• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK NASIONALISME DALAM FILM (Studi Analisis Hermeneutik Kandungan Nasionalisme Dalam Film Darah Garuda Dan Tanah Air Beta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ABSTRAK NASIONALISME DALAM FILM (Studi Analisis Hermeneutik Kandungan Nasionalisme Dalam Film Darah Garuda Dan Tanah Air Beta)"

Copied!
192
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

NATIONALISM IN FILM

(Studies Hermeneutic Content Analysis of Nationalism In the Eagle Blood And Motherland film)

By:

RAHAYU LESTARI

Film is one of contemporary mass communication tools. Film became one of the media are believed to carry a separate discourse to the audience. Including the discourse on nationalism. Nationalism evolved from time to time as a continuous history with her role in the dynamics of each era.With the presence of Indonesian nationalism capable of becoming an independent nation from invaders and successfully proclaimed himself as a sovereign nation on August 17, 1945.

The formulation of the problem of this study include (1) How does the construction and content of nationalism in the Eagle Blood And Motherland film?, (2) Comparison of packaging the message of nationalism, both of the Eagle Blood And Motherland film?, (3) What is the significance of nationalism based on their contexteach?. This study aims to identify, describe in order to understand the construction, packaging the message, and the significance of nationalism in the Eagle Blood And Motherland film content. This type of research is using

descriptive qualitative Hermeneutics (Paul Ricoeur) as a tool of

analysis. Hermeneutics is the science or the expertise to interpret the message to obtain optimal understanding. Through an overall understanding and comprehension part of the Eagle Blood And Motherland film will get a complete understanding of Indonesian nationalism representation of both cinema.

(2)

that have been identified in the film; prepare conclusions of understanding.

The conclusion of this study include (1) Construction Eagle Blood film contains the meaning of nationalism that is based on elements of religiosity, and ethnicity. There are a total of 39 scene lasted 51 minutes 19 seconds (50%) containing the nationalism of the whole scene lasted 105 minutes. While construction of the Motherland film contains meaning nationalism based on cultural elements, and ethnicity. There were 35 scenes of a duration of 41 minutes 5 seconds (44%) containing the nationalism of the whole scene lasted 95 minutes. It was therefore concluded Indonesian nationalism based on two elements of the film is based on religious, ethnic, and cultural, (2) Comparison / difference packaging the message in both films can be found on the approach path and scene description. Eagle Blood film packed meaning of nationalism with a long flow-dynamic and powerful approach to ideology. While the motherland film packed meaning of nationalism with short-linear grooves and strong cultural approach.It was therefore concluded Indonesian nationalism is often internalized by the ideological and cultural approach to both individuals prior collective. This also shows the potential of film as a medium of national integration and planting media values one of which the values of nationalism (nationalism), (3) The significance of the message of nationalism in the Eagle Blood is gathering strength as the driver of the nation begins with individuals / citizens who are united to maintain the independence and sovereignty. In the Motherland film is the significance of nationalism as a spur to wholeness / unity of the nation, there was a relationship between citizens of the nation and vice versa, the relationship

both as a system.

(3)

xiii ABSTRAK

NASIONALISME DALAM FILM

(Studi Analisis Hermeneutik Kandungan Nasionalisme Dalam Film Darah Garuda Dan Tanah Air Beta)

Oleh:

RAHAYU LESTARI

Film merupakan salah satu alat komunikasi massa kontemporer. Film menjadi salah satu media yang diyakini dapat membawa suatu wacana tersendiri bagi khalayaknya. Termasuk wacana tentang nasionalisme. Nasionalisme berkembang dari masa ke masa sebagai sejarah berkelanjutan dengan dinamisasi perannya di masing-masing zaman. Dengan adanya nasionalisme bangsa Indonesia mampu menjadi bangsa yang merdeka dari penjajah dan berhasil memproklamasikan diri sebagai bangsa berdaulat pada 17 Agustus 1945.

Adapun rumusan masalah penelitian ini antara lain adalah (1) Bagaimana konstruksi dan kandungan nasionalisme dalam film darah garuda dan Film Tanah Air Beta?; (2) Perbandingan pengemasan pesan nasionalisme dalam kedua film tersebut?; (3) Apa signifikansi nasionalisme berdasarkan konteks masing-masing kedua film?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menggambarkan dalam rangka memahami kontruksi, pengemasan pesan, dan signifikansi kandungan nasionalisme dalam film Darah Garuda dan film Tanah Air Beta. Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan Hermeneutika (Paul Ricoeur) sebagai alat analisa. Hermeneutika adalah ilmu atau keahlian menginterpretasikan pesanuntuk mendapatkan pemahaman yang optimal. Melalui pemahaman keseluruhan dan pemahaman bagian dari sinema Darah Garuda dan Tanah Air Beta akan didapatkan pemahaman yang lengkap tentang representasi nasionalisme Indonesia dari kedua sinema.

(4)

xiv

data; mendaftar wacana-wacana yang sudah teridentifikasi dalam film; menyusun kesimpulan pemahaman.

Kesimpulan penelitian ini antara lain (1) Konstruksi film Darah Garuda memuat makna nasionalisme yang didasari oleh unsur religiusitas, dan etnisitas. Terdapat sebanyak 39 adegan berdurasi 51 menit 19 detik (50 %) mengandung nasionalisme dari keseluruhan adegan berdurasi 105 menit. Sementara konstruksi film Tanah Air Beta memuat makna nasionalisme yang didasari oleh unsur kebudayaan, dan etnis. Terdapat sebanyak 35 adegan berdurasi 41 menit 5 detik (44 %) mengandung nasionalisme dari keseluruhan adegan berdurasi 95 menit. Maka disimpulkan nasionalisme Indonesia berdasarkan dua film ini didasari oleh unsur religius, etnis, dan kebudayaan; (2) Perbandingan/perbedaan pengemasan pesan pada kedua film dapat ditemukan pada alur dan pendekatan deskripsi adegan. Film Darah Garuda mengemas makna nasionalisme dengan alur yang panjang-dinamis dan pendekatan ideologisasi yang kuat. Sementara Tanah Air Beta mengemas makna nasionalisme dengan alur yang pendek-linier dan pendekatan cultural yang kental. Maka disimpulkan nasionalisme Indonesia seringkali dihayati dengan pendekatan secara ideologis dan cultural baik individu terlebih kolektif. Hal ini sekaligus menunjukkan potensi film sebagai media integrasi bangsa dan media penanaman nilai-nilai salah satunya nilai-nilai kebangsaan (nasionalisme); (3) Signifikansi pesan nasionalisme pada film Darah Garuda adalah sebagai pendorong terhimpunnya kekuatan bangsa berawal dari individu/warga negaranya yang bersatu untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan. Pada film Tanah Air beta signifikansi nasionalisme adalah sebagai pendorong keutuhan/kesatuan bangsa, ada keterkaitan antara warga negara terhadap bangsanya dan sebaliknya, dalam hubungan keduanya sebagai suatu sistem.

(5)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

1. Tim penguji

Ketua : Dr. Abdul Firman Ashaf, S.I.P, M.Si. …………

Penguji Utama : Drs. Sarwoko, M.Si …………

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si NIP. 19580109 198603 1 0002

(6)

i

Judul Skripsi : NASIONALISME DALAM SINEMA

(Studi Analisis Hermeneutik Kandungan Nasionalisme Dalam Film Darah Garuda Dan Tanah Air Beta)

Nama Mahasiswa : Rahayu Lestari

Nomor Pokok Mahasiswa : 0716031058

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Abdul Firman Ashaf, S.I.P, M.Si NIP. 19721111 199903 1 001

2. Ketua Jurusan

Drs. Sarwoko, M.Si

(7)

MOTTO

Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang

dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak

memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat

menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu

hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.

(QS. Al-Imran : 160)

Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan

barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah

yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (QS. Al Baqoroh: 269)

“Bersungguh-sungguhlah dengan kehinaanmu, niscaya Ia menolong dengan kemuliaan-Nya. Bersunguh-sungguhlah dengan ketidak berdayaanmu, niscaya Ia akan menolongmu dengan kekuasaan-Nya. Dan bersungguh-sungguhlah dengan kelemahanmu, niscaya Ia akan menolongmu dengan kekuatan-Nya.” (Ibnu „Athailah)

“Aku hanya telah terla

njur mengerti tentang diriku

sendiri... Maka tak kan ada yang boleh berlari pergi..., kecuali

setelah

ku berarti.” (Rahayu Lestari)

“Bermimpilah! Dan tetaplah sukses dengan bermimpi untuk masa depan. Jika aku mau, pasti semua aku rengkuh atau ikhlash dalam totalitas...” (Rahayu Lestari)

“Kesungguhan itu di awal, di pertengahan, dan di akhir... Malulah memilih, jika tak siap menuai konsekuensi !!!” (Rahayu Lestari)

(8)

Kehadirat-Mu Duhai Yang Maha Agung... Bermula, beredar dan

berakhirku atas daya-Mu. Cinta & ridlo-Mu adalah tumpuanku...

dengan apa dapat ku sembahkan syukurku yang cela ini...?

Teruntuk Ibunda & Ayahanda tercinta...

Dari kejauhan ku mohon restu. Dengan hikmah yang Ayah-Bunda wariskan aku

berjalan. Dengan jiwa yang Ayah-Bunda turunkan aku tegak bertahan. Segala

prestasi ini untukmu Ayah-Bunda sayang...

Buat kakak,

Mb’Opi, Mb’Ani,

& Pelita hatiku yang mungil: Anna Khoirunnisa

Indah Kesuma Maskuri Hakim

Khusus untuk “sang separuh jiwa”, “belahan hati” yang akan menjadi teman setia dalam

perjalanan panjang hidupku... (kita akan bangun rumah di Taman Firdaus, aamiin ^^)

Tak lupa...”Orange Colour”...and “Green Campus”...

Almamater tercinta.

... Inilah Karya Kecilku ... dengan Bismillah...

(9)

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Rahayu Lestari. Panggilannya adalah Ayu. Nama pemberian Ayahnya itu mengandung do‟a yang besar. Rahayu berarti selamat, dan Lestari berarti terjaga dan terpelihara. Kedua orang tuanya berharap agar yang bersangkutan menjadi orang yang selalu selamat dunia dan akhirat, terjaga dari hal-hal yang tidak baik, & terpelihara kemulyaannya dengan potensi dan kebaikan yang dikaruniakan Allah kepadanya (aamiin). Makna tersebut menjadi filosofi tersendiri bagi si pemilik nama. Hobinya membaca, diskusi, menulis, traveling, berorganisasi, dan mendengarkan musik. Anak bungsu dari Bapak Abdul Rohim (Alm) dan Ibu Rumpini (Alm) ini menyongsong awal harinya di dunia pada Rabu pagi, 15 Februari 1989 di RS Bersalin Restu Ibu, Teluk Betung Bandar Lampung. Sejak kecil Ibunya menanamkan pendidikan agama yang cukup ketat. Pada usia 5 (lima) tahun ia sudah dimasukkan ke Lembaga Pendidikan Islam (LPI) TKA/TPA Nurul Yaqin dan dijalaninya sampai menjelang kelas 5 SD. Selama itu ia juga aktif di keg. ekstrakurikuler TPA bidang seni tari, pidato, dan teater Islami. Ia juga pernah menyabet juara sebagai santri teladan LPI (1998). Proses ini memberikan spiritual basic yang menjadi pondasi moralnya.

Tahun 1996, ia mengenyam pendidikan formal pertamanya di SDN 4 Talang, Teluk Betung Bandar Lampung. Tanpa bersekolah TK, ketika masuk SD ia telah mampu membaca dikarenakan semangat belajar mandirinya (autodidak) dibantu kakak dan mbak-nya sebelum mendaftarkan diri ke SD. Tahun 1999, memasuki kelas 4 ia dipindahkan ke SDN 1 Talang sebagai salah satu siswa terbaik yang terpilih untuk mengikuti program kelas unggulan selama 2 tahun (saat itu telah mempelajari Bahasa Inggris), bersama dengan 19 orang siswa dari 2 sekolah lain. Sayangnya disebabkan suatu hal, pada kelas 5 SD semester akhir ia mengikuti kedua orang tua dan keluarganya pindah ke Sidomulyo Lampung Selatan. Dan di SDN 4 Sidoharjo ia melanjutkan pendidikannya. Sampai lulus dengan nilai yang memuaskan sebagai predikat terbaik. Ia juga pernah meraih Juara 1 Olimpiade MTK tingkat Kecamatan Sidomulyo tahun 2000. Sejak kelas 1 s.d kelas 6 ia memang hanya 2 kali mengalami penurunan rangking, yakni rangking 2 dan 3 pada kelas 3 dan 5. Di SD ia juga pernah aktif di kegiatan ekstrakurikuler pramuka dan UKS (Unit Kesehatan Sekolah).

(10)

v

akhir. Ia pun berhasil menjadi salah satu siswa terpilih kelas B. Inggris Khusus pada tahun 2002. Seolah tidak lupa dengan hasrat organisatorisnya, penulis aktif di beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Kelas 2 SMP ia terpilih menjadi Sekretaris Umum OSIS. Di tahun yang sama, ia juga aktif di Paduan Suara, dan PASKIBRA. Ia pun pernah aktif di Olahraga Basket (meski hanya 4 kali latihan) dan Volly. Di kelas 3 SMP ia terpilih sebagai Ketua KIR (Kelompok Ilmiah Remaja).

Setelah lulus SMP, ia berniat untuk melanjutkan pendidikannya ke SMK. Agar setelah lulus dapat langsung bekerja untuk membantu Ayahnya yang sudah Single Parent ketika itu. Dan SMKN 4, salah satu SMK favorite di Bandar Lampung menjadi pilihannya. Merasa khawatir akan banyak pesaingnya. Ia tidak memilih Akuntansi melainkan memilih Administrasi Perkantoran sebagai jurusan studinya. Padahal setelah itu ia berfikir bahwa perkiraannya di awal itu tidak tepat juga, karena ia ketahui teman sekelasnya di SMP dulu malah diterima di jurusan Akuntansi itu. Namun ia tidak terlalu menyesalinya karena ia termasuk orang yang sangat yakin dengan “ketentuan Allah” yang ikut andil atas itu semua. Sebagaimana ketika TPA, SD, dan SMP, di SMK pun ia termasuk siswa yang menonjol dan konsisten mempertahankan peringkat terbaiknya di kelas. Sehingga sekali pun turun hanya 3 kali dan berkisar pada peringkat 1-3 saja. Sebagai organisatoris, ia pun mengikuti beberapa kegiatan antara lain ECC (English Conversation Club), OSIS, SKR (Sanggar konsultasi remaja), dan ROHIS. Meskipun memasuki kelas 2 SMK ia memutuskan untuk hanya aktif di satu kegiatan saja yakni ROHIS, namua ia tetap dapat mengaktualisasikan hobinya dalam hal hiking (tadabbur alam), seni dan sastra dalam puisi dan teater Islami, juga dapat memenuhi kehausannya untuk belajar lebih dalam mengenai Islam. Sejak saat itulah ia mulai mengenal organisasi kepemudaan Islam sampai ia pun aktif dalam organisasi pelajar Islam Bandar Lampung FKPM (Forum Komunikasi Pelajar Muslim/sekarang FORKAPMI) sebagai anggota bidang Eksternal. Beberapa prestasinya antara lain peserta seleksi LKS SMKN 4 BDL 2006, Juara 1 LCT ROHIS 2005, 5 Besar Reporter Kampus MQ FM Lampung 2006, Peserta terpilih Tes TOEIC Regional 2006. Di kelas 2 SMK, ia harus survive untuk tetap tabah menghadapi kenyataan Sang Ayah menyusul Ibunya ke pangkuan Ilahi. Dan sejak saat itulah menjadi awal dinamika hidupnya yang penuh tantangan yang lebih menguji dari sebelumnya.

Setelah lulus SMK, ia justru kekeh dan semakin yakin untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Atas keinginan tersebut, konsekuensi yang harus ditanggungnya adalah mengupayakan biaya pendidikan mandiri. Akhirnya, dengan tekad yang kuat ia pun nekad membeli formulir pendaftaran SPMB (IPS) dengan merogoh uang tabungannya. Ia sadar betul harus bertanggungjawab penuh atas keputusannya itu sehinga meskipun tidak memungkinkan untuk mengikuti Bimbel intensif sebelumnya karena keterbatasan biaya. Dengan optimisme ia memanfaatkan hari-harinya menjelang tes dengan jurus andalannya (belajar secara

autodidak). Berbekal modul-modul soal yang ia potokopi dari tetangga dan temannya, ia melangkah pasti. Sampai akhirnya namanya pun tertulis sebagai salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi Unila.

(11)

vi

pendidikan sebelumnya. Namun begitu, ia tetap berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai akademiknya. Ia pun berhasil memperoleh beasiswa PPA dan BBM semasa kuliah. Hasrat ulung organisatorisnya pun tak dapat dikekang. Di awal semester ia pernah semi aktif di HMJ Ilmu Komunikasi, Republika, ESO (English Society), dan pernah mengembalikan formulir pendaftaran di Teknokra, ZOOM, dan BEM-U (sayang tidak ia lanjutkan). Juga Birohmah (meski aktif setengah semester saja), FSPI FISIP, & KAMMI (dua organisasi yang dipertahankannya sampai semester akhir di kampus). Ia pernah dipercaya sebagai waketum FSPI (2009-2010), dan beberapa kali amanah berbeda di KAMMI (Staff kaderisasi KAMMI Komsat.Sosial 2008-2009; Sekretaris bid.kaderiasi KAMMI Komsat. Sosial 2009-2010; Sekretaris Dept. Kaderisasi KAMMI Unila 2009-2010; Staff Dept. Infokom KAMDA Lampung 2010-2011; Staff Dept. Kaderisasi KAMDA Lampung 2010-2012).

4 (empat) tahun perjalanannya di kampus hijau meretas episode dan pengalaman hidup yang amat berkesan baginya. Dari berbagai aktifitasnya itu baik akademik dan non akademik, ia mendapatkan begitu banyak pembelajaran. Dari begitu banyak orang dan komunitas yang dikenalnya ia memperoleh banyak khazanah dan hikmah. Beberapa pengalaman dan prestasinya yang lain diantaranya:

1. Tunas Muda Forum Kerja Sama Alumni Rohis (FKAR) (2007-2008) 2. Tim Kerja Sekolah (TKS) ROHIS SMKN 4 B. Lampung (2007-2009) 3. Terbit opini “perilaku politik wanita” SKH Lampost (2008) 4. Makalah terpilih LKMI- TM Birohmah Unila (2009)

5. Terbit opini “andai pemimpinku seperti dua umar” SKH Radar Lampung (2010) 6. Terbit opini “cerdas bermedia” SKH Lampost (2010) 7. Terbit opini “Spirit 17 Agustus” SKH Radar Lampung (2010) 8. Lolos tahap administrasi PKM-K “Pengembangan PAUD” (2010) 9. Finalis 10 Besar Proposal Bisnis BEM Unila (2011) 10. Lolos tahap administrasi Karya Ilmiah Hibah MITI-Mahasiswa (2010)

11. Praktek Kuliah Lapangan (PKL) di Dinas Komunikasi dan Informatika Propinsi Lampung seksi Pengkajian Informasi, aspirasi, dan opini publik (2010)

12. Announcer dan Asisten Produksi MQ FM Lampung (2007-2010)

13. PIC Educare Rumah Zakat Lampung (2010)

14. Berbagai pelatihan dan seminar yang telah diikutinya (LKMI TD/TM, TFT, TCT, Tryning Jurnalistik, Tryning riset, Tryning instruktur daerah, Seminar enterpreneur, Seminar kepemudaan, Seminar Muslimah, Pelatihan tahsin AlQur‟an Metode Utsmani taraf internasional, dll)

15. dll.

Pesannya untuk para pembaca khususnya para mahasiswa dan pemuda: agar dapat memaksimalkan masa muda karena ia tidak akan kembali, dan senantiasalah meningkatkan kualitas diri untuk kehidupan yang lebih baik, jangan menyerah dengan keterbatasan dalam menggapai cita, dan jadikan hidup di sekitar pun penuh kebahagiaan.* (HIDUP MAHASISWA!)

(12)

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini Saya:

Nama : Rahayu Lestari

NPM : 0716031058

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Alamat Rumah : Jl. Hj. Zubaidah Blok A Perum. Bukit Bakung Indah Kel. Bakung Kec. Teluk Betung Barat Bandarlampung 35238

Dengan ini menyatakan, bahwa skripsi saya yang berjudul Nasionalisme Dalam Sinema (Studi Analisis Hermeneutik Kandungan Nasionalisme Dalam Film

Darah Garuda Dan Tanah Air Beta) adalah benar-benar hasil karya sendiri, bukan plagiat (milik orang lain), ataupun dibuatkan oleh orang lain.

Apabila di kemudian hari hasil penelitian atau skripsi saya, ada pihak-pihak yang merasa keberatan maka saya akan bertanggungjawab sesuai dengan peraturan yang berlaku dan siap untuk dicabut gelar akademik saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dalam tekanan pihak-pihak manapun.

Bandarlampung, 5 Januari 2012 Saya yang menyatakan,

(13)

xii

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah Swt. Atas segala nikmat, kekuatan, kemudahan, dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Nasionalisme Dalam Sinema (Studi Analisis Hermeneutik Kandungan Nasionalisme Dalam Film Darah Garuda dan Tanah Air Beta)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas Lampung. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada prototype integralnya kepribadian seorang Muslim, Rasulullah Saw., beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.

Begitu banyak pihak yang telah turut mendukung baik secara materil maupun immateril selama penulis menjalani studi di Kampus Hijau Universitas Lampung, khususnya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis merasa sangat berbahagia pada kesempatan ini bermaksud mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bpk. Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan FISIP Universitas Lampung.

2. Bpk. Drs. Sarwoko, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi sekaligus dosen (pembahas) saya. Sebuah keteladanan tersendiri dari Bpk. tentang interaksi yang harmonis dengan siapa pun. Terima kasih untuk setiap nasihat, pengajaran, bimbingan, dan persaudaraan yang berkesan. Semoga Bpk selalu sehat dan diberkahi, aamiin.

3. Dosen pembimbing Bpk. Dr. Abdul Firman Ashaf, S. IP. M.Si. Terima kasih untuk diskusi-diskusi renyah dan pencerahannya Pak. Juga motivasi, tuntunan, nasihat, & yang pasti keikhlasan dan kesabaran Bapak menghadapi saya (hehee). Mohon maaf telah merepotkan.

(14)

xiii

5. Supergala Plus-plus... (lbh enak dibaca Mples2...). Si Holly S.I.Kom. yang dewasa, hemm...sharing2 semriwing... . Bolly S.I.Kom. yang caem & perhatian (“Good alarm”). Manda S.I.Kom., Esti Retnowati C.S.I.Kom (segera S.I.Kom). Terima kasih sahabat2 ku, pokoknya kita harus kudu mesti jalan2 nanti. Juga, untuk sahabat2 pilihan... Yuni Haryati S.IP., jzk...kh ktsrn untuk setiap ketulusan yang mengokohkan langkah. Khamida Khairani, terima kasih ya da.... Ukhti Lia Lathifa, jzk...utk persahabatan yang luruh dan nyata. Bersama kalian semua, semakin indah perjalanan ini. Susah-senang. Banyak cerita kita. Sukses!

6. Keluarga kecilku di Rumah Sakit Orange, Forum Studi Pengembangan Islam (FSPI) FISIP Unila. Para punggawa 2009-2010. Tita Y.,dkk. Ukhti Destiana, akhwat supeer... jzk... utk pendampingan yang menguatkan, saat2 kita berjuang bersama begitu heroik, Istiqomah say!. Ukhti Martini, guru “keikhlasan”. Ukhti Endah S. Esti R., ADS yang mau diseret ke kampus dg paksa, („afwan). Dan semua akhwat‟07, Forever sister. Ikhwan CS Jazakumullahu kh ktsrn. Akh‟

Prasetyo N., nahkoda kapal (he) sekaligus rekan kerja yang tangguh!, terima kasih utk banyak pembelajaran dari antum. Akh‟ Guntur WY., kpn2 qt featuring lg ye? (gk tau kapan, he). MasBro Taufan TP. S.I.Kom., muantapb dah! Jzk..., Akh‟ Eko A., (satu2nya IP‟07, betul). Akh‟ Andika G., Jzk sumbangsihnya, dimana bumi dipijak, disitulah kita da‟inya. Akh‟ Hernadi P. Thanks. Akh‟ Irfan, Baironi, and all ikhwan‟07...Terima kasih banyak & maaf untu setiap salah ana ya. Pengurus dan segenap FSPI-er setelah ‟09-‟10 s.d sekarang... Salam hangat persaudaraan untuk antum semua. Andini L., Anisa L., Annisa V., byk PR sa, ku percayakan padamu. Merly caem., makin sholeha ya. Ogas P., Akh‟ S. Rachmadani P., harapan ana besar terhadap antum, titip ya. Hendi A., good job. Bagus P., jenguk2 FSPI-nya Gus, dan semua‟08. Ratih N. & Jule keren, selamat berjuang!. Richa W., kamu bisa dek!. Yurlian F.Ozi

-Neneng TA. (dua sejoli). N.Chusna N.-K. Tika (Ipin-Upin). Haaniifaa..,

Syarif H., Ismail SM., Anda PM., Didi K., Bayu P., Bersatulah!. Esy A., ayo dek bangkit & taklukkan!. Fitri OL., baek2 ya oci. Liyana Z., semangat!.

(15)

xiv

7. Rumah peradabanku. Kawah candradimuka yang terus memanas KAMMI Lampung. Komsos. Akh‟Abas dkk. Akh‟Basrin, Akh‟Mub, Akh‟Waski, Akh‟Rasim, (supeer...). Yuni, Mida, Mb’Ncis, Mb‟Dwi, Mb‟Meta, Mb‟Dewi, Mb‟Irma, Mb‟ Resi, Mb‟Yuyun (Ruaarr biasa!). KAMMILA. Akh‟Beni S., Akh‟Rusli, Akh‟Asis, Akh‟Ahmad Sulaiman, (Allahu Akbar!). Ukh‟Sufiroh, Jzk...utk setiap hal yg tlah kita lewati. Ukh’Isti, Ukhti Yuni FKIP, Ukh‟Ismi S., Ukh‟Ulfa. Dek Candra, Sherly, Vina, Elly, Nurul, Mita yang tetap Rusmiati, Dinda Septi A., Nduk Hanifa, Dek Komalasari, & semua kader yang ana cintai, tetaplah BTP!; Kamda. Akh‟ Hadi P., Akh‟ Beni S., Akh‟ Ghandaru N., Akh‟ A. Sani, Akh‟ Rasim, Akh‟ Robert E. S. S.Pd., Akh‟ A. Prasetya, Akh‟ Rasnal H.B., Akh‟ Busral H., Akh‟ Slamet R., Akh‟ Bayu AW. Sungguh telah ada pada diri-diri antum jiwa yang hidup!. Para srikandi tangguh Kammda (semua), dengan apa yang kita punya, guncangkan kebathilan, pancangkan kebaikan. Antunna adl org2 dg jiwa besar. Tak lupa Yunda & Kanda, Kak Hadi K. dkk, Mb‟Evi dkk. Teman2 IAIN, ZAPA, Metro...salam pergerakan!

8. Saudara-saudara di FSLDK Unila, Mb‟Umil dkk. Teman2 seperjuangan: Dwi S., M. Ulfah., Ida W., Y. Paris., Istika S S., Vira T K., Ulfah (Bundo), (Akhwat2 militan, salam cinta). Akh‟ Yusman dkk. Dan semua penggerak FSLDK Unila yang tidak bisa disebutkan. Salam Futuh! Hmm, wujudkan Unila Madani. Sahabat2 perjuangan di Dakwah Sekolah, Forum Kerjasama Alumni ROHIS (FKAR). Teman2 TKS SMKN4 (Semoga Allah meridloi sedikit amal yang telah kita ikhtiarkan, aamiin). Teruslah berkarya!

9. Keluarga D‟Cocoz-ku. Terima kasih untuk warna-warni kebersamaan kita. Para S.I.Kom: Marlina D., Afdi M., Septi WR. (supergala mancap! Bol xie2 ya dah jd guru prosedural skripsi & wisuda ay),Boengky PW. (tq bongk dah moderatorin seminar hasil), Meylin A. (nona koki yg energik), Regia MS.,

Resty D., Sarah APN. (bahagia melihat perubahanmu), Hernadi P. (Ruarr biaza), Taufan TP. (juragan Pancake, hmm baarokallah), Ajeng TDA.,

Andrawita G., Harfiana., Nis Sih WS., Dewi MY, Fitri MP.,. Arini SP.,

(16)

xv

atas,hee), Ryan L. (Makasih Keng saran2nye di hasil,sip). Ayo segera menyusul untuk sobat2ku: Arde R. (maju terus de!semangat kejar suksesmu!), Ariesta YI. (bareng gak nie?hee), Danny S. (thkz tips fIlm-image save-nya), Desril HK. (ciayow Aril!), Dony ZA., Gintara RY. (11/12 nih duo-ibo), Roles MM., Rudi A., Yasir A., Adrian I. (semangat aja dah) Esti R.(Aq pdmu), Astri NID. (lanjutkan ndah), Nurfita (ayo fit...cepat diselesain SKS-nya,he...). Semoga kita semua sukses dan gemilang masa depan kawan! aamiin. Kakak2 dan mbak2-ku (S.I.Kom): Feri F.S.I.Kom dkk, Mb’ Meta dkk, & keluarga besar Komunikasi Unila, dari angkatan di atas ‟07 s.d yang di bawah ‟07-ke bawahnya (Satu untuk semua ). Salam kompak selalu.

10.Untuk Mas Tur Yanto yang baik hati & tidak sombong, Bpk. Soepitoyo Hadi,

S.I.P., Mb’ Nur Marlena, A. Md. (atas keramahtamahan membantu mencari banyak referensi di ruang Baca).

11.Untuk kel. Bpk. Damin Sudjoko dan Bunda Erna & Nyai, terima kasih telah sempat mengisi episode kehidupanku dengan pembelajaran berharga. Maaf atas khilaf & salah, mohon diikhlaskan. Kel. mb’Ari, jazakumullahu kh katsiron. 12.Untuk my secret teacher. Segala keikhlasan & bimbingan, serta bantuannya baik

materil maupun non materil. Do‟akan-ku selalu. Juga Sahabat2 hati in my little unic circle...terus belajar & sukses bersama! Salam sayang, ana uhibbukum fillah. Para mutarabbi. Raihlah kesejatianmu! Semoga kita kembali dapat bersama di Firdaus-Nya, aamiin.

Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan. Masih begitu banyak pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, tak akan pernah penulis lupakan.Untuk segala dukungan, do‟a, dan bantuan baik moril maupun materil hanya Allah yang dapat membalasnya dengan lebih banyak dan baik. Semoga karya kecil penulis ini pun dapat bermanfaat, aamiin.

B. Lampung, Desember 2011

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Film merupakan salah satu alat komunikasi massa. Tidak dapat kita pungkiri antara film dan masyarakat memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi. Menurut Oey Hong Lee, misalnya menyebutkan, “film sebagai alat komunikasi massa yang kedua di dunia, mempunyai masa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19 (jurnal jiunkpe-ns-S1-51404077-11582-ayat_cinta-chapter 2 pdf-google Docs).

Ini berarti bahwa dari permulaan sejarahnya film dengan lebih mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur teknik, politik, ekonomi, sosial, dan demografi yang merintangi kemajuan surat kabar pada masa pertumbuhannya dalam abad ke-18 dan permulaan abad ke-19. Film mencapai masa puncaknya di antara perang dunia I dan perang dunia II, namun merosot tajam setelah tahun 1945, seiring dengan munculnya medium televisi.

(18)

potensi untuk mempengaruhi khalayaknya (jurnal jiunkpe-ns-S1-51404077-11582-ayat_cinta-chapter 2 pdf-google Docs).

Film memiliki kemampuan untuk menarik perhatian orang-orang dan sebagian lagi didasari oleh alasan bahwa film memiliki kemampuan mengantar pesan secara unik. Ringkasnya, terlepas dari dominasi penggunaan film sebagai alat hiburan dalam sejarah film, tampaknya ada semacam pengaruh yang menyatu dan mendorong kecenderungan sejarah jika menuju ke penerapannya yang bersifat didaktis-propagandis, atau dengan kata lain bersifat manipulatif. Mc Quail mengungkapkan bahwa film pada dasarnya memang mudah dipengaruhi oleh tujuan manipulatif, karena film memerlukan penanganan yang lebih sungguh-sungguh dan kontruksi yang lebih artifisial pula (melalui manipulasi) daripada media lain (jurnal jiunkpe-ns-S1-51404077-11582-ayat_cinta-chapter 2 pdf-google Docs).

(19)

3

dan ketiga pada tahun 1950, ANIF berubah menjadi perusahaan film negara (PFN), sebuah unit produksi independen milik pemerintah (Sen, 2009: 24-26). Film di Indonesia mulai berkembang pada tahun 1980-an, ketika film Indonesia merajai bioskop-bioskop lokal. Namun memasuki tahun 1990-an film-film hollywood dan Hongkong mulai merambah ke dunia perfilman Indonesia (Sen, 2009: 24-26).

Film menjadi salah satu media yang diyakini dapat membawa suatu wacana tersendiri bagi khalayaknya. McQuail mengungkapkan sebagai media, film pun sebagaimana media lain yang dapat menyebarluaskan produk budaya atau pesan yang mempengaruhi budaya masyarakat (Jurnal citra perempuan dalam film-Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”-pdf 5.10). Banyak tema-tema yang

tidak hanya berisi hiburan ditampilkan dalam film-film Indonesia saat ini, tema-tema perjuangan, fakta sejarah masa lalu, atau sekedar sindiran realita sosial menjadi tema yang rutin diangkat sineas Indonesia di tengah maraknya film horor dan komedi, termasuk juga dengan tema nasionalisme.

(20)

(2010), dan trilogi merdeka merah putih (2009-2011) (www.kppo.bappenas.go.id).

Beberapa film bertema nasionalisme tersebut pun meraup umpan balik yang signifikan dari khalayaknya. Sehingga berhasil meraih penghargaan, seperti laskar pelangi sebagai salah satu dari 5 film Indonesia fenomenal menurut salah satu majalah online (www.uniknya.com edisi 4 juni 2011, akses 20 Juni 2011). Termasuk di dalam 20 film nasional fenomenal diantaranya Denias senandung di atas awan, naga bonar, garuda di dadaku (jurnal 20 film nasional terbit 4 April 2011, akses 15 september 2011). Selain itu penggambaran yang begitu melekat terhadap Indonesia sendiri dalam film-film nasionalisme tersebut ditampilkan melalui penggambaran simbolik yang berhubungan baik langsung ataupun tidak langsung dengan Indonesia sendiri. Dilihat dari alur cerita yang mengulas peristiwa sejarah, ktitik terhadap kondisi ke-Indonesiaan, dan beberapa menyiratkan harapan terhadap nasionalisme Indonesia.

(21)

5

Darah garuda sendiri merupakan film kedua dari trilogi merah putih yang telah mendapat sambutan meriah, meraih box office pada tahun 2009. Merah putih berhasil merambah festival film internasional dan pasar film termasuk Pusan, Berlin, dan Cannes, terjual baik di bioskop, TV, DVD, video unduh, maupun dalam bentuk hak cipta lainnya di lebih dari sepuluh negara termasuk Inggris, Jerman, Irlandia, Australia, Swiss, dan Republik Ceko (www.indowebster.web.id).

Sebagai film lokal bergaya Hollywood darah garuda (merah putih II) dianggap lebih bagus ketimbang merah putih I, terlepas dari kontroversial anggapan tersebut (Budi Cahyono. 2010. Merah Putih II jelas lebih bagus ketimbang Merah Putih I.www.kumpulantulisanku.wordpresscom.18 September. Akses 13 Maret 2011). Berdasarkan salah satu situs rating film IMDb darah garuda mencapai rating weight average dengan angka 6,6, dan klasifikasi penonton usia di bawah 18 tahun sampai dengan 45 tahun ke atas (http://market.android.com/ akses 15 September 2011).

(22)

Tanah Air Beta. Googreads.8259045-tanah-air-beta.htm. May 2010, akses 15 September 2011).

Dalam film darah garuda dan tanah air beta dapat ditemukan ciri/unsur/pengertian nasionalisme Indonesia melalui penggambaran simbolik/teks. Sebagaimana nasionalisme yang dikemukakan oleh Ernest Renan, yakni sebagai kehendak untuk bersatu dan bernegara. Juga diungkapkan oleh Otto Bauar, nasionalisme sebagai suatu persatuan perangai atau karakter yang timbul karena perasaan senasib.

Penjelasan lengkap oleh Dr. Hertz dalam bukunya berjudul Nationality in History and Politics tentang nasionalisme pun muncul dalam penggambaran simbolik film darah garuda dan tanah air beta. Bahwa nasionalisme mengurai empat unsur, yaitu (1). Hasrat untuk mencapai kesatuan, (2). Hasrat untuk mencapai kemerdekaan, (3). Hasrat untuk mencapai keaslian, (4). Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa (www.bangsaku-Indonesiaku.blogspot.com, akses 17 Maret 2011).

Dalam kedua film tersebut pun muncul penggambaran kombinasi antara nasionalisme, etnisitas, dan religiusitas. Yang dalam ketiga unsur tersebut pada dasarnya menganut ideologinya masing-masing dan mencirikan identitas yang bisa saling berhubungan satu sama lain.

(23)

7

“Nasionalisme dalam sinema (studi analitik hermeneutik kandungan nasionalisme dalam film darah garuda dan tanah air beta)” dalam penulisan skripsi ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat peneliti uraikan bahwa rumusan masalah penelitian ini adalah

1. Bagaimana kontruksi dan kandungan nasionalisme dalam film Darah Garuda- trilogi merdeka- dan film Tanah Air Beta?,

2. Perbandingan pengemasan pesan nasionalisme dalam kedua film tersebut?, 3. Apa signifikansi (pentingnya/tujuan) gagasan nasionalisme berdasarkan

konteks masing-masing kedua film?.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menggambarkan dalam rangka memahami kontruksi dan kandungan nasionalisme dalam film Darah Garuda- trilogi merdeka- dan film Tanah Air Beta, perbandingan pengemasan pesan nasionalisme dari kedua film tersebut, dan signifikansi nasionalisme berdasarkan konteks masing-masing kedua film.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu :

(24)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi dan juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan film sebagai salah satu strategi komunikasi.

b. Secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk beberapa hal diantaranya:

1. Menjadi sumbangan pemikiran peneliti bagi kajian ilmu komunikasi khususnya komunikasi bermedia (film).

2. Menjadi salah satu referensi ilmiah terhadap fenomena perfilman.

3. Diharapkan dapat menjadi salah satu pembaharu deretan karya ilmiah yang dapat menginspirasi dan menumbuhkan semangat nasionalisme dengan memahami fenomena yang lekat di sekitar masyarakat dan bangsa.

(25)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Nasionalisme merupakan salah satu tema nilai kehidupan yang seringkali menjadi perhatian sebagai bahan kajian banyak pihak. Nasionalisme berkembang dari masa ke masa sebagai sejarah berkelanjutan dengan dinamisasi perannya di masing-masing zaman. Suatu nilai sakral di dalamnya seakan mengokohkan keberadaan nasionalisme sebagai faham yang merefleksikan sebuah keyakinan. Dengan adanya nasionalisme bangsa Indonesia mampu menjadi bangsa yang merdeka dari penjajah dan berhasil memproklamasikan diri sebagai bangsa berdaulat pada 17 Agustus 1945.

(26)

kesamaan-kesamaan lainnya di tengah-tengah perbedaan yang ada. Karenanya, nasionalisme tentu menjadi focus issue yang menarik digulirkan bagi bangsa bersemboyan Bhineka Tunggal Ika alias Indonesia.

Nasionalisme acap kali merasuk dalam kemasan pesan bermedia sinema. Beberapa penelitian terdahulu berkaitan dengan nasionalisme mengungkapkan bahwa perwujudan nasionalisme berulangkali digambarkan dalam sinema mampu menyegarkan kembali pemaknaan tentang nasionalisme itu sendiri. Selain memberikan gambaran yang baru berdasarkan konteksnya, penelitian dan artikel terdahulu tentang nasionalisme dalam sinema memberikan referensi yang dapat menggambarkan perbandingan tampilan pesan nasionalisme melalui visualisasi/tatanan sinema.

Dalam penelitian ini sebagai pijakan awal peneliti mempertimbangkan lima penelitian terdahulu menyangkut kandungan nasionalisme dalam film. Kelima penelitian terdahulu tersebut dilakukan oleh mahasiswa di beberapa universitas di Indonesia. Dengan metode yang sama yang menggunakan analisis semiotika Ferdinand De Saussure dan Roland Barthes, kelima penelitian tersebut secara garis besar menyimpulkan penggambaran/representasi nasionalisme dalam film melalui kode-kode/simbol yang ada, baik film komersil maupun film cerita. Diantaranya adalah nasionalisme dalam iklan produk dalam negeri, nasionalisme dalam film nagabonar jadi 2, nasionalisme dalam film merah putih, nasionalisme dalam film garuda di dadaku, dan makna nasionalisme dalam film nagabonar jadi 2.

(27)

11

(28)
(29)
(30)
(31)

15

B. Tinjauan Tentang Film

1. Film sebagai komunikasi massa

DeFleur dan Denis (1985) pakar komunikasi massa mendefinisikan komunikasi massa sebagai suatu proses dimana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak dalam jumlah besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara (kuliah.dagdigdug.com/2008).

Gerbner (1967) pun menyepakati bahwa,

“Mass communication is the technologically and institutionally based production and

distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societes.” (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas).

Hoeta Soehoet mengungkapkan bahwa film merupakan bagian dari Mass periodik. Film pada hakekatnnya adalah medium komunikasi massa sebagaimana terlihat dari ciri-cirinya :

a. Sifat Informasi

Film lebih dapat menyampaikan informasi yang matang dalam konteks yang lebih utuh dan lengkap. Maka informasi dari film dapat disertap khalayak secara mendalam.

b. Kemampuan distorsi

(32)

tahap perekaman gambar, maupun pemaduan gambar yang dapat menempatkan informasi.

c. Situasi komunikasi

Film lebih dapat membawakan situasi komunikasi yang khas sehingga menambah intensitas keterlibatan khalayak. Film menimbulkan keterlibatan yang lebih intim. Keterlibatan penonton dengan suatu film dapat melepaskan diri dari realitas kehidupan yang sesungguhnya.

d. Kredibilatas

Situasi komunikasi film dan keterlibatan emosional penonton dapat menambah kredibilitas suatu produk film. Hal itu dimungkinkan karena penyajian film disertai dengan perangkat kehidupan yang mendukung.

e. Struktur hubungan

Khalayak film dituntut untuk membentuk kerangka komunikasi yang baru setiap kali menonton film agar mendapatkan persepsi yang tepat.

f. Kemampuan perbaikan

Karena tidak memerlukan kecepatan dan kesegeraan, film dapat dibuat lebih teliti. Namun setelah titik tertentu, film tidak dapat lagi diperbaiki, kecuali dengan pemotongan. Jadi tidak ada ralat seperti di media massa lainnya.

g. Kemampuan referensi

(33)

17

Film sebagaimana yang diungkapkan Real, merupakan mass mediated culture

yaitu penggambaran budaya sebagaimana adanya seperti yang terdapat dalam berbagai media massa kontemporer, baik tentang golongan elit, awam, orang terkenal atau pun budaya asli masyarakat (Jurnal skripsi citra perempuan dalam film).

2. Film sebagai suatu realitas simbolik

Isi media banyak dilihat oleh pakar media massa sebagai penggambaran simbolik (symbolic representation) dari suatu budaya, sehingga apa yang disampaikan dalam media massa mencerminkan masalah hidup dalam masyarakat dan media massa merupakan pencerminan opini publik. Dalam hal ini media massa dilihat sebagai mekanisme ideologi yang memberikan perspektif untuk memandang realitas sosial. Media juga mengekspresikan nilai-nilai ketetapan normatif yang tidak bisa dipisahkan dari perpaduan antara berita dan hiburan.

(34)

Realitas objektif menurut Berger, berupa realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia objektif yang berada di luar diri individu dan dianggap sebagai sebuah kenyataan. Disini dikemukan bahwa film sebagai suatu realitas simbolik, yaitu merupakan ekspresi simbolik dari realitas objektif yang diwujudkan dalam bentuk seni, karya sastra ataupun isi media.

Di dalam film juga dapat dikatakan mengandung suatu representasi. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, representasi berarti perbuatan mewakili, keadaan diwakili, perwakilan, atau gambaran (Tim Prima Pena, 2004: 310). Representasi merupakan proses maupun produk dari pemaknaan suatu tanda. Representasi juga bisa berarti proses perubahan konsep-konsep ideologi yang abstrak dalam bentuk-bentuk yang kongkret atau konsep yang digunakan merujuk pada proses maupun produk pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia, seperti: dialog, tulisan, video, film, fotografi, dan lain-lain.

Di tahun 1997, Stuart Hall dalam bukunya mengemukakan ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental, yaitu konsep tentang sesuatu yang ada di kepala kita masing-masing (peta konseptual) dan masih abstrak. Proses ini memungkinkan kita untuk memaknai dunia dengan mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara sesuatu dengan sistem „peta konseptual‟ kita. Kedua, „bahasa‟, yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam „bahasa‟ yang lazim,

(35)

19

Pernyataan Chris Jones yang dikutip oleh Jill Nelmes, mengatakan bahwa:

“Representation is a social process which occurs in the interactions between a reader or viewer and a text. It produces signs which reflect under lying sets of ideas and

attitudes.”

“Representasi adalah suatu proses sosial yang timbul antara interaksi pembaca atau penonton dan sebuah teks. Representasi memproduksi tanda-tanda yang mencerminkan seperangkat ide dan sikap yang mendasari tanda-tanda tersebut.”

Istilah representasi itu sendiri menunjuk pada bagaimana orang, kelompok, gagasan, keadaan, atau apapun ditampilkan dan digambarkan dalam teks. Representasi ini penting dalam dua hal. Pertama, apakah, seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kedua, bagaimana representasi itu ditampilkan. Dengan kata, kalimat, aksentuasi, bantuan foto, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan kepada khalayak.

Representasi berhubungan dengan proses aktif dalam pemilihan dan penampilan, juga terhadap penyusunan dan pembentukan. Jadi representasi bukan semata-mata penyampaian makna yang memang sudah ada, tetapi usaha aktif untuk membuat sesuatu mempunyai makna tertentu, yang tentu saja menganut nilai dan gagasan tertentu.

(36)

C. Tinjauan Tentang ideologi dalam Teks

Menurut Jhon Fiske, makna teks tidak intrinsik dalam teks. Alasannya adalah sesorang yang membaca suatu teks tidak menemukan makna dalam teks karena yang ditemui dan dihadapi adalah pesan yang ada dalam teks. Makna meurut Fiske adalah hasil produksi aktif dan dinamis oleh pemirsa maupun pembaca.

Secara epistimologis Ideologi berasal dari kata bahasa Yunani idea (ide atau gagasan) dan logos (studi tentang ilmu pengetahuan); dalam bahasa Inggris, ideology. Secara istilah ideologi adalah ilmu pengetahuan tentang ide, atau studi tentang asal usul ide. Dalam pengertian kontemporer ideologi terdiri dari : 1). Arti Perioratif (negatif) sebagai teorisasi atau spekualasi dogmatik dan khayalan kosong yang tidak betul atau ridak realistis, atau bahkan palsu dan menutup-nutupi realitas yang sesungguhnya. 2) Arti Melioratif, ideologi adalah sistem gagasan yang mempelajari satuan keyakinan-keyakianan dan hal-hal ideal filosofis, ekonomis, politik dan sosial.

(37)

21

yang bisa di pertentangkan dengan pengetahuan ilmiah. Ideologi dalam pengertian ini adalah seperangkat kategori yang dibuat dan kesadaran palsu dimana kelompok yang berkuasa atau dominan menggunakannya untuk mendominasi keolmpok lain yang tidak dominan. 3). Proses umum produksi makna dan ide. Ideologi digunakan untuk menggambarkan produksi makna.

D. Tinjauan tentang Nasionalisme

Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris “nation”) dengan mewujudkan

satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Ikatan nasionalisme terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup dan menggantungkan diri. (Dr. Slamet Santoso, Mpd.)

(38)

Larry Diamond dan Marc F.Plattner, para penganut nasionalisme dunia ketiga secara khas menggunakan retorika anti kolonialisme dan anti imperialisme. Nasionalisme dapat dikatakan sebagai sebuah situasi kejiwaan di mana kesetiaan seseorang secara total diabadikan langsung kepada negara bangsa atas nama sebuah bangsa. Munculnya nasionalisme terbukti sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama merebut kemerdekaan dari cengkeraman kolonial. Semangat nasionalisme dihadapkan secara efektif oleh para penganutnya dan dipakai sebagai metode perlawanan dan alat identifikasi untuk mengetahui siapa lawan dan kawan. (Rosyada, 2005: 24)

Muhammad AS. Hikam dalam Nofasari (2011: 28) menjelaskan bentuk-bentuk nasionalisme dapat dilihat dalam bentuk-bentuk sebagai berikut :

1. Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya, kehendak rakyat, perwakilan politik. Teori ini mula-mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau.

2. Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried von Herder, yang memperkenalkan konsep Volk

(bahasa Jerman untuk rakyat).

(39)

23

kepada perwujudan budaya etnis yang menempati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik.

4. Nasionalisme budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya sifat keturunan seperti warna kulit, ras dan sebagainya.

5. Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah national state adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri.

6. Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan.

Muhammad AS. Hikam dalam Nofasari (2011: 29-31) juga memaparkan secara khusus simbol-simbol kebangsaan Indonesia yakni :

1. Burung Garuda

Indonesia mempunyai alasan tersendiri untuk menjadikan burung garuda sebagai lambang negara, karena selain burung garuda gagah berani juga dikarenakan jumlah bulu-bulu burung garuda menggambarkan tanggal, bulan, dan tahun kemerdekaan Indonesia.

(40)

Sepanjang peradaban bangsa-bangsa, sejarah bendera pada umumnya bersifat sakral. Diyakini bahwa bangsa Cina atau India yang pertama kali menggunakan bendera sebagai simbol yang agung. Penggunaan bendera dan penghormatan atasnya sebagai simbol nasionalisme, telah menjadi tradisi semua bangsa di dunia. Tidak satupun negara di dunia ini yang tidak mempunyai bendera sendiri. Bendera menjadi penting baik dalam suasana damai maupun perang. Ketika damai, bendera menjadi simbol kebanggaan dan peringatan kebangsaan. Ketika perang, keberadaan simboliknya bahkan menjadi semakin terasa, karena eksistensi kebernegaraan atau keberbangsaan itu sendiri berada pada situasi yang terancam. Bendera adalah simbol sebuah pengakuan act of recognition. Itulah sebabnya ketika menarik, mengecam, atau menolak pengakuan terhadap bangsa lain, penistaan bendera seringkali menjadi ekspresi yang paling sempurna dari sikap demikian.

3. Lagu Kebangsaan

Lagu kebangsaan adalah lagu yang menjadi simbol suatu atau daerah. Biasanya lagu ini ditetapkan oleh hukum, tetapi kebanyakan tidak. Setiap negara mmepunyai lagu kebangsaan masing-masing, tidak ada dua negara yang memiliki lagu kebangsaan yang sama, karena lagu kebangsaan adalah ekspresi kejiwaan dari suatu bangsa. Lagu kebangsaan menempati kedudukan yang khusus dan dihormati oleh seluruh rakyatnya. Lagu kebangsaan selalu dinyanyikan atau diperdengarkan pada setiap acara resmi kenegaraan, dan juga pada setiap acara di luar negeri yang membawa nama negara.

(41)

25

dibanggakan, pembangkit semangat kebangsaan, dan terasa ada kesyahduan yang luar biasa dalam penjiwaannya. Pada jaman penjajahan, pihak penjajah melarang rakyat menyanyikan lagu ini, tapi rakyat mengabaikannya, dan tetap menyanyikannya, sehingga bertambah jiwa nasionalisme, rasa kebangsaan, rasa senasib sepenanggungan, dan rasa seperjuangan, serta semakin memperkokoh persatuan dalam melawan penjajahan.

4. Bahasa

Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, diangkat pulalah Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, yang menjadi salah satu simbol negara Indonesia. Sebagai bahasa resmi bahasa Indonesia dipakai di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Bahasa merupakan simbol nasionalisme Negara. Hal ini didasari oleh teori Jerman (teori kuno 1), tentang bangsa, mengatakan bahwa suatu bangsa itu ditandai oleh persamaan keturunan, persamaan tempat, dan dilengkapi oleh persamaan bahasa dan kepercayaan. Jadi, menurut teori ini antara bangsa dan bahasa terdapat hubungan yang saling menentukan, dalam arti adanya suatu bangsa itu karena adanya bahasa yang menandainya dan adanya bahasa karena ada bangsa pemakainya.

E.Tinjauan Tentang Ideologi, Nasionalisme, dan Teks

(42)

Nasionalisme merupakan ideologi yang meletakkan bangsa di pusat masalahnya dan berupaya mempertinggi keberadaannya. Dan menyelaraskan definisi tersebut dengan konsepsi ideologi Raymond William dalam Fiske (1990) yang pertama, yakni sebagai sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki oleh kelompok atau kelas tertentu, seperangkat sikap yang dibentuk dan diorganisasikan dalam benak yang koheren (prinsip, relasi, aturan, konsep). Maka nasionalisme sebagai ideologi memungkinkan adanya internalisasi penghayatan nasionalisme dalam fikiran dan tindakan seseorang, baik sebagai individu maupun sebagai warga negara dan bangsa. Dua poin nasionalisme yakni (1) kesadaran seseorang terhadap negaranya, (2) identifikasi identitas seseorang terhadap negaranya, lalu keduanya berwujud dalam suatu sikap cinta terhadap negara/tanah air.

Dalam makna nasionalisme itu sendiri termasuk di dalamnya adalah sikap patriotik/patriotisme yakni sifat kepahlawanan atau jiwa kepahlawanan, bersumber dari perasaan cinta tanah air (semangat kebangsaan atau nasionalisme), sehingga menimbulkan kerelaan berkorban untuk bangsa dan negaranya. Maka nasionalisme dapat dikatakan sebagai nilai yang mendasari fikiran dan tindakan seseorang terhadap negara, yang didalamnya telah mencakup penjiwaan sikap patriotisme, atau dengan kata lain patriotisme merupakan salah satu indikasi/bagian dari sikap nasionalisme.

(43)

27

dimaksud adalah sinema/film itu sendiri. Eric Rentschler dan Anton Kaes, pengamat sinema Jerman dalam Peter Golz. “Ger439-New German Cinema.” [http://castle.uvic.ca/german/439/seq.html], dan disadur kembali dalam C2O library . cinematheque . café W http://c2o.coffee-cat.net, mengungkapkan bahwa film sebagai teks, dapat dijelaskan setidaknya setiap teks berfungsi dalam sedikitnya dua konteks: (1) konteks di mana ia dibuat (latar belakang sejarah), (2) konteks di mana ia berfungsi (tradisi kultural). Setiap teks berbicara dengan cara yang berbeda-beda. Dengan kata lain, ia mendaur ulang tradisi yang ada, melibatkan berbagai macam diskursus/wacana, menggabungkan mereka untuk menghasilkan suatu entitas estetik. Teks-teks ini layaknya penggabungan berbagai kutipan, pengerjaan ulang konvensi-konvensi, penambahan desakan-desakan (impuls) dari lingkungan sekitar, apropriasi berbagai elemen yang membawa kita ke sesuatu yang berbeda, dan dalam artian itu, baru.

(44)

pengadaptasian kepada kondisi kekinian. Nasionalisme itu ditransformasi dalam bentuk akting yang dapat merebut ketertarikan massa untuk kemudian menangkap dan menduplikasi bahkan menginternalisasi makna pesan di dalamnya.

F. Tinjauan Tentang Hermeneutika

1. Hermeneutik dalam Komunikasi dan Film

Menurut Wittgenstein dalam bukunya Philosophical Investigations menegaskan bahwa “arti suatu kata tergantung pada penggunaannya dalam kalimat, sedangkan

arti sebuah kalimat tergantung dalam penggunaannya dalam bahasa”. Dalam tutur bahasa sebuah film terkandung berbagai makna. Pemahaman inilah yang akan membawa kita pada proses komunikasi berikut dengan pemakaian hermeneutik sebagai tahap pencapaian makna (Sari, 2010: 39).

Secara etimologis, kata „hermeneutik‟ berasal dari bahasa Yunani hermeneuein

yang berarti „menafsirkan‟. Maka kata benda hermeneia secara harfiah dapat diartikan sebagai „penafsiran‟ atau interpretasi. Istilah Yunani ini mengingatkan

kita pada tokoh mitilogis yang bernama Hermes, yaitu seorang utusan yang mempunyai tugas menyampaikan pesan Jupiter kepada manusia (Sari, 2010: 40).

(45)

29

sebelumnya masih samar-samar sehingga maknanya dapat dimengerti; dan (3) menerjemahkan suatu bahasa yang asing ke dalam bahasa lain yang lebih dikuasai pemirsa/khalayak. Tiga pengertian tersebut akhirnya terangkum dalam pengertian “menafsirkan” (interpreting, understanding). Hal ini karena segala sesuatu yang

masih membutuhkan pengungkapan secara lisan, penjelasan yang masuk akal, dan penerjemahan bahasa, pada dasarnya mengandung proses “memberi pemahaman”

atau dengan kata lain menafsirkannya (Rahardjo, 2008: 28-29).

Hermeneutika, sebagai sebuah metode penafsiran, tidak hanya memandang teks, tetapi hal yang tidak dapat ditinggalkannya adalah juga berusaha menyelami kandungan makna literalnya. Lebih dari itu, ia berusaha menggali makna dengan mempertimbangkan horizon-horizon pengarang, horizon pembaca, maupun horizon teks itu sendiri.

(46)

Sesuai dengan pernyataan diatas hermeneutik ini membantu peneliti untuk menemukan kandungan nasionalisme dalam film Darah Garuda dan Tanah Air Beta.

2. Mengatasi subjektifitas dalam hermeneutika

Tidak bisa dipungkiri hermeneutika akan menemukan kecenderungan untuk subjektif. Karena keleluasan dalam menginterpretasi suatu makna. Akan tetapi subjektifitas disini adalah subjektifitas yang dikendalikan oleh konteks sehingga tidak condong pada pemikiran interpreter semata. Untuk mengatasi kecenderungan subjektifitas tersebut, peneliti menggunakan mekanisme verifikasi melalui studi literasi dan dokumentasi untuk mendapatkan sudut pandang objektif terhadap suatu makna nasionalisme dalam film tanah air beta dan darah garuda dengan beberapa data literasi lain.

Dalam hal ini pun peneliti memberlakukan konsep hermeneutika Paul Ricoeur dengan empat kategori metodologis, yakni Objektivasi melalui struktur, distansiasi melalui tulisan, distansiasi melalui dunia teks, dan apropriasi (pemahaman diri).

Objektivasi melaui struktur adalah usaha untuk menunjukkan relasi-relasi intern

(47)

31

dimaksud distansiasi atas dunia teks (objek) dan apropriasi atau pemahaman diri (Iwan Saidi, 2008: 378).

G.Kerangka Pemikiran

Identik dengan komunikasi massa, suatu pesan tidak terlepas dari media/perantara yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut kepada khalayak. Media massa bahkan menjadi pilar keempat demokrasi mengingat media massa memiliki peluang yang besar atas pesan yang dapat tersampaikan secara konstan dan luas bagi khalayaknya. Beragam pesan dapat dikemas sedemikian rupa dengan menggunakan media massa disesuaikan dengan kepentingan penyebaran pesan tersebut. Tidak terbatas hanya pada issue-issue lokal namun media massa mampu mengakomodasi pesan yang ditujukan bagi khalayak global. Terutama pemanfaatan film atau sinema, sebagai salah satu yang dianggap bentuk media massa efektif dalam mentransformasi pesannya.

Nasionalisme menjadi salah satu tema yang juga dapat ditampilkan dalam sinema dengan begitu kuat. Hal ini yang dikatakan sebagai “representasi”. Dimana ada

realitas objektif berupa data lapangan, fakta/fenomena, yang selanjutnya ditransformasi dalam realitas simbolik berupa teks yang berwujud sinema.

Diantara kesimpulan terkait kedua realitas tersebut ada tahapan berupa “proses”, disinilah “representasi” itu dihasilkan dengan dipengaruhi oleh berbagai faktor

(48)

faktor manusia maupun non manusia. Artinya dalam suatu film, pengemasan pesan di dalamnya dipengaruhi oleh para insan yang terlibat di dalamnya, juga data-data non insan yang melengkapi penyelesaiannya. Namun pada penelitian ini, analisa yang dilakukan merupakan analisa teks yang menitiktekankan bahasannya pada faktor konteks, bertumpu pada fenomena, terlepas dari faktor manusia di belakang sinema, aktor, maupun khalayak sinema.

Suatu tatanan film melalui skenario, dialog, adegan, dan unsur lain dari film (cenderung dikategorikan sebagai sinema) yang bersangkutan mempengaruhi seberapa kuat suatu kandungan nilai/isi dari tema film tersebut. Daya interpretasi terhadap konteks kandungan film pun dapat menjadi luas dan padat. Dengan menggunakan teknik analisa hermeneutik salah satunya, memungkinkan didapati suatu penafsiran yang padat dan luas terhadap kandungan film, dengan memperhatikan teknik intensionalisme dan gadamerian hermeneutika.

Teori hermeneutik sengaja dipilih peneliti sebagai teori interpretasi/ pemaknaan pesan mengingat hermeneutik menghalalkan konteks sebagai suatu sandaran yang dapat memperluas dan memperdalam pengamatan dan analisa. Terlebih fokus pada penelitian ini adalah “nasionalisme”, yang jika ditelisik secara historis dan

kultural dapat memiliki makna yang padat dan cenderung fleksibel. Untuk memperdalam penjelasan dalam penafsiran, peneliti juga menyertakan teori ideologi sebagai salah satu penguat pemaknaan nasionalisme. Dimaksudkan untuk juga mengurai kedudukan nasionalisme itu sendiri sebagai ideologi.

(49)

33

nasionalisme dalam sinema yang bersangkutan. Lebih khususnya konstruksi pesan nasionalisme pada kedua film akan dilihat melalui penggambaran dan makna dari penggambaran teks. Selanjutnya penelitian ini mencoba mencari komparasi kandungan pesan nasionalisme dalam dua sinema dengan melihat persamaan dan perbedaan pengemasan pesan nasionalisme pada kedua sinema. Dan terakhir penelitian ini sekaligus untuk menemukan apa signifikansi nasionalisme berdasarkan konteks masing-masing sinema.

Film yang menjadi obyek penelitian ini adalah film yang disinyalir menampilkan unsur-unsur/ penanda nasionalisme dari bagian-bagian sinema yang menjadi satu kesatuan. Selanjutnya mengamati dan membandingkan dalam bagian manakah yang menonjolkan konsep nasionalisme dalam keseluruhan proses komunikasi dari unsur-unsur pembentuk film tersebut. Film tersebut sebanyak dua, yakni

Tanah Air Beta dan Darah Garuda.

Data untuk penelitian ini didapatkan langsung dengan menonton film secara berulang untuk mendapatkan konfirmasi informasi/pesan di dalamnya. Double viewing technique yakni menonton 2 kali yang lebih terfokus pada “how and why”. Dan melengkapinya melalui studi literasi yang mendalam.

Sehingga kembali dipertegas, dari proses analisa dan interpretasi yang dilakukan akan ditemukan kandungan nasionalisme dalam film Tanah Air Beta dan Darah Garuda yang mendalam.

(50)

Bagan 1. Kerangka Pikir

Sinema Indonesia

yang mengandung nasionalisme, yaitu :

1. Darah Garuda (Film kedua dari trilogi merdeka “Merah Putih” (2010)

2. Tanah Air Beta (2010)

Proses interpretasi tatanan sinema

Nasionalisme dalam Sinema “Tanah Air Beta” dan “Darah

Garuda”

Representasi nasionalisme: “Tanah Air Beta” dan

“Darah Garuda”

Realitas Objektif/ fenomena

nasionalisme

Realitas Simbolik/

teks-sinema-Analisis teks menggunakan teori Hermeneutika

Penggambaran nasionalisme dan

maknanya

Signifikansi nasionalisme Pengemasan

(51)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe penelitian

Penelitian ini beranjak untuk memahami kontruksi nasionalisme dalam film, menanggapi fenomena sosial tentang nasionalisme yang disinyalir mulai memudar. Berdasarkan objek penelitian yang akan diteliti adalah fenomena isi pesan film yang turut mengkonstruksi nilai-nilai nasionalisme, maka penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif.

Tipe penelitian deskriptif merupakan penggambaran pengalaman dan pemahaman berdasarkan hasil pemaknaan berbagai bentuk pengalaman sesuai dengan karakteristik sasaran penelitian. Dalam penggambaran yang dilakukan secara tertulis tersebut pada dasarnya juga berlangsung kegiatan membaca dan menulis ulang. Kegiatan membaca mengacu pada tindak penemuan pemahaman secara skematis. Sementara kegiatan menulis ulang sebagai rewriting mengacu pada

rethinking, reflection, recognizing, dan revising (Sari, 2011: 50).

(52)

sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan (Sari, 2011: 51). Selain itu, pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah pada penelitian ini. Data-data yang akan dikumpulkan oleh peneliti juga sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, yaitu bersumber dari kaset video (kedua film yang diteliti, yaitu Darah Garuda dan Tanah Air Beta), dan studi literatur. Dengan pendekatan kualitatif yang lebih fleksibel dan tidak rigid, kemungkinan untuk memasukkan faktor-faktor lain (yang baru ditemukan di lapangan, dan belum dirumuskan sebelum penelitian dimulai) dalam analisis tetap terbuka.

B. Metode Penelitian

(53)

37

Interpretasi pesan dengan menggunakan lingkaran hermeneutik dipecahkan secara dialektis, bertangga, dan bersifat spiral. Dimulai dari interpretasi menyeluruh yang bersifat sementara dan kemudian dilanjutkan dengan menafsirkan bagian-bagiannya, begitu juga dengan sebaliknya. Dan apabila pamahaman bagian tidak cocok dengan pemahaman keseluruhan dapat diatasi dengan meninjau kembali salah satu diantaranya atau kedua-duanya. Sehingga akhirnya kita mencapai integrasi makna total dan makna bagian yang optimal.

Mengacu pada apa yang dikatakan oleh Schleiermacher bahwa “Lingkaran Hermeneutik” tidak bisa dipecahkan melalui logika struktural, tetapi melalui cara

intuitif ataupun penafsiran secara psikologis. Dan penafsiran psikologis itu penulis mencoba menuangkannya ke dalam dua tahap, yakni pemahaman keseluruhan dan pemahaman bagian.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah konstruk bahasa berupa kata, dan kalimat yang merepresentasikan nasionalisme pada film-film Indonesia yang menggambarkan nasionalisme, baik secara verbal maupun non verbal yang merupakan keseluruhan teks diantaranya dalam film Darah Garuda dan Tanah Air Beta.

D. Definisi Konsep

(54)

1. Negara Bangsa

Konsep negara-bangsa (nation-state) adalah konsep tentang negara modern. Suatu negara dikatakan telah memenuhi syarat sebagai sebuah negara modern jika setidaknya memenuhi syarat-syarat pokok selain faktor kewilayahan dan penduduk yang merupakan modal sebuah bangsa (nation) sebelum menjadi sebuah negara. Sedangkan untuk menjdai sebuah negara bangsa maka syarat-syarat yang lain adalah adanya batas-batas teritorial wilayah, pemerintahan yang sah, dan pengakuan dari negara lain. Sebagai sebuah negara bangsa ketiga faktor tersebut sudah dimiliki oleh negara Indonesia.

2. Media Massa

Media massa merupakan saluran dalam komunikasi massa untuk menyampaikan pesan kepada khalayak luas dan heterogen yang dilakukan secara serentak serta dapat menimbulkan keserenpakan pada khalayak. Media massa yang digunakan meliputi media cetak, seperti surat kabar, majalah, tabloid, brosur, dan media elektronik seperti televisi, radio, film, dan internet.

3. Film

Gambar

Gambar 5.5. Thomas ketika berdebat di sekolah tentara rakyat
Gambar 5.6. Thomas berbincang dengan Dayan ketika dihukum
Gambar 5.7. Amir menyisihkan makanan untuk Dayan dan Thomas
Gambar 5.12. Penyerahan mandat strategi pengecoh kepada Sersan Yanto
+7

Referensi

Dokumen terkait