PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) PERIODE
2000-2014
THE INFLUENCE OF GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT (PDRB) AND TOTAL POPULATION OF PEOPLE ON REVENUE (PAD) SPECIAL REGION OF YOGYAKARTA (DIY) IN THE PERIOD 2000-2014
Oleh:
Esi Kumalawati 20120430175
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB), JUMLAH PENDUDUK, DAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA (DIY) PERIODE 2000-2014
THE INFLUENCE OF GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT (PDRB) AND TOTAL POPULATION OF PEOPLE ON REVENUE (PAD) IN THE SPECIAL REGION OF YOGYAKARTA (DIY) IN THE PERIOD
2000-2014
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh: Esi Kumalawati
20120430175
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Esi Kumalawati Nomor Mahasiswa : 20120430175
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul:“Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)dan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Periode 2000-2014” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
iii
Motto
“Pada setiap fajar ada dua malaikat yang berseru “wahai anak Adam aku adalah hari yang baru, dan aku datang untuk menyaksikan amalan kamu.
Oleh sebab itu,manfaatkanlah aku sebaik-baiknya. Karena aku tidak akan kembali sebelum hari pengadilan”
(QS. Al-Mujadalah: 11)
“Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)
yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
(QS. Alam Nasyrah: 6-8)
Berfokuslah pada suatu keinginan yang pencapaiannya memampukan Anda mendapatkan keinginan.
(Mario Teguh)
Kemenangan hari ini bukanlah kemenangan esok hari Kegagalan hari ini bukan berati kegagalan esok hari Tak ada yang jatuh secara Cuma-Cuma, semua harus dilalui Dengan Do’a dan usaha Keberanian hari ini bukan berati
kebenaran saat nanti Hidup adalah perjuangan dan tujuan.
iv
Halaman Persembahan
Karya ini penulis persembahkan untuk :
Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugrahkan penulis ketekunan dan
semangat pantang menyerah dalam menyelesaikan skripsi untuk memenuhi syarat
kelulusan sarjana.
Ayahanda dan Ibunda tercinta, terimakasih atas pengorbanan, kesabaran, usaha
serta kerja keras selama ini untuk membiayai pendidikan penulis serta selalu
memberikan si penulis semangat kedua malaikat ku..you are my heroes my mom and
my father.
Seluruh keluarga besar yang menyayangi dan mengasihiku terimakasih atas
motivasi dan dukungannya selama ini...
Seluruh sahabat dan teman yang telah menemani dan memberi semangat selama
ini..trimakasih semuuaaa…kalian sahabat terbaikku…
Seluruh kakak-kakakku (Andriyani S.kep, Siti Mardiana S.E, Gusma
Arlinda S.Pd, Henti Deliyanti dan adekku Tasya Lira Dela Putri, Zikra
Syahputra yang tiada henti memberikan doa serta dukungan,, terimakasih banyak
saudara-saudaraku,,,
Seseorang yang sangat bermakna dalam hidupku yang senantiasa mensupport dan
menemaniku selama perjuangan dan selalu ada untukku dalam suka maupun duka,
kekasih terhebatku (Arbik Frengky SHI) Thanks for the motivation for this my
dear.
My best friend (Istiyana, Irma Piyanti, Zuryati, Listia Ermawati )
terimakasih atas semangatnya..
Teman-temanku tercinta Indah oktavita purnamasari, Winda veronika, Wina,
Purnamasri, Rahma Labanto, Ika Turyah yang telah menemani dan juga banyak
membantu terimakasih atas waktunya dan juga bantuannya dari kita kenal hingga
sekarang makasih juga buat adekku Gina ferania, Rafika yulianti, Heru refky
yang sering bantu..yang juga selalu memberikan semangat..terimakasih
v
Dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan puji syukur
kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini penulis beri
judul“PENGARUH PDRB DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) PERIODE 2000-2014”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mengalami hambatan dan kesulitan, Namun berkat dorongan dan bimbingan serta do’a dari banyak pihak,
maka akhirnya skripsi ini dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu pada
kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan
rasa terimakasih yang terdalam kepada:
1. Teristimewa Orang tua penulis Ayahanda Abdul Muthalib dan Ibunda
Ernawati, orang yang amat memberi makna bagi penulis dalam keadaan
apapun, orang yang memberi kekuatan untuk menjalankan alur kehidupan ini,
orang yang paling penulis sayangi melebihi apapun didunia ini.
2. Dr. Nano Prawoto, S.E., M. Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan
pengajaran, bimbingan dan kemudahan selama penulis menyelesaikan
vi
3. Dr. Imamudin Yuliadi, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakata yang telah
banyak memberikan waktu untuk berdiskusi serta memberikan kritik
yang membangun bagi penulis.
4. Dr. Masyhudi Muqorobin, S.E., M.Ec., Akt selaku dosen Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah
banyak memberikan pengajaran, bimbingan serta pengalaman
yangrevolusioner dalam membangun program studi Ilmu Ekonomi,
sehingga menjadi seperti sekarang ini.
5. Ibu Dr. Endah Saptutyningsih S.E.,M.SI selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan segenap waktu, tenaga, saran, dukungan, bimbingan sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Ibu Dr. Lilies Setiartiti., M.Si. selaku dosen Ilmu Ekonomi yang telah
memberikan bimbingan baik didalam kelas maupun diluar. Semoga
dimudahkan Allah dalam menyelesaikan program Doktoralnya.
7. Bapak Ayif Faturahman S.E.i selaku dosen Ilmu Ekonomi yang telah
memberikan bimbingan baik didalam kelas maupun diluar kelas.
8. Bapak Agus Tri Basuki S.E., M.Si. selaku dosen Ilmu Ekonomi yang
telah memberikan bimbingan baik didalam kelas maupun diluar. Semoga
dimudahkan Allah dalam menyelesaikan program kedoktoralnya.
9. Kakak-kakak ku tercinta (Andriyani S.Kep, Siti Mardiana S.E, Gusma Arlinda S.Pd, Henti Deliyanti) dan kedua adik ku (Tasya Lira Dela Putri,
henti-vii
hentinya memberikan do’a kepada penulis hingga dapat menyelesaikan
study dengan baik.
10.Seseorang yang sangat bermakna dalam hidup ku (Arbik Frengky SHI) yang
tiada henti menyemangatiku dan serta mendoakan penulis di kala
menyelesaikan skripsi ini.
11.Teman-teman Ilmu Ekonomi 2012 yang telah menjadi bagian dari segala
perjuangan penulis selama kuliah. Semoga dimudahkan dalam
menyelesaikan skripsinya.
12.Teman-teman yang telah memotivasi dan setia membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini (Istiyana, Irma Piyanti, Zuryati, Listia Ermawati,
Indah Oktavita Purnamasari, Winda Veronika, Rahma Labanto, Purnamasari,
Wina, Ika Turyah).
13.Teman-teman anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah yang telah memberikan ilmu sosial
yang sangat bermanfaat bagi penulis.
14.Teman-teman anggota Ikatan Mahasiswa Muko-muko Yogyakarta (IKMMJ)
yang telah memberi Wadah untuk menyalurkan ide-ide untuk kemajuan
kampung tercinta serta telah menjadi keluarga dan sahabat selama
diperantauan.
15.Seluruh staf pengajar, Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan bekal
viii
16.Semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala bantuan
yang diberikan oleh semua pihak kepada penulis penyelesaian skripsi ini,
akan selalu mendapatkan balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT.
17.Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Yogyakarta, 31 Oktober 2016
ix
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN... iii
MOTTO... iv
B. Batasan Masalah Penelitian... 7
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Landasan Teori ... 9
1. Definisi Pendapatan ... 9
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 10
3. Pendapatan Asli Daerah ... 11
4. Produk Domestik Regional Bruto ... 13
x
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 29 E. Uji Asumsi Klasik ... 29 F. Teknik Analisis Data ... 30 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Aspek Geografi dan Demografi ... 39 B. Aspek Kesejahteraan Masyarakat ... 44 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis data ... 47 B. Pembahasan ... 54 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 58 B. Saran ... 58
xi
Halaman
Tabel 1 Realisasi PAD Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2011-2013 ... 2
Tabel 2 Realisasi PAD Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta Tahun 2010-2014 ... 4
Tabel 3 Persentase Kontribusi PAD terhadap Realisasi Total Penerimaan Daerah Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta Tahun 2010-2014 ... 5
Tabel 4 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 37
Tabel 5 Pembagian Wilayah DIY Menurut Kabupaten/Kota ... 39
Tabel 6 Jumlah PendudukMenurut Kabupaten/Kota di DIY tahun 2008-2013 ... 44
Tabel 7 Pertumbuhan PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan (%) ... 45
Tabel 8 Realisasi PAD Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta tahun 2010-2014 (dalam Ribu Rupiah) ... 46
Table 9 Hasil Uji Model Menggunakan Uji Chow ... 47
Tabel 10 Hasil Uji Model Menggunakan Uji Hausman ... 48
Tabel 11 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas dengan Uji White ... 50
Tabel 12 Hasil Pengujian Multikolinieritas ... 50
PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) PERIODE
2000-2014
THE EFFECT OF REGIONAL GROSSS DEMESTIC PRODUCT (PDRB) AND TOTAL POPULATION OF PEOPLE ON REVENUE (PAD) SPECIAL
REGION OF YOGYAKARTA (DIY) IN THE PERIOD 2000-2014
Diajukan oleh ESI KUMALAWATI
20120430175
Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan
Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Tanggal, 21 Desember 2016 Yang terdiri dari
Dr. Endah Saptutyningsih, SE., M.Si. Ketua Tim Penguji
Dr. Lilies Setiartiti, M.Si Dyah Titis Kusuma Wardani, SE.,MIDEc
Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PDRB dan jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten/kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objek penelitian ini adalah data PDRB dan jumlah penduduk PAD dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta tahun 2000-2014.Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi. Teknik analisis menggunakan analisis data panel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) PDRB berpengaruh positif signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah kabupaten/kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. (2) Jumlah penduduk berpengaruh positif signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah kabupaten/kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
This research aims to find the influence of Gross Regional Domestic Product (PDRB) and Total Population Locally-generated Revenue (PAD) district/city in the province of Yogyakarta special region.
The research object is the data of Gross Regional Domestic Product (PDRB), and Total Population, the Locally-generated Revenue (PAD) of each Regency/ Municipality in Special Region of Yogyakarta in 2000-2014. The data collection technique uses documentation method. The analysis technique uses panels data analysis with the Eviews Program.
The research result shows that (1) Gross Regional Domestic Product (PDRB) has a positive and significant influence toward the Locally-generated Revenue (PAD) of Regency/ Municipality in Special Region of Yogyakarta. (2) Total Population has a positive and significant influence toward the Locally-generated Revenue (PAD) of Regency/ Municipality in Special Region of Yogyakarta.
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2004, maka
pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Terbitnya Undang-Undang No. 23 Tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah, menguatkan peranan otonomi daerah dalam
mengembangkan dan membangun daerah secara berkelanjutan.
Undang-undang tersebut memberikan hak otonom kepada daerah secara penuh untuk
mengatur dan mengurus keperluan daerahnya sendiri sesuai dengan kebijakan
dan aspirasi masyarakat. Sebagai konsekuensi dari pemberian otonomi yang
luas kepada daerah maka sumber-sumber keuangan telah banyak yang
bergeser ke daerah, baik melalui perluasan basis pajak maupun dana
perimbangan. Hal ini sesuai dengan arti desentralisasi fiskal yang
mengandung pengertian bahwa kepada daerah diberikan kewenangan untuk
memanfaatkan sumber keuangan sendiri dalam wadah Pendapatan Asli
Daerah dan didukung dengan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah
(Haryanto, 2006).
Otonomi daerah yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah,
diharapkan pemerintah daerah dapat lebih leluasa membangun daerahnya,
daerahnya sehingga dapat ditangani dan dipenuhi dengan cepat. Untuk
melaksanakan pembangunan tersebut, pemerintah daerah mengandalkan
sumber-sumber penerimaan daerah. Sumber penerimaan daerah yang utama
adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah (PAD)
merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli
daerah. Sumber-sumber PAD menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
Bab V Pasal 6, meliputi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah (Halim, 2004).
Jadi, PAD menggambarkan besar kecilnya penerimaan yang diperoleh suatu
daerah, yang dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan. Semakin
tinggi PAD yang dihasilkan suatu daerah, maka semakin mandiri daerah
tersebut dalam mengelola keuangan daerahnya. Berikut ini gambaran
mengenai Pendapatan Asli Daerah Provinsi di Pulau Jawa tahun 2011 sampai
tahun 2013.
Tabel 1
Tabel 1 menunjukkan gambaran mengenai kondisi Pendapatan Asli
Daerah Provinsi di Pulau Jawa periode 2011 – 2013. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa provinsi D.I Yogyakarta pada tahun 2013 memiliki
PAD dengan realisasi terendah dibanding provinsi lainnya, yaitu Rp
1.216.102.750.000.
Provinsi D.I Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa
yang memiliki luas wilayah terkecil dibandingkan dengan provinsi lainnya,
yaitu hanya 3.185,80 km2 atau 0,17% dari luas Indonesia (1.860.359,67 km2).
Selain itu, DIY juga merupakan salah satu provinsi yang memiliki
keistimewaan dalam urusan penyelenggaraan kepemerintahan. Urusan
kepemerintahan di DIY diselenggarakan oleh pihak kerajaan, dimana pihak
kerajaan dipimpin oleh seorang Sultan dan Pakualam yang sekaligus menjabat
sebagai gubernur dan wakil gubernur. DIY terdiri dari empat kabupaten yaitu
kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo dan Gunung Kidul serta satu
kotamadya yaitu Kota Yogyakarta. Dengan luas wilayah dan jumlah
kabupaten/kota yang lebih sedikit daripada provinsi lainnya di pulau Jawa,
diharapkan DIY dapat lebih mengoptimalkan pembangunan di semua sektor,
sehingga dapat meningkatkan penerimaan PAD. Peningkatan PAD yang
dianggap modal, secara akumulasi akan lebih banyak menimbulkan
eksternalitas yang bersifat positif dan akan mendorong percepatan
pembangunan ekonomi (Pujiati, 2008).
Perkembangan PAD kabupaten/kota di D.I Yogyakarta dapat dilihat
Tabel 2
Realisasi PAD Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta Tahun 2010-2014 (dalam Ribu Rupiah)
Sumber: BPS D.I Yogyakarta tahun 2015
Tabel 2 menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah setiap
kabupaten/kota di D.I Yogyakarta cenderung mengalami peningkatan dalam
setiap tahunnya. Pada tahun 2014 realisasi PAD tertinggi di capai oleh
kabupaten Sleman dan terendah diperoleh kabupaten Kulon Progo. Nilai
realisasi PAD yang tinggi mengindikasikan bahwa daerah tersebut semakin
mandiri dan tidak terlalu bergantung pada pemerintah pusat, sehingga
mempunyai kemampuan yang baik untuk menjalankan kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah.
Suatu daerah dikatakan mempunyai kemampuan menjalankan kebijakan
desentralisasi dengan baik, apabila kontribusi PAD terhadap total penerimaan
daerah berada di atas angka 30% (Kuncoro, 2004). Berikut ini kontribusi PAD
terhadap penerimaan daerah masing-masing kabupaten/kota di D.I
Tabel 3
Persentase Kontribusi PAD terhadap Realisasi Total Penerimaan Daerah Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta Tahun 2010-2014
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014
Sumber: www.bps.go.id Diakses pada tanggal 12 September 2016 jam 04.30
Tabel 3 menunjukkan persentase kontribusi PAD terhadap total
penerimaan dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta selama
periode 2010-2014. Selama periode pengamatan tersebut besarnya kontribusi
PAD terhadap total penerimaan daerah cenderung mengalami peningkatan.
Namun, peningkatan tersebut masih di bawah kriteria yaitu 30%. Hal ini
berarti tingkat desentralisasi fiskal di D.I Yogyakarta masih di bawah cukup.
Artinya pemerintah daerah harus memperhatikan faktor-faktor yang mampu
meningkatkan PAD. Banyak faktor yang diduga mempengaruhi Pendapatan
Asli Daerah, diantaranya adalah PDRB, jumlah penduduk dan pajak daerah.
PDRB merupakan gambaran perekonomian secara menyeluruh di
daerah (Tarigan, 2005). PDRB memberikan dampak langsung pada perolehan
pendapatan daerah. PDRB merupakan fungsi dari PAD. Dengan
meningkatnya PDRB maka akan menambah penerimaan pemerintah daerah
yang dapat digunakan untuk membiayai program-program pemerintah atau
kepada masyarakat yang diharapkan akan dapat meningkatkan
produktivitasnya.
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis
republic Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang
berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap, baik yang
produktif atau tidak produktif (Anata, 2008). Jumlah penduduk menunjukkan
tinggi rendahnya pertumbuhan penduduk dalam suatu daerah. Penambahan
jumlah penduduk yang tinggi disertai dengan perubahan teknologi akan
mendorong naiknya tabungan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan daerah.
Penelitian yang meneliti tentang Pendapatan Asli Daerah sudah banyak
dilakukan. Diantaranya adalah penelitian Kusuma (2013) yang membuktikan
bahwa penerimaan pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
PAD. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Prabawa (2009) dan
Nugraha (2013).
Penelitian Asmuruf, Vikie dan George (2015) menunjukkan bahwa
PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD, sedangkan jumlah
penduduk berpengaruh signifikan terhadap PAD. Berbeda dengan hasil
penelitian Susanto (2014) yang membuktikan bahwa PDRB dan jumlah
penduduk berpengaruh signifikan terhadap PAD. Hasil penelitian ini konsisten
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”PENGARUH PDRB DAN JUMLAH PENDUDUK
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA PERIODE 2000-2014”.
B. Batasan Masalah Penelitian
Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh PDRB, dan
jumlah penduduk terhadap PAD dengan menggunakan periode penelitian
tahun 2000-2014. Penelitian ini menggunakan studi kasus di kabupaten/kota di
D.I Yogyakarta.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber
penerimaan daerah yang utama. Di era otonomi ini peran PAD sangat penting
bagi pembangunan di daerah, sehingga masing-masing daerah berusaha untuk
mengoptimalkan penerimaan dari PAD. Di sisi lain, PAD setiap daerah tidak
sama antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Banyak faktor yang
diduga mampu mempengaruhi besar kecilnya PAD, seperti PDRB dan jumlah
penduduk.
Berdasarkan masalah di atas, maka pertanyan penelitian ini adalah:
1. Apakah PDRB berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah?
2. Apakah jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah.
2. Mengetahui pengaruh jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
sebagai sumber referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang
meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli
Daerah.
2. Manfaat praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
pihak-pihak yang berkepentingan untuk membuat kebijakan-kebijakan
yang terkait dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah agar
9
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Definisi Pendapatan
Pendapatan merupakan jumlah dari seluruh uang yang diterima
seorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu
tahun). Pendapatan terdiri atas upah atau penerimaan tenaga kerja,
pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden serta
pembayaran atau penerimaan seperti tunjangan sosial atau asumsi
pengangguran (Nordhaus, 1993). Winardi (1991) menyebutkan bahwa
pendapatan adalah barang atau jasa yang dapat dikonsumsi selama periode
tertentu. Dengan demikian terlihat pendapatan mempunyai pengaruh
terhadap konsumsi dan tabungan akan meningkat pula.
Pendapatan daerah dapat diartikan sesuai dengan cara dari segi
mana melihatnya, adapaun definisi pendapatan daerah ditinjau dari
beberapa segi antara lain:
a. Ditinjau dari segi pendapatan, pendapatan daerah adalah jumlah
pendapatan atau balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang
dimiliki oleh penduduk wilayah itu yang ikut serta dalam proses
produksi dalam jangka waktu tertentu.
b. Ditinjau dari segi pengeluaran, pengeluaran daerah adalah pengeluaran
untung. Konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap perubahan
stok dan ekspor neto.
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan
bahwa pendapatan daerah adalah pendapatan atau penerimaan yang berasal
dari potensi-potensi yang dimiliki daerah yang bertujuan untuk membiayai,
mengatur dan mengurus kepentingan rumah tangga daerah itu sendiri.
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Permendagri No. 27 Tahun 2003 Pasal 1 butir 1 menyebutkan
bahwa APBD merupakan suatu rencana keuangan tahunan pemerintahan
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan
DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD terdiri atas tiga
komponen yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja Daerah dan
Komponen Pembiayaan. Dalam penelitian ini, yang akan dibahas adalah
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Perekonomian makro menjelaskan bahwa dalam ekonomi makro
terdapat tiga komponen yaitu output, pendapatan dan pengeluaran. Output
pemerintah adalah pemerintah menyediakan barang atau jasa untuk
keperluan publik yang ditentukan oleh besaran pajak dari masyarakat,
sedangkan pendapatan nasional terdiri dari beberapa komponen yaitu Y = C
+ I + G, yang mana Y (pendapatan), C (konsumsi), I (investasi) dan G
(pembelian pemerintah), yang merupakan cakupan secara nasional
Pendapatan dalam suatu daerah merupakan pendapatan yang
mengutamakan pada penerimaan atau penambahan ekuitas dana tambahan
dalam periode waktu anggaran tertentu yang menjadi hak pemerintah
daerah dan tidak perlu melakukan pembayaran kembali (Khusaini, 2006).
3. Pendapatan Asli Daerah
Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
yang dimaksud Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh
daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Sutrisno (1995) menyebutkan bahwa pendapatan asli daerah
adalah pendapatan yang menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam
menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan daerah.
Dumairi (1993) menyebutkan pendapatan asli daerah adalah pendapatan
sebagai suatu ukuran kesanggupan pajak didefinisikan dengan luas sebagai
keuntungan ekonomis yang diterima seseorang selama suatu waktu dengan
lebih tepat. Definisi lain menyebutkan bahwa pendapatan asli daerah
merupakan suatu pendapatan yang menunjukkan kemampuan suatu daerah
dalam menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan baik
rutin maupun pembangunan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
pendapatan asli daerah adalah pendapatan rutin dari usaha yang dilakukan
daerahnya untuk membiayai tugas dan tanggung jawabnya. Pendapatan
Asli Daerah bersumber dari:
a. Pajak Daerah
b. Retribusi daerah
c. Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
d. Lain-lain PAD yang sah, meliputi:
1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
2) Jasa giro
3) Pendapatan bunga
4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
5) Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan atau pengadaan barang dan atau jasa oleh daerah.
Menurut Undang-Undang No. 22 tahun 1999, sumber pendapatan
asli daerah berasal dari:
a. Pendapatan asli daerah yang terdiri dari :
1) Hasil pajak daerah
2) Hasil retribusi daerah
3) Hasil perusahaan milik daerah
4) Hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang sah
b. Dana perimbangan:
1) Bagian daerah dari penerimaan pajak bumi dan bangunan, bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan dan penerimaan dari
sumber daya alam
2) Dana alokasi umum
3) Dana alokasi khusus
c. Pinjaman daerah
d. Lain-lain penerimaan yang sah
4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah pendapatan total
yang diperoleh secara domestik, termasuk pendapatan yang diperoleh
factor-faktor produksi yang dimiliki asing, pengeluaran total atas barang
dan jasa yang diproduksi secara domestik atau nilai pasar semua barang
dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian dalam kurun waktu
tertentu (Mankiw, 2003).
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita
dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan
output perkapita dimana ada dua sisi yang perlu diperhatikan yaitu output
totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Output perkapita adalah
output total dibagi dengan jumlah penduduk (Boediono, 2008).
Pengukuran akan kemajuan sebuah perekonomian memerlukan
a. Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB), atau ditingkat regional disebut Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), merupakan jumlah barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan
dinyatakan dalam harga pasar. Baik PDB atau PDRB merupakan ukuran
yg global sifatnya dan bukan merupakan alat ukur pertumbuhan ekonomi
yang tepat , karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan penduduk
yang sesungguhnya, padahal sesungguhnya kesejahteraan harus dinikmati
oleh setiap penduduk dinegara atau daerah yang bersangkutan.
b. Produk Domestik Bruto Per kapita atau Pendapatan Per kapita
Produk Domestik Bruto Per kapita atau Produk Regional Domestik
Regional Bruto Per kapita pada skala daerah dapat digunakan sebagai
pengukur pertumbuhan ekonomi yang lebih baik karena lebih tepat
mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu negara atau daerah yang
bersangkutan, atau disebut juga sebagai PDB atau PDRB rata-rata.
Tarigan (2005) menjelaskan PDRB merupakan gambaran perekonomian secara
menyeluruh di daerah. Perekonomian wilayah merupakan peningkatan pendapatan
masyarakat atau penduduk secara keseluruhan yaitu kenaikan seluruh nilai tambah
yang terjadi pada wilayah tersebut dan biasanya dilakukan perhitungan nilai harga
berlaku akan tetapi untuk melihat lebih lanjut setiap tahun maka harus dinyatakan
dalam bentuk riil yang artinya dibentuk secara harga konstan.
PDRB konstan akan memberikan dampak langsung pada
pajak yang telah ditentukan oleh pemerintah daerah untuk kalangan
pengusaha. Seperti teori Peacock dan Wisemen dalam MangkoeSoebroto
(2010) yang menyebutkan bahwa perkembangan ekonomi menyebabkan
berbagai pemungutan pajak dan meningkatkannya penerimaan pajak
menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Hal ini
seperti yang digambarkan dalam model Circular Flow berikut ini.
(4)
(5) (3)
(6) (2)
(1)
(7) (8)
Ekspor Impor
Sumber: Rahardja (2008)
Gambar 1 Model Circular Flow
Perusahaan Pemerintah Rumah Tangga
Pembelian Barang danJasa
Pajak
Pajak Gaji, Pembayaran Bunga,
Penghasilan Non Balas Jasa (Transfer Payment
Gaji, Upah, Bunga, Deviden, Sewa Pembelian Barang danJasa
Model circular flow di atas menjelaskan bahwa perekonomian
terdiri atas empat sektor, yaitu:
a. Sektor rumah tangga, yang terdiri atas sekumpulan individu yang
dianggap homogen dan identik
b. Sektor perusahaan, yang terdiri dari berbagai perusahaan yang
memproduksi barang dan jasa.
c. Sektor pemerintah, yang mempunyai berbagai kewenangan politik
untuk menentukan perolehan pendapatan pemerintah dari masyarakat
dan perusahaan.
d. Sektor luar negeri, perekonomian negara yang melakukan ekspor
impor barang dari negara ke negara lain.
Gambar di atas menjelaskan urutan bergeraknya ekonomi dalam
suatu daerah. Garis 1 menggambarkan aliran pendapatan rumah tangga
dari sektor perusahaan yang dikelola baik swasta atau perorangan. Garis 2,
menunjukkan masyarakat memperoleh pendapatan dari sektor pemerintah
misalnya pegawai pemerintah dan pemerintah bisa jadi menyediakan
anggaran untuk tunjangan masyarakat kurang mampu atau sedang
menganggur yang biasanya lebih pada negara maju, akan tetapi pada garis
(3) jika masyarakat pendapatannya melebihi yang telah ditentukan atau
masyarakat mampu akan dikenakan pajak oleh pemerintah selain itu juga
pemerintah mengenakan pajak di perusahaan yaitu pada garis (6),
sedangkan pada garis (4) dan garis (5) penyediaan barang dan jasa dari
garis (8) di pemerintahan juga mendapatkan pendapatan yang berasal dari
kegiatan ekonomi ekspor impor.
Menurut Badan Pusat Statistik (2013) angka PDRB dapat diperoleh
melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan
pendapatan dan pendekatan pengeluaran yang selanjutnya dijelaskan
sebagai berikut :
a. Pendekatan Produksi
Pendekatan produksi digunakan untuk menghitung nilai tambah
barang dan jasa yang diproduksi oleh segala kegiatan ekonomi dengan
cara mengurangkan biaya antara dari masing-masing total produksi
bruto tiap-tiap sektor atau subsektor. Pendekatan ini banyak
digunakan pada perkiraan nilai tambah dari kegiatan-kegiatan
produksi yang berbentuk barang. Nilai tambah merupakan nilai yang
ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi
dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan
ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam
proses produksi.
Di Indonesia sendiri dalam menghitung pendapatan nasional
maupun regional dari sisi produksi terdiri dari penjumlahan sembilan
sektor ekonomi/lapangan usaha antara lain:
1) Sektor Pertanian
2) Sektor Pertambangan dan Penggalian
4) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
5) Sektor Bangunan/ Konstruksi
6) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
7) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
8) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
9) Sektor Jasa-jasa (BPS, 2013).
b. Pendekatan Pendapatan
Dalam pendekatan pendapatan maka nilai tambah dari setiap
kegiatan ekonomi diperkirakan dengan jalan menjumlahkan semua
balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha,
penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Penjumlahan semua
komponen ini disebut NTB, untuk tidak mencari untung, surplus
usaha tidak diperhitungkan. Yang dimaksud surplus usaha di sini
adalah bunga neto, sewa tanah, dan keuntungan. Metode 21
pendekatan ini banyak dipakai pada sektor yang produksinya berupa
jasa seperti pada subsektor pemerintahan umum. Hal ini disebabkan
tidak tersedianya atau kurang lengkapnya data mengenai nilai
produksi dan biaya antara (Production Account) (Tarigan, 2005).
c. Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan dari segi pengeluaran adalah menjumlahkan nilai
penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam
penyediaan/produksi barang dan jasa itu digunakan untuk (BPS,
2013):
1) Konsumsi rumah tangga,
2) Konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung,
3) Konsumsi pemerintah,
4) Pembentukan modal tetap bruto (investasi),
5) Perubahan stok, dan
6) Ekspor netto
PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian daerah setiap tahun. Data PDRB
mempunyai kegunaan sebagai berikut:
a. PDRB atas dasar harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan
sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB
yang besar menunjukkan kemampun sumber daya ekonomi yang besar,
begitu juga sebaliknya.
b. PDRB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan
untuk dinikmati oleh suatu daerah.
c. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun
ke tahun.
d. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur
ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis
perekonomian suatu daerah.
e. PDRB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan produk
barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi dan
diperdagangkan dengan pihak luar negeri.
f. Distribusi PDRB menurut penggunaan menunjukkan peranan
kelembagaan dalam menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan
oleh berbagai sektor ekonomi.
g. PDRB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk
mengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar
negeri.
h. PDRB dan PRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai
PDRB dan PRB perkepala atau persatu orang penduduk.
i. PDRB dan PRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk
mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita penduduk suatu
daerah.
5. Penduduk
Menurut Population Reference Bureau (PRB) (2011), penduduk
merupakan sumber daya utama yang berpengaruh besar terhadap
pembangunan di suatu wilayah. Jumlah penduduk adalah sejumlah orang
yang sah yang mendiami suatu daerah atau Negara serta mentaati
Anata (2008) menjelaskan bahwa penduduk adalah semua orang
yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan
atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi
bertujuan untuk menetap, baik yang produktif atau tidak produktif.
Penduduk yang produktif merupakan harapan dari pemerintah daerah,
semakin produktif penduduk maka semakin besar kesempatan kerja yang
tercipta. Selain itu, jumlah penduduk kota yang diimbangi dengan SDM
yang terdidik akan membantu pembangunan daerah.
Mankiw (2006) menjelaskan bahwa penduduk akan mempengaruhi
pemerintah daerah, apabila kemajuan teknologi terjadi lebih cepat pada
daerah yang banyak jumlah penduduknya sehingga ada lebih banyak
temuan, maka daerah dengan banyak jumlah penduduk akan meningkatkan
pendapatan di dalam pemerintah daerah atau perkembangan daerah
tersebut lebih cepat. Pada teori Ekonomi Publik tentang pajak,
menyebutkan bahwa jumlah masyarakat mempunyai suatu tingkat
toleransi terhadap pajak, dimana masyarakat memahami besarnya
pungutan pajak yang dibutuhkan pemerintah untuk membiayai
pengeluaran baik pemerintah pusat ataupun daerah (Mangkoesoebroto,
2010).
Menurut hukum Wagner, disebutkan dalam suatu perekonomian di
dalam masyarakat, apabila jumlah pendapatan perkapita meningkat, secara
relative pengeluaran pemerintah pun akan meningkat karena adanya
Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu
(Gorahe dkk, 2013):
a. Fertilitas (kelahiran)
Fertilitas menurut istilah demografi diartikan sebagai hasil
reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita.
Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir
hidup. Natalitas mempunyai arti yang sama dengan fertilitas hanya
berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas menyangkut peranan kelahiran
pada perubahan penduduk, sedangkan natalitas mencakup peranan
kelahitan pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
b. Mortalitas (kematian)
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga
komponen demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk.
Informasi tentang kematian penting, tidak saja bagi pemerintah
melainkan juga bagi pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam
bidang ekonomi dan kesehatan. Mati adalah keadaan menghilangnya
semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap
saat setelah kelahiran hidup.
Data kematian sangat diperlukan antara lain untuk proyeksi
penduduk guna perancangan pembangunan. Misalnya perencanaan
fasilitas perumahan, pendidikan, dan jasa-jasa lainnya yang digunakan
untuk kepentingan masyarakat. Data kematian juga diperlukan untuk
c. Migrasi
Migrasi merupakan salah satu faktor dasar yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan migrasi secara
regional sangat penting untuk ditelaah secara khusus mengingat adanya
densitas (kepadatan) dan distribusi penduduk yang tidak merata,
adanya faktor-faktor pendorong dan penarik bagi orang-orang untuk
melakukan migrasi, di pihak lain, komunikasi termasuk transportasi
semakin lancar.
Migrasi juga diartikan sebagai perpindahan penduduk dengan
tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui
batas politik/negara atau pun batas administrative/batas bagian dalam
suatu negara. Jadi, migrasi dapat diartikan sebagai perpindahan yang
relative permanen dari suatu daerah ke daerah lain. migrasi antar
bangsa (migrasi internasional) tidak begitu berpengaruh dalam
menambah atau mengurangi jumlah penduduk suatu negara kecuali di
beberapa negara tertentu yang berkenaan dengan pengungsian, akibat
dari adanya bencana baik bencana alam maupun perang. Pada
umumnya, orang yang datang dan pergi antar negara boleh dikatakan
berimbang saja jumlahnya. Peraturan-peraturan atau undang-undang
yang dibuat suatu negara pada umumnya sangat sulit dan ketat bagi
seseorang untuk bisa menjadi warga negara atau menetap secara
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian Susanto (2014) dengan judul Analisis Pengaruh PDRB,
Penduduk dan Inflasi terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi kasus kota
Malang tahun 1998-2012). Penelitian tersebut menggunakan variabel PDRB,
penduduk, inflasi dan PAD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PDRB dan
penduduk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PAD, sedangkan
inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD.
Penelitian Prabawa (2009) dengan judul Analisis faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Asli Daerah kabupaten Banyumas.
Penelitian tersebut menggunakan variabel pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain PAD yang sah dan PAD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah
baik secara parsial maupun simultan berpengaruh positif signifikan terhadap
PAD.
Penelitian Atmaja (2009) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang
mempengaruhi PAD di Kota Semarang. Penelitian tersebut menggunakan
variabel pengeluaran pemerintah, PDRB, jumlah penduduk dan PAD. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran daerah, jumlah penduduk dan
PDRB berpengaruh positif terhadap PAD.
Penelitian Asmuruf, Vikie dan George (2015) dengan judul Pengaruh
Pendapatan dan jumlah penduduk terhadap PAD di Kota Sorong. Penelitian
penelitian menunjukkan bahwa PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap
PAD, sedangkan jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap PAD.
Penelitian Kusuma dan Wirawati (2013) dengan judul tentang Analisis
Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap
Peningkatan PAD Sekabupaten/kota di Provinsi Bali. Penelitian tersebut
menggunakan variabel pajak daerah, retribusi daerah dan PAD. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh
signifikan terhadap PAD.
Penelitian Hendaris (2013) dengan judul Pengaruh Penerimaan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Peningkatan Pendapatan Asli daerah
pada Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap PAD, sedangkan
retribusi daerah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan PAD.
C. Hipotesis
1. Pengaruh PDRB terhadap PAD
PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode
tertentu. PDRB merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan
perekonomian di suatu wilayah atau daerah (Sukmaraga, 2011). Selain itu,
PDRB suatu daerah yang tinggi mencerminkan tingkat keberhasilan
pembangunan di setiap sector, maka akan meningkatkan pendapatan
daerah tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
PDRB suatu daerah maka akan semakin tinggi juga PAD daerah tersebut.
Penelitian Susanto (2014) membuktikan bahwa PDRB berpengaruh positif
signifikan terhadap PAD. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Heruyanto (2016) dan Atmaja (2009). Berbeda dengan penelitian
Asmuruf, dkk (2015) yang membuktikan bahwa PDRB tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap PAD.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disusun hipotesis sebagai
berikut:
Ha1 : PDRB berpengaruh positif signifikan terhadap PAD
2. Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap PAD
Penduduk sangat menentukan perekonomian di suatu daerah.
Jumlah penduduk yang besar dan diimbangi dengan kesempatan kerja
serta perekonomian yang stabil akan mendorong peningkatan
pembangunan daerah. Dengan dibangunnya pusat-pusat pelayanan
masyarakat akan meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat, yang
pada akhirnya dapat mendorong peningkatan pendapatan asli daerah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin besar jumlah penduduk
maka akan semakin tinggi Pendapatan Asli Daerah. Penelitian Susanto
(2014) membuktikan bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif
signifikan terhadap PAD. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Heruyanto (2016) yang membuktikan bahwa jumlah penduduk memiliki
pengaruh negative signifikan terhadap PAD.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disusun hipotesis sebagai
berikut:
Ha2 : jumlah penduduk berpengaruh positif signifikan terhadap
28 A. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah data PDRB, jumlah penduduk dan
PAD dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta tahun 2000-2014
yang meliputi kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo, dan Gunung Kidul
serta kotamadya Yogyakarta.
B. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa
kumpulan angka-angka dari PDRB, jumlah penduduk dan PAD.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi yaitu
teknik pengumpulan data dengan melihat laporan-laporan, jurnal-jurnal atau
buku-buku. Dalam penelitian ini data diperoleh dari BPS Yogyakarta atau
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah PAD, yaitu hak pemerintah
daerah yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan yang bersih,
diukur dalam satuan Rupiah.
2. Variabel independen
a. PDRB adalah total nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah
tertentu dalam waktu tertentu, diukur dalam satuan Rupiah.
b. Jumlah Penduduk yaitu jumlah manusia yang bertempat
tinggal/berdomisili pada suatu wilayah atau daerah dan memiliki mata
pencaharian tetap di daerah itu serta tercatat secara sah berdasarkan
peraturan yang berlaku di daerah tersebut, diukur dalam satuan jiwa.
E. Uji Asumsi Klasik 1. Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2011), uji ini bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Untuk menguji heteroskedastisitas dalam penelitian
signifikansi dari variabel independen lebih besar dari 0,05. Apabila nilai
signifikansi kurang dari 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas dalam
model regresi.
2. Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan masalah yang terdapat pada variabel
bebas yang memiliki ikatan yang erat atau hubungan yang saling
berpengaruh dalam model regresi. Suatu model persamaan regresi
diindikasikan mengandung masalah multikolinieritas bila R nya tinggi.
Pengujian multikolinieritas dalam penelitian ini menggunakan uji
korelasi parsial. Ketentuannya apabila nilai korelasi antar variabel
bebasnya lebih dari 0,8 maka terjadi multikolinieritas (Gujarati, 2003).
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis Regresi Data Panel
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis
panel data sebagai alat pengolahan data dengan menggunakan software
Eviews 7. Analisis dengan menggunakan panel data adalah kombinasi dari
data time series dan cross section. Dengan mengakomodasi model
memberikan informasi yang baik terkait variabel-variabel cross section
maupun time series, data panel secara substansial mampu menurunkan
masalah omitted variable, model yang mengabaikan variabel yang relevan.
Persamaan model dengan menggunakan data cross section dapat ditulis
Yi = β0 + β1 Xi + εi ; I = 1,2,…,N
Dimana N adalah banyaknya data cross-section. Sedangkan persaman
model dengan time series adalah : Yt = β0 + β1 Xt + εt ; t = 1, 2, …, T
Dimana T adalah banyaknya data time series
Mengingat data panel merupakan gabungan dari time series dan
cross section maka model dapat ditulis dengan:
Yit = β0 + β1 Xit + εit; I = 1, 2, …, N ; t = 1, 2, …, T
Dimana :
N = banyaknya observasi
T = banyaknya waktu
N x T = banyaknya data panel
Secara umum dengan menggunakan data panel akan menghasilkan
intersep dan slope koefisien yang berbeda-beda pada setiap individu dan
setiap periode waktu. Oleh karena itu, di dalam mengestimasi persaman
akan sangat tergantung dari asumsi tentang intersep, koefisien slope dan
variabel gangguannya. Ada beberapa kemungkinan yang akan muncul,
yaitu:
a. Diasumsikan intersep dan slope adalah tetap sepanjang waktu dan
individu dan perbedaan intersep dan slope dijelaskan oleh variabel
gangguan.
c. Diasumsikan slope tetap tetapi intersep berbeda baik antar waktu
maupun antar individu.
d. Diasumsikan intersep dan slope berbeda antar individu
e. Diasumsikan intersep dan slope berbeda antar waktu dan antar
individu.
Gujarati (2003) menyebutkan keunggulan penggunaan data panel
diantaranya adalah:
a. Data panel mampu menyediakan data yang lebih banyak, sehingga
dapat memberikan informasi yang lebih lengkap, sehingga diperoleh
degree of freedom (df) yang lebih besar sehingga estimasi yang
dihasilkan lebih baik.
b. Dengan menggabungkan informasi dari data time series dan cross
section dapat mengatasi masalah yang timbul karena ada masalah
penghilangan variabel.
c. Data panel mampu mengurangi kolinearitas antar variabel.
d. Data panel lebih baik dalam mendeteksi dan mengukur efek yang
secara sederhana tidak mampu dilakukan oleh data time series murni
dan cross section murni.
e. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks.
Sebagai contoh, fenomena seperti skala ekonomi dan perubahan
teknologi.
f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregat
Rohmana (2010) menyebutkan bahwa pembahasan teknik estimasi
model regresi data panel ada 3 teknik yang dapat digunakan yaitu:
a. Model dengan metode OLS (common effect model)
Model Common Effect merupakan model sederhana yaitu
menggabungkan seluruh data time series dengan cross section,
selanjutnya dilakukan estimasi model dengan menggunakan OLS
(Ordinary Least Square). Model ini menganggap bahwa intersep dan
slop dari setiap variabel sama untuk setiap obyek observasi. Dengan
kata lain, hasil regresi ini dianggap berlaku untuk semua
kabupaten/kota pada semua waktu. Kelemahan model ini adalah
ketidaksesuaian model dengan keadaan sebenarnya. Kondisi tiap
obyek dapat berbeda-beda dan kondisi suatu obyek satu waktu dengan
waktu yang lain dapat berbeda. Model common effect dapat
diformulasikan sebagai berikut:
yit= α + βj xjit+ εit
Dimana:
yit = variabel dependen di waktu t untuk unit cross section i α = intersep
βj = parameter untuk variabel ke-j
xjit = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i εit = komponen error di waktu t untuk unit cross section i
i = urutan kota/kabupaten yang di observasi
b. Model Fixed Effect
Salah satu kesulitan prosedur panel data adalah bahwa asumsi
intersep dan slope yang konsisten sulit terpenuhi. Untuk mengatasi hal
tersebut, yang dilakukan dalam panel data adalah dengan
memasukkan variabel boneka (dummy variabel) untuk mengizinkan
terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik lintas
unit maupun antar waktu. Jadi, pada pendekatan ini meskipun intersep αi berbeda antar individu namun intersep sama antar waktu.
Pendekatan dengan memasukkan variabel boneka ini dikenal dengan
sebutan model efek tetap atau least square dummy variabel.
yit= α + βj xjit +
ni 2iDi it
dimana:
yit = variabel dependen di waktu t untuk unit cross section i α = intersep yang berubah-ubah antar cross section
βj = parameter untuk variabel ke-j
xjit = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i εit = komponen error di waktu t untuk unit cross section
Di = dummy variable
c. Model Random Effect
Model ini digunakan untuk mengatasi kelemahan model efek
tetap yang menggunakan variabel dummy, sehingga model mengalami
ketidak pastian. Penggunaan variabel dummy akan mengurangi derajat
yang diestimasi. Model ini menggunakan residual yang diduga
memiliki hubungan antar waktu dan antar individu, sehingga model
ini mengasumsikan bahwa setiap individu memiliki perbedaan
intersep yang merupakan variabel random. Model REM secara umum
dituliskan sebagai berikut:
it y ^
= α + βj xjit+ εit
εit = ui + vt + wit
Dimana:
ui ~ N (0,u2) = merupakan komponen cross section error
vi ~ N (0,v2) = merupakan komponen time series error
wi ~ N (0,w2) = merupakan time series dan cross section error
2. Metode Pemilihan Data
Pertama yang harus dilakukan adalah melakukan uji F untuk
memilih model mana yang terbaik diantara ketiga model tersebut,
dilakukan dengan uji Chow dan uji Hausman. Uji Chow dilakukan untuk
menguji antara model common effect dan fixed effect, sedangkan uji
Hausman dilakukan untuk menguji apakah data dianalisis dengan
menggunakan fixed effect atau random effect. Pengujian tersebut dilakukan
dengan Eviews 7. Dalam melakukan uji Chow, data diregresikan dengan
menggunakan model common effect dan fixed effect terlebih dahulu
Ho : maka digunakan model common effect
Ha : maka digunakan model fixed effects dan lanjut uji Hausman
Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji
Chow adalah:
a. Jika nilai probabilitas F ≥ 0,05 artinya Ho diterima, maka model common effect.
b. Jika nilai probabilitas < 0,05 artinya Ho ditolak, maka model fixed
effect, dan dilanjutkan dengan uji Hausman untuk memilih apakah
menggunakan model fixed effect atau metode random effect.
Selanjutnya untuk menguji Hausman Test data juga diregresikan
dengan model random Effect, kemudian dibandingkan antara fixed effect
dan random effect dengan membuat hipotesis:
Ho : Model random effect
Ha : Model fixed effect
Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji
Hausman adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas Chi-Square ≥ 0,05 maka Ho diterima yang artinya model random effect.
b. Jika nilai probabilitas Chi-Square < 0,05 maka Ho ditolak yang artinya
model fixed effect.
3. Rancangan Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dimaksudkan untuk melihat bagaimana hubungan
untuk ditolak, sedangkan hipotesis alternative (Ha) merupakan hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini. Hipotesis dalam bentuk kalimat adalah
sebagai berikut:
Ho1 : tidak terdapat pengaruh positif antara PDRB terhadap PAD
Ha1 : terdapat pengaruh positif signifikan antara PDRB terhadap PAD
Ho2 : tidak terdapat pengaruh positif antara jumlah penduduk terhadap
PAD
Ha2 : terdapat pengaruh positif signifikan antara jumlah penduduk
terhadap PAD
4. Menghitung Koefisien Determinasi dan Pengujian Kriteria
Setelah menghitung koefisien korelasi maka selanjutnya dilakukan
pengujian kriteria. Kriteria pengujian yang dipakai dalam penelitian ini
berpedoman pada ketentuan pemberian interpretasi terhadap koefisien
korelasi berikut ini.
Tabel 4
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Setelah diketahui nilai koefisien korelasi ( r ) yang memperlihatkan
koefisien determinasi (kd) yang dapat memperlihatkan berapa persen
variasi variabel X akan mempengaruhi variabel Y dengan rumus Sudjana
(2004):
Kd = r2 x 100%
Keterangan:
Kd = koefisien determinasi
R = nilai koefisien korelasi
Nilai Kd berada antara 0 sampai 1
a. Jika nilai Kd = 0 berarti tidak ada pengaruh variabel X terhadap
variabel Y
b. Jika nilai Kd = 1 berarti variasi (naik turunnya) variabel dependen Y
39
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Aspek Geografi dan Demografi 1. Karakteristik Wilayah
Secara administrative, DIY terdiri atas empat Kabupaten dan satu
Kota dengan 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan. Rinciannya adalah
sebagai berikut.
Tabel 5
Pembagian Wilayah DIY Menurut Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota IbuKota Kecamatan Kelurahan/Desa Luas wilayah
Kulonprogo Wates 12 88 586,3 km2
Bantul Bantul 17 75 508,1 km2
Gunungkidul Wonosari 18 144 1.485 km2
Sleman Sleman 17 86 574,82 km2
Kota Yogyakarta
Yogyakarta 14 45 32,5 km2
Sumber: RKPD DIY 2016
DIY tidak memiliki kawasan pedalaman maupun kawasan terpencil.
Menurut kondisi geografis, desa-desa di DIY terletak di daerah pesisir,
lereng/punggung bukit, dan daerah dataran.
a. Kabupaten Kulonprogo
Kabupaten Kulonprogo dengan ibuKota Wates memiliki 12
kecamatan dan 88 kelurahan/desa. Batas wilayah Kabupaten
Barat : Kabupaten purworejo, Jawa Tengah
Timur : Kabupaten Sleman dan Bantul DIY
Utara : Kabupaten Magelang, Jawa Tengan
Selatan : samudera hindia
Kabupaten Kulonprogo memiliki topografi yang bervariasi
dengan ketinggian antara 0-1000 m di atas permukaan laut, yang
terbagi menjadi 3 wilayah meliputi:
1) Bagian utara, merupakan dataran tinggi/perbukitan. Wilayah ini
penggunaan tanah diperuntukkan sebagai kawasan budidaya
konservasi dan merupakan kawasan rawan bencana tanah longsor.
2) Bagian tengah, merupakan daerah peralihan dataran rendah dan
perbukitan
3) Bagian selatan merupakan dataran rendah, yang rawan banjir
apabila musim hujan.
b. Kabupaten Bantul
Kabupaten Bantul dengan ibuKota Bantul memiliki 17
kecamatan dan 75 kelurahan/desa. Batas wilayah Kabupaten Bantul
sebagai berikut:
Barat : Kabupaten Kulonprogo, DIY
Timur : Kabupaten Gunungkidul dan Sleman DIY
Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, DIY
Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44 04 – 08° 00 27 Lintang Selatan dan 110° 12 34 – 110° 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bantul 508,85 Km2 (15,90 5 dari Luas wilayah
Provinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran rendah 140% dan
lebih dari separonya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur,
secara garis besar terdiri dari :
1) Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan
yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 %
dari seluruh wilayah).
2) Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah
pertanian yang subur seluas 210.94 km2 (41,62 %).
3) Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang
keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas
206,05 km2 (40,65%).
4) Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah
bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikit
berlaguna, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan,
Sanden dan Kretek.
c. Kabupaten Gunungkidul
Kabupaten Gunungkidul memiliki 18 kecamatan dan 144
kelurahan/desa. Batas wilayah Kabupaten Gunungkidul sebagai
Barat : Kabupaten Bantul, DIY
Timur : Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
Utara : Kabupaten Klaten, Sukoharjo, Jawa Tengah dan
Sleman, DIY
Selatan : samudera hindia
Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu Kabupaten yang ada di
Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan IbuKotanya Wonosari. Luas
wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 %
dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
d. Kabupaten Sleman
Kabupaten Sleman dengan ibuKota Sleman memiliki 17
kecamatan dan 86 kelurahan/desa. Batas wilayah Kabupaten Sleman
sebagai berikut:
Barat : Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Magelang
Timur : Kabupaten Klaten dan Boyolali, Jawa Tengah
Utara : Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Selatan : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul
Bagian utara Kabupaten ini merupakan pegunungan, dengan
puncaknya Gunung Merapi di perbatasan dengan Jawa Tengah, salah
satu gunung berapi aktif yang paling berbahaya di Pulau Jawa.
Sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah yang subur. Di
Progo (membatasi Kabupaten Sleman dengan Kabupaten Kulon
Progo), kali Code, kali Kuning, kali Opak dan Kali Tapus.
e. Kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta dengan ibuKota Yogyakarta memiliki 14
kecamatan dan 45 kelurahan/desa. Batas wilayah Kabupaten Sleman
sebagai berikut:
Barat : Kabupaten Sleman
Timur : Kabupaten Sleman
Utara : Kabupaten Sleman
Selatan : Kabupaten Bantul
Kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai
Winongo, Sungai Code (yang membelah Kota dan kebudayaan
menjadi dua), dan Sungai Gajahwong. Kota ini terletak pada jarak 600
KM dari Jakarta, 116 KM dari Semarang, dan 65 KM dari Surakarta,
pada jalur persimpangan Bandung - Semarang - Surabaya - Pacitan.
Kota ini memiliki ketinggian sekitar 112 m dpl.
2. Demografi
Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk serta
bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran,
kematian, migrasi serta penuaan. Pertumbuhan penduduk di DIY secara
umum dipengaruhi oleh kelahiran, kematian dan migrasi. Menurut hasil