• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN ALAT PRAKTIKUM PENGUKURAN VISKOSITAS FLUIDA DENGAN MEMANFAATKAN SENSOR CAHAYA UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA KELAS XI SEMESTER GENAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN ALAT PRAKTIKUM PENGUKURAN VISKOSITAS FLUIDA DENGAN MEMANFAATKAN SENSOR CAHAYA UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA KELAS XI SEMESTER GENAP"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

FLUIDA DENGAN MEMANFAATKAN SENSOR CAHAYA UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA KELAS XI

SEMESTER GENAP

(Skripsi)

Oleh:

MARFIANA SAFITRI (0853022034)

PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan proses pembelajaran tentu diperlukan media sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada siswa agar lebih mudah untuk memahami materi. Dengan adanya media mempermudah guru dalam menyampaikan materi kepada siswa terutama materi pembelajaran yang rumit dan komplek, sehingga siswa tidak merasa bosan dengan cara mengajar guru yang hanya menggunakan metode ceramah. Contoh media pembelajaran yang sering digunakan di sekolah, yaitu buku cetak, lembar kerja siswa (LKS) dan alat- alat untuk melaksanakan praktikum (KIT praktikum).

Ilmu pengetahuan alam sangat identik dengan pelaksanaan praktikum. Praktikum merupakan suatu kegiatan yang dilakukan siswa untuk mempraktekkan materi yang telah dipelajari sehingga terbukti secara ilmiah dan diketahui kebenarannya sehingga IPA sering dikenal sebagai ilmu pasti. Semua pelajaran IPA seperti biologi, fisika, dan kimia memerlukan diadakannya praktikum. Dengan

(3)

Fisika sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang lebih banyak berhubungan dengan kegiatan seperti mengumpulkan data, mengukur,

menghitung, menganalisis, mencari hubungan, menghubungkan konsep-konsep dalam menyelesaikan soal-soal. Sehingga dalam belajar fisika diperlukan pemahaman konsep yang sungguh-sungguh.

Pembelajaran fisika memerlukan pemahaman konsep dan penalaran untuk mempermudah menyelesaikan suatu masalah. Pengetahuan yang luas didapatkan karena pemahaman konsep yang matang. Pengetahuan seseorang tidak dapat dipindahkan dengan mudah dari satu orang kepada orang lain, misalnya dari seorang guru kepada siswanya. Melainkan siswa harus aktif menggali

pengetahuan itu sendiri selain yang telah diajarkan oleh guru, tetapi belajar dari lingkungan sekitar. Siswa dapat mendalami konsep yang telah dibelajarkan guru dengan pengalaman-pengalaman yang telah dilakukan atau yang akan dilakukan. Dalam membelajarkan fisika yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan penalaran siswa, maka diperlukan pendekatan dan metode pengajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan dan karakter dari siswa-siswa tersebut.

Sehingga siswa dapat memahami dan menalar materi yang dipelajari serta tidak kesulitan dalam menyelesaian suatu masalah dengan berbagai versi soal.

Konsep fisika yang abstrak dapat divisualisasikan dengan menggunakan benda nyata. Dengan mempelajari konsep abstrak yang diiringi dengan peragaan benda nyata, maka siswa dapat belajar secara langsung dengan melakukan sendiri dan akan lebih mudah untuk mengingat. Pembelajaran seperti ini dapat

(4)

sehingga mampu meningkatkan prestasi dan kualitas belajar siswa. Alat untuk membelajarkan siswa secara langsung ini disebut sebagai alat peraga.

Penggunaan alat peraga memberikan pengalaman belajar siswa secara nyata dan menjadikan siswa sebagai subjek dalam proses pembelajaran. Konsep fisika yang divisualisasikan tentu menjadikan siswa mampu menguasai konsep dan teori beserta definisi. Namun, penggunaan alat peraga di sekolah-sekolah sangat kurang.

Hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru fisika kelas XI di SMA Negeri 1 Punggur, penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran fisika di kelas X dan XI tidak pernah dilaksanakan. Pada semua materi yang diajarkan, siswa tidak pernah masuk ke dalam laboratorium dan melakukan praktikum baik secara berkelompok maupun individu. Banyak pula siswa kelas X dan XI belum mengetahui wujud asli alat-alat praktikum fisika yang ada di sekolah. Jadi, hanya berupa gambar abstrak dari buku cetak dan lembar kerja siswa (LKS) yang dapat dilihat. Jika siswa diminta untuk praktik belum tentu bisa menggunakan alat praktikum fisika.

Guru mengajarkan penggunaaan alat-alat yang ada di laboratorium fisika hanya pada kelas XII sebagai bekal untuk menghadapi ujian praktik ketika ujian akhir. Kendala yang menyebabkan guru tidak menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran adalah dituntut untuk menyelesaikan materi pada setiap semester, waktu pembelajaran yang kurang efisien, dan ketersediaan alat-alat di

laboratorium sekolah yang kurang memadai. Sebagai contoh pada materi fluida. Alat peraga tersebut tidak tersedia di laboratorium sekolah. Siswa hanya dapat belajar secara teori dari buku dan hanya dapat membayangkan tanpa

(5)

menarik bagi siswa sehingga kurang memotivasi siswa dalam belajar. Materi ini akan lebih baik diajarkan jika siswa bereksperimen sendiri dengan menggunakan alat peraga beserta lembar kerja siswa (LKS) yang memandu siswa dalam

melakukan percobaan menggunakan alat peraga. Untuk memenuhi kebutuhan siswa tersebut, maka guru harus mampu mengembangkan alat peraga yang dibutuhkan untuk pembelajaran.

Alat peraga viskositas jarang dimiliki sekolah-sekolah pada materi fluida pokok bahasan viskositas baik yang berasal dari pemerintah atau buatan pabrik maupun alat peraga buatan sendiri yang sangat sederhana. Padahal konsep viskositas akan lebih baik apabila dibuktikan secara langsung kepada siswa dari pada teori abstrak. Setiap kekentalan fluida (viskositas fluida) dapat dibuktikan dengan menjatuhkan suatu benda ke dalam fluida yang berbeda-beda. Waktu yang diperlukan benda di dalam fluida untuk sampai ke dasar tabung pada jenis fluida yang berbeda akan memerlukan waktu yang berbeda pula. Pencatatan waktu ini biasanya

menggunakanstopwatchyang dilakukan secara manual. Kekurangan dari

pencatatan waktu secara manual ini adalah kurang akurat sebab saat menjatuhkan bola tidak sama dengan ketika mengaktifkanstopwatch (stopwatch on/ start), namun ini dapat membuktikan perbedaan viskositas fluida. Hal ini dapat diatasi apabila pencatatan waktu dilakukan secara otomatis, sehingga waktu bola jatuh dengan waktustopwatchhidup adalah sama.

Penulis telah mengembangkan alat peraga pembelajaran fisika yang

b Pengembangan Alat Praktikum Pengukuran Viskositas Fluida dengan Memanfaatkan Sensor Cahaya

(6)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah diperlukan pengembangan alat peraga pengukuran viskositas yang memanfaatkan sensor cahaya dan laser untuk pembelajaran fisika kelas XI semester genap SMA Negeri 1 Punggur.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah dihasilkan peraga pengukuran viskositas yang memanfaatkan sensor cahaya dan laser untuk pembelajaran fisika kelas XI semester genap SMA Negeri 1 Punggur.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah: 1. Tersedianya sumber belajar yang bervariasi bagi siswa sehingga dapat

memotivasi siswa untuk belajar mandiri, kreatif, efektik dan efisien dalam proses pembelajaran di kelas.

2. Menambah pengalaman belajar siswa melalui eksperimen dan menambah penguasaan konsep pada materi fluida terutama pada sub bab viskositas 3. Dapat dijadikan sebagai peraga untuk membuktikan gerak lurus berubah

beraturan dan gerak lurus beraturan. E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian pengembangan ini berorientasi pada pengembangan produk yaitu pengukur viskositas.

(7)

3. Pengembangan yang dimaksud yaitu pembuatan alat peraga fisika pengukur viskositas fluida yang memanfaatkan sensor cahaya untuk pembelajaran fisika kelas XI semester genap SMA Negeri 1 Punggur. Alat peraga ini dilengkapi dengan LKS (Lembar Kerja Siswa) sebagai panduan untuk melakukan percobaan.

(8)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Alat Peraga sebagai Media Pembelajaran

Kata media berasal dari kata medium yang memiliki arti secara harfiah yaitu perantara atau pengantar. Banyak pakar yang memberikan batasan mengenai pengertian dari media. Menurut AECT (Association of Education and

Communication Technology) pengertian dari media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyalurkan informasi yang berfungsi untuk mencapai tujuan pembelajaran

Menurut Purnamawati dan Eldarni (2001: 4) dalam Kusumah menyatakan bahwa:

media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga trjadi proses belajar.

Penggunaan media memudahkan siswa dalam menerima pesan dari hasil proses belajar. Siswa pun akan lebih berminat, termotivasi dan fokus pada pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan media lebih menarik daripada pembelajaran yang hanya mendengarkan penjelasan dari guru tanpa ada variasi yang lain.

(9)

media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Memahami kelebihan, kekurangan, dan bentuk media instruksional dari berbagai jenis media, secara garis besar menurut Gerlack dan Ely dalam Arsyad (2002: 3), media:

adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.

Memahami pengertian tersebut, sebagai penyalur pesan, media pembelajaran diperlukan bergantung tujuan belajar. Tujuan belajar ini secara tersirat dapat diartikan sebagai pesan yang disampaikan pengirim melalui media. Dengan demikian, keberhasilan media, bergantung dari kesamaan pesan yang dikirim guru dan diterima oleh siswa. Hal inilah yang menyebabkan berbagai macam media memiliki kelebihan dan kekurangan bergantung sudut pandang ukurnya. Tujuan dibuatnya media adalah untuk memudahkan siswa menerima pesan sedemikian rupa sehingga memudahkan siswa dalam menghayati dan memahami suatu konsep ilmu.

(10)

Gambar 2.1. Fungsi Media Dalam Pembelajaran

Pesan yang dibawa oleh guru sebagai sumber yang diberikan kepada siswa sebagai penerima informasi digunakan media sebagai perantaranya. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka guru menggunakan metode pembelajaran guna membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi yang diberikan guru.

Media pembelajaran yang berfungsi sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran di kelas. Dengan adanya media guru akan memudahkan tugasnya dalam menyampaikan materi kepada siswa. Tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran sulit untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi pembelajaran yang rumit dan kompleks. Setiap materi pembelajaran memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Ada materi pembelajaran yang memerlukan media sebagai alat untuk mempermudah siswa untuk memahami materi dan ada materi yang tidak membutuhkan media sebagai sarana tambahan. Semakin tinggi tingkat kesukaran suatu materi, maka semakin sulit untuk dipahami oleh siswa, apalagi oleh siswa yang kurang menyukai materi pembelajaran yang disampaikan. Arsyad (2002: 12) mengungkapkan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan kelebihan yang dapat dilakukan oleh media yang mugkin guru kurang efisien melakukannya, yaitu:

Guru Media Pesan

Metode

(11)

1) Ciri fiksatif (Fixative Property), yaitu menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. 2) Ciri manipulatif (Manipulative Property), yaitu mentransformasikan suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulaatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambartime-lapse recording.3) Ciri distributive (Distributive Property), yaitu memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.

Secara garis besar media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dari pengertian ini, maka guru, buku teks, dan lingkungan sekolah adalah media. Pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Menurut Wijaya (2010) ciri-ciri umum media pembelajaran adalah:

1)Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai perangkat keras (Harware), yaitu suatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indra. 2) Media pembelajaran memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai perangkat lunak (software) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa. 3) Penekanan media pembelajaran terdapat pada visual dan audio. 4) Media pembelajaran memiliki

pangertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. 5) Media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. 6) Media

pembelajaran dapat digunakan secara masal (misalnya radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder). 7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

(12)

kelas. Media akan sangat efektif untuk membantu dalam mengajar. Penggunaan media dalam mengajar berhubungan langsung dengan semua panca indra yang dimiliki manusia.

Menurut Daryanto (2011: 4-5) manfaat media adalah sebagai berikut:

1)Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitis. 2) Mengatasi

keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra. 3) Menimbulkan gairah belajar, berinteraksi secara langsung antara peserta didik dan sumber belajar. 4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya. 5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama. 6) Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, yaitu guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran.

Menurut Purnamawati dan Eldarni (2001: 4) dalam Kusumah manfaat media pembelajaran, yaitu:

1)Membuat kongkrit konsep yang abstrak. 2) Membawa objek yang berbahaya atau sukar didapat dalam lingkungan belajar. 3) Menampilkan objek yang terlalu besar. 4) Menampilkan objek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang. 5) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat. 6) Memungkankan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya. 7) Membangkitkan motivasi belajar.

(13)

Peranan media dalam pembelajaran mempunyai pengaruh seperti yang dijelaskan oleh Tresna dan Wijaya (2010) sebagai berikut:

1)Media dapat menyiarkan informasi yang penting. 2) Media dapat digunakan untuk memotivasi pembelajar pada awal pembelajaran. 3) Media dapat menambah pengayaan dalam belajar. 4) Media dapat menunjukkan hubungan-hubungan. 5) Media dapat menyajikan

pengalaman-pengalaman yang tidak dapat ditunjukkan oleh guru. 6) Media dapat membantu belajar perorangan. 7) Media dapat mendekatkan hal-hal yang ada di luar ke dalam kelas.

Penjelasan dari guru disertai dengan penggunaan media akan dijadikan pengalaman bagi siswa yang mampu membantu belajar di kelas sehingga

informasi-informasi penting dapat diterima dengan baik. Penggunaan peraga yang dijadikan sebagai media pembelajaran dapat menunjukkan secara langsung

kejadian nyata dari konsep abstrak dalam suatu materi di buku pelajaran. Media tersebut dimanipulasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga mampu

menunjukkan kejadian yang mungkin terjadi pada jangka waktu yang lama menjadi dalam waktu singkat.

Alat peraga merupakan salah satu dari media pendidikan yang merupakan alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif. Media pendidikan adalah alat-alat yang dapat dilihat dan didengar untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan.

Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran di kelas akan

(14)

mempercepat pemahaman dan memperkuat daya ingat siswa sehingga tidak mudah untuk lupa. Alat peraga diharapkan mampu menarik perhatian dan membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Dengan demikian pemakaian alat peraga akan sangat mempengaruhi keefektifan proses belajar yang diberikan kepada siswa. Metode yang digunakan dalam pembelajaran dan alat yang digunakan dalam pembelajaran merupakan unsur yang tidak dapat

dipisahkan sebab mempunyai fungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pengajaran agar sampai kepada tujuan yang diinginkan.

Alat peraga merupakan bagian dari media. Media pengajaran diartikan sebagai semua benda dapat menjadi perantara pada proses belajar baik yang berwujud perangkat lunak, maupun perangkat keras. Berdasarkan fungsinya, media

pengajaran dapat berbentuk alat peraga dan sarana. Alat peraga merupakan media pengajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Dengan alat peraga, hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model yang berupa benda konkret yang dapat dilihat, dipegang,

diputarbalikkan sehingga dapat lebih mudah dipahami siswa.

Berdasarkan segi pengadaannya alat peraga dapat dikelompokkan sebagai alat peraga sederhana dan alat peraga buatan pabrik. Dalam pembuatan alat peraga sederhana biasanya memanfaatkan barang-barang di sekitar lingkungan dan dapat dibuat secara manual. Sedangkan alat peraga buatan pabrik pada umumnya berupa perangkat keras dan lunak yang dalam pembuatannya memiliki ketelitian ukuran serta memerlukan biaya yang sangat besar. Selain alat peraga dalam proses belajar di sekolah juga diperlukan sarana yang memadai. Sarana merupakan media

(15)

sarana yang berupa perangkat lunak, yaitu: papan tulis, penggaris, jangka dan lain-lain. Sedangkan contoh sarana yang berupa perangkata lunak, yaitu; lembar kerja, lembar tugas dan lain-lain.

Menurut Pujiati (2004: 4) menyatakan bahwa:

secara umum fungsi alat peraga adalah:

1)Sebagai media dalam mananamkan konsep-konsep fisika. 2) Sebagai media dalam memantapkan pemahaman konsep. 3) Sebagai media untuk menunjukkan hubungan antara konsep fisika dengan dunia di sekitar kita serta aplikasi konsep dalam kehidupan nyata.

Berdasarkan pengertian tersebut pengertian alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien. Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan keadaan proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur seperti tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan. Alat bantu atau alat peraga peraga berperan penting dalam pembelajaran karena dengan adanya alat peraga, maka materi akan dengan mudah dipahami oleh siswa. Alat peraga sering disebut juga audio visual yang dapat diserap mata dan telinga. Dalam proses pembelajaran alat peraga

dipergunakan untuk membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.

(16)

tidak hanya secara teori, melainkan dapat mempraktekkan secara langsung dengan perbuatan. Panca indra yang sering dipakai dalam belajar yaitu telinga yang berfungsi untuk mendengar. Ilmu pendidikan berpendapat bahwa hanya sebagian kecil yang dapat diingat oleh siswa jika hanya mendengarkan penjelasan guru ketika mengajar suatu materi. Namun, jika diikuti dengan siswa melihat yang telah dijelaskan akan menjadikan siswa lebih paham dan tidak mudah untuk melupakan yang telah dipelajari.

Alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran hendaknya terbuat dari bahan yang sederhana, ukurannya sesuai dengan ukuran siswa, tidak rumit dan sesuai dengan konsep pembelajaran serta mampu menumbuhkan konsep berpikir siswa.

Soelarko (1995: 6) dalam Winarti (2011) mengatakan bahwa:

tiap-tiap benda yang dapat menjelaskan suatu ide, prinsip, gejala, atau hukum alam dapat disebut alat peraga. Fungsi dari alat peraga ialah memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian atau

meningkatkan persepsi seseorang.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa fungsi alat peraga adalah untuk memperjelas suatu konsep yang abstrak sehingga lebih mudah untuk dipahami oleh siswa. Selain itu, alat peraga mampu meningkatkan persepsi siswa.

Sudjana (2002: 99-100) dalam Winarti (2011) menyatakan bahwa:

1)Penggunakan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan

(17)

mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.

Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Adanya alat peraga akan membantu siswa untuk menangkap pengertian yang dijelaskan oleh guru.

B. Metode Eksperimen

Proses pembelajaran di sekolah yang hanya menggunakan metode ceramah kurang efektif bagi siswa karena hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Pembelajaran akan lebih efektif jika diiringi dengan metode eksperimen.

Penggunaan metode eksperimen yang akan menimbulkan pengalaman langsung bagi siswa.

Menurut Roestiyah (2001: 80) dalam Martiningsih menyatakan bahwa:

metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta

menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

Penggunaan metode eksperimen mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapi dengan mengadakan percobaan sendiri. Siswa juga terlatih dalam cara berpikir yang ilmiah. Dengan melakukan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari suatu teori yang sedang dipelajarinya. Metode yang digunakan oleh guru mempengaruhi banyaknya penyerapan materi oleh siswa.

(18)

metode eksperimen adalah cara penyajian pembelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam pembelajaran dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai objek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu.

Metode eksperimen identik dengan melakukan percobaan secara langsung oleh siswa di laboratorium siswa. Dengan demikian siswa akan mengalami secara langsung dan dapat menarik kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan.

Ismanto (2008: 14) menyatakan bahwa

dengan metode eksperimen siswa dapat melakukan suatu percobaan, melakukan pengamatan, melakukan analisis sehingga siswa benar-benar mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi yang kemudian siswa mampu menyimpulkan dari hasil percobaan yang dilakukan. Dengan demikian, siswa tidak menerima langsung konsep dari guru, melainkan siswa membuktikan sendiri konsep yang dipelajari.

Keterlibatan siswa dalam mengalami sendiri pengetahuan akan mempengaruhi kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan pengetahuannya. Mengalami sendiri pengetahuan, bagi siswa adalah faktor penting dalam pembelajaran. Siswa yang tidak mengalami sendiri pengetahuan misalnya hanya mendengar dari orang lain, membaca buku, dan lain-lain, akan menyulitkan siswa dalam memahami dan menghayati konsep ilmu. Sejalan dengan pemahaman demikian, metode

eksperimen merupakan salah satu cara menjadikan siswa lebih dekat pada konsep ilmu tertentu sehingga konsep ilmu itu dapat dihayati, dipahami dan

dikembangkan.

(19)

Pengembangan merupakan suatu proses perbaikan suatu produk lama menjadi produk baru. Dari hasil pengembangan ini diharapkan tercipta produk baru yang menarik dan bermanfaat untuk proses pembelajaran. Pengembangan memiliki pengertian lain yaitu menggali lebih dalam masalah yang sudah ada. Sedangkan Sukmadinata (2005: 164) dalam Winarti (2011) mengungkapkan bahwa:

penelitian dan pengembangan adalah proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan.

Penelitian pengembangan merupakan proses yang digunakan untuk mengembang-kan suatu produk yang telah ada atau produk yang baru amengembang-kan dibuat untuk

pembelajaran di sekolah. Dalam pembuatan produk ini dilakukan melalui tahap-tahap yang berurutan, mulai dari penelitian produk yang akan dikembangkan, kemudian mengembangkannya lalu menguji coba produk ke lapangan. Setelah menguji coba ke lapangan, maka harus dilakukan revisi dari hasil uji lapangan tersebut.

Penelitian dan pengembangan merupakan jenis penelitian yang berorientasi pada pengembangan produk. Menurut Borg dan Gall dalam Setyosari (2010),

mengemukakan bahwa:

penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan.

(20)

Borg dan Gall dalam Winarti (2011), menyatakan bahwa:

prosedur penelitian pengembangan pada dasarnya terdiri dari dua tujuan utama, yaitu: (1) mengembangkan produk, dan (2) menguji keefektifan produk dalam mencapai tujuan. Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengembangan sedangkan tujuan kedua disebut sebagai validasi.

Penelitian pengembangan memiliki tujuan untuk mengembangkan produk yang telah ada atau membuat produk baru yang efektif untuk proses belajar sehingga dapat mencapai tujuan belajar.

Potter dalam winarti (2011), menjelaskan sepuluh prosedur penelitian

pengembangan yang akan dijadikan pedoman dalam penelitian pengembangan yaitu sebagai berikut:

1)Research and information collecting(penelitian dan pengumpulan data) yang meliputi pengukuran kebutuhan, kaji pustakaan, pengamatan kelas). 2)Planning(perencanaan) yaitu merumuskan tujuan, penentuan urutan pembelajaran, dan langkah-langkah pembelajaran. 3)Develop preliminary form of product(pengembangan draf produk awal) yakni perumusan butir-butir materi, menganalisis indikator, dan perumusan alat ukur keberhasilan. 4)Preliminary field testing(Melakukan uji coba awal). 5)Main product revision(Melakukan revisi terhadap produk utama). 6)Min field testing (Melakukan uji lapangan utama). 7)Operational product revision (Melakukan revisi terhadap produk operasional). 8)Operational field testing(Melakukan uji lapangan operasional). 9)Final product revision (Melakukan revisi terhadap produk akhir). 10)Disemination and

implementation(Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk)

Menurut Seels dan Richey dalam Setyosari (2010), dalam bentuk yang paling sederhana penelitian pengembangan ini dapat berupa:

1)Kajian tentang proses dan dampak rancangan pengembangan dan upaya-upaya pengembangan tertentu atau khusus. 2) Suatu situasi dimana

(21)

Tujuan dari penelitian pengembangan yaitu dapat menghasilkan produk baru yang dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.

D. Sensor Cahaya

Sensor cahaya adalah suatu rangkaian yang sangat mudah untuk dibuat dan paling sering dijadikan sebagai percobaan. Komponen yang digunakan untuk membuat rangkaian ini sangat mudah untuk dicari di pasar-pasar dan harga dari komponen tersebut relatif tidak terlalu mahal.

Pada rangkaian sensor cahaya komponen yang digunakan sebagai saklar adalah relay. Komponen alat yang sensitif terhadap perubahan intensitas cahaya pada rangkaian sensor cahaya adalah LDR. LDR (Light Dependent Resistor) adalah suatu komponen elektronika yang mempunyai sifat sama dengan resistor, namun pada LDR nilai resistansinya berubah-ubah sesuai dengan tingkat intensitas cahaya yang diterima LDR tersebut. Contoh aplikasi penggunaan sensor cahaya yang sering dijumpai adalah lampu taman. Lampu taman akan hidup pada malam karena intensitas cahaya rendah, sedangkan pada siang hari lampu akan mati sebab intensitas cahaya pada siang hari sangat tinggi.

Perhatikan diagram blok di bawah ini:

Gambar 2.2. Diagram blok sensor cahaya sebagai pewaktu

Pada gambar diagram di atas sumber cahaya yang mengenai LDR, yaitu alat yang sangat sensitif terhadap intensitas cahaya akan membuat relay hidup ketika ada

Sumber Cahaya LDR

(22)

benda yang menghalangi jalannya cahaya menuju LDR.Timerakan memulai perhitungan waktu karenatimertelah terhubung dengan relay

E. LDR (Light Dependent Resistor)

LDR berfungsi untuk mengubah intensitas cahaya menjadi hambatan listrik. Semakin banyak cahaya yang mengenai permukaan LDR hambatan listrik semakin besar. LDR sebagaireceiverakan menerima sumber cahaya dari transmitter yaitu laser.

Gambar 2.3. Simbol LDR

Sedangkan gambar LDR adalah sebgai berikut:

Gambar 2.4. LDR (Light Dependent Resistor)

Fotoresistor dibuat dari semikonduktor beresistansi tinggi yang tidak dilindungi dari cahaya. Jika cahaya yang mengenainya memiliki frekuensi yang cukup tinggi, foton yang diserap oleh semikonduktor akan menyebabkan elektron memiliki energi yang cukup untuk meloncat ke pita konduksi. Elektron bebas yang dihasilkan (dan pasangan lubangnya) akan mengalirkan listrik, sehingga menurunkan resistansinya.

(23)

Laser (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation) merupakan mekanisme suatu alat yang memancarkan radiasi elektromagnetik yang biasanya berupa cahaya yang tidak dapat dilihat dengan mata normal dan pancaran sinarnya tunggal. Sifat sinar laser adalah koheren yang menunjukkan sumber cahaya yang memancarkan panjang gelombang dengan frekuensi yang sama.

Warna dari sinar laser yang sering dijumpai adalah warna merah. Sinar ini dapat membahayakan mata seseorang apabila difokuskan kemata yang dapat

mengakibatkan kebutaan sementara atau buta permanen.(Hewitt, 2002)

G.Timer

Timeratau pewaktu merupakan suatu alat seperti jam yang dapat dikontrol yang digunakan pada suatu pertandingan atau lomba. Alat ini dapat di hentikan sesaat (pause) kemudian dinyalakan kembali (start). Untuk kembali kebentuk awal hanya menekan tombolreset, maka akan kembali ke angka nol.

H.Society of Automative Engineer(SAE)

Society of Automative Engineeratau biasa disebut SAE merupakan suatu lembaga standarisasi seperti ISO, DIN atau JIS yang khusus dalam bidang otomotif. Setiap oli pelumas memiliki kode khusus yang berbeda-beda untuk menentukan

karakteristik viskositas atau kekentalan oli yang dibentuk oleh oleh SAE berupa sistem kode numerik.

Tingkat kekentalan atau viskositas darilubricantdigambarkan oleh SAE,

(24)

(W berasal dari kataWinteryang berarti dingin), sedangkan nomor kedua (40) menunjukkan tingkat viskositas pada temperatur yang tinggi.

Tabel 2.1. Koefisien Viskositas Zat Cair

Approximate Viscosities of Common Materials

(At Room Temperature 700F)

Material Viscosity in Centipoise

Water 1cps

Milk 3 cps

SAE 10 Motor oil 85 140 cps

SAE 20 Motor oil 140-420 cps

SAE 30 Motor oil 420- 650 cps

SAE 40 Motor oil 650- 900 cps

(http://www.vp-scientific.com/Viscosity_Tables.htm. diambil pada tanggal 22 Oktober 2012)

Koefisien viskositas SAE 40 yaitu 650 cps diubah kedalam satuan internasional (SI) Pa.s menjadi 650 cps = 6,5 ps = 0,65 Pa.s. Tingkat kekentalan fluida dilihat dari kondisi iklim di Indonesia dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu:

1. SAE20w50

SAE20w50 berarti oli yang masih dapat digunakan pada suhu dingin -100C

sampai dengan -150C (kode 20w) dan pada suhu 1500C dengan tingkat

kekentalan tertentu. 2. SAE15w50

SAE15w50 berarti oli yang masih dapat digunakan pada suhu dingin -150C

sampai dengan -200C (kode 15w) dan suhu 1500C dengan tingkat kekentalan

(25)

3. SAE10w40

SAE10w40 berarti oli yang masih dapat digunakan pada suhu dingin -200C sd

-250C (kode 10w) dan suhu 1500C dengan tingkat kekentalan tertentu.

4. SAE15w40

SAE15w40 berarti oli yang masih dapat digunakan pada suhu dingin -150C

sampai dengan -200C (kode 15w) dan suhu 1500C dengan tingkat kekentalan

tertentu .

I. Materi

1. Viskositas

Permukaan zat padat yang bersentuhan menimbulkan gaya gesekan satu sama lain ketika keduanyabergerak. Dengan cara yang sama, gerakan dari lapisan fluida juga menimbulkan gesekan yang disebut viskositas fluida. Semakin besar

viskositas, semakin susah suatu zat padat bergerak di dalamnya. Dalam kehidupan sehari-hari, viskositas kita kenal sebagai ukuran kekentalan fluida.

Viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul-molekul zat cair, sedangkan dalam gas, viskositas muncul sebagai akibat tumbukan antara molekul-molekul gas. Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif

dengan besaran koefisien viskositas. ( ).

Gradien kecepatan Fluida

Papan bergerak

Papan diam

(26)

Gambar 2.5. Ilustrasi Menentukan Viskositas

Perhatikan gambar 2.5., di mana suatu lapisan fluida ditempatkan diantara dua papan, satu papan bergerak, sedangkan satu papan lagi diam. Fluida bersentuhan dengan masing-masing papan akibat adanya gaya adhesi antara papan dan fluida, sehingga ketika papan atas bergerak dengan kecepatanv, fluida di bagian atas juga bergerak dengan kecepatan sama. Sementara itu, fluida yang bersentuhan dengan papan yang diam juga diam. Dengan demikian, ada variasi kecepatan dalam fluida, dari nol sampaivtertentu. Jika kecepatanvini dibagi dengan tebal lapisanl, maka besaran disebut gradient kecepatan.

Menggerakkan papan yang atas diperlukan suatu gaya. Besar gaya yang

diperlukan ini ternyata sebanding dengan luas permukaan kontak masing-masing papan A, sebanding dengan kecepatanv, dan berbanding terbalik dengan

ketebalan lapisanl(jarak antara dua papan). Dari sini kita bisa menuliskan besar gaya yang diperlukan untuk menggerakkan papan:

=

Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah N s/m2, yang disebut pascal sekon.

Tabel 2.2. Koefisien viskositas berbagai fluida

Fluida Suhu (0C) Koefisien Viskositash(Pas)

Air 0 1,8 x 10-3

20 1,0 x 10-3

(27)

Fluida Suhu (0C) Koefisien Viskositash(Pas)

Darah 37 4 x 10-3

Plasma darah 37 1,5 x 10-3

Etil alcohol 20 1,2 x 10-3

Oli (SAE 10) 30 200 x 10-3

Gliserin 20 1500 x 10-3

Udara 20 0,018 x 10-3

Hidrogen 0 0,009 x 10-3

Uap air 100 0,013 x 10-3

(Foster, 2004)

2. Hukum Stokes dan Kecepatan Terminal

Rumusan matematis untuk menghitung besarnya gaya viskositas untuk benda yang bentuknya tak teratur tentu saja sulit. MenurutSir George Stokes, gaya hambat (FD) yang dialami oleh suatu bola berjari-jariRyang bergerak dengan

kecepatan konstanvdi dalam fluida dengan koefisien viskositas adalah:

= 6 (11.15)

Perhatikan sebuah bola yang jatuh dalam fluida pada gambar 2.6. Gaya-gaya yang bekerja padanya adalah gaya beratw, gaya apungFB, dan gaya hambat akibat

viskositasFD. Ketika bola ini dijatuhkan, ia bergerak dipercepat. Namun, ketika

kecepatannya bertambah, gaya hambat akibat viskositasFDjuga bertambah.

(28)

Gambar 2.6. Gaya-gaya yang bekerja pada sebuah bola dalam fluida

Sumbu vertikal ke atas sebagai sumbu positif, maka pada saat kecepatan terminal tercapai berlaku

FD+ FB w = 0

Gaya hambatFDdiberikan oleh persamaan (11.15), yaituFD= 6 ; gaya

apungFBdiberikan oleh persamaan (11.15)FB= ; dan gaya beratw =

mg. Dengan demikian, persamaan di atas menjadi

6 + mg

V adalah volume fluida yang dipindahkan, makaV =4

3 3

. Sementara itu, massa

bola bisa dinyatakan dalam jari-jari bolaRdan massa jenis bola , yaitu:

m = = 4

3 3

Mensubstitusikan persamaan-persamaan ini ke dalam persamaan (ii) diperoleh:

6 + 4

3 3

- 4

3 3

= 0

FD FB

(29)

v =2

2

9 ...(11.16)

Persamaan (11.16) adalah rumus yang digunakan untuk menghitung kecepatan terminal jika viskositas diketahui. Jika yang ingin diketahui adalah viskositasnya (biasanya dilakukan dalam percobaan), maka persamaan (11.16) bisa dituliskkan sebagai

v =2

2

9

Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida, makin sulit suatu fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut. Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2atau pascal sekon (Pa s).

Apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan v dalam suatu fluida kental yang

bentuk geometris benda. Berdasarkan perhitungan laboratorium, pada tahun 1845, Sir George Stoker menunjukkan bahwa untuk benda yang bentuk geometrisnya

diperoleh persamaan yang dikenal sebagaihukum Stokes.

= 6

Keterangan:

Fs : gaya gesekan stokes (N) R : jari-jari bola (m)

(30)

Viskositas suatu fluida adalah ukuran berapa besar tegangan geser dibutuhkan untuk menghasilkan laju geser satu. Satuannya adalah satuan tegangan per satuan laju geser, atau Pa. det dalam SI. Satuan SI yang lain dalah N. det/m2(atau kg/m.

det) disebutpoiseuille(P1): 1 P1 = 1 kg/m . det = 1 Pa . det. Satuan-satuan lain yang digunakan adalahpoise(P), dimana 1 P = 0,1 P1, dancentipoises(cP), dimana 1 cP = 10-3P1. Sebuah fluida yang kental (viscous), seperti aspal,

memiliki yang besar.

Benda yang dijatuhkan pada zat cair tanpa kecepatan awal akan mendapatkan percepatan dengan gaya-gaya yang bekerja, yaitu:

= = .

W adalah gaya berat, adalah gaya angkat ke atas dan adalah gaya gesek

fluida. Gaya gesek fluida disebut juga gaya gesek Newton yang dialami oleh benda berbanding lurus dengan kecepatan. Cairan dalam hal ini disebut cairan Newton. Apabila benda berbentuk bola, menurut Stokes semakin besar kecepatan, maka gaya gesek juga akan semakin besar sehingga suatu saat terjadi

kesetimbangan dinamis (benda bergerak tanpa percepatan. Setiap benda yang bergerak dalam suatu fluida (zat cair atau gas) akan mendapatkan gaya gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut. Gaya gesekan ini sebanding dengan kecepatan relatif benda terhadap fluida.

Syarat-syarat yang diperlukan agar hukum Stokes dapat berlaku adalah; 1. Ruang tempat fluida terbatas

2. Tidak ada turbulensi di dalam fluida

(31)
[image:31.595.301.343.94.222.2]

Gambar 2.7. Gerakan bola ketika kecepatan konstan

Sebuah benda padat berbentuk bola dilepas pada permukaan zat cair bola tersebut akan mendapatkan percepatan. Dengan bertambahnya kecepatan bola, maka gaya Stokes yang bekerja padanya juga bertambah besar sehingga akhirnya bola akan bergerak dengan kecepatan tetap, yaitu setelah terjadi kesetimbangan gaya-gaya berat, Archimedes dan Stokes pada bola tersebut.

Apabila bola bergerak dengan kecepatan tetap, maka persamaan yang berlaku:

v =2

2

9

(32)

III. METODE PENELITIAN

A. Setting Pengembangan

Metode penelitian ini yaituresearch and developmentatau penelitian

pengembangan. Pada penelitian pengembangan ini dikembangkan alat peraga pembelajaran fisika yang dibuat dengan memanfaatkan sensor cahaya sebagai pendeteksi waktu secara otomatis dan laser sebagai sumber cahaya. Hasil dari pengembangan alat ini yaitu suatu alat peraga sebagai media pembelajaran fisika pada materi fluida dan dapat digunakan untuk mengamati gerakan bola jatuh dan mendeteksi waktu secara otomatis. Alat peraga ini dilengkapi dengan lembar kerja siswa (LKS) sebagai panduan untuk melaksanakan percobaan dan mengevaluasi pemahaman siswa.

Sasaran pengembangan adalah alat peraga pembelajaran fisika yang digunakan sebagai media pembelajaran fisika untuk siswa kelas XI IPA. Materi yang

diperagakan menggunakan alat ini adalah materi fisika semester genap. Pada saat proses pengembangan dilakukan uji ahli dan uji coba produk. Uji ahli berguna untuk mengetahui kelayakan produk yang dikembangkan yang dilihat dari segi materi dan desain alat peraga. Sedangkan uji coba produk digunakan untuk mengetahui kemenarikan dan efektivitas produk, serta mengetahui kelebihan dan kekurangan alat peraga yang telah dihasilkan dari pengembangan ini.

(33)

Metode yang digunakan pada penelitian pengembangan ini mengacu pada

prosedur pengembangan media instruksional menurut Suyanto dan Sartinem. Pada prosedur pengembangan ini terdapat tahap-tahap pengembangan yang

menghasilkan suatu produk. Adapun ketujuh tahapan tersebut adalah: (1) Analisis kebutuhan, (2) Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, (3)

(34)
[image:34.595.147.462.72.707.2]

Gambar 3.1. Bagan Prosedur Pengembangan Media Instruksional Termodifikasi. (Diadaptasi dari prosedur pengembangan produk dan uji produk menurut Suyanto dan Sartinem) 1. Tahap I. Analisis Kebutuhan

Tahap VII. Produk Akhir

Tahap VI. Uji Eksternal Uji Kemanfaatan Produk

(Prototipe III)

Tahap V. Uji Internal Uji Kelayakan Produk

(Prototipe II)

Tahap IV. Pengembangan Produk

(Prototipe I)

Tahap III.

Identifikasi Spesifikasi Produk

Tahap II.

Identifikasi Sumberdaya

Tahap I.

(35)

Analisis kebutuhan berguna untuk mengetahui informasi mengenai alat peraga yang akan dikembangkan. Observasi dilakukan secara langsung dan tidak

langsung, yaitu menggunakan angket dan melakukan wawancara kepada guru dan siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Punggur. Angket merupakan sekumpul daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Ditinjau dari cara menjawabnya angket ada dua macam, yaitu angket terbuka atau tak berstruktur dan angket tertutup atau angket berstruktur. Angket terbuka atau tak berstruktur adalah angket yang disusun sedemikian rupa, sehingga responden secara bebas dapat memberikan jawaban sesuai dengan bahasanya sendiri. Angket tertutup atau berstruktur adalah angket yang disusun sedemikian rupa sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah tersedia. Instrumen angket analisis kebutuhan dapat dilihat pada Lampiran 1 pada halaman 63 dan 64. Selain angket untuk mendapatkan data mengenai alat yang akan dikembangkan, maka dilakukan pula wawancara kepada guru dan siswa kelas XI IPA. Instrumen daftar pertanyaan untuk wawancara dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 65.

Dicari pula informasi tentang perlunya alat peraga dalam proses pembelajaran. Dicari pula kondisi laboratorium fisika dan alat-alat peraga yang tersedia di laboratorium, jumlah siswa, jumlah guru fisika yang mengajar di sekolah, frekuensi pembelajaran menggunakan alat peraga yang tersedia di laboratorium, kendala yang dihadapi pada pelaksaan praktikum di sekolah. Hasil observasi, pemberian angket dan wawancara inilah yang menjadi salah satu landasan dalam penulisan latar belakang penelitian ini.

(36)

Setelah dilakukan analisis kebutuhan, tahap selanjutnya yaitu mengidentifikasi sumber daya yang disediakan oleh sekolah secara langsung, contohnya

perpustakaan dan laboratorium sekolah. Sumber daya sekolah yang diidentifikasi meliputi buku penunjang materi yang tersedia di perpustakaan. Buku penunjang yang ada diperpustakaan berfungsi sebagai bahan belajar siswa.

Selain di sekolah observasi dilakukan pula di luar sekolah, yaitu mengidentifikasi komponen penyusun rangkaian sensor cahaya dan bahan untuk membuat tabung penampung fluida. Hal-hal yang diidentifikasi seperti keberadaan komponen tersebut dipasaran mudah ditemukan atau tidak dan harga komponen tersebut murah serta terjangkau oleh semua kalangan masyarakat.

Atas dasar potensi sumber daya yang telah diidentifikasi dipasaran dan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah, maka peneliti mendesain alat peraga

pembelajaran fisika kelas XI semester genap beserta LKS sebagai panduan percobaan.

3. Tahap III. Identifikasi Spesifikasi Produk

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan identifikasi sumberdaya yang dimiliki sekolah dan sumberdaya di luar sekolah, maka dilakukan identifikasi spesifikasi produk yang berfungsi untuk mendukung pengembangan produk yang akan dikembangkan. Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan rangkaian sensor cahaya yang akan dipakai.

b. Menentukan komponen yang akan digunakan.

(37)

e. Menentukan format LKS (Lembar Kerja Siswa)

Perancangan produk alat peraga dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 66 - 68. Sedangkan format LKS yang direncanakan dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 69.

4. Tahap IV. Pengembangan Produk

Tahap keempat dilakukan pengembangan alat peraga. Praktikum pokok bahasan viskositas di sekolah biasanya menggunakan penghitung waktu manual yang keakuratannya masih kurang. Sehingga dikembangkan pengukur waktu otomatis untuk mendeteksi waktu bola jatuh di dalam fluida yang memanfaatkan sensor cahaya. Desain dari rangkaian sensor cahaya yang dibuat mengacu pada

rangkaian yang ada pada makalah yang dibuat oleh Nur Prasetiyo, dkk. Rangkaian ini dimodifikasi lagi karena letak dari IC CA 3140,timerpada makalah tersebut kurang detail.

Adapunlayoutdari rangkaian sensor cahaya yang dibuat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1k 10k

Trimport 10k

IN 4002 Ke timer start Relay 1k 10k LDR 1 2 3 4 Trimport 10k 5 6 7 8 4k7 BD 139

IN 4002 Ke timer start

start reset Relay

Laser

9

0

0 900

(38)

Gambar 3.2.LayoutRangkaian Sensor CahayaStart

`

Gambar 3.3.LayoutRangkaian Sensor cahayastop

Gambar 3.2. dan gambar 3.3. keterangan angka 1,2,3,4,5,6,7,8 menunjukkan kaki IC CA 3140. Rangkaian di atas dibuat dengan menggunakan

komponen-komponen berikut ini: 1. Laser

2. LDR

3. Resistor 1 kOhm 4. Resistor 10 kOhm 5. Resistor 900 Ohm 6. Trimport 10 k 7. IC CA 314

8. Resistor 4k7 atau 4,7 kOhm 9. Transistor BD 139

10. Dioda IN 4002 11. Relay 12 V 12. Coket IC 2 x 4

13. Papan Rangkaian (PCB) 14. Stopwatch digital

Alat peraga viskositas sederhana ini memanfatkan sensor cahaya dan laser yang merupakan jenis viskometer bola jatuh. Alat ini memanfaatkan kaca yang

(39)

Sedangkan sensor cahaya ini digunakan untuk menghitung waktu mulai bola jatuh sampai bola berada di dasar tabung.

Diperlukan dua buah rangkaian sensor cahaya yang satu letaknya ada di atas sedangkan sensor yang lain berada di bawah untuk mendeteksi bola jatuh. Untuk menampilkan waktu bola ketika dijatuhkan hingga sampai ke dasar, maka sensor cahaya ini dihubungkan ketimer.Timeryang digunakan adalahstopwatch digital.

Selain tabung, sensor cahaya, dantimerjuga diperlukan sumber cahaya. Sumber cahaya yang digunakan dalam rangkaian ini adalah laser. Alasan mengapa digunakan laser sebagai sumber cahaya yaitu karena laser memancarkan cahaya pada satu titik saja. Sedangkan jika menggunakan LED, sinar akan menyebar ke segala arah yang memungkinkan menyebabkan LDR (Light-Dependent Resistor) kurang sensitif.

Sinar yang dipancarkan oleh laser akan diterima oleh LDR (Light-Dependent Resistor)yang sensitif terhadap cahaya. Jika LDR terkena cahaya kemudian tertutup oleh benda yang jatuh, makarelayakan hidup yang menyebabkantimer (stopwatch digital) hidup. Benda yang telah melewati sensor cahaya pertama akan terus bergerak di dalam fluida dengan mengalami beberapa gaya, seperti gaya berat dan gaya gesek fluida yang menyebabkan benda akan bergerak konstan. Ketika benda melewati sensor cahaya yang berada di bawah, maka akan menjadikanrelayhidup kembali yang akan menjadikantimermenghentikan perhitungan. Di bawah ini adalah rancangan bentuk alat peraga viskositas:

(40)
[image:40.595.136.486.80.355.2]

Gambar 3.4. Rancangan Bentuk Alat Peraga

Komponen IC CA 3140 terdiri dari 8 kaki yang masing-masing kaki tersebut memiliki fungsi. Perhatikan gambar IC CA 3140 di bawah ini:

Gambar 3.5.LayoutIC CA 3140 Laser LDR

Rangkaian sensor cahaya Tiang penyangga

[image:40.595.230.391.541.650.2]
(41)

Gambar 10.LayoutIC CA 3140 kaki yang terhubung pada rangkaian adalah kaki nomor 2,3,4,6 dan 7. Penggunaan alat peraga ini dipandu dengan LKS (Lembar Kerja Siswa). Hasil pengembangan pada tahap ini berupa Prototipe I.

5. Tahap V. Uji Internal

Tahap kelima pengembangan ini, yaitu uji internal. Uji internal difokuskan pada produk dengan melakukan uji oleh ahli desain dan ahli materi pada produk yang dikembangkan. Produk yang dikembangkan adalah berupa alat peraga viskositas yang diuji kelayakannya oleh ahli isi atau materi pembelajaran dan ahli desain. Kisi-kisi intrumen uji internal dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 70 78. Produk alat peraga dan LKS yang telah dibuat diberi nama Prototipe I. Kemudian dilakukan uji desain alat peraga oleh ahli desain.

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Menentukan indikator penilaian yang digunakan untuk menilai Prototipe I yang telah dibuat.

b. Menyusun instrumen uji ahli desain alat peraga dan LKS c. Melaksanakan uji desain pada ahli desain media pembelajaran. d. Melakukan perbaikan dari hasil uji desain yang telah dilakukan

Setelah dilakukan uji ahli desain, selanjutnya melakukan uji materi/ isi oleh ahli materi. Adapun langkah-langkahnya adalah:

a. Menentukan indikator penilaian yang digunakan untuk menilai Prototipe I yang telah dibuat.

b. Menyusun instrumen uji ahli materi/ isi

(42)

Setelah dilakukan uji ahli, maka dilakukan perbaikan. Produk hasil perbaikan berdasarkan saran tersebut kemudian disebut Prototipe II. Instrumen uji ahli desain alat peraga dan LKS dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 79- 88. Sedangkan instrumen uji kelayakan LKS dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman 89- 98.

6. Tahap VI. Uji Eksternal

Hasil dari Prototipe II akan dilakukan uji eksternal yaitu uji kemanfaatan produk oleh pengguna alat peraga. Pada uji ini siswa menggunakan produk yang telah dikembangkan. Kisi-kisi Instrumen Uji Eksternal dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 99. Uji eksternal merupakan uji coba kemanfaatan oleh pengguna, yaitu: (1) kemenarikan dan kemudahan menggunakan produk, dan (2) Efektivitas yaitu ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran fisika. Apabila 75% dari siswa yang belajar menggunakan produk hasil pengembangan telah tuntas KKM, maka produk dapat dikatakan efektif. Dari hasil uji coba kemanfaatan oleh pengguna ini akan diperoleh saran yang berkaitan dengan produk yang telah dihasilkan. Berdasarkan saran tersebut oleh pengembang dilakukan perbaikan sehingga dihasilkan Prototipe III yang merupakan produk akhir pengembangan. Instrumen uji eksternal untuk uji satu lawan satu dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 100- 103. Sedangkan

instrumen uji kelompok kecil dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 104- 107.

7. Tahap VII. Produk Akhir

(43)
(44)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dari pengembangan ini adalah dihasilkan alat peraga pengukuran viskositas fluida sederhana dengan memanfaatkan sensor cahaya beserta LKS untuk pembelajaran fisika kelas XI semester genap. Alat peraga pengukuran viskositas ini memiliki spesifikasi yaitu untuk menentukan waktu bola jatuh dalam fluida secara otomatis dan pembuktian gaya gesek akibat kekentalan fluida. Berdasarkan hasil uji internal alat peraga dan LKS tersebut dinyatakan sangat layak dengan hasil skor penilaian yang diperoleh, yaitu 3, 5 dan 4,00 sehingga dapat digunakan sebagai media pembelajaran karena sesuai dengan teori. Hasil uji kelayakan produk pada uji eksternal yang telah dilakukan, tujuan pembelajaran telah tercapai pada aspek afektif, kognitif, dan psikomotor dengan skor penilaian yang diperoleh, yaitu 3,13; 3,33; 3,8 (pada uji satu lawan satu) dan 2,96: 3,29: 3,07 (pada uji kelompok kecil). Hasil perhitungan koefisien viskositas oli SAE 40 sesuai dengan teori berkisar 0,650 Pa.s 0,9 Pa . s, yaitu 0,71 Pa.s, 0,667 Pa.s, dan 0,7 Pa.s.

B. Saran

Dalam penggunaan alat peraga perlu diperhatikan hal-hal berikut ini: 1. Pastikanstopwatch digitaldalam posisi 00:00:00.

(45)

3. Pastikan kelereng yang dimasukkan ke dalam tabung berwarna hitam atau putih, sehingga LDR tidak akan terkena sinar dari laser karena terhalang oleh kelereng.

4. Pastikan kedua sensor berfungsi dengan baik.

(46)

FLUIDA DENGAN MEMANFAATKAN SENSOR CAHAYA UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA KELAS XI

SEMESTER GENAP

Oleh

MARFIANA SAFITRI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(47)

VISKOSITAS FLUIDA SEDERHANA DENGAN MEMANFAATKAN SENSOR CAHAYA UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA KELAS XI SEMESTER GENAP Nama Mahasiswa : Marfiana Safitri

Nomor Pokok Mahasiswa : 0853022034 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1.Komisi Pembimbing

Drs. Eko Suyanto, M.Pd. Viyanti, S.Pd., M.Pd.

NIP 19640310 199112 1 001 NIP 19800330 200501 2 001

2.Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(48)

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Marfiana Safitri

NPM : 0853022034

Fakultas/ Jurusan : KIP/ Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Sumber rejo 43B Kabupaten Lampung Timur, 34181 Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, 13 November 2012

(49)

Anonim.2010.V&P Scientific, INC Innovators in Liquid Handling Arraying and Mixing.http://www.vp-scientific.com/Viscosity_Tables.htm. diambil pada tanggal 22 Oktober 2012

Arsyad, Azhar. 2002.Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Daryanto.2011.Media Pembelajaran. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani

Sejahtera.

Foster, Bob. 2004.Terpadu Fisika SMA Untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga. Hewitt, Paul. 2002. http://en.wikipedia.org/wiki/Light_Dependent_Resistor. 3

Mei 2012.13.00 WIB

http://www.tribology-abc.com/abc/viscosity.htm#SAE diambil pada tanggal 23 April 2012 pukul 21.20 WIB

Ismanto, Arif. 2008.Pengembangan LKS Menggunakan Pendekatan

Konstruktivisme pada Materi Pokok Fluida Melalui Metode Eksperimen (Skripsi). Bandarlampung: Universitas Lampung.

Kusumah, Wijaya. 2009.Pengertian Media Pembelajaran. http://media-grafika.com/pengertian-media-pembelajaran. 17 Maret 2012. 11.40 WIB Martiningsih. 2007.Macam-macam Metode Pembelajaran.

http://martiningsih.blogspot.com/2007/12/macam-macam-metode-pembelajaran.html. 28 Maret 2012. 20.33 WIB

Rahardjo. 2011.Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rahmawati, Siti Uriana. 2009.Pengertian, Peranan dan Fungsi Media Pengajaran.

http://www.blog.fitk- uinjkt.ac.id/uriana/files/2009/01/pengertian-peranan-dan-fungsi-media-pengajaran.ppt. 17 Maret 2012. 11.22 WIB

Sadiman, Arief S. 2007.Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

(50)

Pembelajaran Mikro. Bandarlampung : Universitas Lampung

Wijaya, Yoga Permana. 2010.Pengertian Media Pembelajaran. 28 Maret 2012. 20.00 WIB.

(51)

PENGEMBANGAN ALAT PRAKTIKUM PENGUKURAN VISKOSITAS FLUIDA DENGAN MEMANFAATKAN SENSOR CAHAYA

UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA KELAS XI SEMESTER GENAP

Oleh

MARFIANA SAFITRI

Penggunaan alat peraga sebagai media pembelajaran memberikan pengalaman langsung kepada siswa sebagai subyek dalam proses pembelajaran. Namun, penggunaan alat peraga di sekolah sangat jarang dilakukan karena ketersediaan alat peraga di laboratorium sangat kurang memadai. Hasil wawancara dan

observasi di SMA Negeri 1 Punggur menunjukkan dibutuhkan pengembangan alat peraga. Berdasarkan analisis kebutuhan dan analisis standar isi fisika kelas XI semester genap, maka dikembangkan alat peraga pengukuran viskositas Fluida sederhana dengan memanfaatkan sensor cahaya sebagai pendeteksi waktu beserta LKS sebagai panduan alat peraga. Tujuan penelitian pengembangan ini adalah menghasilkan alat peraga fisika yang memanfaatkan sensor cahaya sebagai pendeteksi waktu pada materi fluida sub bab viskositas.

(52)

ahli desain dan materi media pembelajaran yang dihasilkan produk Prototipe I. Berdasarkan hasil uji internal diketahui bahwa produk alat peraga dan LKS sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran. Produk Prototipe I mengalami perbaikan berdasarkan saran dari ahli. Kemudian dilakukan uji eksternal yang akan menghasilkan Prototipe II. Uji eksternal (uji lapangan) dihasilkan bahwa produk Prototipe II efektif digunakan sebagai media pembelajaran yang ditunjukkan dengan tercapai ketuntasan KKM yang telah ditetapkan,yaitu 75. Produk Prototipe II diperbaiki sesuai saran dari para siswa kemudian dihasilkan produk akhir berupa Prototipe III.

(53)

1. Tim Penguji

Ketua :Drs. Eko Suyanto, M.Pd.

Sekretaris :Viyanti, S.Pd., M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing :Dr. Agus Suyatna, M.Si.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si NIP 19600315 198503 1 003

(54)

Penulis dilahirkan di Sumber rejo 43B, Lampung Timur, Propinsi Lampung pada tanggal 10 Maret 1990, Anak ketiga dari bapak Sarjono dan Ibu Siti Alfiah.

Pendidikan sekolah dasar selama tiga tahun di Madarasah Ibtidaiyah Desa Sumberrejo kemudian dilanjutkan hingga lulus sekolah dasar di SD Negeri 2 Banarjoyo pada tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Batanghari pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Metro pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(55)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS Al Baqarah:286)

Perseverance in adversity brings help from Allah (Muslim)

Jangan pernah menyerah untuk berusaha meraih sesuatu sebelum mencobanya secara maksimal

(56)

xiii

Tabel Halaman

(57)

Al , segala puji syukur hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis mempersembahakan skripsi ini kepada:

1. Bapak dan Ibu tersayang, yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis selama ini dan selalu mendoakan penulis yang terbaik kelak. 2. Ani Rahmawati adalah kakak pertama penulis tersayang yang telah

membantu dalam penyelesaian penelitian di sekolah dan memberikan dukungan untuk penulis.

3. Agus Dwi Darmawan yang merupakan kakak kedua penulis tersayang yang memberikan dukungan untuk penulis.

4. Om DP, Mas Adi, mas Ari, Aan yang telah membantu penulis dalam pembuatan alat peraga serta memberikan dorongan, motivasi dan doa untuk penulis.

(58)

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmah, hidayah, dan anugerah serta kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Pengembangan Alat Praktikum Viskositas Fluida Dengan Memanfaatkan Sensor Cahaya Untuk

Pembelajaran Fisika Kelas XI . Penulis menyadari bahwa dengan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimaksih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika arahan dan motivasi yang diberikan selama penulisan skripsi.

4. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing I yang telah memotivasi, membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi.

5. Ibu Viyanti, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II yang telah sabar membimbing, memberikan arahan dan memotivasi penulis selama menyelesaikan skripsi.

(59)

memberikan masukan untuk perbaikan produk pengembangan.

8. Ibu Sani Aris Duati, S.Pd., selaku evaluator uji ahli materi dan guru mitra yang banyak memberikan masukan untuk perbaikan produk pengembangan. 9. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang telah

membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung. 10. Bapak Drs. Sutarman selaku Kepala SMA Negeri 1 Punggur yang telah

memberikan izin dan arahan selama penelitian.

11. Bapak dan Ibu dewan guru SMA Negeri 1 Punggur dan staf tata usaha yang banyak membantu selama penulis belajar dan melakukan penelitian. 12. Siswa-siswi kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Punggur yang bersedia menjadi

objek penelitian.

13. Sahabat-sahabat penulis keluarga besar pendidikan fisika 2008 mandiri dan regular, terima kasih atas dukungan, bantuan dan kerjasamanya.

14. Keluarga besar pendidikan fisika Universitas Lampung.

15. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.

Penulis hanya dapat berdoa, mudah-mudahan segala bantuan yang telah diberikan dicatat sebagai amal baik dan diberikan balasan yang terbaik oleh Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan. Amin.

Bandarlampung, 13 November 2012

(60)

ix Halaman

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Alat Peraga sebagai Media Pembelajaran... 7

B. Metode Eksperimen ... 16

C. Pengembangan ... 18

D. Sensor Cahaya ... 20

E. LDR (Light Dependent Resistor) ... 21

F. Laser... 22

G. Timer... 23

H. Society of Automatif Engineer (SAE) ... 23

I. Materi ... 25

1. Viskositas... 25

2. Hukum Stokes dan Kecepatan Terminal... 27

(61)

x

B. Prosedur Pengembangan ... 34

1. Tahap I: Analisis Kebutuhan ... 36

2. Tahap II: Identifikasi Sumberdaya ... 37

3. Tahap III: Identifikasi Spesifikasi Produk ... 37

4. Tahap IV: Pengembangan Produk ... 38

5. Tahap V: Uji Internal ... 42

6. Tahap VI: Uji Eksternal ... 43

7. Tahap VII: Produksi... 44

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan... 45

1. Tahap I: Analisis Kebutuhan Pengembangan ... 45

2. Tahap II: Identifikasi Sumber Daya ... 46

3. Tahap III: Identifikasi Spesifikasi Produk ... 46

4. Tahap IV: Pengembangan Produk ... 48

5. Tahap V: Uji Internal ... 48

6. Tahap VI: Uji Eksternal ... 50

7. Tahap VII: Produksi... 51

B. Pembahasan... 52

1. Kesesuaian Produk yang dihasilkan dengan tujuan pengembangan ... 53

2. Kelebihan dan kelemahan produk hasil pengembangan ... 56

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 57

B. Saran... 57

(62)

xi

3. Perancangan Produk yang Direnacakan... 66

4. Format LKS yang Direncanakan ... 69

5. Kisi-kisi Instrumen Uji Internal ... 70

6. Instrumen Uji Ahli Desain ... 79

7. Instrumen Uji Kelayakan LKS ... 89

8. Kisi-kisi instrumen Uji Eksternal ... 99

9. Instrumen Uji Satu Lawan Satu ... 100

10. Instrumen Uji Kelompok Kecil ... 104

11. Silabus ... 108

12. RPP ... 111

13. Produk Alat Peraga Hasil Pengembangan ... 121

14. LKS ... 122

15. Hasil Wawancara ... 134

16. Hasil Angket Analisis Kebutuhan ... 136

17. Hasil Observasi Alat Peraga Laboratorium Sekolah ... 141

18. Daftar Nama Siswa IPA Kelas XI ... 142

19. Inventari Sumber Belajar ... 144

20. Hasil Observasi Komponen Penyusun Alat Peraga ... 145

21. Hasil Identifikasi Spesifikasi Alat Peraga... 146

22. Spesifikasi Pengembangan Produk Alat Peraga ... 147

23. Data Hasil Uji Ahli Desain Alat Peraga ... 151

24. Data Hasil Uji Kelayakan LKS... 153

25. Perhitungan Hasil Uji Internal ... 158

26. Rangkuman Saran Perbaikan Uji Internal... 160

27. Data Hasil Uji Eksternal Satu Lawan Satu ... 161

28. Data Hasil Uji Eksternal Kelompok Kecil ... 165

29. Data Hasil Uji Alat Peraga Terhadap LKS ... 173

30. Soal Uji Keefektifan ... 177

31. Rubrik Penilaian ... 181

32. Kunci Jawaban LKS ... 183

(63)

xiv

Gambar Halaman

2.1. Fungsi Media dalam Pembelajaran... 9

2.2. Diagram Blok Sensor Cahaya sebagai Pewaktu ... 21

2.3. Simbol LDR... 22

2.4. LDR (Light Dependent Resistor)... 22

2.5. Ilustrasi Menentukan Viskositas... 25

2.6. Gaya-gaya yang Bekerja pada Sebuah Bola dalam Fluida ... 28

2.7. Gerakan Bola Ketika Kecepatan Konstan ... 31

3.1. Bagan Prosedur Pengembangan Media Instruksional Termodifikasi Diadaptasi dari Prosedur Pengembangan Produk dan Uji Produk Menurut Suyanto dan Sartinem ... 35

3.2. LayoutRangkaian Sensor CahayaStart... 39

3.3. LayoutRangkaian Sensor CahayaStop... 39

3.4. Rancangan Bentuk Alat Peraga ... 41

Gambar

Gambar 2.1. Fungsi Media Dalam Pembelajaran
Gambar 2.2. Diagram blok sensor cahaya sebagai pewaktu
Tabel 2.1. Koefisien Viskositas Zat Cair
Tabel 2.2. Koefisien viskositas berbagai fluida
+5

Referensi

Dokumen terkait