STRATEGY OF TOURISM DEVELOPMENT TOWARD
CIREBON CITY AS RELIGION TOURISM DESTINATION
Oleh
SHANDI M HASAN
20120430184
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MENUJU DESTINASI UTAMA WISATA RELIGI
STRATEGY OF TOURISM DEVELOPMENT TOWARD
CIREBON CITY AS RELIGION TOURISM DESTINATION
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Dan
Studi Pembangunan
Oleh
SHANDI M HASAN
20120430184
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MENUJU DESTINASI UTAMA WISATA RELIGI
STRATEGY OF TOURISM DEVELOPMENT TOWARD
CIREBON CITY AS RELIGION TOURISM DESTINATION
Diajukan oleh
SHANDI M HASAN
20120430184
Telah disetujui Dosen Pembimbing
Pembimbing
Ahmad Ma’ruf, SE., M.Si., Tanggal, 31 Oktober 2016
STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA KOTA CIREBON
MENUJU DESTINASI UTAMA WISATA RELIGI
STRATEGY OF TOURISM DEVELOPMENT TOWARD
CIREBON CITY AS RELIGION TOURISM DESTINATION
Diajukan Oleh
SHANDI MUHAMMAD HASAN
20120430184
Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan
Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Tanggal 14 Desember 2016 Yang terdiri dari
Dr. Endah Saptutyningsih, M.Si. Ketua Tim Penguji
Drs. Agus Tri Basuki, M.Si., Anggota Tim Penguji
Ahmad Ma’ruf, SE,. M.Si. Anggota Tim Penguji
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Dengan ini saya,
Nama : Shandi M hasan
Nomor Mahasiswa : 20120430184
Program Studi : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP)
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA KOTA CIREBON MENUJU DESTINASI UTAMA WISATA RELIGI” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 31 Oktober 2016
“hanya kepada engkaulah kami menyembah dan hanya kepada engaulah kami mohon
pertolongan” dan “tunjukilah kami jalan yang lurus”
(Q.S AL-FATIHAH : AYAT 5-6)
“Orang yang paling bijaksana adalah yang mengetahui bahwa dia tidak tahu.
Hanya satu yang aku tahu, bahwa aku tidak tahu apa-apa”
(Socrates filsuf yunani kuno)
“Kecerdasan di dalam tubuh manusia bagaikan pangeran : sepanjang angota tubuh
berada dalam ketaatan, semua akan berjalan dengan baik, tetapi ketika mereka
memberontak, semua menjadi rusak”
(Jalaluddin Rumi)
“Laki-laki sejati ia yang meluangkan waktu untuk keluarganya”
rasa syukurku nikmati semua yang telah Engkau beri. Maha Suci Engkau Ya Allah,
karena dengan bimbingan dan kasih sayang serta keridhoan-Mu karya terbesar dalam
perjalanan hidupku akhirnya bisa selesai dengan baik. Ku persembahkan karya
sederhana dan bersejarah ini buat :
1. Ibunda tercinta Hj. Munirah dan Ayahanda H. Sargi yang tersayang.
2. Adik-adikku tersayang Julius Dara Ayu, Aditya Muniargi, Raden
Pamungkas dan seluruh keluarga besar saya.
3. Calon pasangan hidupku yang akan mendampingi hingga akhir hayat.
4. Saudaraku di Yogyakarta, Kasfy, Ishom, Sule, Aik, Sandra, Ayun,
Mega, Wahid, Ryan, Aran, Jeje, Harsono, Bayu, Rifky, Iman.
5. Sahabat dan teman-teman seperjuangan yang tidak bisa disebut satu
persatu yang selalu mendampingi disaat suka dan duka.
6. Lapak-lapak buku dan pelanggan yang sudah setia selama ini untuk
INTISARI
Kota Cirebon merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, yang peninggalan sejarah dan budayanya cukup terpelihara. Salah satu tempat wisata religi dan sejarah, setiap tahun pengunjungnya meningkat seiring dengan pengelolahannya baik dan didukung alam, kearifan lokal, adat istiadat dan budaya menjadikan potensi wisata di Kota Cirebon terus berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan keunggulan dan kelemahan perkembangan Wisata Religi di Kota Cirebon untuk menciptakan strategi pengembangan wisata religi dengan menggunakan pendekatan SWOT.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, keunggulan pengembangan wisata religi ialah sumber peninggalan sejarah dan kearifan budaya lokal, wisata murah, konektivitas mudah, wilayah jalan pantura, kemudahan promosi, sarana ibadah dan dukungan pemerintah. Kelemahannya, kurang memadai infrastruktur, rendahnya SDM, modal, keamanan dan pengelolahan setiap tempat wisata. Sehingga, prioritas pengembangan wisata religi dengan pendekatan SWOT ialah dengan meningkatkan infraktruktur, meningkatkan SDM, menjaring investasi, meningkatkan keamanan, memperluas jaringan promosi, meningkatkan image daerah. Terus dilakukan penelitian dan pengembangan berkelanjutan, meningkatkan penegelolahan wisata dan menjaga kelestarian budaya lokal. Dengan begitu potensi kunjungan setiap tahunnya sangat pesat.
increase every day, because it organized and supplemented by the nature, local wisdom and culture. It also increasing potential of tourism in the Cirebon city. Tha purpose of this reseach is to find of strenght and weakness development of religion tourism in the Cirebon city to create a development strategy religion tourism use SWOT method.
The result of this reseach conclude, the strength of development religion tourism are the source of archeological, lokal wisdom, cheap tourism, easy connectivity, region of oantura street, easy to promote, religioun facilities and goverment support. Mean while the weakness are the worse infrastructure, the low of human resource, financial capital, security and low of management in every tourism object. Continuously research, increase the tourism management and save the local culture. It is make the increasing of tourism visit.
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan anugerah, hidayah dan rahmat-Nya kepada kita semua. Sholawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada sang revolusioner peradaban yaitu Nabi
besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya.
Seiring berjalannya waktu, segala usaha dan upaya yang maksimal telah penulis
lakukan demi terwujudnya skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Wisata
Kota Cirebon Menuju Destinasi Utama Wisata Religi” dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tidak
sendirian, namun banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi
sehingga dalam penyelesaian skripsi ini berjalan dengan lancar sesuai dengan yang
diharapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak lupa penulis dengan
kerendahan hati mengucapkan terimakasih kepada :
1. Terkhusus untuk kedua orang tua saya (Ibu dan Ayah) atas segala
kesabaran, kasih sayang, dukungan dan do’a yang selalu mengalir tanpa
henti di setiap waktunya untuk saya
2. Ahmad Ma’ruf SE., MS.i selaku dosen pembimbing yang dengan penuh
ketelitian dan kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan
perkuliahan.
4. Saudaraku di Yogyakarta, Kasfy, Ishom, Sule, Aik, Sandra, Ayun, Mega,
Wahid, Ryan, Aran, Jeje, Harsono, Bayu, Rifky, Iman, Evan, Keluarga
IMM FE dan .seluruh keluarga besar jurusan Ilmu Ekonomi UMY
angkatan 2012 yang tidak bisa disebut satu-persatu.
5. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan semangat dalam proses
penyelesaian tugas akhir (skripsi) ini.
Kepada mereka semua, penulis hanya mampu memberikan untaian rasa
terimakasih yang tulus dengan diiringi do’a semoga Allah SWT membalas setiap
langkah kebaikan yang kita lakukan.
Akhir kata dengan menyadari adanya keterbatasan dalam penulisan skripsi ini,
maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan segala bentuk kritik serta saran
yang bersifat membangun dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan pada
umumnya.
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
Masalah ... 7
C. ... Tujuan
Penelitian ... 7
D. ... Manfaat
Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. ... Landasan
Teori ... 9
1. ... Pariwisata
... 9
2. ... Strategi
... 22
3. ... Wisata
Religi ... 24
4. ... Teori
Kebudayaan ... 26
5. ... Kearifan
Terdahulu ... 32
C. ... Kerangka
Pemikiran ... 38
BAB III METODE PENELITIAN... 39
A. ... Jenis
Penelitian ... 39
B. ... Lokasi
Penelitian ... 39
C. ... Jenis dan
sumber Data ... 39
D. ... Metode
Analisis Data ... 40
E. ... Definisi
Konsep dan Operasional ... 43
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 45
A. ... Gambaran
Umum Lokasi ... 45
1. ... Geografis
Wilayah ... 46
4. ... Pertumbuha
n Ekonomi ... 47
5. ... Akomodasi
... 51
6. ... Ketenagake
rjaan ... 52
7. ... Agama
... 53
B. ... Dinas
Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Cirebon ... 54
1. ... Program
Kerja ... 54
C. ... Gambaran
Pariwisata Kota Cirebon ... 56
1. ... Situs
... 57
3. ... Wisata
Kesenian ... 60
4. ... Wisata
Kerajinan ... 63
5. ... Wisata
Kuliner ... 67
BAB V HASIL DAN ANALISIS DATA ... 69
A. ... Analisis
Deskriptif ... 69
1. ... Faktor
Pendorong ... 69
2. ... Faktor
Penghambat ... 73
B. ... Analisis
SWOT ... 81
1. ... Analisis
Faktor Internal ... 81
2. ... Analisis
... 98
B. ... Saran
... 99
DAFTAR TABEL
1.1 ... Data
Pengunjung Wisata Kota Cirebon 2007-2015 ... 2
1.2 ... Rata-rata
Lma Tamu Menginap Kota Cirebon 2011-2014 ... 2
2.1 ... Komparasi
Pariwisata Konvensional dan Pariwisata Religi ... 25
2.2 ... Penelitian
Terdahulu ... 32
2.1 ... Matrik
SWOT ... 41
4.1 ... Luas
Daerah Kota Cirebon Menurut Kecamatan ... 47
4.2 ... Peranan
PDRB Menurut Lapanagn Usaha Tahun 2011-2015 (%) ... 50
4.3 ... Banyaknya
Fasilitas Kepariwisataan Kota Cirebon Tahun 2014 ... 51
4.4 ... Jumlah
Pencari Kerja yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan
4.6 ... Program
Kerja Disporabudpar Kota Cirebon ... 54
DAFTAR GAMBAR
2.3 ... Kerangka
PENDAHULUAN
A.Latar BelakangKota Cirebon adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat,
Indonesia. Kota ini berada dipesisir utara Jawa Barat dan termasuk ke dalam
wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan
jalur Pantura yang menghubungkan Jakarta ke Cirebon, Cirebon ke Semarang
hingga Surabaya. Akses kereta api double track yang menghubungkan Cirebon
dengan berbagai kota di Pulau Jawa. Pembangunan bandara internasional Jawa
Barat yang akan selesai pada 2017. Bandara seluas 1.800 hektar dengan tiga
runway ditargetkan beroperasi mulai 2018 dan dapat didarati oleh pesawat
berbadan besar (bisnis.com).
Pemerintah menggagas pengembangan Pelabuhan Cirebon, diperluas dari
45 hektar menjadi 100 hektar dan secara bertahap menjadi 200 hektare. Letak
inilah yang menjadikan kota Cirebon sebagai salah satu tujuan wisata yang cukup
strategis. Terlebih disaat kota Bandung yang selalu menjadi tujuan wisata sudah
mulai padat dan macet, maka kota Cirebon berpotensi besar sebagai alternatif
pilihan destinasi wisata berikutnya di Jawa Barat (www.cnnindonesia.com).
Destinasi wisata adalah suatu tempat yang penting untuk dikunjungi
dengan batasan nyata atau jelas dan dalam waktu yang disignifikan (Pitana dalam
Eva, Ilhamsyah & Nurusholih, 2015). Bersumber dari data kunjungan wisatawan
Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata, Kota Cirebon mengalami
jumlah kunjungan mencapai 596.046. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar
55.101 dari tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 540.946 kunjungan, tahun
2015 mengalami kenaikan 15% dari tahun sebelumnya yang jumlahnya sebesar
686.121 orang, yang terdiri dari wisatawan domestk sebesar 671.330 orang dan
wisatawan mancanegara 14.788 orang.
Tabel.1.1
Data Pengunjung Wisata Kota Cirebon 2007-2015 Tahun Winus Wiman Jumlah Wisatawan
2007 428.010 1.673 429.683 Sumber: BPS Kota Cirebon, 2015.
Dari data tabel diatas menunjukan bahwa 2008 sampai 2011 mengeami
penurunan jumlah pengunjung dibanding tahun 2007 sebesar 429.683 orang.
Tercatat tahun 2012 wisatawan yang berkunjung ke Kota Cirebon mengalami
kenaikan sebesar 477.207 orang. Peningkatan yang drastis terjadi pada tahun 2014
wisatawan berkunjung di kota Cirebon yaitu 596.046 (cirebonkota.go.id).
Tabel. 1.2.
Rata-rata Lama Tamu Menginap Kota Cirebon Tahun 2011-2014 Tahun Rata-rata Lama tamu Menginap (hari)
Hotel Berbintang Hotel Tidak Berbintang Mancanegara Nusantara Mancanegara Nusantara
Data diatas memperlihatkan bahwa kontribusi pariwisata mempengaruhi
pendapatan daerah dengan menginapnya pengunjung di Kota Cirebon, tahun 2013
wisatawan macanegara menginap dengan presentase 8,68 di hotel tidak
berbintang. Untuk 2012 dihotel berbintang presentasenya paling tinggi di tahun
2011 dan 2013 yaitu 4,61. Pengaruh itu juga dirasakan oleh masyarakat cirebon
dari kunjungan yang dilakukan oleh wisatawan mancanegara maupun wisatawan
nusantara (cirebonkota.go.id).
Cirebon memiliki perpaduan beberapa budaya lainnya yang sinergi satu
sama lain. Akulturasi mempengaruhi bentuk budaya dan kesenian Cirebon, baik
dari aspek audio dan visual hingga secara spiritual dan filosofis. Terkait dengan
pengaruh Sunan Gunung Jati yang merupakan pimpinan spiritual tertinggi di
Cirebon, masyarakat Cirebon pada umumnya masih terikat pada hal-hal yang
berbau mistis.
Tempat wisata yang ada di Cirebon merupakan wisata sejarah dan
spiritual. Peningalan Kerajaan Cirebon sebelum dan sesududah masuknya Hindia
Belanda ke Cirebon. Wisata spiritual akan terasa bila berziarah ke makam,
contohnya : Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati, Syekh Magelung Sakti,
Nyi Mas Gandasari dan Keraton Cirebon . Banyak peninggalan dari zaman itu
yang bisa dimanfaatkan untuk obyek wisata yang bernilai lebih daripada obyek
wisata konvesional yang hanya menawarkan hiburan semata.
Cirebon sebagai pertemuan kebudayaan Jawa Barat dan Jawa Tengah, pun
disisi lain pendaratan kebudayaan yang dibawa oleh bangsa lain seperti : Arab,
Cirebon mempunyai perpaduan yang unik atas budaya yang bercampur di
Cirebon, yang membuat Cirebon mempunyai kekhasan budaya, kesenian, kuliner
dan keagamaan (Amin, 2015).
Terbentuknya akulturasi budaya Cirebon yang menjadi ciri khas
masyarakatnya hingga dewasa ini lebih disebabkan oleh faktor geografis dan
historis. Dalam konteks ini, sebagai daerah pesisir, Cirebon sejak sebelum dan
sesudah masuknya pengaruh Islam merupakan pelabuhan yang penting di pesisir
utara Jawa. Dalam posisinya yang demikian, Cirebon menjadi sangat terbuka bagi
interaksi budaya yang luas dan dalam. Cirebon menjadi tempat bertemunya
berbagai suku, agama dan bahkan antarbangsa.
Beberapa dari benda cagar budaya tersebut berupa bangunan, baik
peninggalan dari masa-masa kerajaan seperti bangunan Keraton ataupun
peninggalan masa kolonial yang dahulu dibangun oleh pemerintah Belanda seperti
bangunan pendidikan, bangunan perkantoran, bangunan pemerintahan hingga
bangunan keagamaan yang sampai saat ini masih berdiri, bangunan-bangunan
peninggalan sejarah yang ada di Cirebon, Keraton merupakan bangunan yang
dapat menggambarkan kebudayaan Indonesia khususnya di Cirebon serta
pengaruh kebudayaan-kebudayaan asing yang masuk ke Cirebon. Menurut
Koentajaraningrat, dalam rangka sistem budaya dari setiap kebudayaan ada
serangkaian konsep-konsep yang abstrak dan luas ruang lingkupnya, yang hidup
dalam alam pikiran dari sebagain besar warga masyarakat mengenai apa yang
Kota Cirebon memiliki empat keraton yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton
Kanoman, Keraton Kacirebonan dan Keraton kaprabonan. Masing-masing keraton
tersebut memiliki sejarah yang saling terkait serta persamaan dan perbedaan fisik
antara satu dengan yang lainnya. Keraton Kasepuhan merupakan Keraton pertama
yang berdiri di Cirebon, Keraton Kasepuhan juga terkait langsung dengan sejarah
awal mulanya terbentuk kota Cirebon serta sejarah masuknya berbagai suku,
agama dan budaya di Cirebon. Perkembangan padepokan Pakungwati sehingga
menjadi Keraton Kasepuhan yang disebabkan akulturasi berbagai kebudayaan
yang kemudian bisa memberi pendidikan bagi generasi sekarang dan masa depan
lewat wisata sejarah dan religi, disamping itu memperkenalkan kearifan lokal
pada mancanegara akan kekayaan kebudayaan Indonesia khususnya di Cirebon
(Muhaimin, 2001). Oleh karena itu, manakala nilai-nilai tradisi yang ada pada
masyarakat hilang dari akar budaya lokal, maka masyarakat tersebut akan
kehilangan identitas dan jati dirinya, sekaligus kehilangan pula rasa kebanggaan
dan rasa memilikinya.
Dari historis itu maka masyarakat dan khususnya pemerintah daerah harus
mengelola sumber daya tersebut untuk kepentingan bersama. Pengembangannya
harus dipersiapkan dan dikelola dengan baik, harapan besar tersebut justru akan
menimbulkan berbagai permasalahan yang menyulitkan dan bahkan merugikan
masyarakat. Untuk menjamin supaya pariwisata dapat berkembang secara baik
dan berkelanjutan serta mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan
meminimalisasi dampak negatif yang mungkin timbul maka pengembangan
melakukan penelitian terhadap semua sumber daya pendukungnya serta strategi
apa yang harus dilakukan agar sesuai dengan sumber daya pendukung yang ada.
Dengan peningkatan dan perbaikan infrastruktur, memanfaatkan
objek-objek wisata yang masih asri menjadi tujuan baru wisata islami, memperluas
jaringan dan promosi ke daerah maupun luar negeri, mendorong investasi pada
sektor pariwisata dalam pengembangannya (Wahid, 2015).
Latar belakang menunjukan potensi wisata religi dan budaya yang sangat
besar dan menjanjikan bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
masyararakat. Namun potensi yang besar tersebut tidak akan mampu memberikan
manfaat yang maksimal jika tidak dikelola dengan baik. Pengelolaan dengan baik
yang dimaksudkan adalah pengelolaan yang sesuai dengan kondisi dan nilai-nilai
yang ada serta dengan konsep dan strategi yang matang yang harus dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat setempat. Oleh karena itu, penulis bermaksud
mengangkat judul dalam sebuah penelitian yaitu “Strategi Pengembangan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dipaparkan di atas, maka beberapa
perumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor-faktor apa yang menjadi pendorong dan penghambat atau kendala
dalam pengembangan Wisata Religi di Kota Cirebon?
2. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah untuk
meningkatkan daya tarik wisata Religi di Kota Cirebon?
C. Tujuan Penelitian
1. Identifikasi faktor-faktor pendorong dan penghambat atau kendala
pengembangan wisata religi Kota Cirebon.
2. Menemukan strategi pengembangan wisata yang dapat dilakukan oleh
pemerintah daerah Kota Cirebon untuk menarik dan meningkatkan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan menambah khazanah serta keragaman literatur
dan referensi pada perpustakaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
khususnya literatur dan referensi studi tentang pengembangan ataupun
pemanfaatan pariwisata. Sehingga, menjadi pembanding dari
penelitian-penelitian lain dan memberi sedikit solusi untuk penelitan berikutnya yang
masih relevan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan atau bahan
pertimbangan bagi pemerintah-pemerintah daerah khususnya pemerintah
daerah Kota Cirebon dalam menentukan arah kebijakan dan program kerja
yang tepat yaitu untuk pengembangan pariwisata daerah Kota Cirebon agar
mampu bersaing dengan daerah-daerah lain dan menjadi destinasi utama
pariwisata di Indonesia. Sehingga, membuat daya tarik yang lebih dengan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pariwisata
a. Definisi Pariwisata.
Sebagai antisipasi perkembangan dunia pariwisata yang telah mengglobal
sifatnya, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2009
tentang kepariwisataan yang terdiri atas tujuh belas bab dan tujuh puluh pasal yang
mengandung ketentuan meliputi delapan hal, yaitu :
1) Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
2) Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
3) Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah dan pemerintah daerah.
4) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan,
5) Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan.
6) Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata
adalah kawasan geografis yang berada dalamsatu atau lebih wilayah
administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,
fasilitas bpariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait
dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
7) Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan atau jasa
bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
8) Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang
melakukan kegiatan usaha pariwisata.
E. Guyer-Freuler dalam pendit (1999: 38) menjelaskan pengertian pariwisata
merupakan fenomena kebutuhan akan kesehatan dan pergantian suasana, penilaian
yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan khususnya
bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai
hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan, serta
penyempurnaan dari alat-alat pengangkutan.
Selain itu, para ahli juga banyak memberikan penjelasan dan pengertian
Hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari
seseorang atau menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan
kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan
ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain
seperti sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar
(Suwantoro dalam Kurniawan, 2015).
Spillane dalam Wahid (2015), Pariwisata adalah perlajanan dari satu tempat
ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,
sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan
lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.
Dalam World Tourism Organization (WTO) (Pitana dalam Wahid, 2015),
pariwisata adalah kegiatan seseorang yang bepergian atau tinggal di suatu tempat
di luar lingkungannya yang biasa dalam waktu tidak lebih dari satu tahun secara
terus menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan lainnya.
Menurut Yoeti dalam Anindita (2015), Pariwisata adalah suatu aktivitas
manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian
diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau diluar negeri, meliputi
pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan
yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia
memperoleh pekerjaan tetap.
1. Pariwisata adalah faktor penting untuk menggalang persatuan bangsa yang
rakyatnya memiliki daerah yang berbeda, dialek, adat istiadat dan cita rasa
yang beraneka ragam.
2. Pariwisata menjadi faktor penting dalam pengembangan ekonomi, karena
kegiatanya mendorong perkembangan beberapa sector ekonomi nasonal
misalnya :
a. Meningkatkan urbanisasi karena pertumbuhan terus pembangunan dan
pembaharuan fasilitas wisata, prasarana dan suprasarana pariwisata.
b. Menggugah industri-industri baru yang berkaitan dengan jasa-jasa wisata
lainya : transprortasi, akomodasi (hotel, motel, pondok, dll) yang
memerlukan perluasan industri seperti peralatan hotel dan kerajinan
tangan.
c. Menambah permintaan akan hasil-hasil pertanian karena bertambahnya
pemakaian.
d. Memperluas pasar barang-barang lokal.
f. Menunjang pendapatan Negara dengan valuta asing sehingga
mengurangi defisit di dalam neraca pembayaran dan dengan demikian
memajukan perekonomian nasional.
g. Memberi dampak positif pada tenaga kerja di Negara itu, karena
pariwisata memperluas lapangan kerja baru.
h. Membantu pembangunan daerah-daerah terpencil dalam suatu Negara
3. Pariwista internasional sangat berguna sebagai sarana. Untuk
meningkatatkan saling pengertian internasional dan sebagai penenang
dalam ketegangan-ketegangan politik.
4. Pariwisata juga berperan meningkatkan keshatan. Pergantian tepat dan
iklim serta menjauhkan diri dari segala kehiduan rutin sehari-hari, semua
ini akan menambah daya tahan dan sangat menurunkan ketegangan syaraf.
Kepariwisataan menggambarkan beberapa bentuk perjalanan untuk
memperoleh berbagai tujuan dan memuaskan berbagai macam keinginan.
Pariwisata sebagai suatu gejala yang terwujud dalam beberapa bentuk, antara lain
sebagai berikut :
1. Menurut jumlah orang yang bepergian :
a. Pariwisata Individu, yaitu hanya seorang atau satu keluarga yang
bepergian.
b. Pariwisata Rombongan, yaitu sekolompok orang yang biasanya
terikat oleh hubungan-hubungan tertentu kemudian melakukan
perjalanan bersama-sama.
2. Menurut maksud bepergian :
a. Pariwisata Rekreasi atau Pariwisata Santai, yaitu pariwisata dengan
maksud kepergian untuk memulihkan kemampuan fisik dan mental
setiap peserta wisata dan memberikan kesempatan rileks bagi mereka
b. Pariwisata Budaya, yaitu pariwisata yang bermaksud untuk memperkaya
informasi dan pengetahuan tentang negara lain dan untuk memuaskan
kebutuhan hiburan. Dalam hal ini termasuk pula kunjungan ke
pameran-pameran dan fair, perayaan-perayaan adat, tempat-tempat cagar alam,
cagar purbakala dan lain-lain.
c. Pariwisata Pulih Sehat, yaitu yang memuaskan kebutuhan perawatan
medis di daerah atau tempat lain dengan fasilitas penyembuhan.
Misalnya : sumber air panas, tempat-tempat kubangan lumpur yang
berkhasiat, perawatan dengan air mineral yang berkhasiat dan lain-lain.
Pariwisata ini memerlukan persyaratan tertentu antara lain kebersihan,
ketenangan, dan taraf hidup yang pantas.
d. Pariwisata Sport, yaitu pariwisata yang akan memuaskan hobi
orang-orang, seperti memancing, berburu binatang liar, menyelam ke dasar
laut, bermain ski, bertanding dan mendaki gunung.
e. Pariwisata Temu Wicara, yaitu pariwisata konvensi yang mencakup
pertemuan-pertemuan ilmiah, seprofesi dan bahkan politik. Pariwisata
sejenis ini memerlukan tersedianya fasilitas pertemuan di negara tujuan
dan faktor-faktor lain yang penting seperti letak yang strategis,
tersedianya transportasi yang mudah, iklim yang cerah dan sebagainya.
3. Menurut alat transportasi :
a. Pariwisata Darat
c. Pariwisata Dirgantara
4. Menurut letak geografis :
a. Pariwisata Domestik Nasional, yang menunjukkan arus wisata yang
dilakukan oleh warga dan penduduk asing yang bertugas di sana, yang
terbatas dalam suatu negara tertentu.
b. Pariwisata Regional, yaitu kepergian wisatawan terbatas pada beberapa
negara yang membentuk suatu kawasan pariwisata.
c. Pariwisata Internasional, yang meliputi gerak wisatawan dari suatu
negara ke negara lain di dunia ( Wahab, 1989).
Adapun menurut Pendit (Ilmu Pariwisata : sebuah pengntar perdana, 1999)
antara lain :
1. Wisata Budaya
Wisata budaya adalah perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan
untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan
kunjungan atau peninjauan ketempat lain, mempelajari keadaan rakyat dan
kebiasaan adat istiadat, budaya dan seni mereka
2. Wisata Konvensi
Wisata Konvensi adalah wisata yang menyediakan fasilitas bangunan
dengan ruangan-ruangan tempat bersidang bagi peserta konverensi, atau
3. Wisata Sosial
Wisata Sosial adalah perorganisasian suatu perjalanan murah serta
mudah untuk memberikan kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi
lemah untuk mengadakan perjalanan seperti misalnya kaum buruh, pemuda,
pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya.
4. Wisata Cagar Alam
Wisata Cagar Alam adalah wisata yang diselenggarakan agen atau biro
perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata
ketempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan
dan sebagainya yang pelestariaannya dilindungi oleh undang-undang.
5. Wisata Bulan Madu
Wisata Bulan Madu adalah suatu penyelenggaraan perjalanan bagi
pasangan-pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu, dengan
fasilitas-fasilitas khusus, tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan
kunjungan mereka
b. Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata adalah suatu usaha untuk mengembangkan atau
memajukan objek wisata agar objek wisata tersebut lebih baik dan lebih menarik
ditinjau dari segi tempat maupun benda-benda yang ada di dalamnya untuk dapat
menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya.
Pengembangan pariwisata adalah agar lebih banyak wisatawan datang pada
di tempat wisata yang mereka kunjungi sehingga dapat menambah devisa untuk
negara bagi wisatawan asing, dan menambah pendapatan asli daerah untuk
wisatawan lokal. Disamping itu juga bertujuan untuk memperkenalkan dan
memelihara kebudayaan di kawasan pariwisata tersebut. Sehingga, keuntungan
dan manfaatnya juga bisa dirasakan oleh penduduk sekitar khususnya.
Pengembangan pariwisata sebagai suatu industri secara ideal harus
berlandaskan pada empat prinsip dasar, sebagaimana dikemukakan (Sobari dalam
Anindita, 2015), yaitu :
1. Kelangsungan ekologi, yaitu bahwa pengembangan pariwisata harus
menjamin terciptanya pemeliharaan dan proteksi terhadap sumberdaya
alam yang menjadi daya tarik pariwisata, seperti lingkungan laut, hutan,
pantai, danau, dan sungai.
2. Kelangsungan kehidupan sosial dan budaya, yaitu bahwa pengembangan
pariwisata harus mampu meningkatkan peran masyarakat dalam
pengawasan tata kehidupan melalui sistem nilai yang dianut masyarakat
setempat sebagai identitas masyarakat tersebut.
3. Kelangsungan ekonomi, yaitu bahwa pengembangan pariwisata harus dapat
menciptakan kesempatan kerja bagi semua pihak untuk terlibat dalam
aktivitas ekonomi melalui suatu sistem ekonomi yang sehat dan kompetitif.
4. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat
Dengan demikian, pengembangan pariwisata (yang berkelanjutan) perlu
didukung dengan perencanaan yang matang dan harus mencerminkan tiga dimensi
kepentingan, yaitu industri pariwisata, daya dukung lingkungan (sumber daya
alam), dan masyarakat setempat dengan sasaran untuk peningkatan kualitas hidup.
Oka (1997), berkembangnya pariwisata tergantung pada produksi industri
pariwisata yang meliputi daya tarik wisata, kemudahan perjalanan, sarana dan
fasilitas serta promosi. Negara yang sadar akan pengembangan pariwisata
berdasarkan Direktorat Jenderal Pariwisata biasa mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Perencanaan pengembangan pariwisata harus menyeluruh sehingga seluruh
bagi pengembangan pariwisata di perhitungkan dengan memperhatikan
pula perhitungan untung rugi apabila dibandingkan dengan pembangunan
sektor lain.
2. Pengembangan pariwisata harus diintegrasikan ke dalam pola dan program
pembangunan semasa ekonomi, fisik dan sosial sesuatu negara.
3. Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa sehingga
membawakan kesejahteraan ekonomi yang tersebar luas dalam masyarakat.
4. Pengembangan pariwisata harus sadar lingkungan sehingga
pengembangannya mencerminkan ciri-ciri khas budaya dan lingkungan
alam sesuatu negara, bukannya justru merusak lingkungan alam dan
5. Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa sehingga
pertentangan sosial dapat dicegah seminimal mungkin dan dapat
menimbulkan perubahan-perubahan sosial yang positif.
6. Penentuan tata cara pelaksanaannya harus disusun sejelas-jelasnya
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang masak sesuai kemampuan.
7. Pencatatan (monitoring) secara terus-menrus mengenai pengaruh pariwisata
terhadap suatu masyarakat dan lingkungan sehingga merupakan bahan
yang baik untuk meluruskan kembali akibat perkembangan pariwisata yang
merugikan sehingga merupakan sarana pengendalian pengembangan yang
terarah.
Pengembangan potensi daya tarik atau atraksi wisata meliputi daya tarik alami
yang bersifat melekat (inherent) dengan keberadaan obyek wisata alam tersebut.
Selain daya tarik alami, suatu obyek wisata memiliki daya tarik buatan manusia
(man made attraction). Menurut Santoso dalam Kurniawan (2015) unsur-unsur
pengembangan pariwisata meliputi:
1. Atraksi
Atraksi atau daya tarik dapat timbul dari keadaan alam (keindahan
panorama, flora dan fauna, sifat khas perairan laut, danau), obyek buatan
manusia (museum, katedral, masjid kuno, makam kuno dan sebagainya),
ataupun unsur-unsur dan peristiwa budaya (kesenian, adat istiadat, makanan
2. Transportasi
Perkembangan transportasi berpengaruh atas arus wisatawan dan juga
perkembangan akomodasi. Di samping itu perkembangan teknologi
transportasi juga berpengaruh atas fleksibilitas arah perjalanan, Jika angkutan
dengan kereta api bersifat linier, tidak banyak cabang atau kelokannya,
dengan kendaraan mobil arah perjalanan dapat menjadi lebih bervariasi.
Demikian pula dengan angkutan pesawat terbang yang dapat melintasi
berbagai rintangan alam (waktu yang lebih singkat).
3. Akomodasi
Tempat menginap dapat dibedakan antara yang dibangun untuk keperluan
umum (hotel, motel, tempat pondokan, tempat berkemah waktu liburan) dan
yang diadakan khusus peorangan untuk menampung menginap keluarga,
kenalan atau anggota perkumpulan tertentu atau terbatas.
4. Fasilitas Pelayanan
Penyediaan fasilitas dan pelayanan makin berkembang dan bervariasi
sejalan dengan perkembangan arus wisatawan. Perkembangan pertokoan dan
jasa pelayanan pada tempat wisata dimulai dengan adanya pelayanan jasa
kebutuhan sehari-hari (penjual makanan, warung minum atau jajanan),
kemudian jasa-jasa perdagangan (pramuniaga, tukang-tukang atau jasa
pelayanan lain), selanjutnya jasa untuk kenyamanan dan kesenangan (toko
pakaian, toko perabot rumah tangga, dll), lalu jasa yang menyangkut
dan pada akhirnya perkembangan lebih lanjut menyangkut juga jasa penjualan
barang mewah.
5. Infrastruktur
Infrastruktur yang memadai diperlukan untuk mendukung jasa pelayanan
dan fasilitas pendukung. Pembangunan infrastruktur secara tidak langsung
juga memberi manfaat (dapat digunakan) bagi penduduk setempat disamping
mendukung pengembangan pariwisata. Hal ini menyangkut tidak saja
pembangunan infrastruktur transportasi (jalan, pelabuhan, jalan kereta api,
dll), tetapi juga penyediaan saluran air minum, penerangan listrik, dan juga
saluran pembuangan limbah.
Dalam GBHN 1999 disebutkan bahwa pengembangan pariwisata melalui
pendekatan sistem yang utuh dan terpadu bersifat interdisipliner dan partisipatoris
dengan menggunakan kriterisa ekonomis, teknis, agronomis, sosial budaya, hemat
energi, melestarikan alam dan tidak merusak lingkungan. Berdasarkan hal tersebut
maka pembangunan pariwisata memiliki tiga fungsi, yaitu :
1) Menggalakkan kegiatan ekonomi.
2) Memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
3) Memupuk rasa cinta tanah aor dan bangsa serta menanamkan jiwa,
semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam memperkokoh persatuan dan
kesatuan nasional. Sedangkan dalam UU No. 10 tahun 2009 pasal 6 dan 7,
budaya dan alam serta kebutuhan manusia untuk berpariwisata.
Pembangunan pariwisata meliputi :
a) Industri pariwisata
b) Destinasi pariwisata
c) Pemasaran
d) Kelembagaan kepariwisataan
2. Strategi.
Menurut Suwarsono dalam bukunya “Manajemen Strategik : konsep dan alat
analisis”, strategi adalah suatu alat untuk mencapai tujuan baik itu tujuan
organisasi atau perusahaan, maka strategi memiliki beberapa sifat antara lain :
a. Menyatu (unifed) : yaitu menyatukan seluruh bagian-bagian dalam
organisasi atau perusahaan.
b. Menyeluruh (comprehensive) : yaitu mencakup seluruh aspek dalam suatu
organisasi atau perusahaan.
c. Integral (integrated) : yaitu seluruh strategi akan cocok atau sesuai dari
seluruh tingkatan (corporate, business, and functional).
Menurut Rangkuti (2006) pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan
berdasarkan tipe-tipe strategi yaitu :
a. Strategi Manajemen
Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh
strategi pengembangan produk, strategi penetapan harga, strategi akuisisi,
strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan, dan sebagainya.
b. Strategi Investasi
Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi.
Misalnya apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang
agresif atau perusahaan melakukan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi
pembangunan kembali suatu visi baru atau strategi divestasi, dan sebagainya.
c. Strategi Bisnis
Strategi bisnis ini sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional
karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen,
misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi
distribusi, strategi organisasi dan strategi yang berhubungan dengan
keuangan.
Perumusan Bryson (dalam Wahid, 2015) suatu strategi yang efektif itu harus
memenuhi beberapa kriteria, yaitu :
a) Strategi secara teknis harus dapat dijalankan.
b) Strategi secara politis harus dapat diterima oleh para key stakeholder.
c) Strategi harus sesuai dengan filosofi dari nilai-nilai organisasi.
d) Strategi harus sesuai dengan isu strategis yang hendak dipecahkan.
Promosi mempunyai beberapa tujuan dalam menyampaikan informasi dan
cara mengajak orang untuk mencoba atau membeli suatu produk. 2) promosi dapat
menginformasikan kepada konsumen yang tidak tahu mengenai brand tersebut
menjadi mengenalnya, lalu mencoba dan mengajak mereka untuk membeli
kembali. 3) promosi dapat mendorong produk melalui saluran distribusi dan
menciptakan citra yang positif dikalangan para pembeli dan penjual. 4) promosi
dapat membangun brand dan memperkuat citra dan pesan iklan yang dibutuhkan.
5) promosi tidak dapat menciptakan brand suatu produk, mengubah sikap negatif
produk, mengatasi masalah produk atau mereposisi brand.
3. Wisata Religi
Gazalba dalam (Nurlaila, dkk), religi adalah kepercayaan pada dan hubungan
manusia dengan Yang Kudus, dihayati sebagai hakikat yang gaib, hubungan yang
menyatakan diri dalam bentuk serta sistem kultus dan sikap hidup berdasarkan
doktrin tertentu.
Wisata Religi adalah jenis produk wisata yang berkaitan erat dengan religi
atau keagamaan yang dianut oleh manusia.Wisata religi dimaknai sebagai kegiatan
wisata ke tempat yang memiliki makna khusus bagi umat beragama, biasanya
berupa tempat ibadah, makam ulama atau situs-situs kuno yang memiliki
kelebihan. Misalnya, dilihat dari sisi sejarah, mitos dan legenda atau budaya.
Menurut Pendit (dalam buku Ilmu Pariwisata: sebuah pengantar perdana)
menyatakan bahwa wisata ziarah atau religi adalah sebagai jenis wisata yang
sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan
oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang
besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap
keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh
legenda.
Secara singkat, Riayanto (2012) melakukan komparasi antara pariwisata
konvensional dan pariwisata religi yang tersaji dalam tabel berikut:
Table 2.1
Komparasi Pariwisata Konvensional dan Pariwisata Religi No Item
perbandingan
Konvensional Religi
1 Obyek Alam, budaya, heritage dan kuliner. Tempat ibadah, Peninggalan sejarah.
2 Tujuan Menghibur. Meningkatkan spiritual.
3 Target Semata-mata hanya untuk hiburan (memuaskan nafsu kesenangan dan
Sekeder pelengkap. Termasuk dalam
perjalanan
(biasanya demi target wisata bisa dirasakan maksimal oleh
wisatawan).
Komplementer, demi mengejar keuntungan.
4. Teori kebudayaan
Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
menjanjikan milik manusia yang diperoleh dengan cara belajar. Koenrjaraningrat :
1994, menyatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik dari manusia dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh
tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan
dengan belajar yakni hanya beberapa tindakan naluri, refleksi, beberapa tindakan
manusia yang merupakan kemampuan naluri yang terbawa kedalam gen bersama
kelahirnya. Disebutkan ada beberapa unsur-unsur kebudayaan yang dapat
ditemukan pada semua bangsa, isi pokok dari tiap kebudayaan didunia adalah :
Sistem religi, Sistem kekerabatan, Sistem mata pencaharian, Sistem teknologi,
Bahasa, Kesenian dan Sistem pengetahuan.
Kluckhohm dalam Mudji & Hendra 2015, juga menyatakn bahwa kebudayaan
merupakan tindakan hidup yang tercipta dalam sejarah yang explisit, implisit,
rasional, irasional yang terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman yang
Menurut Kroeber dan Kluckhohm dalam Mudji & Hendra ada beberapa
pemahaman pokok mengenai budaya yaitu :
a. Definisi deskriptif yaitu cenderung melihat budaya sebagai totalitas
komperhensif yang menyususn keseluruhan hidup social sekaligus
menunjukan sejumlah ranah (bidang kajian) yang membentuk budaya.
b. Definsi historis yaitu senderung melihat budaya sebagai warisan yang
dialih-turunkan dari generasi satu ke generasi berikutnya.
c. Definisi normative yaitu bisa mengambil dua bentuk. Pertama, budaya
adalah aturan atau jalan hidup yang membentuk pola-pola perilaku dan
tindakan yang konkret. Kedua, menekankan gugus nilai tanpa mengacu
pada perilaku.
d. Definisi psikologis yaitu cenderung melihat tekanan pada peranan budaya
sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa
berkomunikasi, belajar atau memenuhi kebutuhan matrial maupun
emosionalnya.
e. Definisi struktural yaitu menunjuk pada hubungan atau keterkaitan antara
aspek-aspek yang terpisah dari budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa
budaya adalah abstraksi yang berbeda dari perilaku konkret.
f. Definisi genetis yaitu definisi budaya yang melihat asal-usul bagaimana
budaya itu bisa eksis ataua tetap bertahan. Definisi ini cenderung melihat
budaya lahir dari interaksi antara manusia dan tetap bisa bertahan karena
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan itu mempunyai beberapa wujud
anataranya , yaitu :
a. Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks ide-ide, gagasan, nilai,
norma-norma peraturan dan sebagainya. Wujud kebudayaan ini sifatnya
abstrak, berada dalam alam pikiran warga masyarakat, memberi jiwa
kepada masyarakat itu. Wujud pertama ini bisa juga dikatakan sebagai
sistem budaya atau cultural system. Istilah lain adalah adat atau istiadat.
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud kedua ini biasa disebut
sebagai sistem sosial atau social system. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu
dengan yang lain dari waktu ke waktu menurut pola tertentu yang
berdasarkan adat tata kelakuan. Sistem sosial ini bersifat kongkrit.
c. Wujud kebudayaan yang ketiga adalah kebudayaan fisik yang berupa
seluruh total dari hasil fisik, dari aktivitas perbuatan dan karya semua
manusia dalam masyarakat, maka sifatnya paling kongkrit karena berupa
benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba atau dilihat.
Masing-masing unsur kebudayaan universal sudah tentu juga menjelma ke
dalam ketiga wujud kebudayaan yang sudah saya uraikan di atas, yaitu wujudnya
berupa sistem budaya, yang berupa sistema sosial dan yang berupa wujud
kebudayaan fisik. Sistem religi misalnya, mempunyai wujudnya sebagai sistem
tetapi mempunyai juga wujudnya yang berupa upacara-upacara, ritual, ibadah, dan
selain itu setiap sistem religi juga mempunyai wujud sebagai benda suci dan benda
religius.
5. Kearifan Lokal
Konsep kearifan lokal menurut Mitchell, et al. dalam Aulia & Dharmawan
(2010) berakar dari sistem pengetahuan dan pengelolaan lokal atau tradisional.
Arafah dalam Aulia & Dharmawan (2010), pada dasarnya kearifan lokal atau
kearifan tradisional dapat didefinisikan sebagai pengetahuan kebudayaan yang
dimiliki oleh suatu masyarakat tertentu yang mencakup sejumlah pengetahuan
kebudayaan yang berkenaan dengan model-model pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya alam secara lestari. Kearifan tersebut berisikan gambaran tentang
anggapan masyarakat yang bersangkutan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
struktur lingkungan, fungsi lingkungan, reaksi alam terhadap tindakan-tindakan
manusia, dan hubungan-hubungan yang sebaiknya tercipta antara manusia
(masyarakat) dan lingkungan alamnya.
Ridwan dalam Aulia & Dharmawan(2010) mengemukakan bahwa kearifan
lokal dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya
(kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek atau peristiwa yang
terjadi dalam ruang tertentu. Pengertian tersebut disusun secara etimologi, dimana
kearifan dipahami sebagai kemampuan seseorang dengan menggunakan akal
objek atau peristiwa yang terjadi. Sebagai sebuah istilah wisdom kemudian
diartikan sebagai kearifan atau kebijaksanaan.
Sartini dalam Aulia & Dharmawan (2010), menjelaskan bahwa bentuk-bentuk
kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa : nilai, norma,
kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Bentuk yang bermacam-macam ini
mengakibatkan fungsi kearifan lokal menjadi bermacam-macam pula. Fungsi
tersebut antara lain adalah:
1. Kearifan lokal berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumberdaya
alam.
2. Kearifan lokal berfungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia.
3. Berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.
a. Definisi Konseptual
1. Kearifan lokal adalah suatu kebijaksanaan, gagasan-gagasan, ilmu
pengetahuan, keyakinan, pemahaman dan adat kebiasaan atau etika
masyarakat lokal yang dianggap baik untuk dilaksanakan, bersifat
tradisional, diwariskan, penuh kearifan dan berkembang dalam jangka
waktu tertentu dan merupakan hasil dari timbal balik antara masyarakat dan
lingkungannya.
2. Bentuk-bentuk kearifan lokal adalah suatu ciri yang membangun kearifan
a. Nilai adalah suatu perbuatan atau tindakan yang oleh masyarakat
dianggap baik. Nilai dalam setiap masyarakat tidak selalu sama, karena
nilai di masyarakat tertentu dianggap baik tapi dapat dianggap tidak baik
di masyarakat lain.
b. Norma adalah suatu standar-standar tingkah laku yang terdapat di dalam
suatu masyarakat.
c. Kepercayaan adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya.
d. Sanksi adalah suatu tindakan yang diberikan kepada seseorang yang
melanggar suatu peraturan.
e. Aturan-aturan khusus adalah aturan-aturan yang sengaja dibuat untuk
suatu kepentingan tertentu.
3. Implementasi kearifan lokal adalah suatu penerapan atau aplikasi bentuk
kearifan lokal yang dilakukan komunitas adat yang sesuai dengan aturan
adat yang memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan maupun nilai, dan sikap dari komunitas adat tersebut.
4. Faktor internal adalah faktor berasal dari dalam masyarakat yang akan
mempengaruhi perubahan bentuk kearifan lokal.
5. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar masyarakat yang akan
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya baik dalam penelitian biasa, skripsi, tesis ataupun jurnal dan
masih memiliki hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Dengan demikian,
maka adanya penelitian tersebut dapat mendasari pemikiran penulis dalam menyusun
skripsi. Adapun penelitiannya adalah sebagai berikut :
Lanjutan Tabel 2.2
Anggraeni (2014), dari hasil penelitian mengenai pembangunan kawasan
lingkungan yang terjadi karena penggunaan sumber daya alam untuk pembangunan
sehingga menyebabkan perubahan iklim, banjir dan kepadatan yang mulai dirasakan
warga. Kondisi sosial budaya juga terpengaruh secara langsung akibat adanya
interaksi antara masyarakat lokal dengan wisatawan terutama yang menginap di
homestay atau guest house, pengaruh yang dimaksud adalah dengan mulai
bergesernya budaya lokal seperti cara berpakaian dan perilaku terutama yang
mempengaruhi generasi muda di daerah tersebut.
Di samping itu, pembangunan pariwisata bisa memicu terjadinya kesenjangan
sosial karena berdarkan hasil penelitian diketahui bahwa pemilik modal yang bisa
ikut serta dalam meramaikan pembangunan pariwisata melalui pembukaan usaha
pariwisata. Namun beberapa warga masih mempertahankan mata pencaharian lama
mereka untuk beternak dan bertani walaupun desanya telah mengalami
perkembangan yang sangat cepat. Kenaikan harga tanah yang tidak lagi bisa diakses
warga lokal menjadikan sebagian tanah di sekitar lokasi wisata kini telah dimiliki
oleh warga luar yang bukan warga asli.
Kurniawan (2015), dalam penelitian di kecamatan bandungan, semarang
mengenai wisata di Umbul Sidomukti yang pertama perlu diperhatikan adalah
mengadakan variasi pada outbond-outbond yang telah menjadi daya tarik wisatawan
sehingga pengunjung memiliki keinginan untuk kembali lagi. Bermula dari
banyaknya pengunjung yang ingin menikmati fasilitas yang ditawarkan oleh tempat
wisata Umbul Sidomukti. Kedua. untuk pemerintah Kabupaten Semarang, untuk
menuju objek wisata, sehingga pengunjung mudah untuk sampai ke tempat tujuan.
Dan ketiga, penjual yang kurang aktif untuk menawarkan barang-barang
dagangannya kepada pengunjung yang datang ke tempat wisata Umbul Sidomukti.
Gunardi (2010), mengemukakan dalam penelitian di Kali Pasir Kota
Tanggerang, potensi yang ada di Kali Pasir besar dalam pengembangan wisata
budaya. Tetapi kedala yang dihadapi kondisi fisik kawasan (infrastruktur, komponen
pariwisata) yang kurang memadai untuk menjadi daerah wisata budaya ungulan Kota
Tangerang. Respon terkait pengembangan dan pemiliharaan bagunan-bangun sejarah
masih belum maksimal yang dilakukan pemerintah Kota Tangerang, untuk
mendukung terbentuknya kawasan wisata dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan
terkait pengembangan dan pemiliharaan bangunan.
Berdasarkan faktor-faktor yang dimiliki tersebut, penelitian yang dilakukan
oleh Wahid (2015), menemukan beberapa strategi pengembangan yang dapat
dilakukan oleh pemerintah, yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan promosi objek wisata, pemasaran atau promosi dan inovasi
kegiatan-kegiatan pariwisata penting untuk dilakukan karena hal tersebut
dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana serta infrastruktur yang menunjang
seperti pembangunan wahana permainan air, outbond, gardu pandang,
kereta wisata dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya sehingga menarik
3. Pemanfaatan potensi yang ada yang dimiliki oleh objek wisata dengan
inovasi baru untuk berkembang lebih baik dan menjalin kerjasama dengan
pihak swasta.
Wahid (2015) dengan hasil analisis SWOT menemukan strategi yang dapat
dilakukan yaitu :
1. Strategi SO (Strength-Opportunity), strategi yang menggunakan kekuatan
dan memanfaatkan peluang. Menciptakan objek-objek khusus wisata
islami dengan memanfaatkan kekayaan dan keindahan yang masih asri
tanpa menganggu objek wisata yang sudah berkembang dengan baik.
2. Strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi yang meminimalkan
kelemahan dan memanfaatkan peluang. Mendorong masuknya Investasi
terutama pada peningkatan pembangunan infrastruktur jalan untuk
mempermudah akses menuju objek wisata.
3. Strategi ST (Strength-Threats), strategi yang menggunakan kekuatan dan
mengatasi ancaman. Mempertahankan keragaman budaya lokal dengan
pengelolaan dan pengembangan yang mampu meningkatkan daya tarik
wisatawan. Hal tersebut dilakukan dengan menyelenggarakan berbagai
kegiatan yang menampilkan berbagai kebudayaan yang ada serta
menciptakan sekolah-sekolah atau lembaga khusus untuk menjaga
4. Strategi WT (Weakness-Threats), strategi yang meminimalkan kelemahan
kelemahan dan menghindari ancaman. Menata dan menjaga keragaman
Pariwisata Kota Cirebon
Potensi Pariwisata Kota Cirebon
Kebijakan Dinas
Pariwisata Kota Cirebon
Pariwisata Religi
Kekuatan Ancaman Keunggulan Peluang
Analisis SWOT
Rekomendasi Strategi Pengembangan Budaya dan Kearifan Lokal Kota
Gambar 2.1. Kerangka Pemikran
BAB. III
METODE PENELITIAN
A. Jenis PenelitianPenelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Bersifat deskriptif yaitu suatu
metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan atau
melukiskan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan
sistematis, faktual dan akurat (Iskandar, 2009). Penelitian deskriptif digunakan
bertujuan agar peneliti dapat menggambarkan dengan lebih baik sifat-sifat yang
diketahui keberadaannya serta relevan dengan variable-variabel yang diteliti.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kota Cirebon Provinsi Jawa Barat. Lokasi tersebut
dijadikan sebagai objek penelitian didasarkan atas berbagai hal pertimbangan,
salah satunya adalah bahwa Cirebon sedang digalakan untuk menjadi destinasi
wisata religi dan keluarga serta merupakan kawasan atau lokasi yang memiliki
kekayaan dan potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan sebagai destinasi
wisata religi dan wisata sejarah.
C. Jenis dan Sumber Data
Data merupakan gambaran dari suatu keadaan atau kondisi yang dikaitkan
dengan tempat dan waktu yang merupakan bahan untuk analisis dalam suatu
keadaan tertentu. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung,
Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat ataupun dinas-dinas lain yang masih
berhubungan dengan objek lokasi penelitian.
D. Metode Analisis Data
Analisis data pada dasarnya dalah proses kategori urutan data,
mengorganisasikan ke dalam suatu ppla, kategori dan satuan uraian dasar, yang
membedakannya dengan penafsiran yaitu :
Memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola
uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uarainnya. Dalam
penelitian ini, metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah sebagai
berikut :
1. Analisis Deskriptif.
Tujuan analisis deskriptif adalah untuk membiarkan pembaca
mengetahui apa yang terjadi pada program yang dilakukan dan
menjelaskan secara garis besar mengenai obyek penelitian. Dimana
datanya meliputi hasil dokumentasi, catatan observasi yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti, data resmi yang berupa dokumen atau
arsip, memorandum dalam proses pengumpulan data dan juga semua
pandangan yang diperoleh dari manapun serta dicatat. Penelitian
deskriftif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
variable mandiri, baik satu variable atau lebih tanpa membuat
bandingan atau menghubungkan dengan variable lainnya (Sugiyono
2. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang
(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
Matrik analisis SWOT menghasilkan empat set kemungkinan
alternatif strategi yang diperoleh dengan memanfaatkan analisis
terhadapkekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau tantangan
yang dimiliki.
Adapun yang dimaksud dengan kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut
a. Kekuatan (strength)
Kekuatan adalah sumberdaya, keterampilan atau
dari pasar suatu perusahaan atau industri. Kekuatan kawasan
pariwisata adalah sumberdaya alam, pengelolaan dan
keunggulan relatif industri pariwisata dari pasar dan pesaing
sejenis.
b. Kelemahan (weakness)
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan
sumberdaya alam, keterampilan dan kemampuan yang secara
serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan.
Kelemahan kawasan wisata adalah keterbatasan atau
kekurangan dalam sumberdaya alam, ketrampilan dan
kemampuan pengelolaan industri pariwisata.
c. Peluang (opportunity)
Peluang adalah situasi atau kecenderungan utama yang
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Peluang
kawasan wisata meliputi situasi atau kecenderungan utama
yang menguntungkan industri pariwisata dalam lingkungan
suatu kawasan pariwisata.
d. Ancaman (threats)
Ancaman adalah situasi atau kecenderungan utama
yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.
Sedangkan ancaman kawasan pariwisata adalah situasi atau
industri pariwisata dalam lingkungan suatu kawasan
pariwisata.
F. Definisi Konsep dan Operasional
Definisi konseptual adalah suatu usaha untuk menjelaskan pembatasan
pengertian antara konsep satu dengan konsep yang lain supaya tidak terjadi
kesalahpahaman. Berdasarkan penjelasan di atas ada beberapa penjelasan definisi
konseptual yang dapat diberikan antara lain :
1. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha dan pemerintah.
2. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
3. Strategi adalah sebuah pendekatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktifitas dalam waktu
tertentu untuk mencapai tujuan jangka panjang.
4. Wisata spiritual adalah kegiatan wisata pada umumnya yang di dukung
oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah yang memenuhi
ketentuan spiritual.
5. Pengembangan pariwisata adalah perkenalan nilai budaya bangsa dan
terpeliharanya kebudayaan bangsa, kelestarian, dan mutu lingkungan
hidup serta mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat setempat.
6. Kearifan lokal adalah suatu kebijaksanaan, gagasan-gagasan, ilmu
pengetahuan, keyakinan, pemahaman dan adat kebiasaan atau etika
masyarakat lokal yang dianggap baik untuk dilaksanakan, bersifat
tradisional, diwariskan, penuh kearifan dan berkembang dalam jangka
waktu tertentu dan merupakan hasil dari timbal balik antara
masyarakat dan lingkungannya.
7. Budaya adalah keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari