• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya Bahasa Pada Beberapa Puisi Karya Du Fu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gaya Bahasa Pada Beberapa Puisi Karya Du Fu"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

GAYA BAHASA PADA BEBERAPA PUISI KARYA

DU

FU

杜甫诗歌修辞格

析(

Dùfǔ shīgē xiūcí gé fēnxī

)

SKRIPSI SARJANA

OLEH:

ANITA KESUMA

NIM: 110710002

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

GAYA BAHASA PADA BEBERAPA PUISI KARYA

DU

FU

杜甫诗歌修辞格 析

(Dùfǔ shīgē xiūcí gé fēnxī)

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Cina.

Oleh:

ANITA KESUMA 110710002

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

GAYA BAHASA PADA BEBERAPA PUISI KARYA

DU

FU

杜甫诗歌修辞格 析

(Dùfǔ shīgē xiūcí gé fēnxī) SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Cina.

Oleh:

Anita Kesuma 110710002

Pembimbing I, Pembimbing II

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A Liu Feng, Ph.D

NIP. 19630109 198803 2 001

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

(4)

2015

Disetujui oleh

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi Sastra Cina Ketua,

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. NIP. 19360109 198803 2 001

PENGESAHAN Diterima oleh :

(5)

Tanggal :

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP. 19511013 197603 1 001 Panitia Ujian

No. Penguji Tanda Tangan

1. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. ( )

2. Dr. Rohani Ganie, M.Hum ( )

3. Vivi Adryani Nasution, S.S., MTCSOL ( )

4. Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL ( )

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila penyataan yang

saya buat ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan

(6)

Medan, Juli 2015

Penulis,

(7)

ABSTRACT

The title of this thesis is “Gaya Bahasa Pada Beberapa Puisi Karya Du Fu” (“Du Fu Selected Poems based on Figure of Speech”). The thesis is focused on figure of speech in Du Fu’s poems in Tangshi Jingcui Lisi. Du Fu (712-770) is the classic poet who lives in the period of Tang Dynasty in China. The classic poet of China has a long history, it has 3000 years of history. The writer only analyse the fifteen poems that exist in this book. The semantic leksical applied in this thesis to examine the language meaning of Du Fu’s poems. The result of this thesis shows that five m ost-common-use of different figure of speech found in fifteen Du Fu’s poems. They are metapor, personification, hyperbole, dui’ou and erotesis question. This thesis also shows that the function of each four figure of speech in Du Fu’s poems is make the abstract things more specifically, add beauty or emotional intensity of the poem, make his poems become more interesting and touching.

Keywords: Puisi; Puisi China Klasik; Du Fu; Gaya Bahasa; Gaya Bahasa

(8)

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah “Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya Du Fu”. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis 15 buah puisi dan 5 gaya bahasa yaitu Biyu (perumpamaan), Bini (personifikasi), Kuazhang (hiperbola), Dui’ou (pararelisme) dan Shewen (erotesis). Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep gaya bahasa oleh Huang dan Liao. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Data berupa puisi-puisi karya Du Fu yang terdapat di dalam kumpulan puisi berjudul Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精萃 (律 诗). Untuk menganalisis makna pada gaya bahasa digunakan semantik leksikal. Lima gaya bahasa pada puisi karya Du Fu yang dominan pada level pertama adalah gaya bahasa Bini (personifikasi) 23%, Kuazhang (hiperbola) 23% dan Shewen (erotesis) 23%; level kedua adalah Dui’ou (pararelisme) 18% dan level ketiga adalah Biyu (perumpamaan) 13%.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul “Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi

Karya Du Fu”. Berkat dukungan dan bantuan dari banyak pihak yang

telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini akhirnya dapat

diselesaikan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi

ini, terutama kepada:

1. Bapak Drs. Syahron Lubis, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara,

2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, MA,. selaku Ketua Program Studi Sastra Cina

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang sekaligus

merupakan Dosen Pembina Akademik dan Dosen Pembimbing I yang

telah meluangkan waktunya membimbing penulis selama masa

perkuliahan dan dalam mengerjakan penyelesaian skripsi,

3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si., selaku Sekretaris Program studi

Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,

4. Bapak Liu Feng, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing II penulis yang telah

banyak membantu dan meluangkan waktu untuk membimbing dan

(10)

5. Para dosen Fakultas Ilmu Budaya, Sastra Cina, dan dosen tamu dari Jinan

University, Republik Rakyat China yang pernah memberikan mata kuliah

selama penulis kuliah dan jasa-jasa dalam mengajarkan ilmu pengetahuan,

budi pekerti, dan moral kepada penulis.

6. Keluarga penulis, Ayah, Ibu, Kakak, Adik dan teman spesial penulis, atas

perhatian, kasih sayang dan dukungan baik dalam materi dan non-materi

selama proses penyelesaian skripsi,

7. Teman-teman seangkatan dari stambuk 011 yang memberikan dukungan,

saran, kritik, bantuan lainnya, dan teman-teman lain yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap agar penulisan skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua. Terima Kasih.

Medan, 27 Juli 2015

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACK... i

ABSTRAKSI... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 6

1.3Rumusan Masalah... 8

1.4Tujuan Penelitian ... 8

1.5Manfaat Penelitian ... 8

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 8

1.5.2 Manfaat Praktis... 9

BAB II KONSEP, KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Konsep ... 10

2.1.1 Pengertian Gaya Bahasa... 10

2.1.2 Jenis-jenis Gaya Bahasa Mandarin 11 ... 11

1. Gaya Bahasa Biyu (比喻) ... 11

2. Gaya Bahasa Bini (比拟) ... 14

3. Gaya Bahasa Kuazhang (夸张) ... 16

4. Gaya Bahasa Dui’ou (对偶) ... 16

5. Gaya Bahasa Shewen (设问) ... 17

2.1.3 Pengertian Puisi... 18

2.1.3.1 Pengertian Puisi China... 18

2.1.4 Penyair Du Fu ... 20

(12)

2.2 Tinjauan Pustaka ... 23

2.3 Landasan Teori ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Data dan Sumber Data ... 28

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.3 Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Hasil ... 32

4.1.1 Hasil Penelitian Terhadap Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya Du Fu... 32

4.1.2 Hasil Penelitian Terhadap Makna Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya Du Fu ... 34

4.2 Pembahasan ... 35

4.2.1 Analisis Gaya Bahasa pada Puisi Du Fu ... 36

4.2.1.1 Gaya Bahasa Bǐyù pada Puisi Du Fu ... 36

4.2.1.2 Gaya Bahasa Bǐnǐ pada Puisi Du Fu ... 38

4.2.1.3Gaya Bahasa Kuāzhāng pada Puisi Du Fu ... 40

4.2.1.4Gaya Bahasa Duì’ǒu pada Puisi Du Fu ... 42

4.2.1.5Gaya Bahasa Shè wèn pada Puisi Du Fu ... 45

4.2.2 Analisis Makna Gaya Bahasa Pada Puisi Karya Du Fu ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 63 5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(13)

ABSTRACT

The title of this thesis is “Gaya Bahasa Pada Beberapa Puisi Karya Du Fu” (“Du Fu Selected Poems based on Figure of Speech”). The thesis is focused on figure of speech in Du Fu’s poems in Tangshi Jingcui Lisi. Du Fu (712-770) is the classic poet who lives in the period of Tang Dynasty in China. The classic poet of China has a long history, it has 3000 years of history. The writer only analyse the fifteen poems that exist in this book. The semantic leksical applied in this thesis to examine the language meaning of Du Fu’s poems. The result of this thesis shows that five m ost-common-use of different figure of speech found in fifteen Du Fu’s poems. They are metapor, personification, hyperbole, dui’ou and erotesis question. This thesis also shows that the function of each four figure of speech in Du Fu’s poems is make the abstract things more specifically, add beauty or emotional intensity of the poem, make his poems become more interesting and touching.

Keywords: Puisi; Puisi China Klasik; Du Fu; Gaya Bahasa; Gaya Bahasa

(14)

ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah “Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya Du Fu”. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis 15 buah puisi dan 5 gaya bahasa yaitu Biyu (perumpamaan), Bini (personifikasi), Kuazhang (hiperbola), Dui’ou (pararelisme) dan Shewen (erotesis). Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep gaya bahasa oleh Huang dan Liao. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Data berupa puisi-puisi karya Du Fu yang terdapat di dalam kumpulan puisi berjudul Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精萃 (律 诗). Untuk menganalisis makna pada gaya bahasa digunakan semantik leksikal. Lima gaya bahasa pada puisi karya Du Fu yang dominan pada level pertama adalah gaya bahasa Bini (personifikasi) 23%, Kuazhang (hiperbola) 23% dan Shewen (erotesis) 23%; level kedua adalah Dui’ou (pararelisme) 18% dan level ketiga adalah Biyu (perumpamaan) 13%.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bahasa tidak lain merupakan sarana manusia untuk mencapai berbagai

tujuan. Bahasa diartikan sebagai sistem tanda bunyi yang disepakati untuk

dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam

bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi. (Kushartanti &

Multamia RMT Lauder, 2005). Dengan kata lain, tidak ada kegiatan

manusia yang tidak disertai dengan bahasa.

Bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian,yang baik maupun

yang buruk; tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa; tanda yang jelas

dari budi kemanusiaan. (Samsuri, 1994:4). Dari pembicaraan seseorang

dapat diketahui kepribadiannya melalui motif keinginannya, latar belakang

pendidikannya, pergaulannya, adat istiadatnya, dan lain sebagainya.

Menurut pakar bahasa Mandarin, Huang dan Liao. (2007: 1), bahasa

merupakan produk dari masyarakat, yang dihasilkan dengan munculnya

masyarakat, dan berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat.

Dilihat dari strukturnya, bahasa merupakan suatu sistem yang berbentuk

dari tiga unsur utama yaitu tata bunyi, tata bentuk kata (kosa kata) dan tata

bahasa. Dilihat dari fungsinya, pengertian bahasa terdiri atas tiga, yaitu (i)

(16)

merupakan alat komunikasi yang sangat penting, (ii) dilihat dari hubungan

masyarakat dengan dunia luar, bahasa merupakan alat untuk mengenal

dunia luar, dan (iii) dilihat dari hubungan masyarakat dengan budaya,

bahasa merupakan sarana pengembangan kebudayaan, masyarakat

menggunakan bahasa untuk meneruskan dan membina kebudayaan.

Jika berbicara mengenai bahasa, maka tidak lepas dari berbicara

mengenai unsur-unsur bahasa. Unsur-unsur bahasa yang dapat

membangun atau menceritakan teknik bercerita dinamakan gaya bahasa.

(Zulfahnur, 1996: 38). Gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan

pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan

kepribadian penulis. (Keraf, 2007: 113)

Gaya bahasa dapat digunakan dalam segala ragam bahasa, baik ragam

lisan, tulis, nonsastra, maupun ragam sastra, karena gaya bahasa adalah

cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu

untuk maksud tertentu. Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal,

struktur kalimat, majas, citraan dan pola rima, yang digunakan seorang

sastrawan atau yang terdapat dalam sebuah karya sastra.

Karya sastra telah melekat dalam kehidupan sehari-hari manusia,

karena karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang

meliputi kehidupan manusia. Permasalahan itu dapat berupa apa yang

(17)

kehidupan yang diciptakan, baik berupa novel, puisi maupun drama yang

dipahami dan dimanfaatkan oleh para penikmat karya sastra sebagai media

hiburan dan apresiasi. (Wellek dan Warren, 1990: 51)

Wellek dan Warren (1990: 48), menggolongkan karya sastra menjadi

dua yaitu karya sastra tertulis dan karya sastra lisan. Sastra lisan adalah

sastra yang diekspresikan langsung secara verbal dengan bahasa sebagai

media penyampaiannya. Sastra tulisan adalah karya sastra yang

dipopulerkan melalui tulisan-tulisan yang sering ditemui seperti prosa,

puisi, roman dan cerpen. Sementara menurut Pradopo (1999: 5), karya

sastra terdiri atas dua jenis sastra (genre), yaitu prosa dan puisi. Prosa

disebut juga karangan bebas yang berarti prosa tidak terikat oleh

aturan-aturan ketat, sementara puisi disebut sebagai karangan terikat karena puisi

terikat oleh aturan-aturan ketat.

Puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan

penggulangan suara sebagai ciri khasnya. (Damayanti, 2013: 12). Negeri

China terkenal dengan pepatah atau puisi klasik yang memiliki arti,

amanat dan manfaat yang mendalam dalam kehidupan manusia, serta

dapat menjadi pedoman atau prinsip bagi setiap orang yang mendalami

makna dari puisi tersebut. Puisi China memiliki sejarah yang panjang dan

kaya akan gaya bahasa serta dikembangkan dari zaman ke zaman.

Membahas puisi China tidak terlepas dari satrawan Du Fu (712-770),

seorang penyair yang terkenal dan bersejarah pada masa Dinasti Tang.

(18)

tokoh pendidikan. Karya puisi Du Fu berjumlah 1.400 buah puisi,

puisi-puisinya mengekspresikan jiwa kearifan yang terdapat dalam dirinya.

Beliau sangat menghargai kaum buruh pada masa Dinasti Tang, dan terus

membela rakyat untuk mendapatkan hak atau perlakuan yang lebih layak

bagi buruh. Oleh karena itu, puisi-puisinya dikenang dan menjadi inspirasi

bagi para sastrawan dari dahulu hingga sekarang.

Sajak dalam puisi Du Fu terdapat banyak gaya bahasa yang memukau

dan mempesona hati para pembacanya. Du Fu memanfaatkan berbagai

gaya bahasa sebagai salah satu cara untuk memperindah sajak dalam

puisinya. Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk

meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta

memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal

lain yang lebih umum. (Tarigan, 1985: 5). Berikut adalah salah satu bait

dari puisi karya Du Fu yang menggunakan gaya bahasa, puisi yang

berjudul Wàng yuè (望岳) ini terdapat di dalam kumpulan puisi berjudul Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精萃 (律诗).

会当凌绝顶,一 山小銔

Huì dāng líng juédǐng, yīlǎn zhòng shān xiǎo.

Akhirnya suatu hari dapat mendaki hingga ke puncak gunung,

melihat sekumpulan gunung yang tampak penuh harapan yang

samar-samar. (Jiang, 1996: 52)

Dalam bait tersebut Du Fu menggunakan gaya bahasa Khuazhang atau

(19)

Dalam bait tersebut penyair menggambarkan sekumpulan gunung yang

terlihat seperti saling berbaris.

Gaya bahasa dipakai dalam puisi untuk mengekspresikan pengarang dalam

memperindah puisi, menguatkan nilai pada puisi atau menguatkan makna puisi.

Gaya bahasa yang digunakan setiap penyair maupun penulis dalam karya sastra

mereka berbeda-beda, mencerminkan jalan pikiran dan sudut pandang mereka

yang berbeda. Karya Du Fu lebih banyak menceritakan tentang penderitaan rakyat

dan kesetiaannya pada negara melalui bahasa yang indah, jiwa kearifannya

terhadap hak kaum buruh melalui bahasa yang indah, serta menggunakan bahasa

yang mudah dipahami.

Gaya bahasa tidak terlepas dari makna yang terkandung di dalamnya, karena

melalui gaya bahasa pembaca dapat dengan mudah memahami maksud tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna adalah pengertian yang

diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Makna termasuk dalam golongan kata

semantik, karena semantik juga membahasa tentang makna. Berdasarkan jenisnya

semantik terdiri dari beberapa makna salah satunya adalah makna leksikal,yaitu

dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau

bersifat kata yang sesuai dengan hasil observasi alat indra atau makna

sesungguhnya di dalam kehidupkan kita. Misalnya leksem kuda memiliki makna

leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat yang dapat dikendarai’. (Chaer 1990:62)

Penulis sangat tertarik membahas tentang gaya bahasa. Oleh karen itu,

penulis terkait untuk mengangkat topik “Analisis Gaya Bahasa pada Beberapa

(20)

buah puisi yang terdapat pada buku Tang Shi Jing Cui (LuShi) 銙唐诗精萃銚(律

诗) yang berisi kumpulan puisi terkenal yang ditulis oleh penyair-penyair pada

masa Dinasti Tang. Kelima belas puisi karya Du Fu dapat mewakili 1400 buah

puisinya adalah puisi yang termasyur atau terkenal. Gaya bahasa yang terdapat

didalam puisi tersebut adalah gaya bahasa yang sering digunakan pada

pembelajaran bahasa Mandarin. Dengan demikian diharapkan pembaca dapat

lebih memahami penggunaan gaya bahasa dalam puisi China klasik, dan

membantu meningkatkan pengetahuan tentang gaya bahasa yang terdapat pada

puisi China.

Penelitian ini memfokuskan pada lima jenis gaya bahasa yang sering

digunakan dalam pembelajaran bahasa Mandarin, yakni: gaya bahasa Bǐyù (比喻),

Bǐnǐ (比拟), Kuāzhāng (夸 ), Duì’ǒu (对偶), dan Shè wèn (设问).

1.2Batasan Masalah

Suatu penelitian harus mempunyai batasan masalah. Batasan ini sangat

penting dalam suatu penelitian. Hal ini dimaksudkan agar penelitian tersebut

terarah dan tidak terjadi kesimpangsiuran masalah yang hendak diteliti, serta

tujuan dari penelitian dapat tercapai. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di

atas, penulis hanya akan membahas mengenai gaya bahasa yang terdapat didalam

puisi karya Du Fu. Hal ini disebabkan penggunaan gaya bahasa cukupbanyak

ditemukan di dalam puisi beliau

(21)

Bēi chén táo, (5) 春望 Chūn wàng, (6) 天 怀李 Tiān mò huái

lǐbái, (7) 蜀相 Shǔxiāng, (8) 春夜喜雨 Chūn yè xǐyǔ, (9)

军收河南 Wén guān jūn shōu hénán běi, (10) 旅夜书怀 Lǚ yè shū huái, (11) 秋兴八首 一 Qiū xìng bā shǒu(Qí yī), (12) 咏

怀 迹五首 Yǒnghuái gǔjī wǔ shǒu (qí sān), (13) 登高 Dēnggāo, (14) 登 岳 楼 Dēng yuèyánglóu dan (15) 登 楼

Dēnglóu.

Gaya bahasa dalam bahasa Mandarin dapat dibagi menjadi 21 jenis,

berdasarkan fungsi dan struktur masing-masing. Menurut Huang dan Liao, jenis

gaya bahasa Mandarin terdiri atas 21, yakni: Bǐyù (比喻), Bǐnǐ (比拟), Jièdài (

代), Niān lián (拈连), Kuāzhāng (夸 ), Shuāngguān ( 关), Fǎng cí (仿词),

Fǎnyǔ ( 语), Wǎnqū (婉曲), Duì’ǒu (对偶), Páibǐ (排比), Céng dì (层递), Dǐng

zhēn (顶真), Huíhuán (回 ), Duìbǐ (对比), Yìngchèn ( 衬), Fǎnfù ( 复), Shè

wèn (设 问), Fǎnwèn ( 问), Tōng gǎn (通感) dan Jǐngcè (警 策). Namun

dikarenakan keterbatasan dan kemampuan penulis dalam menganalisis gaya

bahasa puisi China, maka penulis membatasi pembahasan pada 5 jenis gaya

bahasa saja, yaitu: gaya bahasa Bǐyù (比喻), Bǐnǐ (比拟), Kuāzhāng (夸 ),

Duì’ǒu (对偶), dan Shè wèn (设问). Lima jenis gaya bahasa tersebut adalah gaya

bahasa yang sering digunakan dalam proses belajar bahasa Mandarin serta sering

(22)

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan

dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Gaya bahasa apakah yang terdapat di dalam puisi karya Du Fu ?

2. Makna apakah yang terkandung di dalam gaya bahasa puisi karya Du Fu?

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan gaya bahasa yang terdapat dalam puisi karya Du Fu.

2. Mendeskripsikan makna yang terkandung di dalam gaya bahasa puisi karya Du Fu.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian antara lain, sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai salah satu rujukan

penelitian mengenai kesusasteraan China dan selanjutnya dapat

membantu penelitian-penelitian yang berhubungan dengan

pembahasan gaya bahasa pada beberapa puisi karya Du Fu.

2. Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam pengembangan

keilmuan, khususnya terhadap kajian sastra, kajian linguistik, struktur

(23)

3. Penelitian ini diharapkan mampu mengilhami sastrawan dalam

menggunakan gaya bahasa pada puisi.

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian antara lain, sebagai berikut:

1. Memberikan pemahaman bagi publik tentang penggunaan gaya bahasa

pada puisi.

2. Memberikan kontribusi terhadap ciri khas gaya bahasa pada puisi

karya Du Fu.

3. Memberikan motivasi bagi peneliti selanjutnya untuk lebih giat

(24)

BAB II

KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

2.1 Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun

yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk

memahami hal-hal tersebut. (Kridalaksana, 2001: 117). Konsep yang

digunakan di dalam penelitian ini yakni: pengertian gaya bahasa, puisi,

penyair Du Fu dan landasan teori.

2.1.1 Pengertian Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk

meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta

memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal

lain yang lebih umum. (Tarigan, 1985: 5). Gaya bahasa dapat dibatasi

sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang

memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. ( Keraf, 2007: 113)

Huang dan Liao (1991: 208), menyatakan bahwa gaya bahasa memiliki

tiga makna, yakni: (1) Gaya bahasa merupakan teknik, cara, dan aturan dalam

menggunakan bahasa; (2) Gaya bahasa pada saat berbicara atau menulis karya

(25)

retoris; (3) Gaya bahasa merupakan salah satu cara untuk memperkuat ekspresi

atau perasaan penulis pada hasil karya sastra.

Gaya bahasa merupakan salah satu unsur dari sebuah puisi. Gaya bahasa

adalah cara khas menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan.

(Moelino, 1989). Dalam puisi, penyair berusaha menyampaikan ide, perasaan dan

pikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga

tampak indah dan penuh makna. Oleh karena itu, untuk dapat membaca puisi

dengan baik,memahami, memaknai, menganalisis, dan mengajarkan puisi, kita

harus memahami gaya bahasa tersebut.

2.1.2.1 Jenis-jenis Gaya Bahasa

Huang dan Liao (1991: 240), membagi gaya bahasa menjadi 21 jenis, antara

lain:

1. Gaya Bahasa Bǐyù (比喻)

Huang dan Liao (1991:240), menjelaskan Bǐyù adalah

perumpamaan, yakni menggunakan benda atau hal yang berbeda satu sama

lain namun memiliki titik persamaan untuk menggambarkan suatu hal atau

benda lain. Benda yang dibandingkan disebut “Benti” dapat diterjemahkan

menjadi “noumenon”, dan benda yang digunakan sebagai pembanding

disebut “Yuti” dapat diterjemahkan sebagai “pembanding”, kata yang

menghubungkan kedua benda disebut dengan “Yuci” yang diterjemahkan

(26)

benda atau hal yang sifatnya berbeda, namun menggunakan satu sisi

kemiripan untuk melakukan perbandingan.

Gaya bahasa perumpamaan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni:

Míngyù, Ànyù dan Jièyù.

a. Gaya Bahasa Míngyù (明喻)

Míngyù sama dengan gaya bahasa simile/perumpamaan pada bahasa

Indonesia. Menurut Tarigan (1985: 9), perumpamaan adalah perbandingan dua

hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama.

Perbandingan ini secara eksplisit ditandai oleh pemakaian kata “seperti” dan

sejenisnya (ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka (seolah-olah),

serupa, dan lain-lain).

Menurut Huang dan Liao (1991: 241-242), pada gaya bahasa Míngyù

(perumpamaan), noumenon (benda yang dibandingkan), dan Yuti (pembanding)

muncul bersamaan diantaranya terdapat kata banding seperti: “像xiàng, rú,

shì,仿 fǎngfú,犹如yóurú, 如 yǒurú, 一般yībān” dan lain-lain.

Contoh: (1)

叶子出水限高,像 舞女裙銔

Yè zǐ chūshuǐ xiàn gāo, xiàng tíngtíng wǔnǚ qún

Daun batasan air tinggi, seperti rok para penari perempuan di paviliun.

(27)

b. Gaya Bahasa Ànyù (暗喻)

Ànyù sama dengan gaya bahasa metafora pada bahasa Indonesia. Huang

dan Liao dalam buku Xiandai Hanyu mengatakan gaya bahasa Ànyù disebut

juga sebagai gaya bahasa Yinyu. Pada gaya bahasa ini noumenon dan

pembanding muncul, namun kata pembandingnya berupa: “是 shì(adalah), 变

biànchéng (menjadi), chéngwéi (menjadi), 等于děngyú (sama dengan)”

dan lain-lain.

Contoh:

(2)

爱护书籍吧,他是知识的源泉。 Àihù shūjí ba, tā shì zhīshì de yuánquán.

Cintailah buku-buku, dia adalahsumber dari pengetahuan.

Pada contoh (2) di atas noumenon adalah “buku”, pembandingnya

adalah “sumber dari pengetahuan”, sementara kata bandingnya “adalah”.

c. Gaya Bahasa Jièyù (借喻)

Pada gaya bahasa ini noumenon tidak muncul, tidak terlihat pada kalimat,

langsung menggunakan pembanding untuk menggantikan noumenon (Huang,

1991: 242).

Contoh:

(3)

鲁迅在一片文章 , 打落水狗銔他说,如果 打落水狗,它一

(28)

Lǔxùn zài yīpiàn wénzhāng lǐ, zhǔzhāng dǎ luòshuǐgǒu. Tā shuō, rúguǒ bù dǎ luòshuǐgǒu, tā yīdàn tiào qǐlái, jiù yào yǎo nǐ, zuìdī xiàndù yě yào jiàn nǐ yīshēn de wū ní

Luxun (novelis) dalam satu karyanya menganjurkan, pukulah anjing yang jatuh ke parit. Dia mengatakan, jika tidak memukulnya, maka saat ia keluar melompat, pasti berniat mengigitmu, kemungkinan paling kecil juga ingin mencipratmu dengan lumpur kotor.

Pada contoh (3) di atas perumpamaan menggunakan klausa

anjing yang jatuh ke parit” sebagai pembanding untuk menyatakan

“musuh yang terpukul”. Pada contoh tersebut tidak muncul noumenon dan

tidak ada kata banding, tetapi langsung menggunakan pembanding sebagai

noumenon-nya.

2. Gaya Bahasa Bǐnǐ (比拟)

Berdasarkan imajinasi membuat manusia seolah-olah seperti benda

maupun sebaliknya, membuat benda seolah-olah memiliki jiwa seperti

manusia (Huang, 1991: 246). Dalam bahasa Indonesia disebut juga

sebagai gaya bahasa personifikasi. Gaya bahasa ini dapat dibedakan

menjadi dua jenis yakni: personifikasi dan depersonifikasi.

a. Membuat benda seolah-olah menjadi manusia (personifikasi)

Gaya bahasa ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda

mati dibuat dapat berbuat, berpikir dan sebagainya seperti manusia.

(29)

Contoh:

(4)

春风 胆来流柳,夜雨瞒人去润花

Chūnfēng fàngdǎn lái liú liǔ, yè yǔ mán rén qù rùn huā.

Angin musim semi memberanikan diri untuk menyisir pohon willow,

hujan malam hari diam-diam menyirami bunga.

Pada contoh (4) di atas “angin musim semi” adalah pelaku dan kata

kerja yang mengikuti “yaitu menyisir pohon”. “hujan malam hari” adalah

pelaku dan kata kerja yang mengikuti yaitu “menyirami bunga”, contoh

(4) merupakan benda namun dibuat seolah-olah menjadi manusia yang

dapat bergerak untuk menyisir pohon willow dan memiliki perasaan

memberanikan diri.

b. Membuat manusia seolah-olah menjadi benda (depersonifikasi)

Gaya Bahasa ini merupakan kebalikan dari gaya bahasa

personifikasi,yakni membedakan manusia. Dalam bahasa Mandarin, gaya

bahasa ini membuat manusia seolah-olah adalah hewan atau binatang.

Contoh:

(5)

骄傲自满, 巴都翘 来了 Tā jiāo'ào zìmǎn, wěibā dōu qiào shàngláile.

(30)

“Ekor” merupakan bagian tubuh yang hanya dimiliki oleh hewan

dan tidak terdapat pada manusia. Pada contoh (5) di atas manusia

digambarkan seolah-olah memiliki ekor.

3. Gaya Bahasa Kuāzhāng (夸 )

Kuāzhāng sama dengan gaya bahasa hiperbola pada bahasa Indonesia.

Gaya bahasa ini sengaja membuat pernyataan tentang hal atau sesuatu benda

menjadi berlebih-lebihan dari sifat, ukuran, maupun jumlah aslinya.

Contoh:

(6)

隔壁千家醉,开坛十 香銔

Gébì qiānjiā zuì, kāi tán shílǐxiāng.

Araktetangga sebelah memabukkan ribuan orang, membuka tutup arak

aromanya tercium sampai ribuan meter.

Pada contoh (6) aroma arak dilebih-lebihkan sehingga membuat

mabuk ribuan orang dan tercium sampai ribuan meter, menandakan

aromanya yang sangat kental.

4. Gaya Bahasa Duì’ǒu (对偶)

Duì’ǒu hampir sama dengan gaya bahasa pararelisme dalam bahasa

Indonesia. Gaya bahasa ini menggunakan kelompok kata atau kalimat yang

memiliki bentuk yang sama atau mirip, jumlah kata yang sama, dan memiliki arti

yang berkaitan erat untuk menyatakan maksud yang sama ataupun berlawanan.

(31)

Contoh

(7)

风声銓雨声銓读书声銓声声入耳

家 銓国 銓 銓 关心銔

Fēngshēng,yǔshēng,dúshūshēng,shēngshēngrù'ěr; jiāshì, guóshì, tiānxià shì, shì shì guānxīn.

Suara angin, suara hujan, suara baca buku, semua didengar jelas oleh telinga;

Masalah keluarga, masalah negara, masalah di dunia, semua dicemaskan oleh hati.

Pada contoh (7) di atas kalimat bagian atas dan kalimat bagian

bawah memiliki jumlah karakter yang sama, yakni sebelas karakter

per-baris. Bentuk kedua kalimat di atas juga sama, yakni bagian atas

merupakan kata benda “suara angin” dan bagian bawah “masalah

keluarga”. Makna kalimat di atas adalah selaras yakni suara apapun yang

disekitar kita selalu didengar dan begitu juga dengan masalah yang ada

akan selalu dicemaskan.

5. Gaya Bahasa Shè wèn (设问)

Gaya bahasa Shè wèndalam bahasa Indonesia disebut juga dengan

erotesis, yang menggunakan pertanyaan namun langsung dijawab dalam

kalimat, memiliki fungsi untuk mencuri perhatian pembaca, agar lebih

memperhatikan dan memikirkan makna dari pertanyaan. (Huang, 1991:

(32)

Contoh:

(8)

是谁创造了人类世界?是 们劳动群人銔

Shì shuí chuàngzàole rénlèi shìjiè? Shì wǒmen láodòng qún rén.

Siapakahyang telah menciptakan dunia manusia? Adalah kita para

pekerja.

Pada contoh (8) di atas terdapat pertanyaan pada awalnya, namun

langsung dilanjutkan dengan jawaban dari pertanyaan tersebut. Kata

“siapakah” menunjukkan pertanyaan kemudian diberi pemerkah “tanda

tanya”. Fungsinya agar pembaca memikirkan makna dari pertanyaan

tersebut.

2.1.3 Pengertian Puisi

Pengertian pusis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

“puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima,

serta penyusunan larik dan bait”. Puisi adalah ungkapan perasaan atau

pikiran penyair yang dirangkai menjadi suatu bentuk tulisan yang

mengandung makna.

Menurut Waluyo dalam Damayanti (2013: 12), puisi merupakan

bentuk kesusastraan yang menggunakan penggulangan suara sebagai ciri

khasnya. Penggulangan kata tersebut menghasilkan rima, irama atau

ritme.Seperti yang diungkapkan Ahmad dalam Pradopo (1999: 3-4), puisi

(33)

emosi; kedua, bentuknya; dan ketiga, kesannya. Semua unsur-unsur

tersebut diungkapkan dengan menggunakan media bahasa.

2.1.3.1 Puisi China

Puisi China kuno dibagi menjadi dua jenis, yakni:

1. Gǔtǐshī ( 体诗)

Gǔtǐshī merupakan pola puisi pra-Dinasti Tang, biasanya setiap baris terdiri dari empat, lima, enam atau tujuh kata, kalimatnya tidak terbatas dan jumlah

aksaranya boleh tidak sama atau tidak bersajak, susunannya bebas.

2. Jìntǐshī ( 体诗)

Jìntǐshī disebut juga puisi gaya “modern”, yakni puisi klasik yang mulai tumbuh sejak era Dinasti Tang (618-907), yang mempunyai ketentuan yang

ketat mengenai kata atau kalimat, nada dan rima. Jìntǐshī dibedakan menjadi dua jenis yakni:

a. Sajak delapan baris (Lǜshī律诗)

Merupakan salah satu jenis puisi klasik pada zaman Dinasti Tang, terkenal

dengan aturan komposisi yang ketat. Pada umumnya setiap syair terdiri

dari delapan kalimat, setiap kalimat terdiri dari lima aksara disebut Wulu

dan kalimat yang terdiri dari tujuh aksara disebut Qilu.

b. Puisi empat seuntai (Juégōu绝 )

Puisi empat seuntai telah ada pada zaman Dinasti Han, mengalami

(34)

Tang. Dinasti Song dan Tang merupakan era dimana puisi klasik

mengalami masa kejayaan, puisi-puisi banyak ditulis pada zaman ini.

(http://wenku.baidu.com/view/9b3bc51c59eef8c75fbfb35e.html).

2.1.4 Penyair Du Fu

Du Fu (Hanzi: 杜甫), 12 Februari, 712-770, merupakan seorang penyair China yang terkenal pada masa Dinasti Tang. Ia bernama lengkap

Dùziměi (杜子美). Ia sering kali disebut sebagai penyair terbesar China.

Walaupun pada awalnya ia tidak terlalu dikenal, namun karya-karyanya

membawa pengaruh yang besar bagi budaya China dan Jepang. Ia disebut

sebagai penyair sejarah dan penyair bijak oleh para kritikus China. Di

dunia barat karya-karyanya disetarakan dengan Shakespeare, Hugo,

Horace, dan penyair besar lainnya. Ia terkenal dengan karyanya “Tiga

Pembesar” dan “Tiga Perpisahan”.

Seperti kebanyakan penyair China lainnya, Du Fu berasal dari

keluarga bangsawan yang telah jatuh miskin. Tidak lama setelah ia lahir,

ibunya meninggal, Du Fu pun dibesarkan oleh bibinya. Ia mempunyai

seorang kakak lelaki yang meninggal dunia ketika masih muda. Ia juga

mempunyai 3 saudara tiri laki-laki dan seorang saudara tiri perempuan

yang sering disebutkannya dalam puisi-puisi karangannya, meskipun ia tak

(35)

Sebagai seorang anak sarjana dan pejabat kecil, masa kecilnya

dihabiskan dengan pendidikan standar bagi calon pejabat negara, yaitu

mempelajari dan menghafalkan tulisan-tulisan klasik Kong Hu Cu tentang

filsafat sejarah dan puisi. Du Fu mengatakan bahwa, ia telah membuat

beberapa puisi yang baik pada masa remajanya, namun puisi-puisi tersebut

hilang.

Du Fu meninggal pada tahun 770 M, saat ia berusia 59 tahun di Tanzhou

dan sekarang Changsha. Karya-karya Du Fu terpusat pada alur sejarah, pengaruh

moral dan keahliannya dalan menulis. Sejak zaman Dinasti Song, Du Fu sering

disebut sebagai “Penyair Sejarah” (诗史). Puisi-puisinya mengomentari taktik

militer atau kesuksesan atau kegaggalan dari pemerintah, juga puisi nasihat yang

ditulisnya untuk kaisar. Secara tidak langsung, ia menulis mengenai pengaruh

ketidakstabilan politik yang terjadi pada saat itu untuk dirinya dan juga rakyat

China lainya.

Pada masa hidupnya karya-karya Du Fu tidak banyak dikenal dan

lebih banyak tidak dihiraukan. Namun karya-karya beliau mulai dinikmati

pada abad ke 9 M dan setelah memasuki abad ke 11 yaitu pada masa

Dinasti Song Selatan, puisi dan tulisan karya Du Fu mencapai puncaknya.

Perkembangan neo-Konfusisme pada masa itu juga memengaruhi

kepopuleran karya-karya Du Fu. Ia dianggap sebagai contoh puitis dari

(36)

Pada masa negara China sebagai Republik, Du Fu menghasilkan

karya-karya tentang penderitaan rakyat dan kesetiaannya kepada negara.

Puisinya juga menggunakan bahasa rakyat sehingga menjadi salah satu

daya tarik masyarakat China. http://id.wikipedia.org/wiki/Du_Fu

2.1.4.1 Puisi Karya Du Fu

Du Fu telah banyak menulis puisi pada masa Dinasti Tang, berikut

[image:36.595.110.482.358.745.2]

adalah puisi terkenal karya Du Fu.

Tabel 1. Puisi Karya Du Fu

No Judul Puisi Tahun

1. 望岳 Wàng yuè 735

2. 画鹰 Huà yīng 735

3. 夜 Yuèyè 756

4. 悲陈 Bēi chén táo 756

5. 春望 Chūn wàng 759

6. 天 怀李 Tiān mò huái lǐbái 759

7. 蜀相 Shǔxiāng 760

8. 春夜喜雨 Chūn yè xǐyǔ 761

9. 军收河南 Wén guān jūn

shōu hénán běi

763

10 旅夜书怀 Lǚ yè shū huái 765

(37)

12. 咏怀 迹五首 Yǒnghuái gǔjī wǔ shǒu (qí sān)

766

13. 登高 Dēnggāo 767

14. 登岳 楼 Dēng yuèyánglóu 768

15. 登楼 Dēnglóu 764

2.2 Tinjauan Pustaka

Yu Nianhu (2009) dalam Jurnal elektronik Akademik Cina menulis

artikel yang berjudul “Dù shī xiūcí gé de chāocháng yùnyòng” (Gaya

Bahasa pada Puisi Du Fu dalam Keistimewaan Penggunaan) yakni lima

jenis gaya bahasa yang ada dalam puisi-puisi karya Du Fu dengan

menggunakan bahasa kiasan yang tidak terbatas pada penggunaan

tradisionalnya, puisinya dapat memberikan kesan dan pengertian yang

lebih daripada orang-orang biasanya. Penelitian ini memberikan kontribusi

positif bagi penulis mengenai keistimewaan dan ciri khas gaya bahasa

metafora dan peran penting gaya bahasa hiperbola.

Han Xiaoguang (2011) dalam Jurnal elektronik Akademik Cina

(38)

diantaranya dengan pemilihan kalimat yang dapat dengan sepenuhnya mengapresiasikan keindahan yang diinginkan. Penelitian ini memberikan kontribusi positif bagi penulis mengenai teknik mengapresiasikan

keindahan dalam kalimat.

Rao Fanli (2013) dalam Jurnal elektronik akademik Cina menulis artikel yang berjudul “Shì lùn dùfǔ juégōu shī de yìshù tèsè” (Ciri Kesenian pada Puisi Empat Seuntai Karya Du Fu), serta menjelaskan ciri khas dari puisi empat seuntai karya Du Fu, dari struktur puisi, perubahan intonasi, gaya penulisan dan gaya bahasa yang ada pada puisi empat seuntai karya Du Fu. Penelitian ini memberikan kontribusi positif bagi penulis mengenai ciri khas gaya bahasa, struktur puisi yang terdapat pada

puisi empat seuntai karya Du Fu.

Rudy (2007) dalam skripsi yang berjudul “Analisis Puisi Penyair

Li Bai Berdasarkan Gaya Bahasa” menganalisis empat gaya bahasa pada

(39)

2.3 Landasan Teori

Pada penelitian ini penulis menggunakan semantik yaitu semantik leksikal

untuk mengupas masalah mengenai makna yang terkandung di dalam karya puisi

Du Fu.

Huang dan Liao (1991: 215) menjelaskan bahwa dengan mempelajari dan

menggunakan gaya bahasa, dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam

mengungkapkan perasaan dan dapat dengan sempurna menyampaikan sebuah

pemikiran.

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau

lambang (sign). Kata “Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog

Perancis bernama Michel Breal pada tahun 1883. Kata semantik kemudian

disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang

mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh

karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang

arti, yaitu salah satu dari empat tataran linguistik: fonologi, sintaksis, morfologi

dan semantik. (Chaer, 1990: 2)

Menurut Tarigan (1985:7), semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah

lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna

yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat.

Oleh karena itu, semantik mencakup makna-makna kata, perkembangannya dan

perubahannya.

Ada beberapa jenis semantik yang dibedakan berdasarkan tataran atau bagian

(40)

jenis sematiknya disebut semantik leksikal. Semantik leksikal ini diselidiki makna

yang ada pada leksem-leksem dari bahasa tersebut. Oleh karena itu makna yang

ada pada leksem-leksem itu disebut leksem leksikal. (Chaer, 1990:7)

Chaer (2002:60) menyatakan bahwa leksikal adalah bentuk ajektif

yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuleri, kosa kata,

perbendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan

bentuk bahasa yang bermakna. Makna leksikal dapat diartikan sebagai

makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Oleh

karena itu,dapat dikatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai

dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera,

atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Misalnya,

kata ‘tikus’, makna leksikalnya adalah sejenis binatang yang dapat

menyebabkan timbulnya penyakit tipes. Makna ini tampak jelas dalam

kalimat ‘Tikus itu mati diterkam kucing’, kata ‘tikus’ merujuk kepada

‘binatang tikus’, bukan kepada yang lain. Di dalam kalimat, ‘yang menjadi

tikus di gudang kami ternyata berkepala hitam’ bukanlah dalam makna

leksikal sehingga kata ‘tikus’ sudah bermakna konotasi. Dengan kata lain,

kata tikus tidak merujuk kepada ‘binatang tikus’ melainkan kepada

‘seorang manusia’, yang perbuatannya memang mirip dengan perbuatan

tikus.

Gaya bahasa sering dan banyak dibicarakan dalam bidang sastra, tetapi yang

(41)

khususnya semantik leksikal pada rumusan masalah kedua dengan menjelaskan

makna pada puisi sesuai dengan makna leksikalnya atau makna yang

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai

maksud (dalam ilmu pengetahuan, dsb); cara kerja yangbersistem untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang

ditentukan. (Djadjasudarma, 1993: 1)

Menurut Djadjasudarma (1993: 3), metode penelitian merupakan alat,

prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian (dalam

mengumpulkan data). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah metode yang

bertujuan membuat deskripsi, maksudnya membuat gambaran, lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta

hubungan fenomena-fenomena yang diteliti. (Djajasudarma, 1993: 8-9)

Penulis juga menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah, di mana penelitian adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis

bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

daripada generalisasi. (Sugiono, 2013: 218)

Metode lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

(43)

data dan informasi yang bersumber dari buku-buku, penelitian, jurnal

yang terkait dengan gaya bahasa pada puisi China.

3.1 Data dan Sumber Data

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, data adalah keterangan

atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau

kesimpulan). Data dalam penelitian ini adalah kata dan frasa yang

membentuk gaya bahasa pada 15 puisi China karya Du Fu. Data ini

diambil dari sumber data berupa kata Tang Shi Jing Cui (LuShi),

kumpulan puisi dari penyair-penyair terkenal pada Dinasti Tang.

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sumber

data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Sumber Data Utama : Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 銙唐诗精萃銚(律诗).

Cover : Warna abu-abu dengan tulisan berwarna hijau.

Halaman : 159.

Terbitan : Shanxi Guji Chubanshe.

Tahun Terbit : 1996.

Selain itu penulis juga menggunakan sumber data sekunder sebagai

data pendukung. Sumber data sekunder adalah informasi yang diperoleh

atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari

(44)

diambil dari buku Dùfǔ shī xuǎn yì 杜甫诗选译 yaitu berisi puisi karya Du Fu yang telah dimodifikasi, selain itu jurnal, artikel, makalah,

skripsi dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan gaya bahasa

puisi karya Du Fu, baik bahan yang berbahasa Mandarin maupun bahasa

Indonesia.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiono (2013: 224), teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penulis

tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah

tahapan/langkah yang dilakukan penulis pada teknik pengumpulan data.

1. Mengumpulkan puisi karya Du Fu yang terdapat pada buku Tángshī jīngcuì (Lǜshī) yang ditulis pada tahun 1996.

2. Berulang-ulang membaca puisi-puisi terkenal karya Du Fu. Apabila

terdapat arti kata yang tidak dimengerti maka penulis merujuk kepada

Kamus Praktis Indonesia-Tionghoa Tionghoa-Indonesia karangan Dian

Rakyat terbitan tahun 2001.

3. Mengidentifikasi puisi-puisi terkenal karya Du Fu yang terdapat di dalam

buku tersebut.

(45)

5. Memberi tanda kata dan frasa dengan cara menggarisbawahi aksara China

pada puisi karya Du Fuyang memiliki gaya bahasa.

3.3Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses untuk pengorganisasian data dalam rangka

mendapatkan pola-pola atau bentuk-bentuk keteraturan lainnya dalam sebuah

penelitian. Teknik analisis data yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai

berikut:

1. Menganalisis gaya bahasa yang terdapat didalam puisi karya Du Fu

berdasarkan jenis gaya bahasa menurut Huang dan Liao.

Misalnya:

感时花溅泪,恨别鸟惊心銔銙Chūn wàng春望銚

Gǎn shí huā jiàn lèi, hèn bié niǎo jīng xīn. Bunga yang mengeluarkan percikan air mata

Dalam puisi tersebut Du Fu mendeskripsikan suatu masalah yang

penyampaiannya dilebih-lebihkan dengan menggunakan kata “bunga

yang mengeluarkan percikan air mata”. Penyair menganggap bunga

seolah-olahseperti manusia karena dapat mengeluarkan air mata. Seperti

yang diketahui bahwa bunga tidak dapat mengeluarkan air mata, hanya

manusia yang dapat mengeluarkan air mata. Manusia sebagai cipatan

(46)

Melalui analisis di atas dapat dinyatakan bahwa gaya bahasa yang

terdapat pada bait puisi tersebut adalah gaya bahasa Niren atau

personifikasi.

2. Menganalisis makna yang terkandung di dalam gaya bahasa pada puisi

karya Du Fu.

Misalnya:

岱 如何?齐鲁青未了銔銙Wàng yuè望岳銚

Dài zōngfū rúhé? Qílǔ qīng wèiliǎo.

Gunung yang tertinggi dan menakutkan adalah gunung Taishan, mulai

dari negara Qi hingga negara Lu, pegunungan yang berwarna hijau masih

belum dapat terlihat. Melalui gaya bahasa erotesis, penyair Du Fu ingin

menyampaikan bahwa gunung Taishan yang terkenal sangat tinggi puncak

gunungnya. Sehingga mengandung makna yang menakutkan bagi

pembaca ketika menyebutkan gunung Taishan. Secara pengetahuan umum

Republik Rakyat China, gunung Taishan merupakan gunung yang terkenal

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis memaparkan hasil dan pembahasan mengenai

penelitian tentang “Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya Du Fu”. Penulis

membahas gaya bahasa yang terdapat pada 15 buah puisi karya Du Fu dan makna

yang terkandung di dalam gaya bahasa 15 puisi tersebut. Hasil dan pembahasan

dijelaskan sebagai berikut.

4.1 Hasil

Pada sub bab hasil penelitian terhadap analisis gaya bahasa pada

puisi karya Du Fu, penulis memaparkan hasil penelitian berdasarkan

rumusan masalah pertama yaitu gaya bahasa apakah yang terdapat didalam

puisi karya Du Fu dan rumusan masalah kedua yaitu makna apakah yang

terkandung di dalam gaya bahasa puisi karya Du Fu. Berikut hasil

penelitian tentang gaya bahasa dan makna yang terkandung di dalam gaya

bahasa puisi karya Du Fu.

4.1.1 Hasil Penelitian Terhadap Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi

Karya Du Fu

Berdasarkan Pada penelitian ini penulis menganalisis lima belas

buah puisi karya Du Fu berdasarkan gaya bahasa, yaitu: (1) 望岳

(48)

lǐbái, (7) 蜀相 Shǔxiāng, (8) 春夜喜雨 Chūn yè xǐyǔ, (9)

军收河南 Wén guān jūn shōu hénán běi, (10) 旅夜书怀 Lǚ yè shū huái, (11) 秋兴八首 一 Qiū xìng bā shǒu(Qí yī), (12) 咏

怀 迹五首 Yǒnghuái gǔjī wǔ shǒu (qí sān), (13) 登高 Dēnggāo, (14) 登 岳 楼 Dēng yuèyánglóu dan (15) 登 楼 Dēnglóu.

Kelima belas buah puisi pada kumpulan puisiberjudul Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精萃 (律诗), maka ditemukan 5 gaya bahasa

Mandarin tersebut yaitu: gaya bahasa Bǐyù (比喻), Bǐnǐ (比拟), Kuāzhāng

(夸张), Duì’ǒu (对偶), dan Shè wèn (设问).

Du Fu juga mengkaitkan pemandangan yang dilihat atau dirasakan

pada saat itu, kemudian dituangkan menjadi puisi yang indah. Gaya bahasa

yang terdapat dalam 15 buah puisi karya Du Fu dapat dilihat dalam tabel

[image:48.595.111.479.590.754.2]

berikut ini.

Tabel 4.1 Frekuensi Gaya Bahasa pada Puisi Karya Du Fu

No. Gaya Bahasa Puisi Jumlah Persen

(%)

1. Bini (personifikasi) 4 23%

2. Kuazhang

(hiperbola)

4 23%

3. She wen (erotesis) 4 23%

(49)

5. Biyu

(perumpamaan)

2 13%

Total 17 100%

Seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.1, Du Fu banyak

menggunakan gaya bahasa pada puisinya dan level pertama yang dominan

adalah gaya bahasa Bini, Kuazhang dan Shewen; level kedua adalah

Dui’ou dan level ketiga adalah Biyu.

4.1.2 Hasil Penelitian Terhadap Makna Gaya Bahasa pada Beberapa

Puisi Karya Du Fu

Berdasarkan analisis makna yang terkandung dalam lima gaya

bahasa tersebut, maka berikut adalah hasil penelitian pada makna setiap

lima gaya bahasa seperti: Bǐyù (比喻) mengumpamakan sesuatu yang

abstrak menjadi konkret, pada puisi perasaan penyair tersampaikan dengan

baik; Bǐnǐ (比拟) menghidupkan suatu benda atau hal menjadi hidup

ataupun sebaliknya, pada puisi penyair dapat membawa rasa segar dan

menyentuh bagi pembaca; Kuāzhāng (夸张) melebih-lebihkan suatu benda

atau hal melalui sifat, ukuran maupun jumlah aslinya, pada puisi terlihat

sifat dan kepribadian Du Fu yang penuh percaya diri dan membela kaum

buruh yang juga merupakan salah satu karakteristik menonjol Du Fu;

Duì’ǒu (对偶) mempunyai bentuk kata yang sama atau mirip, jumlah kata

(50)

maksud yang sama ataupun berlawanan, pada puisi terlihat memiliki suatu

gaya yang khas, dengan susunan yang seimbang dari sisi kiri dan

kanannya, sehingga puisi-puisi tersebut terasa lebih berirama dan begitu

indah sehingga meninggalkan kesan yang mendalam bagi pembaca; Shè

wèn (设问) mencuri perhatian pembaca, agar lebih memperhatikan dan

memikirkan makna dari pertanyaan tersebut, pada puisi terlihat seperti

menegaskan pendapat, pujian, ketidakpuasan, kemarahan dan kesedihan

penyair.

Dalam puisi karya Du Fu terdapat banyak gaya bahasa,

mencerminkan Du Fu memiliki kemampuan berbahasa yang tinggi,

menggunakan gaya bahasa yang indah, pikiran dan perasaan menulis

dengan nilai seni yang tinggi.

4.2 Pembahasan

Pada subbab pembahasan ini dipaparkan analisis gaya bahasa terhadap

15 buah puisi karya Du Fu yang terdapat di dalam kumpulan puisiberjudul

Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精 萃 (律诗) . Analisis dilakukan

berdasarkan 2 masalah penelitian, yaitu (1) gaya bahasa apakah yang

terdapat puisi karya Du Fu; (2) makna apakah yang terkandung di dalam

gaya bahasa puisi karya Du Fu. Teori Huang dan Liao digunakan untuk

menjawab rumusan pertama dan menjawab rumusan masalah kedua

menggunakan pendekatan semantik leksikal untuk menganalisis makna

(51)

4.2.1 Analisis Gaya Bahasa pada Puisi Du Fu

Analisis gaya bahasa terhadap 15 puisi karya Du Fu dilakukan untuk

menjawab rumusan masalah yang berkenaan dengan gaya bahasa yang

terdapat di dalam puisi karya Du Fu. Puisi karya Du Fumerupakan hasil

karya sastra yang bersejarah dan dipelajari dari zaman ke zaman. Gaya

bahasa yang terdapat dalam puisinya dapat mengekspresikan jiwa kearifan

beliau melalui bahasa yang indah.

Sebagaimana yang dinyatakan pada bab II bahwa gaya bahasa yang

digunakan pada pembelajaran bahasa Mandarin adalah 5 jenis gaya

bahasa, yaitu gaya bahasa Biyu,Bini,Kuazhang, Dui’ou dan Shewen.

Berikut adalah analisis gaya bahasa pada 15 puisi karya Du Fu.

4.2.1.1 Gaya Bahasa Bǐyù pada Puisi Du Fu

Gaya bahasa Bǐyùatau disebut juga

perumpamaan,mengumpamakan sesuatu yang abstrak menjadi konkret.

Benda yang dibandingkan disebut “Benti atau disebut juga noumenon”,

dan benda yang digunakan sebagai pembanding disebut “Yuti atau disebut

juga pembanding”, kata yang menghubungkan kedua benda disebut “Yuci

atau disebut juga kata banding”.Noumenon dan pembanding haruslah

sesuatu benda atau hal yang sifatnya berbeda, namun menggunakan satu

sisi kemiripan untuk membandingkannya.

Gaya bahasa perumpamaan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni:

(52)

perbandingan secara eksplisit ditandai oleh pemakaian kata “seperti” dan

sejenisnya; Ànyù atau disebut juga dengan metafora merupakan

pembandingnya berupa: “是 shì(adalah), 变 biànchéng (menjadi),

chéngwéi (menjadi), 等于děngyú (sama dengan)” dan lain-lain; dan Jièyù

merupakan benda atau disebut juga noumenon yang tidak muncul, tidak

terlihat pada kalimat, langsung menggunakan pembanding untuk

menggantikan noumenon.

Puisi Du Fu yang berjudul Huà yīng dan Lǚ yè shū huái menggunakan gaya bahasa Bǐyù atau (perumpamaan), adalah sebagai

berikut:

(1) 㧐身思狡兔,侧目似愁胡銔銙画鹰銚

Sǒng shēn sī jiǎo tù, cèmù shì chóu hú. Hu à ī g

Tubuh menjulang tinggi dan bermata elang, sisi pinggir mata dan alis

seperti kera (sejenis monyet). (Hua Ying, Jiang, 1996:53)

Pada bait puisi Huà yīng menggunakan gaya bahasa Mingyu

(simile), karena muncul noumenon dan pembandingnya. Kata banding

berupa “seperti”, noumenonnya berupa “bermata elang” dan

pembandingnya adalah “kera (sejenis monyet)”. Mengumpamakan mata

elang seperti mata kera yang sama-sama lebih sensitif dan lebih tajam,

karena memiliki daya penglihatan yang terkuat. Berdasarkan deskripsi dari

internet, ‘elang’ dikenal sebagai burung pemangsa berukuran besar,

memiliki kemampuan terbang yang kuat, sayap yang lebar dan paruh yang

(53)

seperti ini, elang menempatkan dirinya berada di puncak rantai makanan

pada ekosistem dimana dia berada. (

http://smart-pustaka.blogspot.com/2011/09/burung-elang.html). Gaya bahasa ini

menggambarkan mata elang yang tajam dan menjelaskan mata elang yang

terlihat pada puisi tentang lukisan elang tersebut.

Berikut ini adalah salah satu bait dari puisi Lu Ye Shu Huai yang

juga menggunakan gaya bahasa Mingyu (simile).

(2) 飘飘何所似? 地一沙鸥銔銙旅夜书怀銚

Piāo piāo hé suǒ shì? tiāndì yī shā'ōu. Lǚà àshūàhu i

Persis seperti apa yang berkibaran? Camar antara langit dan bumi. (Lu

Ye Shu Huai, Jiang, 1996:65)

Bait pada puisi data 2 menggunakan gaya bahasa Mingyu (simile),

karena muncul noumenon dan pembandingnya, yaitu kata banding

“seperti”, noumenonnya adalah “berkibaran” dan pembandingnya adalah

“camar”.Burung Camar adalah penerbang yang hebat karena dia mampu

membumbung tinggi dan melayang di atas tiupan angin laut. Berdasarkan

informasi yang diperoleh, pada saat burung camar terbang di atas lautan,

binatang ini menghemat energinya dengan menggunakan aliran udara yang

disebabkan oleh gelombang-gelombang tinggi.

(http://www.puncakbukit.net/2013/08/burung-camar.html)

Sebagaimana dengan kehidupan unggas air yang dapat terbang di

atas laut, mengungkapkan perasaan berkeliaran penyair seperti

mencerminkan kehidupan yang tidak stabil dari penyair, seperti burung

(54)

4.2.1.2 Gaya Bahasa Bǐnǐ pada Puisi Du Fu

Gaya bahasaBǐnǐ (personifikasi), yaitu menghidupkan benda atau hal menjadi hidup ataupun sebaliknya. Puisi Du Fu yang berjudul Chūn

wàng, Chūn yè xǐyǔ dan Dēnggāo menggunakan gaya bahasa Bǐnǐ (personifikasi). Seperti tergambar pada bait berikut ini.

(3) 感时花溅泪,恨别鸟惊心銔銙春望銚

Gǎn shí huā jiàn lèi, hèn bié niǎo jīng xīn.Chū àw g

Bunga yang mengeluarkan percikan air mata, jangan membenci

burung yang menajubkan. (Chun Wang, Jiang, 1996: 58)

Pada bait puisi Chūn wàng, klausa “mengeluarkan percikan air mata”, membuat bunga seolah-olah seperti manusia karena dapat mengeluarkan

air mata. Sebagaimana yang diketahui bahwa bunga tidak dapat

mengeluarkan air mata, hanya manusia yang dapat mengeluarkan air mata,

karena manusia adalah cipatan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan

dengan makhluk lainnya.

Pada puisi Du Fu berikutnya, gaya bahasa Bini muncul pada bait puisi

Chun ye xiyu.

(4) 随风潜入夜,润物细无声銔銙春夜喜雨銚

Suí fēng qiánrù yè, rùn wù xì wúshēng.Chū à à ǐ ǔ

Angin malam menyelinap masuk, melicinkan dan menghaluskan

tanpa suara. (Chun ye xiyu, Jiang, 1996: 61)

Pada bait puisi Chūn yè xǐyǔ, klausa “menyelinap masuk”, diperankan

oleh angin seolah-olah berperan seperti manusia. Sebagaimana yang

(55)

licin dan wujudnya tidak tampak. Dengan demikian angin dapat

menyelinap masuk dengan licin.

Berdasarkan data yang diperoleh terdapat bait puisi yang berjudul

Denggao menggunakan gaya bahasa Bini, seperti berikut ini.

(5) 风急 高猿啸 ,渚清沙白鸟飞回銔銙登高銚

Fēng jí tiān gāo yuán xiào āi, zhǔ qīng shā bái niǎo fēi huí.Dē ggāo

Angin kencang, langit tinggi dan kera bersiul sedih, negara hijau dan

burung terbang kembali. (Denggao, Jiang, 1996: 70)

Pada data yang terdapat di dalam puisi Dēnggāo, klausa “kera bersiul sedih” mengungkapkan bahwa kera sedang bersedih. Binatang “kera”

digambarkan seolah-olah ia seperti manusia yang memiliki perasaan sedih.

Seperti yang digambarkan dalam puisi, angin kencang berarti menandakan

akan turun hujan sehingga kera menjadi sedih dan harus mencari tempat

untuk berlindung.

Berikut adalah data yang terdapat di dalam bait puisi Chun ye xiyu yang menggunakan gaya bahasa Bini.

(6) 好雨知时节,当春乃发生銔銙春夜喜雨銚

Hǎo yǔ zhī shíjié, dāng chūnnǎi fāshēng. Chū à à ǐ ǔ

Hujan yang baik pada musim ini, ketika musim semi disini. (Chun

ye xiyu, Jiang, 1996: 61)

Pada data yang terdapat di dalam puisi Chūn yè xǐyǔ, “hujan yang baik” digambarkan seperti manusia yang dapat mengekspresikan kasih

sayang penulis terhadap hujan yang hadir pada musim semi. Sebagaimana

yang diketahui, manusia adalah ciptaan Tuhan yang sempurna, yang

memiliki perasaan kasih sayang terhadap semua makhluk hidup. Pada bait

(56)

4.2.1.3 Gaya Bahasa Kuāzhāng pada Puisi Du Fu

Gaya bahasa Kuāzhāng atau disebut juga hiperbola, yaitu hal atau sesuatu benda menjadi berlebih-lebihan dari sifat, ukuran, maupun jumlah

aslinya. Puisi Du Fu yang berjudul Wàng yuè, Bēi chén táo, dan Chūn wàng menggunakan gaya bahasa Kuāzhāng (hiperbola), tergambar pada bait berikut ini.

(7) 会当凌绝顶,一 山小銔銙望岳銚

Huì dāng líng juédǐng, yīlǎn zhòng shān xiǎo.Wàng yuè

Akhirnya suatu hari dapat mendaki hingga ke puncak gunung, melihat sekumpulan gunung yang tampak penuh harapan yang

samar-samar. (Wang yue, Jiang, 1996: 52)

Pada bait puisi Wàng yuè “melihat sekumpulan gunung yang tampak

penuh harapan yang samar-samar” mendeskripsikan bayangan gunung

yang terlihat tidak jelas dari puncak gunung Taishan, sehingga

sekumpulan gunung terlihat seperti saling berbaris. Penyair juga disuguhi

pemandangan yang indah dari puncak tertinggi gunung Taishan.

Berikut ini adalah salah satu bait dari puisi Wang yue yang menggunakan gaya bahasa hiperbola.

(8) 造 钟神秀, 割 晓銔銙望岳銚

Zàohuà zhōng shénxiù, yīnyáng gē hūn xiǎo.Wàng yuè

Keindahan alam yang terkonsentrasi, membagi gunung utara dan

gunung selatan menjadi fajar dan senja. (Wang yue, Jiang, 1996: 52)

Pada bait puisi Wàng yuè “keindahan alam yang terkonsentrasi”

menggambarkan pemandangan alam yang indah dan megah hingga tak

tertandingi keindahannya sampaike gunung Taishan. Keindahan alam

(57)

mata. Penyair sangat menikmati pemandangan disekitar, salah satunya

melihat keindahan pemandang cahaya matahari terbit dan terbenam.

Pada puisi Du Fu berikutnya, gaya bahasa hiperbola muncul pada bait puisi Bei chen tao.

(9) 孟冬十郡良家了,血 陈陶泽中水銔銙悲陈陶銚

Mèngdōng shí jùn liángjiāle, xiě zuò chéntáozé zhōng shuǐ. Bēià h à t o

Musim dingin bulan 10 yang layak, darah Chentaoze menjadi air. (Bei chen tao, Jiang, 1996: 57)

Pad bait puisi data 9 “darah Chen Tao Ze menjadi air” maksudnya

adalah darah yang keluar sangat banyak seperti air yang terus mengalir

tanpa terkendali. Darah memiliki wujud cair seperti air dan mengalir

didalam tubuh. Pada puisi darah tersebut telah mengalir diluar tubuh

dalam jumlah yang sangat banyak dan dapat mengakibatkan seseorang

meninggal karena kekurangan darah.

Berikut adalah data yang terdapat di dalam bait puisi Chun Wang yang menggunakan gaya bahasa hiperbola.

(10) 烽火连 ,家书抵万金銔銙春望銚

Fēnghuǒ lián sān yuè, jiāshū dǐ wàn jīn.

Gambar

Tabel 1. Puisi Karya Du Fu
Tabel 4.1 Frekuensi Gaya Bahasa pada Puisi Karya Du Fu

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimanakah makna dari wacana puisi yang mengandung gaya bahasa perulangan yang terdapat dalam kumpulan puisi Mawar Merah karya Chalik Hamid.. Bentuk gaya bahasa

Hasil yang diperoleh dari penggunaan gaya bahasa personifikasi dan kata khusus pada kumpulan puisi Ketika Cinta Bicara karya Kahlil Gibran ditemukan 172 bentuk penggunaan

Data dalam penelitian ini adalah penggunaan gaya bahasa personifikasi, hiperbola, metafora dan simile yang terdapat dalam cerpen karya siswa SMA Batik 1

Penelitian ini lebih terfokus pada tema dan amanat, jenis-jenis gaya bahasa sarkasme, asosiasi, hiperbola, personifikasi, litotes, simbolik, metafora, kontradiksi

Berdasarkan tiga contoh puisi di atas menunjukkan bahwa gaya bahasa perbandingan yang sering digunakan oleh pengarang yakni gaya bahasa simile, personifikasi dan

Dapat kita ketahui pada contoh diatas bahwa terdapat penggunaan gaya bahasa perbandingan yaitu Hiperbola, Simile, Personifikasi dan Metafora, Pada Syair

Gaya bahasa Shè wèndalam bahasa Indonesia disebut juga dengan erotesis, yang menggunakan pertanyaan namun langsung dijawab dalam kalimat, memiliki fungsi untuk

Gaya bahasa tersebut meliputi 23 Gaya Bahasa Hiperbola 夸 张 Kuāzhāng; 22 Gaya Bahasa Retoris 设问 Shè wèn; 14 Gaya Bahasa Repetisi 反复 Fǎnfù; 2 Gaya Bahasa Personifikasi 拟人 Nǐrén; 2 Gaya