THE INFLUENCE OF ENVIRONMENTAL FACTORS ON IMPULSE BUYING BEHAVIOR WITH EMOTIONAL STATES AS INTERVENING
VARIABLE: A TEST MODEL OF MEHRABIAN-RUSSELL
Oleh
FEBRINA ANNISA FAUZIYAH 20130410217
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TOKO TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF DENGAN KONDISI EMOSI SEBAGAI
VARIABEL PEMEDIASI: SEBUAH PENGUJIAN MODEL MEHRABIAN-RUSSELL
THE INFLUENCE OF ENVIRONMENTAL FACTORS ON IMPULSE BUYING BEHAVIOR WITH EMOTIONAL STATES AS INTERVENING
VARIABLE: A TEST MODEL OF MEHRABIAN-RUSSELL
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
FEBRINA ANNISA FAUZIYAH 20130410217
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Nama : Febrina Annisa Fauziyah
Nomor Mahasiswa : 20130410217
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH FAKTOR
LINGKUNGAN TOKO TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN
IMPULSIF DENGAN KONDISI EMOSI SEBAGAI VARIABEL
PEMEDIASI: SEBUAH PENGUJIAN MODEL MEHRABIAN-RUSSELL”
tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 24 Februari 2017
MOTTO
Dan masing-masing orang ada tingkatannya, sesuai dengan apa
yang mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa
yang mereka kerjakan. (Q.S. Al-
An’am : 132)
Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga. (HR. Muslim)
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Dia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
dikerjakannya dan dia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
diperbuatnya. (Q.S. Al-Baqarah : 286)
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim. (HR. Al-Baihaqi)
Bila engkau ingin menuntut sesuatu, maka tuntutlah akhirat.
Karena engkau tidak akan memperolehnya kecuali dengan
mencarinya. (Umar Bin Khattab)
Skripsi ini ku persembahkan:
Untuk almarhum ayah dan ibu ku tercinta
yang selalu memberikan
do’a, perhatian, nasihat dan kasih sayang.
Untuk kakak ku
yang selalu memberikan
Thanks to:
Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan begitu banyak nikmat kepada ku
walau aku sering lupa untuk bersyukur. Engkau selalu memudahkan setiap jalan ku. Aku percaya akan Kekuasaan Mu, tak ada yang tak mungkin jika Engkau telah berkehendak, dan Engkau pulalah yang memiliki segala ilmu ini, maka apapun yang
telah ku capai hingga saat ini semuanya atas Kekusaan Mu.
Rasulullah Shallallahu’Alaihu Wasallam, suri tauladan dalam kehidupan ini. Kisah kehidupan mu, dari masa kanak-kanak hingga akhir hayat mu, sungguh patut untuk
dicontoh, penuh dengan pelajaran. Engkau masih tetap mengingat umat mu hingga akhir hayat mu, semoga aku termasuk dalam umat mu yang menerima syafa’at mu
kelak. Engakaulah pejuang dan pemimpin sejati. Ya Rasulullah… Sungguh aku ingin
bertemu dengan mu. Kedua orang tua ku
Terima kasih ayah, untuk semua yang ayah berikan untuk ku. Nasihat, motivasi, dan pelajaran mengenai bagaimana menghadapi realita bahwa betapa kerasnya dunia ini. Terima kasih ayah karena ayah aku bisa melalui semua ini, walaupun ketika aku
harus kehilanganmu di dunia karena Allah lebih menyayangimu aku hampir memutuskan semangatku, tapi aku ingat akan mimpi-mimpimu untuk anak-anakmu.
Ayah akan selalu hidup dalam hatiku. Terima kasih ayah, you know I love you so much, ayah adalah satu-satunya pahlawan dalam hidup ku, you are my Hero in my life. Terima kasih Ibu ku sayang, wanita terhebat dalam hidupku. terimakasih untuk
semua kasih sayang yang ibu berikan untuk ku, dari aku masih berada di kandunganmu hingga sekarang, terima kasih ibu. Terima kasih udah mau jadi ibu yang senangtiasa menyemangati ku ketika aku dalam keadaan down, terima kasih
telah bersedia menjadi pendengar dan motivator nutuk ku. Terima kasih selalu menemani ku, dengan kasih sayang mu. Aku belajar bagaimana menjadi wanita yang
kuat, hebat, lemah lembut, dan santun sepertimu. I will always love you Mam, always. Semoga Allah mengumpulkan kita kelak sebagai keluarga kembali
di surga-Nya... Kakak ku tercinta
Terima kasih untuk do’a dan dukungan mu, terima kasih kakak ku atas semua
arahan mu dan yang selalu memberikan solusi ketika aku sudah mulai kehilangan arah, paling baik, paling cantik, walaupun kita sering berbeda pendapat,
berbeda-beda, tetapi tetap satu jua (hahaha). Love you my sister...
saran kepada peneliti untuk menjadikan penelitian ini lebih baik lagi. Seluruh dosen, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah memberikan pendidikan dan pengajaran kepada ku dari awal kuliah hingga sekarang.
Terima kasih kepada keluarga besar dari ayah maupun ibu, terima kasih atas do’a
dan dukungannya.
Sahabat-sahabatku Ana, Talisa, Tia, dan Yudha, kalian memberikan warna di setiap langkah ku selama aku kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Semoga persahabatan kita akan tetap terjaga meskipun nantinya kita terpisahkan oleh jarak dan juga tidak hanya persahabatan di dunia, tetapi juga di akhirat. See you on the
top guys...
Teman-teman Manajemen 2013 UMY, khususnya Manajemen kelas F. Terima kasih kawan atas dukungannya. Dukungan teman-teman semua membuat aku semangat dari memulai studi Manajemen ini hingga penyelesaian tugas akhir. Banyak hal yang
dapat ku pelajari dari kalian semua.
Terima kasih untuk Dyah dan Dita yang menjadi tempat bertukar pikiran, saling menghibur dan telah banyak membantu ku ketika mengerjakan skripsi ini. Terima
kasih guys.
Untuk teman-teman se-Perjuangan DPS Ibu Indah angkatan 2013 (Laksita, Intan, Ajeng, Novia, Fitri, Anggita, Chanif, Alfian, Alfin, Yusac,
Rifky, dll), semangat untuk kalian semua guys.
Teman-teman KKN 079 UMY, dusun Semuluh Kidul, desa Ngeposari kecamatan Semanu, Gunung Kidul.
Terima kasih untuk semua responden yang bersedia untuk mengisi kuesioner dan teman-teman yang membantu menyebarkan kuesioner.
Terima kasih untuk semua pihak-pihak yang telah memberikan dorongan, bantuan, motivasi dalam proses pengerjaan skripsi ini, yang tidak bisa saya sebutkan satu per
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ketersediaan waktu, faktor atmosfer, kehadiran orang lain, dan kesesakan toko terhadap perilaku pembelian impulsif dengan keadaan emosional dan Mehrabian and Russell model
sebagai variabel intervening. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ketersediaan waktu, faktor atmosfer, kehadiran orang lain, dan kesesakan toko dengan keadaan emosional sebagai variabel intervening dan perilaku pembelian impulsif sebagai variabel dependen. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Matahari Departement Store di Yogyakarta. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 166 responden yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dan menggunakan teknik pengumpulan data field survey. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS 17. Analisis pengujian kualitas instrument data dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas, uji validitas, dan uji reliabilitas. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t-statistik dan Uji koefisien determinasi (R2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor atmosfer berpengaruh positif signifikan terhadap keadaan emosional dan kesesakan toko berpengaruh negatif signifikan terhadap keadaan emosional, serta keadaan emosional berpengaruh positif terhadap perilaku pembelian impulsif. Hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa ketersediaan waktu dan kehadiran orang lain tidak mempengaruhi keadaan emosional.
variable. The independent variable in this study is the time availability, atmospheric factors, presence of others, and perceived crowding with emotional states and mehrabian and russell model as intervening variable, and impulse buying behavior as a dependent variable. The object in this study is Matahari Departement Store in Yogyakarta. In this study, sample of 166 respondent were selected using purposive sampling and using field survey as a technique data collection. The data analysis technique in this research was conducted using multiple linear regression with SPSS 17 software. Analysis of quality testing instrument data in this study using normality test, validity, and reliability testing. The hypothesis used T-Test, F-Test, and Determinant Coefficient Test.
The results of the research showed that the atmospheric factors influences positive significant affect the emotional states and influences negative significant affect the emotional states, and emotional states influence on impulsive buying behavior. The results of another study showed that the time availability and the presence of others does not significant affect the emotional state.
Keywords: Impulse Buying, Environmental Factors, Emotional States,
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kemudahan, karunia, dan rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Faktor Lingkungan Toko terhadap Perilaku Pembelian Impulsif dengan Kondisi Emosi sebagai Variabel Pemediasi: Sebuah Pengujian Model Mehrabian-Russell”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi organisasi dalam mengambil keputusan organisasional dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Kedua orang tuaku yang dengan penuh kasih sayang memberikan semangat
dan nasihat dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Ibu Retno Widowati, P.A., M.Si., Ph. D. selaku Ketua Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Ibu Dr. Indah Fatmawati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang dengan
penuh kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, memberikan arahan, masukan, dan motivasi selama proses penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Prodi Manajemen yang telah ikhlas
mengajarkan ilmunya pada penulis selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
6. Sahabat-sahabat dan semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan,
kemudahan dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.
7. Almamaterku
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik ditinjau dari materi, tata bahasa, dan penyusunannya oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaannya. Sebagai akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua baik bagi penulis pada khususnya maupun orang lain.
Yogyakarta, 31 Januari 2017
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. Landasan Teori ... 12
1. Emotional States and Mehrabian-Russell Model ... 12
2. Pembelian Impulsif ... 15
3. Faktor Lingkungan ... 16
B. Hipotesis ... 22
1. Hubungan Ketersediaan Waktu Terhadap Keadaan Emosional ... 22
2. Hubungan Faktor Atmosfer Terhadap Keadaan Emosional ... 23
3. Hubungan Kehadiran Orang Lain Terhadap Keadaan Emosional ... 24
4. Hubungan Kesesakan toko Terhadap Keadaan Emosional ... 25
5. Hubungan Keadaan Emosional Terhadap Pembelian Impulsif ... 26
C. Model Penelitian ... 28
BAB III ... 30
METODE PENELITIAN ... 30
A. Objek/Subjek Penelitian ... 30
B. Jenis Data ... 30
C. Teknik Pengambilan Sampel... 31
D. Teknik Pengumpulan Data ... 32
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 33
1. Variabel Bebas (Independent Variable) ... 33
2. Variabel Mediasi (Intervening Variable) ... 36
3. Variabel Terikat (Dependent Variable) ... 37
F. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 39
2. Uji Validitas Kuesioner ... 40
3. Uji Reliabilitas Kuesioner ... 40
G. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 41
BAB IV ... 44
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian ... 44
1. Sejarah PT Matahari Department Store Tbk. ... 44
2. Visi dan Misi ... 46
B. Deskripsi Responden ... 47
C. Pengujian Instrumen... 49
1. Uji Normalitas Data ... 49
2. Uji Validitas ... 50
3. Uji Reliabilitas ... 55
D. Hasil Pengujian Hipotesis ... 56
1. Hipotesis Pertama ... 60
2. Hipotesis Kedua ... 60
3. Hipotesis Ketiga ... 60
4. Hipotesis Keempat ... 61
5. Hipotesis Kelima ... 61
E. Pembahasan ... 62
BAB V ... 69
SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN ... 69
A. Simpulan ... 69
B. Keterbatasan Penelitian ... 70
C. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA
4.4. Hasil KMO and Bartlett's Test ... 52
4.5. Hasil Rotated Component Matrix ... 54
4.6. Hasi Uji Reliabilitas ... 55
4.7. Hasil Regresi Variabel Ketersediaan Waktu, Faktor Atmosfer, Kehadiran
Orang lain, dan Kesesakan toko terhadap Keadaan Emosional ... 57
4.8. Hasil Regresi Variabel Keadaan Emosional terhadap Perilaku Pembelian
DAFTAR GAMBAR
2.1.The Mehrabian-Russell model ... 12
sebagai variabel intervening. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ketersediaan waktu, faktor atmosfer, kehadiran orang lain, dan kesesakan toko dengan keadaan emosional sebagai variabel intervening dan perilaku pembelian impulsif sebagai variabel dependen. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Matahari Departement Store di Yogyakarta. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 166 responden yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dan menggunakan teknik pengumpulan data field survey. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS 17. Analisis pengujian kualitas instrument data dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas, uji validitas, dan uji reliabilitas. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t-statistik dan Uji koefisien determinasi (R2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor atmosfer berpengaruh positif signifikan terhadap keadaan emosional dan kesesakan toko berpengaruh negatif signifikan terhadap keadaan emosional, serta keadaan emosional berpengaruh positif terhadap perilaku pembelian impulsif. Hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa ketersediaan waktu dan kehadiran orang lain tidak mempengaruhi keadaan emosional.
ABSTRACT
The research aims to analyze the influence of availability of time, atmospheric factors, presence of others, perceived crowding on impulse buying behavior with emotional states and Mehrabian and Russell model as intervening variable. The independent variable in this study is the time availability, atmospheric factors, presence of others, and perceived crowding with emotional states and mehrabian and russell model as intervening variable, and impulse buying behavior as a dependent variable. The object in this study is Matahari Departement Store in Yogyakarta. In this study, sample of 166 respondent were selected using purposive sampling and using field survey as a technique data collection. The data analysis technique in this research was conducted using multiple linear regression with SPSS 17 software. Analysis of quality testing instrument data in this study using normality test, validity, and reliability testing. The hypothesis used T-Test, F-Test, and Determinant Coefficient Test.
The results of the research showed that the atmospheric factors influences positive significant affect the emotional states and influences negative significant affect the emotional states, and emotional states influence on impulsive buying behavior. The results of another study showed that the time availability and the presence of others does not significant affect the emotional state.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin modern, kondisi
ekonomi juga ikut mengalami perkembangan. Hal tersebut salah satunya
ditandai dengan berpindahnya para konsumen dari pasar tradisional menuju
pasar modern. Salah satu pasar modern yang menjadi pilihan para konsumen
adalah ritel. Ritel merupakan rantai distribusi akhir dari suatu produk, karena
konsumen yang melakukan pembelian menggunakan produk-produk yang
telah mereka beli untuk memenuhi kebutuhannya sendiri bukan untuk dijual
kembali (Winarno, 2015).
Dengan pengelolaan yang modern, toko ritel memberikan suasana yang
nyaman kepada konsumen diantaranya dengan adanya pengaturan barang di
dalam toko, citra toko yang lebih baik maupun program promosi yang lebih
menarik dibandingkan ritel tradisional (Winarno, 2015). Perusahaan ritel akan
bersaing untuk menarik perhatian konsumen dengan mengadakan poin
belanja, potongan harga, pemberian hadiah, undian berhadiah dan lain
sebagainya. Akan tetapi, para manajer ritel telah sadar bahwa melakukan
promosi saja tidaklah cukup, mempelajari perilaku konsumen juga
merupakan hal yang penting salah satunya adalah perilaku pembelian
2
Pembelian impulsif atau impulse buying terjadi ketika konsumen
mengalami dorongan secara tiba-tiba, keinginan yang kuat untuk membeli
sesuatu dengan segera (Rohman, 2009). Dalam bahasan selanjutnya
pembelian impulsif atau impulse buying akan digunakan istilah pembelian
impulsif. Perilaku pembelian impulsif disebabkan oleh beberapa keadaan
diantaranya dapat dipengaruhi oleh keadaan emosional seorang konsumen
seperti yang dijelaskan dalam teori Merhabian & Russell Model (Graa et al.,
2014)
Mehrabian dan Russell’s (1974) dalam Semuel (2005) mengatakan
bahwa tanggapan ke stimulus lingkungan (S) dapat diperlakukan sebagai
suatu tanggapan pendekatan (approach) atau penghindaran (avoidance) (R),
dengan pengalaman individu di dalam lingkungan (O) sebagai mediator.
Individu bereaksi ke lingkungan dengan dua perilaku: pendekatan dan
penghindaran (approach and avoidance). Dalam teori Merhabian and Russell
model keadaan emosional berperan sebagai intervening antara perilaku
(menerima/menolak) dengan faktor lingkungan. Mehrabian dan Russell
(1974), menyatakan terdapat tiga dimensi dasar emosi sehingga dapat
dipahami lebih mudah, yaitu kesenangan (pleasure), gairah (arousal) dan
dominasi (dominance). Sedangkan perilaku menerima/menolak dalam teori
Merhabian and Russell model dapat juga diartikan sebagai suatu keputusan
yang dibuat oleh konsumen bahwa apakah konsumen tersebut akan
melakukan pembelian impulsif atau tidak, sehingga faktor lingkungan dapat
menyebabkan perilaku impulsif sangat beragam diantaranya: ketersediaan
waktu, faktor atmosfer, kehadiran orang lain, dan kesesakan toko lingkungan.
Ketersediaan waktu yang menjadi salah satu faktor lingkungan pada
penyebab perilaku pembelian impulsif merupakan tekanan yang akan
dirasakan seseorang manakala ia mempersepsikan bahwa waktu yang tersedia
baginya telah memadai. Ketersediaan waktu akan mempengaruhi strategi
alokasi waktu seseorang. Orang yang sangat memperhatikan waktu cenderung
rentan terhadap gejala-gejala fisik dan psikologis berkaitan dengan
ketegangan akibat tingginya tuntutan waktu (Tjiptono, 2011). Seorang
konsumen yang memiliki waktu yang cukup senggang berbeda dengan
konsumen yang hanya memiliki waktu yang relatif sedikit dalam berperilaku.
Apabila seseorang memiliki waktu yang senggang, maka akan lebih lama
orang tersebut berkeliling didalam toko untuk melihat barang-barang yang
dijual di toko tersebut, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya
pembelian impulsif.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Iyner
(1989) menegaskan bahwa tekanan waktu adalah pembatasan perhatian
dengan unsur-unsur lingkungan. Konsumen lebih menghabiskan waktunya di
toko, bahkan konsumen rentan untuk melakukan pembeli secara impulsif.
ketersediaan waktu berdampak pada pembelian secara impulsif karena
konsumen mungkin merasa nyaman berada di dalam toko yang akibat mereka
4
Selain itu, terdapat pula penelitian-penelitian lainnya tentang tekanan
waktu yang dilakukan oleh Au et al. (1993) yang menyatakan hasil berbeda.
Au et al. (1993), ketika mereka menunjukkan bahwa pembelian secara
impulsif sering dicapai pada lima menit pertama dalam berbelanja dan
kemungkinan realisasinya akan menurun jika waktu telah berlalu. Jadi dalam
penelitian, maka ketersediaan waktu tidak berpengaruh terhadap pembelian
impulsif karena sering dicapai pada lima menit pertama dalam berbelanja.
Hal lain yang termasuk dalam faktor lingkungan yaitu faktor atmosfer
toko (atmospheric factors). Faktor atmosfer toko utamanya memiliki peran
yang penting dalam menciptakan perasaan atau dorongan untuk berbelanja di
sebuah toko. Atmosfer toko merupakan kombinasi dari karakteristik fisik
toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan, warna,
temperatur, musik, serta aroma yang secara menyeluruh akan menciptakan
citra dalam bena konsumen. Melalui atmosfer toko yang sengaja diciptakan,
ritel berupaya untuk mengomunikasikan informasi yang berkaitan dengan
layanan, harga, maupun ketersediaan barang dagangan yang bersifat
fashionable (Utami, 2006). Atmosfer toko mempengaruhi keadaan emosi
konsumen yang dapat menyebabkan meningkatnya atau menurunnya suatu
pembelian. Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang dominan
yaitu perasaan senang dan membangkitkan keinginan, baik muncul dari
psikologikal set ataupun keinginan yang bersifat mendadak atau impulse
Penelitian tentang pengaruh faktor atmosfer toko terhadap perilaku
pembelian impulsif sejauh ini masih menunjukkan beberapa perbedaan.
Penelitian Stern (1962) menunjukkan bahwa adanya hubungan antara
pembelian impulsif dan teknik pemasaran. Salah satu teknik pemasaran yang
digunakan yaitu dengan membuat suatu lingkungan toko yang
menguntungkan dalam melakukan pembelian impulsif bagi konsumen.
Beberapa penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa variabel atmosfer
penjualan (suara, tampilan dan bau) adalah stimulan penting yang dapat
menghasilkan keinginan untuk membeli secara impulsif. Rook (1987)
menunjukkan bahwa para konsumen secara tiba-tiba termotivasi oleh
rangsangan yang berasal dari lingkungan untuk membeli suatu produk.
Memang, interaksi pembeli dengan outlet retail adalah komponen utama dari
keputusan pembelian impulsif. Dengan cara yang sama, desain dari outlet
retail mampu memberikan kesenangan dan merangsang pengunjung toko.
Interaksi antara konsumen dengan outlet ritel memang merupakan komponen
utama dari keputusan pembelian impulsif. Berbeda dengan Stern dan Rook,
penelitian yang dilakukan oleh Park et al.(2006) menunjukkan bahwa faktor
atmosfer berpengaruh negatif terhadap pembelian impulsif.
Kehadiran orang lain (presence of others) berpengaruh terhadap aktivitas
konsumen seperti dalam perilaku pembelian impulsif. Kehadiran orang lain
ketika berbelanja adalah salah satu situasi yang dapat mempengaruhi
konsumen dalam mengonsumsi suatu produk atau membeli suatu produk.
6
meningkatkan probabilitas untuk melakukan pembelian impulsif, tetapi
kehadiran teman dapat meningkatkan dorongan untuk membeli secara
impulsif, dan kehadiran anggota keluarga dapat menurunkan dorongan
tersebut. Berbeda dengan Rook dan Fisher (1995) mereka menetapkan bahwa,
lingkungan yang sepi dapat meningkatkan probabilitas untuk melakukan
pembelian impulsif, karena ketika ia dalam keadaan sendiri, maka
perilakunya merasa dianggap sebagai perilaku yang irasional (Graa et al.,
2014).
Sama halnya dengan penelitian pada ketersediaan waktu dan faktor
atmosfer toko, penelitian tentang pengaruh kehadiran orang lain juga
mengalami perbedaan. Sutisna (2002) mengemukakan bahwa kehadiran
orang lain dapat mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi atau
membeli suatu produk tanpa terencana. Sedangkan Graa et al. (2014)
menemukan bahwa kehadiran orang lain dalam proses pembelian
berpengaruh negatif terhadap perilaku pembelian impulsif.
Faktor lain yang termasuk faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
perilaku pembelian impulsif adalah kesesakan toko. Kesesakan toko atau
suasana toko yang ramai (crowding) terjadi karena terlalu banyak orang
sementara ruang yang tersedia terbatas atau sebenarnya ruang yang luas,
tetapi juga pengunjungnya banyak. Kesesakan dalam ruangan biasanya
berhubungan dengan pengaturan ruangan dalam toko. Toko yang kecil, akan
Penelitian yang dilakukan Graa et al. (2014) menemukan bahwa adanya
hubungan positif antara kesesakan atau suasana toko yang ramai keseluruhan
dirasakan dan pembelian impulsif. Sedangkan beberapa penelitian juga
menunjukkan bahwa ketika lingkungan membatasi atau mengganggu
aktivitas individu, individu akan merasakan kesesakan. Konsep ini
menyiratkan bahwa kepadatan menggambarkan keadaan "emosional netral",
sementara kesesakan hubungannya dengan keadaan emosional yang kuat.
Oleh karena itu, perasaan sesak seharusnya bertindak negatif juga pada
realisasi pembelian impulsif serta pada keadaan emosional dari pembelanja
(Graa et al., 2014).
Dalam Mehrabian-Russell model, selain faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi perilaku pembelian impulsif, keadaan emosi juga dapat
mempengaruhi perilaku pembelian impulsif. Menurut Octaprinanta et al.
(2013), emotional state merupakan suasana hati yang diakibatkan beberapa
faktor lingkungan sehingga mendorong konsumen melakukan pembelian
impulsif. Hubungan antara emosi yang positif sangat berpengaruh dalam
perilaku pembelian impulsif (Hetharie, 2012).
Dalam Mehrabian and Russell model (1974), keadaan emosional terbagi
menjadi dimensi, yaitu: pleasure (kesenangan), arousal (gairah), dan
dominance (penguasaan). Sedangkan penelitian dari Foroughi et al. (2013),
menemukan bahwa untuk mengukur suasana hati yaitu menggunakan happy,
8
Penelitian Graa et al.(2014) menemukan bahwa tidak ada hubungan
langsung antara keadaan emosional dan pembelian impulsif, tetapi keadaan
emosional dapat memediasi ketersediaan waktu, faktor atmosfer toko,
kehadiran orang lain, dan kesesakan toko terhadap pembelian impulsif.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Lee dan Yi (2008) dan Tendai dan Crispen
(2009), yang menunjukkan bahwa semakin tinggi emotional state atau
suasana hati yang dirasakan oleh konsumen, maka semakin tinggi pembelian
impulsif yang dilakukan saat melakukan pembelanjaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bermaksud untuk menguji
dampak ketersediaan waktu, faktor atmosfer toko, kehadiran orang lain, dan
kesesakan toko terhadap perilaku pembelian impulsif dengan keadaan
emosional Mehrabian-Russell model sebagai variabel intervening. Penelitian
ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Graa et
al. (2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya
adalah bahwa penelitian ini menggunakan setting penelitian pada sektor ritel
fashion.
Sektor ritel fashion yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
Matahari Department Store karena dari hasil studi pendahuluan tentang
pembelian impulsif, mayoritas menjawab melakukan pembelian impulsif
pada produk fashion di Matahari Departement Store. PT. Matahari
Department StoreTbk. (“Matahari” atau “Perseroan”) merupakan perusahaan
ritel terkemuka di Indonesia yang menyediakan perlengkapan fashion,
terjangkau. Matahari menghadirkan produk-produk stylish berkualitas tinggi
serta pengalaman berbelanja yang istimewa, bekerja sama dengan pemasok
lokal dan internasional yang terpercaya untuk menawarkan beragam produk
terkini dari merek eksklusif dan merek internasional
(http://www.matahari.co.id/).
Posisi Matahari sebagai department store pilihan di Indonesia didukung
oleh jajaran merek eksklusif yang diusungnya. Hanya dijual di gerai-gerai
Perseroan, merek tersebut secara konsisten berada di antara
merek-merek terbaik di Indonesia, memenangkan sejumlah penghargaan terkait
desain, kualitas dan nilai, sehingga membuktikan pemahaman Matahari akan
kesadaran pelanggannya terhadap nilai sebuah produk
(http://www.matahari.co.id/).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah:
1. Apakah ketersediaan waktu berpengaruh terhadap keadaan emosional?
2. Apakah faktor atmosfer berpengaruh terhadap keadaan emosional?
3. Apakah kehadiran orang lain berpengaruh terhadap keadaan emosional?
4. Apakah kesesakan toko berpengaruh terhadap keadaan emosional?
10
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
adalah:
1. Menganalisis pengaruh ketersediaan waktu terhadap keadaan emosional.
2. Menganalisis pengaruh faktor atmosfer terhadap keadaan emosional.
3. Menganalisis pengaruh kehadiran orang lain terhadap keadaan emosional.
4. Menganalisis kesesakan toko terhadap keadaan emosional.
5. Menganalisis pengaruh keadaan emosional terhadap pembelian impulsif.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah bahwa penelitian ini dapat
menambah informasi-informasi dan mengembangkan teori mengenai
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian impulsif. Penelitian ini
juga bisa dijadikan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya terkait
dengan perilaku pembelian impulsif agar mendapatkan hasil yang lebih
valid.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan
Manfaat secara praktik dari penelitian ini bagi perusahaan khususnya
toko retail, diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam hal
menyusun strategi pemasaran seperti pengaruh situasional agar konsumen
b. Bagi Akademisi
Bagi para akademisi yang berniat untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai perilaku pembelian impulsif, dapat melakukan dan menambah
kontribusi lain sehingga hasil dari penelitian selanjutnya akan semakin lebih baik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Emotional States and Mehrabian-Russell Model
Mehrabian dan Russell (1974) dalam Semuel (2005) menyatakan bahwa
dampak dari situasi pada perilaku dapat dimediasi oleh respon emosional,
sehingga muncul paradigma Stimulus – Organism – Response (S-O-R) dari
Mehrabian dan Russell (1974) yang mengatakan bahwa tanggapan ke
stimulus lingkungan (S) dapat diperlakukan sebagai suatu tanggapan
pendekatan (approach) atau penghindaran (avoidance) (R), dengan
pengalaman individu di dalam lingkungan (O) sebagai mediator. Individu
bereaksi ke lingkungan dengan dua perilaku, yaitu: pendekatan dan
penghindaran (approach and avoidance) (Semuel, 2005). Berdasarkan
paradigma di atas, maka dapat digambarkan seperti Gambar 2.1 sebagai
berikut:
Stimulus Mediating variables Response
Emotional states
Gambar 2.1
The Mehrabian-Russell model
Environment Stimulus
- pleasure - Arousal - Dominance
Perilaku pendekatan (approach behavior) meliputi semua perilaku positif
yang diarahkan pada tempat tertentu, seperti keinginan untuk tinggal,
menyelidiki, bekerja, dan bergabung. Sedangkan perilaku penghindaran
(avoidance behavior) mencerminkan kebalikan dari perilaku positif.
Mehrabian dan Russell (1974), menyatakan bahwa pleasure berhubungan
dengan perilaku pendekatan-penghindaran (approach-avoidance) yang diukur
keseluruhan, dan arousal mempunyai suatu efek interaktif yang
menyenangkan. Arousal secara positif dihubungkan dengan perilaku
pendekatan (approach) dalam lingkungan yang menyenangkan, tetapi secara
negatif terkait dengan lingkungan yang tidak nyaman.
Mehrabian dan Russell (1974), menyatakan bahwa respons afektif
lingkungan atas perilaku pembelian dapat diuraikan oleh 3 (tiga) variabel
yaitu: Pleasure, mengacu pada tingkat dimana individu merasakan baik,
penuh kegembiraan, bahagia yang berkaitan dengan situasi tersebut. Pleasure
diukur dengan penilaian reaksi lisan ke lingkungan (bahagia sebagai lawan
sedih, menyenangkan sebagai lawan tidak menyenangkan, puas sebagai
lawan tidak puas, penuh harapan sebagai lawan berputus asa, dan santai
sebagai lawan bosan). Konseptualisasi terhadap pleasure dikenal dengan
pengertian lebih suka, kegemaran, perbuatan positif (Semuel, 2005).
Variabel kedua adalah arousal yang mengacu pada tingkat dimana
seseorang merasakan siaga, digairahkan, atau situasi aktif. Arousal secara
lisan dianggap sebagai laporan responsden, seperti pada saat dirangsang,
14
sebagai lawan sepi, gelisah/gugup sebagai lawan percaya diri, mata terbuka
sebagai lawan mengantuk) dan dalam pengukurannya digunakan metode
semantic differential, dan membatasi arousal sebagai sebuah keadaan
perasaan yang secara langsung ditaksir oleh laporan verbal. Beberapa ukuran
nonverbal telah diidentifikasi dapat dihubungkan dan sesungguhnya
membatasi sebuah ukuran dari arousal dalam situasi sosial (Semuel, 2005).
Terakhir dominance, ditandai dengan laporan responsden yang merasa
dikendalikan sebagai lawan mengendalikan, mempengaruhi sebagai lawan
dipengaruhi, terkendali sebagai lawan diawasi, penting sebagai lawan
dikagumi, dominan sebagai lawan bersikap tunduk, dan otonomi sebagai
lawan dipandu (Semuel, 2005).
Keadaan emosional terdiri dari dua perasaan yang dominan (kesenangan
atau bergairah). Kombinasi dari unsur-unsur ini mempengaruhi konsumen
untuk menghabiskan lebih sedikit atau lebih banyak waktu di toko. Ketika
suasana konsumen bergairah secara positif, maka konsumen cenderung
menghabiskan waktu lebih banyak di toko dan semakin cenderung berafiliasi
dengan masyarakat. Situasi ini dapat menyebabkan pembelian meningkat.
Sebaliknya, jika lingkungan tidak menyenangkan dan menggairahkan
konsumen secara negatif, maka konsumen mungkin akan menghabiskan lebih
sedikit waktu di toko dan melakukan lebih sedikit pembelian (Mowen,1995)
dalam (Sutisna 2002).
Menurut Park, et al. (2006) emosi adalah sebuah efek dari suasana hati
Faktor perasaan/emosi merupakan konstruk yang bersifat temporer karena
berkaitan dengan situasi atau objek tertentu.
2. Pembelian Impulsif
Pembelian impulsif merupakan bentu respon dalam teori
Mehrabian-Russell Model. Penelitian tentang pembelian impulsif telah didasarkan pada
berbagai definisi konseptual konstruk dan telah difokuskan terutama pada di
toko ritel. Pemahaman perilaku ini di toko-toko ritel pertama kali diakui
dalam literatur pemasaran dengan Clover (1950) lebih dari enam puluh tahun
yang lalu (Graa et al., 2014).
Satu dekade setelah Clover, Stern (1962) dalam Graa et al. (2014)
mengemukakan bahwa pembelian impulsif dapat dikategorikan dalam empat
kategori, yaitu:
a. Pure Impulse buying (pembelian impulsif murni): sebuah pembelian
menyimpang dari pola pembelian normal. Tipe ini dapat dinyatakan
sebagai novelty / escape buying.
b. Reminder Impulse Buying (pembelian impulsif pengingat): terjadi ketika
pelanggan membutuhkan sebuah barang saat mereka melihatnya di toko
atau diingatkan dalam sebuah iklan mengenai barang tersebut dan
keputusan sebelumnya untuk membeli.
c. Suggestion Impulse Buying (pembelian impulsif sugesti): terjadi ketika
pelanggan melihat produk untuk pertama kalinya di toko dan
16
d. Planned Impulse Buying (pembelian impulsif terencana): terjadi ketika
pelanggan masuk kedalam toko dengan tujuan membeli barang tertentu,
tetapi menyadari bahwa mereka dapat membeli barang lainnya tergantung
dari promosi penjualan.
Menurut Applebaum (1951) pembelian impulsif didefinisikan sebagai
"pembelian yang mungkin tidak direncanakan oleh pelanggan sebelum
memasuki toko, tapi yang dihasilkan dari stimulus yang diciptakan oleh
penjualan perangkat promosi di toko". Rook (1987) menunjukkan pembelian
impulsif terjadi ketika tiba-tiba konsumen mengalami dorongan yang
terus-menerus untuk membeli sesuatu dengan segera. Dorongan untuk membeli
adalah hedonicallycomplex dan dapat merangsang konflik emosional.
Menurut Hausman (2000), pembelian impulsif terjadi ketika konsumen
mengalami suatu kejadian yang mendadak, sering kali muncul dorongan yang
sangat kuat untuk membeli sesuatu dengan segera.
3. Faktor Lingkungan
Dalam teori Mehrabian-Russell Model, faktor lingkungan bertindak
sebagai stimulus lingkungan (S) dapat diperlakukan sebagai suatu tanggapan
pendekatan (approach) atau penghindaran (avoidance) (R) dengan
pengalaman individu di dalam lingkungan (O) sebagai mediator. Dari
berbagai faktor lingkungan yang digunakan sebagai stimulus lingkungan,
maka dalam penelitian ini akan menggunakan beberapa faktor lingkungan,
yaitu: ketersediaan waktu, faktor atmosfer, kehadiran orang lain, dan
a. Ketersediaan Waktu
Pengaruh waktu yaitu pengaruh ada atau tidak adanya waktu dalam
aktivitas konsumen. Contoh klasik mengenai bagaimana seseorang
seharusnya menggunakan waktu adalah seperti yang dikatakan oleh Ben
Franklin “ingat, bahwa waktu adalah uang”. Terdapat tiga sudut pandang
mengenai waktu. Pertama, waktu yang dipakai oleh individu yaitu bagaimana
seseorang menghabiskan waktunya. Kedua, waktu sebagai produk yaitu
bagaimana unsur waktu (daya tahan, kecepatan proses) dipertimbangkan
dalam membeli suatu produk. Ketiga, waktu sebagai variabel situasional
(Mowen,1995) dalam (Sutisna, 2002).
Menurut Babin et al. (1977) dalam Semuel (2005) faktor-faktor internal
yang terbentuk dalam diri seseorang akan menciptakan suatu keyakinan
bahwa lingkungan toko merupakan tempat yang menarik untuk
menghabiskan waktu luang. Miyazaki (1993) dalam Sutisna (2002)
menemukan bahwa akibat adanya ketersediaan waktu bagi konsumen akan
menambah waktu dalam melakukan pencarian informasi. Penggunaan
informasi yang tersedia akan meningkat, dan informasi akan menguntungkan
dan dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Engel et al. (2008) menyatakan waktu yang disediakan untuk berbelanja
dapat membantu meringankan perasaan kesepian, menghilangkan kebosanan,
dapat memenuhi fantasi dan meredakan depresi. Waktu dapat dipandang
sebagai variabel situasional, dimana karakteristik situasional waktu yang
18
Minor, 2002) dalam (Sutisna, 2002). Waktu akan mempengaruhi tindakan
dalam situasi tertentu, dapat berfungsi sebagai variabel independen yang
mempengaruhi perilaku konsumen (Sutisna, 2002). Ketersediaan waktu
mengacu pada jumlah waktu yang dirasakan tersedia dalam membuat
pertimbangan untuk keputusan pembelian dan memiliki hubungan positif
dengan mencari produk di toko oleh konsumen yang dinyatakan oleh Beatty
dan Smith dalam Pattipeilohy and Rofiaty (2013). Ketersediaan waktu adalah
jumlah waktu yang dirasa tersedia oleh pembeli pada saat itu dan dapat
mempengaruhi waktu yang dihabiskan oleh konsumen untuk mencari produk
di toko menurut Beatty dan Ferrell (1998).
Howard et al. (1969) menggolongkan bahwa waktu yang tersedia adalah
kebalikan dari tekanan waktu untuk melakukan tindakan pembelian. Iyner
(1989) menegaskan bahwa ketika konsumen lebih memilih untuk
menghabiskan waktu yang lebih lama di toko, maka konsumen akan lebih
mudah untuk melakukan pembelian secara impulsif. Ketersediaan waktu
berdampak positif pada pembelian secara impulsif karena konsumen mungkin
merasa nyaman berada di dalam toko yang akibat mereka rentan untuk
melakukan pembeli secara impulsif. Ketersediaan waktu yang dirasakan oleh
konsumen akan mempengaruhi atau meningkatkan keputusan pembelian
untuk membeli produk yang tidak direncanakan (Foroughi et al., 2012).
b. Faktor Atmosfer
Pengertian atmosfer lebih luas dari sekedar layout toko, tetapi meliputi
ruang toko, penggunaan warna cat, penggunaan jenis karpet, warna karpet,
bahan-bahan rak penyimpanan barang, bentuk rak dan lain-lain (Sutisna,
2002).
Mowen (1995) dalam Sutisna (2002) memandang bahwa atmosfer
merupakan salah satu komponen dari citra toko. Berbagai faktor yang
dikombinasikan untuk menciptakan citra toko menurut Mowen adalah:
1. Produk yang dijual (jenis dan merek)
2. Pelayanan toko
3. Pelanggan
4. Toko sebagai tempat untuk menikmati kesenangan hidup
5. Aktivitas promosi toko
6. Atmosfer toko
Atmosfer toko mempengaruhi keadaan emosional konsumen yang dapat
menyebabkan meningkatnya atau menurunnya suatu pembelian. Keadaan
emosional akan membuat dua perasaan yang dominan yaitu perasaan senang
dan membangkitkan keinginan, baik muncul dari psikologikal set ataupun
keinginan yang bersifat mendadak atau impulse (Graa et al., 2014).
Applebaum (1951) adalah orang pertama yang menunjukkan bahwa
pembelian impulsif dapat dilakukan oleh konsumen di pameran pada saat
pengalamannya berbelanja merupakan stimulus dari lingkungan. Dengan cara
yang sama, Stern (1962) menunjukkan bahwa adanya hubungan antara
pembelian impulsif dan teknik pemasaran. Salah satu teknik pemasaran yang
20
menguntungkan dalam melakukan pembelian impulsif bagi konsumen.
Beberapa penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa variabel atmosfer
penjualan (suara, tampilan dan bau) adalah stimulan penting yang dapat
menghasilkan keinginan untuk membeli secara impulsif. Rook (1987)
menunjukkan bahwa para konsumen secara tiba-tiba termotivasi oleh
rangsangan yang berasal dari lingkungan untuk membeli suatu produk.
Memang, interaksi pembeli dengan outlet retail adalah komponen utama dari
keputusan pembelian impulsif. Dengan cara yang sama, desain dari outlet
retail mampu memberikan kesenangan dan untuk merangsang pengunjung
toko (Graa et al., 2014).
c. Kehadiran Orang Lain
Kehadiran orang lain ketika berbelanja adalah salah satu situasi yang
dapat mempengaruhi konsumen dalam mengonsumsi suatu produk atau
membeli suatu produk. Dalam studi eksperimen telah ditemukan bahwa
kehadiran orang lain dapat meningkatkan probabilitas untuk melakukan
pembelian impulsif, tetapi kehadiran teman dapat meningkatkan dorongan
untuk membeli secara impulsif, dan kehadiran anggota keluarga dapat
menurunkan dorongan tersebut. Berbeda dengan Rook dan Fisher (1995)
mereka menetapkan bahwa, lingkungan yang sepi dapat meningkatkan
probabilitas untuk melakukan pembelian impulsif, karena ketika ia dalam
keadaan sendiri, maka perilakunya merasa dianggap sebagai perilaku yang
d. Kesesakan toko
Suasana sesak terjadi ketika seseorang merasakan bahwa pergerakan dia
terbatas karena ruang yang terbatas. Kesesakan bisa terjadi karena terlalu
banyak orang sementara ruang yang tersedia terbatas atau sebenarnya ruang
yang luas, tetapi juga pengunjungnya banyak. Kesesakan dalam ruangan
biasanya berhubungan dengan pengaturan ruangan dalam toko. Toko yang
kecil, akan sulit menyediakan ruang yang luas untuk pergerakan konsumen.
Secara intuitif, konsumen menginginkan ruang yang luas untuk
pergerakannya didalam toko. Konsumen akan merasa kurang nyaman ketika
masuk ke dalam toko yang penuh sesak. Kesesakan dalam ruangan
menimbulkan beberapa dampak pada perilaku konsumen dalam belanja
(Sutisna, 2002).
Perbedaan antara kepadatan (density) dan kesesakan (crowding) yaitu
density lebih mengacu pada bagaimana sekumpulan orang-orang berkumpul
secara dekat. Density lebih bersifat bagaimana ketersediaan ruang dan
pengaturannya. Sementara itu kesesakan lebih mengacu pada perasaan tidak
nyaman akibat density yang terlalu tinggi, sehingga kontrol situasi yang
dirasakan telah berkurang dibawah tingkat yang bisa diterima (Sutisna, 2002).
Harrell et al. (1980) mengidentifikasi bahwa ada dua dimensi crowding,
crowding manusia dan crowding spasial. Crowding manusia mengacu pada
perasaan tertutup, perasaan terbatas karena kepadatan manusia yang tinggi.
Sementara crowding spasial adalah mengacu pada perasaan gerakan tubuh
22
menunjukkan bahwa ketika lingkungan membatasi atau mengganggu
aktivitas individu, individu akan merasakan kesesakan. Konsep ini
menyiratkan bahwa kepadatan menggambarkan keadaan "emosional netral",
sementara kesesakan hubungannya dengan keadaan emosional yang kuat.
Oleh karena itu, perasaan sesak seharusnya bertindak negatif juga pada
realisasi pembelian impulsif serta pada keadaan emosional dari pembelanja
(Graa et al., 2014).
B. Hipotesis
1. Hubungan Ketersediaan Waktu Terhadap Keadaan Emosional
Ketersediaan waktu konsumen untuk berbelanja akan mempengaruhi
strategi yang digunakan konsumen untuk melakukan pembelian (Mowen dan
Minor, 2002) dalam (Sutisna, 2002). Ketersediaan waktu yang dirasakan oleh
konsumen akan mempengaruhi atau meningkatkan keputusan pembelian
untuk membeli produk yang tidak direncanakan (Foroughi et al., 2012). Park
et al. (2006) menyatakan bahwa pembelian impulsif bisa terjadi akibat
dukungan dari faktor situasional seperti ketersediaan waktu (availability of
time). Virvilaite et al. (2009), Badgaiyan dan Verma (2015), Longdong dan
Pangemanan (2015) menyatakan hasil penelitian bahwa ketersediaan waktu
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif.
Hasil penelitian dari Rohman (2009) menyatakan waktu luang yang dimiliki
berpengaruh pada pembelian impulsif konsumen.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semakin
mengakibatkan bertambahnya waktu untuk melakukan pencarian informasi,
sehingga keadaan emosional orang tersebut dalam berbelanja akan semakin
naik. Selain itu, hal tersebut juga akan menyebabkan kemungkinan mereka
dalam melakukan pembelian impulsif semakin tinggi. Oleh karena itu,
dugaan sementara dalam penelitian ini adalah:
H1: ketersediaan waktu berpengaruh positif dan signifikan terhadap keadaan
emosional.
2. Hubungan Faktor Atmosfer Terhadap Keadaan Emosional
Atmosfer toko mempengaruhi keadaan emosional konsumen yang dapat
menyebabkan meningkatnya atau menurunnya suatu pembelian. Keadaan
emosional akan membuat dua perasaan yang dominan yaitu perasaan senang
dan membangkitkan keinginan, baik muncul dari psikologikal set ataupun
keinginan yang bersifat mendadak atau impulse (Graa et al., 2014).
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan Rook (1987)
menunjukkan bahwa secara tiba-tiba konsumen tampaknya termotivasi untuk
membeli oleh konfrontasi visual produk atau dengan rangsangan dari
lingkungan. Memang, interaksi pembeli dengan outlet retail adalah komponen
utama dari keputusan pembelian impulsif. Dengan cara yang sama, desain
dari outlet retail mampu memberikan kesenangan dan untuk merangsang
pengunjung toko. Graa et al. (2014) menemukan bahwa faktor atmosfer
berpengaruh positif terhadap permbelian impulsif. Park et al. (2006)
menunjukkan bahwa dampak negatif dari interaksi dengan bantuan karyawan
24
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semakin baik
atmosfer yang dimiliki oleh suatu toko, maka akan mengakibatkan keadaan
emosional seseorang dalam berbelanja semakin baik pula. Selain itu, hal
tersebut juga akan menyebabkan kemungkinan mereka dalam melakukan
pembelian impulsif semakin tinggi karena mereka merasa nyaman ketika
berada di toko tersebut. Oleh karena itu dugaan sementara dalam penelitian
ini adalah:
H2: faktor atmosfer berpengaruh positif dan signifikan terhadap keadaan
emosional.
3. Hubungan Kehadiran Orang Lain Terhadap Keadaan Emosional
Kehadiran orang lain ketika berbelanja adalah salah satu situasi yang
dapat mempengaruhi konsumen dalam mengonsumsi suatu produk atau
membeli suatu produk. Dalam studi eksperimen telah ditemukan bahwa
kehadiran orang lain dapat meningkatkan probabilitas untuk melakukan
pembelian impulsif, tetapi kehadiran teman dapat meningkatkan dorongan
untuk membeli secara impulsif, dan kehadiran anggota keluarga dapat
menurunkan dorongan tersebut. Berbeda dengan Rook dan Fisher (1995)
mereka menetapkan bahwa, lingkungan yang sepi dapat meningkatkan
probabilitas untuk melakukan pembelian impulsif, karena ketika ia dalam
keadaan sendiri, maka perilakunya merasa dianggap sebagai perilaku yang
irasional (Graa et al., 2014).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa apabila
teman, hal tersebut dapat mempengaruhi keadaan emosional dalam berbelanja.
Selain itu, hal tersebut juga dapat mempengaruhi kemungkinan mereka untuk
melakukan pembelian impulsif. Akan tetapi, kedua hal tersebut tergantung
dari setiap individu dalam menyikapi tidak atau adanya kehadiran orang lain
dalam berbelanja. Oleh karena itu dugaan sementara dalam penelitian ini
adalah:
H3: kehadiran orang lain berpengaruh dan signifikan terhadap keadaan
emosional.
4. Hubungan Kesesakan Toko Terhadap Keadaan Emosional
Suasana sesak terjadi ketika seseorang merasakan bahwa pergerakan dia
terbatas karena ruang yang terbatas. Kesesakan bisa terjadi karena terlalu
banyak orang sementara ruang yang tersedia terbatas atau sebenarnya ruang
yang luas, tetapi juga pengunjungnya banyak. Kesesakan dalam ruangan
biasanya berhubungan dengan pengaturan ruangan dalam toko. Kesesakan
dalam ruangan menimbulkan beberapa dampak pada perilaku konsumen
dalam belanja (Sutisna, 2002).
Harrell et al. (1980) mengidentifikasi bahwa ada dua dimensi crowding,
crowding manusia dan crowding spasial. Crowding manusia mengacu pada
perasaan tertutup, perasaan terbatas karena kepadatan manusia yang tinggi.
Sementara crowding spasial adalah mengacu pada perasaan gerakan tubuh
fisik yang dibatasi karena kepadatan spasial tinggi. Beberapa penelitian juga
menunjukkan bahwa ketika lingkungan membatasi atau mengganggu
26
menyiratkan bahwa kepadatan menggambarkan keadaan "emosional netral",
sementara kesesakan hubungannya dengan keadaan emosional yang kuat.
Oleh karena itu, perasaan sesak seharusnya bertindak negatif juga pada
realisasi pembelian impulsif serta pada keadaan emosional dari pembelanja
(Graa et al., 2014). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Graa et al. (2014)
menemukan bahwa kesesakan memiliki hubungan positif terhadap perilaku
pembelian impulsif.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi kesesakan yang dialami oleh seseorang ketika berbelanja akan
mengakibatkan keadaan emosional orang tersebut dalam berbelanja akan
semakin rendah. Selain itu, hal tersebut juga akan menyebabkan
kemungkinan mereka dalam melakukan pembelian impulsif semakin rendah
karena mereka tidak merasa nyaman ketika berada di toko tersebut. Oleh
karena itu dugaan sementara dalam penelitian ini adalah:
H4: kesesakan toko berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keadaan
emosional.
5. Hubungan Keadaan Emosional Terhadap Pembelian Impulsif
Mehrabian dan Russell (1974) dalam Graa et al. (2014) menyatakan
bahwa dampak dari situasi pada perilaku dapat dimediasi oleh respon
emosional, sehingga setiap set kondisi awalnya menghasilkan emosional
(afektif, konatif, perasaan) reaksi, yang pada gilirannya mengarah ke respon
Selanjutnya, keseluruhan dari semua tanggapan emosional yang mungkin
dapat diwakili oleh satu atau kombinasi dari tiga dimensi dasar: kesenangan,
gairah, dan dominasi. Kesenangan sebagai keadaan emosional dibedakan dari
preferensi, keinginan, penguatan positif atau pendekatan-penghindaran. Ini
adalah gabungan dari perasaan seperti kebahagiaan, kepuasan, dll. Gairah
adalah orientasi kegiatan dan "ukuran seberapa terjaganya organisme,
seberapa siap untuk bertindak". Yang terakhir, dominasi adalah refleksi dari
sejauh mana individu merasa di kontrol atau dikuasai oleh lingkungannya.
Semakin tinggi tingkat dominasi yang dirasakan dalam suatu situasi, maka
semakin tunduk suatu keadaan individu (Graa et al.,2014).
Graa et al. (2014) menemukan bahwa hubungan antara tekanan waktu
dan tanggapan emosional tidak diuji karena tidak ada hubungan langsung
antara variabel ini terhadap pembeli impulsif. Dampak dari faktor atmosfer
pada kondisi emosional (kesenangan, gairah dan dominasi) dari kesenangan
tidak signifikan. Hubungan antara kehadiran orang lain dan respon emosional
tidak signifikan. Hubungan antara crowding dirasakan dan tanggapan
emosional tidak signifikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semakin baik
kesenangan, kegairahan, serta dominasi seseorang dalam berbelanja, maka
akan mengakibatkan semakin tinggi kemungkinan seseorang dalam
melakukan pembelian impulsif karena keadaan emosional yang dimiliki oleh
seseorang akan mempengaruhi dalam suatu pengambilan keputusan saat
28
Ketersediaan Waktu
Kehadiran Orang Lain
Kesesakan toko Faktor Atmosfer
Keadaan Emosional
Perilaku Pembelian
impulsif
H5 (+)
H5: keadaan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku
pembelian impulsif.
C. Model Penelitian
Berdasarkan ulasan landasan teori di atas, model penelitian dapat
digambarkan dalam Gambar 2.2
GAMBAR 2.2
Model Penelitian
Berdasarkan Gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa perilaku pembelian
impulsif dapat dipengaruhi oleh adanya ketersediaan waktu, faktor atmosfer,
kehadiran orang lain, kesesakan toko, dan keadaan emosional. Model
penelitian menunjukkan adanya hubungan kausal antar variabel.
Dalam model penelitian di atas, model penelitian merupakan model
penelitian yang mengadopsi dari teori Mehrabian-Russell model. Variabel
ketersediaan waktu, faktor atmosfer, kehadiran orang lain, dan kesesakan
toko merupakan macam-macam dari faktor lingkungan yang menjadi
stimulus dalam teori Mehrabian-Russell model. Perilaku pembelian impulsif
merupakan reaksi yang dihasilkan dari stimulus dengan melalui pengalaman
BAB III
METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) objek adalah hal, perkara,
atau orang yang menjadi pokok pembicaraan. Subjek adalah satu anggota dari
sampel, sedangkan elemen adalah satu anggota dari populasi (Sekaran dan
Bougie, 2013).
Objek dalam penelitian ini yaitu Matahari Departement Store, sedangkan
subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen yang
pernah membeli di Matahari Departement Store. Setting dalam penelitian ini
adalah Matahari Departement Store karena dari hasil studi pendahuluan
tentang pembelian impulsif, mayoritas menjawab melakukan pembelian
impulsif pada produk fashion di Matahari Departement Store.
B. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
karena terdapat rangkaian kausalitas dan juga menguji hipotesis yang telah
dirumuskan. Data kuantitatif adalah metode penelitian pada data-data
numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Sugiyono, 2010).
Sifat dari data kuantitatif itu sendiri dapat diklarifikasi, teramati, dan terukur.
Berdasarkan cara memperolehnya, data yang digunakan adalah data
primer karena peneliti melakukan pencarian data secara langsung kepada
dari sumber data yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung
dengan permasalahan yang diteliti (Sekaran dan Bougie, 2013). Sehingga
data dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
responden penelitian yang merupakan pelanggan Matahari DepartmentStore.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara
tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang
dianggap bisa mewakili populasi. Sampel penelitian dikatakan baik jika
kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi, yaitu sampel yang bersifat
representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik populasi.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 166
responden. Pengambilan jumlah sampel ditentukkan berdasarkan Roscoe
(1975) dalam Sekaran dan Bougie (2013) memberikan acuan dalam
pengambilan jumlah sampel, yaitu:
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian
2. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran
sampel sebaiknya 10 kali atau lebih dari jumlah variabel dalam penelitian.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu teknik pengambilan
sampel secara non-probability dengan purposive sampling. Non-probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
32
dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan (Sekaran dan
Bougie, 2013).
Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel yaitu konsumen yang
pernah berbelanja di Matahari Departement Store, konsumen yang pernah
melakukan pembelian terhadap suatu produk yang tidak direncanakan
sebelumnya dalam kurun waktu 3 bulan terakhir, laki-laki/perempuan yang
berusia ≥ 17 tahun.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara field
survey, yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung dengan melakukan
pengamatan, wawancara, dan membagikan kuesioner kepada responden yang
dianggap memenuhi syarat dan mampu memberikan cukup informasi.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Selain itu, kuesioner juga merupakan teknik pengumpulan
data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur
dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2010).
Kuesioner dari penelitian ini merupakan kuesioner yang menggunakan
skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan
skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
pertanyaan (Sugiyono, 2010). Adapun skala Likert yang digunakan dalam
penelitian, yaitu: Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral (N),
Setuju (S), Sangat Setuju (SS).
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan
pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan variabel dalam
penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
bebas, variabel terikat, dan variabel intervening.
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yang menyebabkan
timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah ketersediaan waktu (availability of time), faktor
atmosfer (atmospheric factors), kehadiran orang lain (presence of others),
dan kesesakan toko(perceived crowding).
Berikut adalah definisi dan pengukuran dari masing-masing variabel
bebas (independent variable):
a. Ketersediaan Waktu (Availability of Time)
Engel et al. (2008) menyatakan waktu yang disediakan untuk berbelanja
dapat membantu meringankan perasaan kesepian, menghilangkan kebosanan,
dapat memenuhi fantasi dan meredakan depresi. Waktu dapat dipandang
sebagai variabel situasional, dimana karakteristik situasional waktu yang
mempengaruhi konsumen adalah ketersediaan waktu tersebut (Mowen dan
34
dalam situasi tertentu, dapat berfungsi sebagai variabel independen yang
mempengaruhi perilaku konsumen (Sutisna, 2002). Ketersediaan waktu
mengacu pada jumlah waktu yang dirasakan tersedia dalam membuat
pertimbangan untuk keputusan pembelian dan memiliki hubungan positif
dengan mencari produk di toko oleh konsumen yang dinyatakan oleh Beatty
dan Smith dalam Pattipeilohy and Rofiaty (2013). Ketersediaan waktu adalah
jumlah waktu yang dirasa tersedia oleh pembeli pada saat itu dan dapat
mempengaruhi waktu yang dihabiskan oleh konsumen untuk mencari produk
di toko menurut Beatty dan Ferrell (1998). Ketersediaan waktu diukur dengan
tiga item indikator yang mengacu pada Tafesse dan Korneliussen (2012),
yaitu:
1) Keleluasaan Waktu
2) Santai
3) Menghabiskan waktu yang lama
b. Faktor Atmosfer (Atmospheric Factors)
Rook (1987) menunjukkan bahwa para konsumen secara tiba-tiba
termotivasi oleh rangsangan yang berasal dari lingkungan (atmosfer toko)
untuk membeli suatu produk. Atmosfer toko merupakan kombinasi dari
karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan,
pemajangan, warna, temperatur, musik, serta aroma yang secara menyeluruh
akan menciptakan citra dalam bena konsumen. Melalui atmosfer toko yang
sengaja diciptakan, ritel berupaya untuk mengomunikasikan informasi yang