• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Teknik Bangunan Irigasi Pedesaan di Desa Petir dan Desa Neglasari Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancangan Teknik Bangunan Irigasi Pedesaan di Desa Petir dan Desa Neglasari Kabupaten Bogor"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN TEKNIK BANGUNAN IRIGASI PEDESAAN

DI DESA PETIR DAN DESA NEGLASARI

KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

DEDE REZKIAN NOOR

F44080042

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ENGINEERING DESIGN OF RURAL IRRIGATION BUILDING

IN PETIR AND NEGLASARI VILLAGE

BOGOR DISTRICT

Dede Rezkian Noor1, Prastowo2

1Department of Civil and Environmental Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor

Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO BOX 220, Bogor, West Java, Indonesia.

ABSTRACT

The availability of water in rural irrigation schemes is a main factor have to be considered in managing irrigation water. This study was conducted in Neglasari village and Petir village. In Neglasari village, the problem was irrigation water shortage during dry season because water from the river did not flow into intake channel, whereas the problems in Petir village were unstable channel and the dam height was not sufficient. The purpose of this study was to prepare engineering design of dam in Neglasari village, and diversion box and dam in Petir Village. The engineering design of dam in the Neglasari village has been prepared with the construction of gabions, reinforced with concrete columns and the total construction cost of 17,363,000 rupiahs. The engineering design of diversion box in Petir village has been prepared with masonry construction and the total construction cost of 4,730,000 rupiahs. The engineering design of dam in Petir village has also been prepared with the construction of gabions and the total contruction cost of 7,000,000 rupiahs. The participation of farmers is the important factor for the success of rural irrigation schemes management.

(3)

Dede Rezkian Noor. F44080042. 2013. Rancangan Teknik Bangunan Irigasi Pedesaan di Desa Petir dan Desa Neglasari Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan Prastowo.

RINGKASAN

Pada kegiatan irigasi pedesaan, salah satu faktor utamanya adalah ketersediaan air. Ketersediaan air harus mencukupi kebutuhan air untuk kegiatan irigasi. Akan tetapi pada beberapa titik baik itu di Desa Petir maupun di Desa Neglasari, air yang ada tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air dari persawahan yang ada di lokasi tersebut. Pada penelitian ini ada tiga titik yang menjadi fokus permasalahan yaitu dua di Desa Petir dan satu di Desa Neglasari. Ketiga titik tersebut memiliki penyebab kekurangan air yang berbeda-beda.

Di Desa Neglasari sebenarnya tidak ada permasalan pada musim hujan. Permasalahan mulai timbul pada saat musim kemarau tiba, air yang dibutuhkan tidak mencukupi untuk mengairi persawahan para petani. Cara menanggulangi masalah tersebut bisa dilakukan dengan cara membangun bendung untuk menaikkan tinggi muka air pada saat musim kemarau.

Permasalahan pertama di Desa Petir adalah permasalahan dimana sebenarnya sudah ada aliran air yang akan mengairi sawah di sekitarnya, tetapi debit yang dibutuhkan kurang mencukupi karena pada saluran tersebut tanahnya kurang padat sehingga ada air yang merembes masuk ke dalam tanah. Penanggulangan masalah tersebut bisa dilakukan dengan cara pembangunan bangunan box bagi dan pemasangan pipa.

Permasalahan kedua terdapat di saluran di belakang yayasan dimana pada saluran tersebut telah dibangun bendung dari pasangan batu yang bertujuan untuk mengalirkan air ke persawahan. Akan tetapi air sama sekali tidak mengalir ke persawahan dan terbuang dengan percuma. Permasalahan ini akan diatasi dengan meninggikan bendung yang sudah ada agar air bisa masuk ke saluran intake.

(4)

RANCANGAN TEKNIK BANGUNAN IRIGASI PEDESAAN

DI DESA PETIR DAN DESA NEGLASARI

KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNIK

Pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

DEDE REZKIAN NOOR F44080042

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Rancangan Teknik Bangunan Irigasi Pedesaan di Desa Petir dan Desa Neglasari Kabupaten Bogor

Nama : Dede Rezkian Noor

NIM : F44080042

Menyetujui,

Pembimbing Akademik

Dr. Ir. Prastowo, M.Eng NIP. 19580217 198703 1 004

Mengetahui:

Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr NIP. 19600628 198503 1 002

(6)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Rancangan Teknik Bangunan Irigasi Pedesaan di Desa Petir dan Desa Neglasari Kabupaten Bogor adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 28 Januari 2013 Yang membuat pernyataan

(7)

© Hak cipta milik Dede Rezkian Noor, tahun 2013 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan meperbanyak tanpa izin tertulis dari

(8)

BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Samarinda, 9 Juni 1991 dari pasangan Bapak Tajuddin Noor dan Ibu Yani Patriani. Penulis melaksanakan pendidikannya dari SD Negeri007 Samarinda dilanjutkan ke SMP Negeri 1Samarinda dan kemudian ke SMA Negeri 1Samarinda. Penulis diterima di IPB melalui jalur USMI tahun 2008 dan masuk Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB angkatan 45 dibagian Teknik Struktur dan Infrastruktur. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis telah mengikuti organisasi kampus serta berbagai kepanitian untuk menambah pengalaman, baik yang menunjang pendidikan dan keprofesian maupun yang memperkaya pengalaman terutama softskill yang tidak didapatkan di bangku perkuliahan. Diantaranya adalah Staf Depertemen Pengembangan Sumber Daya SIL HIMATESIL 2010, Staf Departemen Ekonomi HIMATESIL 2011. Dan beberapa kepanitian, diantaranya Panitia PONDASI 2010 dan Panitia SIL EXPO 2011. Penulis juga berhasil memperoleh prestasi selama menjadi mahasiswa IPB baik akademik dan non akademik, diantaranya penerima beasiswa KALTIM tahun 2010-2012. Penulis melaksanakan Praktik Lapang di PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. dan

(9)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan iman sehingga bisa mengotimalkan potensi-potensi yang telah Allah berikan. Skripsi yang berjudul Rancangan Teknik Bangunan Irigasi Pedesaan di Desa Petir dan Desa Neglasari Kabupaten Bogor dapat diselesaikan karena nikmat Allah berupa akal untuk berfikir, ilmu yang bermanfaat, serta hati yang tergerak untuk melakukan hal yang bermanfaat. Sholawat serta salam saya tujukan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, hingga umatnya hingga akhir zaman, dan semoga kita bisa mengikuti sunah beliau sehingga selamat dunia akhirat.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini dapat terselesaikan karena dukungan dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Prastowo, M.Eng selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas kesabaran serta ilmu yang diberikan, semoga Allah mencatatnya sebagai amalan kebaikan.

2. Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, M.T dan Muhammad Fauzan S.T, M.T selaku dosen penguji. Terima kasih atas ilmu yang selama ini diberikan.

3. Orang tua tercinta, Bapak Tajuddin Noor dan Ibu Yani Patriani, serta adikku Dias Solihin Noor yang selalu memberi doa, dukungan moril maupun materil dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Pak Sukarsono, Qori M. Rhomdon dan Bayu Mulatama Martendreck yang sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Teman-teman satu bimbingan Akhmad Aziz, Windu Nugraha dan M. Ramdan.

6. Sahabat-sahabat satu perjuangan SIL’45. Semoga kita tetap istiqomah menggapai ridho Ilahi. Tetap berjuang dan terus berkarya. SIL WOW

7. Seluruh staf Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB yang telah banyak membantu baik selama perkuliahan maupun selama penelitian.

Penulis meminta maaf karena menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan dalam berbagai hal, karena keterbatasan penulis.Penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat.

Bogor, 28 Januari 2013

(10)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1. 2 Tujuan ... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 2

2.1 Jaringan Irigasi ... 2

2.1.1 Jaringan Irigasi Sederhana ... 2

2.1.2 Jaringan Irigasi Semi-teknis ... 3

2.1.3 Jaringan Irigasi Teknis ... 4

2.2 Petak Ikhtisar ... 6

2.3 Bangunan Irigasi ... 7

2.4 Saluran ... 9

2.4.1 Kegunaan Saluran ... 10

2.4.2 Jenis- Jenis Pasangan ... 12

2.5 Bangunan Bendung ... 12

2.5.1 Jenis- Jenis Bendung ... 13

2.5.2 Tinggi Bendung ... 13

2.5.3 Lebar Bendung ... 15

2.6 Bangunan Bagi ... 16

2.7 Limpasan ... 16

III. METODOLOGI ... 20

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ... 20

3.2 Alat Dan Bahan ... 20

3.3 Metode Penelitian ... 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Bangunan Bendung di Desa Neglasari ... 23

4.2 Bangunan Bagi di Desa Petir ... 32

(11)

v

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1 KESIMPULAN ... 46

5.2 SARAN ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(12)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.Jaringan Irigasi Sederhana ... 3

Gambar 2.Jaringan Irigasi Semi-teknis ... 4

Gambar 3.Jaringan Irigasi Teknis ... 6

Gambar 4. Penampang saluran berbentuk trapesium ... 10

Gambar 5. Tinggi Muka Air Bendung ... 14

Gambar 6. Lebar Efektif Mercu ... 15

Gambar 7. Kerangka Kerja Penelitian ... 22

Gambar 8. Kondisi eksisting sungai di Desa Neglasari ... 23

Gambar 9. Gambar teknik bendung beton Desa Neglasari ... 25

Gambar 10. Gambar teknik bendung bronjong Desa Neglasari ... 26

Gambar 11. Gambar potongan B-B bendung Desa Neglasari ... 27

Gambar 12. Desain Bendung menggunakan debit banjir maksimum ... 28

Gambar 13. Desain bendung menggunakan debit banjir maksimum (potongan B-B) ... 29

Gambar 14. Kondisi eksisting saluran di Desa Petir ... 32

Gambar 15. Kondisi eksisting saluran dan rancangan awal box bagi Desa Petir ... 34

Gambar 16. Gambar teknik bangunan box bagi Desa Petir ... 35

Gambar 17. Gambar teknik pipa di Desa Petir ... 36

Gambar 18. Kondisi bangunan terjun di lapangan ... 39

Gambar 19. Gambar teknik kondisi bendung eksisting di Desa Petir ... 41

Gambar 20. Gambar teknik bendung Desa Petir ... 42

(13)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Klasifikasi Jaringan Irigasi. ... 2

Tabel 2. Beberapa Alat Ukur Debit. ... 8

Tabel 3. Nilai koefisien kekasaran n untuk saluran alam berukuran kecil di dataran ... 9

Tabel 4. Unsur

unsur geometris penampang saluran trapesium. ... 10

Tabel 5. Angka-angka hasil pengukuran rembesan ... 11

Tabel 6. Harga

harga koefisien tanah rembesan C ... 11

Tabel 7. Nilai koefisien C pada Metode Rasional... 18

Tabel 8. Instruksi Pelaksana Bangunan Bendung Desa Neglasari ... 30

Tabel 9. Instruksi Pengawasan Bangunan Bendung Desa Neglasari ... 31

Tabel 10. Instruksi Pelaksana Bangunan Box Bagi Desa Petir ... 37

Tabel 11. Instruksi Pengawasan Bangunan Box Bagi Desa Petir ... 38

Tabel 12. Instruksi Pelaksana Bangunan Terjun Desa Petir ... 44

(14)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kondisi eksisting saluran sebelum pengerjaan bendung Desa Neglasari ... 49

Lampiran 2. Kondisi eksisting saluran sesudah pengerjaan bendung Desa Neglasari ... 50

Lampiran 3. Kondisi eksisting saluran sebelum pengerjaan box bagi Desa Petir ... 52

Lampiran 4. Kondisi eksisting saluran sesudah pengerjaan box bagi Desa Petir ... 53

Lampiran 5. Kondisi eksisting saluran sebelum pengerjaan bendung Desa Petir ... 55

Lampiran 6. Rencana Anggaran Biaya bendung di Desa Petir pada saat perencanaan ... 56

Lampiran 7. Peta daerah tangkapan air bendung Desa Neglasari ... 57

(15)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian atau bercocok tanam. Dari statistik pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 45% penduduk Indonesia bekerja di bidang agrikultur. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa negara ini memiliki lahan seluas lebih dari 31 juta hektar yang telah siap tanam, dimana sebagian besarnya ada di Pulau Jawa. Desa Petir dan Neglasari juga termasuk wilayah yang siap tanam. Oleh karena itu sebagian besar penduduknya bekerja di bidang agrikultur.

Pada kegiatan irigasi pedesaan, salah satu faktor utamanya adalah ketersediaan air. Ketersediaan air harus bisa mencukupi kebutuhan air untuk kegiatan irigasi sendiri.Akan tetapi pada beberapa titik baik itu di desa petir maupun di desa neglasari, air yang ada tidak mencukupi kebutuhan air dari tanaman yang ada di lokasi tersebut. Pada penelitian ini ada tiga titik yang menjadi fokus permasalahan yaitu dua di Desa Petir dan satu di Desa Neglasari. Ketiga titik tersebut memiliki penyebeb kekurangan air yang berbeda-beda.

Di desa neglasari sebenarnya tidak ada permasalan pada musim hujan. Yang jadi permasalahan adalah pada saat musim kemarau tiba, air yang dibutuhkan tidak mencukupi untuk mengairi persawahan para petani. Untuk menanggulangi masalah tersebut bisa dilakukan dengan cara membangun bendung bronjong untuk menaikkan tinggi muka air pada saat musim kemarau.

Sedangkan untuk di desa petir terdapat dua permasalahan. Yang pertama adalah permasalahan dimana sebenarnya sudah ada aliran air yang akan mengairi sawah di sekitarnya, akan tetapi debit yang dibutuhkan kurang mencukupi karena pada saluran tersebut tanahnya kurang padat sehingga ada air yang merembes masuk ke dalam tanah. Untuk menanggulangi masalah tersebut bisa dilakukan dengan cara pembuatan bangunan bagi dan pemasangan pipa di saluran yang tanahnya kurang stabil tersebut.

Permasalahan yang kedua terdapat di saluran di belakang yayasan dimana pada saluran tersebut telah dibangun bendung dari pasangan batu yang bertujuan untuk mengalirkan air ke persawahan. Akan tetapi air sama sekali tidak mengalir ke persawahan dan terbuang dengan percuma. Dan untuk permasalah ini akan diatasi dengan menggunakan meninggikan bendung yang sudah ada agar air bisa masuk ke saluran intake.

1. 2 Tujuan

(16)

2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jaringan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi (Departemen Pekerjaan Umum, 1986).

Mengacu pada Departemen Pekerjaan Umum (1986) cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu (1) jaringan irigasi sederhana, (2) jaringan irigasi semi teknis dan (3) jaringan irigasi teknis. Dan untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Klasifikasi Jaringan Irigasi.

Teknis Semi Teknis Sederhana

Bangunan Utama Bangunan permanen Bangunan permanen

atau semi permanen

Bangunan sementara Kemampuan dalam

mengukurdan mengatur debit

Baik Sedang Tidak mampu

mengatur atau mengukur

Jaringan saluran Saluran pemberi dan

pembuang terpisah

Saluran pemberi dan pembuang tidak sepenuhnya terpisah

Saluran pemberi dan pembuang menjadi

satu.

Petak tersier Dikembangkan

sepenuhnya

Belum dikembangkan dentitas bangunan tersier jarang

Belum ada jaringan terpisah yang dikembangkan Efisiensi secara

keseluruhan

50 – 60% 40 – 50% < 40%

Ukuran Tak ada batasan < 2000 hektar < 500 hektar

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum (1986)

2.1.1 Jaringan Irigasi Sederhana

(17)

3 Gambar 1.Jaringan Irigasi Sederhana

2.1.2 Jaringan Irigasi Semi-teknis

(18)

4 Gambar 2.Jaringan Irigasi Semi-teknis

2.1.3 Jaringan Irigasi Teknis

Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan teknis adalah pemisahan antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang. Hal ini berarti bahwa baik saluran irigasi maupun pembuang tetap bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing, dari pangkal hingga ujung. Saluran irigasi mengalirkan air irigasi ke sawah dan saluran pembuang mengalirkan air lebih dari sawah ke saluran pembuang alamiah yang kemudian akan diteruskan ke laut (lihat Gambar 3). Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang idealnya maksimum 50 ha, tetapi dalam keadaan tertentu masih bisa ditolerir sampai seluas 75 ha. Perlunya batasan luas petak tersier yang ideal hingga maksimum adalah agar pembagian air di saluran tersier lebih efektif dan efisien hingga mencapai lokasi sawah terjauh (Departemen Pekerjaan Umum, 1986).

Permasalahan yang banyak dijumpai di lapangan untuk petak tersier dengan luasan lebih dari 75 ha antara lain:

1. dalam proses pemberian air irigasi untuk petak sawah terjauh sering tidak terpenuhi. 2. kesulitan dalam mengendalikan proses pembagian air sehingga sering terjadi pencurian air. 3. banyak petak tersier yang rusak akibat organisasi petani setempat yang tidak terkelola dengan

(19)

5 Semakin kecil luas petak dan luas kepemilikan maka semakin mudah organisasi setingkat P3A/GP3A untuk melaksanakan tugasnya dalam melaksanakan operasi dan pemeliharaan. Petak tersier menerima air di suatu tempat dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu jaringan pembawa yang diatur oleh Institusi Pengelola Irigasi. Pembagian air di dalam petak tersier diserahkan kepada para petani. Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung di dalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan kuarter yang selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang primer. Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsip di atas adalah cara pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktu merosotnya persediaan air serta kebutuhan pertanian. Jaringan irigasi teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan pembuangan air lebih secara efisien (Departemen Pekerjaan Umum, 1986).

(20)

6 Gambar 3.Jaringan Irigasi Teknis

2.2 Petak Ikhtisar

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1986) peta ikhtisar adalah cara penggambaran berbagai macam bagian dari suatu jaringan irigasi yang saling berhubungan. Peta ikhtisar tersebut dapat dilihat pada peta tata letak. Peta ikhtisar umum dibuat berdasarkan peta topografi yang dilengkapi dengan garis-garis kontur dengan skala 1:25.000. Peta ikhtisar detail yang biasa disebut peta petak, dipakai untuk perencanaan dibuat dengan skala 1:5.000, dan untuk petak tersier 1:5.000 atau 1:2.000. Petak Ikhtisar dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Petak Tersier

(21)

7 2. Petak Sekunder

Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang semuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya saluran drainase. Luas petak sekunder dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi daerah yang bersangkutan. Saluran sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi daerah di sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang membatasinya. Saluran sekunder juga dapat direncanakan sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng medan yang lebih rendah. 3. Petak Primer

Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil air langsung dari bangunan penyadap. Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder.

2.3 Bangunan Irigasi

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1986) keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam praktek irigasi antara lain (1) bangunan utama, (2) bangunan pembawa, (3) bangunan bagi, (4) bangunan sadap, (5) bangunan pengatur muka air, (6) bangunan pembuang dan penguras serta (7) bangunan pelengkap. Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, (1) bendung, (2) pengambilan bebas, (3) pengambilan dari waduk, dan (4) stasiun pompa. Penjelasan mengenai berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi sebagai berikut :

1. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.

2. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir.

3. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier terakhir.

4. Saluran kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terakhir.

(22)

8 1. Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan tinggi pelayanan

yang direncanakan.

2. Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang masuk saluran dapat diatur.

3. Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk mengukur besarnya debit yang mengalir.

Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran yang dialirkan(Departemen Pekerjaan Umum, 1986).

Tabel 2. Beberapa Alat Ukur Debit.

Tipe Alat Ukur Mengukur Dengan Kemampuan Mengatur

Ambang lebar Aliran atas Tidak

Parshal flume Aliran atas Tidak

Cipoletti Aliran atas Tidak

Romijin Aliran atas Ya

Crump de gruyter Aliran bawah Ya Constant head orifice Aliran bawah Ya

Bangunan sadap pipa sederhana Aliran bawah Ya

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum (1986)

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1986) bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran pembuang, sedangkan kelebihan air di saluran dan dibuang melalui bangunan pelimpah. Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang kuarter, saluran pembuang tersier, saluran pembuang sekunder dan saluran pembuang primer. Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk :

1. mengeringkan sawah,

2. membuang kelebihan air hujan, 3. membuang kelebihan air irigasi.

(23)

9

2.4 Saluran

Jenis saluran terbuka dapat berbentuk selokan (parit), talang, terowongan atau pipa yang terisi air sebagian. Saluran terbuka ditandai oleh adanya permukaan air bebas. Berbagai persamaan digunakan untuk menghitung laju aliran dalam saluran terbuka. Persamaan yang biasa digunakan adalah persamaan Manning (Linsley dan Franzini, 1985) yaitu:

�= 1

� 2/3 1/2………..(1)

Q = V . A ………..(2)

Dimana V adalah kecepatan aliran rata-rata, n adalah koefisien manning, R adalah jari-jari hidrolik dan S adalah kemiringan garis energi. Besarnya koefisien kekasaran manning untuk saluran alam di dataran yang berukuran kecil, yaitu lebar atas pada taraf banjir kurang dari 100 feet dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai koefisien kekasaran n untuk saluran alam berukuran kecil di dataran

Tipe saluran dan deskripsinya minimum normal Maksimum

1. Bersih lurus, terisi penuh, tanpa rekahan atau ceruk dalam

0,025 0,030 0,033

2. Seperti diatas, banyak batu baru, tanaman pengganggu

0,030 0,035 0,040

3. Bersih, berkelok – kelok, berceruk, bertebing 0,033 0,040 0,045

4. Seperti diatas, dengan tanaman pengganggu, batu – batu

0,035 0,045 0,050

5. Seperti diatas, tidak terisi penuh, banyak kemiringan dan penampang yang kurang efektif

0,040 0,048 0,055

6. Seperti no. 4, berbatu lebih banyak 0,045 0,050 0,060

7. Tenang pada bagian lurus, tanaman

pengganggu, ceruk dalam

0,050 0,070 0,080

8. Banyak tanaman pengganggu, ceruk dalam atau jalan air penuh kayu dan ranting

0,075 0,100 0,150

Sumber: Chow, 1992

(24)

10 Gambar 4. Penampang saluran berbentuk trapesium

Tabel 4.Unsur – unsur geometris penampang saluran trapesium.

Unsur Geometris Rumus

Luas (A) ( B + zy) y …..………...(3)

Keliling basah (P) B + 2y 1 + 2…………....(4)

Jari – jari hidrolik (R) ( B + zy ) y

B + 2y 1+ �2………....(5)

Lebar puncak (T) B + 2zy ………..(6)

Kedalaman hidrolik (D) (B + zy ) y

B + 2zy ……….(7)

Faktor penampang (Z) ( B + zy ) y1.5

B + 2zy ………(8)

Sumber: Chow, 1992

2.4.1 Kegunaan Saluran

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1986) saluran pasangan dimaksudkan untuk : 1. Mencegah kehilangan air akibat rembesan.

2. Mencegah gerusan dan erosi.

3. Mencegah merajalelanya tumbuhan air. 4. Mengurangi biaya pemeliharaan.

5. Memberi-kelonggaran untuk lengkung yang lebih besar. 6. Tanah yang dibebaskan lebih kecil.

Tanda-tanda adanya kemungkinan terjadinya perembesan dalam jumlah besar dapat dilihat dari peta tanah. Penyelidikan tanah dengan cara pemboran dan penggalian sumuran uji di alur saluran akan lebih banyak memberikan informasi mengenai kemungkinan terjadinya rembesan. Pasangan mungkin hanya diperlukan untuk ruas-ruas saluran yang panjangnya terbatas. Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1986), memperkirakan kehilangan air di saluran dapat dilakukan dengan 3 cara :

1

z

B

(25)

11 1. Dengan melakukan pengukuran di lapangan :

a. Dilakukan uji pengukuran kehilangan air dengan cara melakukan survey pengukuran besarnya debit aliran masuk dan keluar dari suatu ruas saluran.

b. Dengan metode penggenangan. Pengukuran volume kehilangan air selama jangka waktu tertentu dibagi luas penempang basah saluran akan meghasilkan besarnya kehilangan air per m2.

2. Memakai angka rembesan hasil pengukuran terdahulu untuk jenis tanah yang sama seperti tertuang pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Angka-angka hasil pengukuran rembesan Type Material Banyak rembesan per 24 jam

yang melalui keliling basah (m3/hr)

Kerikil yang menjadi satu 0,00963

Tanah liat 0,01161

Sandy loam 0,01872

Abu vulkanis 0,01925

Abu vulkanis dengan pasir 0,02775

Pasir dan abu vulkanis atau liat 0,03398

Tanah berpasir dengan cadas 0,04757

Tanah berkerikil dan berpasir 0,06230

Angka-angka tersebut diatas digunakan untuk perkiraan permulaan banyaknya rembesan yang serius, maka diambil sebagai batas rembesan sebesar 0,157 m3 per m2 per hari. Jika banyak rembesan melebihi nilai tersebut maka saluran harus memakai pasangan.

3. Menggunakan rumus rembesan dari Moritz (USBR) :

Besarnya rembesan dapat dihitung dengan rumus Moritz (USBR)

S =0,035C Q/ v………(9)

Dimana :

S = kehilangan akibat rembesan, m3/dt per km panjang saluran

Q = debit, m3/ dt

V = kecepatan, m/dt

C = koefisien tanah rembesan, m/hari 0,035 = faktor konstanta, m/km

Harga – harga C dapat diambil seperti pada Tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6. Harga – harga koefisien tanah rembesan C

Jenis Tanah Harga C

(m/hari) Kerikil sementasi dan lapisan penahan

(hardpan) dengan geluh pasiran

0,10

Lempung dan geluh lempungan 0,12

Geluh pasiran 0,20

Abu vulkanik 0,21

Pasir dan abu vulkanis atau lempung 0,37

Lempung pasiran dengan batu 0,51

(26)

12

2.4.2 Jenis- Jenis Pasangan

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1986) banyak bahan yang dapat dipakai untuk pasangan saluran. Tetapi pada prakteknya di Indonesia hanya ada empat bahan yang dianjurkan pemakaiannya :

1. Pasangan batu. 2. Beton.

3. Tanah.

4. Dapat juga menggunakan Beton Ferro cement.

Pembuatan pasangan dari bahan-bahan lain tidak dianjurkan, dengan alasan sulitnya memperoleh persediaan bahan, teknik pelaksanaan yang lebih rumit dan kelemahan-kelemahan bahan itu sendiri. Pasangan batu dan beton lebih cocok untuk semua keperluan, kecuali untuk perbaikan stabilitas tanggul. Pasangan tanah hanya cocok untuk pengendalian rembesan dan perbaikan stabilitas tanggul. Tersedianya bahan di dekat tempat pelaksanaan konstruksi merupakan faktor yang penting dalam pemilihan jenis pasangan. Jika bahan batu tersedia, maka pada umumnya dianjurkan pemakaian pasangan batu. Pasangan dari bata merah mungkin bisa juga dipakai. Aliran yang masuk ke dalam retak pasangan dengan kecepatan tinggi dapat mengeluarkan bahan-bahan pasangan tersebut. Kecepatan maksimum dibatasi dan berat pasangan harus memadai untuk mengimbangi gaya tekan ke atas. Sebagai alternatif jenis-jenis lining, saat ini sudah mulai banyak diaplikasikan penggunaan material ferro cement untuk saluran irigasi dan bangunan air. Struktur ferro cement yang mudah dikerjakan dan ramah lingkungan sangat cocok untuk diterapkan diberbagai bentuk konstruksi. Bentuk penulangan yang tersebar merata hampir di seluruh bagian struktur memungkinkan untuk dibuat struktur tipis dengan berbagai bentuk struktur sesuai dengan kreasi perencananya (Departemen Pekerjaan Umum, 1986).

2.5 Bangunan Bendung

Bangunan bendung adalah bagian dari bangunan utama yang benar-benar dibangun di dalam air. Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai ke jaringan irigasi, dengan jalan menaikkan muka air sungai atau dengan memperlebar pengambilan di dasar sungai. Bila bangunan tersebut juga akan dipakai untuk mengatur elevasi air di sungai, ada dua tipe yang dapat digunakan yaitu bending pelimpah dan bending gerak (Mawardi, 2006).

Lokasi bangunan bendung dan pemilihan tipe yang paling cocok dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu:

1. Tipe, bentuk dan morfologi sungai

2. Kondisi hidrolis anatara lain elevasi yang diperlukan untuk irigasi 3. Topografi pada lokasi yang direncanakan

4. Kondisi geologi teknik pada lokasi 5. Metode pelaksanaan

6. Aksesibilitas dan tingkat pelayanan

Menurut Mawardi (2006) faktor-faktor yang disebutkan di atas akan dibicarakan dalam pasal-pasal berikut. Pasal terakhir akan memberikan tipe-tipe bangunan yang cocok untuk digunakan sebagai bangunan bendung dalam kondisi yang berbeda-beda. Aspek-aspek yang mempengaruhi dalam pemilihan lokasi bendung adalah :

1. Pertimbangan topografi

(27)

13 3. Pengaruh hidraulik

4. Pengaruh regime sungai 5. Tingkat kesulitan saluran induk

6. Ruang untuk bangunan pelengkap bendung 7. Luas layanan irigasi

8. Luas daerah tangkapan air 9. Tingkat kemudahan pencapaian 10.Biaya pembangunan

2.5.1 Jenis- Jenis Bendung

Menurut Mawardi (2006) jenis bendung ada bermacam-macam sesuai dengan fungsi,tipe struktur dan sifatnya. Bendung berdasarkan fungsinya dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:

1. Bendung penyadap; digunakan sebagai penyadap aliran sungai untuk berbagai keperluan seperti untuk irigasi, air baku dan sebagainya.

2. Bendung pembagi banjir; dibangun di percabangan sungai untuk mengatur muka air sungai sehingga terjadi pemisahan antara debit banjir dan debit banjir rendah sesuai dengan kapasitasnya. 3. Bendung penahan pasangan; dibangun di bagian sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut,

diantaranya untuk mencegah masuknya air asin.

Berdasarkan tipe strukturnya bendung dapat dibedakan menjadi: 1. Bendung tetap

2. Bendung gerak 3. Bendung kombinasi 4. Bendung kembang-kempis 5. Bendung bottom intake

Ditinjau dari segi sifatnya bendung dapat pula dibedakan menjadi:

1. Bendung permanen seperti bendung pasangan batu, beton dan kombinasi antara beton dan pasangan batu

2. Bendung semi permanen seperti bendung bronjong dan cerucuk kayu

3. Bendung darurat yang dibuat oleh masyarakat pedesaan seperti bendung tumpukan batu

2.5.2 Tinggi Bendung

Menurut Mawardi (2006) tinggi bendung merupakan ketinggian antara elevasi lantai bendung atau dasar sungai dan elevasi mercu. Dalam menentukan tinggi mercu bendung maka harus dipertimbangkan terhadap :

1. Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan; 2. Kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan;

3. Tinggi muka air genangan yang akan terjadi; 4. Kesempurnaan aliran pada bendung;

5. Kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung;

6. Tinggi mercu bendung, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan minimum 0,5 H (H = tinggi energi di atas mercu).

(28)

14 Untuk menentukan tinggi suatu bendung bisa digunakan dengan rumus yang lebih sederhana. Setelah mengetahui debit banjir maksimum dan kecepatan aliran sungai, bisa dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

H = Q / (V x b)………..…….(10)

Dimana : H = tinggi bendung (m)

Q = debit banjir maksimum (m3/detik) V = kecepatan aliran (m/detik) B = lebar bendung (m)

Selain tinggi bendung, juga dapat dihitung tinggi muka air diatas mercu bendung dengan persamaan sebagai berikut :

= � 2/3 2/3 ��� � 1.5……… …(11) Dimana : Q = debit banjir

Cd = koefisien debit g = gravitasi (9.8 m/dtk) B = lebar bendung

H = tinggi energi di atas mercu Bila disederhanakan rumusnya menjadi :

Q = C x B x H1.5………..(12)

(29)

15

2.5.3 Lebar Bendung

Lebar bendung, yaitu jarak antara pangkal-pangkalnya (abutment), sebaiknya sama dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil. Di bagian ruas bawah sungai, lebar rata-rata ini dapat diambil pada debi tpenuh (bankful discharge), di bagian ruas atas mungkin sulit untuk menentukan debit penuh. Dalam hal ini banjir rata-rata tahunan dapat diambil untuk menentukan lebar rata-rata bendung. Lebar maksimum bendung hendaknya tidak lebih dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai pada ruas yang stabil. Untuk sungai-sungai yang mengangkut bahan-bahan sedimen kasar yang berat, lebar bendung tersebut harus lebih disesuaikan lagi terhadap lebar rata-rata sungai, yakni jangan diambil 1,2 kali lebar sungai tersebut. Agar pembuatan bangunan peredam energi tidak terlalu mahal, maka aliran per satuan lebar hendaknya dibatasi sampai sekitar 12-14.m3/dt.m1, yang memberikan tinggi energi maksimum sebesar 3,5 –4,5 m (Departemen Pekerjaan Umum, 1986).

Lebar efektif mercu (Gambar 6) dihubungkan dengan lebar mercu yang sebenarnya (B), yakni jarak antara pangkal-pangkal bendung dan/atau tiang pancang, dengan persamaan berikut:

Be = B – 2 (nKp + K a) H1………..(13)

dimana: n = jumlah pilar

Kp = koefisien kontraksi pilar

Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung H1 = tinggi energi, m

Gambar 6.Lebar Efektif Mercu

(30)

16

2.6 Bangunan Bagi

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1986) bangunan bagi pada irigasi teknis dilengkapi dengan pintu dan alat pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah dan pada waktu tertentu. Namun dalam keadaan tertentu sering dijumpai kesulitan-kesulitan dalam operasi dan pemeliharaan sehingga muncul usulan sistem proporsional. Yaitu bangunan bagi tanpa pintu dan alat ukur tetapi dengan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Elevasi ambang ke semua arah harus sama.

2. Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama. 3. Lebar bukaan proporsional dengan luas sawah yang diairi.

Tetapi disadari bahwa sistem proporsional tidak bisa diterapkan dalam irigasi yang melayani lebih dari satu jenis tanaman dari penerapan sistem golongan. Untuk itu kriteria ini menetapkan agar diterapkan tetap memakai pintu dan alat ukur debit dengan memenuhi tiga syarat proporsional (Departemen Pekerjaan Umum, 1986).

1. Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.

2. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke saluran tersier penerima.

3. Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu rangkaian bangunan.

4. Box-box bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau lebih (tersier, subtersier dan/atau kuater)

2.7 Limpasan

(31)

17 Curah hujan lebih kemudian akan diturunkan dalam bentuk limpasan dan pengisian air tanah. Besarnya limpasan sebanding dengan proporsi koefisien limpasan pada wilayah tersebut. Sedangkan besarnya pengisian air tanah merupakan sisa nilai curah hujan lebih yang tidak menjadi limpasan. Total limpasan dan pengisian air tanah dapat dikelola dan dijadikan water supply. Untuk menduga besaran limpasan yang terjadi di suatu wilayah, perlu diketahui nilai koefisien aliran permukaan. Schwab et al (1981) menyatakan bahwa koefisien aliran permukaan (C) didefinisikan sebagai nisbah laju puncak aliran permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor utama yang mempengaruhi C adalah laju infiltrasi tanah, tanaman penutup dan intensitas hujan. Frekwensi terjadinya hujan mempengaruhi debit air dalam DAS.

Menurut Schwab, et al (1981) kapasitas suatu bangunan yang harus menampung limpasan

dapat disebut sebagai “laju limpasan rancangan”. Bangunan dan saluran dirancang untuk menampung limpasan yang terjadi dalam periode ulang teretentu. Untuk menduga besarnya debit puncak limpasan dapat digunakan metode rasional. Dasar yang melatar belakangi metode rasional adalah jika curah hujan dengan intensitas I terjadi secara terus menerus, maka laju limpasan langsung akan bertambah sampai mencapai waktu konsentrasi tc. Waktu konsentrasi tc tercapai ketika seluruh bagian DAS telah memberikan kontribusi aliran di outlet. Laju masukan pada sistem adalah hasil curah hujan dengan intensitas I pada DAS dengan luas A. Nilai perbandingan antara laju masukan dengan laju debit puncak (Qp) yang terjadi pada saat tc dinyatakan sebagai run-off coefficient(C) dengan nilai 0 ≤ C ≤ 1 (Chow, 1964)

Perhitungan dengan metode rasional dapat dilakukan dengan persamaan (14) :

=

...……….………(14)

Dimana: Q = Debit banjir maksimum (m3/dt) C = Koefisien pengaliran limpasan

I = Intensitas curah hujan rata-rata (mm/jam) A = Luas daerah pengaliran (km2)

I =

R24 24 24 t 2 3 ……….……….(15) Dimana, I : Intensitas hujan (mm/jam)

t : Lamanya hujan (jam)

R24 : Curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)

=

0,0195

0,77

100

−0,835………...….……...(16) Dimana: tc = Waktu konsentrasi (menit)
(32)
[image:32.595.101.524.100.598.2]

18 Tabel 7. Nilai koefisien C pada Metode Rasional

Topografi dan Vegetasi

Nilai C dalam Q = CiA Tekstur Tanah

Pasir lempung Liat dan lanau

lempung Sangat liat

Hutan

Datar (kemiringan 0 – 5%) 0.10 0.30 0.40

Landai (kemiringan 5 – 10%) 0.25 0.35 0.50

Berbukit (kemiringan 10 – 30%) 0.30 0.50 0.60

Padang Rumput

Datar 0.10 0.30 0.40

Landai 0.16 0.36 0.55

Berbukit 0.22 0.42 0.60

Area Budidaya

Datar 0.30 0.50 0.60

Landai 0.40 0.60 0.70

Berbukit 0.52 0.72 0.82

Area Pemukiman 30% area kedap

air 50% area kedap air

50% area kedap air

Datar 0.40 0.55 0.65

Landai 0.50 0.65 0.80

Sumber: Schwab, et al (1960)

Untuk mendapatkan besarnya curah hujan maksimum harian (R24) dilakukan perhitungan periode ulang hujan dengan distribusi Log-Pearson III. Tiga parameter penting dalam metode tersebut adalah harga rata – rata, simpangan baku dan koefisien kemencengan. Berikut ini langkah – langkah penggunaan distribusi Log-Pearson III (Suripin, 2004) :

- Mengubah data ke dalam bentuk logaritmis, X = log X - Menghitung harga rata-rata:

log

=

��=1log��
(33)

19 - Menghitung harga simpangan baku

=

��=1(log��− log� ) 2

�−1

0.5

……….…...(18) - Menghitung koefisen kemencengan

=

��=1(log��− log� ) 3

�−1 �−2 3 ………....,...………...(19) - Menghitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus

log

= log

+

.

………..………..(20) Dimana : n = Jumlah data.
(34)

20

III. METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan di Desa Petir dan Desa Neglasari, dilaksanakan pada bulan September-November 2012.

3.2 Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Target rod

2. Roll meter 3. GPS

4. Stopwatch dan pelampung 5. Auto CAD

6. Kamera digital 7. Alat tulis 8. Bahan Bangunan

3.3 Metode Penelitian

1. Observasi lapang

Melakukan kegiatan observasi untuk mengetahui medan lapangan terlebih dahulu sebelum melakukan pengukuran. Kegiatan observasi dilakukan satu kali. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui apa saja yang akan kita lakukan saat pengukuran dan alat apa saja yang digunakan saat pengukuran nanti.

2. Pengukuran

Kegiatan pengukuran dilakukan untuk memperoleh data yang ada di lapangan untuk menjadi acuan dalam kegiatan analisis dan penggambaran. Beberapa data pengukuran yang diambil di lapangan diantaranya adalah :

a. Untuk bangunan bendung Desa Neglasari dilakukan pengukuran lebar saluran, kedalaman saluran, tinggi talud, lebar talud, lebar intake dan kedalaman intake.

b. Untuk bangunan bagi Desa Petir dilakukan pengukuran lebar saluran, kedalaman saluran, lebar intake dan kedalaman intake.

(35)

21 3. Analisis dan Penggambaran

Setelah kegiatan pengukuran dilakukan analisis RAB dan penggambaran menggunakan Auto CAD.Kegiatan penggambaran meliputi penggambaran denah, detail dan gambar potongan.

4. Manajemen Konstruksi

(36)

22 Gambar 7. Kerangka Kerja Penelitian

Data Analisis Data Hasil Intrepertasi Implementasi Hasil Pengukuran dimensi (tinggi dan lebar) saluran Pengukuran dimensi (tinggi dan lebar) intake Data literatur dimensi bangunan irigasi Perhitungan RAB bangunan : 1. Bendung di Neglasari

[image:36.842.72.752.93.433.2]

2. Box Bagi di Petir 3. Bendung di Petir Pengerjaan

Gambar Teknik

Perhitungan dimensi bangunan : 1. Bendung di Neglasari

2. Box Bagi di Petir 3. Bendung di Petir

Spesifikasi dimensi bangunan : 1. Bendung di Neglasari

2. Box Bagi di Petir

3. Bendung di Petir Konstruksi bangunan irigasi pedesaan :

(37)

23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bangunan Bendung di Desa Neglasari

Desa Neglasari memiliki lahan pertanian seluas 35 hektar. Pembagiannya adalah 20 hektar untuk tanaman padi dan 15 hektar untuk tanaman non-padi. Dalam memenuhi kebutuhan air irigasi para petani mengambil air dari aliran Sungai Cisasah. Pada musim hujan kebutuhan air untuk pertanian relatif terpenuhi. Permasalahan mulai timbul jika musim kemarau tiba, para petani kesulitan untuk memperoleh air untuk mengairi sawah mereka.

(a) sebelum

[image:37.595.112.471.165.746.2]

(b) sesudah

(38)

24 Penanggulangan masalah tersebut bisa dilakukan dengan cara menaikkan tinggi muka air pada musim kemarau agar bisa masuk ke saluran. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan membangun bendung. Sesuai dengan fungsinya, tipe bendung yang akan dibangun adalah tipe bendung penyadap. Pada awalnya untuk bendung di desa neglasari akan dibangun menggunakan konstruksi beton (Gambar 9). Akan tetapi dalam pelaksanaannya diubah menjadi bendung dengan konstruksi bronjong. Hal ini dilakukan karena melihat banyaknya batu yang tidak terpakai di sekitar sungai sehingga memungkinkan untuk pembangunan bendung bronjong. Selain itu juga karena lokasi yang jauh dari jalan sehingga tidak memungkinkan untuk membangun bendung beton yang memerlukan banyak peralatan. Pada Lampiran 6, jika menggunakan bendung beton akan memerlukan dana yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan bronjong. Untuk bendung beton dibutuhkan dana sebesar Rp. 33.000.000,00.

Mengacu pada pengukuran yang sudah dilakukan, maka pembangunan bendung bronjong ini dilakukan melintang aliran sungai sepanjang 8 meter, lebar 3 meter dan tinggi 1,5 meter. Dimensi tiap bronjong adalah panjang 2 meter, lebar 1 meter dan tinggi 0,5 meter. Pada tubuh bendung terdiri dari tiga lapis bronjong yang dipasang secara berundak-undak. Untuk menjaga agar tubuh bendung tidak terbawa aliran sungai pada saat banjir maka dibangun 3 buah kolom dibelakang tubuh bendung bronjong. Kolom tersebut dari struktur beton dengan menggunakan bekisting berupa drum dengan diameter sebesar 50 cm. Pada saluran intake dan sayap bendung juga dilakukan perkuatan menggunakan bronjong untuk memperkuat saluran yang sudah ada sebelumnya. Sehingga total bronjong yang digunakan adalah sebanyak 50 buah. Pada awalnya bendung ini masih meloloskan air karena adanya rongga pada batu di dalam bronjong, tetapi seiring berjalannya waktu rongga-rongga tersebut akan terisi dengan endapan atau sedimentasi sehingga kedepannya bendung bronjong ini akan kedap atau tidak meloloskan air. Gambar lebih detailnya bisa dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11. Pada gambar tersebut terlihat bahwa bendung tidak lurus, melainkan agak miring dengan tujuan untuk mengalirkan/mengarahkan aliran air ke saluran intake.

Pengerjaan bendung ini berlangsung selama enam hari. Dana yang dikeluarkan pada pembangunan bendung di Desa Neglasari adalah sejumlah Rp. 17.363.270. Pada pelaksanaannya dimulai dengan pengerjaan perkuatan saluran intake terlebih dahulu. Setelah itu dilakukan pengerjaan tubuh bendung dan kolom. Pengerjaan yang terakhir adalah sayap bendung dan perkuatan tubuh bendung. Urutan pelaksaan pekerjaan bisa dilihat pada Tabel 8 dan untuk urutan pengawasan pekerjaan bisa dilihat pada Tabel 9.

(39)

Potongan C-C'

(Saat pembangunan Bendung)

40

40

210

212

60

128

Beton Susunan Batu

SKALA 1 : 150

Lantai Kerja (t= 5cm) Pasir Urug (t = 10cm)

A

A'

B

B'

U

850

900

C

C'

DENAH

SKALA 1 : 250

Potongan A-A'

600

150

Potongan B-B'

80 50

SKALA 1 : 250 SKALA 1 : 250

Potongan C-C'

(Setelah pembangunan Bendung)

40

210

212

60

128

Beton Susunan Batu

SKALA 1 : 150

Lantai Kerja (t= 5cm) Pasir Urug (t = 10cm)

SKALA SATUAN

[image:39.1191.65.973.46.798.2]

1:150 , 1:250 cm

[image:39.1191.421.1119.80.784.2]

GAMBAR TEKNIK BENDUNG DESA NEGLASARI

(40)

A A 200 200 200 200 100 100 800 50 50 50 150

100 100 158 158 100

3D14

20

20

2D14 D8-15

4

4

4

4

D:\Wallpaper\LOGO\IPB.jpg

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

NAMA GAMBAR:

SKALA :

CATATAN :

KODE Halaman Jumlah Halaman OWNER DRAFTER EDITOR

KD HAL JML

DENAH

POTONGAN A-A

DETAIL KOLOM

GAMBAR 10

DENAH, POTONGAN A-A

DAN DETAIL KOLOM

[image:40.1191.36.1127.48.784.2]
(41)

300

50

50

50

B

200

200 200

200

100

100

B

D:\Wallpaper\LOGO\IPB.jpg

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

NAMA GAMBAR:

SKALA :

CATATAN :

KODE Halaman Jumlah Halaman OWNER DRAFTER EDITOR

KD HAL JML

DENAH

[image:41.1191.41.1170.61.800.2]

POTONGAN B - B

GAMBAR 11

DENAH DAN POTONGAN

B-B BENDUNG, DESA

(42)

288

100

92

800

A A

200

200 200

200

100

100

D:\Wallpaper\LOGO\IPB.jpg

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

NAMA GAMBAR:

SKALA :

CATATAN :

KODE Halaman Jumlah Halaman OWNER DRAFTER EDITOR

KD HAL JML

DENAH

[image:42.1191.118.1158.42.797.2]

POTONGAN B - B

GAMBAR 12

DENAH DAN POTONGAN

A-A BENDUNG, DESA

(43)

300

380

288

100

B

200

200 200

200

100

100

B

D:\Wallpaper\LOGO\IPB.jpg

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

NAMA GAMBAR:

SKALA :

CATATAN :

KODE Halaman Jumlah Halaman OWNER DRAFTER EDITOR

KD HAL JML

DENAH

[image:43.1191.64.1191.57.803.2]

POTONGAN B - B

GAMBAR 13

DENAH DAN POTONGAN

B-B BENDUNG, DESA

(44)
[image:44.842.80.761.114.510.2]

30 Tabel 8. Instruksi Pelaksana Bangunan Bendung Desa Neglasari

SPESIFIKASI TEKNIS

VOLUME PEKERJAAN

HARGA

SATUAN JUMLAH

URUTAN PELAKSANAAN

Dimensi Bendung Pekerjaan kolom beton (1 : 2 : 3) URUTAN PEKERJAAN

Panjang 600 cm pekerjaan persiapan 30 m2 Rp 100.000 Rp 3.000.000 1. Persiapan pekerjaan, meliputi persiapan lokasi, Lebar 300 cm Semen Tiga Roda 5 sak Rp 65.000 Rp 325.000 gambar kerja dan tenaga kerja

Tinggi 150 cm Pasir 1 m3 Rp 185.000 Rp 185.000 2. Penyediaan alat dan bahan

Batu pecah (agregat) 1 m3 Rp 253.320 Rp 253.320 3. Pembersihan lokasi

BAHAN UTAMA Besi beton (ulir) diameter 14 mm 2 bh Rp 175.000 Rp 350.000 4. Pengerjaan perkuatan tubuh saluran intake

1. Pasir Tulangan pondasi cakar ayam 3 bh Rp 250.000 Rp 750.000 5. Pengerjaan tiang penahan bronjong

2. Batu kali Paku biasa 7 6,7 kg Rp 14.000 Rp 94.080 6. Pengerjaan tubuh bendung bronjong

3. Semen Kawat beton 3,1 kg Rp 27.700 Rp 85.870 7. Pengerjaan sayap dan perkuatan tubuh bendung

4. Kawat Bronjong Kayu kaso borneo 5 x 7 m 2 btg Rp 50.000 Rp 100.000 8. Perapihan Lokasi

Multiplex 9 mm (120 x 240 mm) 2 lbr Rp 110.000 Rp 220.000

JUMLAH Rp 5.363.270

Pekerjaan Bronjong

Batu Bronjol (untuk bronjong) 50 m3 Rp 150.000 Rp 7.500.000

Kawat Bronjong 50 m3 Rp 90.000 Rp 4.500.000

JUMLAH Rp 12.000.000

BIAYA TOTAL

(45)
[image:45.842.79.749.113.516.2]

31 Tabel 9. Instruksi Pengawasan Bangunan Bendung Desa Neglasari

SPESIFIKASI TEKNIS

VOLUME PEKERJAAN

HARGA

SATUAN JUMLAH

URUTAN PENGAWASAN

Dimensi Bendung Pekerjaan kolom beton (1 : 2 : 3)

Panjang 600 cm pekerjaan persiapan 30 m2 Rp 100.000 Rp 3.000.000 1. Pengawasan pada saat memasukkan batu ke

Tinggi 150 cm Pasir 1 m3 Rp 185.000 Rp 185.000 dalam bronjong

Batu pecah (agregat) 1 m3 Rp 253.320 Rp 253.320 2. Pengawasan terhadap pemasangan kawat

BAHAN UTAMA Besi beton (ulir) diameter 14 mm 2 bh Rp 175.000 Rp 350.000 bronjong

1. Pasir Tulangan pondasi cakar ayam 3 bh Rp 250.000 Rp 750.000 3. Pengawasan pada saat pengecoran tiang

2. Batu kali Paku biasa 7 6,7 kg Rp 14.000 Rp 94.080 4. Pengawasan pemasangan kawat penghubung

3. Semen Kawat beton 3,1 kg Rp 27.700 Rp 85.870

4. Kawat Bronjong Kayu kaso borneo 5 x 7 m 2 btg Rp 50.000 Rp 100.000

Multiplex 9 mm (120 x 240 mm) 2 lbr Rp 110.000 Rp 220.000

JUMLAH Rp 5.363.270

Pekerjaan Bronjong

Batu Bronjol (untuk bronjong) 50 m3 Rp 150.000 Rp 7.500.000

Kawat Bronjong 50 m3 Rp 90.000 Rp 4.500.000

JUMLAH Rp 12.000.000

BIAYA TOTAL

(46)

32

4.2 Bangunan Bagi di Desa Petir

Di Desa petir terdapat dua permasalahan. Permasalahan pertama terdapat di depan yayasan Ar-Rohman Nur-Rohim dan permasalahan yang kedua di belakang yayasan. Di titik yang pertama terdapat sebuah aliran yang terbagi dua. Aliran yang satu untuk mengairi lahan pertanian seluas 5 hektar dan aliran lainnya untuk mengairi lahan pertanian seluas 6 hektar. Permasalahannya adalah dimana sebenarnya sudah ada aliran air yang akan mengairi lahan pertanian di sekitarnya, akan tetapi debit yang dibutuhkan kurang mencukupi karena pada saluran tersebut tanahnya kurang padat sehingga ada air yang merembes masuk ke dalam tanah sehingga sedikit demi sedikit saat air melewati saluran tersebut mengalami penurunan debit.

(a) sebelum

[image:46.595.112.474.164.729.2]

(b) sesudah

(47)

33 Pada awalnya terdapat dua saran untuk menanggulangi masalah tersebut, pertama dengan melakukan perkerasan pada saluran (Gambar 15) atau dengan menggunakan pipa. Setelah melakukan diskusi dengan petani pengguna air, akhirnya tercapai kesepakatan bahwa yang akan dibangun adalah box bagi untuk pembagian airnya dan menggunakan pipa untuk menanggulangi masalah penurunan debit pada saluran yang tanahnya tidak stabil. Box bagi yang akan dibuat menggunakan konstruksi pasangan batu. Dimensi bangunan box bagi yang akan dibuat adalah tinggi 70 cm, lebar 150 cm dan panjang 175 cm. Sedangkan untuk pondasi dibuat sedalam 30 cm. Penggambaran lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 15 dan Gambar 16.

Pada box bagi tersebut, air yang masuk selanjutnya akan terbagi menjadi dua. Pada bagian yang mengairi 5 hektar hanya berupa skot balok yang bisa diatur tingginya sesuai dengan debit yang dibutuhkan. Pada bagian yang mengairi 6 hektar persawahan menggunakan pipa paralon 4 inchi sepanjang 40 meter dari bangunan bagi tersebut agar debit air tetap terjaga sampai ke persawahan, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 17. Pada pelaksanaannya, lokasi pembangunan box bagi bergeser sejauh 8 meter dari posisi saat perencanaan. Hal ini dilaksanakan agar box bagi tersebut memiliki ketinggian 1,5 meter dari saluran yang datar, dengan beda head sebesar 1,5 meter didapatkan debit air yang keluar dari pipa sebesar 10 l/dt sehingga mencukupi untuk mengairi lahan seluas 6 hektar.

Pengerjaan box bagi di Desa Petir menghabiskan dana sebesar Rp. 4.730.000,00. Urutan pengerjaan dimulai dengan pembersihan lahan.Kemudian pengerjaan pondasi untuk box bagi. Lalu pengerjaan box bagi yang nantinya akan dipasang pipa dan skot balok. Dan yang terakhir adalah pemasangan pipa untuk mengalirkan air dari box bagi ke persawahan. Urutan pengerjaan bisa dilihat pada Tabel 10 dan tata cara pengawasan bisa dilihat pada Tabel 11.

(48)

Potongan D-D'

SKALA 1 : 250

1000 150 1000 1000 1000 2000 40 40

DENAH

A

A'

C

C'

U

B

B'

D'

D

E

E'

SKALA 1 : 250

[image:48.1191.64.1147.122.763.2]

Beton Pasangan Batu Pasangan Batu

Potongan A-A'

Potongan B-B'

80

45

35

35

55

SKALA 1 : 100 SKALA 1 : 100 Beton

40

40

Potongan C-C'

40

40

Potongan E-E'

SKALA 1 : 100 SKALA 1 : 100

SKALA SATUAN

GAMBAR 15

GAMBAR TEKNIK BOX BAGI DESA PETIR

(49)

Arah aliran

25

25

175

55

25

50

20

25

25

60

40

25

25

175

Pipa 4"

Skot balok

Filter dari besi

D8-5

Existing tembok

A

A

B

B

100

150

25

55

50

20

25

175

15

40

70

10

30

100

Pipa 4"

Skot balok

Existing

Filter besi

D8-10

45

Pas. batu kali

25

100

25

150

10

30

40

70

100

Pas. batu kali

Filter besi D8-5

Skot balok

Pas. pasir semen

Pipa 4"

Existing

D:\Wallpaper\LOGO\IPB.jpg

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

NAMA GAMBAR:

SKALA :

CATATAN :

KODE Halaman Jumlah Halaman OWNER DRAFTER EDITOR

KD HAL JML

1 : 100

DENAH

[image:49.1191.62.1139.51.782.2]

1 : 30

GAMBAR 16

BOX BAGI DESA PETIR

POTONGAN A-A

1 : 25

POTONGAN B-B

(50)

20

25

10

30

20

10

2000

1000

800

SAMBUNGAN T

BOX BAGI

D:\Wallpaper\LOGO\IPB.jpg

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

NAMA GAMBAR:

SKALA :

CATATAN :

KODE Halaman Jumlah Halaman OWNER DRAFTER EDITOR

KD HAL JML

DENAH

[image:50.1191.196.1157.72.812.2]

KENI

GAMBAR 17

POTONGAN PIPA PADA

BOX BAGI, DESA PETIR

(51)
[image:51.842.87.757.142.478.2]

37 Tabel 10. Instruksi Pelaksana Bangunan Box Bagi Desa Petir

SPESIFIKASI TEKNIS

VOLUME PEKERJAAN

HARGA

SATUAN JUMLAH

URUTAN PELAKSANAAN

DIMENSI Pekerjaan kolom beton (1 : 2 : 3) URUTAN PEKERJAAN

Panjang 150 cm 1. BANGUNAN BAGI 1. Persiapan pekerjaan, meliputi persiapan lokasi,

Lebar 150 cm Batu belah 2 m3 Rp 185.000 Rp 370.000 gambar kerja dan tenaga kerja

Tinggi 70 cm Semen Tiga Roda 10 m3 Rp 65.000 Rp 650.000 2. Penyediaan alat dan bahan

upah tukang 3 m3 Rp 75.000 Rp 225.000 3. Pembersihan lokasi yang akan dibangun box bagi

BAHAN UTAMA Pasir 1 m2 Rp 185.000 Rp 185.000 4. Penggalian tanah sesuai dengan yang direncanakan

1. Pasir Rp 1.430.000 5. Pengurugan tanah

2. Batu kali 6. Pemasangan pondasi batu kali dengan adukan 1 : 3

3. Semen 7. Pemasangan dinding dengan adukan 1 : 3

4. Pipa PVC 2. PEKERJAAN PLUMBING 8. Plester tebal 2 cm, adukan 1 : 2 pada dinding

Pipa PVC AW 4" 18 Bh Rp 170.000 Rp 3.060.000 9. Perapihan Lokasi

Klem 20 Bh Rp 5.000 Rp 100.000

Belokan 90 2 Bh Rp 20.000 Rp 40.000

Baja tulangan 14 mm 10 Bh Rp 10.000 Rp 100.000

Rp 3.300.000

BIAYA TOTAL

(52)
[image:52.842.80.761.113.508.2]

38 Tabel 11. Instruksi Pengawasan Bangunan Box Bagi Desa Petir

SPESIFIKASI TEKNIS

VOLUME PEKERJAAN

HARGA

SATUAN JUMLAH

URUTAN PENGAWASAN

DIMENSI Pekerjaan kolom beton (1 : 2 : 3) URUTAN PENGAWASAN

Panjang 150 cm 1. BANGUNAN BAGI 1. Pengawasan pada adukan semen harus sesuai kriter

Lebar 150 cm Batu belah 2 m3 Rp 185.000 Rp 370.000 2. Pengawasan pada pemasangan pipa agar head yang

Tinggi 70 cm Semen Tiga Roda 10 m3 Rp 65.000 Rp 650.000 diperlukan terpenuhi

upah tukang 3 m3 Rp 75.000 Rp 225.000 3. Pengawasan pada dimensi bangunan bagi agar

BAHAN UTAMA Pasir 1 m2 Rp 185.000 Rp 185.000 sesuai dengan rencana kerja

1. Pasir Rp 1.430.000

2. Batu kali

3. Semen

4. Pipa PVC 2. PEKERJAAN PLUMBING

Pipa PVC AW 4" 18 Bh Rp 170.000 Rp 3.060.000

Klem 20 Bh Rp 5.000 Rp 100.000

Belokan 90 2 Bh Rp 20.000 Rp 40.000

Baja tulangan 14 mm 10 Bh Rp 10.000 Rp 100.000

Rp 3.300.000

BIAYA TOTAL

(53)

39

4.3 Bangunan Bendung di Desa Petir

[image:53.595.112.472.149.687.2]

Permasalahan kedua di Desa Petir terdapat di saluran di belakang yayasan Ar-Rohman Nur-Rohim, dimana pada saluran tersebut telah dibangun bendung dari susunan batu yang bertujuan untuk mengalirkan air ke lahan pertanian. Akan tetapi air sama sekali tidak mengalir ke persawahan dan terbuang dengan percuma. Hal ini disebabkan karena tinggi bendung yang lebih rendah dibandingkan intake untuk mengalirkan air ke lahan pertanian, sehingga air yang sudah dibendung tidak bisa masuk ke dalam saluran intake. Padahal debit air yang tersedia mencukupi untuk mengairi persawahan para petani. Kondisi eksisting saluran di lapangan bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

(54)

40 Pada permasalah ini akan diatasi dengan menaikkan tinggi muka air agar bisa masuk ke saluran intake. Bangunan yang sudah ada tidak diganti melainkan ditambah tingginya dengan menggunakan bronjong. Bronjong yang digunakan sama dengan bronjong di Desa Neglasari. Yang membedakan adalah sudah adanya bendung yang dibuat oleh warga. Pada pelaksanaannya tidak merusak bendung yang sudah ada, melainkan diperkuat. Pada bagian dasar bendung yang sudah ada diberi bronjong juga untuk menambah kekuatan bendung tersebut agar tidak terbawa pada saat debit tinggi (Gambar 19).

Dimensi bendung yang akan dibangun adalah panjang 6 meter, lebar 1,5 meter dan tinggi 2,5 meter. Karena sudah ada tubuh bangunan di lapangan maka untuk pengerjaannya hanya menambah satu bronjong diatas bangunan yang sudah ada. Sebanyak tiga bronjong yang dijajarkan, sehingga tinggi bendung yang awalnya hanya 2 meter menjadi 2,5 meter. Dan pada bagian dasar bendung juga ditambah bronjong sejumlah sembilan buah. Pada awalnya bendung ini masih meloloskan air karena adanya rongga-rongga pada batu di dalam bronjong, tetapi seiring berjalannya waktu rongga-rongga tersebut akan terisi dengan endapan atau sedimentasi sehingga kedepannya bendung bronjong ini akan kedap atau tidak meloloskan air. Gambar lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 20 dan Gambar 21.

(55)

Potongan D-D'

180

350

500 1100

65

SKALA 1 : 300

DENAH

A

A'

C C'

B

B'

U

D'

D

192 65 60 180 120 [image:55.1191.53.1183.67.794.2]

SKALA 1 : 350 Pasangan Batu Pasangan Batu

Potongan A-A'

Potongan B-B'

60

70

192

50

SKALA 1 : 100

SKALA 1 : 100

Potongan C-C'

65

50

SKALA 1 : 100

SKALA SATUAN

GAMBAR 19

GAMBAR TEKNIK BANGUNAN BENDUNG DESA PETIR

(56)

200

200

200

600

50

50

50

250

25

50

50

100

A

A

D:\Wallpaper\LOGO\IPB.jpg

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

NAMA GAMBAR:

SKALA :

CATATAN :

KODE Halaman Jumlah Halaman OWNER DRAFTER EDITOR

KD HAL JML

DENAH

[image:56.1191.122.1158.40.803.2]

POTONGAN A - A

GAMBAR 20

DENAH DAN POTONGAN

A-A BENDUNG, DESA

(57)

300

250

B

B

D:\Wallpaper\LOGO\IPB.jpg

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

NAMA GAMBAR:

SKALA :

CATATAN :

KODE Halaman Jumlah Halaman OWNER DRAFTER EDITOR

KD HAL JML

DENAH

[image:57.1191.45.1189.92.783.2]

POTONGAN B - B

GAMBAR 21

DENAH DAN POTONGAN

B-B BENDUNG, DESA

(58)
[image:58.842.87.790.94.571.2]

44 Tabel 12. Instruksi Pelaksana Bangunan Terjun Desa Petir

SPESIFIKASI TEKNIS

VOLUME PEKERJAAN

HARGA

SATUAN JUMLAH

URUTAN PELAKSANAAN

BAHAN UTAMA URUTAN PEKERJAAN

1. Kawat Bronjong Pekerjaan pengukuran 15 m2 Rp 100.000 Rp 1.500.000 1. Persiapan pekerjaan, meliputi persiapan lokasi,

2. Batu Bronjol Batu Bronjol 20 m3 Rp 175.000 Rp 3.500.000 gambar kerja dan tenaga kerja

3. Kawat Sambungan Kawat Bronjong 20 m3 Rp 100.000 Rp 2.000.000 2. Pembelian Batu Br

Gambar

Gambar 1.Jaringan Irigasi Sederhana
Gambar 2.Jaringan Irigasi Semi-teknis
Gambar 3.Jaringan Irigasi Teknis
Tabel 3. Nilai koefisien kekasaran n untuk saluran alam berukuran kecil di dataran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data primer diperoleh dengan dengan cara mengukur debit air pada saluran intake untuk mendapatkan dugaan debit aliran, wawancara dengan menggunakan kuesioner

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi ilmiah dan membuktikan khususnya kepada peternak di Desa Petir bahwa perlakuan pencacahan pada hijauan,

Pernanfaatan lahan untuk sawah lebih besar di desa Cihideuug Uir dari desa Sukajadi, sehiigga desa Cihideung Ilir memiliki potensi yang lebih besar untuk

Melalui penerapan prinsip eco-village , masyarakat di Desa Petir dapat mengelola lingkungan dan usaha ekonomi produktif yang hasilnya dapat meningkatkan pendapatan dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Kebutuhan air irigasi Desa Kebonagung dan sekitarnya yakni daerah Desa Sriharjo yang dilalui aliran irigasi dari Bendung Tegal.. (2)

permasalahan dalam skripsi ini adalah dimana ada petani di Desa Panyabungan Tonga yang melakukan penguasaan/penyumbatan aliran air sawah yang menguntungkan secara

Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan dimensi saluran, bangunan bagi dan bangunan sadap berdasarkan debit kala ulang 5, 50, dan 100 tahun di kawasan

Gambar salah satu petak sawah Gambar kolam ikan tradisional di persawahan.. Gambar kolam ikan emas Pembuatan kolam ikan yang