LAMPIRAN 1
1. Rataan produksi bahan segar (g/ton) Indigofera zollingeriana
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
2. Rataan produksi bahan kering (g/ton) Indigofera zollingeriana
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
3. Rataan tinggi tanaman (cm) Indigofera zollingeriana
Perlakuan Ulangan Total Rataan
4. Rataan jumlah cabang (cabang) Indigofera zollingeriana
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4
M1P1 15 16,5 16 18 65,5 16,37
M1P2 19 18,5 17,5 19 74 18,5
M1P3 20,5 21 20,5 21 83 20,75
M2P1 16,5 17,5 18 19,5 71,5 17,88
M2P2 20 19,5 20,5 19 79 19,75
M2P3 21,5 21 21 22,5 86 21,5
Total 112,5 114 113,5 119 459
LAMPIRAN GAMBAR
Pembuatan Kompos
Lahan Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1992. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja, dan Perah. Kanisius, Yogyakarta.
AAK. 1989. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja, dan Perah. Kanisius, Yogyakarta.
Adams, M.R. 2000. iMoss MO. Food microbiology. 2nd ed. Cambridge : Royal Society if Chemistry
Affandi. 2008. Pemanfaatan Urine Sapi yang Difermentasi sebagai Nutrisi Tanama
yangdifermentasi-sebagai-nutrisi-tanaman [Diakses 15 April 2016]
Akbarillah T, Kususiyah, D. Kaharuddin dan Hidayat. 2010. Kajian Tepung Daun Indigofera Sebagai Suplemen Pakan Terhadap Produksi dan Kualitas Telur Puyuh. Jurnal Peternakan Indonesia. Vol 3 (1).20-23.
Apdini TAP. 2011. Pemanfaatan Pellet Indigofera sp. Pada Kambing Perah Peranakan Etawah Dan Saanen (Studi Kasus Peternakan Bangun Karso Farm). Dalam proses publikasi. Institut Pertanian Bogor, Indonesia. Atmojo, S. W. 2013. Peranan C-Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya
Pengelolaannya. USM-Press. Surakarta.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Kupang. 2013. Indigofera Sp. Hijauan Bernutrisi Tinggi Untuk Ternak Kambing.
Buckman dan N. C. Brady., 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara, Jakarta. Djuarnani, N., Kristian, B. S. Setiawan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Dobermann, A. dan T. Fairhurst. 2000. Rice : Nutrient Disorders & Nutrient Management. Potash & Potash Institute/Potash & Potash Intitute of Canada.
Donahue, R.L., Miller, R.W., dan Shickluna, J.C. 1977. Soils, an introduction to soils and plant growth.Fourth Edition.Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, N.J. xiii + 626 h.
Hadisumitro, L. M., 2009. Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hartatik, W., D. Setyorini, L.R. Widowati, dan S. Widati. 2005. Laporan Akhir Penelitian Teknologi Pengelolaan Hara pada Budidaya Pertanian Organik. Laporan Bagian Proyek Penelitian Sumberdaya Tanah dan Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif.
Hartatik,Wiwik dan Widowati, L.R. 2008. Pupuk organik. Jurnal Pupuk Organik Haryani, A. 2012. Uji Efektifitas Daun Pepaya (Carica papaya) untuk pengobatan
Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Pada Ikan Mas Koki (Carassius auratus). Skripsi. Program Program Studi Sarjana Perikanan. Universitas Padjadjaran.
Hasan, S. 2012. Hijauan Pakan Ternak. IPB Press, Bogor.
Hassan A, Rethman NFG, Van Niekerk WA, Tjelele TJ. 2007. Influence of season/year and species on chemical composition and in vitro digestibility of five Indigofera accessions. J Anim Feed Sci Technol. 136:312-322.
Haude. 1997. Indigofera Zollingeriana : Sebuah Pakan Menjanjikan dan Semak Legum Tanaman Indonesia.
Herdiawan, I. Dan Krisnan R. 2014. Produktivitas dan Pemanfaatan Tanaman Leguminosa Pohon Indigofera zollingeriana pada Lahan Kering. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Indriani, Y. H., 1991. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta. Lingga, P. 1994. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penerbit Swadaya, Jakarta. Lingga, P. 1986. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Moenandir, J. 2004. Prinsip-prinsip Utama Cara Menyukseskan Produksi Pertanian. Bayumedia Publishing, Malang.
Ngo van Man, Nguyen van Hao, Vuong minh Tri. 1995. Biomass production of some leguminous shrubs and trees in Vietnam. Livesock Res Rural Dev. 7:1-5.
Prihmantoro, H. 2003. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta. Raihan, H.S. 2000. Pemupukan NPK dan Ameliorasi Lahan Pasang Surut Sulfat
Masam Berdasarkan Nilai Uji Tanah Untuk Tanaman Jagung. J. Ilmu Pertanian 9 (1): 20-28.
Rizqiani, N. F. 2007. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Dataran Rendah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol & No. 1 (2007) p: 43-53.
Rosmarkam, A dan Yuwono, N.A. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta.
Setiawan, A.I. 1996. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Suryani, Y., Astuti, Bernadeta, O dan Siti, U., 2010, Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat dari Limbah Kotoran Ayam sebagai Agensi Probiotik dan Enzim Kolesterol Reduktase, Biologi dan Pengembangan Profesi Pendidikan, ISBN: 978-602-97298-0
Sarief, S. 1986. Kesuburan Tanah dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.
Simammora dan S. Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Simanihuruk, K, dan J. Sirait. 2010. Pemanfaatan Leguminosa Pohon indigofera sp. sebagai Pakan Basal Kambing Boerka Fase Pertumbuhan. Bogor (Indonesia): Puslitbangnak. p. 449-455.
Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip Dan Prosedur Statistika. Penterjemah Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta
Sutejo, M. 1995. Tumbuhan dan Organ-organ Pertumbuhannya. Bina Aksara. Jakarta
Tjelele, T.J. 2006. Dry matter production, intake and nutritive value of certain Indigofera spesies [Thesis]. [Hatfield (South Africa)]: University of Pretoria.
Utomo, B. 2009. Pengaruh Bioaktivator terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst) dan Perubahan Sifat Kimia Tanah Gambut. Jurnal Agronomi Indonesia. 38(1) : 15-18.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan Fakultas Pertanian Program Studi Peternakan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan dengan persiapan lahan 2 minggu dan akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan November 2016.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan
Bahan yang digunakan yaitu bibit leguminosa Indigofera zollingeriana yang berumur 2 bulan. Pupuk kompos dari feses ayam dan limbah kulit kopi sebagai perlakuan pupuk organik pada tanaman. MOD (Microorganisme Decomposer) sebagai bahan activator pada proses pembuatan kompos. Air untuk
menyiram tanaman pada saat penelitian dilaksanakan.
Alat
Alat yang digunakan adalah gembor untuk menyiram tanaman, timbangan untuk menimbang berat basah dan berat kering leguminosa, oven untuk mengeringkan hijauan leguminosa, alat ukur meteran untuk mengukur tinggi tanaman, pisau atau gergaji untuk memotong leguminosa, cangkul untuk membersihkan lahan dan membajak, alat tulis untuk mencatat data penelitian dan amplop sebagai tempat hijauan pada saat pemanenan selama penelitian.
Metode Penelitian
I. Faktor pertama yang dijadikan sebagai petak utama (main plot) adalah dosis MOD (Microorganisme Dekomposer).
M1 = Pupuk manure ayam dan kulit kopi dengan MOD 1 liter/ton M2 = Pupuk manure ayam dan kulit kopi dengan MOD 2 liter/ton
II. Faktor kedua sebagai anak petak (sub plot) yaitu dosis kompos yang berbeda setiap perlakuan antara lain :
P1 = pemberian pupuk dengan dosis 10 ton/ha/tahun P2= pemberian pupuk dengan dosis 20 ton/ha/tahun P3 = pemberian pupuk dengan dosis 30 ton/ha/tahun
Dimana setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Maka kombinasi setiap perlakuan adalah:
M2P3U3 M2P2U3 M1P1U4 M1P1U2 M2P3U2 M1P2U3
M1P3U2 M1P2U4 M1P1U1 M2P1U4 M1P3U3 M2P2U4
M2P3U4 M2P2U1 M2P1U3 M2P1U1 M2P3U1 M2P2U2
M1P3U1 M1P2U2 M2P1U2 M1P1U3 M1P3U4 M1P2U1
Model linear yang digunakan adalah rancangan petak terbagi (split plot design) dengan model rancangan sebagai berikut:
Pelaksanaan Penelitian Pembuatan Kompos
Persiapan Lahan
Persiapan lahan diawali dengan pembersihan lahan penelitian dari sisa tanaman sebelumnya dan gulma-gulma yang terdapat disekitar lahan penelitian. Kemudian dilakukan pencangkulan atau pembajakan lahan agar tanah menjadi gembur. Lalu, dibagi lahan menjadi petak-petak kecil sebanyak 24 plot yang setiap plotnya berukuran 1x1 meter dengan jarak antar tiap plot 1 meter yang dijadikan sebagai saluran air.
Pemupukan
Pemupukan dasar dengan pupuk kandang (10 ton/ha) dan pupuk kimia yaitu dolomit (1 ton/ha), urea (100 kg/ha), SP-36 (150 kg/ha), dan KCL (200 kg/ha)
Diletakkan kotoran ayam sebanyak 1 ton dan kulit kopi sebanyak 1 ton ditanah kemudian diratakan
Ditambahkan air + MOD (Micro Organisme Decomposer) sebanyak 1 liter dan 2 liter
Didiamkan selama 1 minggu
Dilakukan pengadukan sebanyak 3 kali pada minggu kedua secara merata
Didiamkan selama 1 minggu ditempat yang teduh
Dilakukan pengadukan setiap 1 minggu sekali seperti diatas selama 8 minggu
pada setiap plot kemudian didiamkan selama satu minggu. Selanjutnya penanaman dilakukan setelah pemupukan dasar. Pemupukan kompos dilakukan saat tanaman berumur 16 MST (Minggu Setelah Tanam).
Pembibitan
Bibit Indigofera zollingeriana yang akan ditanam berumur 2 bulan. Pengambilan bibit diperoleh dari Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Galang.
Penanaman
Bibit legum Indigofera zollingeriana ditanam di polybag yang sudah diberikan pemupukan dasar. Penanaman legum dilakukan dengan cara membuka plastik polybag dan memasukkan bibit ke dalam lobang yang sudah dilubangi dengan kedalaman ±10 cm dengan jarak tanam 1 m x 1 m.
Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman dan penyiangan. Penyiraman dilakukan setiap hari dua kali yaitu pada pagi dan sore atau sesuai kebutuhan. Jika musim hujan tidak perlu untuk penyiraman. Penyiangan dilakukan terhadap gulma-gulma liar yang ada di lahan penelitian yang dilakukan secara manual.
Panen (Pemotongan/Defoliasi)
Trimming untuk keseluruhan legum dilakukan pada saat tanaman berumur 16
Peubah yang diamati 1. Produksi Bahan Segar
Produksi bahan segar dihitung pada saat panen. Daun dan ranting-ranting diikat rapi dengan tali plastik, kemudian ditimbang. Berat sampel yang diperoleh pada saat penimbangan kemudian dikonversikan ke produksi ton/ha.
2. Produksi Bahan Kering
Produksi bahan kering diperoleh dari produksi bahan segar legum setelah dilakukan penimbangan. Dari hasil penimbangan diambil sampel sebanyak 200 gram selanjutnya sampel tersebut di oven pada suhu 1050C selama 8 jam, kemudian ditimbang berat kering legum tersebut. Produksi berat segar dikonversikan ke dalam berat kering untuk mengetahui produksi berat kering. (Lingga, 1994). Untuk menentukan persentase bahan kering dapat digunakan rumus :
% BK = Berat setelah pengeringan Berat segar
x 100 %
3. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman dihitung pada saat bibit Indigofera zollingeriana berumur 16 MST (Minggu Setelah Tanam) sampai panen berumur 24 MST (Minggu Setelah Tanam). Pengambilan data 2 minggu sekali dengan mengukur tinggi tanaman mulai dari permukaan tanah sampai pada pucuk tertinggi ke atas dengan pengukur satuan centimeter.
4. Jumlah Cabang
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Kimia Kompos
Hasil dari pengujian kompos campuran manure ayam dan limbah kulit kopi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil analisa kompos
No. Parameter Satuan MOD (liter/ton) SNI pupuk organik padat
Sumber: Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian, 2016.
Uji laboratorium menunjukkan C/N rasio pada kompos dengan MOD 2 liter dan 1 liter sebesar 14,13 dan 18,57 dan sudah memenuhi standar SNI. Ha ini sesuai dengan SNI (1989), kandungan C/N pupuk organik padat sebesar 12-35. Rasio C/N akan mempengaruhi ketersediaan unsur hara. Jika C/N rasio berbanding terbalik dengan ketersediaan unsur hara, artinya bila C/N rasio tinggi maka kandungan unsur hara sedikit tersedia untuk tanaman, sedangkan C/N rasio rendah maka ketersediaan unsur hara tinggi dan tanaman dapat memenuhi kebutuhannya.
Produksi Bahan Segar
Hasil penelitian pemanfaatan kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dengan berbagai dosis MOD (microorganisme decomposer)
Tabel 6. Produksi bahan segar (ton/ha/tahun) Indigofera zollingeriana
Dosis MOD Dosis pemupukan Rataan
10 20 30
1 35,50 37,69 39,39 37,52b±1,95
2 36,80 39,01 40,36 38,72a±1,80
Rataan 36,15c±0,91 38,35b±0,93 39,87a±0,69
Keterangan: M1 = pupuk manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dengan MOD 1 liter/ton, M2= pupuk manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dengan MOD 2 liter/ton Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata pada uji Duncan (P<0,05).
berguna untuk pembentukan makanan dalam fotosintesis, kandungan klorofil yang cukup dapat membentuk atau memacu pertumbuhan tanaman terutama merangsang organ vegetatif tanaman. Pembentukan akar, batang dan daun dapat terjadi dengan cepat jika persediaan makanan yang digunakan untuk proses pembentukan organ tersebut dalam keadaan atau jumlah yang cukup.
Nilai rataan tertinggi produksi bahan segar tiap perlakuan pemberian dosis pupuk kompos terdapat pada perlakuan dosis 30 ton/ha/thn (P3) sebesar 39,87 ton/ha/thn dan produksi bahan segar terendah terdapat pada perlakuan dosis 10 ton/ha/thn (P1) 36,15 ton/ha/thn. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dapat meningkatkan produksi bahan segar Indigofera zollingeriana. Hal ini disebabkan karena tanaman yang diberi pupuk kompos merupakan pupuk organik yang mengandung cukup nutrisi sehingga penyerapan unsur hara akan semkain baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nirwanto (2010), yang menyatakan bahwa pupuk organik memiliki peranan yang sangat penting bagi tanah karena dapat mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanaha melalui perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi. Oleh karena itu, pupuk yang diberikan pada tanah tersebut harus mempunyai unsur hara yang cukup agar mampu mendukung tanah dalam memenuhi kebutuhan tanaman.
Produksi Bahan Kering
Hasil penelitian pemanfaatan kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dengan berbagai dosis MOD (microorganisme decomposer)
terhadap produksi bahan kering Indigofera zollingeriana dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Produksi bahan kering (ton/ha/tahun) Indigofera zollingeriana
Dosis MOD Dosis pemupukan Rataan
10 20 30
1 7,14 7,75 8,23 7,70b±0,55
2 8,11 8,73 9,19 8,67a±0,54
Rataan 7,62c±0,69 8,24b±0,70 8,71a±0,67
Keterangan : M1 = pupuk manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dengan MOD 1 liter/ton, M2= = pupuk manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dengan MOD 2 liter/ton Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata pada uji Duncan (P<0,05).
menyediakan unsur hara yang diperlukan, menyehatkan tanaman, meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi.
Nilai rataan tertinggi produksi bahan kering tiap perlakuan pemberian dosis pupuk kompos terdapat pada perlakuan dosis 30 ton/ha/thn (P3) sebesar 8,71 ton/ha/thn dan produksi bahan kering terendah terdapat pada perlakuan dosis 10 ton/ha/thn (P1) 7,62 ton/ha/thn. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dapat meningkatkan produksi bahan kering Indigofera zollingeriana. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya penambahan pupuk kompos dalam tanah akan mengaktifkan mikroorganisme yang berperan dalam memperbaiki kandungan unsur tanah. Buckman dan Brady (1982) bahwa kecendrungan meningkatnya produksi bahan kering hijauan disebabkan karena pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah jika dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kandang sehingga penguapan unsur hara akan berkurang dan hara tersedia akan lebih banyak. Dengan adanya pupuk kandang dalam tanah akan dapat meningkatkan kesuburan tanah, menahan air tanah, porositas tanah dan ketahanan terhadap erosi.
Interaksi anatar dosis MOD dan dosis pemupukan kompos manure ayam broiler dan limbah kulit kopi memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap produksi bahan kering. Hasil yang tidak nyata menunjukkan bahwa pemberian kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi tidak memberikan pengaruh terhadap Indigofera zollingeriana.
Hasil penelitian pemanfaatan kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dengan berbagai dosis MOD (microorganisme decomposer) terhadap tinggi tanaman Indigofera zollingeriana dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Tinggi tanaman (cm) Indigofera zollingeriana
Dosis
Rataan 139,74c±8,56 150,92b±7,62 161,34a±7,24
Keterangan : M1 = pupuk manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dengan MOD 1 liter/ton, M2= = pupuk manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dengan MOD 2 liter/ton Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata pada uji Duncan (P<0,05).
mikrobia (jasad-jasad renik yang bekerja menghancurkan bahan-bahan organik di dalam tanah).
Nilai rataan tertinggi tinggi tanaman tiap perlakuan pemberian dosis pupuk kompos terdapat pada perlakuan dosis 30 ton/ha/thn (P3) sebesar 161,34 cm dan tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan dosis 10 ton/ha/thn (P1) 139,74 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pertumbuhan tanaman merupakn hasil interaksianatara dalam dan luar. Faktor dalam meliputi sifat genetik yang berupa gen dan hormon. Sedangkan faktor luar terdiri atas unsur hara makro dan unsur hara mikro yang terdapat dalam tanah. Selain itu intensitas cahaya juga sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman yang utamanya yaitu dalam proses fotosintesis tanaman. Sitompul dan Guritno (1995), tinggi tanaman merupmbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat. Sebagai parameter pengukur pengaruh lingkungan, tinggi tanaman sensitif terhadap faktor lingkungan seperti cahaya.
Interaksi anatar dosis MOD dan dosis pemupukan kompos manure ayam broiler dan limbah kulit kopi memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap tinggi tanaman. Hasil yang tidak nyata menunjukkan bahwa pemberian kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi tidak memberikan pengaruh terhadap Indigofera zollingeriana.
Hasil penelitian pemanfaatan kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dengan berbagai dosis MOD (microorganisme decomposer) terhadap jumlah cabang Indigofera zollingeriana dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah cabang (cabang) Indigofera zollingeriana
Dosis MOD Dosis pemupukan Rataan
10 20 30
1 16,38 18,50 20,75 18,54b±2,19
2 17,88 19,75 21,50 19,71a±1,81
Rataan 17,13c±1,08 19,12b±0,88 21,12a±0,53
Keterangan : M1 = pupuk manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dengan MOD 1 liter/ton, M2= = pupuk manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dengan MOD 2 liter/ton Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata pada uji Duncan (P<0,05).
Nilai rataan tertinggi produksi bahan kering tiap perlakuan pemberian dosis pupuk kompos terdapat pada perlakuan dosis 30 ton/ha/thn (P3) sebesar 21,12 dan produksi bahan kering terendah terdapat pada perlakuan dosis 10 ton/ha/thn (P1) 17,13. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dapat meningkatkan jumlah cabang Indigofera zollingeriana. Hal ini disebabkan karena pemberian kompos yang diberikan pada tanah akan merubah sifat fisik tanah terutama struktur tanah. Selain itu juga dapat menyebabkan peningkatan terhadap ketersediaan air yang sangat penting yang dibutuhkan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman. Ha ini dikarenakan kompos mengandung unsur hara N, P, K, sehingga pembentukan cabang lebih banyak. Peningkatan nilai karakter vegetatif seperti tinggi tanaman dan jumlah cabang disebabkan oleh peranan dari unsur nitrogen. Peranan utama nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun (Hardjowigeno, 2007). Tanaman memerlukan hara yang sesuai dengan kebutuhannya dalam melakukan proses pertumbuhan dan perkembangan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
- Pemberian dosis MOD 2 liter/ton memiliki produksi bahan segar, produksi bahan kering, tinggi tanaman dan jumlah cabang yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan dosis MOD 1 liter/ton.
- Semakin tinggi penggunaan dosis kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi sampai dosis 30 ton/ha/thn maka dapat meningkatkan produksi bahan segar, produksi bahan kering, tinggi tanaman dan jumlah cabang Indigofera zollingeriana.
- Pemberian dosis MOD 2 liter/ton dengan dosis pemupukan 30 ton/ha/thn dapat meningkatkan produktivitas Indigofera zollingeriana yang paling baik.
Saran
TINJAUAN PUSTAKA
Kompos
Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan,
jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota dan sebagainya. Proses pelapukan bahan-bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan
manusia. Secara garis besar, membuat kompos berarti merangsang perkembangan bakteri (jasad-jasad renik) untuk menghancurkan atau menguraikan bahan- bahan yang dikomposkan hingga terurai menjadi senyawa lain. Proses penguraian tersebut mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik
sukar larut menjadi senyawa organik larut sehingga berguna bagi tanaman (Marsono dan Lingga, 2004).
Kandungan zat hara dalam kompos terdiri dari karbon 8,2%, nitrogen 0,09%, fosfor 0,36%, kalium 0,81%, komponen kompos terdiri dari cairan 41% dan bahan kering 59%. Kadar C/N dalam kompos umumnya 23. C/N merupakan perbandingan karbon dan nitrogen. Pupuk dengan C/N yang tinggi kurang baik diberikan ke tanaman karena proses peruraian selanjutnya akan terjadi di dalam tanah. CO2 yang dihasilkan dari peruraian tersebut akan berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman (Prihmantoro, 2003).
mikroorganisme tanah. Keadaan ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (Sutanto, 2002).
Pengomposan merupakan proses perombakan (dekomposisi) dan stabilisasi bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaan lingkungan yang terkendali (terkontrol) dengan hasil akhir berupa humus dan kompos
(Simamora dan Salundik, 2006).
Prinsip pengomposan adalah menurunkan nilai nisbah C/N bahan organik menjadi sama dengan nisbah C/N tanah. Nisbah C/N adalah hasil perbandingan antara karbohidrat dan nitrogen yang terkandung di dalam suatu bahan. Nilai nisbah C/N tanah adalah 10-12. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N sama dengan tanah memungkinkan bahan tersebut dapat diserap oleh tanaman (Djuarnani et al, 20005).
Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa organisme
hidup. Pupuk organik yang sering digunakan adalah pupuk kandang dan kompos.
Rachman Sutanto (2002) mengemukakan bahwa secara garis besar keuntungan yang
diperoleh dengan memanfaatkan pupuk organik adalah mempengaruhi sifat fisik,
kimia dan biologis tanah.
ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup pula dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pukan lainnya (Hartatik dan Widowati, 2008).
Pupuk organik dapat menambah kandungan bahan organik tanah dan memperbaiki sifat fisik maupun biologi tanah. Terhadap tanah, bahan organik dapat meningkatkaan kemantapan agregat, infiltrasi, daya menahan air, meningkatkan jumlah pori makro dan mikro serta merupakan sumber energi bagi kegiatan biologis tanah (Sarief, 1986). Lebih lanjut, pengaruh pupuk tersebut akan lebih berhasil bagi tanaman apabila memperhatikan dosis, macam, dan waktu pemberian.
Tiap jenis tanaman mempunyai kebutuhan unsur hara yang berrbeda. Tanaman keras (tahunan) lebih banyak mengambil unsur hara yang berbeda. Tanaman keras lebih banyak mengambil unsur hara dibanding tanaman semusim (legum maupun rumputan). Tanaman legum dapat memfiksasi N melalui simbiosis dengan bakteri Rhizobium, sedangkan rerumputan menyerap N dari dalam tanah. Unsur utama yang dibutuhkan tanaman adalah N, P, dan K. Tanaman yang kekurangan ketiga unsur ini akan mengalami gejala defisiensi yang terlihat pada organ tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
bisa memperoleh pemupukan yang optimal perlu diketahui unsur hara dalam tanah, keasaman, tekstur tanah, sifat tanah (AAK, 1992).
Kualitas pupuk organik harus memenuhi standar mutu atau persyaratan teknis minimal pupuk organik. Persyaratan teknis minimal pupuk organik dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Persyaratan teknis minimal pupuk organik
No. Parameter Kandungan
Padat Cair
Sumber : SNI Nomor 19-0428-1989
Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, menghemat pemakaian pupuk kimia (Hadisumitro, 2009).
Ada dua mekanisme proses pengomposan berdasarkan ketersediaan oksigen bebas, yakni pengomposan secara aerob dan anaerob.
Pengomposan secara Aerob
Dalam sistem ini, kurang lebih 2/3 unsur karbon (C) menguap menjadi CO2 dan sisanya 1/3 bagian bereaksi dengan nitrogen dalam sel hidup. Selama proses pengomposan aerobik tidak timbul bau busuk. Selama proses pengomposan berlangsung akan terjadi reaksi eksotermik sehingga timbul panas akibat pelepasan energi (Sutanto, 2002).
Hasil dari dekomposisi bahan organik secara aerobik adalah CO2, H2O (air), humus, dan energi. Proses dekomposisi bahan organik secara aerobik dapat disajikan dengan reaksi sebagai berikut :
Mikroba aerob
Bahan organik CO2 + H2O + Humus + Hara + Energi (Djuarnani et al, 2005).
Pengomposan secara Anaerob
Dekomposisi secara anaerob merupakan modifikasi biologis pada struktur kimia dan biologi bahan organik tanpa kehadiran oksigen (hampa udara). Proses ini merupakan proses yang dingin dan tidak terjadi fluktuasi temperature seperti yang terjadi pada proses pengomposan secara aerobik . Namun, pada proses anaerobik perlu tambahan panas dari luar sebesar 300 ̊C (Djuarnani et al, 2005).
Kandungan zat hara dalam kompos terdiri dari karbon 8,2%, nitrogen 0,09%, fosfor 0,36%, kalium 0,81%, komponen kompos terdiri dari cairan 41% dan bahan kering 59%. Kadar C/N dalam kompos umumnya 23. C/N merupakan perbandingan karbon dan nitrogen. Pupuk dengan C/N yang tinggi kurang baik diberikan ke tanaman karena proses peruraian selanjutnya akan terjadi di dalam tanah. CO2 yang dihasilkan dari peruraian tersebut akan berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman (Prihmantoro, 2003).
Manure Ayam
Manure ayam merupakan salah satu limbah yang dihasilkan baik ayam petelur maupun ayam pedaging yang memiliki potensi yang besar sebagai pupuk organik. Komposisi kotoran sangat bervariasi tergantung pada sifat fisiologis ayam, ransum yang dimakan, lingkungan kandang termasuk suhu dan kelembaban. Kotoran ayam merupakan salah satu bahan organik yang berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan pertumbuhan tanaman. Kotoran ayam mempunyai kadar unsur hara dan bahan organik yang tinggi serta kadar air yang rendah. Setiap ekor ayam kurang lebih menghasilkan ekskreta per hari sebesar 6,6% dari bobot hidup (Taiganides, 1977). Kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara N 1%, P 0,80%, K 0,40% dan kadar air 55% (Lingga, 1986).
Unsur phospor (P) bagi tanaman lebih banyak berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar tanaman muda. Unsur kalium (K) berperan dalam membentuk protein dan karbohidrat bagi tanaman (Setiawan, 1996).
Tabel 1. Jenis dan kandungan hara pada beberapa kotoran ternak Ternak dan Bentuk Kotoran Nitrogen
(%)
Hasil analisis yang dilakukan oleh Suryani et al (2010), bakteri yang ditemukan pada kotoran ternak ayam antara lain Lactobacillus achidophilus, Lactobacillus reuteri, Leuconostoc mensenteroide dan Streptococcus thermophilus, sebagian kecil terdapat Aktinomycetes dan kapang. Raihan (2000),
meningkatkan kadar P, K, Ca dan Mg tersedia. Pengaruh Pupuk Terhadap Kesuburan Tanah
Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, menghemat pemakaian pupuk kimia (Hadisumitro, 2009).
Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah. Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisika tanah yang lain adalah terhadap peningkatan porositas tanah. Porositas tanah adalah ukuran yang menunjukkan bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah yang terisi oleh udara dan air (Atmojo, 2013).
Proses Mekanisme Penyerapan Unsur Hara
Tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar atau melalui daun. Unsur C dan O diambil tanaman dari udara sebagai CO2 melaui stomata daun dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil dari air tanah H2O oleh akar tanaman. Dalam jumlah sedikit air juga diserap tanaman melalui daun. Penelitian dengan unsur radioaktif menunjukkan bahwa hanya unsur H dari air yang digunakan
Gambar 1. Mekanisme pengikatan nitrogen
Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting di dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Tanaman harus mengekstraksi kebutuhan nitrogennya dari dalam tanah. Sumber nitrogen yang terdapat dalam tanah, makin lama makin tidak mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga perlu diberikan pupuk sintetik yang merupakan sumber nitrogen untuk mempertinggi produksi. Keinginan menaikkan produksi tanaman untuk mencukupi kebutuhan pangan, berakibat diperlukannya pupuk dalam jumlah yang banyak (Dewi, 2007).
Kulit Kopi
Gambar 2. Kulit kopi
Limbah kulit kopi merupakan limbah pabrik yang dapat dijadikan alternatif sebagai pupuk organik yang jarang sekali dimanfaatkan, padahal limbah kulit kopi mempunyai kandungan unsur makro yang sangat baik bagi tanaman. Diantarnya yaitu nitrogen, fosfor dan kalium sehingga limbah kulit kopi ternyata dapat memperbaiki kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun (Haryani, 2012).
Tabel 2. Kandungan zat gizi kulit kopi Zat Nutrisi Kandungan (%)
Tanpa diamoniasi
Sumber: Hasil Analisa Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Program Studi Peternakan FP USU (2010)
MOD-71
MOD-71 merupakan bioaktivator berbentuk cairan yang mengandung isolat asli alam Indonesia, seperti Azotobacter, Bacillus, Nitromonas, Nitrobacter, Pseudomonas, Chytophaga, Sporocytophaga, Micrococcus, Actinomycetes,
Streptomyces, sedangkan dari jenis fungi adalah Trichoderma, Aspergillus
Gliocladium dan Penicilium (Utomo, 2009).
MOD berfungsi dalam proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik. MOD juga bermanfaat dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman, menyehatkan tanaman, meningkatkan produksi tanaman, menjaga kestabilan produksi (Indriani, 1999).
Fermentasi
Fermentasi juga sering didefinisikan sebagai pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerob yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi terutama adalah karbohidrat, sedangkan asam amino dapat difermentasikan oleh beberapa janis bakteri tertentu (Adams, 2000).
Indigofera zollingeriana
Hijauan
Makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Termasuk kelompok makanan hijauan ini ialah bangsa rumput (graminae), leguminosa dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka, aur, daun waru, dan lain sebagainya. Kelompok makanan hijauan ini biasanya disebut makanan kasar. Hijauan sebagai bahan makanan ternak bisa diberikan dalam dua bentuk, yaitu hijauan segar dan hijauan kering. 1. Hijauan segar ialah makanan yang berasal dari hijauan yang diberikan dalam
bentuk segar. Termasuk hijauan segar ialah rumput segar, lguminosa segar dan silase.
2. Hijauan kering ialah makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja dikeringkan (hay) ataupun jerami kering.
Sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan penting, sebab hijauan mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan. Khususnya di Indonesia, bahan makanan hijauan memegang peranan istimewa karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah besar (AAK, 1983).
karena ia mampu menyuplai kebutuhan protein ternak. Selain itu, tanaman legum juga banyak memeiliki manfaat lain yaitu sebagai penyubur tanah, sebagai penyuplai nitrogen bagi rumput, dan sebagai tanaman vegetasi pencegah erosi (Hasan, 2012).
Deskripsi Tanaman Indigofera
Indigofera Sp adalah hijauan pakan jenis leguminosa pohon yang memiliki
kualitas nutrisi yang tinggi dan tahan terhadap kekeringan, sehingga dapat menjadi sumber pakan pada musim kemarau. Jenis rumput ini sangat cocok untuk dikembangkan di propinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki curah hujan yang sangat rendah yaitu 3 (tiga) bulan basah, selebihnya adalah musim kering. Indigofera Sp merupakan tanaman dari kelompok kacangan (family : Fabaceae)
dengan genus Indigofera dan memiliki 700 spesies yang tersebar di Benua Afrika, Asia dan Amerika Utara. Sekitar tahun 1900 Indigofera sp dibawa ke Indonesia, oleh kolonial Eropa serta terus berkembang secara luas (Tjelele, 2006). Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang kaya akan nitrogen, fosfor dan kalsium. Indigofera Sp mengandung pigmen indigo, yang sangat penting untuk pertanian komersial pada daerah tropik dan sub tropik, selanjutnya dapat digunakan sebagai hijauan pakan ternak dan suplemen kualitas tinggi untuk ternak ruminansia (Haude, 1997).
Indigofera sp. sangat baik dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak dan
serat yang relatif rendah dan tingkat kecernaan yang tinggi 77% tanaman ini sangat baik sebagai sumber hijauan baik sebagai pakan dasar maupun sebagai pakan suplemen sumber protein dan energi, terlebih untuk ternak dalam status produksi tinggi (laktasi). Karena toleran terhadap kekeringan, maka Indigofera Sp. dapat dikembangkan di wilayah dengan iklim kering untuk mengatasi
terbatasnya ketersediaan hijauan terutama selama musim kemarau. Keunggulan lain tanaman ini adalah kandungan tanninnya sangat rendah berkisar antara 0,6-1,4 ppm (jauh di bawah taraf yang dapat menimbulkan sifat anti nutrisi). Rendahnya kandungan tannin ini juga berdampak positif terhadap palatabilitasnya (disukai ternak) (BBPP Kupang, 2013).
Klasifikasi Indigofera
Klasifikasi tanaman Indigofera sp. (Hassen et al., 2007) sebagai berikut: Divisi: Spermatophyta, Subdivisio :Angiospermae, Class :Dicotyledonae, Family:
Rosales, Subfamily : Leguminosa, Genus: Indigofera, Spesies: Indigofera zollingeriana. Menurut Ngo van Man et al. (1995) laju pertumbuhan Indigofera
Sp. pada tanah masam dengan pH 4,5-5,0, lebih cepat sebesar 9,8 cm per dua
minggu, dari pada Leucaena Sp. sebesar 7,8 cm per dua minggu. Sedangkan laju pertumbuhan tanaman paling lambat adalah, Desmodium dan Flemingia congesta berturut-turut Sebesar 4,8 dan 4,5 cm per dua minggu. Pertumbuhan Indigofera. zollingeriana pada tanah latosol coklat pH 6,8 (netral) dengan kondisi kapasitas
(Herdiawan, 2013). Indigofera sp. memiliki toleransi yang luas terhadap tanah masam, salin, genangan dan cekaman kekeringan (Yuhaeni, 1989).
Kandungan Nutrisi Indigofera zollingeriana.
Leguminosa pohon Indigofera Sp. dapat digunakan sebagai pakan basal ternak kambing pengganti rumput. Taraf penggunaan Indigofera sp. sebagai pakan basal berkisar antara 25-75% dari total BK pakan (Simanihuruk & Sirait 2009). Pemanfaatan pelet Indigofera sp. Sebagai pengganti konsentrat pada taraf 40% dari total ransum yang diberikan pada kambing Saanen dan PE dapat memperbaiki efisiensi pemanfaatan nutrien menjadi produk susu. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi pakan harian, peningkatan nilai kecernaan pakan, serta peningkatan produksi susu harian kambing PE laktasi ke-2 dan kambing Saanen laktasi ke-3 (Apdini, 2011). Akbarillah et al. (2010) melaporkan bahwa penggunaan daun Indigofera segar 15% menurunkan konsumsi pakan, produksi telur, berat telur dan menaikkan konversi pakan. Penggunaan Indigofera segar 10% masih baik pengaruhnya terhadap produksi telur, berat telur dan perbaikan warna yolk. Hassen et al. (2007) menyatakan bahwa Indigofera memiliki palatabilitas yang rendah pada musim hujan, tetapi akan meningkat setelah akhir musim kering ketika tajuk kedua siap untuk dipanen.
Table 3. Komposisi Nutrisi Indigofera Sp.
Nutrisi Komposisi
Energi Kasar 4,038 Kkal/kg
Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kapasitas produksi tanah. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik, pupuk anorganik, ataupun campuran keduanya. Menurut Sutejo (1995), penggunaan pupuk organik biasanya ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Walaupun kandungan unsur hara dalam pupuk organik relatif lebih kecil dibanding pupuk anorganik namun bila sifat fisik menjadi baik maka sifat kimia tanah pun akan berubah.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manure ayam merupakan limbah yang dihasilkan baik ayam petelur maupun ayam pedaging yang memiliki potensi yang besar sebagai pupuk organik dan salah satu bahan organik yang berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan pertumbuhan tanaman. Manure ayam mempunyai kadar unsur hara dan bahan organik yang tinggi serta kadar air yang rendah. Manure ayam memiliki kandungan unsur hara N 1,5%, P 1,3%, K 0,8% bahan organik 29% dan kadar air 57% (Lingga, 1991).
Pemberian pupuk manure ayam dapat memperbaiki struktur tanah yang sangat kekurangan unsur organik serta dapat memperkuat akar tanaman. Itulah sebabnya pemberian pupuk organik padat sangat diperlukan agar tanaman dapat tumbuh. Dari kenyataan yang ada bahwa masyarakat petani berpendapat bahwa manure ayam sangat baik jika diberikan pada tanaman namun harus menggunakan dosis dan tata cara tertentu. Selain itu, manure ayam sangat mudah diperoleh karena sampai saat ini pemeliharaan ayam yang terbanyak dilakukan masyarakat.
Pemanfaatan manure ternak merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi kelangkaan dan naiknya harga pupuk. Sampai saat ini pemanfaatan manure ternak sebagai pupuk belum dilakukan petani secara optimal.
Besarnya produksi biji kopi di Indonesia tentunya menghasilkan limbah kulit kopi yang semakin besar pula. Limbah kulit kopi merupakan limbah organik (padat) yang dihasilkan dari perkebunan kopi ataupun dari pabrik pengolahan kopi menjadi biji kopi, yang jika tidak dimanfaatkan akan terbuang dan menimbulkan pencemaraan. Limbah padat buah kulit kopi belum dimanfaatkan secara optimal, padahal memiliki kadar bahan organik dan unsur hara yang dapat memperbaiki struktur tanah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk penanganan jumlah limbah kulit kopi yang semakin meningkat yaitu dengan cara mengolah limbah kulit kopi menjadi kompos.
Penambahan bioaktivator MOD-71 untuk pengomposan digunakan untuk memperkaya limbah kopi dan manure ayam karena dalam bioaktivator tersebut banyak sekali mengandung bakteri dan fungi yang dapat mempercepat proses pengompsan.
Limbah kulit kopi dan manure ayam dapat digunakan sebagai kompos untuk berbagai komoditas hijauan. Salah satunya adalah hijauan leguminosa Indigofera karena dapat merangsang pertumbuhan serta menambah kesuburan tanah yang akan berdampak pada kesuburan tanaman itu sendiri.
Semakin baik apabila untuk disampingkan memiliki kebun kopi yang ditanamai Indigofera zollingeriana sebagai tanaman pagar pada kebun kopi dan sekaligus memelihara ternak ruminansia.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemanfaatan kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dengan berbagai dosis MOD (Microorganisme Decomposer) terhadap produktivitas Indigofera zollingeriana.
Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh pemanfaatan kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dengan berbagai dosis MOD (Microorganisme Decomposer) terhadap produktivitas (produksi bahan segar, bahan kering, tinggi
tanaman dan jumlah cabang) dari Indigofera zollingeriana.
Hipotesis Penelitian
Pemanfaatan kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dengan berbagai dosis MOD (Microorganisme Decomposer) mampu meningkatkan produktivitas leguminosa Indigofera zollingeriana yang diukur dari produksi bahan segar, produksi bahan kering, tinggi tanaman dan jumlah cabang. Kegunaan Penelitian
ABSTARK
PUTRI ANGGUN RUMONDANG, 2017 : Pemanfaatan Kompos Campuran Manure Ayam Broiler dan Limbah Kulit Kopi dengan Berbagai Dosis MOD (Microorganisme Decomposer) Terhadap Produktivitas Indigofera zollingeriana. Dibimbing oleh NURZAINAH GINTING dan MA’RUF TAFSIN.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dengan berbagai dosis MOD (Microorganisme Decomposer) terhadap produktivitas Indigofera zollingeriana. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Program Studi Peternakan Universitas Sumatera Utara dimulai dari bulan April sampai dengan November 2016. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan petak terbagi (split plot design) dengan 4 ulangan. Faktor I dosis pemberian MOD (liter/ton), M1= 1 dan M2= 2. Faktor II dosis pupuk kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi (ton/ha/thn). P1= 10, P2=20, P3=30. Peubah yang diamati adalah produksi bahan segar, produksi bahan kering, tinggi tanaman, dan jumlah cabang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis MOD dan pemberian dosis pemupukan kompos memberikan pengaruh nyata terhadap produksi bahan segar, produksi bahan kering, tinggi tanaman, dan jumlah cabang Indigofera zollingeriana. Pemberian kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dengan berbagai dosis MOD memberikan pengaruh nyata terhadap produksi bahan segar, produksi bahan kering, tinggi tanaman, dan jumlah cabang. Kesimpulan dari penelitian ini semakin meningkat dosis MOD dan juga semakin meningkat dosis pemupukan pada Indigofera zollingeriana hasilnya semakin bagus.
ABSTARK
PUTRI ANGGUN RUMONDANG LUBIS, 2017: Utilization of Broilers Chicken Manure Compost Mixed and Leather Waste Coffee with Various Dosage MOD (Microorganisme Decomposer) on Production of Indigofera zollingeriana. Supervised by NURZAINAH GINTING and MA’RUF TAFSIN.
This study aims to determine effects of utilization of broilers chicken manure compost mixed and leather waste coffee with various dosage MOD (microorganisme decomposer) on production of indigofera zollingeriana. Research conducted at the farm experimental Faculty of Agriculture Departmen of Animal Husbandry University of North Sumatra in April-November 2016. The design used in the study was split plot design with four replications. First factor (M): dosage decomposer (liters/ton), M1= 1 and M2= 2. Second factor (P): dosage was fertilizier of broilers chicken manure compost mixed and leather waste coffee (ton/ha/year), P1=10, P2=20, P3=30. The variable were studied fresh weight productio, dry weight production, plant height and number of branches.
The results showed that dosage decomposer and dosage of fertilizer compost significantly (P<0,05) affect fresh weight productio, dry weight production, plant height and number of branches Indigofera zollingeriana. The utilization of broilers chicken manure compost mixed and leather waste coffee with various dosage MOD ffect fresh weight productio, dry weight production, plant height and number of branches. It is conclded that increasing dosage decomposer and increasing the dosage of fertilizer on Indigofera zollingeriana results are getting better.
PEMANFAATAN KOMPOS CAMPURAN MANURE AYAM
BROILER DAN LIMBAH KULIT KOPI DENGAN BERBAGAI
DOSIS MOD (Microorganisme Decomposer) TERHADAP
PRODUKTIVITAS Indigofera zollingeriana
SKRIPSI
PUTRI ANGGUN RUMONDANG LUBIS 120306042
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEMANFAATAN KOMPOS CAMPURAN MANURE AYAM
BROILER DAN LIMBAH KULIT KOPI DENGAN BERBAGAI
DOSIS MOD (Microorganisme Decomposer) TERHADAP
PRODUKTIVITAS Indigofera zollingeriana
SKRIPSI
PUTRI ANGGUN RUMONDANG LUBIS 120306042/PETERNAKAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Penelitian : Pemanfaatan Kompos Campuran Manure Ayam Broiler dan Limbah Kulit Kopi dengan Berbagai Dosis MOD
(Microorganisme Decomposer) Terhadap Pertumbuhan Indigofera zollingeriana
Nama : Putri Anggun Rumondang Lubis
NIM : 120306042
Program Studi : Peternakan
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Nurzainah Ginting M.Sc) (Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si) Ketua Anggota
Mengetahui,
(Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si) Ketua Program Studi Peternakan
ABSTARK
PUTRI ANGGUN RUMONDANG, 2017 : Pemanfaatan Kompos Campuran Manure Ayam Broiler dan Limbah Kulit Kopi dengan Berbagai Dosis MOD (Microorganisme Decomposer) Terhadap Produktivitas Indigofera zollingeriana. Dibimbing oleh NURZAINAH GINTING dan MA’RUF TAFSIN.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dengan berbagai dosis MOD (Microorganisme Decomposer) terhadap produktivitas Indigofera zollingeriana. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Program Studi Peternakan Universitas Sumatera Utara dimulai dari bulan April sampai dengan November 2016. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan petak terbagi (split plot design) dengan 4 ulangan. Faktor I dosis pemberian MOD (liter/ton), M1= 1 dan M2= 2. Faktor II dosis pupuk kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi (ton/ha/thn). P1= 10, P2=20, P3=30. Peubah yang diamati adalah produksi bahan segar, produksi bahan kering, tinggi tanaman, dan jumlah cabang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis MOD dan pemberian dosis pemupukan kompos memberikan pengaruh nyata terhadap produksi bahan segar, produksi bahan kering, tinggi tanaman, dan jumlah cabang Indigofera zollingeriana. Pemberian kompos campuran manure ayam broiler dan limbah kulit kopi dengan berbagai dosis MOD memberikan pengaruh nyata terhadap produksi bahan segar, produksi bahan kering, tinggi tanaman, dan jumlah cabang. Kesimpulan dari penelitian ini semakin meningkat dosis MOD dan juga semakin meningkat dosis pemupukan pada Indigofera zollingeriana hasilnya semakin bagus.
ABSTARK
PUTRI ANGGUN RUMONDANG LUBIS, 2017: Utilization of Broilers Chicken Manure Compost Mixed and Leather Waste Coffee with Various Dosage MOD (Microorganisme Decomposer) on Production of Indigofera zollingeriana. Supervised by NURZAINAH GINTING and MA’RUF TAFSIN.
This study aims to determine effects of utilization of broilers chicken manure compost mixed and leather waste coffee with various dosage MOD (microorganisme decomposer) on production of indigofera zollingeriana. Research conducted at the farm experimental Faculty of Agriculture Departmen of Animal Husbandry University of North Sumatra in April-November 2016. The design used in the study was split plot design with four replications. First factor (M): dosage decomposer (liters/ton), M1= 1 and M2= 2. Second factor (P): dosage was fertilizier of broilers chicken manure compost mixed and leather waste coffee (ton/ha/year), P1=10, P2=20, P3=30. The variable were studied fresh weight productio, dry weight production, plant height and number of branches.
The results showed that dosage decomposer and dosage of fertilizer compost significantly (P<0,05) affect fresh weight productio, dry weight production, plant height and number of branches Indigofera zollingeriana. The utilization of broilers chicken manure compost mixed and leather waste coffee with various dosage MOD ffect fresh weight productio, dry weight production, plant height and number of branches. It is conclded that increasing dosage decomposer and increasing the dosage of fertilizer on Indigofera zollingeriana results are getting better.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan Sumatera Utara pada tanggal 04 Juli 1994 dari ayah Horas Lubis dan ibu Gusfaniar Hasibuan. Penulis merupakan anak keenam dari enam bersaudara.
Pada tahun 2012 penulis lulus dari SMA Swasta Harapan 1 Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN dan memilih Program Studi Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Peternakan (IMAPET) dan Bendahara Himpunan Mahasiswa Muslim Peternakan (HIMMIP).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Kompos Campuran Manure Ayam Broiler dan Limbah Kulit Kopi dengan Berbagai Dosis MOD (Microorganisme Decomposer) Terhadap Produktivitas Indigofera zollingeriana“.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih Ibu Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M. Sc dan Bapak Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si selaku
ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis. Pada juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua atas doa, semangat dan pengorbanan moril maupun materil yang telah diberikan selama ini.
Metode Penelitian... 20
Pelaksanaan Penelitian ... 22
Pembuatan Kompos ... 22
Persiapan Lahan ... 22
Pemupukan ... 23
Penanaman ... 23
Pemeliharaan ... 23
Panen (Pemotongan/Defoliasi) ... 23
Peubah yang diamati ... 24
Produksi Bahan Segar ... 24
Produksi Bahan Kering ... 24
Tinggi Tanaman ... 24
Jumlah Cabang ... 24
Analisis Data ... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Kimia Kompos ... 26
Produksi Bahan Segar ... 26
Produksi Bahan Kering ... 29
Tinggi Tanaman ... 30
Jumlah Cabang ... 32
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35
Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Jenis dan kandungan hara pada beberapa kotoran ternak... 8
2. Kandungan nutrisi kulit kopi ... 11
3. Kandungan nutrisi Indigofera Sp. ... 16
4. Persyaratan teknis minimal pupuk organik ... 19
5. Produksi bahan segar Indigofera zollingeriana... 27
6. Produksi bahan kering Indigofera zollingeriana ... 29
7. Tinggi Tanaman Indigofera zollingeriana ... 31