KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh :
DIAN PUTRANTO 20120320087
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
i
KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh :
DIAN PUTRANTO 20120320087
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ii
KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DUKUH KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA
Disusun oleh : DIAN PUTRANTO
20120320087
Telah disetujui dan diseminarkan pada 06 Agustus 2016
Dosen pembimbing Dosen penguji
Yanuar Primanda S. Kep., NS., MNS., HNC NIK: 19850103201110173117
Erfin Firmawati S. Kep., NS., MNS NIK : 19810708200710173080
Mengetahui
Ka.Prodi Ilmu Keperawatan FKIK UMY Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
iii
NIM : 20120320087
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang
penulis tulis ini benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam
Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah
ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, Agustus 2016
Yang membuat pernyataan,
iv
Perjalanan penelitian ini sangatlah berkesan dan penuh perjuangan Alhamdulillah
Kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini Kepada: Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Nabi Muhammad Shallallahu`alaihi Wa Sallam Bapak dan Ibu Tercinta
Adik Tersayang Dosen PSIK FKIK UMY
Dosen Pembimbing Guru Sekolah dan Guru Ngaji Teman-teman dan sahabat saya:
Plankton, The Sundis Band, IKPM KOBAR YK, Tembalu Teman dan Sahabat Seperjuangan PSIK UMY
Teman-teman semua
Terimakasih
MARUNTING BATU AJI MANGAYU HAYUNING BAWONO
v
berkah, rahmah dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah yang berjudul “Pengaruh Puasa Senin dan Kamis Terhadap Kadar
Kolesterol Total Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Dukuh Kasihan,
Bantul, Yogyakarta”. Melalui karya tulis ilmiah yang sederhana ini, penulis
berharap dapat menyumbangkan sesuatu hal yang dapat berperan dalam kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat diambil manfaatnya untuk
meningkatkan kesejahteraan umat manusia.
Ucapan terima kasih ingin penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini, khususnya kepada:
1. Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini dengan baik.
2. Bapak (Sumardiyana), Ibu (Umi Sholikah) tercinta, yang tak
henti-hentinya memberi dukungan baik moril berupa semangat serta motifasi
dan mendoakan atas kelancaran semuanya, maupun berupa materi.
3. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Mat.,HNC., selaku Ketua Program
vi
6. Erfin Firmawati S. Kep., NS., MNS selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran perbaikan demi kemajuan peneliti.
7. dr. Prasetio Kirmawanto Sp., Pd., M. Kes, Novita Kurnaia Sari, S. Kep.,
NS., M. Kep dan Salmah Orbayinah, M. Kes., Apt selaku penguji Content
Validity instrumen buku Puasa Senin dan Kamis.
8. Seluruh Tenaga Pengajar dan Administrasi di Program Studi Ilmu
Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
9. Kepala Dukuh Padukuhan Kasihan yang telah memberikan izin dan
dukungan dalam melakukan penelitian ini.
10. Responden Penderita diabetes melitus tipe 2 di Dukuh Kasihan yang sudah
meluangkan waktunya dan berkorban dalam menahan lapar dan dahaga
untuk membantu penelitian ini.
11. Teman Payungan penelitian Angga Bagus Widya Saputra yang telah
berjuang bersama serta saling memberikan dukungan semangat dan
bertukar pikiran.
12. Teman-teman satu bimbingan Bu Prima: Angga, Upik, Dina, Saadah, Vita,
Ratri, dan Denda.
13. Penerjemah dan teman Pembimbing skripsi : Agus Gunadi (PSIK UMY
12) dan Ina Noviana Meyanti (PBI USD DIY 12)
vii
Kotawaringin Barat Yogyakarta) selaku organisasi kedaerahan yang telah
memberikan pengalaman dan dukungan selama berkuliah.
16. Seluruh sahabat dan teman-teman saya Plankton: Dwi Sasmoko Adji,
Rizaludin Akbar, Aris Handoko, Ahmad Nugroho, Fery Ardani, Ahmad
Jumanto, Deby Listioning Pambudi, Yudan Harisandika dan Hafidz
Ardita. serta yang tidak saya sebutkan satu per satu namun selalu ada
dalam ingatan dan hati saya, yang telah memberikan dukungan berupa
semangat dan tempat bercurah keluh kesah.
17. Semua pihak yang telah membantu saya menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini.
Penulis sadar masih banyaknya kekurangan dalam penulisan karya tulis
ilmiah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan bimbingan, kritik dan
saran demi kemajuan bersama. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada
para pembaca semoga selalu dalam ridha Allah SWT.
Yogyakarta, 6 Agustus 2016
Penulis,
viii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR SINGKATAN ... xii
INTISARI ... xiii
ABSTRACT ... 14
BAB I ... 1
PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
1. Tujuan Umum ... 8
2. Tujuan Khusus ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Keaslian Penelitian... 10
BAB II ... 15
TINJAUAN PUSTAKA... 15
A. Landasan Teori... 15
1. Diabetes Melitus ... 15
a. Definisi DM ... 15
b. Kriteria diagnosis DM ... 16
c. Faktor Risiko... 16
d. Klasifiksi DM ... 17
e. Patofisiologi DM... 21
f. Penatalaksanaan DM... 23
g. Komplikasi DM ... 26
2. Kolesterol ... 27
ix
f. Target Kolesterol Total Penderita Diabetes ... 34
3. Puasa Senin dan Kamis ... 35
a. Definisi Puasa Senin dan Kamis ... 35
b. Dalil Anjuran untuk Berpuasa Senin dan Kamis ... 36
c. Manfaat Puasa untuk Kesehatan ... 37
d. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Puasa ... 38
e. Penderita DM yang Aman untuk Berpuasa ... 41
B. KerangkaKonsep ... 42
C. Hipotesis ... 42
BAB III... 43
METODE PENELITIAN ... 43
A. Desain Penelitian ... 43
B. Populasi dan Sampel ... 44
1. Populasi ... 44
2. Sampel... 44
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45
D. Variabel Penelitian ... 45
E. Definisi Operasional ... 46
F. Instrumen Penelitian ... 46
G. Cara Pengumpulan Data ... 48
H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 51
I. Pengolahan dan Metode Analisa Data ... 53
1. Pengolahan Data ... 53
2. Analisa Data ... 54
J. Etika Penelitian ... 55
BAB IV ... 57
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57
A. Hasil Penelitian ... 57
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 57
x
B. Pembahasan... 63
1. Karakteristik Responden ... 63
a. Usia ... 63
b. Lama Menderita DM ... 64
c. Jenis Kelamin ... 65
d. Pendidikan Terakhir ... 65
e. Pekerjaan ... 66
f. Penghasilan ... 67
g. Konsumsi OHO (Obat Hipoglikemik Oral) ... 68
h. Konsumsi Obat Kolesterol ... 69
2. Pengaruh Puasa Senin dan Kamis terhadap Kadar Kolesterol Total ... 70
C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 82
BAB V ... 84
KESIMPULAN DAN SARAN ... 84
A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 86
LAMPIRAN ... 92
Lampiran I Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 93
Lampiran II Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 94
Lampiran III Lembar Informasi Penelitian... 95
Lampiran IV Kuesioner Data Demografi Responden ... 97
Lampiran V Materi Booklet Puasa Senin dan Kamis ... 99
Lampiran VI Saran dan Revisi Uji Content Validity ... 116
Lampiran VII Log Book Puasa Senin dan Kamis ... 120
Lampiran VIII Format Telepon dan SMS Pendampingan. ... 124
Lampiran IX Hasil Analisis Data Penelitian ... 125
Lampiran X Surat Kelayakan Etik Penelitian ... 128
Lampiran XI Surat Pengantar Penelitian ... 129
xi Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Uji Statistik untuk Menguji Hipotesis
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Karakteristik Demografi Usia dan Lama Menderita DM Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Karakteristik Demografi Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan, dan Penghasilan
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Obat yang Konsumsi
Hasil Analisa Perbedaan Kadar Kolesterol Total
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sebelum dan Setelah Intervensi
Hasil Analisa Perbedaan Kadar Kolesterol Total Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Setelah Intervensi
55 58
59
61
62
xii
BB : Berat Badan
DI Yogyakarta : Daerah Istimewa Yogyakarta DKI Jakarta : Daerah Khusus Ibukota Jakarta
DM : Diabetes Melitus
DNA : Deoxyribonucleic Acid
DINKES : Dinas Kesehatan
FRA : Faktor Risiko Aterosklerosis GDM : Gestasional Diabetes Mellitus
GDP : Gula Darah Puasa
HDL : High Density Lipoprotein
HHNK : Hiperglikemik Hiperesmolar Non-Ketosis
HR : Hadist Riwayat
IDF : International Diabetes Federation
Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Kkal/kg : Kilokalori per kilogram
LDL : Low Density Lipoprotein
Mg/dl : Miligram per desiliter darah Mmol/l : Milimol per liter
OHO : Obat Hipoglikemik Oral
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
PJK : Penyakit Jantung Koroner
TDD : Tekanan Darah Diastolik
TDS : Tekanan Darah Sistolik
TG : Trigliserida (triglycerides) VLDL : Very Low Density Lipoprotein
xiii
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh puasa Senin Kamis terhadap kadar kolesterol total pada penderita DM tipe 2
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan Quasy-Experimental with pre-test and post-test control group design. Penelitian dilaksanakan pada April-Mei 2016 di Dukuh Kasihan. Responden yang dipilih dengan teknik total sampling terdiri dari 15 orang kelompok eksperimen yang diberikan intervensi puasa Senin Kamis selama 1 bulan dan 15 orang di dalam kelompok kontrol yang mendapatkan perawatan standar. Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dan Independent T-Test dengan signifikansi p<0,05
Hasil: Rata-rata kadar kolesterol sebelum intervensi adalah 207,00±32,70 dan 210,73±29,55 pada masing-masing kelompok eksperimen dan kontrol. Rata-rata kadar kolesterol setelah intervensi adalah 189,87±21,52 pada kelompok eksperimen dan 223,33±45,77 pada kelompok kontrol. Terdapat perbedaan kolesterol total yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah puasa senin kamis dimana kadar kolesterol total kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol (p=0,033)
Kesimpulan: Puasa senin kamis efektif menurunkan kadar kolesterol total penderita DM tipe 2. Perawat dapat menyarankan penderita DM melakukan puasa senin kamis dengan terlebih dahulu memberikan pedoman. Penelitian selanjutnya dapat meneliti pengaruh puasa senin kamis terhadap parameter pengendalian DM lainnya seperti HbA1c, GD 2 jam PP, dan GD puasa.
14 patients with Type 2 Diabetes Mellitus.
Research Objective: This study aimed to know the influence of fasting on Mondays and Thursdays towards the total cholesterol levelof the patients with Type 2 Diabetes Mellitus.
Methodology: This study used Quasy-Experimental with pre-test and post-test control group design. This study was conducted on January-May 2016 in Kasihan, Bantul, Yogyakarta. The respondents consisted of 15 people in experimental group who were given intervention fasting every Monday and Thursday for one month with total sampling technique and 15 people in control group with standard treatment. The data was analyzed using Wilcoxon test and Independent T-Test with significance p<0.05.
Research Results: The average of cholesterol level after intervention was 189.87±21.52 in the experimental group and 223.33±45.77 in the control group. There were significant differences in the total cholesterol level between experimental and control groups before and after having fasting on Mondays and Thursdays and it showed that the total cholesterol level of experimental group was lower than control group (p=0.033).
Conclusion: Fasting on Mondays and Thursdayseffectively reducedthe total cholesterol level of the patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Nurses could suggest the Diabetes Mellitus patients having fasting on Mondays and Thursdays with guidance ahead. The future study was suggested to find out the influence of fasting on Mondays and Thursdays towards control parameter of Diabetes Mellitus such as HbA1c, 2-hour postprandial blood glucose, and fasting blood glucose.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh puasa Senin Kamis terhadap kadar kolesterol total pada penderita DM tipe 2
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan Quasy-Experimental with pre-test and post-test control group design. Penelitian dilaksanakan pada April-Mei 2016 di Dukuh Kasihan. Responden yang dipilih dengan teknik total sampling terdiri dari 15 orang kelompok eksperimen yang diberikan intervensi puasa Senin Kamis selama 1 bulan dan 15 orang di dalam kelompok kontrol yang mendapatkan perawatan standar. Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dan Independent T-Test dengan signifikansi p<0,05
Hasil: Rata-rata kadar kolesterol sebelum intervensi adalah 207,00±32,70 dan 210,73±29,55 pada masing-masing kelompok eksperimen dan kontrol. Rata-rata kadar kolesterol setelah intervensi adalah 189,87±21,52 pada kelompok eksperimen dan 223,33±45,77 pada kelompok kontrol. Terdapat perbedaan kolesterol total yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah puasa senin kamis dimana kadar kolesterol total kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol (p=0,033)
Kesimpulan: Puasa senin kamis efektif menurunkan kadar kolesterol total penderita DM tipe 2. Perawat dapat menyarankan penderita DM melakukan puasa senin kamis dengan terlebih dahulu memberikan pedoman. Penelitian selanjutnya dapat meneliti pengaruh puasa senin kamis terhadap parameter pengendalian DM lainnya seperti HbA1c, GD 2 jam PP, dan GD puasa.
patients with Type 2 Diabetes Mellitus.
Research Objective: This study aimed to know the influence of fasting on Mondays and Thursdays towards the total cholesterol levelof the patients with Type 2 Diabetes Mellitus.
Methodology: This study used Quasy-Experimental with pre-test and post-test control group design. This study was conducted on January-May 2016 in Kasihan, Bantul, Yogyakarta. The respondents consisted of 15 people in experimental group who were given intervention fasting every Monday and Thursday for one month with total sampling technique and 15 people in control group with standard treatment. The data was analyzed using Wilcoxon test and Independent T-Test with significance p<0.05.
Research Results: The average of cholesterol level after intervention was 189.87±21.52 in the experimental group and 223.33±45.77 in the control group. There were significant differences in the total cholesterol level between experimental and control groups before and after having fasting on Mondays and Thursdays and it showed that the total cholesterol level of experimental group was lower than control group (p=0.033).
Conclusion: Fasting on Mondays and Thursdayseffectively reducedthe total cholesterol level of the patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Nurses could suggest the Diabetes Mellitus patients having fasting on Mondays and Thursdays with guidance ahead. The future study was suggested to find out the influence of fasting on Mondays and Thursdays towards control parameter of Diabetes Mellitus such as HbA1c, 2-hour postprandial blood glucose, and fasting blood glucose.
1
Perkembangan dalam gaya hidup modern menyebabkan permasalahan
terhadap kesehatan dan hidup yang cenderung kurang sehat. Gaya hidup yang
kurang sehat tersebut menjadi berkembang di semua kalangan masyarakat. Hal
tersebutdapat menimbulkan bertambahnya penyakit degeneratifseperti diabetes
melitus (DM) (Krisnatuti, 2008).
Pada tahun 2015 jumlah penderita DM dari data studi global telah
mencapai 415 juta orang dan diperkirakan akan semakin meningkatpada tahun
2040 yaitu sekitar 642 juta orang. Data dari International Diabetes Federation
(IDF) tahun 2015 tercatat sebanyak 193 juta orang pengidap DM tidak
menyadari bahwa dirinya menderita penyakit DM. Data IDF juga menunjukkan
bahwasekitar 77% penderita DM berada pada negara yang berpenghasilan
menengah dan rendah (IDF, 2015).
Prevalensi diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2 meningkat, meskipun fakta
bahwa banyak kasus diabetes tipe 2 dapat ditunda atau dicegah. Diabetes tipe 1
biasanya menyumbang hanya minoritas dari total beban diabetes pada populasi
yang meningkat 3% atau 86.000 setiap tahun dan pada tahun 2015 terdapat
7%-12% dari total populasi penderita diabetes atau 542.000 anak-anak
diseluruh dunia yang terdeteksi memiliki diabetes tipe 1. Pada diabetes melitus
tipe 2 telah menjadi mayoritas yaitu sekitar 87%-91% dari total populasi
20-79 tahun. Sedangkan pada diabetes jenis yang lain memiliki 1%-3% dari total
populasi penderita diabetes (IDF, 2015).
Di Indonesia pada tahun 2013, rasio penyakit DM tipe 2 adalah 6,9% untuk
penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun. Berdasarkan diagnosis, prevalensi
DM tertinggi terdapat di DIY (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara
(2,4%), dan Kalimantan Timur (2,3%). Sedangkan prevalensi berdasarkan
gejala DM yang tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara
(3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%)(Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia [Kemenkes RI], 2013).
Prevalensi penyakit diabetes melitus tipe 2 atau NIDDM (Non
Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014
menunjukkan bahwa penderita DM di Yogyakarta berjumlah 25.152 orang dan
menempati sepuluh besar penyakit di Kabupaten/Kota Yogyakarta. Sedangkan
data diabetes yang tertinggi terdapat di Puskesmas Kabupaten Bantul. Menurut
laporan Dinas Kesehatan Bantul pola kunjungan rawat jalan Puskesmas dari
tahun ke tahun menunjukkan pola peningkatan signifikan dalam beberapa
tahun terakhir. Sepuluh besar penyakit yang dilaporkan Puskesmas di
Kabupaten Bantul tahun 2013 dengan penderita sebanyak 5558 orang dan
diabetes melitus tipe 2 menduduki peringkat yang ke-5 setelah penyakit Asma
(Dinas Kesehatan Bantul, 2014).
Meningkatnya prevalensi penyakit DM tipe 2 disebabkan karena semakin
meluasnya gaya hidup di perkotaan yang pola makannya tidak teratur dan tidak
menghadiri pesta biasanya akan cenderung untuk mengkonsumsi makanan
dengan porsi yang berlebihan. Makanan yang serba instan juga menjadi salah
satu pilihan yang disukai oleh sebagian masyarakat. Gaya hidup yang tidak
sehat ditunjukkan lagi dengan makan-makanan gorengan yang murah serta
banyak di jual di pinggir jalan (Suiraoka, 2012).
DM merupakan penyakit yang memiliki karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
Hiperglikemia kronik pada DM dikaitkan dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi, dan kegagalan pada beberapa organ yang berbeda, terutama pada
mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (American Diabetes
Association [ADA], 2014). Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan
metabolik dengan etiologi multifaktorial. Penyakit ini ditandai oleh
hiperglikemia kronis dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein
serta lemak (Gibney & Michae, 2008).
Lemak sangat berperan penting dalam produksi beberapa hormon dan
bentukan kolesterol yang sebagian besar di bentuk oleh tubuh sendiri terutama
dalam hati. Kolesterol mempunyai beberapa fungsi untuk tubuh, diantaranya
adalah untuk pembentuk hormon seperti hormon estrogen dan progesteron
serta sebagai pembentuk asam empedu dan garam empedu. Walaupun
kolesterol ini penting untuk pembentuk hormon dan garam empedu, namun
jika kadarnya berlebihan di dalam tubuh akan disebut dengan kadar kolesterol
tinggi (hiperkolesterolemia) yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit
Penderita DM biasanya memiliki kadar kolesterol yang tinggi dan/atau
kadar trigliserida yang tinggi. Kadar kolesterol tinggi yang buruk dan tak
terkendali akan berkumpul serta mengeras menjadi plak di dalam arteri yang
menghalangi aliran darah. Orang yang sudah lama menderita diabetes atau
penderita diabetes lanjut usia cenderung memiliki masalah sirkulasi yang lebih
serius karena aliran darah yang melalui arteri-arteri kecil juga terganggu
(D‟Adamo & Whitney, 2009).
Farkouh (2011) menyatakan penderita penyakit DM harus dapat
mengontrol konsumsi kolesterolnya dengan baik. Apabila kolesterol tidak
dikontrol dengan penanganan yang baik, dikhawatirkan hiperkolesterolemia
pada penderita DM baik tipe-1 maupun tipe-2 akan mengakibatkan munculnya
berbagai komplikasi seperti penyakit jantung koroner (PJK), penyakit vaskular
perifer, dan stroke. Lebih lanjut Farkouh (2011) menjelaskan bahwa selain
penyakit-penyakit akibat komplikasi DM tersebut, aterosklerosis juga
merupakan salah satu komplikasi yang sangat berbahaya hingga dapat
mengakibatkan 80% kematian pada pasien DM. Perbandingan tersebut
merupakan perbandingan yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan
pasien aterosklerosis non-diabetes yang memiliki persentase kematian 30%.
Komplikasi-komplikasi dari DM tersebut sangat berbahaya. Untuk
membantu penderita diabetes mengendalikan penyakitnya, konsensus
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2011 mencanangkan
empat pilar penanganan diabetes melitus. Penatalaksanaan/pengelolaan dengan
farmakologis menggunakan Obat Hipoglikemik Oral (OHO), dan terapi gizi
atau perencanaan makan (PERKENI, 2011).
Diantara empat pilar penatalaksanaan yang dibuat oleh Perkeni tersebut,
perencanaan pola makan atau terapi gizi merupakan salah satu pilar utama.
Allah SWT juga telah memberikan suatu anjuran bagi umatnya yaitu umat
muslim untuk melakukan perencanaan pola makan tersebut dengan cara
berpuasa. Puasa dalam kaidah bahasa dapat diartikan dengan menahan.
Menahan disini dapat diartikan juga dengan menahan dari hal-hal yang masuk
ke dalam mulut dalam bentuk makanan dan minuman, serta dapat diartikan
juga dengan menahan perbuatan yang buruk dan berbicara yang tidak baik
serta membicarakan orang lain (Musfah, 2004). Tujuan puasa sangatlah mulia,
seperti yang tercantum dalam QS Al-Baqarah 2:183:
ك ايصلا كْي ع بتك اون اء يذلا اهيأاي وقتت ْ ك عل ْ ك ْبق ْ يذلا ى ع بتك ا
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa”(QS. Al-Baqarah: 183)
QS. Al-Baqarah 183 tersebut menjelaskan bahwa berpuasa sangat
dianjurkan oleh Allah SWT untuk menambah ketakwaan kita kepada Alllah
SWT. Waktu puasa dalam Islam dimulai dari terbit fajar sampai tenggelam
matahari (maghrib) hal ini dijelaskan juga oleh Al-Qur‟an yaitu:
“....dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam....”(QS. Al-Baqarah 2:187).
Puasa dalam Islam dibagi menjadi 2 yaitu puasa wajib dan puasa
sunah.Puasa sunah Senin dan Kamis adalah puasa sunah yang rutin dilakukan
Dari „Aisyahradhiyallahu „anha, beliau mengatakan,
ّّ ل سر ّ إ
-سو هي ع ّ ص
-
سي خْلاو ْينْثاا ايص ّرحتي اك
.
“Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR. An Nasai no. 2362 dan Ibnu Majah no. 1739). Puasa memiliki banyak sekali manfaat atau keuntungannya. Puasa dalam
Islam untuk kesehatan atau medis bisa digunakan untuk mengatasi beberapa
penyakit, di antaranya: asma, batu empedu, biduran, beri-beri, bronkhitis
kronis, DM, disentri,epilepsi (ayan), eksim, flek-flek hitam pada wajah, flu,
gangguan pencernaan, ginjal, kelebihan berat badan dan kolesterol tinggi
(Syarifuddin, 2003).
Secara umum puasa memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Namun, pasien
dengan diabetes tipe 1 tidak direkomendasikan untuk berpuasa karena memiliki
resiko yang sangat tinggi dari komplikasi yang mengancam jiwa. Pasien
dengan diabetes tipe 1 yang memiliki riwayat hipoglikemia berulang atau
hipoglikemia ketidaksadaran atau yang kurang terkontrol beresiko sangat tinggi
untuk mengembangkan hipoglikemia berat. Di sisi lain, pengurangan
berlebihan dalam dosis insulin pada pasien ini (untuk mencegah hipoglikemia)
dapat menempatkan mereka pada risiko hiperglikemia dan ketoasidosis
diabetikum. Pasien dengan diabetes melitus tipe 2 lebih aman untuk berpuasa
meskipun hipoglikemia dan hiperglikemia juga dapat terjadi pada pasien
dengan diabetes melitus tipe 2, tetapi umumnya kurang sering dan memiliki
konsekuensi kurang parah dibandingkan pada pasien dengan diabetes tipe 1
Peran puasa dalam menangani penderita DM adalah dengan cara
mengurangi konsumsi kalori fisiologis yang dapat mengurangi sirkulasi
hormon insulin dan kadar gula darah. Sensitivitas hormon insulin kadar gula
darah akan meningkat dan suhu tubuh akan menurun.
Pencegahankomplikasipada penderita diabetes tipe 2 dapat berjalan dengan
baik apabila dilakukan pengontrolan gula darah yang baik pula (Dyayadi,
2007).
Berdasarkan penelitian yang dilkukan oleh Adam et al (2014)
menunjukkan bahwa kadar kolesterol total pada penderita diabetes melitus
yang melakukan puasa selama bulan Ramadhan (1 bulan) mengalami
penurunan setelah berpuasa Ramadhan. Kemudian pada penelitian sebelumnya
telah diteliti juga manfaat dari puasa Senin dan Kamis. Penelitian ini dilakukan
oleh Hudy, Palupi, dan Yati pada tahun 2011 yaitu tentang perbedaan profil
lipid kolesterol total, trigliserida, HDL & LDL pada populasi orang yang rutin
berpuasa Senin dan Kamis selama 1 bulan dengan yang tidak melakukan puasa.
Hudy, Palupi, dan Yati menggunakan metode observasional dan cross
sectional dengan subyek 30 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu yang
rutin dan tidak rutin puasa Senin dan Kamis. Dari hasil penelitian Hudy
didapatkan hasil bahwa puasa Senin dan Kamis berpengaruh secara signifikan
dalam menurunkan kadar kolesterol total,trigliserida, HDL & LDL dalam
darah.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember 2015 di
melitus yang terbanyak pada Januari 2014-Desember 2015 di wilayah kerja
Puskesmas Kasihan I berada di Dukuh Kasihan dengan jumlah penderita 30
orang. Data di Puskesmas juga menunjukkan 30 pederita diabetes tersebut
memiliki kadar kolesterol total > 155 mg/dl. Hasil wawancara dari 5 penderita
diabetes melitus di Dukuh Kasihan didapatkan bahwa kelima pasien belum
mengetahui tentang DM, Diet DM, serta tidak pernah melakukan puasa Senin
dan Kamis.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, peneliti tertarik untuk
meneliti pengaruh puasa Senin dan Kamis terhadap kadar kolesterol total pada
penderita diabetes di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakakan, maka
rumusan masalah yang dijadikan dasar penelitian ini adalah: “Adakah
pengaruh puasa Senin dan Kamis terhadap kadar kolesterol total pada penderita
diabetes melitus tipe 2?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalahuntuk mengetahui pengaruh puasa
Senin dan Kamis terhadap kadarkolesterol total pada penderita diabetes
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui data demografi populasi penderita diabetes melitustipe 2 di
Puskesmas Kasihan I.
b. Mengetahui perbedaan kadar kolesterol total pada kelompok kontrol
dan eksperimen sebelum intervensi.
c. Mengetahui kadar kolesterol pada kelompok kontrol dan eksperimen
setelah intervensi.
d. Membandingkan perbedaan kadar kolesterol total antara kelompok
kontrol dan eksperimen setelah intervensi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berhasil sesuai dengan harapan
peneliti yaitu kadar kolesterol responden dapat berkurang dan stabil
sehingga intervensi ini juga dapat digunakan pada penderita diabetes
melitustipe 2yang lain untuk mengurangi risiko komplikasi diabetes
melitus yang menyebabkan hiperkolesterolemia atau tingginya kadar
kolesterol total.
2. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berkontribusi
penting khususnya bagi ilmu keperawatan medikal bedah sebagai
pelayanan dan dapat memberikan tindakan keperawatan yang lebih
optimal.
3. Bagi Perawat
Manfaat dari penelitian ini untuk perawat diharapkan dapat menjadi
salah satu intervensi yang dilakukan untuk menangani pasien dengan
DMtipe 2 sehingga mampu meningkatkan mutu pelayanan di Rumah
Sakit, Puskesmas, dan klinik pengobatan lain.
4. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
melakukan penelitian lebih lanjut dalam bidang keperawatan medikal
bedah khususnya tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan
penyakit DM.
E. Keaslian Penelitian
1. Hudy (2011) menelitiperbedaan profil lipid (kolesterol total) pada populasi
orang yang rutin berpuasa Senin Kamis dengan yang tidak melakukan
puasa. Hudy menggunakan metode observasional dan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah subyek yang rutin puasa Senin dan
Kamis selama satu bulan. Subyek dalam penelitian ini ada 30 orang
dengan kriteria pria dan wanita usia 40-60 tahun, Islam dan sehat yang
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu yang rutin dan tidak rutin puasa Senin
dan Kamis. Dari hasil penelitian Hudy didapatkan adanya pengaruh secara
Persamaan Penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah
sama-sama meneliti kadar kolesterol total pada orang yang berpuasa Senin
dan Kamis. Subyek dalam penelitian yang akan diteliti ada 30 orang yang
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti terletak
pada jenis penelitian yang akan digunakan yaitu penelitian quasi
experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group
design pada sampelorang yang terkena penyakit diabetes melitus.
Penelitian ini akan dilakukan di Dukuh Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
2. Palupi (2011) meneliti perbedaan profil lipid (trigliserida) pada populasi
yang rutin puasa senin-kamis dengan yang tidak melakukan puasa. Palupi
menggunakan metode observasional dan cross sectional. Penelitian ini
dilakukan di Kecamatan Gonjen. Populasi dalam penelitian ini adalah
subyek yang rutin puasa Senin dan Kamis selama satu bulan. Subyek
dalam penelitian ini ada 30 orang dengan kriteria pria dan wanita usia
40-60 tahun, Islam dan sehat.Subyek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
kelompok yang rutin puasa Senin dan Kamis dengan kelompok yang tidak
puasa Senin dan Kamis. Hasil penelitian ini adalah puasa Senin dan Kamis
berpengaruh secara signifikan dalam menurunkan kadar trigliserid total
dalam darah.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah
penelitian yang akan diteliti ada 30 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu kelompok eksperimen dan kontrol.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti terletak
pada jenis penelitian yang akan digunakan yaitu penelitian quasi
experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group
design terhadap kadar kolesterol total pada sampel orang yang terkena
penyakit diabetes melitus.Penelitian ini akan dilakukan di DukuhKasihan,
Bantul, Yogyakarta.
3. Yati (2011) meneliti perbedaan lipid (HDL & LDL) pada populasi orang
yang rutin puasa Senin-Kamis dengan yang tidak melakukan puasa. Yati
menggunakan metode cross sectional. Penelitian ini dilakukan di
Kecamatan Gonjen. Populasi dalam penelitian ini adalah subyek yang
rutin puasa Senin dan Kamis selama satu bulan. Subyek dalam penelitian
ini ada 30 orangdengan kriteria pria dan wanita usia 40-60 tahun, Islam
dan sehat. Subyek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang rutin
puasa Senin dan Kamis dengan kelompok yang tidak puasa Senin dan
Kamis. Hasil penelitian ini adalah puasa Senin dan Kamis berpengaruh
secara signifikan dalam menurunkan kadar kolesterol LDL dan
meningkatkan kadar kolesterol HDL.
Persamaan Penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah
sama-sama meneliti orang yang berpuasa Senin dan Kamis. Subyek dalam
penelitian yang akan diteliti ada 30 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti terletak
pada jenis penelitian yang akan digunakan yaitu penelitian quasi
experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group
design terhadap kadar kolesterol total pada sampel orang yang terkena
penyakit diabetes melitus. Penelitian ini akan dilakukan di DukuhKasihan,
Bantul, Yogyakarta.
4. Adam et al (2014) meneliti effect of Ramadan fasting on blood glucose,
serum lipid profiles sudanese levels in patients with type 2 diabetes
mellitus. Adam et al menggunakan metode cross-sectional deskriptif
Penelitian ini dilaksanakan di Omdurman, di klinik kedokteran internal El
Inqaz Medical Center. Populasi dari penelitian ini adalah umat Islam
dewasa yang merupakan pasien tipe 2 diabetes, yang berpuasa Ramadhan
pada tahun 2008, pada periode (Agustus-October 2008). Puasa
dilaksanakan 14-15 jam dengan cuaca yang cukup hangat. Pasien yang
memenuhi syarat dan setuju berjumlah58 pasien dilibatkan dalam studi.
Hasil dari penelitian initerdapat peningkatan kadar glukosa selama
Ramadhan dibandingkan dengan pra Ramadhan nilai (170 ± 44 mg/dl
versus 208 ± 43 mg/dl). Setelah Ramadhan terjadi penurunan kadar
glukosa darah (165 ± 23 mg/dl). Kadar trigliserida dalam konsentrasi
dalam pra, selama dan setelah Ramadhan masing adalah (152 ± 23 mg/dl,
182 ± 31 mg/dl, 162 ± 19 mg/dl). Konsentrasi kolesterol total dalam pra,
selama dan setelah Ramadhan masing adalah (184 ± 29 mg/dl, 224 ± 35
dan setelah Ramadhan masing-masing adalah (44 ± 9 mg/dl, 62 ± 11 mg
/dl, 50 ± 7 mg/dl). Konsentrasi kolesterol LDL menunjukkan di pra,
selama dan setelah Ramadhan masing-masing adalah (143 ± 25 mg/dl, 163
± 19 mg/dl dan 50 ± 7 mg/dl). Terdapat perbedaan yang signifikan di
semua parameter yang diukur dalam penelitian ini. Studi penelitian Adam
et al menunjukkan sedikit peningkatan konsentrasi glukosa, trigliserida
dan kolesterol selama puasa Ramadhan.
Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adam et al Adalah
sama-sama meneliti penderita diabetes yang berpuasa dan kadar kolesterol
total. Sementara perbedaan penelitian terletak pada desain penelitian.
Penelitian Adam et al menggunakan desain cross-sectional deskriptif
Sedangkan desain penelitian yang akan diteliti menggunakan desain quasi
experimental terhadap kadar kolesterol total pada sampel penderita
15 1. Diabetes Melitus
a. Definisi DM
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan yang heterogen
(terdiri atas berbagai unsur yg berbeda sifat atau berlainan) yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia).
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam
darah. Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi.
Sedangkan insulin yaitu suatu hormon yang diproduksi di pankreas,
bertugas untuk mengendalikan kadar glukosa darah dengan mengatur
produksi dan penyimpanannya (Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut Baradero, Dayrit, dan Siswandi (2009) DM merupakan
penyakit yang kronis dan multifaktoral yang dicirikan dengan
hiperglikemia dan hiperlipidemia. Gejala yang timbul adalah
kurangnya sekresi insulin atau ada insulin yang cukup, namun tidak
efektif.
DM merupakan penyakit yang memiliki karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada DM dikaitkan
beberapa organ yang berbeda, terutama pada mata, ginjal, saraf,
jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2014).
b. Kriteria diagnosis DM
PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) pada tahun
(2006) menyebutkan kriteria diagnosis DM yaitu kadar gula darah
puasa >126 mg/dl dan pada test sewaktu >200 mg/dl menunjukkan
bahwa seseorang tersebut telah menderita DM. Kadar gula darah
puasa <70-110 mg/dl adalah kadar gula darah yang bisa dikatakan
normal, puasa disini pada saat pagi hari setelah malam sebelumnya
tidak makan atau minum manis. Kadar glukosa darah puasa pada saat
2 jam setelah makan dan minum yang mengandung pemanis ataupun
karbohidrat ataupun yang lainnya akan menunjukkan kadar glukosa
darah biasanya <120-140 mg/dl. Pankreas dapat terangsang untuk
menghasilkan insulin ketika terjadi peningkatan kadar glukosa setelah
makan atau minum. Sehingga produksi insulin tersebut dapat
mencegah terjadinya kenaikan kadar glukosa darah yang terkontrol
dan akan menyebabkan kadar gula darah dapat menurun secara
perlahan (Soegondo, 2009).
c. Faktor Risiko
Menurut Suiraoka (2012) faktor risiko penyakit DM, dibedakan
menjadi dua, yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat
yang kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan
merokok, pola makan yang salah, obesitas, aktifitas fisik, dan stress.
d. Klasifiksi DM
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 DM
terbagi menjadi 3 bagian yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan
diabetes gestasional. Namun, menurut American Diabetes Association
(ADA) pada tahun (2015), klasifikasi DM terbagi menjadi 4 bagian
ditambah lagi dengan sindrom diabetes monogenik.
1) Diabetes tipe 1
DM tipe 1 merupakan bentuk dari DM yang parah dan biasanya
terjadi pada remaja. Namun, kadang-kadang juga dapat terjadi pada
orang dewasa, khususnya seseorang yang memiliki kadar glukosa
darah yang tidak memiliki berat badan berlebih atau non-obesitas
dan terjadinya hiperglikemi pada sesorang yang telah berusia
lanjut. Keadaan itu merupakan suatu bentuk gangguan katabolisme
yang disebabkan sedikitnya atau bahkan tidak adanya insulin dalam
sirkulasi darah, glukagon plasma akan meningkat dan sel-sel β
pankreas juga akan mengalami kegagalan untuk merespon semua
stimulus dari insulinogenik. Untuk memperbaiki katabolisme,
menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa
darah, maka diperlukan pemberian insulin dengan cara eksogen
Menurut ADA (2015) tingkat kerusakan pada sel-β cukup
bervariasi. Tingkat kerusakan yang cepat dapat terjadi pada
beberapa individu, terutama pada bayi dan anak-anak dan beberapa
juga terjadi pada orang dewasa. Anak-anak dan remaja seringkali
dapat didiagnosis dengan ketoasidosis sebagai manifestasi pertama
penyakit. Sedangkan yang lain memiliki hiperglikemia yang
ringan, namun hiperglikemia tersebut dapat dengan cepat berubah
menjadi hiperglikemia berat dan atau ketoasidosis dengan infeksi
atau stres. Pada kasus orang dewasa, fungsi sel-β akan
dipertahankan agar cukup untuk mencegah ketoasidosis dengan
jangka waktu selama bertahun-tahun. Kemudian individu tersebut
akhirnya menjadi tergantung pada insulin untuk bertahan hidup dan
beresiko untuk ketoasidosis. Pada tahap terakhir penyakit ini, akan
ada sedikit atau tidak ada sekresi insulin. Hal ini ditunjukkan
dengan tingkat rendah atau tidak terdeteksinya plasma C-peptida.
Immune-mediated diabetes umumnya terjadi pada masa
kanak-kanak dan remaja, tetapi bisa terjadi pada usia berapa pun, bahkan
dalam 8 dan 9 dekade kehidupan.
Gejala dari penderita DM tipe 1 yaitu terjadinya peningkatan
ekskresi urin (poliuria), rasa haus (polidipsia) lapar, berat badan
menurun, pandangan terganggu, lelah, dan gejala tersebut dapat
2) Diabetes tipe 2
DM tipe 2 merupakan bentuk DM yang lebih ringan dari tipe 1,
DM ini sangat sering terjadi pada orang dewasa. Sirkulasi insulin
endogen sering dalam keadaan kurang dari normal atau secara
relatif tidak mencukupi. Obesitas merupakan penyebab utama dari
gangguan kerja insulin, faktor risiko tersebut adalah yang biasa
terjadi pada DM tipe ini dan sebagian besar pasien dengan DM tipe
2 bertubuh gemuk. Selain terjadinya penurunan stimulasi jaringan
terhadap insulin, juga terjadi defisiensi respons sel ß pankreas
terhadap glukosa (Karam, 2002).
Diabetes melitus tipe 2 ini sebelumnya disebut dengan “non
-insulin-dependent diabetes” atau “diabetes yang terjadi pada usia dewasa”, diabetes melitus tipe-2 memiliki jumlah persentase
sebesar 90-95% dari semua jenis diabetes. Seseorang yang di
diagnosis diabetes melitus tipe 2 memiliki resistensi insulin dan
biasanya relatif (bukan absolut) kekurangan insulin. Orang dengan
diabetes melitus tipe 2 mungkin tidak memerluknan pengobatan
insulin untuk bertahan hidup. Meningkatnya perkembangan resiko
penyakit DM dipengaruhi dengan berbagai faktor seperti usia,
obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik. Diabetes melitus tipe 2 ini
lebih sering terjadi pada wanita sebelum didiagnosis dengan
diabetes melitus gestasional. Kemudian pada mereka yang
ras/etnis (Afrika Amerika, Indian Amerika, Hispanik/Latino, dan
Asia Amerika) (ADA, 2015).
Gejala mungkin mirip dengan diabetes tipe 1, tetapi sering
kurang diketahui gejalanya. Akibatnya, penyakit dapat didiagnosis
beberapa tahun setelah onset, setelah komplikasi muncul (WHO,
2015)
3) Diabetes Gestasional
Diabetes Gestasional terjadi akibat dari kenaikan kadar gula
darah pada waktu kehamilan (WHO, 2008). Wanita hamil yang
belum pernah mengalami DM sebelumnya namun memiliki kadar
gula yang tinggi ketika hamil dikatakan menderita DM gestasional.
DM gestasional biasanya terdeteksi pertama kali pada usia
kehamilan trimester II atau III (setelah usia kehamilan 3 atau 6
bulan) dan umumnya hilang dengan sendirinya setelah melahirkan.
Diabetes gestasional terjadi pada 3‐5% wanita hamil (Karam,
2002).
Selama bertahun-tahun, gestasional diabetes mellitus (GDM)
didefinisikan sebagai derajat ataupun intoleransi glukosa yang
pertama kali diakui selama kehamilan, terlepas dari apakah kondisi
mungkin telah mendahului kehamilan atau bertahan setelah
kehamilan. Definisi ini memfasilitasi strategi seragam untuk
deteksi dan klasifikasi GDM, tetapi dibatasi oleh
akan diklasifikasikan memiliki diabetes tipe 2. GDM adalah
diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga
kehamilan yang tidak jelas atau tidak dapat teridentifikasi secara
langsung (ADA, 2015)
Gestasional diabetes adalah hiperglikemia dengan nilai glukosa
darah di atas normal tetapi di bawah orang yang di diagnostik
diabetes, yang terjadi selama kehamilan. Wanita dengan diabetes
gestasional berada pada peningkatan risiko komplikasi selama
kehamilan dan saat melahirkan. Pada mereka juga akan mengalami
peningkatan risiko diabetes tipe 2 di kemudian hari (WHO, 2015)
4) Sindrom Diabetes Monogenik
Sindrom diabetes monogenik ini disebabkan oleh cacat monogenik yang menyebabkan disfungsi sel β, seperti diabetes
neonatal dan Mody, mewakili sebagian kecil dari pasien dengan
diabetes (<5%). Bentuk-bentuk diabetes sering ditandai dengan
timbulnya hiperglikemia pada usia dini (umumnya sebelum usia 25
tahun) (ADA, 2015).
e. Patofisiologi DM
Menurut Smeltzer & Bare (2002) DM tipe 1 terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta
pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa
terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Selain itu
walaupun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
pospradial (setelah makan).
Pada DM tipe 2 terjadi dua defek fisiologi yaitu abnormalitas
sekresi insulin, dan resistensi kerjanya pada jaringan sasaran. Pada DM
tipe 2 terjadi 3 fase urutan klinis. Pertama, glukosa plasma tetap
normal meski pun terjadi resistensi insulin karena insulin meningkat.
Pada fase kedua, resistensi insulin cenderung memburuk sehingga
meski pun terjadi peningkatan konsentrasi insulin, tetap terjadi
intoleransi glukosa dalam bentuk hiperglikemia setelah makan. Pada
fase ketiga, resistensi insulin tidak berubah, tetapi sekresi insulin
menurun, sehingga menyebabkan hiperglikemia puasa dan DM yang
nyata (Foster, 2000; ADA 2014).
Hipotesis menjelaskan adanya keterlibatan sintesis lemak
terstimulasi insulin dalam hati dengan transpor lemak melalui VLDL
menyebabkan penyimpanan lemak sekunder dalam otot. Peningkatan
oksidasi lemak akan mengganggu ambilan glukosa dan sintesis
glikogen. Keterlambatan penurunan pelepasan insulin dapat
disebabkan oleh efek toksik glukosa terhadap pulau Langerhans atau
akibat defek genetik. Sebagian besar pasien DM tipe 2 mengalami
obesitas, dan hal itu sendiri yang menyebabkan resistensi insulin.
Namun penderita DM tipe 2 yang relatif tidak obesitas dapat
ini membuktikan bahwa obesitas bukan penyebab resistensi satu‐
satunya DM tipe 2 (Foster, 2000 ; ADA, 2014).
f. Penatalaksanaan DM
Penatalaksanaan Penatalaksanaan Diabetes Melitus dapat
dilakukan dengan cara pengelolaan yang baik. Tujuan penatalaksanaan
secara umum menurut PERKENI (2006) adalah meningkatkan kualitas
hidup penderita Diabetes.
Penatalaksanaan dikenal dengan empat pilar penatalaksanaan
diabetes melitus, yang meliputi : edukasi, terapi gizi medis, latihan
jasmani dan pengelolaan farmakologis. Pengelolaan DM dimulai
dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu
(2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran,
dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral
(OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat
segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai
indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya
ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat,
adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan. Pengetahuan tentang
pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara
mengatasinya harus diberikan kepada pasien, sedangkan pemantauan
kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat
1) Edukasi
Diabetes Melitus umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup
dan perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan
pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif
penderita, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan harus
mendampingi penderita dalam menuju perubahan perilaku. Untuk
mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi
yang komprehensif pengembangan ketrampilan dan motivasi.
Edukasi secara individual dan pendekatan berdasarkan
penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang
berhasil. Perubahan perilaku hampir sama dengan proses edukasi
yang memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi,
dokumentasi dan evaluasi (PERKENI, 2006).
2) Terapi Gizi Medis
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, lemak, sesuai
dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut (PERKENI, 2006):
a) Karbohidrat : 45 – 65% total asupan energi
b) Protein : 10 – 20% total asupan energi
c) Lemak : 20 – 25 % kebutuhan kalori
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi,
umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan
dihitung dari berat badan ideal dikali kebutuhan kalori basal (30
Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg BB untuk wanita).
Kemudian ditambah dengan kebutuhan kalori untuk aktifitas,
koreksi status gizi, dan kalori yang diperlukan untuk menghadapi
stres akut sesuai dengan kebutuhan. Pada dasarnya kebutuhan
kalori pada diabetes tidak berbeda dengan non diabetes yaitu harus
dapat memenuhi kebutuhan untuk aktifitas baik fisik maupun
psikis dan untuk mempertahankan berat badan supaya mendekati
ideal (PERKENI, 2006).
3) Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur
(3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan
salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari
seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun
harus tetap dilakukan Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Latihan jasmani selain
untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa
latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti : jalan kaki, bersepeda
santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk
ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM
dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak
atau bermalas-malasan (PERKENI, 2006).
4) Pengelolaan Farmakologis
Menurut PERKENI (2006) Sarana pengelolaan farmakologis
diabetes melitus dapat berupa Obat Hipoglikemik Oral (OHO).
OHO merupakan obat penurun kadar glukosa darah yang dibagi
menjadi 4 golongan berdasarkan cara kerjanya, yaitu:
a) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan
glinid
b) Penambah sensitifitas terhadap insulin: Metformin,
tiazolidindion
c) Penghambat glukoneogenesis (Metformin)
d) Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa.
g. Komplikasi DM
Terjadinya komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis diabetik
dan sindrom hiperglikemik hiperesmolar non-ketosis (HHNK) dapat
terjadi apabila kondisi ini mengarah pada kelebihan glukosa darah atau
hiperglikemia. Diabetes juga merupakan suatu penyakit yang dapat
memberikan komplikasi berupa penyakit makrovaskular, termasuk
infrak miokard, stroke, dan penyakit vaskular perifer. Apabila
hiperglikemia terjadi dalam waktu yang cukup lama maka akan
(penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi pada neuropati (Smeltzer &
Bare, 2002).
Diabetes cenderung menurunkan kadar kolesterol "baik" dan
meningkatkan kadar kolesterol "buruk", yang meningkatkan risiko
penyakit jantung dan stroke. Kondisi umum ini disebut dislipidemia
diabetik. Dislipidemia diabetik berarti profil lipid (kolesterol total)
akan ke arah yang salah. Ini merupakan kombinasi mematikan yang
menempatkan pasien pada risiko penyakit jantung koroner dini dan
aterosklerosis. Dimana arteri menjadi tersumbat dengan akumulasi
lemak dan zat lainnya. Studi menunjukkan hubungan antara resistensi
insulin, yang merupakan prekursor diabetes tipe 2 dan dislipidemia
diabetes, aterosklerosis dan penyakit pembuluh darah. Kondisi ini
dapat berkembang bahkan sebelum diabetes didiagnosis (AHA, 2015).
2. Kolesterol
a. Definisi Kolesterol
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang bentuknya seperti lilin. Zat
ini sangat penting peranya untuk fungsi tubuh normal. Kolesterol
digunakan untuk fungsi selular dan produksi hormon. Tubuh akan
menghasilkan kolesterol yang cukup untuk mempertahankan kebutuhan
tubuh normal. Hati adalah pabrik untuk memproduksi kolesterol yang
paling utama (sekitar 70%). Diet tinggi lemak jenuh, meningkatkan
secara signifikan jumlah kolesterol dalam aliran darah. Rekomendasi
kalori, dengan maksimal 10% dari lemak jenuh. Penelitian
menunjukkan bahwa diet tinggi lemak jenuh dan total, sangat berperan
penting dalam proses aterosklerosis (plak build-up dinding arteri).
Kadar kolesterol tinggi merupakan indikator kuat orang-orang yang
rentan terhadap penyakit jantung koroner. Peningkatan kadar kolesterol
total adalah faktor resiko penyakit jantung koroner. Membangun plak di
arteri dapat menyebabkan penyempitan (tekanan darah tinggi) atau
penyumbatan lengkap (serangan jantung). Kadar kolesterol optimal ≤
200 mg/dl, borderline tinggi 200-239 mg/dl, tinggi ≥ 240 mg/dl (The
American Collage of Sports Medicine, 2008).
Selain kolesterol ada jenis lain lemak (lipids atau fat) dalam darah
kita yaitu trigliserida (triglycerides). Kolesterol dan trigliserida
ditemukan dalam makanan hewani dan dibentuk oleh tubuh.
Trigliserida digunakan didalam tubuh sebagai lemak yang ditimbun
untuk memberikan rasa hangat, melindungi organ-organ tubuh, dan
menjadi sumber energi (Tandra, 2007).
Tabel 1.Kadar Lemak Darah pada Penderita Diabetes
Risiko
Tandra (2007) mengatakan bahwa kolesterol dan trigliserida sukar
membutuhkan bantuan, yaitu dengan cara berikatan dengan protein
sehingga disebut dengan lipoprotein, kombinasi antara lipid dan
protein. Terdapat dua jenis lipoprotein yaitu:
1) Kolesterol LDL
Kolesterol LDL (Low-Density Lipoprotein) adalah suatu lemak yang merugikan tubuh “jahat” dan jumlahnya paling banyak dari
semua kolesterol di dalam tubuh. Kolesterol LDL yang berlebih
akan menumpuk dan menempel pada dinding arteri dan akan
membentuk plaque atau gumpalan yang akan mempersempit dan
berakibat terjadinya penyumbatan pada arteri. Keadaan ini
dinamakan dengan aterosklerosis. Komplikasi ini merupakan
faktor risiko utama penyakit kariovaskular yang berbahaya yang
akan muncul apabila penyumbatan terjadi di pembuluh darah
koroner jantung, kemudian akan terjadi serangan jantung atau
penyakit jantung koroner. Apabila penyumbatan tersebut terjadi
pada pembuluh darah kecil di dalam otak maka akan berakibat
stroke (Bull & Morrell, 2007; Tandra, 2007).
2) Kolesterol HDL
HDL (High-Density Lipoprotein) adalah lemak yang menguntungkan tubuh sehingga disebut dengan lemak yang “baik”
karena membantu mengeluarkan kelebihan kolesterol dari tubuh
dengan cara membawa kolesterol total ke dalam hati untuk diolah
ditemukan kadar kolesterol HDL yang tinggi dalam darah, maka
akan terhindar dari risiko serangan jantung atau stroke(Bull &
Morrell, 2007; Tandra, 2007).
c. Fungsi Kolesterol
Kolesterol memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah sebagai
bagian penting dari membran (dinding) sel. Kolesterol juga ditimbun
dalam kelenjar buntu (kelenjar endokrin), seperti adrenal, testis, dan
ovarium, dan menjadi bahan pembentukan hormon-hormon, seperti
kortisol, testosteron, dan esterogen. Selain itu, kolesterol penting
untuk pembentukan asam empedu di dalam hati (Tandra, 2007).
d. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Kolesterol
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol di dalam darah
menurut Tandra (2007) adalah:
1) Keturunan
Riwayat keturunan adalah salah satu faktor yang berpengaruh
pada kadar kolesterol. Kolesterol yang tinggi seringkali menurun di
dalam keluarga. Meskipun penyebab genetik tertentu telah
diidentifikasi hanya pada sebagian kecil kasus, namun genetik tetap
memiliki peran dalam mempengaruhi kadar kolesterol total.
2) Pola makan
Pola makan yang kurang baik (terutama yang mengandung
banyak lemak jenuh) dan Kelebihan berat badan. Menurut Sudha et
karena gaya hidup (life style) yang tidak sehat seperti asupan
makanan yang tidak seimbang atau tidak sehat. Kadar kolesterol
yang tinggi dapat disebabkan oleh sintesis kolesterol dan
penyerapan kolesterol yang tinggi dan juga karena konsumsi
makanan tinggi lemak.
Menurut Yulianiet al (2013), mengatakan bahwa pola makan
tinggi kolesterol dan tinggi lemak jenuh dapat meningkatkan kadar
kolesterol darah. Lemak diuraikan menjadi kolesterol, trigliserida,
fosfolipid dan asam lemak bebas. Hasil uraian lemak diedarkan ke
seluruh tubuh. Jika berlebihan akan disimpan dalam lemak. Asupan
kolesterol yang tidak mencukupi akan di produksi oleh sel hati.
Kolesterol di hati akan diangkat oleh LDL, selanjutnya kolesterol
akan di bawa ke sel tubuh yang memerlukan, termasuk otot jantung
dan otak.
Lebih lanjut Yuliani et al (2013) menjelaskan bahwa kelebihan
kolesterol akan diangkat kembali oleh lipoprotein atau oleh HDL.
Kemudian diuraikan dan dibuang ke dalam kandung emepedu
sebagai asam cairan empedu. Disini LDL dan HDL sangat bertolak
belakang, HDL berfungsi sebagai pembawa kolesterol LDL ke
organ hati untuk diproses lebih lanjut, sedangkan LDL merupakan
kolesterol yang berbahaya karena dapat menempel dan
menyebabkan penyumbatan pada saluran darah. Selain LDL,
trigliserida dan menurunkan kadar kolesterol HDL. Senyawa
trigliserida yakni jenis lemak yang biasanya dijumpai di dalam
darah yang mengandung glukosa lebih. Trigliserida akan
dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase. Selanjutnya, sisa hasil
hidrolisis tersebut dimetabolisasikan oleh hepar atau hati menjadi
LDL. Apabila kadar HDL dalam sirkulasi darah tidak mencukupi
untuk mengangkut LDL dan Trigliserida maka kadar kolesterol
total di dalam sirkulasi darah akan tinggi.
3) Berat Badan
Kelebihan berat badan cenderung meningkatkan kadar
kolesterol total. Jadi menurunkan berat badan dapat membantu
menurunkan kadar kolesterol total.
4) Aktivitas
Aktivitas fisik yang teratur tidak hanya dapat menurunkan
kolesterol LDL, tetapi juga dapat meningkatkan kadar kolesterol
HDL.
5) Usia tua dan jenis kelamin
Sebelum menopause, wanita cenderung memiliki kadar
kolesterol total yang lebih rendah dibandingkan pria pada usia
yang sama. Kadar kolesterol pada wanita dan pria, secara alami
meningkat seiring bertambahnya usia. Menopause sering dikaitkan
6) Kekurangan insulin atau hormon tiroid
Kekurangan insulin atau hormon tiroid meningkatkan
konsentrasi kolesterol total, sedangkan kelebihan hormon tiroid
menurunkan konsentrasinya. Pengaruh ini kemungkinan
disebabkan terutama oleh perubahan derajat aktivitas enzim-enzim
khusus yang bertanggung jawab terhadap metabolisme zat lipid
(Guyton et al, 2007; Mayes PA, 2003; Sadoso S, 2009).
e. Diabetes Melitus dan Kolesterol Total
Diabetes melitus dengan kadar kolesterol tinggi memiliki
hubungan. Kolesterol yang tidak seimbang terjadikarena terganggunya
hormon insulin pada pankreas yang merupakan regulator penting pada
metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein. Maka, setiap gangguan
aksi insulin akan menimbulkan konsekuensi metebolik seperti tidak
seimbangnya kadar gula darah maupun kadar kolesterol di dalam tubuh
(Jalal et al, 2003).
Menurut Kumar dan Singh (2010) bahwa pasien dengan diabetes
melitus (DM) memiliki peningkatan risiko penyakit kardiovaskular
(CVD) 2-4 kali lebih besar dari non-diabetes. Dislipidemia merupakan
faktor utama yang mendasari peningkatan risiko CVD dan menjadi
lebih aterogenik dalam kondisi DM. Kondisi DM ditemui pada
resistensi insulin yang mendasari kelainan metabolisme lipoprotein,
yang ditandai dengan peningkatan kadar trigliserida (TG), penurunan
lebih kecil dan pekat dan kemudian diikuti dengan kenaikan kadar
kolesterol total.
Pada penderita diabetes biasanya memiliki kadar kolesterol yang
tinggi dan/atau kadar trigliserida yang tinggi. Kadar kolesterol tinggi
yang buruk dan tak terkendali akan berkumpul serta mengeras menjadi
plak di dalam arteri yang menghalangi aliran darah. Orang yang sudah
lama menderita diabetes atau penderita diabetes lanjut usia cenderung
memiliki masalah sirkulasi yang lebih serius karena aliran darah yang
melalui arteri-arteri kecil juga terganggu (D‟Adamo & Whitney,
2009).
f. Target Kolesterol Total Penderita Diabetes
Kadar kolesterol total pada penderita diabetes dikatakan optimal
atau mendekati optimal apabila konsentrasi serumnya < 200 mg/dL
(AACE,2012). Namun, pada orang secara umum American Heart
Associaton(2015) memberikan target kolesterol total 180 mg/dL agar
jantung tetap sehat dan jauh dari penyakit jantung. Menurut Canadian
Diabetes Association (2006) target tersebut pada penderita diabetes
masih memiliki risiko untukterkena komplikasi coronary artery
disease (CAD) 10 tahun yang akan datang yaitu sebesar10%-19%
yangberada pada level moderate, sehingga untuk menurunkan risiko
tersebut penderita diabetes melitus sebaiknya memiliki target kadar