• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISIPLIN KERJA KARYAWAN PELAKSANA BAGIAN PROSES PENGALENGAN NANAS DI PT. GREAT GIANT PINEAPPLE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISIPLIN KERJA KARYAWAN PELAKSANA BAGIAN PROSES PENGALENGAN NANAS DI PT. GREAT GIANT PINEAPPLE"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISIPLIN KERJA KARYAWAN PELAKSANA

BAGIAN PROSES PENGALENGAN NANAS DI PT. GREAT GIANT PINEAPPLE

Oleh MARYADI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) tingkat disiplin kerja karyawan pelaksana pada bagian proses pengalengan nanas di PT. Great Giant Pineapple, dan (2) pengaruh faktor pengawasan, sanksi hukum, balas jasa, tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, keadilan, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan terhadap disiplin kerja karyawan pelaksana pada bagian proses pengalengan nanas di PT. Great Giant Pineapple.

Penelitian dilakukan pada bagian proses pengalengan nanas di PT. Great Giant Pineapple. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Penentuan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan total sampel sebanyak 97 karyawan pelaksana. Pengambilan data dilakukan dari Bulan April-Juni 2014, data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan verifikatif.

Hasil penelitian menunjukkan (1) disiplin kerja karyawan pelaksana proses pengalengan nanas di PT. Great Giant Pineapple masuk kategori tinggi, dan (2) faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan pelaksana proses

pengalengan nanas di PT. Great Giant Pineapple adalah faktor pengawasan, sanksi hukum, balas jasa, tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, keadilan, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan, tetapi faktor yang paling berpengaruh terhadap disiplin kerja adalah faktor pengawasan.

(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTED WORKER’S DISCIPLINE OF THE PINEAPPLE CANNING PROCESS

IN PT.GREAT GIANT PINEAPPLE By

MARYADI

This research is aimed at investigating : (1) the level work discipline of the pineapple canning process worker in PT. Great Giant Pineapple, and (2) the influence of supervision, legal sanctions, fringe benefits, objectives and capabilities, leadership, fairness, firmness, and human relations to worker’s discipline of the pineapple canning process in PT. Great Giant Pineapple.

The research was conducted at pineapple canning process sub division of PT.Great Giant Pineapple, and it used a survey method. Determination of the sample using simple random sampling method with a total sample size is 97 workers. Data was collected from April until June 2014, and they was analyzed descriptively and verificatively.

The results showed that (1) the level discipline of the pineapple canning process worker in PT. Great Giant Pineapple was high category, and (2) the factors influencing worker’s dicipline of pineapple canning process worker of PT. Great Giant Pineapple were supervision factor, legal sanctions, fringe benefits,

objectives and capabilities, leadership, fairness, firmness, and human relations, but the most influence factor was supervision factor.

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Terbanggi Besar, pada tanggal 14 Maret 1992

dari pasangan Mirhan (Alm) dan Rokayah. Penulis adalah

anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan

studi tingkat Sekolah Dasar di SD Xaverius Terbanggi Besar

Lampung Tengah pada tahun 2004, tingkat Sekolah

Menengah Pertama di SMP Islam Terpadu Bustanul Ulum Lampung Tengah pada

tahun 2007, tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 9 Bandar lampung

pada tahun 2010, dan memasuki kuliah di Universitas Lampung, Fakultas

Pertanian, Program Studi Agribisnis pada tahun 2010 melalui jalur SNMPTN.

Dalam kegiatan kemahasiswaan, penulis pernah menjadi anggota Himpunan

Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (Himaseperta) Universitas Lampung

periode 2012/2013. Pada Februari 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata

(KKN) di Desa Sukadana Selatan Kabupaten Lampung Timur selama 40 hari.

Pada tahun yang sama penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di bagian

proses pengalengan nanas di PT. Great Giant Pineapple (GGP) Terbanggi Besar

Lampung Tengah. Penulis pernah menjadi surveyor dalam kegiatan Survei Trend

(7)

SANWACANA

Bismillahirohmanirrahim,

Alhamdullilahirobbil‘alamin, segala puji bagi Allah SWT, atas segala curahan

rahmat dan karunia NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat beriring salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad

SAW teladan bagi seluruh umat manusia, semoga kelak kita mendapatkan

syafaatnya.

Banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-

saran yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini, yang berjudul “Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Karyawan Pelaksana

Bagian Proses Pengalengan Nanas Di PT. Great Giant Pineapple”. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S. selaku Ketua Jurusan Sosial

Ekonomi Pertanian (Agribisnis) Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Dr. Ir. Wuryaningsih Dwi Sayekti, M.S. sebagai Pembimbing Pertama yang

dengan ketulusan hati memberi bimbingan, masukan, dukungan, dan nasihat

(8)

selama proses penyelesaian skripsi.

4. Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.S. atas masukan dan arahan yang telah

diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.

5. Ir. Adia Nugraha, M.S. sebagai Dosen Pembimbing Akademik, atas dukungan

dan sarannya selama ini.

6. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

7. Achmad Denny K, S.Si, Selaku Kepala Bagian Proses Pengalengan Nanas di

PT. Great Giant Pineapple yang telah memberikan banyak bantuan selama

penulis melakukan penelitian.

8. Teruntuk Ayah (alm) dan Ibuku tercinta, yang selalu mengiringi langkah dan

selalu mendoakan dan memberi dukungan, serta telah mendidikku dengan

penuh kesabaran. Kakak dan Adikku tersayang Madany K, motivator

terbesarku saat ini. Kesuksesanku kelak kupersembahkan untuk kalian.

9. Paman, bibi, kak Putra, Mbak Desi, Mbak Yuni, Mas Mariyono dan seluruh

keluarga yang tidak bisa penulis sebutkan satu per-satu, terimakasih telah

senantiasa memberi dukungan.

10. Rekan-rekan seperjuangan Agribisnis 2010 Hasan, Wahyu, Kholis, Ita, Tati,

Susi, Rani, Erisa, Yuni, Ayulia, Madu, Sastra, Ike, Nisya, Silvia, Kurnisa,

Inca, Fitria, Lina, Raisa, Meitri, Yuda, Ajus, Altri, Roche, Ceri, Doni, Rija,

Vina, Wida, Neno, Septa, Vega, Ayas, Hani, Dwi Rizky, Tania, Ita, Sinta,

(9)

kesuksesan menyertai kita semua, Aamiin.

11. Atu dan kiyai Agribisnis 2007, 2008 dan 2009, adinda Agribisnis 2011, 2012

dan 2013 atas dukungan dan bantuan kepada penulis.

12. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Agribisnis (Mb Ai, Mb iin, Mas

Kardi, Mas Boim, Mas Bukhari) atas semua bantuan yang telah diberikan.

13. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Dengan

segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf atas segala kesalahan selama

proses penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan

terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan. Amin.

Bandar Lampung, 09 Oktober 2014

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 11

A. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia ... 11

B. Disiplin kerja ... 12

1. Pengertian Disiplin ... 12

2. Bentuk Bentuk Disiplin Kerja ... 13

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan ... 14

4. Macam-Macam Disiplin Kerja ... 18

5. Pengukuran Variabel Disiplin Kerja ... 19

C. Pengawasan ... 21

1. Pengertian Pengawasan ... 21

2. Pengukuran Variabel Pengawasan... 22

D. Sanksi Hukum ... 24

1. Pengertian Sanksi Hukum ... 24

2. Macam-Macam Sanksi Hukum Dalam Disiplin Kerja ... 25

3. Pengukuran Variabel Sanksi Hukum ... 29

E. Balas Jasa ... 30

1. Pengertian Balas Jasa ... 30

(11)

F. Tujuan dan Kemampuan ... 33

1. Pengertian Tujuan dan Kemampuan ... 33

2. Pengukuran Variabel Tujuan dan Kemampuan ... 33

G. Teladan Pimpinan ... 33

1. Pengertian Teladan Pimpinan ... 33

2. Pengukuran Variabel Teladan Pimpinan ... 34

H. Keadilan ... 34

1. Pengertian Keadilan ... 34

2. Pengukuran Variabel Keadilan ... 34

I. Ketegasan ... 35

1. Pengertian Ketegasan ... 35

2. Pengukuran Variabel Ketegasan ... 35

J. Hubungan Kemanusiaan ... 35

1. Pengertian Hubungan Kemanusiaan ... 35

2. Pengukuran Variabel Hubungan Kemanusiaan ... 36

K. Peran Tenaga Kerja Dalam Kegiatan Operasional Pengalengan 36

1. Raw Material ... 37

2. Line Preparation ... 38

3. Area Cookroom ... 39

a. Area Sulppy to Seamer ... 40

b. Seamer ... 41

c. Sterilisasi ... 42

d. Selection and Paletizing ... 43

L. Kajian Penelitian Terdahulu ... 44

M. Kerangka Pemikiran ... 47

N. Hipotesis ... 50

III. METODE PENELITIAN ... 51

A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 51

B. Metode, Lokasi, dan Waktu Penelitian ... 50

C. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 52

D. Unit Analisis, Responden, dan Pengambilan Sampel ... 53

E. Mengubah Skala Ordinal Menjadi Skala Interval ... 58

(12)

G. Metode Analisis data ... 63

1. Analisis Deskriptif ... 63

2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 64

3. Koefisien Determinasi ... 65

4. Pengujian Secara Simultan ... 65

5. Pengujian Secara Parsial ... 66

IV. GAMBARAN UMUM ... 68

A.Peran Agroindustri Dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung ... 68

B. Sejarah Singkat Perusahaan ... 73

C. Lokasi dan Keadaan Umum Perusahaan ... 75

D.Struktur Organisasi Proses Pengalengan Nanas di PT. Great Giant Pineapple ... 79

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 83

A.Karakteristik Responden (Karyawan Pelaksana dan Koordinator Proses pengalengan nanas di PT. Great Giant Pineapple ... 83

1. Karakteristik Responden Karyawan Pelaksana ... 83

a. Masa Kerja ... 83

b. Jenis`Kelamin ... 84

c. Pendidikan Terakhir ... 85

d. Usia ... 86

2. Karakteristik Responden Koordinator ... 86

e. Masa Kerja ... 86

f. Jenis`Kelamin ... 87

g. Pendidikan Terakhir ... 88

h. Usia ... 89

\ B. Deskripsi Variabel ... 90

1. Pengawasan (X1) ... 90

2. Sanksi Hukum (X2) ... 93

3. Balas Jasa (X3) ... 95

4. Tujuan dan Kemampuan (X4) ... 98

5. Teladan Pimpinan (X5) ... 100

6. Keadilan (X6) ... 102

7. Ketagasan (X7) ... 104

8. Hubungan Kemanusiaan (X8) ... 107

(13)

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Karyawan Pelaksana Bagian Proses Pengalengan Nanas Di PT. Great Giant

Pineapple ... 113

1. Pengaruh Secara Simultan ... 115

2. Pengaruh Secara Parsial ... 117

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 123

A. Kesimpulan ... 123

B. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 125

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nama-nama perusahaan agroindustri di Provinsi Lampung Tahun

2013 ... 3

2. Jumlah pelanggaran karyawan pelaksana proses pengalengan nanas di PT. Great Giant Pineapple ... 6

3. Jumlah keterlambatan karyawan pelaksana dating ke lokasi pabrik pada Tahun 2013 ... 6

4. Kasus kecelakaan kerja di area proses pengalengan nanas di Tahun 2013 ... 7

5. Tingkatan surat peringatan di PT. Great Giant Pineapple ... 26

6. Jumlah tenaga kerja area raw material Tahun 2013 ... 38

7. Jumlah tenaga kerja area line preparation Tahun 2013 ... 39

8. Jumlah tenaga kerja area cookroom Tahun 2013 ... 44

9. Jumlah karyawan bagian proses pengalengan ... 57

10. Hasil uji validitas ... 61

11. Pertumbuhan dan struktur ekonomi Provinsi Lampung menurut lapangan usaha Tahun 2011-2013 (%) ... 70

12. Industri pengolahan di Provinsi Lampung Tahun 2013 ... 72

13. Masa kerja responden karyawan pelaksana ... 83

14. Jenis kelamin responden karyawan pelaksana ... 84

15. Pendidikan terakhir responden karyawan pelaksana ... 85

(15)

19. Pendidikan terakhir responden kordinator ... 88

20. Usia responden kordinator ... 89

21. Distribusi responden berdasarkan penilaian terhadap pengawasan .. 84

22. Distribusi responden berdasarkan penilaian terhadap sanksi hukum . 93 23. Distribusi responden berdasarkan penilaian terhadap balas jasa ... 96

24. Distribusi responden berdasarkan penilaian terhadap tujuan dan kemampuan ... 99

25. Distribusi responden berdasarkan penilaian terhadap teladan pimpinan ... 101

26. Distribusi responden berdasarkan penilaian terhadap variabel keadilan ... 103

27. Distribusi responden berdasarkan penilaian terhadap variabel ketegasan ... 105

28. Distribusi responden berdasarkan penilaian terhadap variabel hubungan kemanusiaan ... 107

29. Distribusi responden berdasarkan penilaian terhadap variabel disiplin kerja karyawan pelaksana ... 110

30. Hasil analisis regresi linear berganda dengan program SPSS ... 114

31. Input Data Responden ... 137

32. Output Uji Validitas dan Reliabilitas ... 140

33. Karakteristik Responden ... 145

34. Output Method of Succesive Interval... 148

35. Data Input Regresi ke Program SPSS ... 150

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan pelaksana proses pengalengan nanas di PT Great

Giant Pineapple ... 49

2. Garis kategorisasi variabel ... 64

3. Diagram struktur ekonomi Provinsi Lampung menurut lapangan usaha Tahun 2013 ... 71

4. Grafik pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung menurut lapangan usaha Tahun 2013 ... 71

5. Struktur organisasi proses pengalengan nanas PT. Great Giant Pineapple... 80

6. Garis kategorisasi variabel pengawasan ... 92

7. Garis kategorisasi variabel sanksi hukum ... 95

8. Garis kategorisasi variabel balas jasa ... 98

9. Garis kategorisasi variabel tujuan dan kemampuan ... 100

10. Garis kategorisasi variabel teladan pimpinan ... 102

11. Garis kategorisasi variabel keadilan ... 104

12. Garis kategorisasi variabel ketegasan... 106

13. Garis kategorisasi variabel hubungan kemanusiaan... 108

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan sebagai organisasi yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan

finansial sangat dipengaruhi oleh karyawan sebagai salah satu sumber daya

yang dimiliki perusahaan. Dalam usahanya memperoleh keuntungan

finansial, perusahaan seringkali menghadapi masalah yang berasal dari

karyawan perusahaan itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa

karyawan sebagai suatu sumber daya perusahaan yang tidak dapat

diperlakukan sebagaimana sumber daya lain sesuai kehendak manajemen

(Sastrohadiwiryo, 2002).

Rosidah (2009) mengatakan bahwa keberhasilan berbagai aktifitas di dalam

perusahaan dalam mencapai tujuan bukan hanya tergantung pada kemajuan

teknologi, dana operasional yang tersedia, sarana dan prasarana yang dimiliki,

melainkan juga tergantung pada aspek sumber daya manusia yang dimiliki

perusahaan. Faktor manusia atau tenaga kerja memegang peranan penting,

sebab betapa pun majunya suatu teknologi, dalam prakteknya untuk

menggerakkan atau mengendalikan alat tersebut dibutuhkan tenaga manusia.

(18)

disiplin kerja tinggi harus dapat dipertahankan karena karyawan tersebut

merupakan salah satu aset penting yang dimiliki perusahaan.

Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan

kualitas sumber daya manusia adalah peningkatan disiplin kerja karyawan.

Sebesar apapun kemampuan yang dimiliki oleh manusia atau karyawan,

namun apabila tidak diimbangi dengan pemahaman terhadap disiplin kerja

yang baik, maka pekerjaan yang dilaksanakannya tidak akan menghasilkan

pekerjaan yang baik, bahkan mungkin akan menimbulkan kegagalan dalam

tercapainya tujuan organisasi. Peningkatan disiplin kerja karyawan

merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan dalam suatu organisasi

dengan harapan mereka memiliki rasa tanggung jawab untuk melaksanakan

tugas yang diberikan.

Disiplin kerja karyawan juga merupakan masalah yang sering dihadapi suatu

perusahaan terkait dengan cara kerja karyawan. Menurut Gouzali (2000)

disiplin kerja adalah sikap dan perilaku seorang karyawan yang diwujudkan

dalam bentuk kesediaan seorang karyawan dengan penuh kesadaran, dan

ketulus ikhlasan atau dengan tanpa paksaan untuk mematuhi dan

melaksanakan seluruh peraturan dan kebijaksanaan perusahan di dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai upaya memberi sumbangan

maksimal dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Disiplin kerja yang baik akan memudahkan perusahaan dalam mewujudkan

tujuannya. Disiplin kerja karyawan dapat dikatakan baik bila karyawan

(19)

perusahaan, serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap

pekerjaanya. Karyawan yang tidak disiplin dalam bekerja akan mengurangi

efisiensi perusahaan dalam mencapai tujuannya. Kondisi seperti ini akan

sangat berpotensi melemahkan posisi perusahaan dalam melakukan

persaingan, yang mana perusahaan dituntut untuk mampu menghasilkan

barang atau jasa yang bermutu melalui pemanfaatan seluruh sumber daya

yang dimiliki perusahaan secara optimal.

Provinsi Lampung memiliki beberapa perusahaan yang bergerak di bidang

agroindustri. Agroindustri merupakan kegiatan industri yang mengolah hasil

pertanian menjadi produk yang mempunyai nilai tambah dan berdaya saing

tinggi dengan melibatkan faktor penyediaan alat dan jasa dalam proses

kegiatanya. Perusahaan agroindustri berbentuk PT (Perseroan Terbatas) di

Provinsi Lampung berjumlah 15 buah dengan nama-nama perusahaan dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nama-nama perusahaan agroindustri di Provinsi Lampung 2013

No. Kabupaten Nama Perusahaan

1 Lampung Tengah PT. Gula Putih Mataram 2 Lampung Tengah PT. Gunung Madu Plantation 3 Lampung Tengah PTPN VII Unit Usaha Bekri 4 Lampung Tengah PT. Tunas Baru Lampung 5 Lampung Tengah PT. Umas Jaya Farm 6 Lampung Tengah PT. Great Giant Pineapple 7 Lampung Selatan PTPN VII Unit Usaha Rejosari 8 Lampung Selatan PTPN VII Unit Usaha Kedaton 9 Lampung Timur PT. Budi Acid Jaya

10 Lampung Utara PTPN VII Bunga Mayang 11 Tulang Bawang PT. Sweet Indo Lampung 12 Tulang Bawang PT. Indo Lampung Perkasa 13 Tulang Bawang PT. Sumber Indah Perkasa 14 Tulang Bawang PT. Teguh Wibawa BP

15 Tulang Bawang PT. Wira Kencana Adiperdana

(20)

PT. Great Giant Pineapple merupakan salah satu perusahaan agroindustri

yang dibangun di Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi lampung.

Perusahaan ini melakukan kegiatan mulai dari budidaya buah nanas hingga

proses pengalengan sehingga mudah dikonsumsi yang mampu mencapai

pasar ekspor dan saat ini telah menjadi perusahaan budidaya dan pengalengan

nanas terbesar ketiga di dunia. Dalam kegiatan operasionalnya, tidak terlepas

dari kegiatan manajemen sumber daya manusia.

PT. Great Giant Pineapple memiliki beberapa bagian departemen, salah

satunya yaitu bagian operasional proses pengalengan nanas. Bagian proses

pengalengan nanas merupakan akhir dari seluruh rangkaian produksi yang

ada di PT. Great Giant Pineapple, mulai dari pengadaan bibit hingga

pemanenan. Kegiatan budidaya nanas yang ada di PT. Great Giant Pineapple

yang memiliki lahan 32.000 berakhir pada lokasi proses pengalengan yang

luasnya kurang dari 10 hektar. Bagian ini merupakan bagian vital dari PT.

Great Giant Pineapple karena bagian ini merupakan tempat diproduksinya

nanas kaleng dengan berbagai macam kualitas yang nantinya akan dipasarkan

ke luar negeri.

Karyawan pada bagian proses pengalengan nanas terutama karyawan

pelaksananya memiliki jumlah yang sangat banyak meskipun pada bagian ini

telah dilengkapi mesin-mesin canggih dalam kegiatan operasionalnya. Proses

penyeleksian fisik nanas dilakukan oleh karyawan pelaksana dan ini akan

menentukan kualitas nanas kaleng yang diproduksi. Disiplin kerja karyawan

(21)

salah satu bagian vital perusahaan. Tetapi pada kenyataannya karyawan

pelaksana bagian proses pengalengan nanas di PT. Great Giant Pineapple

mempunyai disiplin yang belum baik. Indikasi tersebut dapat dilihat dari

masih ada beberapa karyawan yang datang terlambat ke pabrik. Selain sering

datang terlambat, karyawan juga sering tidak mentaati peraturan dalam

melaksanakan tugas yang diberikan. Misalnya terdapat larangan agar tidak

duduk-duduk di atas suatu tempat di dalam pabrik karena berbahaya, namun

masih ada karyawan yang mengabaikan peraturan tersebut. Terdapat

karyawan yang tertidur di lokasi kerja juga menandakan bahwa masih

rendahnya tingkat kesadaran karyawan akan pentingnya disiplin kerja.

Dalam 1 tahun perusahaan hanya memberi batas toleransi terhadap

pelanggaran yang dilakukan karyawan pelaksana sebanyak 50 kasus, dengan

rincian 30 kasus untuk pelanggaran ringan, 15 kasus untuk pelanggaran

sedang, dan 5 kasus untuk pelanggaran berat. Tetapi pada kenyataannya

jumlah pelanggaran pada tahun 2013 masih berada di atas batas toleransi

yang telah ditetapkan perusahaan. Jumlah pelanggaran yang dilakukan

karyawan pelaksana pada tahun 2013 dari pelanggaran ringan sampai

pelanggaran berat serta jumlah keterlambatan karyawan pelaksana datang ke

(22)

Tabel 2. Jumlah pelanggaran karyawan pelaksana proses pengalengan nanas di PT. Great Giant Pineapple.

No Tingkat Pelanggaran Jumlah pelanggaran (kasus)

1 Pelanggaran Ringan (Tidak menggunakan penutup kepala dengan benar, melepas sarung tangan ketika bekerja, tidak menggunakan fasilitas pembersihan alas kaki sebelum masuk lokasi pabrik, dll)

117

2 Pelanggaran Sedang (meninggalkan lokasi kerja tanpa izin atasan, tertidur di lokasi

kerja/meninggalkan pekerjaan, melanggar rambu-rambu aturan, dll)

48

3 Pelanggaran Berat (Mengabsenkan teman,

merusak peralatan kerja dengan sengaja, membuat kerusuhan, tidak patuh terhadap atasan.

13

Total 178

Sumber : PT Great Giant Pineapple 2013.

Tabel 3. Jumlah keterlambatan karyawan pelaksana datang ke lokasi pabrik pada Tahun 2013

No Bulan Rata-rata jumlah karyawan terlambat masuk pabrik (orang)

Persentase rata-rata keterlambatan dengan jumlah karyawan pelaksana (%) Persentase keterlambatan yang ditoleransi perusahaan (%)

1 Januari 38 1,2 0,4

2 Februari 47 1,5 0,4

3 Maret 26 0,8 0,4

4 April 23 0,7 0,4

5 Mei 41 1,3 0,4

6 Juni 38 1,2 0,4

7 Juli 33 1,0 0,4

8 Agustus 29 0,9 0,4

9 September 44 1,4 0,4

10 Oktober 19 0,6 0,4

11 November 22 0,7 0,4

12 Desember 26 0,8 0,4

Jumlah 12,1 4,8

(23)

Dari tabel 3 dapat disimpulkan bahwa jumlah persentase rata-rata

keterlambatan karyawan pelaksana per bulannya masih lebih tinggi daripada

persentase yang ditoleransi perusahaan. Ketidakdisiplinan karyawan

pelaksana juga berakibat terjadinya kecelakaan kerja yang semestinya tidak

perlu terjadi. Pada tahun 2013 terdapat 21 kasus dari kecelakaan kerja ringan

sampai kecelakaan kerja berat. Masih terjadinya kecelakaan kerja bertolak

belakang pada salah satu tujuan yang telah ditetapkan perusahaan yaitu tidak

adanya kecelakaan di lingkungan kerja (zero accident ). Kasus kecelakaan

kerja yang terjadi di area proses pengalengan nanas tahun 2013 dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Kasus kecelakaan kerja di area proses pengalengan nanas Tahun 2013

No Jenis Kecelakaan Kerja Jumlah Kasus ( Buah ) 1 Kecelakaan kerja ringan ( terkilir, luka tersayat,

luka bakar kurang dari 5%, dll)

15

2 Kecelakaan kerja sedang ( jari terpotong, luka bakar lebih dari 5% tetapi tidak butuh perawatan intensif dari medis ,dll )

4

3 Kecelakaan kerja berat ( Patah tulang, luka bakar lebih dari 25% , dan kecelakaan lainnya yang harus mendapatkan perawatan intensif dari medis serta kecelakaan yang berakibat pada kematian )

2

Sumber: PT. Great Giant Pineapple, 2013.

Kurang optimalnya disiplin kerja di lingkungan kerja proses pengalengan

nanas mengharuskan perusahaan meningkatkan pengawasan, dan juga

peningkatan dalam ketegasan pemberian sanksi hukum dari seluruh jajaran

karyawan baik itu pelaksana maupun staf yang bekerja dalam rangka

(24)

suatu organisasi, karyawan dalam melakukan kegiatan memerlukan petunjuk

kerja dari perusahaan agar pelaksanaannya sesuai dengan perencanaan dan

harus didukung dengan peraturan kerja perusahaan sehingga menciptakan

disiplin kerja.

Pemahaman yang kurang terhadap peraturan kerja serta kurang tegasnya

hukuman yang diberikan akan membuat karyawan sering melanggar aturan.

Pelanggaran peraturan kerja dapat terjadi di mana saja, termasuk di PT. Great

Giant Pineapple. Hal ini menyebabkan tugas yang diberikan tidak dapat

diselesaikan secara efektif dan efisien serta tingginya tingkat kesalahan dalam

menyelesaikan pekerjaan hanyalah salah satu akibat menurunnya disiplin

kerja pegawai. Hal ini merupakan isyarat bagi pimpinan suatu organisasi

untuk mengambil langkah-langkah dalam menanggulangi masalah tersebut.

Menyadari akan pentingnya disiplin kerja karyawan dalam melaksanakan

tugas dan kewajiban sebagai penunjang suksesnya organisasi dalam mencapai

tujuan, maka peran disiplin kerja karyawan akan sangat membantu dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sebesar apapun kemampuan

yang dimiliki oleh karyawan, namun apabila tidak diimbangi dengan

pemahaman terhadap disiplin kerja yang tinggi, maka tugas pekerjaan yang

dilaksanakannya tidak akan menghasilkan pekerjaan yang baik.

Lemahnya pengawasan, balas jasa yang kurang sesuai, dan sanksi hukum

yang tidak tepat menjadi beberapa kemungkinan faktor penyebab terjadinya

(25)

lebih lanjut. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian di PT.

Great Giant Pineapple khususnya bagian proses pengalengan nanas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

yang menjadi permasalahan pada penelitian ini adalah

1. Bagaimana tingkat disiplin kerja karyawan pelaksana bagian proses

pengalengan nanas di PT. Great Giant Pineapple?

2. Bagaimana pengaruh faktor pengawasan, sanksi hukum, balas jasa, tujuan

dan kemampuan, teladan pimpinan, keadilan, ketegasan, dan hubungan

kemanusiaan terhadap disiplin kerja karyawan pelaksana bagian proses

pengalengan nanas di PT. Great Giant Pineapple?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian tentang disiplin kerja di PT. Great Giant

Pineapple ini adalah

1. Menganalis tingkat disiplin kerja karyawan pelaksana bagian proses

pengalengan nanas di PT. Great Giant Pineapple.

2. Menganalisis pengaruh faktor pengawasan, sanksi hukum, balas jasa,

tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, keadilan, ketegasan, dan

hubungan kemanusiaan terhadap disiplin kerja karyawan pelaksana

(26)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat antara lain

1. Penelitian ini akan membantu PT. Great Giant Pineapple dalam membuat

kebijakan yang dapat meningkatkan kedisiplinan para karyawannya

terutama di bagian proses pengalengan nanas.

2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi atau masukan bagi peneliti

lain yang berminat melakukan penelitian di bidang yang sama.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan sebagai suatu

pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada pada individu

(karyawan). Pengelolaan dan pendayagunaan tersebut dikembangkan secara

optimal di dalam dunia kerja untuk mencapai tujuan organisasi dan

pengembangan individu karyawan (Mangkunegara, 2011).

Menurut Hasibuan (2005) manajemen sumber daya manusia adalah alat dan

seni yang mengatur hubungan dan peran tenaga kerja agar efektif dan efisien

yang membantu dalam mewujudkan tujuan perusahaan, karyawan dan

masyarakat. Sedangkan Sastrohadiwiryo (2002), menggunakan istilah

manajemen tenaga kerja sebagai pengganti manajemen sumber daya manusia.

Menurutnya, manajemen tenaga kerja merupakan pendayagunaan, pembinaan,

pengaturan, pengurusan, pengembangan unsur tenaga kerja, baik yang

berstatus sebagai buruh, karyawan, maupun pegawai dengan segala

kegiatannya dalam usaha mencapai hasil guna dan daya guna yang

sebesar-besarnya, sesuai dengan harapan usaha perorangan, badan usaha, perusahaan,

lembaga, maupun instansi. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan

(28)

kerja manusia yang diatur menurut urutan fungsi-fungsinya agar efektif dan

efisien dalam mewujudkan tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.

B. Disiplin Kerja

1. Pengertian Disiplin

Kata disiplin berasal dari bahasa latin “discipline” yang berarti “latihan

atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat”.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kata disiplin artinya ketaatan

(kepatuhan) kepada peraturan. Berbeda halnya pengertian disiplin yang

dikemukakan Rivai (2005), menurut beliau disiplin kerja adalah suatu alat

yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar

mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku sebagai suatu upaya

untuk meningkatkan kesadaran dan kesedian seseorang mematuhi semua

peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Menurut Fathoni (2006) kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan

seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial

yang berlaku. Kedisiplinan dapat diartikan bilamana karyawan selalu

datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya

dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma

sosial yang berlaku. Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi

perusahaan, karena tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik maka

(29)

Menurut Hasibuan (2005) kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan

seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial

yang berlaku. Kesadaran disini merupakan sikap seseorang yang secara

sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung

jawabnya. Jadi, dia akan mematuhi atau mengerjakan semua tugasnya

dengan baik, bukan atas paksaan. Sedangkan kesediaan adalah suatu sikap,

tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan

perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

disiplin kerja pegawai merupakan sikap atau tingkah laku yang

menunjukkan kesetiaan dan ketaatan seseorang atau sekelompok orang

terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh instansi atau organisasinya.

Peraturan tersebut bisa dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis

sehingga diharapkan pekerjaan yang dilakukan efektif dan efesien sesuai

dengan tujuan organisasi.

2. Bentuk-Bentuk Disiplin Kerja

Mangkunegara (2011) menyatakan bahwa disiplin mempunyai 3 (tiga)

macam bentuk, yaitu :

a. Disiplin Preventif

Disiplin preventif adalah tindakan pendisiplinan agar terdorong untuk

menaati standar atau peraturan. Tujuan pokoknya adalah mendorong

Sumber Daya Manusia agar memiliki disiplin pribadi yang tinggi, agar

(30)

pemaksaan, yang dapat mematikan prakarsa dan kreativitas serta

partisipasi sumber daya manusia.

b. Disiplin Korektif

Disiplin korektif adalah tindakan dilakukan setelah terjadi pelanggaran

standar atau peraturan, tindakan tersebut dimaksud untuk mencegah

timbulnya pelanggaran lebih lanjut. Tindakan itu biasanya berupa

hukuman tertentu yang biasa disebut sebagai tindakan disipliner, antara

lain berupa peringatan, skors, pemecatan.

c. Disiplin Progresif

Disiplin progresif adalah tindakan disipliner berulang kali berupa

hukuman yang makin berat, dengan maksud agar pihak pelanggar bisa

memperbaiki diri sebelum hukuman berat dijatuhkan.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan

Menurut Hasibuan (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kedisiplinan karyawan pada suatu organisasi adalah sebagai berikut:

a. Tujuan dan kemampuan

Tujuan dan kemampuan ini mempengaruhi tingkat kedisiplinan

karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara

ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini

berarti bahwa pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan harus

sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan agar karyawan

tersebut bekerja dengan sungguh-sungguh dan disiplin dalam

(31)

atau jauh di bawah kemampuannya maka kesungguhan dan kedisiplinan

karyawan rendah. Disinilah letak pentingnya asas the right man in the

right place and the right man in the right job.

b. Teladan pimpinan

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan

karyawan karena pimpinanan dijadikan teladan dan panutan oleh para

bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin

baik, jujur, adil, serta sesuai dengan perbuatan. Dengan teladan

pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan akan ikut baik.

c. Balas Jasa

Untuk mewujudkan kedisiplinan karyawan yang baik perusahaan harus

memberikan balas jasa yang relatif besar. Kedisiplinan karyawan tidak

mungkin baik apabila balas jasa yang mereka terima kurang

memuaskan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta keluarga.

Jadi, balas jasa barperan penting untuk menciptakan kedisiplinan

karyawan. Artinya semakin besar balas jasa semakin baik kedisiplinan

karyawan. Sebaliknya, apabila balas jasa kecil kedisplinan karyawan

menjadi rendah. Karyawan sulit untuk berdisiplin baik selama

kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik.

d. Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisplinan karyawan, karena

(32)

diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan

dasar kebijakan dalam pemberian balas jasa atau hukuman akan tercipta

kedisiplinan yang baik. Dengan keadilan yang baik akan menciptakan

kedisiplinan yang baik pula.

e. Pengawasan Melekat ( Waskat )

Pengawasan melekat (Waskat) adalah tindakan nyata paling efektif

dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan

pengawasan melekat berarti atasan harus aktif dan langsung mengatasi

perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja bawahannya. Hal

ini berarti atasan harus selalu ada di tempat kerja agar dapat mengawasi

dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami

kesulitan dalam menjalankan pekerjaannya. Pengawasan melekat

efektif merangsang kedisiplinan karyawan, karena karyawan merasa

mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan dan pengawasan

dari atasannya.

f. Sanksi hukuman

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan

karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan

semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan. Berat atau

ringan sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik

(33)

g. Ketegasan

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi

kedisiplinan karyawan perusahaan, pimpinan harus berani dan tegas

bertindak untuk memberikan sanksi sesuai dengan yang telah

ditetapkan perusahaan sebelumnya. Dengan demikian pimpinan akan

dapat memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan.

h. Hubungan kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut

menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Manajer

harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang

serasi baik diantara semua karyawan. Kedisiplinan karyawan akan

tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.

Adanya disiplin dalam perusahaan akan membuat pegawai dapat

menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik.

Pegawai yang disiplin dan patuh terhadap norma-norma yang berlaku

dalam perusahaan dapat meningkatkan produktivitas dan prestasi kerja

pegawai yang bersangkutan. Gouzali (2000) juga mengemukakan

beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja, yaitu :

a. Besar kecilnya pemberian kompensasi atau balas jasa

b. Ada tidaknya keteladanan pemimpin dalam perusahaan

c. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.

d. Keberanian pemimpin dalam mengambil tindakan.

(34)

f. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan.

g. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.

4. Macam- Macam Disiplin Kerja

Menurut Jasin (1989) dalam Helmi (1996) ada dua macam disiplin kerja

yaitu disiplin diri dan disiplin kelompok.

a. Disiplin Diri

Disiplin diri merupakan disiplin yang dikembangkan atau dikontrol

oleh diri sendiri. Hal ini merupakan aktualisasi dari tanggung jawab

pribadi, yang berati mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada di luar

dirinya. Melalui disiplin diri, karyawan-karyawan merasa bertanggung

jawab dan dapat mengatur diri sendiri untuk kepentingan organisasi.

b. Disiplin Kelompok

Kegiatan organisasi bukanlah kegiatan yang bersifat individual. Selain

disiplin diri masih diperlukan disiplin kelompok. Hal ini didasarkan

atas pandangan bahwa di dalam kelompok kerja terdapat standar ukuran

prestasi yang telah ditentukan.

Disiplin kelompok akan tercapai jika disiplin diri telah tumbuh dalam

diri karyawan. Artinya, kelompok akan menghasilkan pekerjaan yang

optimal jika masing-masing anggota kelompok dapat memberikan andil

yang sesuai dengan hak dan tanggungjawabnya. Andaikan satu di

antara sekian ribu karyawan bekerja tidak sungguh-sungguh, maka hal

(35)

Kaitan antara disiplin diri dengan disiplin kelompok dilukiskan oleh

Jasin (1989) dalam Helmi (1996) seperti dua sisi dari satu mata uang.

Keduanya saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan. Disiplin diri

tidak dapat dikembangkan secara optimal tanpa dukungan disiplin

kelompok. Sebaliknya, disiplin kelompok tidak dapat ditegakkan tanpa

adanya dukungan disiplin pribadi.

Disiplin yang terbaik adalah disiplin diri, disiplin yang muncul dari dalam

diri manusia itu sendiri. Sebagian besar orang memahami apa yang

diharapkan dirinya di pekerjaan, dan biasanya karyawan diberi

kepercayaan untuk menjalankan pekerjaannya secara efektif. Seseorang

yang telah memiliki disiplin diri yang baik maka segala tindakannya akan

selalu disiplin, orang tersebut akan menjunjung tinggi dan patuh terhadap

peraturan-peraturan dan norma-norma yang ada pada lingkungan ia

berada. Termasuk pada dunia kerja. Oleh karenanya pada penelitian akan

diteliti disiplin diri/individu karyawan pelaksana proses pengalengan di

PT. Great Giant Pineapple.

5. Pengukuran Variabel Disiplin Kerja

Tinggi rendahnya tingkat disiplin kerja karyawan dapat dilihat dari tingkat

absensi dan tingkah laku karyawan dalam mengerjakan tugas-tugasnya.

Tingkat absensi karyawan yang tinggi menandakan tingkat disiplin kerja

karyawan dalam perusahaan rendah, sebaliknya semakin rendah tingkat

absensi karyawan berarti disiplin kerja karyawan dalam perusahaan tinggi,

(36)

Karyawan yang tidak taat akan peraturan yang ada di perusahaan juga

dapat dijadikan indikasi sebuah ketidakdisiplinan.

Wulandari (2010) mengukur disiplin kerja karyawan dengan

menggunakan dimensi disiplin waktu, yaitu melihat dari ketepatan waktu

dalam datang dan pulang kerja. Sedangkan Nurhikmah (2010) mengukur

disiplin kerja berdasarkan dimensi disiplin waktu dan disiplin peraturan.

Disiplin Waktu dilihat dari indikator ketepatan dalam masuk kerja (tidak

telat), tepat waktu keluar istirahat, tepat waktu masuk setelah istirahat, dan

tepat waktu saat pulang kerja. Disiplin peraturan dilihat dari indikator

seberapa sering seorang karyawan melakukan kesalahan (melanggar

peraturan).

Pengukuran yang tidak jauh berbeda juga digunakan oleh Pardede (2010).

Dimensi yang digunakan adalah

1. Taat terhadap aturan waktu

Dilihat dari jam masuk kerja, jam pulang, dan jam istirahat yang tepat

waktu sesuai dengan aturan yang berlaku di perusahaan.

2. Taat terhadap peraturan perusahaan

Peraturan dasar tentang cara menggunakan seragam kerja yang telah

ditetapkan perusahaan, dan bertingkah laku dalam pekerjaan.

3. Taat terhadap aturan perilaku dalam pekerjaan

Ditunjukan dengan cara-cara melakukan pekerjaan-pekerjaan sesuai

dengan jabatan, tugas dan tanggung jawab serta cara berhubungan

(37)

4. Taat terhadap peraturan lainnya diperusahaan

Aturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan

oleh para pegawai dalam perusahaan.

Dapat disimpulkan bahwa penilaian mengenai disiplin kerja dapat dilihat

beberapa dimensi, yaitu disiplin waktu, disiplin peraturan, dan disiplin

pekerjaan atau tanggung jawab. Pada penelitian ini akan menggunakan

ketiga dimensi tersebut dalam menilai disiplin kerja karyawan.

C. Pengawasan

1. Pengertian pengawasan

Secara umum pengawasan dapat diartikan sebagai perbuatan untuk

melihat dan memonitor terhadap orang agar sesuai dengan kehendak yang

telah ditentukan sebelumnya. Pengawasan bertujuan untuk mengamati apa

yang sebenarnya terjadi dan membandingkan dengan apa yang seharusnya

terjadi dengan maksud untuk mengetahui penyimpangan atau hambatan

agar dapat diambil tindakan korektif yang diperlukan. Handoko (2000)

mengatakan bahwa pengawasan adalah proses untuk menjamin bahwa

tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Pengawasan

merupakan elemen tugas-tugas manajerial dan mencakup tindakan

pengukuran dan perbaikan (koreksi) performa pihak yang diawasi guna

memastikan bahwa sasaran-sasaran, instruksi yang dikeluarkan

dilaksanakan secara efisien dan berjalan lancar. Menurut Mocklear

(38)

menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan,

merancang sistem informasi, umpan balik, membandingkan kegiatan nyata

dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan

mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan

koreksi yang diperlukan guna menjamin bahwa semua unsur sumber daya

organisasi digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam

pencapain tujuan organisasi.

Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pengawasan merupakan

kegiatan yang dimaksudkan untuk mencegah atau untuk memperbaiki

kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian, penyelewengan dan lainnya

yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan.

Jadi, maksud pengawasan bukan mencari kesalahan terhadap orangnya

tetapi mencari kebenaran terhadap hasil pelaksanaan pekerjaannya.

2. Pengukuran Variabel Pengawasan

Baik tidaknya pengawasan yang dilakukan sebuah perusahaan akan

berpengaruh terhadap proses kegiatan yang berlangsung. Pengawasan

yang baik dapat dilihat dari tingkat kedisiplinan para karyawannya dalam

bekerja, karena karyawan yang terawasi akan merasa takut untuk berbuat

suatu kesalahan dan sebisa mungkin karyawan tersebut tidak melakukan

kesalahan-kesalahan yang ada.

Nurhikmah (2010) menilai pengawasan dengan menggunakan indikator

a. Pemantauan

(39)

peristiwanya terjadi dan dimana bawahan bekerja.

b. Pemeriksaan

Pengawasan yang dilakukan melalui pengamatan, pencatatan,

penyelidikan dan penelahaan secara cermat dan sistematis serta

melalui penilaian terhadap segala yang ada kaitannya dengan

pekerjaan.

c. Bimbingan dan Pengarahan

Segala kegiatan yang dilakukan pimpinan dalam memberikan saran

terhadap pelaksanaan tugas,

d. Tindakan koreksi

Segala upaya yang dilakukan pimpinan untuk memperbaiki

kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan bawahan.

Wulandari (2010) menilai variabel pengawasan dengan menggunakan

indikator

a. Atasan melakukan pengawasan langsung terhadap pekerjaan yang

dilakukan karyawannya.

b. Atasan selalu berada di lokasi kerja dan memberi pengarahan sebelum

mengerjakan pekerjan yang ada.

c. Atasan selalu melakukan pengarahan kepada karyawan dalam

menyelesaikan pekerjaannya.

d. Atasan selalu bertindak tegas dan adil kepada karyawannya.

Dari kedua pendapat di atas, peneliti mengambil indikator yang dapat

digunakan untuk mengukur variabel pengawasan yang sesuai dengan

(40)

terhadap pengawasan yang dilakukan berdasarkan persepsi para karyawan

pelaksana terhadap pengawasan yang dilakukan atasannya dengan

menggunakan indikator

a. Pengawasan oleh atasan secara langsung di lokasi kerja.

b. Pengarahan oleh atasan sebelum kegiatan operasional berlangsung.

c. Teguran yang dilakukan oleh atasan terhadap karyawan yang bekerja

tidak sesuai dengan prosedur.

d. Tindakan tegas dan adil oleh atasan terhadap bawahaannya.

e. Perbaikan oleh atasan terhadap kesalahan atau penyimpangan yang

dilakukan oleh para bawahannya.

D. Sanksi Hukum ( Persepsi karyawan pelaksana terhadap sanksi hukum yang diterapkan perusahaan)

1. Pengertian Sanksi Hukum

Sanksi hukum adalah tindakan korektif yang dilakukan kepada seseorang

yang melakukan suatu pelanggaran dengan maksud membuat efek jera dan

orang tersebut tidak melakukan kembali kesalahan yang sama. Menurut

Helmi (1996) sanksi hukum adalah sebuah hukuman yang diberikan

terhadap seseorang yang melanggar suatu peraturan atau melakukan

penyimpangan dari apa yang seharusnya. Sedangkan pengertian sanksi

hukum yang dikemukakan oleh PT. Gret Giant Pineapple yang ditulis

dalam buku perjanjian kerja bersama, menjelaskan bahwa sanksi hukum

merupakan tindakan korektif yang diterapkan kepada karyawan atas

(41)

peraturan-peraturan perusahaan dengan tujuan membuat efek jera bagi pelaku

penyimpangan dan juga memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah

dilakukan sehingga diharapkan pelaku penyimpangan tidak berbuat

kesalahan kembali terutama untuk kesalahan yang sama. Tingkat

hukuman yang diberikan disesuaikan dengan kesalahan yang diperbuat

karyawan.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan sanksi hukum adalah

hukuman bagi seseorang yang melakukan tindakan yang tidak sesuai

dengan aturan yang berlaku dengan tingkat hukuman yang disesuaikan

dengan kesalahan yang dilakukan. Hukuman yang diberikan bertujuan

agar pelaku tidak berbuat kesalahan kembali terutama untuk kesalahan

yang sama.

2. Macam- Macam Sanksi Hukum Dalam Disiplin Kerja

Sanksi hukum yang diberikan kepada sorang karyawan berbeda-beda

tergantung dari tingkat pelanggaran disiplin yang dilakukan karyawan

sehingga hukuman dapat diterima oleh para pelakunya. Berikut adalah

macam-macam sanksi pelanggaran yang ada di Perjanjian Kerja Bersama

(PKB) PT. Great Giant Pineapple (2013).

a. Peringatan lisan ( teguran ) oleh atasan langsung atau pejabat yang

berwenang untuk kasus pelanggaran tingkat kecil atau ringan

b. Surat peringatan tertulis. Tingkatan surat peringatan tertulis pada PT.

(42)
[image:42.595.151.512.126.351.2]

Tabel 5. Tingkatan surat peringatan di PT. Great Giant Pineapple Tahun 2013

No Surat Peringatan

Sifat Diberikan

Oleh

Masa Berlaku (Bulan) 1 Pertama Tindakan pembinaan tingkat

pertama, terhadap

pelanggaran ringaan untuk dapat diperbaiki.

Bagian Personalia (HRD )

4

2 Kedua Tindakan pembinaan tingkat kedua, terhadap pelanggaran berulang atau yang lebih berat dengan harapan lebih diperhatikan.

Bagian Personalia (HRD)

6

3 Ketiga Tindakan pembinaan terakhir, dengan ancaman PHK, untuk pelanggaran berat atau berulang

Bagian Personalia (HRD), atau Depnaker

8

Sumber : PT. Great Giant Pineapple, 2013.

c. Sanksi administratif dan jabatan dapat berupa pemberhentian sementara

(skorsing), penurunan jabatan, penundaan kenaikan upah, penundaan

promosi jabatan, atau penjabutan fasilitas- fasilitas tertentu.

Pelaksanaan tindakan pembinaan karyawan yang diberikan melalui surat

peringatan tidak harus mengikuti urutan satu demi satu tergantung pada

macam, frekuensi serta berat ringannya pelanggaran yang dilakukan.

Berikut adalah kesalahan-kesalahan yang dapat diberikan surat peringatan

pertama, kedua, dan ketiga :

a. Kesalahan- kesalahan yang dapat diberikan surat peringatan pertama

antara lain

 Pekerja yang telah mendapatkan teguran lisan namun masih

(43)

 Pekerja terlambat masuk kerja atau pulang lebih awal sebanyak 3

(tiga) kali dalam waktu satu bulan tanpa alasan yang sah.

 Pekerja yang mengalihkan tugas dan pekerjaan yang diberikan

(dipercayakan) kepada pekerja lain atau sebaliknya menerima tugas

dari pekerja lain tanpa sepengetahuan dan persetujuan atasan.

 Pekerja yang lalai menggunakan perlengkapan kerja K3 ataupun

perlengkapan lainnya yang telah disediakan oleh perusahaan.

 Pekerja yang mengabaikan ketentuan mengenai kebersihan di lokasi

maupun di lingkungan perusahaan.

 Pekerja yang melanggar ketentuan berlalu lintas di lingkungan

perusahaan, parkir di kawasan tertib lalu lintas di sepanjang main

road, melampaui kecepatan yang ditentukan sesuai dengan

rambu-rambu lalu lintas yang ada di lingkungan perusahaan, dan juga parkir

di tempat yang ada rambu dilarang parkir.

 Pekerja yang melanggar aturan-aturan yang dikeluarkan oleh bagian/

departmen masing-masing, sepanjang aturan tersebut tidak

bertentangan dengan kesepakatan ini.

b. Kesalahan- kesalahan yang dapat diberikan surat peringatan kedua

antara lain

 Pekerja yang telah mendapatkan surat peringatan pertama yang

masih berlaku, namun melakukan kesalahan lagi, baik kesalahan lain

maupun kesalahan yang sama.

 Pekerja yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 2 (dua)

(44)

 Pekerja yang menggunakan fasilitas atau peralatan perusahaan yang

bukan haknya untuk kepentingan diri sendiri dan tanpa persetujuan

atasan (perusahaan).

 Pekerja yang lalai melaksanakan ketentuan K3.

 Pekerja yang menggunakan waktu kerja untuk tujuan lain yang tidak

ada hubungannya dengan pekerjaan tanpa persetujuan atasannya.

 Pekerja yang menolak untuk diperiksa kesehatannya

c. Kesalahan-kesalahan yang dapat diberikan surat peringatan ketiga

antara lain

 Pekerja yang telah mendapat surat peringatan kedua yang masih

berlaku, namun melakukan kesalahan lagi, baik kesalahan lain

maupun kesalahan yang sama.

 Pekerja yang tidak masuk kerja selama 3 (tiga) hari tanpa alasan

yang sah dalam waktu satu bulan.

 Pekerja yang mengabsenkan orang lain atau minta diabsenkan orang

lain, dengan maksud pemalsuan.

 Pekerja yang tidur pada jam kerja atau meninggalkan pekerjaan vital

yang dipercayakan kepadanya, tanpa sepengetahuan dan persetujuan

atasan.

 Pekerja yang melanggar ketentuan berlalu lintas di lingkungan

perusahaan, yang membahayakan keselamatan orang lain.

 Pekerja menolak melaksanakan perintah atasannya yang masih ada

(45)

 Berdasarkan standar penilaian karyawan perusahaan, pekerja

dianggap tidak cakap meelakukan pekerjaan walaupun sudah dicoba

dibidangnya selama sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan.

Pekerja yang melakukan kelalaian atau kecerobohan yang

mengakibatkan kerusakan atau hilangnya barang milik perusahaan,

maka terlepas dari pemberian surat peringatan kepada pekerja yang

bersangkutan, pekerja juga akan dikenakan ganti rugi. Pekerja yang

telah mendapatkan surat peringatan ketiga dan masih berlaku, namum

malakukan kesalahan lain ataupun kesalahan yang sama, maka

karyawan tersebut akan menerima hukuman Pemutusan hubungan

Kerja ( PHK ). Pemberian hukuman PHK kepada karyawan dilakukan

perusahaan dengan cara meminta izin terlebih dahulu ke Panitia

Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah (P4D).

3. Pengukuran Variabel Sanksi Hukum

Wulandari (2010) menilai variabel sanksi hukum dengan menggunakan

indikator

a. Karyawan selalu melakukan pekerjaannya dengan baik dan sesuai

dengan prosedur sehingga tidak perlu diberikan sanksi hukum.

b. Sanksi hukuman yang diterima karyawan sudah sesuai dengan

kesalahan yang diperbuat.

c. Atasan selalu adil dalam memberikan hukuman terhadap para

(46)

Pada penelitian ini pengukuran yang digunakan untuk menilai variabel

sanksi hukum tidak jauh berbeda dengan yang digunakan Wulandari

(2010). Indikator tersebut adalah

a. Kesesuaian antara sanksi yang diberikan kepada karyawan dengan

kesalahan yang diperbuat.

b. Ketegasan dan keadilan atasan dalam memberikan hukuman

kepada karyawan yang berbuat kesalahan.

E. Balas Jasa

1. Pengertian Balas Jasa

Rosidah (2009) mendefinisikan balas jasa sebagai segala sesuatu yang

diterima oleh pegawai sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Balas jasa

meliputi semua pendapatan yang berbentuk uang atau barang, langsung

atau tidak langsung yang di terima pegawai sebagai imbalan atas jasa yang

diberikan kepada perusahaan. Balas jasa yang berbentuk uang artinya

balas jasa itu dibayar oleh perusahaan dengan sejumlah uang kepada

pegawai yang bersangkutan,sedangkan balas jasa yang berbentuk barang

artinya balas jasa itu dibayar dengan barang. Dalam hal ini balas jasa

dibedakan menjadi dua, yaitu balas jasa langsung (directcompencation)

berupa gaji, upah dan insentif serta balas jasa tidak langsung (indirect

compensation) yang biasanya merupakan fasilitas perusahaan seperti bus

(47)

Menurut Dewi (2013) balas jasa adalah imbalan yang diberikan kepada

seseorang atas jerih payah yang telah disumbangkannya. Balas jasa yang

diterima harus memuaskan, dalam arti imbalan yang diberikan itu dapat

mencukupi kebutuhan hidup, baik untuk kebutuhan diri sendiri maupun

keluarganya. Hasibuan (2005) menjelaskan balas jasa atau kompensasi

adalah semua pendapatan yang berbentuk uang atau barang langsung atau

tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang

diberikan kepada perusahaan.

Dapat di ambil kesimpulan balas jasa adalah imbalan yang diterima oleh

karyawan atas jasa yang telah diberikan untuk perusahaan. Imbalan yang

diberikan dapat berupa gaji bulanan dan juga fasilitas-fasilitas yang

diberikan perusahaan.

2. Pengukuran Variabel Balas Jasa

Besar kecilnya balas jasa yang diterima oleh seorang karyawan

berhubungan erat dengan kesejahteraan karyawan. Semakin besar balas

jasa yang diterima oleh karyawan maka semakin tinggi pula tingkat

kesejahteraan karyawan tersebut. Hal ini akan menimbulkan rasa

kecintaan terhadap pekerjaannya yang kemudian akan meningkatkan

disiplin diri pada karyawan tersebut.

Penilaian variabel balas jasa yang digunakan Wulandari (2010)

menggunakan indikator

a. Balas Jasa yang diterima karyawan sudah dapat mencukupi kebutuhan

(48)

b. Karyawan merasa puas dengan balas jasa yang diberikan perusahaan.

c. Karyawan merasa balas jasa yang diberikan sudah sesuai dengan

pekerjaannya.

Bangsawan (2009) menilai variabel balas jasa dalam penelitiannya

menggunakan dimensi, besaran gaji, tunjangan-tunjangan yang diberikan

perusahaan, dan juga ada tidaknya penghargaan yang diberikan oleh

perusahaan terhadap prestasi karyawannya. Besaran gaji dinilai dengan

menanyakan sikap responden mengenai besaran gaji yang diterimanya,

apakah sudah sesuai dengan kebutuhan atau belum. Tunjangan yang

diberikan perusahaan sudah cukup atau belum, seperti tunjangan makan,

tunjangan resiko, tunjangan tempat tinggal, tunjangan transportasi, dll.

Dalam penelitian ini variabel balas jasa akan dinilai berdasarkan persepsi

para karyawan pelaksana atas balas jasa yang diberikan perusahaan dengan

menggunakan indikator

a. Kesesuaian gaji yang di terima dengan kebutuhan hidup karyawan.

b. Kesesuaian gaji yang diterima dengan tingkat kesulitan dan resiko

dalam mengerjakan tugas di perusahaan

c. Kesesuaian fasilitas yang diberikan perusahaan dengan kebutuhan

karyawan.

d. Kesesuaian tunjangan yang diberikan perusahaan dengan kebutuhan

(49)

F. Tujuan Dan Kemampuan

1. Pengertian tujuan dan kemampuan

Tujuan merupakan hal yang harus dicapai dalam bekerja di suatu

perusahaan. Tujuan yang ditetapkan harus jelas sehingga karyawan

mengerti apa yang harus dilakukannya agar pekerjaannya bisa dikerjakan

secara baik dan benar. Pekerjaan yang dilakukannya pun harus sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki oleh karyawan agar karyawan dapat

menyelesaikan pekerjaannya dengan apa yang diharapkan. Jika

pekerjaannya diluar dari kemampuannya maka pekerjaan yang

dikerjakannya tidak akan sesuai dengan harapan.

2. Pengukuran Variabel Tujuan dan Kemampuan

Penilaian variabel tujuan dan kemampuan berdasarkan persepsi karyawan

atas “tujuan dan kemampuan” yang dimilikinya dengan pekerjaan yang

dikerjakannya. Indikator yang digunakan dalam menilai variabel tujuan

dan kemampuan adalah

a. Kesesuaian antara pekerjaan dengan kemampuan yang dimiliki

karyawan

b. Kejelasan tujuan dalam pekerjaan.

G. Teladan Pimpinan

1. Pengertian Teladan Pimpinan

Dalam sebuah pekerjaan pimpinan atau atasan memegang kendali atas

(50)

pimpinan dalam bekerja akan menjadi contoh para bawahannya. Pimpinan

sangat berperan dalam memberikan keteladanan terutama dalam hal

kedisiplinan. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik,

jujur, adil, serta sesuai dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang

baik, maka kedisiplinan para karyawannya pun akan ikut baik

2. Pengukuran Variabel Teladan Pimpinan

Variabel teladan pimpinan akan diukur berdasarkan persepsi para

karyawan pelaksana atas keteladanan atasan dengan mengguanakan

indikator

a. Kepatuhan atasan terhadap aturan waktu di perusahaan .

b. Kepatuhan atasan terhadap peraturan-peraturan di lokasi kerja.

H. Keadilan

1. Pengertian Keadilan

Keadilan merupakan tindakan tidak memihak yang dilakukan oleh atasan

terhadap para bawahannya. Pada dasarnya setiap karyawan akan merasa

bahwa dirinya penting dan ingin diperlakukan sama dengan karyawan

lainnya. Keadilan yang dijadikan kebijakan dalam mengambil sebuah

keputusan akan tercipta kedisiplinan yang baik.

2. Pengukuran Variabel Keadilan

Variabel keadilan akan dinilai berdasarkan persepsi karyawan terhadap

keadilan yang dilakukan oleh atasannya dengan indikator

(51)

2. Atasan adil dalam memberikan arahan dan bantuan kepada karyawan

yang membutuhkan.

I. Ketegasan

1. Pengertian Ketegasan

Ketegasan merupakan tindakan berani dalam mengambil keputusan dalam

suatu keadaan. Ketegasan atasan dalam bertindak akan mempengaruhi

tingkat kedisiplinan karyawan. Atasan yang tegas akan disegani oleh para

bawahannya. Dengan bertidak tegas, terutama dalam memberikan sanksi

kepada bawahannya diharapkan kedisiplinan karyawan dapat terjaga.

2. Pengukuran Variabel Ketegasan

Ketegasan yang dilakukan oleh atasan dinilai oleh para karyawan

pelaksana dengan memberikan skor atas persepsi mereka terhadap

ketegasan yang dilakukan oleh atasannya. Dimensi yang digunakan untuk

mengukur ketegasan atasannya adalah

1. Pemberian sanksi oleh atasan kepada bawahannya.

2. Pemberian perintah oleh atasan kepada bawahannya

J. Hubungan Kemanusiaan

1. Pengertian Hubungan Kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan merupakan hubungan antara sesama karyawan

dalam suatu perusahaan. Hubungan kemanusiaan yang baik antara sesama

(52)

ini akan mendorong karyawan untuk berperilaku disiplin karena ia merasa

tidak memiliki tekanan atau rasa takut dalam bekerja. Rasa tidak nyaman

seperti ini akan membuat karyawan tidak tenang dalam bekerja sehingga

karyawan akan cenderung melakukan kesalahan-kesalahan yang

seharusnya tidak perlu terjadi.

2. Pengukuran Variabel Hubungan Kemanusiaan

Pengukuran variabel hubungan kemanusiaan dilakukan dengan melihat

seberapa jauh hubungan baik antara sesama karyawan pelaksana dan

antara karyawan pelaksana dengan atasannya. Diukur dengan mengajukan

pertanyaan kepada para karyawan mengenai hubungan dengan sesama

karyawan dan hubungan dengan atasan kemudian karyawan memberikan

persepsi atau tanggapan akan hubungannya.

K. Peran Tenaga Kerja Dalam Kegiatan Operasional Pengalengan Nanas

Dalam kegiatan operasional pengalengan di PT. Great Giant Pineapple,

sumber daya manusia sangat berperan dalam menentukan kualitas dan

kuantitas hasil produksi. Dalam proses pengalengan terdapat tenaga kerja

yang berperan sebagai kepala shift, koordinator, dan juga pelaksana. Proses

pengalengan nanas secara garis besar dibagi menjadi beberapa area, yaitu

(53)

1. Raw Material ( area weighing hingga peeling)

Pada bagian ini terdapat tenaga kerja yang berperan sebagai ka. shift,

kordinator, pelaksana operator dan pelaksana selain operator. Ka. shift

raw material memiliki tugas sebagai berikut:

 Mengelola sumber daya yang ada di penerimaan buah distribusi buah

dan ginaca ( mesin,bahan baku, manusia,dll) agar kapasitas dan

produktivitas yang didapatkan optimal dengan biaya operasional yang

efisien.

 Mengelola kegiatan sanitasi agar produksi yang dihasilkan memenuhi

persyaratan kesehatan (hygienis) serta aman di konsumsi.

 Meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja ( zero accident ) di

lingkungan kerja raw material penerimaan buah dan distribusi buah.

 Memastikan kinerja lingkungan berjalan sesuai dengan kebijakan

perusahaan yaitu emisi gas buang pada forklift dan dump truck

beroperasi di bawah standar.

Kordinator pada bagian ini bertanggung jawab pada bagiannya

masing-masing yaitu mengawasi dan memastikan proses berjalan sesuai dengan

prosedur yang diterapkan. Pada bagian raw material ini terdapat

pelaksana yang bertugas sebagai operator timbang, operator rug bin

dumper dalam menumpahkan buah, dan pelaksana operator panel yang

bertugas dalam mengatur distribusi buah dari penerimaan hingga masuk

ke mesin ginaca yang berfungsi untuk mengupas kulit buah. Pelaksana

pada bagian ini juga bertugas dalam membantu tahap pencucian dengan

(54)

sangat kotor, dan juga ada pelaksana yang bertugas dalam membantu

kelancaran dalam distribusi buah dengan menggambil buah yang

tersangkut bagian conveyor. Untuk jumlah tenaga kerja yang ada pada

bagian ini terdapat tenaga kerja sebanyak 175 orang dengan rincian yang

[image:54.595.160.460.263.353.2]

dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Jumlah tenaga kerja area raw materialTahun 2013

No Jabatan Jumlah Tenaga Kerja (orang )

1 Ka. Shift 2

2 Kordinator 4

3 Pelaksana 165

Total 175

Sumber: PT.Great Giant Pineapple, 2013.

2. Line Preparation ( area washing and slicing hingga filling)

Line preparation merupakan area yang memiliki tenaga kerja paling

banyak karena berperan dalam seleksi fisik daging nanas yang akan

menentukan kualitas dari produk nanas kaleng yang dihasilkan. Tahap

line preparation terdapat kepala shift dan kordinator yang tugasnya

mengawasi kelancaran proses yang ada pada bagian ini. Pada bagian line

preparation terdapat tenaga kerja yang berperan sebagai penyeleksian slug,

seleksi bahan baku untuk pembuatan produk crushed dan tidbit, seleksi

defect mata nanas, seleksi warna, pelaksana peminsetan, operator Single

Knipe Slice (SKS), operator Can Loader Machine (CLM), pelaksana

(55)

Tenaga kerja penyeleksi slug sekaligus berperan dalam menjalankan mesin

Single Knipe Slice (SKS) dan Can Loader Machine (CLM) dioperasikan

oleh tenaga kerja bagian filling. Untuk jumlah tenaga kerja yang ada pada

bagian ini terdapat tenaga kerja sebanyak 2.390 dengan rincian yang dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah tenaga kerja area line preparation Tahun 2013

No Jabatan Jumlah (orang)

1 Ka. Shift 4

2 Kordinator 46

3 Pelaksana 2.340

Total 2.390

Sumber: PT. Great Giant Pineapple, 2013.

3. Area Cookroom (area supplay to seamer hingga palletizing and selection)

Area cookroom merupakan area yang meliputi areasupplay to seamer,

area seamer, area sterilisasi, dan area palletizing&sellection. Pada

bagian ini terdapat seorang ka shift, kordinator masing-masing bagian dan

juga pelaksana. Ka shift cookroom memiliki tugas sebagai berikut:

 Mengelola proses operasional produksi pengolahan nanas mulai dari

suplay kaleng kosong, proses pengalengan nanas di seamer dan

cooker, hingga penyusunan produk akhir di atas pallet.

 Mengelola sumber daya manusia yang ada agar tercapai

performance tenaga kerja dengan produktivitas tinggi baik secara

(56)

 Mengelola kegiatan sanitasi di areacookroom agar produk yang

dihasilkan memenuhi persyaratan kesehatan ( hygienis) serta aman

di konsumsi.

 Meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja ( zero accident ) di area

cookroom.

Area cookroom ini meliputi area dorong produk ( suplay to seamer )

hingga proses selection & palletizing. Area dorong produk merupakan

bagian perantara antara area line preparation dengan area seamer.

a. Area Dorong Produk ( Suplay to seamer )

Area dorong produk terdapat kordinator yang bertugas dalam mengawasi

kelancaran proses yang berlangsung di area kereta dorong, memastikan

kelengkapan peralatan yang akan digunakan dalam operator kereta

dorong dan memastikan tidak ada penyimpangan, mengawasi kualitas

kerja di area dorong produk agar dapat menjamin produk yang dihasilkan

sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan baik kualitas maupun

keamanan produk, dan mengawasi keselamatan kerja dari tenaga kerja di

area dorong produk selama proses berlangsung. Pelaksana operator

kereta dorong bertugas dalam mengantarkan nampan-nampan berisi

kaleng yang telah terisi nanas ke mesin seamer untuk pemberian media

cairan dan penutupan kaleng.

Pelaksana OKD yang bekerja untuk masing masing line preparation

berjumlah 1-2 orang, mereka mengantarkan kaleng berisi nanas ke

(57)

setiap line. Spesifikasi itu berdasarkan jenis nanas, media, dan ukuran

kaleng yang digunakan.

b. Seamer

Area seamer atau area penutupan kaleng terdapat kordinator yang

bertugas dalam mengawasi kelancaran proses yang berlangsung di area

seamer sehingga produktivitas tetap terjaga, mengawasi kualitas kerja di

area seamer agar dapat menjami

Gambar

Gambar
Tabel 1. Nama-nama perusahaan agroindustri di Provinsi Lampung 2013
Tabel 2. Jumlah pelanggaran karyawan pelaksana proses pengalengan nanas           di PT
Tabel 5.  Tingkatan surat peringatan di PT. Great Giant Pineapple Tahun     2013
+7

Referensi

Dokumen terkait