• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan hasil belajar PAI melalui penerapan metode simulasi pada siswa SMP Pasar Minggu Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan hasil belajar PAI melalui penerapan metode simulasi pada siswa SMP Pasar Minggu Jakarta Selatan"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :

NUR SYAMSIAH NIM: 1110011000166

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

FakultasIlmuTarbiyahdanKeguruan.

HubunganPenerapanMetodePembelajaranSimulasiDenganHasilBelajarPend idikan Agama Islam (Study KasuspadaSiswaKelas VII SMP Pasarminggu Jakarta Selatan).

Sripsi ini tenteng Hubungan penerapan Metode Pembelajaran Simulasi Dengan Hasil belajar pendidikan Agama Islam pada siswa SMP Pasarminggu Jakarta Selatan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi pendekatan kuantitatif.Dalam hal ini penulis mencari tingkat hubungan variabel X dan Y yang diteliti dengan rumus korelasi.

(6)

ii

Dengan mengucapkan syukur alhamdulilah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan parasahabatnya, serta kepada seluruh muslimin dan muslimat.

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, senantiasa penulis panjatkan kepada-Nya. Karena atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang tidak mungkin dapat hidupman diri. Begitu pula dengan proses pelaksanaan penyusunan skripsi, penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan do’a dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Sebagai ungkapan rasa hormat yang teramat sangat, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr.H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, berkat jasa beliau penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, beliau juga yang senantiasa memberikan yang terbaik untuk seluruh mahasiswa Pendidikan Agama Islam. 3. Dr. Anshori LAL, M.A, selaku dosen pembimbing, berkat jasa beliau, penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

4. Endang Triastuti, S.Pd., kepala sekolah SMP Pasarminggu Jakarta Selatan, yang telah memberikan penulis kesempatan untuk mengadakan penelitian di sekolah.

5. Keluarga Besar SMP Pasarminggu Jakarta Selatan.

(7)

iii

untuk penulis, agar senantiasa mendapatkan ridho-Nya di setiap langkah perjuangan dalam menempuh perjalanan yang berliku untuk menggapai kesuksesan.

8. Keluargatercinta yang telah memberikan dorongan dan pengorbanan selama penyusunan skripsi ini.

9. Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan banyak inspirasi kepada penulis.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang turut memberikan do’a dan dukungan selama proses penyusunan skripsi.

Penulis panjatkan do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa yang telah mereka berikan menjadi amal shaleh dan mendapatkan balasan yang jauh lebih baik dari-Nya.Amin.

Akhirulkalam, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, dan dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang konstruktif. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, April 2014 Penulis

(8)

iv

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunaan Penelitian ... 5

G. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Metode Pembelajaran Simulasi ... 7

1. Pengertian Metode Simulasi ... 7

2. Kelebihan Metode Simulasi... 11

3. Kelemahan Metode Simulasi ... 11

4. Jenis-jenis Metode Simulasi ... 12

5. Langkah-langkah Simulasi ... 13

B. Pendidikan Agama Islam ... 14

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 14

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 15

(9)

v

2. Ciri-cirihasil Belajar ... 23

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar .. 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

1. Tempat Penelitian ... 26

2. Waktu Penelitian ... 26

B. Metode Penelitian ... 27

C. Populasi dan Sampel ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Teknik Analisis Data ... 28

F. Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 33

1. Gambaranumum SMP Pasarminggu ... 33

2. VisidanMisiSMP Pasarminggu ... 33

3. Sarana dan Prasarana ... 34

4. Struktur Organisasi dan Fungsi ... 35

B. Analisa Hubungan Dua Variabel ... 37

C. Analisis dan Interpretasi Data ... 52

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(10)

1

A. Latar Belakang Masalah

Derasnya arus perubahan di negeri ini setidaknya mampu membuka mata untuk melihat sejauh mana kejumudan dunia pendidikan secara umum dan pendidikan Islam pada khususnya dalam membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Diantara kejumudan yang selama ini menghantui pendidikan Islam adalah dalam hal menerapkan metode dalam proses pembelajaran. Berbagai pendapat dan komentar tentang kejumudan dan ketidakefektifan metode pembelajaran agama Islam pun bermunculan.

Armai Arief mengatakan bahwa:

Persoalan-persoalan yang selalu menyelimuti dunia pendidikan Islam sampai saat ini adalah seputar tujuan dan hasil yang tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat, metode pembelajaran yang statis dan kaku, sikap dan mental pendidik yang dirasa kurang mendukung proses, dan materi pembelajaran yang tidak progresif. Kurang kreatifnya guru agama dalam menggali metode yang bisa dipakai untuk pendidikan agama menyebabkan pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton, yang perlu dicarikan alternatif jalan keluarnya adalah persoalan metode.1

Pendidikan Agama Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikan ke arah tujuan yang dicita-citakan. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik dianggap lebih signifikan dibanding dengan materi itu sendiri. Adalah sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi anak didik walaupun sebenarnya materi yang disampaikan tidak terlalu menarik. Sebaliknya, materi yang cukup baik, karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi itu sendiri kurang dapat dicerna oleh anak didik. Oleh karena itu, penerapan metode yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses pembelajaran. Misalnya pembelajaran materi akhlak, karena akhlak tidak hanya bersifat intelektual melainkan juga bersifat emosional.

1

(11)

Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam kompetensi dasar. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang percuma hanya karena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi kelas. Kebebasan yang di makasud di sini adalah kebebasan dalam batas-batas kewajaran, misalnya anak-anak dalam urusan pribadi seperti dalam permainan berikanlah kepadanya kebebasan untuk menggunakan permainan itu dengan caranya sendiri, karena permainan mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan si anak, antara lain memperlancar pertumbuhan fisiknya, menumbuhkan kecakapan dan mengembangkan bakat yang ada padanya. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan mengenal (ekspolrasi) pada anak adalah dengan aktivitas sendiri (permainan) para ahli psikolog mengatakan bahwa aktivitas pribadi ini penting sekali dalam belajar agar pelajaran dapat tercapai dengan baik maka pelajar harus ikut aktif berusaha.dengan demikian akan mengenal segala sesuatu mudah terpenuhi .di masa anak-anak aktivitas sendiri yang dapat dilakukan adalah bermain.

Pada anak SMP permainan tidak menentu disinilah letak pentingnya peranan orang tua dan para pendidik dalam membimbing anak untuk mempergunakan permainan sebagai cara untuk mengenal lingkungan .orang tua adalah guru pertama, karena rumah adalah lingkungan pendidikan yang pertama. Sedangkan menurut Islam orang tua adalah pemegang amanah Allah untuk memelihara keluarga sebagaiman firman Allah

اًراَن ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفْ نَأ اوُق اوُنَمآ َنيِذّلا اَهّ يَأ اَي

:مرحتلا(

6

)

Hai oarang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu api neraka”.

(At-Tahrim: 6).

(12)

maka yang terjadi sudah mulai tumbuh ke arah yang kurang baik dapat segera diperbaiki dan anak yang sejak awal sudah mempunyai dasar yang baik di rumah dapat dilanjutkan pembinaanya dengan cara yang lebih baik. Pendidikan untuk anak SMP bertujuan memberikan kristalisasi moral dan norma kehidupan Islam yang menjadi sikap hidup anak. Kelak anak tidak lagi memerlukan pengawasan dari luar individunya dan memberikan kesempatan bagi terciptanya keterlibatan anak dan orang tuanya secara aktif dalam suatu proses belajar mengajar Islami yang berkelanjutan, yang berdasarkan kepada Al-Qur’an dan sunnah, dan juga keimanan yang mendalam kepada Allah SWT.

Pendidikan nilai-nilai tersebut harus ditanamkan kepada anak didik sedini mungkin, karena jika terlambat akan teramat sulit unutk membangun kembali kepribadian yang telah terbentuk (re-contruction of personality). Guru agama dalam hal ini mempunyai tugas yang cukup berat karena selain mengajarkan ilmu pengetahuan juga harus memperbaiki pribadi anak, sebagaimana orang tua, guru juga merupakan model yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian anak.

(13)

Untuk melaksanakan perintah Allah dan rasul-Nya itu maka Islam

menyerukan mempelajari renang, memanah dan menunggang kuda, sebagaimana

petunjuk Nabi SAW berikiut ini: dengan isnad (jalur perawi) baik jayyid (baik

/saleh), Ath-thabrani meriwayatkan bahawa Rasullah SAW bersabda: “segala

sesuatu yang tidak berkaitan dengan zikir (menyebutkan) nama-nama berjalanya

seseorang antar dua tujuan (untuk memanah), latihanya menunggang kuda, bermain dengan keluarganya dan belajar bereneng.”2

Inilah salah satu tujuan akhir

pembentukan karakter anaka muslim, yang dapat di peroleh melalui pemilihan

jenis permainan yang sesuai. Jelaslah bahwa pendidikan agama mempunyai

pengaruh terhadap tingkah laku anak juga merupakan yang utama dalam

pembentukan kepribadian muslim, karenamanusia mempunyai sifat yang meniru

apa yang dilihatnya.

Dari penjelasan di atas maka penulis ingin menulis skripsi dengan judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MELALUI PENERAPAN METODE SIMULASI PADA SISWA SMP PASARMINGGU JAKARTA SELATAN”.

B. Identifikasi Masalah

Dari penjelasan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Hubungan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap prestasi

pendidikan Pendidikan Agama Islam.

2. Hubungan kompetensi guru agama Islam terhadap prestasi materi Pendidikan

Agama Islam.

3. Hubungan kreatif guru agama dalam mengajar terhadap materi Pendidikan

Agama Islam.

4. Hubungan metode simulasi terhadap prestasi Pendidikan Agama Islam

2Abdullah Nashih ’Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam

(14)

5. Hubungan pengawasan dan bimbingan terhadap prestasi Pendidikan Agama

Islam.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari perluasan pembahasan dalam penelitian ini, maka

penulis membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut yaitu hanya membahas mengenai “hubungan penerapan metode pembelajaran simulasi/bermain dengan hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa SMP Pasarminggu Jakarta Selatan”.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah

tersebut sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan antara penerapan metode

pembelajaran simulasi/bermain dengan hasil belajar Pendidikan Agama Islam

pada siswa SMP Pasarminggu Jakarta Selatan?”.

E. Tujuan Masalah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

antara penerapan metode pembelajaran simulasi/bermain dengan hasil belajar

Pendidikan Agama Islam pada siswa SMP Pasarminggu Jakarta Selatan.

F. Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang di teliti maka harapan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini sedikit banyaknya memberikan kontribusi dalam

pengembangan ilmu pengajaran bidang pendidikan.

2. Berguna khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca dalam berupaya

meningkatkan mutu pendidiakn agama Islam dalam pembentukan perilaku

(15)

3. Sebagai bahan informasi awal untuk meneliti lebih lanjut permainan yang

cocok diberikan kepada anak khsusnya dalam pendidikan agama Islam.

4. Memberikan pemikiran tentang metode pengajaran yang dapat memberikan

dorongan kepada murid dalam belajar.

G. Sistematika Penulisan

Tehnik penulisan sistematika penulisan skripsi ini secara umum mengacu pada buku pedoma penulisan skripsi, tesis dan disertasi yang ditertibkan oleh UIN Jakarta tahun 2013.

Agar penulisan skripsi ini tergambar dengan jelas dan dapat dimengerti oleh pembaca, maka sistematikanya adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.

BAB II Kerangka teory yang berisikan pengertian metode simulasi, pengertian hasil belajar dan Pendidikan Agama Islam.

BAB III Metodologi penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, populasi dan sampel, tehnik pengumpulan data dan tehnik analisis data.

BAB IV Hasil penelitian, meliputi gambaran umum objek penelitian, deskripsi data, analisis data, dan interpretasi data.

(16)

7

A. Metode Pembelajaran Simulasi

1. Pengertian Metode Simulasi

Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Dan juga simulation, yang berarti tiruan atau perbuatan yang hanya berpura-pura saja. Simulasi dapat diartikan sebagai suatu cara pembelajaran dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan. Jadi, simulasi pada dasarnya semacam permainan dalam pembelajaran yang diangkat dari realita kehidupan. Tujuannya untuk memberikan pemahaman tentang suatu konsep atau dapat juga untuk melatih kemampuan memecahkan masalah yang bersumber dari realita kehidupan. Penekanan dalam metode simulasi adalah pada kemampuan siswa untuk berimitasi sesuai dengan objek yang diperankan. Pada titik finalnya diharapkan siswa mampu untuk mendapatkan kecakapan bersikap dan bertindak sesuai dengan situasi sebenarnya. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.

Menurut Sudrajat “Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu”.1 Dilihat dari pendekatannya pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan menurut Sudrajat yaitu “(1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan

1

(17)

pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach)”.2

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan dalam Abin Syamsudin Makmun, mengemukakan empat unsur strategi pembelajaran antara lain;

Pertama, menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik. Kedua, mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif. Ketiga, mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran. Keempat, menetapkan norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.3

Dilihat dari strateginya pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu exposition-discovery learning dan group-individual learning. Ditinjau dari cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan deduktif.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Menurut Wina Senjaya, strategi merupakan “a plan of operation something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”.4

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Wina Senjaya, mengemukakan teknik pembelajaran dapat diartikan “sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam

2

Ibid. 3

Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003)

4

(18)

mengimplementasikan suatu metode secara spesifik”.5 Seperti penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri yang akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlahnya terbatas.

Wina Senjaya, mengemukakan taktik pembelajaran, yaitu:

Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Seperti terdapat dua orang yang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam pelaksanaan yang satu cenderung serius yang satu santai dan diselingi humor.6

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan

taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh

maka terbentuk apa yang dinamakan model pembelajaran. Wina Senjaya, mengemukakan “Jadi model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.”7

Dengan kata lain metode pembelajaran

merupakan frame dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik

pembelajaran.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “Metode pembelajaran simulasi

adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan

kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang

dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan

penjelasan lisan”.8 Menurut definisi Depdiknas, “Metode pembelajaran simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk

mengembangkan keterampilan peserta didik (ranah kognitif maupun

(19)

keterampilan)”.9 Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke

dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan atau

keterbatasan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang

sesungguhnya.

Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.

Dalam simulasi apa yang didemonstrasikan harus memiliki pesan moral yang sesuai dengan tingkatan cara berfikir siswa, sehingga pemahaman mereka terhadap kejadian yang diperagakan tidak terhalang oleh apresiasi dan imajinasi anak murid. Banyak kejadian-kejadian masa lalu yang dapat disimpulkan, diantaranya ketegaran dan keadilan Umar bin Khattab dalam menetapkan suatu hukuman walaupun kepada anaknya sendiri.

Tujuan dari metode pembelajaran simulasi adalah:

a. Agar siswa mempunyai gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses terjadinya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, dan komponen-komponen yang membentuk sesuatu.

b. Untuk menghindari terjadinya verbalisme pada siswa c. Agar proses pembelajaran lebih menarik bagi siswa

d. Meminimalisir pembelajaran satu arah dari guru, dengan metode ini siswa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran.

9

(20)

e. Merangsang siswa untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencoba mempraktekan apa yang ada dalam teori menjadi sesuatu yang nyata (disimulasikan).10

2. Kelebihan Metode Simulasi

Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya adalah:

a. Aktivitas simulasi menyenangkan siswa sehingga siswa secara wajar terdorong untuk berpartisipasi.

b. Menggalakkan guru untuk mengembangkan aktivitas-aktivtas simulasi sendiri tanpa bantuan siswa.

c. Memungkinkan eksperimen tanpa memerlukanlingkungan yang sebenarnya.

d. Tidak memerlukan skill komunikasi yang pelik dalam bentuk aktivitas. e. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi

situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga,

masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.

f. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui

simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai

dengan topik yang disimulasikan.

g. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.

h. Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan

dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.

i. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses

permbelajaran.11

3. Kelemahan Metode Simulasi

Di samping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, di

antaranya:

10

Syaiful Bahri Djamarah, dkk., op.cit., h. 91

11Ibid

(21)

a. Efektivitasnya dalam memajukan proses belajar mengajar belum

terbuktikan oleh riset.

b. Sering mendapatkan kritik dari orang tua karena aktivitas ini melibatkan permainan.

c. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.

d. Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.

e. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.12

4. Jenis-jenis Metode Simulasi

Simulasi terdiri dari beberapa jenis, di antaranya: a. Sosiodrama

Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.

b. Psikodrama

Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.

c. Role Playing

Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi

12

(22)

peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Topik yang dapat diangkat untuk role playing misalnya memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau gambaran keadaan yang mungkin muncul pada abad teknologi informasi.

d. Peer Teaching

Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada teman-teman calon guru. Selain itu peer teaching merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya dan salah satu siswa itu lebih memahami materi pembelajaran.

e. Simulasi Game

Simulasi game merupakan bermain peranan, para siswa berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan mematuhi peraturan yang ditentukan.13

5. Langkah-langkah Simulasi

Dalam pelaksanaannya, metode pembelajaran simulasi harus selalu disertai dengan ceramah sebagai pengantar untuk melaksanakan simulasi. Langkah pelaksanaan simulasi bisa dibagi dalam tiga fase yaitu: pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan releksi serta evaluasi. Penyusunan langkah metode pembelajaran simulasi akan sangat tergantung dari materi yang harus dikuasai siswa.

a. Persiapan Simulasi

1) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi.

2) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.

3) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.

13

(23)

4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi. b. Pelaksanaan Simulasi

1) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran. 2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.

3) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan.

4) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.

c. Penutup

1) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.

2) Merumuskan kesimpulan.14

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Secara terminologis pendidikan Agama Islam berorientasi tidak hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan agama yangsifatnya Islamologi, melainkan lebih menekankan aspek mendidik dengan arah pembentukan pribadi Muslim yang ta’at, berilmu dan beramal shalih. Karena itu rumusan Pendidikan Agama Islam menurut beberapa ahli pendidikan adalah: Zuhairini dalam bukunya Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa “pendidikan Agama Islam berarti usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik supaya hidup sesuai dengan ajaran Islam”.15

14

Ibid., h. 95-96

15

(24)

Sementara itu Tayar Yusuf mendefinisikan Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:

“Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia Muslim, bertaqwa kepada Allah SWT. berbudi luhur dan berkepribadian luhur yang memahami, mengahayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya.16

Dalam hal ini Ahmad Tafsir memberikan pengertian bahwa “Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam”.17 Bila disingkat, pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadap seseorang agar menjadi muslim semaksimal mungkin.

Sementara itu Tim Penyusun Departemen Agama RI dalam buku Ilmu Pendidikan Islam, mengemukakan rumusan: Pendidikan dengan melalui ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta menjadikan agama Islam sebagai suatu pandangan hidup di dunia dan akhirat kelak.

Memperhatikan ke empat definisi mengenai Pendidikan Agama Islam di atas, jelaslah bahwa proses pendidikan agama Islam sekalipun konteksnya sebagai suatu bidang studi. Tidak sekedar menyangkut pemberian ilmu pengetahuan agama kepada siswa, melainkan yang lebih utama menyangkut pembinaan, pembentukan dan pengembangan kepribadian muslim yang ta’at beribadah dan menjalankan kewajibannya.

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam merupakan bidang studi yang dipelajari di sekolah, mulai dari tingkat Taman kanak-kanak sampai ke perguruan

16

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 35

17

(25)

tinggi. Hal ini menunjukan betapa pentingnya pendidikan Agama Islam dalam rangka pembentukan suatu kepribadian yang sesuai dengan tujuan dan tuntunan serta falsafah bangsa dan agama yang dianutnya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya Pendidikan Agama Islam di sekolah mempunyai dasar-dasar yang cukup kuat. Sebagaimana yang tercantum dalam ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang berbunyi: Kurikulum perlu terus dikembangkan secara dinamis dengan memperhatikan kepentingan dan kekhasan daerah serta pekembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, Pancasila, pendidikan agama dan pendidikan Kewarganegaraan, terus ditingkatkan dan dikembangkan disemua jalur, jenis dan jenjang pendidikan nasional, ilmu dasar, ilmu pengetahuan alam dan eksakta, ilmu pengetahuan sosial dan humaniora perlu dikembangkan secara serasi dan seimbang.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989

tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2, dinyatakan bahwa ini

kurikulum tiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat

pendidikan Pancasila, pendidikan Agama dan pendidikan

kewarganegaraan.

Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh Ahmad Tafsir berpendapat

bahwa “tujuan pendidikan agama Islam adalah terbentuknya orang yang

berkepribadian Muslim”.18

Secara khusus tujuan Pendidikan Agama Islam untuk sekolah

lanjutan tingkat pertama (SLTP) adalah sebagai berikut:

a. Memberikan ilmu pengetahuan Agama Islam

b. Memberikan pengertian tentang Agama Islam

c. Memupuk jiwa agama

d. Membimbing anak supaya beramal shaleh dan berakhlak mulia19

18

Ahmad Tafsir, op.cit., h. 46

19

(26)

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Dalam hal fungsi M. Arifin yang dikutip oleh Nur Uhbiyanti mengemukakan pendapatnya, bahwa “Pendidikan sebagai usaha membentuk pibadi manusia harus melalui proses yang panjang, dengan resultat (hasil) yang tidak dapat diketahui dengan segera, berbeda dengan membentuk benda mati yang dapat dilakukan sesuai dengan keinginan pembuatnya”.20 Dalam proses pembentukan tersebut diperlukan suatu perhitungan yang matang dan hati-hati berdasarkan pandangan dan pikiran-pikiran atau teori yang tepat, sehingga kegagalan atau kesalahan-kesalahan langkah pembentuknya terhadap anak didik dapat dihindarkan. Oleh karena itu, lapangan tugas dan sasaran pendidikan adalah makhluk yang sedang tumbuh dan berkembang yang mengandung berbagai kemungkinan. Bila kita salah membentuk, maka kita akan sulit memperbaikinya.

Pendidikan Islam pada khususnya yang bersumberkan nilai-nilai agama Islam disamping menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai tersebut, juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai Islam yang melandasinya adalah merupakan proses ikhtiariah yang secara paedagogis mampu mengembangkan hidup anak didik kepada arah kedewasaan/kematangan yang menguntungkan dirinya. Oleh karena itu, usaha ikhtiariah tersebut tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan atas trial and error (coba-coba) atau atas dasar keinginan dan kemauan pendidik tanpa dilandasi dengan teori-teori kependidikan yang dapat dipertanggungjawabkan secara paedagogis.

Islam sebagai agama wahyu yang diturunkan oleh Allah dengan tujuan untuk mensejahterakan dan membahagiakan hidup dan kehidupan umat manusia di dunia dan akhirat, baru dapat mempunyai arti fungsional dan aktual dalam diri manusia bilamana dikembangkan melalui proses

20

(27)

kependidikan yang sistematis. Oleh karena itu, teori-teori pendidikan Islam yang disusun secara sistematis merupakan kompas bagi proses tersebut.

Bila kita mengkaji ruang lingkup kependidikan Islam, mencakup segala bidang kehidupan manusia di dunia dimana manusia mampu memanfaatkan sebagai tempat menanam benih-benih amaliah yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti. Maka pembetukan sikap dan nilai-nilai amaliah dalam pribadi manusia baru dapat efektif bilamana dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan.

Teori-teori, hipotesa dan asumsi-asumsi kependidikan yang bersumberkan ajaran-ajaran Islam sampai kini masih belum tersusun secara ilmiah meskipun bahan bakunya tersedia, baik dalam kitab suci Al-Qur’an, Al-Hadis, maupun Qaul ulama. Untuk itu diperlukan penyusunan secara sistematis yang didukung dengan hasil penilaian yang luas.

Ilmu pendidikan Islam memiliki arti dan peranan penting dalam kehidupan. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Nur Uhbiyanti dan Abu Ahmadi mengemukakan bahwa “ilmu pendidikan Islam mempunyai fungsi melakukan pembuktian terhadap teori-teori kependidikan Islam yang merangkum aspirasi atau cita-cita Islam yang harus diiktisharkan agar menjadi kenyataan”.21

Selain itu juga, pendidikan agama Islam memberikan bahan-bahan informasi tentang pelakasanaan Pendidikan Islam tersebut. Ia memberikan bahan masukan yang berupa (Input) kepada ilmu ini, mekanisme proses kependidikan Islam dari segi operasional dapat dipersamakan dengan proses mekanisme yang berasal dari penerimaan in put (bahan masukan), lalu di proses dalam kegiatan pendidikan (dalam bentuk kelembagaan atau nonkelembagaan yang disebut-truput). Kemudian berakhir pada output (hasil yang yang diharapkan). Dari hasil yang diharapkan itu timbul umpan balik (feed back) yang mengoreksi bahan masukan (input). Mekanisme

21

(28)

proses semacam ini berlangsung terus selama proses kependidikan terjadi. Semakin banyak diperoleh bahan masukan (input) dari pengalaman operasional itu, maka semakin berkembang pula pendidikan agama Islam.

Di samping itu juga, pendidikan agama Islam mengoreksi (korektor) terhadap kekurangan teori-teori yang terdapat dalam ilmu pendidikan Islam itu sendiri. Sehingga kemungkinan pertemuan antara teori dan praktek smakin dekat, dan hubungan antara keduanya semakin bersifat interaktif (saling mempengaruhi).

Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, maka pendidikan agama Islam perlu dipelajari setiap Muslim, sebab fungsi pendidikan agama Islam adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan tercapai dan berjalan dengan lancar. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan tujuan yang bersifat struktural dan institusional.

Arti dan tujuan struktural menuntut terwujudnya struktur organisasi yang mengatur jalannya proses kependidikan baik dilihat dari segi vertikal maupun dari segi horizontal, dimana faktor-faktor pendidikan berfungsi secara intruksional (saling mempengaruhi satu sama lainnya) yang berarah pada pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Arti dan tujuan institusional mengandung implikasi bahwa proses pendidikan yang terjadi di dalam struktur organisasi itu dilembagakan untuk lebih menjamin proses pendidikan itu berjalan secara konsisten dan berkesinambungan mengikuti kebutuhan dan perkembangan manusia yang cenderung ke arah tingkat kemampuan yang optimal, dalam pelbagai jenis dan jalan kependidikan yang formal dan non formal dalam masyarakat.22

Dalam hal ini Asnelly mengungkapkan bahwa “Pendidikan Islam berfungsi sebagai sarana atau alat untuk menyelamatkan manusia dari siksaan api neraka”.23

Dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa fungsi Pendidikan Agama Islam, yaitu mengarahkan Pendidikan Islam agar dapat mencapai tujuan dari hidup seorang Muslim yakni berserah diri sepenuhnya kepada

22

Nur Uhbiyati, op.cit., h. 34

23

(29)

Allah, memberikan usaha-usaha pemupukan nilai-nilai luhur Islam terhadap kehidupan seorang Muslim dan yang paling penting adalah fungsi pendidikan agama Islam adalah membimbing, mengarahkan dan menuntun pendidik dan peserta didik agar selalu berpedoman kepada dasar pendidikan Islam, yakni Al-Qur’an dan Al-Hadit.

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga-lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan.

Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi.

Cronbach berpendapat bahwa “learning is shown by change in behavior as aresult of experience”. “Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”.24

Skinner, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa:

Belajar adalah suatu proses adapatasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara pogresif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya, bahwa belajar adalah… a process of progressive behavior adaptation. Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa proses adapatasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer).25

Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan:

24

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 13

25

(30)

“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).26

Gagne, dalam buku The Condition of Learning (1977) menyatakan bahwa “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ngatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sekolah ia mengalami situasi tadi”.27

Morgan dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengemukakan “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.28

Witherington, dalam bukunya Educational Psychology

mengemukakan “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.29

Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.30

Hasil belajar adalah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.31

26

(31)

Menurut Horward Kingsley yang dikutip oleh Nana Sudjana membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gage membagi lima kategori hasil belajar, yakni, (a) informasi verbal, (b) keterampilan motoris.32

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

Ranah kognitif “berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.”33

Ranah afektif“berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi”.34

Ranah psikomotoris “berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek raah psikomotoris, yakni (a) gerak reflek, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif”.35

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

(32)

2. Ciri-ciri hasil belajar

Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah “terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.36

Menurut Syaiful Bahri Djamarah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Perubahan yang terjadi secara sadar.

Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk kategori perubahan dalam pengertian belajar. Karena individu yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya, jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak menulis menjadi dapat menulis. Perubahan itu berlangsung terus menerus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang

36

(33)

bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya, perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis, dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang, melainkan akan terus dimiliki dan bahkan makin berkembang bila terus dipergunakan atau dilatih.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya. Dengan demikian, perubahan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah ditetapkannya.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.37

37

(34)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

a. Faktor Internal 1) Faktor Fisiologis

Secara umum fisiologis, seperti kesehatan yang prima,tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar.

2) Faktor Psikologis

Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis, tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya masing-masing. b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula berupa lingkungan sosial.

Lingkungan alam misalnya keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara. Sedangkan lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.

2) Lingkungan Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor ang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk ketercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan.

Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan guru. Berbicara kurikulum berarti berbicara mengenai komponen-komponennya, yani tujuan, bahan atau program, proses belajar mengajar, yakni tujuan, bahan atau program, proses belajar mengajar dan evaluasi.38

38

(35)

26

A. Tempat dan waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SMP Pasar Minggu yang beralamat di Jl. Asem Pejaten Indah II Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan Kelurahan Pasar minggu, Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan.

2. Waktu Penelitian

Adapun alokasi waktu dalam melakukan penelitian ini yaitu dari bulan Januari – Mei 2014 dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Pelaksanaan

Januari Februari Maret April Mei

1. Penyusunan Proposal

2. Observasi lokasi

3. Pengumpulan dokumen

4. Penyusunan teori 5. Penyusunan

instrument angket 6. Penyebaran angket 7. Pengolahan dan

analisis data

8. Penyusunan laporan penelitian

(36)

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitian lapangan melalui teknik analisis korelasional. Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan terjun langsung ke objek penelitian, karena dalam penelitian ini memerlukan data-data yang valid, akurat dan signifikan dengan permasalahan agar dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan olehpeneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 49 Populasidalam penelitian ini adalah siswa SMP Pasar Minggu tahun ajaran 2013-2014 yang berjumlah 30 siswa.

Mengingat keterbatasan jumlah populasi terjangkau, maka seluruh populasi terjangkau dijadikan sebagai sampel penelitian. Dengan demikian penelitian ini tidak menggunakan sampel melainkan menggunakan populasi sebagai unit analisis (penelitian populasi)

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dari lapangan adalah :

1. Observasi, penulis melihat dan mengamati langsung sekaligus mencatat obyek-objek di lapangan guna memperoleh data atu keterangan-keterangan yang akurat, objektif dan dapat dipercaya.

(37)

3. Dokumentasi, merupakan pencatatan data-data yang relevan dengan masala yang sedang diteliti kemudian data-data tersebut didokumentasikan. Adapun teknik pengumpulan data-data ini penulis pergunakan untuk memperoleh data-data tentang hubungan persepsi siswa tentang penerapan metode demonstrasi dengan hasil belajar siswa di SMP Pasar Minggu

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan variabel metode simulasi dengan peningkatan hasil belajar siswa. Adapun kisi-kisi instrumennya sebagai berikut

Tabel. 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variable Dimensi variable Indiktor Item Jumlah

(38)
(39)

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara dua variabel, maka cara-cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Editing yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket yang berhasil dikumpulkan.

2. Skoring yaitu tahap untuk menentukan skor dalam hasil peneltian, tetapkan bahwa untuk responden yang menjawab diberi bobot nilai sebagai berikut :

Tabel 3.3

Jawaban dalam Skoring

Pertanyaan Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Kurang setuju 2 3

Tidak Setuju 1 4

3. Tabulating yaitu mentabulasi data jawaban yang berhasil dikumpulkan kedalam table yang talah disediakan. Setelah pengumpulan data dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dengan menganalis kuantitatif secara deskriptif yang sebelumnya telah dilakukan prosentasenya dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi sebagai berikut:

P = x100%

Keterangan: P = Prosentase untuk setiap kategori jawaban F = Frekuensi jawaban responden

N = Number of cases

4. Analisa korelasi “Product Moment” yang digunakan untuk mencari

(40)

Keterangan:

Xy =Angka indeks korelasi “r” product moment

N = Number of cases

ΣXY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Skor Y ΣX =Jumlah seluruh skor X

ΣY = Jumlah seluruh skor Y

Memberikan interprestasi rxy, yaitu memberikan interprestasi sederhana

dengan cara mencocokkan hasil perhitungan dengan indeks korelasi “r”

Product Moment seperti ini:

Tabel 3.4

Indeks Korelasi Product Moment

Besarnya “r” Product

Moment Interpretasi

0,00 - 0,20 Antara variable X dan variable Y memang terdapat korelasi, akan tetapi itu sangat lemah atau sangat lemah atau rendah sehingga kolerai itu diabaikan (dianggap tidak ada kolerasi antara variable X dan variable Y) 0,20 – 040 Antara Variabel X dan variable Y terdapat

korelasi yang lemah

040 – 0,70 Antara variable X dan variabel Y terdapat korelasiyang sedang atau cukup

0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y yang terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

(41)

Setelah diberikan terdapat angka indeks korelasi “r” product moment, dengan jalan berkonsultasi pada nilai product moment, maka prosedur selanjutnya secara berturut- turut adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan atau membuat hipotesis altrnatif (Ha) dan hipotesis nihil atau hipotesis nol (Ho).

2. Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang diajukan dengan

cara membandingkan besarnya “r” yang telah diperoleh dalam

proses

perhitungan atau “r” observasi (ro) dengan besarnya “r” yang tercantum

dalam table nilai “r” product moment (rt), dengan terlebih dahulu

mencari

derajat bebasnya (db) atau degrees of freedomnya (d) yang rumusnya :

Df = N- nr

Keterangan:

Df : Degrees of Freedom

N : Number of Cases

Nr : Banyaknya variabel

Setelah hasilnya dicocokkan dengan pedoman nilai koefisien korelasi “r”

(42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Gambaran Umum SMP Pasarminggu

Nama Sekolah : SMP Pasarminggu Tahun Berdiri : 1979

Kepemilikan Tahah : Yayasan Luas Tanah : 1660 m2 Luas Tanah Bangunan : 1060 m2

Pendiri :

- Ketua : Kolonel, H. Suwardi Tirtosudarmi - Wakil Ketua : Comodor (AL) H. Sujendro - Sekertaris : H. Muhamamad Alakfi, SH - Bendahara : Drs. H. Soetadi

Alamat : Jl. Asem Pejaten Indah II Pasarminggu Jakarta Selatan

Jumlah siswa :

- Kelas VII : 146 siswa - Kelas VIII : 150 siswa - Kelas IX : 100 siswa Jumlah Guru : 23 guru

Jumlah TU : 9

2. Visi, Misi dan Moto SMP Pasarminggu

Visi :

“Terwujudnya tamatan SMP Pasarminggu yang, berilmu dilandasi iman dan taqwa“

Misi:

1. Memperbaiki proses pembelajaran dengan metode tepat guna 2. Melaksanakan kurikulum yang sesuai standar yang ada

(43)

3. Memperbaiki peserta didik ilmu yang dibutuhkan sesuai dengan lingkungannya

Moto:

“Pengetahuan adalah Kekuatan”

3. Sarana dan Prasarana SMP Pasarminggu

Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai disertai pemanfaatan dan pengelolaan secara optimal.

Sebagaimana ditetapkan dalam UU sisdiknas No 20/2003 Bab XII pasal 45 ayat 1 dijelaskan bahwa: "Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik".

 Ruang kelas

 Ruang perpustakaan

 Ruang laboratorium biologi

 Ruang laboratorium fisika

 Ruang laboratorium kimia

 Ruang laboratorium computer

 Ruang laboratorium bahasa

 Ruang pimpinan

 Ruang guru

 Ruang tata usaha

 Tempat beribadah,

 Ruang konseling

 Ruang UKS

 Ruang organisasi kesiswaan

 Toilet

(44)

 Ruang sirkulasi

 Tempat bermain/berolahraga

4. Struktur Organisasi dan Fungsi

Sebagai mana diketahui bahwa struktur organisasi adalah penggambaran struktur kerja dari suatu organisasi, penggambaran ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam koordinasi setiap bagian dari satuan kerja personil dalam melakukan tugas dan fungsi organisasi.

Penggambaran struktur organisasi pada SMP Pasarminggu adalah sebagai berikut :

Gambar 1

Struktur Organisasi Kepala Sekolah

Wakil Kepala Sekolah

Wk. Urusan Kurikulum

Wk. Urusan Kesiswaan

Wk. Urusan Prasarana

Wk. Urusan Humas

Wali Kelas

Guru Kurikulum

(45)

Tabel 4.3

Data Siswa SMP Pasar Minggu

No. Nama Siswa Kelas Nama Orang

Tua

Pekrjan Orang Tua

1. Ariella VII David Swasta

2. Ananda Wati VII Suharto PNS

3. Aliana Ibrahim VII Burhanudin Wiraswasta 4. Amira Saraswati VII Suhendra Wiraswasta

5. Amirudin VII Samsudin PNS

6. Budi Setiawan VII Wardani PNS

7. Burhanudin VII Saroni PNS

8. Bambang Sudiono VII Wiranto Swasta

9. Diana Mariana VII Muhammad Pedagang

10. Delima VII Sumantri Pedagang

11. Dewi Indiana VII Sukamto Pegawai

12. Eli Erawati VII Suhandi Swasta

13. Emas Sugiarto VII Bejo PNS

14. Elin Damayanti VII Lukman Guru

15. Fitria Sukaesi VII Halim Doses

16. Flora VII M Azis Swasta

17. Ghani VII Supandi Guru

18. Gatot Sumantri VII M Fauzi Pedagang

19. Hariman VII Samsul Bahari Wiraswasta

20. Heri Setiawan VII M yahya Dosen

21. Heru Sucoko VII Sukarno PNS

22. Hamdhani VII Arahman Wiraswasta

23. Indriati VII Supomo Pensiunan

24. Irsan Suhaeni VII Wiria PNS

25. Intan Juwita VII Sopian Hadi PNS

(46)

27. Kartolo VII Soekamto Wiraswasta

28. Karnadi VII Supendi Satpam

29. Kendro VII Aris Satpam

30. Liana VII Ruslan Wiraswasta

B. Analisa Hubungan Dua Variabel

Data yang akan penulis sajikan dalam skripsi ini ialah hasil penyebaran angket tentang pembelajaran PAI dengan metode simulasi. Dalam penelitian ini penulis menganalisis apakah terdapat kontribusi yang dapat diketahui menghasilkan hubungan/korelasi antara variabel x (metode simulasi) dan variabel y (peningkatan hasil belajar) sehingga dapat diketahui apakah terdapat hubungan yang signifikan atau tidak antara kedua variabel tersebut.

Angket yang penulis buat adalah untuk diberikan dan diisi kepada siswa, karena siswa yang secara langsung mengetahui dan sekaligus mengetahui kegiatan belajar mengajar mata pelajaran PAI. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik observasi, penyebaran angket yang disebarkan kepada siswa kelas VII SMP dengan mengambil sampel sebanyak 30 siswa dari keseluruhan populasi yang ada dan study dokumentasi untuk mendapatkan informasi tentang peningkatan hasil belajar siswa yang diperoleh dengan melihat nilai ujian akhir semester.

Untuk mengetahui tentang pembelajaran PAI dengan menggunakan Metode simulasi, penulis mendeskripsikan data yang diperoleh melalui penyebaran angket dengan menggunakan sistem tabulasi yaitu penjajian data yang berbentuk angket dalam bentuk tabel.

Angket yang disebarkan kepada siswa kelas VII penulis susun dengan berisikan soal sebanyak 25 pernyataan, yaitu mengenai pembelajara PAI dengan menggunakan metode simulasi

Setelah data terkumpul penulis melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus prosentase untuk mengetahui hasil nilai dari penyebaran

angket dan rumus korelasi “product moment” yang perhitungannya akan

(47)

berbagai sumber data telah terkumpul, maka untuk mencari keabsahan dari hasil data yang ada, langkah selanjutnya penulis bandingkn satu sumber data dengan sumber data yang lainnya dengan menggunakan teknik triangulasi.

Hal ini dilakukan agar dapat diketahui ada tidaknya kecocokan dari data yang telah didapat baik itu melalui hasil penyebaran angket atau studi dokumentasi. Data melalui angket yang dihitung dengan rumus presentase yaitu:

Tabel 4.4

Guru PAI menggunakan Metode Simulasi dalam bidang studi PAI

No. Alternatif Jawaban N %

1. Sangat setuju - -

Setuju 28 93,3%

Kurang Setuju 2 6,7%

Tidak Setuju - -

Jumlah 30 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada sebagian siswa SMP Pasar Minggu menyatakan bahwa guru PAI menggunakan metode demonstrasi dalam bidang studi PAI. Sebanyak 93,3% yang menjawab setuju, sedangkan sebanyak 6,7 % menjawab Kurang Setuju guru PAI menggunakan metode tersebut, karena menurutnya tidak semua guru PAI menggunakan metode simulasi dalam bidang studi PAI.

Tabel 4.5

Penggunaan waktu dalam kegiatan simulasi sudah sesuai dan efektif

No. Alternatif Jawaban N %

2. Sangat Setuju 1 3,3%

Setuju 29 96,7%

Kurang Setuju - -

Tidak Setuju - -

(48)

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMP Pasar Minggu menyatakan bahwa penggunaan waktu dalam kegiatan simulasi sudah sesuai dan efektif. Di mana sebanyak 3,3 % menjawab sangat setuju, sedangkan 96,7% menyatakan setuju bahwa penggunaan waktu dalam kegiatan simulasi sudah sesuai.

Tabel 4.6

Guru PAI sebelum pelajaran dimulai memeriksa hal-hal yang akan

Disimulasikan

No. Alternatif Jawaban N %

3. Sangat Setuju - -

Setuju 30 100%

Kurang Setuju - -

Tidak Setuju - -

Jumlah 30 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh siswa SMP Pasar Minggu menyatakan bahwa guru PAI sebelum pelajaran dimulai memeriksa hal-hal yang akan didemonstrasikan. Di mana seluruh sampel menjawab 100% setuju bahwa guru PAI sebelum pelajaran dimulai memeriksa hal-hal yang akan disimulasikan.

Tabel 4.7

Guru PAI dan siswa mengingat pokok-pokok materi yang akan

Di simulasikan agar simulasi mencapai sasaran

No. Alternatif Jawaban N %

4. Sangat Setuju 1 33,3%

Setuju 29 96,7%

Kurang Setuju - -

Tidak Setuju - -

(49)

Tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh siswa SMP Pasar Minggu menyatakan bahwa guru PAI dan siswa mengingaat polok-pokok materi yang akan didemonstrasikan agar demonstrasi mencapai sasaran. Di mana sebanyak 33,3% menjawab sangat setuju, sedangkan sebanyak 96,7% menjawab setuju bahwa guru PAI dan siswa mengingat pokok-pokok materi yang akan disimulasikan agar mencapai sasaran.

Tabel 4.8

Sebelum pelajaran dimulai guru PAI memperhatikan keadaan siswa, apakah

semuanya mengikuti dengan baik

No. Alternatif Jawaban N %

5. Sangat Setuju 4 13,3%

Setuju 26 86,7%

Kurang Setuju - -

Tidak Setuju - -

Jumlah 30 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMP Pasar Minggu menyatakan sebelum dimulai guru PAI memperhatikan keadaan siswa, apakah semuanya mengikuti dengan baik. Di mana sebanyak 13,3% menjawab sangat setuju, sedangkan sebanyak 86,7% menjawab setuju bahwa sebelum pelajaran dimulai guru PAI memperhatikan keadaan siswa, apakah semuanya mengikuti dengan baik,

Tabel 4.9

Guru PAI dapat menghindari ketegangan siswa, oleh karena itu guru

hendaknya selalu menciptakan suasana belajar yang harmonis

No. Alternatif Jawaban N %

6. Sangat Setuju 18 60%

Setuju 12 40%

Kurang Setuju - -

Tidak Setuju - -

(50)

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMP Pasar Minggu menyatakan bahwa guru PAI dapat menghindari ketegangan siswa, oleh karena itu guru hendaknya selalu menciptakan suasana belajar yang harmonis. Di mana sebanyak 60% menjawab sangat setuju, sedangkan sebanyak 40% menjawab setuju bahwa guru PAI dapat menghindari ketegangan siswa, oleh karena itu guru hendaknya selalu menciptakan suasana belajar yang harmonis. Tabel 4.10

Pembelajaran dengan Metode Simulasi mampu membangkitkan

semangat belajar siswa

No. Alternatif Jawaban N %

7. Sangat Setuju 5 16,7%

Setuju 25 83,3%

Kurang Setuju - -

Tidak Setuju - -

Jumlah 30 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMP Pasar Minggu menyatakan bahwa pembelajaran dengan metode simulasi mampu membangkitkan semangat belajar siswa, di mana sebanyak 16,7 % menjawab sangat setuju, sedangkan sebanyak 83,3% menjawab setuju bahwa pembelajaran dengan metode simulasi mampu membangkitkan semangat belajar siswa.

Tabel 4.11

Pembelajaran dengan metode Simulasi mampu menggali pengetahuan

Siswa

No. Alternatif Jawaban N %

8. Sangat Setuju - -

Setuju 30 100%

Kurang Setuju - -

Tidak Setuju - -

(51)

Tabel di atas menunjukkan bahwa selurh siswa SMP Pasar Minggu menyatakan bahwa pembelajaran dengan metode simulasi mampu menggali pengetahuan siswa, di mana semuanya menjawab setuju, bahwa pembelajaran dengan metode demonstrasi mampu menggali pengetahuan siswa dan dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa

Tabel 4. 12

Pembelajaran dengan Metode simulasi dapat merangsang siswa untuk

lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran

No. Alternatif Jawaban N %

9. Sangat Setuju 1 3,3%

Setuju 29 96,7%

Kurang Setuju - -

Tidak Setuju - -

Jumlah 30 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMP Pasar Minggu menyatakan bahwa pembelajaran dengan metode simulasi dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Di mana sebanyak 3,3% menjawab sangat setuju sedangkan 96,7% menjawab setuju, bahwa pembelajaran dengan metode simulasi dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

Tabel 4. 13

Pembelajaran dengan Metode simulasi dapat memusatkan perhatian

anak didik

No. Alternatif Jawaban N %

10. Sangat Setuju - -

Setuju 30 100%

Kurang Setuju - -

Tidak Setuju - -

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel. 3.2
Tabel 3.3 Jawaban dalam Skoring
Tabel 3.4 Indeks Korelasi Product Moment
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penanaman Nilai-nilai Pendidikan Anti Korupsi pada peserta didik.. di SMK Negeri 1 Kalibagor, mempunyai harapan untuk

Pengguna internet di Indonesia mencapai 93,4 juta orang dan pengguna telepon pintar (smartphone) mencapai 71 juta penduduk. Dikutip dari Republika.co.id, Menteri

Sedangkan menurut Suharsimi (2013:272) menyatakan bahwa metode observasi adalah format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan

Dengan kemajuan teknologi, semua aspirasi dari pelanggan ini akan di mediasikan dengan kios informasi, pengguna bisa berinteraktif langsung dengan aplikasi ini,

Nama- nama calon petugas yang lolos seleksi administrasi dan berhak mengikuti ujian tertulis dan wawancara dapat dilihat pada lampiran 1.. Jadwal dan tempat pelaksanaan tes

Preheating ini dilakukan selama 180 jam pada sagger 1-5 dan ini dilakukan hingga suhu mencapai 800 o C imana akan terjadi pencairan pitch, penguapan pitch hal ini bertujuan

Menurut kaidah gramatikal bahasa Jepang, jika subjek merupakan pronomina persona ketiga, kata hoshii ‘ingin’ berkonjugasi menjadi hoshigatteiru ‘kelihatannya