Lampiran 1
Data Variabel Non Performing Loan, Return On Asset, Loan to Deposit Ratio, dan Liquidity Risk
Perusahaan Perbankan Periode 2010-2012
NO
EMITEN
NPL ROA LDR Liquidity Risk
Lampiran 2
Data Variabel Financial Distress (Z-SCORE) Perusahaan Perbankan Periode 2010-2012
NO EMITEN
2010 2011 2012
Financial
Distress KONDISI
Financial
Distress KONDISI
Financial
Distress KONDISI
1 AGRO 2.552 Rawan 2.187 Rawan 2.361 Rawan
2 BABP 2.203 Rawan 2.124 Rawan 2.123 Rawan
3 BACA 2.752 Sehat 2.15 Rawan 2.183 Rawan
4 BBCA 1.842 Rawan 1.88 Rawan 2.041 Rawan
5 BBKP 2.002 Rawan 2.126 Rawan 2.345 Rawan
6 BBNI 2.487 Rawan 2.414 Rawan 2.397 Rawan
7 BBRI 2.506 Rawan 2.5 Rawan 2.574 Rawan
8 BCIC 2.354 Rawan 1.811 Rawan 1.869 Rawan
9 BEKS 5.169 Sehat 2.338 Rawan 3.192 Sehat
10 BJBR 2.803 Sehat 2.473 Rawan 2.488 Rawan
11 BNII 2.25 Rawan 2.195 Rawan 2.258 Rawan
12 BSIM 2.155 Rawan 2.055 Rawan 2.523 Rawan
13 BSWD 3.189 Sehat 2.861 Sehat 2.671 Sehat
14 BVIC 1.414 Rawan 1.845 Rawan 2.172 Rawan
15 MAYA 2.688 Sehat 2.299 Rawan 2.065 Rawan
16 MCOR 2.354 Rawan 1.98 Rawan 2.164 Rawan
Lampiran 3 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NPL 51 .00 .51 .0457 .07649
ROA 51 -.13 5.15 .7206 1.19647
LDR 51 .40 838.00 17.1483 117.24114
LIQUIDITYRISK 51 -1.67 1.49 -.1077 .77243
ZSCORE 51 1.41 5.17 2.3395 .52858
Lampiran 4
Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 51
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .37238571
Most Extreme Differences Absolute .109
Positive .109
Negative -.086
Kolmogorov-Smirnov Z .779
Asymp. Sig. (2-tailed) .578
2. Uji Multikoleniaritas
1 (Constant) 2.076 .075 27.666 .000
NPL 4.957 .727 .717 6.817 .000 .975 1.026
ROA .041 .047 .093 .878 .384 .960 1.042
LDR 2.649E-5 .000 .006 .056 .956 .973 1.028
LIQUIDITYRISK -.062 .072 -.091 -.870 .389 .985 1.015
3. Uji Heterokedastisitas
4. Uji Autolorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .710a .504 .461 .38824 2.218
a. Predictors: (Constant), LIQUIDITYRISK, ROA, NPL, LDR
Lampiran 5
Pengujian Hipotesis
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 7.036 4 1.759 11.670 .000a
Residual 6.934 46 .151
Total 13.970 50
a. Predictors: (Constant), LIQUIDITYRISK, ROA, NPL, LDR b. Dependent Variable: ZSCORE
2. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Coefficientsa
LIQUIDITYRISK -.062 .072 -.091 -.870 .389
a. Dependent Variable: ZSCORE
3. Koefisien Determinasi (R2)
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Tarmizi & Willyanto K. Kusumo. 2003. “Analisis Rasio-Rasio Keuangan sebagai Indikator dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perbankan di
Indonesia”, Media Ekonomi dan Bisnis, Vol.XV, No.1, Juni, pp.54-75.
Adi, Suyatmin Waskito dan Rahmawati, Aryani Intan Endah. 2015. “Analisis Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2013”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, ISSN: 2460-0784.
Almilia, Luciana Spica dan Herdiningtyas, Winny, 2005. “Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000 – 2002”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 7, No. 2, Nopember 2005 ISSN 1411 – 0288.
Aryati, Titik & Shirin Balafif. 2007. “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesehatan Bank dengan Regresi Logit”. Journal The Winners, Vol. 8, No. 2, September 2007.
Atmini, Sari dan Wuryana. 2005. “Manfaat Laba Dan Arus Kas Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Textile Mill Products Dan Appared And Other Textile Products Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, Hal. 460-474.
Bestari, Adhistya Rizky dan Rohman, Abdul, 2013. “Analisis pengaruh Rasio Camel Terhadap Kondisi Bermasalah Bank Pada Sektor Perbankan Periode 2007-2011”, Diponegoro Journal Of Accounting Volume 2 Nomor, 3 Tahun, 2013, ISSN:337-3806, 2013, Hotchkiss, Edith S., et all, Bankcruptcy and The Resolution of Financial Distress. SSRN number 1086942, 2008.
Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan, Edisi kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia.
_____ __. 2009. Manajemen Perbankan, Edisi kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Fahmi, Irham, 2015. Manajemen Perbankan Konvensional & Syariah. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi ketiga, Badan penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis Kritis laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hilman, Iim. 2014. “The Bank Bankruptcy Prediction Models Based Of Financial Risk (An Emperical Study of Indonesian Banking Crises)”. International Journal of Economics and law, Vol. 4, Issue 2 June ISSN 2289-1552.
Kasmir. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada, Edisi 7, Jakarta.
______. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
______. 2014. Dasar-dasar Perbankan, PT Raja Grafindo Persada, Edisi Revisi, Jakarta.
______. 2014. Manajemen Perbankan, PT Raja Grafindo Persada, Edisi Revisi, Jakarta.
Khaliq, Ahmad, dkk.. 2014. “Identifying Financial Distress Firms: A Case Study of Makaysia’s Goverrnment Linked Companies (GLC)”, International Journal of Economics, Finance and Management, Vol.3 No.3, April 2014.ISSN: 2307-2466.
Kodrat, David Sukardi dan Indonanjaya, Kurniawan. 2010. Manajemen Investasi: Pendekatan Teknikal dan Fundamental. Yogyakarata: Graha Ilmu.
Lestari. 2009. “Analisis Tingkat Kesehatan Bank-Bank Pemerintah Dengan Pemerintah Dengan Menggunakan Metode Camels Dan analisis Diskriminan Periode 2006-2008”, Skripsi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gunadarma, Jakarta.
Mulyani, Sri. 2009. “Implementasi Manajemen Risiko Pembiayaan dalam Upaya Menjaga Likuiditas Bank Syariah (Studi pada PT Bank Syariah Mandiri Cabang Malang)”. Skripsi UIN Malang.
Nugroho, Lukman Chakim. 2011. “Analisis Pengaruh CAR, NPL, NIM, BOPO Dan LDR terhadap Tingkat Profitabilitas Perbankan ( Studi Kasus pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 – 2011”). Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang.
Nurazi, Ridwan. 2005. “An Indonesian Study of the Use of CAMEL(S)
Ratios as Predictors of Bank Failure”, Journal of Economic and Social Policy, Vol. 10, Iss. 1, 2005, Art. 6.
Pandia, Frianto. 2012. Manajemen Dana dan Kesehatan Bank. Jakarta:PT rineka cipta.
Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005.
Prasetyo. Eka Adhi. 2011. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Financial Distress Perusahaan Perbankan yang Listing di BEI tahun 2006-2008”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.
Priyatno, Duwi. 2013. Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS, Mediakom, Yogyakarta.
Purwasih, Tetty. 2013. “Pengaruh Rasio Caamel dan Risiko Perbankan Terhadap Kondisi Financial Distress Perusahaan Perbankan”, Skripsi Yang Dipublikasi, Jurusan Akuntansi Universitas Pasundan. Bandung.
Ramadhani, Ayu Suci, dan Lukviarman, Niki. 2009. “Perbandingan Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi, Dan Altman Modifikasi Dengan Ukuran Dan Umur Perusahaan Sebagai Variabel Penjelas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”, Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 13 No. 1.
Sarwono, Jonathan. 2012. Mengenal SPSS Statistics 20 Aplikasi Untuk Riset Eksperimental, Kompas Gramedia, Jakarta.
Situmorang, Syafrizal Helmi, dkk.. 2010. Analisis Data Untuk Riset Manajemen dan Bisnis. Medan: USU Press.
Sugiyono, 2011. Statistika untuk Penelitian, ALFABETA, Bandung.
____ ___. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, ALFABETA, Bandung.
Sujarweni, Wiratna. 2015. Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Sumantri dan Jurnali, Teddy, 2010. “Manfaat Rasio Keuangan dalam Memprediksi Kepailitan Bank Nasional”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No.1, April 2010, hlm.39-52.
Tunggal, Amin Widjaja. 2010. Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan, Harvarindo, Jakarta.
www.idx.co.id
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah asosiatif. Menurut Sujarweni
(2015:16), “penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih”. Sedangkan dalam
Sedarmayanti dan Syafrudin (2011:42) “penelitia asosiatif adalah penelitian yang
bersifat menghubungkan dua variabel atau lebih dapat berupa hubungan sebab
akibat, hubungan saling mempengaruhi, dan hubungan sejajar”.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bursa Efek Indonesia (BEI) melalui media internet
dengan menggunakan situs www.idx.co.id mulai dari bulan Januari 2016 sampai
dengan Februari 2016.
3.3. Batasan Operasional Variabel
Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam
membahas dan mengnalisis permasalahan dalam penelitian yang dilakukan
peneliti. Adapun yang menjadi batasn operasional penelitian adalah:
1. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah financial
distress.
2. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
3. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia
selama tahun 2010-2012.
3.4. Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Tabel 3.1
Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
No Variabel Konsep Indikator Skala
3.5. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011).
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 41 perusahaan dengan
periode penelitian selama 3 tahun, Peneliti mengambil 17 perusahaan sebagai
sampel dengan beberapa kriteria yang telah ditetapkan sehingga jumlah seluruh
sampel adalah sebanyak 51. Teknik pengumpulan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel
berdasarkan suatu ktiteria tertentu. Adapun yang menjadi kriteria perusahaan
dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Perusahaan yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua perusahaan
perbankan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (listing) selama tiga 2. Risiko
Perbanka n (X4)
Liquidity Risk Liquidity Risk
= ×10
1,1<Z<2,6 : Kondisi rawan Z< 1,1 : Kondisi financial distress
tahun berturut-turut dengan pengamatan dari tahun 2010 sampai dengan tahun
2012.
2. Perusahaan Perbankan tersebut telah menerbitkan laporan keuangan tahunan
(financial statement) yang telah di audit untuk periode pengamatan tahun 2010
sampai dengan tahun 2012.
3. Perusahaan yang dijadikan sampel penelitian, memiliki kelengkapan data yang
menyangkut data yang akan diteliti oleh penulis, seperti memiliki data atau
rasio Non Performing Loan, Return On Asset, Loan to Deposit Ratio.
Berikut ini merupakan hasil pengolahan data jumlah perusahaan yang
dapat dijadikan sebagai sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Tabel 3.2
Daftar Populasi dan Sampel
17 BINA Bank Ina Perdana √ x x ─
18 BJBR Bank Jabar Banten √ √ √ 10
19 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa
Timur
Sumber: data olahan peneliti
3.6. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang meliputi laporan
keuangan perusahaan periode 2010 sampai dengan 2012 yang diperoleh dari
3.7. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui metode
dokumentasi. Data dikumpulkan dari berbagai sumber data yang relevan dengan
penelitian, yaitu melalui buku, jurnal, skripsi, dan data-data internet.
3.8. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif dan analisis statistik. Bila dilihat dari tinjauan penelitian ini yaitu ingin
mengetahui pengaruh rasio CAMEL yang terdiri atas rasio net performing loan,
rasio return on asset, rasio lon to deposit ratio dan risiko perbankan yaitu liquidity
risk terhadap kondisi financial distress perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2012, maka metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan tahap-tahap sebagai berikut:
3.8.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk
menganalisis dan mengolah data-data yang tersedia sehingga diperoleh
gambaran yang jelas mengenai fakta-fakta dan hubungan antara fenomena
yang diteliti.
3.8.2. Uji Asumsi Klasik
Asumsi klasik digunakan untuk mempelajari kekuatan antara
variabel sehingga dari hubungan tersebut dapat ditaksir nilai variabel tidak
bebas jika variabel bebasnya diketahui atau sebaliknya. Uji asumsi klasik ini
3.8.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas data menjadi prasyarat pokok dalam analisis,
digunakan untuk melihat tingkat normalitas data. Tingkat kenormalan
data sangat penting karena dengan data yang berdistribusi normal,
maka data tersebut dianggap dapat mewakili populasi. Pengujian
dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov atau grafik P-P Plot.
Kriteria ujinya adalah apabila nilai signifikansi residual
Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05(Asymptotic Significance)>0,05, maka
residual terdistribusi secara normal dan jika grafik P-P Plot menyebar
mengikuti garis diagonal maka residual terdistribusi normal (Priyatno,
2013:34-53).
3.8.2.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat terjadinya
hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna antar
variabel independen dalam model regresi (Priyatno, 2013:56).
Multikolinearitas akan terjadi jika korelasi antar variabel bebas
menunjukan nilai yang sangat tinggi atau mendekati 1. Pengujian lain
dapat dilakukan dengan menggunakan nilai Varian Inflation Factor
(VIF). Jika nilai VIF > 5, maka terjadi multikolinearitas antar variabel
3.8.2.3. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi digunakan untuk melihat apakah terjadi
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat suatu periode
dengan periode sebelumnya. Uji ini dilakukan dengan menggunakan
pengujian Durbin Waston. Terjadinya autokorelasi adalah jika 1<DW
> 3 (Sarwono, 2012:97).
3.8.2.4. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas digunakan untuk melihat keadaan di mana
terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan
pada model regresi. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
masalah heterokedasitas (Priyatno, 2013:62).
Uji heterokedastisitas dilakukan dengan uji Glejser Testing
yaitu dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai
absolut residual (residual adalah selisih antara nilai observasi dengan
nilai prediksi, dan absolut adalah nilai mutlaknya). Jika nilai
signifikansi antara variabel independen dengan residual lebih dari
0,05, maka tidak terjadi heterokedasitas (Ghozali, 2005).
3.8.3. Analisis Regresi Berganda
Pada tahap ini dijelaskan hubungan antara variabel dependen dan
independen dengan metode regresi berganda dengan rumus :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Y = Financial Distress (Z-Score)
a = konstanta
X1 = NPL
X2 = ROA
X3 = LDR
X4 = LIQUIDITY RISK
b1 = koefisien regresi variabel NPL
b2 = koefesien variabel ROA
b3 = koefesien variabel LDR
b4 = koefesien variabel LIQUIDITY RISK
e = error
3.8.4. Pengujian Hipotesis
3.8.4.1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua
variabel bebas berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat.
Pada uji ini nilai F hitung akan dibandingkan dengan F tabel pada tingkat
signifikan (α) = 5%
Kriteria pengambilan keputusan :
Ho diterima jika F hitung < F tabel pada α = 5%
3.8.4.2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat secara parsial.
Pada uji ini nilai t hitung akan dibandingkan dengan t tabel pada tingkat
signifikan (α) = 5%
Kriteria pengambilan keputusan:
H0 diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5%
H0 ditolak jika t hitung > t tabel pada α = 5%
3.8.4.3. Koefisien Determinasi (R2)
Nilai Adjusted R Square menunjukkan proporsi variabel
dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Semakin tinggi
nilai Adjusted R Square maka akan semakin baik bagi model regresi
variabel terikat juga semakin besar. Kelemahan mendasar dalam
penggunaan koefisien determinasi adalah biasa terhadap jumlah
variabel independen. Semakin banyak variabel independen
ditambahkan ke dalam model maka R square akan meningkat
walaupun variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan ke
dalam model. Oleh karena itu banyak peneliti yang menganjurkan
untuk menggunakan nilai Adjusted R Square untuk mengevaluasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, dimana jumlah seluruh perusahaan perbankan tersebut adalah 41
perusahaan. Setelah data terkumpul, seluruh perusahaan yang termasuk dalam
populasi diseleksi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Dari penyeleksian
tersebut diperoleh 17 perusahaan yang menjadi sampel atau 51 data observasi
yang memenuhi kriteria. Berikut tabel data NPL, ROA, LDR, Liquidity Risk dan
Financial Distress (Z-Score) untuk tahun 2010-2012.
4.1.1 Deskripsi Nilai Variabel NPL
NPL adalah perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan
dengan tingkat kolektibilitas dengan total kredit yang diberikan bank.
Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan
dan macet, (Dendawijaya, 2005).
Non Performing Loan (NPL) atau sering disebut juga kredit
bermasalah merupakan variabel bebas kedua (X2) yang termasuk dalam
rasio CAMEL yaitu asset, Rasio NPL dapat dihitung dengan cara sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Non Performing LoanRatio Perusahaan Perbankan Periode 2010-2012
Tabel 4.1 menunjukkan tingkat rasio non performing loan yang
dimiliki perusahaan perbankan selama periode 2010-2012. Dapat dilihat
bahwa nilai rasio non performing loan terkecil selama tahun 2010 sampai
2012 adalah perusahaan BBCA dengan nilai 0.004, sedangkan nilai rasio
non performing loan terbesar selama tahun 2010 sampai 2012 adalah
perusahaan BEKS dengan niai 0.509.
4.1.2 Deskripsi Nilai Variabel ROA
ROA (Return On Assets) digunakan untuk mengukur kemampuan
yang dihasilkan dari total asset bank yang bersangkutan. Semakin besar
ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut
(Dendawijaya, 2005).
Return On Assets (ROA) merupakan variabel bebas ketiga (X3)
dari variabel CAMEL, besarnya nilai return on assets dapat dihitung
dengan rumus berikut ini:
Tabel 4.2
Return On Asset Ratio Perusahaan Perbankan Periode 2010-2012
Tabel 4.2 menunjukkan tingkat rasio return on asset yang dimiliki
memiliki return on asset terkecil pada tahun 2010 sampai 2012 dimiliki
oleh perusahaan BEKS dengan nilai -0.129. Sedangkan return on asset
dengan nilai terbesar pada tahun 2010 sampai 2012 dimiliki oleh
perusahaan MEGA sebesar 2.74.
4.1.3 Deskripsi Nilai Variabel LDR
Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan
cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak
ketiga, LDR terebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kredit yang diberikan sebagi sumber likuiditas, (Dendawijaya,
2005).
Loan to Deposite Ratio (LDR) merupakan variabel bebas yang
keempat (X4) dari variabel rasio CAMEL, adapun rumus untuk mencari
LDR adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Loan to Deposit Ratio Perusahaan Perbankan Periode 2010-2012
NO EMITEN
LDR
2010 2011 2012
1 AGRO 0.857 0.568 0.824
2 BABP 0.849 0.849 0.795
3 BACA 0.506 0.442 0.59
4 BBCA 0.552 0.617 0.686
5 BBKP 0.718 0.85 0.838
6 BBNI 0.702 0.704 0.775
7 BBRI 0.751 0.762 0.798
8 BCIC 0.708 0.839 0.828
10 BJBR 0.715 0.729 0.741
11 BNII 0.89 0.951 0.93
12 BSIM 0.736 0.695 0.808
13 BSWD 0.873 0.811 0.831
14 BVIC 0.402 0.636 0.676
15 MAYA 0.783 0.821 0.806
16 MCOR 0.812 0.793 0.802
17 MEGA 0.56 0.637 0.524
Tabel 4.3 menunjukkan tingkat rasio loan to deposit ratio yang
dimiliki perusahaan perbankan selama periode 2010-2012. Perusahaan
yang memiliki loan to deposit ratio terkecil pada tahun 2010 sampai 2012
dimiliki oleh perusahaan BVIC dengan nilai 0.402. Sedangkan loan to
deposit ratio dengan nilai terbesar pada tahun 2010 sampai 2012 dimiliki
oleh perusahaan BNII sebesar 0.951.
4.1.4 Deskripsi Nilai Variabel Liquidity Risk
Risiko perbankan ini merupakan risiko yang timbul akibat kurang
tersedianya alat-alat likuid bank sehingga tidak mampu memenuhi
kewajiban-kewajibannya baik untuk memenuhi penarikan titipan oleh para
penyimpan maupun memberikan pinjaman kepada para calon debitur
(Pandia, (2012:204)).
Tabel 4.4
Liquidity RiskRatio Perusahaan Perbankan Periode 2010-2012
NO EMITEN
Liquidity Risk
2010 2011 2012
1 AGRO -0.183 -0.235 -0.077
Tabel 4.4 menunjukkan tingkat rasio liquidity risk yang dimiliki
perusahaan perbankan selama periode 2010-2012. Perusahaan yang
memiliki liquidity risk terkecil pada tahun 2010 sampai 2012 dimiliki oleh
perusahaan MCOR dengan nilai -1.607. Sedangkan liquidity risk dengan
nilai terbesar pada tahun 2010 sampai 2012 dimiliki oleh perusahaan
MCOR sebesar 1.49.
4.1.5 Deskripsi Nilai Variabel Financial Distress
Dengan kondisi rasio-rasio keuangan yang dimiliki setiap
perusahaan, tidak semua rasio yang bernilai negatif menyebabkan
perusahaan diprediksi berpotensi mengalami financial distress begitu juga
perusahaan yang memiliki rasio keuangan bernilai positif belum tentu
sehat ditentukan oleh jumlah hasil perkalian rasio keuangan dengan nilai
regresi tiap variabel. Besarnya nilai Z-Score dipengaruhi oleh besar
kecilnya nilai rasio keuangan yang diperoleh.
Tabel 4.5
Nilai Financial Distress Perusahaan Perbankan Periode 2010-2012
NO EMITEN
2010 2011 2012
FD KONDISI FD KONDISI FD KONDISI
1 AGRO 2.552 Rawan 2.187 Rawan 2.361 Rawan
Tabel 4.5 menunjukkan nilai financial distress yang dimiliki
perusahaan perbankan selama periode 2010-2012. Dari hasil perhitungan
Z-Score, pada tahun 2010 terdapat 12 perusahaan diprediksi berpotensi
dalam kondisi rawan (grey area) dan 5 perusahaan yang diprediksi dalam
keadaan sehat. Perusahaan dengan Z-Score paling rendah dimiliki
perusahaan BVIC dengan nilai Z-Score 1.414, sedangkan perusahaan
dengan Z-Score paling tinggi dimiliki perusahaan BEKS dengan nilai
Pada tahun 2011 terdapat 16 perusahaan diprediksi berpotensi
dalam kondisi rawan, dan 1 perusahaan yang diprediksi dalam keadaan
sehat. Perusahaan dengan Z-Score paling rendah dimiliki perusahaan
BCIC dengan nilai Z-Score 1.811, sedangkan perusahaan dengan Z-Score
paling tinggi dimiliki perusahaan BSWD dengan nilai Z-Score 2.861.
Pada tahun 2012 terdapat 15 perusahaan diprediksi berpotensi
dalam kondisi rawan, dan 2 perusahaan yang diprediksi dalam keadaan
sehat. Perusahaan dengan Z-Score paling rendah dimiliki perusahaan
BCIC dengan nilai Z-Score 1.869, sedangkan perusahaan dengan Z-Score
paling tinggi dimiliki perusahaan BEKS dengan nilai Z-Score 3.192.
Perusahaan dengan nilai Z-Score paling rendah yang diprediksi
berpotensi financial distress kecenderungan memiliki beberapa rasio
keuangan negatif dengan nilai cukup tinggi yang berarti adanya
ketidaksesuaian perbandingan masing-masing rasio tersebut diantaranya
rendahnya nilai likuiditas, profitabilitas dan rentabilitas ekonomi dan
leverage. Secara keseluruhan semakin besar nilai rasio keuangan yang
dihasilkan, maka semakin sehat perusahaan.
4.2. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi dari variabel-variabel
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NPL 51 .00 .51 .0457 .07649
ROA 51 -.13 5.15 .7206 1.19647
LDR 51 .40 838.00 17.1483 117.24114
LIQUIDITYRISK 51 -1.67 1.49 -.1077 .77243
ZSCORE 51 1.41 5.17 2.3395 .52858
Valid N (listwise) 51
Dari tabel 4.6 dapat dijelaskan beberapa hal seperti yang dijelaskan di
bawah ini:
a. Variabel rasio NPL memiliki nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 0,51
dengan rata-rata sebesar 0,0457 dan standar deviasi ,07649 dengan jumlah
observasi sebanyak 51.
b. Variabel rasio ROA memiliki nilai minimum -,13 dan nilai maksimum 5,15
dengan rata-rata sebesar 0,7206 dan standar deviasi 1,19647 dengan jumlah
observasi sebanyak 51.
c. Variabel rasio LDR memiliki nilai minimum 0,40 dan nilai maksimum 838,00
dengan rata-rata sebesar 17,1483 dan standar deviasi 117,24114 dengan jumlah
observasi sebanyak 51.
d. Variabel rasio Liquidity Risk memiliki nilai minimum -1,67 dan nilai
maksimum 1,49 dengan rata-rata sebesar -0,1077 dan standar deviasi 0,77243
e. Variabel z-score memiliki nilai minimum 1,41 dan nilai maksimum 5,17
dengan rata-rata sebesar 2,3395 dan standar deviasi 0,52858 dengan jumlah
observasi sebanyak 51.
4.3. Pengujian Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi
memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis,
maka dalam penelitian ini perlu dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu yang
meliputi: uji normalitas data, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji
autokorelasi yang dilakukan sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan menguji apakah variabel residual
berdistribusi normal atau tidak. Uji statistik yang dapat digunakan untuk
menguji apakah residual berdistribusi normal adalah uji statistik non
parametric Kolmogorov-smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:
H0 : data residual berdistribusi normal
Ha : data residual tidak berdistribusi normal
Apabila nilai signifikasi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan
sebaliknya jika nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak atau Ha
diterima.
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 51
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .37238571
Most Extreme Differences Absolute .109
Positive .109
Negative -.086
Kolmogorov-Smirnov Z .779
Asymp. Sig. (2-tailed) .578
a. Test distribution is Normal.
Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.7 diperoleh besarnya nilai
Kolmogorov-Smirnov adalah 0.472 dan signifikan pada 0,979. Nilai signifikasi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima yang berarti data residual
berdistribusi normal. Data yang berdistribusi normal tersebut juga dapat
Gambar 4.1 Histogram
Grafik histogram pada Gambar 4.1 menunjukkan pola distribusi
normal karena grafik tidak menceng kiri maupun menceng kanan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi
normalitas. Demikian pula hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot
Pada Gambar 4.2 grafik normal p-plot terlihat bahwa data menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat
korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Jika pada model
regresi terjadi multikolinearitas, maka koefisien regresi tidak dapat ditaksir
dan nilai standard error menjadi tidak terhingga. Deteksi multikolenaritas
(VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka
model dapat dikatakan terbebas dari multikolenearitas (Priyatno, 2013:56).
Tabel 4.8
1 (Constant) 2.076 .075 27.666 .000
NPL 4.957 .727 .717 6.817 .000 .975 1.026
ROA .041 .047 .093 .878 .384 .960 1.042
LDR 2.649E-5 .000 .006 .056 .956 .973 1.028
LIQUIDITYRISK -.062 .072 -.091 -.870 .389 .985 1.015
a. Dependent Variable: ZSCORE
Dari data pada Tabel 4.8, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
gejala multikolinearitas antara variabel independen yang diindikasikan dari
nilai tolerance setiap variabel independen lebih besar dari 0,1 yakni sebesar
0,975 (NPL), 0,980 (ROA), 0,973 (LDR), 0,985 (Liquidity Risk) dan nilai
VIF lebih kecil dari 10 yakni sebesar 1,026 (NPL), 1,042 (ROA), 1,028
(LDR), 1,015 (Liquidity Risk).
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heterokedastisitas. Menurut Nugroho (2005:62) cara memprediksi ada
Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot yang
menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat heteroskedastisitas
jika :
1. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka
0,
2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja,
3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali,
4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
Gambar 4.3
Pada Gambar 4.3 garfik scatterplot terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0
pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai
untuk memprediksi Z-Score perusahaan jasa perbankan yang terdaftar di
BEI berdasarkan masukan variabel independen rasio NPL, rasio ROA, rasio
LDR dan rasio liquidity risk.
4. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat
korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan
pengganggu periode sebelumnya dalam model regresi. Jika terjadi
autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh
menjadi tidak akurat, sehingga model regresi yang baik adalah model
regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian
Durbin Watson (DW). Dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi
apabila nilai du < dw < 4 – du.
Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .710a .504 .461 .38824 2.218
Tabel 4.9 menyajikan hasil uji Durbin Watson dengan menggunakan
program SPSS Versi 16. Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai
statistik Durbin Watson (dw) sebesar 2,218. Nilai ini akan peneliti
bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5%,
jumlah pengamatan (n) sebanyak 51, dan jumlah variabel independen 4
(k=4). Maka berdasarkan tabel Durbin Watson didapat nilai batas atas (du)
sebesar 1,7218 dan nilai batas bawah (dl) sebesar 1,3855. Oleh karena itu,
nilai (dw) lebih besar dari 1,7218 dan lebih kecil dari 4 – 1,7218 atau dapat
dinyatakan bahwa 1,7218 < 2,218 < 4 - 1,7218 (du < dw < 4 – du). Dengan
demikian dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi baik positif maupun
negatif.
4.4. Analisis Regresi Berganda
Pengaruh rasio NPL, rasio ROA, rasio LDR dan rasio liquidity risk
terhadap prediksi financial distress (suatu studi pada perusahaan perbankan di
bursa efek indonesia) dapat dilihat dari hasil analisis regresi berganda. Pengujian
koefisien regresi bertujuan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen baik secara bersama-sama maupun secara
individual serta dengan uji koefisien determinasi. Dalam penelitian ini uji
hipotesis yang digunakan meliputi; uji signifikansi simultan (Uji-F), uji
4.5. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda.
Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16. Berdasarkan hasil
pengolahan data dengan program SPSS versi 16, maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara
simultan antara variabel rasio NPL, rasio ROA, rasio LDR dan rasio
liquidity risk terhadap financial distress dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel pada tingkat signifikansi (α) = 5%.
Hasil uji simultan melalui pengolahan SPSS dapat dilihat dalam
tabel berikut ini :
Tabel 4.10 Hasil Uji-F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 7.036 4 1.759 11.670 .000a
Residual 6.934 46 .151
Total 13.970 50
a. Predictors: (Constant), LIQUIDITYRISK, ROA, NPL, LDR b. Dependent Variable: ZSCORE
Pada Tabel 4.10, dari uji ANOVA (Analysis of Variance) didapat
Ftabel diketahui sebesar 2,57. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui
bahwa Fhitung > Ftabel (11,670>2,57) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi
dapat disimpulkan bahwa variabel rasio NPL, rasio ROA, rasio LDR dan
rasio liquidity risk secara simultan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap financial distress pada perusahaan transportasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
2. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Uji-t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Uji ini
dilakukan dengan membandingkan signifikasi thitung dengan ttabel dengan
ketentuan:
- jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak untuk α = 5% atau
signifikansi > 0,05,
- jika thitung > ttabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak untuk α = 5% atau
signifikansi < 0,05.
Nilai thitung dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini:
Tabel 4.11
LIQUIDITYRISK -.062 .072 -.091 -.870 .389
Hasil pengujian statistik thitung pada Tabel 4.11 dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pengujian terhadap variabel rasio NPL
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat ditentukan bahwa variabel rasio NPL
pengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress (Z-Score),
koefisiennya menunjukkan 6,817 dengan nilai signifikasi 0,000 < 0,05
dan thitung(6,817) > ttabel(2,013). Dengan demikian diterima Ha artinya
variabel rasio likuiditas secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap financial distress (Z-Score) pada perusahaan
perbankan pada tingkat kepercayaan 95%.
2. Pengujian terhadap variabel rasio ROA
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat ditentukan bahwa variabel rasio ROA
mempunyai tidak berpengaruh terhadap financial distress (Z-Score),
koefisiennya menunjukkan 0,878 dengan nilai signifikasi 0,384 > 0,05
dan thitung(0,878) < ttabel(2,013). Dengan demikian diterima Ho artinya variabel
rasio ROA secara parsial tidak berpengaruh dan signifikan terhadap
financial distress (Z-Score) pada perusahaan perbankan pada tingkat
kepercayaan 95%.
3. Pengujian terhadap variabel rasio LDR
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat ditentukan bahwa variabel rasio LDR
tidak berpengaruh terhadap financial distress (Z-Score), koefisiennya
menunjukkan 0,056 dengan nilai signifikasi 0,956 > 0,05 dan thitung(0,056)
secara parsial tidak berpengaruh dan signifikan terhadap financial
distress (Z-Score) pada perusahaan perbankan pada tingkat kepercayaan
95%.
4. Pengujian terhadap variabel rasio liquidity risk
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat ditentukan bahwa variabel rasio liquidity
risk tidak berpengaruh terhadap financial distress (Z-Score),
koefisiennya menunjukkan -0,870 dengan nilai signifikasi 0,389 > 0,05
dan thitung(-0,870) < ttabel(2,013). Dengan demikian diterima H0 artinya
variabel rasio liquidity risk secara parsial tidak berpengaruh dan
signifikan terhadap financial distress (Z-Score) pada perusahaan
perbankan pada tingkat kepercayaan 95%.
3. Koefisien Determinasi (R2)
Nilai koefisien korelasi R menunjukkan seberapa besar korelasi atau
hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen.
Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0,5 dan
mendekati 1.
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar variabel
independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai adjusted R square
adalah nol sampai dengan satu. Apabila nilai adjusted R square semakin
mendekati satu, maka variabel-variabel independen memberikan semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.
Sebaliknya, semakin kecil nilai adjusted R square, maka kemampuan
semakin terbatas. Nilai adjusted R square memiliki kelemahan yaitu nilai
adjusted R square akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel
independen meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, digunakan nilai
adjustedR square untuk mengevaluasi mana model regresi terbaik.
Tabel 4.12
Hasil Analisis Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .710a .504 .461 .38824
a. Predictors: (Constant), LIQUIDITYRISK, ROA, NPL, LDR
b. Dependent Variable: ZSCORE
Nilai Adjusted R Square pada Tabel 4.12 menunjukkan hubungan
antara variabel rasio NPL, rasio ROA, rasio LDR dan rasio liquidity risk
terhadap financial distress (Z-Score) adalah sebesar 0,710 atau sama dengan
71% yang artinya mempunyai tingkat hubungan yang sangat kuat. Dengan
demikian variabel rasio NPL, rasio ROA, rasio LDR dan rasio liquidity risk
secara bersamaan mampu memberikan penjelasan pada variabel financial
distress (Z-Score) sebesar 71%.
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil pengujian regresi secara simultan menunjukkan adanya
pengaruh positif dan signifikan variabel rasio NPL, rasio ROA, rasio LDR dan
rasio liquidity risk terhadap financial distress. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Fhitung
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian terdahulu dilakukan Simangunsong (2013) yang menyatakan bahwa
rasio NPL, rasio ROA, rasio LDR dan rasio liquidity risk secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap prediksi financial distress.
1. Pengaruh Rasio NPL Terhadap Financial Distress
Dari hasil pengujian secara parsial diketahui bahwa rasio NPL
berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress. Rasio NPL
menunjukkan bahwa t hitung sebesar 6,817 dengan nilai signifikansi 0,000
sedangkan t tabel adalah sebesar 2,013 sehingga thitung(6,817) < ttabel(2,013), maka rasio
NPL secara individual berpengaruh terhadap financial distress. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Martharini (2012) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
rasio NPL berpengaruh dan signifikan terhadap kondisi financial distress.
2. Pengaruh Rasio ROA Terhadap Financial Distress
Dari hasil pengujian secara parsial diketahui bahwa rasio ROA tidak
berpengaruh terhadap financial distress. Rasio ROA menunjukkan bahwa t hitung
sebesar 0,878 dengan nilai signifikansi 0,384 sedangkan t tabel adalah sebesar
2,013 sehingga thitung(0,878) < ttabel(2,013), maka rasio ROA secara individual tidak
berpengaruh terhadap financial distress. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bestari
(2013) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rasio ROA tidak
3. Pengaruh Rasio LDR Terhadap Financial Distress
Dari hasil pengujian secara parsial diketahui bahwa rasio LDR tidak
berpengaruh terhadap financial distress. Rasio LDR menunjukkan bahwa t hitung
sebesar 0,56 dengan nilai signifikansi 0,956 sedangkan t tabel adalah sebesar
2,013 sehingga thitung(0,56) < ttabel(2,013), maka rasio LDR secara individual tidak
berpengaruh terhadap financial distress. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari
(2014) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rasio LDR tidak
berpengaruh terhadap kondisi financial distress.
4. Pengaruh Rasio Liquidity Risk Terhadap Financial Distress
Dari hasil pengujian secara parsial diketahui bahwa rasio liquidity risk
tidak berpengaruh dan signifikan terhadap financial distress. Rasio liquidity risk
menunjukkan bahwa t hitung sebesar -0,870 dengan nilai signifikansi 0,389
sedangkan t tabel adalah sebesar 2,013 sehingga thitung(-0,870) < ttabel(2,013), maka
rasio liquidity risk secara individual tidak berpengaruh terhadap financial
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan
dalam bab empat, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
pengaruh rasio non performing loan, rasio return on asset, rasio loan to deposit
ratio, dan rasio liquidity risk) terhadap financial distress (z-score) baik secara
simultan maupun parsial.
a. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan secara simultan rasio non
performing loan, rasio return on asset, rasio loan to deposit ratio dan rasio
liquidity risk berpengaruh positif dan signifikan terhadap prediksi financial
distress perusahaan perbankan, dimana tingkat signifikansi lebih kecil dari 5%
dan nilai F hitung sebesar 4,830 lebih besar dari nilai F tabel sebesar 2,58. Hal
ini menunjukkan peningkatan variabel rasio non performing loan, rasio return
on asset, rasio loan to deposit ratio dan rasio liquidity risk secara simultan akan
mengakibatkan peningkatan financial distress, begitu juga sebaliknya. Dari
hasil ini, dapat disimpulkan rasio non performing loan, rasio return on asset,
rasio loan to deposit ratio dan rasio liquidity risk bersama-sama mempengaruhi
financial distress perusahaan perbankan tahun 2010-2012. Sehingga hipotesis
diterima.
b. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan secara parsial rasio non
performing loan berpengaruh dan signifikan terhadap prediksi financial
dan nilai t hitung sebesar 6,817 lebih besar dari t tabel sebesar 2,013.
Hubungan rasio non performing loan dan financial distress menurut hasil
penelitian ini adalah positif dimana financial distress akan meningkat jika nilai
rasio non performing loan meningkat, begitu juga sebaliknya. Sehingga
hipotesis diterima.
c. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan secara parsial rasio return
on asset tidak berpengaruh dan signifikan terhadap prediksi financial distress
perusahaan perbankan, dimana tingkat signifikansi lebih besar dari 5% dan
nilai t hitung sebesar 0,878 lebih kecil dari nilai t tabel sebesar 2,013. Hasil ini
menunjukkan bahwa peningkatan maupun penurunan pada variabel return on
asset tidak memberikan pengaruh apapun terhadap financial distress. Sehingga
hipotesis ditolak.
d. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan secara parsial rasio loan to
deposit ratio tidak berpengaruh dan signifikan terhadap prediksi financial
distress perusahaan perbankan, dimana tingkat signifikansi lebih besar dari 5%
dan nilai t hitung sebesar 0,56 lebih kecil dari nilai t tabel sebesar 2,013. Hasil
ini menunjukkan bahwa peningkatan maupun penurunan pada variabel loan to
deposit ratio tidak memberikan pengaruh apapun terhadap financial distress.
Sehingga hipotesis ditolak.
e. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan secara parsial rasio
liquidity risk tidak berpengaruh dan signifikan terhadap prediksi financial
distress perusahaan perbankan, dimana tingkat signifikansi lebih besar dari 5%
Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan maupun penurunan pada variabel
liquidity risk tidak memberikan pengaruh apapun terhadap financial distress.
Sehingga hipotesis ditolak.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan baik dari jumlah sampel
yang digunakan, periode penelitian, maupun faktor-faktor yang diteliti.
1. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya
menganalisis perusahaan perbankan dengan jumlah seluruh perusahaan
sebanyak 41 perusahaan dan jumlah sampel sebanyak 17 perusahaan.
2. Periode penelitian yang diamati terbatas karena hanya mencakup tahun 2010
sampai tahun 2012.
3. Penulis melakukan pengamatan terhadap prediksi financial distress hanya
dengan menggunakan rasio keuangan dengan mengabaikan faktor-faktor lain
yang dapat memprediksi financial distress. Adapun rasio keuangan yang
menjadi fokus penelitian terbatas pada Rasio CAMEL (Non Performing Loan,
Return On Asset, Loan To Deposit Ratio), dan risiko perbankan.
5.3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka saran yang dapat diberikan
penulis sebagai berikut:
1. Agar hasil penelitian bisa mendukung kesimpulan yang lebih akurat maka
sampel yang digunakan hendaknya menggunakan periode lebih dari tiga tahun,
2. Variabel independen ditambah supaya lebih menggambarkan pengaruh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Teori Fundamental
Teori fundamental adalah teori yang didasarkan pada fundamental
ekonomi suatu perusahaan. Teori ini menitik beratkan pada rasio finansial dan
kejadian-kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Sebagian pakar berpendapat
teori fundamental lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih
saham perusahaan mana yang dibeli untuk jangka panjang (Kodrat dan
Indonanjaya, 2010). Pada dasarnya, tujuan teori fundamental adalah
membandingkan kinerja keuangan sebuah perusahaan terhadap:
1. Kinerja perusahaan pesaing dalam satu sektor industri.
2. Kinerja keuangan masa lalu perusahaan itu sendiri.
Salah satu aspek penting dari teori fundamental adalah analisis
laporan keuangan, karena dari situ dapat diperkirakan keadaan, atau posisi
dan arah perusahaan. Laporan keuangan yang dianalisa adalah:
1. Laporan keuangan yang menggambarkan harta, utang, dan modal yang
2. dimiliki perusahaan pada suatu saat tertentu. Laporan keuangan ini
disebut neraca.
3. Laporan keuangan yang menggambarkan besarnya pendapatan,
bebanbeban, pajak, dan laba perusahaan dalam suatu kurun waktu
2.1.2. Arti dan Fungsi Bank
Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk
menjalankan perekonomian, masyarakat membutuhkan uang untuk
melakukan transaksi. Dalam melakukan transaksinya masyarakat dapat
melakukannya dengan mendapatkan bantuan dari sebuah lembaga keuangan
yang kita kenal dengan nama bank. Bank adalah salah satu lembaga keuangan
yang bertujuan tidak ubahnya perusahaan lain yaitu mencari keuntungan.
Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi
keuangan PSAK Nomor 31 yaitu : “Bank adalah suatu lembaga yang
berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki
kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai
lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”.
Menurut Kasmir (2007), bank diartikan sebagai lembaga keuagan
yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan
jasa-jasa bank lainnya.
Maka dari beberapa pengertian bank di atas dapat disimpulkan bahwa
bank merupakan suatu lembaga keuangan atau badan usaha yang berperan
sebagai perantara keuangan yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat
yang memiliki kelebihan dana kepada masyarakat yang memerlukan dana
masyarakat untuk memperlancar lalu lintas pembayaran dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.
2.1.3. Aktivitas Bank
Bank melakukan berbagai macam aktivitas setiap harinya,
Dendawijaya (2005:23) mengelompokkan kegiatan bank umum menjadi
enam kegiatan utama, yaitu:
1. Pengkreditan
Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan utama bank umum karena pengkreditan merupakan kegiatan/aktivitas yang terbesar dalam perbankan, hal ini dapat dilihat dari besarnya angka pos kredit yang diberikan dalam neraca dan penghasilan terbesar bank.
2. Pemasaran (Marketing)
Kegiatan pemasaran suatu bank umum erat hubungannya dengan stategi dan kiat yang harus dilakukan oleh eksekutif bank. Strategi tersebut mencakup seluruh aspek seperti perencanaan, survey pasar, ramalan pasar, serta strategi pemasaran.
3. Treasury
Kegiaatan treasury (pendanaan) lebih diutamakan kepada pengelolaan dana oleh para eksekutif bank. Hal ini dimaksutkan agar diperoleh kinerja yang optimal dalam memperoleh dana serta memaksimalkan alokasi dana kepada aktiva produktif.
4. Operations
Kegiatan operation adalah kegiatan unit-unit dalam bank yang bersifat membantu kegiatan-kegiatan unit bank utama bank lainnya. 5. Pengelolaan sumber daya manusia (Human Resources)
Pengelolaan sumber daya manusia dalam bank mencakup seluruh siklus di bidang sumber daya manusia meliputi:
a. Perencaanaan sumber daya manusia, b. Penarikan tenaga kerja
c. Seleksi
d. Penemptan pegawai dst,. 6. Audit ( Pengawasan)
Pengawasan bisnis perbankan terdapat tiga jenjang pengawasan atau audit, yaitu sebagai berikut:
b. Pengawasan ekstern ialah pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik yang penunjukannya ditetapkan dalam rapat umum tahunan pemengang saham bank yang bersangkutan.
c. Pengawasan BI adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh Bank Indonesia, baik secara berkala maupun secara mendadak berdasarkan kebutuhan tertentu menurut pertimbangan Bank Indonesia.
2.1.4. Laporan Keuangan Bank
Laporan keuangan bank harus disusun berdasarkan Standar Khusus
Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI) dan Prinsip Akuntansi Perbankan
Indonesia (PAPI) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Menurut PSAK No.31 tentang Akuntansi Perbankan, laporan keuangan
bank terdiri atas:
1. Neraca
Bank menyajikan aset dan kewajiban dalam neraca berdasarkan
karakteristiknya dan disusun berdasarkan urutan likuiditasnya.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi bank menyajikan secara terperinci unsur
pendapatan dan beban, serta membedakan antara unsur-unsur
pendapatan dan beban yang berasal dari kegiatan operasional dan
non-operasional.
3. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu
dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan
4. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menyajikan peningkatan dan penurunan
asset bersih atau kekayaan bank selama periode bersangkutan
berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus
diungkapkan dalam laporan keuangan.
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis.
2.1.5. Analisis Risiko Perbankan
Setiap usaha yang dilakukan oleh manajemen perbankan memiliki
suatu risiko yang akan berdampak terhadap penghasilan atau return
perusahaan. Selain dari penilaian tingkat likuiditas, kecukupan modal,
rentabilitas, efisiensi serta pengaruh inflasi, para analis keuangan juga
memberi perhatian yang cukup terhadap tingkat risiko yang timbul. Pandia,
(2012:204), risiko yang dihadapi oleh industri perbankan terbagi ke dalam
dua kriteria, yaitu financial risk dan nonfinancial risk.
1. Financial Risk
Financial risk terkait dengan kerugian langsung berupa hilangnya sejumlah uang akibat risiko yang terjadi. Rasio ini meliputi:
a. Risiko Kredit (Credit Risk)
Merupakan suatu risiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam yang tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dan yang dipinjamkannya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya.
b. Risiko Investasi (Investment Risk)
Ialah risiko yang disebabkan oleh karena investasi tidak dapat menghasilkan dan bahkan mengurangi modal.
c. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Merupakan risiko yang timbul akibat kurang tersedianya alat-alat likuid bank sehingga tidak mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya baik untuk memenuhi penarikan titipan oleh para penyimpan maupun memberikan pinjaman kepada para calon debitur.
d. Risiko Karena Sifat Manusia (Human Risk)
Merupakan risiko yang timbul karena kecurangan atau kecerobohan para pegawai bank.
e. Risiko Manajemen (Management Risk)
Merupakan risiko yang timbul akibat kekurangcakapan dalam hal manajemen.
f. Risiko Suku Bunga (Interest Rate Risk)
Merupakan risiko kerugian yang disebabkan oleh perubahan dari suku bunga pada struktur yang mendasari yaitu pinjaman dan simpanan.
2. Nonfinancial Risk
a. Risiko Bisnis (Business Risk)
Merupakan risiko yang terkait dengan posisi persaingan bank dan prospek dari keberhasilan bank dalam perubahan pasar.
b. Risiko Strategi (Strategy Risk)
Merupakan risiko yang terkait dengan keputusan bisnis jangka panjang yang dibuat oleh senior manajemen bank.
c. Risiko Reputasional (Reputional Risk)
Merupakan risiko kerusakan potensial pada suatu perusahaan yang dihasilkan dari opini publik yang negatif.
Investment Risk = × 100%
2.1.6. Asset Liability Manajemen(ALMA) 2.1.6.1. Pengertian ALMA
Menurut Pandia (2012:190) “asset liability management
(ALMA) atau pengolahan harta dan hutang bank adalah fungsi
penting yang harus dilakukan oleh bank dalam rangka
mengoptimalkan susunan neraca sehingga memperoleh keuntungan
yang maksimal dalam batas-batas risiko yang terkendali”.
2.1.6.2. Fungsi ALMA
Pandia, (2012:191) terdapat 4 (empat) fungsi utama ALMA:
1. Manajemen likuiditas (Liquidity Management)
Bertujuan untuk memaksimumkan pendapatan dengan tetap meminimumkan risiko likuiditas sehingga tidak terjadi kekurangan kas diatasi dengan menjual (likuidasi) aktiva atau mencari dana dengan biaya/syarat-syarat yang tidak merugikan pihak bank itu sendiri.
2. Menejemen Gap (Gap Management)
Bertujuan untuk mencapai pendapatan yang maksimum dengan tetap meminimumkan risiko yang berkaitan dengan ketidaktepatan (mismatch) dalam struktur “maturity” dari aktiva dan passiva yang dimiliki oleh bank.
3. Foreign Exchange Position Management
Bertujuan untuk mecapai pendapatan yang optimal dengan tetap meminimumkan risiko kerugian yang akan terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan kurs valuta asing. 4. Manajemen investasi dan pendapatan (earning &
invesment management)
2.1.7. Analisis Rasio Keuangan 2.1.7.1. Pengertian Rasio
Rasio adalah satu angka yang dinyatakan dalam hubungannya
dengan yang lain. Banyak rasio yang dihitung dari satu kumpulan
laporan keuangan, tetapi biasanya hanya sedikit yang bermanfaat
dalam situasi tertentu (Tunggal, 2010:12).
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio
keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya.
Dengan penyederhanaan ini kita dapat membandingkannya dengan
rasio lain sehingga dapat memperoleh informasi dan memberikan
penilaian (Sofyan, 2010:297).
2.1.7.2. Tujuan Analisis Rasio Keuangan
Gilman (dalam Simangunsong, 2006) menyatakan bahwa
tujuan dari analisis rasio tidak hanya berupa perhitungan rasio tetapi ada hal yang lebih penting yaitu interprestasi dari nilai rasio yang didapat agar dapat dipertimbangkan dan menjawab apakah nilai rasio tersebut baik atau tidak. Selain itu pihak-pihak diluar perusahaan dapat menggunakan analisis rasio keuangan untuk:
1. Bagi pemberi pinjaman untuk menentukan pemberian hutang.
2. Bagi pemeringkat kredit untuk menilai kelayakan kredit perusahaan.
4. Bagi suplier untuk menentukan apakah layak memberi hutang bagi perusahaan.
2.1.7.3. Jenis – jenis Rasio Keuangan
1. Rasio CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity)
Rasio CAMEL adalah rasio yang menggambarkan suatu
hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan
jumlah yang lain yang terdapat dalam laporan keuangan suatu
lembaga keuangan. Dengan analisis rasio dapat diperoleh gambaran
baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu lembaga keuangan
pada tahun berjalan. CAMEL sendiri merupakan singkatan dari
capital, assets, management, earning dan liquidity.
Kasmir (2014) menyatakan bahwa unsur-unsur penilaian
Financial Distress dalam analisis CAMEL adalah :
1. Permodalan (Capital)
Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (capital adequacy ratio).
Rumus untuk mencari capital adequacy ratio sebagai berikut.
2. Kualitas Aset (Assets)
Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode NPL (non performing loan).
3. Manajemen (Management)
Penilaian didasarkan pada manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas, dan manajemen umum. Manajemen bank dinilai atas dasar 250 pertanyaan yang diajukan.
4. Rentabilitas (Earnings)
Penilaian didasarkan pada rentabilitas suatu bank yang dilihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Salah satu penilaian adalah rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
Rumus untuk mencari rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional sebagai berikut:
5. Likuiditas (Liquidity)
Yaitu untuk menilai likuiditas bank. Salah satu penilaian adalah dengan menggunakan QR (quick ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemempuan bank dalam memenuhi kewajibannya terhadap para deposan (pemilik simpanan giro, tabungan, dan deposito) dengan harta yang paling likuid yang dimiliki oleh suatu bank.
Rumus untuk mencari quick ratio sebagai berikut:
Metode CAMEL berisikan langkah-langkah yang dimulai
dengan menghitung besarnya masing-masing rasio pada
komponen-komponen berikut:
a. Kualitas Aktiva (Asset)
Aktiva yang dimiliki oleh bank terdiri dari aktiva
produktif dan aktiva non produktif. Aktiva produktif adalah
penyediaaan dana bank untuk memperoleh penghasilan, dalam
bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank,
janji dijual kembali (reverse repurchase agreenment) tagihan
derivatif, penyertaan, transaksi dipersamakan dengan itu. Aktiva
non produktif adalah aset bank selain aktiva produktif yang
memiliki potensi kerugian, antara lain dalam bentuk agunan yang
diambil alih, properti tembengkalai, rekening antar kantor dan
suspense account (Peraturan Bank Indonesia No 7/2/PBI/2005).
Aktiva dapat diukur dengan menggunakan rasio NPL.
Non Performing Loan (NPL)/ Kredit Bermasalah, NPL
adalah perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan
tingkat kolektibilitas dengan total kredit yang diberikan bank.
Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar,
diragukan dan macet.
Rasio NPL dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
b. Rentabilitas (Earning)
Analisis rentabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat
efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan. Dalam analisis rentabilitas ini akan dicari
hubungan guna mendapat berbagai indikasi yang berguan untuk
mengukur efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan.
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas
antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut:
Return on Total Asset (ROA), digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan
(laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari total asset bank yang
bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut
Besarnya nilai return on total assets dapat dihitung dengan rumus
berikut ini:
c. Likuiditas (Liquidity)
Suatu bank dikatakan liqiud apabila bank yang
bersangkutan dapat memenuhi utangnya, dapat membayar
kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi permintaan
kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan, oleh karena itu
bank dikatakan liquid apabila :
1. Bank tersebut memiliki cash asset sebesar kebutuhan yang
akan digunakan untuk memenuhi likuidnya.
2. Bank tersebut memiliki cash asset yang lebih kecil dari butir
(1) diatas, tetapi yang bersangkutan, memiliki asset lainnya
(khususnya surat-surat berharga) yang dapat dicairkan
sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.
3. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan
Indikator yang digunakan yaitu:
Loan to Deposit Ratio (LDR), Rasio ini digunakan untuk
menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah
kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga, LDR
tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kredit yang diberikan sebagi sumber likuiditas. Berarti
LDR menilai peranan simpanan bank dalam pinjaman keuangan
(Dendawijaya, 2005). Perhitungan rasio ini adalah :
2.1.8. Financial Distress
Financial distress (kesulitan keuangan) adalah situasi dimana arus
kas operasi perusahaan tidak memadai untuk melunasi kewajiban-kewajiban
lancar (seperti hutang dagang atau beban bunga) dan perusahaan terpaksa
melakukan tindakan perbaikan. Dan kesulitan keuangan adalah masalah
likuidasi yang sangat parah yang tidak bisa dipecahkan tanpa perubahan
ukuran dari operasi atau struktur perusahaan. Informasi financial distress ini
dapat dijadikan sebagai peringatan dini atas kebangkrutan sehingga
manajemen dapat melakukan tindakan secara cepat untuk mencegah
masalah sebelum terjadinya kebangkrutan, dimana kebangkrutan suatu
perusahaan ditandai dengan financial distress yaitu keadaan dimana
perusahaan lemah dalam menghasilkan laba atau perusahaan cenderung
mengalami defisit (Ramadhani dan Lukviarman, 2009:17).