• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Perilaku Berseragam Dinas dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial antara Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur A dan Jalur B di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Perilaku Berseragam Dinas dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial antara Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur A dan Jalur B di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

INSTRUMEN PENELITIAN

PERBANDINGAN PERILAKU BERSERAGAM DINAS DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL ANTARA MAHASISWA TAHAP PENDIDIKAN PROFESI NERS JALUR A DAN JALUR B DI FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Petunjuk Pengisian

Saudara diharapkan:

1.Menjawab pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√) pada tempat yang disediakan

2.Semua pertanyaan harus dijawab

3.Tiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban

4.Bila ada yang kurang dimengerti bisa ditanyakan kepada peneliti

A.Data Demografi

Inisial :

Jenis kelamin : P/L

Umur :

Suku bangsa :

Jalur masuk :

Jumlah seragam dinas :

Kebiasaan waktu mencuci seragam : 3xseminggu 2xseminggu 1xseminggu

(2)

B.Kuisioner Perilaku

No Soal Ya Tidak

1 Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit 2 Infeksi nosokomial terjadi sesudah 24 jam perawatan

3 Salah satu sumber penularan infeksi nosokomial adalah tenaga kesehatan (perawat atau dokter)

4 Salah satu cara penyebaran mikroorganisme oleh perawat adalah melalui seragam dinas yang kotor

5 Salah satu teknik menghilangkan mikroorganisme pada pakaian adalah dengan mencuci pakaian

6 Infeksi nosokomial adalah infeksi yang timbul karena penyakit yang diderita oleh pasien

7 Infeksi nosokomial yang disebabkan oleh perawat dapat melalui seragam dinas yang dipakai perawat

8 Seragam dinas perawat hanya boleh dipakai ketika berada dirumah sakit saja

9 Jika berada di luar rumah sakit sebaiknya tetap memakai seragam dinas kemanapun sebelum pulang ke rumah

10 Infeksi nosokomial dapat memperpanjang waktu rawat inap

11 Tingkat keparahan infeksi nosokomial dapat mengakibatkan kematian 12 Cara mencuci seragam dinas yang baik adalah dengan menggunakan

detergen

13 Cara menggantung seragam dinas yang sudah dipakai adalah dibalik (bagian dalam pakaian tetap diluar, bagian luar didalam)

14 Mencuci seragam dinas dilakukan setelah satu kali pemakaian 15 Dampak finansial yang disebabkan oleh infeksi nosokomial adalah

menurunnya pendapatan karena kehilangan produktivitas

16 Kerugian yang tidak bersifat fisik bagi pasien yang menderita infeksi nosokomial adalah kehilangan produktivitas

17 Pasien yang beresiko tinggi terjangkit infeksi nosokomial adalah pasien diare dan post operasi

(3)

Untuk pertanyaan berikut gunakan kode dibawah ini untuk menjawabnya SS = Sangat Setuju

S = Setuju TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

No Soal SS S TS STS

1 Kebersihan seragam dinas yang dipakai harus di perhatikan

2 Menaati tata tertib seragam dinas yang telah dibuat 3 Membicarakan cara meminimalisir mikroorganisme

pada seragam dinas dengan teman lainnya 4 Mengajak teman untuk mengganti seragam dinas

ketika berada diluar rumah sakit

5 Memilih untuk memakai pakaian lain diluar seragam dinas daripada tidak sama sekali

6 Seragam dinas boleh dipakai ketika berada di luar rumah sakit

7 Pakaian akan terbebas dari kuman jika dicuci

Untuk pertanyaan berikut gunakan kode dibawah ini untuk menjawabnya SL =Selalu

SR = Sering JR = Jarang

TP = Tidak Pernah

No Soal SL SR JR TP

1 Saya memakai jaket atau sweater diluar seragam dinas untuk mencegah terjadinya infeksi

nosokomial

2 Saya melapisi seragam dinas dengan sweater atau jaket jika berada diluar rumah sakit

3 Saya memakai seragam dinas hanya pada saat pembelajaran klinis di rumah sakit

4 Saya mengganti seragam yang dipakai di rumah sakit dengan pakaian biasa ketika keluar dari rumah sakit

5 Saya menggantungkan seragam dinas dalam keadaan tidak terbalik(bagian dalam tetap didalam dan bagian luar tetap diluar)

6 Saya mencuci seragam dinas hanya dengan air biasa (air kran)

7 Saya menjaga seragam dinas agar terhindar dari peralatan dan bahan yang kotor

8 Saya menyetrika seragam dinas sebelum dipakai 9 Saya melepaskan seragam dinas ketika diluar

(4)

Lampiran 2

Hasil Analisa Data Menggunakan SPSS Versi 16.0

A.Uji Reliabilitas Menggunakan Skala Guttman untuk Kuesioner Pengetahuan

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00001 12.3667 20.723 .246 . .861

VAR00002 12.2000 20.786 .252 . .860

VAR00003 12.1000 19.472 .648 . .844

VAR00004 12.2333 19.978 .434 . .852

VAR00005 12.1000 19.403 .668 . .843

VAR00006 12.0667 19.237 .761 . .840

VAR00007 12.2333 20.047 .417 . .853

VAR00008 12.2333 19.220 .619 . .844

VAR00009 12.2333 21.013 .193 . .863

VAR00010 12.0333 20.723 .363 . .855

VAR00011 12.0667 19.306 .741 . .841

VAR00012 12.3333 19.747 .469 . .851

VAR00013 12.1333 19.637 .572 . .847

VAR00014 12.2667 19.444 .552 . .847

VAR00015 12.1667 20.557 .318 . .857

VAR00016 12.1333 19.706 .554 . .848

VAR00017 12.1667 19.799 .507 . .849

VAR00018 12.3000 20.424 .316 . .858

(5)

B.Uji Reliabilitas Menggunakan Cronbach`s Alpha untuk Sikap dan Tindakan

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.660 19

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00001 60.2333 21.564 .464 .634

VAR00002 60.4667 21.430 .385 .636

VAR00003 60.8667 22.533 .224 .652

VAR00004 60.8333 21.592 .456 .635

VAR00005 61.0667 21.857 .113 .667

VAR00006 60.9333 21.030 .245 .648

VAR00007 60.6333 22.999 .049 .665

VAR00008 60.5667 21.771 .224 .650

VAR00009 60.5333 20.602 .491 .623

VAR00010 60.6333 19.757 .423 .622

VAR00011 60.6000 20.524 .406 .628

VAR00012 61.1333 20.809 .277 .643

VAR00013 61.4000 22.938 -.072 .714

VAR00014 60.8333 20.833 .134 .676

VAR00015 60.4000 20.938 .385 .633

VAR00016 60.2000 22.097 .348 .644

VAR00017 60.1000 22.438 .407 .646

(6)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00001 60.2333 21.564 .464 .634

VAR00002 60.4667 21.430 .385 .636

VAR00003 60.8667 22.533 .224 .652

VAR00004 60.8333 21.592 .456 .635

VAR00005 61.0667 21.857 .113 .667

VAR00006 60.9333 21.030 .245 .648

VAR00007 60.6333 22.999 .049 .665

VAR00008 60.5667 21.771 .224 .650

VAR00009 60.5333 20.602 .491 .623

VAR00010 60.6333 19.757 .423 .622

VAR00011 60.6000 20.524 .406 .628

VAR00012 61.1333 20.809 .277 .643

VAR00013 61.4000 22.938 -.072 .714

VAR00014 60.8333 20.833 .134 .676

VAR00015 60.4000 20.938 .385 .633

VAR00016 60.2000 22.097 .348 .644

VAR00017 60.1000 22.438 .407 .646

VAR00018 60.1667 22.075 .396 .642

(7)

C.Data Demografi

Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Perempuan 88 87.1 87.1 87.1

Laki-Laki 13 12.9 12.9 100.0

Total 101 100.0 100.0

Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 21 1 1.0 1.0 1.0

22 24 23.8 23.8 24.8

23 44 43.6 43.6 68.3

24 18 17.8 17.8 86.1

25 4 4.0 4.0 90.1

26 3 3.0 3.0 93.1

27 2 2.0 2.0 95.0

32 2 2.0 2.0 97.0

33 1 1.0 1.0 98.0

34 2 2.0 2.0 100.0

(8)

Suku Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Batak 70 69.3 69.3 69.3

Minang Kabau 4 4.0 4.0 73.3

Jawa 14 13.9 13.9 87.1

Aceh 9 8.9 8.9 96.0

Melayu 2 2.0 2.0 98.0

Banjar 1 1.0 1.0 99.0

Nias 1 1.0 1.0 100.0

Total 101 100.0 100.0

Jalur Masuk Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Jalur Reguler 44 43.6 43.6 43.6

Jalur Nonreguler 57 56.4 56.4 100.0

Total 101 100.0 100.0

Jumlah Seragam Dinas Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4 pasang 8 7.9 7.9 7.9

3 pasang 24 23.8 23.8 31.7

2 Pasang 69 68.3 68.3 100.0

(9)

Kebiasaan Waktu Mencuci Seragam Dinas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Setiap Hari 27 26.7 26.7 26.7

3 kali seminggu 57 56.4 56.4 83.2

2 kali seminggu 8 7.9 7.9 91.1

1 kali seminggu 9 8.9 8.9 100.0

(10)

E.Perilaku Berseragam Dinas Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur A dan Jalur B

Perilaku Berseragam Dinas Mahsiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur A

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Cukup 6 10.5 13.6 13.6

Baik 38 66.7 86.4 100.0

Total 44 77.2 100.0

Missing System 13 22.8

Total 57 100.0

Perilaku Berseragam Dinas Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur B

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Cukup 10 17.5 17.5 17.5

Baik 47 82.5 82.5 100.0

(11)

E. Perbandingan Perilaku Berseragam Dinas dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial antara MahasiswaTahap Pendidikan Profesi Ners Jalur A dan Jalur B dengan Menggunakan Uji Fisher

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Perilaku Berseragam Dinas

Mahasiswa 101 100.0% 0 .0% 101 100.0%

Perilaku Berseragam Dinas Mahasiswa Tahap pendidikan Profesi Ners

Jalur Masuk Mahasiswa

Total Jalur A Jalur B

Perilaku Mahsiswa A Cukup Count 2 4 6

Expected Count .7 5.3 6.0

Baik Count 3 35 38

Expected Count 4.3 33.7 38.0

Total Count 5 39 44

(12)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3.329a 1 .068

Continuity Correctionb 1.283 1 .257

Likelihood Ratio 2.528 1 .112

Fisher's Exact Test .130 .130

Linear-by-Linear

Association 3.254 1 .071

N of Valid Casesb 44

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .68.

(13)

Lampiran 3

BIAYA PENELITIAN

NO KEGIATAN JUMLAH

1 Persiapan proposal

a. Foto kopi bahan penelitian dan bahan konsultasi b. Biaya internet

c. Print proposal

d. Memperbanyak proposal 3@Rp 8200,

Rp 118.800,- Rp 50.000,- Rp 8.200,- Rp 24.600,-

2 Pengumpulan data

a. Foto kopi bahan hasil penelitian dan bahan konsultasi

b. Fotokopo kuesioner uji reliabilitas 30@800 c. Fotokopi kuisioner penelitian 101@ Rp 400,- d. Cindra mata 101@Rp 1500,-

e. Transportasi Rp 100.000,- Rp 24.000,- Rp 40.400,- Rp 151.500,- Rp 100.000,-

3 Analisa data dan penyusunan laporan penelitian

a. Print hasil penelitian

b. Memperbanyak hasil penelitian 3@ Rp 20.000 c. Dokumentasi hasil penelitian 3@ Rp 25.000 d. Biaya sidang skripsi

Rp 20.000,- Rp 60.000,- Rp 75.000,- Rp 100.000,-

(14)

Lampiran 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tiara Kudri

Tempat/Tanggal Lahir : Kampung Mesjid Baru, 01 Agustus 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Rumah : Ranah Batahan, Pasaman Barat

Riwayat Pendidikan : 1. 1997-2003 SD Negeri 25 Kampung Mesjid Baru

2. 2003-2006 SMP Negeri 2 Ranah Batahan

3. 2006-2009 SMA Negeri 1 Pasaman

4. 2009-2013 Fakultas Keperawatan Universitas

(15)
(16)

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, L.L. (2007). Nosocomial Infection. Diperoleh tanggal 15 November

2012 dari

Arikunto. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineke Cipta

Arivianti, H. A (2012, September). Penelitian Bakteri Pada Pakaian. Medical

Tribune,11-12 diperoleh tanggal 15 Maret 2013 dari

http://nursingstandard.rcnpublishing.co.uk

Brockopp, D.Y & Tolsma, M.T.H. (2000). Dasar-Dasar Riset Keperawatan (Fundamental Of Nursing Research). Jakarta: EGC

Dahlan, M.S. (2011). Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Danim, S. (2003). Riset Keperawatan: Sejarah & Metodologi. Jakarta: EGC

Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya.. Jakarta: Salemba Medika

Dempsey, P.A., Dempsey, A.D. (2002). Riset Keperawatan: Buku Ajar dan

Latihan ( Ed 4). Jakarta: EGC

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Ed III). Jakarta: Balai Pustaka.

Gruendemann, B.J., & Fernsebner, B. (2006). Keperawatan Perioperatif

(Comprehensive Perioperative Nursing) (Vol 1). Jakarta: EGC

Harnowo, P.A. (2011, Mei 10). Mesin Cuci Biasa Tak Mampu Bunuh Bakteri dari Rumah Sakit. Detik Health. Diperoleh tanggal 26 November 2012, dari

Hidayat, A.A A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep

dan Proses Keperawatan Jakarta: Salemba Medika

Inweregbu, K., Dave, J & Pittard, A. (2002). Nosocomial Infection. Oxford

Journals. Diperoleh tanggal 7 November 2012, dari

Kozier, B.,Erb, Glenora.,Berman Audrey.,Snyder S.J. (2010). Buku Ajar

Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik (Volume 2).

Jakarta: EGC

(17)

Notoadmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. RINEKA CIPTA.

Polit, D.F., Beck, C.T.,& Hungler, B.P. (2001). Essentials of Nursing Research:

Method, Appraisal, and Utilization. Lippincot: William & Wilkins

Potter, P.A.,& Perry, A.G. (2002). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep

Proses dan Praktik ( Vol 1). Jakarta: EGC

Prambudi dan Wijayanti. 2012. Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Keperawatan.. Journal Nursing Studies 1 (1) 149-156 diperoleh dari e journal S1

Rasyid, A. (2000, Oktober 4). Peranan Antiseptik dan Desinfektan Pada Pencegahan Infeksi Nosokomial. Majalah Kedokteran Sriwijaya, p. 28

Reksoatmodjo, T.N. (2007). Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: Refika Aditama

Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Mitra Cendikia Press

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Imu

Setiawan, N. (2007). Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel Krecjie-Morgan: Telaah Konsep dan Aplikasinya. Makalah

disampaikan pada diskusi ilmiah jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan UNPAD, Kamis 22 November 2007

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Transmission by White Coats Used by Physicians in Nigeria: Implications for Improved Patient-Safety Initiatives. World Health &

Population (Vol.11 No 3) . Diperoleh tanggal 15 Desember 2012 dari

Walgito, B. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset

Well, Y.W., Galuty, M., Rudensky, B., Schlesinger, Y., Attias, D & Yinnon, A.A. (2011). Nursing and Physician Attire as Possible Source of Nosocomial Infections. American Journal Of Infection. Elsevier. Diperoleh tanggal

(18)
(19)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Saya yang bernama Tiara Kudri dengan NIM: 091101037 adalah

mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya

sedang melakukan penelitian yang berjudul “Perbandingan Perilaku Berseragam

Dinas Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Antara Mahasiswa Tahap

Pendidikan Profesi Ners Jalur A dan Jalur B di Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan sarjana Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya memerlukan responden untuk mengisi

kuisioner yang telah saya susun. Selanjutnya saya mohon kesediaan saudara untuk

mengisi lembar kuisioner dengan jujur tanpa ada pengaruh dari orang lain. Saya

akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban saudara. Informasi yang

saudara berikan hanya akan dipergunakan untuk keperluan penelitian ini. Jika

saudara bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani lembar persetujuan

di bawah ini sebagai bukti kesukarelaan saudara. Terima kasih banyak atas

partisipasi saudara dalam penelitian ini.

Medan, Juni 2013

Peneliti Responden

Tiara Kudri ( )

(20)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan perilaku

berseragam dinas dalam pencegahan infeksi nosokomial antara mahasiswa tahap

Pendidikan Profesi Ners jalur A dan jalur B di Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara. Berdasarkan teori dan tujuan yang diteliti maka kerangka

penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 3.1 Kerangka Penelitian Perbandingan Perilaku Berseragam Dinas dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial antara Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur A dan Jalur B di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Baik Cukup Kurang Jalur A

Baik Cukup Kurang Jalur B

Perilaku Mahasiswa Tahap Pendidikan

(21)

3.2 Defenisi Konseptual

Perilaku ditinjau dari pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan, suatu aktivitas manusia itu sendiri

mempunyai bentangan yang luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi,

berpakaian dan lain-lain. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi, dan

emosi juga merupakan perilaku manusia (Soekidjo, 2007).

Seragam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) mempunyai arti

sama ragam (corak, bentuk, susunan, pakaian). Jadi dapat disimpulkan bahwa

seragam perawat adalah pakaian yang mempunyai ragam dan corak yang sama

yang dipakai oleh perawat.

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit atau dalam

sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran disumber

pelayanan kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung,

(22)

3.3Defenisi Operasional

Tabel 3.3 Defenisi Operasional Perbedaan Perilaku Berseragam Dinas dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial antara Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur A dan Jalur B di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

No Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Skor 1 Perilaku adalah segala

sesuatu yang dilakukan oleh mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners jalur A dan Jalur B meliputi

pengetahuan, sikap dan tindakan dalam berseragam dinas perawat untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial

Kuesioner

berjumlah 34 buah dengan

menggunakan

-Skala Guttman untuk kuesioner pengetahuan sebanyak 18 buah dengan pilihan jawaban ya dan tidak

-Skala Likert untuk kuesioner sikap sebanyak 7 buah dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju dan

kuesioner tindakan sebanyak 9 buah dengan pilihan jawaban selalu, sering, jarang, tidak pernah

(23)

3.4Hipotesis

Hipotesis yang dibuktikan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif

(Ha) yaitu ada perbandingan perilaku berseragam dinas dalam pencegahan infeksi

nosokomial antara mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners jalur A dan jalur B

(24)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif komparatif yang bertujuan

untuk mengetahui perbandingan perilaku berseragam dinas dalam pencegahan

infeksi nosokomial antara mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners jalur A dan

jalur B di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam

suatu penelitian (Saryono, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa

yang sedang menjalani tahap Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara yaitu jalur A yang berjumlah 59 orang dan jalur B

yang berjumlah 105 orang (Bagian Pendidikan Fakultas Keperawatan USU,

2013). Maka jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 164 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau yang mewakili dari populasi yang diteliti

(Arikunto, 2010). Menurut Sudarwan (2003) jika peneliti dapat memperoleh

daftar seluruh anggota populasi, penarikan sampel dilakukan secara probabilitas

(probability sampling). Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah dengan

disproportionate random sampling. Teknik pengambilan sampel ini digunakan

ketika jumlah setiap elemen dengan karakteristik tertentu begitu sedikit dalam

(25)

secara memadai sebagai subkelompok dan akan dibandingkan dengan

subkelompok lainnya (Krysik&Finn, 2013). Sampel mahasiswa Tahap Pendidikan

Profesi Ners Jalur A digunakan seluruhnya sedangkan untuk sisanya diambil

secara acak dari mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur B sebanyak

sampel sisa yang diperlukan.

Besarnya sampel pada penelitian ini menurut rumus Slovin dalam

Setiawan (2007) adalah:

�= �

��2+ 1

Keterangan :

n = jumlah sampel

N =jumlah populasi

d 2 =galat pendugaan (ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%)

Berdasarkan rumus tersebut maka didapatkan jumlah sampel sebagai

berikut:

� = �

��2+1 = 134

134(0.05)2+1 = 100,7 = 101 Orang

Tabel 4.2 Jumlah Populasi, Responden Uji Reliabilitas dan Sampel Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur A dan Jalur B Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (Sumber: Bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara tahun 2013)

No Program Populasi Responden Uji

Reliabilitas

Sampel

1 Mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur A

59 orang 15 orang 44 orang

2 Mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur B

105 orang 15 0rang 57 orang

(26)

Berdasarakan tabel 4.2 maka jumlah sampel mahasiswa tahap Pendidikan

Profesi Ners jalur A adalah 44 orang, sedangkan jumlah sampel mahasiswa tahap

pendidikan Profesi Ners jalu B adalah 57 orang.

4.3 Lokasi dan waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara yang beralamat di Jalan Prof. Ma’as No. 3.Pelaksanaan penelitian

ini diadakan pada bulan Juni 2013.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan persetujuan dari

Fakultas Keperawatan dan juga dosen pembimbing, setelah itu sebelum

mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu menjelaskan kepada responden

tentang tujuan dan tata cara penelitian. Setelah responden mengerti dan bersedia

untuk dijadikan responden dalam penelitian ini, peneliti menyerahkan informed

consent (surat perjanjian) kepada responden untuk ditandatangani sebagai bukti

bahwa peneliti bersedia bekerjasama untuk penelitian ini. Jika calon responden

tidak bersedia ikut serta maka calon responden tersebut berhak untuk menolak dan

mengundurkan diri. Penelitian ini tidak menimbulkan risiko yang membahayakan

baik fisik maupun psikologis bagi responden. Kerahasiaan catatan mengenai data

responden dijaga dengan baik dengan tidak menuliskan nama responden pada

instrumen. Data-data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk

(27)

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh

peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dalam bentuk kuesioner yang berisikan

sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Instrumen terdiri dari

kuesioner data demografi dan juga kuesioner perilaku.

4.5.1 Kuisioner Data Demografi

Kuesioner data demografi terdiri dari inisial, jenis kelamin, usia, suku,

agama, jalur masuk, jumlah seragam dinas, kebiasan waktu mencuci seragam

dinas dan juga nomor handphone. Data demografi ini berguna bagi peneliti untuk

membantu melihat latar belakang dari responden yang dapat mempengaruhi

penelitian ini

4.5.2 Kuisioner Perilaku

Kuesioner yang kedua adalah kuesioner perilaku. Kuesoner ini dibagi lagi

menjadi tiga bagian yaitu kuesioner pengetahuan, kuesioner sikap dan kuesioner

tindakan.

Kuesioner pengetahuan menggunakan skala Guttman dengan pilihan

jawaban ya dan tidak. Jika responden menjawab ya maka nilainya 1 sedangkan

jika responden menjawab tidak maka nilainya 0. Jumlah kuesioner untuk

mengukur pengetahuan sebanyak 18 buah yang terdiri dari tiga pernyataan negatif

dengan nomor 2, 6 dan 9. Pernyataan positif dengan nomor soal 1, 3, 4, 5, 7, 8, 10,

11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18. Nilai tertinggi adalah 18 dan nilai terendah adalah 0.

Kuesioner sikap menggunakan skala Likert dengan skor untuk pernyataan

positif adalah sangat setuju=4, setuju=3, tidak setuju=2 dan sangat tidak setuju=1.

(28)

sangat tidak setuju=4. Jumlah kuesioner sebanyak 7 buah dengan jumlah

pernyataan positif sebanyak 6 dan pernyataan negatif sebanyak 1 buah. Skor

tertinggi 28 sedangkan skor terendah adalah 7.

Kuesioner tindakan menggunakan skala Likert yaitu dengan pilihan

jawaban selalu, sering, jarang dan tidak pernah dengan skor untuk pernyataan

positif selalu=4, sering=3, jarang=2 dan tidak pernah=1 sedangkan untuk

pernyataan negatif selalu=1, sering=2, jarang=3, dan tidak pernah=4. Jumlah

kuesioner untuk mengukur tindakan sebanyak 9 buah dengan pernyataan positif

sebanyak lima buah sedangkan pernyataan negatif sebanyak empat buah. Skor

tertinggi adalah 36 dan terendah 9.

Setelah didapatkan nilai tertinggi dan terendah dari ketiga variabel

tersebut maka rentang perilaku didapatkan dari jumlah skor tertinggi dan juga

jumlah skor terendah dari tiga variabel perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan

tindakan. Skor tertinggi pengetahuan yaitu 18, skor tertinggi sikap 28 dan skor

tertinggi tindakan adalah 36 maka jumlah skor tertinggi dari tiga variabel tersebut

adalah 82. Skor terendah pengetahuan adalah 0, skor terendah sikap 7 dan skor

terendah tindakan adalah 9 maka jumlah skor terendah dari tiga variabel tersebut

adalah 16. Rentang perilaku dibagi menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup dan

(29)

Untuk mencari rentang nilainya terlebih dahulu dipakai rumus statistika

(Reksoatmodjo, 2007)

� = (� − �)

Keterangan:

i = interval

t = nilai tertinggi

r = nilai terendah

k =kelas.

�= (82−16) 3

Maka didapatkan rentang nilai sebagai berikut : jika responden mendapat

skor dengan rentang 60-82 maka dikatakan memiliki perilaku baik, jika responden

mendapatkan skor dengan rentang 38-59 dikatakan memiliki perilaku cukup,

sedangkan jika responden mendapatkan skor 16-37 dikatakan memiliki perilaku

kurang.

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas mengacu kepada kemampuan instrumen pengumpul data untuk

mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan data yang relevan dengan

apa yang sedang diukur (Dempsey, 2002). Uji validitas yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah uji validitas isi (content validity) yaitu sampai sejauh mana

instrumen dapat mewakili faktor yang diteliti (Dempsey, 2002). Uji validitas di

dalam penelitian ini dilakukan oleh dua orang ahli yang berkompeten dibidangnya

yaitu dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara pada Departemen

(30)

Reliabilitas adalah stabilitas dan konsistensi suatu instrumen dalam suatu

konteks yang diberikan (Brockopp, 2000). Singarimbun & Effendi (1989) sangat

menyarankan jumlah responden untuk uji reliabilitas adalah 30 orang. Uji

reliabilitas dalam penelitian dilakukan pada sisa populasi dengan pertimbangan

kriterianya yang sama yaitu mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur A

sebanyak 15 orang dan mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur B

sebanyak 15 orang sehingga jumlah responden uji reliabilitas untuk penelitian ini

adalah sebanyak 30 orang.

Penelitian ini menggunakan dua macam uji reliabilitas yaitu uji reliabilitas

untuk kuesioner pengetahuan dengan skala Guttman, didapatkan nilai

reliabilitasnya 0,8. Sedangkan uji reliabilitas untuk kuesioner sikap dan tindakan

menggunakan rumus Cronbach Alpha dengan nilai 0,660. Menurut Setiadi (2007)

tingkatan nilai reliabilitas dibagi menjadi tiga yaitu < 0,59 dikatakan rendah,

0,6-0,89 dikatakan sedang dan 0,9-1.00 dikatakan memiliki reliabilitas tinggi. Jadi

berdasarkan hasil uji, nilai reliabilitas penelitian ini adalah sedang.

4.7 Pengumpulan Data

Terdapat beberapa tahapan prosedur dalam pengumpulan data yaitu

pengajuan permohonan izin pelaksanaan penelitian melalui bagian pendidikan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan izin

penelitian dari bagian pendidikan maka langkah selanjutnya adalah meminta data

jumlah mahasiswa yang sedang mengikuti tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur A

dan juga Jalur B.

Selanjutnya peneliti menjelaskan tentang tujuan dan manfaat yang

(31)

untuk ikut bekerja sama. Responden yang bersedia mengikuti penelitian diberikan

lembaran informed consent (surat perjanjian) yang berisikan bahwa responden

ikut bekerja sama dalam penelitian dengan keinginan sendiri tanpa ada paksaan

dari pihak manapun.

Setelah itu peneliti menjelaskan kepada responden tentang cara pengisisan

kuesioner dan memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya jika ada

pernyataan yang kurang jelas di dalam kuesioner. Setelah semua kuesioner diisi

oleh responden maka peneliti mengumpulkan kuesioner untuk selanjutnya diolah

menjadi data.

4.8.Analisis Data

Metode statistik untuk analisa data pada penelitian ini menggunakan

metode univariat dan bivariat. Analisa univariat digunakan untuk menganalisa

data demografi, perilaku berseragam dinas mahasiswa tahap Pendidikan Profesi

Ners jalur A dan perilaku berseragam dinas mahasiswa tahap Pendidikan Profesi

Ners jalur B.

Statistik bivariat digunakan untuk menganalisa perbandingan perilaku

berseragam dinas dalam pencegahan infeksi nosokomial antara mahasiswa tahap

Pendidikam Profesi Ners jaur A dan jalur B. Statistik bivariat yang digunakan

dalam penelitian ini adalah uji non parametrik yaitu uji komparatif dengan skala

kategorik tidak berpasangan terdiri dari dua kelompok. Uji analisa data yang

dipakai adalah uji Fisher Exact. Uji ini digunakan karena syarat Chi Square.

Tidak terpenuhi karena nilai expected yang didapatkan < 5 yaitu 0,7. Hasil analisa

uji Fisher diperoleh nilai significancy 2-sided sebesar 0,130 berarti nilai p>0,05.

(32)

berseragam dinas dalam pencegahan infeksi nosokomial antara mahasiswa tahap

Pendidikan Profesi Ners jalur A dan jalur B.

(33)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan

mengenai perbandingan perilaku berseragam dinas dalam pencegahan infeksi

nosokomial antara mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners jalur A dan jalur B

di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Uji Univariat

Analisa uji univariat yang dilakukan yaitu untuk menguraikan data

demografi, perilaku berseragam dinas mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners

jalur A dan perilaku berseragam dinas mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners

(34)
[image:34.595.143.484.149.607.2]

1.Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden (n=101)

Karakteristik Responden Frekuensi Presentase (%) Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki 88 13 87,12 12,87 Umur 21-30 >30 tahun 96 5 95,04 4,95 Suku Batak Jawa Melayu Aceh Minang Banjar Nias 70 14 2 9 4 1 1 69,30 13,86 1,98 8,91 3.96 0,99 0,99 Jalur Masuk A B 44 57 43,56 56,43

Jumlah Seragam Dinas

2 Pasang 3 Pasang 4 Pasang 69 24 8 68,31 23,76 7,92 Kebiasaan Waktu

Mencuci Seragam Dinas

Setiap hari 3 kali seminggu 2 kali seminggu 1 kali seminggu

(35)

Berdasarkan hasil analisa data demografi menunjukkan bahwa responden

mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners jalur A berjumlah sebanyak 44 orang

(43,56%) dan mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners jalur B sebanyak 57

orang (56,43%). Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan dengan

frekuensi 88 orang (87,12%). Mayoritas usia responden adalah 21-30 tahun

sebanyak 96 orang (96%). Suku yang mendominasi responden adalah suku Batak

sebanyak 70 orang (70%) sedangkan suku yang paling sedikit adalah suku Nias

dan Banjar yaitu masing-masing 1 orang (0,99%). Responden mayoritas memiliki

seragam dinas sebanyak dua pasang yaitu 69 orang (68,31%) dan paling sedikit 4

pasang yaitu 8 orang (7,92%) dengan kebiasaan waktu mencuci seragam dinas

mayoritas tiga kali dalam seminggu yaitu sebanyak 57 orang (56,43%) dan paling

sedikit satu kali seminggu yaitu 9 orang (9%).

2. Perilaku Berseragam Dinas Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur A

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Perilaku Berseragam Dinas Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur A (n=44)

Perilaku Frekuensi Presentase (%)

Baik 38 86,36

Cukup 6 13,63

Kurang 0 0

Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa mahasiswa tahap

Pendidikan Profesi Ners jalur A tergolong memiliki perilaku kategori baik

[image:35.595.133.487.528.587.2]
(36)
[image:36.595.130.493.188.245.2]

1.3 Perilaku Berseragam Dinas Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur B

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Perilaku Berseragam Dinas Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur B (n=57)

Perilaku Frekuensi Presentase (%)

Baik 47 82,45

Cukup 10 17,54

Kurang 0 0

Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa mahasiswa tahap

Pendidikan Profesi Ners jalur B tergolong memiliki perilaku kategori baik

berjumlah 47 orang (82,45%) dan kategori cukup sebanyak 10 orang (17,54%).

5.1.2 Analisa Bivariat

1. Perbandingan Perilaku Berseragam Dinas dalam Pencegahan Infeksi

Nosokomial antara Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners jalur A dan jalur B di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Hasil analisa uji Fisher menunjukkan nilai p>0,05 yaitu 0,130. Maka dapat

ditarik kesimpulan tidak ada perbedaan perilaku berseragam dinas dalam

pencegahan infeksi nosokomial antara mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners

Jalur A dan Jalur B di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Jalur Masuk p

A B

Perilaku Baik

N % n % 0,130

38 86,36 47 82,45

Cukup 6 13,63 10 17,54

(37)

5.2 Pembahasan Penelitian

5.2.1 Karakteristik Demografi Responden

Berdasarkan hasil analisa data demografi maka didapatkan usia mayoritas

responden berada antara 21-30 tahun yaitu 96 orang (95,04%) dan beberapa

responden yang memiliki usia diatas 30 tahun yaitu 5 orang (4,95%). Mayoritas

jenis kelamin mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners baik jalur A maupun

jalur B adalah perempuan yaitu sebanyak 88 orang (87,12%) dan 13 orang

(12,87%) berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Pambudi & Wijayanti (2012) yang menyatakan dalam

penelitiaannya bahwa proporsi perempuan dalam pendidikan keperawatan

memang jauh lebih besar daripada laki-laki.

Mayoritas jumlah seragam dinas yang dipunyai oleh mahasiswa tahap

Pendidikan Profesi Ners adalah dua pasang yaitu sebanyak 69 orang (68,31%) hal

ini sesuai dengan informasi dari mahasiswa bahwa mereka mendapatkan dua

pasang seragam dinas dari fakultas. Pada mahasiswa tahap Pendidikan Profesi

Ners jalur B sebagian mereka memiliki tiga atau empat pasang seragam dinas

karena sebelum memasuki tahap Pendidikan Profesi Ners mereka sudah pernah

melakukan pembelajaran klinik sebelumnya di rumah sakit yaitu ketika menjalani

tahap pendidikan DIII. Jumlah seragam dinas ini berpengaruh terhadap kebiasaan

waktu mencuci seragam dinas. Mahasiswa yang mempunyai seragam dinas hanya

dua pasang, mereka mencucinya setiap hari ketika selesai pakai atau

kemungkinan akan dicuci lebih lama lagi karena tidak ada cadangan seragam

(38)

akan lebih mudah mengatur jadwal mencuci seragam dinasnya. Mayoritas

kebiasaan mencuci seragam dinas sebanyak tiga kali seminggu sebanyak 57 orang

(56,43%) diikuti dengan setiap hari yaitu sebanyak 27 orang (26%,73) dan paling

sedikit responden mencuci seragam dinas sebanyak satu kali seminggu yaitu 9

orang (10%).

Kebiasaan waktu mencuci seragam dinas ini akan berpengaruh terhadap

jumlah bakteri yang terkandung dalam seragam tersebut. Seragam yang sering

dipakai tentunya akan mengandung bakteri yang banyak sehingga lebih

berpeluang untuk terjadinya infeksi nosokomial. Penelitian yang dilakukan oleh

Neely (2000) dalam Arivianti (2012) terkait dengan jangka waktu bertahanya

bakteri pada kain dan plastik yang digunakan di rumah sakit didapatkan hasil

bahwa banyak bakteri dari jenis gram negatif dapat bertahan dua jam sampai 60

hari.

5.2.2 Perilaku Berseragam Dinas Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur A

Menurut Kwick (1974) dalam Notoadmodjo (2002) bahwa perilaku adalah

tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat

dipelajari. Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, didapatkan

perilaku berseragam mahasiswa jalur A termasuk dalam kategori baik dengan

jumlah 38 orang (86,36%), kategori cukup sebanyak 6 orang (13,63%) dan tidak

(39)

Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Benyamin Bloom (1908) yang

dikutip oleh Soekidjo (2007) bahwa perilaku dibagi kedalam tiga domain (ranah

atau kawasan) yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective

domain) dan ranah psikomotor (psychomotor domain).

Pada ranah kognitif, mahasiswa Fakultas Keperawatan jalur A sebelumnya

telah diberi pemahaman tentang pencegahan infeksi nosokomial melalui beberapa

mata kuliah seperti kebutuhan dasar manusia dan mikrobiologi. Selain itu pada

pembelajaran laboratorium pada saat melakukan intervensi keperawatan

mahasiswa selalu diajarkan untuk tidak menjadi sumber penular mikroba kepada

pasien yang sedang mereka rawat dengan cara melakukan prosedur yang tepat.

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap stimulus atau objek yang terdiri dari menerima, merespon, menghargai

dan bertanggung jawab (Soekidjo, 2007). Berdasarkan hasil analisa data yang

telah dilakukan menunjukkan bahwa sikap mahasiswa dalam pencegahan infeksi

nosokomial baik.

Tindakan adalah reaksi atau respon seseorang yang dapat diamati.

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, tindakan mahasiswa tahap

Pendidikan Profesi Ners jalur A tergolong baik. Hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan hasil observasi peneliti selama penelitian. Beberapa responden tidak jujur

dalam menjawab kuesioner. Responden lebih memilih kecenderungan agar hasil

penelitian menjadi baik padahal ketika dilakukan penelitian, responden memakai

seragam dinasnya di luar dari rumah sakit yaitu ketika pergi ke kampus

menjumpai dosen. Sehingga hal ini berpengaruh terhadap hasil penelitian

(40)

tindakan mahasiswa dalam pencegahan infeksi nosokomial. Selain itu,

perbandingan bobot instrumen penelitian ini tidak seimbang antara pengetahuan,

sikap dan tindakan sehingga hasil akhir dari ketiga subvariabel tersebut tidak

mencerminkan perilaku yang sebenarnya, sehingga hasil yang didapatkan tidak

sesuai dengan fenomena yang terjadi dilapangan. Peneliti tidak menganjurkan

untuk memakai instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk melakukan

penelitian yang serupa dan jika digunakan untuk melakukan penelitian kembali,

peneliti menyarankan untuk mempertimbangan perbandingan bobot antara sub

variable. Selain itu juga perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas kembali.

5.2.3 Perilaku Berseragam Dinas Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur B

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, didapatkan perilaku

berseragam dinas mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur B termasuk

dalam kategori baik sebanyak 47 orang (82,45%) dan cukup sebanyak 10 orang

(17,54%). Pada domain kognitif (cognitive domain), mahasiswa tahap Pendidikan

Profesi Ners jalur B juga telah mendapatkan ilmu tentang pencegahan infeksi

nosokomial melalui mata kuliah kebutuhan dasar manusia sebelumnya pada saat

masih menjalani tahap pendidikan DIII. Pada domain sikap mahasiswa tahap

Pendidikan Profesi Ners mayoritas mempunyai sikap yang baik dalam pencegahan

infeksi nosokomial melalui seragam dinas.

Mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur B mayoritas juga memiliki

tindakan yang baik dalam pencegahan infeksi nosokomial. Hal ini juga

(41)

terdapatnya perbedaan peraturan berseragam dinas di fakultas merupakan salah

satu kesulitan dalam penelitian ini. Perbedaan peraturan tersebut yaitu pada

Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah mahasiswa tidak

diperbolehkan memakai seragam dinas ketika mengunjungi dosen ke kampus.

Sedangkan Departemen Jiwa dan Komunitas malah menganjurkan mahasiswa

untuk memakai seragam dinas ketika ada urusan ke kampus.

5.2.4 Perbandingan Perilaku Berseragam Dinas Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur A dan Jalur B Fakultas di Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku

berseragam dinas antara mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners jalur A dengan

jalur B di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Hal ini ditunjukkan

dari hasil analisa data yang menggunakan Uji Fisher menunjukkan nilai p> 0,05

yaitu significancy 2-Sided sebesar 0,130 Perilaku berseragam dinas mahasiswa

jalur A tergolong baik dengan jumlah 38 orang (86,36%). Begitu juga dengan

perilaku berseragam dinas mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners jalur B

tergolong baik dengan jumlah 47 orang (82,45 %)

Maka, dapat disimpulkan bahwa walaupun mahasiswa tahap Pendidikan

Profesi Ners memiliki jalur masuk dan juga pengalaman klinis yang berbeda,

tidak mempengaruhi perilaku berseragam dinas mereka dalam pencegahan infeksi

nosokomial.

Menurut Lawrence Green bahwa ada 3 faktor utama yang menentukan

perilaku yakni faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan),

(42)

sekitar (Notoatmodjo, 2005). Faktor predisposisinya adalah pengetahuan

responden yang sebelumnnya telah sama-sama dibekali dengan ilmu tentang

pencegahan infesi nosokomial baik mahasiswa tahap Pendidikan Jalur A maupun

Jalur B dan juga keyakinan mahasiswa bahwa infeksi nosokomial dapat

menyebabkan kerugian semua pihak. Sedangkan faktor penguat yang berfungsi

adalah dukungan berupa peraturan berseragam dinas. Mahasiswa tahap

pendidikan profesi ners yang belum pernah kerumah sakit tidak berbeda

perilakunya dalam hal berseragam dinas dengan mahasiswa yang sudah pernah

(43)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik

kesimpulan dan saran mengenai perbandingan perilaku berseragam dinas dalam

pencegahan infeksi nosokomial antara mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners

jalur A dan jalur B di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6.1 Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa dengan

tahap Pendidikan Profesi Ners jalur A yang sebelumnya tidak mempunyai

pengalaman belajar di rumah sakit dan mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners

jalur B yang sebelumnya pernah mendapatkan pengalaman belajar di rumah sakit

yaitu ketika mengikuti jenjang pendidikan DIII maupun yang telah bekerja,

didapatkan perilaku berseragam dinas dalam pencegahan infeksi nosokomial

masing-masing adalah baik dengan jumlah 38 orang (86,36%) dan 47 orang

(82,45%). Sesuai dengan hasil analisa dengan menggunakan uji Fisherdidapatkan

tidak terdapat perbandingan perilaku berseragam dinas dalam pencegahan infeksi

(44)

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Institusi Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku

berseragam dinas dalam pencegahan infeksi nosokomial antara mahasiswa tahap

Pendidikan Profesi Ners jalur A dengan jalur B. Mahasiswa memiliki

pengetahuan dan sikap yang baik dalam bersegam dinas tetapi belum tercermin

dari tindakannya. Hal ini terlihat dari banyaknya mahasiswa yang masih

melanggar peraturan dengan memakai seragam dinasnya ke kampus walaupun

sudah ditutupi dengan jaket. Bagi institusi keperawatan dapat diberikan saran

berupa pemberian sanksi kepada mahasiswa yang melanggar peraturan tersebut.

Selain itu, institusi keperawatan juga perlu menetapkan peraturan yang universal

sehingga tidak terdapat peraturan yang ganda dalam satu institusi.

6.2.2 Bagi Pelayanan Kesehatan

Bagi pelayanan kesehatan, harus memperhatikan tindakan preventif

terhadap infeksi nosokomial, hal ini karena perawat rata-rata kontak dengan

pasien kurang lebih selama 7-8 jam maka tenaga keperawatan adalah tenaga

kesehatan yang memungkinkan berpeluang besar untuk menyebarkan infeksi

nosokomial

6.2.3 Bagi Peneliti

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang sama,

peneliti tidak menyarankan untuk memakai instrumen yang ada dalam penelitian

ini. Jika peneliti selanjutnya ingin menjadikan sebagai sumber instrumen

(45)

nantinya akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan fenomena yang terjadi di

lapangan.

6.3 Keterbatasan Penelitian

Beberapa hal yang menjadi keterbatasan peneliti dalam melakukan

penelitian ini adalah:

1. Peneliti tidak bisa mengontrol responden pada saat penelitian, sehingga

kemungkinan responden untuk menjawab salah lebih banyak.

2. Instrumen yang peneliti gunakan kurang baik dari segi bobot soal per

subvariabel sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan fenomena

yang terjadi dilapangan.

(46)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku 2.1.1 Definisi

Perilaku ditinjau dari pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan, suatu aktivitas manusia itu sendiri

mempunyai bentangan yang luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi,

berpakaian dan lain-lain. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi, dan

emosi juga merupakan perilaku manusia (Soekidjo, 2007).

Sedangkan menurut Saryono (2004) perilaku adalah aktivitas yang timbul

karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun

tidak langsung.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah segala kegiatan yang

dilakukan oleh individu karena adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar

individu yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

2.1.2 Bentuk Perilaku

Sunaryo (2002) membagi bentuk perilaku kedalam dua kategori.

Pembatasan dua kategori ini merupakan sebagai suatu tanggapan individu

terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun dari luar individu. Dua

(47)

1.Perilaku pasif (respon internal)

Perilaku pasif merupakan perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi

dalam diri individu dan tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini hanya

sebatas sikap dan belum ada tindakan yang nyata contohnya berpikir dan

berfantasi.

2.Perilaku aktif (respon eksternal)

Perilaku aktif adalah perilaku yang sifatnya terbuka yang dapat diamati

langsung, berupa tindakan yang nyata contohnya mengerjakan soal ulangan dan

membaca buku pelajaran.

2.1.3 Proses Pembentukan Perilaku

Menurut Sunaryo (2002) perilaku manusia terbentuk karena adanya

kebutuhan, sedangkan kebutuhan manusia menurut Abraham Harold Maslow,

terdiri atas lima tingkatan yaitu kebutuhan fisiologis/biologis seperti O2, H2O,

cairan elektrolit, makanan dan seks, kebutuhan rasa aman misalnya rasa aman

terhindar dari pencurian, penodongan, perampokan dan kejahatan, kebutuhan

mencintai dan dicintai misalnya mendambakan kasih sayang/cinta kasih orang lain

dan mencintai orang lain, kebutuhan harga diri misalnya, ingin dihargai dan

menghargai orang lain, kebutuhan aktualisasi diri misalnya ingin dipuja atau

disanjung oleh orang lain, ingin sukses dan berhasil mencapai cita cita, ingin

menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karir, usaha, kekayaan dan lain

(48)

Sedangkan menurut Walgito (2004) terdapat tiga cara pembentukan

perilaku yaitu :

1.Pembentukan perilaku dengan kondisioning

Pembentukan perilaku dengan kondisioning adalah dengan membiasakan

diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah

perilaku tersebut.

2.Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)

Pembentukan perilaku dapat dilakukan melalui pengertian (insight).

Contohnya: datang kuliah jangan sampai terlambat karena hal tersebut akan

menggangu teman yang lain.

3.Pembentukan perilaku dengan menggunakan model

Salah satu contoh pembentukan perilaku dengan model adalah orang tua

sebagai contoh anak-anaknya

2.1.4 Domain Perilaku

Seorang ahli psikologi pendidikan Benyamin Bloom (1908) yang dikutip

oleh Soekidjo (2007) membagi perilaku kedalam tiga domain (ranah atau

kawasan) yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain)

dan ranah psikomotor (psychomotor domain).

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai

pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus

yang berupa materi atau objek yang diluarnya. Sehingga menimbulkan

pengetahuan baru pada subjek tersebut, dan selanjutnya menimbulkan respon

batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya

(49)

akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap

atau sehubungan dengan stimulus objek tadi .

1.Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca

indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat

yakni:

a.Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b.Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

c.Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

(50)

d.Analisis (Analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitan satu sama lain.

e.Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f.Evaluasi(Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek.

2.Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini

terdiri dari berbagai tingkatan yakni :

a.Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

b.Merespon (Responding)

Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c.Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

(51)

d.Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik atau tindakan (Practice)

Tingkatan tingkat praktik

a.Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.

b.Respon Terpimpin (Guided Respons)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh

adalah indikator praktik tingkat kedua.

c.Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik

tingkat ketiga.

d.Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa

(52)

2.2 Infeksi Nosokomial 2.2.1 Definisi

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit atau dalam

sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran disumber

pelayanan kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung,

maupun sumber lainnya (Hidayat, 2009).

Infeksi nosokomial tidak seperti infeksi jenis lainnya, diperoleh sewaktu

pasien berada di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lain dan tidak

sedang dalam masa inkubasi (Gruendemann, 2006).

Sedangkan menurut Iskandar (2009) bahwa definisi infeksi nosokomial

adalah infeksi yang didapat di rumah sakit, timbul atau terjadi sesudah 72 jam

perawatan pada pasien rawat inap , terjadi pada pasien yang dirawat lebih lama

dari masa inkubasi suatu penyakit.

Ditambahkan lagi oleh Inweregbu (2005) dalam jurnalnya yang berjudul

Nosocomial Infection bahwa infeksi nosokomial dapat didefenisikan sebagai

infeksi di rumah sakit yang terjadi dalam waktu 48 jam setelah masuk atau 30 hari

setelah operasi.

2.2.2 Sumber Penularan Infeksi Nosikomial

Menurut Darmadi (2010) berbagai faktor luar (extrinsic faktor) sebagai

sumber penularan di rumah sakit adalah penderita lain, bangsal/lingkungan,

pengunjung atau keluarga, makanan dan minuman, peralatan material medis,

(53)

2.2. 3 Cara Penyebaran mikroorganisme

Menurut Kozier (2011) cara penyebaran mikroorganisme ke individu yang

lain ada tiga cara yaitu :

1.Penyebaran langsung

Penyebaran langsung adalah pemindahan mikroorganisme secara cepat

dan langsung dari satu individu dengan individu lainnya melalui sentuhan, gigitan,

ciuman, atau hubungan seksual.

2. Penyebaran tidak langsung

Penyebaran tidak langsung adalah penyebaran lewat perantara dan

penyebaran lewat vektor.

a.Penyebaran lewat perantara

Semua zat yang berfungsi sebagai media dalam mengantarkan dan

memasukkan agen infeksi ke inang yang rentan melalui pintu masuk yang sesuai,

seperti sapu tangan, mainan, baju kotor, peralatan memasak atau peralatan makan

dan instrumen pembedahan dapat bertindak sebagai perantara. Air, makanan,

darah, serum dan plasma merupakan perantara lain.

b. Penyebaran lewat vektor adalah hewan atau serangga terbang atau merayap

yang bertindak sebagai media transportasi agen infeksi.

3.Penyebaran lewat udara

Penyebaran lewat udara meliputi droplet atau debu. Nuklei droplet, yaitu

residu droplet yang menguap yang dilontarkan oleh inang yang terinfeksi.

Misalnya individu pengidap tuberkulosis dapat tetap berada di udara dalam jangka

waktu yang lama. Partikel debu yang berisi agen infeksi juga dapat ditularkan

(54)

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Proses Infeksi

Faktor-Faktor yang mempengaruhi proses infeksi menurut Aziz (2009)

a.Sumber penyakit

Sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah infeksi berjalan dengan

cepat atau lambat.

b.Kuman penyebab

Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan

mikroorganisme masuk kedalam tubuh dan virulensinya.

WHO membagi mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial dalam tiga

kelompok yaitu :

a. Mikroorganisme patogen konvensional yang menyebabkan penyakit pada orang

sehat, karena tidak adanya kekebalan fisik terhadap kuman tersebut. Misal

Staphylococcus aureus, Strepsococcus pyogenes, E.coli, Salmonela, Shigella,

Diptheriae, Tuberculosis, Virus Hepatitis, dan sebagainya.

b. Mikroorganisme patogen kondisional yang menyebabkan penyakit kalau ada

faktor predisposisi spesifik misalnya pada orang yang daya tahan tubuhnya

menurun, kuman langsung masuk kedalam jaringan tubuh atau bagian tubuh yang

baisanya steril misalnya Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas, proteus,

Klebsiella dan sebagainya.

c. Mikroorganisme patogen oportunistik menyebabkan penyakit menyeluruh pada

penderita yang daya tahannya sangat menurun. Misalnya Mycobacterium atipic,

(55)

Kuman penyebab terjadinya infeksi nosokomial yang tersering adalah Proteus, E

Coli, S. Aureus dan Pseudomonas. Peningkatan infeksi nosokomial disebabkan

oleh kuman Enterococuccus Faecalis (Streptococcus Faecalis). Selain itu

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Holton bahwa Methicillin-resistant

Staphylococcus aureus (MRSA) dan Acinetobacter adalah dua jenis bakteri yang

paling umum ditemui pada seragam rumah sakit.

c.Cara membebaskan sumber dari kuman

Cara membebaskan kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat

teratasi atau diperlambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu, penyinaran

(cahaya) dan lain-lain.

d.Cara penularan

Cara penularan seperti kontak langsung, melalui makanan atau udara,

dapat menyebabkan penyebaran kuman kedalam tubuh.

e.Cara masuknya kuman

Proses penyebaran kuman berbeda tergantung dari sifatnya. Kuman dapat

masuk melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, kulit dan lain-lain.

f.Daya tahan tubuh

Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau

mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknya, daya tubuh yang

(56)

2.2.3 Pencegahan Infeksi Nosokomial

Melalui pemikiran kritis, perawat dapat mencegah terjadinya atau

menyebarnya infeksi dengan meminimalkan jumlah dan jenis mikroorganisme

yang ditularkan kedaerah yang berpotensi mengalami infeksi. Menghancurkan

reservoir infeksi, mengontrol portal keluar, dan masuk serta menghindari tindakan

yang dapat menularkan mikroorganisme, mencegah bakteri menemukan tempat

untuk bertumbuh (Potter&Perry, 2005).

Beberapa tindakan pencegahan infeksi menurut Aziz Alimul (2009) yang

dapat dilakukan adalah :

a. Aseptik yaitu semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya

mikroorganisme kedalam tubuh yang kemungkinan besar akan

mengakibatkan infeksi.

b. Antiseptik yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau

menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh

lainnya.

c. Dekontaminasi yaitu tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat

ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas

pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan.

d. Pencucian yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh, atau

setiap benda asing seperti debu dan kotoran.

e. Sterilisasi yaitu tindakan menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri,

jamur, parasit, dan virus) termasuk bakteri endospora dari benda mati.

f. Desinfeksi yaitu tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua)

(57)

tinggi dilakukan dengan merebus atau menggunakan larutan kimia.

Tindakan ini dapat menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali

beberapa bakteri endospora.

2.3 Seragam Perawat

Seragam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) mempunyai

arti sama ragam (corak, bentuk, susunan, pakaian). Jadi dapat disimpulkan bahwa

seragam perawat adalah pakaian yang mempunyai ragam dan corak yang sama

yang dipakai oleh perawat.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya menurut beberapa ahli dan hasil

penelitian bahwa pakaian seragam yang digunakan perawat ataupun tenaga

kesehatan lainnya merupakan salah satu sumber dari infeksi nosokomial yang

dapat ditransmisikan kepada pasien. Pengendalian efektif terhadap infeksi

mengharuskan perawat untuk tetap waspada tentang jenis penularan dan cara

untuk mengontrolnya (Potter&Perry, 2005).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Holton bahwa

Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dan Acinetobacter adalah dua jenis

bakteri yang paling umum ditemui pada seragam rumah sakit. Peneliti

menemukan untuk membunuh bakteri tersebut diperlukan suhu air dan deterjen

60◦celcius. Sedangkan pada suhu 40◦celsius, bakteri MRSA bisa hilang tetapi

masih dapat terdeteksi. Jika seragam tersebut dicuci dengan mesin cuci hemat

energi suhunya akan beroperasi 40◦celcius saja. Sehingga bakterinya masih

terdapat pada pakaian. Penelitian lain memaparkan bahwa untuk menghilangkan

(58)

menggunakan besi panas. Berarti menyetrika pakaian dapat meminimalkan bakteri

yang melekat pada seragam perawat

Sedangkan untuk mencegah penularan mikroorganisme melalui kontak

tidak langsung, peralatan dan bahan yang kotor harus dijaga supaya tidak

bersentuhan dengan baju perawat. Tindakan salah yang sering dilakukan adalah

mengangkat linen yang kotor langsung dengan tangan mengenai seragam. Harus

menggunakan kantung linen yang tahan cairan atau linen yang kotor harus

(59)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Keperawatan merupakan salah satu profesi kesehatan yang mempunyai

banyak peran. Salah satu peran dari perawat adalah sebagai pemberi asuhan

keperawatan. Perawat yang bekerja sebagai pemberi asuhan keperawatan biasanya

bekerja pada rumah sakit, klinik, puskesmas maupun di rumah (homecare).

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien baik yang secara homecare

maupun di rumah sakit ataupun klinik tentunya membutuhkan kontak langsung

baik secara fisik maupun psikologis dengan tujuan untuk meningkatkan derajat

kesehatan baik secara biologis, psikologis, sosial dan spiritual.

Pada pasien di rumah sakit, salah satu faktor yang dapat meningkatkan

kesembuhan pasien selain medikasi yang diberikan oleh dokter adalah pelayan

asuhan yang diberikan oleh perawat. Pelayanan asuhan keperawatan yang baik

dapat meningkatkan kesembuhan dan mempercepat waktu rawat inap pasien.

Namun, begitu juga sebaliknya pelayanan asuhan yang kurang baik akan

memperburuk kesehatan pasien.

Meningkatnya waktu rawat inap dan keparahan penyakit yang diderita

oleh pasien di rumah sakit salah satunya disebabkan oleh infeksi yang didapatkan

di rumah sakit atau yang biasa disebut dengan infeksi nosokomial. Menurut

(60)

merupakan salah satu unit layanan yang sangat kompleks. Kompleksitas rumah

sakit itu terlihat dari berbagai jenis pasien dengan berbagai macam penyakit,

banyaknya peralatan medis baik dari yang sederhana maupun modern dan juga

banyaknya personalia yang bekerja di rumah sakit yang secara serempak

berinteraksi langsung maupun tidak langsung dengan pasien.

Banyak kerugian yang didapatkan oleh karena infeksi nosokomial

diantaranya adalah rugi waktu, tenaga, finansial dan peningkatan angka kesakitan

(morbidity) dan juga angka kematian (mortality). Berdasarkan data yang diperoleh

oleh Tikhomirov (1987) dan Vincent (2003), sebagaimana dikutip ole

2010) bahwa lebih dari 1,4 juta-2 juta orang di seluruh dunia diperkirakan

menderita infeksi selama setahun yang diperoleh di rumah sakit atau sekitar

5%-10% dari pasien yang dihospitalisasi dengan perkiraan 90.000 kematian per tahun.

Sedangkan data dari dalam negeri sebagaimana dikutip oleh Irma (2012) pada

penelitian yang dilakukan oleh Wardana dan Acang (1989) angka kejadian infeksi

nosokomial sebesar 18,46 % pada pasien yang dirawat di ruang gawat penyakit

dalam RSUP M. Jamil, Padang. Besarnya angka kejadian infeksi nosokomial

diikuti oleh angka kerugian pada keluarga, sistem perawatan dan meningkatnya

biaya kesehatan sebagaimana yang telah dilaporkan oleh HAIs (Healthcare

Associated Infections) yang dikutip oleh oleh (2010) dalam

(Pittet et al. 2005; WHO 2005). Peningkatan biaya rata-rata sebesar

(61)

Faktor faktor yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial tersebut

diantaranya adalah adanya penderita lain, petugas (dokter, perawat)

bangsal/lingkungan, pengunjung/keluarga, makanan/minuman, peralatan/material

medis (Darmadi, 2008). Sedangkan menurut Hidayat (2009) sumber infeksi

nosokomial adalah pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan sumber lainnya.

Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Darmadi (2008) dan Hidayat

(2009) bahwa tenaga kesehatan (perawat/dokter) termasuk kedalam salah satu

faktor yang dapat menyebabkan infeksi noskomial. Transmisi infeksi nosokomial

yang dapat disebabkan oleh tenaga kesehatan dapat bersumber dari cuci tangan

yang tidak optimal maupun seragam yang terjangkit oleh bakteri.

Menurut penelitian yang pernah dilakukan oleh Well (2011) pada 75

orang perawat dan enam puluh orang dokter didapatkan angka sebesar 60%

mengandung bakteri berbahaya. Penelitian ini dilakukan pada ujung lengan baju,

kantong dan bagian perut seragam yang dipakai oleh perawat dan dokter.

Sebanyak 60% seragam dokter dan 65% seragam perawat terdapat bakteri

berbahaya dan 21 sampel seragam perawat dan enam sampel seragam dokter

terdapat bakteri resisten terhadap antibiotika dan delapan sampel seragam

terkontaminasi bakteri methicilin-resisten staphylococcus aureus (MRSA) yang

sangat sulit dibasmi dengan antibiotika terkini.

Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan ole

(2010) terhadap tenaga dokter yang memakai seragam praktik di Nigeria

menunjukkan analisis mikrobiologi hapusan yang diambil dari manset dan saku

jas putih dokter di sebuah rumah sakit perawatan akut menunjukkan bahwa 91,3%

(62)

dan gram-negatif basil. Selanjutnya, mantel putih dokter yang dipakai hanya

ketika melihat pasien, mengalami kontaminasi bakteri s

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden (n=101)
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Perilaku Berseragam Dinas Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur A (n=44)
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Perilaku Berseragam Dinas Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur B (n=57)

Referensi

Dokumen terkait