• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Persepsi Penderita Hipertensi Terhadap Penyakit Hipertensi Dan Pengobatannya Di RSU Kabanjahe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Persepsi Penderita Hipertensi Terhadap Penyakit Hipertensi Dan Pengobatannya Di RSU Kabanjahe"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PERSEPSI PENDERITA HIPERTENSI TERHADAP PENYAKIT HIPERTENSI DAN PENGOBATANNYA DI RSU

KABANJAHE

Oleh:

SONYA ARIH MEHULI G 090100029

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

(2)

GAMBARAN PERSEPSI PENDERITA HIPERTENSI TERHADAP PENYAKIT HIPERTENSI DAN PENGOBATANNYA DI RSU

KABANJAHE

Karya Tulis Ilmiah Oleh:

SONYA ARIH MEHULI G 090100029

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Persepsi Penderita Hipertensi Terhadap Penyakit Hipertensi Dan Pengobatannya Di RSU Kabanjahe

Nama : Sonya Arih Mehuli G NIM : 090100029

Pembimbing, Penguji I

(dr. Syafrizal Nasution Sp.PD) (dr. M. Fahdy, Sp.OG MSc) NIP: 19680525 200003 1 001 NIP: 19640509 199503 1 001

Penguji II

(dr. Lily Irsa, Sp.A(K)) NIP: 19650824 200912 2 001

Medan, 07 Desember 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Pendahuluan : Sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk diseluruh dunia menderita hipertensi dan 65,74% diantaranya berada di negara berkembang. Di Indonesia penyakit hipertensi dengan case fatality rate (CFR) 4,81% masuk kedalam 3 besar tingkat kematian tertinggi pasien rawat inap di rumah sakit. Studi telah menunjukan bahwa hanya sepertiga pasien dengan penyakit hipertensi yang memiliki tekanan darah terkontrol. Sekitar 25-50% pasien-pasien hipertensi yang mulai minum obat antihipertensi menghentikan penggunaanya dalam 1 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhi proses kepatuhan pasien hipertensi, salah satu diantaranya adalah persepsi yang salah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi penderita hipertensi terhadap penyakit hipertensi dan pengobatannya di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

Metode : Penelitian ini bersifat dekriptif dengan pendekatan cross-sectional. Metode pengambilan sampel menggunakan consecutive-sampling yangberjumlah 100 orang. Penilaian persepsi terhadap penyakit dan pengobatan hipertensi dengan menggunakan kuesioner.

Hasil : Hasil yang diperoleh terdapat 55% responden dengan persepsi yang baik terhadap penyakit hipertensi dan 60% responden dengan persepsi yang cukup baik terhadap pengobatan hipertensi.

Kesimpulan : Persepsi penderita hipertensi terhadap penyakit hipertensi adalah baik dan terhadap pengobatan hipertensi adalah cukup baik.

(5)

ABSTRACT

Introduction: Around 972 million people or 26.4% world’s population suffers from hypertension and 65,75% of them are from developing countries. In Indonesia hypertensive diseases with case fatality rate (CFR) 4,81% known as 3rd most death causing disease to the patients who admitted in hospitals. A study has shown that, only quarter of the hypertensive patients have their blood pressure in control. About 25-50% of hypertensive patients who start to consume their medicines stop it within 1 year. Many factor influences compliance process of hypertensive patients. One of them is wrong perception.

The aim of this study is to know hypertensive patients’ perception about the disease and also the treatment in General Hospital of Kabanjahe.

Method: This is a descriptive study with cross sectional design. Total 100 samples were chosen using consecutive sampling method. Evaluation of perception towards the disease and the treatment was done by giving questionnaire.

Result: There were 55% respondents had good perception level towards their condition and 60% of respondents had enough perception level towards the treatment of hypertension.

Conclusion: Perception of hypertensive patients towards their disease is good and towards the medication is good enough.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian ini. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis menyelesaikan laporan hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. Kepada dosen pembimbing penulisan penelitian ini, dr. Syafrizal Nasution Sp.PD, yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari awal penyusunan proposal penelitian, pelaksanaan di lapangan hingga selesainya laporan hasil penelitian ini. Juga kepada dr. M. Fahdy, Sp.OG MSc dan dr. Lily Irsa,Sp.A (K) selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

3. Untuk semua motivasi, cinta dan doa yang dikirimkan oleh kedua orangtua penulis Torison Ginting serta Sriapulina Br Sebayang, serta saudara penulis, Kristian, Yesicha, Elma ginting dan Vina Sebayang penulis ucapkan terimakasih yang tiada hingga.

(7)

5. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman seperjuangan sekaligus teman satu doping penulis, kepada Sherin dan Nasya terimakasih atas kerjasamanya selama ini.

6. Kepada sahabat-sahabat penulis yang setia memotivasi dan memberi semangat. Kepada Samuel, Tunggul, Yose, Abed, Tika, Rema, Holi, Melisa, Felix, dan Jeni. Serta kepada seluruh pihak-pihak, khususnya seluruh responden penelitian, yang telah banyak berjasa dalam membantu penulis menyelesaikan penulisan laporan hasil penelitian ini.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru, dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian yang berjudul “Gambaran Persepsi Penderita Hipertensi Terhadap Penyakit Hipertensi Dan Pengobatannya Di RSU Kabanjahe.” ini. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran. Penulis menyadari bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.

Medan, 07 Desember 2012

(8)

DAFTAR ISI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi ... 5

2.3. Pengobatan Hipertensi ... 15

(9)

3.2. Definisi Operasional ... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 21

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

4.3. Populasi dan Sampel ... 21

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 22

4.6. Pengolahan dan Analisis Data ... 23

4.7. Uji Validitas dan Reabilitas ... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitan. ... 25

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian.. ... 25

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden. ... 25

5.1.3. Hasil Analisis Statistik……….. .. 27

5.2. Pembahasan... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.2.1. Kesimpulan………. 38

6.2.2. Saran……… 38

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut The Seventh Report of The Joint up National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure (JNC 7)... 6 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas... 24 5.1. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis

Kelamin... 26 5.2. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Tingkat

Pendidikan... 26 5.3. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Umur ... 27 5.4. Distribusi Frekuensi Hasil Persepsi Penderita Hipertensi

Mengenai Penyakit Hipertensi... 28 5.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Variabel

Persepsi Terhadap Penyakit Hipertensi... 29 5.6. Distribusi Frekuensi Hasil Persepsi Hipertensi

Responden Terhadap Penyakit Hipertensi Berdasarkan

Tingkat Pendidikan... 30 5.7. Distribusi Frekuensi Hasil Persepsi Responden Terhadap

Penyakit Hipertensi Berdasarkan Umur... 31

5.8. Distribusi Frekuensi Hasil Persepsi Penderita Hipertensi

Terhadap Pengobatan Hipertensi... 32 5.9. Distribusi Frekuensi Jawaban responden Variabel

Persepsi Terhadap Pengobatan Hipertensi... 32 5.10. Distribusi Hasil Frekuensi Persepsi Penderita Hipertensi

Terhadap Pengobatan Hipertensi Berdasarkan Tingkat

(11)

5.11. Distribusi Hasil Frekuensi Persepsi Penderita Hipertensi

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(13)

DAFTAR SINGKATAN

ACEI Angiotensin Converting Enzim Inhibitor

CFR Case Fatality Rate

Depkes RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia

HDL High Density Lipoprotein

JNC VII The Seventh Report of The Joint Up National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and, Treatment of High Blood Pressure

kPa Kilo Pascal

LDL Low Density Lipoprotein

NHNES The National Health And Nutrition Examination Survey SPSS Statistical Package for Social Science

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Riwayat Hidup

2. Surat Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan (Ethical Clearance)

3. Surat Keterangan Izin Penelitian RSU Kabanjahe 4. Data Induk

5. Lembar Pernyataan dan Persetujuan Untuk Mengikuti Penelitian dan kuesioner Penelitian

(15)

ABSTRAK

Pendahuluan : Sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk diseluruh dunia menderita hipertensi dan 65,74% diantaranya berada di negara berkembang. Di Indonesia penyakit hipertensi dengan case fatality rate (CFR) 4,81% masuk kedalam 3 besar tingkat kematian tertinggi pasien rawat inap di rumah sakit. Studi telah menunjukan bahwa hanya sepertiga pasien dengan penyakit hipertensi yang memiliki tekanan darah terkontrol. Sekitar 25-50% pasien-pasien hipertensi yang mulai minum obat antihipertensi menghentikan penggunaanya dalam 1 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhi proses kepatuhan pasien hipertensi, salah satu diantaranya adalah persepsi yang salah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi penderita hipertensi terhadap penyakit hipertensi dan pengobatannya di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

Metode : Penelitian ini bersifat dekriptif dengan pendekatan cross-sectional. Metode pengambilan sampel menggunakan consecutive-sampling yangberjumlah 100 orang. Penilaian persepsi terhadap penyakit dan pengobatan hipertensi dengan menggunakan kuesioner.

Hasil : Hasil yang diperoleh terdapat 55% responden dengan persepsi yang baik terhadap penyakit hipertensi dan 60% responden dengan persepsi yang cukup baik terhadap pengobatan hipertensi.

Kesimpulan : Persepsi penderita hipertensi terhadap penyakit hipertensi adalah baik dan terhadap pengobatan hipertensi adalah cukup baik.

(16)

ABSTRACT

Introduction: Around 972 million people or 26.4% world’s population suffers from hypertension and 65,75% of them are from developing countries. In Indonesia hypertensive diseases with case fatality rate (CFR) 4,81% known as 3rd most death causing disease to the patients who admitted in hospitals. A study has shown that, only quarter of the hypertensive patients have their blood pressure in control. About 25-50% of hypertensive patients who start to consume their medicines stop it within 1 year. Many factor influences compliance process of hypertensive patients. One of them is wrong perception.

The aim of this study is to know hypertensive patients’ perception about the disease and also the treatment in General Hospital of Kabanjahe.

Method: This is a descriptive study with cross sectional design. Total 100 samples were chosen using consecutive sampling method. Evaluation of perception towards the disease and the treatment was done by giving questionnaire.

Result: There were 55% respondents had good perception level towards their condition and 60% of respondents had enough perception level towards the treatment of hypertension.

Conclusion: Perception of hypertensive patients towards their disease is good and towards the medication is good enough.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure (JNC VII, 2003), hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg.

Dewasa ini, prevalensi hipertensi meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, inaktifitas fisik dan stres psikososial. Prevalensi hipertensi berbeda disetiap negara. Sekitar 972 juta orang atau 26,4% penduduk diseluruh dunia menderita hipertensi. Dan 333 juta orang diantaranya (proporsi 34,26%) berada di negara maju dan 639 juta (65,74%) berada di negara berkembang (WHO, 2000). Prevalensi hipertensi dilaporkan terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Prevalensi secara keseluruhan di kalangan orang dewasa baru-baru ini diperkirakan 26,6% pada pria dan 26,1% pada wanita (Kearney et al, 2004).

Penyakit hipertensi diperkirakan menyebabkan 4,5 % dari jumlah penyakit di dunia terutama di negara berkembang (WHO, 2003). Penyakit hipertensi dengan case fatality rate (CFR) 4,81% masuk dalam 3 besar tingkat kematian tertinggi pada pasien rawat inap di rumah sakit setelah pneumonia (7,6%) dan cedera intrakranial (5,29%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Setiap negara sangat bervariasi dalam kapasitas untuk pengelolaan terhadap hipertensi, tetapi masalah terutama di dunia terhadap pasien hipertensi adalah kontrol penyakit yang inadekuat (WHO, 2003).

(18)

Petrella et al., 2007). Studi telah menunjukan bahwa hanya sepertiga pasien dengan penyakit hipertensi yang memiliki tekanan darah terkontrol. Hal ini sehubungan dengan pasien yang kurang patuh dalam berobat. Kepatuhan dapat dicirikan dengan sejauh mana prilaku pasien setuju dengan pengobatan, dalam hal minum obat, pola makan, dan perubahan gaya hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi proses kepatuhan pasien hipertensi , salah satu diantaranya adalah persepsi yang salah (Jesus, 2007). Berdasarkan hasil penelitian kohort yang dilakukan sejak tahun 1988-2000 menunjukan persentase penderita hipertensi yang berobat teratur di perkotaan (18.9%) dan di pedesaan (10.9%) (Kusmana, 2007).

Menurut Notoatmojo (2007) persepsi mempengaruhi pola pikiran dan tingkah laku seseorang. Persepsi yang benar akan meningkatkan kualitas kesadaran seseorang dalam berperilaku. Di Nigeria, kesadaran penderita hipertensi masih rendah, karena masih 33.8% dari penderita hipertensi sadar akan kondisi mereka (Kadari, 2005). Dan hal ini disebabkan oleh rendahnya pengetahuan, persepsi dan sikap yang salah terhadap pengobatannya (Lyalomhe, 2010). Memiliki informasi yang benar terhadap penyakit hipertensi dan pengobatannya dapat menunjukan kontrol tekanan darah yang baik (Elaine, 2007). Kebanyakan pasien tidak memahami apa itu hipertensi, penyebab, komplikasi, dan pengobatan yang diperlukan. Akibatnya terjadi kontrol tekanan darah yang tidak baik. Diperkirakan 1/3 dari penderita hipertensi tidak menyadari diagnosis penyakitnya, karena besarnya populasi yang asimtomatik. Pada kebanyakan survey, sekitar 25-50% pasien hipertensi yang mulai minum obat antihipertensi menghentikan penggunaanya dalam 1 tahun (Irmalita, 2003).

(19)

Berdasarkan rincian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran persepsi penderita hipertensi terhadap penyakit hipertensi dan pengobatannya di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi penderita hipertensi terhadap penyakit hipertensi dan pengobatannya di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui persepsi penderita hipertensi terhadap penyakit hipertensi dan pengobatannya di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi persepsi penderita hipertensi tentang pengertian penyakit hipertensi

2. Untuk mengidentifikasikan persepsi penderita hipertensi tentang faktor risiko penyakit hipertensi

3. Untuk mengidentifikasikan persepsi penderita hipertensi tentang komplikasi penyakit hipertensi

4. Untuk mengidentifikasikan persepsi penderita hipertensi tentang pentingnya pengobatan farmakologi dan non farmakologi

5. Untuk mengidentifikasikan persepsi penderita hipertensi tentang lama pengobatan hipertensi

1.4. Manfaat Hasil Penelitian

(20)

2. Data dan informasi penelitian ini dapat menjadi manfaat bagi Rumah Sakit Umum Kabanjahe untuk meningkatkan promosi dan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien dengan penyakit hipertensi.

3. Penelitian ini dapat menjadi tolok ukur bagi pasien hipertensi untuk mengetahui sejauh mana persepsi mereka terhadap penyakit hipertensi dan pengobatannya.

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi

2.1.1. Definisi dan Klasifikasi

Hipertensi sulit untuk didefinisikan karena sering berubah-ubah dan harus disesuaikan dengan kondisi. Pasien hipertensi pada saat istirahat memiliki tekanan darah diastolik dengan pengukuran berulang tetap konsisten pada atau di atas 90 mmHg (12,0 kPa) dapat berisiko tinggi mengalami kesakitan dan kematian akibat penyakit kardiovaskular. Sebaliknya, penurunan nilai tekanan darah diastolik dibawah 90 mmHg (12,0 kPa) dapat mengurangi risiko stroke sekitar 35-40% dan penyakit jantung koroner sekitar 15-20%. Definisi terkini tentang hipertensi adalah tingkat tekanan darah sistolik pada atau di atas 140 mmHg (18,7 kPa), atau tingkat tekanan darah diastolik pada atau di atas 90 mmHg (12,0 kPa). Namun karena tekanan darah sangat bervariasi, sebelum menetapkan pasien mengalami hipertensi dan memutuskan untuk memulai pengobatan, perlu untuk memastikan peningkatan tekanan darah dengan pengukuran berulang-ulang selama beberapa minggu. Setiap nilai pengukuran di kisaran hipertensi ringan atau borderline ditemukan, kepastian pengukuran harus diperpanjang selama 3-6 bulan. Periode observasi yang singkat diperlukan pada pasien dengan peningkatan tekanan darah yang lebih tinggi atau pasien dengan komplikasi (Brunner & Suddarth, 2001; dan Kaplan, 2006).

Hipertensi sering disebut sebagai “the silent killer” karena individu yang mengalami hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Ketika penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup (Brunner & Suddarth, 2001).

(22)

Tabel 2.1. Klasifikasi hipertensi menurut The Seventh Report of The Joint upNational Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) (Kusuma, 2003)

Klasifikasi Tekanan

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100

Berdasarkan hasil dari berbagai studi eksperimental, kriteria operasional hipertensi yang disepakati oleh para ahli adalah tekanan darah sistol > 140 mmHg atau tekanan darah diastol > 90 mmHg ( MacMahon,1990;WHO,1996;Brown dan Haydock,2000). Kriteria ini digunakan di seluruh dunia, akan tetapi bukan merupakan nilai batas hipertensi pada semua penderita dewasa. Karena nilai batas tersebut hanya dipengaruhi oleh jenis kelamin dan umur secara independen ( Port, et al,.1999).

2.1.2. Epidemiologi

Data epidemiologi menunjukkan bahwa jumlah penderita hipertensi bertambah seiring dengan bertambahnya usia. Baik hipertensi sistolik maupun kombinasi dari hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun (Yogiantoro, 2007).

(23)

Di Indonesia, belum ada data nasional lengkap untuk prevalensi hipertensi. Dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8.3%. Survei faktor risiko penyakit kardiovaskular (PKV) oleh proyek WHO di Jakarta, menunjukkan angka prevalensi hipertensi dengan tekanan darah 160/90 masing-masing pada pria adalah 13,6% (1988), 16,5% (1993), dan 12,1% (2000). Pada wanita, angka prevalensi mencapai 16% (1988), 17% (1993), dan 12,2% (2000). Secara umum, prevalensi hipertensi pada usia lebih dari 50 tahun berkisar antara 15%-20%. Survei di pedesaan Bali (2004) menemukan prevalensi pria sebesar 46,2% dan 53,9% pada wanita (Depkes, 2007)

Stroke, hipertensi, dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian, dimana stroke menjadi penyebab kematian terbanyak 15,4%, kedua hipertensi 6,8%, penyakit jantung iskemik 5,1%, dan penyakit jantung 4,6% (Hasil Riskesdas 2007). Data Riskesdas 2007 juga disebutkan prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 30% dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskular lebih banyak pada perempuan (52%) dibandingkan laki-laki (48%) (Depkes, 2009).

2.1.3. Faktor Risiko

Faktor risiko dan level dari hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti perbedaan sosioekonomi dan akses untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah:

1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi: a. Umur

Pada kebanyakan orang yang berusia diatas 65 tahun tekanan darah dapat meningkat dengan cepat (Spillman & lubitz, 2000). Tekanan darah sistol meningkat dengan cepat berhubungan dengan usia (burt et al., 1995). b. Jenis kelamin

(24)

ini dibuktikan oleh tingkat kematian yang lebih tinggi pada pria setengah baya pengidap hipertensi.

c. Suku

Pada kajian populasi menunjukan bahwa masyarakat berkulit hitam cenderung memiliki tingkat tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan golongan suku yang lain (Hajjar & kotchen, 2003). Jumlah angka kematian pada kasus hipertensi tinggi pada masyarakat berkulit hitam (Gillum, 1996).

d. Keturunan

Riwayat keluarga yang menunjukan adanya tekanan darah yang meninggi merupakan faktor resiko paling kuat bagi seseorang untuk mengidap hipertensi di masa datang (WHO, 2001).

2. Faktor resiko yang dapat di modifikasi : a. Kehidupan dini

Baru-baru ini telah diperkirakan bahwa lingkungan yang buruk selama periode kehamilan menimbulkan faktor resiko penyakit kardiovaskuler termasuk tekanan darah tinggi (WHO, 2001).

b. Bobot badan

Kelebihan berat badan memiliki resiko 2-6 kali untuk mendapatkan penyakit hipertensi (Yogiantoro, 2007). Pada populasi di negara Barat, jumlah kasus hipertensi yang disebabkan oleh obesitas diperkirakan 30-60% (WHO, 2001). Pada pasien dengan obesitas tedapat curah jantung yang meningkat, aktifitas saraf simpatis yang meningkat terutama di ginjal, kadar angiotensin II dan aldosteron yang meningkat dua hingga tiga kali lebih banyak, proses natriuesis yang terganggu dan ginjal tidak akan mensekresikan garam dan air yang tinggi kecuali tekanan arteri yang tinggi (Guyton , 2008).

c. Faktor nutrisi

(25)

• Natrium klorida

Kajian eksperimental dan pengamatan menunjukan bahwa asupan natrium klorida melebihi kebutuhan fisiologis dapat menimbulkan hipertensi.

• Kalium

Kajian INTERSALT mencatat adanya pengurangan tekanan darah sebesar 2,7 mmHg jika pengeluaran kalium dari urine meningkat 60 mmol/hari melalui urine.

• Mikronutrisi lain

Mikronutrisi lain seperti kalsium, magnesium, dan seng juga memiliki peranan dalam peningkatan tekanan darah.

• Makronutrisi lain

Meskipun kajian pengamatan menunjukan adanya hubungan beberapa makronutrisi (lemak, asam lemak, karbohidrat, serat, dan protein) terhadap tekanan darah, tetapi belum terdapat hubungan sebab akibat dengan hipertensi sendiri.

d. Alkohol

Dilaporkan jika meminum minuman keras sedikitnya dua kali per hari, tekanan darah sistolik dapat naik sekitar 1,0 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 0,5 mmHg (WHO, 2001).

e. Kegiatan fisik

Orang yang normotensi tetapi kurang gerak dan tidak bugar mempunyai resiko 20-50% lebih besar untuk terkena hipertensi dibandingkan dengan orang yang lebih aktif bergerak dan bugar (WHO, 2001).

f. Faktor psikososial

Terdapat bukti bahwa berbagai bentuk stress yang akut dapat meningkatkan tekanan darah (WHO, 2001).

g. Faktor lingkungan

(26)

2.1.4. Patofisiologi

Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga kerja jantung bertambah. Sebagai akibatnya, terjadi hipertrofi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Akan tetapi, kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui, dan terjadi dilatasi jantung dan payah jantung. Jantung semakin terancam dengan adanya atheriosklerosis koroner yang menyebabkan penyediaan oksigen miokardium berkurang. Peningkatan kebutuhan oksigen pada miokardium terjadi akibat hipertrofi ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung yang akhirnya dapat menyebabkan angina atau infark miokardium (Price, 2006).

Kerusakan pembuluh darah akibat hipertensi, terlihat jelas diseluruh pembuluh darah perifer. Perubahan pada pembuluh darah retina dapat diketahui dengan pemeriksaan oftalmoskopik. Atheriosklerosis yang dipercepat dan nekrosis medial aorta merupakan faktor presiposisi terbentuknya aneurisma dan diseksi. Perubahan struktur-struktur dari arteri kecil dan arteriola menyebabkan penyumbatan pembuluh darah progresif dan dapat menyebabkan mikroinfark jaringan. Akibat pembuluh darah yang paling nyata terjadi pada otak dan ginjal (Price, 2006).

Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung dari adanya autoantibodi terhadap reseptor ATI angiotensin II, stress oksidatif, down regulation dan ekspresi dari nitric oxide syntase,dan lain-lain (Yogiantoro, 2007).

2.1.5. Komplikasi

(27)

1. Kerusakan pada otak

Tekanan darah yang tinggi pada pembuluh darah otak mengakibatkan pembuluh sulit meregang sehingga darah yang ke otak kekurangan oksigen. Pembuluh darah di otak juga sangat sensitif, sehingga ketika semakin melemah maka dapat menimbulkan pendarahan akibat pecahnya pembuluh darah.

2. Ganguan dan kerusakan mata

Tekanan darah tinggi melemahkan bahkan merusak pembuluh darah di belakang mata, gejalanya yaitu pandangan kabur dan berbayang.

3. Gangguan dan kerusakan jantung

Akibat tekanan darah yang tinggi, jantung harus memompa darah dengan usaha yang lebih tinggi lagi. Otot jantung semakin menebal dan melemah sehingga mudah kehabisan energi untuk memompa lagi. Jika terjadi penyumbatan darah akibat atheriosklerosis, maka dapat menimbulkan komplikasi yang lebih serius. Gejalanya yaitu, pembengkakan pada pergelangan kaki (swollen ankles), peningkatan berat badan, dan nafas yang tersenggal-senggal.

4. Gangguan dan kerusakan ginjal

Ginjal berfungsi untuk menyaring darah serta mengeluarkan air dan zat sisa yang tidak diperlukan tubuh. Ketika tekanan darah tinggi, pembuluh darah kecil akan rusak. Akibatnya ginjal tidak mampu lagi menyaring dan mengeluarkan zat-zat sisa. Umumnya gejala pada ginjal tidak segera tampak, namun komplikasinya menimbulkan gejala yang serius.

2.1.6. Gejala Klinis

(28)

epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing (Mansjoer, 2005).

2.1.7. Evaluasi Hipertensi

Evaluasi hipertensi pada pasien hipertensi bertujuan untuk:

1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular lainnya atau menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan pengobatan.

2. Mencari penyebab kenaikan tekanan darah.

3. Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskular (Yogiantoro, 2007).

Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang (Yogiantoro, 2007).

Anamnesis meliputi:

1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah 2. Indikasi adanya hipertensi sekunder

a. Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal

b. Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuria, pemakaian obat-obat analgesik dan obat/bahan lain

c. Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi d. Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)

3. Faktor-faktor risiko

a. Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien

b. Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya c. Riwayat diabetes melitus pada pasien atau keluarganya. d. Kebiasaan merokok .

e. Pola makan

(29)

4. Gejala kerusakan organ

a. Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic attack, defisit sensoris atau motoris.

b. Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuria .

c. Jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki. d. Arteri perifer : ekstremitas dingin .

5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya

Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari: a. Tes darah rutin

b. Glukosa darah (sebaiknya puasa) c. Kolesterol total serum

d. Kolesterol LDL dan HDL serum e. Trigliserida serum

f. Asam urat serum g. Kreatinin serum h. Kalium serum

i. Hemoglobin dan hematokrit j. Urinalisis

k. Elektrokardiogram (Yogiantoro, 2007).

Pada pasien hipertensi, beberapa pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan organ target dapat dilakukan secara rutin, sedangkan pemeriksaan lainnya hanya dilakukan bila ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan dan gejala pasien (Yogiantoro, 2007).

2.2. Persepsi

(30)

Persepsi menurut Jallaludin (2007) adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna inderawi. Persepsi menurut Baihaqi (2007) adalah semua rangsang yang masuk didalam diri kita melalui panca indera yang sudah dipahami sebelumnya.

Menurut Sunaryo (2004), persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui panca indera yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang luar maupun dalam diri individu.

Menurut Baihaqi (2007), sifat persepsi antara lain :

1. Persepsi timbul secara spontan pada manusia,

2. Persepsi merupakan sifat paling asli, yang tolok ukur perbuatan kesadaran manusia,

3. Dalam mempersepsikan tidak selalu dipersepsikan secara keseluruhan, mungkin juga hanya sebagian dan dibayangkan, dan

4. Persepsi tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi atau bergantung pada konteks pengalaman.

Menurut Baihaqi (2007) persepsi dibentuk oleh tiga lapisan, yaitu: 1. Lapisan fisis/fisiologis, yaitu objek dunia,

2. Lapisan psikis, yaitu penghayatan sumber kesatuan, dan 3. Lapisan eksistensial, yaitu berhubungan dengan pribadi. Ditinjau dari fungsinya, secara kognitif persepsi berfungsi untuk kontak utama dengan manusia dan dunia. Sedangkan secara emosional berfungsi untuk membangkitkan perasaan dan merangsang tindakan-tindakan tertentu (Baihaqi, 2007).

Menurut Jalaludin (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi adalah:

1. Faktor-faktor fungsional

(31)

secara fungsional bersifat selektif sehingga obyek-obyek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi biasanya memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

Termasuk dalam faktor fungsional ini adalah pengaruh kebutuhan, kesiapan, mental, suasana emosional, dan latar belakang sosial budaya. Jadi yang menentukan persepsi bukan jenis atau stimulus tetapi karakteristik orang menentukan respon atau stimulus.

2. Faktor-faktor struktural

Faktor struktural merupakan pengaruh yang berasal dari sifat stimulus fisik dan efek-efek yang ditimbulkan pada sistem saraf individu. Menurut teori Gestatlt prinsip yang bersifat struktural yaitu apabila kita kita mempersepsikan sesuatu, maka kita akan mempersepsikannya sebagai suatu keseluruhan.

2.3. Pengobatan Hipertensi

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi farmakologis dan non farmakologis. Menurut Yogiantoro (2007) tujuan dari pengobatan pasien hipertensi adalah untuk:

1. Menurukan tekanan darah dengan target tekanan darah <140/90 dan untuk individu beresiko tinggi (diabetes, gagal ginjal proteinuria) < 130/80.

2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. 3. Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria.

1. Terapi nonfarmakologi:

Pengubahan gaya hidup pada pasien harus dilaksanakan sebelum mempertimbangkan perawatan dengan obat untuk menurunkan tekanan darah dan resiko penyakit kardiovaskular yang lainnya (Kaplan, 2001). Terapi nonfarmakologi hipertensi menurut JNC VII terdiri dari:

a. Pengubahan gaya hidup yang mempengaruhi penurunan tekanan darah:

(32)

• Menurunkan konsumsi alkohol berlebih.

Batasi asupan alkohol tidak lebih dari 30 ml etanol perhari pada pria(yaitu 720 ml bir, 300 ml anggur, 60 ml wiski) atau 15 ml etanol perhari untuk wanita dan orang dengan berat badan lebih ringan. • Latihan fisik

Meningkatkan aktivitas aerobik 30-45 menit dalam 1 minggu. • Menurukan asupan garam

Kurangi asupan natrium tidak lebih dari 100mmol/hari (2,4 g natrium klorida atau 6 g sodium).

• Menjaga asupan kalium diet (sekitar 90 mmol / hari).

• Menjaga asupan diet kalsium dan magnesium untuk kesehatan umum.

b. Pengubahan gaya hidup untuk menangani faktor resiko berkaitan: • Menghentikan kebiasaan merokok.

• Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak.

• Mengendalikan diabetes.

2. Terapi farmakologis

Jenis-jenis obat antihipertensi yang dianjurkan untuk terapi hipertensi adalah:

1. Diuretika, terutama jenis obat Thiazide atau Aldosterone Antagonist

(33)

2. Beta Blocker

Merupakan obat antihipertensi yang populer kedua setelah diuretik. Beta blocker digunakan sebagai obat tahap pertama pada hipertensi ringan sampai sedang terutama pada pasien dengan penyakit jantung koroner (khususnya infark miokard akut), pasien dengan aritmia supraventrikel dan ventrikel tanpa kelainan konduksi (Nafrialdi, 2007).

3. Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist

Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist pada terapi hipertensi memberikan efek yang sama dengan antihipertensi yang lain. Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist terbukti sangat efektif pada hipertensi dengan kadar renin yang rendah seperti pada usia lanjut (Nafrialdi, 2007).

4. Angiotensin Converting Enzim Inhibitor (ACEI)

Obat golongan ini bermanfaat terutama pada pasien hipertensi yang kronik atau menetap akibat penyakit parenkim ginjal. Hiperkalemia mungkin terjadi pada penggunaaan ACE inhibitor akibat hambatan pada renin (Rahayoe, 2003).

5. Angiotensin II Receptor Blocker AT, receptor antagonist/blocker (ARB)

Angiotensin II Receptor Blocker sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan kadar renin yang tinggi sepeti hipertensi renovaskular lain dan hipertensi genetik, tetapi kurang efektif pada hipertensi dengan kadar renin yang rendah (Nafrialdi, 2007).

Menurut Yogiantoro (2007) strategi untuk meningkatkan kepatuhan pasien pada pengobatan adalah:

(34)

• Dokter harus mempertimbangkan latar belakang budaya, kepercayaan pasien serta sikap pasien terhadap pengobatan.

• Pasien diberi tahu hasil pengukuran tekanan darah, dan target yang masih harus dicapai.

(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Persepsi Penderita Hipertensi Terhadap Penyakit Hipertensi dan Pengobatannya di RSU Kabanjahe. Berdasarkan tinjauan teoritis maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

1. Penderita Hipertensi adalah : pasien yang sudah didiagnosa oleh dokter sebelumnya menderita hipertensi.

2. Persepsi adalah suatu proses dengan mana individu-individu menafsirkan kesan dan indera agar dapat memberi makna kepada lingkungan.

Penderita Hipertensi

Persepsi terhadap penyakit hipertensi

(Pengertian,Faktor Resiko, Komplikasi)

Persepsi terhadap pengobatan hipertensi

(36)

Cara ukur : wawancara terpimpin Alat ukur : kuesioner

Terdapat 12 pertanyaan dalam kuesioner dimana skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert.

Kontinum yang terdapat dalam skala ini dibagi dalam 5 bagian dari mulai pernyataan sikap “Sangat Tidak Setuju”, “Tidak Setuju”, “Ragu-ragu”, “Setuju”, “Sangat Setuju”. Skor diberi bobot mulai dari 1 sampai 5, mulai dari kutub unfavorable hingga kutub favorable, maupun sebaliknya.

Kontinum Nilai

Item Favorable Item Unfavorable

Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Ragu-ragu 3 3

Tidak Setuju 2 4

Sangat Tidak Setuju 1 5

Kategori :

a. Baik : apabila responden mampu menjawab dengan benar 76-100 % pertanyaan dalam kuesioner.

b. Cukup baik : apabila responden mampu menjawab dengan benar 56-75% pertanyaan dalam kuesioner.

c. Kurang baik : apabila responden hanya mampu menjawab benar 40-55 % pertanyaan dalam kuesioner.

d. Tidak baik : apabila responden hanya mampu menjawab dengan benar < 40 % pertayaan dala kuesioner.

(Arikunto, 2007)

(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian dengan jenis studi deskriptif dengan desain cross sectional, yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat atau subjek diobservasi hanya sekali saja pada saat penelitian yang dilakukan untuk melihat gambaran persepsi pasien hipertensi terhadap penyakit hipertensi dan pengobatannya.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSU Kabanjahe dan pengumpulan data penelitian ini akan dilaksanakan mulai Tanggal 24 Juli-1 September 2012.

4.3. Populasi dan Data Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita hipertensi yang datang kunjungan selama penelitian ini berlangsung.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari populasi itu (Machfoedz, 2008). Jumlah / besar sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus (Sastroasmoro, 2010). Dari perhitungan berdasarkan rumus ini, maka didapatkan besar sampel 97 orang.

� =��

2�� �2 n : Besar Sampel

Zα : Tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti (peneliti menetapkan α = 0,05 dan Zα penelitian ini sebesar 1,96)

(38)

d : Tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki 10% atau 0,1

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik consecutive sampling, yaitu semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro, 2010). Adapun kriteria inklusinya dan ekslusinya adalah:

• Kriteria inklusi :

- Pasien hipertensi dengan usia ≥ 18 tahun yang datang kunjungan rawat jalan selama penelitian berlangsung.

• Kriteria eklusi :

- Pasien hipertensi dengan komplikasi strooke,

- Pasien hipertensi yang menjalani rawat inap pada saat penelitian berlangsung.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan jenisnya teknik pengumpulan data dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Data Primer

Data primer yaitu data yang didapat langsung dari responden melalui metode wawancara terhadap pasien hipertensi di RSU Kabanjahe. Metode wawancara ini dipilih karena situasi pada saat di lapangan tidak memungkinkan untuk responden menjawab secara tertulis karena beberapa hal, antara lain waktu mengantri di bagian poliklinik hipertensi yang singkat, banyak responden yang sudah lanjut usia dan mengalami masalah penglihatan, responden malas membaca dan mengisi kuesioner secara langsung, dan keinginan responden untuk cepat pulang. Hal-hal tersebut yang mendorong peneliti menggunakan metode wawancara. Kuesioner yang telah selesai dijawab akan diperiksa kelengkapannya sehingga data yang diperoleh terpenuhi untuk dianalisa

(39)

diberi bobot mulai dari 1 sampai 5, mulai dari kutub unfavorable hingga kutub favorable, maupun sebaliknya.

2. Data Sekunder

Alat perolehan data sekunder adalah diperoleh melalui catatan atau laporan data yang ada di RSU Kabanjahe meliputi jumlah penderita hipertensi yang menjalani rawat jalan.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan:

1. Tahap editing, yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diiisi petunjuk.

2. Tahap coding yaitu memberi kode angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisis.

3. Tahap entry, yaitu memasukan data dari kuesioner ke dalam program computer dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.

4. Tahap cleaning data, yaitu mengecek kembali data yang telah kita entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak (Wahyuni, 2008). Untuk mengambarkan persepsi penderita hipertensi terhadap penyakit hipertensi dan pengobatannya di RSU Kabanjahe dilakukan perhitungan frekuensi dan presentase. Hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Uji Validitas dan Reliabilitas

(40)

Berastagi. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah 20 orang. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Persepsi Terhadap Penyakit Hipertensi

1 0,601 Valid 0,794 Reliabel

2 0,668 Valid Reliabel

3 0,601 Valid Reliabel

4 0,672 Valid Reliabel

5 0,705 Valid Reliabel

6 0,645 Valid Reliabel

7 0,670 Valid Reliabel

Persepsi Terhadap Pengobatan

Hipertensi

8 0,487 Valid Reliabel

9 0,507 Valid Reliabel

10 0,725 Valid Reliabel

11 0,474 Valid Reliabel

(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang diisi oleh sampel penelitian dengan metode wawancara tanpa dibawa pulang. Hasil angket yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis, sehingga didapat hasil penelitian seperti dipaparkan di bawah ini.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSU Kabanjahe yang berlokasi di Jl. K S Ketaren No. 8 Kabanjahe.eRumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas C

sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

340/MENKES/PER/III/2010. Dengan predikat rumah sakit kelas C, RSU Kabanjahe telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten.

RSU Kabanjahe memiliki instalasi rawat jalan untuk bagian penyakit dalam. Instalasi tersebut merupakan lokasi pengambilan data pada penelitian ini.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang melakukan rawat jalan di poli penyakit dalam RSU Kabanjahe. Terdapat 100 orang responden yang ikut dalam penelitian ini. Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik yang diamati meliputi jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan.

(42)

Tabel 5.1. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 37 37,0

Perempuan 63 63,0

Total 100 100,0

Berdasarkan tabel 5.1. diketahui bahwa terdapat sebanyak 37 orang laki-laki (37%) dan 63 orang perempuan (63%) yang mengikuti penelitian ini.

Sedangkan distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Frekuensi Persentase

SD 23 23,0

SMP 17 17,0

SMA 22 22,0

Perguruan Tinggi 38 38,0

Total 100 100,0

Berdasarkan tabel 5.2. dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak mengikuti penelitian ini adalah orang dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 38 orang (38%), SD sebanyak 23 orang (23%), kemudian SMA sebanyak 22 orang (22%) dan yang paling sedikit SMP 17 orang (17%).

(43)

Tabel 5.3. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Persentase

25-44 13 1,30

45-59 35 35,0

60-74 42 42,0

75-90 10 10,0

Total 100 100,0

Dari tabel 5.3. diatas dapat dilihat bahwa kelompok usia dengan jumlah terbanyak yang mengikuti penelitian ini adalah 60-74 tahun dengan jumlah 42 orang responden (42%) dan jumlah yang paling sedikit mengikuti penelitian adalah kelompok usia 75-90 tahun dengan jumlah responden 10 orang (10%).

5.1.3. Hasil Analisis Data

Pada penelitian ini, lembar kuesioner terdapat 12 pernyataan mengenai persepsi penderita hipertensi terhadap penyakit dan pengobatan hipertensi. Pernyataan-pernyataan tersebut telah diuji validitas dan reabilitas dengan menggunakan program SPSS, sehingga pernyataan-pernyataan tersebut dapat mewakili persepsi penderita hipertensi terhadap penyakit hipertensi dan pengobatannya.

5.1.3.1. Persepsi Terhadap Penyakit Hipertensi

(44)

5.4. Distribusi Frekuensi Hasil Persepsi Penderita Hipertensi Mengenai Penyakit Hipertensi

Persepsi Frekuensi Persentase (%)

Kurang Baik 3 3,0

Cukup Baik 42 42,0

Baik 55 55,0

Total 100 100,0

Dari tabel 5.4. tersebut dapat dilihat sebagian besar responden yang mengikuti penelitian ini atau 55 orang dari 100 responden (55 %) sudah memiliki persepsi yang baik terhadap penyakit hipertensi. Sebanyak 43 orang responden (43%) memiliki persepsi yang cukup baik, dan sebanyak 3 orang responden (3%) memiliki persepsi yang tidak baik.

(45)

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Persepsi yang tidak memiliki gejala yang khas

Hipertensi yang tidak

terkontrol dapat menyebabkan komplikasi

14 14,0 77 77,0 7 7,0 2 2,0 0 0

Merokok dapat

menyebabkan hipertensi 2 2,0 58 58,0 31 31,0 9 9,0 0 0 Mengubah pola hidup dan

menurunkan berat badan dapat mengurangi resiko hipertensi

10 10,0 83 83,0 1 1,0 6 6,0 0 0

(46)

tidak setuju akan peryataan tersebut. Sedangkan mayoritas responden atau 67 orang responden (67%) setuju akan peryataan hipertensi dapat disebabkan karena mengkonsumsi garam yang berlebih. Hal yang sama juga terdapat pada pernyataan bahwa stress dapat menyebabkan hipertensi, dimana terdapat 61 orang responden (61 %) setuju akan peryataan ini.

Pada peryataan hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi sebagian besar responden setuju akan pernyataan ini, dimana terdapat 77 orang responden (77%) yang setuju. Sebanyak 58 orang responden (58%) yang setuju akan pernyataan bahwa merokok dapat menyebabkan hipertensi. Mayoritas responden atau sekitar 83 orang responden (83%) yang setuju akan pernyataan bahwa mengubah pola hidup dan menurunkan berat badan dapat mengurangi resiko hipertensi.

Distribusi frekuensi hasil persepsi responden terhadap penyakit hipertensi berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.6. berikut.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Hasil Persepsi Responden Terhadap Penyakit Hipertensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan

Terakhir Persepsi Terhadap Penyakit Hipertensi

(47)

Berdasarkan tabel 5.6. diatas dapat dilihat responden dengan pendidikan akhir SMA memiliki persepsi yang lebih baik dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya. Dimana terdapat 16 orang (72,7%) yang memiliki persepsi yang baik dan 6 orang (27,3%) memiliki persepsi yang cukup baik terhadap penyakit hipertensi. Sedangkan responden yang lulusan SMP memiliki persepsi yang kurang baik dibandingkan dengan lulusan SD, SMA, dan Perguruan Tinggi. Dimana hanya terdapat 6 orang (35,3 %) yang memiliki persepsi yang baik terhadap penyakit hipertensi.

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Hasil Persepsi Responden Terhadap Penyakit Hipertensi Berdasarkan Umur

Kelompok Umur

Persepsi Terhadap Penyakit Hipertensi Total Baik Cukup Baik Kurang Baik

Berdasarkan tabel 5.7. diatas dapat dilihat kelompok usia 60-74 tahun memiliki persepsi yang paling baik terhadap penyakit hipertensi yaitu sebanyak 26 orang (62%) dan cukup baik sebanyak 16 orang (38%). Dan kelompok usia 75-90 tahun memiliki jumlah orang yang memiliki persepsi yang baik paling sedikit yaitu hanya 4 orang (40%).

5.1.3.2. Persepsi Tentang Pengobatan Hipertensi

(48)

5.8. Distribusi Frekuensi Hasil Persepsi Penderita Hipertensi Tehadap Pengobatan Hipertensi

Persepsi Frekuensi Persentase (%)

Baik 19 19,0

Cukup Baik 60 60,0

Kurang Baik 19 19,0

Tidak Baik 2 2,0

Total 100 100,0

Pada tabel 5.8. diatas dapat dilihat mayoritas persepsi penderita hipertensi terhadap pengobatan hipertensi adalah cukup baik. Dimana terdapat 60 orang (60%) responden yang memiliki persepsi terhadap pengobatan hipertensi yang cukup baik.

Untuk lebih jelasnya, data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden mengenai pengobatan hipertensi dapat dilihar pada tabel 5.9.

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Persepsi Terhadap Pengobatan Hipertensi

Pernyataan Jawaban Responden

SS S RR TS STS pada saat tekanan darah saya tinggi saja yang dapat sembuh sendiri tanpa diobati

(49)

` Berdasarkan tabel 5.9. diatas dapat dilihat terdapat 68 orang responden (68%) yang setuju akan pernyataan bahwa hipertensi dapat diobati. Pada pernyataan bahwa pengobatan hipertensi adalah seumur hidup terdapat 58 orang (58%) yang setuju akan pernyataan ini, sedangkan untuk pernyataan bahwa pengobatan hipertensi pada saat tekanan darah tinggi saja sebagian besar responden atau sekitar 45 orang (45%) tidak setuju.

Terdapat 85 orang responden (85%) yang setuju akan pernyataan bahwa pengobatan hipertensi dapat mencegah komplikasi, sedangkan pada pernytaan bahwa hipertensi adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri tanpa diobati sebagian besar atau 65 orang responden (65%) tidak setuju akan pernyataan tersebut.

Distribusi hasil frekuensi persepsi penderita hipertensi terhadap pengobatan hipertensi berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10. Distribusi Hasil Frekuensi Persepsi Penderita Hipertensi terhadap Pengobatan Hipertensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan

(50)

pendidikan terakhirnya SMA yang memiliki persepsi cukup baik terhadap pengobatan hipertensi. Sedangkan responden yang pendidikan terakhirnya SMP memiliki persepsi terhadap pengobatan hipertensi yang paling rendah yaitu hanya 9 orang (52,9%) yang memiliki persepsi yang cukup baik.

Distribusi hasil frekuensi persepsi penderita hipertensi terhadap pengobatan hipertensi berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5.11.

Tabel 5.11. Distribusi Hasil Frekuensi Persepsi Penderita Hipertensi terhadap Pengobatan Hipertensi Berdasarkan Umur

Kelompok Umur

Persepsi Terhadap Pengobatan Hipertensi

Baik Cukup

Berdasarkan tabel 5.11. didapatkan bahwa kelompok usia 70-90 terdapat 8 (80%) yang memiliki persepsi yang cukup baik terhadap pengobatan hipertensi, pada kelompok umur 25-44 tahun terdapat 9 orang (69,2 %), sedangkan kelompok usia 45-59 terdapat 21 orang (60%) dan kelompok usia 60-74 tahun terdapat 22 orang (52,3%).

5.2. Pembahasan

(51)

semakin bertambahnya usia seseorang maka semakin sering seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas persepsi seseorang. Selain itu pendidikan juga mempengaruhi kualitas persepsi. Dimana semakin lama seseorang menerima pendidikan maka semakin lama pula terjadi interaksi dengan lingkungannya baik formal atau informal (Notoadmojo, 2007). Hal ini akan berpengaruh terhadap proses memberi menangkap stimuli akibat dari interaksi dengan lingkungan yang disebut dengan persepsi (Rakhmat, 2007).

Pada penelitian ini diketahui bahwa dominan responden (59%) tidak menyetujui bahwa orang muda tidak memiliki resiko untuk terkena penyakit hipertensi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jesus (2007) di Brazil. Pada penelitian tersebut didapatkan bahwa 86,5 % responden tidak setuju akan peryataan tersebut. Tingginya tingkat persepsi yang benar pada penelitian yang dilakukan oleh Jesus dibandingkan dengan yang didapat oleh peneliti dapat disebabkan oleh faktor epidemiologi yang berbeda yaitu berbeda tempat, waktu dan orang yang mengikuti penelitian ini.

(52)

menjawab tidak setuju karena pengalaman mereka yang merasakan adanya gejala yang muncul ketika tekanan darah mereka naik.

Sebagian besar responden memiliki persepsi yang baik dalam menjawab pernyataan faktor resiko yang dapat menyebabkan penyakit hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena informasi yang diperoleh responden pada penelitian yang sudah tepat. Pada penelitian ini terdapat bahwa 67 % responden setuju bahwa hipertensi dapat disebabkan karena mengkonsumsi garam berlebih. Pada penelitian Lyamlomhe (2010) didapatkan 81,5 % responden setuju bahwa hipertensi dapat disebabkan karena mengkonsumsi garam berlebih. Pada pernyataan berikutnya, terdapat 61 % responden setuju dengan pernyataan bahwa stress dapat menyebabkan hipertensi. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lyamlomhe (2010), dimana pada penelitiannya didapatkan bahwa 86 % responden tidak setuju akan peryataan bahwa strees dapat menyebabkan hipertensi. Berdasarkan WHO, 2001 Stress merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penyakit hipertensi. Pada peryataan merokok dapat menyebabkan penyakit hipertensi 58 % responden yang setuju . Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lyalomhe (2010), dimana pada penelitiannya didapakan 58 % responden tidak setuju akan peryataan merokok dapat menyebabkan penyakit hipertensi. Menurut WHO, 2003 dijelaskan bahwa merokok merupakan salah satu faktor resiko untuk penyakit hipertensi Lyamlomhe dalam jurnalnya mengatakan bahwa mayoritas responden yang mengikuti penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Selain itu, informasi mengenai hipertensi yang mereka dapatkan juga masih kurang, dimana mereka hanya berpendapat bahwa hipertensi disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat. Hal ini dapat merupakan penyebab yang perbedaan hasil yang didapatkan peneliti dengan penelitian sebelumnya.

(53)

mengikuti penelitian yang setuju akan peryataan mengubah pola hidup dan menurunkan berat badan dapat mengurangi resiko hipertensi. Hal ini sesuai dengan JNC 7 dimana pengubahan pola hidup adalah langkah pertama sebelum pengobatan secara farmakologi. Pernyataan ini juga didukung Depkes (2010) yang menyatakan bahwa hipertensi dapat dicegah dengan mengubah pola hidup.

Berdasarkan tabel 5.9. dapat dilihat terdapat 68 % responden dalam penelitian ini yang setuju akan pernyataan hipertensi dapat diobati. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang diperoleh sebelumnya oleh Jesus (2007), dimana pada penelitiannya 67,5 % responden tidak setuju akan pernyataan bahwa hipertensi dapat diobati. Perbedaan hasil yang didapat oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya dapat disebabkan oleh perbedaan tempat, dimana peneliti melakukan penelitian di tingkat kabupaten sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan di Kota dari Sao Paulo sehingga memungkinkan informasi yang didapat juga berbeda. Sedangkan untuk pernyatan pengobatan hipertensi adalah seumur hidup sebagian besar pasien sudah memiliki persepsi yang benar, dimana terdapat 58 % responden yang setuju akan pernyataan tersebut dan dan hanya terdapat 30 % pasien yang setuju akan pernyataan pengobatan hipertensi hanya pada saat tekanan darah saya tinggi saja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jesus (2007), dimana pada penelitiannya didapatkan 84,1 % responden setuju akan pernyataan tersebut. Kesamaan hasil yang didapatkan oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya dapat disebabkan oleh karakteristik responden yang mengikuti penelitian yang sama, yaitu sebagian besar pegawai negeri sipil dan petani. Menurut Riaz, 2012 pengobatan antihipertensi umumnya untuk seumur hidup.

(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

6.1. 1. Persepsi Terhadap Penyakit Hipertensi

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Persepsi responden terhadap pengertian hipertensi berada dalam kategori kurang yaitu 42%.

2. Persepsi responden terhadap faktor resiko hipertensi berada dalam kategori baik yaitu 82,4 %.

3. Persepsi responden terhadap komplikasi penyakit hipertensi berada dalam kategori baik yaitu 80%.

4. Persepsi responden terhadap pengobatan farmakologi dan non farmakologi berada dalam kategori baik.

5. Persepsi responden terhadap lama pengobatan hipertensi berada dalam kategori cukup yaitu 61%.

6.2. Saran

1. Bagi penderita hipertensi di RSU Kabanjahe agar dapat meningkatkan pemahaman mengenai penyakit hipertensi dan pengobatannya.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Baihaqi, M.I.F., Sunardi, R.N.R.A., Dkk, 2007. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan). Bandung : PT Refika Aditama.

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. InaSH Menyokong Penuh Penanggulangan Hipertensi. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Hipertensi Faktor Resiko Utama Penyakit Kardiovaskular. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Guyton, A.C., John E. H., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Irmalita, 2003. Kontrol Tekanan Darah : Bagaimana Meningkatkan Kepatuhan Pasien. Dalam: Harimurti, G.M., Dkk, 2003. Hypertension, Vascular Disease: Management and Prevention From Dream to Reality. Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta, 103-105.

(56)

Kaplan, N.M., 2001. Treatment of Hypertension in General Practice USA : Department of Internal Medicine University of Texas.

Kaplan, N.M., 2006. Kaplan’s Clinical Hypertension. Ninth Edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.

Kusmana, D., 2003. Heart In Untreated Hypertension. Dalam: Harimurti, G.M., Dkk, 2003. Hypertension, Vascular Disease: Management and Prevention From Dream to Reality. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 1-9.

Kusmana, D., 2007. Mana Yang Harus Dipantau, Hipertensi atau Tekanan Darah. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Lyalomhe, G.B.S., Sarah L.L., 2010. Hypertension-Related Knowledge, Attitudes and Life-Style Practices Among Hypertensive Patirnts in a Sub-Urban Nigerian Community. Journal of Public Health and Epidemiology 2 (4): 71-77.

Mansjoer, A., dkk., 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Indonesia.

Morissan, M.A., 2010. Psikologi Komunikasi. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia, 2010.

(57)

Notoatmodjo, S., 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Price, S.A., Lorraine M.W., 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis, Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC, 2006.

Rahayoe, A.U., 2003. Terapi Medikamentosa Hipertensi Pada Usia Muda. Dalam: Harimurti, G.M., Dkk, 2003. Hypertension, Vascular Disease: Management and Prevention From Dream to Reality. Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta 138-140.

Rakhmat, J., 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.

Riaz, K., MD, 2012. Hypertension. Available from:

April 2012].

Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta : CV Sagung Seto.

Sunarto, 2004. Perilaku Organisasi. Yogyakarta : AMUS Yogyakarta.

The Seventh Report of Joint National Committe, 2003.

Prevention,Detection,Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. National Institute of Health, National Heart, Lung, and Blood Institute.

(58)

World Health Organization, 2001. Pengendalian Hipertensi Laporan Komisi Pakar WHO, Penerjemah Prof. Dr. Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB.

World Health Organization, 2003. 2003 The World Health

Organization/International Society of Hypertension(ISH) Statement on Management of Hipertension. Lippincot Williams & Willkins

(59)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

pASPPp

P

Nama : Sonya Arih Mehuli G

Tempat/Tanggal Lahir : Berastagi, 14 November 1991

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Jamin Ginting Gg Maju No. 26 Medan Riwayat Pendidikan : 1. TK Methodist Berastagi 1996-1997

2. SD Methodist Berastagi 1997-2003 3. SMP Negeri 1 Berastagi 2003-2006 4. SMA Negeri 1 Berastagi 2006-2009

5. Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara (2009) Riwayat Organisasi :-

Pas Photo

(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)

Darta laki-laki 60.0 SMA 4.0 3.0 4.0 4.0 4.0 4.0 2.0 2.0 2.0 2.0 4.0 4.0

cukup

baik Cukup baik

Mehamat perempuan 58.0 SMA 4.0 2.0 5.0 5.0 5.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 baik Baik

(67)

Lampiran 5

LEMBAR PENJELASAN

Saya yang bernama Sonya Arih Mehuli G adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Persepsi Penderita Hipertensi Terhadap Penyakit Hipertensi dan Pengobatannya di RSU Kabanjahe”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam rangka menyelesaikan proses belajar dan mengajar pada semester ketujuh.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak/ Ibu menjadi responden dalam penelitian ini dan mengisi kuesioner dengan jujur. Partisipasi Bapak/ Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga Bapak/ Ibu bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Data pribadi dan jawaban yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani lembar persetujuan.

Atas perhatian dan kesediaan Bapak/ Ibu menjadi responden dalam penelitian ini saya ucapkan terimakasih.

Medan, 2012

Peneliti,

(68)

Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bernama SonyaArih Mehuli G, dengan judul “Gambaran Persepsi Penderita Hipertensi Terhadap Penyakit Hipertensi dan Pengobatannya di RSU Kabanjahe”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan keluarga saya. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Kabanjahe, 2012

Responden,

(69)

Lampiran 5

LEMBAR KUESIONER

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pendidikan terakhir : a. SD b. SMP c. SMA d. Perguruan Tinggi Petunjuk Pengisian :

1. Semua pertanyaan dibawah harus dijawab sesuai dengan jawaban yang paling benar menurut Anda.

2. Jawabalah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda silang (×) pada kotak yang telah disediakan.

a. Persepsi terhadap penyakit hipertensi

NO Peryataan SS STJ RR TS STS

1

Setujukah Anda akan pernyataan ini “orang muda tidak memiliki resiko penyakit hipertensi. 2 Hipertensi adalah penyakit yang

tidak memiliki gejala khas. 3 Hipertensi dapat disebabkan

karena mengkonsumsi garam yang berlebihan.

4 Stress dapat menyebabkan penyakit tekanan darah tinggi. 5 Hipertensi yang tidak terkontrol

(70)

Lampiran 5

seperti penyakit ginjal, strooke, kerusakan mata dan kerusakan jantung.

6 Merokok dapat menyebabkan penyakit hipertensi.

7 Menurut Saya mengubah pola hidup seperti olahraga dan menurunkan berat badan dapat mengurangi resiko hipertensi.

b. Persepsi terhadap pengobatannya

No Pernyataan SS STJ RR TS STS

1 Saya berpendapat bahwa hipertensi dapat diobati.

2 Menurut Saya pengobatan hipertensi adalah seumur hidup”.

3 “Hipertensi adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan”.

4 Pengobatan hipertensi dapat mencegah komplikasi seperti penyakit ginjal, strooke, kerusakan mata dan kerusakan jantung.

(71)

Lampiran 5

J.K

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 37 37.0 37.0 37.0

perempuan 63 63.0 63.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pen.ter

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SD 23 23.0 23.0 23.0

SMP 17 17.0 17.0 40.0

SMA 22 22.0 22.0 62.0

PT 38 38.0 38.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

kelompokumur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 25-44 13 13.0 13.0 13.0

45-59 35 35.0 35.0 48.0

60-74 42 42.0 42.0 90.0

75-90 10 10.0 10.0 100.0

(72)

Lampiran 5

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(73)

Lampiran 5

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 3 3.0 3.0 3.0

3 6 6.0 6.0 9.0

4 61 61.0 61.0 70.0

5 30 30.0 30.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 2 2.0 2.0 2.0

3 7 7.0 7.0 9.0

4 77 77.0 77.0 86.0

5 14 14.0 14.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 9 9.0 9.0 9.0

3 31 31.0 31.0 40.0

4 58 58.0 58.0 98.0

(74)

Lampiran 5

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Gambar

Tabel 2.1. Klasifikasi hipertensi menurut The Seventh Report of The Joint
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Tabel 5.1. Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga selesailah penulisan skripsi yang berjudul “Gambaran Mekanisme Koping Lansia Penderita Hipertensi

hasil analisa dari penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas hidup yang dimiliki penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pajang Surakarta lebih dari 70 % dengan kualitas

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni juga menunjukkan bahwa pengetahuan informan tentang pengobatan TB paru pada umumnya masih kurang, terlihat dari

Kesimpulan: Setelah dilakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup aspek psikologis pada responden hipertensi di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas

Secara umum gambaran pengetahuan pasien hipertensi terhadap penyakit hipertensi yang dilakukan di UPTD Puskesmas Melur pada bulan Februari 2015 adalah cukup

pada peningkatan tekanan darah pada wanita. 22 Pada penelitian yang dilakukan oleh Sugiri 58 di Jawa Tengah menyebutkan prevalensi hipertensi pada wanita lebih tinggi

Hasil penelitian menunjukan bahwa penderita hipertensi dipuskesmas Bonang 1 Demak memiliki gaya hidup yang buruk dimana konsumsi garam yang buruk sebesar (79.1 %)

Berdasarkan sikap pencegahan kekambuhan hipertensi dari hasil penelitian terhadap 42 responden, didapatkan bahwa sebagian besar responden masuk pada kategori sikap cukup yaitu