

Kd I dalam ha1 ini:

HAD i

=

hargalbiaya pengadaan air responden ke i (Rplsatuan)

BPAd i

=

biaya pengadaan air dornestik ke i

Kd i

=

jumlah kebutuhan air domestik ke i

Total nilai ekonomi air domestik didasarkan pada konsumsi air domestik per kapita

sehingga pengganda yang digunakan adalah jumlah penduduk di lokasi penelitian yang

air domestiknya bersumber dari TNGH. Untuk menentukan total nilai penggunaan air

domestik digunakan rumus sebagai berikut:

-

NAd - RNAd X P

dalam ha1 ini:

NAd

=

Nilai air domestik (meliputi total kesediaan membayar, nilai yang dibayarkan dan surplus konsumen)

RNAd = rata-rata nilai air domestik (Rplkapitaltahun)

P = jumlah penduduk di sekitar TNGH

Karena masyarakat desa di sekitar TNGH berada dalam daerah tangkapan TNGH

maka air domestik yang digunakan oleh rnasyarakat keberadaannya merupakan fungsi

dari TNGH. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa semua sumber air domestik yang

(47)

3. Nilai Air Pertanian (NAP)

Areal pertanian yang dihitung nilai airnya adalah sawah yang sumber airnya

berasal dari dan merupakan fungsi dari keberadaan TNGH (bukan sawah tadah hujan).

Penentuan harga air dilakukan dengan pendekatan biaya pengadaan dan metoda

kontingensi. Penentuan harga berdasarkan pendekatan biaya pengadaan dilakukan

dengan menggunakan formula sebagai berikut:

dalam ha1 ini:

HAP i

=

hargalbiaya pengadaan air sawah responden ke i (Rplhdtahun)

B Pi = biaya untuk mengalirkan air sawah responden ke i (Rpltahun)

Li = luas sawah yang diairi responden ke i (ha)

Total nilai ekonomi air pertanian didasarkan pada luas panen (haltahun) sehingga

pengganda yang digunakan adalah luas panen sawah per tahun yang airnya bersumber

dari TNGH. Untuk menentukan total nilai penggunaan air pertanian digunakan rumus

sebagai berikut:

NAP = RNAp x LS

dalam ha1 ini:

NAP

=

Nilai air pertanian (meliputi total kesediaan membayar, nilai yang dibayarkan dan surplus konsumen)

RNAp = rata-rata nilai air pertanian (Rplhaltahun)

(48)

4. Nilai Penyerapan Karbon (NP, )

Penentuan nilai karbon dalam penelitian ini difokuskan pada hutan primer dan

hutan sekunder sehingga dalam studi ini vegetasi kawasan TNGH dikelompokkan

kedalam hutan primer dan hutan sekunder. Untuk nilai karbon digunakan pendekatan

harga karbon yang berlaku di pasar international. Penentuan nilai karbon dilakukan

dengan rumus sebagai berikut :

NPC )

=

({Lp x Kcp) +{Ls x Kcs}) x Hc dalam ha1 ini:

NPc )

=

Nilai Penyerapan Karbon TNGH (Rp) LP

=

Luas hutan primer TNGH (hektar) Ls

=

Luas hutan sekunder TNGH (hektar)

Kcp

=

Kemampuan menyerap karbon hutan primer (ton per hektar) Kcs

=

Kemampuan menyerap karbon hutan sekunder (ton per hektar) Hc

=

Harga kabon (Rp per ton )

5. Nilai Pelestarian (NPel)

Nilai pelestarian (flora, fauna, plasma nutfah, habitat, dan ekosistem) ditentukan

melalui pendekatan kesediaan membayar (willingness to pay) dari masyarakat untuk membiayai upaya pelestarian TNGH dengan formula sebagai berikut:

2

kesediaan responden untuk membayar (Rp)

NPeI

=

...

---

JP

C

responden

dalam ha1 ini:

NP,,

=

Nilai pelestarian TNGH
(49)
<

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Manfaat Kawasan Konservasi (Perlindungan Alami)
Gambar 2. Klasifikasi nilai ekonomi kawasan konservasi (Pearce 1992
Tabel 4. Matrik SWOT (TOWS)
Gambar 4. Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Halimun untuk ekowisata,
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini tentang sistem informasi yang dapat digunakan untuk mengolah data simpan pinjam sehingga dapat memberikan hasil informasi yang dapat diterima oleh anggota koperasi

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut. 1) Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya

Dalam penulisan ini tidak menggunakan data pada tahun 2015 karena data tersebut tidak lengkap atau belum tersedia diharapkan bagi penulis selanjutnya untuk mengambil objek

The objective of this research was to find out types and the most frequent of Politeness Pattern in Request used in the English textbook “English in Focus” of second grade of

Pemerintah pelaku pengambil kebijakan dan regulator, khususnya dalam bidang hukum antidumping untuk tujuan melindungi industri dalam negeri dari pengaruh perdagangan tidak

Kriteria kelulusan Test Peserta yg lulus membuat surat pernyataan kesediaan mengikuti serdos 2 hari Wakil Rektor I. Mengajukan Data Dosen D3 yang lulus kualifikasi ke WR

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada 7 tahap dalam penyelesaian soal aplikasi integral tertentu, (2) divergensi dalam soal matematika teknik dapat dilakukan