• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI MERAH KERITING (Capsicum annuum L.) TERHADAP APLIKASI KALIUM NITRAT (KNO3) PADA DAERAH DATARAN TINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI MERAH KERITING (Capsicum annuum L.) TERHADAP APLIKASI KALIUM NITRAT (KNO3) PADA DAERAH DATARAN TINGGI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

POLA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI MERAH KERITING (Capsicum annuum L.) TERHADAP APLIKASI KALIUM

NITRAT (KNO3) PADA DAERAH DATARAN TINGGI

Oleh

INTAN NURAINI

Tanaman cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Kebutuhan akan cabai merah tiap tahunnya

semakin meningkat sehubungan dengan semakin beragam dan bervariasinya jenis masakan yang menggunakan bahan asal cabai merah mulai dari kebutuhan rumah tangga, buah segar sampai pada kebutuhan luar negeri. Untuk meningkatkan produksi tanaman cabai merah perlu adanya teknologi budidaya yang tepat, salah satunya adalah pemupukan. Pemupukan pada tanaman diberikan untuk menambah unsur hara makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh tanaman.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui pengaruh aplikasi KNO3 tehadap pola pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) pada daerah dataran tinggi, (2) mengetahui konsentrasi KNO3 terbaik untuk produksi tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) pada daerah dataran tinggi.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banjar Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Produksi Tanaman Universitas Lampung, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan bulan April 2012.

Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, perlakuan disusun secara tunggal dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Adapun faktor perlakuan dosis kalium nitrat (KNO3) terdiri dari 5 taraf yaitu K0 (kontrol 0 g/l), K1 (2 g/l), K2 (4 g/l), K3 (6 g/l), dan K4 (8 g/l). Setiap taraf dosis perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlet dan additifitas data diuji dengan uji Tukey. Analisis data

dilanjutkan dengan menggunakan analisis ragam kemudian pola pertumbuhan dan produksi tanaman cabai dianalisis dengan menggunakan analisis regresi dan polinomial ortogonal.

(2)

sama khususnya tinggi tanaman dan tingkat percabangan. Sedangkan pada fase generatif pemberian konsentrasi KNO3 pada tanaman cabai sampai dengan 4 g/l dapat meningkatkan jumlah bunga dan panjang buahdan dapat meningkatkan hasil produksi (jumlah buah dan bobot buah panen). Secara kualitatif pemberian

konsentrasi kalium nitrat (KNO3) 2 g/l dan 4 g/l memberikan penampilan yang cukup baik dibandingkan dengan konsentarsi diatasnya.

(3)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

[image:3.595.117.509.609.716.2]

Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang cukup tinggi menjadi daya tarik pengembangan budidaya cabai bagi petani. Permintaan akan produksi cabai pun cenderung terus meningkat sehingga dapat diandalkan sebagai komoditi non migas (Rukmana, 1996). Selain itu tanaman cabai ini memiliki beberapa manfaat kesehatan, salah satunya terdapat zat capsaicin yang berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker (Sunaryono, 2000). Kebutuhan akan cabai merah tiap tahunnya semakin meningkat sehubungan dengan semakin beragam dan bervariasinya jenis masakan yang menggunakan bahan asal cabai (Santika, 2002).

Tabel 1. Luas Panen dan Produksi Cabai Besar Indonesia

Tahun Luas Panen (Hektar)

Hasil Panen/ Produksi (Ton)

Rata-rata Produksi (Ton/Ha)

2007 107.362 676.828 6,30

2008 109.178 695.707 6,37

2009 117.178 787.433 6,72

2010 122.755 807.160 6,58

2011 110.341 888.852 7,34

(4)

Melihat tingginya minat petani dalam budidaya cabai merah, perlu diadakan upaya peningkatan produksi cabai merah. Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman agar mendapat hasil yang optimum untuk

mencapai keseimbangan antara pasokan dan permintaan dengan mutu yang baik, salah satu diantaranya adalah dengan cara melakukan teknik budidaya yang baik, yaitu aspek pemupukan yang tepat.

Pemupukan pada tanaman diberikan untuk menambah unsur hara makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh tanaman (Lingga dan Marsono, 2001). Menurut Prajnanta (1999) dalam Marbun (2002), cabai keriting hibrida lebih responsif terhadap pemupukan sehingga kebutuhan pupuk per satuan luasnya lebih besar dibandingkan dengan varietas keriting lokal. Salah satu jenis pupuk yang bermanfaat bagi tanaman cabai adalah kalium nitrat.

(5)

berfungsi membentuk protein, lemak, dan senyawa organik lainnya (Lingga dan Marsono, 2003).

Tanaman cabai merupakan salah satu tanaman yang dapat ditanam baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Namun, beberapa tanaman sayuran termasuk cabai jika ditanam di daerah dataran tinggi hasil produksinya lebih baik

dibandingkan dengan yg di dataran rendah. Karena di dataran tinggi buah yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan di dataran rendah. Oleh karena itu para petani pun banyak yang menanam tanaman sayuran di dataran tinggi karena melihat hasil produksi yang lebih tinggi.

Aplikasi KNO3 pada tanaman cabai merah diharapkan dapat menstimulir pembesaran, pemanjangan, dan pembelahan sel yang lebih cepat dibandingkan dengan kondisi pada saat normal. Proses pembesaran, pemanjangan, dan

pembelahan sel yang lebih cepat akan berakibat pada terjadinya peningkatan laju pertumbuhan tanaman, yang pada akhirnya akan mempercepat terjadinya

pembungaan.

Berdasarkan latar belakang dan masalah di atas, maka perlu diadakan penelitian yang bertujuan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah aplikasi KNO3 berpengaruh tehadap pola pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) pada daerah dataran tinggi ? 2. Berapa konsentrasi KNO3 terbaik untuk produksi tanaman cabai merah

(6)

1.2Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka disusun tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh aplikasi KNO3 tehadap pola pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) pada daerah dataran tinggi. 2. Mengetahui konsentrasi KNO3 terbaik untuk produksi tanaman cabai merah

(Capsicum annuum L.) pada daerah dataran tinggi.

1.3Landasan Teori

Produksi cabai di Indonesia secara umum belum mampu mendekati potensi produksinya. Beberapa cara dilakukan untuk meningkatkan produksi cabai di Indonesia, salah satu diantaranya adalah dengan melakukan perbaikan teknologi. Perbaikan teknologi yang dapat diterapkan adalah penggunaan benih atau bibit unggul (faktor genetis) dan manipulasi lingkungan tumbuh (faktor lingkungan).

Berdasarkan hasil penelitian Sadewo (2008), tanaman cabai memerlukan unsur hara makro dan mikro yang cukup untuk membantu pertumbuhan dan

peningkatan produksinya. Salah satu pupuk yang dapat membantu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai yaitu KNO3. KNO3 berperan

menambahkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk membantu merangsang pertumbuhan dan pembungaan pada tanaman cabai.

(7)

aktivator enzim, mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik dan mengatur gerakan stomata (Cahyono dan Ismail, 1999). Kalium juga berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Fungsi lainnya yaitu, kalium merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit (Lingga dan Marsono, 2002).

Nitrogen (N) merupakan bahan penting penyusun asam amino, amida, nukleotida, dan nukleoprotein, serta esensial untuk pembelahan sel, pembesaran sel, dan pertumbuhan tanaman. Nitrogen merupakan unsur yang mobile (bergerak) di dalam tanaman dan jika terjadi defisiensi maka N akan ditranslokasikan ke jaringan tanaman yang muda (Gardner dalam Susilo, 1991)

Kalium nitrat (KNO3) dipakai untuk fase vegetatif (pertumbuhan). Kandungan kalium dan nitrogen pada kalium nitrat (KNO3) yang berwarna putih, cocok diberikan saat tanaman siap berbunga. Bentuk N pada KNO3 yang sudah berupa nitrat mempercepat penyerapan N ke tanaman. Dengan demikian, KNO3 dapat diaplikasikan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sulaman. Namun pemberian KNO3 yang berlebih, terutama ketika tanaman memasuki fase generatif dapat mengakibatkan rontoknya buah. (Redaksi Trubus, 2010)

(8)

besar untuk meningkatkan sintesis asam amino dan aktivitas enzim sehingga fotosintesis berjalan dengan baik dan pertumbuhan tanaman akan meningkat (Sujono, 1998).

1.4Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada serta landasan teori di atas, maka disusun kerangka pemikiran sebagai berikut:

Tanaman cabai membutuhkan fotosintat seperti karbohidrat, protein, dan senyawa organik lainnya dalam proses metabolisme untuk memacu pertumbuhan dan pembungaanya. Kebutuhan tersebut dapat diperoleh dari unsur hara yang terdapat di dalam tanah, akan tetapi jumlahnya belum mencukupi. Pemberian unsur hara melalui daun pun perlu dilakukan untuk meningkatkan laju pertumbuhan dan pembungaan. Hal tersebut dilakukan karena biasanya pemberian unsur hara melalui daun hasilnya lebih efektif.

Salah satu pupuk yang di dalamnya mengandung unsur hara yang dapat diberikan melalui daun untuk meningkatkan pertumbuhan dan pembungaan adalah kalium nitrat (KNO3). KNO3 yang disemprotkan pada daun tanaman cabai akan masuk ke dalam jaringan tanaman melalui kutikula, stomata, dan ektodesmata. Setelah itu KNO3 memasuki dinding sel ke dalam sitoplasma melalui jaringan pengangkut, kemudian KNO3 di translokasikan menuju sel-sel pada bagian tanaman yang lain.

(9)

(pati) dan protein. Karbohidrat dan protein yang terbentuk akan digunakan untuk aktivitas pembelahan, pembesaran, dan pemanjangan sel. Nitrogen diserap dalam tanaman dalam bentuk NO3- dan NH4+. Nitrogen dalam tanaman berperan dalam pembentukan klorofil yang akan digunakan dalam proses fotosintesis. Hasil fotosintesis berupa fotosintat yang akan digunakan tanaman untuk melakukan beberapa proses metabolisme yang akan beralokasi pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Peningkatan konsentrasi KNO3 yang diberikan pada tanaman sampai pada taraf tertentu mengakibatkan proses metabolisme dalam tanaman akan semakin meningkat, misalnya peningkatan laju fotosintesis, sehingga karbohidrat dan pembentukan asam-asam amino seperti metionin yang berfungsi sebagai precursor etilen ikut meningkat.

Aplikasi KNO3 pada saat pagi hari lebih efisien daripada siang hari dan sore hari. Hal ini disebabkan kelembaban udara pagi hari lebih tinggi daripada siang hari dan sore hari yang menyebabkan stomata daun membuka sehingga KNO3 lebih cepat diserap dan langsung digunakan tanaman. Dengan demikian, tanaman memberikan respons yang lebih cepat.

(10)

menyebabkan tanaman akan melalui fase vegetatif yang lebih cepat dan kemudian segera memasuki fase generatif yang ditandai dengan adanya pembungaan.

1.5Hipotesis

Berdasarkan landasan teori yang sudah ada serta kerangka pemikiran yang sudah diutarakan sebelumnya, dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut :

1. Aplikasi KNO3 berpengaruh terhadap pola pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) pada daerah dataran tinggi. 2. Terdapat konsentrasi KNO3 terbaik yang untuk produksi tanaman cabai

(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Botani dan Morfologi Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.)

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong‐terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara‐negara benua Amerika, Eropa dan Asia, termasuk Negara Indonesia. (Anonim, 2012).

(12)

Cabai merah (Capsicum annuum L.) memang memiliki berbagai macam varietas atau kultivar. Ada beberapa cabai yang dihasilkan dari proses pemuliaan (varietas) dan terdapat pula cabai yang merupakan varietas hasil budidaya (kultivar).

Meskipun demikian, menurut Setiadi (2011) cabai merah memiliki ciri umum yang relatif sama. Beberapa ciri tersebut adalah sebagai berikut.

a. Batang tegak dengan tinggi 50-100 cm. b. Tangkai daun horizontal atau miring.

c. Panjang daunnya 4-10 cm dan lebar 1,5-4 cm.

d. Posisi bunga menggantung dengan warna mahkota putih.

e. Memilki kepala putik berwarna kuning kehijauan dan kepala sari berwarna biru dengan tangkai sarinya yang berwarna putih.

f. Buahnya berbentuk memanjang dengan biji buah berwarna putih kekuning-kuningan.

(13)

2.2Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)

Pada umumnya cabai dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan (dataran tinggi) + 2.000 meter dpl yang membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Temperatur yang baik untuk tanaman cabai adalah 240 - 270 C, dan untuk pembentukan buah pada kisaran 160 - 230 C. Setiap varietas cabai mempunyai daya penyesuaian tersendiri terhadap lingkungan tumbuh (Anonim, 2012).

Tanaman cabai cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan tidak tergenang air dengan pH tanah yang ideal sekitar 5 - 6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret - April). Untuk

memperoleh harga cabai yang tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan Desember, walaupun ada risiko kegagalan.

Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit . Buah cabai yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya. Untuk areal satu hektar dibutuhkan sekitar 2-3 kg buah cabai (300-500 gr biji) (Anonim, 2012).

(14)

atau di atas 6,8 hanya akan menghasilkan produksi yang sedikit (rendah). Pada tanah-tanah yang becek seringkali menyebabkan gugur daun dan juga tanaman cabai mudah terserang penyakit layu. Khusus untuk tanah yang pH-nya di bawah 5,5 (asam) dapat diperbaiki keadaan kimianya dengan cara pengapuran, sehingga pH-nya naik mendekati pH normal.

Pada pH tanah asam, ketersediaan unsur-unsur fosfor, kalium, belerang, kalsium, magnesium dan molibdinum menurun dengan cepat. Pada tanah dengan kondisi pH basa akan menyebabkan unsur-unsur nitrogen, besi, mangan, borium, tembaga dan seng ketersediaannya relatif menjadi sedikit. Cabai yang ditanam pada tanah asam pada umumnya keracunan unsur alumunium (Al), besi (Fe) dan mangan (Mn). Sebaliknya pada pH basa, jumlah unsur bikarbonat cukup banyak untuk merintangi penyerapan ion lain, sehingga dapat menghalangi pertumbuhan tanaman secara optimum (Anonim, 2012).

Kandungan air tanah juga perlu diperhatikan. Tanaman cabai yang dibudidayakan di sawah sebaiknya ditanam pada akhir musim hujan, sedangkan di tegalan ditanam pada musim hujan (Wardani dan Purwanta, 2008).

Ketika sedang berbunga, tanaman cabai sangat memerlukan intensitas cahaya atau penyinaran cahaya yang cukup banyak. Cabai termasuk tanaman yang bisa

(15)

2.3Tanaman Cabai TM-999

Pertumbuhan tanaman cabai hybrid TM-999 sangat kuat. Cabai keriting hibrida dari Hungnong, Korea, ini sepintas tidak berbeda dengan cabai keriting lokal Indonesia karena memang induk cabai keriting ini didatangkan dari Indonesia. Tanaman ini dapat terus menerus berbunga sehingga dapat dipanen dalam jangka waktu yang panjang. Ukuran buah dari varietas ini yaitu 12,5 cm x 0,8 cm dengan berat buah 5-6 g. Umur panen cabai ini agak terlambat, penen pertama terjadi pada umur 90 hari setelah tanam (hst) untuk di dataran rendah dan 105 hst untuk di dataran tinggi. Cabai ini termasuk jenis cabai yang pedas sekali dan cocok untuk digiling maupun dikeringkan. Hasil per tanaman nya berkisar antara 0,8 - 1,2 kg (Prajnata, 2007).

2.4Kalium Nitrat (KNO3)

Kalium nitrat (KNO3) merupakan senyawa kimia berbentuk kristal atau bubuk putih yang berbentuk murni dengan sifat dasar sebagai mineral sendawa atau niter. Kalium nitrat sedikit mudah larut dalam air dingin dan sangat mudah larut dalam air panas. Kalium nitrat dibuat melalui reaksi antara kalium klorida (KCl) dan sodium nitrat (Na NO3). Saat kalium nitrat terurai pada pemanasan maka akan melepaskan oksigen. Kalium nitrat digunakan secara besar-besaran sebagai

(16)

konsentrasi asam sulfur ke dalam larutan kalium nitrat maka akan menghasilkan asam nitrat dan kalsium sulfat yang dipisah melalui sedikit penyulingan (Anonim, 2005).

Kalium nitrat (KNO3), misalnya grand-K adalah pupuk majemuk yang

mengandung dua unsur makro, yaitu K= 46% dan N=22%. Selain itu, pupuk ini juga mengandung unsur lain seperti N, Na, Ca, P2O5, Zn, Fe, K2O, Mn, Mg, dan Cu dalam jumlah yang sedikit. Adapun kelebihan KNO3 selain mengandung dua unsur hara makro N dan K dengan kandungan khlor yang rendah, KNO3 juga dapat meningkatkan keasaman (pH) tanah, serta sangat baik dipakai untuk jangka waktu yang panjang dan untuk semua jenis tanaman (Sujono, 2006).

Menurut Nyapa dkk. (1998), unsur kalium diserap tanaman dalam bentuk ion K+, dan dijumpai di dalam tanah dalam jumlah yang bervariasi. Namun jumlahnya dalam keadaan tersedia bagi tanaman biasanya kecil. Kalium yang ditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk garam-garam mudah larut. Kalium merupakan unsur yang mobile di dalam tanaman, dan segera akan di translokasikan ke jaringan meristematik yang muda bila jumlahnya terbatas bagi tanaman.

Kalium juga banyak berperan dalam proses fisiologi tanaman antara lain: mengaktifkan lebih dari 60 sistem enzim, membantu fotosintesis, memperbaiki keadaan energi tinggi, memelihara sel turgor, mengatur pembukaan stomata daun, meningkatkan penyerapan air, mengatur translokasi hara dalam tanaman ,

(17)

Menurut Garder dalam Susilo (1991), nitrogen digunakan secara intensif dalam produksi tanaman karena di dalam tubuh tanaman nitrogen bersifat dinamis (mobile), oleh karena itu nitrogen mempunyai peluang mencapai permukaan akar dan juga mudah hilang akibat pencucian maupun penguapan.

2.5Pengaruh Pemberian Kalium Nitrat (KNO3) pada Tanaman

Kalium Nitrat (KNO3) dipakai pada masa vegetatif tanaman. KNO3 memiliki kelebihan yaitu penyerapannya oleh tanaman dalam bentuk nitrat. Bentuk N pada KNO3 yang sudah berupa nitrat mempercepat penyerapan N ke tanaman. Dengan demikian KNO3 dapat diaplikasikan untuk mempercepat pertumbuhan dan pembungaan tanaman cabai (Redaksi Trubus, 2011).

Hasil penelitian penggunaan KNO3 pada tanaman buah-buahan dapat dilihat pada tunas mangga Carabao (Mangifera indica L.). Pada tunas mangga tersebut yang berumur sekitar 8,5 bulan hanya membutuhkan tujuh hari dari penyemprotan 10 hingga 160 g/l untuk mencapai pembungaan 100%. Tunas mangga Pahutan yang berumur 4,8 bulan menunjukkan pembungaan 60 hingga 80% dalam tujuh hari dan 100% dalam empat belas hari dengan penyemprotan 10 sampai 80 g/l. induksi pembungaan hamper sama pada seluruh tanaman. Semua tunas kontrol dan bagian kanopi yang tidak disemprot mengalami fase vegetatif yang lama setelah akhir penelitian (Bondad dan Linsangan, 1979).

(18)

dormansi tunas. Kalium nitrat dan hidrogen sianamida diuji coba dalam empat percobaan selama tiga musim. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian kalium nitrat dapat meningkatkan produksi buah dan hasil pascapanen tetapi tidak dapat meningkatkan perbaikan pada buah malformasi (bentuk buah yang tidak sempurna), sedangkan dengan pemberian hidrogen sianamida selain dapat meningkatkan produksi buah dan hasil pasca panen juga dapat

meningkatkan pada buah yang malformasi (Maroto et al, 2004).

(19)

III. BAHAN DAN METODE

3.1Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banjar Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Agronomi Universitas Lampung, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan bulan April 2012

3.2Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih cabai merah varietas TM 999, pupuk

kandang kambing, NPK mutiara, KNO3 , Plant Catalyst, dolomit, dan Tanah top soil.

Alat-alat yang digunakan tali rafia, polibag kecil, meteran, cangkul, arit, gembor, hand sprayer, ember, gayung, timbangan digital, gunting, lanjaran, label, alat tulis, dan plastik.

3.3Metode Penelitian

(20)

taraf yaitu k0 (kontrol 0 g/l), k1 (2 g/l), k2 (4 g/l), k3 (6 g/l), dan k4 (8 g/l). Setiap taraf dosis perlakuan diulang sebanyak tiga kali.

Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlet dan additifitas data diuji dengan uji Tukey. Analisis data dilanjutkan dengan menggunakan analisis ragam kemudian pola pertumbuhan dan produksi tanaman cabai dianalisis dengan menggunakan analisis regresi dan polinomial ortogonal.

3.4Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penyemaian Benih

Benih yang akan digunakan terlebih dahulu direndam dengan menggunakan air hangat selama ± 2 hari untuk mempercepat perkecambahan. Kemudian benih yang sudah direndam diletakkan pada kain yang lembab. Setelah benih sudah mulai berkecambah, benih tersebut ditanam pada pre nursery di dalam polibag kecil dengan media tanam berupa campuran top soil, pupuk kandang, dan pasir dengan perbandingan (1:1:1). Satu polibag ditanam satu benih cabai. Semaian dipelihara sampai benih berumur ± 1 bulan. Penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pada saat pagi hari sekitar pukul 08.00 pagi dan sore hari sekitar pukul 17.00 sore, penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.

3.4.2 Pengolahan Lahan

(21)

dilakukan ±2 minggu sebelum tanaman cabai siap tanam. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan cangkul sebanyak 2 kali. Pertama tanah diolah kasar baru kemudian tanah diolah lagi sampai gembur agar pada saat penanaman tanah tidak menggumpal.

3.4.3 Penanaman

Tanaman cabai yang sudah berumur ± 1 bulan dan memilki daun 5-6 helai daun, dipindahkan dari polibag kecil ke lahan yang sudah diolah. Tanaman cabai

tersebut ditanam pada lubang yang berjarak 50 cm x 60 cm. Lahan tersebut pada 1 minggu sebelumnya telah dicampurkan dengan menggunakan pupuk kandang dan NPK mutiara.

3.4.4 Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK (16:16:16) dengan dosis sebanyak 250 g yang dilarutkat dalam 10 liter air. Pemupukan ini dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan cara di kocor, dan disiram ke daerah sekitar perakarann tanaman cabai. Masing-masing tanaman diberikan sebanyak 250 ml.

3.4.5 Aplikasi KNO3

(22)

pertama dilakukan dari 2 minggu setelah tanam dan selanjutnya dilakukan secara kontinyu dengan interval 2 minggu setelah aplikasi sebelumnya dengan volume semprot 200 ml setiap kali aplikasi untuk 8 tanaman.

3.4.6 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan penyulaman, penyiraman, penyiangan gulma, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan ketika ada tanaman cabai yang mati atau tumbuh kurang baik. Penyulaman dilakukan maksimum 1 minggu setelah tanam. Kegiatan penyiraman dilakukan sore hari dengan cara menyiramkan air ke daerah pertanaman cabai dengan menggunakan gembor. Penyiangan gulma dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut gulma yang tumbuh dengan tangan atau dengan menggunakan cangkul dan arit. Penyiangan gulma dilakukan jika ada gulma yang tumbuh di sekitar media tanam. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan pestisida pada tanaman cabai setiap 1 minggu sekali. Selain itu setiap 2 minggu sekali tanaman cabai disemprot dengan plant catalyst.

3.5 Variabel Pengamatan

Untuk menguji keabsahan kerangka pemikiran dan hipotesis dilakukan

pengamatan terhadap komponen pertumbuhan dan produksi yang dihasilkan, yang meliputi :

1. Tinggi tanaman (cm)

(23)

centimeter dengan menggunakan penggaris. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara diukur dari leher akar yang berada di permukaan tanah sampai ke titik tumbuh tertinggi.

2. Jumlah bunga per tanaman

Perhitungam dilakukan dengan cara menghitung semua bunga yang muncul, termasuk juga bunga yang gugur. Hal ini juga dilakukan secara kontinyu setiap dua minggu sekali.

3. Tingkat percabangan

Cabang yang diamati merupakan cabang utama (primer) dari tanaman cabai tersebut. Pengukuran dilakukan dengan menghitung tingkat percabangan mulai dari pangkal cabang primer hingga cabang paling atas dari tanaman cabai. Pengukuran ini dilakukan secara kontinyu setiap dua minggu sekali. 4. Jumlah buah panen pertanaman

Perhitungam dilakukan dengan cara menghitung keseluruhan buah yang sudah siap untuk di panen, dengan kriteria yaitu buah cabai sudah berwarna merah. 5. Panjang buah (cm)

Pengukuran dilakukan setiap kali setelah panen dengan cara diukur dari bagian pangkal hingga ujung buah dari masing-masing tanaman sampel yang kemudian di rata-ratakan.

6. Bobot buah (gram) per tanaman

(24)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Pemberian KNO3 dengan konsentrasi 2-8 g/l pada fase vegetatif menunjukkan pola pertumbuhan tanaman cabai yang relatif sama khususnya tinggi tanaman dan tingkat percabangan. Pada fase generatif pemberian KNO3 dengan konsentrasi 2-4 g/l dapat meningkatkan jumlah bunga dan panjang buah, dan dapat meningkatkan hasil produksi yaitu jumlah buah dan bobot buah panen. 2. Pemberian kalium nitrat (KNO3) pada konsentrasi 2 g/l dan 4 g/l memberikan

respon pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan pada konsentrasi 6 g/l dan 8 g/l.

5.2Saran

(25)

(Skripsi)

Oleh Intan Nuraini

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(26)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Respons jumlah bunga tanaman cabai terhadap

konsentrasi KNO3. ... 26 2. Pola pertumbuhan tanaman cabai merah untuk variabel

jumlah bunga. ... 27 3. Respons jumlah tingkat percabangan tanaman cabai terhadap

peningkatan konsentrasi KNO3. ... 28 4. Pola pertumbuhan tanaman cabai merah untuk variabel

tingkat percabangan. ... 29 5. Respons jumlah buah panen tanaman cabai terhadap peningkatan

konsentrasi KNO3. ... 30 6. Pola pertumbuhan tanaman cabai merah untuk variabel jumlah

buah panen. ... 31 7. Respons bobot buah panen tanaman cabai terhadap peningkatan

konsentrasi KNO3. ... 33 8. Pola pertumbuhan tanaman cabai merah untuk variabel

(27)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Landasan Teori ... 4

1.4Kerangka Pemikiran ... 6

1.5Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Cabai ... 9

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai ... 11

2.3 Tanaman Cabai TM-999 ... 14

2.4Kalium Nitrat ... 14

2.5Pengaruh Pemberian Kalium Nitrat pada Tanaman ... 15

III.BAHAN DAN METODE ... 18

3.1 Tempat dan Waktu ... 18

3.2 Bahan dan Alat ... 18

3.3 Metode Penelitian ... 18

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 19

3.4.1 Penyemaian Benih ... 19

3.4.2 Pengolahan Lahan ... 20

3.4.3 Penanaman ... 20

3.4.4 Pemupukan ... 20

(28)

3.4.6 Pemeliharaan Tanaman ... 21

3.5 Parameter Pengamatan ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Hasil Penelitian ... 23

4.1.1 Tinggi Tanaman ... 25

4.1.2 Jumlah Bunga ... 25

4.1.3 Tingkat Percabangan ... 27

4.1.4 Jumlah Buah Gugur atau Rusak ... 29

4.1.5 Jumlah Buah Panen ... 29

4.1.6 Rata-rata Panjang Buah ... 31

4.1.7 Bobot Buah ... 32

4.2 Pembahasan ... 34

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin, Afif. 2007. Pengaruh Pemberian Kalium Nitrat (KNO3) Pada

Pertumbuhan Tiga Kultivar Mangga. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 92 hlm

Andriani, R. 2008. Pengaruh Bentuk Senyawa Nitrogen Terhadap Perkembangan Generatif dan Produktifita cabai merahs. Skripsi Sarjana. Bandung. ITB Anonima. 2012. Budidaya Cabai. http://www.agromedia.net/. diakses pada 09

April 2012. www.google.com.

Anonimb.2012. Cabai. http://www.Wikipedia.org/. diakses pada 09 April 2012. www.google.com.

Bondad, N.D., and E.. Linsangan 1979. “Flowering in Mango Induced with

Potanssium Nitrat”. Hortscience 14. 527-528 hlm.

Cahyono, F.B.dan Ismail. 1999. Pupuk dan Pemupukan. Seri Praktek Ciputri Hijau: Tuntunan Membangun Agribisnis. Edisi Pertama. Disunting Oleh Supari Dh. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Gramedia. 422 hlm. Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman

Budidaya. Diterjemahkan oleh Herawati Susilo. Universitas Indonesia. 428 hlm.

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta: CV Akademika Presindo. 110 hlm. Lingga, P. dan Marsono. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar

Swadaya. 150 hlm.

Marbun, Basaria. 2002. Uji Taraf Konsentrasi Pupuk Pelengkap Cair Plant Catalyst Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Cabai Merah. Skripsi Sarjana. Universitas Lampung

Maroto, J.V., S. Lopez-Galarza, A. San Bautista, B.Pascual, J. Alagarda, and M.

S. Bono. 2004. “Response of Strawberry Plants to Hydrogen Cyanamide and

(30)

Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. 1st Edition. London: Academic Press. 345 hlm

Novizan. 2003. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Depok: Agromedia Pustaka. 114 hlm

Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amrah, A.Munawar, G.B. Hong, N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Bandar Lampung : Unila. 258 hlm Prajnanta, Final. 2007. Agribisnis Tanaman Cabai Merah. Depok : Penebar

Swadaya. 159 hlm

Prajnanta, Final. 2009. Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai. Depok : Penebar Swadaya. 88 hlm

Redaksi Trubus.2010. My Potensial Business. Jakarta: Trubus. 122 hlm.

Rukmana. R. 1996. Usaha Tani Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Yogyakarta : Kanisius. 113 hlm

Sadewo. 2008. Kajian Morfologis dan Fisiologis Pertumbuhan Fase Vegetatif Tiga Varietas Cabai Merah Besar Akibat Pemberian Jenis Pupuk. Skripsi Sarjana. Universitas Jember.

Salisburry and Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan jilid 3. Diterjemahkan oleh Diah K. Lukman dan Sumaryono. Bandung: ITB. 343 hlm

Santika, A. 2002. Agribisnis Cabai Merah. Jakarta: Penebar Swadaya. 85 hlm

Setiadi. 2011. Bertanam Cabai di Lahan dan Pot. Jakarta: Penebar Swadaya. 180 hlm.

Sujono. 2006. Potassium Nitrat Grand-K Mampu meningkatkan hasil dan Mutu kentang. http://www.Tanindo.com/abdill/hal 3601.htm. PT. Tanindo Subur Prima. 3 januari 2012. www.google.com.

Sunaryono, H.H. 2000. Budidaya Cabai Merah. Bandung : Sinar Baru Algesindo. 80 hlm.

Wardhani, N. dan H. Purwadinata. 2008. Teknologi Budidaya Cabai Merah. Lampung: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. 30 hlm

Gambar

Tabel 1. Luas Panen dan Produksi Cabai Besar Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan metode pembelajaran tahfidh ul Qur’an di pondok tahfidh putri anak-anak Yanaabii'ul

Skripsi Perlindungan Hukum bagi Pramuniaga yang Bekerja Shift Malam pada Indomaret 24 Jam di Kota Semarang ini mencakup berbagai hal yang berkaitan dengan Hukum

Berdasarkan analisis data uji keeratan menunjukkan pelaksanaan supervisimata pelajaran oleh pengawas sekolah efektiv dalam perbaikan kompetensi pedagogik guru di SMP

Salah satu alternatifnya adalah menggunakan dBase III+ yaitu sebuah program database yang dibuat oleh perusahan Ashton Tate untuk memudahkan merancang pembuatan database

Hasil tersebut membuktikan bahwa penggunaan catheter mouth pada kelompok perlakuan lebih efektif dilakukan pada saat suction untuk mengurangi risiko terjadinya

3) Sebagai tempat rekreasi-edukasi - dengan buku-buku nonfiksi yang disediakan memberikan hiburan yang mendidik dan menyenangkan. Lebih jauh dari itu, perpustakaan

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.2 Hasil Identifikasi Plankton 4.1.2.1 Hasil Identifkasi Fitoplankton 4.1.2.2 Hasil Identifkasi Zooplankton 4.1.3

Pada analisisn logistik regresi pada semua variabel bebas terhadap fungsi motorik pada jari-jari tangan didapatkan hasil pada langkah pertama dari logistik