ANALISIS PEMASARAN PUPUK BERSUBSIDI (UREA, ZA,
SP-36, NPK PHONSKA) DI KABUPATEN SIMALUNGUN
(Studi Kasus: Kecamatan Jorlang Hataran, Kelurahan Tiga Balata)
SKRIPSI
MELDA R. SIRAIT 030304040 SEP-AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS PEMASARAN PUPUK BERSUBSIDI (UREA, ZA,
SP-36, NPK PHONSKA) DI KABUPATEN SIMALUNGUN
(Studi Kasus: Kecamatan Jorlang Hataran, Kelurahan Tiga Balata)
SKRIPSI
MELDA R. SIRAIT 030304040 SEP-AGRIBISNIS
DISETUJUI OLEH, KOMISI PEMBIMBING
(H.M.Mozart B. Darus, MSc) (DR. Ir.Salmiah, MS)
Ketua Anggota
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIALEKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DAFTAR ISI
ABSTRAK... ii
RIWAYAT HIDUP... iv
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
PENDAHULUAN……… 1
Latar Belakang………... 1
Identifikasi Masalah………... 5
Tujuan Penelitian……… 6
Kegunaan Penelitian………... 7
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI……… 8
Tinjauan Pustaka……….. 8
Landasan Teori………. 12
Kerangka Pemikiran………. 20
METODE PENELITIAN……… 23
Metode Penentuan Daerah Penelitian……… 23
Metode Pengumpulan Data………... 23
Metode Pengambilan Data………... 25
Metode Analisis Data……… 26
Defenisi dan Batasan Operasional……… 27
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN……….. 32
Letak dan Geografis……….. 32
Keadaan Penduduk……… 33
Karakteristik Sampel……… 34
HASIL DAN PEMBAHASAN……… 38
Saluran Pemasaran……….. 38
Fungsi-fungsi Pemasaran……… 42
Besar Biaya Pemasaran, Sebaran Harga, dan Persentase Margin.. 43
Tingkat Efisiensi Pemasaran……….. 48
Masalah penyaluran ……….. 49
Upaya mengatasi masalah pemasaran……… 50
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan………. 51
Saran……… 52 DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
MELDA. R.SIRAIT (030304040) dengan judul skripsi ANALISIS PEMASARAN PUPUK BERSUBSIDI (UREA, ZA, SP-36, NPK-PHONSKA) DI KABUPATEN SIMALUNGUN (Studi Kasus: Kecamatan Jorlang Hataran, Kelurahan Tiga Balata).
Adapun penelitian ini dibimbing oleh Bapak H.M. Mozart B. Darus, MSc dan Ibu DR. Ir. Salmiah, MS. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2007 sampai bulan Desember 2007 di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Jorlang Hataran, Kelurahan Tiga Balata. Penentuan lokasi ditentukan secara purposive berdasarkan pertimbangan bahwa daerah penelitian merupakan pusat pemasaran pupuk bersubsidi, dimana penduduk setempat sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani yang perlu diperhatikan kebutuhan pupuknya dengan harga yang wajar.
Adapun bentuk saluran pemasaran pupuk bersubsidi di daerah penelitian hanya ada 1 jenis saluran yaitu dari Produsen- Distributor – Pengecer – Konsumen.
Masing-masing lembaga pemasaran dan produsen yang terlibat dalam saluran pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Lembaga pemasaran (distributor, pengecer) melakukan 7 fungsi pemasaran yaitu pembelian, penjualan, penyimpanan, transportasi, pembiayaan, penanggunga resiko, dan informasi pasar. Produsen hanya melakukan 6 fungsi pemasaran kecuali pembelian.
lembaga pemasaran dan biaya pemasaran yang terbesar dikeluarkan oleh pengecer yaitu untuk pupuk Urea Rp 119,24,-/Kg, ZA Rp 290,45,-/Kg, SP-36 sebesar Rp 358,28,-/Kg dan NPK-Phonska Rp 105,06,-/Kg, akibatnya harga yang diterima konsumen tidak sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Dari persentase nilai Share Margin diperoleh nilai tingkat efisiensi yang berbeda untuk setiap pupuk yaitu pupuk Urea sebesar 15,55%, ZA sebesar 29,69%, SP-36 sebesar 24,06%, NPK-Phonska sebesar 9,82%.
Masalah yang umummya terjadi dalam saluran pemasaran adalah adanya keterlambatan barang sampai ke daerah yang dituju yang menyebabkan harga pupuk akan naik karena jumlah pupuk yang beredar sedikit.
Hal yang dilakukan distributor adalah membagikan kepada pengecer stok yang tersedia secara merata dan bagi pengecer jika belum cukup juga maka akan membeli pupuk dari luar wilayah walaupun dengan harga yang mahal dan syarat yang cukup memberatkan pihak pengecer.
RIWAYAT HIDUP
Melda R. Sirait lahir di P. Siantar pada tanggal 19 April 1985, anak
keempat dari lima bersaudara dari Ayahanda W. Sirait dan Ibunda L. Simangunsong.
Pendidikan yang pernah ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1991 masuk Sekolah Dasar Negeri No. 091473 Parluasan Balata dan tamat tahun 1997
2. Tahun 1997 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri I Jorlang Hataran, Parluasan Balata dan tamat tahun 2000
3. Tahun 2000 masuk Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas di SMU Negeri 3 P. Siantar dan tamat tahun 2003
4. Tahun 2003 diterima di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian USU melalui jalur SPMB
5. Bulan Juli-Agustus 2007 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Karing, Kecamatan Berampu, Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara
6. Bulan Oktober- Desember 2007 melaksanakan penelitian skripsi di Kabupaten Simalungun , Propinsi Sumatera Utara.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya yang begitu melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dengan judul skripsi “ANALISIS PEMASARAN PUPUK BERSUBSIDI (UREA, ZA, SP-36, NPK-PHONSKA) DI KABUPATEN SIMALUNGUN (Studi Kasus: Kecamatan Jorlang Hataran, Kelurahan Tiga Balata)”.
Tulisan ini merupakan hasil penelitian di lapangan dengan masulkan dari berbagai pihak terutama dari para dosen penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak H.M. Mozart B. Darus, MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu DR. Ir. Salmiah, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada orangtua dan semua pihak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat kepada semua pihak yang membutuhkan.
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Data Kebutuhan Pupuk Bersubsidi berdasarkan kabupaten/ kota ...3
2. Data Kebutuhan Pupuk Bersubsidi berdasarkan Kecamatan ...4
3. Jumlah populasi & Sampel Produsen, Distributor & Pengecer Urea...24
4. Jumlah populasi & Sampel Produsen, Distributor & Pengecer ZA, SP-36, NPK-Phonska ...24
5. Penggunaan Lahan di Kelurahan Tiga Balata...32
6. Jumlah Penduduk di Kelurahan Tiga Balata...33
7. Distribusi Penduduk Menurut Umur di Kelurahan Tiga Balata...33
8. Data Penduduk yang Drop-Out/ Putus Sekolah ...34
9. Distribusi Penduduk Menurut Pekerjaan ...34
10.Karakteristik Sampel Produsen ...35
11.Karakeristik Sampel Distributor ...35
12.Karakteristik Sampel Pengecer ...36
13.Karakteristik Sampel Petani...37
14.Fungsi-fungsi Pemasaran ...42
15.Biaya Pemasaran dan Margin Pemasaran Pupuk Bersubsidi...44
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1 Skema Kerangka Pemikiran...22
2 Skema Saluran Pemasaran Pupuk Bersubsidi ...39
3 Saluran Pemasaran Pupuk Urea ...39
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal
1 Karakteristik Volume Pembelian Distributor Pupuk Bersubsidi ...56
2 Karakteristik Volume Pembelian Pengecer Pupuk Bersubsidi ...56
3 Karakteristik Sampel Petani...58
4 Biaya Pemasaran Disributor...59
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara agraris adalah Negara pengekspor dan pengimpor produksi pangan terbesar di dunia. Banyak pihak yang mulai khawatir bahwa kita masuk dalam jebakan pangan yang akan membutuhkan waktu yang lama untuk keluar dari masalah itu. Tantangan masa mendatang dalam penyediaan pangan terutama berkaitan dengan pertambahan penduduk dan tingkat pendidikan petani yang masih rendah serta kondisi sumber daya alam yang semakin memprihatinkan. Jika kita tidak mampu bangkit dan meningkatkan kwalitas, kuantitas dan kontiniuitas produksi yang memenuhi syarat-syarat global (Husodo dkk,2004)
Pertambahan jumlah penduduk terus meningkat dari tahun ke tahun membutuhkan kebutuhan pangan yang semakin besar. Dalam rangka mencukupi kebutuhan pangan tersebut Indonesia mencanangkan beberapa program di bidang pertanian. Dari program ini diharapkan produksi pangan meningkat dari luas lahan yang ada. Penggunaan varietas tahan, perbaikan tekhnik budidaya yang meliputi pengairan, pemupukan (Wudianto, 1997)
Dengan munculnya kemajuan-kemajuan besar yang berasal dari lembaga penelitian umum dan swasta dalam bidang produksi tanaman, terdapat alasan untuk meyakini bahwa target produksi tertinggi akan terus dipecahkan dan persediaan pangan akan terus dapat memenuhi kebutuhan populasi dunia. Oleh karena prospek untuk mengembangkan lahan tanaman secara nyata sangat terbatas, bagian terbesar peningkatan produksi pangan akan dilakukan melalui peningkatan hasil yang dimungkinkan oleh perbaikan dibidang nutrisi tanaman.
Pupuk telah senantiasa berada dilini depan dalam usaha untuk meningkatkan produksi pangan dunia dan mungkin lebih dari pada jenis input yang lain, secara luas bertanggungjawab bagi keberhasilan yang telah dicapai.Hanya tanah-tanah yang subur yang merupakan tanah produktif. Apabila hara tanaman rendah, produktivitas tanah dan hasil tanaman rendah. Jadi dengan memasok hara tanaman yang esensial bagi produksi tanaman yang tinggi, pupuk telah menjadi vital untuk produksi tanaman.
Kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa pupuk meskipun bukan merupakan satu-satunya faktor, dianggap sebagai penyumbang utama (FAO,1981b). Pertambahan dalam produksi pangan jelas merupakan hasil dari kombinasi faktor-faktor yang masing-masing tidak akan efektif tanpa yang lainnya. Perkiraan untuk dunia menunjukkan sumbangan pupuk terhadap produksi total sebesar 20-25% (Engelstad,1997).
Tabel 1. Data kebutuhan pupuk bersubsidi berdasarkan kabupaten/ kota
4 Simalungun 33.803 3.892 3.384 9.543
5 Karo 16.887 2.583 1.232 1.657
Jumlah 236.999 29.500 34.000 23.700
Sumber: Dinas Pertanin Sumatera Utara,2006
Tabel 2. Data Kebutuhan Pupuk Bersubsidi berdasarkan Kecamatan di
Sumber: Dinas Pertanian Sumatera Utara,2006
Dari data diperoleh bahwa Kecamatan Jorlang Hataran merupakan salah satu daerah yang kebutuhan pupuknya cukup besar yaitu pupuk urea 1.049 ton, ZA sebesar 80 ton, SP-36 sebesar 123 ton, dan NPK-Phonska sebesar 309 ton.
harga yang wajar sampai di tingkat petani. Dalam peraturan tersebut pemerintah mensubsidi sejumlah pupuk yang direkomendasikan dari setiap daerah untuk disediakan dan menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi meliputi pupuk Urea, ZA, SP-36, dan NPK-Phonska melalui produsen pupuk yang dihunjuk oleh pemerintah .
Adapun Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Besubsidi yang ditetapkan oleh pemerintah adalah:
• Pupuk Urea : Rp 1.200,-/kg
• Pupuk ZA : Rp 1.050,-/kg
• Pupuk SP-36 : Rp 1.550,-/kg
• Pupuk NPK-Phonska : Rp 1.750,-/kg
Dengan berbagai pertimbangan diatas maka perlu dilakukan analisis pemasaran pupuk bersubsidi terkhusus dalam perubahan harga yang terjadi disepanjang saluran di daerah penelitian yang merupakan salah satu daerah sentra pertanian yang kebutuhan pupuknya cukup besar.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang perlu diteliti :
1. Bagaimana bentuk saluran pemasaran pupuk bersubsidi (Urea, ZA, SP-36,dan NPK) didaerah penelitian?
3. Berapa besar biaya pemasaran, Price spread, Share Margin setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran, serta hubungan atau dampaknya terhadap Harga Eceran Tertinggi (HET) di daerah penelitian? 4. Bagaimana tingkat efisiensi pemasaran pupuk bersubsidi (Urea, ZA,
SP-36,dan NPK) di daerah penelitian?
5. Apa yang menjadi kendala dalam pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi di daerah penelitian?
6. Apa upaya-upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bentuk saluran pemasaran pupuk bersubsidi (Urea, ZA, SP-36,dan NPK) di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui fungsi pemasaran yang dilakukan olehprodusen dan lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran pupuk bersubsidi (Urea, ZA, SP-36,dan NPK) di daerah penelitian.
3. Untuk mengetahui besarnya biaya pemasaran, sebaran harga ( Price Spread) dan Share Margin serta dampaknya terhadap Harga Eceran Tertinggi (HET) 4. Untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran pupuk di daerah penelitian 5. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam penyediaan dan penyaluran
pupuk bersubsidi didaerah penelitian.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi produsen dan distributor pupuk dalam mengembangkan usahanya.
2. Sebagai bahan informasi bagi pemeritah mengenai pemasaran pupuk sehingga membantu dalam perumusan kebijakan dan strategi membangun pertanian yang lebih baik.
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Tiap bahan yang diberikan ke tanah untuk memasok hara bagi pertumbuhan tanaman dapat dianggap sebagai pupuk. Istilah pupuk dapat digunakan untuk mencakup tanaman hijau penutup tanah, pupuk kandang, atau bahan yang sejenis. Akan tetapi akhir-akhir ini, istilah tersebut lebih menyatakan pupuk komersial, sebagai bahan yang mengandung satu unsur hara atau lebih, yang terutama digunakan untuk kadar hara tanamannya, dan dirancang untuk digunakan atau diklaim mempunyai nilai dalam menunjang pertumbuhan tanaman (Engelstad, 1997)
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap oleh tanaman. Jadi, memupuk berarti menambah unsur hara ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun)
Berdasarkan unsur yang dikandungnya pupuk dibedakan atas 2 golongan yaitu pupuk makro dan pupuk mikro. Berdasarkan asalnya pupuk hanya dibagi dalam 2 kelompok yaitu:
1. pupuk anorganik seperti urea (pupuk N), TSP atau SP-36 (pupuk P), KCl (pupuk K), serta
2. pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk hijau Berdasarkan kandungan unsur hara pupuk dibagi 3 yaitu:
2. Pupuk majemuk ialah pupuk yang maengandung lebih dari satu jenis unsur misalnya NPK, beberapa jenis pupuk daun, dan kompos.
3. Pupuk lengkap ialah pupuk yang mengandung unsur secara lengkap (keseluruhan), baik makro unsur maupun mikro.
Berdasarkan cara pemberiannya pupuk dibagi 2 kelompok yaitu:
1. Pupuk akar ialah segala jenis pupuk yang diberikan lewat akar. Misalnya TSP, ZA, KCl, kompos, pupuk kandang, dan Dekaform.
2. Pupuk daun ialah segala macam pupuk yang diberikan lewat daun dengan cara penyemprotan. Sampai saat ini diperkirakan ada banyak jenis pupuk daun yang beredar di pasaran.
(Lingga,2000)
Beberapa contoh pupuk daun yang banyak beredar di pasaran sebagai berikut:
- Bayfolan 11.8.6 dilengkapi dengan Fe, Mg, B, Cu, Zn, dan Mo. - Complesal 12.4.6 dilengkapi dengan Fe, S, Mn, Mg, B, Cu, Zn. - Gandasil Daun 14.12.14 dilengkapi dengan Mn, Mg, B, Cu, Zn. - Gandasil Bunga 6.20.30 dilengkapi dengan Mn, Mg, B, Cu, Zn. - Grow More.
- Hyponex 10.40.15. (Novizan, 2002)
Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik yang patut dicatat sehingga tetap diminati orang sampai sekarang, yaitu:
2. Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat. Misalnya, hingga saat panen, singkong menyedot hara nitrogen 200kg/Ha sehingga bisa diganti dengan takaran pupuk N yang pas.
3. Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah yang cukup. Artinya, kebutuhan akan pupuk ini bisa dipenuhi dengan mudah asalkan ada uang.
4. Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibanding pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang. Akibatnya, hasil kalkulasi biaya angkut pupuk ini jauh lebih murah dibanding pupuk organik
Selain kelebihan tersebut, pupuk anorganik pun ada jeleknya. Selain hanya unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung unsur hara mikro. Itu sebabnya pemakaian pupuk anorganik yang diberikan lewat akar ini perlu diimbangi dengan pemakaian pupuk daun yang banyak mengandung hara makro. Kalau tidak diimbangi, tanaman tidak akan tumbuh dengan sempurna. Selain itu, pemakaian pupuk anooganik secara terus menerus dapat merusak tanah bila tidak diimbangi dengan pupuk kandang atau kompos. Dan lagi, kalau salah pakai atau pemberiannya terlalu banyak, tanaman bisa mati dibuatnya. Oleh karena itu, dianjurkan agar aturan pakainya selalu dipatuhi, jangan suka membuat aturan pakai sendiri.
a. Ditabur atau disebar
Cara ini dapat diterapkan untuk pupuk berupa butiran atau serbuk. Penaburannya dilakukan ke seluruh lahan yang akan dipupuk. Pemupukan dengan cara ditabur ini biasa dilakukan pada tanaman yang jarak tanamnya rapat atau tidak teratur dan pada tanaman yang sistem perakarannya dangkal seperti padi sawah.
Kelemahan dari cara ini ialah memungkinan pertumbuhan rumput pengganggu lebih cepat, kurang mengenai sasaran, dan sering terkikis air meskipun sudah diinjak-injak setelah ditabur.
b. Diletakkan diantara larikan atau barisan
Pada cara ini, pupuk ditempatkan diantara larikan tanaman yang kemudian ditutup dengan tanah. Cara ini sangat baik dan umumnya dilakukan pada tanaman yang ditanam secara teratur dengan jarak yang lebih leluasa seperti pada jagung dan kacang tanah. Keuntungan lain dari cara ini ialah perkembangan akar lebih cepat sehingga pertumbuhannya akan baik. Yang tak kalah pentingnya ialah kehilangan unsur hara, terutama yang mudah menguap seperti nitrogen, akan lebih mudah teratasi.
c. Ditempatkan dalam lubang
Landasan Teori
Pemasaran secara umum dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi dalam pasar. Dalam pasar ini barang mengalir dari produsen sampai ke konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan. Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjadikan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa margi pemasaran ( Sudiyono, 2004)
Sebagian besar produsen menggunakan perantara untuk menyalurkan produk ke pasar. Mereka mencoba membangun saluran distribusi (distribution channel) seperangkat organisasi yang saling bergantung satu sama lain, yang dilibatkan dalam proses penyediaan suatu produk atau jasa untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis (Kotler and Armstrong, 1999)
Produsen memerlukan saluran pemasaran dalam distribusi produknya karena 3 sebab penting.Pertama, saluran menjaga aspek-aspek transaksi pemasaran, termasuk penjualan, pembiayaan, dan pengambilan resiko yang berkaitan dengan penyimpangan produk dalam mengantisipasi penjualan yang akan datang. Kedua, saluran melakukan fungsi fungsi logistikal pemindahan
barang dari titik produksi (point of production) ke titik pembelian (point of purchase) atau konsumsi. Ketiga, saluran pemasaran membantu
produsen mempromosikan barang dan jasa (Simamora, 2000)
Tujuan pokok saluran pemasaran adalah menciptakan utilitas bagi para pelanggan. Utilitas terdiri dari 5 kategori:
a. Utilitas tempat (place utility), yaitu ketersediaan produk atau jasa dilokasi yang nyaman dan mudah diakses pelanggan potensial
b. Utilitas waktu (time utility), yakni ketersediaan produk atau jasa pada saat yang diinginkan oleh pelanggan tertentu
c. Utilitas bentuk (form utility) yakni produk diproses, disiapkan dan siap dimanfaatkan, serta dalam kondisi yang tepat
d. Utilitas informasi ( information utility), yakni jawaban atas pertanyaan dan komunikasi umum mengenai fitur dan manfaat produk yang tersedia
e. Utilitas kepemilikan (ownership utility), menyangkut negosiasi dan peralihan hak milik atas produk atau jasa yang dipasarkan dari produsen dan konsumen (Chandra, 2004)
1. Produsen - Pemakai Industri
Saluran distribusi secara langsung menyangkut volume penjualan dalam rupiah yang relatif cukup besar dari barang industri dibandingkan dengan saluran yang lain. Produsen barang industri seperti lokomotif, mesin pembangkit listrik biasanya menjual langsung kepada pemakainya
2. Produsen - Distributor Industri - Pemakai
Produsen barang-barang sejenis operating supplies dan accessory equipment kecil dapat menggunakan distributor industri untuk mencapai pasarnya. Produsen lain yang dapat menggunakan distributor indutri sebagai penyalurnya, antara lain: produsen bahan bangunan, alat-alat konstruksi bangunan, alat pendingin dan sebagainya.
3. Produsen- Agen – Pemakai
Biasanya saluran distribusi semacam ini dipakai oleh produsen yang tidak memiliki departemen pemasaran. Juga suatu perusahaan yang ingin memperkenalkan produk baru atau ingin memasuki daerah pemasaran baru atau lebih suka menggunakan agen
4. Produsen – Agen – Distributor Industri – Pemakai
Saluran distribusi semacam ini dapat dipakai oleh unit penjualannya yang terlalu kecil untuk dijual secara langsung, atau mungkin memerlukan penyimpanan pada penyalur (Swastha, 1999)
Pemilihan saluran pemasaran akan didasarkan pada prinsip 3C (market coverage, chanel control, cost) seperti yang pernah digagasi oleh
memberhentikan distributor. Pada market coverage (peliputan pasar) menginginkan seberapa luas produknya dapat terdistribusi di pengecer-pengecer dan seberapa cepat konsumen tersebut mendapatkan produk tersebut, selain itu juga digunakan mengukur seberapa banyak pengecer yang terdapat dalam area distribusi sehingga nantinya dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam pemilihan distributor sesuai jumlah outlet yang ada. Prinsip control adalah seberapa jauh sang produsen ingin memiliki pengaruh terhadap distributor dalam kegiatan pemasaran terutama pada kegiatan promosi dan distribusi. Prinsip cost perlu dipertimbangkan segi biaya yang harus dikeluarkan pada penentuan jalur distribusi yang dipilih. Semakin hemat biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan distribusi maka distributor tersebut akan dipilih (Royan, 2004).
Pada pokoknya fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan dalam saluran pemasaran dapat dikelompokkan kedalam 3 golongan, yakni:
1. Fungsi Pertukaran
Dalam fungsi pertukaran diperlukan adanya transaksi antara 2 pihak atau lebih. Beberapa fungsi yang ada dalam pertukaran adalah:
a. Pembelian b. Penjualan
c. Pengambilan resiko 2. Fungsi Penyediaan Fisik
Ada 4 macam fungsi yang termasuk dalam penyediaan fisik yaitu: a. Pengumpulan
b. Penyimpanan c. Pemilihan d. Pengangkutan 3. Fungsi Penunjang
Fungsi Penunjang ini bersifat membantu atau menunjang terlaksananya fungsi-fungsi yang lain. Yang termasuk kedalam fungsi penunjang antaralain adalah:
a. Pelayanan sesudah pembelian b. Pembelanjaan
c. Penyebaran informasi d. Koordinasi saluran (Swastha, 1999).
Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lain, tergantung pada: 1 Macam komoditas yang dipasarkan
Ada komoditas yang bobotnya besar, tetapi nilainya kecil sehingga membutuhkan biaya pemasaran yang besar.
2. Lokasi atau daerah produsen
Apabila lokasi produsen jauh dari pasar atau lokasi konsumebn maka biaya transportasi menjadi besar pula
3. Macam dan peranan lembaga pemasaran
Pada umumnya, kemacetan dalam mendistribusikan barang-barang dan jasa-jasa akan banyak menimbulkan kesulitan baik dipihak konsumen maupun produsen. Kesulitan yang akan terjadi di pihak produsen meliputi terganggunya penerimaan penjualan sehingga target penjualan yang telah ditentukan tidak dapat terpenuhi.
Hal ini akan menyebabkan arus pendapatan yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk melangsungkan kontinuitasnya tidak dapat diharapkan. Sedangkan kesulitan yang akan timbul di pihak konsumen akan menyebabkan tendensi harga yang meningkat. Tendensi harga yang meningkat terjadi akibat berkurangnya barang yang ditawarkan di pasar. Oleh karena itu sangatlah tepat apabila perusahaan memahami kebijaksanaan distribusi terutama yang menyangkut pemilihan saluran distribusi dan penentuan distribusi fisik. Pemilihan dan penentuan saluran distribusi bukan suatu hal yang mudah karena kesalahan dalam memilih saluran distribusi akan dapat menggagalkan tujuan perusahaan yang telah di tentukan.
outlet yang hendak dipakai serta sejauh mana perusahaan ingin menguasai distribusi fisik barang tersebut (www.library.usu.com).
Upaya-upaya perbaikan sistem pemasaran dilakukan oleh semua pihak yang terkait. Upaya-upaya itu antaralain:
• Produsen harus dapat mengetahui dengan baik saluran pemasaran yang ditempuh, juga tentang informasi pasar pada saat produsen mempunyai hasil untuk dijual. Produsen juga harus dapat merencanakan produksi dengan pedoman kemungkinan pasaran hasilnya.
• Lembaga pemasaran dapat dilakukan integrasi sehingga biaya total pemasaran barang dapat dikurangi dan keuntungan lembaga pemasaran yang melakukan integrasi lebih besar.
• Konsumen, dalam hal ini dilakukan usaha perbaikan dengan jalan pendidikan terhadap konsumen.
• Pemerintah, hal-hal yang dapat dilakukan yakni pengadaan pengawasan seperti mengeluarkan peraturan-peraturan, perbaikan fasilitas pemasaran, dan perbaikan alat-alat komunikasi.
(Gultom, 1996)
Margin pemasaran dapat didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen atau sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen akhir (Hutauruk, 2003)
Pasar yang tidak efisien akan terjadi jika: Biaya pemasaran semakin besar
Nilai produk yang dipasarkan tidak terlalu besar Pasar dikatakan efisien jika:
Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pasar dapat lebih tinggi
Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi
Kerangka Pemikiran
Pemasaran adalah kegiatan menyalurkan barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan baik jenis, jumlah, harga dan saat yang dibutuhkan.
Mekanisme saluran pemasaran ini melibatkan beberapa pihak yang meliputi produsen, distributor, pedagang pengecer dan konsumen. Dalam hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 03/M.DAG/PER/2/2006,Pasal 1 dimana produsen pupuk Urea, SP-36, ZA, dan NPK dalam negeri adalah PT. Pupuk Sriwidjaya, PT. Pupuk Kujang, PT. Pupuk Kaltim, PT. Pupuk Iskandar Muda dan PT. Petrokimia Gresik.Dalam penelitian ini yang menjadi produsen adalah PT. PUSRI sebagai produsen pupuk urea dan PT. Petrokimia Gresik sebagai produsen pupuk SP-36, ZA dan NPK, sedangkan konsumen akhir adalah petani.
Tiap-tiap lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran meliputi: pembelian, penjualan, transportasi, penyimpanan, pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi pasar. Dalam melakukan fungsi-fungsi pemasaran tersebut maka akan dikeluarkan biaya yang disebut dengan biaya pemasaran.
untuk masing-masing lembaga pemasaran berbeda-beda. Penetapan harga akibat biaya dan profit yang diambil di setiap lembaga pemasaran mempengaruhi tingkat Harga Eceran Tertinggi ( HET).
Dari harga penjualan dapat diketahui margin pemasaran yang merupakan selisih antara harga eceran dan harga di tingkat produsen. Kemudian dapat diketahui sebaran harga dengan mengelompokkan harga beli, harga jual, biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran. Dari sebaran harga dapat dihitung margin sharenya yaitu harga yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran terhadap harga beli konsumen dalam bentuk persen (%).
Besar kecilnya biaya pemasaran tergantung panjang pendeknya saluran pemasaran serta banyaknya fungsi pemasaran yang dilakukan. Sehingga biaya pemasaran dapat dijadikan sebagai indikator efisiensi sistem pemasaran tersebut. Efisiensi pemasaran merupakan persentase perbandingan antara biaya pemasaran nilai produk yang dipasarkan (harga jual produk), sehingga semakin besar biaya pemasaran maka semakin tidak efisien sistem pemasaran itu dan begitu juga sebaliknya.
Bila sistem pemasaran pupuk tidak efisien disebakan karena adanya masalah dalam sistem pemasaran tersebut sehingga perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan sistem pemasaran pupuk.
PRODUSEN UREA, ZA, SP-36, NPK-Phonska- LINI I
UNIT NIAGA PRODUSEN (UREA, ZA, SP-36, NPK) – LINI II
DISTRIBUTOR- LINI III
Pengecer –LINI IV PEMERINTAH
Konsumen
FUNGSI PEMASARAN Kendala Pemasaran
Biaya Pemasaran + Keuntungan
Harga Penjualan Upaya Pengendalian
Margin Tataniaga
Sebaran Harga
Share Margin
TINGKAT EFISIENSI
Ket: : hubungan saluran distribusi
: hubungan dalam saluran yang mempengaruhi : hubungan yang menyatakan saling mempengaruhi
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Jorlang Hataran, Kelurahan Tiga Balata. Kabupaten Simalungun dipilih sebagai daerah penelitian karena daerah tersebut merupakan salah satu daerah yang kebutuhan pupuknya cukup besar di Sumatera Utara. Daerah lokasi petani dipilih di Kecamatan Jorlang Hataran karena merupakan salah satu pemakai pupuk terbesar di Kabupaten Simalungun. Kelurahan Tiga Balata sebagai lokasi penelitian karena berdasarkan pra survey merupakan daerah yang berada di wilayah ibukota kecamatan juga merupakan pusat pemasaran pupuk bersubsidi tersebut, namun petani tidak memperoleh harga yang sesuai dengan yang telah ditetapkan pemerintah padahal masyarakat di daerah tersebut sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani yang perlu diperhatikan kebutuhan pupuknya dengan harga yang wajar.
Metode Pengumpulan Data
diminta untuk menyebutkan/ menunjuk calon responden yang berikutnya memiliki spesifikasi/ spesialisasi yang sama. Tindakan ini ditempuh karena biasanya responden yang merupakan anggota populasi yang spesifik tersebut saling mengenal satu sama lain karena spesialisasi / profesi mereka.
Tabel 3. Jumlah Populasi dan Sampel Produsen, Distributor, dan Pedagang Pengecer Pupuk Urea Pada Tahun 2006
No Kategori Populas
Pengecer Kecamatan dan Kelurahan 9 2 Kec.JorlangHataran/ Kelurahan Tiga Balata
Jumlah 18 4
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara dan Kabupaten Simalungun dan Dinas Pertanian Sumatera Utara dan Kabupaten Simalungun tahun 2006
Tabel 4. Jumlah Populasi dan Sampel Produsen, Distributor, dan Pedagang Pengecer Pupuk ZA, SP-36, NPK Pada Tahun 2006
No Kategori Populasi Sampel Lokasi
1 Lini I
Kecamatan dan Kelurahan 2 2 Kec. Jorlang Hataran/ KelurahanTiga Balata
Jumlah 17 4
Keterangan: Produsen Pupuk
Dalam penelitian ini sampel pabrik pupuk adalah produsen Urea, dan produsen pupuk ZA, SP-36 dan NPK-Phonska yang telah ditetapkan oleh pemerintah
Distributor Pupuk
Sampel untuk distributor pupuk urea, ZA, SP-36, dan NPK Phonska adalah distributor yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang bertanggungjawab untuk wilayah Kabupaten Simalungun, Kecamatan Jorlang Hataran.
Pedagang Pengecer
Dalam penelitian ini sampel pedagang eceran terdiri dari sampel pedagang eceran di Kecamatan Jorlang Hataran, Kelurahan Tiga Balata, dengan menggunakan metode penelusuran yaitu mengikuti saluran distribusi berdasarkan informasi dari distibutor pupuk.
Petani
Dalam menentukan sampel petani digunakan tekhnik sampel aksidental (Black and Dean,1992) yaitu menjadikan siapapun petani sebagai konsumen pupuk yang ditemui di lokasi penelitan secara kebetulan sebagai sampel. Jumlah sampel konsumen yang diambil dari tiap pedagang pengecer di desa Tiga Balata adalah sebanyak 5 petani.
Metode Pengambilan Data
distributor, pedagang pengecer, dan petani. Data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Simalungun, Dinas Pertanian Sumatera Utara dan Kabupaten Simalungun dan PPL Kelurahan Tiga Balata,Kecamatan Jorlang Hataran.
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari lapangan akan ditabulasi dengan alat uji yang sesuai yaitu:
1) Identifikasi masalah 1 diuji dengan analisa deskriptif berdasarkan survey di daerah penelitian
2) Identifikasi masalah 2 diuji dengan analisa deskriptif berdasarkan survey di daerah penelitian
3) Identifikasi masalah 3 mengenai biaya pemasaran dihitung dengan menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan selama menjalankan fungsi-fungsi pemasaran oleh masing-masing lembaga pemasaran. Sedangkan untuk melihat dampak pelaksanaan fungsi pemasaran yang menimbulkan biaya pemasaran ditambah profit dalam tiap lembaga dapat dilihat dari harga akhir yang diterima konsumen di daerah penelitian yang dijelaskan secara deskriptif. Untuk menghitung margin pemasaran pada identifikasi masalah 3 digunakan rumus yaitu:
Pbi = Harga beli pada pemasaran tingkat ke-i Bti = biaya pemasaran tingkat ke-i
I = keuntungan pemasaran tingkat ke-i
Untuk menghitung Share Margin pada identifikasi masalah 3 digunakan rumus:
dimana: Sm = Persentase Margin dihitung dalam persen
i. Pp = Harga yang diterima produsen & pedagang ii. Pk = Harga yang dibayar oleh konsumen akhir (Gultom,1996)
4) Untuk identifikasi masalah 4 dalam menghitung efisiensi pemasaran (Ep) digunakan rumus:
Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:
Defenisi
2. Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program pemerintah di sektor pertanian
3. Sektor pertanian yaitu sektor yang berkaitan dengan usaha budidaya tanaman yang meliputi tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan rakyat dan hijauan makanan ternak.
4. Petani yaitu perorangan warga Negara Indonesia yang mengusahakan lahan pertanian milik sendiri atau bukan, untuk budidaya tanaman pangan, hortikultura termasuk usaha perkebunan rakyat.
5. Produsen yaitu perusahaan yang memproduksi pupuk Urea, SP-36, ZA,
dan NPK dalam negeri yang terdiri dari PT. Pupuk Sriwidjaya, PT. Pupuk Kujang, PT. Pupuk Iskandar Muda, dan PT. Petrokimia Gresik
dan PT. Pupuk Kalimantan Timur.
6. Distributor yaitu perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang ditunjuk oleh produsen untuk melakukan pembelian, penyimpanan, penyaluran, dan penjualan pupuk dalam partai besar di wilayah tanggung jawabnya secara langsung hanya kepada petani atau kelompok tani melalui pengecer yang ditunjukkan. 7. Pengecer: perorangan, kelompok tani dan badan usaha baik yang
8. Pengadaan: proses penyediaan pupuk yang berasal dari produsen dalam negeri atau impor.
9. Wilayah tanggung jawab: propinsi/kabupaten/kota termasuk kecamatan atau desa yang menjadi tanggung jawab dari produsen, distributor, dan pengecer dalam pengadaan dan penyaluran pupuk kepada petani atau kelompok tani.
10.Harga eceran tertinggi (HET) dalam (Rp/kg): harga yang tertinggi yang ditetapkan oleh Menteri pertanian untuk penjualan tunai pupuk Urea, SP-36, ZA, dan NPK-Phonska dalam kemasan 50 kg oleh pengecer di lini IV kepada petani.
11.Pemasaran: kegiatan ekonomi yang mencakup kegiatan yang menggerakkan arus barang dan jasa dari pihak produsen ke pihak konsumen.
12.Lini I adalah gudang pupuk yang berlokasi di wilayah pabrik pupuk dalam negeri atau wilayah pelabuhan untuk impor
13.Lini II adalah gudang pupuk yang berlokasi di wilayah ibukota Propinsi dan unit pengantungan pupuk (UPP) atau diluar wilayah pelabuhan.
14.Lini III adalah gudang pupuk yang berlokasi di tingkat kabupaten/ kota. 15.Lini IV adalah gudang pupuk yang berlokasi di kios/pengecer.
16.Biaya Pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan kegiatan fungsi-fungsi pemasaran
18.Margin Pemasaran adalah selisih antara harga eceran dengan harga di tingkat produsen.
19.Sebaran Harga adalah pengelompokkan harga harga beli, harga jual, biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh tiap lembaga pemasaran.
20.Share Margin adalah harga yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran terhadap harga beli konsumen dalam bentuk persen (%).
21.Kendala Pemasaran adalah kendala atau masalah yang timbul didalam pemasaran saat melakukan fungsi-fungsi pemasaran
22.Upaya Pengendalian adalah upaya atau usaha yang dilakukan oleh lembaga pemasaran ataupun pemerintah mengatasi kendala pemasaran. 23.Tingkat efisiensi yaitu perbandingan antara biaya pemasaran terhadap nilai
produk yang dijual atau harga yang diterima oleh konsumen sehingga semakin kecil tingkat efisiensinya maka akan semakin efisien dan sebaliknya.
Batasan Operasional
1. Pupuk yang diteliti yaitu pupuk bersubsidi yaitu Urea, SP-36, ZA, dan NPK Phonska
2. Produsen yaitu perusahaan yang memproduksi pupuk bersubsidi dan menyalurkannya di Sumatera Utara (PT. PUSRI, PT. Petrokimia Gresik).
3. Distributor yaitu distributor yang daerah distribusinya ke Kabupaten Simalungun
5. Konsumen yaitu petani yang ada di Kelurahan Tiga Balata, Kecamatan Jorlang Hataran.
6. Dalam saluran pemasaran yang diteliti adalah perubahan harga dari produsen hingga konsumen akibat fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran.
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
Letak dan Geografis
Penelitian dilakukan di Kelurahan Tiga Balata, Kecamatan Jorlang Hataran, Kabupaten Simalungun. Kelurahan ini terdiri dari 9 dusun yaitu Dusun
Balata Pekan, Dusun Sipisang-Pisang, Dusun Balata I/Bawang Itu, Dusun Lumban Sihobuk, Dusun Balata II, Dusun Parbalan, Dusun Parluasan
Balata, Dusun Pancur Napitu, dan Dusun Balata III.
Daerah ini dipilih karena sebagian besar wilayah diperuntukkan untuk pertanian dan penduduknya juga didominasi oleh petani yang perlu diperhatikan kondisi kebutuhan pupuknya.
Kelurahan Tiga Balata memiliki luas lahan 865 Ha. Jarak kantor kelurahan ke kantor camat sekitar 0,5km . Kelurahan Tiga Balata berbatasan dengan:
- Sebelah utara : Kecamatan Siantar - Sebelah selatan : Dusun Pinangratus - Sebelah timur : Desa Dolok Marlawan -Sebelah barat : Pematang Siantar
Pola Penggunaan Lahan
Untuk mengetahui penggunaan lahan Kelurahan Tiga Balata dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Penggunaan Lahan Kelurahan Tiga Balata, Tahun 2007
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa lahan di Kelurahan Tiga Balata banyak digunakan untuk lahan pertanian yaitu lahan sawah, yaitu mencapai 57,85% dari 745 Ha.
Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk daerah penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 6. Jumlah Penduduk Kelurahan Tiga Balata, Tahun 2007
Jenis Kelamin Jumlah Persentase(%)
Laki-laki 1599 49,44
Perempuan 1635 50,55
Total 3.234 100
Sumber: Profil Kelurahan Tiga Balata TAhun 2007
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa di Kelurahan Tiga Balata jumlah penduduk wanita lebih banyak daripada laki yaitu 50,55% dibandingkan laki-laki hanya 49,44% dari jumlah penduduk.
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Umur di Kelurahan Tiga Balata
No Umur (Tahun) Jumlah Jiwa Persentase
1. 0-6 341 10,54
Tabel 8. Data Penduduk Yang Drop Out/ Putus Sekolah
No Drop Out/Putus Sekolah Jumlah
1. SD 121
2. SMP sederajat 146
3. SMU sederajat 203
Total 470 Sumber: Profil Kelurahan tahun 2007
Dari tabel 8 dapat dilihat jumlah penduduk yang drop out/ putus sekolah adalah pada jenjang SMU sederajat, hal ini disebakan oleh kenakalan remaja itu sendiri ataupun kurangnya biaya pendidikan dari keluarga yang bersangkutan.
Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Pekerjaan di Kelurahan Tiga Balata
No Uraian Jumlah (KK) Sumber: Profil Kelurahan tahun 2007
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa pekerjaan yang paling dominan di Kelurahan Tiga Balata adalah sebagai petani yaitu 522 KK atau 61,92%.
Karakteristik Sampel a. Produsen Pupuk
Tabel 10. Karakteristik Sampel Produsen Pupuk Urea, ZA, SP-36, dan NPK- Phonska
No Nama Perusahaan Pengalaman Usaha (thn) Pupuk Yang Diproduksi Lokasi
1 PT. PUSRI 44 Urea Palembang
2. PT.Petrokimia Gresik
23 ZA, SP-36, NPK- Phonska Gresik
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara dan Kabupaten Simalungun dan Dinas Pertanian Sumatera Utara dan Kabupaten Simalungun tahun 2006
b. Distributor Pupuk
Distributor yang menjadi sampel adalah distributor yang bertanggungjawab untuk Kabupaten Simalungun, Kecamatan Jorlang Hataran. Distributor ini akan menjual pupuk kepada tiap pengecer yang bertanggungjawab
di kecamatan yang telah ditetapkan. Distributor pupuk urea adalah PT. Ridho Usaha Sejahtera dan Distributor pupuk ZA, SP-36, dan NPK-Phonska
adalah PT. Bintang Petani Agromandiri yang berada di P. Siantar.
Tabel 11. Karakteristik Sampel Distributor Pupuk Urea, ZA, SP-36, dan NPK-Phonska.
SEJAHTERA UREA 283.67 2 P.SIANTAR
ZA 169.85
SP-36 93.54
2 PT. BINTANG PETANI
AGROMANDIRI NPK-PHONSKA 70.07
29
P.SIANTAR
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara dan Kabupaten Simalungun dan Dinas Pertanian Sumatera Utara dan Kabupaten Simalungun tahun 2006
Data diolah dari Lampiran 1 c. Pengecer
NPK-Phonska Sebanyak 2 usaha dagang yaitu UD. Ahmad dan UD. Martahan di tingkat Kecamatan Jorlang Hataran, Kelurahan Tiga Balata.
Tabel 12. Karakteristik Sampel Pedagang Pengecer Pupuk Urea, ZA, SP-36, dan NPK-Phonska
12a. Pengecer Pupuk Urea
NO NAMA USAHA Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara dan Kabupaten
Simalungun dan Dinas Pertanian Sumatera Utara dan Kabupaten Simalungun tahun 2006
Data diolah dari lampiran 2a
12b. Pengecer Pupuk ZA, SP-36 dan NPK-Phonska
NO PUPUK PENGECER RATA-RATA
(TON)
d. Petani
Petani adalah konsumen yang membeli pupuk bersubsisi dari pengecer resmi yang berada di Kecamatan Jorlang Hataran/Kelurahan Tiga Balata.
Tabel 13. Karakteristik Sampel Petani
No Uraian Rataan
1 Umur (tahun) 52,45
2 Lama Pendidikan 8,25
3 Pengalaman bertani 23,3
4 Jumlah tanggungan 5
5 Jumlah pupuk yang dipakai 3
Data diolah dari lampiran 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Bentuk Saluran Pemasaran Pupuk Bersubsidi
Untuk identifikasi masalah pertama mengenai saluran pemasaran pupuk bersubsisdi Urea, ZA, SP-36, dan NPK-Phonska di daerah penelitian diketahui bahwa saluran pemasaran melibatkan produsen, distibutor dan pengecer. Saluran ini sudah diatur sedemikian rupa dimana semua yang terlibat sudah ditentukan dan atas seizin pemerintah. Pemerintah dalam hal ini memiliki peran sebagai pensubsidi produsen pupuk sekaligus pengawas peredaran pupuk tersebut sehingga petani memperoleh jumlah dan harga yang sesuai dengan yang telah ditetapkan pemerintah.
Produsen urea adalah PT. PUSRI dan produsen ZA, SP-36, dan NPK-Phonska adalah PT. Petrokimia Gresik yang kemudian menyalurkannya ke tiap propinsi melalui distributor. Distributor urea di daerah penelitian adalah PT. Ridho Usaha Sejahtera dan distributor ZA, SP-36, dan NPK-Phonska adalah PT. Bintang Petani Agromandiri yang kemudian menyalurkannya ke tiap pengecer di kecamatan. Lalu akhirnya pengecer yang menjual langsung kepada petani.
Pemerintah
PT.PUSRI dan PT. Petrokimia Gresik
(Produsen) : menyatakan dalam pengawasan
Gbr 2. Skema Saluran Pemasaran Pupuk Bersubsidi Urea, ZA, SP-36 dan NPK-Phonska
1a. Saluran Pupuk Urea
Produsen Distributor Pengecer Kecamatan/ Kelurahan Konsumen
Sejahtera, KUD. Kandangan, CV. Victor Jaya, PT. Lumbung Padi, PT. Ridho Usaha Sejahtera, dan PT. Tina Abadi, sedangkan distributor yang
bertanggung jawab untuk Kabupaten Simalungun, Kecamatan Jorlang Hataran adalah PT. Ridho Usaha Sejahtera. Volume penjualan urea dari produsen ke distributor di daerah penelitian rata-rata 283.670 kg/bln dengan harga jual Rp
1.050,-/kg. Kemudian distributor menjual ke pengecer yang ada di daerah penelitian. Pengecer resmi yang bertanggungjawab di Kecamatan Jorlang Hataran ada 9 pengecer yaitu UD. Ahmad; UD. Harlen; UD. Martahan; UD. Pandapotan;
UD. Artha; UD. Bersama Tani; UD. Wahyu; UD. Berkat Tani dan UD. Bintang Persada. Pengecer yang menjadi sampel adalah UD. Pandapotan
UD. Harlen, UD. Ahmad dan UD. Martahan.Volume penjualan distributor kepada pengecer rata-rata 7.020 kg/bln dengan harga jual Rp 1165,-/kg. Pengecer menjual ke konsumen dengan harga Rp 1.400,-/kg.
1b. Saluran Pemasaran Pupuk ZA, SP-36, dan NPK-Phonska
Produsen Distributor Pengecer Kecamatan/ Kelurahan Konsumen
bertanggung jawab untuk Propinsi Sumatera Utara berjumlah 12 distributor yaitu PT. CGS (Gresik Cipta Sejahtera); PT. PERTANI; PT. Multi Mas Chemindo;
PT. Andalas Global Utama; CV. Eka Perkasa; PT. Mega Eltra; CV. Kontak Agro Sejati; UD. Fajar Baru ; UD. Sinar Bumi; UD. Rata Sinuhaji;
PT. Bintang Petani Agromandiri dan UD. Manik, dan distributor yang bertanggungjawab untuk Kabupaten Simalungun, Kecamatan Jorlang Hataran adalah PT. Bintang Petani Agromandiri. Kemudian distributor menjual ke pengecer yang ada di daerah penelitian. Pengecer resmi pupuk ZA, SP-36 dan NPK-Phonska di Kecamatan Jorlang Hataran ada 2 pengecer yaitu UD. Ahmad,
dan UD. Martahan, dan yang menjadi sampel adalah UD. Ahmad dan UD. Martahan. Volume penjualan ZA oleh produsen ke distributor di daerah
penelitian rata-rata 169.850 kg/bln dengan harga jual Rp 880,-/kg Volume penjualan distributor kepada pengecer rata-rata 1.920 kg/bln dengan harga jual
Rp 1.010,-/kg. Pengecer menjual pupuk ke konsumen dengan harga
Rp1.400,-/kg.
Volume penjualan SP-36 oleh produsen ke distributor di daerah penelitian sekitar 93.540 kg/bln dengan harga jual Rp 1.380,-/kg. Kemudian distributor menjual ke pengecer yang ada di daerah penelitian sekitar 1.290 kg/bln dengan
harga jual Rp1.510,-/kg. Pengecer menjual pupuk kepada konsumen dengan
harga Rp2.000,-/kg.
dengan harga jual Rp 1.710,-/kg. Pengecer menjual pupuk kepada konsumen dengan harga Rp 2.400,-/kg.
Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa hanya terdapat 1 jenis saluran pupuk dalam pemasaran pupuk bersubsidi yaitu Produsen- distributor-pengecer- konsumen dan hal ini sesuai dengan jenis saluran ke-4 dalam teori (Swastha, 1999).
2. Fungsi-Fungsi Pemasaran
Identifikasi masalah II adalah mengenai fungsi-fungsi pemasaran, yaitu hal-hal yang dilakukan oleh produsen dan lembaga-lembaga pemasaran yang akhirnya menimbulkan biaya pemasaran meliputi pembelian, penjualan, penyimpanan, transportasi, pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi pasar. Setiap lembaga pemasaran akan melakukan fungsi pemasaran sesuai kebutuhan.
Tabel 14. Fungsi-Fungsi Pemasaran Yang Dilakukan oleh Produsen dan Lembaga Pemasaran Pupuk Urea, ZA, SP-36, dan NPK-Phonska
No Fungsi Pemasaran Produsen Distributor Pengecer 1 Pembelian
2 Penjualan 3 Penyimpanan 4 Transportasi 5 Pembiayaan
6 Penanggungan resiko 7 Informasi pasar
Sumber: Data diolah dari lampiran6
kapal, resiko hilang ataupun rusak serta informasi pasar yang diperoleh dari instansi pemerintah seperti Dinas Pertanian dan Dinas Perindustian dan Perdagangan.
Distributor melakukan 7 fungsi pemasaran yaitu pembelian pupuk dari produsen; penjualan pupuk kepada pengecer; penyimpanan pupuk sebelum diangkut ke pengecer; biaya transportasi; pembiayaan bongkar muat, upah tenaga kerja, air&listrik, dan sebagainya; penanggungan resiko seperti pungutan liar dari berbagai pihak; dan informasi pasar yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian dan Perdaganagan.
Pengecer melakukan 7 fungsi pemasaran yaitu pembelian dari distributor; penjualan kepada konsumen; penyimpanan pupuk selama belum dibeli konsumen;transportasi yaitu berupa pengangkutan pupuk hingga ke rumah atau lokasi usaha tani dari konsumen; pembiayaan seperti upah pekerja, sewa toko, air&listrik, goni plastik dan plastik kresek dan sebagainya;penanggungan resiko seperti rusak, hilang dan sebagainya serta informasi pasar dari penyuluh pertanian dan masyarakat setempat.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi pemasaran yang dilakukan produsen dan lembaga pemasaran sesuai dengan landasan teori (Swastha, 1999)
3. Besar Biaya Pemasaran, Price Spread dan Share Margin serta Dampaknya terhadap Harga Eceran Tertinggi (HET)
yang dikeluarkan, sebaran harga dan Share Margin (persentase Margin ) setiap lembaga pemasaran yang terlibat.
Tabel 15. Biaya Pemasaran Pupuk ZA, SP-36, NPK-Phonska di daerah Penelitian tahun 2006 di setiap Lembaga Pemasaran (Rp/Kg)
NO URAIAN PUPUK
UREA ZA SP-36 NPK-PHONSKA
1HARGA JUAL PRODUSEN 1050 880 1380 1575
BONGKAR 5 10 10 10
TOTAL BIAYA DISTRIBUTOR 98.46 125.27 122.94 130.63
KEUNTUNGAN DISTRIBUTOR 16.54 4.73 7.06 4.37
2HARGA BELI PENGECER 1165 1010 1510 1710
TRANSPOR 14.12 34.56 42.63 12.5
TOTAL BIAYA PENGECER 119.24 290.45 358.28 105.06 KEUNTUNGAN PENGECER 115.76 99.55 131.72 584.94 3HARGA BELI KONSUMEN 1400 1400 2000 2400 Sumber: Data diolah dari Lampiran 4&5
Berdasarkan data tabel diatas diketahui biaya pemasaran yang dikeluarkan
oleh distributor urea adalah Rp 98,46,-/kg. Distributor ZA, SP-36, dan
Biaya pemasaran yang dikeluarkan pengecer urea adalah Rp 119,24,-/kg.
pengecer ZA, SP-36, dan NPK-Phonska yaitu untuk pupuk ZA adalah Rp290,45,-/kg; SP-36 Rp 358,28,-/kg; NPK-Phonska Rp 105,06,-/kg.
Biaya pemasaran yang dikeluarkan tiap lembaga pemasaran adalah berbeda meskipun melakukan ketujuh fungsi pemasaran yang sama. Biaya pemasaran dan keuntungan terbesar adalah pada pengecer. Hal tersebut disebabkan karena sarana yang dipakai untuk mengecer pupuk lebih banyak dibandingkan distributor sehingga keuntungan yang diambilpun tentu lebih besar.
Distributor urea yaitu PT. Ridho Usaha Sejahtera dan distributor ZA, SP-36 dan NPK-Phonska yaitu PT. Bintang Petani Agromandiri melakukan fungsi pemasaran yang sama, namun distributor urea tidak memiliki truk sebagai pengangkut pupuk tetapi menggunakan jasa sewa truk sehingga tidak ada biaya penyusutan dan pajak truk tapi hanya biaya bongkar dan muat, sedangkan PT. Bintang Petani Agromandiri memiliki truk sendiri. PT. Ridho Usaha Sejahtera juga tidak menggunakan rumah sebagi tempat usaha dagang sehingga tidak ada mengeluarkan biaya pajak rumah, sedangkan PT. Bintang Petani Agromandiri menggunakan rumah sebagai tempat usaha dagang mereka.
Tabel 16. Sebaran Harga (Price Spread) , Share Margin
16a. Pupuk Urea
NO URAIAN PRICE SPREAD SHARE MARGIN (%)
1 HARGA BELI DISTRIBUTOR 1050 75
2 BIAYA PEMASARAN 217.7 (15.55)
4 HARGA BELI KONSUMEN 1400 100
Sumber: Data diolah dari Lampiran 4&5
16b. Pupuk ZA
NO URAIAN PRICE SPREAD SHARE MARGIN (%)
1 HARGA BELI DISTRIBUTOR 880 62.86
2 TOTAL BIAYA PEMASARAN 415.72 (29.69)
DISTRIBUTOR 125.27 8.95
PENGECER 290.45 20.75
3 KEUNTUNGAN
DISTRIBUTOR 4.73 0.34
PENGECER 99.55 7.11
4 HARGA BELII KONSUMEN 1400 100
Sumber: Data diolah dari Lampiran 4&5
16c. Pupuk SP-36
NO URAIAN PRICE SPREAD SHARE MARGIN (%)
1 HARGA BELI DISTRIBUTOR 1380 69
2 TOTAL BIAYA PEMASARAN 481.22 (24.06)
DISTRIBUTOR 122.94 6.15
PENGECER 358.28 17.91
3 KEUNTUNGAN
DISTRIBUTOR 7.06 0.35
PENGECER 131.72 6.59
4 HARGA BELI KONSUMEN 2000 100
16 d. Pupuk NPK-Phonska
NO URAIAN PRICE SPREAD SHARE MARGIN (%)
1 HARGA BELI DISTRIBUTOR 1575 65.63
2 TOTAL BIAYA PEMASARAN 235.69 (9.82)
DISTRIBUTOR 130.63 5.44
PENGECER 105.06 4.38
3 KEUNTUNGAN
DISTRIBUTOR 4.37 0.18
PENGECER 584.94 24.37
4 HARGA BELI KONSUMEN 2400 100
Sumber: Data diolah dari Lampiran 4&5
Berdasarkan tabel Share Margin pada distributor urea adalah 1,18 %.
Distributor ZA, SP-36, dan NPK-Phonska yaitu untuk pupuk ZA adalah 0,34%; SP-36 0,35%; dan NPK-Phonska 0,18%.
Share Margin pada pengecer urea adalah 8,27%. Pengecer ZA, SP-36,
dan NPK-Phonska yaitu untuk pupuk ZA adalah 7,11% ; SP-36 6,59%; dan NPK-Phonska 24,37%.
Seperti diketahui sebelumnya pupuk bersubsidi adalah pupuk yang sudah ditentukan Harga Eceran Tertingginya (HET) oleh pemerintah. Berdasarkan keterangan tabel diatas dapat dilihat bahwa sudah terjadi penyimpangan harga di tingkat pengecer yaitu:
• Pupuk Urea dari Rp 1.200/kg menjadi Rp 1.400/kg
• Pupuk ZA dari Rp 1.050/kg menjadi Rp 1.400/kg
• Pupuk SP-36 dari Rp 1.550/kg menjadi Rp 2.000/kg
• Pupuk NPK-Phonska dari Rp 1.750/kg menjadi Rp 2.400/kg
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa harga melenceng di tingkat pengecer dan Share Margin terbesar adalah pada pengecer. Faktor lain yang menyebabkan harga jual pengecer lebih besar dari Harga Eceran Tertinggi (HET) selain karena biaya pemasaran yang besar adalah:
1. Adanya pengecer non-resmi yang menjual pupuk sejenis di daerah penelitian, dimana pengecer non-resmi yang membeli dengan harga yang lebih mahal dari pengecer resmi akan menjual dengan harga yang lebih mahal juga. Maka, agar usaha pedagang non-resmi tetap berjalan maka pengecer resmi menambah keuntungan untuk mengimbangi harga jual pengecer non-resmi.
2. Ketika terjadi keterlambatan pengiriman pupuk, maka pengecer mencari alternatif dengan membeli pupuk dari luar daerah dengan harga yang lebih mahal, sehingga merekapun akan menjual kepada konsumen dengan harga yang lebih mahal.
4. Tingkat Efisiensi Pemasaran
Sesuai dengan tabel 16, maka identifikasi masalah IV mengenai tingkat efisiensi pemasaran dapat diketahui yaitu pupuk urea sebesar 15,55% Dari tabel 16 dapat diketahui tingkat efisiensi pemasaran pupuk ZA adalah sebesar 29,69%
Dari tabel 16 dapat diketahui tingkat efisiensi pemasaran pupuk SP-36 adalah sebesar 24,06
NPK-5. Masalah yang dihadapi dalam penyaluran pupuk bersubsidi • Masalah yang dihadapi produsen
Produsen dalam mengirimkan barang ke daerah yang dituju kadang terhambat oleh kondisi cuaca ataupun bencana alam yang terjadi, sehingga pengiriman barang tertunda beberapa waktu.
• Masalah yang dihadapi distributor
Sesuai dengan wawancara yang dilakukan masalah atau kendala yang dialami oleh distributor adalah masalah dalam perjalanan menuju pengecer- pengecer di Kecamatan dimana terdapat pungutan-pungutan liar seperti uang keamanan dari pemuda setempat saat distributor mengantarkan pupuk ke tempat pengecer. Biaya yang dikeluarkan oleh distributor untuk pungutan liar tidak memberatkan karena di daerah penelitian hanya Rp 2.000,-/bln.
• Masalah yang dihadapi oleh pengecer
1) Di daerah penelitian petani sebagai konsumen cenderung meminta agar pupuk yang dibeli untuk diantar langsung ke rumah ataupun kesawah atau ladangnya. Hal ini tentunya menambah biaya bahkan resiko yang dihadapi oleh pengecer jika terjadi kerusakan selama perjalanan.
2) Masalah lain adalah ketika adanya keterlambatan barang beberapa waktu, membuat stok barang kurang bahkan kosong padahal permintaan terus ada. 3) Kurangnya modal pengecer untuk membeli pupuk kembali akibat banyaknya
petani yang utang
• Masalah yang dihadapi konsumen di daerah penelitian
2) Modal petani yang kurang dalam membeli pupuk
6.Upaya yang dilakukan dalam penyaluran pupuk bersubsidi • Distributor
Untuk menangani pungutan liar maka mereka hanya memberikan biaya pungutan liar hanya kepada pihak yang jelas latar belakangnya disertai tanda bukti, sehingga tidak semua pihak yang tidak jelas dapat meminta pungutan liar kepada pihak distributor
• Pengecer
1) Permintaan tambahan dari petani untuk mengantarkan pupuk langsung ke lokasi yang diinginkan yang akhirnya menambah biaya pemasaran, maka pengecer menambah harga pupuk untuk mengimbangi biaya tersebut.
2) Untuk mengatasi kekosongan pupuk maka pengecer menghubungi distributor resmi atau pedagang lain diluar daerah penelitian walaupun dengan harga yang lebih tinggi serta persyaratan lain yang cukup memberatkan
3) Untuk mengatasi jumlah modal yang kurang maka pengecer menjual pupuk lain serta obat-obatan yang dapat memberikan masukan lebih.
• Konsumen
1) Apabila harga yang diterima oleh petani cukup mahal maka petani akan menunda pembelian pupuk tersebut, meminjam kepada petani lain, ataupun mengutang pada pengecer.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian saluran pemasaran Pupuk Bersubsidi di daerah penelitian diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:
1. Hanya ada 1 jenis saluran pemasaran dalam pemasaran pupuk bersubsidi yang telah diatur oleh pemerintah sendiri yaitu mulai dari Produsen pupuk
(PT. PUSRI dan PT. Petrokimia Gresik), dilanjutkan ke distributor (PT. Ridho Usaha Sejahtera dan PT. Bintang Petani Agromandiri), dan yang
terakhir yang berhubungan langsung dengan petani adalah pengecer yang ada di wilayah kecamatan/kelurahan di daerah penelitian.
2. Produsen melakukan 6 fungsi pemasaran yaitu penjualan, penyimpanan, transportasi, pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi pasar. Sedangkan lembaga pemasaran yang terlibat yaitu distributor dan pengecer melakukan 7 fungsi pemasaran yaitu pembelian, penjualan, penyimpanan, transportasi, pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi pasar.
3. Ada perbedaan biaya pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran dan biaya pemasaran yang terbesar adalah biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pengecer yaitu untuk pupuk Urea sebesar Rp 119,24,-/Kg, ZA sebesar
Rp 290,45,-/Kg, SP-36 sebesar Rp 358,28,-/Kg dan NPK-Phonska Rp 105,06,-/Kg, akibatnya harga yang diterima konsumen tidak sesuai
4. Terdapat perbedaan tingkat efisiensi pemasaran pada masing-masing jenis pupuk yaitu pupuk Urea sebesar 15,55%, ZA sebesar 29,69%, SP-36 sebesar 24,06%, NPK-Phonska sebesar 9,82%.
5. Masalah yang umummya terjadi dalam saluran pemasaran adalah adanya keterlambatan barang sampai ke daerah yang dituju yang menyebabkan harga pupuk akan naik karena jumlah pupuk yang beredar sedikit.
Saran
1. Bagi pemerintah:
Agar bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk mensosialisasikan keberadaan pupuk bersubsidi ini kepada petani baik melalui media atau kunjungan langsung/ penyuluhan serta bersama-sama melakukan pengawasan secara kontiniu
Bagi pemerintah untuk menambah subsidi untuk pupuk bersubsidi ini berhubung besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemasaran sehingga harga yang diterima oleh lembaga-lembaga-lembaga-lembaga pemasaran dapat lebih murah.
2. Bagi Distributor dan Pengecer sebaiknya menjual produk lain untuk menunjang pupuk bersubsidi ini baik pupuk non-subsidi ataupun obat-obatan yang dibutuhkan petani.
DAFTAR PUSTAKA
Black, J.A. and Dean J. Champion., 1992. Metode dan Masalah Penelitian Sosial.Terjemahan E. Koeswara dkk. PT. ERESCO Press, Bandung.
Chandra, G., 2004. Pemasaran Global: Internasional dan Internetisasi, Edisi I. Andi, Yogyakarta:
Daniel, M., 2002. PengantarEkonomi Pertanian.. Bumi Aksara, Jakarta.
Engelstad, O.P., 1997. Teknologi dan Penggunaan Pupuk: Edisi III. Gadjah Mada University, Yogyakarta
Gultom, H.L.T., 1996. Tataniaga Pertanian. USU Press, Medan. http://www.library.usu.com,2006
Husodo, S.Y.,B. Saragih, H.S. Dillon, dan M. Nasution., 2004. Pertanian Mandiri. Penebar Swadaya, Jakarta
Kotler and Armstrong., 1999. Prinsip-Prinsip Pemasaran: Edisi VIII. Erlangga, Jakarta.
Hutauruk, J., 2003. TataNiagaHasil Pertanian.Fakultas Pertanian, UNIKA St. Thomas, Medan.
Lingga., 2000., Petunjuk Penggunaan Pupuk: Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta
Mubyarto., 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.
Novizan., 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Royan, Frans M., 2004.Winning in the battle with distribution strategy
(Paradigma baru memenangkan pasar melalui sistem distribusi): Edisis I. Andi, Yogyakarta.
Simamora, H., 2000. Manajemen Pemasaran Internasional. Salemba Empat, Jakarta.
Soekartawi., 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian, Teori dan Aplikasinya: Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Swastha, B., 1999. Saluran Pemasaran: Konsep dan strategi Analisis Kuantitatif. LP3ES, Yogyakarta
Tjiptono, F., 1997. Strategi Pemasaran: Edisi II. Andi, Yogyakarta.
LAMPIRAN 1. KARAKTERISTIK DAN VOLUME PEMBELIAN DISTRIBUTOR PUPUK UREA, ZA, SP-36 dan NPK-PHONSKA
VOLUME PEMBELIAN (TON)
C NAMA PERUSAHAAN DISTRIBUTOR
JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
TOTAL
SEJAHTERA UREA 325.00 535.00 220.00 150.00 143.50 328.50 1702.00 283.67 2 P.SIANTAR
ZA 171.5 170.65 159.95 174.00 255.00 88.00 1019.10 169.85
LAMPIRAN 2. KARAKTERISTIK DAN VOLUME PEMBELIAN PENGECER PUPUK UREA, ZA, SP-36 dan NPK-PHONSKA
2a. Pengecer Urea
VOLUME PEMBELIAN (TON)
NO NAMA USAHA DAGANG
JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
2b. Pengecer ZA, SP-36, dan NPK-Phonska
VOLUME PEMBELIAN (TON) TOTAL
(TON)
RATA-RATA (TON)
PENGALAMAN
(TAHUN) ALAMAT
NO PUPUK PENGECER
JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
1 ZA UD. AHMAD 5.50 3.00 0.50 5.00 1.00 0.00 15.00 2.50 13 TIGA BALATA
UD. MARTAHAN 0.00 5.00 0.00 0.00 3.00 0.00 8.00 1.33 30 TIGA BALATA
TOTAL 3.83
RATA-RATA 1.92
2 SP-36 UD. AHMAD 5.00 3.00 0.00 0.00 0.00 5.00 13.00 2.17 13 TIGA BALATA
UD. MARTAHAN 0.00 2.00 0.00 0.00 0.00 0.50 2.50 0.42 30 TIGA BALATA
TOTAL 2.58
RATA-RATA 1.29
3 NPK-PHONSKA UD. AHMAD 0 5.0 0.0 3.0 5 5 18.00 3.00 13 TIGA BALATA
UD. MARTAHAN 0 5 0.0 0.0 7 0 12.00 2.00 30 TIGA BALATA
TOTAL 5.00
LAMPIRAN 3. KARAKTERISTIK SAMPEL PETANI DI DAERAH PENELITIAN
NO UMUR PENDIDIKAN LAMA PENDIDIKAN (THN) PENGALAMAN BERTANI (TAHUN)
JUMLAH
TANGGUNGAN(ORANG) PUPUK YANG DIGUNAKAN JUMLAH
1 45 SMU 12.0 15.0 5.0 UREA, ZA, NPK-PHONSKA 3
2 40 SMU 12.0 10.0 4.0 UREA, ZA 2
3 70 SD 6.0 45.0 6.0 UREA, ZA 2
4 50 SMP 9.0 25.0 6.0 UREA, ZA, SP-36 3
5 72 SMU 12.0 46.0 4.0 UREA, ZA, SP-36 3
6 65 SD 6.0 30.0 6.0 UREA, ZA, SP-36, NPK-PHONSKA 4
7 43 SMU 12.0 18.0 5.0 UREA, ZA, SP-36, NPK-PHONSKA 4
8 58 SD 6.0 25.0 5.0 UREA, ZA, SP-36, NPK-PHONSKA 4
9 49 SMU 12.0 10.0 4.0 UREA, ZA, SP-36, NPK-PHONSKA 4
10 65 SD 6.0 30.0 6.0 UREA, ZA 2
11 54 SMU 12.0 22.0 5.0 UREA, ZA 2
12 61 SD 6.0 35.0 4.0 UREA, ZA, NPK-PHONSKA 3
13 54 SMP 9.0 24.0 6.0 UREA, ZA, NPK-PHONSKA 3
14 63 SD 6.0 32.0 4.0 UREA, ZA, NPK-PHONSKA 3
15 34 SD 6.0 3.0 4.0 UREA, ZA, NPK-PHONSKA 3
16 43 SMU 12.0 9.0 6.0 UREA, ZA, SP-36 3
17 48 SD 6.0 20.0 5.0 UREA, ZA, SP-36 3
18 50 SD 6.0 27.0 4.0 UREA, ZA, SP-36 3
19 46 SMP 9.0 24.0 5.0 UREA, ZA, SP-36 3
20 39 SMP 9.0 16.0 4.0 UREA, ZA, SP-36 3
1049.0 174.0 466.0 98.0 60.0
LAMPIRAN 4. BIAYA PEMASARAN DISTRIBUTOR
4a. Distributor Urea
BIAYA PEMASARAN/ BULAN (Rp)
BONGKAR MUAT TRANSPOR UPAH PAJAK PT. AIR&LISTRIK TOTAL 1418350 1418350 22693600 2000000 250000 150000 27930300
RATA-RATA PENJUALAN BIAYA PEMASARAN/ KG(Rp)
BONGKAR MUAT TRANSPOR UPAH PAJAK PT. AIR&LISTRIK TOTAL
283670 5 5 80 7.05 0.88 0.53 98.46
4b. Distributor ZA, SP-36, NPK-Phonska
BIAYA PEMASARAN/BULAN (Rp) NO PUPUK
BONGKAR MUAT TRANSPOR UPAH PAJAK PT. AIR&LISTRIK PENY.TRUK PAJAK MOBIL PAJAK RUMAH BONGKAR MUAT LAPANGAN TOTAL
1 ZA 16985001698500 13588000 1134000 50000 318000 2633200 63340 41600 52000 21277140
2 SP-36 935400 935400 7483200 567000 25000 159000 1316600 31670 20830 26000 11500100
3 NPK-PHONSKA 700700 700700 5605600 567000 25000 159000 1316600 31670 20830 26000 9153100
BIAYA PEMASARAN/KG (Rp)
NO PUPUK JUMLAH
PENJUALAN(KG)
BONGKAR MUAT TRANSPOR UPAH PAJAK PT. AIR&LISTRIK PENY.TRUK PAJAK MOBIL PAJAK RUMAH BONGKAR MUAT LAPANGAN
TOTAL
1 ZA 169850 10.00 10.00 80.00 6.68 0.29 1.87 15.50 0.37 0.24 0.31 125.27
2 SP-36 93540 10.00 10.00 80.00 6.06 0.27 1.70 14.08 0.34 0.22 0.28 122.94