• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA KOTA CIREBON MENUJU DESTINASI UTAMA WISATA RELIGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA KOTA CIREBON MENUJU DESTINASI UTAMA WISATA RELIGI"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGY OF TOURISM DEVELOPMENT TOWARD

CIREBON CITY AS RELIGION TOURISM DESTINATION

Oleh

SHANDI M HASAN

20120430184

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

MENUJU DESTINASI UTAMA WISATA RELIGI

STRATEGY OF TOURISM DEVELOPMENT TOWARD

CIREBON CITY AS RELIGION TOURISM DESTINATION

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Dan

Studi Pembangunan

Oleh

SHANDI M HASAN

20120430184

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(3)

MENUJU DESTINASI UTAMA WISATA RELIGI

STRATEGY OF TOURISM DEVELOPMENT TOWARD

CIREBON CITY AS RELIGION TOURISM DESTINATION

Diajukan oleh

SHANDI M HASAN

20120430184

Telah disetujui Dosen Pembimbing

Pembimbing

Ahmad Ma’ruf, SE., M.Si., Tanggal, 31 Oktober 2016

(4)

STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA KOTA CIREBON

MENUJU DESTINASI UTAMA WISATA RELIGI

STRATEGY OF TOURISM DEVELOPMENT TOWARD

CIREBON CITY AS RELIGION TOURISM DESTINATION

Diajukan Oleh

SHANDI MUHAMMAD HASAN

20120430184

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan

Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tanggal 14 Desember 2016 Yang terdiri dari

Dr. Endah Saptutyningsih, M.Si. Ketua Tim Penguji

Drs. Agus Tri Basuki, M.Si., Anggota Tim Penguji

Ahmad Ma’ruf, SE,. M.Si. Anggota Tim Penguji

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(5)

Dengan ini saya,

Nama : Shandi M hasan

Nomor Mahasiswa : 20120430184

Program Studi : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP)

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA KOTA CIREBON MENUJU DESTINASI UTAMA WISATA RELIGI” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 31 Oktober 2016

(6)

“hanya kepada engkaulah kami menyembah dan hanya kepada engaulah kami mohon

pertolongan” dan “tunjukilah kami jalan yang lurus”

(Q.S AL-FATIHAH : AYAT 5-6)

“Orang yang paling bijaksana adalah yang mengetahui bahwa dia tidak tahu.

Hanya satu yang aku tahu, bahwa aku tidak tahu apa-apa”

(Socrates filsuf yunani kuno)

“Kecerdasan di dalam tubuh manusia bagaikan pangeran : sepanjang angota tubuh

berada dalam ketaatan, semua akan berjalan dengan baik, tetapi ketika mereka

memberontak, semua menjadi rusak”

(Jalaluddin Rumi)

“Laki-laki sejati ia yang meluangkan waktu untuk keluarganya”

(7)

rasa syukurku nikmati semua yang telah Engkau beri. Maha Suci Engkau Ya Allah,

karena dengan bimbingan dan kasih sayang serta keridhoan-Mu karya terbesar dalam

perjalanan hidupku akhirnya bisa selesai dengan baik. Ku persembahkan karya

sederhana dan bersejarah ini buat :

1. Ibunda tercinta Hj. Munirah dan Ayahanda H. Sargi yang tersayang.

2. Adik-adikku tersayang Julius Dara Ayu, Aditya Muniargi, Raden

Pamungkas dan seluruh keluarga besar saya.

3. Calon pasangan hidupku yang akan mendampingi hingga akhir hayat.

4. Saudaraku di Yogyakarta, Kasfy, Ishom, Sule, Aik, Sandra, Ayun,

Mega, Wahid, Ryan, Aran, Jeje, Harsono, Bayu, Rifky, Iman.

5. Sahabat dan teman-teman seperjuangan yang tidak bisa disebut satu

persatu yang selalu mendampingi disaat suka dan duka.

6. Lapak-lapak buku dan pelanggan yang sudah setia selama ini untuk

(8)

INTISARI

Kota Cirebon merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, yang peninggalan sejarah dan budayanya cukup terpelihara. Salah satu tempat wisata religi dan sejarah, setiap tahun pengunjungnya meningkat seiring dengan pengelolahannya baik dan didukung alam, kearifan lokal, adat istiadat dan budaya menjadikan potensi wisata di Kota Cirebon terus berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan keunggulan dan kelemahan perkembangan Wisata Religi di Kota Cirebon untuk menciptakan strategi pengembangan wisata religi dengan menggunakan pendekatan SWOT.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, keunggulan pengembangan wisata religi ialah sumber peninggalan sejarah dan kearifan budaya lokal, wisata murah, konektivitas mudah, wilayah jalan pantura, kemudahan promosi, sarana ibadah dan dukungan pemerintah. Kelemahannya, kurang memadai infrastruktur, rendahnya SDM, modal, keamanan dan pengelolahan setiap tempat wisata. Sehingga, prioritas pengembangan wisata religi dengan pendekatan SWOT ialah dengan meningkatkan infraktruktur, meningkatkan SDM, menjaring investasi, meningkatkan keamanan, memperluas jaringan promosi, meningkatkan image daerah. Terus dilakukan penelitian dan pengembangan berkelanjutan, meningkatkan penegelolahan wisata dan menjaga kelestarian budaya lokal. Dengan begitu potensi kunjungan setiap tahunnya sangat pesat.

(9)

increase every day, because it organized and supplemented by the nature, local wisdom and culture. It also increasing potential of tourism in the Cirebon city. Tha purpose of this reseach is to find of strenght and weakness development of religion tourism in the Cirebon city to create a development strategy religion tourism use SWOT method.

The result of this reseach conclude, the strength of development religion tourism are the source of archeological, lokal wisdom, cheap tourism, easy connectivity, region of oantura street, easy to promote, religioun facilities and goverment support. Mean while the weakness are the worse infrastructure, the low of human resource, financial capital, security and low of management in every tourism object. Continuously research, increase the tourism management and save the local culture. It is make the increasing of tourism visit.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala

limpahan anugerah, hidayah dan rahmat-Nya kepada kita semua. Sholawat serta

salam semoga selalu tercurahkan kepada sang revolusioner peradaban yaitu Nabi

besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya.

Seiring berjalannya waktu, segala usaha dan upaya yang maksimal telah penulis

lakukan demi terwujudnya skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Wisata

Kota Cirebon Menuju Destinasi Utama Wisata Religi” dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tidak

sendirian, namun banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi

sehingga dalam penyelesaian skripsi ini berjalan dengan lancar sesuai dengan yang

diharapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak lupa penulis dengan

kerendahan hati mengucapkan terimakasih kepada :

1. Terkhusus untuk kedua orang tua saya (Ibu dan Ayah) atas segala

kesabaran, kasih sayang, dukungan dan do’a yang selalu mengalir tanpa

henti di setiap waktunya untuk saya

2. Ahmad Ma’ruf SE., MS.i selaku dosen pembimbing yang dengan penuh

ketelitian dan kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan

(11)

perkuliahan.

4. Saudaraku di Yogyakarta, Kasfy, Ishom, Sule, Aik, Sandra, Ayun, Mega,

Wahid, Ryan, Aran, Jeje, Harsono, Bayu, Rifky, Iman, Evan, Keluarga

IMM FE dan .seluruh keluarga besar jurusan Ilmu Ekonomi UMY

angkatan 2012 yang tidak bisa disebut satu-persatu.

5. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan semangat dalam proses

penyelesaian tugas akhir (skripsi) ini.

Kepada mereka semua, penulis hanya mampu memberikan untaian rasa

terimakasih yang tulus dengan diiringi do’a semoga Allah SWT membalas setiap

langkah kebaikan yang kita lakukan.

Akhir kata dengan menyadari adanya keterbatasan dalam penulisan skripsi ini,

maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan segala bentuk kritik serta saran

yang bersifat membangun dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan pada

umumnya.

(12)

Penulis,

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

(13)

Masalah ... 7

C. ... Tujuan

Penelitian ... 7

D. ... Manfaat

Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. ... Landasan

Teori ... 9

1. ... Pariwisata

... 9

2. ... Strategi

... 22

3. ... Wisata

Religi ... 24

4. ... Teori

Kebudayaan ... 26

5. ... Kearifan

(14)

Terdahulu ... 32

C. ... Kerangka

Pemikiran ... 38

BAB III METODE PENELITIAN... 39

A. ... Jenis

Penelitian ... 39

B. ... Lokasi

Penelitian ... 39

C. ... Jenis dan

sumber Data ... 39

D. ... Metode

Analisis Data ... 40

E. ... Definisi

Konsep dan Operasional ... 43

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 45

A. ... Gambaran

Umum Lokasi ... 45

1. ... Geografis

(15)

Wilayah ... 46

4. ... Pertumbuha

n Ekonomi ... 47

5. ... Akomodasi

... 51

6. ... Ketenagake

rjaan ... 52

7. ... Agama

... 53

B. ... Dinas

Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata

Kota Cirebon ... 54

1. ... Program

Kerja ... 54

C. ... Gambaran

Pariwisata Kota Cirebon ... 56

1. ... Situs

(16)

... 57

3. ... Wisata

Kesenian ... 60

4. ... Wisata

Kerajinan ... 63

5. ... Wisata

Kuliner ... 67

BAB V HASIL DAN ANALISIS DATA ... 69

A. ... Analisis

Deskriptif ... 69

1. ... Faktor

Pendorong ... 69

2. ... Faktor

Penghambat ... 73

B. ... Analisis

SWOT ... 81

1. ... Analisis

Faktor Internal ... 81

2. ... Analisis

(17)

... 98

B. ... Saran

... 99

(18)

DAFTAR TABEL

1.1 ... Data

Pengunjung Wisata Kota Cirebon 2007-2015 ... 2

1.2 ... Rata-rata

Lma Tamu Menginap Kota Cirebon 2011-2014 ... 2

2.1 ... Komparasi

Pariwisata Konvensional dan Pariwisata Religi ... 25

2.2 ... Penelitian

Terdahulu ... 32

2.1 ... Matrik

SWOT ... 41

4.1 ... Luas

Daerah Kota Cirebon Menurut Kecamatan ... 47

4.2 ... Peranan

PDRB Menurut Lapanagn Usaha Tahun 2011-2015 (%) ... 50

4.3 ... Banyaknya

Fasilitas Kepariwisataan Kota Cirebon Tahun 2014 ... 51

4.4 ... Jumlah

Pencari Kerja yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan

(19)

4.6 ... Program

Kerja Disporabudpar Kota Cirebon ... 54

(20)

DAFTAR GAMBAR

2.3 ... Kerangka

(21)
(22)
(23)
(24)

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kota Cirebon adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat,

Indonesia. Kota ini berada dipesisir utara Jawa Barat dan termasuk ke dalam

wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

jalur Pantura yang menghubungkan Jakarta ke Cirebon, Cirebon ke Semarang

hingga Surabaya. Akses kereta api double track yang menghubungkan Cirebon

dengan berbagai kota di Pulau Jawa. Pembangunan bandara internasional Jawa

Barat yang akan selesai pada 2017. Bandara seluas 1.800 hektar dengan tiga

runway ditargetkan beroperasi mulai 2018 dan dapat didarati oleh pesawat

berbadan besar (bisnis.com).

Pemerintah menggagas pengembangan Pelabuhan Cirebon, diperluas dari

45 hektar menjadi 100 hektar dan secara bertahap menjadi 200 hektare. Letak

inilah yang menjadikan kota Cirebon sebagai salah satu tujuan wisata yang cukup

strategis. Terlebih disaat kota Bandung yang selalu menjadi tujuan wisata sudah

mulai padat dan macet, maka kota Cirebon berpotensi besar sebagai alternatif

pilihan destinasi wisata berikutnya di Jawa Barat (www.cnnindonesia.com).

Destinasi wisata adalah suatu tempat yang penting untuk dikunjungi

dengan batasan nyata atau jelas dan dalam waktu yang disignifikan (Pitana dalam

Eva, Ilhamsyah & Nurusholih, 2015). Bersumber dari data kunjungan wisatawan

Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata, Kota Cirebon mengalami

(25)

jumlah kunjungan mencapai 596.046. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar

55.101 dari tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 540.946 kunjungan, tahun

2015 mengalami kenaikan 15% dari tahun sebelumnya yang jumlahnya sebesar

686.121 orang, yang terdiri dari wisatawan domestk sebesar 671.330 orang dan

wisatawan mancanegara 14.788 orang.

Tabel.1.1

Data Pengunjung Wisata Kota Cirebon 2007-2015 Tahun Winus Wiman Jumlah Wisatawan

2007 428.010 1.673 429.683 Sumber: BPS Kota Cirebon, 2015.

Dari data tabel diatas menunjukan bahwa 2008 sampai 2011 mengeami

penurunan jumlah pengunjung dibanding tahun 2007 sebesar 429.683 orang.

Tercatat tahun 2012 wisatawan yang berkunjung ke Kota Cirebon mengalami

kenaikan sebesar 477.207 orang. Peningkatan yang drastis terjadi pada tahun 2014

wisatawan berkunjung di kota Cirebon yaitu 596.046 (cirebonkota.go.id).

Tabel. 1.2.

Rata-rata Lama Tamu Menginap Kota Cirebon Tahun 2011-2014 Tahun Rata-rata Lama tamu Menginap (hari)

Hotel Berbintang Hotel Tidak Berbintang Mancanegara Nusantara Mancanegara Nusantara

(26)

Data diatas memperlihatkan bahwa kontribusi pariwisata mempengaruhi

pendapatan daerah dengan menginapnya pengunjung di Kota Cirebon, tahun 2013

wisatawan macanegara menginap dengan presentase 8,68 di hotel tidak

berbintang. Untuk 2012 dihotel berbintang presentasenya paling tinggi di tahun

2011 dan 2013 yaitu 4,61. Pengaruh itu juga dirasakan oleh masyarakat cirebon

dari kunjungan yang dilakukan oleh wisatawan mancanegara maupun wisatawan

nusantara (cirebonkota.go.id).

Cirebon memiliki perpaduan beberapa budaya lainnya yang sinergi satu

sama lain. Akulturasi mempengaruhi bentuk budaya dan kesenian Cirebon, baik

dari aspek audio dan visual hingga secara spiritual dan filosofis. Terkait dengan

pengaruh Sunan Gunung Jati yang merupakan pimpinan spiritual tertinggi di

Cirebon, masyarakat Cirebon pada umumnya masih terikat pada hal-hal yang

berbau mistis.

Tempat wisata yang ada di Cirebon merupakan wisata sejarah dan

spiritual. Peningalan Kerajaan Cirebon sebelum dan sesududah masuknya Hindia

Belanda ke Cirebon. Wisata spiritual akan terasa bila berziarah ke makam,

contohnya : Komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati, Syekh Magelung Sakti,

Nyi Mas Gandasari dan Keraton Cirebon . Banyak peninggalan dari zaman itu

yang bisa dimanfaatkan untuk obyek wisata yang bernilai lebih daripada obyek

wisata konvesional yang hanya menawarkan hiburan semata.

Cirebon sebagai pertemuan kebudayaan Jawa Barat dan Jawa Tengah, pun

disisi lain pendaratan kebudayaan yang dibawa oleh bangsa lain seperti : Arab,

(27)

Cirebon mempunyai perpaduan yang unik atas budaya yang bercampur di

Cirebon, yang membuat Cirebon mempunyai kekhasan budaya, kesenian, kuliner

dan keagamaan (Amin, 2015).

Terbentuknya akulturasi budaya Cirebon yang menjadi ciri khas

masyarakatnya hingga dewasa ini lebih disebabkan oleh faktor geografis dan

historis. Dalam konteks ini, sebagai daerah pesisir, Cirebon sejak sebelum dan

sesudah masuknya pengaruh Islam merupakan pelabuhan yang penting di pesisir

utara Jawa. Dalam posisinya yang demikian, Cirebon menjadi sangat terbuka bagi

interaksi budaya yang luas dan dalam. Cirebon menjadi tempat bertemunya

berbagai suku, agama dan bahkan antarbangsa.

Beberapa dari benda cagar budaya tersebut berupa bangunan, baik

peninggalan dari masa-masa kerajaan seperti bangunan Keraton ataupun

peninggalan masa kolonial yang dahulu dibangun oleh pemerintah Belanda seperti

bangunan pendidikan, bangunan perkantoran, bangunan pemerintahan hingga

bangunan keagamaan yang sampai saat ini masih berdiri, bangunan-bangunan

peninggalan sejarah yang ada di Cirebon, Keraton merupakan bangunan yang

dapat menggambarkan kebudayaan Indonesia khususnya di Cirebon serta

pengaruh kebudayaan-kebudayaan asing yang masuk ke Cirebon. Menurut

Koentajaraningrat, dalam rangka sistem budaya dari setiap kebudayaan ada

serangkaian konsep-konsep yang abstrak dan luas ruang lingkupnya, yang hidup

dalam alam pikiran dari sebagain besar warga masyarakat mengenai apa yang

(28)

Kota Cirebon memiliki empat keraton yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton

Kanoman, Keraton Kacirebonan dan Keraton kaprabonan. Masing-masing keraton

tersebut memiliki sejarah yang saling terkait serta persamaan dan perbedaan fisik

antara satu dengan yang lainnya. Keraton Kasepuhan merupakan Keraton pertama

yang berdiri di Cirebon, Keraton Kasepuhan juga terkait langsung dengan sejarah

awal mulanya terbentuk kota Cirebon serta sejarah masuknya berbagai suku,

agama dan budaya di Cirebon. Perkembangan padepokan Pakungwati sehingga

menjadi Keraton Kasepuhan yang disebabkan akulturasi berbagai kebudayaan

yang kemudian bisa memberi pendidikan bagi generasi sekarang dan masa depan

lewat wisata sejarah dan religi, disamping itu memperkenalkan kearifan lokal

pada mancanegara akan kekayaan kebudayaan Indonesia khususnya di Cirebon

(Muhaimin, 2001). Oleh karena itu, manakala nilai-nilai tradisi yang ada pada

masyarakat hilang dari akar budaya lokal, maka masyarakat tersebut akan

kehilangan identitas dan jati dirinya, sekaligus kehilangan pula rasa kebanggaan

dan rasa memilikinya.

Dari historis itu maka masyarakat dan khususnya pemerintah daerah harus

mengelola sumber daya tersebut untuk kepentingan bersama. Pengembangannya

harus dipersiapkan dan dikelola dengan baik, harapan besar tersebut justru akan

menimbulkan berbagai permasalahan yang menyulitkan dan bahkan merugikan

masyarakat. Untuk menjamin supaya pariwisata dapat berkembang secara baik

dan berkelanjutan serta mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan

meminimalisasi dampak negatif yang mungkin timbul maka pengembangan

(29)

melakukan penelitian terhadap semua sumber daya pendukungnya serta strategi

apa yang harus dilakukan agar sesuai dengan sumber daya pendukung yang ada.

Dengan peningkatan dan perbaikan infrastruktur, memanfaatkan

objek-objek wisata yang masih asri menjadi tujuan baru wisata islami, memperluas

jaringan dan promosi ke daerah maupun luar negeri, mendorong investasi pada

sektor pariwisata dalam pengembangannya (Wahid, 2015).

Latar belakang menunjukan potensi wisata religi dan budaya yang sangat

besar dan menjanjikan bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi

masyararakat. Namun potensi yang besar tersebut tidak akan mampu memberikan

manfaat yang maksimal jika tidak dikelola dengan baik. Pengelolaan dengan baik

yang dimaksudkan adalah pengelolaan yang sesuai dengan kondisi dan nilai-nilai

yang ada serta dengan konsep dan strategi yang matang yang harus dilakukan oleh

pemerintah dan masyarakat setempat. Oleh karena itu, penulis bermaksud

mengangkat judul dalam sebuah penelitian yaitu “Strategi Pengembangan

(30)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dipaparkan di atas, maka beberapa

perumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor apa yang menjadi pendorong dan penghambat atau kendala

dalam pengembangan Wisata Religi di Kota Cirebon?

2. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah untuk

meningkatkan daya tarik wisata Religi di Kota Cirebon?

C. Tujuan Penelitian

1. Identifikasi faktor-faktor pendorong dan penghambat atau kendala

pengembangan wisata religi Kota Cirebon.

2. Menemukan strategi pengembangan wisata yang dapat dilakukan oleh

pemerintah daerah Kota Cirebon untuk menarik dan meningkatkan

(31)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menambah khazanah serta keragaman literatur

dan referensi pada perpustakaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

khususnya literatur dan referensi studi tentang pengembangan ataupun

pemanfaatan pariwisata. Sehingga, menjadi pembanding dari

penelitian-penelitian lain dan memberi sedikit solusi untuk penelitan berikutnya yang

masih relevan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan atau bahan

pertimbangan bagi pemerintah-pemerintah daerah khususnya pemerintah

daerah Kota Cirebon dalam menentukan arah kebijakan dan program kerja

yang tepat yaitu untuk pengembangan pariwisata daerah Kota Cirebon agar

mampu bersaing dengan daerah-daerah lain dan menjadi destinasi utama

pariwisata di Indonesia. Sehingga, membuat daya tarik yang lebih dengan

(32)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pariwisata

a. Definisi Pariwisata.

Sebagai antisipasi perkembangan dunia pariwisata yang telah mengglobal

sifatnya, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2009

tentang kepariwisataan yang terdiri atas tujuh belas bab dan tujuh puluh pasal yang

mengandung ketentuan meliputi delapan hal, yaitu :

1) Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan

rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik

wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

2) Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

3) Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

pemerintah dan pemerintah daerah.

4) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata

dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud

kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan,

(33)

5) Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,

budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan

kunjungan wisatawan.

6) Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata

adalah kawasan geografis yang berada dalamsatu atau lebih wilayah

administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,

fasilitas bpariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait

dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

7) Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan atau jasa

bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

8) Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang

melakukan kegiatan usaha pariwisata.

E. Guyer-Freuler dalam pendit (1999: 38) menjelaskan pengertian pariwisata

merupakan fenomena kebutuhan akan kesehatan dan pergantian suasana, penilaian

yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan khususnya

bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai

hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan, serta

penyempurnaan dari alat-alat pengangkutan.

Selain itu, para ahli juga banyak memberikan penjelasan dan pengertian

(34)

Hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari

seseorang atau menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan

kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan

ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain

seperti sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar

(Suwantoro dalam Kurniawan, 2015).

Spillane dalam Wahid (2015), Pariwisata adalah perlajanan dari satu tempat

ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan

lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.

Dalam World Tourism Organization (WTO) (Pitana dalam Wahid, 2015),

pariwisata adalah kegiatan seseorang yang bepergian atau tinggal di suatu tempat

di luar lingkungannya yang biasa dalam waktu tidak lebih dari satu tahun secara

terus menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan lainnya.

Menurut Yoeti dalam Anindita (2015), Pariwisata adalah suatu aktivitas

manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian

diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau diluar negeri, meliputi

pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan

yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia

memperoleh pekerjaan tetap.

(35)

1. Pariwisata adalah faktor penting untuk menggalang persatuan bangsa yang

rakyatnya memiliki daerah yang berbeda, dialek, adat istiadat dan cita rasa

yang beraneka ragam.

2. Pariwisata menjadi faktor penting dalam pengembangan ekonomi, karena

kegiatanya mendorong perkembangan beberapa sector ekonomi nasonal

misalnya :

a. Meningkatkan urbanisasi karena pertumbuhan terus pembangunan dan

pembaharuan fasilitas wisata, prasarana dan suprasarana pariwisata.

b. Menggugah industri-industri baru yang berkaitan dengan jasa-jasa wisata

lainya : transprortasi, akomodasi (hotel, motel, pondok, dll) yang

memerlukan perluasan industri seperti peralatan hotel dan kerajinan

tangan.

c. Menambah permintaan akan hasil-hasil pertanian karena bertambahnya

pemakaian.

d. Memperluas pasar barang-barang lokal.

f. Menunjang pendapatan Negara dengan valuta asing sehingga

mengurangi defisit di dalam neraca pembayaran dan dengan demikian

memajukan perekonomian nasional.

g. Memberi dampak positif pada tenaga kerja di Negara itu, karena

pariwisata memperluas lapangan kerja baru.

h. Membantu pembangunan daerah-daerah terpencil dalam suatu Negara

(36)

3. Pariwista internasional sangat berguna sebagai sarana. Untuk

meningkatatkan saling pengertian internasional dan sebagai penenang

dalam ketegangan-ketegangan politik.

4. Pariwisata juga berperan meningkatkan keshatan. Pergantian tepat dan

iklim serta menjauhkan diri dari segala kehiduan rutin sehari-hari, semua

ini akan menambah daya tahan dan sangat menurunkan ketegangan syaraf.

Kepariwisataan menggambarkan beberapa bentuk perjalanan untuk

memperoleh berbagai tujuan dan memuaskan berbagai macam keinginan.

Pariwisata sebagai suatu gejala yang terwujud dalam beberapa bentuk, antara lain

sebagai berikut :

1. Menurut jumlah orang yang bepergian :

a. Pariwisata Individu, yaitu hanya seorang atau satu keluarga yang

bepergian.

b. Pariwisata Rombongan, yaitu sekolompok orang yang biasanya

terikat oleh hubungan-hubungan tertentu kemudian melakukan

perjalanan bersama-sama.

2. Menurut maksud bepergian :

a. Pariwisata Rekreasi atau Pariwisata Santai, yaitu pariwisata dengan

maksud kepergian untuk memulihkan kemampuan fisik dan mental

setiap peserta wisata dan memberikan kesempatan rileks bagi mereka

(37)

b. Pariwisata Budaya, yaitu pariwisata yang bermaksud untuk memperkaya

informasi dan pengetahuan tentang negara lain dan untuk memuaskan

kebutuhan hiburan. Dalam hal ini termasuk pula kunjungan ke

pameran-pameran dan fair, perayaan-perayaan adat, tempat-tempat cagar alam,

cagar purbakala dan lain-lain.

c. Pariwisata Pulih Sehat, yaitu yang memuaskan kebutuhan perawatan

medis di daerah atau tempat lain dengan fasilitas penyembuhan.

Misalnya : sumber air panas, tempat-tempat kubangan lumpur yang

berkhasiat, perawatan dengan air mineral yang berkhasiat dan lain-lain.

Pariwisata ini memerlukan persyaratan tertentu antara lain kebersihan,

ketenangan, dan taraf hidup yang pantas.

d. Pariwisata Sport, yaitu pariwisata yang akan memuaskan hobi

orang-orang, seperti memancing, berburu binatang liar, menyelam ke dasar

laut, bermain ski, bertanding dan mendaki gunung.

e. Pariwisata Temu Wicara, yaitu pariwisata konvensi yang mencakup

pertemuan-pertemuan ilmiah, seprofesi dan bahkan politik. Pariwisata

sejenis ini memerlukan tersedianya fasilitas pertemuan di negara tujuan

dan faktor-faktor lain yang penting seperti letak yang strategis,

tersedianya transportasi yang mudah, iklim yang cerah dan sebagainya.

3. Menurut alat transportasi :

a. Pariwisata Darat

(38)

c. Pariwisata Dirgantara

4. Menurut letak geografis :

a. Pariwisata Domestik Nasional, yang menunjukkan arus wisata yang

dilakukan oleh warga dan penduduk asing yang bertugas di sana, yang

terbatas dalam suatu negara tertentu.

b. Pariwisata Regional, yaitu kepergian wisatawan terbatas pada beberapa

negara yang membentuk suatu kawasan pariwisata.

c. Pariwisata Internasional, yang meliputi gerak wisatawan dari suatu

negara ke negara lain di dunia ( Wahab, 1989).

Adapun menurut Pendit (Ilmu Pariwisata : sebuah pengntar perdana, 1999)

antara lain :

1. Wisata Budaya

Wisata budaya adalah perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan

untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan

kunjungan atau peninjauan ketempat lain, mempelajari keadaan rakyat dan

kebiasaan adat istiadat, budaya dan seni mereka

2. Wisata Konvensi

Wisata Konvensi adalah wisata yang menyediakan fasilitas bangunan

dengan ruangan-ruangan tempat bersidang bagi peserta konverensi, atau

(39)

3. Wisata Sosial

Wisata Sosial adalah perorganisasian suatu perjalanan murah serta

mudah untuk memberikan kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi

lemah untuk mengadakan perjalanan seperti misalnya kaum buruh, pemuda,

pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya.

4. Wisata Cagar Alam

Wisata Cagar Alam adalah wisata yang diselenggarakan agen atau biro

perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata

ketempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan

dan sebagainya yang pelestariaannya dilindungi oleh undang-undang.

5. Wisata Bulan Madu

Wisata Bulan Madu adalah suatu penyelenggaraan perjalanan bagi

pasangan-pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu, dengan

fasilitas-fasilitas khusus, tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan

kunjungan mereka

b. Pengembangan Pariwisata

Pengembangan pariwisata adalah suatu usaha untuk mengembangkan atau

memajukan objek wisata agar objek wisata tersebut lebih baik dan lebih menarik

ditinjau dari segi tempat maupun benda-benda yang ada di dalamnya untuk dapat

menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya.

Pengembangan pariwisata adalah agar lebih banyak wisatawan datang pada

(40)

di tempat wisata yang mereka kunjungi sehingga dapat menambah devisa untuk

negara bagi wisatawan asing, dan menambah pendapatan asli daerah untuk

wisatawan lokal. Disamping itu juga bertujuan untuk memperkenalkan dan

memelihara kebudayaan di kawasan pariwisata tersebut. Sehingga, keuntungan

dan manfaatnya juga bisa dirasakan oleh penduduk sekitar khususnya.

Pengembangan pariwisata sebagai suatu industri secara ideal harus

berlandaskan pada empat prinsip dasar, sebagaimana dikemukakan (Sobari dalam

Anindita, 2015), yaitu :

1. Kelangsungan ekologi, yaitu bahwa pengembangan pariwisata harus

menjamin terciptanya pemeliharaan dan proteksi terhadap sumberdaya

alam yang menjadi daya tarik pariwisata, seperti lingkungan laut, hutan,

pantai, danau, dan sungai.

2. Kelangsungan kehidupan sosial dan budaya, yaitu bahwa pengembangan

pariwisata harus mampu meningkatkan peran masyarakat dalam

pengawasan tata kehidupan melalui sistem nilai yang dianut masyarakat

setempat sebagai identitas masyarakat tersebut.

3. Kelangsungan ekonomi, yaitu bahwa pengembangan pariwisata harus dapat

menciptakan kesempatan kerja bagi semua pihak untuk terlibat dalam

aktivitas ekonomi melalui suatu sistem ekonomi yang sehat dan kompetitif.

4. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat

(41)

Dengan demikian, pengembangan pariwisata (yang berkelanjutan) perlu

didukung dengan perencanaan yang matang dan harus mencerminkan tiga dimensi

kepentingan, yaitu industri pariwisata, daya dukung lingkungan (sumber daya

alam), dan masyarakat setempat dengan sasaran untuk peningkatan kualitas hidup.

Oka (1997), berkembangnya pariwisata tergantung pada produksi industri

pariwisata yang meliputi daya tarik wisata, kemudahan perjalanan, sarana dan

fasilitas serta promosi. Negara yang sadar akan pengembangan pariwisata

berdasarkan Direktorat Jenderal Pariwisata biasa mempertimbangkan hal-hal

sebagai berikut :

1. Perencanaan pengembangan pariwisata harus menyeluruh sehingga seluruh

bagi pengembangan pariwisata di perhitungkan dengan memperhatikan

pula perhitungan untung rugi apabila dibandingkan dengan pembangunan

sektor lain.

2. Pengembangan pariwisata harus diintegrasikan ke dalam pola dan program

pembangunan semasa ekonomi, fisik dan sosial sesuatu negara.

3. Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa sehingga

membawakan kesejahteraan ekonomi yang tersebar luas dalam masyarakat.

4. Pengembangan pariwisata harus sadar lingkungan sehingga

pengembangannya mencerminkan ciri-ciri khas budaya dan lingkungan

alam sesuatu negara, bukannya justru merusak lingkungan alam dan

(42)

5. Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa sehingga

pertentangan sosial dapat dicegah seminimal mungkin dan dapat

menimbulkan perubahan-perubahan sosial yang positif.

6. Penentuan tata cara pelaksanaannya harus disusun sejelas-jelasnya

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang masak sesuai kemampuan.

7. Pencatatan (monitoring) secara terus-menrus mengenai pengaruh pariwisata

terhadap suatu masyarakat dan lingkungan sehingga merupakan bahan

yang baik untuk meluruskan kembali akibat perkembangan pariwisata yang

merugikan sehingga merupakan sarana pengendalian pengembangan yang

terarah.

Pengembangan potensi daya tarik atau atraksi wisata meliputi daya tarik alami

yang bersifat melekat (inherent) dengan keberadaan obyek wisata alam tersebut.

Selain daya tarik alami, suatu obyek wisata memiliki daya tarik buatan manusia

(man made attraction). Menurut Santoso dalam Kurniawan (2015) unsur-unsur

pengembangan pariwisata meliputi:

1. Atraksi

Atraksi atau daya tarik dapat timbul dari keadaan alam (keindahan

panorama, flora dan fauna, sifat khas perairan laut, danau), obyek buatan

manusia (museum, katedral, masjid kuno, makam kuno dan sebagainya),

ataupun unsur-unsur dan peristiwa budaya (kesenian, adat istiadat, makanan

(43)

2. Transportasi

Perkembangan transportasi berpengaruh atas arus wisatawan dan juga

perkembangan akomodasi. Di samping itu perkembangan teknologi

transportasi juga berpengaruh atas fleksibilitas arah perjalanan, Jika angkutan

dengan kereta api bersifat linier, tidak banyak cabang atau kelokannya,

dengan kendaraan mobil arah perjalanan dapat menjadi lebih bervariasi.

Demikian pula dengan angkutan pesawat terbang yang dapat melintasi

berbagai rintangan alam (waktu yang lebih singkat).

3. Akomodasi

Tempat menginap dapat dibedakan antara yang dibangun untuk keperluan

umum (hotel, motel, tempat pondokan, tempat berkemah waktu liburan) dan

yang diadakan khusus peorangan untuk menampung menginap keluarga,

kenalan atau anggota perkumpulan tertentu atau terbatas.

4. Fasilitas Pelayanan

Penyediaan fasilitas dan pelayanan makin berkembang dan bervariasi

sejalan dengan perkembangan arus wisatawan. Perkembangan pertokoan dan

jasa pelayanan pada tempat wisata dimulai dengan adanya pelayanan jasa

kebutuhan sehari-hari (penjual makanan, warung minum atau jajanan),

kemudian jasa-jasa perdagangan (pramuniaga, tukang-tukang atau jasa

pelayanan lain), selanjutnya jasa untuk kenyamanan dan kesenangan (toko

pakaian, toko perabot rumah tangga, dll), lalu jasa yang menyangkut

(44)

dan pada akhirnya perkembangan lebih lanjut menyangkut juga jasa penjualan

barang mewah.

5. Infrastruktur

Infrastruktur yang memadai diperlukan untuk mendukung jasa pelayanan

dan fasilitas pendukung. Pembangunan infrastruktur secara tidak langsung

juga memberi manfaat (dapat digunakan) bagi penduduk setempat disamping

mendukung pengembangan pariwisata. Hal ini menyangkut tidak saja

pembangunan infrastruktur transportasi (jalan, pelabuhan, jalan kereta api,

dll), tetapi juga penyediaan saluran air minum, penerangan listrik, dan juga

saluran pembuangan limbah.

Dalam GBHN 1999 disebutkan bahwa pengembangan pariwisata melalui

pendekatan sistem yang utuh dan terpadu bersifat interdisipliner dan partisipatoris

dengan menggunakan kriterisa ekonomis, teknis, agronomis, sosial budaya, hemat

energi, melestarikan alam dan tidak merusak lingkungan. Berdasarkan hal tersebut

maka pembangunan pariwisata memiliki tiga fungsi, yaitu :

1) Menggalakkan kegiatan ekonomi.

2) Memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

3) Memupuk rasa cinta tanah aor dan bangsa serta menanamkan jiwa,

semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam memperkokoh persatuan dan

kesatuan nasional. Sedangkan dalam UU No. 10 tahun 2009 pasal 6 dan 7,

(45)

budaya dan alam serta kebutuhan manusia untuk berpariwisata.

Pembangunan pariwisata meliputi :

a) Industri pariwisata

b) Destinasi pariwisata

c) Pemasaran

d) Kelembagaan kepariwisataan

2. Strategi.

Menurut Suwarsono dalam bukunya “Manajemen Strategik : konsep dan alat

analisis”, strategi adalah suatu alat untuk mencapai tujuan baik itu tujuan

organisasi atau perusahaan, maka strategi memiliki beberapa sifat antara lain :

a. Menyatu (unifed) : yaitu menyatukan seluruh bagian-bagian dalam

organisasi atau perusahaan.

b. Menyeluruh (comprehensive) : yaitu mencakup seluruh aspek dalam suatu

organisasi atau perusahaan.

c. Integral (integrated) : yaitu seluruh strategi akan cocok atau sesuai dari

seluruh tingkatan (corporate, business, and functional).

Menurut Rangkuti (2006) pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan

berdasarkan tipe-tipe strategi yaitu :

a. Strategi Manajemen

Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh

(46)

strategi pengembangan produk, strategi penetapan harga, strategi akuisisi,

strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan, dan sebagainya.

b. Strategi Investasi

Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi.

Misalnya apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang

agresif atau perusahaan melakukan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi

pembangunan kembali suatu visi baru atau strategi divestasi, dan sebagainya.

c. Strategi Bisnis

Strategi bisnis ini sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional

karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen,

misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi

distribusi, strategi organisasi dan strategi yang berhubungan dengan

keuangan.

Perumusan Bryson (dalam Wahid, 2015) suatu strategi yang efektif itu harus

memenuhi beberapa kriteria, yaitu :

a) Strategi secara teknis harus dapat dijalankan.

b) Strategi secara politis harus dapat diterima oleh para key stakeholder.

c) Strategi harus sesuai dengan filosofi dari nilai-nilai organisasi.

d) Strategi harus sesuai dengan isu strategis yang hendak dipecahkan.

Promosi mempunyai beberapa tujuan dalam menyampaikan informasi dan

(47)

cara mengajak orang untuk mencoba atau membeli suatu produk. 2) promosi dapat

menginformasikan kepada konsumen yang tidak tahu mengenai brand tersebut

menjadi mengenalnya, lalu mencoba dan mengajak mereka untuk membeli

kembali. 3) promosi dapat mendorong produk melalui saluran distribusi dan

menciptakan citra yang positif dikalangan para pembeli dan penjual. 4) promosi

dapat membangun brand dan memperkuat citra dan pesan iklan yang dibutuhkan.

5) promosi tidak dapat menciptakan brand suatu produk, mengubah sikap negatif

produk, mengatasi masalah produk atau mereposisi brand.

3. Wisata Religi

Gazalba dalam (Nurlaila, dkk), religi adalah kepercayaan pada dan hubungan

manusia dengan Yang Kudus, dihayati sebagai hakikat yang gaib, hubungan yang

menyatakan diri dalam bentuk serta sistem kultus dan sikap hidup berdasarkan

doktrin tertentu.

Wisata Religi adalah jenis produk wisata yang berkaitan erat dengan religi

atau keagamaan yang dianut oleh manusia.Wisata religi dimaknai sebagai kegiatan

wisata ke tempat yang memiliki makna khusus bagi umat beragama, biasanya

berupa tempat ibadah, makam ulama atau situs-situs kuno yang memiliki

kelebihan. Misalnya, dilihat dari sisi sejarah, mitos dan legenda atau budaya.

Menurut Pendit (dalam buku Ilmu Pariwisata: sebuah pengantar perdana)

menyatakan bahwa wisata ziarah atau religi adalah sebagai jenis wisata yang

sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan

(48)

oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang

besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap

keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh

legenda.

Secara singkat, Riayanto (2012) melakukan komparasi antara pariwisata

konvensional dan pariwisata religi yang tersaji dalam tabel berikut:

Table 2.1

Komparasi Pariwisata Konvensional dan Pariwisata Religi No Item

perbandingan

Konvensional Religi

1 Obyek Alam, budaya, heritage dan kuliner. Tempat ibadah, Peninggalan sejarah.

2 Tujuan Menghibur. Meningkatkan spiritual.

3 Target Semata-mata hanya untuk hiburan (memuaskan nafsu kesenangan dan

Sekeder pelengkap. Termasuk dalam

perjalanan

(biasanya demi target wisata bisa dirasakan maksimal oleh

wisatawan).

Komplementer, demi mengejar keuntungan.

(49)

4. Teori kebudayaan

Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

menjanjikan milik manusia yang diperoleh dengan cara belajar. Koenrjaraningrat :

1994, menyatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan

milik dari manusia dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh

tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan

dengan belajar yakni hanya beberapa tindakan naluri, refleksi, beberapa tindakan

manusia yang merupakan kemampuan naluri yang terbawa kedalam gen bersama

kelahirnya. Disebutkan ada beberapa unsur-unsur kebudayaan yang dapat

ditemukan pada semua bangsa, isi pokok dari tiap kebudayaan didunia adalah :

Sistem religi, Sistem kekerabatan, Sistem mata pencaharian, Sistem teknologi,

Bahasa, Kesenian dan Sistem pengetahuan.

Kluckhohm dalam Mudji & Hendra 2015, juga menyatakn bahwa kebudayaan

merupakan tindakan hidup yang tercipta dalam sejarah yang explisit, implisit,

rasional, irasional yang terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman yang

(50)

Menurut Kroeber dan Kluckhohm dalam Mudji & Hendra ada beberapa

pemahaman pokok mengenai budaya yaitu :

a. Definisi deskriptif yaitu cenderung melihat budaya sebagai totalitas

komperhensif yang menyususn keseluruhan hidup social sekaligus

menunjukan sejumlah ranah (bidang kajian) yang membentuk budaya.

b. Definsi historis yaitu senderung melihat budaya sebagai warisan yang

dialih-turunkan dari generasi satu ke generasi berikutnya.

c. Definisi normative yaitu bisa mengambil dua bentuk. Pertama, budaya

adalah aturan atau jalan hidup yang membentuk pola-pola perilaku dan

tindakan yang konkret. Kedua, menekankan gugus nilai tanpa mengacu

pada perilaku.

d. Definisi psikologis yaitu cenderung melihat tekanan pada peranan budaya

sebagai piranti pemecahan masalah yang membuat orang bisa

berkomunikasi, belajar atau memenuhi kebutuhan matrial maupun

emosionalnya.

e. Definisi struktural yaitu menunjuk pada hubungan atau keterkaitan antara

aspek-aspek yang terpisah dari budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa

budaya adalah abstraksi yang berbeda dari perilaku konkret.

f. Definisi genetis yaitu definisi budaya yang melihat asal-usul bagaimana

budaya itu bisa eksis ataua tetap bertahan. Definisi ini cenderung melihat

budaya lahir dari interaksi antara manusia dan tetap bisa bertahan karena

(51)

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan itu mempunyai beberapa wujud

anataranya , yaitu :

a. Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks ide-ide, gagasan, nilai,

norma-norma peraturan dan sebagainya. Wujud kebudayaan ini sifatnya

abstrak, berada dalam alam pikiran warga masyarakat, memberi jiwa

kepada masyarakat itu. Wujud pertama ini bisa juga dikatakan sebagai

sistem budaya atau cultural system. Istilah lain adalah adat atau istiadat.

b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan

berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud kedua ini biasa disebut

sebagai sistem sosial atau social system. Sistem sosial ini terdiri dari

aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu

dengan yang lain dari waktu ke waktu menurut pola tertentu yang

berdasarkan adat tata kelakuan. Sistem sosial ini bersifat kongkrit.

c. Wujud kebudayaan yang ketiga adalah kebudayaan fisik yang berupa

seluruh total dari hasil fisik, dari aktivitas perbuatan dan karya semua

manusia dalam masyarakat, maka sifatnya paling kongkrit karena berupa

benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba atau dilihat.

Masing-masing unsur kebudayaan universal sudah tentu juga menjelma ke

dalam ketiga wujud kebudayaan yang sudah saya uraikan di atas, yaitu wujudnya

berupa sistem budaya, yang berupa sistema sosial dan yang berupa wujud

kebudayaan fisik. Sistem religi misalnya, mempunyai wujudnya sebagai sistem

(52)

tetapi mempunyai juga wujudnya yang berupa upacara-upacara, ritual, ibadah, dan

selain itu setiap sistem religi juga mempunyai wujud sebagai benda suci dan benda

religius.

5. Kearifan Lokal

Konsep kearifan lokal menurut Mitchell, et al. dalam Aulia & Dharmawan

(2010) berakar dari sistem pengetahuan dan pengelolaan lokal atau tradisional.

Arafah dalam Aulia & Dharmawan (2010), pada dasarnya kearifan lokal atau

kearifan tradisional dapat didefinisikan sebagai pengetahuan kebudayaan yang

dimiliki oleh suatu masyarakat tertentu yang mencakup sejumlah pengetahuan

kebudayaan yang berkenaan dengan model-model pengelolaan dan pemanfaatan

sumberdaya alam secara lestari. Kearifan tersebut berisikan gambaran tentang

anggapan masyarakat yang bersangkutan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

struktur lingkungan, fungsi lingkungan, reaksi alam terhadap tindakan-tindakan

manusia, dan hubungan-hubungan yang sebaiknya tercipta antara manusia

(masyarakat) dan lingkungan alamnya.

Ridwan dalam Aulia & Dharmawan(2010) mengemukakan bahwa kearifan

lokal dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya

(kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek atau peristiwa yang

terjadi dalam ruang tertentu. Pengertian tersebut disusun secara etimologi, dimana

kearifan dipahami sebagai kemampuan seseorang dengan menggunakan akal

(53)

objek atau peristiwa yang terjadi. Sebagai sebuah istilah wisdom kemudian

diartikan sebagai kearifan atau kebijaksanaan.

Sartini dalam Aulia & Dharmawan (2010), menjelaskan bahwa bentuk-bentuk

kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa : nilai, norma,

kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Bentuk yang bermacam-macam ini

mengakibatkan fungsi kearifan lokal menjadi bermacam-macam pula. Fungsi

tersebut antara lain adalah:

1. Kearifan lokal berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumberdaya

alam.

2. Kearifan lokal berfungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia.

3. Berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.

a. Definisi Konseptual

1. Kearifan lokal adalah suatu kebijaksanaan, gagasan-gagasan, ilmu

pengetahuan, keyakinan, pemahaman dan adat kebiasaan atau etika

masyarakat lokal yang dianggap baik untuk dilaksanakan, bersifat

tradisional, diwariskan, penuh kearifan dan berkembang dalam jangka

waktu tertentu dan merupakan hasil dari timbal balik antara masyarakat dan

lingkungannya.

2. Bentuk-bentuk kearifan lokal adalah suatu ciri yang membangun kearifan

(54)

a. Nilai adalah suatu perbuatan atau tindakan yang oleh masyarakat

dianggap baik. Nilai dalam setiap masyarakat tidak selalu sama, karena

nilai di masyarakat tertentu dianggap baik tapi dapat dianggap tidak baik

di masyarakat lain.

b. Norma adalah suatu standar-standar tingkah laku yang terdapat di dalam

suatu masyarakat.

c. Kepercayaan adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya.

d. Sanksi adalah suatu tindakan yang diberikan kepada seseorang yang

melanggar suatu peraturan.

e. Aturan-aturan khusus adalah aturan-aturan yang sengaja dibuat untuk

suatu kepentingan tertentu.

3. Implementasi kearifan lokal adalah suatu penerapan atau aplikasi bentuk

kearifan lokal yang dilakukan komunitas adat yang sesuai dengan aturan

adat yang memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,

keterampilan maupun nilai, dan sikap dari komunitas adat tersebut.

4. Faktor internal adalah faktor berasal dari dalam masyarakat yang akan

mempengaruhi perubahan bentuk kearifan lokal.

5. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar masyarakat yang akan

(55)

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya baik dalam penelitian biasa, skripsi, tesis ataupun jurnal dan

masih memiliki hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Dengan demikian,

maka adanya penelitian tersebut dapat mendasari pemikiran penulis dalam menyusun

skripsi. Adapun penelitiannya adalah sebagai berikut :

(56)

Lanjutan Tabel 2.2

Anggraeni (2014), dari hasil penelitian mengenai pembangunan kawasan

(57)

lingkungan yang terjadi karena penggunaan sumber daya alam untuk pembangunan

sehingga menyebabkan perubahan iklim, banjir dan kepadatan yang mulai dirasakan

warga. Kondisi sosial budaya juga terpengaruh secara langsung akibat adanya

interaksi antara masyarakat lokal dengan wisatawan terutama yang menginap di

homestay atau guest house, pengaruh yang dimaksud adalah dengan mulai

bergesernya budaya lokal seperti cara berpakaian dan perilaku terutama yang

mempengaruhi generasi muda di daerah tersebut.

Di samping itu, pembangunan pariwisata bisa memicu terjadinya kesenjangan

sosial karena berdarkan hasil penelitian diketahui bahwa pemilik modal yang bisa

ikut serta dalam meramaikan pembangunan pariwisata melalui pembukaan usaha

pariwisata. Namun beberapa warga masih mempertahankan mata pencaharian lama

mereka untuk beternak dan bertani walaupun desanya telah mengalami

perkembangan yang sangat cepat. Kenaikan harga tanah yang tidak lagi bisa diakses

warga lokal menjadikan sebagian tanah di sekitar lokasi wisata kini telah dimiliki

oleh warga luar yang bukan warga asli.

Kurniawan (2015), dalam penelitian di kecamatan bandungan, semarang

mengenai wisata di Umbul Sidomukti yang pertama perlu diperhatikan adalah

mengadakan variasi pada outbond-outbond yang telah menjadi daya tarik wisatawan

sehingga pengunjung memiliki keinginan untuk kembali lagi. Bermula dari

banyaknya pengunjung yang ingin menikmati fasilitas yang ditawarkan oleh tempat

wisata Umbul Sidomukti. Kedua. untuk pemerintah Kabupaten Semarang, untuk

(58)

menuju objek wisata, sehingga pengunjung mudah untuk sampai ke tempat tujuan.

Dan ketiga, penjual yang kurang aktif untuk menawarkan barang-barang

dagangannya kepada pengunjung yang datang ke tempat wisata Umbul Sidomukti.

Gunardi (2010), mengemukakan dalam penelitian di Kali Pasir Kota

Tanggerang, potensi yang ada di Kali Pasir besar dalam pengembangan wisata

budaya. Tetapi kedala yang dihadapi kondisi fisik kawasan (infrastruktur, komponen

pariwisata) yang kurang memadai untuk menjadi daerah wisata budaya ungulan Kota

Tangerang. Respon terkait pengembangan dan pemiliharaan bagunan-bangun sejarah

masih belum maksimal yang dilakukan pemerintah Kota Tangerang, untuk

mendukung terbentuknya kawasan wisata dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan

terkait pengembangan dan pemiliharaan bangunan.

Berdasarkan faktor-faktor yang dimiliki tersebut, penelitian yang dilakukan

oleh Wahid (2015), menemukan beberapa strategi pengembangan yang dapat

dilakukan oleh pemerintah, yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatkan promosi objek wisata, pemasaran atau promosi dan inovasi

kegiatan-kegiatan pariwisata penting untuk dilakukan karena hal tersebut

dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung.

2. Meningkatkan sarana dan prasarana serta infrastruktur yang menunjang

seperti pembangunan wahana permainan air, outbond, gardu pandang,

kereta wisata dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya sehingga menarik

(59)

3. Pemanfaatan potensi yang ada yang dimiliki oleh objek wisata dengan

inovasi baru untuk berkembang lebih baik dan menjalin kerjasama dengan

pihak swasta.

Wahid (2015) dengan hasil analisis SWOT menemukan strategi yang dapat

dilakukan yaitu :

1. Strategi SO (Strength-Opportunity), strategi yang menggunakan kekuatan

dan memanfaatkan peluang. Menciptakan objek-objek khusus wisata

islami dengan memanfaatkan kekayaan dan keindahan yang masih asri

tanpa menganggu objek wisata yang sudah berkembang dengan baik.

2. Strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi yang meminimalkan

kelemahan dan memanfaatkan peluang. Mendorong masuknya Investasi

terutama pada peningkatan pembangunan infrastruktur jalan untuk

mempermudah akses menuju objek wisata.

3. Strategi ST (Strength-Threats), strategi yang menggunakan kekuatan dan

mengatasi ancaman. Mempertahankan keragaman budaya lokal dengan

pengelolaan dan pengembangan yang mampu meningkatkan daya tarik

wisatawan. Hal tersebut dilakukan dengan menyelenggarakan berbagai

kegiatan yang menampilkan berbagai kebudayaan yang ada serta

menciptakan sekolah-sekolah atau lembaga khusus untuk menjaga

(60)

4. Strategi WT (Weakness-Threats), strategi yang meminimalkan kelemahan

kelemahan dan menghindari ancaman. Menata dan menjaga keragaman

(61)

Pariwisata Kota Cirebon

Potensi Pariwisata Kota Cirebon

Kebijakan Dinas

Pariwisata Kota Cirebon

Pariwisata Religi

Kekuatan Ancaman Keunggulan Peluang

Analisis SWOT

Rekomendasi Strategi Pengembangan Budaya dan Kearifan Lokal Kota

Gambar 2.1. Kerangka Pemikran

(62)

BAB. III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Bersifat deskriptif yaitu suatu

metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan atau

melukiskan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan

sistematis, faktual dan akurat (Iskandar, 2009). Penelitian deskriptif digunakan

bertujuan agar peneliti dapat menggambarkan dengan lebih baik sifat-sifat yang

diketahui keberadaannya serta relevan dengan variable-variabel yang diteliti.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kota Cirebon Provinsi Jawa Barat. Lokasi tersebut

dijadikan sebagai objek penelitian didasarkan atas berbagai hal pertimbangan,

salah satunya adalah bahwa Cirebon sedang digalakan untuk menjadi destinasi

wisata religi dan keluarga serta merupakan kawasan atau lokasi yang memiliki

kekayaan dan potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan sebagai destinasi

wisata religi dan wisata sejarah.

C. Jenis dan Sumber Data

Data merupakan gambaran dari suatu keadaan atau kondisi yang dikaitkan

dengan tempat dan waktu yang merupakan bahan untuk analisis dalam suatu

keadaan tertentu. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung,

(63)

Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat ataupun dinas-dinas lain yang masih

berhubungan dengan objek lokasi penelitian.

D. Metode Analisis Data

Analisis data pada dasarnya dalah proses kategori urutan data,

mengorganisasikan ke dalam suatu ppla, kategori dan satuan uraian dasar, yang

membedakannya dengan penafsiran yaitu :

Memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola

uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uarainnya. Dalam

penelitian ini, metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah sebagai

berikut :

1. Analisis Deskriptif.

Tujuan analisis deskriptif adalah untuk membiarkan pembaca

mengetahui apa yang terjadi pada program yang dilakukan dan

menjelaskan secara garis besar mengenai obyek penelitian. Dimana

datanya meliputi hasil dokumentasi, catatan observasi yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti, data resmi yang berupa dokumen atau

arsip, memorandum dalam proses pengumpulan data dan juga semua

pandangan yang diperoleh dari manapun serta dicatat. Penelitian

deskriftif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai

variable mandiri, baik satu variable atau lebih tanpa membuat

bandingan atau menghubungkan dengan variable lainnya (Sugiyono

(64)

2. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang

(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).

Matrik analisis SWOT menghasilkan empat set kemungkinan

alternatif strategi yang diperoleh dengan memanfaatkan analisis

terhadapkekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau tantangan

yang dimiliki.

Adapun yang dimaksud dengan kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut

a. Kekuatan (strength)

Kekuatan adalah sumberdaya, keterampilan atau

(65)

dari pasar suatu perusahaan atau industri. Kekuatan kawasan

pariwisata adalah sumberdaya alam, pengelolaan dan

keunggulan relatif industri pariwisata dari pasar dan pesaing

sejenis.

b. Kelemahan (weakness)

Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan

sumberdaya alam, keterampilan dan kemampuan yang secara

serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan.

Kelemahan kawasan wisata adalah keterbatasan atau

kekurangan dalam sumberdaya alam, ketrampilan dan

kemampuan pengelolaan industri pariwisata.

c. Peluang (opportunity)

Peluang adalah situasi atau kecenderungan utama yang

menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Peluang

kawasan wisata meliputi situasi atau kecenderungan utama

yang menguntungkan industri pariwisata dalam lingkungan

suatu kawasan pariwisata.

d. Ancaman (threats)

Ancaman adalah situasi atau kecenderungan utama

yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.

Sedangkan ancaman kawasan pariwisata adalah situasi atau

(66)

industri pariwisata dalam lingkungan suatu kawasan

pariwisata.

F. Definisi Konsep dan Operasional

Definisi konseptual adalah suatu usaha untuk menjelaskan pembatasan

pengertian antara konsep satu dengan konsep yang lain supaya tidak terjadi

kesalahpahaman. Berdasarkan penjelasan di atas ada beberapa penjelasan definisi

konseptual yang dapat diberikan antara lain :

1. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

penyelenggaraan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta

layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha dan pemerintah.

2. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan

rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik

wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

3. Strategi adalah sebuah pendekatan yang berkaitan dengan pelaksanaan

gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktifitas dalam waktu

tertentu untuk mencapai tujuan jangka panjang.

4. Wisata spiritual adalah kegiatan wisata pada umumnya yang di dukung

oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah yang memenuhi

ketentuan spiritual.

5. Pengembangan pariwisata adalah perkenalan nilai budaya bangsa dan

(67)

terpeliharanya kebudayaan bangsa, kelestarian, dan mutu lingkungan

hidup serta mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup

masyarakat setempat.

6. Kearifan lokal adalah suatu kebijaksanaan, gagasan-gagasan, ilmu

pengetahuan, keyakinan, pemahaman dan adat kebiasaan atau etika

masyarakat lokal yang dianggap baik untuk dilaksanakan, bersifat

tradisional, diwariskan, penuh kearifan dan berkembang dalam jangka

waktu tertentu dan merupakan hasil dari timbal balik antara

masyarakat dan lingkungannya.

7. Budaya adalah keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya

manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari

Gambar

Tabel.1.1
Table 2.1 Komparasi Pariwisata Konvensional dan Pariwisata Religi
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kearifan lokal merupakan warisan nenek moyang kita dalam tata nilai kehidupan yang menyatu dalam bentuk religi, budaya dan adat istiadat. Dalam perkembangannya masyarakat

yang melimpah, Indonesia tidak akan sulit untuk mencari dan mendirikan objek wisata, hal ini telah didukung oleh lingkungan geografis Indonesia. Melihat kondisi itu justru

dilakukan adalah aspek pengembangan wisata yang dapat dilakukan melalui pengembangan produk wisata religi Sunan Drajat dan strategi pendukung untuk mengembangakan wisata

karamah (keramat). Pengembangan makam ini menyangkut pengembangan wisata religi, yang implementasinya melalui program dzikir dan tahlil. Sebagai tokoh pahlawan dimasa

Obyek wisata budaya Desa Pasir Eurih terlihat dari kehidapan masyarakat desa yang masih menjunjung tinggi adat istiadat budaya Sunda. Seni budaya adat Sunda yang masih ada

Kearifan lokal merupakan warisan nenek moyang kita dalam tata nilai kehidupan yang menyatu dalam bentuk religi, budaya dan adat istiadat. Dalam perkembangannya masyarakat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 Potensi kearifan lokal yang dapat dikemas dan dikembangkan sebagai daya tarik wisata di Desa Wisata Pagerharjo adalah guyup rukun dan gotong

Berdasarkan analisis peneliti bahwa tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat dilingkungan wisata religi makam Kyai Ageng Muhammad Besari sudah sesuai dengan teori kesejahteraan ekonomi