GAYA BAHASA PADA BEBERAPA PUISI KARYA
DU
FU
杜甫诗歌修辞格
析(
Dùfǔ shīgē xiūcí gé fēnxī
)
SKRIPSI SARJANA
OLEH:
ANITA KESUMA
NIM: 110710002
PROGRAM STUDI SASTRA CINA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
GAYA BAHASA PADA BEBERAPA PUISI KARYA
DU
FU
杜甫诗歌修辞格 析
(Dùfǔ shīgē xiūcí gé fēnxī)
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Cina.
Oleh:
ANITA KESUMA 110710002
PROGRAM STUDI SASTRA CINA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
GAYA BAHASA PADA BEBERAPA PUISI KARYA
DU
FU
杜甫诗歌修辞格 析
(Dùfǔ shīgē xiūcí gé fēnxī) SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Cina.
Oleh:
Anita Kesuma 110710002
Pembimbing I, Pembimbing II
Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A Liu Feng, Ph.D
NIP. 19630109 198803 2 001
PROGRAM STUDI SASTRA CINA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
2015
Disetujui oleh
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan
Program Studi Sastra Cina Ketua,
Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. NIP. 19360109 198803 2 001
PENGESAHAN Diterima oleh :
Tanggal :
Hari :
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan
Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP. 19511013 197603 1 001 Panitia Ujian
No. Penguji Tanda Tangan
1. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. ( )
2. Dr. Rohani Ganie, M.Hum ( )
3. Vivi Adryani Nasution, S.S., MTCSOL ( )
4. Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL ( )
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila penyataan yang
saya buat ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan
Medan, Juli 2015
Penulis,
ABSTRACT
The title of this thesis is “Gaya Bahasa Pada Beberapa Puisi Karya Du Fu” (“Du Fu Selected Poems based on Figure of Speech”). The thesis is focused on figure of speech in Du Fu’s poems in Tangshi Jingcui Lisi. Du Fu (712-770) is the classic poet who lives in the period of Tang Dynasty in China. The classic poet of China has a long history, it has 3000 years of history. The writer only analyse the fifteen poems that exist in this book. The semantic leksical applied in this thesis to examine the language meaning of Du Fu’s poems. The result of this thesis shows that five m ost-common-use of different figure of speech found in fifteen Du Fu’s poems. They are metapor, personification, hyperbole, dui’ou and erotesis question. This thesis also shows that the function of each four figure of speech in Du Fu’s poems is make the abstract things more specifically, add beauty or emotional intensity of the poem, make his poems become more interesting and touching.
Keywords: Puisi; Puisi China Klasik; Du Fu; Gaya Bahasa; Gaya Bahasa
ABSTRAK
Judul penelitian ini adalah “Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya Du Fu”. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis 15 buah puisi dan 5 gaya bahasa yaitu Biyu (perumpamaan), Bini (personifikasi), Kuazhang (hiperbola), Dui’ou (pararelisme) dan Shewen (erotesis). Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep gaya bahasa oleh Huang dan Liao. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Data berupa puisi-puisi karya Du Fu yang terdapat di dalam kumpulan puisi berjudul Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精萃 (律 诗). Untuk menganalisis makna pada gaya bahasa digunakan semantik leksikal. Lima gaya bahasa pada puisi karya Du Fu yang dominan pada level pertama adalah gaya bahasa Bini (personifikasi) 23%, Kuazhang (hiperbola) 23% dan Shewen (erotesis) 23%; level kedua adalah Dui’ou (pararelisme) 18% dan level ketiga adalah Biyu (perumpamaan) 13%.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul “Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi
Karya Du Fu”. Berkat dukungan dan bantuan dari banyak pihak yang
telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini akhirnya dapat
diselesaikan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini, terutama kepada:
1. Bapak Drs. Syahron Lubis, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara,
2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, MA,. selaku Ketua Program Studi Sastra Cina
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang sekaligus
merupakan Dosen Pembina Akademik dan Dosen Pembimbing I yang
telah meluangkan waktunya membimbing penulis selama masa
perkuliahan dan dalam mengerjakan penyelesaian skripsi,
3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si., selaku Sekretaris Program studi
Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,
4. Bapak Liu Feng, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing II penulis yang telah
banyak membantu dan meluangkan waktu untuk membimbing dan
5. Para dosen Fakultas Ilmu Budaya, Sastra Cina, dan dosen tamu dari Jinan
University, Republik Rakyat China yang pernah memberikan mata kuliah
selama penulis kuliah dan jasa-jasa dalam mengajarkan ilmu pengetahuan,
budi pekerti, dan moral kepada penulis.
6. Keluarga penulis, Ayah, Ibu, Kakak, Adik dan teman spesial penulis, atas
perhatian, kasih sayang dan dukungan baik dalam materi dan non-materi
selama proses penyelesaian skripsi,
7. Teman-teman seangkatan dari stambuk 011 yang memberikan dukungan,
saran, kritik, bantuan lainnya, dan teman-teman lain yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap agar penulisan skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua. Terima Kasih.
Medan, 27 Juli 2015
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACK... i
ABSTRAKSI... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Batasan Masalah ... 6
1.3Rumusan Masalah... 8
1.4Tujuan Penelitian ... 8
1.5Manfaat Penelitian ... 8
1.5.1 Manfaat Teoritis ... 8
1.5.2 Manfaat Praktis... 9
BAB II KONSEP, KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 10
2.1 Konsep ... 10
2.1.1 Pengertian Gaya Bahasa... 10
2.1.2 Jenis-jenis Gaya Bahasa Mandarin 11 ... 11
1. Gaya Bahasa Biyu (比喻) ... 11
2. Gaya Bahasa Bini (比拟) ... 14
3. Gaya Bahasa Kuazhang (夸张) ... 16
4. Gaya Bahasa Dui’ou (对偶) ... 16
5. Gaya Bahasa Shewen (设问) ... 17
2.1.3 Pengertian Puisi... 18
2.1.3.1 Pengertian Puisi China... 18
2.1.4 Penyair Du Fu ... 20
2.2 Tinjauan Pustaka ... 23
2.3 Landasan Teori ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
3.1 Data dan Sumber Data ... 28
3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 29
3.3 Teknik Analisis Data ... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32
4.1 Hasil ... 32
4.1.1 Hasil Penelitian Terhadap Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya Du Fu... 32
4.1.2 Hasil Penelitian Terhadap Makna Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya Du Fu ... 34
4.2 Pembahasan ... 35
4.2.1 Analisis Gaya Bahasa pada Puisi Du Fu ... 36
4.2.1.1 Gaya Bahasa Bǐyù pada Puisi Du Fu ... 36
4.2.1.2 Gaya Bahasa Bǐnǐ pada Puisi Du Fu ... 38
4.2.1.3Gaya Bahasa Kuāzhāng pada Puisi Du Fu ... 40
4.2.1.4Gaya Bahasa Duì’ǒu pada Puisi Du Fu ... 42
4.2.1.5Gaya Bahasa Shè wèn pada Puisi Du Fu ... 45
4.2.2 Analisis Makna Gaya Bahasa Pada Puisi Karya Du Fu ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 63 5.1 Kesimpulan ... 63
5.2 Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66
ABSTRACT
The title of this thesis is “Gaya Bahasa Pada Beberapa Puisi Karya Du Fu” (“Du Fu Selected Poems based on Figure of Speech”). The thesis is focused on figure of speech in Du Fu’s poems in Tangshi Jingcui Lisi. Du Fu (712-770) is the classic poet who lives in the period of Tang Dynasty in China. The classic poet of China has a long history, it has 3000 years of history. The writer only analyse the fifteen poems that exist in this book. The semantic leksical applied in this thesis to examine the language meaning of Du Fu’s poems. The result of this thesis shows that five m ost-common-use of different figure of speech found in fifteen Du Fu’s poems. They are metapor, personification, hyperbole, dui’ou and erotesis question. This thesis also shows that the function of each four figure of speech in Du Fu’s poems is make the abstract things more specifically, add beauty or emotional intensity of the poem, make his poems become more interesting and touching.
Keywords: Puisi; Puisi China Klasik; Du Fu; Gaya Bahasa; Gaya Bahasa
ABSTRAK
Judul penelitian ini adalah “Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya Du Fu”. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis 15 buah puisi dan 5 gaya bahasa yaitu Biyu (perumpamaan), Bini (personifikasi), Kuazhang (hiperbola), Dui’ou (pararelisme) dan Shewen (erotesis). Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep gaya bahasa oleh Huang dan Liao. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Data berupa puisi-puisi karya Du Fu yang terdapat di dalam kumpulan puisi berjudul Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精萃 (律 诗). Untuk menganalisis makna pada gaya bahasa digunakan semantik leksikal. Lima gaya bahasa pada puisi karya Du Fu yang dominan pada level pertama adalah gaya bahasa Bini (personifikasi) 23%, Kuazhang (hiperbola) 23% dan Shewen (erotesis) 23%; level kedua adalah Dui’ou (pararelisme) 18% dan level ketiga adalah Biyu (perumpamaan) 13%.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Bahasa tidak lain merupakan sarana manusia untuk mencapai berbagai
tujuan. Bahasa diartikan sebagai sistem tanda bunyi yang disepakati untuk
dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam
bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi. (Kushartanti &
Multamia RMT Lauder, 2005). Dengan kata lain, tidak ada kegiatan
manusia yang tidak disertai dengan bahasa.
Bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian,yang baik maupun
yang buruk; tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa; tanda yang jelas
dari budi kemanusiaan. (Samsuri, 1994:4). Dari pembicaraan seseorang
dapat diketahui kepribadiannya melalui motif keinginannya, latar belakang
pendidikannya, pergaulannya, adat istiadatnya, dan lain sebagainya.
Menurut pakar bahasa Mandarin, Huang dan Liao. (2007: 1), bahasa
merupakan produk dari masyarakat, yang dihasilkan dengan munculnya
masyarakat, dan berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat.
Dilihat dari strukturnya, bahasa merupakan suatu sistem yang berbentuk
dari tiga unsur utama yaitu tata bunyi, tata bentuk kata (kosa kata) dan tata
bahasa. Dilihat dari fungsinya, pengertian bahasa terdiri atas tiga, yaitu (i)
merupakan alat komunikasi yang sangat penting, (ii) dilihat dari hubungan
masyarakat dengan dunia luar, bahasa merupakan alat untuk mengenal
dunia luar, dan (iii) dilihat dari hubungan masyarakat dengan budaya,
bahasa merupakan sarana pengembangan kebudayaan, masyarakat
menggunakan bahasa untuk meneruskan dan membina kebudayaan.
Jika berbicara mengenai bahasa, maka tidak lepas dari berbicara
mengenai unsur-unsur bahasa. Unsur-unsur bahasa yang dapat
membangun atau menceritakan teknik bercerita dinamakan gaya bahasa.
(Zulfahnur, 1996: 38). Gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
kepribadian penulis. (Keraf, 2007: 113)
Gaya bahasa dapat digunakan dalam segala ragam bahasa, baik ragam
lisan, tulis, nonsastra, maupun ragam sastra, karena gaya bahasa adalah
cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu
untuk maksud tertentu. Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal,
struktur kalimat, majas, citraan dan pola rima, yang digunakan seorang
sastrawan atau yang terdapat dalam sebuah karya sastra.
Karya sastra telah melekat dalam kehidupan sehari-hari manusia,
karena karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang
meliputi kehidupan manusia. Permasalahan itu dapat berupa apa yang
kehidupan yang diciptakan, baik berupa novel, puisi maupun drama yang
dipahami dan dimanfaatkan oleh para penikmat karya sastra sebagai media
hiburan dan apresiasi. (Wellek dan Warren, 1990: 51)
Wellek dan Warren (1990: 48), menggolongkan karya sastra menjadi
dua yaitu karya sastra tertulis dan karya sastra lisan. Sastra lisan adalah
sastra yang diekspresikan langsung secara verbal dengan bahasa sebagai
media penyampaiannya. Sastra tulisan adalah karya sastra yang
dipopulerkan melalui tulisan-tulisan yang sering ditemui seperti prosa,
puisi, roman dan cerpen. Sementara menurut Pradopo (1999: 5), karya
sastra terdiri atas dua jenis sastra (genre), yaitu prosa dan puisi. Prosa
disebut juga karangan bebas yang berarti prosa tidak terikat oleh
aturan-aturan ketat, sementara puisi disebut sebagai karangan terikat karena puisi
terikat oleh aturan-aturan ketat.
Puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan
penggulangan suara sebagai ciri khasnya. (Damayanti, 2013: 12). Negeri
China terkenal dengan pepatah atau puisi klasik yang memiliki arti,
amanat dan manfaat yang mendalam dalam kehidupan manusia, serta
dapat menjadi pedoman atau prinsip bagi setiap orang yang mendalami
makna dari puisi tersebut. Puisi China memiliki sejarah yang panjang dan
kaya akan gaya bahasa serta dikembangkan dari zaman ke zaman.
Membahas puisi China tidak terlepas dari satrawan Du Fu (712-770),
seorang penyair yang terkenal dan bersejarah pada masa Dinasti Tang.
tokoh pendidikan. Karya puisi Du Fu berjumlah 1.400 buah puisi,
puisi-puisinya mengekspresikan jiwa kearifan yang terdapat dalam dirinya.
Beliau sangat menghargai kaum buruh pada masa Dinasti Tang, dan terus
membela rakyat untuk mendapatkan hak atau perlakuan yang lebih layak
bagi buruh. Oleh karena itu, puisi-puisinya dikenang dan menjadi inspirasi
bagi para sastrawan dari dahulu hingga sekarang.
Sajak dalam puisi Du Fu terdapat banyak gaya bahasa yang memukau
dan mempesona hati para pembacanya. Du Fu memanfaatkan berbagai
gaya bahasa sebagai salah satu cara untuk memperindah sajak dalam
puisinya. Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk
meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta
memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal
lain yang lebih umum. (Tarigan, 1985: 5). Berikut adalah salah satu bait
dari puisi karya Du Fu yang menggunakan gaya bahasa, puisi yang
berjudul Wàng yuè (望岳) ini terdapat di dalam kumpulan puisi berjudul Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精萃 (律诗).
会当凌绝顶,一 山小銔
Huì dāng líng juédǐng, yīlǎn zhòng shān xiǎo.
Akhirnya suatu hari dapat mendaki hingga ke puncak gunung,
melihat sekumpulan gunung yang tampak penuh harapan yang
samar-samar. (Jiang, 1996: 52)
Dalam bait tersebut Du Fu menggunakan gaya bahasa Khuazhang atau
Dalam bait tersebut penyair menggambarkan sekumpulan gunung yang
terlihat seperti saling berbaris.
Gaya bahasa dipakai dalam puisi untuk mengekspresikan pengarang dalam
memperindah puisi, menguatkan nilai pada puisi atau menguatkan makna puisi.
Gaya bahasa yang digunakan setiap penyair maupun penulis dalam karya sastra
mereka berbeda-beda, mencerminkan jalan pikiran dan sudut pandang mereka
yang berbeda. Karya Du Fu lebih banyak menceritakan tentang penderitaan rakyat
dan kesetiaannya pada negara melalui bahasa yang indah, jiwa kearifannya
terhadap hak kaum buruh melalui bahasa yang indah, serta menggunakan bahasa
yang mudah dipahami.
Gaya bahasa tidak terlepas dari makna yang terkandung di dalamnya, karena
melalui gaya bahasa pembaca dapat dengan mudah memahami maksud tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna adalah pengertian yang
diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Makna termasuk dalam golongan kata
semantik, karena semantik juga membahasa tentang makna. Berdasarkan jenisnya
semantik terdiri dari beberapa makna salah satunya adalah makna leksikal,yaitu
dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau
bersifat kata yang sesuai dengan hasil observasi alat indra atau makna
sesungguhnya di dalam kehidupkan kita. Misalnya leksem kuda memiliki makna
leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat yang dapat dikendarai’. (Chaer 1990:62)
Penulis sangat tertarik membahas tentang gaya bahasa. Oleh karen itu,
penulis terkait untuk mengangkat topik “Analisis Gaya Bahasa pada Beberapa
buah puisi yang terdapat pada buku Tang Shi Jing Cui (LuShi) 銙唐诗精萃銚(律
诗) yang berisi kumpulan puisi terkenal yang ditulis oleh penyair-penyair pada
masa Dinasti Tang. Kelima belas puisi karya Du Fu dapat mewakili 1400 buah
puisinya adalah puisi yang termasyur atau terkenal. Gaya bahasa yang terdapat
didalam puisi tersebut adalah gaya bahasa yang sering digunakan pada
pembelajaran bahasa Mandarin. Dengan demikian diharapkan pembaca dapat
lebih memahami penggunaan gaya bahasa dalam puisi China klasik, dan
membantu meningkatkan pengetahuan tentang gaya bahasa yang terdapat pada
puisi China.
Penelitian ini memfokuskan pada lima jenis gaya bahasa yang sering
digunakan dalam pembelajaran bahasa Mandarin, yakni: gaya bahasa Bǐyù (比喻),
Bǐnǐ (比拟), Kuāzhāng (夸 ), Duì’ǒu (对偶), dan Shè wèn (设问).
1.2Batasan Masalah
Suatu penelitian harus mempunyai batasan masalah. Batasan ini sangat
penting dalam suatu penelitian. Hal ini dimaksudkan agar penelitian tersebut
terarah dan tidak terjadi kesimpangsiuran masalah yang hendak diteliti, serta
tujuan dari penelitian dapat tercapai. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di
atas, penulis hanya akan membahas mengenai gaya bahasa yang terdapat didalam
puisi karya Du Fu. Hal ini disebabkan penggunaan gaya bahasa cukupbanyak
ditemukan di dalam puisi beliau
Bēi chén táo, (5) 春望 Chūn wàng, (6) 天 怀李 Tiān mò huái
lǐbái, (7) 蜀相 Shǔxiāng, (8) 春夜喜雨 Chūn yè xǐyǔ, (9)
军收河南 Wén guān jūn shōu hénán běi, (10) 旅夜书怀 Lǚ yè shū huái, (11) 秋兴八首 一 Qiū xìng bā shǒu(Qí yī), (12) 咏
怀 迹五首 Yǒnghuái gǔjī wǔ shǒu (qí sān), (13) 登高 Dēnggāo, (14) 登 岳 楼 Dēng yuèyánglóu dan (15) 登 楼
Dēnglóu.
Gaya bahasa dalam bahasa Mandarin dapat dibagi menjadi 21 jenis,
berdasarkan fungsi dan struktur masing-masing. Menurut Huang dan Liao, jenis
gaya bahasa Mandarin terdiri atas 21, yakni: Bǐyù (比喻), Bǐnǐ (比拟), Jièdài (借
代), Niān lián (拈连), Kuāzhāng (夸 ), Shuāngguān ( 关), Fǎng cí (仿词),
Fǎnyǔ ( 语), Wǎnqū (婉曲), Duì’ǒu (对偶), Páibǐ (排比), Céng dì (层递), Dǐng
zhēn (顶真), Huíhuán (回 ), Duìbǐ (对比), Yìngchèn ( 衬), Fǎnfù ( 复), Shè
wèn (设 问), Fǎnwèn ( 问), Tōng gǎn (通感) dan Jǐngcè (警 策). Namun
dikarenakan keterbatasan dan kemampuan penulis dalam menganalisis gaya
bahasa puisi China, maka penulis membatasi pembahasan pada 5 jenis gaya
bahasa saja, yaitu: gaya bahasa Bǐyù (比喻), Bǐnǐ (比拟), Kuāzhāng (夸 ),
Duì’ǒu (对偶), dan Shè wèn (设问). Lima jenis gaya bahasa tersebut adalah gaya
bahasa yang sering digunakan dalam proses belajar bahasa Mandarin serta sering
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Gaya bahasa apakah yang terdapat di dalam puisi karya Du Fu ?
2. Makna apakah yang terkandung di dalam gaya bahasa puisi karya Du Fu?
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan gaya bahasa yang terdapat dalam puisi karya Du Fu.
2. Mendeskripsikan makna yang terkandung di dalam gaya bahasa puisi karya Du Fu.
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1.5.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian antara lain, sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai salah satu rujukan
penelitian mengenai kesusasteraan China dan selanjutnya dapat
membantu penelitian-penelitian yang berhubungan dengan
pembahasan gaya bahasa pada beberapa puisi karya Du Fu.
2. Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam pengembangan
keilmuan, khususnya terhadap kajian sastra, kajian linguistik, struktur
3. Penelitian ini diharapkan mampu mengilhami sastrawan dalam
menggunakan gaya bahasa pada puisi.
1.5.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian antara lain, sebagai berikut:
1. Memberikan pemahaman bagi publik tentang penggunaan gaya bahasa
pada puisi.
2. Memberikan kontribusi terhadap ciri khas gaya bahasa pada puisi
karya Du Fu.
3. Memberikan motivasi bagi peneliti selanjutnya untuk lebih giat
BAB II
KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI
2.1 Konsep
Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun
yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk
memahami hal-hal tersebut. (Kridalaksana, 2001: 117). Konsep yang
digunakan di dalam penelitian ini yakni: pengertian gaya bahasa, puisi,
penyair Du Fu dan landasan teori.
2.1.1 Pengertian Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk
meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta
memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal
lain yang lebih umum. (Tarigan, 1985: 5). Gaya bahasa dapat dibatasi
sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. ( Keraf, 2007: 113)
Huang dan Liao (1991: 208), menyatakan bahwa gaya bahasa memiliki
tiga makna, yakni: (1) Gaya bahasa merupakan teknik, cara, dan aturan dalam
menggunakan bahasa; (2) Gaya bahasa pada saat berbicara atau menulis karya
retoris; (3) Gaya bahasa merupakan salah satu cara untuk memperkuat ekspresi
atau perasaan penulis pada hasil karya sastra.
Gaya bahasa merupakan salah satu unsur dari sebuah puisi. Gaya bahasa
adalah cara khas menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan.
(Moelino, 1989). Dalam puisi, penyair berusaha menyampaikan ide, perasaan dan
pikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga
tampak indah dan penuh makna. Oleh karena itu, untuk dapat membaca puisi
dengan baik,memahami, memaknai, menganalisis, dan mengajarkan puisi, kita
harus memahami gaya bahasa tersebut.
2.1.2.1 Jenis-jenis Gaya Bahasa
Huang dan Liao (1991: 240), membagi gaya bahasa menjadi 21 jenis, antara
lain:
1. Gaya Bahasa Bǐyù (比喻)
Huang dan Liao (1991:240), menjelaskan Bǐyù adalah
perumpamaan, yakni menggunakan benda atau hal yang berbeda satu sama
lain namun memiliki titik persamaan untuk menggambarkan suatu hal atau
benda lain. Benda yang dibandingkan disebut “Benti” dapat diterjemahkan
menjadi “noumenon”, dan benda yang digunakan sebagai pembanding
disebut “Yuti” dapat diterjemahkan sebagai “pembanding”, kata yang
menghubungkan kedua benda disebut dengan “Yuci” yang diterjemahkan
benda atau hal yang sifatnya berbeda, namun menggunakan satu sisi
kemiripan untuk melakukan perbandingan.
Gaya bahasa perumpamaan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni:
Míngyù, Ànyù dan Jièyù.
a. Gaya Bahasa Míngyù (明喻)
Míngyù sama dengan gaya bahasa simile/perumpamaan pada bahasa
Indonesia. Menurut Tarigan (1985: 9), perumpamaan adalah perbandingan dua
hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama.
Perbandingan ini secara eksplisit ditandai oleh pemakaian kata “seperti” dan
sejenisnya (ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, penaka (seolah-olah),
serupa, dan lain-lain).
Menurut Huang dan Liao (1991: 241-242), pada gaya bahasa Míngyù
(perumpamaan), noumenon (benda yang dibandingkan), dan Yuti (pembanding)
muncul bersamaan diantaranya terdapat kata banding seperti: “像xiàng, 如rú,
似shì,仿 fǎngfú,犹如yóurú, 如 yǒurú, 一般yībān” dan lain-lain.
Contoh: (1)
叶子出水限高,像 舞女裙銔
Yè zǐ chūshuǐ xiàn gāo, xiàng tíngtíng wǔnǚ qún
Daun batasan air tinggi, seperti rok para penari perempuan di paviliun.
b. Gaya Bahasa Ànyù (暗喻)
Ànyù sama dengan gaya bahasa metafora pada bahasa Indonesia. Huang
dan Liao dalam buku Xiandai Hanyu mengatakan gaya bahasa Ànyù disebut
juga sebagai gaya bahasa Yinyu. Pada gaya bahasa ini noumenon dan
pembanding muncul, namun kata pembandingnya berupa: “是 shì(adalah), 变
biànchéng (menjadi), chéngwéi (menjadi), 等于děngyú (sama dengan)”
dan lain-lain.
Contoh:
(2)
爱护书籍吧,他是知识的源泉。 Àihù shūjí ba, tā shì zhīshì de yuánquán.
Cintailah buku-buku, dia adalahsumber dari pengetahuan.
Pada contoh (2) di atas noumenon adalah “buku”, pembandingnya
adalah “sumber dari pengetahuan”, sementara kata bandingnya “adalah”.
c. Gaya Bahasa Jièyù (借喻)
Pada gaya bahasa ini noumenon tidak muncul, tidak terlihat pada kalimat,
langsung menggunakan pembanding untuk menggantikan noumenon (Huang,
1991: 242).
Contoh:
(3)
鲁迅在一片文章 , 打落水狗銔他说,如果 打落水狗,它一
Lǔxùn zài yīpiàn wénzhāng lǐ, zhǔzhāng dǎ luòshuǐgǒu. Tā shuō, rúguǒ bù dǎ luòshuǐgǒu, tā yīdàn tiào qǐlái, jiù yào yǎo nǐ, zuìdī xiàndù yě yào jiàn nǐ yīshēn de wū ní
Luxun (novelis) dalam satu karyanya menganjurkan, pukulah anjing yang jatuh ke parit. Dia mengatakan, jika tidak memukulnya, maka saat ia keluar melompat, pasti berniat mengigitmu, kemungkinan paling kecil juga ingin mencipratmu dengan lumpur kotor.
Pada contoh (3) di atas perumpamaan menggunakan klausa
“anjing yang jatuh ke parit” sebagai pembanding untuk menyatakan
“musuh yang terpukul”. Pada contoh tersebut tidak muncul noumenon dan
tidak ada kata banding, tetapi langsung menggunakan pembanding sebagai
noumenon-nya.
2. Gaya Bahasa Bǐnǐ (比拟)
Berdasarkan imajinasi membuat manusia seolah-olah seperti benda
maupun sebaliknya, membuat benda seolah-olah memiliki jiwa seperti
manusia (Huang, 1991: 246). Dalam bahasa Indonesia disebut juga
sebagai gaya bahasa personifikasi. Gaya bahasa ini dapat dibedakan
menjadi dua jenis yakni: personifikasi dan depersonifikasi.
a. Membuat benda seolah-olah menjadi manusia (personifikasi)
Gaya bahasa ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda
mati dibuat dapat berbuat, berpikir dan sebagainya seperti manusia.
Contoh:
(4)
春风 胆来流柳,夜雨瞒人去润花
Chūnfēng fàngdǎn lái liú liǔ, yè yǔ mán rén qù rùn huā.
Angin musim semi memberanikan diri untuk menyisir pohon willow,
hujan malam hari diam-diam menyirami bunga.
Pada contoh (4) di atas “angin musim semi” adalah pelaku dan kata
kerja yang mengikuti “yaitu menyisir pohon”. “hujan malam hari” adalah
pelaku dan kata kerja yang mengikuti yaitu “menyirami bunga”, contoh
(4) merupakan benda namun dibuat seolah-olah menjadi manusia yang
dapat bergerak untuk menyisir pohon willow dan memiliki perasaan
memberanikan diri.
b. Membuat manusia seolah-olah menjadi benda (depersonifikasi)
Gaya Bahasa ini merupakan kebalikan dari gaya bahasa
personifikasi,yakni membedakan manusia. Dalam bahasa Mandarin, gaya
bahasa ini membuat manusia seolah-olah adalah hewan atau binatang.
Contoh:
(5)
骄傲自满, 巴都翘 来了 Tā jiāo'ào zìmǎn, wěibā dōu qiào shàngláile.
“Ekor” merupakan bagian tubuh yang hanya dimiliki oleh hewan
dan tidak terdapat pada manusia. Pada contoh (5) di atas manusia
digambarkan seolah-olah memiliki ekor.
3. Gaya Bahasa Kuāzhāng (夸 )
Kuāzhāng sama dengan gaya bahasa hiperbola pada bahasa Indonesia.
Gaya bahasa ini sengaja membuat pernyataan tentang hal atau sesuatu benda
menjadi berlebih-lebihan dari sifat, ukuran, maupun jumlah aslinya.
Contoh:
(6)
隔壁千家醉,开坛十 香銔
Gébì qiānjiā zuì, kāi tán shílǐxiāng.
Araktetangga sebelah memabukkan ribuan orang, membuka tutup arak
aromanya tercium sampai ribuan meter.
Pada contoh (6) aroma arak dilebih-lebihkan sehingga membuat
mabuk ribuan orang dan tercium sampai ribuan meter, menandakan
aromanya yang sangat kental.
4. Gaya Bahasa Duì’ǒu (对偶)
Duì’ǒu hampir sama dengan gaya bahasa pararelisme dalam bahasa
Indonesia. Gaya bahasa ini menggunakan kelompok kata atau kalimat yang
memiliki bentuk yang sama atau mirip, jumlah kata yang sama, dan memiliki arti
yang berkaitan erat untuk menyatakan maksud yang sama ataupun berlawanan.
Contoh
(7)
风声銓雨声銓读书声銓声声入耳
家 銓国 銓 銓 关心銔
Fēngshēng,yǔshēng,dúshūshēng,shēngshēngrù'ěr; jiāshì, guóshì, tiānxià shì, shì shì guānxīn.
Suara angin, suara hujan, suara baca buku, semua didengar jelas oleh telinga;
Masalah keluarga, masalah negara, masalah di dunia, semua dicemaskan oleh hati.
Pada contoh (7) di atas kalimat bagian atas dan kalimat bagian
bawah memiliki jumlah karakter yang sama, yakni sebelas karakter
per-baris. Bentuk kedua kalimat di atas juga sama, yakni bagian atas
merupakan kata benda “suara angin” dan bagian bawah “masalah
keluarga”. Makna kalimat di atas adalah selaras yakni suara apapun yang
disekitar kita selalu didengar dan begitu juga dengan masalah yang ada
akan selalu dicemaskan.
5. Gaya Bahasa Shè wèn (设问)
Gaya bahasa Shè wèndalam bahasa Indonesia disebut juga dengan
erotesis, yang menggunakan pertanyaan namun langsung dijawab dalam
kalimat, memiliki fungsi untuk mencuri perhatian pembaca, agar lebih
memperhatikan dan memikirkan makna dari pertanyaan. (Huang, 1991:
Contoh:
(8)
是谁创造了人类世界?是 们劳动群人銔
Shì shuí chuàngzàole rénlèi shìjiè? Shì wǒmen láodòng qún rén.
Siapakahyang telah menciptakan dunia manusia? Adalah kita para
pekerja.
Pada contoh (8) di atas terdapat pertanyaan pada awalnya, namun
langsung dilanjutkan dengan jawaban dari pertanyaan tersebut. Kata
“siapakah” menunjukkan pertanyaan kemudian diberi pemerkah “tanda
tanya”. Fungsinya agar pembaca memikirkan makna dari pertanyaan
tersebut.
2.1.3 Pengertian Puisi
Pengertian pusis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
“puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima,
serta penyusunan larik dan bait”. Puisi adalah ungkapan perasaan atau
pikiran penyair yang dirangkai menjadi suatu bentuk tulisan yang
mengandung makna.
Menurut Waluyo dalam Damayanti (2013: 12), puisi merupakan
bentuk kesusastraan yang menggunakan penggulangan suara sebagai ciri
khasnya. Penggulangan kata tersebut menghasilkan rima, irama atau
ritme.Seperti yang diungkapkan Ahmad dalam Pradopo (1999: 3-4), puisi
emosi; kedua, bentuknya; dan ketiga, kesannya. Semua unsur-unsur
tersebut diungkapkan dengan menggunakan media bahasa.
2.1.3.1 Puisi China
Puisi China kuno dibagi menjadi dua jenis, yakni:
1. Gǔtǐshī ( 体诗)
Gǔtǐshī merupakan pola puisi pra-Dinasti Tang, biasanya setiap baris terdiri dari empat, lima, enam atau tujuh kata, kalimatnya tidak terbatas dan jumlah
aksaranya boleh tidak sama atau tidak bersajak, susunannya bebas.
2. Jìntǐshī ( 体诗)
Jìntǐshī disebut juga puisi gaya “modern”, yakni puisi klasik yang mulai tumbuh sejak era Dinasti Tang (618-907), yang mempunyai ketentuan yang
ketat mengenai kata atau kalimat, nada dan rima. Jìntǐshī dibedakan menjadi dua jenis yakni:
a. Sajak delapan baris (Lǜshī律诗)
Merupakan salah satu jenis puisi klasik pada zaman Dinasti Tang, terkenal
dengan aturan komposisi yang ketat. Pada umumnya setiap syair terdiri
dari delapan kalimat, setiap kalimat terdiri dari lima aksara disebut Wulu
dan kalimat yang terdiri dari tujuh aksara disebut Qilu.
b. Puisi empat seuntai (Juégōu绝 )
Puisi empat seuntai telah ada pada zaman Dinasti Han, mengalami
Tang. Dinasti Song dan Tang merupakan era dimana puisi klasik
mengalami masa kejayaan, puisi-puisi banyak ditulis pada zaman ini.
(http://wenku.baidu.com/view/9b3bc51c59eef8c75fbfb35e.html).
2.1.4 Penyair Du Fu
Du Fu (Hanzi: 杜甫), 12 Februari, 712-770, merupakan seorang penyair China yang terkenal pada masa Dinasti Tang. Ia bernama lengkap
Dùziměi (杜子美). Ia sering kali disebut sebagai penyair terbesar China.
Walaupun pada awalnya ia tidak terlalu dikenal, namun karya-karyanya
membawa pengaruh yang besar bagi budaya China dan Jepang. Ia disebut
sebagai penyair sejarah dan penyair bijak oleh para kritikus China. Di
dunia barat karya-karyanya disetarakan dengan Shakespeare, Hugo,
Horace, dan penyair besar lainnya. Ia terkenal dengan karyanya “Tiga
Pembesar” dan “Tiga Perpisahan”.
Seperti kebanyakan penyair China lainnya, Du Fu berasal dari
keluarga bangsawan yang telah jatuh miskin. Tidak lama setelah ia lahir,
ibunya meninggal, Du Fu pun dibesarkan oleh bibinya. Ia mempunyai
seorang kakak lelaki yang meninggal dunia ketika masih muda. Ia juga
mempunyai 3 saudara tiri laki-laki dan seorang saudara tiri perempuan
yang sering disebutkannya dalam puisi-puisi karangannya, meskipun ia tak
Sebagai seorang anak sarjana dan pejabat kecil, masa kecilnya
dihabiskan dengan pendidikan standar bagi calon pejabat negara, yaitu
mempelajari dan menghafalkan tulisan-tulisan klasik Kong Hu Cu tentang
filsafat sejarah dan puisi. Du Fu mengatakan bahwa, ia telah membuat
beberapa puisi yang baik pada masa remajanya, namun puisi-puisi tersebut
hilang.
Du Fu meninggal pada tahun 770 M, saat ia berusia 59 tahun di Tanzhou
dan sekarang Changsha. Karya-karya Du Fu terpusat pada alur sejarah, pengaruh
moral dan keahliannya dalan menulis. Sejak zaman Dinasti Song, Du Fu sering
disebut sebagai “Penyair Sejarah” (诗史). Puisi-puisinya mengomentari taktik
militer atau kesuksesan atau kegaggalan dari pemerintah, juga puisi nasihat yang
ditulisnya untuk kaisar. Secara tidak langsung, ia menulis mengenai pengaruh
ketidakstabilan politik yang terjadi pada saat itu untuk dirinya dan juga rakyat
China lainya.
Pada masa hidupnya karya-karya Du Fu tidak banyak dikenal dan
lebih banyak tidak dihiraukan. Namun karya-karya beliau mulai dinikmati
pada abad ke 9 M dan setelah memasuki abad ke 11 yaitu pada masa
Dinasti Song Selatan, puisi dan tulisan karya Du Fu mencapai puncaknya.
Perkembangan neo-Konfusisme pada masa itu juga memengaruhi
kepopuleran karya-karya Du Fu. Ia dianggap sebagai contoh puitis dari
Pada masa negara China sebagai Republik, Du Fu menghasilkan
karya-karya tentang penderitaan rakyat dan kesetiaannya kepada negara.
Puisinya juga menggunakan bahasa rakyat sehingga menjadi salah satu
daya tarik masyarakat China. http://id.wikipedia.org/wiki/Du_Fu
2.1.4.1 Puisi Karya Du Fu
Du Fu telah banyak menulis puisi pada masa Dinasti Tang, berikut
[image:36.595.110.482.358.745.2]adalah puisi terkenal karya Du Fu.
Tabel 1. Puisi Karya Du Fu
No Judul Puisi Tahun
1. 望岳 Wàng yuè 735
2. 画鹰 Huà yīng 735
3. 夜 Yuèyè 756
4. 悲陈 Bēi chén táo 756
5. 春望 Chūn wàng 759
6. 天 怀李 Tiān mò huái lǐbái 759
7. 蜀相 Shǔxiāng 760
8. 春夜喜雨 Chūn yè xǐyǔ 761
9. 军收河南 Wén guān jūn
shōu hénán běi
763
10 旅夜书怀 Lǚ yè shū huái 765
12. 咏怀 迹五首 Yǒnghuái gǔjī wǔ shǒu (qí sān)
766
13. 登高 Dēnggāo 767
14. 登岳 楼 Dēng yuèyánglóu 768
15. 登楼 Dēnglóu 764
2.2 Tinjauan Pustaka
Yu Nianhu (2009) dalam Jurnal elektronik Akademik Cina menulis
artikel yang berjudul “Dù shī xiūcí gé de chāocháng yùnyòng” (Gaya
Bahasa pada Puisi Du Fu dalam Keistimewaan Penggunaan) yakni lima
jenis gaya bahasa yang ada dalam puisi-puisi karya Du Fu dengan
menggunakan bahasa kiasan yang tidak terbatas pada penggunaan
tradisionalnya, puisinya dapat memberikan kesan dan pengertian yang
lebih daripada orang-orang biasanya. Penelitian ini memberikan kontribusi
positif bagi penulis mengenai keistimewaan dan ciri khas gaya bahasa
metafora dan peran penting gaya bahasa hiperbola.
Han Xiaoguang (2011) dalam Jurnal elektronik Akademik Cina
diantaranya dengan pemilihan kalimat yang dapat dengan sepenuhnya mengapresiasikan keindahan yang diinginkan. Penelitian ini memberikan kontribusi positif bagi penulis mengenai teknik mengapresiasikan
keindahan dalam kalimat.
Rao Fanli (2013) dalam Jurnal elektronik akademik Cina menulis artikel yang berjudul “Shì lùn dùfǔ juégōu shī de yìshù tèsè” (Ciri Kesenian pada Puisi Empat Seuntai Karya Du Fu), serta menjelaskan ciri khas dari puisi empat seuntai karya Du Fu, dari struktur puisi, perubahan intonasi, gaya penulisan dan gaya bahasa yang ada pada puisi empat seuntai karya Du Fu. Penelitian ini memberikan kontribusi positif bagi penulis mengenai ciri khas gaya bahasa, struktur puisi yang terdapat pada
puisi empat seuntai karya Du Fu.
Rudy (2007) dalam skripsi yang berjudul “Analisis Puisi Penyair
Li Bai Berdasarkan Gaya Bahasa” menganalisis empat gaya bahasa pada
2.3 Landasan Teori
Pada penelitian ini penulis menggunakan semantik yaitu semantik leksikal
untuk mengupas masalah mengenai makna yang terkandung di dalam karya puisi
Du Fu.
Huang dan Liao (1991: 215) menjelaskan bahwa dengan mempelajari dan
menggunakan gaya bahasa, dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam
mengungkapkan perasaan dan dapat dengan sempurna menyampaikan sebuah
pemikiran.
Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau
lambang (sign). Kata “Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog
Perancis bernama Michel Breal pada tahun 1883. Kata semantik kemudian
disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang
mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh
karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang
arti, yaitu salah satu dari empat tataran linguistik: fonologi, sintaksis, morfologi
dan semantik. (Chaer, 1990: 2)
Menurut Tarigan (1985:7), semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah
lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna
yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat.
Oleh karena itu, semantik mencakup makna-makna kata, perkembangannya dan
perubahannya.
Ada beberapa jenis semantik yang dibedakan berdasarkan tataran atau bagian
jenis sematiknya disebut semantik leksikal. Semantik leksikal ini diselidiki makna
yang ada pada leksem-leksem dari bahasa tersebut. Oleh karena itu makna yang
ada pada leksem-leksem itu disebut leksem leksikal. (Chaer, 1990:7)
Chaer (2002:60) menyatakan bahwa leksikal adalah bentuk ajektif
yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuleri, kosa kata,
perbendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan
bentuk bahasa yang bermakna. Makna leksikal dapat diartikan sebagai
makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Oleh
karena itu,dapat dikatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai
dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera,
atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Misalnya,
kata ‘tikus’, makna leksikalnya adalah sejenis binatang yang dapat
menyebabkan timbulnya penyakit tipes. Makna ini tampak jelas dalam
kalimat ‘Tikus itu mati diterkam kucing’, kata ‘tikus’ merujuk kepada
‘binatang tikus’, bukan kepada yang lain. Di dalam kalimat, ‘yang menjadi
tikus di gudang kami ternyata berkepala hitam’ bukanlah dalam makna
leksikal sehingga kata ‘tikus’ sudah bermakna konotasi. Dengan kata lain,
kata tikus tidak merujuk kepada ‘binatang tikus’ melainkan kepada
‘seorang manusia’, yang perbuatannya memang mirip dengan perbuatan
tikus.
Gaya bahasa sering dan banyak dibicarakan dalam bidang sastra, tetapi yang
khususnya semantik leksikal pada rumusan masalah kedua dengan menjelaskan
makna pada puisi sesuai dengan makna leksikalnya atau makna yang
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
maksud (dalam ilmu pengetahuan, dsb); cara kerja yangbersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang
ditentukan. (Djadjasudarma, 1993: 1)
Menurut Djadjasudarma (1993: 3), metode penelitian merupakan alat,
prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian (dalam
mengumpulkan data). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah metode yang
bertujuan membuat deskripsi, maksudnya membuat gambaran, lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta
hubungan fenomena-fenomena yang diteliti. (Djajasudarma, 1993: 8-9)
Penulis juga menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, di mana penelitian adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi. (Sugiono, 2013: 218)
Metode lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
data dan informasi yang bersumber dari buku-buku, penelitian, jurnal
yang terkait dengan gaya bahasa pada puisi China.
3.1 Data dan Sumber Data
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, data adalah keterangan
atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau
kesimpulan). Data dalam penelitian ini adalah kata dan frasa yang
membentuk gaya bahasa pada 15 puisi China karya Du Fu. Data ini
diambil dari sumber data berupa kata Tang Shi Jing Cui (LuShi),
kumpulan puisi dari penyair-penyair terkenal pada Dinasti Tang.
Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sumber
data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Sumber Data Utama : Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 銙唐诗精萃銚(律诗).
Cover : Warna abu-abu dengan tulisan berwarna hijau.
Halaman : 159.
Terbitan : Shanxi Guji Chubanshe.
Tahun Terbit : 1996.
Selain itu penulis juga menggunakan sumber data sekunder sebagai
data pendukung. Sumber data sekunder adalah informasi yang diperoleh
atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari
diambil dari buku Dùfǔ shī xuǎn yì 杜甫诗选译 yaitu berisi puisi karya Du Fu yang telah dimodifikasi, selain itu jurnal, artikel, makalah,
skripsi dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan gaya bahasa
puisi karya Du Fu, baik bahan yang berbahasa Mandarin maupun bahasa
Indonesia.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiono (2013: 224), teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penulis
tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah
tahapan/langkah yang dilakukan penulis pada teknik pengumpulan data.
1. Mengumpulkan puisi karya Du Fu yang terdapat pada buku Tángshī jīngcuì (Lǜshī) yang ditulis pada tahun 1996.
2. Berulang-ulang membaca puisi-puisi terkenal karya Du Fu. Apabila
terdapat arti kata yang tidak dimengerti maka penulis merujuk kepada
Kamus Praktis Indonesia-Tionghoa Tionghoa-Indonesia karangan Dian
Rakyat terbitan tahun 2001.
3. Mengidentifikasi puisi-puisi terkenal karya Du Fu yang terdapat di dalam
buku tersebut.
5. Memberi tanda kata dan frasa dengan cara menggarisbawahi aksara China
pada puisi karya Du Fuyang memiliki gaya bahasa.
3.3Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses untuk pengorganisasian data dalam rangka
mendapatkan pola-pola atau bentuk-bentuk keteraturan lainnya dalam sebuah
penelitian. Teknik analisis data yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai
berikut:
1. Menganalisis gaya bahasa yang terdapat didalam puisi karya Du Fu
berdasarkan jenis gaya bahasa menurut Huang dan Liao.
Misalnya:
感时花溅泪,恨别鸟惊心銔銙Chūn wàng春望銚
Gǎn shí huā jiàn lèi, hèn bié niǎo jīng xīn. Bunga yang mengeluarkan percikan air mata
Dalam puisi tersebut Du Fu mendeskripsikan suatu masalah yang
penyampaiannya dilebih-lebihkan dengan menggunakan kata “bunga
yang mengeluarkan percikan air mata”. Penyair menganggap bunga
seolah-olahseperti manusia karena dapat mengeluarkan air mata. Seperti
yang diketahui bahwa bunga tidak dapat mengeluarkan air mata, hanya
manusia yang dapat mengeluarkan air mata. Manusia sebagai cipatan
Melalui analisis di atas dapat dinyatakan bahwa gaya bahasa yang
terdapat pada bait puisi tersebut adalah gaya bahasa Niren atau
personifikasi.
2. Menganalisis makna yang terkandung di dalam gaya bahasa pada puisi
karya Du Fu.
Misalnya:
岱 如何?齐鲁青未了銔銙Wàng yuè望岳銚
Dài zōngfū rúhé? Qílǔ qīng wèiliǎo.
Gunung yang tertinggi dan menakutkan adalah gunung Taishan, mulai
dari negara Qi hingga negara Lu, pegunungan yang berwarna hijau masih
belum dapat terlihat. Melalui gaya bahasa erotesis, penyair Du Fu ingin
menyampaikan bahwa gunung Taishan yang terkenal sangat tinggi puncak
gunungnya. Sehingga mengandung makna yang menakutkan bagi
pembaca ketika menyebutkan gunung Taishan. Secara pengetahuan umum
Republik Rakyat China, gunung Taishan merupakan gunung yang terkenal
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis memaparkan hasil dan pembahasan mengenai
penelitian tentang “Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi Karya Du Fu”. Penulis
membahas gaya bahasa yang terdapat pada 15 buah puisi karya Du Fu dan makna
yang terkandung di dalam gaya bahasa 15 puisi tersebut. Hasil dan pembahasan
dijelaskan sebagai berikut.
4.1 Hasil
Pada sub bab hasil penelitian terhadap analisis gaya bahasa pada
puisi karya Du Fu, penulis memaparkan hasil penelitian berdasarkan
rumusan masalah pertama yaitu gaya bahasa apakah yang terdapat didalam
puisi karya Du Fu dan rumusan masalah kedua yaitu makna apakah yang
terkandung di dalam gaya bahasa puisi karya Du Fu. Berikut hasil
penelitian tentang gaya bahasa dan makna yang terkandung di dalam gaya
bahasa puisi karya Du Fu.
4.1.1 Hasil Penelitian Terhadap Gaya Bahasa pada Beberapa Puisi
Karya Du Fu
Berdasarkan Pada penelitian ini penulis menganalisis lima belas
buah puisi karya Du Fu berdasarkan gaya bahasa, yaitu: (1) 望岳
lǐbái, (7) 蜀相 Shǔxiāng, (8) 春夜喜雨 Chūn yè xǐyǔ, (9)
军收河南 Wén guān jūn shōu hénán běi, (10) 旅夜书怀 Lǚ yè shū huái, (11) 秋兴八首 一 Qiū xìng bā shǒu(Qí yī), (12) 咏
怀 迹五首 Yǒnghuái gǔjī wǔ shǒu (qí sān), (13) 登高 Dēnggāo, (14) 登 岳 楼 Dēng yuèyánglóu dan (15) 登 楼 Dēnglóu.
Kelima belas buah puisi pada kumpulan puisiberjudul Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精萃 (律诗), maka ditemukan 5 gaya bahasa
Mandarin tersebut yaitu: gaya bahasa Bǐyù (比喻), Bǐnǐ (比拟), Kuāzhāng
(夸张), Duì’ǒu (对偶), dan Shè wèn (设问).
Du Fu juga mengkaitkan pemandangan yang dilihat atau dirasakan
pada saat itu, kemudian dituangkan menjadi puisi yang indah. Gaya bahasa
yang terdapat dalam 15 buah puisi karya Du Fu dapat dilihat dalam tabel
[image:48.595.111.479.590.754.2]berikut ini.
Tabel 4.1 Frekuensi Gaya Bahasa pada Puisi Karya Du Fu
No. Gaya Bahasa Puisi Jumlah Persen
(%)
1. Bini (personifikasi) 4 23%
2. Kuazhang
(hiperbola)
4 23%
3. She wen (erotesis) 4 23%
5. Biyu
(perumpamaan)
2 13%
Total 17 100%
Seperti yang dapat dilihat pada tabel 4.1, Du Fu banyak
menggunakan gaya bahasa pada puisinya dan level pertama yang dominan
adalah gaya bahasa Bini, Kuazhang dan Shewen; level kedua adalah
Dui’ou dan level ketiga adalah Biyu.
4.1.2 Hasil Penelitian Terhadap Makna Gaya Bahasa pada Beberapa
Puisi Karya Du Fu
Berdasarkan analisis makna yang terkandung dalam lima gaya
bahasa tersebut, maka berikut adalah hasil penelitian pada makna setiap
lima gaya bahasa seperti: Bǐyù (比喻) mengumpamakan sesuatu yang
abstrak menjadi konkret, pada puisi perasaan penyair tersampaikan dengan
baik; Bǐnǐ (比拟) menghidupkan suatu benda atau hal menjadi hidup
ataupun sebaliknya, pada puisi penyair dapat membawa rasa segar dan
menyentuh bagi pembaca; Kuāzhāng (夸张) melebih-lebihkan suatu benda
atau hal melalui sifat, ukuran maupun jumlah aslinya, pada puisi terlihat
sifat dan kepribadian Du Fu yang penuh percaya diri dan membela kaum
buruh yang juga merupakan salah satu karakteristik menonjol Du Fu;
Duì’ǒu (对偶) mempunyai bentuk kata yang sama atau mirip, jumlah kata
maksud yang sama ataupun berlawanan, pada puisi terlihat memiliki suatu
gaya yang khas, dengan susunan yang seimbang dari sisi kiri dan
kanannya, sehingga puisi-puisi tersebut terasa lebih berirama dan begitu
indah sehingga meninggalkan kesan yang mendalam bagi pembaca; Shè
wèn (设问) mencuri perhatian pembaca, agar lebih memperhatikan dan
memikirkan makna dari pertanyaan tersebut, pada puisi terlihat seperti
menegaskan pendapat, pujian, ketidakpuasan, kemarahan dan kesedihan
penyair.
Dalam puisi karya Du Fu terdapat banyak gaya bahasa,
mencerminkan Du Fu memiliki kemampuan berbahasa yang tinggi,
menggunakan gaya bahasa yang indah, pikiran dan perasaan menulis
dengan nilai seni yang tinggi.
4.2 Pembahasan
Pada subbab pembahasan ini dipaparkan analisis gaya bahasa terhadap
15 buah puisi karya Du Fu yang terdapat di dalam kumpulan puisiberjudul
Tángshī jīngcuì (Lǜshī) 唐诗精 萃 (律诗) . Analisis dilakukan
berdasarkan 2 masalah penelitian, yaitu (1) gaya bahasa apakah yang
terdapat puisi karya Du Fu; (2) makna apakah yang terkandung di dalam
gaya bahasa puisi karya Du Fu. Teori Huang dan Liao digunakan untuk
menjawab rumusan pertama dan menjawab rumusan masalah kedua
menggunakan pendekatan semantik leksikal untuk menganalisis makna
4.2.1 Analisis Gaya Bahasa pada Puisi Du Fu
Analisis gaya bahasa terhadap 15 puisi karya Du Fu dilakukan untuk
menjawab rumusan masalah yang berkenaan dengan gaya bahasa yang
terdapat di dalam puisi karya Du Fu. Puisi karya Du Fumerupakan hasil
karya sastra yang bersejarah dan dipelajari dari zaman ke zaman. Gaya
bahasa yang terdapat dalam puisinya dapat mengekspresikan jiwa kearifan
beliau melalui bahasa yang indah.
Sebagaimana yang dinyatakan pada bab II bahwa gaya bahasa yang
digunakan pada pembelajaran bahasa Mandarin adalah 5 jenis gaya
bahasa, yaitu gaya bahasa Biyu,Bini,Kuazhang, Dui’ou dan Shewen.
Berikut adalah analisis gaya bahasa pada 15 puisi karya Du Fu.
4.2.1.1 Gaya Bahasa Bǐyù pada Puisi Du Fu
Gaya bahasa Bǐyùatau disebut juga
perumpamaan,mengumpamakan sesuatu yang abstrak menjadi konkret.
Benda yang dibandingkan disebut “Benti atau disebut juga noumenon”,
dan benda yang digunakan sebagai pembanding disebut “Yuti atau disebut
juga pembanding”, kata yang menghubungkan kedua benda disebut “Yuci
atau disebut juga kata banding”.Noumenon dan pembanding haruslah
sesuatu benda atau hal yang sifatnya berbeda, namun menggunakan satu
sisi kemiripan untuk membandingkannya.
Gaya bahasa perumpamaan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni:
perbandingan secara eksplisit ditandai oleh pemakaian kata “seperti” dan
sejenisnya; Ànyù atau disebut juga dengan metafora merupakan
pembandingnya berupa: “是 shì(adalah), 变 biànchéng (menjadi),
chéngwéi (menjadi), 等于děngyú (sama dengan)” dan lain-lain; dan Jièyù
merupakan benda atau disebut juga noumenon yang tidak muncul, tidak
terlihat pada kalimat, langsung menggunakan pembanding untuk
menggantikan noumenon.
Puisi Du Fu yang berjudul Huà yīng dan Lǚ yè shū huái menggunakan gaya bahasa Bǐyù atau (perumpamaan), adalah sebagai
berikut:
(1) 㧐身思狡兔,侧目似愁胡銔銙画鹰銚
Sǒng shēn sī jiǎo tù, cèmù shì chóu hú. Hu à ī g
Tubuh menjulang tinggi dan bermata elang, sisi pinggir mata dan alis
seperti kera (sejenis monyet). (Hua Ying, Jiang, 1996:53)
Pada bait puisi Huà yīng menggunakan gaya bahasa Mingyu
(simile), karena muncul noumenon dan pembandingnya. Kata banding
berupa “seperti”, noumenonnya berupa “bermata elang” dan
pembandingnya adalah “kera (sejenis monyet)”. Mengumpamakan mata
elang seperti mata kera yang sama-sama lebih sensitif dan lebih tajam,
karena memiliki daya penglihatan yang terkuat. Berdasarkan deskripsi dari
internet, ‘elang’ dikenal sebagai burung pemangsa berukuran besar,
memiliki kemampuan terbang yang kuat, sayap yang lebar dan paruh yang
seperti ini, elang menempatkan dirinya berada di puncak rantai makanan
pada ekosistem dimana dia berada. (
http://smart-pustaka.blogspot.com/2011/09/burung-elang.html). Gaya bahasa ini
menggambarkan mata elang yang tajam dan menjelaskan mata elang yang
terlihat pada puisi tentang lukisan elang tersebut.
Berikut ini adalah salah satu bait dari puisi Lu Ye Shu Huai yang
juga menggunakan gaya bahasa Mingyu (simile).
(2) 飘飘何所似? 地一沙鸥銔銙旅夜书怀銚
Piāo piāo hé suǒ shì? tiāndì yī shā'ōu. Lǚà àshūàhu i
Persis seperti apa yang berkibaran? Camar antara langit dan bumi. (Lu
Ye Shu Huai, Jiang, 1996:65)
Bait pada puisi data 2 menggunakan gaya bahasa Mingyu (simile),
karena muncul noumenon dan pembandingnya, yaitu kata banding
“seperti”, noumenonnya adalah “berkibaran” dan pembandingnya adalah
“camar”.Burung Camar adalah penerbang yang hebat karena dia mampu
membumbung tinggi dan melayang di atas tiupan angin laut. Berdasarkan
informasi yang diperoleh, pada saat burung camar terbang di atas lautan,
binatang ini menghemat energinya dengan menggunakan aliran udara yang
disebabkan oleh gelombang-gelombang tinggi.
(http://www.puncakbukit.net/2013/08/burung-camar.html)
Sebagaimana dengan kehidupan unggas air yang dapat terbang di
atas laut, mengungkapkan perasaan berkeliaran penyair seperti
mencerminkan kehidupan yang tidak stabil dari penyair, seperti burung
4.2.1.2 Gaya Bahasa Bǐnǐ pada Puisi Du Fu
Gaya bahasaBǐnǐ (personifikasi), yaitu menghidupkan benda atau hal menjadi hidup ataupun sebaliknya. Puisi Du Fu yang berjudul Chūn
wàng, Chūn yè xǐyǔ dan Dēnggāo menggunakan gaya bahasa Bǐnǐ (personifikasi). Seperti tergambar pada bait berikut ini.
(3) 感时花溅泪,恨别鸟惊心銔銙春望銚
Gǎn shí huā jiàn lèi, hèn bié niǎo jīng xīn.銙Chū àw g銚
Bunga yang mengeluarkan percikan air mata, jangan membenci
burung yang menajubkan. (Chun Wang, Jiang, 1996: 58)
Pada bait puisi Chūn wàng, klausa “mengeluarkan percikan air mata”, membuat bunga seolah-olah seperti manusia karena dapat mengeluarkan
air mata. Sebagaimana yang diketahui bahwa bunga tidak dapat
mengeluarkan air mata, hanya manusia yang dapat mengeluarkan air mata,
karena manusia adalah cipatan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan
dengan makhluk lainnya.
Pada puisi Du Fu berikutnya, gaya bahasa Bini muncul pada bait puisi
Chun ye xiyu.
(4) 随风潜入夜,润物细无声銔銙春夜喜雨銚
Suí fēng qiánrù yè, rùn wù xì wúshēng.銙Chū à à ǐ ǔ銚
Angin malam menyelinap masuk, melicinkan dan menghaluskan
tanpa suara. (Chun ye xiyu, Jiang, 1996: 61)
Pada bait puisi Chūn yè xǐyǔ, klausa “menyelinap masuk”, diperankan
oleh angin seolah-olah berperan seperti manusia. Sebagaimana yang
licin dan wujudnya tidak tampak. Dengan demikian angin dapat
menyelinap masuk dengan licin.
Berdasarkan data yang diperoleh terdapat bait puisi yang berjudul
Denggao menggunakan gaya bahasa Bini, seperti berikut ini.
(5) 风急 高猿啸 ,渚清沙白鸟飞回銔銙登高銚
Fēng jí tiān gāo yuán xiào āi, zhǔ qīng shā bái niǎo fēi huí.銙Dē ggāo 銚
Angin kencang, langit tinggi dan kera bersiul sedih, negara hijau dan
burung terbang kembali. (Denggao, Jiang, 1996: 70)
Pada data yang terdapat di dalam puisi Dēnggāo, klausa “kera bersiul sedih” mengungkapkan bahwa kera sedang bersedih. Binatang “kera”
digambarkan seolah-olah ia seperti manusia yang memiliki perasaan sedih.
Seperti yang digambarkan dalam puisi, angin kencang berarti menandakan
akan turun hujan sehingga kera menjadi sedih dan harus mencari tempat
untuk berlindung.
Berikut adalah data yang terdapat di dalam bait puisi Chun ye xiyu yang menggunakan gaya bahasa Bini.
(6) 好雨知时节,当春乃发生銔銙春夜喜雨銚
Hǎo yǔ zhī shíjié, dāng chūnnǎi fāshēng. Chū à à ǐ ǔ
Hujan yang baik pada musim ini, ketika musim semi disini. (Chun
ye xiyu, Jiang, 1996: 61)
Pada data yang terdapat di dalam puisi Chūn yè xǐyǔ, “hujan yang baik” digambarkan seperti manusia yang dapat mengekspresikan kasih
sayang penulis terhadap hujan yang hadir pada musim semi. Sebagaimana
yang diketahui, manusia adalah ciptaan Tuhan yang sempurna, yang
memiliki perasaan kasih sayang terhadap semua makhluk hidup. Pada bait
4.2.1.3 Gaya Bahasa Kuāzhāng pada Puisi Du Fu
Gaya bahasa Kuāzhāng atau disebut juga hiperbola, yaitu hal atau sesuatu benda menjadi berlebih-lebihan dari sifat, ukuran, maupun jumlah
aslinya. Puisi Du Fu yang berjudul Wàng yuè, Bēi chén táo, dan Chūn wàng menggunakan gaya bahasa Kuāzhāng (hiperbola), tergambar pada bait berikut ini.
(7) 会当凌绝顶,一 山小銔銙望岳銚
Huì dāng líng juédǐng, yīlǎn zhòng shān xiǎo.銙Wàng yuè銚
Akhirnya suatu hari dapat mendaki hingga ke puncak gunung, melihat sekumpulan gunung yang tampak penuh harapan yang
samar-samar. (Wang yue, Jiang, 1996: 52)
Pada bait puisi Wàng yuè “melihat sekumpulan gunung yang tampak
penuh harapan yang samar-samar” mendeskripsikan bayangan gunung
yang terlihat tidak jelas dari puncak gunung Taishan, sehingga
sekumpulan gunung terlihat seperti saling berbaris. Penyair juga disuguhi
pemandangan yang indah dari puncak tertinggi gunung Taishan.
Berikut ini adalah salah satu bait dari puisi Wang yue yang menggunakan gaya bahasa hiperbola.
(8) 造 钟神秀, 割 晓銔銙望岳銚
Zàohuà zhōng shénxiù, yīnyáng gē hūn xiǎo.銙Wàng yuè銚
Keindahan alam yang terkonsentrasi, membagi gunung utara dan
gunung selatan menjadi fajar dan senja. (Wang yue, Jiang, 1996: 52)
Pada bait puisi Wàng yuè “keindahan alam yang terkonsentrasi”
menggambarkan pemandangan alam yang indah dan megah hingga tak
tertandingi keindahannya sampaike gunung Taishan. Keindahan alam
mata. Penyair sangat menikmati pemandangan disekitar, salah satunya
melihat keindahan pemandang cahaya matahari terbit dan terbenam.
Pada puisi Du Fu berikutnya, gaya bahasa hiperbola muncul pada bait puisi Bei chen tao.
(9) 孟冬十郡良家了,血 陈陶泽中水銔銙悲陈陶銚
Mèngdōng shí jùn liángjiāle, xiě zuò chéntáozé zhōng shuǐ. Bēià h à t o
Musim dingin bulan 10 yang layak, darah Chentaoze menjadi air. (Bei chen tao, Jiang, 1996: 57)
Pad bait puisi data 9 “darah Chen Tao Ze menjadi air” maksudnya
adalah darah yang keluar sangat banyak seperti air yang terus mengalir
tanpa terkendali. Darah memiliki wujud cair seperti air dan mengalir
didalam tubuh. Pada puisi darah tersebut telah mengalir diluar tubuh
dalam jumlah yang sangat banyak dan dapat mengakibatkan seseorang
meninggal karena kekurangan darah.
Berikut adalah data yang terdapat di dalam bait puisi Chun Wang yang menggunakan gaya bahasa hiperbola.
(10) 烽火连 ,家书抵万金銔銙春望銚
Fēnghuǒ lián sān yuè, jiāshū dǐ wàn jīn.