• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PUASA SENIN DAN KAMIS TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PUASA SENIN DAN KAMIS TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

DIAN PUTRANTO 20120320087

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

i

KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

DIAN PUTRANTO 20120320087

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

ii

KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Disusun oleh : DIAN PUTRANTO

20120320087

Telah disetujui dan diseminarkan pada 06 Agustus 2016

Dosen pembimbing Dosen penguji

Yanuar Primanda S. Kep., NS., MNS., HNC NIK: 19850103201110173117

Erfin Firmawati S. Kep., NS., MNS NIK : 19810708200710173080

Mengetahui

Ka.Prodi Ilmu Keperawatan FKIK UMY Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(4)

iii

NIM : 20120320087

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang

penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam

Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah

ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Agustus 2016

Yang membuat pernyataan,

(5)

iv

Perjalanan penelitian ini sangatlah berkesan dan penuh perjuangan Alhamdulillah

Kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini Kepada: Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Nabi Muhammad Shallallahu`alaihi Wa Sallam Bapak dan Ibu Tercinta

Adik Tersayang Dosen PSIK FKIK UMY

Dosen Pembimbing Guru Sekolah dan Guru Ngaji Teman-teman dan sahabat saya:

Plankton, The Sundis Band, IKPM KOBAR YK, Tembalu Teman dan Sahabat Seperjuangan PSIK UMY

Teman-teman semua

Terimakasih

MARUNTING BATU AJI MANGAYU HAYUNING BAWONO

(6)

v

berkah, rahmah dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis

ilmiah yang berjudul “Pengaruh Puasa Senin dan Kamis Terhadap Kadar

Kolesterol Total Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Dukuh Kasihan,

Bantul, Yogyakarta”. Melalui karya tulis ilmiah yang sederhana ini, penulis

berharap dapat menyumbangkan sesuatu hal yang dapat berperan dalam kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat diambil manfaatnya untuk

meningkatkan kesejahteraan umat manusia.

Ucapan terima kasih ingin penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini, khususnya kepada:

1. Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ini dengan baik.

2. Bapak (Sumardiyana), Ibu (Umi Sholikah) tercinta, yang tak

henti-hentinya memberi dukungan baik moril berupa semangat serta motifasi

dan mendoakan atas kelancaran semuanya, maupun berupa materi.

3. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Mat.,HNC., selaku Ketua Program

(7)

vi

6. Erfin Firmawati S. Kep., NS., MNS selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran perbaikan demi kemajuan peneliti.

7. dr. Prasetio Kirmawanto Sp., Pd., M. Kes, Novita Kurnaia Sari, S. Kep.,

NS., M. Kep dan Salmah Orbayinah, M. Kes., Apt selaku penguji Content

Validity instrumen buku Puasa Senin dan Kamis.

8. Seluruh Tenaga Pengajar dan Administrasi di Program Studi Ilmu

Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

9. Kepala Dukuh Padukuhan Kasihan yang telah memberikan izin dan

dukungan dalam melakukan penelitian ini.

10. Responden Penderita diabetes melitus tipe 2 di Dukuh Kasihan yang sudah

meluangkan waktunya dan berkorban dalam menahan lapar dan dahaga

untuk membantu penelitian ini.

11. Teman Payungan penelitian Angga Bagus Widya Saputra yang telah

berjuang bersama serta saling memberikan dukungan semangat dan

bertukar pikiran.

12. Teman-teman satu bimbingan Bu Prima: Angga, Upik, Dina, Saadah, Vita,

Ratri, dan Denda.

13. Penerjemah dan teman Pembimbing skripsi : Agus Gunadi (PSIK UMY

12) dan Ina Noviana Meyanti (PBI USD DIY 12)

(8)

vii

Kotawaringin Barat Yogyakarta) selaku organisasi kedaerahan yang telah

memberikan pengalaman dan dukungan selama berkuliah.

16. Seluruh sahabat dan teman-teman saya Plankton: Dwi Sasmoko Adji,

Rizaludin Akbar, Aris Handoko, Ahmad Nugroho, Fery Ardani, Ahmad

Jumanto, Deby Listioning Pambudi, Yudan Harisandika dan Hafidz

Ardita. serta yang tidak saya sebutkan satu per satu namun selalu ada

dalam ingatan dan hati saya, yang telah memberikan dukungan berupa

semangat dan tempat bercurah keluh kesah.

17. Semua pihak yang telah membantu saya menyelesaikan karya tulis ilmiah

ini.

Penulis sadar masih banyaknya kekurangan dalam penulisan karya tulis

ilmiah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan bimbingan, kritik dan

saran demi kemajuan bersama. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada

para pembaca semoga selalu dalam ridha Allah SWT.

Yogyakarta, 6 Agustus 2016

Penulis,

(9)

viii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

INTISARI ... xiii

ABSTRACT ... 14

BAB I ... 1

PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

1. Tujuan Umum ... 8

2. Tujuan Khusus ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Keaslian Penelitian... 10

BAB II ... 15

TINJAUAN PUSTAKA... 15

A. Landasan Teori... 15

1. Diabetes Melitus ... 15

a. Definisi DM ... 15

b. Kriteria diagnosis DM ... 16

c. Faktor Risiko... 16

d. Klasifiksi DM ... 17

e. Patofisiologi DM... 21

f. Penatalaksanaan DM... 23

g. Komplikasi DM ... 26

2. Kolesterol ... 27

(10)

ix

f. Target Kolesterol Total Penderita Diabetes ... 34

3. Puasa Senin dan Kamis ... 35

a. Definisi Puasa Senin dan Kamis ... 35

b. Dalil Anjuran untuk Berpuasa Senin dan Kamis ... 36

c. Manfaat Puasa untuk Kesehatan ... 37

d. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Puasa ... 38

e. Penderita DM yang Aman untuk Berpuasa ... 41

B. KerangkaKonsep ... 42

C. Hipotesis ... 42

BAB III... 43

METODE PENELITIAN ... 43

A. Desain Penelitian ... 43

B. Populasi dan Sampel ... 44

1. Populasi ... 44

2. Sampel... 44

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45

D. Variabel Penelitian ... 45

E. Definisi Operasional ... 46

F. Instrumen Penelitian ... 46

G. Cara Pengumpulan Data ... 48

H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 51

I. Pengolahan dan Metode Analisa Data ... 53

1. Pengolahan Data ... 53

2. Analisa Data ... 54

J. Etika Penelitian ... 55

BAB IV ... 57

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Hasil Penelitian ... 57

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 57

(11)

x

B. Pembahasan... 63

1. Karakteristik Responden ... 63

a. Usia ... 63

b. Lama Menderita DM ... 64

c. Jenis Kelamin ... 65

d. Pendidikan Terakhir ... 65

e. Pekerjaan ... 66

f. Penghasilan ... 67

g. Konsumsi OHO (Obat Hipoglikemik Oral) ... 68

h. Konsumsi Obat Kolesterol ... 69

2. Pengaruh Puasa Senin dan Kamis terhadap Kadar Kolesterol Total ... 70

C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 82

BAB V ... 84

KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

LAMPIRAN ... 92

Lampiran I Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 93

Lampiran II Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 94

Lampiran III Lembar Informasi Penelitian... 95

Lampiran IV Kuesioner Data Demografi Responden ... 97

Lampiran V Materi Booklet Puasa Senin dan Kamis ... 99

Lampiran VI Saran dan Revisi Uji Content Validity ... 116

Lampiran VII Log Book Puasa Senin dan Kamis ... 120

Lampiran VIII Format Telepon dan SMS Pendampingan. ... 124

Lampiran IX Hasil Analisis Data Penelitian ... 125

Lampiran X Surat Kelayakan Etik Penelitian ... 128

Lampiran XI Surat Pengantar Penelitian ... 129

(12)

xi Tabel 4

Tabel 5

Tabel 6

Tabel 7

Tabel 8

Tabel 9

Uji Statistik untuk Menguji Hipotesis

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Karakteristik Demografi Usia dan Lama Menderita DM Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Karakteristik Demografi Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan, dan Penghasilan

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Obat yang Konsumsi

Hasil Analisa Perbedaan Kadar Kolesterol Total

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sebelum dan Setelah Intervensi

Hasil Analisa Perbedaan Kadar Kolesterol Total Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Setelah Intervensi

55 58

59

61

62

(13)

xii

BB : Berat Badan

DI Yogyakarta : Daerah Istimewa Yogyakarta DKI Jakarta : Daerah Khusus Ibukota Jakarta

DM : Diabetes Melitus

DNA : Deoxyribonucleic Acid

DINKES : Dinas Kesehatan

FRA : Faktor Risiko Aterosklerosis GDM : Gestasional Diabetes Mellitus

GDP : Gula Darah Puasa

HDL : High Density Lipoprotein

HHNK : Hiperglikemik Hiperesmolar Non-Ketosis

HR : Hadist Riwayat

IDF : International Diabetes Federation

Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Kkal/kg : Kilokalori per kilogram

LDL : Low Density Lipoprotein

Mg/dl : Miligram per desiliter darah Mmol/l : Milimol per liter

OHO : Obat Hipoglikemik Oral

PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

PJK : Penyakit Jantung Koroner

TDD : Tekanan Darah Diastolik

TDS : Tekanan Darah Sistolik

TG : Trigliserida (triglycerides) VLDL : Very Low Density Lipoprotein

(14)

xiii

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh puasa Senin Kamis terhadap kadar kolesterol total pada penderita DM tipe 2

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan Quasy-Experimental with pre-test and post-test control group design. Penelitian dilaksanakan pada April-Mei 2016 di Dukuh Kasihan. Responden yang dipilih dengan teknik total sampling terdiri dari 15 orang kelompok eksperimen yang diberikan intervensi puasa Senin Kamis selama 1 bulan dan 15 orang di dalam kelompok kontrol yang mendapatkan perawatan standar. Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dan Independent T-Test dengan signifikansi p<0,05

Hasil: Rata-rata kadar kolesterol sebelum intervensi adalah 207,00±32,70 dan 210,73±29,55 pada masing-masing kelompok eksperimen dan kontrol. Rata-rata kadar kolesterol setelah intervensi adalah 189,87±21,52 pada kelompok eksperimen dan 223,33±45,77 pada kelompok kontrol. Terdapat perbedaan kolesterol total yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah puasa senin kamis dimana kadar kolesterol total kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol (p=0,033)

Kesimpulan: Puasa senin kamis efektif menurunkan kadar kolesterol total penderita DM tipe 2. Perawat dapat menyarankan penderita DM melakukan puasa senin kamis dengan terlebih dahulu memberikan pedoman. Penelitian selanjutnya dapat meneliti pengaruh puasa senin kamis terhadap parameter pengendalian DM lainnya seperti HbA1c, GD 2 jam PP, dan GD puasa.

(15)

14 patients with Type 2 Diabetes Mellitus.

Research Objective: This study aimed to know the influence of fasting on Mondays and Thursdays towards the total cholesterol levelof the patients with Type 2 Diabetes Mellitus.

Methodology: This study used Quasy-Experimental with pre-test and post-test control group design. This study was conducted on January-May 2016 in Kasihan, Bantul, Yogyakarta. The respondents consisted of 15 people in experimental group who were given intervention fasting every Monday and Thursday for one month with total sampling technique and 15 people in control group with standard treatment. The data was analyzed using Wilcoxon test and Independent T-Test with significance p<0.05.

Research Results: The average of cholesterol level after intervention was 189.87±21.52 in the experimental group and 223.33±45.77 in the control group. There were significant differences in the total cholesterol level between experimental and control groups before and after having fasting on Mondays and Thursdays and it showed that the total cholesterol level of experimental group was lower than control group (p=0.033).

Conclusion: Fasting on Mondays and Thursdayseffectively reducedthe total cholesterol level of the patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Nurses could suggest the Diabetes Mellitus patients having fasting on Mondays and Thursdays with guidance ahead. The future study was suggested to find out the influence of fasting on Mondays and Thursdays towards control parameter of Diabetes Mellitus such as HbA1c, 2-hour postprandial blood glucose, and fasting blood glucose.

(16)
(17)

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh puasa Senin Kamis terhadap kadar kolesterol total pada penderita DM tipe 2

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan Quasy-Experimental with pre-test and post-test control group design. Penelitian dilaksanakan pada April-Mei 2016 di Dukuh Kasihan. Responden yang dipilih dengan teknik total sampling terdiri dari 15 orang kelompok eksperimen yang diberikan intervensi puasa Senin Kamis selama 1 bulan dan 15 orang di dalam kelompok kontrol yang mendapatkan perawatan standar. Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dan Independent T-Test dengan signifikansi p<0,05

Hasil: Rata-rata kadar kolesterol sebelum intervensi adalah 207,00±32,70 dan 210,73±29,55 pada masing-masing kelompok eksperimen dan kontrol. Rata-rata kadar kolesterol setelah intervensi adalah 189,87±21,52 pada kelompok eksperimen dan 223,33±45,77 pada kelompok kontrol. Terdapat perbedaan kolesterol total yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah puasa senin kamis dimana kadar kolesterol total kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol (p=0,033)

Kesimpulan: Puasa senin kamis efektif menurunkan kadar kolesterol total penderita DM tipe 2. Perawat dapat menyarankan penderita DM melakukan puasa senin kamis dengan terlebih dahulu memberikan pedoman. Penelitian selanjutnya dapat meneliti pengaruh puasa senin kamis terhadap parameter pengendalian DM lainnya seperti HbA1c, GD 2 jam PP, dan GD puasa.

(18)

patients with Type 2 Diabetes Mellitus.

Research Objective: This study aimed to know the influence of fasting on Mondays and Thursdays towards the total cholesterol levelof the patients with Type 2 Diabetes Mellitus.

Methodology: This study used Quasy-Experimental with pre-test and post-test control group design. This study was conducted on January-May 2016 in Kasihan, Bantul, Yogyakarta. The respondents consisted of 15 people in experimental group who were given intervention fasting every Monday and Thursday for one month with total sampling technique and 15 people in control group with standard treatment. The data was analyzed using Wilcoxon test and Independent T-Test with significance p<0.05.

Research Results: The average of cholesterol level after intervention was 189.87±21.52 in the experimental group and 223.33±45.77 in the control group. There were significant differences in the total cholesterol level between experimental and control groups before and after having fasting on Mondays and Thursdays and it showed that the total cholesterol level of experimental group was lower than control group (p=0.033).

Conclusion: Fasting on Mondays and Thursdayseffectively reducedthe total cholesterol level of the patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Nurses could suggest the Diabetes Mellitus patients having fasting on Mondays and Thursdays with guidance ahead. The future study was suggested to find out the influence of fasting on Mondays and Thursdays towards control parameter of Diabetes Mellitus such as HbA1c, 2-hour postprandial blood glucose, and fasting blood glucose.

(19)

1

Perkembangan dalam gaya hidup modern menyebabkan permasalahan

terhadap kesehatan dan hidup yang cenderung kurang sehat. Gaya hidup yang

kurang sehat tersebut menjadi berkembang di semua kalangan masyarakat. Hal

tersebutdapat menimbulkan bertambahnya penyakit degeneratifseperti diabetes

melitus (DM) (Krisnatuti, 2008).

Pada tahun 2015 jumlah penderita DM dari data studi global telah

mencapai 415 juta orang dan diperkirakan akan semakin meningkatpada tahun

2040 yaitu sekitar 642 juta orang. Data dari International Diabetes Federation

(IDF) tahun 2015 tercatat sebanyak 193 juta orang pengidap DM tidak

menyadari bahwa dirinya menderita penyakit DM. Data IDF juga menunjukkan

bahwasekitar 77% penderita DM berada pada negara yang berpenghasilan

menengah dan rendah (IDF, 2015).

Prevalensi diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2 meningkat, meskipun fakta

bahwa banyak kasus diabetes tipe 2 dapat ditunda atau dicegah. Diabetes tipe 1

biasanya menyumbang hanya minoritas dari total beban diabetes pada populasi

yang meningkat 3% atau 86.000 setiap tahun dan pada tahun 2015 terdapat

7%-12% dari total populasi penderita diabetes atau 542.000 anak-anak

diseluruh dunia yang terdeteksi memiliki diabetes tipe 1. Pada diabetes melitus

tipe 2 telah menjadi mayoritas yaitu sekitar 87%-91% dari total populasi

(20)

20-79 tahun. Sedangkan pada diabetes jenis yang lain memiliki 1%-3% dari total

populasi penderita diabetes (IDF, 2015).

Di Indonesia pada tahun 2013, rasio penyakit DM tipe 2 adalah 6,9% untuk

penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun. Berdasarkan diagnosis, prevalensi

DM tertinggi terdapat di DIY (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara

(2,4%), dan Kalimantan Timur (2,3%). Sedangkan prevalensi berdasarkan

gejala DM yang tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara

(3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%)(Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia [Kemenkes RI], 2013).

Prevalensi penyakit diabetes melitus tipe 2 atau NIDDM (Non

Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014

menunjukkan bahwa penderita DM di Yogyakarta berjumlah 25.152 orang dan

menempati sepuluh besar penyakit di Kabupaten/Kota Yogyakarta. Sedangkan

data diabetes yang tertinggi terdapat di Puskesmas Kabupaten Bantul. Menurut

laporan Dinas Kesehatan Bantul pola kunjungan rawat jalan Puskesmas dari

tahun ke tahun menunjukkan pola peningkatan signifikan dalam beberapa

tahun terakhir. Sepuluh besar penyakit yang dilaporkan Puskesmas di

Kabupaten Bantul tahun 2013 dengan penderita sebanyak 5558 orang dan

diabetes melitus tipe 2 menduduki peringkat yang ke-5 setelah penyakit Asma

(Dinas Kesehatan Bantul, 2014).

Meningkatnya prevalensi penyakit DM tipe 2 disebabkan karena semakin

meluasnya gaya hidup di perkotaan yang pola makannya tidak teratur dan tidak

(21)

menghadiri pesta biasanya akan cenderung untuk mengkonsumsi makanan

dengan porsi yang berlebihan. Makanan yang serba instan juga menjadi salah

satu pilihan yang disukai oleh sebagian masyarakat. Gaya hidup yang tidak

sehat ditunjukkan lagi dengan makan-makanan gorengan yang murah serta

banyak di jual di pinggir jalan (Suiraoka, 2012).

DM merupakan penyakit yang memiliki karakteristik hiperglikemia yang

terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.

Hiperglikemia kronik pada DM dikaitkan dengan kerusakan jangka panjang,

disfungsi, dan kegagalan pada beberapa organ yang berbeda, terutama pada

mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (American Diabetes

Association [ADA], 2014). Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan

metabolik dengan etiologi multifaktorial. Penyakit ini ditandai oleh

hiperglikemia kronis dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein

serta lemak (Gibney & Michae, 2008).

Lemak sangat berperan penting dalam produksi beberapa hormon dan

bentukan kolesterol yang sebagian besar di bentuk oleh tubuh sendiri terutama

dalam hati. Kolesterol mempunyai beberapa fungsi untuk tubuh, diantaranya

adalah untuk pembentuk hormon seperti hormon estrogen dan progesteron

serta sebagai pembentuk asam empedu dan garam empedu. Walaupun

kolesterol ini penting untuk pembentuk hormon dan garam empedu, namun

jika kadarnya berlebihan di dalam tubuh akan disebut dengan kadar kolesterol

tinggi (hiperkolesterolemia) yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit

(22)

Penderita DM biasanya memiliki kadar kolesterol yang tinggi dan/atau

kadar trigliserida yang tinggi. Kadar kolesterol tinggi yang buruk dan tak

terkendali akan berkumpul serta mengeras menjadi plak di dalam arteri yang

menghalangi aliran darah. Orang yang sudah lama menderita diabetes atau

penderita diabetes lanjut usia cenderung memiliki masalah sirkulasi yang lebih

serius karena aliran darah yang melalui arteri-arteri kecil juga terganggu

(D‟Adamo & Whitney, 2009).

Farkouh (2011) menyatakan penderita penyakit DM harus dapat

mengontrol konsumsi kolesterolnya dengan baik. Apabila kolesterol tidak

dikontrol dengan penanganan yang baik, dikhawatirkan hiperkolesterolemia

pada penderita DM baik tipe-1 maupun tipe-2 akan mengakibatkan munculnya

berbagai komplikasi seperti penyakit jantung koroner (PJK), penyakit vaskular

perifer, dan stroke. Lebih lanjut Farkouh (2011) menjelaskan bahwa selain

penyakit-penyakit akibat komplikasi DM tersebut, aterosklerosis juga

merupakan salah satu komplikasi yang sangat berbahaya hingga dapat

mengakibatkan 80% kematian pada pasien DM. Perbandingan tersebut

merupakan perbandingan yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan

pasien aterosklerosis non-diabetes yang memiliki persentase kematian 30%.

Komplikasi-komplikasi dari DM tersebut sangat berbahaya. Untuk

membantu penderita diabetes mengendalikan penyakitnya, konsensus

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2011 mencanangkan

empat pilar penanganan diabetes melitus. Penatalaksanaan/pengelolaan dengan

(23)

farmakologis menggunakan Obat Hipoglikemik Oral (OHO), dan terapi gizi

atau perencanaan makan (PERKENI, 2011).

Diantara empat pilar penatalaksanaan yang dibuat oleh Perkeni tersebut,

perencanaan pola makan atau terapi gizi merupakan salah satu pilar utama.

Allah SWT juga telah memberikan suatu anjuran bagi umatnya yaitu umat

muslim untuk melakukan perencanaan pola makan tersebut dengan cara

berpuasa. Puasa dalam kaidah bahasa dapat diartikan dengan menahan.

Menahan disini dapat diartikan juga dengan menahan dari hal-hal yang masuk

ke dalam mulut dalam bentuk makanan dan minuman, serta dapat diartikan

juga dengan menahan perbuatan yang buruk dan berbicara yang tidak baik

serta membicarakan orang lain (Musfah, 2004). Tujuan puasa sangatlah mulia,

seperti yang tercantum dalam QS Al-Baqarah 2:183:

ك ايصلا كْي ع بتك اون اء يذلا اهيأاي وقتت ْ ك عل ْ ك ْبق ْ يذلا ى ع بتك ا

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa”(QS. Al-Baqarah: 183)

QS. Al-Baqarah 183 tersebut menjelaskan bahwa berpuasa sangat

dianjurkan oleh Allah SWT untuk menambah ketakwaan kita kepada Alllah

SWT. Waktu puasa dalam Islam dimulai dari terbit fajar sampai tenggelam

matahari (maghrib) hal ini dijelaskan juga oleh Al-Qur‟an yaitu:

“....dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam....”(QS. Al-Baqarah 2:187).

Puasa dalam Islam dibagi menjadi 2 yaitu puasa wajib dan puasa

sunah.Puasa sunah Senin dan Kamis adalah puasa sunah yang rutin dilakukan

(24)

Dari „Aisyahradhiyallahu „anha, beliau mengatakan,

ّّ ل سر ّ إ

-سو هي ع ّ ص

-

سي خْلاو ْينْثاا ايص ّرحتي اك

.

“Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR. An Nasai no. 2362 dan Ibnu Majah no. 1739). Puasa memiliki banyak sekali manfaat atau keuntungannya. Puasa dalam

Islam untuk kesehatan atau medis bisa digunakan untuk mengatasi beberapa

penyakit, di antaranya: asma, batu empedu, biduran, beri-beri, bronkhitis

kronis, DM, disentri,epilepsi (ayan), eksim, flek-flek hitam pada wajah, flu,

gangguan pencernaan, ginjal, kelebihan berat badan dan kolesterol tinggi

(Syarifuddin, 2003).

Secara umum puasa memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Namun, pasien

dengan diabetes tipe 1 tidak direkomendasikan untuk berpuasa karena memiliki

resiko yang sangat tinggi dari komplikasi yang mengancam jiwa. Pasien

dengan diabetes tipe 1 yang memiliki riwayat hipoglikemia berulang atau

hipoglikemia ketidaksadaran atau yang kurang terkontrol beresiko sangat tinggi

untuk mengembangkan hipoglikemia berat. Di sisi lain, pengurangan

berlebihan dalam dosis insulin pada pasien ini (untuk mencegah hipoglikemia)

dapat menempatkan mereka pada risiko hiperglikemia dan ketoasidosis

diabetikum. Pasien dengan diabetes melitus tipe 2 lebih aman untuk berpuasa

meskipun hipoglikemia dan hiperglikemia juga dapat terjadi pada pasien

dengan diabetes melitus tipe 2, tetapi umumnya kurang sering dan memiliki

konsekuensi kurang parah dibandingkan pada pasien dengan diabetes tipe 1

(25)

Peran puasa dalam menangani penderita DM adalah dengan cara

mengurangi konsumsi kalori fisiologis yang dapat mengurangi sirkulasi

hormon insulin dan kadar gula darah. Sensitivitas hormon insulin kadar gula

darah akan meningkat dan suhu tubuh akan menurun.

Pencegahankomplikasipada penderita diabetes tipe 2 dapat berjalan dengan

baik apabila dilakukan pengontrolan gula darah yang baik pula (Dyayadi,

2007).

Berdasarkan penelitian yang dilkukan oleh Adam et al (2014)

menunjukkan bahwa kadar kolesterol total pada penderita diabetes melitus

yang melakukan puasa selama bulan Ramadhan (1 bulan) mengalami

penurunan setelah berpuasa Ramadhan. Kemudian pada penelitian sebelumnya

telah diteliti juga manfaat dari puasa Senin dan Kamis. Penelitian ini dilakukan

oleh Hudy, Palupi, dan Yati pada tahun 2011 yaitu tentang perbedaan profil

lipid kolesterol total, trigliserida, HDL & LDL pada populasi orang yang rutin

berpuasa Senin dan Kamis selama 1 bulan dengan yang tidak melakukan puasa.

Hudy, Palupi, dan Yati menggunakan metode observasional dan cross

sectional dengan subyek 30 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu yang

rutin dan tidak rutin puasa Senin dan Kamis. Dari hasil penelitian Hudy

didapatkan hasil bahwa puasa Senin dan Kamis berpengaruh secara signifikan

dalam menurunkan kadar kolesterol total,trigliserida, HDL & LDL dalam

darah.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember 2015 di

(26)

melitus yang terbanyak pada Januari 2014-Desember 2015 di wilayah kerja

Puskesmas Kasihan I berada di Dukuh Kasihan dengan jumlah penderita 30

orang. Data di Puskesmas juga menunjukkan 30 pederita diabetes tersebut

memiliki kadar kolesterol total > 155 mg/dl. Hasil wawancara dari 5 penderita

diabetes melitus di Dukuh Kasihan didapatkan bahwa kelima pasien belum

mengetahui tentang DM, Diet DM, serta tidak pernah melakukan puasa Senin

dan Kamis.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, peneliti tertarik untuk

meneliti pengaruh puasa Senin dan Kamis terhadap kadar kolesterol total pada

penderita diabetes di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakakan, maka

rumusan masalah yang dijadikan dasar penelitian ini adalah: “Adakah

pengaruh puasa Senin dan Kamis terhadap kadar kolesterol total pada penderita

diabetes melitus tipe 2?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalahuntuk mengetahui pengaruh puasa

Senin dan Kamis terhadap kadarkolesterol total pada penderita diabetes

(27)

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui data demografi populasi penderita diabetes melitustipe 2 di

Puskesmas Kasihan I.

b. Mengetahui perbedaan kadar kolesterol total pada kelompok kontrol

dan eksperimen sebelum intervensi.

c. Mengetahui kadar kolesterol pada kelompok kontrol dan eksperimen

setelah intervensi.

d. Membandingkan perbedaan kadar kolesterol total antara kelompok

kontrol dan eksperimen setelah intervensi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berhasil sesuai dengan harapan

peneliti yaitu kadar kolesterol responden dapat berkurang dan stabil

sehingga intervensi ini juga dapat digunakan pada penderita diabetes

melitustipe 2yang lain untuk mengurangi risiko komplikasi diabetes

melitus yang menyebabkan hiperkolesterolemia atau tingginya kadar

kolesterol total.

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berkontribusi

penting khususnya bagi ilmu keperawatan medikal bedah sebagai

(28)

pelayanan dan dapat memberikan tindakan keperawatan yang lebih

optimal.

3. Bagi Perawat

Manfaat dari penelitian ini untuk perawat diharapkan dapat menjadi

salah satu intervensi yang dilakukan untuk menangani pasien dengan

DMtipe 2 sehingga mampu meningkatkan mutu pelayanan di Rumah

Sakit, Puskesmas, dan klinik pengobatan lain.

4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam

melakukan penelitian lebih lanjut dalam bidang keperawatan medikal

bedah khususnya tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan

penyakit DM.

E. Keaslian Penelitian

1. Hudy (2011) menelitiperbedaan profil lipid (kolesterol total) pada populasi

orang yang rutin berpuasa Senin Kamis dengan yang tidak melakukan

puasa. Hudy menggunakan metode observasional dan cross sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah subyek yang rutin puasa Senin dan

Kamis selama satu bulan. Subyek dalam penelitian ini ada 30 orang

dengan kriteria pria dan wanita usia 40-60 tahun, Islam dan sehat yang

dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu yang rutin dan tidak rutin puasa Senin

dan Kamis. Dari hasil penelitian Hudy didapatkan adanya pengaruh secara

(29)

Persamaan Penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah

sama-sama meneliti kadar kolesterol total pada orang yang berpuasa Senin

dan Kamis. Subyek dalam penelitian yang akan diteliti ada 30 orang yang

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti terletak

pada jenis penelitian yang akan digunakan yaitu penelitian quasi

experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group

design pada sampelorang yang terkena penyakit diabetes melitus.

Penelitian ini akan dilakukan di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

2. Palupi (2011) meneliti perbedaan profil lipid (trigliserida) pada populasi

yang rutin puasa senin-kamis dengan yang tidak melakukan puasa. Palupi

menggunakan metode observasional dan cross sectional. Penelitian ini

dilakukan di Kecamatan Gonjen. Populasi dalam penelitian ini adalah

subyek yang rutin puasa Senin dan Kamis selama satu bulan. Subyek

dalam penelitian ini ada 30 orang dengan kriteria pria dan wanita usia

40-60 tahun, Islam dan sehat.Subyek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu

kelompok yang rutin puasa Senin dan Kamis dengan kelompok yang tidak

puasa Senin dan Kamis. Hasil penelitian ini adalah puasa Senin dan Kamis

berpengaruh secara signifikan dalam menurunkan kadar trigliserid total

dalam darah.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah

(30)

penelitian yang akan diteliti ada 30 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok

yaitu kelompok eksperimen dan kontrol.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti terletak

pada jenis penelitian yang akan digunakan yaitu penelitian quasi

experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group

design terhadap kadar kolesterol total pada sampel orang yang terkena

penyakit diabetes melitus.Penelitian ini akan dilakukan di DukuhKasihan,

Bantul, Yogyakarta.

3. Yati (2011) meneliti perbedaan lipid (HDL & LDL) pada populasi orang

yang rutin puasa Senin-Kamis dengan yang tidak melakukan puasa. Yati

menggunakan metode cross sectional. Penelitian ini dilakukan di

Kecamatan Gonjen. Populasi dalam penelitian ini adalah subyek yang

rutin puasa Senin dan Kamis selama satu bulan. Subyek dalam penelitian

ini ada 30 orangdengan kriteria pria dan wanita usia 40-60 tahun, Islam

dan sehat. Subyek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang rutin

puasa Senin dan Kamis dengan kelompok yang tidak puasa Senin dan

Kamis. Hasil penelitian ini adalah puasa Senin dan Kamis berpengaruh

secara signifikan dalam menurunkan kadar kolesterol LDL dan

meningkatkan kadar kolesterol HDL.

Persamaan Penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah

sama-sama meneliti orang yang berpuasa Senin dan Kamis. Subyek dalam

penelitian yang akan diteliti ada 30 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok

(31)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti terletak

pada jenis penelitian yang akan digunakan yaitu penelitian quasi

experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group

design terhadap kadar kolesterol total pada sampel orang yang terkena

penyakit diabetes melitus. Penelitian ini akan dilakukan di DukuhKasihan,

Bantul, Yogyakarta.

4. Adam et al (2014) meneliti effect of Ramadan fasting on blood glucose,

serum lipid profiles sudanese levels in patients with type 2 diabetes

mellitus. Adam et al menggunakan metode cross-sectional deskriptif

Penelitian ini dilaksanakan di Omdurman, di klinik kedokteran internal El

Inqaz Medical Center. Populasi dari penelitian ini adalah umat Islam

dewasa yang merupakan pasien tipe 2 diabetes, yang berpuasa Ramadhan

pada tahun 2008, pada periode (Agustus-October 2008). Puasa

dilaksanakan 14-15 jam dengan cuaca yang cukup hangat. Pasien yang

memenuhi syarat dan setuju berjumlah58 pasien dilibatkan dalam studi.

Hasil dari penelitian initerdapat peningkatan kadar glukosa selama

Ramadhan dibandingkan dengan pra Ramadhan nilai (170 ± 44 mg/dl

versus 208 ± 43 mg/dl). Setelah Ramadhan terjadi penurunan kadar

glukosa darah (165 ± 23 mg/dl). Kadar trigliserida dalam konsentrasi

dalam pra, selama dan setelah Ramadhan masing adalah (152 ± 23 mg/dl,

182 ± 31 mg/dl, 162 ± 19 mg/dl). Konsentrasi kolesterol total dalam pra,

selama dan setelah Ramadhan masing adalah (184 ± 29 mg/dl, 224 ± 35

(32)

dan setelah Ramadhan masing-masing adalah (44 ± 9 mg/dl, 62 ± 11 mg

/dl, 50 ± 7 mg/dl). Konsentrasi kolesterol LDL menunjukkan di pra,

selama dan setelah Ramadhan masing-masing adalah (143 ± 25 mg/dl, 163

± 19 mg/dl dan 50 ± 7 mg/dl). Terdapat perbedaan yang signifikan di

semua parameter yang diukur dalam penelitian ini. Studi penelitian Adam

et al menunjukkan sedikit peningkatan konsentrasi glukosa, trigliserida

dan kolesterol selama puasa Ramadhan.

Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adam et al Adalah

sama-sama meneliti penderita diabetes yang berpuasa dan kadar kolesterol

total. Sementara perbedaan penelitian terletak pada desain penelitian.

Penelitian Adam et al menggunakan desain cross-sectional deskriptif

Sedangkan desain penelitian yang akan diteliti menggunakan desain quasi

experimental terhadap kadar kolesterol total pada sampel penderita

(33)

15 1. Diabetes Melitus

a. Definisi DM

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan yang heterogen

(terdiri atas berbagai unsur yg berbeda sifat atau berlainan) yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia).

Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam

darah. Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi.

Sedangkan insulin yaitu suatu hormon yang diproduksi di pankreas,

bertugas untuk mengendalikan kadar glukosa darah dengan mengatur

produksi dan penyimpanannya (Smeltzer & Bare, 2002).

Menurut Baradero, Dayrit, dan Siswandi (2009) DM merupakan

penyakit yang kronis dan multifaktoral yang dicirikan dengan

hiperglikemia dan hiperlipidemia. Gejala yang timbul adalah

kurangnya sekresi insulin atau ada insulin yang cukup, namun tidak

efektif.

DM merupakan penyakit yang memiliki karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada DM dikaitkan

(34)

beberapa organ yang berbeda, terutama pada mata, ginjal, saraf,

jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2014).

b. Kriteria diagnosis DM

PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) pada tahun

(2006) menyebutkan kriteria diagnosis DM yaitu kadar gula darah

puasa >126 mg/dl dan pada test sewaktu >200 mg/dl menunjukkan

bahwa seseorang tersebut telah menderita DM. Kadar gula darah

puasa <70-110 mg/dl adalah kadar gula darah yang bisa dikatakan

normal, puasa disini pada saat pagi hari setelah malam sebelumnya

tidak makan atau minum manis. Kadar glukosa darah puasa pada saat

2 jam setelah makan dan minum yang mengandung pemanis ataupun

karbohidrat ataupun yang lainnya akan menunjukkan kadar glukosa

darah biasanya <120-140 mg/dl. Pankreas dapat terangsang untuk

menghasilkan insulin ketika terjadi peningkatan kadar glukosa setelah

makan atau minum. Sehingga produksi insulin tersebut dapat

mencegah terjadinya kenaikan kadar glukosa darah yang terkontrol

dan akan menyebabkan kadar gula darah dapat menurun secara

perlahan (Soegondo, 2009).

c. Faktor Risiko

Menurut Suiraoka (2012) faktor risiko penyakit DM, dibedakan

menjadi dua, yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat

(35)

yang kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan

merokok, pola makan yang salah, obesitas, aktifitas fisik, dan stress.

d. Klasifiksi DM

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 DM

terbagi menjadi 3 bagian yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan

diabetes gestasional. Namun, menurut American Diabetes Association

(ADA) pada tahun (2015), klasifikasi DM terbagi menjadi 4 bagian

ditambah lagi dengan sindrom diabetes monogenik.

1) Diabetes tipe 1

DM tipe 1 merupakan bentuk dari DM yang parah dan biasanya

terjadi pada remaja. Namun, kadang-kadang juga dapat terjadi pada

orang dewasa, khususnya seseorang yang memiliki kadar glukosa

darah yang tidak memiliki berat badan berlebih atau non-obesitas

dan terjadinya hiperglikemi pada sesorang yang telah berusia

lanjut. Keadaan itu merupakan suatu bentuk gangguan katabolisme

yang disebabkan sedikitnya atau bahkan tidak adanya insulin dalam

sirkulasi darah, glukagon plasma akan meningkat dan sel-sel β

pankreas juga akan mengalami kegagalan untuk merespon semua

stimulus dari insulinogenik. Untuk memperbaiki katabolisme,

menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa

darah, maka diperlukan pemberian insulin dengan cara eksogen

(36)

Menurut ADA (2015) tingkat kerusakan pada sel-β cukup

bervariasi. Tingkat kerusakan yang cepat dapat terjadi pada

beberapa individu, terutama pada bayi dan anak-anak dan beberapa

juga terjadi pada orang dewasa. Anak-anak dan remaja seringkali

dapat didiagnosis dengan ketoasidosis sebagai manifestasi pertama

penyakit. Sedangkan yang lain memiliki hiperglikemia yang

ringan, namun hiperglikemia tersebut dapat dengan cepat berubah

menjadi hiperglikemia berat dan atau ketoasidosis dengan infeksi

atau stres. Pada kasus orang dewasa, fungsi sel-β akan

dipertahankan agar cukup untuk mencegah ketoasidosis dengan

jangka waktu selama bertahun-tahun. Kemudian individu tersebut

akhirnya menjadi tergantung pada insulin untuk bertahan hidup dan

beresiko untuk ketoasidosis. Pada tahap terakhir penyakit ini, akan

ada sedikit atau tidak ada sekresi insulin. Hal ini ditunjukkan

dengan tingkat rendah atau tidak terdeteksinya plasma C-peptida.

Immune-mediated diabetes umumnya terjadi pada masa

kanak-kanak dan remaja, tetapi bisa terjadi pada usia berapa pun, bahkan

dalam 8 dan 9 dekade kehidupan.

Gejala dari penderita DM tipe 1 yaitu terjadinya peningkatan

ekskresi urin (poliuria), rasa haus (polidipsia) lapar, berat badan

menurun, pandangan terganggu, lelah, dan gejala tersebut dapat

(37)

2) Diabetes tipe 2

DM tipe 2 merupakan bentuk DM yang lebih ringan dari tipe 1,

DM ini sangat sering terjadi pada orang dewasa. Sirkulasi insulin

endogen sering dalam keadaan kurang dari normal atau secara

relatif tidak mencukupi. Obesitas merupakan penyebab utama dari

gangguan kerja insulin, faktor risiko tersebut adalah yang biasa

terjadi pada DM tipe ini dan sebagian besar pasien dengan DM tipe

2 bertubuh gemuk. Selain terjadinya penurunan stimulasi jaringan

terhadap insulin, juga terjadi defisiensi respons sel ß pankreas

terhadap glukosa (Karam, 2002).

Diabetes melitus tipe 2 ini sebelumnya disebut dengan “non

-insulin-dependent diabetes” atau “diabetes yang terjadi pada usia dewasa”, diabetes melitus tipe-2 memiliki jumlah persentase

sebesar 90-95% dari semua jenis diabetes. Seseorang yang di

diagnosis diabetes melitus tipe 2 memiliki resistensi insulin dan

biasanya relatif (bukan absolut) kekurangan insulin. Orang dengan

diabetes melitus tipe 2 mungkin tidak memerluknan pengobatan

insulin untuk bertahan hidup. Meningkatnya perkembangan resiko

penyakit DM dipengaruhi dengan berbagai faktor seperti usia,

obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik. Diabetes melitus tipe 2 ini

lebih sering terjadi pada wanita sebelum didiagnosis dengan

diabetes melitus gestasional. Kemudian pada mereka yang

(38)

ras/etnis (Afrika Amerika, Indian Amerika, Hispanik/Latino, dan

Asia Amerika) (ADA, 2015).

Gejala mungkin mirip dengan diabetes tipe 1, tetapi sering

kurang diketahui gejalanya. Akibatnya, penyakit dapat didiagnosis

beberapa tahun setelah onset, setelah komplikasi muncul (WHO,

2015)

3) Diabetes Gestasional

Diabetes Gestasional terjadi akibat dari kenaikan kadar gula

darah pada waktu kehamilan (WHO, 2008). Wanita hamil yang

belum pernah mengalami DM sebelumnya namun memiliki kadar

gula yang tinggi ketika hamil dikatakan menderita DM gestasional.

DM gestasional biasanya terdeteksi pertama kali pada usia

kehamilan trimester II atau III (setelah usia kehamilan 3 atau 6

bulan) dan umumnya hilang dengan sendirinya setelah melahirkan.

Diabetes gestasional terjadi pada 3‐5% wanita hamil (Karam,

2002).

Selama bertahun-tahun, gestasional diabetes mellitus (GDM)

didefinisikan sebagai derajat ataupun intoleransi glukosa yang

pertama kali diakui selama kehamilan, terlepas dari apakah kondisi

mungkin telah mendahului kehamilan atau bertahan setelah

kehamilan. Definisi ini memfasilitasi strategi seragam untuk

deteksi dan klasifikasi GDM, tetapi dibatasi oleh

(39)

akan diklasifikasikan memiliki diabetes tipe 2. GDM adalah

diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga

kehamilan yang tidak jelas atau tidak dapat teridentifikasi secara

langsung (ADA, 2015)

Gestasional diabetes adalah hiperglikemia dengan nilai glukosa

darah di atas normal tetapi di bawah orang yang di diagnostik

diabetes, yang terjadi selama kehamilan. Wanita dengan diabetes

gestasional berada pada peningkatan risiko komplikasi selama

kehamilan dan saat melahirkan. Pada mereka juga akan mengalami

peningkatan risiko diabetes tipe 2 di kemudian hari (WHO, 2015)

4) Sindrom Diabetes Monogenik

Sindrom diabetes monogenik ini disebabkan oleh cacat monogenik yang menyebabkan disfungsi sel β, seperti diabetes

neonatal dan Mody, mewakili sebagian kecil dari pasien dengan

diabetes (<5%). Bentuk-bentuk diabetes sering ditandai dengan

timbulnya hiperglikemia pada usia dini (umumnya sebelum usia 25

tahun) (ADA, 2015).

e. Patofisiologi DM

Menurut Smeltzer & Bare (2002) DM tipe 1 terdapat

ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta

pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa

terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Selain itu

(40)

walaupun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia

pospradial (setelah makan).

Pada DM tipe 2 terjadi dua defek fisiologi yaitu abnormalitas

sekresi insulin, dan resistensi kerjanya pada jaringan sasaran. Pada DM

tipe 2 terjadi 3 fase urutan klinis. Pertama, glukosa plasma tetap

normal meski pun terjadi resistensi insulin karena insulin meningkat.

Pada fase kedua, resistensi insulin cenderung memburuk sehingga

meski pun terjadi peningkatan konsentrasi insulin, tetap terjadi

intoleransi glukosa dalam bentuk hiperglikemia setelah makan. Pada

fase ketiga, resistensi insulin tidak berubah, tetapi sekresi insulin

menurun, sehingga menyebabkan hiperglikemia puasa dan DM yang

nyata (Foster, 2000; ADA 2014).

Hipotesis menjelaskan adanya keterlibatan sintesis lemak

terstimulasi insulin dalam hati dengan transpor lemak melalui VLDL

menyebabkan penyimpanan lemak sekunder dalam otot. Peningkatan

oksidasi lemak akan mengganggu ambilan glukosa dan sintesis

glikogen. Keterlambatan penurunan pelepasan insulin dapat

disebabkan oleh efek toksik glukosa terhadap pulau Langerhans atau

akibat defek genetik. Sebagian besar pasien DM tipe 2 mengalami

obesitas, dan hal itu sendiri yang menyebabkan resistensi insulin.

Namun penderita DM tipe 2 yang relatif tidak obesitas dapat

(41)

ini membuktikan bahwa obesitas bukan penyebab resistensi satu‐

satunya DM tipe 2 (Foster, 2000 ; ADA, 2014).

f. Penatalaksanaan DM

Penatalaksanaan Penatalaksanaan Diabetes Melitus dapat

dilakukan dengan cara pengelolaan yang baik. Tujuan penatalaksanaan

secara umum menurut PERKENI (2006) adalah meningkatkan kualitas

hidup penderita Diabetes.

Penatalaksanaan dikenal dengan empat pilar penatalaksanaan

diabetes melitus, yang meliputi : edukasi, terapi gizi medis, latihan

jasmani dan pengelolaan farmakologis. Pengelolaan DM dimulai

dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu

(2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran,

dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral

(OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat

segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai

indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya

ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat,

adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan. Pengetahuan tentang

pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara

mengatasinya harus diberikan kepada pasien, sedangkan pemantauan

kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat

(42)

1) Edukasi

Diabetes Melitus umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup

dan perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan

pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif

penderita, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan harus

mendampingi penderita dalam menuju perubahan perilaku. Untuk

mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi

yang komprehensif pengembangan ketrampilan dan motivasi.

Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan

penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang

berhasil. Perubahan perilaku hampir sama dengan proses edukasi

yang memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi,

dokumentasi dan evaluasi (PERKENI, 2006).

2) Terapi Gizi Medis

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi

yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, lemak, sesuai

dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut (PERKENI, 2006):

a) Karbohidrat : 45 – 65% total asupan energi

b) Protein : 10 – 20% total asupan energi

c) Lemak : 20 – 25 % kebutuhan kalori

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi,

umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan

(43)

dihitung dari berat badan ideal dikali kebutuhan kalori basal (30

Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg BB untuk wanita).

Kemudian ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktifitas,

koreksi status gizi, dan kalori yang diperlukan untuk menghadapi

stres akut sesuai dengan kebutuhan. Pada dasarnya kebutuhan

kalori pada diabetes tidak berbeda dengan non diabetes yaitu harus

dapat memenuhi kebutuhan untuk aktifitas baik fisik maupun

psikis dan untuk mempertahankan berat badan supaya mendekati

ideal (PERKENI, 2006).

3) Latihan Jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur

(3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan

salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari

seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun

harus tetap dilakukan Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan

Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Latihan jasmani selain

untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan

memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki

kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa

latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti : jalan kaki, bersepeda

santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya

disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk

(44)

ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM

dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak

atau bermalas-malasan (PERKENI, 2006).

4) Pengelolaan Farmakologis

Menurut PERKENI (2006) Sarana pengelolaan farmakologis

diabetes melitus dapat berupa Obat Hipoglikemik Oral (OHO).

OHO merupakan obat penurun kadar glukosa darah yang dibagi

menjadi 4 golongan berdasarkan cara kerjanya, yaitu:

a) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan

glinid

b) Penambah sensitifitas terhadap insulin: Metformin,

tiazolidindion

c) Penghambat glukoneogenesis (Metformin)

d) Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa.

g. Komplikasi DM

Terjadinya komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik

dan sindrom hiperglikemik hiperesmolar non-ketosis (HHNK) dapat

terjadi apabila kondisi ini mengarah pada kelebihan glukosa darah atau

hiperglikemia. Diabetes juga merupakan suatu penyakit yang dapat

memberikan komplikasi berupa penyakit makrovaskular, termasuk

infrak miokard, stroke, dan penyakit vaskular perifer. Apabila

hiperglikemia terjadi dalam waktu yang cukup lama maka akan

(45)

(penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi pada neuropati (Smeltzer &

Bare, 2002).

Diabetes cenderung menurunkan kadar kolesterol "baik" dan

meningkatkan kadar kolesterol "buruk", yang meningkatkan risiko

penyakit jantung dan stroke. Kondisi umum ini disebut dislipidemia

diabetik. Dislipidemia diabetik berarti profil lipid (kolesterol total)

akan ke arah yang salah. Ini merupakan kombinasi mematikan yang

menempatkan pasien pada risiko penyakit jantung koroner dini dan

aterosklerosis. Dimana arteri menjadi tersumbat dengan akumulasi

lemak dan zat lainnya. Studi menunjukkan hubungan antara resistensi

insulin, yang merupakan prekursor diabetes tipe 2 dan dislipidemia

diabetes, aterosklerosis dan penyakit pembuluh darah. Kondisi ini

dapat berkembang bahkan sebelum diabetes didiagnosis (AHA, 2015).

2. Kolesterol

a. Definisi Kolesterol

Kolesterol adalah suatu zat lemak yang bentuknya seperti lilin. Zat

ini sangat penting peranya untuk fungsi tubuh normal. Kolesterol

digunakan untuk fungsi selular dan produksi hormon. Tubuh akan

menghasilkan kolesterol yang cukup untuk mempertahankan kebutuhan

tubuh normal. Hati adalah pabrik untuk memproduksi kolesterol yang

paling utama (sekitar 70%). Diet tinggi lemak jenuh, meningkatkan

secara signifikan jumlah kolesterol dalam aliran darah. Rekomendasi

(46)

kalori, dengan maksimal 10% dari lemak jenuh. Penelitian

menunjukkan bahwa diet tinggi lemak jenuh dan total, sangat berperan

penting dalam proses aterosklerosis (plak build-up dinding arteri).

Kadar kolesterol tinggi merupakan indikator kuat orang-orang yang

rentan terhadap penyakit jantung koroner. Peningkatan kadar kolesterol

total adalah faktor resiko penyakit jantung koroner. Membangun plak di

arteri dapat menyebabkan penyempitan (tekanan darah tinggi) atau

penyumbatan lengkap (serangan jantung). Kadar kolesterol optimal ≤

200 mg/dl, borderline tinggi 200-239 mg/dl, tinggi ≥ 240 mg/dl (The

American Collage of Sports Medicine, 2008).

Selain kolesterol ada jenis lain lemak (lipids atau fat) dalam darah

kita yaitu trigliserida (triglycerides). Kolesterol dan trigliserida

ditemukan dalam makanan hewani dan dibentuk oleh tubuh.

Trigliserida digunakan didalam tubuh sebagai lemak yang ditimbun

untuk memberikan rasa hangat, melindungi organ-organ tubuh, dan

menjadi sumber energi (Tandra, 2007).

Tabel 1.Kadar Lemak Darah pada Penderita Diabetes

Risiko

Tandra (2007) mengatakan bahwa kolesterol dan trigliserida sukar

(47)

membutuhkan bantuan, yaitu dengan cara berikatan dengan protein

sehingga disebut dengan lipoprotein, kombinasi antara lipid dan

protein. Terdapat dua jenis lipoprotein yaitu:

1) Kolesterol LDL

Kolesterol LDL (Low-Density Lipoprotein) adalah suatu lemak yang merugikan tubuh “jahat” dan jumlahnya paling banyak dari

semua kolesterol di dalam tubuh. Kolesterol LDL yang berlebih

akan menumpuk dan menempel pada dinding arteri dan akan

membentuk plaque atau gumpalan yang akan mempersempit dan

berakibat terjadinya penyumbatan pada arteri. Keadaan ini

dinamakan dengan aterosklerosis. Komplikasi ini merupakan

faktor risiko utama penyakit kariovaskular yang berbahaya yang

akan muncul apabila penyumbatan terjadi di pembuluh darah

koroner jantung, kemudian akan terjadi serangan jantung atau

penyakit jantung koroner. Apabila penyumbatan tersebut terjadi

pada pembuluh darah kecil di dalam otak maka akan berakibat

stroke (Bull & Morrell, 2007; Tandra, 2007).

2) Kolesterol HDL

HDL (High-Density Lipoprotein) adalah lemak yang menguntungkan tubuh sehingga disebut dengan lemak yang “baik”

karena membantu mengeluarkan kelebihan kolesterol dari tubuh

dengan cara membawa kolesterol total ke dalam hati untuk diolah

(48)

ditemukan kadar kolesterol HDL yang tinggi dalam darah, maka

akan terhindar dari risiko serangan jantung atau stroke(Bull &

Morrell, 2007; Tandra, 2007).

c. Fungsi Kolesterol

Kolesterol memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah sebagai

bagian penting dari membran (dinding) sel. Kolesterol juga ditimbun

dalam kelenjar buntu (kelenjar endokrin), seperti adrenal, testis, dan

ovarium, dan menjadi bahan pembentukan hormon-hormon, seperti

kortisol, testosteron, dan esterogen. Selain itu, kolesterol penting

untuk pembentukan asam empedu di dalam hati (Tandra, 2007).

d. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Kolesterol

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol di dalam darah

menurut Tandra (2007) adalah:

1) Keturunan

Riwayat keturunan adalah salah satu faktor yang berpengaruh

pada kadar kolesterol. Kolesterol yang tinggi seringkali menurun di

dalam keluarga. Meskipun penyebab genetik tertentu telah

diidentifikasi hanya pada sebagian kecil kasus, namun genetik tetap

memiliki peran dalam mempengaruhi kadar kolesterol total.

2) Pola makan

Pola makan yang kurang baik (terutama yang mengandung

banyak lemak jenuh) dan Kelebihan berat badan. Menurut Sudha et

(49)

karena gaya hidup (life style) yang tidak sehat seperti asupan

makanan yang tidak seimbang atau tidak sehat. Kadar kolesterol

yang tinggi dapat disebabkan oleh sintesis kolesterol dan

penyerapan kolesterol yang tinggi dan juga karena konsumsi

makanan tinggi lemak.

Menurut Yulianiet al (2013), mengatakan bahwa pola makan

tinggi kolesterol dan tinggi lemak jenuh dapat meningkatkan kadar

kolesterol darah. Lemak diuraikan menjadi kolesterol, trigliserida,

fosfolipid dan asam lemak bebas. Hasil uraian lemak diedarkan ke

seluruh tubuh. Jika berlebihan akan disimpan dalam lemak. Asupan

kolesterol yang tidak mencukupi akan di produksi oleh sel hati.

Kolesterol di hati akan diangkat oleh LDL, selanjutnya kolesterol

akan di bawa ke sel tubuh yang memerlukan, termasuk otot jantung

dan otak.

Lebih lanjut Yuliani et al (2013) menjelaskan bahwa kelebihan

kolesterol akan diangkat kembali oleh lipoprotein atau oleh HDL.

Kemudian diuraikan dan dibuang ke dalam kandung emepedu

sebagai asam cairan empedu. Disini LDL dan HDL sangat bertolak

belakang, HDL berfungsi sebagai pembawa kolesterol LDL ke

organ hati untuk diproses lebih lanjut, sedangkan LDL merupakan

kolesterol yang berbahaya karena dapat menempel dan

menyebabkan penyumbatan pada saluran darah. Selain LDL,

(50)

trigliserida dan menurunkan kadar kolesterol HDL. Senyawa

trigliserida yakni jenis lemak yang biasanya dijumpai di dalam

darah yang mengandung glukosa lebih. Trigliserida akan

dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase. Selanjutnya, sisa hasil

hidrolisis tersebut dimetabolisasikan oleh hepar atau hati menjadi

LDL. Apabila kadar HDL dalam sirkulasi darah tidak mencukupi

untuk mengangkut LDL dan Trigliserida maka kadar kolesterol

total di dalam sirkulasi darah akan tinggi.

3) Berat Badan

Kelebihan berat badan cenderung meningkatkan kadar

kolesterol total. Jadi menurunkan berat badan dapat membantu

menurunkan kadar kolesterol total.

4) Aktivitas

Aktivitas fisik yang teratur tidak hanya dapat menurunkan

kolesterol LDL, tetapi juga dapat meningkatkan kadar kolesterol

HDL.

5) Usia tua dan jenis kelamin

Sebelum menopause, wanita cenderung memiliki kadar

kolesterol total yang lebih rendah dibandingkan pria pada usia

yang sama. Kadar kolesterol pada wanita dan pria, secara alami

meningkat seiring bertambahnya usia. Menopause sering dikaitkan

(51)

6) Kekurangan insulin atau hormon tiroid

Kekurangan insulin atau hormon tiroid meningkatkan

konsentrasi kolesterol total, sedangkan kelebihan hormon tiroid

menurunkan konsentrasinya. Pengaruh ini kemungkinan

disebabkan terutama oleh perubahan derajat aktivitas enzim-enzim

khusus yang bertanggung jawab terhadap metabolisme zat lipid

(Guyton et al, 2007; Mayes PA, 2003; Sadoso S, 2009).

e. Diabetes Melitus dan Kolesterol Total

Diabetes melitus dengan kadar kolesterol tinggi memiliki

hubungan. Kolesterol yang tidak seimbang terjadikarena terganggunya

hormon insulin pada pankreas yang merupakan regulator penting pada

metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein. Maka, setiap gangguan

aksi insulin akan menimbulkan konsekuensi metebolik seperti tidak

seimbangnya kadar gula darah maupun kadar kolesterol di dalam tubuh

(Jalal et al, 2003).

Menurut Kumar dan Singh (2010) bahwa pasien dengan diabetes

melitus (DM) memiliki peningkatan risiko penyakit kardiovaskular

(CVD) 2-4 kali lebih besar dari non-diabetes. Dislipidemia merupakan

faktor utama yang mendasari peningkatan risiko CVD dan menjadi

lebih aterogenik dalam kondisi DM. Kondisi DM ditemui pada

resistensi insulin yang mendasari kelainan metabolisme lipoprotein,

yang ditandai dengan peningkatan kadar trigliserida (TG), penurunan

(52)

lebih kecil dan pekat dan kemudian diikuti dengan kenaikan kadar

kolesterol total.

Pada penderita diabetes biasanya memiliki kadar kolesterol yang

tinggi dan/atau kadar trigliserida yang tinggi. Kadar kolesterol tinggi

yang buruk dan tak terkendali akan berkumpul serta mengeras menjadi

plak di dalam arteri yang menghalangi aliran darah. Orang yang sudah

lama menderita diabetes atau penderita diabetes lanjut usia cenderung

memiliki masalah sirkulasi yang lebih serius karena aliran darah yang

melalui arteri-arteri kecil juga terganggu (D‟Adamo & Whitney,

2009).

f. Target Kolesterol Total Penderita Diabetes

Kadar kolesterol total pada penderita diabetes dikatakan optimal

atau mendekati optimal apabila konsentrasi serumnya < 200 mg/dL

(AACE,2012). Namun, pada orang secara umum American Heart

Associaton(2015) memberikan target kolesterol total 180 mg/dL agar

jantung tetap sehat dan jauh dari penyakit jantung. Menurut Canadian

Diabetes Association (2006) target tersebut pada penderita diabetes

masih memiliki risiko untukterkena komplikasi coronary artery

disease (CAD) 10 tahun yang akan datang yaitu sebesar10%-19%

yangberada pada level moderate, sehingga untuk menurunkan risiko

tersebut penderita diabetes melitus sebaiknya memiliki target kadar

Gambar

Tabel 1.Kadar Lemak Darah pada Penderita Diabetes
Gambar 1 kerangka konsep penelitian
Tabel 2. Desain Penelitian
Gambar 2 skema tahap pelaksanaan penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Senam Kaki Diabetes Menurunkan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2.. Journals of

Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes Melitus di Perkotaan Indonesia.. Maj

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN KEBIASAAN OLAH RAGA DENGAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA.. Latar belakang : Diabetes

Pengaruh senam diabetes melitus terhadap perubahan kadar gula darah dapat dilihat pada nilai rata-rata kadar gula darah pretest dan posttest pada kelompok

Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang perawatan diabetes melitus tipe II dengan kadar gula darah puasa pada klien DM yang berada di

Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Latar Belakang: Diabetes Melitus (DM) adalah

Setelah dilakukan penelitian, dapat disimpulkan bahwa penderita Diabetes Melitus tipe 2 memiliki kadar glukosa yang tinggi dan sebagian besar memiliki

Terdapatnya perbedaan pada kadar gula darah puasa post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah karena kelompok pada eksperimen yag melakukan melakukan