• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN KAMPUNG WISATA EKOLOGIS (KWE) “PUSPA JAGAD” SEBAGAI DESTINASI EKOWISATA DI DESA SEMEN KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN BLITAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN KAMPUNG WISATA EKOLOGIS (KWE) “PUSPA JAGAD” SEBAGAI DESTINASI EKOWISATA DI DESA SEMEN KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN BLITAR"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN KAMPUNG WISATA EKOLOGIS (KWE) “PUSPA JAGAD” SEBAGAI DESTINASI EKOWISATA DI DESA SEMEN

KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN BLITAR

THE DEVELOPMENT STRATEGY OF KAMPUNG WISATA EKOLOGIS (KWE) “PUSPA JAGAD” AS ECO-TOURISM DESTINATION IN THE

VILLAGE OF SEMEN, GANDUSARI DISTRICT OF BLITAR

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

AJENG AYU SAWINDRI 20130430149

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN KAMPUNG WISATA EKOLOGIS (KWE) “PUSPA JAGAD” SEBAGAI DESTINASI EKOWISATA DI DESA SEMEN

KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN BLITAR

THE DEVELOPMENT STRATEGY OF KAMPUNG WISATA EKOLOGIS (KWE) “PUSPA JAGAD” AS ECO-TOURISM DESTINATION IN THE

VILLAGE OF SEMEN, GANDUSARI DISTRICT OF BLITAR

Diajukan oleh

AJENG AYU SAWINDRI 20130430149

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

Drs. Hudiyanto Tanggal, 02 Desember 2016

(3)

SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN KAMPUNG WISATA EKOLOGIS (KWE) “PUSPA JAGAD” SEBAGAI DESTINASI EKOWISATA DI DESA SEMEN

KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN BLITAR

THE DEVELOPMENT STRATEGY OF KAMPUNG WISATA EKOLOGIS (KWE) “PUSPA JAGAD” AS ECO-TOURISM DESTINATION IN THE

VILLAGE OF SEMEN, GANDUSARI DISTRICT OF BLITAR

Diajukan oleh

AJENG AYU SAWINDRI 20130430149

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan

Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanggal 23 Desember 2016

Yang terdiri dari

Lilies Setiyartiti, Dr., M.Si. Ketua Tim Penguji

Agus Tri Basuki, SE., M.Si_ Hudiyanto, Drs.

Anggota Tim Penguji 1 Anggota Tim Penguji 2

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(4)

PERNYATAAN Dengan ini saya,

Nama : Ajeng Ayu Sawindri Nomor Mahasiswa : 20130430149

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA EKOLOGIS (KWE) “PUSPA JAGAD” SEBAGAI DESTINASI EKOWISATA DI DESA SEMEN KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN BLITAR” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 24 November 2016

(5)

Motto

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan),

tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah,5-8)

(6)

Persembahan

Dengan mengucapkan Bissmillahirrahmanirrahim, skripsi ini saya persembahkan untuk:

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

“Unggul dan Islami”, tagline mu yang mampu menginspirasiku untuk dapat menjadi manusia yang lebih baik di mata sesama dan Allah SWT

Pengelola KWE “Puspa Jagad”

Atas semangat, kesabaran, serta ketulusan Anda memperjuangkan, mengembangkan, dan megelola kawasan ekowisata demi kemakmuran masyarakat setempat.

Ibu dan Bapak

Tiada kata yang mampu kuucapkan selain Terima Kasih atas segalanya. Kasih sayang, doa, dan ketulusan yang tak mungkin dapat tergantikan dengan apapun di dunia ini.

You’re my everything

Keluargaku Anang, Ika, dan Sheirel

Atas semangat serta dukungan untuk selalu menomorsatukan pendidikan yang selalu kalian berikan kepadaku.

Sahabatku Becky, Pipit, dan Fahmi

Atas kesediaan kalian berada di sampingku sebagai sahabat-sahabat terbaikku. Penghuni Kos GS

Wina, Gunawan, dan Itoh yang selalu siap menjadi penghibur. Cepet nyusul woey.. Kekasihku Alpin Khoirul Ahsan

(7)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, serta

ancaman yang dimiliki KWE “Puspa Jagad” serta menciptakan strategi terbaik dalam usaha pengembangan KWE “Puspa Jagad” sebagai destinasi ekowisata di Desa Semen

Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar. Adapun pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan deskriptif dengan mengumpulkan data berupa data primer dan sekunder (data pedukung). Tekhnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan Focus Group Discussion. Sedangkan alat analisis yang digunakan yaitu analisis SWOT. Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengumpulkan

semua informasi mengenai faktor internal dan eksternal KWE “Puspa Jagad” dengan

tekhnik observasi, wawancara, dan FGD. Kedua, memberikan skor pada masing-masing faktor internal dan eksternal dalam bentuk matrik IFAS dan EFAS berdasarkan pada skor FGD. Ketiga, membandingkan skor internal dan eksternal yang diperoleh dari matriks IFAS dan EFAS dalam bentuk diagram analisis SWOT untuk mengetahui posisi perusahaan. Keempat, melakukan pengujian posisi perusahaan menggunakan metode yang berbeda untuk meyakinkan bahwa hasil dari metode sebelumnya tepat dengan menggunakan matrik I-E berdasarkan pada skor rata-rata IFAS dan EFAS. Kelima, menyusun strategi gabungan dari faktor internal dan eksternal dalam bentuk matriks SWOT. Keenam, memilih strategi terbaik berdasarkan pada perolehan posisi perusahaan dalam matrik I-E.

Terdapat empat hasil akhir dari penelitian yang telah dilaksanakan, yaitu: 1.

faktor internal KWE “Puspa Jagad”, berupa kekuatan dan kelemahan yang dapat mendorong serta menghambat pengembangan kawasan wisata. 2. faktor eksternal KWE

“Puspa Jagad”, berupa peluang dan ancaman yang dapat mendorong serta menghambat

pengembangan kawasan wisata. 3. strategi terbaik yang dapat dijalankan KWE “Puspa

Jagad” yaitu strategi SO (Strengths dan Opportunities). Adapun saran yang dapat diberikan yaitu: 1. para stakeholder harus lebih memahami tugas dan fungsinya masing-masing, baik itu pemerintah, pengelola ataupun masyarakat. 2. Hubungan baik antara pemerintah daerah, desa, pengelola, dan masyarakat dapat tejalin dengan lebih baik yang dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti sosialisasi, diskusi, ataupun kegiatan lain yang santai namun tetap bermanfaat.

(8)

ABSTRACT

This thesis aims to determine the strengths, weakness, opportunities and threats

owned by KWE “Puspa Jagad” as well as creating the best strategies in the form of

developing the mentioned place as an eco-tourism destination in the villege of Semen, Gandusari District of Blitar. All data settled by descriptive approach in the form of primary and secondary data. The analysis technique used in this thesis are observation, interviews, and Focus Group Discussion, While SWOT analysis used as the analysis tool. The first step taken is to collect all the information about the internal and external factors by observing, interviewing, and discussing. The second step is to give a score to each internal and external factors in the form of IFAS and EFAS matrix based of FGD. The third step is comparing the internal and external score obtained the mentioned matrixes in the form of SWOT analysis diagram to determine the exact position of the company. The fourt step that is taken is to divulge an inkling and a test over the position of the company using a different methods to ensure that the results of the previous methods are appropiate to used, in which the methods are to use the I-E matrixes based on its average scores. The fifth one is to draw up a joint strategy out of internal and external factors in the form of SWOT matrix. And the last is to particularly decide the

best strategy based on the acquisition of the company’s position.

There are four final results of the research that has been carried out, namely: 1. The internal factor of the KWE company is the strengths and weakness that can encourage and inhibit the development of tourism; 2. The oppportunities and threats as the external factors; 3. The best strategy that can be executed by KWE “Puspa Jagad” is SO(Strengths and Opportunities) strategy. There ae also a follow up advice that can be given, namely: 1. It will be better that the stakeholders take a better understanding upon the duties that are caried out along way, whether they are a goverment, managers, or a part of society; 2. The local government, managers, and society can get a better relations if every part convenient to do several activities as a whole such as socializations, discussions, or other ease and helpful activities.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena telah memberikan karunia, rahmat, serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” Sebagai Destinasi Ekowisata di Desa Semen Kecamatan

Gandusari Kabupaten Blitar” ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Harapan penulis menjadikan topik ini sebagai bahan penelitian yaitu agar dapat memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat di kawasan tempat tinggal penulis. Selain itu juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan ide guna pengembangan kawasan wisata terkait dan juga ide pengembangan penelitian bagi peneliti selanjutnya.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak menadapatkan bantuan, bimbingan, pengarahan, dan dukungan dari beragai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberi petunjuk, bimbingan, dan kemudahan selama penulis menyelesaikan studi.

2. Drs. Hudiyanto, selaku Dosen Pembimbingan atas seluruh perhatian, bimbingan, arahan, dan kesabaran hingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Pengelola KWE “Puspa Jagad” yang telah terbuka untuk membantu penulis dalam proses penelitian.

4. Pemerintahan Kecamatan Gandusari dan Kelurahan Semen yang telah memberikan kemudahan agi penulis dalam proses pengambilan data-data yang dibutuhkan dalam penyempurnaan skripsi.

(10)

6. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan semangat dalam proses penyelesain skripsi ini.

Sebagai kata akhir, tiada macan yang tak belang, penulis menyadari banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran, dan pengembangan selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.

Yogyakarta, 27 November 2016

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing ... ii

Lembar Pengesahan Dosen Penguji ... iii

Halaman Pernyataan ... iv

Motto... v

Persembahan ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

(12)

TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian dan Batasan Pariwisata ... Error! Bookmark not defined. 2. Pengertian dan Prinsip Ekowisata ... Error! Bookmark not defined. 3. Manajemen Pengembangan Ekowisata ... Error! Bookmark not defined. 4. Faktor Pendorong Pengembangan EkowisataError! Bookmark not defined. 5. Faktor Penghambat Pengembangan EkowisataError! Bookmark not defined. B. Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined. C. Kerangka Berfikir ... Error! Bookmark not defined. Sumber Daya Manusia ... Error! Bookmark not defined.

(13)

4. Ekternal Factor Analysis Summary (EFAS) Error! Bookmark not defined. 5. Analisis SWOT ... Error! Bookmark not defined. 6. Matrik I-E ... Error! Bookmark not defined. 7. Matrik SWOT ... Error! Bookmark not defined. BAB IV ... Error! Bookmark not defined. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Karakteristik Lokasi ... Error! Bookmark not defined.

(14)
(15)

2. Perhitungan Faktor Eksternal ... Error! Bookmark not defined. E. Faktor Strategi Internal dan Eksternal ... Error! Bookmark not defined.

1. Matrik IFAS (Internal Factor Analysis Summary)Error! Bookmark not defined.

2. Matrik EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary)Error! Bookmark not defined.

E. Analisis SWOT ... Error! Bookmark not defined. F. Matrik I-E ... Error! Bookmark not defined. G. Matrik SWOT ... Error! Bookmark not defined.

BAB VI ... Error! Bookmark not defined. KESIMPULAN... Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran... Error! Bookmark not defined.

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman TABEL 3.1 Diagnosis S – W ... Error! Bookmark not defined. TABEL 3.2 Diagnosis O – T ... Error! Bookmark not defined. TABEL 3.3 Matriks IFAS ... Error! Bookmark not defined. TABEL 3.4 Matriks EFAS... Error! Bookmark not defined. TABEL 4.1Batas Wilayah ... Error! Bookmark not defined. TABEL 4.2Jumlah Penduduk Berdasar Kelompok UsiaError! Bookmark not defined.

TABEL 4.3Total Jarak Menuju Lokasi PentingError! Bookmark not defined. TABEL 4.4Jumlah Angkutan Umum ... Error! Bookmark not defined. TABEL 4.5Jumlah Sarana Peribadatan ... Error! Bookmark not defined. TABEL 5.1Tingkat Pendidikan Masyarakat ... Error! Bookmark not defined. TABEL 5.2Diagnosis S –W KWE “Puspa Jagad”Error! Bookmark not defined.

TABEL 5.3Diagnosis O - T KWE “Puspa Jagad”Error! Bookmark not defined.

(17)
(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

SKRIPSI ... 1

SKRIPSI ... 2

SKRIPSI ... 3

PERNYATAAN ... 4

Motto... 5

Persembahan ... 6

INTISARI ... 7

ABSTRACT ... 8

KATA PENGANTAR ... 9

DAFTAR ISI ... 11

DAFTAR TABEL ... 16

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu dari sekian banyak industri yang tidak dapat diabaikan dalam perekonomian, terutama di negara Indonesia. Dengan adanya industri pariwisata tentu akan mendatangkan dampak di berbagai bidang, diantaranya dampak terhadap lingkungan, sosial budaya, dan juga ekonomi. Dilihat dari segi ekonomi, pariwisata membawa berbagai macam dampak yang meliputi dampak langsung, tidak langsung, dan dampak lanjutan. Dampak langsungnya adalah bagi pemerintah, pengelola, dan masyarakat yang secara langsung bergelut di sektor pariwisata atau bekerja di kawasan wisata, sebagai contoh pedagang. Dampak tidak langsungnya yaitu bagi masyarakat yang secara langsung tidak berada di kawasan wisata namun tetap mendapatkan dampak dari adanya kawasan wisata, sebagai contoh meningkatnya permintaan akan transportasi umum. Sedangkan dampak berkelanjutannya yaitu bagi masyarakat yang tidak secara langsung bekerja di kawasan wisata namun dalam jangka panjang mendapat peluang untuk melakukan kegiatan ekonomi, sebagai contoh meningkatnya permintaan akan penginapan membuat masyarakat sekitar dapat menjadikan tempat tinggalnya sebagai penginapan / homestay.

Dalam penjelasan UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

(20)

dapat dijadikan sebagai sarana untuk menciptakan kesadaran akan identitas

nasional dan kebersamaan dalam keragaman”.

Pembangunan kepariwisataan bertujuan untuk pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat, khususnya masyarakat sekitar kawasan wisata terkait. Adapun orientasi dari pembangunan kepariwisataan sendiri yaitu pengembangan wilayah yang bertumpu kepada masyarakat, dan bersifat memberdayakan masyarakat, serta bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan.

Banyak sekali daerah-daerah di Indonesia yang telah dinobatkan oleh situs wisata resmi AS, yaitu Conde Nast Traveller (CN Traveller) sebagai daerah pilihan destinasi wisata favorit di dunia mengalahkan berbagai negara besar seperti Texas, Nikaragua, Bhutan, dll. Adapun daerah destinasi wisata favorit tersebut diantaranya Bali, Yogyakarta, Bandung, Pulau Komodo, Lombok, Kepulauan Gili, dan masih banyak lagi.

(21)

wisatawan asing maupun domestik. Hal ini memberikan dampak positif terhadap perkembangan sektor pariwisata di Provinsi Jawa Timur.

Namun perkembangan pariwisata di Provinsi Jawa Timur sampai saat ini nampaknya belum mampu menyentuh seluruh wilayah di Provinsi ini. Aktivitas kepariwisataan masih terpusat di beberapa daerah saja, seperti Banyuwangi, Probolinggo, Malang dan Surabaya. Padahal jika ditinjau lebih lanjut masih banyak daerah-daerah lain yang memiliki potensi dan daya tarik tinggi bagi wisatawan. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya ketimpangan sosial antar daerah.

Kabupaten Blitar merupakan salah satu dari 38 Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur. Blitar memiliki total luas wilayah sebesar 1.588,79 km atau hanya 3,3% dari luas total wilayah Provinsi Jawa Timur. Blitar termasuk dalam kota terkecil kedua di Provinsi Jawa Timur setelah Mojokerto. Walaupun dengan luas wilayah yang relatif sempit ini, Blitar memiliki potensi besar untuk dikembangkan, terutama dibidang kepariwisataan, baik berupa kepariwsataan yang menyajikan keindahan alam, sosial, budaya, dan sejarah.

(22)

memuat unsur-unsur edukasi. Disamping itu, ekowisata juga melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaannya sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat ataupun pemerintahan setempat.

Kawasan Kampung Wisata Ekologis di Desa Semen ini berada dibawah pengelolaan paguyuban “Puspa Jagad”, sehingga dinamakan Kampung Wisata

Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” dan berbatasan langsung dengan empat desa

tetangga berikut ini:

1. sebelah utara Desa Tulungrejo, 2. sebelah selatan Desa Slumbung, 3. sebelah barat Desa Soso,

4. sebelah timur Desa Tegalasri.

(23)

Dengan dikembangkannya kawasan wisata di daerah pedesaan, maka akan terjadi arus urbanisasi ke ruralisasi, walaupun bukan dalam jangka waktu yang panjang. Dengan konsep ini maka diharapkan pemerataan pembangun dapat terjadi sehingga tidak lagi terjadi ketimpangan sosial antara desa dan kota.

Upaya pengembangan kawasan KWE “Puspa Jagad” dirasa perlu

dilakukan dengan cara memanfaatkan keindahan alam serta budayanya guna menutupi segala kekurangan dan kelemahannya melalui potensi yang dimiliki.

Kawasan KWE “Puspa Jagad” ini memiliki berbagai macam potensi yang dapat

dikembangkan, diantaranya keindahan alam, perkebunan, peternakan serta kesenian dan kebudayaan. Sejauh ini peran masyarakat tergolong sudah cukup aktif dalam kegiatan kepariwisataan, yaitu diantaranya kegiatan pembudidayaan anggrek alam dirumah-rumah warga, dibawah tanggung jawab paguyuban

“Puspa Jagad”. Adapun jenis anggrek yang dibudidayakan disini adalah jenis

anggrek alam, seperti Spangius, Dindrobium, Alba, Ekor Tupai, Vando Tree Colour, dsb. Sebagian masyarakat telah menyewakan rumah mereka sebagai

homestay, mengingat di kawasan KWE “Puspa Jagad” ini belum terdapat hotel

ataupun villa. Di bidang kesenian terdapat paguyuban “Turonggo Sakti” yang fokus di kesenian jaranan atau kuda lumping. Ada juga kesenian langen beksan, campursari, dan beberapa upacara adat. Namun sangat disayangkan hanya segelintir masyarakat yang ikut berperan aktif dalam kegiatan kepariwisataan.

Selain itu rendahnya antusiasme masyarakat sekitar menjadikan KWE “Puspa

(24)

yang dimiliki. Hal ini dikarenakan potensi desa belum terolah sepenuhnya disamping keterbatasan kwalitas sumber daya manusia.

Desa Semen menjadi jalan alternatif dari kota Blitar menuju kota Batu. Namun pada umumnya wisatawaan hanya berhenti sejenak untuk sekedar beristirahat dan menikmati pemandangan sekitar.

Dari beberapa fenomena minimnya aktivitas wisatawan untuk menikmati

daya tarik keindahan alam KWE “Puspa Jagad” tersebut, serta minimnya

antusiasme masyarakat untuk lebih memajukan kawasan wisata ini, menjadikannya menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta peluang dan ancaman dari faktor eksternal di kawasan terkait untuk dapat dijadikan pedoman dalam perumusan strategi

pengembangan KWE “Puspa Jagad”, sehingga dapat meningkatkan jumlah

kunjungan wisata, memberdayakan masyarakat, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan wisata terkait.

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan, maka peneliti akan mencoba membahas secara lebih mendalam melalui penelitian dengan

tema “Strategi Pengembangan Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” Sebagai Destinasi Ekowisata Di Desa Semen Kecamatan Gandusari

Kabupaten Blitar”.

B. Batasan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti hanya terfokus pada kawasan KWE

(25)

Blitar. Adapun penelitian yang dilakukan dimaksudkan untuk memperoleh strategi yang tepat guna pengembangan kawasan ekowisata terkait.

C. Rumusan Masalah

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu penyumbang pendapatan daerah. Hal ini sejalan dengan UU No. 10 pasal 4 tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan dan pengangguran dengan semakin bertambahnya lapangan pekerjaan, mengkonservasi alam, lingkungan, sumber daya, serta budaya, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air. Blitar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan kepariwisataannya. Hal ini dapat dilihat dari semakin bertambahnya jumlah objek wisata di Blitar, mulai dari pantai, kuliner, dan juga organisasi alam atau ekowisata. Salah satu organisasi yang berpotensi di Blitar yaitu KWE “Puspa Jagad” di Desa Semen Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar. Namun, sangat disayangkan karena potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah maupun masyarakat sekitar untuk meningkatkan pendapatan daerah karena minimnya sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu perlu diadakan studi

mengenai analisis strategi pengembangan KWE “Puspa Jagad” di Desa Semen

(26)

Adapun masalah peneliti yang akan dibahas yaitu:

1. Apa kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta peluang dan ancaman

dari faktor eksternal Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” di

Desa Semen yang akan dikembangkan sebagai destinasi ekowisata?

2. Bagaimana strategi yang dapat dijalankan baik pemerintah, pengelola, ataupun masyarakat untuk mengembangkan Kampung Wisata Ekologis

(KWE) “Puspa Jagad” di Desa Semen?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sbb: 1. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta peluang

dan ancaman dari faktor eksternal Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa

Jagad” dalam upaya pengembangan destinasi ekowisata.

2. Untuk merumuskan strategi pengembangan Kampung Wisata Ekologis

(KWE) “Puspa Jagad” sebagai destinasi ekowisata di Kabupaten Blitar.

E. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan, maka diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat langsung ataupun tidak langsung kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut:

1. Manfaat Langsung

a. Bagi Pemerintah Daerah

(27)

informasi pengambilan kebijakan dan strategi yang tepat, guna kemajuan

Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” di Desa Semen

Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar. b. Bagi Pengolala

Dapat menjadi bahan acuan untuk menentukan strategi pengembangan

Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” guna meningkatkan

perekonomian masyarakat sekitar melalui berbagai bidang usaha di sekitar kawasan wisata.

2. Manfaat Tidak Langsung a. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat merealisasikan dan mensosialisasikan teori yang telah didapat selama perkuliahan. Di samping itu peneliti dapat belajar bersosialisasi dengan berbagai kalangan masyarakat, dimana hal ini tidak didapatkan selama perkuliahan.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian dan Batasan Pariwisata

Pariwisata bukanlah suatu kegiatan primer manusia, melainkan hanya kegiatan pelengkap dalam kehidupan manusia. Meskipun demikian, kegiatan pariwisata tidak dapat diabaikan begitu saja. Terbukti oleh beberapa penelitian menyebutkan bahwa kegiatan pariwisata dapat mengurangi tingkat stress setelah lelah melakukan kegiatan sehari-hari seperti bekerja, sekolah, dsb.

Secara etimologi, pariwisata terdiri dari dua kata, yaitu pari dan wisata. Pari yang berarti banyak/berkeliling dan wisata yang berarti pergi. Bila

diartikan maka pariwisata berarti kegiatan berkeliling suatu daerah atau kawasan.

(Spillane, 1991) menyatakan bahwa pariwisata merupakan kegiatan perjalanan seseorang yang dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu, seperti mencari kepuasan, ketenangan, kesenangan, kesehatan, istirahat, dan lain sebagainya yang harus memenuhi tiga persyaratan yaitu, bersifat sementara, sukarela, dan tidak untuk mendapatkan keuntungan materi.

(29)

Dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata yang didukung dan difasilitasi oleh beberapa stakeholder seperti pengelola, masyarakat, dan pemerintah.

Definisi dari pariwisata sendiri memang tidak selalu sama antar ilmuwan. Namun pada intinya kegiatan pariwisata merupakan suatu kegiatan baik perseorangan ataupun kelompok ke suatu wilayah tertentu dengan berbagai motivasi perjalan, mulai dari mencari kesenangan, beristirahat untuk mengilangkan stress, rasa ingin tahu, spiritual, bisnis, dan lain sebagainya.

Pada dasarnya terdapat beberapa komponen yang secara tidak langsung menjadi kesepakatan para ilmuwan dalam mendefinisikan batasan pariwisata, sebagai berikut:

1. Traveller, yaitu satu orang atau lebih yang melakukan perjalanan dari satu daerah ke daerah lain.

2. Visitor, yaitu satu orang atau lebih yang melakukan perjalan ke lokasi atau daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya dalam jangka waktu kurang dari 12 bulan dan tidak bertujuan untuk mencari penghidupan.

3. Tourist, yaitu bagian dari visitor yang minimal menghabiskan waktu selama

kurang lebih 24 jam menetap di daerah tujuan wisata.

Dari uraian diatas, semua ilmuwan dalam mendefinisikan pariwisata pada umumnya mengandung beberapa unsur sebagai berikut.

(30)

2. mengandung unsur menetap sementara.

3. mengandung unsur pergerakan manusia dengan tidak semata-mata untuk memperoleh keuntungan secara materi. (Pitana dan Diarta, 2009 : 46)

2. Pengertian dan Prinsip Ekowisata

Ekowisata merupakan salah satu jenis konsep wisata dalam bidang kepariwisataan. Pada era globalisasi yang semua serba modern ini, konsep ekowisata sangatlah diminati, khususnya oleh masyarakat perkotaan yang terbiasa dengan segala hiruk pikuknya. Melihat dari keadaan ini, maka dapat dikatakan bahwa ekowisata merupakan bagian dari pariwisata minat khusus (Richardson dan Fluker dalam Pitana dan Diarta, 2009:77) menyebutkan bahwa ekowisata termasuk dalam klasifikasi pariwisata minat khusus yaitu wisata alam dan satwa, berdampingan dengan taman nasional, penangkaran burung, geologi, dan hutan hujan tropis.

Secara umum, ekowisata merupakan perjalanan seseorang atau kelompok ke tempat-tempat yang berbasis alam dan bertujuan untuk mengkonservasi lingkungan serta memberi penghidupan bagi masyarakat sekitar.

(Nugroho, 2011) menyebutkan bahwa ekowisata sebagai suatu perjalan ke kawasan alam yang masil alami, dengan tidak merusak warisan alam serta budayanya, mendukung segala upaya konservasi serta memberikan keuntungan financial bagi masyarakat sekitar.

(31)

mengandung unsur kebudayaan yang bersifat informatif dan partisipatif serta bertujuan untuk menjamin kelestariannya.

Para ilmuwan tidak selalu sama dalam mendefinisikan ekowisata sendiri, sama halnya dengan definisi dari pariwisata. Namun pada intinya semua ilmuwan memiliki prinsip yang sama dalam mendefinisikan konsep ekowisata sebagai berikut:

1. Memberikan pendidikan serta pengalaman kepada wisatawan yang mampu memberikan pemahaman serta kepedulian terhadap upaya konservasi lingkungan wisata yang dituju. Pendidikan diberikan dalam bentuk pengetahuan tentang pentingnya menjaga lingkungan, termasuk didalamnya hewan, tumbuhan, sosial, budaya, dan lain sebagainya, sedangkan pengalaman dapat diberikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan wisata yang kreatif yang ditawarkan.

2. Meminimalisir dampak negatif yang dapat menimbulkan kerusakan pada kondisi lingkungan dan budaya kawasan wisata terkait.

3. Melibatkan masyarakat dalam upaya pengembangan, pengelolaan, dan pengoperasian.

4. Memberikan keuntungan financial terhadap masyarakat lokal. 5. Berkelanjutan. (UNESCO, 2009)

(32)

sun tourism (wisata bahari), rural and agro tourism (wisata pedesaan), natural

(33)

Sumber : Nugroho (2011 : 16)

GAMBAR 2.2

Sustainable Tourism dan Ekowisata

Gambar diatas menunjukkan bahwa Ekowisata berpijak pada tiga hal sekaligus, yaitu wisata pedesaan (rural tourism), wisata alam (natural tourism), dan wisata budaya (cultural tourism). (Wood dalam Nugroho, 2011).

3. Manajemen Pengembangan Ekowisata

Kawasan ekowisata tidak dapat dibiarkan berjalan begitu saja, perlu ada pola manajemen pengembangan yang tepat. Ekowisata merupakan suatu bisnis kepariwisataan yang menitikberatkan pada peran aktif komunitas atau organisasi pengelola. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat mengetahui dan memahami tentang budaya serta sumber daya alam di wilayahnya, oleh karena itu keterlibatan masyarakat lokal menjadi suatu hal yang wajib.

Menurut (Nugroho, 2011) ekowisata memerlukan suatu sentuhan manajemen spesifik supaya dapat tercapai tujuan sustainability dalam aspek

Sustainable Tourism

Ecotourism Business Travel

Beach Tourism

Sun Tourism

Rural Tourism

Natural Tourism

(34)

ekonomi, sosial budaya, serta lingkungan. Adapun manajemen ekowisata mencakup beberapa prinsip sebagai berikut:

1. Prinsip Konservasi

Masing-masing kawasan ekowisata memerlukan penanganan konservasi yang berbeda. Sebagai contoh, kawasan pantai berbeda dengan pegunungan. Ketika pengelola memahami isu-isu konservasi ekowisata maka dapat dirumuskan rencana strategis (strategis planning) untuk mengarahkan kawasan wisata menjadi wisata berbasis konservasi. Adapun isu-isu strategis tersebut adalah sebagai berikut:

a. Wisata Massal

Ekowisata merupakan suatu konsep ekowisata yang bersifat massal. Artinya, dalam proses pengembangan diutuhkan kerja sama dan peran aktif para stakeholder, termasuk masyarakat sekitar kawasan ekowisata. Hal ini bertujuan agar masyarakat tidak tersisihkan (keberadaan, budaya, karakteristik ataupun mata pencahariannya), akan tetapi masyarakat dapat merasakan manfaat (khususnya manfaat ekonomi) dengan keberadaan kawasan ekowisata terkait.

b. Objek Ekowisata yang Spesifik

(35)

ekowisata harus dapat menawarkan produk wisata yang bereda dengan kawasan wisata lain, namun harus tetap memperharikan standart yang berlaku. Sebagai contoh, ekowisata dapat memberikan produk wisata yang mengandung unsur petualangan, pendidikan, dan kebudayaan. Hal ini bertujuan agar wisatawan mendapatkan kepuasan serta pengalaman yang dapat memberikan kesan di perjalanan wisatanya.

c. Pemberdayaan Masyarakat

Insentif ekonomi dari ekowisata bukan hanya mengalir kepada pengelola, melainkan juga kepada masyarakat lokal. Aliran ekonomi ini digunakan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dan juga pengemangan keterampilan agar dapat memberikan kontribusi positif terhadap proses pengembangan kawasan ekowisata.

d. Penelitian dan Pengembangan

Tidak semua potensi, baik sumber daya alam ataupun lingkungan dapt dengan mudah diketahui oleh para stakeholder. Oleh karena itu perlu diadakan suatu penelitian guna pengembangan suatu kawasan ekowisata. Semakin sering suatu kawasan ekowisata dijadikan sebagai objek penelitian, maka peluang berkembangnya kawasan wisata terkait akan semakin terbuka lebar.

2. Manajemen Operasional

(36)

mampu memberi kenyamanan kepada pengunjung. Kenyaman berpengaruh positif terhadap kepuasan. Kepuasan pengunjung dapat diukur dari beberapa hal sebagai berikut:

a. Tujuan Ekowisata

Pengelola harus mampu memberikan kepuasan, pengalaman yang berkesan ataupun pemikiran baru bagi wisatawan. Ketika wisatawan mendapatkan kepuasan serta pengalaman yang tidak terlupakan di suatu kawasan wisata, maka secara tidak langsung akan membantu kegiatan promosi kawasan wisata terkait, lebih-lebih wisatawan tertarik untuk berivestasi di dalamnya. Untuk mencapai hal tersebut maka yang perlu diperhatikan yaitu meliputi beberapa komponen pendukung, seperti akomodasi, atraksi, dan komponen pendukung lainnya.

b. Produk Wisata

Produk wisata yang ditawarkan haruslah menarik dan mampu memberikan kepuasan kepada wisatawan. Terlebih apabila produk wisata memberikan kesan yang tak terlupakan, serta memberikan edukasi atau pengetahuan baru bagi wisatawan.

c. Promosi

(37)

d. Sikap dan Partisipasi Penduduk Lokal

Seperti yang diketahui bersama, bahwa dalam kegiatan ekowisata peran penduduk lokal menjadi faktor yang mutlak. Oleh karena itu, peran aktif serta sikap masyarakat dapat memberikan nilai positif bagi pengembangan ekowisata terkait.

Hal ini didukung oleh pernyataan (UNESCO, 2009) dalam Buku Panduan Dasar Pelaksanaan Ekowisata, bahwa terdapat lima prinsip dasar pengembangan ekowisata di Indonesia, sebagai berikut:

1. Pelestarian

Prinsip ini menekankan bahwa kegiatan ekowisata tidak akan menimbulkan pencemaran, baik pencemaran lingkungan, adat, budaya, dsb di kawasan ekowisata. Salah satu cara untuk menerapkan prinsip ini yaitu dengan cara menggunakan sumber daya lokal yang hemat energy dan dikelola oleh masyarakat sekitar. Namun tak hanya masyarakat sekitar saja, tetapi para wisatawan juga dapat menghormati dan turut serta menja kelestarian lingkungan dan budaya kawasan ekowisata. Adapun salah satu kegiatan yang dapat diterapkan oleh pihak pengelola ekowisata yaitu dengan cara menyisihkan sebagian pendapatan dari ekowisata untuk membeli tempat sampah.

(38)

Ruang lingkup dalam kegiatan ekowisata tidak hanya sebatas pariwisata alam. Namun faktor pendidikan juga harus ditekankan, mengingat sektor pendidikan tidak hanya terfokus pada sektor formal saja. Pengelola berhak untuk menawarkan produk ekowisata dengan memberikan unsur pendidikan didalamnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan memberi nama pada tanaman obat-obatan atau dengan menginformasikan tentang adat istiadat dan kepercayaan masyarakat sekitar, dan lain sebagainya. Kegiatan pendidikan bagi wisatawan ini akan mendorong upaya pelestarian alam maupun budaya.

3. Pariwisata

Ekowisata merupakan bagian dari pariwisata. Oleh karena itu, unsur-unsur yang terdapat pariwisata juga harus terdapat dalam kegiatan ekowisata. Adapaun unsur yang harus dimiliki yaitu pegelola ekowisata harus memberika produk atau pelayanan berupa barang dan jasa yang memberikan unsur kesenangan agar layak jual dan diterima oleh pasar.

4. Ekonomi

(39)

lingkungan di tingkat lokal tetapi juga digunakan untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan kwalitas sumber daya manusia (masyarakat sekitar), misalnya pelatihan peningkatan jenis usaha yang dijalankan, tarian adat, jasa pemandu, dsb.

5. Partisipasi Masyarakat Sekitar

Partisipasi masyarakat akan timbul dengan sendirinya ketika alam memberikan dampak positif bagi masyarakat. Agar alam memberikan dampak positif maka perlu adanya pengelolaan dan penjagaan. Begitulah hubungan timbal balik antara alam dan partisipasi masyarakat terbentuk. Masyarakat adalah salah satu indikator penting dalam kegiatan ekowisata. Oleh karena itu dengan adanya masyarakat yang berkualitas dan memiliki kesadaran tinggi akan sebagaimana fungsinya maka kawasan ekowisata dapat berkembang. Hal ini adalah menjadi tugas dari pengelola kawasan ekowisata, bagaimana mereka menyatukan anatara visi dan misi kawasan ekowisata dengan masyarakat itu sendiri.

Pengembangan jasa ekowisata harus memiliki manajemen yang profesional, sebagaimana disebutkan oleh (Nugroho, 2011) dalam bukunya yang berjudul Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan sebagai berikut:

1. Keterlibatan Penduduk Lokal Dalam Memandu Dan Menerjemahkan Obyek Wisata

(40)

pengembangan kawasan terkait, pelatihan tentang bagaimana cara berhubungan baik dengan wisatawan, jasa atau produk apa saja yang sebaiknya diberikan, maka penduduk lokal dengan sendirinya akan memiliki insentif konservasi lingkungan. Hal ini dikarenakan kepedulian telah ditanamkan pada diri masing-masing penduduk, sehingga keinginan penduduk untuk memajukan kawasan wisata semakin tinggi. Kondisi seperti ini tentu menguntungkan bagi pihak pemerintah, pengelola, ataupun masyarakat itu sendiri, karena dengan semakin baiknya kondisi lingkungan di kawasan wisata terkait maka minat wisatawan untuk berkunjung juga akan semakin meningkat.

2. Pemasaran yang Spesifik Menuju Tujuan Wisata

Strategi pemasaran merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan oleh pengelola, karena hal ini berhubungan langsung dengan pengunjung atau wisatawan. Disini tugas pengelola adalah bagaimana menciptakan strategi pemasaran yang mampu menarik minat wisatawan, baik lokal ataupun asing untuk berkunjung ke kawasan wisata terkait. Selain itu, wisatawan tersebut diharapkan dapat mejadi sumber informasi bagi wisatawan lain.

3. Keterampilan Dan Layanan Kepada Pengunjung Secara Intensif

(41)

4. Kebijakan Pemerintah Dalam Rangka Melindungi Aset Lingkungan Dan Budaya

Kebijakan penataan ruang, pemberdayaan kemasyarakatan atau dikombinasi dengan instrumen ekonomi akan mencegah mekanisme pasar beroperasi di wilayah tujuan ekowisata.

5. Pengembangan Kemampuan Penduduk Lokal

Seperti yang telah disebutkan pada point pertama, bahwa ketika partisipasi penduduk lokal besar serta diimbangi dengan potensi dan kemampuan penduduk dalam menyampaikan objek wisata terkait, maka insentif dan motivasi penduduk akan tercipta dengan sendirinya untuk ikut mengkonservasi lingkungan.

4. Faktor Pendorong Pengembangan Ekowisata

Ekowisata merupakan bagian dari pariwisata. Oleh karena itu, faktor pendorong pengembangan kegiatan ekowisata sama dengan pengembangan kepariwisataan pada umumnya. Adapun faktor pendorong pengembangan ekowisata adalah sebagai berikut:

1. Potensi Alam

(42)

relaksasi atau peregangan untuk menghindari stress dan depresi dengan cara mengunjungi tempat wisata yang berbasis alam, memberikan ketenangan, memiliki kekayaan flora dan fauna, dan lain sebagainya.

2. Potensi Kebudayaan

Masing-masing daerah tentu memiliki kebudayaan serta adat istiadat yang berbeda. Hal ini dapat menjadi salah satu daya tarik bagi kawasan wisata terkait. Kebudayaan, adat istiadat, dan kebiasaan hidup masyarakat sekitar dikemas menjadi sebuah produk wisata yang menarik yang mampu memberikan kesan positif bagi wisatawan.

3. Potensi Manusia

Dalam konteks ekowisata, kwalitas manusia sangatlah dibutuhkan. Hal ini berkaitan dengan keterlibatan masyarakat sekitar terhadap proses pengembangan dan operasi kawasan ekowisata terkait. Ketika masyarakat lokal mampu memberikan pelayanan yang baik serta tidak menghilangkan unsur kedesaannya, maka hal ini dapat menjadi faktor pendukung pengembangan ekowisata. Manusia merupakan makhluk social. Oleh karena itu, interaksi yang baik antara masyarakat lokal dan wisatawan tentu dapat meningkatkan kesenangan dan kepuasan dari wisatawan itu sendiri.

(43)

wisatawan yang merasa senang serta puas dengan pelayanan yang diberikan sehingga tanpa disadari wisatawan tersebut akan menyebarkan atau menceritakan pengalamannya kepada saudara, sahabat, dsb.

5. Faktor Penghambat Pengembangan Ekowisata

Dalam suatu kegiatan tentu terdapat faktor penghambat, begitupun dengan proses pengembangan ekowisata. Hambatan dapat datang dari faktor internal maupun eksternal. Dari faktor internal, dapat dilihat dari kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas untuk mengolah organisasi dan kurangnya lahan untuk dikembangkan. Sedangkan dari faktor eksternal, dapat dilihat dari kurangnya peran pemerintah dalam upaya pengembangan organisasi. Hal ini ditandai dari minimnya sarana dan prasarana yang terdapat didalamnya. B. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan pada tema penelitian yang diangkat, yaitu mengenai strategi pengembangan desa wisata, maka peneliti berpegang pada beberapa penelitian terdahulu, baik berupa skripsi, jurnal, tesis, dsb lalu mengembangkannya. Adapun beberapa penelitian yang peneliti gunakan sebagai bahan acuan adalah sebagai berikut:

(44)

dokumentasi. Sedangkan alat analisis data menggunakan analisis SWOT. Adapun langkah awal yang dilaksanakan yaitu dengan menidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman desa wisata terkait. Lalu selajutnya membuat kuesioner yang disebar ke 75 stakeholder, yang terdiri dari pemilik bisnis, masyarakat, dan pemerintah. Setelah itu memberikan bobot dan rating pada lingkungan internal dan eksternal melalui teknik IFAS dan EFAS. Lalu langkah akhir yaitu menciptakan strategi terbaik menggunakan analisis SWOT.

2. Tatag Muttaqin, dkk (2011) dalam jurnal yang berjudul Kajian Potensi Dan Strategi Pengembangan Ekowisata Di Cagar Alam Pulau Sempu Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur mengkaji mengenai kondisi, potensi, serta pasar kawasan wisata terkait guna menciptakan strategi pengembangan yang tepat. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, dan data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Adapun alat analisis yang digunakan yaitu Analisis SWOT. Dari hasil analisis yang telah dilaksanakan maka diperoleh strategi pengembangan yaitu Strategi Pengembangan Ekowisata dengan pendekatan Analitical Hierarchy Process

(AHP) Berdasarkan”Manfaat” dan “Biaya”.

(45)

kualitatif yang berupa data sekunder yang didaptkan dari Study literatur, internet, buku, dan sumber informasi lainnya. Penelitian ini bersifat desk riset sehingga dapat dikembangkan ke penelitian lanjutan dengan melakukan observasi langsung ke lapangan serta wawancana dengan pihak terkait. Alat analisis yang digunakan yaitu Analisis SWOT. Dari data yang telah terkumpul langsung diolah dalam diagram analisis SWOT untuk mengetahui dimana letak organisasi sehingga dapat dirumuskan strategi pengembangan yang tepat.

4. Chaerul Ramdhani (2008) dalam disertasi yang berjudul Strategi Pengembangan Wisata Alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Cibodas-Cianjur Jawa Barat menganalisis mengenai kondisi lingkungan internal dan eksternal kawasan wisata Gunung gede Pangrango. Data yang digunakan berupa dapat primer dan sekunder. Sedangkan metode pengumpulan data yaitu dengan metode wawancara dan kuesioner. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis SWOT dengan teknik analisis IFE, EFE, Matriks I-E, Matriks SWOT, dan QSPM.

(46)

dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis SWOT. Sedangkan teknik analisis yang digunakan yaitu Matriks IFAS dan EFAS, I – E, dan yang terakhir Matriks SWOT.

6. I Wayan Sudana, dkk (2012) dalam jurnal yang berjudul Mapping Of Ecosystem Management Problems In Gili Meno, Gili Air And Gili Trawangan (Gili Matra) Through Participative Approach menganalisis mengenai stakeholder yang seharusnya berpartisipasi dalam pengelolaan ekosistem di Gili Matra. Metode penelitian yang digunakan yaitu wawancara dan Focus Group Discussion. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan kebijakan yang tepat melalui pendekatan partisipatif dengan cara menganalisis partisipasi para stakeholder dan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat dalam pengelolaan ekosistem.

(47)

bentuk matrik IFAS dan EFAS sehingga menghasilkan skor. Adapun skor ini diperoleh dalam proses FGD. Langkah terakhir yaitu membuat matriks SWOT untuk menghasilkan strategi yang tepat berdasarkan kombinasi dari masing-masing faktor internal dan eksternal.

8. Agung Suryawan Wiranatha (2015) dalam jurnal yang berjudul Sustainable Development Strategy For Ecotourism At Tangkahan, North Sumatera menganalisis mengenai faktor internal dan ekternal kawasan ekowisata di Tangkahan, Sumatera Utara yang selanjutnya akan digunakan dalam proses penyusunan strategi pengembangan wisata berkelanjutan. Langkah pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan data berupa faktor internal dan eksternal kawasan wisata dengan cara observasi, wawancara, kuesioner, dan FGD. Kedua, melakukan analisis SWOT data dalam bentuk IFAS dan EFAS. Ketiga, menentukan strategi gabungan antara faktor internal dan eksternal dengan menggunakan matriks SWOT. Terakhir, membuat program berdasarkan pada strategi yang telah terbentuk.

C. Kerangka Berfikir

(48)

Sumber : Hasil Olah Data Peneliti.

GAMBAR 2.1 Kerangka Berfikir KWE “PUSPA JAGAD”

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Wisata Ekologis (KWE)

“Puspa Jagad” yang berada di Desa Semen, Kecamatan Gandusari, Kabupaten

Blitar pada tanggal 24 Oktober – 5 Novemer 2016. B. Objek dan Subjek Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Dinas Pariwisata, Olah Raga, Budaya, Pariwisata Kabipaten Blitar. 2. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Blitar.

3. Pemerintah Desa. 4. KWE “Puspa Jagad”.

5. Masyarakat Lokal yang Telah menetap Minimal 5 tahun di KWE “Puspa

Jagad”.

Adapun subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Tiga Orang Dari Pihak Pemerintah Desa, yaitu Kecamatan dan Kelurahan. 2. Dua Orang Dari Pihak Pengelola Organisasi Terkait.

(50)

C. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan mengumpulkan data berupa data primer.

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.

Selain data primer, data sekunder juga digunakan sebagai data pendukung atau pelengkap. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui media perantara, baik buku, catatan yang telag ada, arsip yang dipublikasikan, dsb.

D. Tekhnik Pengumpulan Data

Untuk menentukan strategi terbaik dalam upaya pengembangan Organisasi Alam dan Ekologis di Desa Semen Kecamatan Gandusari, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Teknik Observasi, adalah proses pencatatan dan pengamatan kondisi fisik secara langsung terhadap objek yang akan diteliti beserta beberapa objek pembanding tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti.

(51)

3. Teknik FGD (Focus Group Discussion), adalah forum diskusi dan dialog yang dilaksanakan secara terarah guna mendapatkan data mengenai suatu permasalahan di suatu perusahaan, komunitas, kawasan, dsb.

4. Teknik Dokumentasi adalah kegiatan pengumpulan dan pengkajian beberapa informasi dari terbitan berkala, buku-buku, literatur dokumen, foto-foto, surat kabar, media elektronik, dan referensi statistik.

E. Alat Analisis

Dalam penelitian ini, alat analisis yang digunakan adalah Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threath). Adapun penjelasan mengenai analisis SWOT adalah sebagai berikut:

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dalam suatu proyek, organisasi ataupun

peluang bisnis.

Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui strategi apa saja yang digunakan setelah melihat faktor kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang dimiliki objek penelitian, yaitu Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa

Jagad” di Desa Semen.

Adapun keempat komponen analisis SWOT yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

(52)

Merupakan situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari lingkungan

internal yang dimiliki Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” di

Desa Semen.

b. Weaknesses (kelemahan)

Merupakan situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari lingkungan internal yang dimiliki Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” di Desa Semen.

c. Opportunities (peluang)

Merupakan faktor atau keadaan positif yang muncul dari lingkungan eksternal objek dari Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” di Desa Semen.

d. Treathts (ancaman)

Merupakan faktor atau keadaan negative yang muncul dari lingkungan

eksternal objek dari Kampung Wisata Ekologis (KWE) “Puspa Jagad” di

Desa Semen. F. Tekhnik Analisis

Adapun tekhnik analisis yang digunakan dalam upaya perumusan

strategi yang tepat KWE “Puspa Jagad” adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

(53)

peneliti memahami apa saja masalah yang ada dalam internal ataupun eksternal organisasi.

2. Diagnosis SWOT

Setelah selesai dilakukan indentifikasi faktor internal dan eksternal, maka langkah selanjutnya yaitu membuat diagnosis SWOT. Diagnosis SWOT yaitu suatu proses yang digunakan untuk memisahkan antar Strenghts dan Weakness, serta Opportunities dan Threats yang ada dalam suatu organisasi. Adapun bentuk dari diagnosis SWOT adalah sebagai berikut:

(54)

3. Focus Group Discussion (FGD)

FGD atau Focus Group Discussion merupakan salah satu metode pengambilan data yang sering digunakan oleh peneliti. Hal ini dikarenakan FGD dapat mengumpulkan data kualitatif dalam waktu yang relative singkat.

(Indrizal, 2014) dalam jurnal yang berjudul Diskusi Kelompok Terarah menjelaskan bahwa FGD merupakan proses pengumpulan data dan informasi secara sistematis, terarah serta melibatkan beberapa peserta. FGD dianggap metode yang tepat dalam proses pengumpulan data yang bersifat lokal dan spesifik. Oleh karena itu, proses FGD yang melibatkan masyarakat setempat merupakan pendekatan yang paling sesuai.

Adapun karakteristik FGD adalah sebagai berikut:

1. Menentukan topik diskusi agar proses FGD terarah dan dapat dimengerti dengan mudah oleh peserta FGD.

2. Dilaksanakan secara berkelompok antara 5 – 11 peserta yang memiliki kepentingan atau kedudukan homogen atau hampir sama. Jumlah peserta yang leih sedikit memungkinkan peserta lebih leluasa dalam mengeluarkan pendapat. Hal ini dikarenakan FGD merupakan metode pengambilan data yang bersifat kualitatif.

(55)

4. FGD dilaksanakan bukan semata-mata untuk memecahkan suatu permasalahan, melainkan bertujuan untuk menggali informasi sebesar-besarnya dari beberapa stakeholder mengenai suatu objek penelitian.

5. Mencatat point-point penting selama proses FGD berlangsung. (Irwanto, 2006)

4. Internal Factor Analysis Summary (IFAS)

Matriks IFAS merupakan alat manajemen strategi untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan fungsional organisasi. Tujuan dari matriks IFAS adalah untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal dalam kerangka Strength and Weakness organisasi terkait.

Adapun tahap penentuan faktor startegi internal menurut (Rangkuti, 2016 : 26), adalah sebagai berikut:

1. membuat daftar faktor-faktor penting dari lingkungan internal baik kekuatan maupun kelemahan pada kolom pertama.

2. menentukan bobot pada kolom kedua dengan skala yang dimulai dari 0.0 (sangat tidak penting) hingga 1.0 (sangat penting) berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kondisi strategis organisasi.

(56)

kelemahan (1 = sangat penting ; 2 = penting ; 3 = kurang penting ; 4 = tidak penting ).

4. menentukan nilai tertimbang pada kolom keempat (perkalian antara bobot dengan rating) Hasilnya akan bervariasi, mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5. kolom kelina digunakan untuk memberikan catatan mengapa faktor-faktor tersebut dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

6. menjumlahkan skor pembobotan pada kolom keempat untuk memperoleh skor total pembobotan bagi organisasi terkait. Nilai total ini menunjukkan bagaimana organisasi terkait bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan organisasi ini dengan organisasi lainnya dalam kelompok industri yang sama.

(57)

TABEL 3.3 Matriks IFAS FAKTOR-FAKTOR

STRATEGI INTERNAL BOBOT RATING

NILAI

4. Ekternal Factor Analysis Summary (EFAS)

Matriks EFAS merupakan alat yang baik untuk memvisualisasikan dan memprioritaskan peluang serta ancaman yang dihadapi organisasi. Tujuannya adalah untuk penilaian kondisi organsisasi pada saat tersebut.

Adapun tahap penentuan faktor startegi eksternal menurut (Rangkuti, 2016 : 24) adalah sebagai berikut:

1. membuat daftar faktor-faktor penting dari lingkungan eksternal baik peluang maupun ancaman pada kolom pertama.

2. menentukan bobot pada kolom kedua dengan skala yang dimulai dari 0.0 (sangat tidak penting) hingga 1.0 (sangat penting).

(58)

4. menentukan nilai tertimbang pada kolom kempat (perkalian antara bobot dengan rating). Hasilnya akan bervariasi, mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5. kolom kelina digunakan untuk memberikan catatan mengapa faktor-faktor tersebut dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

6. menjumlahkan skor pembobotan pada kolom keempat untuk memperoleh skor total pembobotan bagi organisasi terkait. Nilai total ini menunjukkan bagaimana organisasi terkait bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan organisasi ini dengan organisasi lainnya dalam kelompok industri yang sama

7. menentukan total nilai tertimbang untuk organisasi tersebut.

Tanpa mempedulikan jumlah peluang dan ancaman yang dimasukkan kedalam matriks EFAS, maka jumlah bobot nilai berkisar antara 1.0 (terendah) sampai 4.0 (tertinggi), dengan nilai rata-rata adalah 2.5. Apabila total bobot nilai sama dengan 4.0 mengindikasikan bahwa suatu organisasi memberi jawaban dengan cara luar biasa pada peluang dan ancaman yang ada dalam organisasi. Sedangkan total bobot sama dengan 1.0 mengindikasikan bahwa strategi organisasi memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman eksternal.

TABEL 3.4 Matriks EFAS

(59)

STRATEGI EKTERNAL TERTIMBANG PELUANG

a. b.

ANCAMAN a.

b.

Sumber : Rangkuti ( 2016 : 26 ) 5. Analisis SWOT

(60)

Sumber : Rangkuti (2016 : 20)

GAMBAR 3.1 Diagram SWOT

KUADRAN I : merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Organisasi memiliki kekuatan dan peluang, sehingga dapat mengarahkan seluruh potensi internal organisasi untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam Kuadran I ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan agresif (Growth Oriented Strategy).

KUADRAN II : meskipun menghadapi berbagai acaman, organisasi masih memiliki kekuatan dari segi internal. Adapun strategi yang harus diterapkan dalam Kuadran II ini adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi. Strategi diversifikasi merupakan penyusunan strategi yang berbeda (lain dari biasanya) dengan

PELUANG

( eksternal )

ANCAMAN

( eksternal )

KEKUATAN

( internal ) KELEMAHAN

( internal )

Kuadran I : AGRESIF

Kuadran II : DIVERSIFIKASI Kuadran III : DEFENSIF

(61)

memanfaatkan kekuatan internal, sehingga dimasa mendatang memungkinkan terciptanya peluang.

KUADRAN III : organisasi mendapatkan peluang dari lingkungan eksternal yang sangat besar. Akan tetapi organisasi juga menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus dari organisasi adalah meminimalkan masalah-masalah internal yang muncul sehinga dapat menangkap peluang dari luar secara maksimal.

KUADRAN IV : kuadran IV merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan. Organisasi akan menghadapi beberapa ancaman dan kelemahan internal. Strategi yang digunakan yaitu mempertahankan diri untuk membangun kekuatan internal dan meminimalisir kelemahan yang dimiliki.

Adapun cara menentukan posisi organisasi yaitu berdasarkan pada hasil skor tertimbang pada analisis IFAS dan EFAS. Untuk memperoleh koordinat internal dan eksternal, maka dilakukan dengan cara menghitung perbandingan antara jumlah skor tertimbang kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman.

6. Matrik I-E

Matriks I – E merupakan perpaduan strategis antara analisis IFAS dan EFAS. Matriks I – E dianalisis guna mengetahui posisi organisasi saat ini dan merumuskan strategi yang dapat diterapkan oleh organisasi. Adapun gambaran

(62)

Sumber : Rangkuti (2016 : 95)

GAMBAR 3.2 Matriks I – E

Matriks Internal dan Eksternal (I – E) dapat dibagi menjadi tiga strategi utama yang mempunyai implikasi strategi yang berbeda. Tiga strategi utama tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama : Growth Strategy, yang merupakan pertumbuhan organisasi itu sendiri (sel I, II, V) atau upaya diversifikasi (sel VII, VIII). Strategi yang sesuai dengan bagian ini yaitu strategi intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan produk dan strategi integrasi misalnya intgrasi vertikal dan horizontal.

Kedua : Stability Strategy, merupakan strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan.

(63)

Ketiga : Retrenchment Strategy, merupakan usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan organisasi (sel III, VI, IX).

Untuk mengatahui dimana posisi perusahaan, maka dapat dilihat dari skor rata-rata IFAS dan EFAS.

7. Matrik SWOT

(64)

INTERNAL

EKSTERNAL

Strenghts (Kekuatan) : Weaknesses (Kelemahan) :

1. 1.

2. 2.

dst. dst.

Opportunities ( peluang ): Strategi OS ( Terdapat Kekuatan Dari Internal

Threats ( ancaman ): Strategi TB ( Terdapat Ancaman Dari Luar, selanjutnya adalah menentukan strategi dengan mempertimbangkan berbagai indikasi yang telah terdata. Adapun strategi-strategi tersebut yaitu sebagai berikut:

(65)

Inilah yang disebut strategi agresif positif, yaitu menyerang penuh inisiatif dan terencana.

STRATEGI OW : merupakan strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan dalam kawasan organisasi. Dalam hal ini perlu dirancang strategi turn around, yaitu strategi merubah haluan. Terkadang perlu bagi kita untuk mundur satu langkah demi mencapai langkah baru yang lebih maju. Artinya adalah, peluang eksternal yang besar penting untuk diraih, namun permasalahan internal atau kelemahan yang ada pada internal organisasi lebih utama untuk dicarikan solusinya, sehingga capaian peluang yang besar tadi perlu diturunkan skalanya sedikit. Dalam hal ini kelemahan-kelemahan organisasi perlu diperbaiki dan dicari solusinya untuk memperoleh peluang tersebut.

STRATEGI TS : merupakan strategi yang ditetapkan berdasarkan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman yang terdeteksi. Strategi ini dikenal dengan istilah strategi diversifikasi atau strategi perbedaan. Artinya adalah seberapapun besar ancaman, yang perlu dilakukan hanyalah memahami bahwa organisasi tersebut memiliki kekuatan yang sangat besaryang bersifat independent dan dapat digunakan sebagai senjata untuk mengatasi ancaman tersebut.

(66)
(67)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Karakteristik Lokasi 1. Demografis

Desa Semen merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar. Luas keseluruhan Desa Semen yaitu sebesar 946,604 Ha yang terbagi menjadi empat dusun, yaitu Dusun Parang, Semen, Tegalrejo, dan Dewi, 14 Rukun Warga, 58 Rukun Tetangga, dan 2.724 Kepala Keluarga.

Secara geografis desa Semen terletak di Koordinator Bujur 112.367187 dan Koordinator Lintang 7.985277 dengan ketinggian 700 m Diatas Permukaan Laut. Adapun batas wilayah Desa Semen sendiri disajikan dalam tabel berikut ini:

TABEL 4.1 Batas Wilayah

Batas Desa/Kelurahan Kecamatan

Sebeleh Utara TULUNGREJO GANDUSARI

Sebelah Selatan SLUMBUNG GANDUSARI

Sebelah Timur TEGALASRI WLINGI

Sebelah Barat SLUMBUNG / SOSO GANDUSARI

Sumber : Profil Desa Semen Tahun 2015

(68)

2. Iklim

Dengan letak wilayah yang berada 700 mdpl menjadikan desa Semen sebagai desa yang berada di dataran tinggi. Pada tahun 2015, rata-rata curah hujan adalah 33,45 mm dengan bulan hujan selama 6 bulan. Adapun suhu rata-rata harian berkisar antara 21,8 – 31 ºC, sehingga desa Semen sendiri beriklim sejuk.

3. Kependudukan

(69)

TABEL 4.2

Jumlah Penduduk Berdasar Kelompok Usia

Sumber : Profil Desa Semen Tahun 2015

B. Gambaran Umum KWE “Puspa Jagad” 1. Sejarah KWE “Puspa Jagad”

KWE “Puspa Jagad” mulai terbentuk pada awal tahun 2001. Namun,

pada saat itu belum terbentuk konsep kawasan wisata. Puspa Jagad hanyalah sekumpulan pemuda pemudi yang memiliki minat dibidang Pecinta Alam. Berawal dari kesamaan minat tersebut, maka kelompok tersebut melaksanakan kegiatan yang terfokus pada perbaikan lingkungan. Adapun program kerja yang dijalankan adalah penanaman Anggrek Alam.

Namun seiring berjalannya waktu, salah satu anggota mulai berinisiatif untuk membentuk suatu wisata berbasis pelestarian lingkungan dengan memanfaatkan Anggrek sebagai icon utamanya. Oleh karena itu pada tahun 2005, kelompok tersebut meresmikan suatu kawasan wisata alam yang

diberi nama Kawasan Wisata Ekologis “Anggrek Alam” dan diketuai oleh

Anji Suparno. Namun, mengingat wilayah kerja KWE “Anggrek Alam”

kurang begitu luas, maka pada tahun 2007, KWE “Anggrek Alam” merubah NO. KELOMPOK

USIA (TAHUN) LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH (JIWA)

1. 0 – 5 374 309 683

2. 6 – 12 383 409 792

3. 13 – 25 844 778 1.622

4. 26 – 50 1.726 1.722 3.448

5. >50 1.033 1.111 2.144

(70)

wilayah kerja kelompok menjadi lebih luas, yaitu dengan memanfaatkan keindahan alam di sekitar kawasan wisata. Adapun kegiatan utama yang ditawarkan yaitu konservasi Anggrek Alam dengan program pelengkap berupa outbond.

Sejak awal terbentuk hingga berganti nama, KWE “Puspa Jagad”

menggunakan dana pribadi kelompok, yaitu dengan cara iuran anggota pada tiap minggunya yang berkisar antara Rp 5.000,00- – Rp 10.000,00-. Tidak terdapat campur tangan dari pihak pemerintah ataupun investor. Dengan dana seadanya ini, maka tidak dipungkiri bahwa fasilitas yang diberikan juga masih sangat minim dan belum seluruhnya memenuhi SOP organisasi. Sebagai contoh, ketika terdapat wisatawan dating dan menginginkan untuk kegiatan outbond, maka pihak pengelola akan pergi ke kota untuk meminjam alam outbond lengkap dengan operatornya. Jadi, pihak pengelola hanya sebagai fasilitator dan pendamping.

Seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 2008 nama KWE

“Puspa Jagad” mulai terdengar oleh Pemerintah Kabupaten Blitar. Melihat

padatnya kegiatan serta konsep yang sudah mulai tertata, maka KWE “Puspa

Jagad” diajukan untuk mengikuti Lomba Karang Taruna tingkat Kabupaten

dan mendapat juara pertama sehingga diajukan ke tingkat Nasional dan berhasil menyandang juara pertama. Lalu pada tahun 2009, Dinas Pertanian tertarik dengan kegiatan konservasi Anggrek Alam yang dilaksanakan KWE

Gambar

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....... Error! Bookmark not defined.
TABEL 5.9 Rekapitulasi Perolehan IFAS dan EFASError!
GAMBAR 1.1
GAMBAR 2.2 Sustainable Tourism dan Ekowisata
+7

Referensi

Dokumen terkait