• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Persepsi Nilai Anak terhadap Jumlah Anak di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Persepsi Nilai Anak terhadap Jumlah Anak di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2013"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSEPSI NILAI ANAK TERHADAP JUMLAH ANAK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN BAKTIRAJA

KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2013

TESIS

Oleh

NOVA SONTRY N SIREGAR 117032197/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH PERSEPSI NILAI ANAK TERHADAP JUMLAH ANAK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN BAKTIRAJA

KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NOVA SONTRY N SIREGAR 117032197/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PERSEPSI NILAI ANAK TERHADAP JUMLAH ANAK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN BAKTIRAJA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Nova Sontry Node Siregar Nomor Induk Mahasiswa : 117032197

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D)

Ketua Anggota (Dra. Syarifah, M.S)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal: 22 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D Anggota : 1. Dra. Syarifah, M.S

2. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PERSEPSI NILAI ANAK TERHADAP NILAI ANAK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN BAKTIRAJA

KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2013

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2013

(6)

ABSTRAK

Anak memiliki nilai universal namun nilai anak tersebut sangat dihubungani oleh faktor sosio kultural dan lain-lain. Yang dimaksud dengan persepsi nilai anak oleh orang tua adalah tanggapan dalam memahami adanya anak, yang berwujud suatu pendapat untuk memiliki diantara pilihan-pilihan yang berorientasi pada suatu hal yang pada dasarnya terbuka dalam situasi yang datangnya dari luar. Kepala BKKBN, mengatakan laju pertumbuhan penduduk atau LPP tahun 2012 ditargetkan menjadi 1,3% pertahun. Jumlah penduduk Indonesia pada saat ini mencapai 240 juta lebih dengan laju pertumbuhan 1,49% per tahun. LPP 1,49%. Ini harus diturunkan agar tidak terjadi ledakan penduduk. Kondisi d

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan potong lintang. Populasi adalah seluruh keluarga yang usia istrinya berumur ≥ 45 tahun yang bertempat tinggal di Kecamatan Baktiraja pada bulan April 2013 sebanyak 642 orang. Sampel adalah seluruh keluarga yang istrinya berumur ≥ 45 tahun yang jumlahnya 72 orang dengan tehnik pengambilan sampel adalah sampel secara gugus sederhana dengan purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan tahapan analisis meliputi analisis univariat, bivariat (Chi Square), dan multivariat (Regresi Logistik Ganda).

i Kabupaten Humbang Hasundutan rata-rata angka kelahiran pada tahun 2008 mencapai 3,05%, tahun 2009 mencapai 2,9%, tahun 2010 mencapai 2,95%, dan tahun 2011 mencapai 3,03%. Dari angka tersebut Kabupaten Humbang Hasundutan berkontribusi dalam menyumbangkan tingginya jumlah penduduk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman (p=0,007), kebutuhan (p=0,019) dan motivasi (p=0,029) mempunyai hubungan yang bermakna dengan jumlah anak, tetapi hanya motivasi yang terbukti berpengaruh. Nilai Percentage Correct menunjukkan variabel pengalaman bias menjelaskan pengaruhnya persepsi nilai anak terhadap jumlah anak sebesar 73,6%, sedangkan sisanya 26,4% dipengaruhi faktor-faktor lain.

Disarankan kepada petugas kesehatan agar meningkatkan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang persepsi nilai anak terhadap jumlah anak dengan meningkatkan program Keluarga Berencana (KB).

(7)

ABSTRACT

Child has a universal value, but the value of the child is very dihubungani by socio-cultural factors and others. What is meant by the perception of the value of children by parents is to understand the child's response, in the form of an opinion to have choices among oriented on a matter that is essentially open in a situation that comes from outside. BKKBN head, said the rate of population growth or LPP in 2012 is targeted to be 1.3% per year. The population of Indonesia at present to 240 million over the growth rate of 1.49% per year. LPP 1.49%. It should be lowered to prevent the population explosion,. Conditions in the District Humbang Hasundutan average birth rate in 2008 reached 3.05%, reaching 2.9% in 2009, reaching 2.95% in 2010, and in 2011 reached 3.03%. Of that number Kabupeten Humbang Hasundutan contribute in donating the high number of residents

This type of research is observational with cross sectional approach. Population is the whole family that his wife aged ≥ 45 years who reside in the district in April 2013 Baktiraja many as 642 people. Sample of the whole family that his wife is aged ≥ 45 years with a number of 72 sampling technique is simple cluster samples by purposive sampling. The data were analyzed was performed with analysis stage include univariate, bivariate (chi-square) and multivariate (logistic regression Ganda).

The results showed that experience (p = 0.007), requirement (p = 0.019) and motivation (p = 0.029) had a significant correlation with the number of children., But the only experience that proved influential. Correct Percentage values indicate experience variable bias to explain the effect of the child's perception of the value of the number of children of 73.6%, while the remaining 26.4% influenced by other factors.

It is recommended that health practitioners in order to improve the Information, Education and Communication (IEC) on the child's perception of the value of the number of children by improving family planning programe (KB).

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan

berkat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Tesis yang

berjudul “Pengaruh Persepsi Nilai Anak terhadap Jumlah Anak di Kecamatan

Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2013”.

Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat pada Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penyusunan Tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan

dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc (CTM).,Sp.A.,(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D, selaku pembimbing utama yang telah banyak

memberikan kesempatan dan waktunya untuk membimbing penulis hingga

(9)

4. Dra. Syarifah, M.S, selaku pembimbing kedua yang juga telah memberikan

kesempatan dan waktunya untuk membimbing penulis hingga selesainya

penulisan tesis ini.

5. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si dan Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes, selaku penguji tesis

yang telah memberikan masukan demi perbaikan tesis ini.

6. Seluruh dosen Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang berharga bagi penulis dan

membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Kepada Suami D. Sinaga yang selalu sabar saat ditinggalkan selama mengikuti

pendidikan dan terima kasih atas semangat, dorongan, kasih sayang dan doanya.

8. Orang tua saya M Siregar/M Tambunan yang telah banyak membantu dan

mendukung saya hingga terselesaikannya tesis ini.

9. Seluruh staff pegawai di Kecamatan Baktiraja, terimakasih atas bantuan, ijin

hingga seluruh proses dalam penyusunan tesis ini dapat berjalan lancar.

10. Seluruh pihak yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya tesis ini,

yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari tulisan ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Oktober 201

(10)

RIWAYAT HIDUP

Nova Sontry Node Siregar, lahir di Sipirok Tapanuli Selatan pada tanggal tiga

belas November tahun seribu sembilan ratus delapan puluh delapan. Anak dari Bapak

M.D. Siregar, ibu M br Tambunan.

Menikah dengan Dompak Sinaga pada tahun 2012 dan belum memiliki anak.

Memulai pendidikan di Sekolah Dasar Inpres 102054 Kecamatan Bedagai dan lulus

pada tahun 2000, melanjutkan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 Doloksanggul dan

lulus pada tahun 2003, melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1

Doloksanggul dan lulus pada tahun 2006. Tahun 2009 menyelesaikan pendidikan

Ahli Madya Kebidanan di Akademi Kebidanan Kesehatan Baru Doloksanggul,

kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Prima Indonesia pada tingkat

Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat lulus tahun 2011. Mulai September 2011

mengikuti pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara. Pada tahun 2010 mulai bekerja sebagai staf di Akademi Kebidanan

Kesehatan Baru Doloksanggul, tahun 2011 hingga saat ini bekerja sebagai dosen

tetap sekaligus Ketua Program Studi Kebidanan di Akademi Kebidanan Kesehatan

(11)

DAFTAR ISI

(12)

3.3.2. Sampel ... 36

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 37

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 39

3.5.1. Variabel ... 39

3.5.2. Defenisi Operasional ... 40

3.6. Metode Pengukuran ... 41

3.7. Metode Analisa Data ... 44

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 45

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 45

4.1.1. Keadaan Geografis ... 45

4.3.3. Hubungan Kebutuhan terhadap Jumlah Anak ... 56

4.3.4. Hubungan Motivasi terhadap Jumlah Anak ... 57

4.3.5. Hubungan Budaya terhadap Jumlah Anak ... 57

4.4. Analisa Multivariat ... 58

BAB 5. PEMBAHASAN ... 60

5.1. Pengaruh Pesepsi Nilai Anak berdasarkan Pengalaman terhadap Jumlah Anak ... 60

5.2. Pengaruh Pesepsi Nilai Anak berdasarkan Harapan terhadap Jumlah Anak ... 61

5.3. Pengaruh Pesepsi Nilai Anak berdasarkan Kebutuhan terhadap Jumlah Anak ... 62

5.4. Pengaruh Pesepsi Nilai Anak berdasarkan Motivasi terhadap Jumlah Anak ... 63

5.5. Pengaruh Pesepsi Nilai Anak berdasarkan Budaya terhadap Jumlah Anak ... 65

(13)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

6.1. Kesimpulan ... 68

6.2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi ... 33

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38

4.1. Distribusi Frekuensi Persepsi Responden menurut Jawaban Pertanyaan Pengalaman di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2013 ... 48

4.2. Distribusi Persepsi Responden Berdasarkan Pengalaman ... 48

4.3. Distribusi Frekuensi Persepsi Responden menurut Jawaban Pertanyaan Harapan di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2013 ... 49

4.4. Distribusi Persepsi Responden Berdasarkan Harapan ... 50

4.5. Distribusi Frekuensi Persepsi Responden menurut Jawaban Pertanyaan Kebutuhan di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2013 ... 50

4.6. Distribusi Persepsi Responden Berdasarkan Kebutuhan ... 51

4.7. Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Menurut Jawaban Pertanyaan Motivasi di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2013 ... 51

4.8. Distribusi Persepsi Responden Berdasarkan Motivasi ... 52

4.9. Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Menurut Jawaban Pertanyaan Budaya di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2013 ... 53

4.10. Distribusi Persepsi Responden Berdasarkan Budaya ... 53

4.11. Distribusi Persepsi Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 54

(15)

4.13. Tabulasi Silang Variabel Harapan terhadap Jumlah Anak pada Masyarakat di Kecamatan Baktiraja ... 55

4.14. Tabulasi Silang Variabel Kebutuhan terhadap Jumlah Anak pada Masyarakat di Kecamatan Baktiraja ... 56

4.15. Tabulasi Silang Variabel Motivasi terhadap Jumlah Anak pada Masyarakat di Kecamatan Baktiraja ... 57

4.16. Tabulasi Silang Variabel Budaya terhadap Jumlah Anak pada Masyarakat di Kecamatan Baktiraja ... 57

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuisioner... 74

2. Hasil Uji Statistik ... 77

3 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 99

(18)

ABSTRAK

Anak memiliki nilai universal namun nilai anak tersebut sangat dihubungani oleh faktor sosio kultural dan lain-lain. Yang dimaksud dengan persepsi nilai anak oleh orang tua adalah tanggapan dalam memahami adanya anak, yang berwujud suatu pendapat untuk memiliki diantara pilihan-pilihan yang berorientasi pada suatu hal yang pada dasarnya terbuka dalam situasi yang datangnya dari luar. Kepala BKKBN, mengatakan laju pertumbuhan penduduk atau LPP tahun 2012 ditargetkan menjadi 1,3% pertahun. Jumlah penduduk Indonesia pada saat ini mencapai 240 juta lebih dengan laju pertumbuhan 1,49% per tahun. LPP 1,49%. Ini harus diturunkan agar tidak terjadi ledakan penduduk. Kondisi d

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan potong lintang. Populasi adalah seluruh keluarga yang usia istrinya berumur ≥ 45 tahun yang bertempat tinggal di Kecamatan Baktiraja pada bulan April 2013 sebanyak 642 orang. Sampel adalah seluruh keluarga yang istrinya berumur ≥ 45 tahun yang jumlahnya 72 orang dengan tehnik pengambilan sampel adalah sampel secara gugus sederhana dengan purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan tahapan analisis meliputi analisis univariat, bivariat (Chi Square), dan multivariat (Regresi Logistik Ganda).

i Kabupaten Humbang Hasundutan rata-rata angka kelahiran pada tahun 2008 mencapai 3,05%, tahun 2009 mencapai 2,9%, tahun 2010 mencapai 2,95%, dan tahun 2011 mencapai 3,03%. Dari angka tersebut Kabupaten Humbang Hasundutan berkontribusi dalam menyumbangkan tingginya jumlah penduduk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman (p=0,007), kebutuhan (p=0,019) dan motivasi (p=0,029) mempunyai hubungan yang bermakna dengan jumlah anak, tetapi hanya motivasi yang terbukti berpengaruh. Nilai Percentage Correct menunjukkan variabel pengalaman bias menjelaskan pengaruhnya persepsi nilai anak terhadap jumlah anak sebesar 73,6%, sedangkan sisanya 26,4% dipengaruhi faktor-faktor lain.

Disarankan kepada petugas kesehatan agar meningkatkan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang persepsi nilai anak terhadap jumlah anak dengan meningkatkan program Keluarga Berencana (KB).

(19)

ABSTRACT

Child has a universal value, but the value of the child is very dihubungani by socio-cultural factors and others. What is meant by the perception of the value of children by parents is to understand the child's response, in the form of an opinion to have choices among oriented on a matter that is essentially open in a situation that comes from outside. BKKBN head, said the rate of population growth or LPP in 2012 is targeted to be 1.3% per year. The population of Indonesia at present to 240 million over the growth rate of 1.49% per year. LPP 1.49%. It should be lowered to prevent the population explosion,. Conditions in the District Humbang Hasundutan average birth rate in 2008 reached 3.05%, reaching 2.9% in 2009, reaching 2.95% in 2010, and in 2011 reached 3.03%. Of that number Kabupeten Humbang Hasundutan contribute in donating the high number of residents

This type of research is observational with cross sectional approach. Population is the whole family that his wife aged ≥ 45 years who reside in the district in April 2013 Baktiraja many as 642 people. Sample of the whole family that his wife is aged ≥ 45 years with a number of 72 sampling technique is simple cluster samples by purposive sampling. The data were analyzed was performed with analysis stage include univariate, bivariate (chi-square) and multivariate (logistic regression Ganda).

The results showed that experience (p = 0.007), requirement (p = 0.019) and motivation (p = 0.029) had a significant correlation with the number of children., But the only experience that proved influential. Correct Percentage values indicate experience variable bias to explain the effect of the child's perception of the value of the number of children of 73.6%, while the remaining 26.4% influenced by other factors.

It is recommended that health practitioners in order to improve the Information, Education and Communication (IEC) on the child's perception of the value of the number of children by improving family planning programe (KB).

(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aspek kependudukan merupakan hal paling mendasar dalam pembangunan.

Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan

sekaligus yang menikmati hasil pembangunan. Dalam kaitan peran penduduk

tersebut, kualitas mereka perlu ditingkatkan melalui berbagai sumber daya yang

melekat, dan perwujudan keluarga kecil yang berkualitas, serta upaya untuk

menskenario kuantitas penduduk dan persebaran kependudukan. Adapun yang

dimaksud dengan kuantitas penduduk meliputi jumlah, struktur komposisi, dan

pertumbuhan penduduk yang ideal melalui pengendalian angka kelahiran, penurunan

angka kematian,dan persebaran penduduk yang merata. Jumlah penduduk, komposisi

umur, dan laju pertambahan atau penurunan penduduk dipengaruhi oleh fertilitas

(kelahiran), mortalitas (kematian), dan migrasi (perpindahan tempat) karena ketiga

variabel tersebut merupakan komponen–komponen yang berpengaruh terhadap

perubahan penduduk (Lucas, 1990).

Salah satu filosofi yang berkembang di sebagian besar masyarakat Indonesia

mengatakan banyak anak, banyak rejeki. Setiap keluarga umumnya mendambakan

anak, karena anak adalah harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa

jumlah anak yang diinginkan, tergantung dari keluarga itu sendiri. Apakah satu, dua,

(21)

pilihan, yang mana pilihan tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai yang dianggap

sebagai suatu harapan atas setiap keinginan yang dipilih oleh orang tua (Haryono,

2011).

Jumlah kelahiran di dunia lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

kematian. Dengan 19 kelahiran per 1000 populasi, diperkirakan ada 360.000

kelahiran per hari terjadi di dunia. Dan dengan 8 kematian per 1000 populasi, ada

sekitar 151.600 orang yang meninggal setiap hari di seluruh dunia. Jumlah penduduk

dunia yang mencapai 7 milliar di bulan Oktober 2011, jumlahnya lebih banyak 1

milliar dibandingkan 12 sampai 13 tahun lalu. Artinya, setiap 13 tahun penduduk

dunia bertambah 1 milliar orang. Dari jumlah 7 milliar orang di dunia, Indonesia

adalah Negara penyumbang pertambahan penduduk kelima terbesar di dunia.

Sedangkan Negara yang jumlah penduduknya besar belum tentu menjadi

penyumbang terbanyak. Meski Cina memiliki populasi terbanyak penduduk dunia

(1,34 milliar), namun untuk pertambahan penduduknya Cina kalah jauh dari India.

Indonesia yang jumlah penduduknya lebih sedikit dari Amerika justru pertambahan

penduduknya melebihi Amerika (UNFPA, 2011).

Negara Republik Indonesia yang memiliki luas kurang lebih

1,904,569 km2 dan saat ini jumlah penduduk Indonesia 2012 diperkirakan sekitar

257.516.167 jiwa. Berdasarkan sensus penduduk 2010, diketahui bahwa pertumbuhan

penduduk sudah melebihi proyeksi nasional yaitu sebesar 237 juta jiwa dengan laju

(22)

Karenanya, di tahun 2012, pertumbuhan penduduk ditargetkan harus mencapai 1,3%

atau menurun dibanding tahun 2011 yang mencapai 1,49% (BPS, 2012).

Hasil survey penduduk 2004-2008, rata-rata kelahiran di Provinsi Sumatera

Utara adalah pada tahun 2004 mencapai 2,96%, 2005 mencapai 2,63%, 2006

mencapai 2,58%, 2007 mencapai 2,52% dan di tahun 2008 mencapai 2,49%. Laju

pertumbuhan penduduk ini harus segera dikendalikan untuk menghindari ledakan

penduduk 50 tahun mendatang (BPS, 2010).

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

Sugiri Syarief, mengatakan laju pertumbuhan penduduk atau LPP tahun 2012

ditargetkan menjadi 1,3% pertahun. "Jumlah penduduk Indonesia pada saat ini

mencapai 240 juta lebih dengan laju pertumbuhan 1,49% per tahun. LPP 1,49%. Ini

harus diturunkan agar tidak terjadi ledakan penduduk," kata Sugiri. Sugiri

menjelaskan ledakan jumlah penduduk akan menimbulkan berbagai permasalahan

diantaranya ancaman ketersediaan pangan, lahan, energi, dan sebagainya.

Pengendalian jumlah penduduk merupakan salah satu cara untuk

mengendalikan banyaknya penduduk. Dan pengendalian jumlah penduduk lainnya

adalah mortalitas (kematian) dan migrasi (perpindahan tempat).

Laju

pertumbuhan ini disebabkan tiga faktor, yakni kelahiran, kematian dan migrasi

(BKKBN, 2012).

Fertilitas yang tinggi

cenderung merugikan kesehatan ibu dan anak. Jarak anak, Jarak kelahiran yang dekat

cenderung menurunkan berat badan bayi dan resiko kematian bayi (DepKes RI,

(23)

Meningkatkan kesehatan ibu merupakan salah satu dari delapan Tujuan

Pembangunan Milenium (MDGs) yang diadopsi pada KTT Milenium 2000. Target

utama adalah untuk mengurangi rasio kematian ibu (AKI) sebesar tiga perempatnya

antara 1990 dan 2015. Menurut data terbaru yang diliris PBB perkiraan jumlah global

kematian ibu dan angka kematian ibu turun sebesar sepertiga sejak 1990. Meskipun

ada kemajuan yang signifikan di seluruh wilayah berkembang, penurunan persentase

rata-rata tahunan AKI global adalah 2,3%, kurang dari target MDGs sebesar 5,5%.

Tingkat penurunan tahunan sebesar 1,7% di Afrika Sub Sahara, dimana tingkat

kematian ibu paling tinggi, lebih lambat daripada di wilayah lain (Childinfo, 2011).

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia telah mengalami penurunan menjadi

307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003 bila dibandingkan dengan

angka tahun 1994 yang mencapai 390 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Tetapi

akibat komplikasi kehamilan atau persalinan yang belum sepenuhnya dapat ditangani,

masih terdapat 20.000 ibu yang meninggal setiap tahunnya. Dengan kondisi ini,

pencapaian target MDGs untuk AKI akan sulit dicapai. BPS memproyeksikan bahwa

pencapaian AKI baru mencapai angka 163 kematian ibu melahirkan per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2015, sedangkan target MDGs akan dapat terwujud hanya

jika dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya

(Bappenas, 2007, 2010).

Laporan tahunan yang telah diliris oleh organisasi Save the Children,

mengatakan bahwa Indonesia berhasil mengurangi angka kematian bayi sebesar 48%

(24)

bayi di 186 negara. Dimana terhitung melebihi dari sepertiga dari semua angka

kematian bayi baru lahir. Tiga penyebab utama dari kematian bayi adalah kelahiran

premature, infeksi berat, dan komplikasi selama kelahiran. Indonesia masih menjadi

salah satu Negara dengan angka kematian tertinggi dengan indeks dua pertiga dari

tiga juta angka kematian bayi yang terjadi secara global per tahun. Hal ini terjadi

karena populasi yang besar di Indonesia (BPS, 2012).

Hasil sensus penduduk 2010 menunjukkan rata-rata usia kawin pertama

justru cenderung menurun (lebih muda) menjadi sekitar 19 tahun. Putus sekolah

mendorong orang untuk menikah muda. Semakin muda menikah, semakin besar

peluang memiliki banyak anak. Hal ini akan diperparah oleh kondisi tanpa pelayanan

KB. Dampaknya, resiko kematian ibu, bayi, dan anak akan meningkat. Ini dapat

berpengaruh terhadap pencapaian IPM dan Millenium Development Goals (MDGs).

Kematian ibu karena hamil dan melahirkan juga merupakan akibat dari

adanya “”empat terlalu” yaitu terlalu muda (usia kurang dari 20 tahun), terlalu tua

(usia lebih dari 35 tahun), terlalu banyak/sering hamil dan melahirkan (jumlah anak

lebih dari 4 orang), serta terlalu dekat/rapat jarak antar kelahiran (jarak antar

kehamilan kurang dari 2 tahun). Kondisi kehamilan yang tidak ideal (kehamilan

dengan 4 terlalu) saat ini di Indonesia berdasarkan hasil SDKI 2007, seperti yang

disampaikan Kepala BKKBN pada Pertemuan Tahunan PKMI tahun 2010, yaitu:

kehamilan yang terlalu muda 3% ; kehamilan yang terlalu tua 4,7% ; jarak kehamilan

terlalu dekat 5,5% ; kehamilan yang terlalu banyak 8,1% (BKKBN, 2009; Syarief,

(25)

Penduduk, masyarakat dan kebudayaan mempunyai hubungan yang erat

antara satu sama lainnya. Dimana penduduk adalah sekumpulan manusia yang

menempati wilayah geografi dan ruang tertentu. Sedangkan masyarakat merupakan

sekumpulan penduduk yang saling berinteraksi dalam suatu wilayah tertentu dan

terikat oleh peraturan-peraturan yang berlaku di dalam wilayah tersebut. Masyarakat

tersebutlah yang menciptakan dan melestarikan kebudayaan, baik yang mereka dapat

dari nenek moyang mereka ataupun kebudayaan baru yang tumbuh seiring dengan

berjalannya waktu.

Gibson (1989), dalam buku Organisasi dan manajemen Perilaku Notoatmodjo

(2003), Struktur memberikan definisi tentang persepsi yaitu sebagi proses kognitif

yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya

terhadap objeknya. Gibson juga menjelaskan bahwa setiap individu memberi arti

kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat

situasi sering sekali dipengaruhi oleh perhatian, kebutuhan, pengalaman dan budaya.

Oleh karena itu penduduk, masyarakat dan kebudayaan merupakan hal yang

tidak dapat dipisahkan. Kebudayaan sendiri berarti hasil karya manusia untuk

melangsungkan ataupun melengkapi kebutuhan hidupnya yang kemudian menjadi

sesuatu yang melekat dan menjadi ciri khas dari pada manusia (masyarakat)

tersebut. Masyarakat dan kebudayaan terus berkembang dari masa ke masa (BPS,

2011).

Salah satu upaya pengendalian jumlah penduduk adalah pendekatan

(26)

anak. Anak memiliki nilai universal yang dipengaruhi oleh faktor sosiokultural. Yang

dimaksud dengan persepsi nilai anak oleh orangtua adalah merupakan tanggapan

dalam memahami adanya anak, yang berwujud suatu pendapat untuk memiliki di

antara pilihan-pilihan yang berorientasi pada suatu hal yang pada dasarnya terbuka

untuk situasi yang datangnya dari luar (BKKBN, 2009).

Bulatao dan Lee (1983) dalam Shapiro (1997), menemukan hubungan positif

antara nilai anak dan jumlah anak yang diinginkan. Ketika anak dipersepsikan

memiliki kegunaan dan manfaat yang besar maka orang tua menginginkan jumlah

anak yang lebih banyak. Sementara itu, ketika orang tua berpersepsi bahwa biaya atau

beban karena memiliki anak lebih besar, maka orang tua menginginkan anak yang

lebih sedikit (Shapiro, 1997). Walaupun demikian, ada faktor lain, seperti

pendapatan, latar belakang sosial dan budaya, modernisasi, serta kebijakan

pemerintah yang secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh terhadap

jumlah anak yang diinginkan.

Fawcett (1986) dalam Lucas (1990), mengemukakan bahwa ada enam nilai

anak bagi orang tua, yaitu (1) perekat cinta kasih, (2) sumber tenaga kerja, (3)

asuransi di hari tua, (4) pelangsung keturunan, (5) sumber rezeki, (6) anak sebagai

teman, penolong dan pelindung. Persepsi tentang nilai anak akan dapat

mempengaruhi jumlah anak yang diinginkan atau dimiliki. Sebagian orang

berpendapat bahwa jumlah anak banyak dapat merupakan asset keluarga yang

menguntungkan karena dapat diharapkan untuk membantu keluarga, khususnya di

(27)

banyak hanyalah merupakan beban ekonomi keluarga yang tidak ringan. Tidak dapat

dipungkiri bahwa banyaknya jumlah anak akan menyebabkan juga banyaknya waktu,

tenaga, dan biaya yang dikeluarkan sebagai kewajiban dan rasa tanggung jawab orang

tua.

Dalam kultur masyarakat Batak, pencapaian manusia terdiri dari 3 tingkatan

3 H yaitu hamoraon (kekayaan), hagabeon (kebahagiaan), dan hasangapon

(kehormatan). Bagi manusia Batak, pencapaian 3 H merupakan ukuran keberhasilan

pencapaian dan kesuksesan seseorang. Berbagai usaha dilakukan untuk mencapai 3H

tersebut, bekerja keras menuntut ilmu agar bisa mamora (kaya). Maka manusia Batak

menjadi petarung, berjuang keras untuk mencapai hamoraon, dan menjadi kaya

secara finansial dan material. Manusia Batak tidak akan segan-segan mangaranto,

pergi meninggalkan kampung halaman untuk mencari kekayaan material. Berjuang

dengan segala usaha dan modal di pangarantoan, perantauan, untuk bisa mendapatkan

kekayaan. Kalau perlu merantau ke seluruh penjuru dunia (Silaban, 2013).

Ukuran umum hagabeon dalam bangso Batak adalah bila mempunyai

keturunan baoa (laki) dan boru (perempuan) yang juga kemudian mempunyai

keturunan lagi. Jadi bila seseorang dalam hidupnya sudah mempunyai cucu dari anak

laki-laki, cucu dari anak perempuan, serta semua anaknya baik laki dan perempuan

sudah berumah tangga dan mempunyai keturunan, maka ia disebut gabe.

Hagabeonnya menjadi sempurna ketika masih hidup ia masih bisa melihat cicit

(apalagi kalau dari cucu perempuan dan cucu laki-laki). Itulah puncak sempurna

(28)

Adapun hasangapon, agak sulit mencari padanan katanya dalam Bahasa

Indonesia. Secara harafiah, sangap bisa diartikan sebagai terpuji, atau tauladan,

terhormat, nyaris tanpa cela. Seseorang yang dianggap sangap, berarti ia menjadi

pribadi sempurna, manusia yang mencapai status tinggi dalam kehidupan, dan tidak

ada cemoohan dari orang lain. Biasanya seseorang menjadi sangap, bila dalam tingkat

tertentu ia juga mempunyai hamoraon dan mempunyai hagabeon. Karena itu ,

sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan seseorang sudah mencapai hasangapon

sekarang ini.

Filosofi 3 H tersebut sebenarnya sah-sah saja, dan sepanjang itu digunakan

secara positif. Seseorang berusaha dalam hidupnya untuk mencapai 3H secara utuh

dan tanpa cacat. Tapi bila hal itu dilakukan dengan cara-cara yang kurang terpuji,

maka masyarakat tentu akan menilai apa sesungguhnya yang bisa dicapai dalam 3 H

(hasangapon, hamoraon, hagabeon). Dan sesungguhnya ia tidak mencapai

hasangapon.

Prinsip 3 H (hasangapon, hamoraon, hagabeon) ini kurang lebih mempunyai

persamaan dengan Teori Kebutuhan dari Maslow. Menurut Maslow pencapaian

tertinggi seseorang dalam memenuhi kebutuhannya ketika ia bisa mencapai jati diri

yang “self esteem”, bijaksana dan welas asih, penuh kasih sayang (Silaban, 2008).

Di Kabupaten Humbang Hasundutan rata-rata angka kelahiran pada tahun

2008 mencapai 3,05%, tahun 2009 mencapai 2,9%, tahun 2010 mencapai 2,95%, dan

tahun 2011 mencapai 3,03%. Dari angka tersebut Kabupeten Humbang Hasundutan

(29)

Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat Bapak Simamora, mengatakan

pada masyarakat Kecamatan Baktiraja, pengaruh budaya sangat erat kaitannya

dengan penentuan jumlah anak, dengan banyak anak maka pencapaian filosofi 3 H

menjadi sempurna. Khususnya di Kecamatan Baktiraja, karena merupakan daerah

bonaposogit dari beberapa marga maka penilaian tentang nilai anak tinggi untuk

meneruskan keturunan dari masing-masing marga.

Dalam Profil Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan jumlah rata-rata

anak di Kabupaten Humbang Hasundutan di tiap kecamatan pada tahun 2012 adalah

Kecamatan Parlilitan sebanyak 188 jiwa, Baktiraja 112 jiwa, Paranginan sebanyak

157 jiwa, Paranginan 265 jiwa, Sigompul sebanyak 625 jiwa, Matiti sebanyak 541

jiwa, Onan ganjang sebanyak 179 jiwa, Pakkat sebanyak 471 jiwa, Tarabintang

sebanyak 181 jiwa, Hutapaung sebanyak 401 jiwa dan Kecamatan Bonan dolok

sebanyak 101 jiwa. Secara keseluruhan jumlah kelahiran di Kabupaten Humbang

Hasundutan tahun 2012 sebanyak 3.482 jiwa.

Data pada Profil Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan,

jumlah pasangan yang istrinya berumur ≥ 45 tahun adalah sebanyak 642 orang.

Tersebar di 7 desa di Kecamatan Baktiraja yaitu 53 keluarga di Desa Siunong-unong

Julu, 71 keluarga di Desa Simamora, 122 keluarga di Desa Sinambela, 162 keluarga

di Desa Simanullang, 72 keluarga di Desa Simangulampe, 60 keluarga di Desa

Marbun Tonga dan 102 keluarga di Desa Tipang.

Hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Desa Pakkat Toruan Kecamatan

(30)

mengatakan banyak anak, banyak rejeki 68% (32% di antaranya mengatakan banyak

anak, beban ekonomi meningkat). Alasan mengatakan banyak anak banyak rejeki

adalah karena anak adalah tempat berlindung di hari tua (57%), anak dapat membantu

orangtua bekerja (31%), anak memberikan kesenangan kepada orang tua (12%).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini mencoba untuk

mengetahui pengaruh persepsi nilai anak pada istri ≥ 45 tahun terhadap jumlah anak

di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan.

1.2 Permasalahan

Masih tingginya persepsi nilai anak terhadap jumlah anak pada masyarakat di

Kecamatan Baktiraja dan belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi nilai anak terhadap jumlah anak.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh persepsi nilai anak yang meliputi pengalaman,

harapan, kebutuhan, motivasi dan budaya nilai anak terhadap jumlah anak pada

masyarakat di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2013.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh persepsi nilai anak yang meliputi pengalaman, harapan,

kebutuhan, motivasi, dan budaya nilai anak terhadap jumlah anak pada masyarakat di

(31)

1.5 Manfaat Penelitian

Setelah dilakukannya penelitian ini, dapat menambah wawasan dan

kemampuan peneliti dalam penerapan teori yang telah didapat selama pendidikan di

Fakultas Kesehatan Masyarakat, sehingga diharapkan ada perubahan perilaku yang

(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Lahir

2.1.1 Definisi Anak Lahir

Anak lahir hidup adalah banyaknya kelahiran hidup dari sekelompok atau

beberapa kelompok wanita selama masa reproduksinya. Indikator Anak Lahir Hidup

atau juga sering disebut dengan Children Ever Born mengandung pengertian yang

bersifat ‘longitudinal’ dan bukan gambaran penampang lintang. Indikator Anak Lahir

Hidup ini diperoleh dari informasi atas pertanyaan ‘berapa jumlah anak yang telah

Ibu lahirkan selama ini?’. Rata-rata jumlah anak lahir hidup menurut umur

mencerminkan perjalanan fertilitas ibu sampai pada umur yang bersangkutan. Oleh

karena itu polanya akan menunjukkan bahwa secara rata-rata Ibu yang masih muda

mempunyai anak yang lebih sedikit dibanding dengan Ibu yang lebih tua umurnya.

Pada perempuan yang berusia 45-49 tahun, rata-rata Anak Lahir Hidup dapat disebut

sebagai paritas lengkap (completed family size), yaitu jumlah anak yang sudah tidak

bertambah lagi.

Angka lahir hidup ini bermanfaat untuk mengetahui rata-rata jumlah anak

yang dilahirkan hidup oleh sekelompok wanita mulai memasuki masa reproduksi

hingga saat wawancara. Jumlah anak yang diinginkan dikategorikan berdasarkan

jumlah anak lahir hidup yang mendasari besar keluarga. Keluarga dikatakan sebagai

(33)

jumlah anak yang diinginkan menjadi: 1) sedikit, jika keluarga menginginkan

sebanyakbanyaknya memiliki dua anak; 2) sedang, jika keluarga menginginkan anak

sebanyak tiga hingga lima anak; 3) banyak, jika keluarga menginginkan sedikitnya

memiliki enam anak (BPS, 2011)

2.1.1

.

Jumlah anak yang lahir hidup dibagi dengan jumlah wanita kelompok umur

tertentu.

Cara Perhitungan Anak Lahir Hidup

Rumus:

dimana:

i = Kelompok umur

ALHi

= Wanita kelompok umur tertentu

= Anak lahir hidup menurut kelompok umur wanita yang melahirkan

ALH = Anak Lahir Hidup

2.1.3 Faktor-faktor Penunjang dan Penghambat Kelahiran

1.

Kelahiran (natalitas) bersifat menambah jumlah penduduk. Faktor-faktor

penunjang kelahiran (pro natalitas) antara lain:

2.

Kawin pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat kawin keluarga akan

malu.

3.

Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua.

(34)

4.

5.

Anak menjadi kebanggaan bagi orang tua.

Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila belum

ada anak laki-laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi.

Faktor pro natalitas mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk menjadi

besar.

1.

Faktor-faktor penghambat kelahiran (anti natalitas), antara lain:

2.

Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan pembatasan jumlah

anak.

3.

Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16 tahun

dan bagi laki-laki minimal berusia 19 tahun.

4.

Anggapan anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

5.

Adanya pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan anak

diberikan hanya sampai anak ke – 2.

Penundaaan kawin sampai selesai pendidikan akan memperoleh pekerjaan.

1.

Faktor – faktor penunjang tingginya angka natalitas dalam suatu negara

antara lain :

Kepercayaan dan agama

Faktor kepercayaan mempengaruhi orang dalam penerimaan KB. Ada agama

atau kepercayaan tertentu yang tidak membolehkan penganutnya mengikuti KB.

Dengan sedikitnya peserta KB berarti kelahiran lebih banyak dibanding bila

(35)

2. Tingkat pendidikan

3.

Semakin tinggi orang sekolah berarti terjadi penundaan pernikahan yang berarti

pula penundaan kelahiran. Selain itu pendidikan mengakibatkan orang

merencanakan jumlah anak secara rasional.

Kondisi perekonomian

4.

Penduduk yang perekonomiannya baik tidak memikirkan perencanaan jumlah

anak karena merasa mampu mencukupi kebutuhannya. Jika suatu negara berlaku

seperti itu maka penduduknya menjadi banyak.

Kebijakan pemerintah

5.

Kebijakan pemerintah mempengaruhi apakah ada pembatasan kelahiran atau

penambahan jumlah kelahiran. Selain itu kondisi pemerintah yang tidak stabil

misalnya kondisi perang akan mengurangi angka kelahiran

Adat istiadat di masyarakat

6.

Kebiasaan dan cara pandang masyarakat mempengaruhi jumlah penduduk.

Misalnya nilai anak, ada yang menginginkan anak sebanyak-banyaknya, ada

yang menilai anak laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan atau sebaliknya,

sehingga mengejar untuk mendapatkan anak laki-laki atau sebaliknya.

Kematian dan kesehatan

Kematian dan kesehatan berkaitan dengan jumlah kelahiran bayi. Kesehatan

yang baik memungkinkan bayi lebih banyak yang hidup dan kematian bayi yang

(36)

7. Struktur Penduduk

Penduduk yang sebagian besar terdiri dari usia subur, jumlah kelahiran lebih

tinggi dibandingkan yang usia non produktif (Marduta, 2011).

2.2 Nilai Anak dalam Keluarga

Tidak dapat dipungkiri bahwa anak mempunyai nilai tertentu bagi orang tua.

Anak yang diibaratkan sebagai titipan Tuhan bagi orang tua memiliki nilai tertentu

serta menuntut dipenuhinya beberapa konsekuensi atas kehadirannya. Latar belakang

sosial yang berbeda, tingkat pendidikan, kesehatan, adat istiadat atau kebudayaan

suatu kelompok sosial serta penghasilan atau mata pencaharian yang berlainan,

menyebabkan pandangan yang berbeda mengenai anak.

Anak memiliki nilai universal namun nilai anak tersebut sangat dihubungani

oleh faktor sosio kultural dan lain-lain. Yang dimaksud dengan persepsi nilai anak

oleh orang tua adalah tanggapan dalam memahami adanya anak, yang berwujud suatu

pendapat untuk memiliki diantara pilihan-pilihan yang berorientasi pada suatu hal

yang pada dasarnya terbuka dalam situasi yang datangnya dari luar. Pandangan orang

tua mengenai nilai anak dan jumlah anak dalam keluarga dapat merupakan hambatan

bagi keberhasilan program KB.

Di daerah pedesaan anak mempunyai nilai yang tinggi bagi keluarga. Anak

dapat memberikan kebahagiaan kepada orang tuanya, selain itu akan merupakan

jaminan di hari tua dan dapat membantu ekonomi keluarga. Banyak masyarakat di

(37)

penelitian Mohamad Koesnoe di daerah Tengger dalam Siregar (2003), petani yang

mempunyai tanah luas akan mencari anak angkat sebagai tambahan tenaga kerja.

Studi lain yang dilakukan oleh proyek Value Of Children (VOC) menemukan bahwa

keluarga-keluarga yang tinggal di pedesaan Taiwan, Philipina, Thailand mempunyai

anak yang banyak dengan alasan bahwa anak memberikan keuntungan ekonomi dan

rasa aman bagi keluarganya.

Salah satu dari tahap pertama proyek Value Of Children adalah

mengembangkan sistem nitro Hoffman and Hoffman ke dalam suatu kerangka kerja

yang lebih luas yang memasukkan semua dimensi nitro anak, termasuk manfaat dan

beban ekonomi, biaya alternatif, manfaat dan beban psikologi atau emosional dan

beban sosial. Juga dimasukkan pilihan antara jenis kelamin, suatu dimensi penting

yang sering dilupakan dalam penelitian-penelitian ekonomi. Berbagai laporan

menggali perbedaan-perbedaan antar sampel nasional dan juga antar kelompok dalam

setiap sampel itu. Secara umum disimpulkan bahwa orang tua di desa lebih

menitikberatkan manfaat ekonomi dan kegunaan praktis (termasuk tunjangan hari

tua) dari anak-anak, sedangkan orang tua di kota (terutama yang berpendidikan

tinggi) menekankan aspek emosional dan psikologisnya.

Pada negara berkembang di daerah pedesaan beban ekonomi biasanya jauh

lebih rendah bila anak tidak sekolah. Pada usia yang sangat dini anak mulai dapat

menyokong penghasilan keluarga dengan bekerja di sawah, mengembala ternak dan

mengerjakan pekerjaan lain. Dengan bertambahnya usia orang tua, anak-anak dapat

(38)

Cadwell (1979) dalam Siregar (2003) mengatakan hal ini dengan cara lain yaitu di

negara maju, kekayaan mengalir dari orang tua ke anak, sedangkan di negara

berkembang sebaliknya kekayaan mengalir dari anak ke orang tua. Jika anak

merupakan sumber utama jaminan ekonomi maka masyarakat tersebut akan

mengalami fertilitas yang tinggi.

Singarimbun (1974) dalam Siregar (2003) melakukan penelitian pada

penduduk di sekitar Yogyakarta menunjukkan bahwa jumlah anak yang dianggap

ideal 4 dan 5 orang anak. Motivasi untuk mempunyai jumlah anak yang sedikit dan

nilai-nilai tentang anak merupakan aspek yang penting. Kadang-kadang jumlah anak

yang diinginkan lebih besar daripada jumlah anak yang mampu dirawat dengan baik.

Bagaimanapun juga keputusan untuk menambah anak atau tidak terserah pada

keputusan pasangan suami istri dan keputusan tersebut tidak dapat dilepaskan dari

konteks sosial budaya. Tetapi yang jelas, perubahan sosial mutlak diperlukan untuk

mendukung Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.

Beberapa batasan mengenai nilai yang dikemukakan oleh Nicholas Roscher

dalam Srisoeprapto (1998) sebagai berikut : (1) Suatu benda barang yang memiliki

nilai atau bernilai, apabila orang menginginkannya kemudian berusaha atau

menambah keinginan untuk memilikinya, (2) Nilai adalah sesuatu yang mampu

menimbulkan penghargaan, (3) Nilai adalah dorongan untuk memperhatikan objek,

kualitas atau keadaan yang dapat memuaskan keinginan, (4) Nilai merupakan suatu

objek dari setiap keinginan, (5) Nilai adalah harapan atau setiap keinginan atau dipilih

(39)

dan (6) Nilai adalah konsep, eksplisit atau implisit, yang berbeda dari setiap orang

atau kelompok, keinginan mengadakan pilihan tentang arti perbuatan dan tujuan

perbuatan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu

konsep yang di dalamnya terdapat ide, gagasan yang mengandung kebenaran yang

hidup dan berkembang dalam masyarakat serta dihargai dan dipelihara. Dengan

demikian, nilai mengandung harapan atau keinginan yang dijadikan oleh manusia

sebagai pedoman dalam berpikir, bersikap dan berperilaku. Mengenai nilai anak bagi

orang tua juga sekaligus menentukan pilihan, apakah ia harus memiliki anak atau

tidak. Bila ingin memiliki anak berapa jumlah yang diinginkan?

2.2.1 Kategori Nilai Anak

Operasionalnya konsep nilai anak didasarkan pada rumusan yang diajukan

Arnold dan Fawcett dalam Lucas (1990), dengan memiliki anak orang tua akan

memperoleh hal-hal yang menguntungkan atau hal-hal yang merugikan. Apa yang

diperoleh dapat dikelompokkan pada empat kelompok nilai, yakni nilai positif, nilai

negatif, nilai keluarga besar, dan nilai keluarga kecil. Keempat kategori nilai anak

tersebut meliputi sebagai berikut :

1. Nilai positif ( Manfaat )

a. Manfaat emosional, yaitu anak membawa kegembiraan, kebahagia-an

kedalam hidup orang tuanya dan sahabat bagi orang tuanya.

b. Manfaat ekonomi dan ketenangan, yaitu anak dapat membantu ekonomi orang

tuanya, karena dapat membantu bekerja disawah atau diperusahaan keluarga

(40)

mengerjakan tugas dirumah ( sehingga ibu mereka dapat melakukan pekerjaan

yang menghhasilkan uang ).

c. Pengembangan diri , yakni karena pemeliharaan anak adalah pengalaman

belajar bagi orang tua. Anak membuat orang tuanya lebih matang, lebih

bertanggung jawab. Tanpa anak orang tua telah menikah tidak selalu dapat

diterima sebagai orang dewasa dan anggota masyarakat sepenuhnya.

d. Mengasuh anak, yakni orang tua memperoleh kebanggaan dan kegembiraan

dari mengawasi anak-anak dan mengajari mereka hal-hal baru. Mereka

bangga kalau bisa memenuhi kebutuhan anak-anaknya.

e. Kerukunan dan penerus keluarga, anak memperkuat ikatan perkawinan antara

suami isteri dan mengisi keutuhan perkawinan. Mereka bisa meneruskan garis

keluarga, nama keluarga, dan tradisi keluarga.

2. Nilai Negatif

a. Biaya emosional

Orang tua sangat kwatir terhadap anak-anaknya, terutama tentang perilaku

anak-anaknya, keamanan, dan kesehatan,

b. Biaya ekonomi

Ongkos yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan anak semakin besar,

c. Keterbatasan biaya alternative

(41)

d. Kebutuhan fisik

Begitu banyak pekerjaan rumah tambahan yang diperlukan untuk mengasuh

anak, orang tua akan lebih lelah,

e. Pengorbanan kehidupan pribadi suami isteri

Waktu untuk dinikmati oleh orang tua sendiri berkurang dan orang tua

berdebat tentang pengasuhan anak.

3. Nilai Keluarga Besar (alasan mempunyai keluarga “Besar”)

a. Hubungan Sanak Saudara

Anak membutuhkan kakak dan adik (sebaliknya anak tunggal dimanjakan dan

kesepian).

b. Pilihan Jenis Kelamin

Mungkin orang tua mempunyai keinginan khusus untuk seorang anak lelaki

atau anak perempuan, atau suatu kombinasi tertentu. Orang tua ingin paling

tidak mempunyai satu anak dari masing-masing jenis kelamin atau jumlah

yang sama dari kedua jenis kelamin.

c. Kelangsungan Hidup Anak

Orang tua membutuhkan banyak anak untuk menjamin agar beberapa akan

hidup terus sampai dewasa dan membantu mereka pada masa tua.

4. Nilai Keluarga Kecil (alasan mempunyai keluarga “Kecil”)

a. Kesehatan Ibu

(42)

b. Beban Masyarakat

Dunia ini menjadi terlalu padat. Terlalu banyak anak sudah merupakan beban

bagi masyarakat.

2.3 Persepsi

2.3.1 Pengertian Persepsi

Persepsi adalah tanggapan langsung atas sesuatu (Fajri dan Senja, 2004,

dalam Dian, 2011). Tanggapan adalah mereaksi stimulus dengan membangun kesan

pribadi yang berorientasi kepada pengamatan masa lalu, pengamatan masa sekarang,

dan harapan masa yang akan datang (Sumanto 1990 dalam Dian 2011).

Menurut Sondang O. P. Siagian (2004) dalam Dian 2011, persepsi adalah

bahwa apa yang ingin dilihat oleh seseorang belum tentu sama dengan fakta yang

sebenarnya, keinginan itulah yang menyebabkan mengapa dua orang yang melihat

atau mengalami hal yang sama memberikan interprestasi yang berbeda tentang apa

yang dilihat atau dialaminya itu.

Persepsi juga merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau

informasi kedalam otak manusia. melalui persepsi manusia terus-menerus

mengadakan hubungan dengan lingkungannya. hubungan ini dilakukan dengan

inderanya (Slameto, 1991). Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa,

atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. (Rahmat, 2005). Sedangkan menurut Walgito (2001),

(43)

rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu

yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu.

Persepsi adalah interpretasi yang tinggi terhadap lingkungan manusia dan

mengolah proses informasi tersebut “Human interpret their surroundings on a higher

percive their word through information processing” (Wilson. D, 2000). Pendapat lain

dikemukakan oleh Maramis (1998) dalam Dian 2011, persepsi adalah daya mengenal

barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan antara hal ini melalui proses

mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah pancainderanya mendapat

rangsang.

Melihat beberapa pendapat tentang persepsi tersebut dapat disimpulkan bahwa

persepsi adalah proses kognitif yang dialami setiap orang dalam memahami informasi

tentang lingkungannya melalui pancaindera, dan tiap-tiap individu dapat memberikan

arti atau tanggapan yang berbeda-beda.

2.3.2 Ciri dan Karakteristik Persepsi

Irwanto (Umi Amalia, 2003) mengemukakan ciri-ciri umum persepsi adalah

sebagai berikut ;

a. Rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan moralitas tiap-tiap

indera, yaitu sensoris dasar dan masing-masing indera (cahaya untuk

penglihatan, bau untuk penciuman, suhu bagi perasa, bunyi bagi pendengaran,

sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya).

b. Dunia persepsi mempunyai dimensi ruang (sifat ruang), kita dapat menyatakan

(44)

c. Dimensi persepsi mempunyai dimensi waktu seperti cepat-lambat, tua-muda,

dan lain sebagainnya.

d. Objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur

yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan kontek ini merupakan

keseluruhan yang menyatu, contohnya kita melihat meja tidak berdiri sendiri

tetapi diruang tertentu, posisi atau letak tertentu.

e. Dunia persepsi adalah dunia penuh arti, kita cenderung melakukan pengamatan

atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada

hubungannya (dengan tujuan yang ada pada diri kita).

Irvin T. Rock (Muchtar, T. W. 2007: 14-15) menjelaskan, karakteristik

seseorang terhadap suatu objek meliputi :

a. Proses mental yang berfikir, yang menimbang hal-hal yang dianggap paling

baik dari beberapa macam pilihan.

b. Perseptor dalam mempersiapkan sesuatu tidak terlepas dari latar belakang

perseptor.

c. Persepsi dapat dijadikan dasar bagi seseorang untuk menseleksi dan mengambil

tindakan.

d. Secara umum dalam mempersepsikan sesuatu, seseorang harus dibekali

pengetahuan, panca indera, dan kesadaran lingkungan.

Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa dunia persepsi mempunyai dimensi

ruang dan waktu dengan struktur yang menyatu dengan konteksnya. Pengalaman

(45)

diterimanya. Luas sempitnya individu dalam mempersepsikan sesuatu akan

dipengaruhi oleh latar belakang individu.

2.3.3 Proses Terbentuknya Persepsi

Manusia secara umum menerima informasi dari lingkungan lewat proses yang

sama, oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses dimana ada

informasi yang diperoleh lewat memory organisme yang hidup. Fakta ini

memudahkan peningkatan persepsi individu, adanya stimulus yang mempengaruhi

individu yang mencetus suatu pengalaman dari organisme, sehingga timbul berpikir

yang dalam proses perceptual merupakan proses yang paling tinggi (Hill, 2000).

Menurut Mulyana (2005) persepsi sosial adalah proses menangkap arti

obyek-obyek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. Manusia

bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap mereka mengandung resiko. Setiap

orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di sekelilingnya. Prinsip

penting yang menjadi pembenaran mengenai persepsi sosial adalah :

1. Persepsi berdasarkan pengalamanPola-pola perilaku manusia berdasarkan

persepsi mereka mengenai realitas (sosial) yang telah dipelajari (pengalaman).

Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu obyek jelas akan

membuat seseorang menafsirkan obyek tersebut berdasarkan dugaan semata, atau

pengalaman yang mirip.

2. Persepsi bersifat selektif Alat indera kita bersifat lemah dan selektif (selective

attention). Apa yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian orang lain, atau

(46)

apa yang ingin kita dengar. Atensi kita pada suatu rangsangan merupakan faktor

utama yang menentukan selektivitas kita atas rangsangan tersebut. Perhatian

adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol

dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.

3. Persepsi bersifat dugaan Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek

lewat penginderaan tidak pernah lengkap, persepsi merupakan loncatan langsung

pada kesimpulan. Seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena kita

tidak mungkin memperoleh seperangkat rincian yanng lengkap kelima indera

kita. Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan

suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang

manapun. Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses pengorganisasian

informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu

skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita memperoleh suatu

makna lebih umum.

4. Persepsi bersifat evaluatif Tidak ada persepsi yang bersifat obyektif, karena

masing-masing melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan

kepentingannya. Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis yang

mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan persepsi bersifat

pribadi dan subjektif yang digunakan untuk memaknai persepsi.

5. Persepsi bersifat kontekstual Konteks merupakan salah satu pengaruh paling

kuat. Konteks yang melingkungi kita ketika kita melihat seseorang, suatu objek

(47)

oleh karenanya juga persepsi kita. Interpretasi makna dalam konteksnya adalah

suatu faktor penting dalam memahami komunikasi dan hubungan sosial. Struktur

objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan

kelengkapan.

Agar seseorang dapat menyadari dan dapat melakukan persepsi ada beberapa

syarat yang perlu dipenuhi, yaitu : a) Adanya objek yang dipersepsi. Objek

menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat

datang dari luar langsung mengenai indera dan dapat datang dari dalam yang

langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) tapi berfungsi sebagai reseptor. b).

Adanya indera atau reseptor, yaitu sebagai alat untuk menerima stimulus. c).

Diperlukan adanya perhatian sebagai langkah awal menuju persepsi. Jika rangsangan

merupakan faktor eksternal dalam proses pengamatan maka faktor individu

merupakan faktor internal. Menghadapi rangsangan dari luar itu seseorang bersikap

selektif untuk menentukan rangsangan mana yang akan diperhatikan sehingga

menimbulkan kesadaran. Melalui proses selektif terhadap suatu rangsangan,

seseorang dapat mempunyai tanggapan atau pendapat tentang objek tertentu. Dalam

hal ini persepsi dapat diukur dari proses memberikan nilai terhadap objek tertentu

dari orang tersebut.

2.3.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi

Notoatmodjo (2005), menyebutkan ada banyak faktor yang akan

menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang perhatian kita. Faktor penyebab

(48)

Faktor eksternal adalah faktor melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal

adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut.

a. Faktor eksternal

1. Kontras: cara termudah untuk menarik perhatian adalah dengan membuat

kontras baik pada warna, ukuran, bentuk atau gerakan.

2. Perubahan intensitas: suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya

yang berubah dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian tinggi akan

menarik perhatian kita.

3. Pengulangan (repetition): iklan yang diulang-ulang akan lebih menarik

perhatian kita, walaupun sering kali kita merasa jengkel dibuatnya.

4. Sesuatu yang baru (novelty): suatu stimulus yang baru akan lebih menarik

perhatian kita daripada sesuatu yang telah kita ketahui.

5. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak: suatu stimulus yang menjadi

perhatian orang banyak akan orang yang menjadi perhatian orang banyak akan

menarik perhatian kita.

b. Faktor internal

Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana

seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Itu sebabnya stimulus yang

sama dapat dipersepsikan secara berbeda.

1. Pengalaman/ Pengetahuan

Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang

(49)

Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan

terjadinya perbedaan interpretasi.

2. Harapan (expectation)

Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.

3. Kebutuhan

Kebutuhan akan menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus secara

berbeda. Misalnya seseorang yang mendapatkan undian sebesar 25 juta akan

merasa banyak sekali jika ia hanya ingin membeli sepeda motor, tetapi ia akan

merasa sangat sedikit ketika ia ingin membeli rumah.

4. Motivasi

Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Seseorang yang termotivasi

untuk menjaga kesehatannya akan menginterpretasikan rokok sebagai sesuatu

yang negative.

5. Emosi

Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada.

Misalnya seseorang yang sedang jatuh cinta akan mempersepsikan semuanya

serba indah.

6. Budaya

Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan

orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan

(50)

Krech dan Crutchfield (1977), menyebutkan persepsi ditentukan oleh faktor

fungsional dan faktor struktural. Faktor-faktor fungsional berasal dari kebutuhan,

pengalaman masa lalu, kesiapan mental, suasana emosi dan latar belakang budaya,

atau sering disebut faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis

atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli

tersebut.

Sedangkan faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf

yang ditimbulkannya pada system syaraf yang ditimbulkannya pada system syaraf

individu. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun

stimuli yang kita terima tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang

berkonsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsikan.

Jalaludin Rakhmat (1999 :55-56) dengan rinci mengemukakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut :

a. Faktor yang bersifat fungsional, diantaranya kebutuhan, pengalaman,

motivasi, perhatian, emosi dan suasana hati.

b. Faktor yang bersifat struktural diantaranya intensitas rangsangan, ukuran

rangsangan, perubahan rangsangan dan pertentangan rangsangan.

c. Faktor kulturan atau kebudayaan yaitu norma-norma yang dianut oleh

individu.

Pendapat serupa dikemukakan oleh Sarlito Wirawan (1984 : 97) yang

mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah

(51)

a. Kuat lemahnya rangsangan, yang ditemukan oleh kejelasan, pengulangan

gerak, ukuran dan bentuk rangsangan. Makin kuat rangsangan, makin kuat

pula kerja indera. Cara kerja alat indera menentukan cepat tepatnya dan

lancarnya proses terjadinya persepsi.

b. Kadar intensitas kebutuhan, besarnya perhatian, kebutuhan dan kesiapan yang

dimiliki individu menyebabkan terjadinya persepsi.

c. Pengalaman individu tentang stimulus atau rangsangan yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi dipengaruhi

oleh faktor rangsangan yang datang dari objek maupun peristiwa, dan faktor individu

yang bersangkutan dengan karakteristiknya. Oleh karena itu, dapat diasumsikan dari

persepsi ini bahwa individu akan menyimpulkan pendapat dan kesan berupa senang

atau tidak senangnya, baik ataupun buruk dan adanya kesiapan untuk menerima

ataupun menolak rangsangan yang diterimanya.

Sedangkan faktor-faktor penyebab kesalahan dalam persepsi adalah sebagai

berikut :

a. Informasi yang kurang cukup, faktor ini merupakan penyebab utama dalam

kesalahan menafsirkan pesan.

b. Stereotype, yaitu merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai

sifat-sifat objek yang dikelompokan pada konsep-konsep tertentu.

c. Kesalahan dalam logika, kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita

mempunyai pandangan umum terhadap suatu objek. Misalnya apabila

(52)

d. Kita beranggapan bahwa orang tersebut bersifat angkuh, maka hal ini akan

menjadi penyebab kesalahan persepsi.

e. Hallo effect dan devil effect, dalam hal ini orang beranggapan bahwa jika

suatu objek atau seseorang berbuat sesuatu, maka selanjutnya orang tersebut

akan menambahkan dengan ciri-ciri tertentu pula.

2.4 Landasan Teori

Sebuah teori dalam Notoatmodjo (2005), menyebutkan ada banyak faktor

yang mempengaruhi persepsi yaitu faktor ekternal dan faktor internal.

Tabel. 2.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi

Faktor Eksternal Faktor Internal

Kontras

Perubahan Intensitas Pengulangan (repetition) Sesuatu yang baru (novelty)

Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak

Pengetahuan/pengalaman Harapan (expectation) Kebutuhan

(53)

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori dalam Notoatmodjo (2005), maka peneliti merumuskan

kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel independen dalam penelitian persepsi nilai anak adalah pengalaman,

harapan, kebutuhan, motivasi dan budaya (nilai anak) sedangkan variabel dependen

adalah jumlah anak. Persepsi Nilai Anak 1. Pengalaman 2. Harapan 3. Kebutuhan 4. Motivasi

5. Budaya (nilai anak)

(54)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian observasional dengan pendekatan

potong lintang (cross sectional) artinya terhadap subjek yang di teliti hanya diamati

tanpa memberikan perlakuan dan dilakukan dengan satu pengukuran dalam waktu

bersamaan antara variabel bebas (pengalaman, harapan, kebutuhan, motivasi dan nilai

anak) dan variabel terikat (jumlah anak) pada masyarakat yang berada di wilayah

Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang

Hasundutan tahun 2013. Alasan pemilihan lokasi adalah karena di Kecamatan

Baktiraja jumlah anak masih tinggi.

3.2.2 Waktu Penelitian

(55)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang istrinya berumur ≥

45 tahun yang bertempat tinggal di Kecamatan Baktiraja pada bulan Januari 2013

yaitu sebanyak 642 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh istri yang berumur ≥ 45 tahun

yang tinggal di Kecamatan Baktiraja. Besar sampel dapat dihitung dengan

menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis satu populasi (Lemeshow,

1997):

� =

�Z1−α

2 Po (1−Pa ) + Z1−β Pa (1−Pa )� 2

(Pa − Po )2

Dimna:

� : Besar sampel minimal yang dibutuhkan

Z1−α

2 : Deviat baku alpha untuk α = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96

Z1−β : Deviat baku betha, untuk β= 0,20, maka nilai baku normalnya 0,842

Po : Proporsi keluarga yang menerapkan 2 anak lebih baik yaitu 7,7%

Pa-Po : Beda proporsi yang kemaknaannya ditetapkan sebesar = 0,10

Pa : Perkiraan proporsi keluarga yang menerapkan 2 anak lebih baik =

(56)

� ≥�1,96. 0,08 (1−0,18) + 0,84 0,08 (1−0,18)�

2

(0,18− 0,08 )2

n ≥ 72 orang.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan

menentukan kriteria sampel penelitian yaitu :

1. Ibu yang berumur ≥ 45 tahun

2. Ibu yang tidak menginginkan anak lagi

3. Ibu yang tinggal di Kecamatan Baktiraja

4. Ibu yang dapat membaca dan bersedia diwawancarai

3.4 Metode Pengumpulan Data

Digunakan 2 cara pengumpulan data, yaitu:

1) Data Primer, adalah data yang diperoleh dari responden (sampel) langsung

melalui wawancara dengan berpedoman pada kuisioner yang telah disiapkan,

dimana akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

2) Data sekunder, diperoleh dari Puskesmas dan Kantor Camat Kecamatan

Baktiraja dan instansi terkait lainnya.

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur. Bila seorang ingin mengukur berat suatu benda maka dia

harus menggunakan timbangan. Untuk mengetahui apakah kuisioner yang kita susun

mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi

(57)

menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment (r), dengan ketentuan jika

nilai r hitung > r tabel (=0.361 pada taraf signifikansi 5%, df = 28) maka pertanyaan

valid, dan jika nilai r hitung < r tabel maka pertanyaan tidak valid (Riduwan, 2002;

Notoatmodjo, 2005; Ancok, 2006).

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya/ diandalkan. Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran

atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali

dalam waktu yang berlainan. Pengukuran reliabilitas menggunakan uji statistik

Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan

nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Riduwan, 2002; Nursalam, 2008).

Uji coba kuesioner sebagai alat pengumpul data dilakukan pada 30 orang

isteri yang berumur > 45 tahun di Desa Dolok Margu Kecamatan Doloksanggul

Kabupaten Humbang Hasundutan. Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap

pertanyaan untuk setiap variabel dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel Butir Pertanyaan Corrected Item

Total Correlation Status

Gambar

Tabel. 2.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Tabel 3.1 (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dimana dalam kelas mahasiswa yang menggunakan model Problem Solving Tipe SSCS saja, mahasiswa juga mempunyai pandangan yang positif, tetapi mahasiswa mempunyai

PPh Pasal 21 atas pegawai tetap maupun bukan pegawai dalam sebuah instansi akan dilakukan perhitungan, pemotongan oleh pihak ketiga tempat pegawai dan bukan

Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan sistem surveilans DBD di Puskesmas Jagir dengan membuat absensi ketepatan dan kelengkapan

Formasi Kembelengan, pada bagian bawah merupakan endapan paralis-laut dangkal yang terdiri dari batupasir, batulempung, mudstone dan batubara berumur Jurasik Tengah

Hasil temuan penelitian ini menunjukan bahwa: (1) SOIna adalah satu-satunya organisasi di Indonesia yang menyelenggarakan pelatihan dan kompetisi olahraga bagi

Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmatNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah berupa skripsi berjudul Evaluasi

Ada sebagian orang yang senang sekali membatasi hidup orang lain berdasarkan warna yang dia gunakan, misalnya mengatakan “kamu sih suka baju warna hitam,

Pada aplikasi website ini berisi tentang metode pembelajaran yang berisikan modul-modul dan soal-soal Fisika Mekanika yang diberikan secara virtual yang dikerjakan di komputer