• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI MARKETING POLITK RIDHO FICARDO – BAKHTIAR BASRI MELALUI MEDIA CETAK PADA PEMILIHAN GUBERNUR LAMPUNG PERIODE 2014-2019 (Studi pada Harian Lampung Post dan Radar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI MARKETING POLITK RIDHO FICARDO – BAKHTIAR BASRI MELALUI MEDIA CETAK PADA PEMILIHAN GUBERNUR LAMPUNG PERIODE 2014-2019 (Studi pada Harian Lampung Post dan Radar Lampung)"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

STRATEGY OF POLITICAL MARKETING RIDHO FICARDO-BAKHTIAR BASRI

THROUGH PRESSED MEDIA

ON LAMPUNG’S GOVERNOR ELECTION PERIOD 2014-2019 (Study On Lampung Post and Radar Lampung)

By

RETNO MAHDITA PUTRI

The number of readers of print media has declined raises its own concerns for

candidates to promote themselves . Many other more modern media such as the

internet which can be used by candidates as media campaigns more effective . The

purpose of this study was to determine what political marketing strategy used by

Ridho Ficardo and winning team as a candidate for Governor of Lampung period

2014-2019 conducted by Daily Post and Radar Lampung Lampung . This type of

research in this study was a descriptive study with a qualitative approach .

The results showed that Ridho Ficardo - Bakhtiar Basri and the winning team use

some political marketing strategies include media selection strategy ( Post and

Radar Lampung Lampung ) , brand building strategy and tagline ( the use of

clothing and jargon typical of " giving and serving " ) and strategy news writing (

a. Strategy publication by disseminating information through a news or an activity

(2)

choosing the candidates in the election , b . Strategies persuasive done to persuade

and encourage people to vote for candidates by making positive public opinion so

favorable to the candidate , c . Strategies argument is made in anticipation of

negative news published about the candidates , so that public opinion remains in a

favorable position , d . Strategy imaging is made to keep the image remains good

candidates so that the public interest in terms of emotional to vote on the selection

of candidates.

(3)

ABSTRAK

STRATEGI MARKETING POLITIK RIDHO FICARDO-BAKHTIAR BASRI

MELALUI MEDIA CETAK PADA PEMILIHAN GUBERNUR LAMPUNG PERIODE 2014-2019

(Studi pada Harian Lampung Post dan Radar Lampung)

Oleh

RETNO MAHDITA PUTRI

Jumlah pembaca media cetak yang semakin menurun menimbulkan kekhawatiran

tersendiri bagi kandidat untuk mensosialisasikan dirinya. Banyak media lain yang

lebih modern seperti internet yang bisa dimanfaatkan oleh kandidat sebagai media

promosi yang lebih efektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi

marketing politik apa yang digunakan oleh Ridho Ficardo dan tim pemenangan

sebagai kandidat Gubernur Lampung periode 2014-2019 yang dilakukan melalui

Harian Lampung Post dan Radar Lampung. Jenis penelitian dalam penelitian ini

adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ridho Ficardo – Bakhtiar Basri dan tim

pemenangan menggunakan beberapa strategi marketing politik antara lain strategi

pemilihan media (Lampung Post dan Radar Lampung), strategi brand building

dan tagline (penggunaan ciri khas pakaian dan jargon “memberi dan melayani”)

(4)

informasi melalui suatu berita atau suatu kegiatan, tujuannya membuat

masyarakat menjadi akrab dengan sosok kandidat tersebut, sehingga memilih

kandidat tersebut pada pemilihan, b. Strategi persuasif dilakukan untuk membujuk

dan mengajak masyarakat memilih kandidat dengan cara membuat opini publik

yang positif sehingga menguntungkan bagi kandidat tersebut, c. Strategi

argumentasi dibuat untuk mengantisipasi berita negatif yang terbit mengenai

kandidat, sehingga opini publik tetap berada pada posisi yang menguntungkan, d.

Strategi pencitraan dibuat untuk menjaga citra kandidat tetap baik sehingga

masyarakat tertarik dari segi emosional untuk memilih kandidat tersebut pada

pemilihan.

(5)
(6)

STRATEGI MARKETING POLITK RIDHO FICARDO – BAKHTIAR BASRI MELALUI MEDIA CETAK PADA PEMILIHAN GUBERNUR LAMPUNG

PERIODE 2014-2019

(Studi pada Harian Lampung Post dan Radar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

RETNO MAHDITA PUTRI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Kerangka Pikir... 34

Gambar 2. Struktur Organisasi Tingkat Pusat ... 51

Gambar 3. Struktur Organisasi Tingkat Daerah ... 52

Gambar 4. Struktur Organisasi PT. Masa Kini Mandiri (Lampung Post) .. 58

Gambar 5. Struktur Organisasi Bidang Redaksi Surat Kabar Harian

Lampung Post ... 59

Gambar 6. Foto Ridho Ficardo – Bakhtiar Basri pada Harian Lampost ... 70

Gambar 7. Contoh Surat Suara Pemilihan Gubernur Lampung

Tahun 2014 ... 70

Gambar 8. Ridho Ficardo dan Istri pada Pemilihan Gubernur Lampung Tahun 2014 ... 71

(8)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi ... 11

1. Definisi Strategi ... 11

2. Strategi Politi ... 12

3. Strategi Pendekatan Pasar ... 13

4. Menetapkan Strategi Penulisan Berita (Pesan) ... 13

B. Media Massa ... 15

1. Definisi Media Massa ... 15

2. Karakter Media Massa ... 17

3. Fungsi Media Massa ... 18

4. Kekuatan Media Massa ... 21

5. Strategi Media ... 24

6. Media Massa Cetak (Pers dan Surat Kabar) ... 25

C. Pemasaran Politik (Political Marketing) ... 27

1. Definisi Political Marketing ... 27

(9)

G. Teknik Pengolahan data ... 40

H. Teknik Analisis Data... 41

IV. GAMBARAN UMUM A. Partai Demokrat ... 43

1. Sejarah Partai Demokrat ... 43

2. Visi Partai Demokrat ... 46

3. Misi Partai Demokrat ... 46

4. Tujuan dan Fungsi Partai Demokrat ... 46

5. Keanggotaan dan Sistem Kaderisasi Partai ... 48

6. Dewan Pimpinan Daerah (DPD) ... 49

7. Struktur Organisasi Partai Demokrat ... 51

B. Lampung Post ... 53

1. Visi Lampung Post ... 55

2. Misi Lampung Post ... 55

3. Profil Perusahaan ... 55

4. Produk-Produk Surat Kabar Harian Lampung Post ... 56

5. Struktur Organisasi ... 55

C. Gambaran Umum Informan ... 60

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Strategi marketing politik Ridho Ficardo dan Bakhtiar Basri Melalui media cetak pada Pemilihan Gubernur Provinsi Lampung Periode 2014 – 2019 ... 63

1. Strategi Pemilihan Media ... 64

2. Strategi Brand Building dan Tagline ... 68

3. Strategi Penulisan Berita ... 73

a. Strategi Publikasi (Strategy of publicity) ... 73

b. Strategi Persuasif (Strategy of persuasition)... 86

c. Strategi Argumentasi (Strategy of argumentation) ... 95

d. Strategi Pencitraan (Strategy of images) ... 99

e. Analisis Strategi Publikasi, Persuasi, Argumentasi dan Pencitraan ... 109

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Tingkat Keterbukaan Informasi Publik di provinsi Lampung ... 4

Tabel 2. Jumlah Konsumen Old media dan New Media ... 9

Tabel 3. Tabel Analisis Harian Lampung Post Edisi 23 Mei

2014 – 5 April 2014 Mengenai Strategi Publikasi ... 81

Tabel 4. Tabel Analisis Harian Radar Lampung Edisi 23 Mei

2014 – 5 April 2014 Mengenai Strategi Publikasi ... 84

Tabel 5. Tabel Analisis Harian Lampung Post Edisi 23 Mei

2014 – 5 April 2014 Mengenai Strategi Persuasif ... 90

Tabel 6. Tabel Analisis Harian Radar Lampung Edisi 23 Mei

2014 – 5 April 2014 Mengenai Strategi Persuasif ... 93

Tabel 7. Tabel Analisis Harian Radar Lampung Edisi 23 Mei

2014 – 5 April 2014 Mengenai Strategi Argumentasi ... 98

Tabel 8. Tabel Analisis Harian Lampung Post Edisi 23 Mei

2014 – 5 April 2014 Mengenai Strategi Pencitraan ... 103

Tabel 9. Tabel Analisis Harian Radar Lampung Edisi 23 Mei

2014 – 5 April 2014 Mengenai Strategi Pencitraan ... 105

(11)
(12)
(13)

MOTO

Lakukan yang terbaik dan yang terbaik akan datang kepadamu

(Dino Patti Djalal)

Hidup memang harus diperjuangkan, tetapi terlalu memaksakan

sesuatu hanya akan membuat perjuangan hidup terasa lebih

melelahkan.

Doa adalah kekuatan terbesar yang dimiliki manusia.

(Retno Mahdita Putri)

Live just like a birthday cake, take a piece and enjoy it.

Don’t be greedy.

(14)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada

Ayah dan Ibu Tercinta, yang telah mendoakan dan

menyayangiku sepenuh hati serta mendukung dengan

penuh keikhlasan

Adikku tersayang, Muhammad Aditya Nugraha

Seluruh keluarga besar yang telah mendukungku

Sahabat-sahabat yang selalu menghadirkan

kebahagiaan, terimakasih karena kalian telah menjadi

bagian dari kehidupanku

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung pada

tanggal 02 Oktober 1992. Penulis merupakan putri pertama

dari dua bersaudara pasangan Bapak Kodir., S.Pd dan Ibu

Daryanti. Penulis menempuh pendidikan formal di SD Negeri

I Tanjung Senang pada tahun 1998 dan menyelesaikan

studinya pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah

Menengah SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007

dan melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 5 Bandar Lampung yang selesai

pada tahun 2010.

Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Ilmu pemerintahan,

Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik, Universitas Lampung melalui jalur

SNMPTN. Pada awal tahun 2013 penulis mengikuti pengabdian kepada

masyarakat melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kedaton,

Kabupaten Way Kanan.

Selama menjadi mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung, penulis pernah mengikuti beberapa organisasi internal kampus antara

lain Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Pemerintahan dan Lingkar Studi

(16)

SANWACANA

Bismillahirohmanirohim.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rangkaian perkuliahan di Jurusan Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang

ditutup dengan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Strategi Marketing

Politik Ridho Ficardo – Bakhtiar Basri Melalui Media Cetak pada Pemilihan

Gubernur Periode 2014-2019” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana di Universitas Lampung.

Penulis menyadari banyak kesulitan yang dihadapi dari awal pengerjaan hingga

penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan, bimbingan dan saran dari

berbagai pihak, terutama dosen pembimbing, akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada pihak-pihak berikut:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan selaku Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas lampung.

2. Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas

Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Lampung.

(17)

memberikan motivasi dan saran yang sangat berguna bagi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Arizka Warganegara, S.IP, M.A selaku dosen pembimbing kedua yang

yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan serta

saran-saran yang sangat berguna bagi penulis untuk mencapai gelar sarjana

bagi penulis.

6. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A selaku dosen penguji yang telah memberikan

begitu banyak masukan serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

7. Seluruh dosen pengajar di Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung

yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan.

8. Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan dan Petugas Ruang Baca.

9. Seluruh Pihak DPD Partai demokrat Lampung dan seluruh pihak Surat Kabar

Harian Lampung Post yang telah memberikan izin penelitian sehingga penulis

dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

10. Seluruh informan yang telah bersedia memberikan informasi sehingga penulis

dapat melaksanan penelitian ini.

11. Teristimewa untuk Ayah, Ibu dan Adikku tersayang, yang telah mendoakan,

mendidik, mendukung serta memberikan kasih sayang dan mendoakanku

(18)

begitu mengesankan bersama kalian.

13. Seluruh keluarga besar yang telah mendukungku. Mbah Putri, Mbah Kakung,

Alm. Niyai, Alm. Bakas, Tante, Om, Mami, Te Pipi, Yuk Diah, Jun, Lek Eka,

Ira, Dina, Indie, Fahri, Javi dan Naura yang selalu seru dan rame.

14. Sahabat segala musim yang tanpa lelah memberikan senyum semangat: Resti

Agustina, Rike Prisina, Dewi Astriya, Nur Asriani, Rini Wulandari, Ayu Mira

Asih, Eka Mala Sari, Edo Putra, Ahlan Fahriadi, Syarif, Agus Priyadi (Sule).

Terimakasih atas canda, tawa, suka, duka, pelajaran serta perjuangan hidup

yang masih kita perjuangkan bersama.

15. Teman-teman dan Guru SD Negeri I Tanjung Senang: Siti, Suci, Yeni I, Yeni

2, Tyas, Diah, Gita, Yuni, Seprika, Ipung, Ucim, Ridho, David, Ican. Bu Kus,

Bu Al, Bu Mis. Terimakasih telah menjadi awal dari cerita hidup saya.

16. Teman-teman Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP UNILA angkatan 2010. Fitri,

Bety, Anggi, Ety, Dinda, Ocha, Arsi, Yurike, Novi, Dita, Mbak Uli, Rendra,

Oci, Ricky, Harizon, Pangky, Ade, Alam, Tano, Cakra, Uda, Novrico, Ido,

Adit, Robi, Jaseng, Tiffany, Putra, Riska Mbok, Ajeng, Dwi, Oktia, Yusi,

Dwi K, Deo, Tami, Eta, Jepe, Yoan, Siska, Anta, Adit 2, Muhdi, Rangga,

Ryan, Andrialius, Mawat, Radit, Dani, Tiara, Caca, Anis, Anggesti, Komang,

Budi, Eko, Angga, Okta, Eky, Dimas, Viol, Leo, Kevin, Gandi, Iin.

Terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

17. Abang dan Mbak senior IP: Bang Lian, Bang Madan, Mbak Seli, Mbak

(19)

Wili, Bang Pepen, Bang Veny, Bang Nora, Bang Riski, Bang Dedi, Ucok,

Adit, Satria.

19. Teman-teman SMA Negeri 5 Bandar Lampung: Sisca Puspita Sari Nasution,

Suci Izzati, Jelita Noviantina, Fadhilah Asih, Dwi Yulida Sari, Dita Resti,

Ferdita Aprilia, Laila Sagita, Liling Cahyani, Vera Novra, Sinta Agustina,

Nikko Prima, Erik Putra, Ferdy Arian, Ahmad Dian dan Ghali Bil Ridho.

Terimakasih telah memberi warna tersendiri di masa putih abu-abuku.

20. Bu Lia (Lampost), Bang Junet “Koran samping BNI”, serta rekan-rekan yang

telah berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung, terima kasih

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT

selalu memberikan balasan yang lebih besar untuk Bapak, Ibu dan

teman-teman semua. Hanya ucapaan terima kasih dan doa yang bisa penulis berikan.

Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Oktober 2014

Penulis

(20)
(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Marketing politik adalah salah satu kegiatan yang penting dilakukan dalam

pemilihan. Marketing politik digunakan untuk memperkenalkan kandidat

kepada masyarakat agar masyarakat lebih mengenal kandidat tersebut. Jika

seorang kandidat sudah dikenal oleh masyarakat tentu akan memudahkan

kandidat tersebut dalam memperoleh suara. Untuk itu marketing politik

merupakan kegiatan utama yang harus dilakukan seorang kandidat sebelum

mencalonkan diri di dalam kegiatan politik.

Arifin (2014:232) menyatakan bahwa marketing politik dipahami sebagai

proses penyebaran ide atau gagasan politik dengan menggunakan konsep dan

prinsip pemasaran komersial. Secara substansial isu politik sangat berbeda

dengan produk komersial karena sebuah isu politik berkaitan dengan nilai dan

ideologi, bukan sebuah produk yang diperjualbelikan, sehingga penerapan

konsep pemasaran yang dilakukan dalam ranah politik harus tetap mengacu

pada nilai-nilai yang terdapat dalam dunia politik.

Konsep marketing politik memang termasuk isu yang baru dalam ranah

politik di Indonesia. Tetapi, pada dasarnya konsep marketing politik telah

(22)

Wring dalam Firmanzah (2008: 149-150) menyatakan bahwa aktivitas

political marketing sesungguhnya telah lama dilakukan semasa periode

pemilu di Inggris tahun 1929. Partai konservatif adalah partai pertama yang

menggunakan agen biro (Holford-Bottomley Adevertising Servise) dalam

membantu mendesain dan mendistribusikan poster dan pamflet. Rothscild

dalam Firmanzah (2008: 150) menunjukkan bahwa iklan berperan aktif dalam

pemilihan Presiden Amerika Serikat semenjak era Presiden Abraham Licoln

(1984).

Pernyataan tersebut membuktikan bahwa sebenarnya marketing politik telah

lama dilakukan dan terbukti berhasil pada pemilu di Inggris. Hal ini

menunjukkan bahwa marketing politik penting agar masyarakat lebih

mengenal kandidat dan mengetahui visi misi serta program-program yang

ditawarkan kandidat.

Kegiatan marketing politik tidak dapat dipisahkan dari strategi apa yang harus

dilakukan dalam kegiatan marketing politik tersebut. Strategi dilakukan untuk

mengetahui langkah apa saja yang dapat dilakukan dalam mensosialisasikan

seorang kandidat. Marketer politik, misalnya tim pemenangan harus

menyiapkan strategi yang tepat agar marketing politik yang dilakukan tepat

sasaran dan dapat menguntungkan kandidat.

Berdasarkan pendapat Moesafa (2008:158) menjelaskan bahwa strategi

adalah segala rencana dan tindakan yang dilakukan untuk memperoleh

(23)

kekuatan dan potensi suara yang akan diperoleh serta mengetahui metode

pendekatan yang dibutuhkan kepada pemilih.

Ada banyak strategi yang dapat digunakan dalam kegiatan marketing politik.

Pada era globalisasi seperti sekarang ini terdapat banyak media yang dapat

dimanfaatkan oleh kandidat untuk mempromosikan diri. Media televisi, radio

bahkan internet sudah sangat berkembang dan bisa digunakan sebagai strategi

pemenangan seorang kandidat. Sekian banyak media yang dapat

dimanfaatkan, salah satunya adalah media cetak.

Tidak dapat dipungkiri bahwa media massa memberikan pengaruh yang

begitu besar dalam marketing politik. Hal tersebut sejalan dengan yang

dinyatakan oleh Klapper dalam Perdana (2012: 22) bahwa media memiliki

kemampuan untuk mempengaruhi opini publik dan perilaku masyarakat.

Menurut Negrine dalam Perdana (2012: 23) media dianggap memiliki peran

yang sangat penting dalam mentransmisi (relaying) dan menstimulasi

permasalahan politik. Inilah yang menjadi daya tarik utama media massa

khususnya harian sebagai media sosialisasi sekaligus sebagai media

pembentuk opini publik. Karena media massa cetak memiliki keunggulan,

salah satunya apabila masyarakat ingin membaca berulang-ulang kali, mereka

akan tetap bisa membacanya. Berbeda dengan tayangan televisi yang tidak

bisa diputar sesuka hati oleh audience. Media massa cetak terutama harian

memiliki kelebihan yang tidak dimilik televisi. Harian memenuhi kebutuhan

informasi tersebut secara continue. Harian yang setiap hari terbit akan

(24)

Media massa sangat dibutuhkan bagi masyarakat modern seperti pada

masyarakat perkotaan yang sangat membutuhkan akses informasi secara

cepat dan mudah. Media massa dapat memberikan pemenuhan kebutuhan

informasi bagi masyarakat. Terlebih dikota besar seperti Bandar Lampung,

mobilitas masyarakatnya yang tinggi menuntut adanya pemenuhan kebutuhan

informasi disajikan secara cepat dan mudah. Selain internet yang dapat

diakses dengan mudah, media cetak yang terbit setiap hari juga menjadi

pilihan bagi masyarakat perkotaan.

Tabel 1. Tingkat keterbukaan informasi publik di Provinsi Lampung

NO BADAN PUBLIK WEBSITE

(25)

Berdasarkan tabel tersebut, Kota Bandar Lampung tergolong sebagai badan

publik yang paling transparan diantara Kabupaten/Kota se-Provinsi

Lampung, karena telah menayangkan beberapa informasi sebagaimana

tercantum dalam UU KIP (Keterbukaan Informasi Publik). Menurut

Komisioner KI Provinsi Lampung Bidang Edukasi, Sosialisasi dan Advokasi

hasil pemeringkatan ini didasarkan pada monev dan penilaian untuk tiga poin,

yakni konten website dengan bobot maksimal 50%, visitasi dengan bobot

maksimal 20% dan keberadaan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

(PPID) dengan bobot maksimal 30%. Hal tersebut menunjukkan bahwa

media mulai dibutuhkan oleh masyarakat sebagai pemberi informasi terlebih

bagi masyarakat perkotaan. Hal tersebut yang coba dimanfaatkan oleh

beberapa kandidat untuk memasarkan diri mereka melalui media, terutama

media cetak.

Pemilihan gubernur adalah salah satu kegiatan politik akbar dimana

didalamnya terdapat kegiatan marketing politik. Bagaimana tidak, pada

pemilihan gubernur tahun 2014 yang dilaksanakan pada bulan April lalu

terdapat empat pasang kandidat yang mencalonkan diri sebagai calon

Gubernur Lampung periode 2014-2019. Banyaknya kandidat yang

mencalonkan diri membuat kandidat-kandidat tersebut harus menyiapkan

strategi marketing yang efektif agar dapat memenangkan pemilihan gubernur

tersebut. Empat pasang kandidat yang ikut serta dalam pemilihan Gubernur

Lampung pada bulan April lalu antara lain adalah Berlian Tihang-Muklis

Basri, Ridho Ficardo-Bakhtiar Basri, Herman HN-Zainudin Hasan dan

(26)

Pemilihan Gubernur Lampung adalah salah satu wadah nyata dimana

marketing politik dapat dilaksanakan. Seperti yang kita ketahui, dalam sebuah

pemilihan kandidat-kandidatnya saling berlomba dalam menyiapkan strategi

marketing agar dapat memperoleh suara terbanyak dan memenangkan

pemilihan. Pemilihan gubernur tersebut menjadi ajang dimana masyarakat

bisa melihat strategi siapa yang paling efektif dan menguntungkan bagi

kandidat.

Keempat pasang calon tersebut tentu memiliki strategi marketing politik

masing-masing dalam mensosialisasikan diri mereka, namun salah satu

pasangan calon gubernur yang memiliki strategi marketing dengan

memanfaatkan media cetak adalah Ridho Ficardo dan Bakhtiar Basri. Ridho

Ficardo-Bakhtiar Basri sangat intens dalam mensosialisasikan diri mereka di

media cetak.

Seperti yang kita ketahui, Ridho Ficardo dan Bakhtiar Basri telah

membuktikan kehebatan marketing politik media massa di ranah politik.

Popularitas pasangan ini terutama Ridho Ficardo, sangat terangkat berkat

pemasaran di media massa cetak. Tampilnya wajah Ridho Ficardo setiap hari

di media cetak menjadikan Ridho banyak dikenal oleh masyarakat Lampung

sebagai calon Gubernur Provinsi Lampung periode 2014-2019.

Seringnya media cetak lokal yang memuat berita dan iklan mengenai Ridho

mengakibatkan dirinya banyak dikenal oleh masyarakat. Media cetak lokal

yang terbilang sering memuat berita maupun iklan politik mengenai pasangan

(27)

Post dan Radar Lampung sebagai media cetak besar di Provinsi Lampung

sangat berperan dalam marketing politik yang dilakukan Ridho di media

massa.

Sosoknya yang dinilai muda dan bersemangat serta populer menjadi modal

besar baginya untuk maju ke ranah politik. Citra yang berhasil dibentuk

olehnya tentu tidak begitu saja didapatkannya. Usaha pasangan ini dengan

seringnya tampil di media massa terutama media cetak mengakibatkan

naiknya citra diri Ridho dan Bakhtiar dimata masyarakat. Pengetahuan

masyarakat tentang pasangan ini menjadi bertambah karena setiap hari Harian

Lampung Post dan Radar Lampung menyuguhkan berita-berita positif

mengenai pasangan kandidat ini.

Berdasarkan data yang didapatkan oleh peneliti pada Harian Lampung Post

periode bulan Oktober lalu, terdapat 22 artikel yang berkenaan dengan

pencalonan Ridho Ficardo dan Bakhtiar Basri, dan sebagian besar berada

dalam advertorial. Artikel-artikel tersebut berisi kegiatan dan kunjungan

Ridho Ficardo ke daerah-daerah sebagai calon gubernur. (Sumber: Harian

Lampung Post periode 1-31 Oktober 2013).

Selain itu, data yang penulis dapatkan dari Harian Radar Lampung

menyebutkan bahwa dari tanggal 1 hingga tanggal 31 Oktober 2013

menunjukkan bahwa dalam kurun waktu satu bulan terdapat 17 artikel yang

sebagian besar adalah advertorial mengenai pasangan Ridho Ficardo dan

Bakhtiar Basri, semuanya memuat berita positif. (Sumber: Harian Radar

(28)

terbit, terlihat bahwa harian Lampung Post dan Radar Lampung sangat sering

menerbitkan artikel mengenai Ridho Ficardo bahkan hampir setiap hari.

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa berita Ridho Ficardo banyak dimuat

di Harian Lampung Post dan Radar Lampung, serta semua berita yang dimuat

mengenai Ridho Ficardo bersifat positif. Sangat terlihat bahwa Ridho Ficardo

dan Bakhtiar Basri mencoba membentuk citra positif dengan terus menerus

tampil di media massa cetak.

Butler dalam Alie (2013:54) menyatakan bahwa kontestan pemilu jangan

hanya melaksanakan marketing politik pada saat pemilu saja, karena

marketing politik yang tidak dilakukan secara terus menerus tidak akan

berdampak banyak terhadap perolehan suara. Marketing politik hendaknya

dilakukan secara terus menerus dan continue guna membangun kepercayaan

publik untuk periode waktu yang panjang.

Berdasarkan pendapat tersebut, Ridho Ficardo terbukti telah memaksimalkan

fungsi media cetak sebagai agen marketing politik untuk mensosialisasikan

dirinya. Terlihat bahwa Ridho Ficardo telah mensosialisasikan dirinya jauh

sebelum masa kampanye dimulai.

Ridho Ficardo dan tim pemenangannya masih sangat memaksimalkan fungsi

media cetak dalam hal ini Lampost dan Radar Lampung sebagai media

marketing politiknya. Seringnya beliau tampil di dua media cetak besar di

Lampung tersebut sudah cukup membuktikan bahwa Ridho dan tim

(29)

sosialisasi yang penting bagi pencalonan Ridho sebagai calon gubernur. Hal

tersebut menarik, mengingat pembaca media cetak sudah mulai berkurang

seiring berkembangnya media yang lebih modern seperti media sosial dan

lain sebagainya.

Tabel 2. Jumlah konsumen old media dan new media

Tahun Koran Internet

2005 28 % 8% _New_Media_vs_Media_Cetak, diakses tanggal 23 Mei 2014 pukul 20.40 wib

Berdasarkan data statistik diatas terlihat bahwa sebenarnya konsumen media

massa cetak semakin berkurang sedangkan media internet semakin

berkembang. Namun, ketika Ridho Ficardo masih menggunakan media cetak

sebagai media marketing politiknya, artinya baik Ridho maupun tim

pemenangannya telah menyiapkan strategi yang matang untuk memanfaatkan

fungsi media cetak tersebut.

Walaupun media cetak sudah mulai berkurang peminatnya, tetapi Ridho

Ficardo dan tim pemenangan tetap memiliki strategi dalam marketing

politiknya. Terbukti dengan tetap dipercayanya media cetak sebagai media

promosi bagi Ridho Ficardo. Berdasarkan pemaparan diatas penulis tertarik

(30)

Ficardo dan tim pemenangan melalui media cetak pada pemilihan gubernur

periode 2014-2019.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah Bagaimana Strategi Marketing Politik Ridho Ficardo – Bakhtiar

Basri Melalui Media Cetak pada Pemilihan Gubernur Provinsi Lampung

Periode 2014 – 2019?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Strategi Marketing Politik

Ridho Ficardo – Bakhtiar Basri Melalui Media Cetak pada Pemilihan

Gubernur Provinsi Lampung Periode 2014–2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

pengembangan ilmu politik dan ilmu pemerintahan, khususnya yang

berkaitan dengan kajian marketing politik.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan memberikan gambaran bagaimana

marketing politik Ridho Ficardo – Bakhtiar Basri dalam pencalonan

Gubernur periode 2014 – 2019, khususnya melalui media massa cetak.

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Strategi

1. Definisi Strategi

Cangara (2009: 291-292) menyebutkan bahwa istilah strategi berasal dari

bahasa Yunani klasik yaitu “stratus” yang berarti tentara dan “agein”

yang berarti pemimpin. Bila kedua kata tersebut digabungkan maka

strategi berarti memimpin tentara. Selain bahasa Yunani, strategi juga

dapat disebut “strategos” yang berarti suatu usaha untuk mencapai suatu

kemenangan dalam dalam suatu peperangan yang awalnya digunakan

dalam lingkup militer. Namun, istilah strategi berkembang dan digunakan

dalam berbagai bidang yang memilki arti yang hampir sama.

Clausewitz dalam Arifin (2003:161) menyatakan bahwa pengertian

strategi adalah pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk

memenangkan peperangan. Morrisey dalam Nimmo (2005:121) juga

menyebutkan bahwa strategi adalah proses untuk menentukan arah yang

harus dituju oleh perusahaan agar misinya tercapai dan sebagai daya

dorong yang akan membantu perusahaan dalam menentukan produk, jasa

(32)

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

strategi adalah cara atau metode yang ditempuh agar mencapai suatu

tujuan. Strategi dilakukan karena seseorang atau kelompok memilki tujuan

tertentu, dan untuk mencapai tujuan tersebut maka dibutuhkan strategi

sebagai metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Strategi Politik

Beauffre dalam Nimmo (2005: 123) menyebutkan bahwa “strategi

politik diartikan sebagai seni yang menggunakan semua kekuatan untuk mencapai semua tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh politik dan diartikan juga sebagai keseluruhan keputusan-keputusan kondisional yang menetapkan tindakan-tindakan yang harus dijalankan guna menghadapi setiap keadaan yang mungkin terjadi

di masa depan”.

Pendapat lain, yaitu Moesafa (2008: 158) juga menyebutkan bahwa

“ strategi adalah segala rencana dan tindakan yang dilakukan untuk

memperoleh kemenangan dalam pemilu. Didalam konsep strategi mencakup kegiatan menganalisa kekuatan dan potensi suara yang akan diperoleh serta mengetahui metode pendekatan yang

dibutuhkan kepada pemilih.”

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa strategi politik

adalah metode atau cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan dalam

kegiatan politik. Strategi politik dilakukan secara matang agar dapat

memenangkan pemilihan. Agar seorang kandidat dapat memenangkan

pemilihan maka ia harus berusaha agar pemilih memihak kepadanya,

untuk melakukan itu semua maka dibutuhkan strategi untuk menarik

(33)

3. Strategi Pendekatan Pasar

Firmanzah (2012: 217-218) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis strategi

pendekatan pasar, antara lain adalah:

a. Push-marketing

Pada strategi ini partai politik berusaha mendapatkan dukungan melalui stimulan yang diberikan kepada pemilih. Masyarakat perlu mendapatkan dorongan dan energi untuk pergi ke bilik suara dan memilih kandidat tersebut. Disamping itu partai politik perlu menyediakan alasan yang rasional maupun emosial kepada pemilih untuk memotivasi mereka agar mereka bersedia mendukung kandidat tersebut.

b. Pass-marketing

Strategi ini menggunakan individu maupun kelompok yang dapat mempengaruhi opini pemilih. Sukses tidaknya penggalangan massa akan sangat ditentukan oleh pemilihan tokoh yang berperan tersebut. Semakin tepat tokoh yang dipilih, efek yang diraih pun semakin besar dalam mempengaruhi pendapat.

c. Pull-marketing

Strategi ini menitikberatkan pada pembentukan image politik yang positif. Macdonald (1989) menganjurkan bahwa supaya simbol dan image politik dapat memiliki dampak yang signifikan., kedua hal tersebut harus mampu membangkitkan sentimen. Pemilih cenderung memilih partai yang sama dengan apa yang mereka rasakan.

4. Menetapkan Strategi Penulisan Berita (Pesan)

Menurut Harwood Childs dalam Ruslan (2007: 54-55) ada beberapa

strategi dalam kegiatan public relations untuk merancang suatu pesan

dalam bentuk informasi atau berita, yaitu sebagai berikut:

a. Strategy of publicity

Melakukan kampanye untuk penyebaran pesan (massage) melalui

proses publikasi suatu berita melalui kerjasama dengan berbagai

(34)

suatu berita akan dapat menarik perhatian audiensi sehingga akan

menciptakan publisitas yang menguntungkan.

b. Strategy of persuation

Berkampanye untuk membujuk atau menggalang khalayak melalui

teknik sugesti atau persuasi untuk mengubah opini publik dengan

mengangkat segi emosional dari suatu cerita atau artikel

berlandaskan humanity interest.

c. Strategy of argumentation

Strategi ini biasanya dipakai untuk mengantisipasi berita negatif

yang kurang menguntungkan (negative news), kemudian dibentuk

berita tandingan yang mengemukakan argumentasi yang rasional

agar opini publik tetap dalam posisi yang menguntungkan. Dalam

hal ini, kemampuan public relations sebagai komunikator yang

handal diperlukan untuk mengemukakan suatu fakta yang jelas dan

rasional dalam mengubah opini publik melalui berita atau

statement yang dipublikasikan.

d. Strategy of images

Strategi pembentukan berita yang positif dalam publikasi untuk

menjaga citra lembaga atau organisasi termasuk produknya.

Misalnya tidak hanya menampilkan segi promosi, tetapi bagaimana

menciptakan publikasi nonkomersial dengan menampilkan

kepedulian terhadap lingkungan dan sosial (humanity relations and

sosial marketing) yang menguntungkan citra bagi lembaga atau

(35)

B. Media Massa

1. Definisi Media Massa

Media berasal dari bahasa Latin medium yang berarti perantara, pengantar atau tengah. Pengertian tunggalnya memakai istilah medium, sedangkan dalam pengertian jamak dipakai istilah media. Kemudian istilah media digunakan dalam bahasa Inggris dan diserap kedalam bahasa Indonesia, dengan makna antara lain alat komunikasi, tengah, perantara atau penghubung (Arifin, 2014: 101).

Cangara (2006: 122) mengatakan media massa adalah alat yang digunakan

dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima)

dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti radio, televisi,

film, surat kabar dan lain-lain. Secara umum media massa merupakan

saluran yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan

kepada khalayak dengan maksud tertentu, pesan yang disampaikan

kandidat kepada masyarakat yang bertujuan untuk memasarkan kandidat

agar dipilih oleh masyarakat.

Rogers dalam Kurnia (2012: 10-11) mengemukakan pendapat bahwa

media massa tidak hanya berlaku bagi media modern, namun media

tradisional, termasuk teater rakyat, konser amal dan

pertunjukan-pertunjukan besar lainnya yang langsung menemui khalayak.

Media massa memiliki kapasitas dan kemampuan dalam mempengaruhi

khalayak terutama dalam membentuk citra politik dan opini publik. Media

memiliki status, prestise dan kredibilitas dalam masyarakat, sekaligus

(36)

sangat penting bagi pemakai media. Khalayak akan memilih media yang

sesuai dengan citra dirinya, visi dan misinya sebagai politikus, kandidat

atau pejabat negara dalam membentuk citra politik dan opini publik yang

positif. Salah satu keunggulan media massa adalah daya jangkaunya yang

sangat luas dan kecepatannya dalam menyebarkan informasi dan opini.

Ada beberapa jenis media yang dikenal dalam ilmu komunikasi seperti

media individual (telepon, surat dan telegram), format kecil (brosur,

bulletin, poster, banner, baliho dan spanduk), media massa (surat kabar,

film, radio dan televisi) dan media sosial melalui internet. Media massa

yang terlembagakan misalnya media massa bekerja menyampaikan pesan

yang bersifat umum dan aktual. Pesan atau informasi yang disampaikan

oleh media massa itu bukan realitas sesungguhnya, melainkan rekonstruksi

dari realitas yang disebut realitas buatan atau relitas media.

Berdasarkan beberapa uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

media adalah alat atau perantara bagi kamunikator kepada khalayak untuk

menyampaikan pesan secara massal. Media digunakan untuk

mempersingkat waktu, memperluas jangkauan serta penghematan biaya

(37)

2. Karakter Media Massa

Menurut Kurnia (2012: 12-13) terdapat beberapa karakter media massa

antara lain:

a. Bersifat Umum (Commonsense)

Media massa memiliki karakter pesan yang bersifat umum, tidak

eksklusif dan pribadi, terbuka untuk semua komunikan, tidak terbatas

pada usia, pendidikan, ras dan batas-batas sosial lainnya. Namun,

secara norma dan prinsip, media massa tidak diizinkan untuk

menyampaikan pesan secara terbuka total karena ada wilayah seleksi

(controlling), di Indonesia dikenal dengan Komisi Penyiaran

Indonesia (KPI) yang bertugas mengawasi dan mengontrol arus pesan

media massa.

b. Keserempakan Pesan

Media massa mampu mengantarkan pesan dalam keseragaman waktu,

dengan tempat berbeda, komunikan terpisah oleh ruang dan waktu,

sedangkan media mampu menembusnya tanpa halangan. Dengan kata

lain media tidak terpengaruh oleh jarak antara khalayak karena media

dengan dukungan teknologi komunikasi berhasil melakukan

pengiriman pesan dengan mudah.

c. Komunikasi Satu Arah

Sifat nonpribadi dan melalui channel media adalah konsep

komunikasi searah, tidak memliki feedback langsung, namun memiliki

(38)

massa, khalayak tidak memiliki ruang untuk membalas. Untuk itulah,

khalayak media massa bersifat pasif.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa media, memiliki

beberapa karakter. Karakter-karakter media tersebut tentu dapat

dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan setiap komunikator yang akan

memanfaatkan media sebagai penyampai pesan. Karakter media yang

bersifat menyeluruh, satu arah dan bersifat umum menjadikan media

sangat mudah diterima oleh lapisan kalangan masayarakat, namun sayang

karakter media yang hanya bersifat satu arah menyebabkan terbatasnya

komunikasi antara komunikan dan audience.

3. Fungsi Media Massa

Dominick (2001) dalam

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/skom4315-/f1b.htm. Diakses tanggal 17 Februari 2014. menyebutkan terdapat beberapa

fungsi media massa bagi masyarakat, antara lain yaitu:

a. Fungsi Pengawasan

Fungsi ini terdiri dari dua bentuk utama, yaitu pengawasan peringatan

dan pengawasan instrumental. Media massa menjalankan fungsi

pengawasan peringatan jika menginformasikan tentang ancaman yang

disebabkan oleh beberapa hal, misalnya bencana alam, serangan

militer, inflasi dan krisis ekonomi. Fungsi pengawasan instrumental

dari media massa dapat berjalan jika informasi yang disampaikan

memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan

(39)

b. Fungsi Penafsiran

Fungsi ini dijalankan jika media selain menyampaikan fakta dan data

kepada khalayak, juga memberi penafsiran terhadap kejadian-kejadian

penting. Media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa mana

yang layak dan yang tidak layak disajikan.

c. Fungsi Keterkaitan

Media massa dapat menjadi alat pemersatu anggota masyarakat yang

beragam sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan

minat yang sama tentang sesuatu.

d. Fungsi Penyebaran Nilai

Fungsi ini juga disebut fungsi sosialisasi. Media massa

memperlihatkan kepada khalayak tentang bagaimana seharusnya

mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka.

e. Fungsi Hiburan

Fungsi hiburan selalu dijalankan oleh setiap media massa. Media

massa yang sangat jelas menjalankan ini adalah televisi, radio dan

tabloid.

Arifin (2014: 109) menyebutkan bahwa selain sebagai media komunikasi yang melayani khalayak yang luas, pers, film, radio, dan televisi juga merupakan lembaga sosial. Bahkan jenis-jenis

media massa tersebut dapat juga menjadi “alat perjuangan” politik, “alat perjuangan ekonomi” atau “alat perjuangan” yang lain baik

(40)

Karlina (2002) dalam http://www.ut.ac.id/html/suplemen/skom4315

/f1b.htm. Diakses tanggal 17 Februari 2014, menyebutkan bahwa selain

fungsi tersebut, ada beberapa fungsi yang bersifat umum dari media massa

yaitu fungsi informasi, pendidikan, mempengaruhi, fungsi proses

pengembangan mental, adaptasi lingkungan dan fungsi manipulasi

lingkungan. Secara lebih khusus media massa mempunyai fungsi

meyakinkan, menganugerahkan status, membius, menciptakan rasa

kebersatuan, privatisasi dan hubungan parasosial.

Sedangkan menurut Pasal 3 UU No.40 mengenai pers, pers nasional

mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan

kontrol sosial. Disamping fungsi-fungsi tersebut, pers nasional dapat

berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Berdasarkan pengertian tersebut,

jelas bahwa pers bisa saja bergeser dari fungsi-fungsi utamanya menjadi

fungsi ekonomi. Seperti yang sekarang marak terjadi, dimana pers

dijadikan alat marketing kandidat politik.

Berdasarkan beberapa fungsi media tersebut, penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa media tentu semakin memudahkan kita sebagai

pengguna media untuk menyampaikan pesan. Kegunaan media yang

begitu banyak menambah kemudahan bagi kita untuk menyampaikan

pesan. Tidak terkecuali bagi dunia politik yang memang sangat

membutuhkan media sebagai alat penyampai pesan. Media memudahkan

dunia politik untuk terus berkembang dan mendapatkan efisiensi serta

(41)

4. Kekuatan Media Massa

Media massa memiliki kekuatan yang membuatnya sangat penting dan

strategis dalam pencitraan politik, terutama untuk pencitraan dan opini

publik dalam masyarakat. Oleh karena itu media massa akan selalu

menjadi sasaran politikus atau kandidat untuk digunakan sebagai media

pencitraan yang terorganisasi dan terlembagakan. Media massa harus

terlebih dahulu manjadi objek pencitraan politik dengan mewarnai

kepribadiannya, sehingga dapat tampil sebagai subjek pencitraan politik

yang efektif.

Menurut Defluer dalam Arifin (2014: 141) adanya kekuatan yang dimiliki

media massa, maka dapat dipahami jika media massa selalu menarik

banyak minat dan perhatian. Media massa dapat dikuasai oleh kepentingan

yang berbeda dengan tujuan yang sama yaitu pengaruh publik dengan jalan

merekayasa opini melalui pencitraan. Kekuatan media massa bisa

digambarkan melalui teori jarum suntik. Teori ini berasumsi bahwa

khalayak atau masyarakat berada pada posisi pasif, sedangkan media

massa bertindak sebagai penguasa. Khalayak hanya menerima informasi

dan bertindak pasif terhadap gempuran media massa, sehingga tidak

memiliki pilihan lain selain menerima saja pesan yang disampaikan oleh

media massa.

(42)

yang juga diikutsertakan dalam iklan kampanye politik tersebut serta peduli dengan isu-isu yang dijadikan andalan meskipun pada kenyataan masih dipertanyakan. Di sisi lain, iklan kampanye politik di media massa mungkin menimbulkan kesan terbiasa (familiarity) akan sosok yang diangkat. Karena orang yang paling banyak menerima pesan adalah orang yang cenderung untuk mengerti”.

Kekuatan media massa didukung oleh adanya kerjasama antara tiga faktor,

yaitu: ubiquity, cumulative of massage, dan consonance of journalist.

Faktor ubiquity atau serba hadir berarti bahwa media massa ada

dimana-mana dan sulit dihindari oleh khalayak, sehingga media massa mampu

mendominasi lingkungan informasi. Faktor cumulative of massage atau

kumulasi pesan terjadi karena dengan pesan media massa yang bersifat

kumulatif, dapat memperkuat dampaknya, melalui pengulangan pesan

berkali-kali dan penyatuan pesan yang terpotong-potong. Demikian juga

faktor consonance of journalist atau keseragaman para wartawan dari

berbagai jenis media semakin menambah dampak media massa terhadap

khalayak. Misalnya penyajian pesan yang berisi pencitraan politik yang

cenderung sama oleh semua media massa akan menjurus kepada

pembentukan citra politik yang sama pada khalayak.

Menurut Cangara (2011: 97-101) ada beberapa teori komunikasi yang

dapat dijadikan acuan untuk melihat keperkasaan media maupun

kelemahan-kelemahannya mempersuasi masyarakat dalam hubungannya

dengan aktivitas politik. Teori tersebut antara lain:

a. Teori Jarum Suntik (Hypodermic Needle Theory)

Teori jarum suntik berpendapat bahwa khalayak sama sekali tidak

(43)

melalui media komunikasi. Khalayak terlena seperti kemasukan obat

bius melalui jarum suntik, sehingga tidak bisa memiliki alternatif

untuk menentukan pilihan lain kecuali apa yang disiarkan oleh media.

b. Teori Kepala Batu (Obstinate Audience)

Teori kepala batu menolak teori jarum suntik dengan alasan jika suatu

informasi ditembakkan dari media, mengapa khalayak tidak berusaha

berlindung untuk menghindari tembakan informasi itu. Masyarakat

atau khalayak memiliki hak untuk memilah informasi mana yang

mereka perlukan dan informasi mana yang tidak mereka perlukan.

Kemampuan untuk menyeleksi informasi ada pada khalayak menurut

perbedaan individu, persepsi dan latar belakang budaya.

c. Teori Kegunaan dan Kepuasan (Uses and Gratification Theory)

Teori banyak berkaitan dengan sikap dan perilaku para konsumen,

bagaimana mereka menggunakan media untuk mencari informasi

tentang apa yang mereka butuhkan. Dalam praktik politik, teori ini

banyak digunakan oleh para politisi.

d. Teori Lingkar Kesunyian (Spiral of Silence Theory)

Teori ini berkaitan dengan kekuatan media yang bisa membuat opini

publik, tetapi dibalik itu ada opini yang bersifat laten berkembang di

tingkat bawah yang tersembunyi kerena tidak sejalan dengan opini

publik mayoritas yang bersifat manifest (nyata dipermukaan). Opini

publik yang tersembunyi disebut opini yang berada dalam lingkar

(44)

e. Teori Penanaman (Cultivation Theory)

Teori ini menggambarkan kehebatan media terutama televisi dalam

menanamkan sesuatu dalam jiwa penonton, kemudian terimplementasi

dalam sikap dan perilaku mereka.

f. Teori Agenda setting(Agenda Setting Theory)

Teori ini mengakui bahwa media memberi pengaruh terhadap

khalayak dalam pemilihan presiden dalam penayangan berita, isu,

citra, maupun penampilan kandidat itu sendiri.

5. Strategi Media

Media juga membutuhkan strategi sebagai langkah awal untuk

melaksanakan marketing politik. Efektifitas penyampaian pesan-pesan

serta iklan politik berbeda disetiap kondisi masyarakat. Pada masyarakat

pedesaan yang mayoritas belum memiliki kesadaran tinggi dalam hal

pengetahuan, terlebih pengetahuan politik, marketing politik menggunakan

media massa masih cenderung sulit berkembang. Tidak banyak orang

pedesaan yang mau meluangkan waktu untuk membaca harian atau

majalah terutama untuk mengetahui berita politik. Mereka cenderung lebih

suka mendengarkan radio, untuk itu marketing politik pada masyarakat

pedesaan seperti ini akan lebih efektif apabila menggunakan radio sebagai

media marketing politiknya.

Selain itu, masyarakat pedesaan yang masih bersifat paguyuban cenderung

masih menganut nilai kekeluargaan yang kuat, untuk itu mereka cenderung

(45)

politik pada masyarakat seperti ini dapat dilakukan oleh tokoh-tokoh yang

dinilai mempuni oleh masyarakat pedesaan itu sendiri.

Berbeda dengan masyarakat pedesaan, masyarakat perkotaan telah

memiliki kesadaran yang cukup tinggi terhadap politik. Masyarakat

perkotaan juga sebagian besar telah banyak yang meluangkan waktunya

untuk membaca harian setiap hari. Mereka sudah mulai tertarik dengan

masalah politik dan untuk memenuhi rasa ingin tahu tentang politik inilah

yang coba dimanfaatkan oleh media. Media berusaha memenuhi

kebutuhan masyarakat modern dengan menyuguhkan informasi-informasi

politik melalui media massa. Disinilah media massa mulai berperan

sebagai penyedia informasi bagi masyarakat modern.

6. Media Massa Cetak (Pers dan Surat Kabar)

Pers adalah media massa tertua dan paling konvensional dibandingkan

media massa lainnya. Pers merupakan media cetak yang bersifat visual,

hanya dapat ditangkap oleh mata yang memiliki keunggulan dan

kekurangan sekaligus. Kelemahan media cetak seperti surat kabar dan

majalah adalah hanya dapat dibaca dan tidak memiliki unsur suara

sehingga kurang persuasif dari segi hiburannya. Oleh karena itu dalam

menggugah dan menyentuh emosi khalayak surat kabar dan majalah hanya

bersifat sederhana dan tidak terlalu mengikat publik dalam penerapannya.

Istilah pers berasal dari kata pressa atau bahasa Inggris press yang artinya

(46)

pengertian itu berkembang menjadi alat untuk mecetak dari suatu ide

untuk disebarkan lebih lanjut kepada masyarakat. Pengertian tersebut

berkembang menjadi media yang menyebarkan ide atau pesan kepada

masyarakat. Media yang dimaksud adalah buku, surat kabar, majalah,

bulletin, brosur, atau pamflet yang isinya mengandung ide atau

pemberitahuan kepada masyarakat.

Arifin (2014: 115-116) mengatakan bahwa “Pers adalah alat komunikasi manusia dalam arti saluran dari pernyataan manusia yang bersifat umum atau terbuka dan aktual serta teratur waktu terbitnya dan dalam bentuk bercetak. Pers kemudian dibagi menjadi dua jenis, yaitu pers dalam arti yang luas dan pers dalam arti yang sempit. Pers dalam arti yang luas meliputi semua barang tercetak seperti surat kabar, majalah, buku, bulletin, dan pamflet. Sedangkan pers dalam arti yang sempit adalah surat kabar. Kemudian pers berkembang menjadi media massa dan alat komunikasi yang menyelenggarakan kegiatan jurnalistik. Selain itu istilah pers juga dipakai untuk orang-orang yang bekerja dalam bidang redaksi, sehingga pers dimaknai sama dengan

wartawan”.

Pers adalah badan yang membuat penerbitan media massa secara berkala.

Pers merupakan alat revolusi, alat kontrol sosial, alat pendidikan, alat

penyalur dan pembentuk pendapat umum serta penggerak massa. Media

massa yang terbit secara berkala dan continue menjadi salah satu alat

pendidikan yang paling mudah ditemui. Informasi yang diterima dari

media massa secara terus menerus akan lebih melekat di ingatan

seseorang.

Undang-Undang No.40 Tahun 1999 dalam

(47)

menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia”.

C. Pemasaran Politik (Political Marketing)

Nursal (2004: 23) mengatakan bahwa meskipun terlihat baru, konsep

pemasaran politik ternyata telah ada sejak lama. Political marketing hampir

dapat dipastikan sebagai bentuk pemasaran tertua. “liberate”, “eligate”,

“fraternite” yang dikemukanakan dalam Revolusi Perancis pada Tahun 1789

adalah salah satu slogan terbaik dari sudut pandang disiplin pemasaran.

Tahun 1830-an seorang praktisi periklanan professional Charles Barker telah

menciptakan iklan politik. Pada tahun 1930-an, Franklin Delano Roosevelt

menggunakan media penyiaran dengan meluncurkan “fire side chats”

Inilah awal mula dikenalnya konsep pemasaran politik. Berawal dari sini,

konsep pemasaran semakin beragam, terutama di negara-negara maju ketika

terbukanya peluang memanfaatkan radio, televisi dan media cetak sebagai

alat kampanye partai politik. Terbukti, kemenangan Margaret Thatcher untuk

menduduki kursi Perdana Menteri Inggris pada tahun 1979, tidak dapat

dilepaskan dari keterlibatan Saatchi seorang marketer professional

(Firmanzah, 2012: 150)

1. Definisi Political Marketing (Pemasaran Politik)

Nursal (2004: 23) mengatakan bahwa political marketing atau pemasaran

(48)

berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna

politik kepada para pemilih.

http:/teorimp.wordpress.com/2010/12/28/pengertian-marketing-politik/, diakses tanggal 17 Februari 2014) menyebutkan bahwa menurut

O’Shaughnessy, seperti dikutip Firmanzah (2008), marketing politik berbeda dengan marketing komersial. Marketing politik bukanlah

konsep untuk “menjual” partai politik atau kandidat kepada pemilih, namun sebuah konsep yang menawarkan bagaimana sebuah parpol atau seorang kandidat dapat membuat program yang berhubungan dengan permasalahan aktual. Di samping itu, marketing politik merupakan sebuah teknik untuk memelihara hubungan dua arah dengan publik.

Marketing politik didefinisikan sebagai pemasaran ide-ide dan opini-opini

yang berhubungan dengan isu-isu politik atau isu-isu mengenai kandidat.

Secara umum, marketing politik dirancang untuk mempengaruhi suara

pemilih di dalam pemilu. Marketing politik adalah analisis, perencanaan,

implementasi dan kontrol terhadap politik dan program-program pemilihan

yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan memelihara

pertukaran hubungan yang menguntungkan antara partai dan pemilih demi

tujuan untuk mencapai political marketers objectives.

http://teorimp.wordpress.com/2010/12/28/pengertian-marketing-politik/,

tanggal 17 Februari 2014), menyebutkan bahwa menurut Firmanzah,

paradigma dari konsep marketing politik adalah; Pertama, marketing

politik lebih dari sekedar komunikasi politik. Kedua, marketing politik

diaplikasikan dalam seluruh proses, tidak hanya terbatas pada kampanye

politik, namun juga mencakup bagaimana memformulasikan produk

politik melalui pembangunan simbol, image, platform dan program yang

(49)

secara luas yang meliputi teknik marketing, strategi marketing, teknik

publikasi, penawaran ide dan program, desain produk, serta pemrosesan

informasi. Keempat, marketing politik melibatkan banyak disiplin ilmu,

terutama sosiologi dan psikologi. Kelima, marketing politik dapat

diterapkan mulai dari pemilu hingga lobby politik di parlemen.

Menurut Nursal (2004: 9-10) di Indonesia political marketing merupakan

keniscayaan. Ada lima faktor yang membuat political marketing akan

berkembang di Indonesia:

1. Sistem multipartai yang memungkinkan siapa saja boleh mendirikan

partai politik dan konsekuensinya menyebabkan persaingan tajam

antar partai politik.

2. Pemilih telah lebih bebas menentukan pilihannya dibandingkan

Pemilu-Pemilu sebelumnya, sehingga syarat bagi penerapan Political

Marketing telah terpenuhi.

3. Partai-partai telah lebih bebas menentukan Platform dan identitas

organisasinya.

4. Pemilu merupakan momentum sejarah yang penting dalam perjalanan

bangsa, sehingga pihak-pihak berkepentingan, terutama elit politik

akan berusaha keras untuk ambil bagian.

5. Sistem pemilihan anggota parlemen, Dewan Perwakilan Daerah dan

Presiden secara langsung serta pemilihan Gubernur, Bupati dan

(50)

Kontestan pemilu di Indonesia bisa menggunakan konsep, metode dan

teknik yang terdapat dalam ilmu pemasaran. Ilmu ini dapat membantu

partai politik dan kandidat dalam merumuskan strategi mengenai

bagaimana membangun hubungan kandidat dengan pemilih, yaitu selama

periode sebelum, selama dan setelah pemilu. Pernyataan ini dikuatkan oleh

Butler, Collins dan Bohnet yang menyatakan bahwa pemasaran politik

jangan hanya dilakukan selama periode kampanye saja, namun harus

dilakukan secara terus menerus. Hal ini dilakukan untuk membangun

kepercayaan publik untuk periode waktu yang panjang (Alie, 2013:

54-55).

2. Pro Marketing Politik

Firmanzah (2012: 150) menyatakan bahwa anjuran penggunaan metode

marketing dalam dunia politik dilakukan oleh Levy & Kotler (1979).

Kemudian penelitian dan artikel yang memuat peranan marketing politik

mengenai bagaimana sebuah partai memenangkan perolehan suara mulai

banyak dilakukan. Meskipun disiplin marketing politik berkembang

akhir-akhir ini, namun aktvitas marketing dalam politik telah dilakukan sebelum

kaum intelektual dan akademisi mempelajarinya. Rothchilds (1978) dalam

artikelnya menunjukkan bahwa iklan berperan aktif dalam pemilihan

Presiden Amerika Serikat semenjak era Presiden Abraham Licoln (1984).

Media publikasi dalam pemilihan Presiden pun mengalami evolusi.

Sampai tahun 1926, pesan politik di Amerika Serikat dilakukan mealaui

(51)

Selanjutnya marketing berkontribusi besar terhadap partai politik dalam

cara mengemas pesan politik yang berbentuk iklan dengan cara

mentransfer pesan politik ke publik, juga bagi masyarakat umum dalam

memetakan posisi sebuah partai politik diantara partai lainnya, membantu

partai politik dalam segmentasi pemilih berdasarkan geografis,

demografis, perilaku dan psikografi. Selain itu, marketing berkontribusi

penting terhadap pemilihan media yang paling efektif berdasarkan kondisi

sosial-budaya sebuah negara, sehingga pesan politik yang disampaikan

bisa tepat sasaran.

3. Kontra Marketing Politik

Sikap apatis terhadap marketing politik lahir dari pemahaman bahwa

marketing adalah ilmu yang dikembangkan oleh dunia bisnis dan bukan

ilmu politik. Hal yang menjadi pusat perhatian marketing adalah upaya

membuat konsumen membeli produk dan jasa yang dihasilkan oleh

perusahaan. Tugas dan peran ilmu marketing adalah melancarkan fungsi

transaksi ekonomi dalam mengefisiensikan distribusi barang dan jasa yang

dihasilkan oleh perusahaan.

Aplikasi dalam dunia politik meninggalkan masalah etika dan moral. Pada

aktivitas marketing tidak jarang sebuah media mengemas informasi yang

berbeda dengan kenyataannya. Bahkan tidak jarang terjadi manipulasi

informasi demi mendapatkan perhatian masyarakat sebagai penikmat

(52)

saja, yaitu informasi yang semata-mata dimaksudkan untuk

menguntungkan media dan kandidat itu sendiri.

O’Soughnessy dalam Firmanzah (2012: 153) menyebutkan bahwa isu

politik berkaitan erat dengan nilai dan ideologi, bukan merupakan sebuah produk yang diperjual belikan. Isu politik merupakan sistem nilai simbol yang menghubungkan individu dengan struktur sosial. Antara marketing dan politik adalah dua sistem yang berbeda, dimana masing-masing struktur memiliki aturan masing-masing. Penerapan marketing dalam dunia politik harus melihat dan mengadaptasi nilai-nilai yang ada dalam dunia politik. Penerapan marketing yang membabi buta tanpa memperhatikan kondisi masyarakat hanya akan menjauhkan ketertarikan masyarakat terhadap dunia politik.

Lock dan Harris dalam Firmanzah (2012: 154-155) menyatakan bahwa

adanya perbedaan antara politik dengan produk dan jasa komersial. 1)

dalam pemilu, semua pemilih memberikan suara pilihannya dalam kurun

waktu sehari secara bersamaan. Fenomena seperti ini tidak dapat ditemui

dalam perilaku pembelian sebuah produk jasa dan komersial. 2) meskipun

dimungkinkan adanya kekecewaan dalam jangka panjang setelah memilih,

kenyataannya tidak ada harga nominal yang harus dibayar dalam memilih

sebuah partai atau kandidat politik. 3) meskipun tidak ada harga yang

mesti dibayar, pemilih harus menerima hasil pemilihan kolektif meskipun

itu berbeda dengan pilihannya. 4) partai politik atau calon adalah produk

tidak nyata dimana masing-masing pemilih tidak akan dapat

menganalisisnya secara utuh. Sebagai konsekuensinya kebanyakan pemilih

akan mengartikan partai dan kandidat politik dari pesan-pesan yang

diterima di masa lampau. Kalau pemilih membuat kesalahan saat memilih

maka ia harus menunggu pemilihan berikutnya untuk memperbaiki

(53)

pemimpin adalah identitas yang melekat dan tidak dapat dipisahkan,

sehingga partai politik dan pemimpin tidak dapat dengan mudah

mengganti brand seperti yang terjadi pada dunia bisnis.

4. Kerangka Pikir

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana strategi yang dilakukan

oleh Ridho Ficardo atau tim pemenangannya dalam proses marketing

politik salah satu kandidat Calon Gubernur Lampung periode 2014-2019.

Penelitian ini akan membahas strategi apa saja yang dilakukan Ridho

Ficardo dan tim pemenangannya dalam marketing politik Ridho Ficardo

melalui media cetak.

Strategi marketing politik yang dilakukan melalui media cetak oleh

pasangan Ridho Ficardo dan Bakhtiar Basri memiliki strategi-strategi

tersendiri agar berhasil membentuk opini publik. Strategi-strategi tersebut

antara lain Strategi Pemilihan Media, Strategi Brand Building dan Tagline,

Strategi Penulisan Berita yang terdiri dari: 1) strategy of publicity, 2)

strategy of persuation, 3) strategy of argumentation, 4) strategy of image.

Dengan strategi-strategi tersebut Ridho Ficardo dan tim pemenangannya

berusaha membentuk opini publik agar memilih Ridho Ficardo dan

Bakhtiar Basri sebagai Gubernur periode 2014-2019. Strategi-strategi yang

dilakukan Ridho Ficardo dan tim pemenangannya kemudian dilakukan

melalui media cetak dalam bentuk artikel dan foto-foto kegiatan mengenai

(54)

Gambar 1. Kerangka Pikir Marketing Politik

Strategi political marketing atau strategi pemasaran Politik dilakukan oleh Ridho Ficardo dan tim pemenangannya melalui

media cetak (Lampung Post dan Radar Lampung)

Media Cetak (Lampung Post dan Radar Lampung)

1. Strategi Pemilihan Media

2. Strategi Brand Building/Tagline

3. Strategi Penulisan Berita (Harwood Childs)

a. Strategy of publicity b. Strategy of persuation c. Strategy of argumentation d. Strategy of image

Gambar (Foto Kegiatan) Tulisan

(55)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yaitu penelitian yang digunakan

untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai

instrumen kunci. Penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data

yang mendalam, suatu data yang mengandung makna (Sugiono, 2013: 3).

Soejono (1999: 21) mengatakan bahwa dalam metode deskriptif adalah

pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif

mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,

termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,

pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari

suatu fenomena. Metode penelitian deskriptif hanya bersifat terbatas untuk

melukiskan apa yang ada sekarang dan hanya terbatas sampai pada taraf

melukiskan saja.

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Penelitian ini adalah penelitian yang mengkaji kualitas

Gambar

Tabel 1. Tingkat keterbukaan informasi publik di Provinsi Lampung
Tabel 2. Jumlah konsumen old media dan new media
Gambar   (Foto Kegiatan)
Gambar II. Struktur Organisasi Tingkat Pusat
+4

Referensi

Dokumen terkait

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti hanya meneliti rekam medis rawat inap kasus bedah pada Triwulan I tahun 2014 di RS Bhayangkara Tk III Hoegeng

Oleh yang demikian, tumpuan yang lebih harus diberikan terhadap atribut ini dengan memastikan bahawa ketua panitia akam memaklumkan kepada guru hasil dapatan berkaitan

Matokeo katika jedwali namba 4.2 hapo juu yanaashiria kwamba,walimu wanapata athari kwa kutofundishia kiswahili katika shule za sekondari.Athari hizo ni Kushuka kwa ubora

Perlengkapan adalah beban dibayar dimuka yang dicatat sebagai aset. Pilihlah salah satu jawaban di bawah yang sesuai dengan pernyataan di atas.. Jika pernyataan dan

Laporan KP adalah luaran wajib KP berupa naskah laporan yang sudah disetujui oleh Dosen Pembimbing dan Pembimbing Lapangan sebelum Seminar Hasil KP di ITK dan melaporkan

tinggi, jika dibuat dengan metode granulasi basah tidak perlu banyak bahan penolong, yang akan menyebabkan bobot tablet menjadi terlalu besar.. c) Sistem granulasi basah dapat

Penulisan skripsi ini yang berjudul “Konsep Internalisasi Nilai-Nilai Tauhid pada Kisah Nabi Ibrahim AS di dalam Al-Qur’an”, adalah merupakan salah satu tahapan dalam menempuh