ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA REALIA PADA SISWA KELAS IV
SDN 1 TANJUNGSARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2013
Oleh SITI ROFIAH
Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya aktivitas belajar dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Tanjungsari Kecamatan Natar. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa menggunakan media realia di kelas IV SDN 1 Tanjungsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu rancangan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus 1 sampai siklus 2 telah mencapai target keberhasilan penelitian yaitu pada kriteria baik pada siklus 1 sebesar 13.80% pada pertemuan 1 dan pada pertemuan 2 meningkat menjadi 34.5% kemudian siklus 2 menjadi 72.4%. Peningkatan ini terjadi juga pada kriteria aktivitas belajar amat baik, yaitu 0% pada siklus 1 dan menjadi 27.6% diakhir siklus 2 pertemuan 2. Pencapaian nilai prestasi belajar pada siklus 1 siswa yang tuntas 41.4% dan pada pertemuan 2 62.1% sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 72.4% dan pada pertemuan 2 menjadi 86.2% siswa telah mencapai KKM 65. Dari hasil penelitian tindakan kelas tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Guru merupakan tenaga pendidik yang memberikan sejumlah pengetahuan kepada siswa di sekolah. Guru memiliki kewajiban serta tanggung jawab
untuk menciptakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan, sehingga siswa memiliki motivasi yang kuat untuk belajar,
khususnya dalam pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA di sekolah dasar diharapkan dapat menjadi wahana bagi
siswa untuk mempelajari diri sendiri serta alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Strategi berarti rencana yang
cermat tentang kegiatan belajar mengajar untuk mencapai sasaran khusus. Salah satu unsur dalam strategi pembelajaran adalah menguasai media.
Cukup banyak jenis dan bentuk media yang telah dikenal dewasa ini, dari
yang sederhana sampai yang berteknologi tinggi. Guru perlu memilih dengan jeli penggunaan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan bersifat
2
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diketahui pada pembelajaran
IPA, aktivitas siswa kelas IV SDN 1 Tanjungsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan rendah. Siswa terlihat hanya diam mengamati penjelasan
guru, tidak ada siswa yang bertanya ataupun menjawab pertanyaan guru. Beberapa siswa terlihat bergurau dengan siswa lain.
Guru hanya menjelaskan dan mendiktekan materi kepada siswa. Guru belum
menggunakan media pembelajaran di dalam kegiatan belajar mengajar, guru hanya menggunakan buku pelajaran sebagai satu-satunya sumber belajar.
Aktivitas belajar siswa yang tidak maksimal selaras dengan pencapaian prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil tes formatif yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1.1 Data Nilai Mata Pelajaran IPA Kelas IV
Siswa SDN 1 Tanjungsari Semester Ganjil Tahun 2012/2013
NO NILAI KKM JUMLAH
SISWA % Keterangan
1 81–100
65
6 20.7 Tuntas
2 60–80 10 34.5 Tuntas
3 <65 13 44.8 Belum tuntas
N = 29 100
Berdasarkan tabel 1.1 di atas, terdapat 44.8% siswa belum tuntas mencapai nilai prestasi belajar sesuai dengan KKM yaitu <65.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, diperlukan media pembelajaran
[image:3.595.130.514.459.558.2]2013. Media pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tersebut adalah media
realia.
Setiawan (2006:5) mengatakan, “Media realia adalah benda nyata yang
digunakan sebagai bahan atau sumber belajar”. Pemanfaatan media realia tidak harus dihadirkan secara nyata dalam ruang kelas, melainkan dapat juga dengan cara mengajak siswa melihat langsung (observasi) benda nyata
tersebut ke lokasinya. Realia dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaimana adanya, tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan
kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya. Ciri media realia yang asli adalah benda yang masih dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya, dan dapat dikenali sebagai wujud aslinya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perlu dilakukan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas IV
SDN 1 Tanjungsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan melalui media realia.
1.2Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang terdapat di dalam latar belakang tersebut diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Guru hanya menjelaskan dan mendiktekan materi kepada siswa. Guru belum menggunakan media pembelajaran di dalam kegiatan belajar
4
2. Aktivitas siswa kelas IV SDN 1 Tanjungsari Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan rendah. Siswa terlihat hanya diam mengamati penjelasan guru, tidak ada siswa yang bertanya ataupun menjawab pertanyaan guru.
Beberapa siswa terlihat bergurau dengan siswa lain.
3. Berdasarkan data nilai mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 1 Tanjungsari, terdapat 44.8% siswa belum tuntas mencapai nilai prestasi
belajar sesuai dengan KKM yaitu <65..
1.3Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah aktivitas belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Tanjungsari dapat
ditingkatkan melalui penggunaan media realia?
2. Apakah prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Tanjungsari dapat
ditingkatkan melalui penggunaan media realia?
1.4Tujuan Penelitian
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Tanjungsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatang melalui
penggunaan media realia.
2. Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Tanjungsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatang melalui
1.5Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan antara lain: 1. Bagi siswa
Untuk meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar melalui penggunaan media realia pada pembelajaran IPA.
2. Bagi guru
Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru di Sekolah Dasar mengenai media-media pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
kemampuan kompetensi guru dalam mencapai tujuan pendidikan. 3. Bagi sekolah
Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam meningkatkan mutu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama
proses belajar mengajar. Kegiatan–kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,
mengerjakan tugas–tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal
ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya
pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
2.1.1 Pengertian Aktivitas Belajar
Aktivitas siswa merupakan salah satu faktor penting dalam proses belajar mengajar, karena aktivitas merupakan pergerakan secara
pembelajaran tidak akan efektif dan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara maksimal.
Belajar yang berhasil mestilah melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Ramayulis (2008:242) mengatakan, “Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya
itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal, sekaligus mengikuti proses pengajaran (proses perolehan hasil pembelajaran) secara aktif”.
Guru adalah sumber daya yang berperan untuk menciptakan
pembelajaran yang efektif untuk mengarahkan siswa untuk aktif dalam berbagai macam kegiatan pembelajaran, karena siswa adalah subjek dari pendidikan itu sendiri. Pembelajaran yang efektif akan
selalu mengarahkan siswa pada aktivitas yang mampu merangsang semua potensi siswa untuk berkembang sampai pada tahap yang
optimal. Aktivitas belajar siswa dilakukan oleh oleh dua faktor yaitu psikis dan fisik.
Ramayulis (2008:242) lebih lanjut mengatakan, “Pada saat peserta
didik aktif jasmaninya, dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu sebaliknya, karena keduanya merupakan satu kesatuan, dua keping satu mata uang”.
Siswa memiliki “prinsip aktif” di dalam dirinya masing-masing yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan
8
modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati dimana siswa belajar sambil bekerja”. Dengan bekerja, siswa memperoleh
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai.
Sedangkan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (2005:1) yang menyatakan bahwa, “Belajar adalah
suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain kemampuan”.
Hamalik (2009:36) mengatakan, “Belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan”. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni
mengalami.
Berdasarkan pengertian aktivitas dan belajar yang telah dikemukakan
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku.
2.1.2 Manfaat Aktivitas dalam Pembelajaran.
Hamalik (2009:91) mengemukakan bahwa, penggunaan asas aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu, antara lain: 1. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami
sendiri.
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa. 3. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang
pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.
4. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual.
5. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mufakat.
6. Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat dan hubungan antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa
7. Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistis dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.
8. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.
2.1.3 Jenis-Jenis Aktivitas Belajar
Proses belajar seseorang dipengaruhi situasi. Situasi akan
menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas
belajar apa yang dilakukan kemudian.
Menurut Dierich (dalam Hamalik, 2009:90), jenis–jenis aktivitas dibagi dalam delapan kelompok sebagai berikut:
1. Kegiatan–kegiatan visual
10
2. Kegiatan–kegiatan lisan (oral)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.
3. Kegiatan–kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
4. Kegiatan–kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan– bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
5. Kegiatan–kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. 6. Kegiatan–kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alat–alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, mencari dan berkebun.
7. Kegiatan–kegiatan mental
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor–faktor, melihat hubungan–hubungan dan membuat keputusan.
8. Kegiatan–kegiatan emosional
Minat, membedakan, berani, tenang dan lain–lain.
Dari berbagai penjelasan yang telah diuraikan di atas, aktivitas belajar
merupakan kegiatan–kegiatan yang terjadi yang dilakukan secara fisik ataupun non fisik yang merupakan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan sebagai hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.
2.2 Prestasi Belajar
Proses pembelajaran yang telah dilaksanakan tentunya akan memperoleh suatu hasil yang dikatakan sebagai prestasi belajar. Siswa yang mempunyai
berbeda dengan seorang siswa yang mempunyai kemampuan kognitif rendah. Hal tersebut didukung oleh pendapat Tulus Tu‟u (2004:75) yang mengatakan, “Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan
tugas atau kegiatan tertentu. Selain itu prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.
Hamalik (2009:159) menyatakan, “….prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa”.
Prestasi belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
2. Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi dan analisis serta evaluasi.
3. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan
ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, prestasi
12
2.3Media Pembelajaran
2.3.1 Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
Fathurrohman & Sutikno (2009:65) menyatakan bahwa, “kata media
berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟, atau „pengantar‟ atau dengan kata lain media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan.
Sedangkan menurut Briggs dalam Asyhar (2011:7), “media adalah
sarana fisik yang digunakan untuk mengirim pesan kepada peserta didik sehingga merangsang mereka untuk belajar”.
Menurut Asyhar (2011:6), kata pembelajaran merupakan terjemahan
dari istilah Bahasa Inggris yaitu „instruction‟ diartikan sebagai proses
interaktif antara guru dan siswa yang berlangsung secara dinamis.
Media pembelajaran, menurut Gerlach & Ely dalam (Asyhar, 2011:7) memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk manusia, materi
atau kajian yang membangun suatu kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media pembelajaran mencakup semua sumber yang diperlukan untuk
juga termasuk salah satu bentuk media pembelajaran sehingga menjadi kajian strategi penyampaian pembelajaran.
Berdasarkan pengertian di atas, media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan
pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.
2.3.2 Pengaruh Media dalam Pendidikan
Media di dalam pendidikan, mempunyai peranan besar yang
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Miarso, dkk dalam Ramayulis (2008:212) menyatakan bahwa “media itu mempunyai nilai-nilai praktis yang berupa kemampuan antara lain: (1) membuat konkrit konsep yang abstrak, (2) membawa obyek yang sukar didapat ke dalam lingkungan belajar siswa, (3) menampilkan obyek yang terlalu besar, (4) menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang, (5) mengamati gerakan yang terlalu cepat, (6) memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa, (7) membangkitkan motivasi belajar siswa dan (8) menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan”.
Pendapat tersebut menjelaskan bahwa media digunakan oleh guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran karena media memiliki kemampuan untuk memperlihatkan konsep materi yang masih bersifat
samar-samar kepada siswa menjadi sebuah bentuk yang nyata yang dapat memperjelas konsep maupun obyek ilmu yang sukar didapat, atau terlalu besar maupun yang tidak dapat dilihat dengan mata
14
Media juga memiliki kemampuan untuk merangsang motivasi belajar siswa dari sajian informasi yang menarik sehingga dapat menciptakan
persepsi pengalaman belajar berdasarkan keseragaman pengamatan. Selain memiliki kemampuan-kemampuan, tentu saja media memiliki
kegunaan yang mampu mengatasi kesulitan siswa dalam memahami materi pelajaran yang sulit.
Hal ini dikatakan Muhammad dalam Ramayulis (2008:212) bahwa “kegunaan media antara lain adalah: (1) mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit, (2) mampu mempermudah pemahaman dan menjadikan pelajaran lebih hidup dan menarik, (3) merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan menelaah dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari sesuatu, (4) membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat, memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran, serta (5) menimbulkan kekuatan ingatan, perhatian, mempertajam indera, melatihnya, memperhalus perasaan dan cepat belajar”.
Dengan demikian apabila pendidikan memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran tersebut di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar maka siswa akan memiliki pemahaman
yang bagus tentang materi yang didapatkan 2.3.3 Media Realia
Media realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar. Pemanfaatan media realia tidak harus dihadirkan secara nyata dalam ruang kelas, melainkan dapat juga dengan cara
mengajak siswa melihat langsung (observasi) benda nyata tersebut ke lokasinya. Realia dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam
pengubahan kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya. Ciri media realia yang asli adalah benda yang masih dalam keadaan utuh,
dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya, dan dapat dikenali sebagai wujud aslinya. Media realia sangat bermanfaat
terutama bagi siswa yang tidak memiliki pengalaman terhadap benda tertentu. Misalnya untuk mempelajari binatang langka, siswa diajak melihat badak yang ada di kebun binatang. Selain observasi dalam
kondisi aslinya, penggunaan media realia juga dapat dimodifikasi. Modifikasi media realia bisa berupa: potongan benda (cutaways), benda contoh (specimen), dan pameran (exhibid).
Cara potongan (cutaways) adalah benda sebenarnya tidak digunakan secara utuh atau menyeluruh, tetapi hanya diambil sebagian saja yang
dianggap penting dan dapat mewakili aslinya. Misalnya binatang langka hanya diambil bagian kepalanya saja. Benda contoh (specimen)
adalah benda asli tanpa dikurangi sedikitpun. Yang dipakai sebagai contoh untuk mewakili karakter dari sebuah benda dalam jenis atau kelompok tertentu. Misalnya beberapa ekor ikan hias dari jenis
tertentu, yang dimasukkan dalam sebuah toples berisi air untuk diamati di dalam kelas. Pameran (exhibit) menampilkan benda-benda
tertentu yang dirancang seolah-olah berada dalam lingkungan atau situasi aslinya. Misalnya senjata-senjata kuno yang masih asli ditata dan dipajang seolah-olah mengambarkan situasi perang pada jaman
16
Secara teori, penggunaan media realia ini banyak kelebihannya, misalnya dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Namun
dalam prakteknya banyak benda-benda nyata yang tidak mudah dihadirkan dalam bentuk yang sebenarnya yang disebabkan oleh
keterbatasan-keterbatasan tertentu. Oleh karena itu perlu ada jenis media lain sebagai penggantinya, seperti dijelaskan berikut ini.
Hal lain yang penting diperhatikan dalam menggunakan realia sebagai
media pembelajaran adalah
1. Berikan kesempatan yang besar agar siswa dapat berinteraksi
langsung dengan benda yang saling dipelajari.
2. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mempelajari objek sebagai sumber informasi dan pengetahuan.
3. Berikan siswa kesempatan untuk mencari informasi sebanyak mungkin yang berkaitan dengan objek yang sedang dipelajari.
4. Hindari hal-hal yang tidak diinginkan atau risiko yang akan dihadapi siswa pada saat mempelajari realia
2.4Pembelajaran IPA
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
Ilmu pengetahuan alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta–fakta, konsep–konsep, atau prinsip–prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam kehidupan sehari–hari (Depdiknas, 2007:484)
Hardini dan Puspitasari (2012:151) menyatakan bahwa, mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Meningkatkan pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Di dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Strategi berarti rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus, di dalam strategi tersebut guru juga harus mempersiapkan media pembelajaran yang inovatif, praktis, menarik dan ekonomis.
Media pembelajaran digunakan disesuaikan dengan ruang lingkup bahan kajian IPA, seperti yang ditulis dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
18
Depdiknas (2007:485) menyatakan bahwa ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek–aspek berikut:
1. Mahluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat–sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat dan
gas.
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda–benda langit lainnya.
2.5Hipotesa Tindakan
Berdasarkan kajian teori di atas maka dirumuskan hipotesis penelitian “Jika
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Tanjungsari Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan. 2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran IPA di
kelas IVB. 3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVB SDN 1 Tanjungsari yang
berjumlah 29 Orang yaitu laki-laki berjumlah 14 orang dan perempuan 15 orang.
4. Faktor yang Diamati
Faktor yang diamati dalam penelitian ini adalah:
a. Faktor siswa, yaitu aktivitas dan prestasi belajar IPA.
20
3.2 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 1. Tahap Perencanaan
a. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua tindakan dengan tahapan: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi.
b. Kelas penelitian yaitu kelas IVB. Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari sampai dengan Februari 2013. Pelaksanaan pembelajaran
diamati oleh observer, refleksi dan kolaborasi dilakukan setiap selesai pemberian tindakan.
c. Menyusun rencana pembelajaran
d. Menyiapkan alat bantu pembelajaran berupa media realia e. Menyiapkan instrumen penelitian
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan setiap siklus secara umum mengikuti prosedur
sebagai berikut:
a. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah disiapkan.
b. Melaksanakan pengamatan terhadap siswa oleh observer.
c. Mencatat semua peristiwa selama pembelajaran dengan instrumen
penelitian.
d. Mengumpulkan data hasil pengamatan dari observer.
3. Tahap Pengamatan
Pengamatan tindakan ini berkolaborasi dengan teman sejawat
mengidentifikasi kegiatan dan prestasi belajar siswa serta observasi kinerja guru/peneliti dilanjutkan wawancara/Tanya jawab dengan siswa
menggunakan alat penilaian sebagai berikut: a. Lembar observasi aktivitas siswa
b. Lembar observasi kinerja guru
c. Lembar evaluasi belajar siswa. 4. Refleksi
a. Mengetahui hasil tindakan untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan tindakan dengan cara menganalisis apakah tindakan yang dilakukan telah tepat, jika belum maka peneliti bersama-sama wali
kelas mencari upaya lain dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang terjadi di kelas.
b. Mengkaji dengan teliti hal-hal yang menyimpang dan mengontrol apa yang diharapkan, mempertimbangkan dan mencari solusi tindakan siklus berikutnya. Upaya melakukan pencegahan agar tidak terjadi
22
Realia 3.1 Tahap-Tahap Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto. Dkk, 2008)
3.3 Instrumen Penelitian
1. Penilaian aktivitas belajar siswa yang akan dilakukan dengan mengisi
instrument format pengamatan mencakup indikator-indikator sebagai berikut:
a. Melihat dan mengamati benda realia yang ditunjukkan oleh guru b. Bertanya
c. Mengemukakan pendapat
Kemudian ditetapkan skor penilaian sebagai berikut: 1 = Sangat kurang
2 = Kurang 3 = Cukup
4 = Baik 5 = Amat Baik
Berdasarkan hasil dari skor penilaian per indikator, maka ditentukan
kriteria sebagai berikut: 5 = Amat Baik
4 = Baik
3 = Cukup Baik 2 = Kurang Baik
1 = Sangat Kurang Baik
2. Penilaian kinerja guru dengan menggunakan instrument yang terdiri dari 3
tahap kegiatan belajar mengajar, yaitu tahap pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup dan terdiri dari 20 aspek yang diamati dengan skor penilaian 0 s.d 100.
Berdasarkan skor tersebut ditetapkan kriteria penilaian aktivitas kinerja guru sebagai berikut:
Nilai 76 s/d. 100 = Sangat Baik Nilai 66 s/d. 75 = Baik
Nilai 56 s/d. 65 = Kurang Baik Nilai 50 s/d. 55 = Tidak Baik
24
3. Penilaian prestasi belajar dari masing-masing tindakan evaluasi yaitu terdiri dari soal uraian.
3.4 Jenis Data dan Cara Pengambilannya
Untuk mengambil data dalam penelitian ini dengan cara sebagai berikut: 1. Observasi pra penelitian dengan tujuan untuk memahami kondisi
permasalahan awal.
2. Pelaksanaan siklus, yang meliputi tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
3. Melakukan evaluasi terhadap prestasi belajar siswa. 4. Observasi aktivitas belajar siswa
5. Observasi kinerja guru
3.5 Teknik Analisis Data
Penentuan bentuk analisis data yang digunakan adalah analisis deskripsi kualitatif.
Suatu metode penelitian yang bersifat memberikan kenyataan atau fakta sesuai
dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa juga untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan
pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. (Aqib. Dkk, 2009:40).
Untuk analisis tingkat keberhasilan aktivitas belajar siswa, aktivitas kinerja
berlangsung pada tiap siklusnya, dihitung dengan menggunakan statistik sederhana berikut ini.
1. Aktivitas Belajar Siswa
Menentukan tingkat persentase aktivitas belajar siswa dengan menggunakan
rumus Sudjiono (2009:43) sebagai berikut:
Keterangan:
f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of Case (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
P = Angka persentase
2. Aktivitas Kinerja Guru
Rumus yang digunakan adalah rumus sederhana sebagai berikut: Jumlah Skor : 20 Aspek yang diamati.
3. Penilaian hasil belajar (rata–rata)
Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif diambil dari rata–rata nilai tes yang diperoleh setiap akhir siklus
(Aqib. Dkk, 2009:40)
Keterangan:
= Nilai rata-rata
= Jumlah semua nilai siswa
26
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar, digunakan rumus sebagai berikut 9Aqib. Dkk, 2009:41)
3.6 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut:
1. Aktivitas belajar siswa mencapai tingkat keberhasilan minimal 75% pada kriteria baik.
2. Aktivitas kinerja guru mencapai tingkat keberhasilan minimal pada kriteria nilai 76 s.d 100 (Sangat Baik).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran yang menggunakan media realia dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar siswa. Hal ini didasarkan pada temuan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan menggunakan media realia dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa khususnya kelas IV SDN 1 Tanjungsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
2. Pembelajaran dengan menggunakan media realia dapat meningkatkan
prestasi belajar IPA khususnya siswa kelas IV SDN 1 Tanjungsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
3. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus 1 sampai siklus 2 telah mencapai target keberhasilan penelitian
yaitu telah terjadi penurunan hasil aktivitas belajar dari siklus 1 pada kriteria cukup 86.20% dipertemuan 1 berkurang pada pertemuan 2 menjadi 65.5%. kemudian pada siklus 2 menjadi 24.1% dan pertemuan 2
52
menjadi 34.5% kemudian siklus 2 menjadi 72.4% dan 65.5% pada pertemuan 2. Peningkatan ini terjadi juga pada kriteria aktivitas belajar
amat baik, yaitu 0% pada siklus 1 dan menjadi 27.6% diakhir siklus 2 pertemuan 2. Pencapaian nilai prestasi belajar pada siklus 1 siswa yang
tuntas 41.4% dan pada pertemuan 2 62.1% sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 72.4% dan pada pertemuan 2 menjadi 86.2% siswa telah mencapai KKM 65. Dari hasil penelitian tindakan kelas tersebut
dapat disimpulkan bahwa penggunaan media realia dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.
5.2 Saran
Sehubungan dengan kesimpulan pada penelitian ini, peneliti mengemukakan
saran kepada guru IPA, dalam hal ini guru kelas IV SDN 1 Tanjungsari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, penggunaan media realia dapat dijadikan salah satu alternatif guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas.
2. Guru perlu menggunakan media pembelajaran bervariasi untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan memotivasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
materi-materi yang akan meningkatkan prestasi belajar siswa secara kognitif, afektif dan psikomotorik.
4. Kepada pihak sekolah agar memfasilitasi guru dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya dalam usaha untuk mencapai
54
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK. Yrama Widya, Bandung
Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Gaung Press, Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta
Departemen Pendidikan Nasioanal. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pustaka Chandra, Jakarta
Hakim, Thursan. 2005. Belajar Secara Efektif. Puspa Iswara, Jakarta
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara, Jakarta
Hardini, Isriani & Puspitasari, Dewi. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep dan Implementasi). Familia, Yogyakarta
Ramayulis. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia, Jakarta
Setiawan, Didang. 2006. Karakteristik Media. http://makalahpendidikan-sudirman.blogspot.com/2012/02/karakteristik-media.html.
Sudjiono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Rajawali Pers, Jakarta Tu'u. Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Prilaku dan Prestasi Siswa. Gramedia,