• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Potensi Pelarutan Fosfat Oleh Mikroba Yang Diisolasi Dari Tanah Bekas Kebakaran Hutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Potensi Pelarutan Fosfat Oleh Mikroba Yang Diisolasi Dari Tanah Bekas Kebakaran Hutan"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Uji Pseudomonas sp.1 pada media padat hari-1

Gambar 2. Uji Pseudomonas sp.1 pada media padat hari-5

Gambar 3. Uji Jamur pada media padat hari-1

a

a

(2)

Lampiran 1. Lanjutan

Gambar 4. Uji Jamur pada media padat hari-5 Keterangan : a = Koloni/mikroba pelarut fosfat

b = Zona Bening

Gambar 5. Uji pada media cair pikovskaya hari-1

.

(3)

Lampiran 1. Lanjutan

Gambar 7. Uji Jamur pada media pikovskaya cair setelah 14 hari inokulasi

(4)

Lampiran 2. Hasil pengukuran P-Tersedia dan pH media cair pikovskaya

(5)

Lampiran 3. Analisis Sidik Ragam (Anova) P-tersedia

SK db JK KT Fhit Ftabel Isolat 4 944,42 236,11 1,23TN 2,61 SumberP 3 4694,57 1564,86 8,13* 2,84 Intraksi 12 1509,48 125,79 0,65TN 2

Galat 40 7700,71 192,52 Total 59 14849,18

Keterangan: * = berbeda nyata

TN

= tidak berbeda nyata

Lampiran 4.

Isolat Sumber P

Ca3(PO4)2 Batuan Fosfat AlPO4 FePO4

P-tersedia (ppm)

Pseudomonas sp.1 32,62 34,17 29,48 9,53

Aspergillus sp.3 36,91 22,33 34,47 15,54

Penicillium sp.1 45,15 33,43 37,66 19,24

Aspergillus sp.1 42,48 23,44 48,58 28,34

Aspergillus sp.6 42,8 32,08 39,72 6,97

Rata-Rata 39,99b 29,09ab 37,98ab 15,92a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada baris yang sama tidak

(6)

Lampiran 5. Prosedur Peremajaan Pada Isolat Mikroba Pelarut Fosfat.

Bahan : Isolat fungi pelarut fosfat, akuades, agar-agar, NaOH 0,1%, HCl 0,1%, alkohol 96%, kapas, aluminium foil, plastik, wrap, label, kertas, dan tisu. Media yang digunakan adalah media Pikovskaya (glukosa 10g; Ca3(PO4)2 5g; (NH4)2SO4 0,5g; KCl 0,2g; MgSO4.7H2O 0,1g; MnSO4 0,002g; FeSO4 0,002g; ekstrak khamir 0,5g; agar 20 g; akuades 1 L).

Alat : Erlemeyer, tabung reaksi, autoklaf, kompor gas, pipet tetes, pipet skala, jarum ose, timbangan, sprayer, bunsen, oven, laminar air flow, inkubator, korek api, pH meter, batang pengaduk.

Prosedur :

1. Media pikovskaya dituang 5ml ke dalam tabung reaksi, lalu di tutup rapat untuk menghindari kontaminasi.

2. Selanjutnya tabung reaksi yang berisi media pikovskaya di autoklaf dengan suhu 121oC selama 30 menit.

3. Tabung reaksi yang berisi media pikovskaya steril dimiringkan ± 35o dan dibiarkan hingga mengeras.

4. Diambil isolat yang akan diremajakan sebanyak 1 jarum ose dan digoreskan secara zig zag di seluruh permukaan media steril kemudian di tutup rapat. Tiap kultur diulang sebanyak 3 ulangan.

5. Isolat yang telah diremajakan dipindahkan ke dalam inkubator dan diinkubasi selama tiga hari.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Baig K.S., M. Arshad, Z.A. Zahir, dan M.A. Cheema. 2010. Comparative efficacy of qualitative and quantitative methods for rock phosphate solubilization with phosphate solubilizing rhizobacteria. Soil & Environ. 29(1): 82–86. Fankem H., Nwaga D., Deubel A., Dieng L., Merbach W., dan Etoa F.X. 2006.

Occurrence and Functioning of Phosphate Solubilizing Microorganisms from Oil Palm Tree (Elaeis guineensis) Rhizosphere in Cameroon. African Journal of Biotechnology, 5(24): 2450-2460.

Foth, D.H., 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Goenadi, D.H.. dan R. Saraswati. 1994. Kemampuan Melarutkan Fosfat dari Beberapa Isolat Fungi Pelarut Fosfat. Menara Perkebunan, 61 (3) : 61-66. Hanafiah, A.S. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hifnalisa. 1998. Populasi Mikroorganisme Pelarut Fosfat pada Berbagai Tipe

Penggunaan Lahan dan Peranannya dalam Transformasi P Anorganik Tanah. Tesis Magister IPB. Bogor.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Meditama Sarana Perkasa. Jakarta.

Indranuda, H.K. 2004. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Cetakan ke-3. Bumi Aksara. Bandung

Isroi. 2005. Bioteknologi Mikroba untuk Pertanian Organik. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Jang, J., dan S. Suh. 2002. Aplication of va Mychorrhizae and Phosphate Solubilizer as Biofertilizers in Korea. National Institute of Agricultural Science and Technology RDA, 1: 1-7.

Kasno, A., S. Rochayati, dan Bambang H.P. 2009. Fosfat Alam: Pemanfaatan Fosfat Alam yang Digunakan Langsung Sebagai Pupuk Sumber P. Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.

Lynch, J.M., dan N.J. Poole. 1991. Microbial Ecology A Conceptual Approach. Blackwell Scientific Publications. Oxford.

(8)

Mas’ud. 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung.

Mihalache, G., Maria M.Z., Marius M., Iuliu I., Marius S., dan Lucian R. 2015. Phosphate-Solubilizing Bacteria Associated With Runner Bean Rhizosphere. Belgrade, 67(3): 793-800.

Murphy, J.D., Johnson D.W., dan Walker W.W. 2006. Wildfire effects on soil nutrients and leaching in a Tahoe Basin Watershed. Journal of Environmental Quality, 35: 479-489.

Poeponegoro, M. 2005. Pengaruh Limitasi Nutrien Pada Fermentasi Asam Sitrat Secara Biak-Rendam Dengan Kapang Aspergillus niger ATCC 11414. ITB Central Library. Bandung.

Premono, M.E. 1994. Jasad Renik Pelarut Fosfat, Pengaruhnya Terhadap P Tanah dan Efisiensi Pemupukan P Tanaman Tebu. Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Premono, M.E. 1998. Ulas Balik: Mikroba Pelarut Fosfat untuk Mengefisienkan Pupuk Fosfat dan Prospeknya di Indonesia (Enhacement of Phosphate Fertilizer Efficiency by Phosphate Solubilizing Microbes and Its Prospect in Indonesia). Hayati, 5(4): 89 – 94.

Purbowaseso, B. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan. Rineka Cipta. Jakarta. Purwaningsih, S. 2003. Isolasi, Potensi dan Karakteristik Bakteri Pelarut Fosfat

pada Tanah dari Taman Nasional Bogani Nani Wrtabone, Sulawesi Utara. Biologi, 3(1): 22-31.

Purwaningsih, S. 2012. Isolasi, Potensi dan Karakteristik Bakteri Pelarut Fosfat pada Daerah Perakaran dan Tanah dari Bengkulu, Sumatra. Jurnal Teknik Lingkungan, 13(1): 101-108.

Rosmarkam, A. dan Yuwono N.M. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Sagala, W.A. 2015. Keberadaan Mikroba Pelarut Fosfat pada Tanah Bekas Kebakaran Hutan di Kabupaten Samosir. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sanjotha, P., Mahantesh P., dan Patil C.S. 2011. Isolation And Screening Of Efficiency Of Phosphate Solubilizing Microbes. International Journal of Microbiology Research, 3(1): 56-58.

(9)

Setiawati, M.R., Suryatmana, P., Hindersah, R., Fitriatin, B.N., dan Herdiyantoro, D. 2014. Karakterisasi Isolat Bakteri Pelarut Fosfat Untuk Meningkatkan Ketersediaan P Pada Media Kultur Cair Tanaman Jagung (Zea mays L.). Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati dan Fisik, 16(1): 38-42

Silitonga, D.M., Nunuk P., dan Isnaini N. 2015. Isolasi dan Uji Potensi Isolat Bakteri Pelarut Fosfat dan Bakteri Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) terhadap Pertumbuhan Kedelai (Glycine max L.) pada Tanah Kuning. USU Press. Medan.

Suprihadi, A. 2007. Pelarutan Fosfat Anorganik oleh Kultur Campur Jamur Pelarut Fosfat Secara In Vitro. Jurnal Sains & Matematika (JSM), 15(2): 25-30.

Suriadikarta, R.D.M. dan Simanungkalit D.A. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Sutedjo, M.M. dan Kartasapoetra, A.G. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.

Syaufina, L. 2008. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia : Perilaku Api, Penyebab, dan Dampak Kebakaran. Banyuwangi Publishing. Malang. Tisdale, S.L, W.L. Nelson, dan J.D. Beaton. 1990. Soil Fertility and Fertilizer. 4th

ed. McMillan Publishing Company. New York.

Waluyo, L. 2007. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Universitas Muhamadiyah Malang Press. Malang.

Widawati, S. 2010. Aktivitas Enzim Pelarut Fosfat dan Efektivitas Mikroba Asal Wamena untuk Menunjang Pertanian Ramah Lingkungan pada Daerah Marginal. 11(3): 481-491.

Widawati, S dan A. Muharam. 2012. Uji Laboratorium Azospirillum sp. yang Diisolasi dari Beberapa Ekosistem. Jurnal Hortikultura, 22(3): 258-267 Widawati, S, dan Suliasih. 2006. Augmentasi Bakteri Pelarut Fosfat (BPF)

Potensial sebagai Pemacu Pertumbuhan Caysin (Brasica caventis Oed.) di Tanah Marginal. Biodiversitas, 7(1): 10-14.

(10)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2016. Uji potensi mikroba pelarut fosfat dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah isolat bakteri pelarut fosfat dan jamur pelarut fosfat koleksi Laboratorium Biologi Tanah Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, media Pikovskaya dengan sumber P yang berbeda yaitu Ca3PO4, AlPO4, FePO4, dan batuan fosfat, akuades, agar-agar, NaOH 0,1%, HCL 0,1%, alkohol 96%, kapas, aluminium foil, plastik wrap, label, kertas, dan tisu.

Alat yang digunakan adalah petridish Ø 10 cm, Erlenmeyer 1000 ml, 500 ml, dan 250 ml, pipet tetes, pipet skala, autoklaf, kompor gas, jarum ose, sprayer, tabung reaksi, timbangan, inkubator, gelas ukur 100 ml, bunsen, oven, laminar air

flow, korek api, sentrifus, pH meter, batang pengaduk, baki, serbet, masker, sarung tangan, alat tulis, kamera digital, dan baju laboratorium.

Prosedur Penelitian

1. Uji potensi pada media padat

Bakteri pelarut fosfat (BPF) dan jamur pelarut fosfat (JPF) yang telah diremajakan (Lampiran 5) diuji kemampuannya melarutkan fosfat dalam cawan

(11)

pikovskaya pada tahap isolasi, namun diganti dengan beberapa sumber P yaitu Ca3(PO4)2 dengan dosis 5 g/L media, AlPO4 dengan dosis 5 g/L media, FePO4 dengan dosis 5 g/L media, dan batuan fosfat dengan dosis 5 g/L media.

Media Pikovskaya padat steril dituang secukupnya sampai menutupi permukaan petridish dan ditunggu mengeras. Isolat bakteri pelarut fosfat dan jamur pelarut fosfat diinokulasikan dan pada media uji dan diinkubasi selama 5 (lima) hari. Tiap biakan murni dilakukan sebanyak 3 ulangan. Selama masa pengujian diamati ukuran zona bening dan koloni yang tumbuh pada media.

Parameter uji potensi pada media padat adalah bakteri pelarut fosfat dan jamur pelarut fosfat yang membentuk zona bening (holozone) paling cepat secara kualitatif dan zona bening yang secara kuantitatif menunjukkan diameter paling besar di sekitar koloni menunjukkan besar kecilnya potensi bakteri pelarut fosfat dan jamur pelarut fosfat dalam melarutkan unsur P dari bentuk yang tidak larut. Dihitung potensi dengan menggunakan indeks pelarutan (IP) P yaitu :

IP =

2. Uji potensi pada media cair

DZB DK Keterangan : DZB = diameter zona bening (cm)

DK = diameter koloni bakteri atau jamur pelarut fosfat (cm)

(12)

fosfat terjadi. Diukur pH filtrat dan dihitung kandungan P-tersedia dengan Bray-II dan metode kolorimetri dengan panjang gelombang 660 nm.

Parameter uji potensi pada media cair adalah mengukur kandungan P-tersedia dengan mengambil fitrat menggunakan pipet tetes dan pH untuk mengetahui pengaruh pelarutan fosfat oleh bakteri dan jamur terhadap pH media.

Uji potensi pada media cair menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan tiga kali ulangan dan dua faktor perlakuan, yaitu :

1. Faktor I : isolat pelarut fosfat I1 = Pseudomonas sp.1 I2 = Aspergillus sp.3 I3 = Penicillium sp. 1 I4 = Aspergillus sp.1 I5 = Aspergillus sp.6 2. Faktor II : sumber fosfat

P1 = Ca3(PO4)2 P2 =AlPO4

P3 = FePO4

P4 = Batuan Fosfat

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan adalah sebagai berikut : I1P1 I2P1 I3P1 I4P1 I5P1

(13)

Dengan demikian jumlah perlakuan (5 x 4) x 3 = 60 satuan percobaan. Model linear Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :

Yij(k) = µ + αi + βj + αβ + €ijk

Keterangan :

Yij(k) = Nilai pengamatan pada perlakuan isolat ke–i, pada sumber fosfat ke-j, dan interaksi isolat ke-i dan sumber fosfat ke-j

µ = Nilai rataan umum

αi = pengaruh perlakuan isolat ke-i

βj = pengaruh perlakuan berbagai sumber fosfat ke-j

(αβ)ij = pengaruh interaksi perlakuan isolat ke-i dan berbagai sumber fosfat ke-j

€ijk = pengaruh galat dari perlakuan isolat ke-i, berbagai sumber ke-j, dan interaksi isolat ke-i dan berbagai sumber fosfat ke-j.

(14)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Potensi Pada Media Padat

Seleksi kemampuan mikroba pelarut fosfat dalam melarutkan FePO4, AlPO4, Ca3(PO4)2 dan Batuan Fosfat seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai indeks pelarutan fosfat dari pengujian media padat dengan berbagai sumber P setelah inkubasi 5 hari

Isolat Sumber P

Ca3(PO4)2 Batuan

Fosfat

AlPO4 FePO4 Rata-Rata

Pseudomonas sp.1 1,20 1,18 0,35 1,2 0,98

(15)

Berdasarkan hasil pengukuran indeks pelarutan fosfat (Tabel 1) terlihat bahwa keduabelas (12) isolat mampu melarutkan P dari sumber Batuan fosfat, FePO4, dan AlPO4 dengan nilai indeks pelarutan yang berbeda, namun hanya satu isolat yang tidak mampu melarutkan fosfat dari sumber Ca3(PO4)2. Mikroba pelarut fosfat yang paling besar indeks pelarutan fosfatnya dalam melarutkan Ca3(PO4)2 adalah Aspergillus sp.1 sebesar 1,95. Indeks pelarutan terbesar dari sumber Batuan fosfat adalah Aspergillus sp.3 sebesar 1,26. Dari sumber AlPO4 indeks pelarutan terbesar ditunjukkan oleh Penicillium sp.2 sebesar 1,24, dan dari sumber FePO4 indeks pelarutan ditunjukkan oleh Pseudomonas sp.1 sebesar 1,2. Hal ini menunjukkan seluruh isolat mikroba pelarut fosfat yang diamati memiliki efektivitas dalam melarutkan P pada media pikovskaya padat.

Setelah dilakukan pengamatan pada media pikovskaya padat berbagai sumber P selama 5 hari, diketahui bahwa pelarutan P oleh mikroba pelarut fosfat dari batuan fosfat rata-rata nilainya lebih kecil dibandingkan dengan pelarutan P dari sumber lainnya yaitu sebesar 0,83. Hal ini dikarenakan Batuan fosfat merupakan fosfat alam yang sukar larut, sehingga isolat menghasilkan indeks

pelarut (IP) yang kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widawati dan Suliasih (2006) bahwa pelarutan P alam/rock phosphate

membutuhkan waktu lebih lama dari P kimia, tetapi lebih ramah terhadap lingkungan.

(16)

1. Fraksi Ca3(PO4)2, batuan fosfat, AlPO4 dan FePO4 dalam media padat yang tidak merata dalam petri mempengaruhi holozone yang terbentuk.

2. Ketebalan media yang tidak seragam di dalam cawan akan mempengaruhi holozone yang terbentuk. Fraksi Ca3(PO4)2, batuan fosfat, AlPO4 dan FePO4 pada media yang lebih tebal tentunya lebih sulit untuk dilarutkan daripada media yang tipis.

3. Mikroba pelarut fosfat ada yang mampu tumbuh dengan cepat dan ada mikroba yang tumbuh lambat.

Diketahui dari Tabel 1 dapat diperoleh isolat-isolat yang akan diuji lanjut pada media cair. Isolat yang akan diuji lanjut dilihat dari nilai rataan yang paling besar indeks pelarutan fosfatnya dalam melarutkan Ca3(PO4)2, Batuan Fosfat, AlPO4, dan FePO4 dan didapatkan 5 isolat yaitu Bakteri 1, Penicillium sp.1, Aspergillus sp.1, Aspergillus sp.3, dan Aspergillus sp.6.

Uji Potensi Pada Media Cair

(17)

Pengujian kemampuan mikroba pelarut fosfat dalam melarutkan FePO4, AlPO4, Ca3(PO4)2 dan Batuan Fosfat pada media pikovskaya cair dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kemampuan isolat dalam melarutkan berbagai sumber fosfat dalam media Pikovskaya cair Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf 5%

Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa interaksi antara isolat dengan sumber P tidak berbeda nyata, tetapi pada faktor sumber P berbeda nyata. Tabel 2 menunjukkan bahwa sumber Ca3(PO4)2 berbeda nyata dengan sumber FePO4 tetapi tidak berbeda nyata dengan sumber Batuan Fosfat dan AlPO4.

Tabel 2 menunjukkan bahwa kemampuan mikroba pelarut fosfat dalam melarutkan P di media pikovskaya cair berbagai sumber P berbeda-beda. Mikroba pelarut fosfat yang paling besar P-tersedianya dalam melarutkan Ca3(PO4)2 adalah Penicillium sp.1 sebesar 45,15 ppm. Mikroba pelarut fosfat yang paling besar P-tersedianya dalam melarutkan batuan fosfat adalah Pseudomonas sp.1 sebesar 34,17 ppm. Mikroba pelarut fosfat yang paling besar P-tersedianya dalam melarutkan AlPO4 adalah Aspergillus sp.1 sebesar 48,58 ppm, sedangkan mikroba pelarut fosfat yang paling besar P-tersedianya dalam melarutkan FePO4 adalah Aspergillus sp.1 sebesar 28,34 ppm.

(18)

ppm, batuan fosfat sebesar 29,09 ppm, dan terkecil yaitu FePO4 sebesar 15,92 ppm. Hal ini sesuai dengan Premono (1994) yang menyatakan bahwa urutan kemudahan fosfat terlepas mengikuti urutan Ca3(PO4)2 > AlPO4 > Batuan fosfat > FePO4.

Selain pengukuran P-tersedia, pelarutan fosfat pada media pikovskaya cair dapat diketahui dari pH media, seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengukuran pH pada media cair pikovskaya setelah inkubasi 14 hari

Isolat Sumber P

Dari Tabel 3 diketahui bahwa pH media pikovskaya cair sebelum mikroba diinokulasi dengan pH media pikovskaya cair setelah diinokulasi mikroba pelarut fosfat selama 14 hari mengalami penurunan. Penurunan pH pada inokulan cair menandakan bahwa telah terjadi pelarutan fosfat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mihalache et al. (2015) bahwa nilai pH pada media pikovskaya cair dengan sumber Ca3(PO4)2 menurun dari 7,03 menjadi 4,92 pada hari ketujuh. Pengamatan itu menunjukkan bahwa pelarutan P meningkat (19,5 μg P/ml) diikuti

(19)

Penurunan pH media menandakan bahwa terjadi pelarutan P oleh mikroba pelarut fosfat, dimana mikroba pelarut fosfat mengeluarkan asam-asam organik sehingga pH media menjadi semakin masam. Menurut Poeponegoro (2005) mengatakan bahwa meningkatnya asam-asam organik tersebut diikuti dengan penurunan pH. Penurunan pH ini diduga akibat pembebasan sejumlah asam-asam organik oleh mikroba pelarut fosfat. Hal ini merupakan bentuk adaptasi mikroba pelarut fosfat terhadap media yang mengandung P terikat yang lebih tinggi dari P terlarut. Menurut Jang dan Suh (2002), terdapat korelasi negatif antara pH dengan pelarutan P, dimana penurunan pH sejalan dengan penaikan pelarutan P. Hubungan antara pH dengan P terlarut dimana pelarutan P tergantung dari banyaknya dan jenis asam organik yang dikeluarkan oleh isolat MPF tersebut yang ditandai dengan penurunan pH.

(20)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pseudomonas sp.1, Penicillium sp.1, Aspergillus sp.1, Aspergillus sp.3, dan Aspergillus sp.6 merupakan isolat yang memiliki nilai rataan yang paling besar indeks pelarutan fosfatnya dalam melarutkan P dari sumber Ca3(PO4)2, Batuan Fosfat, AlPO4, dan FePO4. Isolat yang memiliki potensi pelarutan P paling besar, yaitu Penicillium sp.1 dengan sumber Ca3(PO4)2 sebesar 45,15 ppm dan

Aspergillus sp.1 dengan sumber AlPO4 sebesar 48,58 ppm dan sumber FePO4 sebesar 28,34 ppm.

Saran

1. Penicillium sp. 1 dan Aspergillus sp. 1 perlu dilakukan pengujian lanjutan ke tanaman secara langsung untuk mengetahui kemampuan mikroba pelarut fosfat dalam melepaskan ikatan P pada tanah sehingga menjadi P tersedia bagi tanaman.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah Bekas Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan dan lahan dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada sifat tanah. Sebagai suatu sistem dinamis tanah akan selalu mengalami perubahan-perubahan yaitu pada sifat fisik, kimia, ataupun biologinya. Perubahan-perubahan ini terutama karena pengaruh berbagai unsur iklim, tetapi tidak sedikit pula yang dipercepat oleh tindakan atau perlakuan manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur tanah juga akan mengalami kerusakan karena kebakaran hutan. Terjadinya kebakaran hutan akan menghilangkan vegetasi di atas tanah, apabila terjadi hujan maka hujan akan langsung mengenai permukaan atas tanah, mendapatkan energi pukulan hujan lebih besar, karena tidak lagi tertahan oleh vegetasi penutup tanah. Kondisi ini akan menyebabkan rusaknya struktur tanah (Purbowaseso, 2004).

Kebakaran hutan merupakan perubahan keadaan bentuk suatu ekosistem yang disebabkan karena adanya api. Secara sitematis kebakaran hutan mempengaruhi keadaan tanah baik secara fisik, kimia maupun biologi. Dampak kebakaran hutan terhadap sifat fisik dan kimia tanah tergantung dari tipe tanah, kandungan air tanah, intensitas dan durasi waktu kebakaran serta intensitas timbulnya api (Murphy et al., 2006).

(22)

berlangsung lama. Terlebih jika terjadi hujan yang membuat proses pencucian mudah terjadi (Syaufina,2008).

Unsur Fosfor (P)

Setiap tanaman sedikitnya membutuhkan 16 unsur hara agar pertumbuhannya normal. Hara tersebut dapat berasal dari tanah maupun udara. Salah satu hara yang berperan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan adalah fosfor karena termasuk hara makro esensial. Konsentrasi P dalam tanaman umumnya antara 0,1% sampai 0,4%. Unsur P terdapat di seluruh sel hidup tanaman yang menyusun jaringan tanaman seperti asam nukleat, fosfolipida dan fitin (Tisdale et al., 1990).

Fosfor merupakan bagian integral tanaman di bagian penyimpanan (storage) dan pemindahan (transfer) energi. Fosfor terlibat pada penangkapan cahaya dari sebuah molekul klorofil. Begitu energi tersebut sudah tersimpan dalam ADP (Adenosine Diphosphate) atau ATP (Adenosine Triphosphate), maka akan digunakan untuk menjalankan reaksi-reaksi yang memerlukan energi, seperti pembentukan sukrosa, tepung dan protein. Fosfor selalu diserap oleh tanaman sebagai H2PO4-, HPO42-, dan PO43- yang terutama berada di dalam larutan tanah (Indranuda, 2004).

(23)

Ada hubungan yang erat antara konsentrasi fosfor di dalam larutan tanah dengan pertumbuhan tanaman yang baik. Defisiensi fosfor selalu timbul akibat dari terlalu rendahnya konsentrasi H2PO4- dan HPO42- di dalam larutan tanah. Senyawa fosfor dalam bentuk larut yang dimasukkan ke dalam tanah untuk mengatasi defisiensi fosfor cepat sekali mengendap dan terikat oleh matriks tanah. Elemen fosfor di dalam tanah kebanyakan ada dalam keadaan tidak larut, sehingga tidak mungkin masuk ke dalam sel-sel akar. Tetapi sebagai anion fosfat ia mudah bertukar dengan OH- (Suprihadi, 2007).

Tanah asam dengan pH<5,5 didominasi oleh kation Fe3+ dan Al3+ yang mengikat anion H2PO4- dan mengendapkannya sebagai hidroksi Fe-fosfat dan Al-fosfat. Sedangkan pada pH>6,0 sistem tanah didominasi oleh kation Ca2+ dan Mg2+ yang juga mampu mengikat H2PO4- dari tanah maupun pupuk fosfat sehingga menjadi dalam bentuk tidak tersedia. Senyawa-senyawa Al-fosfat dan Fe-fosfat semakin tersedia jika keasaman meningkat hingga pH≤ 5,5 dan pada pH>5,5 kelarutannya berkurang sehingga menyusutkan pengaruh meracuni dan kemampuannya dalam mengendapkan fosfat dari larutan tanah (Mas’ud, 1993).

Ketersediaan Fosfat Dalam Tanah

(24)

Kelarutan senyawa fosfor anorganik secara langsung mempengaruhi ketersediaan P untuk pertumbuhan tanaman. Kelarutan P dipengaruhi oleh pH tanah, yaitu pada pH 6-7 untuk tanaman. Jika pH dibawah 6, maka fosfor akan terikat oleh Fe dan Al. Ketersediaan fosfor umumnya rendah pada tanah asam dan basa. Pada tanah dengan pH diatas 7, maka fosfor akan diikat oleh Mg dan Ca (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Ketersediaan fosfor tanah untuk tanaman sangat dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah itu sendiri. Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi ketersediaan P tanah, yaitu tipe liat, pH tanah, waktu reaksi, temperatur, dan bahan organik tanah (Foth, 1994).

Beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan fosfat alam antara lain konsentrasi H, Ca dan P di dalam larutan, komposisi fosfat alamnya khususnya adanya substitusi karbonat terhadap P pada apatit, derajat percampuran antara fosfat alam dan tanah serta tingkat penggunaan fosfat alam pada tanah. Kelarutan fosfat alam dalam larutan tanah akan lebih baik bila pH tanah, Ca dapat dipertukarkan dan konsentrasi P di dalam larutan tanah rendah. Pada tanah masam yang banyak memerlukan P penggunaan fosfat alam dinilai lebih efektif dan lebih murah dibandingkan bentuk P yang lain, karena pada tanah masam fosfat alam

lebih reaktif dan lebih murah dibanding penggunaan superfosfat (Chien, 1990 dalam Kasno et al., 2009).

(25)

nyata terhadap ketersediaan fosfat. Fosfat paling mudah diserap tanaman pada pH sekitar netral (pH 6-7). Ion fosfor baik yang berasal dari tanah itu sendiri maupun dari pupuk terikat oleh unsur Al dan Fe sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman (Hardjowigeno, 1992).

Mikroba Pelarut Fosfat

Keberadaan mikroorganisma di alam, khususnya Bakteri Pelarut Fosfat (BPF), Bakteri Penambat Nitrogen Simbiotik (BPNS), Bakteri Penambat Nitrogen non Simbiotik (BPNnS), dan Actinomycetes yang mampu melarutkan P terikat sangat penting, karena mempunyai peranan dalam meningkatkan dan menjaga kesuburan tanah. Mikroorganisma juga mempunyai peranan mendaur ulang hara, menyimpan hara sementara, dan melepaskan hara untuk dimanfaatkan tanaman. Mikroorganisma tersebut melepaskan asam yang mampu melarutkan mineral, sehingga unsur hara yang terlarut dapat dimanfaatkan tanaman (Widawati, 2010).

Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Mikroba tanah yang berperan di dalam penyediaan unsur hara P pada tanaman adalah mikroba pelarut fosfat (MPF). Hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah yang sukar larut. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat tanah dan menyediakannya bagi tanaman dalam bentuk yang dapat diserap oleh tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

(26)

tersedia dan dapat diserap oleh tanaman (Rao, 1994).

Mikroba pelarut fosfat meliputi berbagai jenis mikroba yang dapat mengubah senyawa fosfat tidak terlarut menjadi fosfat terlarut. Mikroba pelarut fosfat berperan dalam perubahan fosfat menjadi bentuk terlarut dengan cara mengubsah kelarutan senyawa fosfat anorganik, mineralisasi senyawa organik dengan melepaskan orthophosphat, mengubah fosfat anorganik yang menyediakan anion ke protoplasma sel (immobilisasi), dan oksidasi dan reduksi senyawa fosfat anorganik (Lynch dan Poole, 1991).

Pelarutan senyawa fosfat oleh mikroba pelarut fosfat berlangsung secara kimia dan biologis baik untuk bentuk fosfat organik maupun anorganik. Mikroba pelarut fosfat membutuhkan adanya fosfat dalam bentuk tersedia dalam tanah untuk pertumbuhannya. Mekanisme kimia pelarutan fosfat dimulai saat mikroba pelarut fosfat mengekresikan sejumlah asam organik berbobot molekul rendah hasil metabolisme seperti asetat, propionat, glutamat, formiat, glikolat, fumarat, oksalat, suksinat, tartarat, sitrat, laktat, malat, fumarat dan α-ketoglutarat.

Meningkatnya asam-asam organik tersebut diikuti dengan penurunan pH. Penurunan pH ini diduga akibat pembebasan sejumlah asam-asam organik oleh jamur pelarut fosfat. Hal ini merupakan bentuk adaptasi jamur pelarut fosfat terhadap media yang mengandung P terikat yang lebih tinggi dari P terlarut (Poeponegoro, 2005).

(27)

dengan bahan pengikat fosfat seperti Al3+ , Fe3+ , Ca2+ dan Mg2+ yang kemudian akan membentuk khelat organik yang stabil sehingga mampu membebaskan ion fosfat terikat. Sehingga akan dapat diserap oleh tanaman (Hanafiah, 2005).

Kemampuan mikroba pelarut fosfat dalam melarutkan fosfat yang terikat dapat diketahui dengan membiakkan biakan murninya pada media agar Pikovskaya atau media agar ekstrak tanah yang berwarna putih keruh karena mengandung P tidak terlarut seperti kalsium fosfat (Ca3(PO4)2). Pertumbuhan mikroba pelarut fosfat dicirikan dengan adanya zona bening di sekitar koloni mikroba yang tumbuh, sedangkan mikroba yang lain tidak menunjukkan ciri tersebut. Kemampuan mikoba pelarut fosfat dalam melarutkan fosfat tidak terlarut juga dapat diuji secara kuantitatif dengan menggunakan medium pikovskaya cair (Isroi, 2005).

Bakteri pelarut fosfat merupakan bakteri yang berperan dalam penyuburan tanah karena bakteri tipe ini mampu melakukan mekanisme pelarutan fosfat dengan mengekskresikan sejumlah asam organik berbobot molekul rendah seperti oksalat, suksinat, fumarat, malat. Asam organik ini akan bereaksi dengan bahan pengikat fosfat seperti Al3+, Fe3+, Ca2+, atau Mg2+ membentuk khelat organik yang stabil sehingga mampu membebaskan ion fosfat terikat dan oleh karena itu dapat diserap oleh tanaman hidupnya (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).

(28)

tunas samping, merangsang terjadinya absisi, berperan dalam pembentukkan jaringan xilem dan floem, dan juga berpengaruh terhadap perkembangan dan pemanjangan akar (Silitonga et al., 2015).

Bakteri pelarut fosfat mampu mensekresikan enzim fosfatase yang berperan dalam proses hidrolisis P organik menjadi P anorganik dan juga bakteri pelarut fosfat dapat menghasilkan zat pengatur tumbuh. Bakteri yang berperan sebagai pelarut fosfat pada tanah telah banyak ditemukan, diantaranya berasal dari genus Pseudomonas, Micrococcus, Bacillus, Azetobacter, Mycrobacterium, Enterobacter, Klebsiella, dan Flovobacterium (Purwaningsih, 2003).

Ada beberapa mikroba pelarut fosfat dari jenis fungi. Fungi yang dapat melarutkan fosfat umumnya berasal dari kelompok Ascomycetes antara lain Aspergillus niger, A. Awamori, Penicillium digitatum, Fusarium dan Sclerotium (Waluyo, 2007).

(29)

mampu memperlambat proses penuaan akar sehingga memperpanjang masa penyerapan unsur hara (Premono, 1998).

Prinsip dasar isolasi mikroba pelarut fosfat ialah menyeleksi mikroba dalam media pertumbuhan spesifik yang mengandung sumber P terikat. Kemampuan mikroba pelarut fosfat dalam melarutkan fosfat terikat dapat diketahui dengan mengembangkan biakan murni pada media Pikovskaya yang berwarna putih keruh, karena mengandung P tidak larut air seperti kalsium fosfat Ca3(PO4)2. Pertumbuhan mikroba pelarut fosfat dicirikan dengan zona bening (holozone) di sekeliling koloni mikroba. Mikroba pelarut fosfat yang potensial dapat diseleksi dengan melihat luas zona bening paling besar pada media padat. Pengukuran potensi pelarutan fosfat secara kualitatif ini menggunakan nilai indeks pelarutan (dissolving index), yaitu nisbah antara diameter zona jernih terhadap diameter koloni. Kemampuan pelarut fosfat terikat secara kuantitatif dapat diukur dengan membiakkan mikroba pada media Pikovskaya cair. Kandungan P terlarut dalam media cair tersebut diukur setelah masa inkubasi. Meningkatnya asam-asam organik tersebut diikuti dengan penurunan pH. Penurunan pH dapat pula disebabkan oleh pembebasan asam sulfat dan nitrat pada oksidasi kemoautotrofik sulfur dan amonium. Perubahan pH berperan penting dalam peningkatan kelarutan fosfat. Asam-asam organik tersebut akan bereaksi dengan bahan pengikat fosfat seperti Al3+, Fe3+, Ca2+ atau Mg2+ membentuk khelat organik yang stabil yang mampu membebaskan ion fosfat terikat sehingga dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan (Setiawati, 1997).

(30)

bahwa daerah bening disekitar koloni pada isolat tersebut merupakan tanda adanya aktivitas bakteri pelarut fosfat dalam melarutkan P terikat, hal ini terjadi karena adanya pelarutan Ca3(PO4)2 yang ada di dalam media pikovskaya padat. Mekanisme pelarutan fosfat tersebut diyakini melalui proses yang sangat komplek melibatkan metabolisme sel yang menghasilkan senyawa organik seperti asam glukonat, sitrat, laktat, dan aktivitas oksidasi reduksi sel, terutama yang berhubungan dengan assimilasi NH4+ dan pelepasan proton oleh aktivitas respirasi (Purwaningsih, 2012).

(31)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Mikroba pelarut fosfat (MPF) merupakan mikroorganisme tanah yang berperan dalam penyediaan unsur hara P pada tanaman dengan cara melarutkan fosfat anorganik tanah dari bentuk tidak tersedia bagi tanaman menjadi bentuk-bentuk fosfat yang tersedia bagi tanaman. Mikroba pelarut fosfat menghasilkan asam-asam organik yang berperan dalam pelarutan fosfat seperti menurunkan pH, mengkhelat unsur penjerap P tanah, dan menyaingi ortofosfat pada komplek jerapan koloid tanah yang bermuatan positif sehingga meningkatkan peluang ortofosfat diserap tanaman (Hifnalisa, 1998). Mikroba pelarut fosfat terdiri dari bakteri dan fungi yang mampu melarutkan fosfat.

Kemampuan mikroba pelarut fosfat sangat beragam tergantung dari jenis, daya adaptasi, dan kemampuan hidup pada lingkungan yang berbeda. Kemampuan mikroba pelarut fosfat dalam melarutkan fosfat berbeda-beda, antara lain tergantung dari macam dan jumlah asam organik yang dihasilkan serta sumber fosfat yang digunakan. Marlina (1997), mengatakan bahwa MPF umumnya ditemukan sebagai pelarut fosfat anorganik, sebesar 104 sampai 106 sel per gram tanah dan sebagian besar terdapat pada bagian perakaran. Kemampuan masing-masing mikroba pelarut fosfat beragam dalam melarutkan fosfat anorganik tergantung pada lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan mikroba pelarut fosfat tersebut.

(32)

untuk mengisolasi dan memperbanyak organisme pelarut fosfat adalah media agar pikovskaya yang berwarna putih keruh, karena mengandung P tidak larut seperti kalium fosfat. Setelah diinkubasi, potensi mikroba untuk melarutkan fosfat tidak tersedia secara kualitatif dicirikan oleh zona bening (holozone) disekitar koloni mikroba yang tumbuh pada media agar tersebut (Purwaningsih, 2003).

Sagala (2015) berhasil mengisolasi mikroba pelarut fosfat dari tanah bekas kebakaran hutan, dan tidak dilakukan uji potensi mikroba pelarut fosfat dalam melarutkan P. Mikroba yang diisolasi sebanyak 2 isolat bakteri dan 10 isolat fungi. Isolat-isolat ini kemudian disimpan di Laboratorium Biologi Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara sebagai koleksi. Hal tersebut menjadi dasar penelitian ini untuk dilakukan, yaitu menguji kemampuan atau efektivitas isolat bakteri pelarut fosfat dan jamur pelarut fosfat dalam melarutkan P setelah disimpan selama satu tahun di laboratorium.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah :

1. mengetahui potensi isolat mikroba pelarut fosfat asal tanah bekas kebakaran hutan dalam melarutkan P dari empat sumber P yaitu Ca3(PO4)2, AlPO4, FePO4, dan batuan fosfat dalam media padat pikovskaya

(33)

Kegunaan Penelitian

(34)

ABSTRAK

MONIKA PEBRIANTI MALAU: Uji Potensi Pelarutan Fosfat Oleh Mikroba Yang Diisolasi Dari Tanah Bekas Kebakaran Hutan. Di bawah bimbingan DENI ELFIATI dan DELVIAN.

Mikroba pelarut fosfat (MPF) merupakan mikroorganisme tanah yang berperan dalam penyediaan unsur hara P pada tanaman dengan cara melarutkan fosfat anorganik tanah dari bentuk tidak tersedia bagi tanaman menjadi bentuk-bentuk fosfat yang tersedia bagi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui potensi mikroba pelarut fosfat isolat tanah bekas kebakaran hutan dalam melarutkan P dari empat sumber P yaitu Ca3(PO4)2, AlPO4, FePO4, dan batuan fosfat dalam media padat pikovskaya dan media cair pikovskaya. Hasil pengujian pada media padat pikovskaya dipilih lima isolat yang memiliki nilai indeks pelarutan fosfat terbesar. Selanjutnya lima isolat tersebut dilakukan pengujian pada media cair pikovskaya sehingga terpilih dua isolat yang memiliki potensi pelarutan P paling besar, yaitu Penicillium sp.1 dengan sumber Ca3(PO4)2 sebesar 45,15 ppm dan Aspergillus sp.1 dengan sumber AlPO4 sebesar 48,58 ppm dan sumber FePO4 sebesar 28,34 ppm.

(35)

ABSTRACT

MONIKA PEBRIANTI MALAU: Potential Test of Phosphate Dissolving By Soil Microbes Isolated From Soil of Former Forest Fires. Under the guidance of DENI ELFIATI and DELVIAN.

Phosphate Solubilizing Microbial (PSM) is soil microorganisms that has role in providing nutrients P in plants by dissolving soil inorganic phosphate from unavailable form into available phosphate form for plants.The aim of this research is to examine and determine the potential of phosphate solubilizing microbial former forest fire isolates for P dissolving from four sources, namely P Ca3(PO4)2, AlPO4, FePO4, and phosphate rocks in pikovskaya solid media and pikovskaya liquid media.The results of pikovskaya solid media choosen five isolates that have the largest dissolution phosphate index value. Furthermore, five isolates were tested in pikovskaya liquid media, then selected two isolates that have the greatest P dissolution potential, namely Penicillium sp.1 with Ca3(PO4)2 resources amounted to 45.15 ppm and Aspergillus sp.1 with AlPO4 resources amounted to 48,58 ppm and FePO4 resources amounted to 28.34 ppm.

(36)

UJI POTENSI PELARUTAN FOSFAT OLEH MIKROBA

YANG DIISOLASI DARI TANAH BEKAS KEBAKARAN

HUTAN

SKRIPSI

Oleh :

MONIKA PEBRIANTI MALAU 121201127/BUDIDAYA HUTAN

PROGAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(37)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Uji Potensi Pelarutan Fosfat Oleh Mikroba Yang Diisolasi Dari Tanah Bekas Kebakaran Hutan

Nama : Monika Pebrianti Malau

N I M : 121201127

Program Studi : Kehutanan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Deni Elfiati, S.P., M.P.

Ketua Anggota

Dr. Delvian, S.P., M.P.

Mengetahui,

(38)

ABSTRAK

MONIKA PEBRIANTI MALAU: Uji Potensi Pelarutan Fosfat Oleh Mikroba Yang Diisolasi Dari Tanah Bekas Kebakaran Hutan. Di bawah bimbingan DENI ELFIATI dan DELVIAN.

Mikroba pelarut fosfat (MPF) merupakan mikroorganisme tanah yang berperan dalam penyediaan unsur hara P pada tanaman dengan cara melarutkan fosfat anorganik tanah dari bentuk tidak tersedia bagi tanaman menjadi bentuk-bentuk fosfat yang tersedia bagi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui potensi mikroba pelarut fosfat isolat tanah bekas kebakaran hutan dalam melarutkan P dari empat sumber P yaitu Ca3(PO4)2, AlPO4, FePO4, dan batuan fosfat dalam media padat pikovskaya dan media cair pikovskaya. Hasil pengujian pada media padat pikovskaya dipilih lima isolat yang memiliki nilai indeks pelarutan fosfat terbesar. Selanjutnya lima isolat tersebut dilakukan pengujian pada media cair pikovskaya sehingga terpilih dua isolat yang memiliki potensi pelarutan P paling besar, yaitu Penicillium sp.1 dengan sumber Ca3(PO4)2 sebesar 45,15 ppm dan Aspergillus sp.1 dengan sumber AlPO4 sebesar 48,58 ppm dan sumber FePO4 sebesar 28,34 ppm.

(39)

ABSTRACT

MONIKA PEBRIANTI MALAU: Potential Test of Phosphate Dissolving By Soil Microbes Isolated From Soil of Former Forest Fires. Under the guidance of DENI ELFIATI and DELVIAN.

Phosphate Solubilizing Microbial (PSM) is soil microorganisms that has role in providing nutrients P in plants by dissolving soil inorganic phosphate from unavailable form into available phosphate form for plants.The aim of this research is to examine and determine the potential of phosphate solubilizing microbial former forest fire isolates for P dissolving from four sources, namely P Ca3(PO4)2, AlPO4, FePO4, and phosphate rocks in pikovskaya solid media and pikovskaya liquid media.The results of pikovskaya solid media choosen five isolates that have the largest dissolution phosphate index value. Furthermore, five isolates were tested in pikovskaya liquid media, then selected two isolates that have the greatest P dissolution potential, namely Penicillium sp.1 with Ca3(PO4)2 resources amounted to 45.15 ppm and Aspergillus sp.1 with AlPO4 resources amounted to 48,58 ppm and FePO4 resources amounted to 28.34 ppm.

(40)

RIWAYAT HIDUP

Monika Pebrianti Malau dilahirkan di Kota Medan, pada 23 Februari 1995, anak dari Bapak Tigor G. Malau dan Ibu Ratna Ningsih. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Chandra Kusuma Medan. Pada tahun 2009 lulus dari SMP Budi Murni 1 Medan. Pada tahun 2012 lulus dari SMA Sutomo 1 Medan, dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai Mahasiswa Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Ujian Masuk Bersama (UMB) Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian. Penulis memilih minat Budidaya Hutan, Program Studi Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis tercatat sebagai anggota Rain Forest. Penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di pada tahun 2014, pada tahun 2015 penulis menjadi asisten laboratorium pada mata kuliah Hidrologi Hutan. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), Yogyakarta, dari tanggal 27 Januari – 29 Februari 2016.

(41)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Uji Potensi Pelarutan Fosfat oleh Mikroba yang Diisolasi dari Tanah Bekas Kebakaran” ini dengan baik.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui potensi mikroba pelarut fosfat isolat tanah bekas kebakaran hutan dalam melarutkan P dari empat sumber P yaitu Ca3(PO4)2, AlPO4, FePO4, dan batuan fosfat dalam media padat pikovskaya dan media cair pikovskaya.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini :

1. Kepada orangtua tercinta, Bapak Tigor G. Malau dan Ibu Ratna Ningsih yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, motivasi, doa yang tulus, materi, dan memberi kesempatan pada penulis untuk berjuang menuntut ilmu sehingga dapat menyelesaikan studi di perguruan tinggi ini. Serta adek Aditya Putra Malau atas dukungan, doa dan perhatian yang sangat besar yang selalu mendukung penulis.

2. Komisi pembimbing penulis Ibu Dr. Deni Elfiati, S.P., M.P. dan Bapak Dr. Delvian, S.P., M.P. yang telah banyak mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(42)

4. Dan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi atas penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dalam penyusunan kata maupun dalam penulisannya karena segala keterbatasan yang dimiliki oleh penulis.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Februari 2017

(43)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tanah Bekas Kebakaran ... 4

Unsur Fosfor (P) ... 5

Ketersediaan Fosfat Dalam Tanah ... 6

Mikroba Pelarut Fosfat ... 8

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Prosedur Penelitian ... 14

Uji Potensi Pada Media Padat ... 14

Uji Potensi Pada Media Cair ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Potensi Media Padat ... 18

(44)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Nilai Indeks Pelarutan Fosfat Dari Pengujian Media Padat Pikovskaya Dengan Berbagai Sumber P setelah inkubasi 5 hari ... 18 2. Kemampuan Isolat Dalam Melarutkan Berbagai Sumber Fosfat Dalam

(45)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Dokumentasi Penelitian ... 28

2. Hasil pengukuran P-Tersedia dan pH media cair pikovskaya ... 31

3. Analisis Sidik Ragam P-tersedia ... 32

4. Hasil Uji Lanjut DMRT pada P-tersedia ... 32

(46)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Uji Pseudomonas sp.1 pada media padat pikovskaya hari-1 ... 28

2. Uji Pseudomonas sp.1 pada media padat pikovskaya hari-5 ... 28

3. Uji Jamur pada media padat pikovskaya hari-1 ... 28

4. Uji Jamur pada media padat pikovskaya hari-5 ... 29

5. Uji pada media cair pikovskaya hari-1 ... 29

6. Uji Pseudomonas sp.1 pada media cair pikovskaya setelah 14 hari inokulasi ... 29

7. Uji Jamur pada media cair pikovskaya setelah 14 hari inokulasi ... 30

Gambar

Gambar 2. Uji  Pseudomonas sp.1 pada media padat hari-5
Gambar 5. Uji pada media cair pikovskaya hari-1
Gambar 8. Analisis P-tersedia
Tabel 1. Nilai indeks pelarutan fosfat dari pengujian media padat dengan berbagai sumber P  setelah inkubasi 5 hari
+3

Referensi

Dokumen terkait

selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.. Bapak Faisal Eriza, S.Sos.MSP sebagai

Pertumbuhan tersebut terjadi pada semua sektor ekonomi yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi mencapai pertumbuhan tertinggi sebesar 15,8 persen, sektor listrik, gas dan air

Secara historis, pendidikan akuntansi dalam program S1 dimaksudkan untuk menghasilkan akuntan, yang selama ini dipandang cukup untuk bekal memasuki profesi akuntan publik pertumbuhan

Penelitian yang dilakukan oleh penulis berfokus pada determinan risiko sistematis berupa rasio-rasio keuangan dan melihat pengaruhnya terhadap risiko sistematis yang

Kecamatan Trangkil dengan 6 desa penghasil garam antara lain: Kadilangu, Tlutup, Kertomulyo, Guyangan, Sambilawang dan Asempapan memiliki potensi untuk mengembangkan

Di sisi lain, modernisasi tidak selamanya memberikan dampak yang positif bagi perkembangan kehidupan sosial masyarakat dalam arti mengubah masyarakat dari

Perlindungan hukum bagi seorang pekerja seks Komersial dari gendre waria (wanita- Pria), bukanlah hal baru yang menjadi vokus pembicaraan, namun menjadi suatu

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode descriptive.Pengambilan data tutupan ekosistem karang menggunakan teknik UPT Underwater Photo Transek, Analisis data wisata