• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

5.2 Pembahasan Penelitian

5.2.1 Karakteristik Demografi Responden

Berdasarkan hasil analisa data demografi maka didapatkan usia mayoritas responden berada antara 21-30 tahun yaitu 96 orang (95,04%) dan beberapa responden yang memiliki usia diatas 30 tahun yaitu 5 orang (4,95%). Mayoritas jenis kelamin mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners baik jalur A maupun jalur B adalah perempuan yaitu sebanyak 88 orang (87,12%) dan 13 orang (12,87%) berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pambudi & Wijayanti (2012) yang menyatakan dalam penelitiaannya bahwa proporsi perempuan dalam pendidikan keperawatan memang jauh lebih besar daripada laki-laki.

Mayoritas jumlah seragam dinas yang dipunyai oleh mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners adalah dua pasang yaitu sebanyak 69 orang (68,31%) hal ini sesuai dengan informasi dari mahasiswa bahwa mereka mendapatkan dua pasang seragam dinas dari fakultas. Pada mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners jalur B sebagian mereka memiliki tiga atau empat pasang seragam dinas karena sebelum memasuki tahap Pendidikan Profesi Ners mereka sudah pernah melakukan pembelajaran klinik sebelumnya di rumah sakit yaitu ketika menjalani tahap pendidikan DIII. Jumlah seragam dinas ini berpengaruh terhadap kebiasaan waktu mencuci seragam dinas. Mahasiswa yang mempunyai seragam dinas hanya dua pasang, mereka mencucinya setiap hari ketika selesai pakai atau kemungkinan akan dicuci lebih lama lagi karena tidak ada cadangan seragam lainnya. Sedangkan bagi mereka yang mempunyai seragam dinas lebih banyak

akan lebih mudah mengatur jadwal mencuci seragam dinasnya. Mayoritas kebiasaan mencuci seragam dinas sebanyak tiga kali seminggu sebanyak 57 orang (56,43%) diikuti dengan setiap hari yaitu sebanyak 27 orang (26%,73) dan paling sedikit responden mencuci seragam dinas sebanyak satu kali seminggu yaitu 9 orang (10%).

Kebiasaan waktu mencuci seragam dinas ini akan berpengaruh terhadap jumlah bakteri yang terkandung dalam seragam tersebut. Seragam yang sering dipakai tentunya akan mengandung bakteri yang banyak sehingga lebih berpeluang untuk terjadinya infeksi nosokomial. Penelitian yang dilakukan oleh Neely (2000) dalam Arivianti (2012) terkait dengan jangka waktu bertahanya bakteri pada kain dan plastik yang digunakan di rumah sakit didapatkan hasil bahwa banyak bakteri dari jenis gram negatif dapat bertahan dua jam sampai 60 hari.

5.2.2 Perilaku Berseragam Dinas Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur A

Menurut Kwick (1974) dalam Notoadmodjo (2002) bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, didapatkan perilaku berseragam mahasiswa jalur A termasuk dalam kategori baik dengan jumlah 38 orang (86,36%), kategori cukup sebanyak 6 orang (13,63%) dan tidak ditemui perilaku dengan kategori kurang.

Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Benyamin Bloom (1908) yang dikutip oleh Soekidjo (2007) bahwa perilaku dibagi kedalam tiga domain (ranah atau kawasan) yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective

domain) dan ranah psikomotor (psychomotor domain).

Pada ranah kognitif, mahasiswa Fakultas Keperawatan jalur A sebelumnya telah diberi pemahaman tentang pencegahan infeksi nosokomial melalui beberapa mata kuliah seperti kebutuhan dasar manusia dan mikrobiologi. Selain itu pada pembelajaran laboratorium pada saat melakukan intervensi keperawatan mahasiswa selalu diajarkan untuk tidak menjadi sumber penular mikroba kepada pasien yang sedang mereka rawat dengan cara melakukan prosedur yang tepat.

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek yang terdiri dari menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab (Soekidjo, 2007). Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sikap mahasiswa dalam pencegahan infeksi nosokomial baik.

Tindakan adalah reaksi atau respon seseorang yang dapat diamati. Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, tindakan mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners jalur A tergolong baik. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil observasi peneliti selama penelitian. Beberapa responden tidak jujur dalam menjawab kuesioner. Responden lebih memilih kecenderungan agar hasil penelitian menjadi baik padahal ketika dilakukan penelitian, responden memakai seragam dinasnya di luar dari rumah sakit yaitu ketika pergi ke kampus menjumpai dosen. Sehingga hal ini berpengaruh terhadap hasil penelitian akhirnya yaitu perilaku sebagai akumulasi dari pengetahuan, sikap dan juga

tindakan mahasiswa dalam pencegahan infeksi nosokomial. Selain itu, perbandingan bobot instrumen penelitian ini tidak seimbang antara pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga hasil akhir dari ketiga subvariabel tersebut tidak mencerminkan perilaku yang sebenarnya, sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan fenomena yang terjadi dilapangan. Peneliti tidak menganjurkan untuk memakai instrumen yang digunakan dalam penelitian ini untuk melakukan penelitian yang serupa dan jika digunakan untuk melakukan penelitian kembali, peneliti menyarankan untuk mempertimbangan perbandingan bobot antara sub variable. Selain itu juga perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas kembali.

5.2.3 Perilaku Berseragam Dinas Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur B

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, didapatkan perilaku berseragam dinas mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur B termasuk dalam kategori baik sebanyak 47 orang (82,45%) dan cukup sebanyak 10 orang (17,54%). Pada domain kognitif (cognitive domain), mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners jalur B juga telah mendapatkan ilmu tentang pencegahan infeksi nosokomial melalui mata kuliah kebutuhan dasar manusia sebelumnya pada saat masih menjalani tahap pendidikan DIII. Pada domain sikap mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners mayoritas mempunyai sikap yang baik dalam pencegahan infeksi nosokomial melalui seragam dinas.

Mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur B mayoritas juga memiliki tindakan yang baik dalam pencegahan infeksi nosokomial. Hal ini juga dipengaruhi oleh ketidakjujuran responden dalam mengisi kuesioner. Selain itu,

terdapatnya perbedaan peraturan berseragam dinas di fakultas merupakan salah satu kesulitan dalam penelitian ini. Perbedaan peraturan tersebut yaitu pada Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah mahasiswa tidak diperbolehkan memakai seragam dinas ketika mengunjungi dosen ke kampus. Sedangkan Departemen Jiwa dan Komunitas malah menganjurkan mahasiswa untuk memakai seragam dinas ketika ada urusan ke kampus.

5.2.4 Perbandingan Perilaku Berseragam Dinas Mahasiswa Tahap Pendidikan Profesi Ners Jalur A dan Jalur B Fakultas di Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku berseragam dinas antara mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners jalur A dengan jalur B di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisa data yang menggunakan Uji Fisher menunjukkan nilai p> 0,05 yaitu significancy 2-Sided sebesar 0,130 Perilaku berseragam dinas mahasiswa jalur A tergolong baik dengan jumlah 38 orang (86,36%). Begitu juga dengan perilaku berseragam dinas mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners jalur B tergolong baik dengan jumlah 47 orang (82,45 %)

Maka, dapat disimpulkan bahwa walaupun mahasiswa tahap Pendidikan Profesi Ners memiliki jalur masuk dan juga pengalaman klinis yang berbeda, tidak mempengaruhi perilaku berseragam dinas mereka dalam pencegahan infeksi nosokomial.

Menurut Lawrence Green bahwa ada 3 faktor utama yang menentukan perilaku yakni faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan), faktor pemungkin (fasilitas) , dan faktor penguat yakni dukungan masyarakat

sekitar (Notoatmodjo, 2005). Faktor predisposisinya adalah pengetahuan responden yang sebelumnnya telah sama-sama dibekali dengan ilmu tentang pencegahan infesi nosokomial baik mahasiswa tahap Pendidikan Jalur A maupun Jalur B dan juga keyakinan mahasiswa bahwa infeksi nosokomial dapat menyebabkan kerugian semua pihak. Sedangkan faktor penguat yang berfungsi adalah dukungan berupa peraturan berseragam dinas. Mahasiswa tahap pendidikan profesi ners yang belum pernah kerumah sakit tidak berbeda perilakunya dalam hal berseragam dinas dengan mahasiswa yang sudah pernah belajar dirumah sakit ataupun sudah pernah bekerja sebagai perawat sebelumnya.

Dokumen terkait