• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PUASA SENIN DAN KAMIS TERHADAP KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PUASA SENIN DAN KAMIS TERHADAP KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PUASA SENIN DAN KAMIS TERHADAP KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI

DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

ANGGA BAGUS WIDYA SAPUTRA 20120320155

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PUASA SENIN DAN KAMIS TERHADAP KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI

DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

ANGGA BAGUS WIDYA SAPUTRA 20120320155

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)
(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Angga Bagus Widya Saputra

NIM : 20120320155

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Juni 2016 Yang membuat pernyataan,

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Perjalanan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sangat berkesan bagi saya, sehingga karya tulis ilmiah ini saya persembahkan kepada orang-orang yang saya sayangi

dan orang-orang yang bermakna dalam hidup saya. Karya tulis ilmiah ini saya persembahkan kepada:

Allah SWT yang selalu memberikan perlindungan, kesehatan, dan kenikmatan tiada tara kepada kita semua dan junjungan saya Nabi Agung Muhammad SAW

My Hero Papa Bagus yang selalu dukung saya, selalu bekerja keras untuk saya dan adek, semoga papa selalu diberikan kesehatan dan diperlancar rezekinya

My mother Almh mama nanik yang telah merawat, mendidik, dan membesarkan ku hingga sampai saat ini, maaf angga belum bisa membahagiakan mama, semoga amal ibadah dan

kebaikan mama diterima di sisi Allah SWT, diampuni segala dosa dan ditempatkan di Surga, I LOVE and MISS YOU MOM

My Sister adek Anggi semoga menjadi anak yang berbakti, menjadi orang sukses, sekolah setinggi-tingginya dan raihlah semua cita-citamu

Mbah Be’e, Pae, Mbah Mur, Mbah Uyut

Bude Sri, Pakde Dahlan, Pakde Bambang, Om Anto, Bulek Siti, Om Ndut, Mbak Wiwit, Om Wiwit, Bulek Endah, Alm Om Adi, Lek Cus, Mbak Ratna, Mbak Dina

Bila, Laila, Sasa, Tata, Kaka, Vava, Vivi, Kayla, Aura, Kiki, Ikhsan, Lala

Sahabat Seperjuangan Gugun, Palupi, Linda, Dian, Koko

Tim Basket FKIK UMY dan PSIK UMY angkatan 2012

(6)

v

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Ucapan terima kasih ingin penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini, khususnya kepada:

1. Bapak Bagus Giyanto, Almh. Ibu Nanik Widayanti selaku orang tua yang selalu mendukung dengan sepenuh hati, doa dan usaha.

2. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Sri Sumaryani, S.Kep.,NS.,M.Kep.,Sp.Mat.,HNC., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Yanuar Primanda, S.Kep.,NS.,MNS.,HNC, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing kami hingga menyelesaikan penelitian ini.

5. Erfin Firmawati, S.Kep.,NS.,MNS, selaku dosen penguji yang telah menguji dan memberikan saran yang lebih baik untuk penelitian ini.

6. Seluruh Tenaga Pengajar dan Administrasi di Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhaammadiyah Yogyakarta.

7. Kepala Dukuh Kasihan yang telah memberikan izin dan dukungan dalam melakukan penelitian ini.

(7)

vi

yang telah memberikan pengalaman dan kesan yang tak akan terlupakan selama kuliah di FKIK UMY.

9. Ratri Fahmi, Nurdina, Vitta, Upik Mei, Nur Saadah, Dian Putra, Denda selaku teman satu bimbingan karya tulis ilmiah

10. Deva, Zeze, Aulia Rahma, Fikri Habibah, Nur Saadah, Dyah Amboro, Tiffani, Kiki, Ratri Fahmi, Linda, Palupi, Novia, Defia, Mega, dan Hermansyah selaku teman kelompok Skill Lab

11. Seluruh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2012.

Penulis sadar masih banyaknya kekurangan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan bimbingan, kritik dan saran demi kemajuan bersama. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada para pembaca, semoga Allah SWT melindungi kita semua.

Wassalammu’alaikum Wr Wb

(8)

vii

DAFTAR ISI

KARYA TULIS ILMIAH ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

INTISARI ... xiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Landasan Teori ... 13

Manfaat Puasa Dalam Kesehatan ... 20

Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Puasa ... 22

(9)

viii

f. Komplikasi ... 34

g. Penatalaksanaan ... 37

h. Penderita DM yang Aman untuk Berpuasa ... 41

3. Glukosa Darah ... 42

Pengertian ... 42

Fungsi... 42

Kelainan ... 43

Kadar Gula Darah ... 44

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah... 44

B. Kerangka Konsep ... 47

C. Hipotesa... 47

BAB III METODE PENELITIAN... 48

A. Desain Penelitian ... 48

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 49

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50

D. Variabel Penelitian ... 51

E. Definisi Operasional... 51

F. Instrumen Penelitian... 52

G. Cara Pengumpulan Data ... 53

H. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 56

I. Analisa Data ... 58

J. Etika Penelitian ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Hasil Penelitian ... 61

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 61

2. Karakteristik Demografi Responden ... 62

3. Analisa Perbedaan Kadar Gula Darah Sewaktu Pre dan Post Pada Masing-masing Kelompok ... 64

4. Analisa Perbedaan Kadar Gula Darah Sewaktu Post-Test Antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 65

B. Pembahasan ... 65

1. Karakteristik Demografi Responden ... 65

Jenis Kelamin ... 65

Pendidikan terakhir ... 66

(10)

ix

Penghasilan ... 68

Konsumsi obat ... 68

Usia ... 69

Lama Menderita DM ... 70

2. Pengaruh Puasa Senin dan Kamis Terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu . ... 70

C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 78

1. Kekuatan penelitian ... 78

2. Kelemahan penelitian ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN ... 88

Lampiran I Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 89

Lampiran II Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 90

Lampiran III Lembar Informasi Penelitian... 91

Lampiran IV Kuesioner Penelitian ... 94

Lampiran V Booklet Panduan Puasa Senin dan Kamis ... 96

Lampiran VI Catatan Harian Puasa Senin dan Kamis... 117

Lampiran VII Hasil Uji content validity ... 123

Lampiran VIII Hasil Analisa Data Penelitian ... 127

Lampiran IX Surat Kelayakan Etik Penelitian ... 137

(11)

x DAFTAR GAMBAR

(12)

xi

DAFTAR TABEL

(13)

xii

DAFTAR SINGKATAN ADA : American Diabetes Association

DM : Diabetes Mellitus

IDF : Internasional Diabetes Federation

KEMENKES RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

OHO : Obat Hipoglikemi Oral

PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

(14)
(15)

xiii INTISARI

Latar Belakang: Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang mengancam jiwa. Salah satu alternatif pengelolaan diabetes mellitus adalah berpuasa Senin Kamis.

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Puasa Senin Kamis terhadap kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes melitus tipe 2.

Metode Penelitian: Penelitian ini adalah Quasi-Experimental pre-test and post-test with control group design. Penelitian dilaksanakan pada April hingga Mei 2016 di Dukuh Kasihan. Responden terdiri dari 15 orang di kelompok eksperimen yang diberikan intervensi Puasa Senin Kamis selama 1 bulan dan 15 orang di kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi dengan teknik total sampling. Data dianalisis dengan uji Wilcoxon dan

Independent T-Test dengan taraf signifikansi p<0,05.

Hasil Penelitian: Rerata usia dan lama menderita DM adalah 57,20 dan 4,53 tahun pada kelompok eksperimen serta 54,67 dan 6,13 tahun pada kelompok kontrol. Sebanyak 8 orang di kelompok eksperimen dan 9 orang di kelompok kontrol mengkonsumsi Metformin.. Puasa Senin Kamis menurunkan kadar gula darah sewaktu pada kelompok eksperimen (p=0,05). Terdapat perbedaan setelah Puasa Senin Kamis antara kelompok eksperimen dan kontrol dimana gula darah kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol (p=0,031).

Kesimpulan: Puasa Senin Kamis memiliki potensi menurunkan kadar gula darah sewaktu. Perawat dapat menggunakan Puasa Senin Kamis sebagai pilihan intervensi dalam menurunkan kadar gula darah. Penelitian selanjutnya dapat menguji pengaruh Puasa Senin Kamis terhadap variabel lain seperti asam urat dan tekanan darah dengan mengontrol variabel pengganggu dengan ketat.

(16)

xiv ABSTRACT

Background: Diabetes mellitus is one of the life-threatening disease. One alternative

management of diabetes mellitus was fasting on Mondays and Thursdays.

Objective: To determine the effect of fasting on Mondays and Thursdays to random blood

glucose levels in people with type 2 diabetes mellitus.

Methods: Quasi-Experimental pre-test and post-test with control group design. The

research was conducted from April to May 2016 in Dukuh Kasihan. Respondents consisted of 15 people in experimental group were given intervention fasting on Mondays and Thursdays for 1 month and 15 people in control group who were not given the intervention by total sampling technique. Data were analyzed using Wilcoxon test and Independent T-Test with a significance level of p <0.05.

Results: Mean of age and length of suffering diabetes was 57.20 years old and 4.53 years

in experimental and 54.67 and 6.13 years in control. Eight people in experimental and 9 in control were taking metformin.. Fasting on Mondays and Thursdays have made random blood glucose levels lower in experimental group (p=0.05). There are differences after fasting on Mondays and Thursdays between experimental and control in which blood glucose on experimental are lower than control (p = 0.031).

Conclusion: Fasting on Mondays and Thursdays has potential to decrease random blood

glucose levels. Nurses may use fasting on Mondays and Thursdays as an optional intervention to decrease blood glucose. Next research can test the effect of fasting on Mondays and Thursdays to other variables such as uric acid and blood pressure by controlling confounding variables closely.

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan meningkatnya prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus (DM), dan lain-lain (Suyono, 2009).Prevalensi DM di dunia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013, angka kejadian diabetes untuk segala usia di dunia diperkirakan sebesar 2,8% pada tahun 2000 dan mengalami peningkatan sebesar 4,4% pada tahun 2030.

(18)

Pada tahun 2006 penderita diabetes melitus di Indonesia mencapai 14 juta jiwa, 50% dari jumlah penderita diabetes sadar telah mengidap penyakit diabetes tetapi tidak melakukan pengobatan secara teratur dan 30% sadar telah mengidap diabetes dan melakukan pengobatan secara teratur (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia [PERKENI], 2012). Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014, bahwa penderita DM di Yogyakarta berjumlah 25.152 orang dan menempati sepuluh besar sebagai penyakit terbesar di kota Yogyakarta. Sedangkan berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Bantul tahun 2013, bahwa penderita DM di Puskesmas se-Kabupaten Bantul sebanyak 5558 orang dan menempati urutan ke 6 sebagai 10 besar penyakit penyakit di Puskesmas se-Kabupaten Bantul (Dinas Kesehatan [Dinkes] Bantul, 2014) Diabetes melitus merupakan salah satu penyebab utama kematian yang disebabkan karena pola makan atau nutrisi, perilaku tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan stress (Kemenkes RI, 2013). Menurut Riskesdas tahun 2013, DM menyumbang 4,2% kematian pada kelompok umur 15-44 tahun di daerah perkotaan dan merupakan penyebab kematian tertinggi ke-2 pada kelompok umur 45-54 tahun di perkotaan dengan prosentase 14,7% pada tahun 2007. Selain itu, DM menempati urutan angka kematian tertinggi ke-6 di daerah perdesaan dengan prosentase 5,8% (Kemenkes RI, 2013). Meningkatnya angka kematian penderita diabetes adalah tidak terkontrolnya gula darah sehingga akan menyebabakan komplikasi penyakit yang lain.

(19)

gula darahnya dengan baik dan kadar gula darahnya tinggi secara konsisten meningkatkan resiko berkembangnya masalah kesehatan yang serius yang mempengaruhi jantung dan pembuluh darah, mata, ginjal, saraf, gigi, apabila terjadi luka di kaki sangat sulit untuk sembuh, dan gangguan sirkulasi darah ke otak yang mengakibatkan stroke bahkan kematian (International Diabetes Federation [IDF], 2014). Selain itu, penderita diabetes juga memiliki risiko lebih tinggi untuk berkembangnya infeksi (Khotimah, 2014). Penyakit diabetes melitus tidak dapat disembuhkan melainkan dapat dikendalikan melalui pengelolaan diabetes melitus (Dewi, 2013).

(20)

Puasa telah dilakukan sejak zaman dahulu, tidak hanya oleh umat Islam saja, tetapi oleh umat beragama yang lain, namun dengan cara yang berbeda-beda sesuai ajaran yang dipercayai. Puasa diartikan sebagai menahan. Menahan di sini yaitu menahan dari hal-hal yang masuk ke dalam mulut dalam bentuk makanan dan minuman. Salah satu hikmah melaksanakan puasa adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memperoleh derajat yang agung di hadapan Allah SWT berupa ketakwaan. Hal ini seperti dijelaskan dalam

Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183

يَايَيّاَااَّاِين ََمَنَوااَتِبََاَلَيْكَمَُاَصيَكَ ِم َيَمََاَتِبََعَمَُاَّاِين َاِّْواْلَيِمْمَْاْلَينمَمَ اَتمَُنبََ

Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa

sebagaimana telah diwajibkannya atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu

bertakwa”.

Menurut Islam puasa yang kita lakukan dalam Bulan Ramadhan maupun puasa sunah diluar Ramadhan seperti puasa Senin Kamis membuat kita bisa menjadi lebih taqwa dan lebih sabar.

Menurut hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, dari Abu Hurairah r.a,

Rasullullah bersabda ”Allah ’Azza wa Jalla yang artinya ”Setiap amal anak

Adam teruntuk baginya kecuali puasa, puasa itu adalah untuk Ku dan Aku akan

memberinya pahala”. Selain itu, Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Bahwa

Rasulullah SAW bersabda “Amal-amal perbuatan itu diajukan pada hari Senin dan Kamis, oleh karena itu aku ingin amal perbuatanku diajukan pada saat aku

sedang puasa”. Selain meningkatkan ketaqwaan, berpuasa juga dapat

(21)

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Berpuasalah kamu, niscaya kamu akan sehat”(HR.Bukhari). Puasa dapat membersihkan toksin dan zat-zat yang menumpuk dalam seluran pencernaan, ginjal, dan organ yang lain akibat bahan pengawet, zat pewarna, pemanis buatan, asap rokok, yang menumpuk selama bertahun-tahun (Albiby dalam Liza, 2009). Puasa juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh atau sistem imun terhadap berbagai penyakit karena puasa dapat meningkatkan fungsi sel limfa yang memproduksi sel limfosit T yang secara signifikan bertambah dan puasa juga dapat memberikan manfaat pada penderita DM yang melaksanakan puasa (Albiby dalam Liza, 2009).

Manfaat lain dari puasa bagi kesehatan tubuh meliputi sistem pencernaan. Ketika berpuasa, sistem pencernaan didalam tubuh kita akan beristirahat sehingga sistem pencernaan kita akan menjadi semakin sehat (Ardan, 2013; Fulton, 2010). Selain sistem pencernaan, puasa juga dapat menghilangkan racun dan kotoran (detoksifikasi) yang ada dalam tubuh kita, dengan berpuasa maka kita akan membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita, sehingga akan menghasilkan enzim antioksidan yang mampu membersihkan zat-zat yang bersifat racun dan carsinogen (Fulton, 2010). Selain itu, puasa juga dapat mencegah penyakit yang muncul akibat pola makan yang tidak baik seperti kolestrol, trigiserida tinggi, jantung koroner, diabetes melitus (kencing manis), dan lain-lain (Ardan, 2013; Fulton, 2010).

(22)

dan mental. Paracelsus (Abad ke-15) juga mengatakan bahwa “Fasting is the greatest remedy the physician within" yang artinya: Puasa dapat dilakukan untuk pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit karena memiliki banyak manfaat (Hana, 2010). Puasa Ramadhan tidak akan berbahaya bagi penderita DM, tetapi memberikan banyak manfaat (Sulimami dalam Liza, 2009).

(23)

Hasil wawancara dari 5 penderita DM di Desa Kasihan didapatkan bahwa kelima pasien belum mengetahui tentang DM, Diet DM, serta tidak pernah melakukan puasa Senin dan Kamis.

Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk

membuat karya ilmiah dengan judul “Pengaruh puasa Senin dan Kamis terhadap

kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Dukuh

Kasihan, Bantul, Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah pengaruh puasa Senin dan Kamis terhadap kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes

melitus tipe 2?”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh puasa Senin dan Kamis terhadap kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes melitus tipe 2.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui data demografi responden penderita diabetes melitus di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

b. Untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah sewaktu sebelum (pre) dan setelah (post) intervensi pada kelompok eksperimen.

(24)

d. Untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah sewaktu antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah intervensi.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan bagi profesi keperawatan sebagai masukan dalam pemberian intervensi pada penderita DM untuk puasa Senin dan Kamis.

2. Bagi Masyarakat

Masyarakat mendapatkan pengetahuan tentang cara mengontrol kadar gula darah dan diharapkan mampu mengontrol kadar gula darah dengan cara berpuasa Senin dan Kamis, sehingga dapat mengurangi angka komplikasi penderita diabetes karena tidak mengontrol kadar gula darah.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya tentang pengaruh puasa Senin dan Kamis pada penderita diabetes melitus.

E. Keaslian Penelitian

(25)

(HbA1c), dan profil lipid pada penderita diabetes melitus yang melakukan puasa selama bulan Ramadhan mengalami penurunan secara signifikan dibandingkan dengan sebelum Ramadhan.

Persamaan dengan penelitian saat ini adalah menggunakan metode quasi experiment, quantitatif, untuk mengetahui kadar gula darah, dan di intervensikan bagi penderita diabetes. Perbedaan dengan penelitian saat ini adalah intervensi yang digunakan, penelitian sebelumnya menggunakan puasa Ramadhan, penelitian saat ini menggunakan puasa Senin Kamis. Jumlah responden, penelitian sebelumnya menggunakan 1.301 responden, sedangkan penelitian saat ini menggunkan 78 responden, 39 kelompok eksperimen dan 39 kelompok kontrol.

(26)

Senin dan Kamis memiliki kadar trigliserida lebih rendah dari pada responden yang tidak melakukan puasa Senin dan Kamis.

Persamaan dari penelitian saat ini dengan penelitian Palupi adalah penelitian kuantitatif. Sedangkan perbedaan dengan penelitian saat ini adalah tujuan yang ingin diketahui, penelitian Palupi untuk mengetahui kadar trigliserida pada responden yang melakukan puasa Senin dan Kamis dengan yang tidak melakukan puasa. Sedangkan penelitian saat ini untuk membandingkan kadar gula darah puasa penderita diabetes yang melakukan puasa Senin dan Kamis dengan yang tidak puasa. Jumlah responden pada penelitian sebelumnya berjumlah 30 orang, sedangkan jumlah responden pada penelitian saat ini berjumlah 78 orang, 39 kelompok eksperimen dan 39 kelompok kontrol. Metode penelitian sebelumnya menggunakan metode penelitian observasi dan cross sectional, sedangkan penelitian saat ini menggunakan metode penelitian Quasi experimen.

(27)

menunjukkan bahwa pada kelompok puasa Senin Kamis kadar kolesterol HDL lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak puasa, sedangkan kadar kolesterol LDL pada kelompok puasa Senin Kamis lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak puasa.

Persamaan dari penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian kuantitatif. Sedangkan perbedaan dengan penelitian saat ini adalah tujuan yang ingin diketahui, penelitian sebelumnya untuk mengetahui kadar kolesterol HDL dan LDL pada responden yang melakukan puasa Senin Kamis dengan yang tidak melakukan puasa. Sedangkan penelitian saat ini untuk membandingkan kadar gula darah puasa penderita diabetes yang melakukan puasa Senin dan Kamis dengan yang tidak puasa. Jumlah responden pada penelitian sebelumnya berjumlah 30 orang, sedangkan jumlah responden pada penelitian saat ini berjumlah 78 orang, 39 kelompok eksperimen dan 39 kelompok kontrol. Metode penelitian sebelumnya menggunakan metode penelitian observasi dan cross sectional, sedangkan penelitian saat ini menggunakan metode penelitian Quasi experimen.

(28)

melakukan puasa Senin Kamis secara rutin dan 15 responden tidak melakukan puasa Senin Kamis. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok puasa Senin Kamis kadar kolesterol total lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak puasa.

(29)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Puasa

Pengertian

Puasa dalam Al-Quran disebut dengan istilah shiyaam dan shaum, yang secara etimologi atau bahasa berarti menahan diri dari sesuatu, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan (Altuwayjiry, 2008). Puasa menurut syariat adalah menahan dengan niat Ibadah dari makanan, minuman, hubungan suami istri, dan semua hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari (Al-jaiziri, 2004).

Hadits Abdullah bin Umar riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Nabi Muhammad SAW menerangkan bahwa puasa adalah salah satu rukun Islam yang agung dan mulia

ّصلا اقإ ، ّّ لوسر اًدّ حم ّ أ ّّ ّاإ هلإ ا أ ةدا ش س خ ى ع اسإا ينب ، ةا

ءاتيإ

اضمر وص ، جحلا ، ةاكّزلا

“Islam dibangun di atas lima (perkara, pondasi): Syahadat Lâ Ilâha

Illallâh wa Anna Muhammadan ‘Abduhu wa Rasûluhu, mendirikan shalat,

mengeluarkan zakat, berhaji ke Rumah Allah, dan berpuasa Ramadhan.”

(30)

Puasa wajib merupakan puasa yang harus dilakukan bagi seluruh umat Islam. Puasa wajib meliputi puasa Ramadhan, puasa Kifarat atau puasa Denda dan puasa Nadzar (Amin, 2009; El-Hamdy, 2014). 2) Puasa Sunnah

Puasa sunnah merupakan puasa yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa dan dianjurkan oleh nash-nash syar’i untuk dikerjakan. Puasa sunnah meliputi:

a) Puasa enam hari bulan Syawal

b) Puasa ‘Arafah bagi orang yang tidak sedang menunaikan ibadah haji

c) Puasa hari ‘Asyura’ (puasa tanggal 10 Muharram) dengan satu hari

sebelum atau sesudahnya d) Puasa Senin Kamis

e) Puasa pertengahan bulan (puasa tanggal 13, 14, & 15 bulan Qamariyah)

f) Puasa Sya’ban dan puasa Dawud (sehari puasa, sehari tidak puasa)

g) Puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah dan puasa bagi orang yang belum mampu menikah. (Amin, 2009; Azwar, 2008; El-Hamdy, 2014).

3) Puasa Makruh

(31)

tidak sampai pada tingkat pengharaman. Hari-hari yang dimakruhkan untuk puasa yaitu:

a) Puasa ‘Arafah bagi orang yang menunaikan ibadah haji

b) Puasa hari Jum’at saja

c) Puasa hari Sabtu saja

d) Puasa hari terakhir dari bulan Sya’ban, kecuali jika bertepatan

dengan puasa yang biasa dilakukan seperti puasa Senin Kamis (Amin, 2009; Azwar, 2008; El-Hamdy, 2014).

4) Puasa yang diharamkan

Puasa yang diharamkan oleh nash-nash Syar’i untuk dilakukan, puasa yang diharamkan meliputi:

a) Puasa dua hari raya (Idul Fitri & Idul Adh-ha)

b) Puasa hari-hari Tasyriq (tanggal 11, 12, dan 13 dari bulan Dzulhijjah)

c) Puasa terus menerus sepanjang masa d) Puasa pada saat haid dan nifas bagi wanita

e) Wanita yang melaksanakan puasa Tathawwu’ (sunnah) tetapi

suaminya melarang untuk mengerjakan puasa tersebut (Amin, 2009; Azwar, 2008; El-Hamdy, 2014)

Puasa Senin Kamis

(32)

"Bahwasanya Rasulullah SAW adalah orang yang paling banyak

berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Ketika ditanya tentang alasannya,

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya segala amal perbuatan

dipersembahkan pada hari Senin dan Kamis, maka Allah akan

mengampuni dosa setiap orang muslim atau setiap orang mukmin, kecuali

dua orang yang bermusuhan. Maka Allah berfirman, " Tangguhkan

keduanya”. (HR. Ahmad) dalam Nashir (2008).

Hari Senin Kamis memiliki banyak keutamaan, yaitu: 1) Hari ketika amal para hamba diperiksa

Segala kegiatan kita di duina ini pasti ada waktunya untuk mengoreksi dan menginstropeksi, semua amal-amal kita juga akan diperiksa oleh Allah SWT. Nabi Muhammad SAW telah menyebutkan bahwa amal-amal hamba akan dilaporkan dan diperiksa oleh Allah

setiap bulan Sya’ban dalam setahunnya. Seperti dalam hadist beliau

“Usamah bin Zaid pernah berkata, ‘wahai Rasulullah, aku tidak

melihat engkau berpuasa dari bulan sebagaimana aku melihat engkau

berpuasa di bulan Sya’ban’. Beliau bersabda, ‘Ia adalah bulan dimana

orang-orang melupakannnya diantara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah

bulan yang di dalamnya diangkat amal-amal kepada Rabbul ‘alamin.

Maka aku suka jika amalku diangkat sedang aku orang yang

berpuasa’”.(HR. Ibnu Abi Sayibah, Ibnu Zanjawaih, Abu Ya’la, Ibnu

(33)

Amal-amal perbuatan akan diperiksa pada hari Senin dan Kamis, diriwayatkan Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Amal-amal perbuatan itu diajukan pada hari Senin dan Kamis,

oleh karena itu aku ingin amal perbuatanku diajukan pada saat aku

sedang puasa” (Mustafa, 2009; Samawa, 2013).

2) Hari dibukanya pintu-pintu surga

Setiap tahunnya, Allah telah memilih waktu-waktu khusus dimana pada waktu itu Allah membukakan pintu-pintu surga bagi para hamba-Nya. Waktu tersebut jatuh pada hari-hari di bulan Ramadhan.

“Ketika bulan Ramadhan tiba, maka dibukakan pintu surga, ditutup

pintu neraka dan dibelenggu para syaitan”. (HR. Bukhari dan

Muslim).

Setiap pekannya, Allah membukakan pintu-pintu surga untuk hamba-Nya pada hari Senin dan Kamis. Diriwayatkan Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Maka

diampuni dalam kedua hari itu setiap hamba yang tidak menyekutukan

Allah dengan sesuatupun kecuali orang yang diantaranya dan

saudaranya terdapat permusuhan. Kemudian dikatakan,’Lihatlah

kedua orang ini hingga keduanya berdamai”. (HR. Al-Khatib, Muslim,

Abu Daud, Nasa’i, At-tirmidzi dan Ibnu Hibban) dalam (Mustafa, 2009;

(34)

3) Senin adalah hari kelahiran Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW dilahirkan di Makkah, kira-kira 200 M dari

Masjidil Haram, hari Senin menjelang terbitnya fajar 12 Rabi’ul Awal

tahun Gajah bertepatan dengan 20 April 571 M. Sebagai penghormatan atas hari kelahirannya, Nabi Muhammad SAW kemudian menjalankan puasa pada hari itu sebagai wujud kesyukuran beliau kepada Allah SWT. Abu Qatadah ra. menceritakan Rasulullah SAW pernah ditannya tentang puasa di hari Senin. Beliau menjawab:

“Hari itu saya dilahirkan, hari itu saya diutus, dan di hari itu Al

-Quran diturunkan kepadaku”. (HR. Muslim) dalam (Mustafa, 2009;

Samawa, 2013).

4) Kamis adalah hari yang diberkahi

Hari Kamis juga punya predikat sebagai hari yang diberkahi karena mendapat keberkahan dari doa Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW telah berdoa untuk umat ini:

“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu pagi mereka di hari

Kamis.” (HR. Ibnu Majah dan Bazzar). “Berpagi-pagilah kalian dalam

mencari ilmu. Sungguh aku telah meminta kepada Rabbku agar

memberi keberkahan pada umatku di waktu pagi mereka. Dan Dia

menjadikan keberkahan itu pada hari Kamis”. (HR. Thabrani).

Dalil Anjuran Puasa Senin Kamis 1) Rasulullah SAW. bersabda :

(35)

Artinya: “(pahala) Amalan di angkat pada hari senin dan kamis, maka aku menyukai jika ketika amalanku di angkat aku dalam keadaan

berpuasa.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Saat Rasulullah ditanya

tentang puasa Senin dan Kamis, Beliau menjawab khususnya pada hari Senin:

ا ي ل ل هي ف ألننأ لي عهي ف

Artinya: “Hari itu aku di lahirkan dan pada hari itu (pula) wahyu di turunkan kepadaku.” (HR. Muslim).

2) Dalil keutamaan Puasa Senin Kamis

Keutamaan melaksanakan puasa Senin dan Kamis banyak sekali. Berikut ini merupakan dalil keutamaan berpuasa Senin dan Kamis serta puasa sunnah lainnya. Rasulullah SAW bersabda:

إي فةن ج لااابابلا يه ل: ، ا ير لالخ يهن م ئا لا يةماي لاا لخ ي

هن م حأمهري غ. لا ي: ن يأ؟ ئا لا م ي فا لخ يهن م حأ،مهري غا إ ف

ا خ ق غأم فلخ يهن م حأ

Artinya : “Sesungguhnya di surga ada satu pintu yang namanya “Ar

-Rayyan,” yang akan di masuki oleh orang-orang yang sering berpuasa

kelak pada hari kiamat, tidak akan masuk dari pintu itu kecuali orang

yang suka berpuasa. di katakan : manakah orang-orang yang suka

berpuasa? maka mereka pun berdiri dan tidak masuk lewat pintu itu

kecuali mereka, jika mereka telah masuk, maka pintu itu di tutup

(36)

3) نعةش ئاعـيض ره ا ن عـ أيب ن لاى ص ه هي عم س ا ك رحت ي

اي ص ني ن ثااسي لا

Artinya:“Dari ‘Aisyah-radhiallahu‘anha-: Bahwa

Nabi-sholallahu‘alaihi wasallam-sering melakukan puasa Senin dan

Kamis.”(HR. Ibnu Majah, At-Tirmidzi, dan An-Nasai).

Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183 :

اأياأ ّيأأ أنييللاا نأما أبتك ميْيأ أع اأيَ لااأ أك أبتكىأ أع أنييللا ْنم ْمي ْبأْ ْميل أعأل أ لتأت

Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa

sebagaimana telah diwajibkannya atas orang-orang sebelum kamu,

agar kamu bertakwa”.

Manfaat Puasa Dalam Kesehatan

1) Puasa mencegah munculnya berbagai penyakit

Puasa dapat mencegah penyakit yang muncul akibat pola makan yang tidak baik seperti kolestrol, trigiserida tinggi, jantung koroner, diabetes mellitus (kencing manis), dan lain-lain (Fulton, 2010).

2) Keseimbangan Nutrisi

(37)

Hal ini tidak terjadi pada kelaparan jangka panjang, karena terjadi penumpukan lemak dalam jumlah besar, sehingga beresiko terjadi sirosis hati. Sedangkan saat puasa di bulan ramadhan, fungsi hati masih aktif dan baik (Ardan, 2013).

3) Puasa dapat menghilangkan racun di dalam tubuh dan menjaga sistem pencernaan

Puasa dapat menghilangkan racun dan kotoran (detoksifikasi) yang ada dalam tubuh kita, dengan berpuasa maka kita akan membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita, sehingga akan menghasilkan enzim antioksidan yang mampu membersihkan zat-zat yang bersifat racun dan carsinogen (Fulton, 2010). Selain itu, puasa juga dapat menyebabkan sistem pencernaan kita akan menjadi semakin sehat karena ketika berpuasa sistem pencernaan didalam tubuh kita akan beristirahat (Ardan, 2013; Fulton, 2010).

4) Puasa mampu meningkatkan sistem imun atau kekebalan tubuh

Puasa dapat meningkatkan kekebalan tubuh atau sistem imun terhadap berbagai penyakit karena puasa dapat meningkatkan fungsi sel limfa yang memproduksi sel limfosit T yang secara signifikan bertambah (Albiby dalam Liza, 2009).

5) Puasa mampu mencegah terjadinya DM tipe 2

(38)

1 (GLP-1) yang dihasilkan oleh sel K dan L pada populasi sel EE. Tingginya kadar GIP dan GLP-1 merupakan faktor predisposisi DM tipe 2 (Jamil, 2010).

6) Puasa Menurunkan Kadar Glukosa Darah Penderita DM

Kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus yang melakukan puasa selama bulan Ramadhan mengalami penurunan secara signifikan dibandingkan dengan sebelum Ramadhan (Bener & Yousafzai, 2014).

Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Puasa 1) Faktor internal

a) Faktor Biologis

Warisan biologis manusia menentukan perilakunya, dapat diawali sampai struktur DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang diterima dari kedua orang tuanya. Begitu besarnya pengaruh warisan biologis ini sampai muncul aliran baru yang memandang segala kegiatan manusia termasuk agama, kebudayaan, moral, berasal dari struktur biologinya (Rakhmat dalam Mumbasitoh, 2012).

b) Faktor Sosio Psikologis

(39)

komponen konatif adalah yang berhubunngan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak (Rakhmat dalam Mumbasitoh, 2012).

c) Kepribadian

Kepribadian sering disebut sebagai identitas (jati diri) seseorang yang sedikit banyaknya menampilkan ciri-ciri pembeda dari individu lain di luar dirinya. Dalam kondisi normal, memang secara individu manusia memiliki perbedaan dalam kepribadian. Dan perbedaan ini diperkirakan berpengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek kejiwaaan termasuk jiwa keagamaan. (Rakhmat dalam Mumbasitoh, 2012).

2) Faktor Eksternal a) Faktor Keluarga

(40)

rumah dengan sendirinya akan mengikuti seperti apa yang dikerjakan keluarganya (Rakhmat dalam Mumbasitoh, 2012). b) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan yang lebih besar daripada lingkungan keluarga, masyarakat dalam hal ini adalah teman pergaulan, media massa, tempat-tempat rekreasi dan orang sekitar yang bergaul dengannya. Apabila seseorang tinggal di masyarakat yang kehidupan agamanya masih kuat dan selalu melaksanakan kegiatan-kegiatan agama, maka seseorang tersebut akan melaksanakan kehidupannya dengan cara islami. Namun sebaliknya, jika masyarakat hidup dalam lingkungan yang acuh tak acuh dalam melaksanakan ajaran agama maka seseorang tersebut juga akan menjalankan agama secara acuh tak acuh (Rakhmat dalam Mumbasitoh, 2012).

2. Diabetes Melitus a. Pengertian

(41)

dari sebuah kelompok kelainan metabolik dengan fenotip yang lazim dijumpai pada keadaan hiperglikemia (Hartono, 2013).

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa kehilangan toleransi karbohidrat dan kelainan toleransi glukosa (Schteingart, 2006). DM merupakan penyakit endokrin yang paling lazim, ditandai oleh kelainan metabolik dan gangguan toleransi glukosa serta mempunyai komplikasi jangka panjang yang melibatkan mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah (Fauci, et al, 2008).

Menurut kriteria diagnostik PERKENI tahun 2011, seseorang dikatakan menderita diabetes apabila memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan gula darah sewaktu >200 mg/dL. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, gula darah akan meningkat setelah makan dan akan kembali normal 2 jam setelah makan.

b. Klasifikasi

1) Diabetes melitus tipe 1

(42)

nilai ambang ginjal, sehingga gula yang berlebihan di keluarkan lewat urin bersama banyak air (glycosuria) (Tjay & Rahardja, 2010).

Pada DM tipe 1 sering terjadi ketoasidosis jika suplai insulin tidak terpenuhi dan terdapat hubungan dengan HLA tertentu pada kromosom 6 dan beberapa auto-imunitas seroligik dan cell mediated. Infeksi virus dan toksin diduga berpengaruh pada proses kerentanan auto-imunitas (Purnamasari, 2009). Insiden tiap tahunnya pada penderita DM tipe 1 sebanyak 30.000 kasus dibagi menjadi subtipe:

a) Autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta pankreas

b) Idiopatik, tanpa ada bukti autoimun dan tidak diketahui sumber penyebabnya.

Pada DM tipe 1 rata-rata diderita oleh orang-orang dibawah usia 30 tahun dan tersering adalah usia 10-13 tahun (Tjay & Rahardja, 2010). 2) Diabetes melitus tipe 2

(43)

sekresi insulin pada rangsangan glukosa maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain.

Pada DM tipe 2 tidak mempunyai hubungan dengan HLA, virus ataupun autoimunitas dan biasanya mempunyai sel beta yang masih berfungsi, sering memerlukan insulin namun tidak bergantung insulin seumur hidup. Pada tipe ini memiliki variasi diantaranya:

a) Resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif (Pedominan) b) Resistensi insulin bersama gangguan sekresi insulin (Predominan)

(Purnamasari, 2009).

DM tipe 2 dikenal sebagai diabetes onset-dewasa atau maturiti, hal ini disebabkan karena insiden pada DM tipe 2 sebesar 650.000 kasus setiap tahunnya dan onsetnya terjadi diatas umur 30 tahun, seringkali diantara usia 50-60 tahun dan DM tipe ini timbul secara perlahan-lahan. Akan tetapi, akhir-akhir ini banyak dijumpai penderita DM tipe 2 yang dibawah usia 20 tahun, hal ini sepertinya berkaitan terutama dengan peningkatan prevalensi kasus obesitas yang merupakan faktor risiko terjadinya diabetes melitus tipe 2 (Guyton & Hall, 2008; Schteingart, 2006).

3) Diabetes Melitus Gestasional

(44)

diabetogenik, sehingga kebanyakan perempuan hamil harus menjalani penapisan untuk diabetes ketika usia kehamilan 24-28 minggu. Faktor risiko terjadinya diabetes gestasional adalah usia lanjut, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga dan riwayat gestasional terdahulu (Schteingart, 2006).

4) Diabetes Tipe Lain

Menurut Schteingart (2006) Diabetes tipe lain meliputi:

a) Kelainan genetik pada sel beta seperti MODY (Maturity Onset Diabetes Of The Young). Diabetes tipe ini memiliki prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien seringkali obesitas dan resisten terhadap insulin, kelainan genetik telah dikenal dalam 4 bentuk mutasi dan fenotip yang berbeda (MODY 1, 2, 3 dan 4)

b) Kelainan genetik pada kerja insulin menyebabkan sindrom resistensi insulin berat dan akantosis negrikans

c) Penyakit pada eksokrin pankreas menyebabkan pankreatitis kronik d) Penyakit endokrin seperti sindrom cushing dan akromegali

e) Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta f) Infeksi

c. Patofisiologi

(45)

sel, akibat terikatnya insulin dengan reseptor khusus, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intra sel yang mengakibatkan tidak efektifnya insulin untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resitensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresi. Namum pada penderita toleransi glukosa yang terganggu, keadaan ini akibat dari sekresi insulin berlebihan dan kadar glukosa yang dipertahankan dalam tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, apabila sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan mengakibatkan DM tipe 2 (Schteingart, 2006; Smeltzer & Bare, 2002). d. Manifestasi Klinis

1) Penurunan Berat Badan

(46)

2) Banyak Kencing (Poliuria)

Kadar glukosa darah yang tinggi sifatnya menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan mengganggu penderita terutama pada malam hari (Tjokoprawiro, 2006).

3) Banyak Minum

Rasa haus yang sering (polidipsia) dikarenakan banyaknya cairan yang keluar melalui kencing (poliuria) (Schteingart, 2006; Smeltzer & Bare, 2002).

4) Banyak Makan (polifagia)

Kalori yang dihasilkan dari makanan yang dikonsumsi akan dimetabolisme oleh tubuh menjadi glukosa. Pada penderita diabetes melitus glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, sehingga menyebabkan penderita selalu merasa lapar (Tjokoprawiro, 2006).

5) Gangguan Saraf Tepi/ Kesemutan

Penderita diabetes melitus akan mengeluhkan rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam hari, sehingga menyebabkan gangguan tidur pada penderita (Tjokoprawiro, 2006). 6) Gangguan penglihatan

(47)

kacamata agar tetap dapat melihat dengan baik (Schteingart, 2006; Smeltzer & Bare, 2002).

7) Gatal

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya sering terjadi di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara (Schteingart, 2006; Smeltzer & Bare, 2002; Tjokoprawiro, 2006). 8) Keputihan

Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejalan yang dirasakan (Tjokoprawiro, 2006).

e. Faktor Resiko

1) Faktor resiko yang tidak dapat dirubah a) Usia

Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 40 tahun. Bertambahnya usia menyebabkan penurunan fisiologis yang mengakibatkan penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin (Ehsa, 2010).

b) Riwayat Keluarga Diabetes

(48)

c) Ras atau Latar Belakang Etnis

Resiko diabetes melitus tipe 2 lebih besar pada hispanik, kulit hitam, penduduk asli Amerika dan Asia (Ehsa, 2010).

d) Riwayat Diabetes pada Kehamilan

Memiliki diabetes saat kehamilan, memiliki riwayat diabetes melitus gestasional (DMG) atau melahirkan bayi > 4,5kg dapat meningkatkan resiko diabetes melitus tipe 2 (Ehsa, 2010; Powers, 2005).

2) Faktor resiko yang dapat diubah a) Pola Makan

Makanan dengan jumlah yang berlebih atau melebihi kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes melitus tipe 2. Pankreas mempunyai kapasitas kadar insulin untuk disekresikan, oleh karena itu, mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang berlebih dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah memadai dapat menyebabkan kadar gula darah dalam darah meningkat (Ehsa, 2010).

b) Gaya Hidup

(49)

angka obesitas. Ketika olahraga atau melakukan aktivitas, sejumlah gula akan dibakar dijadikan tenaga, sehingga gula dalam tubuh dan kebutuhan hormon insulin akan berkurang (Ehsa, 2010; Powers, 2005).

c) Obesitas

Seseorang dikatakan obesitas apabila memiliki IMT lebih dari 25, hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya diabetes melitus tipe 2 (Ehsa, 2010; Powers, 2005).

d) Hipertensi

Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dapat menyebabkan resiko diabetes melitus tipe 2 (Ehsa, 2010; Powers, 2005).

e) Bahan-bahan Kimia, Obat-obatan

Bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi pankreas dan menyebabkan radang pankreas. Peradangan pankreas dapat menyebabkan pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresi hormon yang dibutuhkan pada metabolisme tubuh, termasuk hormon insulin. Semua jenis residu obat yang dikonsumsi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas (Powers, 2005). f) Penyakit dan Infeksi pada Pankreas

(50)

rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4. Diabetes melitus akibat bakteri masih belum terdeteksi, namun, para ahli kesehatan menduga bakteri dapat berperan dalam terjadinya DM (Purnamasari, 2009).

g) Dislipidemia

Kadar lemak darah atau Trigliserida lebih dari 250 mg/dl. Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (kurang dari 35 mg/dl) (Ehsa, 2010; Powers, 2005). f. Komplikasi

1) Komplikasi Akut a) Hipoglikemia

(51)

b) Diabetes Ketoasidosis

Diabetes ketoasidosis dapat mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Diabetes ketoasidosis mempunyai 3 gambaran klinis penting yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Hiperglikemia pada diabetes ketoasidosis akan menimbulkan poliuria dan polidipsia. Selain itu, pasien juga akan mengalami penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala (Tjokroprawiro, 2006).

Ciri khas dari diabetes ketoasidosis adalah ketosis dan asidosis yang dapat menimbulkan gejala gastrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen. Napas pasien juga berbau aseton karena kadar badan keton meningkat. Selain itu, hiperventilasi (pernapasan yang sangat dalam tetapi tidak berat) dapat terjadi pada penderita diabetes ketoasidosis (Brunner & Suddarth, 2002).

c) Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketonik (HHNK)

(52)

menderita diabetes tipe II yang ringan. Pada sindrom HHNK akan terjadi gejala poliuria selama berhari-hari hingga berminggu-minggu yang disertai dengan asupan cairan yang tidak adekuat (Ehsa, 2010). 2) Komplikasi Kronis

a) Penyakit Makrovaskuler

Penyakit makrovaskuler terdiri dari penyakit arteri koroner, penyakit serebrovaskuler dan penyakit vaskuler perifer (Ehsa, 2010). b) Penyakit Mikrovaskuler

Penyakit mikrovaskuler ditandai dengan membran basalis pembuluh darah kapiler yang menebal sehingga dapat menyebabkan situasi serius pada dua tempat yaitu mikrosirkulasi retina mata dan ginjal. Perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah darah kecil pada retina mata dapat menyebabkan retino diabetes (Brunner & Suddarth, 2002).

c) Penyakit oftamologi yang lain

Terdapat beberapa penyakit yang merupakan komplikasi dari penyakit diabetes melitus selain retino diabetes yaitu katarak, perubahan lensa, kelumpuhan otot ekstraokuler, glaucoma, nefropati dan neuropati ( Brunnner & Suddarth, 2002).

(53)

g. Penatalaksanaan

Menurut PERKENI (2011) penatalaksanaan dan pengelolaan DM ada 4, yang disebut 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis.

1) Edukasi

Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat yang memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan keluarga pasien. Edukasi dilakukan secara komprehensif dan berupaya untuk meningkatkan motivasi pasien utuk berperilaku sehat.

Tujuan dari edukasi diabetes adalah mendukung usaha pasien penyandang diabetes untuk mengerti perjalanan alami penyakit dan pengelolaannya, mengenali masalah kesehatan atau komplikasi yang akan timbul secara dini saat masih reversible, ketaatan perilaku pemantauan dan pengelolaan penyakit secara mandiri dan perubahan perilaku kesehatan. Sedangkan edukasi bagi penyandang diabetes meliputi pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki, ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti merokok, meningkatkan aktifitas fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak (PERKENI, 2011).

2) Terapi Gizi Medis

(54)

jumlah makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan bagi penderita diabetes terdiri dari karbohidrat sebesar 45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20%, natrium kurang dari 3g, dan diet cukup serat sekitar 25g/hari (PERKENI, 2011).

3) Latihan Jasmani

Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali dalam seminggu, masing-masing selama kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani yang dianjurkan adalah latihan aerobik seperti berjalan, jogging, bersepeda, dan berenang. Latihan ini berguna untuk menjaga kebugaran tubu, menurunkan berat badan, dan meningkatkan sensitifitas insulin (PERKENI, 2011).

4) Intervensi Farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan peningkatan pengetahuan pasien, pengetahuan makan, dan latihan jasmani. Terapi ini terdiri dari obat oral dan suntikan

a) Obat Hipoglikemik Oral (OHO) i. Pemicu Sekresi Insulin

Sulfonylurea

(55)

Glinid

Glinid terdiri dari repaglinid dan nateglinid, cara kerja obat glinid sama dengan sobat ulfonilurea, namun glinid lebih ditekankan pada sekresi insulin fase pertama. Obat ini baik untuk mengatasi hiperglikemia postprandial.

ii. Peningkat Sensitivitas Insulin Biguanid

Obat golongan biguanid yang paling banyak digunakan adalah Metformin. Metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat seluler, distal reseptor insulin, dan menurunkan produksi glukosa hati. Metformin merupakan pilihan utama untuk penderita diabetes yang memiliki kelebihan berat badan, disertai dislipidemia, dan disertai resistensi insulin.

Tiazolidindion

Tiazolidindion berfungsi untuk menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa sehingga meningkatkan ambilan glukosa perifer. Tiazolidindion dikontraindikasikan pada gagal jantung karena meningkatkan retensi cairan.

(56)

Selain menurunkan resistensi insulin, Metformin juga mengurangi produksi glukosa hati. Metformin dikontraindikasikan pada gangguan fungsi ginjal dengan kreatinin serum > 1,5 mg/dL, gangguan fungsi hati, serta pasien dengan kecenderungan hipoksemia seperti pada sepsis. Metformin mempunyai efek samping pada saluran cerna (mual) namun bisa diatasi dengan pemberian metformin sesudah makan. Metformin tidak mempunyai efek samping hipoglikemia seperti golongan sulfonylurea.

iv. Penghambat Glukosidase Alfa Acarbose

Acarbose bekerja untuk mengurangi absorbsi glukosa di usus halus. Acarbose juga tidak mempunyai efek samping hipoglikemia seperti golongan sulfonylurea, tetapi acarbose mempunyai efek samping pada saluran cerna yaitu kembung dan flatulens.

b) Obat Suntikan i. Insulin

Obat suntikan insulin memiliki berbagai jenis yaitu: Insulin kerja cepat, Insulin kerja pendek, Insulin kerja menengah, Insulin kerja panjang, Insulin campuran tetap.

(57)

Obat ini bekerja sebagai perangsang penglepasan insulin tanpa menimbulkan hipoglikemia, dan menghambat penglepasan glukagon. Agonis GLP-1 tidak meningkatkan berat badan seperti insulin dan sulfonilurea. Efek samping dari obat ini antara lain gangguan saluran cerna seperti mual dan muntah.

h. Penderita DM yang Aman untuk Berpuasa

Penderita diabetes yang kadar glukosa darahnya terkontrol dengan perencanaan makanan dan olah raga diperbolehkan untuk puasa. Tetapi, perlu dicermati jadwal, jumlah, dan komposisi asupan makanan. Sedangkan pada lansia diperbolehkan untuk puasa. Tetapi, harus banyak minum karena pasien diabetes pada usia lanjut mempunyai kecenderungan dehidrasi bila berpuasa (Hartono, 2006).

Pasien diabetes yang mengontrol gula darah dengan diet, berolahraga, dan menggunakan obat penurun gula darah dengan dosis tunggal dan kecil. Kelompok ini dapat dibagi atas dua bagian, yaitu penderita diabetes yang membutuhkan dosis tunggal dan kecil, dan penderita diabetes yang membutuhkan dosis yang lebih tinggi dan terbagi. Bagi mereka yang termasuk pada kelompok kedua ini, pasien dapat melakukan ibadah puasa dengan melakukan perubahan dalam perencanaan makanan, aktivitas fisik dan pengobatan. Dalam hal ini penderita diabetes perlu berkonsultasi dengan dokter (Hartono, 2006).

(58)

disarankan untuk melakukan puasa. Apalagi penderita diabetes dengan komplikasi yang berat seperti gagal ginjal dan gagal jantung, sama seperti kelompok ketiga ini tidak disarankan untuk melakukan puasa, karena berpuasa dapat memperberat komplikasi yang sudah terjadi (Hartono, 2006).

3. Glukosa Darah Pengertian

Gula darah merupakan istilah yang mengacu pada kadar atau banyaknya kandungan gula di dalam sirkulasi darah di dalam tubuh. Gula di dalam tubuh sebenarnya terdapat dalam beberapa bentuk. Gula yang ada di dalam darah disebut sebagai glukosa, yakni bentuk gula yang paling sederhana. Selain glukosa, terdapat gula yang disebut sebagai glikogen. Glikogen adalah gula dalam bentuk yang lebih kompleks biasa ditemukan di hati dan otot yang fungsinya sebagai cadangan makanan. Sumber utama gula darah manusia berasal dari makanan. Pada makanan gula adalah hasil proses pencernaan dari karbohidrat yang banyak ditemukan pada nasi, roti, kentang, dan umbi umbian. Sumber gula lainnya ialah berasal dari dalam tubuh. Dalam kondisi puasa lama, gula dihasilkan oleh hati (Fredy, 2014; Maulana, 2008).

Fungsi

(59)

sel-sel tubuh, gula akan diubah menjadi energi. Energi ini yang menjamin kelangsungan hidup sel-sel, menghasilkan panas tubuh, menghasilkan gerakan tubuh, dan sebagainya (Hartono, 2006; Maulana, 2008).

Kelainan

Kelainan gula darah yang paling terkenal ialah penyakit kencing manis atau disebut sebagai diabetes. Gula di dalam darah tidak masuk begitu saja ke dalam otot dan sel-sel tubuh kita. Diperlukan suatu zat pengantar yang berfungsi seperti pintu masuk gula ke dalam otot dan sel-sel tubuh. Zat tersebut adalah insulin. Pada penderita diabetes terjadi masalah pada insulin yang mengakibatkan gula tidak dapat masuk ke dalam otot dan sel-sel tubuh. Akibatnya, gula akan tetap tinggi di dalam darah dan pada sisi lain tubuh akan merasa lemas karena gula tidak dapat digunakan oleh sel-sel tubuh. Terdapat dua istilah yang mengacu pada kadar gula darah yang tidak normal, yakni:

1) Hiperglikemia

(60)

2) Hipoglikemia

Kondisi di mana kadar gula darah di bawah nilai normal, yakni di bawah 60 mg/dL. Penderita biasanya akan merasa lemas, gemetar, dan berkeringat dingin (Fredy, 2014; Hartono, 2006).

Kadar Gula Darah

Tabel 1 Kadar Gula Darah Gula Darah

Sewaktu

Gula Darah Puasa

Gula darah 2 jam setelah makan (post prandial) Normal 90 - 140 mg/dL 70 – 110 mg/dL 90 - 140 mg/dL Diabetes

melitus

> 200 mg/dL > 126 mg/Cl > 200 mg/Cl (IDF, 2006; WHO, 2006)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah 1) Diet

Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, penyakit lain, makanan, latihan fisik, obat hipoglikemia oral, insulin, emosi dan stress. Makanan atau diet merupakan faktor utama yang berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah pada pasien diabetes terutama setelah makan (Holt, 2010). Respon peningkatan kadar glukosa darah setelah makan berhubungan dengan sifat monosakarida yang diserap, jumlah karbohidrat yang dikonsumsi, tingkat penyerapan dan fermentasi kolon (Ilyas, 2007).

2) Aktivitas fisik

(61)

pengeluaran energi selama istirahat. Latihan merupakan bagian dari aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur dengan gerakan secara berulang untuk meningkatkan atau mempertahankan kebugaran fisik (Ilyas, 2007). Selama melakukan latihan otot menjadi lebih aktif dan terjadi peningkatan permiabilitas membran serta adanya peningkatan aliran darah akibatnya membran kapiler lebih banyak yang terbuka dan lebih banyak reseptor insulin yang aktif dan terjadi pergeseran penggunaan energi oleh otot yang berasal dari sumber asam lemak ke penggunaan glukosa dan glikogen otot.

Aktivitas fisik meningkatkan transport glukosa melalui Glucose Transporter-4 (GLUT-4) kedalam membran sel yang memungkinkan terajadinya mekanisme peningkatan AMP otot. AMP kinase menyebabkan perubahan metabolisme termasuk metabolisme glukosa sehingga dengan meningkatnya intensitas dan durasi latihan akan lebih banyak menggunakan pemecahan karbohidrat (Ilyas, 2007). Pada fase pemulihan setelah aktivitas terjadi proses pengisian kembali cadangan glikogen otot dan hepar yang berlangsung sampai 12-72 jam sesuai dengan berat dan ringannya latihan yang dilakukan (Soegondo, Soewondo, Subekti 2009).

3) Penggunaan obat

(62)

kelenjar pankreas untuk meningkatkan produksi insulin, menurunkan produksi glukosa dalam hepar, menghambat pencernaan karbohidrat sehingga dapat mengurangi absorpsi glukosa dan merangsang receptor. Insulin yang diberikan lebih dini dan lebih agresif menunjukkan hasil klinis yang lebih baik terutama berkaitan dengan masalah glukotoksisitas yang ditunjukan dengan adanya perbaikan fungsi sel beta pankreas (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi,dkk, 2009).

4) Stress

(63)

B. Kerangka Konsep

C. Hipotesa

Ada pengaruh puasa Senin Kamis terhadap kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes melitus tipe 2.

Puasa Senin Kamis

Kadar Gula Darah Sewaktu

Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kadar Gula Darah pasien DM

1. Usia 2. Olahraga 3. Diet

4. Obat-obatan 5. Pendidikan Keterangan Gambar

Di teliti Tidak di teliti

(64)

48 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian quantitatif menggunakan quasi experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group design. Pengambilan sampel pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan puasa Senin dan Kamis selama 1 bulan sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Pengukuran dilakukan dengan pre-test (sebelum perlakuan) dan post-test (setelah perlakuan) (Nursalam, 2008).

Tabel 2. Desain Penelitian

Keterangan:

S1 : Kelompok Intervensi S2 : Kelompok Kontrol

O : Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu Sebelum Intervensi X1 : Intervensi (Puasa Senin dan Kamis)

X0 : Tidak dilakukan Intervensi

O1 : Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu Setelah diberikan Intervensi pada Kelompok Intervensi

O2 : Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu Pada Kelompok Kontrol yang tidak diberikan Intervensi

Time 1 : Waktu dilakukannya pre-test

Sampel Pre-test Intervensi Post-test

(65)

Time 2 : Waktu dilakukannya intervensi (1 bulan) Time 3 : Waktu dilakukannya post-test

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi merupakan subjek penelitian yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus tipe 2 dengan usia ≤ 65 tahun di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Berdasarkan data dari Puskesmas Kasihan I didapatkan bahwa pada tahun 2014 penderita diabetes di Dukuh Kasihan sebanyak 30 orang.

2. Sampel

Sampel adalah subjek penelitian yang merupakan bagian dari populasi yang didapatkan dengan proses menyeleksi populasi (Nursalam, 2008). Sampel yang diambil harus bisa mewakili populasi yang ada. Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan Total Sampling. Total Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007) dengan kriteria:

a. Kriteria Inklusi 1) Usia 20 - 65 tahun

2) Bersedia menjadi responden dan bekerja sama selama proses penelitian berlangsung

(66)

5) Responden yang mampu membaca dan menulis

6) Responden yang tidak pernah melakukan puasa Senin dan Kamis 7) Responden tidak dirawat di Rumah Sakit dalam 3 bulan terakhir 8) Responden yang tidak mendapatkan terapi insulin

9) Responden yang mengkonsumsi obat jenis Biguanid (Metformin 500 mg) dan mendapatkan terapi gaya hidup seperti diet DM dan olahraga. b. Kriteria Eksklusi

1) Penderita diabetes yang mengundurkan diri pada saat penelitian 2) Penderita diabetes yang dirawat di Rumah Sakit selama penelitian 3) Penderita diabetes yang pindah rumah

4) Penderita diabetes yang meninggal selama penelitian

Dari 30 sampel yang terlibat dalam penelitian ini. 15 responden masuk kelompok intervensi dan 15 responden masuk kelompok kontrol. Lima belas orang pertama yang bersedia untuk melakukan puasa menjadi kelompok intervensi dan 15 orang selanjutnya menjadi kelompok kontrol. C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Dukuh Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta

2. Waktu Penelitian

(67)

pemberian kuesioner data demografi 3 minggu, dan pemberian intervensi 1 bulan

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah puasa Senin dan Kamis 2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar gula darah sewaktu pada penderita diabetes melitus.

E. Definisi Operasional

(68)

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Pengambilan darah

menggunakan gula darah sewaktu (mg/dl).

F. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi berisi tentang data lengkap populasi atau responden yang dibuat oleh peneliti sendiri. Format yang harus diisi dalam data demografi yaitu nama, jenis kelamin, agama, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, lama menderita diabetes melitus.

2. Alat dan Bahan Pemeriksaan Gula Darah a. Glukometer Easy Touch GCU meter b. Strip tes gula darah

c. Puncturer (lancing device)

d. Kapas Alkohol

e. Sarung Tangan Bersih 3. Protokol puasa

Protokol puasa pada penelitian saat ini adalah puasa Senin dan Kamis (dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari disertai niat puasa Senin dan Kamis) selama 1 bulan (4 minggu berturut-turut).

4. Log book puasa Senin dan Kamis

(69)

keluhan saat berpuasa, cara mengatasi keluhan, menu berbuka puasa, waktu minum obat dan jenis obat dan olahraga. Selama penelitian setiap hari Senin dan Kamis peneliti datang ke rumah responden intervensi untuk mengontrol kadar gula darah sewaktu dan responden setiap hari Minggu, Senin, Rabu dan Kamis menerima SMS/ telephone follow up untuk menanyakan terkait isi log book, mengingatkan dan memantau puasa yang dijadwalkan oleh peneliti selama penelitian berlangsung.

5. Booklet panduan Puasa Senin dan Kamis

Panduan puasa Senin dan Kamis dalam bentuk booklet yang berisi tentang syarat diperbolehkan dan tidak diperbolehkan untuk berpuasa, dalil Al-Quran tentang anjuran untuk berpuasa, tips berpuasa bagi penderita DM, apa saja yang harus dikonsumsi untuk penderita DM ketika sahur, berbuka dan ketika tidak sedang berpuasa Senin dan Kamis, kapan waktu yang baik untuk sahur, kapan waktu yang baik untuk meminum obat ketika puasa, tanda-tanda hipoglikemia dan manajemen hipoglikemi. Booklet telah divalidasi oleh 3 pakar yaitu Novita Kurnia Sari, S.Kep.,NS.,M.Kep, Dra. Salmah Orbayinah, M.Kes.,Apt, dan dr. Prasetyo Kirmawanto, Sp.,Pd.,M.Kes.

G. Cara Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan

(70)

Kemudian peneliti melakukan studi pendahuluan di Puskesmas Kasihan I untuk mengetahui populasi penderita diabetes melitus terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I. Dari hasil studi pendahuluan didapatkan populasi penderita diabetes melitus terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I dari bulan Januari 2014- Desember 2014 berada di Dukuh Kasihan dengan penderita sebanyak 30 orang. Peneliti kemudian membuat surat izin penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan mengajukan etik penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Peneliti juga melakukan uji validitas booklet panduan puasa Senin dan Kamis dengan 3 pakar.

2. Tahap Pelaksanaan

(71)

Peneliti menjelaskan seputar penelitian yang akan dilakukan (intervensi, manfaat, pembagian kelompok, dan lain-lain). Apabila pasien bersedia menjadi responden, kemudian peneliti memberikan informed consent berupa tanda tangan. Setelah responden menandatangani informed consent, peneliti kemudian menentukan kelompok eksperimen terlebih dahulu sebanyak 15 orang kemudian kelompok kontrol sebanyak 15 orang dengan cara 15 orang pertama yang bersedia untuk melakukan puasa menjadi kelompok intervensi dan 15 orang selanjutnya menjadi kelompok kontrol.

Gambar

Gambar 1
Tabel 2. Desain Penelitian
Gambar 2 Skema tahap pelaksanaan penelitian
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Kadar Gula Darah Sewaktu pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Mengetahui hubungan kepatuhan diit dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe 2 di rawat inap RSUD Sukoharjo. Metode : Penelitian ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan berobat dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe II di Poli Interna RSUD

Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa perbedaan posttest kadar kolesterol total didapatkan nilai p = 0,016 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar kolesterol

Terdapatnya perbedaan pada kadar gula darah puasapost-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah karena kelompok pada eksperimen yag melakukan melakukan

SP3T kota Semarang, dapat diambil simpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kadar gula darah puasa sebelum dan sesudah diterapi bekam basah (p &lt;

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengaruh stress terhadap kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus yang menjalani hemodialisa di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Kadar Gula Darah Puasa dengan derajat ulkus diabetikum terhadap Penderita DM di Puskesmas Kendalsari Kota

Sehingga dapat dikatakan bahwa terjadi perbedaan rata-rata kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah senam zumba yang terjadi secara signifikan selama empat kali diberikan