• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG RUMAH SAKIT AL-IRSYAD SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG RUMAH SAKIT AL-IRSYAD SURABAYA"

Copied!
399
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Perancangan Instalasi Listrik Gedung

Rumah Sakit Al-Irsyad Surabaya

Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan S1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

DISUSUN OLEH : EZAR KUNTORO KHAIRY

NIM: 20110120026

KONSENTRASI : TEKNIK TENAGA LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

(2)

i

SKRIPSI

Perancangan Instalasi Listrik Gedung

Rumah Sakit Al-Irsyad Surabaya

DISUSUN OLEH: EZAR KUNTORO KHAIRY

NIM: 20110120026

KONSENTRASI: TEKNIK TENAGA LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ezar Kuntoro Khairy NIM : 20110120026

Jurusan : Teknik Elektro UMY

Menyatakan bahwa :

Semua yang ditulis dalam naskah skripsi ini merupakan hasil karya tulis

saya sendiri dan bukan menjiplak hasil karya orang lain, kecuali dasar teori yang

saya cuplik dari buku maupun referensi dari berbagai jurnal yang tercantum pada

daftar pustaka sebagai referensi saya dalam melengkapi karya tulis ini. Apabila di

kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya siap menerima sanksi dari

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Yogyakarta, 2 Desember 2016

Yang menyatakan,

(4)

v

MOTTO :

“Allah tidak membebani sesorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

(QS. Al-Baqrah : 286).

“Jangan kau membuat skripsi yang sempurna, buatlah skripsi yang selesai.” (Anonim).

(5)

vi

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb.

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur penulis panjatkan akan kehadirat

Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan laporan skripsi dengan judul:

Perancangan Instalasi Listrik

Gedung Rumah Sakit Al-Irsyad Surabaya

Berbagai upaya telah penulis lakukan untuk menyelesaikan skripsi ini,

tetapi karena keterbatasan kemampuan penulis, maka penulis meminta maaf yang

sebesar-besarnya karena masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penyusunan

laporan skripsi ini, baik dalam susunan kata, kalimat maupun sistematika

pembahasannya. Penulis berharap laporan skripsi ini dapat memberikan sumbangan

yang cukup positif bagi penulis khususnya dan pembaca sekalian pada umumnya.

Terwujudnya Laporan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan

berbagai pihak yang sangat besar artinya. Dan dalam kesempatan ini, penulis

menyampaikan ucapan rasa terima kasih yang sebesar - besarnya kepada yang

terhormat :

1. Bapak Ir. Agus Jamal, M.Eng.

2. Bapak Ir. Slamet Suripto, M.Eng.

3. Bapak Iswanto, M.Eng.

(6)

vii 5. Bapak Winarsono dan Ibu Umsyah

6. Rekan Kerja MEP Konsultan SEDAN, Bapak Joko Novyanto, Bapak Nova

Nurdiansyah, Bapak Amrullah S, Bapak Maharsena, Bapak Rangga Aditya

dan Bapak Bani Rismanta

7. CV. Puri Teknik.

8. Rekan-rekan sedulur hore

9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Jurusan Teknik Elektro UMY.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu

per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, hal ini mengingat kemampuan dan pengalaman dalam penyusunan

skripsi ini yang sangat terbatas. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan dan pengembangan penelitian

selanjutnya. Tidak ada yang dapat penulis berikan

selain ucapan terima kasih atas seluruh bantuan yang telah diberikan.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi tambahan ilmu

bagi para pembaca. Semoga Allah SWT meridhoi kita semua, amin. Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 2 Desember 2016

Yang menyatakan,

(7)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL... vii

BAB I

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah... 4

1.4 Tujuan ... 4

1.5 Manfaat ... 5

1.6 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II - TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Dasar Teori ... 8

2.2.1 Gardu Tegangan Menengah PLN... 8

2.2.2 Panel Tegangan Menengah ... 9

(8)

ii

2.2.4 Genset (Generator Set) ... 11

2.2.5 Panel Utama Tegangan Rendah ... 12

2.2.6 Panel Distribusi ... 13

2.3 Sistem Listrik 3 Fasa ... 12

2.3.1 Hubungan Bintang (Y, wye) ... 15

2.3.2 Hubungan Segitiga ... 16

2.3.3 Daya Sistem 3 Fase Pada Beban Seimbang ... 16

2.4 Perbaikan Faktor Daya Dengan Kapasitor ... 18

2.4.1 Pengertian Faktor Daya/Faktor Kerja ... 19

2.4.2 Kapasitor untuk Memperbaiki faktor Daya... 19

2.4.3 Kapasitor Bank ... 20

2.4.4 Reactive Power Regulator ... 20

2.5 Sistem Grounding ... 21

2.5.1 Pengertian ... 21

2.5.2 Jenis-jenis Pembumian (Sistem Grounding) ... 22

2.6 Pencahayaan Buatan ... 25

2.7 Kotak Kontak ... 29

2.8 Ventilating and Air Conditioning ... 31

2.8.1 Tata Udara ... 31

2.8.2 AC Split ... 32

2.8.3 AC Split Duct ... 33

2.8.4 AC VRV Merk Daikin... 34

(9)

iii

2.9 Kabel Listrik ... 37

2.10 Rak Kabel ... 41

BAB III - METODOLOGI PENELITIAN ... 44

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ... 44

3.2 Alat dan Bahan ... 44

3.3 Langkah Penelitian ... 45

3.4 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 47

BAB IV

ANALISIS DAN HASIL RANCANGAN... 48

4.1 Obyek Rancangan ... 48

4.2 Penerangan dan Kotak Kontak ... 49

4.2.1 Analisis Perhitungan Titik Lampu... 49

4.2.2 Data AC dan Ventilasi Mekanik...107

4.3 Distribusi Listrik ...134

4.4 Skedul Beban Listrik ...136

4.4.1 Analisis Perhitungan dan Perancangan Skedul Beban ...136

4.5 Skedul Beban LVMDP ...268

4.5.1 Perbaikan Faktor Daya Berlangganan PLN ...272

4.5.2 Kapasitas Trafo dan Genset ...275

BAB V

PENUTUP ... 276

(10)

iv

5.2 Saran ...278

(11)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gardu Tiang PLN lengkap dengan Trafo Outdoor ... 8

Gambar 2.2 Kubikal Tegangan Menengah Merk Schneider Electric ... 9

Gambar 2.3 . Trafo Step Down Merk Starlite ... 9

Gambar 2.4Genset Tipe Open Merk Cummins ... 10

Gambar 2.5Genset Tipe Silent Merk Perkins ... 11

Gambar 2.6Panel AMF ATS 200kVA dengan Motorized MCCB (…) ... 11

Gambar 2.7Isi Panel Distribusi Listrik Sebelum Pengawatan (Pengkabelan) .. 12

Gambar 2.8Sistem Listrik 3 Fasa ... 14

Gambar 2.9Hubungan Bintang (Y, Wye) ... 14

Gambar 2.10Hubungan Segitiga (Delta, Δ, D)... 14

Gambar 2.11Hubungan Bintang dan Segitiga Yang Seimbang ... 15

Gambar 2.12Simbol Grounding(Pembumian) ... 19

Gambar 2.13Sistem TN-S ... 21

Gambar 2.14Sistem TN-C-S ... 22

Gambar 2.15Sistem TT ... 23

Gambar 2.16Contoh Penerangan KoridorRumah Sakit ... 23

Gambar 2.17Outlet Kotak Kontak Dinding ... 27

Gambar 2.18Outlet Kotak Kontak Lantai ... 28

Gambar 2.19AC Split Panasonic Tipe Wall Mounted ... 30

Gambar 2.20Grille AC Split Duct ... 31

(12)

vi

Gambar 2.22Kipas Axial Merk Kruger ... 34

Gambar 2.23Kabel NYA ... 36

Gambar 2.24 Kabel NYM... 36

Gambar 2.25Kabel NYY ... 37

Gambar 2.26Kabel NYA ... 37

Gambar 2.27Kabel NYGbY ... 38

Gambar 2.28Kabel BCC ... 38

Gambar 2.29Ladder Kabel di Atas Plafond ... 40

Gambar 2.30Ladder Kabel di Dinding ... 40

Gambar 4.1 Diagram Skematik Distribusi Listrik RS Al-Irsyad Surabaya ...133

(13)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tingkat pencahayaan yang direkomendasikan ... 26

Tabel 4.1 Data Lampu Lantai Basement ... 54

Tabel 4.10 Tabel Kapasitas AC Tipe Wall Mounted ...105

Tabel 4.11 Tabel Kapasitas AC Tipe Ceiling Cassette ...105

(14)

viii

Tabel 4.21 Skedul Beban LVMDP ...267

Tabel 4.22 Data Kapasitor Bank ...272

(15)
(16)
(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada suatu proyek pembangunan gedung bertingkat (high rise building) terdapat

tim-tim untuk mendukung suskesnya proyek pembangunan tersebut seperti tim

perencana (arsitek, struktur & MEP) dan tim pelaksana (lapangan). Tim perencanaan

mempunyai tugas untuk menyusun dan merancang desain teknis secara rinci yang

nantinya akan dipergunakan sebagai perdoman pelaksanaan pembangunan oleh tim

pelaksanaan. Produk yang dihasilkan oleh tim perencanaan dari proyek pembangunan

gedung bertingkat ini antara lain : gambar rencana, RAB (rencana anggaran dan biaya),

dan RKS (rencana kerja dan syarat-syarat).

Perencaan tim MEP (mekanikal, elektrikal & plumbing) mengerjakan gambar

rencana gedung mencakup semua utilitas kelistrikan, antara lain instalasi penerangan

dan kontak; suplai listrik VAC (tata udara dan ventilasi mekanik); suplai utilitas-utilitas

elektronik(fire alarm, sound system, jaringan telepon, jaringan computer, dan kamera

CCTV); suplai peralatan listrik (pompa air bersih, pompa hidrant dan lift); instalasi

panel-panel listrik; instalasi transformator tegangan rendah dan genset diesel; dan

instalasi penyalur petir.

Gambar perancanaan harus diperhitungkan secara akurat dan dirancang

sedemikian rupa sesuai dengan SNI atau standar kelistrikan internasional yang berlaku.

(18)

2

serendah-rendahnya. Selain itu, perencanaan sistem harus mempertimbangkan fungsi

utama dari bangunan dan memperhitungkan adanya renovasi pada masa mendatang.

Pada gambar perencaan harus memperhitungkan juga untuk perawatan gedung jika

terjadi kerusakan atau penggantian item listrik agar perawatan tidak sulit oleh tim

pelaksana.

Gedung Rumah Sakit Al-Irsyad adalah bangunan gedung rumah sakit yang

mempunyai fasilitas poliklinik, rawat inap VIP dan ruang operasi. Gedung ini memiliki

sepuluh lantai yang terdiri dari lantai basement, lantai 1 sampai 9. Tenaga ahli

mekanikal elektrikal pada proyek perencanaan in adalah Ir. Agus Jamal, M.Eng. APEI.

Sedangkan penulis tergabung dalam tim perencana sistem elektrikal dan elektronik yang

bekerja dibawah pengarahan beliau secara langsung.

Gedung rumah sakit Al-Irsyad nantinya akan menggunakan sistem genset untuk

suplai listrik cadangan agar suplai gedung tersebut tersedia secara terus menerus.

Dengan adanya sistem genset, gedung rumah sakit tetap dapat beroperasi meskipun

sedang terjadi pemadaman listrik dari PLN.

Dengan dasar pemikiran diatas, penulis mengangkat Perancangan Instalasi

Listrik Gedung Rumah Sakit Al-Irsyad Surabaya sebagai judul skripsi. Penulis

berharap, hasil dari skripsi ini berguna untuk pedoman pelaksanaan pembangunan

(19)

3 1. 2. PERUMUSAN MASALAH

Sistem elektrikal dan elektronik yang dipilih penulis untuk dibahas dalam skripsi

ini antara lain sebagai berikut.

1. Penerangan dan kotak kontak;

2. AC;

3. Elektronik;

4. Sistem distribusi listrik;

5. Schedule beban listrik; dan

6. Trafo dan genset.

Dari beberapa item pekerjaan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut.

1. Apa saja bahan dan material (lengkap dengan spesifikasi) yang akan

dipasang?

2. Bagaimana gambar sistem dan instalasi masing-masing item pekerjaan?

3. Berapa daya yang diperlukan untuk gedung RS Al-Irsyad Surabaya untuk

masing-masing item pekerjaan, yang mencangkup sistem elektrikal,

elektronik, AC, dan peralatan listrik lainnya?

4. Berapakah kapasitas kapasitor bank untuk Gedung RS Al-Irsyad?

5. Berapa kVA kebutuhan listrik Gedung Rumah Sakit Al-Irsyad?

6. Berapa kapasitas trafo dan genset untuk gedung tersebut?

(20)

4 1. 3. BATASAN MASALAH

Agar penulisan skripsi ini maksimal dan tidak melebar, maka dibuat suatu batasan

masalah, antara lain sebagai berikut.

1. Masalah dibatasi hanya pada perencanaan proyek pembangunan Gedung

Rumah Sakit Al-Irsyad Surabaya dan perencanaan dilaksanakan berdasarkan

denah arsitektur.

2. Masalah dibatasi hanya pada perencanaan sistem-sistem elektrikal, AC,

distribusi listrik, skedul beban listrik, kapasitas trafo dan genset seperti yang

sudah tercantum pada perumusan masalah.

3. Item pekerjaan AC pada Ruang Operasi Lantai 8 & 9 tidak dimasukkan

pembahasan. Namun, kebutuhan listriknya tetap dihitung di skedul beban.

4. Item pekerjaan elektronik seperti, fire alarm, sound system, telepon, data &

wifi,CCTV, MATV, Nurse Call, & Sistem Antrian tidak dimasukkan dalam

pembahasan. Namun, kebutuhan listriknya tetap dihitung di skedul beban.

5. Item pekerjaan lain seperti, elevator, pompa-pompa air, pemadam kebakaran,

dan selain yang disebutkan di atas tidak dimasukkan ke dalam pembahasan.

Namun, kebutuhan listriknya tetap dihitung di skedul beban.

1. 4. TUJUAN

Tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut.

1. Merancang gambar sistem dan instalasi per item pekerjaan.

2. Mengetahui kebutuhan listrik total gedung.

(21)

5

4. Mengetahui kapasitas trafo dan genset yang akan dipasang.

1. 5. MANFAAT

Penulisan skripsi ini memberikan manfaat ke beberapa pihak, antara lain sebagai

berikut.

1. Bagi penulis, penulisan skripsi ini adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teori yang didapat di bangku kuliah secara langsung ke dunia kerja khususnya

di bidang perencanaan sistem elektrikal dan elektronik gedung bertingkat,

sehingga menambah wawasan dan pengalaman kerja.

2. Bagi owner/pemilik proyek, perencanaan proyek pembangunan Gedung rumah sakit ini tentunya merupakan kepentingan utama owner. Jika

perencanaan sistem elektrikal dan elektronik proyek pembangunan gedung

rumah sakit ini telah diselesaikan, maka terpenuhi pula kepentingan owner.

Semakin cepat perencanaannya diselesaikan, semakin cepat pula pembangunan

gedung rumah sakit ini dilaksanakan.

3. Bagi dosen dan pihak universitas, penulisan skripsi yang mengangkat topik tentang perencanaan proyek pembangunan dengan keterlibatan penulis pada

pekerjaan di lapangan secara langsung pada umumnya sangat jarang. Skripsi

ini dapat dijadikan referensi akademis dan keinsinyuran untuk pengembangan

(22)

6 1. 6. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan skripsi ini disusun dalam beberapa bab utama, antara lain sebagai berikut.

1. Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika

penulisan.

2. Bab II Studi Pustaka, berisi landasan teori yang akan digunakan sebagai pedoman penyusunan analisis-analisis di Bab IV.

3. Bab III Metode Pelaksanaan, berisi tentang langkah-langkah pelaksanaan dan penulisan skripsi secara lengkap dan terperinci.

4. Bab IV Analisis dan Hasil Perancangan, berisi rincian bahan dan material yang akan dipasang (lengkap dengan spesifikasi); analisis dan perancangan

gambar (lengkap dengan gambar jadi) sistem dan instalasi per item pekerjaan.

(23)

7

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Sudah banyak penetilian mengenai perancangan gedung bertingkat dengan salah

satu referensi sebagai pedoman untuk Perancangan Instalasi Listrik Gedung Rumah

Sakit Al-Irsyad yaitu, skripsi yang dilakukan pada Amrullah [2014] tentang

Perencanaan Sistem Elektrikal dan Elektronik Proyek Pembangunan Hotel Fave

Yogyakarta. Didalam penelitian tersebut yaitu merancang sistem elektrikal dan

elektronik pada hotel yang terdiri dari lantai basement, lantai lobby, lantai 2-8, dan

lantai atap dengan total daya perencaan beban pada hotel dengan nilai daya semu (S) =

506,6 kVA dan nilai daya aktif (P) = 404,8kW, sehingga diperoleh kapasitas minimal

transformator dan genset sebesat 545 kVA.

Selain itu ada penelitian serupa seperti, Bani [2015] tentang Analisis Beban

Elektrikal pada Pembangunan Gedung Pasca Sarjana UMY yang terdiri lantai dasar,

lantai 1-5 dan lantai atap dengan total beban pada gedung dengan nilai daya semu (S) =

579,053 kVA dan nilai daya aktif (P) = 478 kW. Pada perhitungan total daya aktif

setelah terkena fator kebersamaan pada perencaan pembangunan gedung sebesar

322,666 kW, dan total daya semu setelah terkena faktor kebersamaan sebesar 403,230

kVA. Cos Φ instalasi pada gedung sebesar 0,79 dan menggunakan kapasitor bank

(24)

8 2.2 Dasar Teori

Berdasarkan sumber energinya sistem kelistrikan pada bangunan gedung dibagi

menjadi dua sumber yaitu Sumber Listrik dari PLN dan Sumber Listrik dari Genset,

dimana sumber listrik gedung ini memprioritaskan PLN sebagai sumber utama dan

genset sebagai cadangan (back up) bagian-bagian dari sistem kelistrikan pada sistem

bangunan gedung ini adalah sebagai berikut :

2.2.1. Gardu Tegangan Menengah PLN

Gambar 2.1. Gardu Tiang PLN lengkap dengan Trafo Outdoor

(Sumber:http://dc398.4shared.com/doc/zi2FtjQ_/preview.html)

Gardu Tegangan Menengah PLN adalah perlengkapan sistem kelistrikan milik

PLN sebagai panel distribusi tegangan menengah. Gardu Tegangan Menengah PLN ini

dihubungkan dengan Panel Tegangan Menengah menggunakan jenis kabel tegangan

(25)

9 2.2.2. Panel Tegangan Menengah

Gambar 2.2. Kubikal Tegangan Menengah Merk Schneider Electric

(Sumber:http://www.indotrading.com/product/p24935.aspx)

Panel Tegangan Menengah atau Medium Voltage Distribution Panel (MVDP)

yang ada pada gambar 2.2 adalah perlengkapan sistem kelistrikan tegangan menengah

untuk mensuplai daya dari PLN. MVDP terletak didalam bangunan Power House. Daya

listrik dari Panel Tegangan Menengah (MVDP) kemudian didistribusikan ke Step Down

(26)

10 2.2.3. Transformer Step Down

Gambar 2.3. Trafo Step Down Merk Starlite

(Sumber:http://elektronik.pelapak.com/trafo-merk-trafindo-dengan-daya-400kva.html)

Pada gambar 2.3 yaitu trafo step down berfungsi untuk menurunkan tegangan

menengah menjadi tegangan rendah, unit Trafo ini terhubung unit Panel Utama

(27)

11 2.2.4. Genset (Generator Set)

Gambar 2.4. Genset Tipe Open Merk Cummins

(Sumber:http://gudanggenset.com)

Sumber energi listrik dari selain PLN berasal dari unit Generator Set (genset).

Generator Set (genset) yang berfungsi sebagai pensuplai daya listrik cadangan yang

dapat bekerja apabila daya listrik utama dari PLN terputus. Genset ini terhubung dan

dikontrol dengan Panel Kontrol Genset (PKG). PKG terhubung dengan unit Panel

Utama Tegangan Rendah (LVMDP). PKG akan menghidupkan genset dan mensuplai

tegangan ke LVMDP bilamana terjadi gangguan pada sumber PLN, sehingga akan

memberikan pelayanan yang kontinyu terhadap ketersediaan sumber tenaga listrik dan

diharapkan dengan sistem tersebut kehandalan sistem energi listrik akan terpenuhi. Tipe

genset ada 2 yaitu tipe open dapat dilihat pada gambar 2.4 dan tipe silent dapat dilihat

(28)

12 Gambar 2.5. Genset Tipe Silent Merk Perkins

(Sumber:http://currentgeneration.co.nz)

2.2.5 Panel Utama Tegangan Rendah

Pada gambar 2.6 yaitu Panel Utama Tegangan Rendah atau Low Voltage Main

Distribution Panel (LVMDP) yang biasa terdapat pada bangunan gedung berfungsi

menerima daya listrik dari transformer atau genset/PKG untuk selanjutnya

didistribusikan ke panel-panel distribusi tegangan rendah. LVMDP ini menerima daya

listrik dari Trafo atau PKG. Pembagian distribusi listrik ke panel-panel distribusi

tegangan rendah dari outgoing LVMDP menuju ke panel adalah sebagai berikut: Panel

Sub Distribusi menggunakan jenis kabel NYY yang selanjutnya mendistribusikan

(29)

13 Gambar 2.6. Panel AMF ATS 200kVA dengan Motorized MCCB dan LVMDP

(Sumber:http://sentradayaabadi01.blogspot.com/p/amf-ats.html)

2.2.6. Panel Distribusi

Gambar 2.7. Isi Panel Distribusi Listrik Sebelum Pengawatan (Pengkabelan)

(Sumber:http://utakatikmikro.wordpress.com)

Gambar 2.7 yaitu contoh dari panel distribusi listrik, fungsi dari panel-panel

distribusi ini antara lain :

Mendistribusikan daya listrik sesuai kebutuhan (penerangan & kotak kontak).

(30)

14

Mendistribusikan daya listrik ke mesin-mesin penunjang produksi.

Kabel yang digunakan untuk instalasi penerangan dan kotak kontak adalah jenis

kabel NYA/NYM, sedangkan kabel yang digunakan untuk power (pompa, lift, dll)

adalah jenis kabel NYY, untuk jenis kabel khusus seperti yang digunakan pada electric

pump pada pompa pemadam kebakaran menggunakan jenis kabel FRC (Fire Resistance

Cable)

2.3. Sistem Listrik 3 Fasa

Pada sistem tenaga listrik 3 fasa, idealnya daya listrik yang dibangkitkan,

disalurkan dan diserap oleh beban semuanya seimbang, P pembangkitan = P pemakaian, dan

juga pada tegangan yang seimbang. Pada tegangan yang seimbang terdiri dari tegangan

1 fasa yang mempunyai magnitude dan frekuensi yang sama tetapi antara 1 fasa dengan

yang lainnya mempunyai beda fasa sebesar 120°listrik, sedangkan secara fisik

mempunyai perbedaan sebesar 60°, dan dapat dihubungkan secara bintang (Y, wye)

atau segitiga (delta, Δ, D).

Gambar 2.8. Sistem Listrik 3 Fasa

(Sumber:http://dunia-listrik.blogspot.com)

Gambar di atas menunjukkan fasor diagram dari tegangan fasa. Bila fasor-fasor

tegangan tersebut berputar dengan kecepatan sudut dan dengan arah berlawanan jarum

(31)

15

fasa V1, V2 dan V3. sistem 3 fasa ini dikenal sebagai sistem yang mempunyai urutan

fasa a – b – c . sistem tegangan 3 fasa dibangkitkan oleh generator sinkron 3 fasa.

2.3.1. Hubungan Bintang (Y, wye)

Pada hubungan bintang (Y, wye), ujung-ujung tiap fasa dihubungkan

menjadi satu dan menjadi titik netral atau titik bintang. Tegangan antara dua

terminal dari tiga terminal a – b – c mempunyai besar magnitude dan beda fasa

yang berbeda dengan tegangan tiap terminal terhadapa titik netral. Tegangan Va,

Vb dan Vc disebut tegangan “fasa” atau Vf.

Dengan adanya saluran / titik netral maka besaran tegangan fase dihitung

terhadap saluran / titik netralnya, juga membentuk sistem tegangan 3 fase yang

seimbang dengan magnitudenya (akar 3 dikali magnitude dari tegangan fase).

Gambar 2.9. Hubungan Bintang (Y, Wye)

(Sumber:http://dunia-listrik.blogspot.com)

Vline = √3 x Vfase = 1,73 x Vfase………...…...(2.1)

Sedangkan untuk arus yang mengalir pada semua fase mempunyai nilai

yang sama,

ILine = Ifase………..…...(2.2)

(32)

16 2.3.2. Hubungan Segitiga

Pada hubungan segitiga (delta, Δ, D) ketiga fase saling dihubungkan

sehingga membentuk hubungan segitiga 3 fase.

Gambar 2.10. Hubungan Segitiga (Delta, Δ, D) (Sumber:http://dunia-listrik.blogspot.com)

Dengan tidak adanya titik netral, maka besarnya tegangan saluran dihitung

antar fase, karena tegangan saluran dan tegangan fasa mempunyai besar

magnitude yang sama, maka:

Vline = Vfase………...(2.4)

Tetapi arus saluran dan arus fasa tidak sama dan hubungan antara kedua

arus tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan hukum kirchoff, sehingga:

Iline = √3 x Ifase = 1,73 x Ifase………....(2.5)

2.3.3. Daya Sistem 3 fase Pada Beban Seimbang

Jumlah daya yang diberikan oleh suatu generator 3 fase atau daya yang

diserap oleh beban 3 fase, diperoleh dengan menjumlahkan daya dari tiap-tiap

fase. Pada sistem yang seimbang, daya total tersebut sama dengan tiga kali daya

(33)

17 Gambar 2.11. Hubungan Bintang dan Segitiga Yang Seimbang

(Sumber:http://dunia-listrik.blogspot.com)

Jika sudut antara arus dan tegangan adalah sebesar θ, maka besarnya daya

perfasa adalah

Pfase = Vfase . Ifase. cos θ………...(2.6)

sedangkan besarnya total daya adalah penjumlahan dari besarnya daya tiap

fase, dan dapat dituliskan dengan,

PT = 3 . Vf . If . cos θ………...…...(2.7)

Pada hubungan bintang, karena besarnya tegangan saluran adalah 1,73Vfase

maka tegangan perfasanya menjadi Vline/1,73, dengan nilai arus saluran sama

dengan arus fase, IL = If, maka daya total (PTotal) pada rangkaian hubung bintang

(Y) adalah:

PT = 3 . VL/1,73 . IL. cos θ = 1,73 . VL. IL. cos θ………...(2.8)

Pada hubung segitiga, dengan besaran tegangan line yang sama dengan

tegangan fasanya, VL = Vfasa, dan besaran arusnya Iline = 1,73 Ifase, sehingga arus

perfasanya menjadi IL/1,73, maka daya total (Ptotal) pada rangkaian segitiga

adalah:

(34)

18

Dari persamaan total daya pada kedua jenis hubungan terlihat bahwa

besarnya daya pada kedua jenis hubungan adalah sama, yang membedakan hanya

pada tegangan kerja dan arus yang mengalirinya saja, dan berlaku pada kondisi

beban yang seimbang.

2.4. Perbaikan Daya Dengan Kapasitor

Dalam sistem listrik AC/Arus Bolak-Balik ada tiga jenis daya yang dikenal,

khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu:

• Daya semu (S, VA, Volt Amper)

• Daya aktif (P, W, Watt)

• Daya reaktif (Q, VAR, Volt Amper Reaktif)

Untuk rangkaian listrik AC, bentuk gelombang tegangan dan arus sinusoida,

besarnya daya setiap saat tidak sama. Maka daya yang merupakan daya rata-rata diukur

dengan satuan Watt, daya ini membentuk energi aktif persatuan waktu dan dapat diukur

dengan kwh meter dan juga merupakan daya nyata atau daya aktif (daya poros, daya

yang sebenarnya) yang digunakan oleh beban untuk melakukan tugas tertentu.

Sedangkan daya semu dinyatakan dengan satuan Volt-Ampere (disingkat, VA),

menyatakan kapasitas peralatan listrik, seperti yang tertera pada peralatan generator dan

transformator. Pada suatu instalasi, khususnya di pabrik/industri juga terdapat beban

tertentu seperti motor listrik, yang memerlukan bentuk lain dari daya, yaitu daya reaktif

(VAR) untuk membuat medan magnet atau dengan kata lain daya reaktif adalah daya

yang terpakai sebagai energi pembangkitan flux magnetik sehingga timbul magnetisasi

(35)

19

sehingga daya ini sebenarnya merupakan beban (kebutuhan) pada suatu sistim tenaga

listrik.

2.4.1. Pengertian Faktor Daya / Faktor Kerja

Faktor daya atau faktor kerja adalah perbandingan antara daya aktif (watt)

dengan daya semu/daya total (VA), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya

semu/daya total. Daya reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut ini dan

sebagai hasilnya faktor daya akan menjadi lebih rendah. Faktor daya selalu lebih

kecil atau sama dengan satu.

Secara teoritis, jika seluruh beban daya yang dipasok oleh perusahaan listrik

memiliki faktor daya satu, maka daya maksimum yang ditransfer setara dengan

kapasitas sistim pendistribusian. Sehingga, dengan beban yang terinduksi dan jika

faktor daya berkisar dari 0,2 hingga 0,5, maka kapasitas jaringan distribusi listrik

menjadi tertekan. Jadi, daya reaktif (VAR) harus serendah mungkin untuk

keluaran kW yang sama dalam rangka meminimalkan kebutuhan daya total (VA).

Faktor Daya / Faktor kerja menggambarkan sudut phasa antara daya aktif

dan daya semu. Faktor daya yang rendah merugikan karena mengakibatkan arus

beban tinggi. Perbaikan faktor daya ini menggunakan kapasitor.

2.4.2. Kapasitor untuk Memperbaiki Faktor Daya

Faktor daya dapat diperbaiki dengan memasang kapasitor pengkoreksi faktor

daya pada sistim distribusi listrik/instalasi listrik di pabrik/industri. Kapasitor

bertindak sebagai pembangkit daya reaktif dan oleh karenanya akan mengurangi

(36)

20 2.4.3. Kapasitor Bank

Kapasitor bank adalah peralatan listrik yang mempunyai sifat kapasitif, yang

akan berfungsi sebagai penyeimbang sifat induktif. Kapasitas kapasitor dari

ukuran 5 KVar sampai 60 KVar. Dari tegangan kerja 230 V sampai 525 Volt atau

Kapasitor Bank adalah sekumpulan beberapa kapasitor yang disambung secara

parallel untuk mendapatkan kapasitas kapasitif tertentu. Besaran yang sering

dipakai adalah Kvar (Kilovolt ampere reaktif) meskipun didalamnya terkandung /

tercantum besaran kapasitansi yaitu Farad atau microfarad. Kapasitor ini

mempunyai sifat listrik yang kapasitif (leading). Sehingga mempunyai sifat

mengurangi / menghilangkan terhadap sifat induktif (leaging).

2.4.4. Reactive Power Regulator

Peralatan ini berfungsi untuk mengatur kerja kontaktor agar daya reaktif

yang akan disupply ke jaringan/ system dapat bekerja sesuai kapasitas yang

dibutuhkan. Dengan acuan pembacaan besaran arus dan tegangan pada sisi utama

Breaker maka daya reaktif yang dibutuhkan dapat terbaca dan regulator inilah

yang akan mengatur kapan dan berapa daya reaktif yang diperlukan. Peralatan ini

mempunyai bermacam macam steps dari 6 steps, 12 steps sampai 18 steps.

Peralatan tambahan yang biasa digunakan pada panel kapasitor antara lain:

- Push button on dan push button off yang berfungsi mengoperasikan

magnetic contactor secara manual.

- Selektor auto – off – manual yang berfungsi memilih system operasional

auto dari modul atau manual dari push button.

- Exhaust fan + thermostat yang berfungsi mengatur ambeint temperature

(37)

21

kabel penghantar mempunyai disipasi daya panas yang besar maka temperature

ruang panel meningkat, setelah setting dari thermostat.

2.5. Sistem Grounding 2.5.1. Pengertian

Gambar 2.12. Simbol Grounding(Pembumian)

(Sumber:http://www.instalasilistrikrumah.com)

Grounding adalah penghubung bagian-bagian peralatan listrik yang pada keadaan

normal tidak dialiri arus. Simbol grounding pada umumnya dapat dilihat pada gambar

2.12, tujuan adanya grounding adalah untuk membatasi tegangan antara bagian-bagian

peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian-bagian ini dengan tanah sampai pada

suatu harga yang aman untuk semua kondisi operasi, baik kondisi normal maupun saat

terjadinya gangguan (trouble).

Kontinuitas penyaluran tenaga listrik sangat tergantung dari keandalan sistem

groundingnya. Sebuah bangunan gedung agar terhindar dari bahaya sambaran petir

dibutuhkan nilai tahanan grounding <5 ohm (PUIL 2000), sedangkan untuk grounding

peralatan-peralatan elekronika dibutuhkan nilai tahanan grounding <3 ohm bahkan

(38)

22

mendapatkan nilai tahanan grounding yang sekecil mungkin sangat sulit, karena nilai

tahanan grounding dipengaruhi beberapa faktor seperti: jenis tanah, jenis sistem

grounding, suhu dan kelembaban, kandungan elektrolit tanah dan lain-lain.

Beberapa jenis elektroda grounding yang biasa digunakan:

1. Elektroda Pita

2. Elektroda Batang

3. Elektroda Pelat

Pemilihan ukuran diameter konduktor grounding dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu:

1. Tidak melebur atau rusak apabila dialiri arus kesalahan yang mungkin terjadi.

2. Tahan secara mekanis terhadap tekanan-tekanan yang mungkin timbul.

3. Mempunyai konduktivitas yang baik dan merata.

2.5.2. Jenis-jenis Pembumian (Sistem Grounding)

Sistem grounding/pembumian perlu dimiliki pada suatu instalasi. Dalam

pemasangannya, sistem gorunding tersebut terbagi pada beberapa type tergantung dari

kebutuhan dan tingkat keamanan yang dibutuhkan serta regulasi yang berlaku pada

suatu wilayah yang kadang-kadang menetapkan tipe jenis pembumian yang hanya boleh

digunakan pada daerah tersebut oleh pejabat berwenang. Ketika akan mendesain suatu

sistem instalasi, hal pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan tipe pembumian

apa yang akan digunakan untuk instalasi tersebut.

Terdapat beberapa tipe pembumian yang digunakan berdasarkan standar IEEE

yang menjadi acuan terhadap sistem pembumian pada suatu instalasi, antara lain sebagai

(39)

23

 TN-S (Terre Neutral - Separate)

Gambar 2.13. Sistem TN-S

(Sumber:http://direktorilistrik.blogspot.com/)

Pada sebuah sistem TN-S dapat dilihat pada gambar 2.14, bagian netral sumber

energi listrik terhubung dengan bumi pada satu titik saja, sehingga bagian netral pada

sebuah instalasi konsumen terhubung langsung dengan netral sumber listrik. Type ini

cocok pada instalasi yang dekat dengan sumber energi listrik, seperti pada konsumen

besar yang memiliki satu atau lebih HV/LV transformer untuk kebutuhan sendiri dan

instalasi/peralatannya berdekatan dengan sumber energi tersebut (transformer).

 TN-C-S (Terre Neutral - Combined - Separate)

Sebuah sistem TN-C-S dapat dilihat pada gambar 2.13, memiliki saluran netral

dari peralatan distribusi utama (sumber listrik) terhubung dengan bumi dan pembumian

pada jarak tertentu disepanjang saluran netral yang menuju konsumen, biasanya disebut

sebagai Protective Multiple Earthing (PME). Dengan sistim ini konduktor netral dapat

berfungsi untuk mengembalikan arus gangguan pembumian yang mungkin timbul disisi

(40)

24

konsumen tinggal menghubungkan pembumiannya pada terminal (saluran) yang telah

disediakan oleh sumber listrik.

Gambar 2.14. Sistem TN-C-S

(Sumber:http://direktorilistrik.blogspot.com/)

 TT (Double Terre)

Pada sistem TT, bagian netral sumber listrik tidak terhubung langsung dengan

pembumian netral pada sisi konsumen (instalasi peralatan). Pada sistim TT, konsumen

harus menyediakan koneksi mereka sendiri ke bumi, yaitu dengan memasang elektroda

(41)

25 Gambar 2.15. Sistem TT

(Sumber:http://direktorilistrik.blogspot.com/)

Menurut pedoman teknis di bidang sarana dan prasarana kesehatan tahun 2014,

sistem pembumian (grounding system) harus terpisah antara grounding panel gedung

dan panel alat. Nilai grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0,2 Ohm.

2.6. PENCAHAYAAN BUATAN

Gambar 2.16. Contoh Penerangan Koridor Rumah Sakit

(42)

26

Pencahayaan (iluminasi) adalah kepadatan dari suatu berkas cahaya yang

mengenai suatu permukaan (Patty et.al., 1967). Cahaya mempunyai panjang

gelombang yang berbeda-beda dalam spektrum yang takpak (cahaya tampak),

yaitu kira-kira 380 – 780. Sebenarnya tidak ada batasan yang tepat dari spektrum

cahaya tampak. Mata normal manusia dapat menerima spektrum cahaya tampak

dengan panjang gelombang sekitar 400 – 700 nm. Tingkat pencahayaan

minimum dan renderasi warna yang direkomendasikan untuk berbagai fungsi

ruangan ditunjukkan pada tabel1.Metode dari sistem pencahayaan buatan SNI 2001

meliputi penentuan tingkat pencahayaan minimum (E) yang direkomendasikan,

tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan tercantum dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1. Tingkat pencahayaan yang direkomendasikan

Fungsi ruangan

Ruang gambar 750 1 atau 2 Gunakan pencahayaan setempat pada meja gambar.

(43)

27 sangat penting untuk menciptakan suasana/kesan ruang yang baik.

(1) (2) (3) (4)

Ballroom/ruang sidang. 200 1

Sistem pencahayaan harus di rancang untuk menciptakan suasana yang sesuai. Sistem pengendalian

“switching” dan “dimming” dapat

digunakan untuk memperoleh berbagai efek pencahayaan.

Ruang makan. 250 1

Cafetaria. 250 1

Kamar tidur. 150 1 atau 2 Diperlukan lampu tambahan pada bagian kepala tempat tidur dan cermin.

Dapur. 300 1

Rumah Sakit/ Balai pengobatan:

Ruang rawat inap. 250 1 atau 2

Ruang operasi, ruang bersalin. 300 1 Gunakan pencahayaan setempat pada tempat yang diperlukan.

Laboratorium 500 1 atau 2 Ruang rekreasi dan rehabilitasi. 250 1

Pertokoan/ penuhi pada lantai. Untuk beberapa produk tingkat

pencahayaan pada bidang vertikal juga penting.

(44)

28 Pekerjaan sedang 200~500 1 atau 2 Pekerjaan halus 500~1000 1 Pekerjaan amat halus 1000~2000 1 Pemeriksaan warna. 750 1

(1) (2) (3) (4)

Rumah ibadah:

Mesjid 200 1 atau 2

Untuk tempat-tempat yang mem- butuhkan tingkat pencahayaan yang lebih tinggi dapat digunakan pencahayaan setempat.

Gereja 200 1 atau 2 Idem

Vihara 200 1 atau 2 idem

Tabel 2.1 (Sumber: SNI Pencahayaan Buatan, 2001)

Pada dasarnya dalam perhitungan jumlah titik lampu pada suatu ruang

dipengaruhi oleh benyak faktor, antara lain: dimensi ruang, kegunaan / fungsi ruang,

warna dinding, type armature yang akan digunakan.

Jumlah lampu pada suatu ruang ditentukan / dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

Dimana:

N = jumlah titik lampu

E = Kuat Penerangan /target kuat penerangan yang akan dicapai (Lux) L = Panjang Ruang(Meter)

E x L x W

(45)

29 W = Lebar Ruang (Meter)

Ø = Total Lumen Lampu / Lamp Luminous Flux LLF = Light loss factor / Faktor Cahaya Rugi (0,7-0,8)

CU = coeffesien of utilization / Faktor Pemanfaatan (50-65 %) n = Jumlah Lampu dalam 1 titik Lampu

2.7. Kotak Kontak

Gambar 2.17. Outlet Kotak Kontak Dinding

(Sumber:http://muhammadroni21.blogspot.com/)

Di Indonesia, electrical socket outlet (kotak kontak) untuk instalasi rumah tinggal

menggunakan 2 kontak phasa dan netral, ditambah 2 kontak ground dapat dilihat pada

gambar 2.17. Pemasangan plug / tusuk kontak harus benar-benar rapat dan kuat agar

tidak menimbulkan panas dan menyebabkan kebakaran. Oleh karena itu, tusuk kontak

hendaknya disesuaikan dengan outlet yang terpasang dan lengkap dengan

ground(Pembumian) untuk peralatan yang berbahan metal seperti kulkas,

pompa-pompa, komputer, dsb.

Pemasangan socket outlet dapat dipasang di dinding, di meja , atau di lantai.

Untuk socket outlet lantai harus menggunakan socket outlet lantai khusus, dan untuk

(46)

30

berpelindung (lubang kontaknya tertutup). Untuk pemasangan di dinding ukuran

pemasangan sekurang-kurangnya 40 cm dari permukaan lantai. Pemakaian outlet

hendaknya satu socket outlet hanya untuk satu tusuk kontak, karena tusuk kontak yang

bertumpuk sangat riskan menimbulkan panas karena kendur atau kurang pas dengan

lubang socket outletnya. Tidak menggunakan Roll Cable atau Extention Cable dalam

jarak dekat untuk pemakaian dengan waktu yang lama, karena kabel menggulung yang

mengalirkan arus listrik akan menimbulkan panas dan lambat laun kabel tersebut

terbakar.

Gambar 2.18. Outlet Kotak Kontak Lantai

(Sumber:http://stopkontak-lantai.blogspot.com/2011/02/stopkontak-lantai.html)

Ada dua tipe kotak kontak, kotak kontak dengan pembumian dan stop kontak

tanpa pembumian. Kotak kontak dengan pembumian punya tiga lubang kontak, atau

lempeng logam pada sisi lubangnya. Lempeng logam inilah yang berfungsi sebagai

(47)

31

atau plastik. Banyak material yang digunakan untuk kotak kontak mulai dari kaca,

keramik, hingga aluminium.

Penggunaan kotak kontak sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang

di gunakan, penggunaan kotak kontak di lobbyhotel jenisnya akan berbeda dengan

kotak kontak yang ada di kamar tiduratau di kamar mandi. Hal ini dapat di bedakan

dengan jenis kotak kontaknya.

2.8. Ventilating and Air Conditioning (VAC) 2.8.1 Tata Udara

Penyegaran udara adalah suatu proses mendinginkan udara sehingga dapat

mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan yang dipersyaratkan terhadap

kondisi udara dari suatu ruangan tertentu. Selain itu mengatur aliran udara dan

kebersihannya. Di beberapa negara, beberapa faktor kesegaran tersebut di atas

ditetapkan dalam undang – undang sesuai dengan tujuan penggunaan ruangan, misalnya

untuk kantor, hotel dan sebagainyaSistem penyegaran udara pada umumnya dibagi

menjadi dua golangan utama, yaitu:

Penyegaran udara untuk kenyamanan, menyegarkan udara dari ruangan untuk

memberikan kenyamanan kerja bagi orang yangmelakukan kegiatan. Penyegaran udara

untuk industri, menyegarkan udara dari ruangan karena diperlukan oleh proses, bahan

(48)

32 2.8.2 AC Split

Gambar 2.19. AC Split Panasonic Tipe Wall Mounted (Atas: Unit Indoor; Bawah: Unit Outdoor)

(Sumber:http://shop.panasonic.com/)

Prinsip kerja AC Split maupun pada mesin pendingin model lainnya adalah sama

yaitu menyerap panas udara didalam ruangan yang didinginkan, kemudian melepaskan

panas keluar ruangan. Jadi pengertian AC Split adalah seperangkat alat yang mampu

mengkondisikan suhu ruangan sesuai yang kita inginkan, terutama mengkondisikan

suhu ruangan menjadi lebih rendah suhunya dibanding suhu lingkungan sekitarnya.Pada

Air Conditioner udara rungan terhisap disirkulasikan secara terus menerus oleh blower

(pada indoor unit) melalui sirip evaporator yang mempunyai suhu yang lebih dingin dari

suhu ruangan, saat udara ruangan bersirkulasi melewati evaporator, udara ruangan yang

bertemperatur lebih tinggi dari evaporator diserap panasnya oleh bahan

pendingin/refrigeran (evaporator), kemudian calor yang diterima evaporator dilepaskan

ke luar ruangan ketika aliran refrigeran melewati condenser (unit outdor).

Jadi, temperatur udara yang rendah atau dingin yang kita rasakan pada ruangan

sebenarnya adalah sirkulasi udara di dalam ruangan, bukan udara yang dihasilkan oleh

(49)

33

sekaligus menangkap kalor (panas) pada udara ruangan yang bersirkulasi melewati

evaporator hingga mencapai temperatur yang diinginkan.

2.8.3 AC Split Duct

Ducting untuk AC biasanya dipakai untuk instalasi AC sentral atau AC Split

Duct. AC sentral diperuntukkan untuk instalasi AC di satu gedung yang tidak memiliki

pengatur suhu per ruang. Semua dikontrol di satu titik, kemudian hawa dinginnya

didistribusikan dengan pipa ke ruangan-ruangan. Dengan AC sentral, yang bisa

dilakukan hanyalah mengecilkan dan membesarkan lubang tempat hawa dingin AC

masuk ke ruangan. AC sentral banyak diaplikasikan di mall, hotel, dan bangunan

komersil lainnya.

Gambar 2.20. Grille AC Split Duct

(Sumber:http://trade.indiamart.com/details.mp?offer=3982298630)

Sedangkan sistem ducting untuk AC, atau juga populer dengan sebutan Air

Handling System, merupakan bagian penting dalam sistem AC sebagai alat penghantar

udara yang telah dikondisikan dari berbagai sumber dingin maupun panas ke ruangan

yang akan dikondisikan. Perkembangan desain ducting untuk AC hingga saat ini sangat

dipengaruhi oleh tuntutan efisiensi, terutama efisiensi energi, material, pemakaian

(50)

34

Selain efisiensi, juga ada tuntutan kenyamanan (termasuk kesehatan dan

keselamatan) bagi pengguna. Oleh karena itu, desain ducting meliputi pula desain untuk

kebutuhan ventilasi, filtrasi, dan humidity. Tiap tipe sistem ducting memiliki manfaat

untuk aplikasi tertentu. Suatu tipe sistem yang tidak umum dipakai, mungkin lebih

efisien bila dipakai untuk suatu aplikasi tertentu yang tergolong unik. Saat ini telah

banyak dikembangkan berbagai tipe sistem ducting, dan ini akan terus berkembang

untuk memenuhi kebutuhan munculnya aplikasi-aplikasi yang baru. Dalam suatu desain

ducting untuk suatu gedung tertentu, sangat mungkin beberapa tipe dipakai untuk

memenuhi masing-masing kebutuhan.

2.8.4 AC VRV Merk Daikin

Gambar 2.21. Diagram Skematik AC VRV Merk Daikin

(Sumber:http://www.pacificairconditioner.com/ductless_air_conditioners_heat_pump.html)

VRV merupakan singkatan dari Variable Refrigerant Volume yang artinya sistem

kerja refrigerant yang berubah-ubah. VRV system adalah sebuah teknologi yang sudah

dilengkapi dengan CPU dan kompresor inverter dan sudah terbukti menjadi handal,

(51)

35

Split, atau AC Split Duct. Jadi dengan VRV System, satu outdoor bisa digunakan untuk

lebih dari 2 indoor AC.

Untuk AC DAIKIN VRV System, Daikin memakai teknologi inverter pada AC

tipe Variable Refrigerant Volume (VRV) yang biasa digunakan di gedung bertingkat.

Daikin VRV adalah suatu teknologi pengaturan kapasitas AC dari Daikin yang memiliki

kemampuan untuk mencegah pendinginan yang berlebih, sehingga dapat menghemat

listrik. Tak hanya menghemat listrik, Daikin VRV memiliki tingkat kebisingan yang

rendah, hemat tempat, dan dapat menggunakan satu outdoor unit untuk beberapa indoor

unit, serta dapat mengatur jadwal dan temperatur AC yang diinginkan secara

terkomputerisasi.

AC DAIKIN VRV IV dirancang untuk ruangan berukuran besar pada gedung

bertingkat, dengan memiliki beberapa fitur diantaranya:

1. Memiliki kapasitas yang besar untuk ruangan yang besar pula, dimana:

2. Outdoor unit dengan kapasitas sampai unit luar kombinasi

3. Luas jangkauan unit indoor / terhubung

4. Panjang pipa panjang / Tingkat perbedaan

(52)

36 2.8.5 Kipas Axial

Gambar 2.22. Kipas Axial Merk Kruger

(Sumber:http://www.krugerfan.com/indonesia.php)

Kipas Axial adalah salah satu dari alat ventilasi udara yang berbentuk Drum.

Axial ada yang di pasang di dinding (axial wall fan) yaitu yang berbentuk drum tanpa

kaki, yang berbentuk drum dan mempumyai kaki serta bisa di pindah-pindah (portable)

biasanya ukurannya tidak terlalu besar, atau yang berbentuk drum dan mempunyai kaki

tapi tidak bisa di pindah – pindah. Axial juga terdiri dari dua jenis yaitu Axial Direct

dan Axial Indirect / Pulley. Axial direct motornya terdapat didalam axial langsung ke

blade, sedangkan Axial Indirect / Pulley motornya berada diluar / diatas serta

menggunakan vanbelt.

Mempunyai daya hisap atau kapasitas yang besar tetapi daya dorong atau static

pressure yang kecil, jadi Kipas Axial digunakan diruangan yang cukup besar / ruangan

yang mempunyai kapasitas yang besar tetapi tidak memerlukan jarak buang / daya

dorong yang jauh. Dalam pengoperasiannya Axial menggunakan system Ducting dan

dapat digunakan diujung ducting. Panjang ducting harus disesuaikan dengan daya

dorong atau Static Pressure yang terdapat pada Axial tersebut. Kalau Ducting terlalu

(53)

37

Kipas Axial dapat digunakan di ruang produksi, ruang mesin, ruang genset, ruang

maintenance, ruang oven, dapur restaurant, gorong-gorong bawah tanah dll. Untuk

dapur restaurant biasanya menngunakan Axial Pulley supaya motornya mudah di

bersihkan, sedangkan untuk di gorong-gorong atau pengerjaan di ruang bawah tanah

dapat menggunakan Axial portable / portable ventilator. Axial juga dapat digunakan di

atas kapal atau dilepas pantai pengeboran minyak. Untuk ditempat tersebut digunakan

Axial Marine Fan yang mempunyai hertz 60 / 60Hz.

2.9. Kabel Listrik

Kabel listrik adalah media untuk menyalurkan energi listrik. Sebuah kabel listrik

terdiri dari isolator dan konduktor. Isolator adalah bahan pembungkus kabel yang

biasanya terbuat dari karet atau plastik, sedangkan konduktor terbuat dari serabut

tembaga atau tembaga pejal. Kemampuan hantar sebuah kabel listrik ditentukan oleh

KHA (kemampuan hantar arus) yang dimilikinya dalam satuan Ampere. Kemampuan

hantar arus ditentukan oleh luas penampang konduktor yang berada dalam kabel listrik.

Sedangkan tegangan listrik dinyatakan dalam Volt, besar daya yang diterima dinyatakan

dalam satuan Watt, yang merupakan perkalian dari:

"Ampere x Volt = Watt"

Pada tegangan 220 Volt dan KHA 10 Ampere, sebuah kabel listrik dapat

menyalurkan daya sebesar 220V x 10A = 2200 Watt.

Adapun jenis-jenis kabel listrik adalah sebagai berikut:

1. Kabel NYA

Biasanya digunakan untuk instalasi rumah dan sistem tenaga. Dalam

(54)

38

bahan isolasi PVC, dan seringnya untuk instalasi kabel udara. Kode warna isolasi

ada warna merah, kuning, biru dan hitam. Kabel tipe ini umum dipergunakan di

perumahan karena harganya yang relatif murah.

Gambar 2.23. Kabel NYA

(Sumber:http://mumetlistrik.blogspot.com/)

Lapisan isolasinya hanya 1 lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air dan

mudah digigit tikus. Agar aman memakai kabel tipe ini, kabel harus dipasang

dalam pipa/conduit jenis PVC atau saluran tertutup. Sehingga tidak mudah

menjadi sasaran gigitan tikus, dan apabila ada isolasi yang terkelupas tidak

tersentuh langsung oleh orang.

2. Kabel NYM

Gambar 2.24. Kabel NYM

(Sumber:http://mumetlistrik.blogspot.com/)

Digunakan untuk kabel instalasi listrik rumah atau gedung dan sistem

tenaga. Kabel NYM berinti lebih dari 1, memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya

(55)

39

lapisan isolasi dua lapis, sehingga tingkat keamanannya lebih baik dari kabel

NYA (harganya lebih mahal dari NYA). Kabel ini dapat dipergunakan

dilingkungan yang kering dan basah, namun tidak boleh ditanam.

3. Kabel NYY

Gambar 2.25. Kabel NYY

(Sumber:http://mumetlistrik.blogspot.com/)

Memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna hitam), ada yang berinti 2, 3

atau 4. Kabel NYY dipergunakan untuk instalasi tertanam (kabel tanah), dan

memiliki lapisan isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM (harganya lebih mahal

dari NYM). Kabel NYY memiliki isolasi yang terbuat dari bahan yang tidak

disukai tikus.

1. Kabel NYAF

(56)

40

Kabel NYAF merupakan jenis kabel fleksibel dengan penghantar tembaga

serabut berisolasi PVC. Digunakan untuk instalasi panel-panel yang memerlukan

fleksibelitas yang tinggi.

5. Kabel NYFGbY

Gambar 2.27. Kabel NYFGbY

(Sumber:http://mumetlistrik.blogspot.com/)

Kabel NYFGbY ini digunakan untuk instalasi bawah tanah, di dalam

ruangan di dalam saluran-saluran dan pada tempat-tempat yang terbuka dimana

perlindungan terhadap gangguan mekanis dibutuhkan, atau untuk tekanan

rentangan yang tinggi selama dipasang dan dioperasikan.

6. Kabel BCC

Gambar 2.28. Kabel BCC

(57)

41

Kabel ini dipilin/stranded, disatukan. Ukuran / tegangan maksimal = 6 – 500

mm2 / 500 V. Pemakaian kabel jenis ini di saluran diatas tanah dan penghantar

pentanahan / penangkal petir.

2.10. RAK KABEL

Kabel tray atau ladder adalah tempat dudukan kabelinstalasi listrik yang dipasang

pada bangunangedung sehingga tertata rapi dan mudah dalampemeliharaan dan

perbaikan, gambar ladder inidapat dilihat dibawah seperti sebuah rak relldengan

sekumpulan kabel tertata rapi. bahan yangdigunakan bisa terbuat dari alumunimum,

besi, bajadan material lainya. cara pemasangan kabel trayatau ladder adalah sebagai

berikut:

1. Pembuatan shop drawing penempatan jalur kabeldengan mempertimbangkan

bagian komponen bangunan lainya seperti titik lampu, instalasi pipa dll, agar

tidak berbenturan satu samalain maka dapat dibuat gambar instalasi secara

keseluruhan yang biasa disebut juga dengan shop drawing komposit.

2. Marking jalur tray atau ladder sesuai shop drawing

3. Tandai lokasi pengeboran untuk gantungan

4. Bor lokasi gantungan atau support

5. Pasang gantungan atau support ladder

6. Pasang kabel ladder

7. Pada setiap sambungan pasang penghubung grounding

8. Agar dapat bertahan lama maka kabel tray dapat di zincromate atau finish cat

(58)

42 Gambar 2.29. Ladder Kabel di Atas Plafond

(Sumber:http://www.ilmusipil.com/pemasangan-kabel-tray-atau-ladder)

Pemasangan pada plafond memerlukan perkuatan penggantung yang dipasang

dengan baikagar tidak mengalami keruntuhan, penggantung dipasang pada jarak yang

cukup sehinggadapat berfungsi baik namun tidak terlalu rapat karena dapat

menyebabkan pemborosanmaterial serta meningkatkan beban bangunan yang harus

ditanggung oleh struktur lantai danbalok gedung sehingga menjadi penyebab

keruntuhan.

Gambar 2.30. Ladder Kabel di Dinding

(Sumber:http://www.ilmusipil.com/pemasangan-kabel-tray-atau-ladder)

Pemasangan pada dinding perlu dibuatkan ruangan khusus mekanikal elektrikal

sehinggatidak mengganggu keindahan arsitektur bangunan. Jika terpaksa berada pada

ruangan yangmembutuhkan kerapian maka bisa dibungkus dengan dinding gypsum atau

batu batasehingga terlihat bersih dan rapi. Pada bangunan rumah tinggal dapat

(59)

43

terlalu rumit, pipa kabel juga berfungsi untuk memelihara keawetan kabel agar tidak

rusak karena berbagai hal seperti digigit tikus atau tergores karena aktifitas pelaksanaan

bagian konstruksi lainya. hal ini dapat mencegah terjadinya bahaya kebakaran akibat

konsleting arus pendek listrik meskipun terlihat sederhana namun sebaiknya dipasang

oleh ahli dibidangnya seperti pekerja listrik atau kontraktor mekanikal elektrikal untuk

(60)

44

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Proyek perencanaan ini telah dilaksanakan sejak 15 Februari 2016 s/d 3 Maret

2016. Semua pekerjaan termasuk penyusunan skripsi bertempat di Yayasan Rumah

Sakit Al-Irsyad di Jalan KH. M. Mansur 210-214 Surabaya.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek ini antara lain sebagai

berikut.

Alat :

Software AutoCAD (Gambar)

Software Microsoft Excel (Analisis dan Perhitungan)

Bahan :

Denah Arsitektur RS Al-Irsyad

Brosur dan Katalog Produk

PUIL 2000

Standar PLN

(61)

45 3.3. Langkah Penelitian

Diagram alir pelaksanaan Perancangan Instalasi Listrik Gedung Rumah Sakit

Al-Irsyad Surabaya antara lain sebagai berikut :

 Studi Pustaka

Sebelum merancang sistem elektrikal dan elektronik pada suatu proyek

gedung yaitu mempelajari buku-buku, artikel, makalah, standar-standar

perencaan elektrikal dan elektronik yang mendukung untuk perancangan sistem

elektrikal dan elektronik pada suatu proyek gedung bertingkat.

 Memilih Bahan dan Material yang akan dipasang

Setelah studi pustaka sudah dipelajari, langkah selanjutnya memilih

bahan-bahan dan material yang sesuai untuk pekerjaan elektrikal dan elektronik yang

akan digambar di denah arsitektur.

 Menggambar simbol per item pekerjaan

Langkah selanjutnya yaitu menggambar simbol per item pekerjaan yang

akan digunakan utnuk menggambar sistem dan plot item di denah arsitektur

Dari sistem elektrikal dan elektronik yang sudah dibuat, selanjutnya akan

(62)

46

pertimbangan apakah sistem sudah sesuai standar-standar instalasi dan sistem

akan bekerja dengan baik.

 Menggambar plot item

Setelah meng-analisis sistem rancangan yang sudah dibuat, yaitu

menggambar plot item pekerjaan elektrikal dan elektronik di denah arsitektur

sesuai dengan sistem yang sudah dibuat.

 Melengkapi gambar dan sistem

Melengkapi gambar dan sistem yaitu meneympurnakan gambar-gambar dan

sistem yang sudah dibuat pada denah arsitektur agar sistem dan gambar item

pekerjaan elektrikal dan elektronik didenah arsitektur saling mendukung.

 Menghitung skedul beban

Dari gambar dan sistem elektrikal dan elektronik selesai, menghitung

skedul beban listrik keseluruhan Gedung Rumah Sakit Al-Irsyad Surabaya.

meliputi; analisis daya tiap item elektrikal, elektronik dan beban listrik lainnya,

analisis daya semu dan daya aktif, pembagian arus fasa R, S, dan T agar

seimbang.

 Menentukan Kapasitas Kapasitor Bank

Menentukan kapasitas kapasitor bank dari hasil daya semua dan daya aktif

yang sudah didapat pada langkah menghitung skedul beban.

 Menentukan Kapasitas Trafo dan Genset

Setelah mendapatkan kapasitas kapasitor bank untuk Gedung Rumah Sakit

Al-Irsyad Surabaya, dapat ditentukan kapasitas Transformator dan Genset yang

(63)

47

 Memilih Daya PLN

Langkah selanjutnya yaitu memilih daya langganan kepada PLN setelah

mendapatkan kapasitas trafo & genset yang sudah ditentukan.

 Penulisan Skripsi

Langkah terakhir yaitu menulis analisis yang sudah dilakukan pada

langkah-langkah sebelumnya di dalam penulisan skripsi.

3.4. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan

Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Studi Pustaka

2 Pembuatan Proposal

3 Pengajuan Proposal

4 Proses Pembuatan Skripsi

5 Pengajuan Skripsi

6

Revisi & Penyempurnaan

Skripsi

(64)

48

mushola, rumah genset, trafo, MVMDP, dan LVMDP.

 Lantai 1; digunakan untuk tempat parkir, cubicle PLN, admin, ruang

tunggu customer care dan rekam medik.

 Lantai 2; digunakan untuk 10 ruang poliklinik umum, klinik jantung, lab

sampling, apotek dan ruang tunggu.

 Lantai 3; digunakan untuk ruang poli anak, poli kandungan, fisioterapi,

gym, terapi bicara, okupasi terapi, tumbuh kembang, pojok asi dan ruang

tunggu.

 Lantai 4,5, dan 6; setiap lantai nya digunakan untuk 12 ruang perawatan

VIP, konsultasi dokter, dan ruang tunggu.

 Lantai 7; digunakan untuk 5 ruang perawatan, ruang vk observasi, 2 vk

vip, bayi, susu, jaga bidan, konsultasi bidan dan ruang tunggu.

 Lantai 8; digunakan untuk ruang ICU, dan ruang tunggu

 Lantai 9; digunakan untuk 4 ruang operasi, ruang dokter, rapat, transfer

(65)

49

 Lantai Atap; digunakan untuk 2 rumah mesin lift

Denah arsitektur lengkap bisa dilihat pada bab lampiran.

4. 2. PENERANGAN DAN KOTAK KONTAK 4. 2. 1. Analisis Perhitungan Titik Lampu

Rumus untuk menghitung jumlah titik lampu dalam suatu ruangan antara

lain sebagai berikut.

� =∅ ∙ �� ∙ �∙ �

dimana, � = Jumlah titik lampu

= Lux minimal ruangan sesuai SNI

� = Luas ruangan (m2)

∅ = Fluks luminus lampu (lumen) - (dihitung per titik lampu)

�� = Faktor rugi-rugi cahaya (0,7 - 0,8)

� = Faktor utilitas (50% - 70%)

Jika luas ruangan, lux minimal ruangan, dan fluks luminus lampu sudah

diketahui, jumlah titik lampu ideal untuk ruangan tersebut dapat dihitung. Berikut

ini adalah analisis perhitungan untuk setiap ruangan.

A. Lantai Basement 1. R. Genset

 Jenis lampu yang akan dipasang = V-Shape LED 2x18W

 Fluks luminus lampu(∅) = 3200 lumen (brosur lampu)

 Lux minimal ruangan sesuai SNI ( ) = 150

(66)

50

 Faktor rugi-rugi cahaya (�� ) = 0,8 (estimasi)

 Faktor utilitas (� ) = 100% (estimasi)

� =∅ ∙ �� ∙ � ∙ =∙ � ∙ , ∙∙ , % = , � �

Maka, jumlah titik lampu ideal yang diperlukan adalah sebanyak 2 titik.

2. Lift Lobby 1

 Jenis lampu yang akan dipasang = Downlight LED 10W

 Fluks luminus lampu(∅) = 1100 lumen (brosur lampu)

 Lux minimal ruangan sesuai SNI ( ) = 100

 Luas ruangan (�) = 7,5 m2 (denah arsitektur)

 Faktor rugi-rugi cahaya (�� ) = 0,8 (estimasi)

 Faktor utilitas (� ) = 100% (estimasi)

� =∅ ∙ �� ∙ � ∙ =∙ � ∙ , ∙∙ , % = , � �

Maka, jumlah titik lampu ideal yang diperlukan adalah sebanyak 1 titik.

3. Ruang Gas Medis

 Jenis lampu yang akan dipasang = V-Shape LED 2x18W

 Fluks luminus lampu(∅) = 3200 lumen (brosur lampu)

 Lux minimal ruangan sesuai SNI ( ) = 150

 Luas ruangan (�) = 29 m2 (denah arsitektur)

 Faktor rugi-rugi cahaya (�� ) = 0,8 (estimasi)

(67)

51

� =∅ ∙ �� ∙ � ∙ =∙ � ∙ , ∙% = , � �

Maka, jumlah titik lampu ideal yang diperlukan adalah sebanyak 2 titik.

4. Ruang Parkir

 Jenis lampu yang akan dipasang = TL Bambu LED 18W

 Fluks luminus lampu(∅) = 2280 lumen (brosur lampu)

 Lux minimal ruangan sesuai SNI ( ) = 60

 Luas ruangan (�) = 440 m2 (denah arsitektur)

 Faktor rugi-rugi cahaya (�� ) = 0,8 (estimasi)

 Faktor utilitas (� ) = 0,7% (estimasi)

� =∅ ∙ �� ∙ � ∙ =∙ � ∙ , ∙ % =∙ , � �

Maka, jumlah titik lampu ideal yang diperlukan adalah sebanyak 20 titik.

5. Ruang MVMDP

 Jenis lampu yang akan dipasang = TL Bambu LED 18W

 Fluks luminus lampu(∅) = 2280 lumen (brosur lampu)

 Lux minimal ruangan sesuai SNI ( ) = 250

 Luas ruangan (�) = 6,32 m2 (denah arsitektur)

 Faktor rugi-rugi cahaya (�� ) = 0,8 (estimasi)

 Faktor utilitas (� ) = 100% (estimasi)

(68)

52

Maka, jumlah titik lampu ideal yang diperlukan adalah sebanyak 1 titik.

6. Ruang Trafo

 Jenis lampu yang akan dipasang = TL Bambu LED 18W

 Fluks luminus lampu(∅) = 2280 lumen (brosur lampu)

 Lux minimal ruangan sesuai SNI ( ) = 200

 Luas ruangan (�) = 10,4 m2 (denah arsitektur)

 Faktor rugi-rugi cahaya (�� ) = 0,8 (estimasi)

 Faktor utilitas (� ) = 100% (estimasi)

� =∅ ∙ �� ∙ � ∙ =∙ � ∙ , ∙∙ , % = , � �

Maka, jumlah titik lampu ideal yang diperlukan adalah sebanyak 1 titik.

7. Ruang LVMDP

 Jenis lampu yang akan dipasang = TL Bambu LED 18W

 Fluks luminus lampu(∅) = 2280 lumen (brosur lampu)

 Lux minimal ruangan sesuai SNI ( ) = 200

 Luas ruangan (�) = 9,6 m2 (denah arsitektur)

 Faktor rugi-rugi cahaya (�� ) = 0,8 (estimasi)

 Faktor utilitas (� ) = 100% (estimasi)

� =∅ ∙ �� ∙ � ∙ =∙ � ∙ , ∙∙ , % = , � �

Maka, jumlah titik lampu ideal yang diperlukan adalah

(69)

53 8. Lobby Lift 2

 Jenis lampu yang akan dipasang = Downlight LED 10W

 Fluks luminus lampu(∅) = 1100 lumen (brosur lampu)

 Lux minimal ruangan sesuai SNI ( ) = 100

 Luas ruangan (�) = 25 m2 (denah arsitektur)

 Faktor rugi-rugi cahaya (�� ) = 0,8 (estimasi)

 Faktor utilitas (� ) = 100% (estimasi)

� =∅ ∙ �� ∙ � ∙ =∙ � ∙ , ∙% = , � �

Maka, jumlah titik lampu ideal yang diperlukan adalah sebanyak 3 titik.

9. Mushola

 Jenis lampu yang akan dipasang = Downlight LED 10W

 Fluks luminus lampu(∅) = 1100 lumen (brosur lampu)

 Lux minimal ruangan sesuai SNI ( ) = 150

 Luas ruangan (�) = 34 m2 (denah arsitektur)

 Faktor rugi-rugi cahaya (�� ) = 0,8 (estimasi)

 Faktor utilitas (� ) = 100% (estimasi)

� =∅ ∙ �� ∙ � ∙ =∙ � ∙ , ∙% = , � �

Gambar

Gambar 2.8. Sistem Listrik 3 Fasa
Gambar 2.9. Hubungan Bintang (Y, Wye)
Gambar 2.10. Hubungan Segitiga (Delta, Δ, D)
Gambar 2.11. Hubungan Bintang dan Segitiga Yang Seimbang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diaplikasikan pada studi kasus, dimana objek kasus adalah kabel instalasi listrik yang terhubung pada suatu beban dan kabel ini terpasang sejajar dengan

Sebagai jawaban atas permasalahan ini, maka dibuatlah suatu Sistem Informasi Adminstrasi Keuangan Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit yang dapat digunakan untuk

• Contoh : Agar memudahkan dalam mencari trouble pada suatu sistem kontrol , maka sistem instalasi panel kontrol harus dilengkapi label pada peralatan listrik

Adapun batasan analisa data dalam Tugas Akhir ”Perancangan Instalasi Pemadam Kebakaran pada Gedung Kantor Central Park Jakarta” adalah sebagai berikut:..

Hasil dari penelitian menyatakan bahwa nilai hambatan isolasi dan susut tegangan pada gedung lama masih diatas standar PUIL, meskipun hasil pengukuran masih sesuai standar, beberapa

Masalah yang dihadapi saat ini pada Instalasi Hemodialisa Data pasien tidak sama antara pasien yang dilayani tindakan Hemodialisis (cuci darah) dengan yang ada pada laporan aplikasi,

Dan nantinya data tersebut diolah dan menjadi tabel dari jenis obat beserta dengan harga dan jumlahnya yang akan dihitung jumlah kumulatifnya dan juga persentasenya

Pada suatu instalasi listrik gedung bertingkat dimana banyak terdapat beban-beban antara lain, motor-motor, lampu flourescent / TL dengan ballast electronic, peralatan