• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemakai Susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemakai Susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1-EKSTENSI MEDAN

ANALISIS PEMBENTUKAN DISONANSI KOGNITIF KONSUMEN PEMAKAI SUSU MORINAGA DI SUPERMARKET

BRASTAGI FRUIT MEDAN

DRAFT SKRIPSI

OLEH:

IRMA PUSPASARI 060521084 MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan

(2)

ABSTRAK

Irma Puspasari (2010) “Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemakai Susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan. Dr Endang S Rini M.Si selaku Dosen Pembimbing, Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen, Dr. Arlina Nurbaity Lbs, SE, MBA selaku Dosen Penguji I dan Drs. Liasta Ginting M.Si selaku Dosen Penguji 2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan disonansi kognitif pemakai susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan dan untuk mengetahui dan menganalisis faktor utama yang membentuk disonansi kognitif konsumen pemakai susu Morinaga di Supermarket Brastagi Medan.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif yang terdiri dari uji regresi linier berganda dengan menggunakan uji t, uji F dan koefisien determinasi (R2). Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi 13.00 for windows. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dan kuesioner penelitian ini menggunakan 80 responden sebagai sampel penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel emosional, kebijakan pembelian dan perhatian setelah transaksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap disonansi kognitif di Supermarket Brastagi Fruit Medan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji F dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Berdasarkan uji t dari ketiga variabel bebas bahwa variabel perhatian setelah transaksi yang paling dominan mempengaruhi disonansi kognitif di Supermarket Brastagi Fruit Medan. Analisis koefisien determinan (R2) dilihat dari Adjusted R2 sebesar 36,60% yang berarti variabel terikat yaitu disonansi kognitif dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel bebas yaitu emosional, kebijakan pembelian dan perhatian setelah transaksi sedangkan sisanya 63,40% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Penulis mengucapkan Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemakai Susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan”.

Penulis mengucapkan terima kasih selama proses penyelesaian skripsi dan juga selama mengikuti pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, yang mana penulis banyak menerima tuntunan, bantuan dan petunjuk serta motivasi dari berbagai pihak. Menyadari hal tersebut, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Ritha F Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen dan Ibu Nisrul Irawati, MBA selaku Seketaris Departemen Manajemen.

(4)

4. Ibu Dr. Erlina Nurbaity Lbs, SE. MBA, Selaku Penguji I yang memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Liasta Ginting, M.Si, selaku Penguji II

6. Segenap dosen dan staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.

7. Penulis mengucapkan terima kasaih yang sebesar-besarnya kepada orang tua tercinta Ayahanda, Ibunda, Suami Tercinta dan Ananda yang selain sumber inspirasi dan kekuatan bagi penulis setelah ALLAH SWT, juga telah banyak memberikan dorongan moral dan materi serta kasih sayang dan perhatian yang tiada terhingga kepada penulis selama masa kuliah terlebih-lebih selama masa penyusunan skripsi ini di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh karyawan Supermarket Brastagi Fruit Medan khususnya di bagian susu Morinaga.

9. Kak Dani, Kak Vina dan Bang Jum selaku Staf Departemen Manajemen atas bantuan dan kerja samanya selama ini.

10.Kakanda-kakanda dan Abangda-abangda tersayang yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis.

(5)

Penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang ada selama penulisan skripsi ini. Karena tidak ada gading yang tak retak. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak peneliti selanjutnya yang akan menulis topik yang sama demi perkembangan dan kelanjutan Civitas Akademika.

Medan, Mei 2010 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

BAB I PENDAHULUAN1 ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Kerangka Konseptual ... 4

D. Hipotesis ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

F. Metode Penelitian ... 7

1. Batasan Operasional ... 7

2. Definisi Operasional Variabel ... 8

3. Skala Pengukuran Variabel ... 10

4. Waktu dan Lokasi Penelitian... 10

5. Populasi dan Sampel Penelitian ... 11

6. Jenis dan Sumber Data ... 12

7. Teknik Pengumpulan Data ... 32

8. Validitas dan Reliabilitas ... 13

9. Metode Analisis Data... 14

BAB II URAIAN TEORETIS ... 19

A. Penelitian Terdahulu ... 19

B. Definisi Produk ... 20

1. Atribut Produk ... 21

(7)

3. Diffrensiasi Produk ... 23

C. Perilaku Pembelian ... 25

1. Perilaku Pembelian Kompleks ... 25

2. Perilaku Pembelian Pengurangan Disonansi ... 25

3. Perilaku Pembelian Kebiasaan ... 26

4. Perilaku Pembelian Pencarian Variasi ... 26

D. Disonansi Kognitif ... 26

E. Dimensi Disonansi Kognitif ... 28

F. Kebijaksaan Pembelian ... 29

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 30

A. Profil Perusahaan ... 30

1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 30

2. Visi dan Misi ... 30

B. Gambaran Umum Susu Morinaga ... 32

1. Morinaga BMT ... 32

2. Morinaga Chilmil ... 33

3. Morinaga Chilkid ... 33

4. Morinaga Chilschool... 34

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36

1. Uji Validitas ... 36

2. Uji Relabilitas ... 37

B. Analisis Deskriptif ... 37

1. Identitas Responden ... 38

2. Deskriptif Variabel ... 39

C. Uji Asumsi Klasik ... 46

1. Uji Normalitas ... 46

2. Uji Heteroskedastisitas... 46

(8)

4. Uji Multikolinieritas ... 49

D. Analisis Regresi Linier Berganda ... 49

1. Uji Parsial ... 51

2. Uji Serentak ... 53

3. Uji Determinan (R2) ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Definisi Operasional Variabel ... 9

Tabel 1.2 Instrumen Skala Likert ... 10

Tabel 3.1 Harga Susu Morinaga ... 32

Tabel 4.1 Uji Validitas ... 36

Tabel 4.2 Uji Reliabilitas ... 37

Tabel 4.3 Jenis Kelamin Anak dari Responden ... 38

Tabel 4.4 Usia Anak dari Responden ... 38

Tabel 4.5 Variabel Emosional ... 39

Tabel 4.6 Variabel Kebijakan Pembelian ... 42

Tabel 4.7 Variabel Perhatian Setelah Transaksi ... 43

Tabel 4.8 Variabel Disonansi Kognitif ... 44

Tabel 4.9 Uji Normalitas ... 46

Tabel 4.10 Uji Autokorelasi ... 48

Tabel 4.11 Uji Multikolinearitas ... 48

Tabel 4.12 Regresi Berganda ... 49

Tabel 4.13 Uji t ... 52

Tabel 4.14 Uji F ... 54

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

ABSTRAK

Irma Puspasari (2010) “Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemakai Susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan. Dr Endang S Rini M.Si selaku Dosen Pembimbing, Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen, Dr. Arlina Nurbaity Lbs, SE, MBA selaku Dosen Penguji I dan Drs. Liasta Ginting M.Si selaku Dosen Penguji 2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan disonansi kognitif pemakai susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan dan untuk mengetahui dan menganalisis faktor utama yang membentuk disonansi kognitif konsumen pemakai susu Morinaga di Supermarket Brastagi Medan.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif yang terdiri dari uji regresi linier berganda dengan menggunakan uji t, uji F dan koefisien determinasi (R2). Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi 13.00 for windows. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dan kuesioner penelitian ini menggunakan 80 responden sebagai sampel penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel emosional, kebijakan pembelian dan perhatian setelah transaksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap disonansi kognitif di Supermarket Brastagi Fruit Medan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji F dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Berdasarkan uji t dari ketiga variabel bebas bahwa variabel perhatian setelah transaksi yang paling dominan mempengaruhi disonansi kognitif di Supermarket Brastagi Fruit Medan. Analisis koefisien determinan (R2) dilihat dari Adjusted R2 sebesar 36,60% yang berarti variabel terikat yaitu disonansi kognitif dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel bebas yaitu emosional, kebijakan pembelian dan perhatian setelah transaksi sedangkan sisanya 63,40% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seorang konsumen dapat merasakan kenyamanan setelah melakukan suatu pembelian atau tidak. Kalau konsumen merasakan ketidaknyamanan pasca melakukan transaksi pembelian berarti konsumen telah mengalami kondisi disonansi kognitif. Menurut Kotler dan Armstrong (2003:228): “disonansi kognitif adalah ketidaknyamanan pembeli karena konflik setelah pembelian”. Kondisi disonansi kognitif pembeli dapat diukur dengan tiga dimensi yakni emosional, kebijaksanaan pembelian dan perhatian setelah transaksi. Seorang konsumen akan mengalami disonansi kognitif pasca melakukan pembelian suatu produk, terutama sekali produk yang mahal salah satu contohnya adalah produk makanan seperti susu.

(13)

bisa dianggap nomor satu untuk hidup lebih sehat. Namun ditengah perkembangannya, industri susu dihadapkan pada suatu dilema yang cukup kompleks. Yakni naiknya harga susu sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat.

Harga susu yang menaik dan ini telah berlangsung sejak bulan juni 2009 lalu berdampak terhadap penjualan susu dipasaran. Karena masyarakat akan berpikir untuk melakukan pembelian susu untuk anaknya, mereka harus dapat meminimalis pengeluaran yang dikeluarkan tiap bulannya. Masyarakat berharap harga susu dapat turun atau bila harganya pun tetap naik, mereka tidak kecewa membeli produk tersebut.

Perusahaan-perusahaan susu di Indonesia menawarkan banyak pilihan produk, baik produk yang telah lama dikenal masyarakat maupun produk yang baru. Masing-masing perusahaan berusaha untuk mendifferensiasikan produknya supanya mempunyai karakteristik yang unik, sehingga dapat menimbulkan daya tarik dan minat konsumen untuk melakukan pembelian. Hal ini telah menimbulkan persaingan antara perusahaan susu karena masing-masing perusahaan berusaha untuk mempertahankan pangsa pasarnya dan memperoleh keuntungan maksimal

(14)

menciptakan produk yang berkualitas namun yang tetap menjadi pilihan utama masyarakat di Indonesia adalah susu merek Morinaga Chilkid Platinum.

Morinaga Chilkid Platinum telah menjadi citra merek (brand image) di Indonesia, selain itu susu Merek Morinaga juga memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan susu merek lain. Keunggulannya antara lain: memilki Brain Care

yang terdiri dari Spyngomeyelin, AA,DHA yang bagus untuk pertumbuhan dan perkembangan otak. Body Defense terdiri simbio + yang bagus untuk kekebalan tubuh dan membentuk sistem pencernaan yang kuat buat sianak. Hal inilah yang membuat banyak masyarakat memilih susu merek Morinaga Chilkid Platinum. Susu ini merupakan hasil produksi dari PT. Sanghiang Perkasa yang sudah berganti nama dengan sebutan Kalbe Nutritionals dalam usahanya untuk mendifferensikan produknya.

(15)

kepercayaan mereka tidak “Berjalan bersama”. Hal inilah yang akan mengakibatkan timbulnya disonansi. Cognitive Dissonance dideskripsikan sebagai suatu kondisi yang membingungkan, yang terjadi pada seseorang ketika kepercayaan mereka tidak berjalan bersama. Kondisi ini mendorong mereka untuk merubah pikiran, perasaan, dan tindakan mereka agar sesuai dengan pembaharuan. Disonansi dirasakan ketika seseorang berkomitmen pada dirinya sendiri dalam melakukan suatu tindakan yang tidak konsisten dengan perilaku dan kepercayaan mereka lainnya.

Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang disonansi kognitif konsumen pemakai susu merek Morinaga yang melakukan pembelian di Supermarket Brastagi Fruit Medan dengan menuangkannya dalam bentuk skripsi berjudul “Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemakai Susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: Apakah faktor emosional, Kebijaksanaan pembelian, Perhatian setelah pembelian berpengaruh terhadap pembentukan Disonansi Kognitif?

C. Kerangka Konseptual

(16)

diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survei literatur (Kuncoro, 2003:4)

Hasil Penelitian Japarianto (2006) menunjukan ada tiga variabel yang membentuk Disonansi Kognitif yaitu : Emotional, Wisdhom of Purchase, Concern

Over the Deal. Kerangka penelitian ini mengemukakan variable-variabel yang

akan diteliti yaitu Emosional (Emotional) sebagai X1, Kebijaksanaan Pembelian

(Wisdhom of Purchase) sebagai X2, Perhatian setelah pembelian (Concern Over

the Deal) sebagai X3, dan Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance) sebagai Y.

Emosional (Emotional) adalah keraguan psikologis yang dialami seseorang terhadap keputusan pembelian. Kebijaksanaan Pembelian (Wisdhom of

Purchase) adalah keraguan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian,

(17)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Soutar dan Sweeney, (2003) data diolah oleh penulis

D. Hipotesis

"Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara berdasarkan rumusan masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiyono, 2003:306).”

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: Faktor emosional (emotional), kebijakan pembelian (wisdhom of purchase), perhatian setelah transaksi (concern over the deal) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan disonansi kognitif konsumen susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

a. Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan disonansi kognitif Pemakai susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan.

Emosional (Emotional)

Kebijaksanaan Pembelian

(Wisdhom of Purchase)

Perhatian Setelah Transaksi (Concern Over the Deal)

(18)

b. Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor utama yang membentuk disonansi kognitif konsumen pemakai susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan.

2 Manfaat Penelitian

a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang berguna serta dapat dijadikan bahan bagi pihak manajemen dalam memecahkan masalah yang terjadi di Perusahaan.

b Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan perbandingan dalam melakukan penelitian dimasa yang akan datang.

c Bagi Penulis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai studi komperatif antara pengetahuan yang didapat dari perkuliahan dengan keadaan yang sebenarnya yang ada di perusahaan.

F. Metode Penelitian

1 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Susu yang diteliti adalah susu merek Morinaga Chilkid Platinum.

(19)

c. Responden pada penelitian ini adalah konsumen pemakai susu Morinaga yang melakukan pembelian di Supermarket Brastagi fruit Medan.

2 Definisi Operasional Variabel

Penguraian definisi operasional yang variabel-variabel yang akan diteliti merupakan suatu cara untuk mempermudah pengukuran variable penelitian. Selain itu juga memberi batasan-batasan pada obyek yang akan diteliti.

a. Emosional

Adalah situasi psikologis konsumen setelah melakukan pembelian, dalam hal ini kondisi psikologi konsumen secara alami mempertanyakan apakah tindakan yang dilakukannya telah tepat.

b. Kebijaksanaan Pembelian

Adalah situasi dimana konsumen mempertanyakan apakah dia telah membeli suatu barang yang benar-benar sesuai dengan apa yang dibutuhkannya.

c. Perhatian setelah Pembelian

Adalah kekecewaan konsumen karena kurang yakin dengan keputusan yang telah dibuatnya.

d. Disonansi Kognitif

(20)

Pada Tabel 1.2 berikut, menggambarkan definisi operasional variabel yang akan digunakan dalam penelitian.

Tabel 1.1

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator Alat

Ukur

1Emosional Ketidaknyamanan

psikologis yang dialami

4. Kecewa dengan diri sendiri 5. Takut

6. Hampa 7. Marah

8. Cemas atau khawatir 9. Kesal atau jengkel 10.Frustasi

11.Sakit Hati 12.Depresi

13.Marah dengan diri sendiri 14.Muak

15.Tengah dihadapkan pada suatu permasalahan merasa butuh atau telah membeli produk yang sesuai.

1.Merasa telah melakukan hal yang tidak tepat untuk melakukan pembelian

2. Merasa tidak membutuhkan 3. Merasa tidak perlu membeli 4. Merasa telah membuat pilihan

yang tidak tepat

1. Merasa terkejut karena telah membuat kesalahan dengan melakukan suatu persetujuan pembelian

2. Merasa telah membuat ketololan dengan melakukan suatu persetujuan pembelian 3. Merasa terkejut karena tenaga

penjual telah membuat bingung anda

Skala Likert

(21)

3 Skala Pengukuran Variabel

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah faktor Emosional

(Emotional), Kebijaksanaan Pembelian (Wisdhom of Purchase) dan Perhatian

Setelah Pembelian (Concern Over the Deal). Ketiga variabel tersebut diukur dengan skala likert yaitu digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono 2006:104)

Peneliti memberikan lima alternatif jawaban kepada responden, dengan menggunakan skala 1 sampai 5 untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian ini yang dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini:

Tabel 1.2

Instrumen Skala Likert

No Pertanyaan Skor

1 Sangat Setuju 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Responden diharuskan memilih salah satu dari sejumlah kategori jawaban yang tersedia pada penelitian ini, kemudian masing-masing jawaban diberi skor tertentu (5,4,3,2,1). Skor jawaban dari responden dijumlahkan, dan jumlah ini merupakan total skor. Total skor inilh yang menjadi tafsir sebagai posisi responden dalam skala likert.

4 Lokasi dan Waktu Penelitian

(22)

5 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut Sugiyono (2003:72), “ Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek dan obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik suatu kesimpulan.”

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berasal dari sampel suatu populasi untuk mewakili seluruh populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah pembeli (Orang Tua) dari anak yang mengkonsumsi susu Morinaga yang berkunjung di Supermarket Brastagi Fruit Medan. Berdasarkan dari wawancara dengan Stan susu dan hasil pengamatan saya, dalam satu hari rata-rata jumlah pembeli susu Morinaga adalah 100 Orang. Sehingga peneliti menetapkan populasi sebesar 100 Orang dengan menarik sampel menggunakan rumus Slovin pada Umar (2003:78) sebagai berikut:

2

Populasi (N) berjumlah 100 orang dengan taraf kesalahan (e) sebesar 5% maka besarnya pengambilan sample sebagai berikut:

(23)

Berdasarkan rumus diatas, penulis membatasi sampel sebanyak 80 orang dengan taraf kesalahan 5 %. Sedangkan mengenai penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Aksidental yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan penelitian dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2003:77).

6 Sumber Data

Data yang dipergunakandalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data primer dan data sekunder

a. Data Primer menurut kuncoro (2003:136) adalah data yang dikumpulkan dari sumber- sumber asli. Dalam penelitian ini, peneliti mempergunakan data primer berupa data yang diambil dari kuisioner

(24)

7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakna dalam pengumpulan data pada penelitian ini ialah a. Kuisioner

Menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden terpilih tentang bagaimana pengaruh faktor Emosional, kebijaksanaan Pembelian dan Perhatian setelah transaksi berpengaruh terhadap pembentukan Disonansi kognitif konsumen pemakai susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan.

b. W awancara

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan responden dan pihak-pihak terkait secara sistematis sesuai dengan tujuan penelitian.

c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dibuat untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam buku yang memberikan landasan bagi perumusan hipotesis, penyusunan kuisioner, dan pembahasan teoritis. Peneliti juga menyertakan informasi yang didapat melalui artikel yang relevan dari jurnal-jurnal ilmiah dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian.

8 Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

(25)

ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Menurut Sugiyono (2006:110), suatu instrumen dikatakan valid apabila rtabel = 0,361.

Kriteria dalam menentukan validitas adalah sebagai berikut: Jika rhitung > rtabel maka pertanyaan tersebut valid.

Jika rhitung < rtabel maka pertanyaan tersebut tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Ujireliabilitas dilakukan untuk melihat apakah alat ukur yang diinginkan (kuesioner) menunjukkan konsistensi dalam mengukur gejala yang sama. Menurut Ghozali (2005:49) dan Kuncoro (2003:87), suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel apabila memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,60 atau nilai Cronbach Alpha > 0,80. Jika instrumen pertanyaan < 0,60 atau < 0,80 maka instrumen pertanyaan tersebut tidak baik.

9. Teknik Analisis Data

a. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif merupakan salah satu dari metode analisis, dengan cara data disusun dan dikelompokan, kemudian dianalisis sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan.

b. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas

(26)

(2007) dasar pengambilan keputusan untuk Kolmogorov-Smirnov yaitu nilai value pada kolom Asimp. Sig (2-tailed > level of significan (α = 5%).

2) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas menggunakan Scatter Plot nilai residual variabel dependen. Pengambilan dilakukan dari memperhatikan sebaran plot data. Jika sebaran plot data tidak mengumpul di satu sudut/bagian maka disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga dikatan data adalah homogen.

3) Uji Autokorelas

Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan The Runs Test. Metode ini diperkenalkan oleh Geary sebagai uji nonparametrik dengan tanda positif dan negatif. Kaidah keputusannya adalah tidak menolak hipotesis nol jika taksiran R berada pada jarak interval, dan menolak hipotesis nol jika taksiran R diluar batas interval.

4) Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi linier ditemukan adanya korelasi yang tinggi di antara variabel bebas. Untuk menguji variabel terkena multikol atau tidak maka nilai Variance

Inflation Factor (VIF) tidak boleh lebih besar dari 10 dan nilai

(27)

c. Metode Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda yaitu analisis regresi yang memiliki satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen (Nugroho, 2005:43). Untuk memperoleh hasil analisis data, peneliti menggunakan bantuan paket program statistik SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 13.0.

Model persamaannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Keterangan:

Y = Disonansi kognitif a = Konstanta

X1 = Emosional (Emotional)

X2 = Kebijakan pembelian (Wisdhom of purchase)

X3 = Perhatian setelah transaksi (Concern over the deal)

b1…3 = Koefisien Regresi

e = Standar Error

Dalam analisis regresi berganda ada tiga jenis kriteria ketepatan, yaitu: 1) Uji Parsial (Uji t)

Uji parsial (Uji t) bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat di lihat pada Tabel

Coefficientsa.

(28)

Ho : bi = 0, (faktor emosional, kebijakan pembelian dan perhatian setelah

transaksi secara parsial tidak berpengaruh terhadap disonansi kognitif di Supermarket Brastagi Fruit Medan).

Ho : bi ≠ 0, (faktor emosional, kebijakan pembelian dan perhatian setelah

transaksi secara parsial tidak berpengaruh terhadap disonansi kognitif di Supermarket Brastagi Fruit Medan).

Dengan kriteria pengambilan keputusan: Ho diterima jika thitung < ttabel pada α = 5%

H1 diterima jika thitung > ttabel pada α = 5%

2) Uji Simultan (Uji F)

Uji simultan bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel independen (pengaruh sistem informasi) terhadap variabel dependen (kualitas pelayanan e-banking). Hasil F-Test ini pada output SPSS dapat di lihat pada Tabel ANOVA.

Kriteria pengujiannya sebagai berikut:

Ho : bi = 0, (faktor emosional, kebijakan pembelian dan perhatian

setelah transaksi secara simultan tidak berpengaruh terhadap disonansi kognitif di Supermarket Brastagi Fruit Medan).

Ho : bi ≠ 0, (faktor emosional, kebijakan pembelian dan perhatian

setelah transaksi secara simultan tidak berpengaruh terhadap disonansi kognitif di Supermarket Brastagi Fruit Medan).Dengan kriteria pengambilan keputusan:

(29)

H1 diterima jika thitung > ttabel pada α = 5%

3) Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam

output SPSS, koefisien determinasi terletak pada Tabel Model Summaryb

dan tertulis R Square. Besarnya R Square berkisar antara 0-1. Apabila R

Square semakin mendekati 0 maka hubungan kedua variabel semakin

(30)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan Disonansi Kognitif dilakukan oleh Edwin Japarianto (2006) dengan judul Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Toyota Avanza. Kesimpulan yang diperoleh dari analisis deskriptif adalah, bahwa sebagian besar konsumen dari sisi Emotional, Wisdhom

of purchase, dan Concern over the deal menyatakan telah melakukan langkah

yang tepat dan membuat pilihan yang tepat dalam membeli mobil Toyota Avanza. Dari analisa faktor diatas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan disonansi konsumen terhadap mobil Avanza rendah sedangkan dari 22 variabel dapat direduksi menjadi 3 variabel saja: yaitu Pilihan Tepat, Keputusan Tepat, Persetujuan Tepat.

(31)

HKBP Nomensen Medan. Kesimpulannya adalah bahwa terdapat 3 (tiga) faktor utama yang membentuk disonansi yaitu: Pilihan tepat, Keputusan tepat dan Persetujuan yang tepat.

B. Definisi Produk

Penawaran produk adalah jantung dari program pemasaran suatu organisasi dan biasanya merupakan langkah awal dalam membentuk bauran pemasaran. Sebuah produk didefinisikan sebagai segala sesuatu, baik menguntungkan maupun tidak, yang diperoleh seseorang melalui pertukaran (Lamb, Hair dan Carl, 2001: 414).

Orang menganggap bahwa produk adalah barang yang dikenal sehari-hari. Barang memang produk, akan tetapi produk lebih luas maknanya. Menurut Kotler (2003 : 337), Produk adalah semua yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan pemakainya. Profesor Theodore ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan pemakainya. Profesor Theodore Levitt dari Harvard berpendapat: Sebuah produk bukanlah sebuah produk jika tidak dapat dijual atau sebenarnya barang itu hanyalah sebuah benda museum”(Kotler, 2003:159).

(32)

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk dibeli konsumen karena dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan atau memberi manfaat tertentu. Karesteristik produk tidak hanya meliputi aspek fisik produk (tangible features), tetapi juga aspek non fisik (intangible features)seperti citra dan jasa yang tidak dapat dilihat.

1. Atribut Produk

Menurut Kotler (1997:127) ” Atribut produk adalah unsur-unsur yang melekat pada produk berwujud maupun produk tidak berwujud. Yang merupakan atribut berwujud antara lain meliputi: desain, warna, ukuran, kemasan, dan sebagainya. Sedangkan atribut yang tidak berwujud antara lain meliputi: harga, jasa, atau layanan dan kualitas”.

(33)

a. Kepercayaan atribut-objek (Object- attribute believe)

Kepercayaan atribut-objek adalah pengetahuan tentang sebuah objek memiliki atribut khusus. Kepercayaan atribut-objek menghubungkan sebuah atribut dengan objek, seperti seseorang, barang, atau jasa. Jadi, kepercayaan bahwa sebuah kendaraan roda empat dikendarai pada jalan pedesaan merupakan kepercayaan atribut-objek. Melalui kepercayaan atribut objek, konsumen menyatakan apa yang mereka ketahui tentang sesuatu dalam hal variasi atributnya.

b. Kepercayaan manfaat- atribut (attribute- benefit believe)

Seseorang mencari produk dan jasa yang akan menyelesaikan masalah-masalah mereka dan memenuhi kebutuhan mereka dengan kata lain, memiliki atribut yang akan memberikan manfaat yang dapat dikenal. Hubungan atribut dengan manfaat ini menggambarkan jenis kepercayaan kedua, yang disebut kepercayaan atribute-manfaat. Kepercayaan atribut-manfaat merupakan persepsi konsumen tentang seberapa jauh sebuah atribut tertentu menghasilkan, atau memberikan, manfaat tertentu. Persepsi bahwa sebuah kendaraan yang dikendarai di tanah lapang memberikan pandangan yang lebih baik tentang jalan merupakan kepercayaan atribut-manfaat.

c. Kepercayaan manfaat-objek (object benefit believe)

(34)

memberikan manfaat akan timbul karena dengan membeli sebuah Ford Explorer atau Jeep Cherokee, saya akan memiliki pandangan yang sangat baik tentang jalanan.

2. Pengembangan Produk.

Menurut Kotler dan Armstrong (2003:398) pengembangan produk adalah “strategi untuk pertumbuhan perusahaan dengan menawarkan produk modifikasi atau produk baru ke segmen pasar yang ada sekarang”.

Pengembangan konsep produk menjadi produk fisik dalam upaya memastikan bahwa ide produk dapat diubah menjadi produk yang bias diwujudkan secara efektif.

3. Differensiasi Produk.

Diferensiasi adalah aktivitas untuk mendesain produk agar memiliki ciri khas yang membedakannya dengan produk pesaing. Differensiasi ini memerlukan penelitian penelitian pasar yang cukup serius karena agar bisa benar-benar berbeda, diperlukan pengetahuan tentang produk pesaing. Diferensiasi produk ini biasanya hanya mengubah sedikit karakter produk, antara lain kemasan dan tema promosi tanpa mengubah spesifikasi produk, meskipun itu diperbolehkan (Http:kopisusu.wordpress.com).

(35)

Kotler (2003:6) menyebutkan cara melakukan diferensiasi adalah sebagai berikut:

a. Produk (fitur, performa, kesusaian, daya tahan, keandalan, kemampuan untuk diperbaiki, gaya, desain).

b. Jasa(pengiriman, pemasangan, pelatihan bagi pelanggan, konsultasi,perbaikan).

c. Tenaga kerja(kompentensi, keramahan, kredibilitas, keandalan, kecepatan, dan kemampuan dalam memberikan respon, skill dalam berkomunikasi). d. Citra (simbol, media tertulis dan audio/video, suasana, peristiwa)

Mowen dan Michael (2002:55) menyebutkan, differensiasi produk

(product differentiation) adalah proses memanipulasi bauran pemasaran untuk

menempatkan sebuah merek, sehingga para para konsumen dapat merasakan perbedaan yang berarti antara merek tersebut dengan pesaingnya.

Macam-macam Differensiasi Produk.

Menurut Kotler (2000:329-332), diferensiasi produk dapat dibedakan menjadi:

a. Bentuk

b. Keistimewaan (Feature)

c. Mutu Kinerja d. Mutu Kesesuaian e. Daya Tahan (Durability)

f. Keandalan (Reability)

(36)

h. Gaya (Style)

i. Rancangan (Design)

C. Perilaku Pembelian

Menurut Kotler (2003:221) definisi dari perilaku pembelian adalah perilaku pembelian berbeda diantara pasta gigi, raket tenis, kamera yang mahal dan mobil baru. Keputusan yang lebih rumit biasanya melibatkan lebih banyak pelaku dan lebih banyak kesadaran pembeli.

Kotler (2003:223) membagi perilaku pembelian kedalam empat tipe perilaku pembelian berdasarkan tingkat keterlibatan pembelian dan tingkat perbedaan diantara merek.

1. Perilaku Pembelian Kompleks.

Konsumen berada dalam perilaku pembelian yang kompleks ketika mereka sangat terlibat dalam pembelian dan mempunyai persepsi yang signifikan mengenai perbedaan diantara merek. Biasanya konsumen tidak tahu terlalu banyak tentang kategori produk dan harus berusaha untuk mengetahuinya. Sehingga pemasar harus menyusun strategi untuk memberikan informasi kepada konsumen tentang atribut produk, kepentingannya, tentang merek perusahaan, dan atribut penting lainnya.

2 Perilaku Pembelian Pengurangan Disonansi

(37)

Konsumen akan memperhatikan informasi yang mempengaruhi keputusan pembelian mereka.

3. Perilaku Pembelian Kebiasaan

Perilaku pembelian kebiasaan terjadi dalam kondisi dimana konsumen mempunyai keterlibatan rendah dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar merek Konsumen membeli suatu produk berdasarkan kebiasaan, bukan berdasarkan kesetiaan terhadap merek. Pemasar dapat membuat keterlibatan antara produk dan konsumennya, misalnya dengan menciptakan produk yang melibatkan situasi atau emosi personal melalui iklan.

4. Perilaku Pembelian Pencarian Variasi.

Perilaku ini terjadi dalam kondisi dimana konsumen mempunyai tingkat keterlibatan yang rendah tetapi mempersepsikan adanya perbedaan merek yang signifikan. Dalam kasus ini konsumen sering kali beralih merek. Perilaku demikian biasanya terjadi pada produk–produk yang sering dibeli, harga murah, dan konsumen sering mencoba merek–merek baru.

D. Disonansi Kognitif

Definisi disonansi kognitif menurut pendapat para ahli antara lain:

1. Menurut Festinger (dalam Robbins, 2002:168):

(38)

2. Menurut Kotler dan Armstrong (2003:228):

Disonansi Kognitif adalah ketidaknyamanan pembeli karena konflik setelah pembelian. Hampir seluruh pembelian penting menghasilkan disonansi kognitif. Setelah pembelian, konsumen merasa puas dengan manfaatmerek yang telah dipilih dan senang untuk menghindari kekurangan dari merek yang tidak dibeli. Namun, setiap pembelian melibatkan kompromi, konsumen mengalami ketidaknyamanan akibat mendapatkan kekurangan produk yang dibeli dan kehilangan sejumlah manfaat produk yang tidak dibeli. Oleh karena itu, konsumen merasakan paling setidak-tidaknya ada disonansi setelah pembelian pada setiap pembelian.

3. Menurut Setiadi (2003:245):

Teknik ini menggunakan teori gejala-gejala hidup dari manusia dimana teori ini mengemukakan bahwa manusia sering perilakunya tidak sesuai dengan pendapat serta sikapnya atau apa yang dilakukan sering bertentangan dengan keyakinannya dan hati nuraninya sendiri. Orang arau komunikan yang demikian bisanya lebih cepat menerima komunikasi atau persuasi yang seolah-olah membenarkan perilakunya meskipun hati nuraninya sendiri tetap tidak dapat dibenarkannya.

4. Menurut East (dalam Japarianto,2006:83):

Cognitive Dissonance dideskripsikan sebagai suatu kondisi yang

membingungkan, yang terjadi pada seseorang ketika kepercayaan mereka tidak sejalan bersama. Kondisi ini mendorong mereka untuk merubah pikiran, perasaan dan tindakan mereka agar sesuai dengan pembaharuan. Disonansi dirasakan ketika seseorang berkomitmen pada dirinya sendiri dalam melakukan tindakan yang tidak konsisten dengan perilaku dan kepercayaan mereka yang lainnya.

5. Menurut Solomon (dalam Japarianto,2006:83):

Teori disonansi kognitif mengemukakan bahwa orang termotivasi untuk mengurangi keadaan negatif dengan cara membuat keadaan sesuai satu dengan yang lainnya. Elemen kognitif adalah sesuatu yang dipercayai oleh seseorang bisa berupa dirinya sendiri, tingkah lakunya atau juga pengamatan terhadap sekelilingnya. Pengurangan disonansi dapat timbul baik dengan menghilangkan, manambah atau mengurangi elemen kognitif.

Menurut Festinger, Cognitive Dissonance Theory dibentuk dalam tiga konsep yaitu:

(39)

2. Disonansi terbentuk dari ketidaksesuian psycological, lebih dari ketidaksesuaian logical, dimana dengan meningkatkan ketidaksesuaian akan meningkatkan disonansi yang lebih tinggi

3. Disonansi adalah konsep Psychological yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan dan mengharapkan dampak yang bisa diukur.

E Dimensi Disonansi Kognitif

Penelitian 22 item yang didesain oleh Sweeney, Hausknecht dan Soutar (2000:369-385) menyatakan bahwa Cognitive Dissonance dapat diukur dengan tiga dimensi yaitu: Emotional, Wisdhom of Purchase, dan Concern Over the deal. Emosional (Emotional) adalah ketidaknyamanan psikologis yang dialami seseorang terhadap keputusan pembelian. Kebijaksanaan Pembelian (Wisdhom of

Purchase) adalah ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi

pembelian, dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka sangat menbutuhkan produk tersebut atau apakah mereka telah memilih produk yang sesuai. Perhatian Setelah pembelian (Concern Over the Deal) adalah ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka telah dipengaruhi oleh tenaga penjual yang bertentangan dengan kemauan atau kepercayan mereka. Tiga dimensi untuk mengukur disonansi

kognitif ini sudah sudah digunakan Sautar dan Sweeney (2003:227-247) untuk

(40)

F Kebijaksanaan Pembelian

Berdasarkan teori Kebijaksanaan Pembelian, ketidaksenangan atau ketidaksesuaian muncul ketika seseorang konsumen memegang pemikiran yang bertentangan mengenai suatu kepercayaan atau suatu sikap. Contohnya: ketika konsumen telah membuat suatu komitmen memberi uang muka atau memesan sebuah produk, terutama sekali untuk produk yang mahal seperti kendaraan bermotor atau komputer. Mereka sering mulai merasa disonansi kognitif ketika mereka berpikir tentang keunikannya, kualiatas positif dari merek yang tidak dipilih.

(41)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Profil Perusahaan

1. Sejarah Singkat Perusahaan

Kalbe Nutritionals sudah dirintis sejak 1982 dengan nama PT. Sanghiang Perkasa, yang lebih dikenal sebagai Health Foods Division dari PT Kalbe Farma Tbk, sebuah perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia. Kalbe Nutritionals dibangun atas dasar rasa kepedulian, tanggung jawab, keilmuan dan antusiasme dalam bidang farmasi dan nutrisi yang terjalin menjadi sebuah komitmen. Dengan latar belakang keahlian dan reputasi dibidang farmasi, yang menjunjung tinggi kaidah-kaidah keilmuan, Kalbe Nutritionals mengembangkan produk-produk makanan kesehatan berkualitas utama untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Kinerja perusahaan semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Beberapa produk yang dihadirkan sudah terpecaya oleh para tenaga medis maupun konsumen untuk memberikan sumbangan demi kemajuan dan peningkatan kualitas kesehatan itulah yang membentuk Kalbe Nutritionals menjadi perusahaan prefosional yang terpecaya dan unggul dibidangnya.

2. VISI dan MISI

(42)

a. Visi

Kalbe Nutritionals senantiasa menjadi perusahan makanan kesehatan terkemuka di Indonesia yang didukung oleh merek-merek terpecaya, pengembangan produk yang intensif dan layanan konsumen yang unggul. Untuk mencapainya, secara berkesinambungan Kalbe Nutritionals terus meningkatkan pemahaman kebutuhan dan aspirasi pelanggan, pengembangan produk dan meningkatkan efektivitas jalur distribusi dan marketing.

b. Misi

Kalbe Nutritionals bertekad untuk melayani masyarakat akan kesehatan yang lebih baik. Misi itu mencerminkan motivasi kalbe Nutritionals untuk lebih maju. Satu hal yang penting yang membedakan sejak awal, yaitu kalbe Nutritionals dibangun diatas keyakinan dasar, bahwa setiap manusia berhak untuk menikmati betapa indah dan mulianya hidup ini. Hal itu hanya mungkin dicapai jika memilki kesehatan yang baik.

Kalbe Nutritionals juga mengembangkan corporate values untuk memperkuat motivasi dan memperkaya inspirasinya:

a. Melayani pelanggan dengan segenap hati b. Bergandengan tangan bekerjasama c. Senantiasa berinovasi

d. Selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dibidangnya e. Menyentuh Kehidupan

(43)

Harga susu Morinaga beranekaragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan usianya, dan harga yang ditentukan dari kebijaksanaan pihak Supermarket. Berikut ini harga susu Morinaga yang dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1

Harga Susu Morinaga

Jenis Produk Harga (Rp)

BMT Laktoferin 400 Gr 66.000 BMT Laktoferin 800 Gr 121.000 BMT Platinum 400 Gr 98.000 BMT Platinum 800 Gr 187.000 Chilmil Reguler 400 Gr 63.000 Chilmil Reguler 800 Gr 123.000 Chilmil Platinum 400 Gr 91.000 Chilmil Platinum 800 Gr 179.500 Chilkid Reguler 800 gr 107.150 Chilkid Platinum 400 Gr 87.750 Chilkid Platinum 800 Gr 163.000 Chilschool Reguler 400 Gr 49.500 Chilschool Reguler 800 Gr 97.250 Chilschool Platinum 400 Gr 77.450

B. Gambaran Umum susu Morinaga

Air Susu Ibu adalah makanan untuk bayi. Namun karena berbagai alasan tidak semua ibu bisa menyusui. Kalbe Nutritionals bekerjasama dengan Morinaga Jepang, menyajikan serangkaian brand yang mengandung formula Brain care dan

Body Defense untuk mendukung proses belajar dan pertumbuhan mereka menjadi

generasi yang bermutu. Adapun produk-produk tersebut ialah

1. Morinaga BMT

(44)

Spyngomelyn pada morinaga BMT Platinum sangat membantu perkembangan otak dan kemampuan belajar anak.

2. Morinaga Chilmil

Kehadiran sibuah hati membawa keceriaan tersendiri. Namun perjalanan panjang baru dimulai. Anak usia 6 bulan-3 tahun memperlihatkan pertumbuhan yang pesat. Pertumbuhan lanjut ini membutuhkan nutrisi yang lebih lengkap. Morinaga Chilmil ada 2 jenis yaitu Morinaga Chilmil Reguler dan Chilmil Platinum. Masing-masing Morinaga Chilmil ukurannya 200, 400 dan 800 Gr.

3. Morinaga Chilkid

Morinaga Chilkid Reguler merupakan susu pertumbuhan kaya gizi dari morinaga Jepang untuk anak usia 1 (satu) tahun keatas disempurnakan dengan faktor kecerdasan dan daya tahan tubuh untuk mengoptimalkan perkembangan otak, fisik dan daya tahan tubuh si kecil. Morinaga Chilkid Reguler mempunyai 2 (dua) variasi rasa yang lezat, yaitu rasa vanila dan madu.

Morinaga Chilkid Platinum merupakan susu perumbuhan anak usia 1 (satu) tahun keatas dengan brain care yang terdiri dari Sphingomyelin, AA, DHA

yang dapat membantu mengoptimalkan perkembangan otak si kecil dalam berfikir dan bereaksi dan disempurnakan dengan simbio plus yang terdiri dari probiotik,

prebiotik dan laktoferin untuk menjaga kesehatan pencernaan sehingga nutrisi

(45)

4. Morinaga Chilschool

Saat usia anak-anak memasuki usia 3 (tiga) tahun, kegiatan bereksplorasi dengan hal-hal baru yang menarik perhatiannya akan semakin banyak. Aktivitas mereka pun semakin beragaman dan kemampuan mereka berinteraksi semakin berkembang. Berkomunikasi lintas bahasa dan lintas bangsa bukanlah hal baru lagi. Untuk itu, kita perlu memberikan dukungan terbaik untuk mereka termasuk dalam memberikan nutrisinya. Morinaga Chilschool memiliki 3 (tiga) keunggulan sekaligus, yaitu brain care, body defense dan tinggi energi. Morinaga Chilschool terbagi 2 (dua), yaitu:

a. Morinaga Chilschool reguler

Morinaga Chilschool reguler merupakan susu pertumbuhan kaya gizi, tinggi kalori untuk anak usia 3 (tiga) tahun keatas dengan brain care yang terdiri dari DHA, Omega 3, Omega 6 yang bagus untuk membantu mengoptimalkan perkembangan otak si kecil dan disempurnakan dengan

body defence yang terdiri dari laktulosa dan laktoferin sehingga dapat membantu mengatasi anak yang susah makan. Morinaga Chilschool reguler tersedia 3 (tiga) varian rasa, yaiu rasa coklat, vanila dan strawbery. Susu ini tersedia dalam kemasan dus 400 gr dan 800 gr.

b. Morinaga Chilschool Platinum

(46)
(47)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk menguji kuesioner layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Valid berarti sejaumana keputusan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya. Reliabel berarti tingkat kemapuan atau konsistensi suatu alat ukur. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi Software SPSS 13.00 for

Windows untuk memperoleh hasil yang terarah.

Kriteria dari validitas yaitu bila koefisien korelasi masing-masing pertanyaan dengan nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel maka butir instrumen dinyatakan valid (nilai r tabel dengan responden 30 orang adalah 0,361)

1. Uji Validitas

Tabel 4.1

Item-Total Statistik

No Butir

Pertanyaan

Nilai r tabel Corrected Item-Total Correlation

(48)

Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa koefisien korelasi dari 15 butir pertanyaan yang ada, dapat dlihat bahwa semua butir pertanyaan valid dengan skor rotal > 0,361. Butir yang mempunyai validitas tertinggi adalah butir 7 dengan koefisien korelasi 0,623 dan butir yang mempunyai validitas paling rendah adalah butir 5 dengan koefisien korelasi 0,391.

2. Uji Reliabilitas

Tabel 4.2

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.738 15

Sumber: Pengolahan Data SPSS 13.00(2010)

Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa Cronbach’s Alpha sebesar 0,738. Apabila nilai reliabilitas instrumen (cronbach alpha) di atas 0,6 atau sama dengan 0,6 maka instrument dinyatakan reliabel. Maka cronbach alpha sebesar 0,738 lebih besar dari 0,6 yang berarti bahwa instrumen tersebut reliabel.

B. Analisis Deskriptif

(49)

Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan. Berikut ini data dari 80 orang responden pada penelitian ini:

1. Identitas Responden

a. Jenis Kelamin Anak dari Responden

Tabel 4.3

Jenis Kelamin Anak dari Responden Jenis Kelamin Jumlah Responden %

Laki-Laki 42 52,50

Perempuan 38 47,50

Total 80 100

Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (diolah)

Tabel 4.3 menunjukkan 42 orang atau sebesar 52,50% dari anak responden adalah laki-laki dan 38 orang atau sebesar 47,50% dari anak responden adalah perempuan. Dapat dilihat bahwa anak laki-laki dari responden yang menjadi responden lebih pada konsumen pemakai susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan.

b. Usia Anak dari Responden

Tabel 4.4

Usia Anak dari Responden

Usia Frekuensi %

Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (diolah)

(50)

responden berusia anatar 2-3 tahun, 18 orang atau sebesar 22,50% dari anak responden berusia antara 3-4 tahun, 19 orang atau sebesar 23,75% dari anak responden berusia antara 4-5 tahun dan 10 orang atau sebesar 12,50% dari anak responden berusia >5 tahun. Dapat dilihat bahwa anak dari responden yang berusia anatar 4-5 tahun yang menjadi responden lebih banyak pada pemakai susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan.

2. Deskriptif Variabel

Deskriptif persentase hasil penelitian setiap variabel dengan tanggapan responden sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS) : diberi skor 5 Setuju (S) : diberi skor 4 Kurang Setuju (KS) : diberi skor 3 Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2 Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1 a. Variabel Emotional Variabel X1

Tabel 4.5

Distribusi Pendapat Responden Terhadap Variabel Emotional

Item SS (5) S (4) KS (3) TS (2) STS (1) Total Sumber :Hasil Penelitian, 2010 (diolah)

(51)

1) Pada item pertanyaan 1 (anda merasa membuat sesuatu yang salah) dari kuesioner yang diisi responden dan dianalisis ternyata 1 orang atau sebesar 1,25% dari respoden yang menjawab sangat setuju, 6 orang atau sebesar 7,50% dari responden yang menjawab setuju, 14 orang atau sebesar 17,50% dari responden yang menjawab kurang setuju, 56 orang atau sebesar 70,00% dari responden yang menjawab tidak setuju dan 3 orang atau sebesar 3,75% dari responden yang menjawan tidak setuju dan sangat tidak setuju.

2) Pada item pertanyaan 2 (anda merasa putus asa) dari kuesioner yang diisi responden dan dianalisis ternyata tidak ada atau 0% dari responden yang menjawab sangat setuju, 4 orang atau sebesar 5,00% dari responden yang menjawab setuju, 12 orang atau sebesar 15,00% dari responden yang menjawab kurang setuju, 52 orang atau sebesar 65,00% dari responden yang menjawab tidak setuju dan 12 orang atau sebesar 15,00% dari responden yang menjawan sangat tidak setuju.

(52)

4) Pada item pertanyaan 4 (anda merasa marah) dari kuesioner yang diisi responden dan dianalisis ternyata 1 orang atau sebesar 1,25% dari responden yang menjawab sangat setuju, 2 orang atau sebesar 2,50% dari responden yang menjawab setuju, 19 orang atau sebesar 23,75% dari responden yang menjawab kurang setuju, 38 orang atau sebesar 47,50% dari responden yang menjawab tidak setuju dan 20 orang atau sebesar 25,00% dari responden yang menjawan sangat tidak setuju.

5) Pada item pertanyaan 5 (anda merasa kesal/jengkel) dari kuesioner yang diisi responden dan dianalisis ternyata 1 orang atau sebesar 1,25% dari responden yang menjawab sangat setuju, 1 orang atau sebesar 1,25% dari responden yang menjawab setuju, 12 orang atau sebesar 15,00% dari responden yang menjawab kurang setuju, 44 orang atau sebesar 55,00% dari responden yang menjawab tidak setuju dan 15 orang atau sebesar 18,75% dari responden yang menjawan sangat tidak setuju.

(53)

b. Variabel Kebijakan Pembelian sebagai Variabel X2

Tabel 4.6

Distribusi Pendapat Responden Terhadap Variabel Kebijakan Pembelian Item SS (5) S (4) KS (3) TS (2) STS (1) Total

Pertayaan F % F % F % F % F % F %

1 15 18,75 45 56,25 19 23,75 1 1,25 - - 80 100 2 - - 3 3,75 24 30,00 47 58,75 6 7,50 80 100 3 19 23,75 43 53,75 17 21,25 1 1,25 - - 80 100 Sumber :Hasil Penelitian, 2010 (diolah)

Tabel 4.6 menunjukkan hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 80 orang responden untuk variabel kebijakan pembelian yaitu:

1) Pada item pertanyaan 1 (anda merasa bahwa seharusnya anda perlu membeli susu Morinaga) dari kuesioner yang diisi responden dan dianalisis ternyata 15 orang atau sebesar 18,75% dari responden yang menjawab sangat setuju, 45 orang atau sebesar 56,25% dari responden yang menjawab setuju, 19 orang atau sebesar 23,75% dari responden yang menjawab kurang setuju, 1 orang atau sebesar 1,25% dari responden yang menjawan tidak setuju dan tidak ada atau sebesar 0% dari responden yang menjawan sangat tidak setuju.

(54)

3) Pada item pertanyaan 3 (anda merasa bahwa harga susu Morinaga sesuai dengan kualitasnya) dari kuesioner yang diisi responden dan dianalisis ternyata 19 orang atau sebesar 23,75% dari responden yang menjawab sangat setuju, 43 orang atau sebesar 53,75% dari responden yang menjawab setuju, 17 orang atau sebesar 21,25% dari responden yang menjawab kurang setuju, 1 orang atau sebesar 1,25% dari responden yang menjawab tidak setuju dan tidak ada atau sebesar 0% dari responden yang menjawan sangat tidak setuju.

c. Variabel Perhatian Setelah Transaksi Sebagai Variabel X3 Tabel 4.7

Distribusi Pendapat Responden Terhadap Variabel Perhatian Setelah Transaksi

Item SS (5) S (4) KS (3) TS (2) STS (1) Total

Pertayaan F % F % F % F % F % F %

1 12 15,00 44 55,00 20 25,00 4 5,00 - - 80 100 2 13 16,25 42 52,50 22 27,50 3 3,75 - - 80 100 3 1 1,25 5 6,25 25 31,25 45 56,25 4 5,00 80 100 Sumber :Hasil Penelitian, 2010 (diolah)

Tabel 4.7 menunjukkan hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 80 orang responden untuk variabel perhatian setelah transaksi yaitu:

(55)

responden yang menjawan tidak setuju dan tidak ada atau sebesar 0% dari responden yang menjawan sangat tidak setuju.

2) Pada item pertanyaan 2 (setelah membeli susu Morinaga, anda telah melakukan suatu ketololan) dari kuesioner yang diisi responden dan dianalisis ternyata 13 orang atau sebesar 16,25% dari responden yang menjawab sangat setuju, 42 orang atau sebesar 52,50% dari responden yang menjawab setuju, 22 orang atau sebesar 27,50% dari responden yang menjawab kurang setuju, 3 orang atau sebesar 3,75% dari responden yang menjawan tidak setuju dan tidak ada atau sebesar 0% dari responden yang menjawan sangat tidak setuju.

3) Pada item pertanyaan 3 (setelah membeli susu Morinaga, anda terkejut bahwa mereka (tenaga penjual) telah membuat saudar bingung) dari kuesioner yang diisi responden dan dianalisis ternyata 1 orang atau sebesar 1,25% dari responden yang menjawab sangat setuju, 5 orang atau sebesar 6,25% dari responden yang menjawab setuju, 25 orang atau sebesar 31,25% dari responden yang menjawab kurang setuju, 45 orang atau sebesar 56,25% dari responden yang menjawan tidak setuju dan 4 orang atau sebesar 5,00% dari responden yang menjawan sangat tidak setuju. d. Variabel Disonansi Kognitif sebagai Y

Tabel 4.8

Distribusi Pendapat Responden Terhadap Disonansi Kognitif

Item SS (5) TS (4) KS (3) S (2) STS (1) Total

Pertayaan F % F % F % F % F % F %

(56)

Tabel 4.8 menunjukkan hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari 80orang responden untuk variabel disonansi kognitif yaitu:

1) Pada item pertanyaan 1 (kualitas susu Morinaga sangat baik) dari kuesioner yang diisi responden dan dianalisis ternyata 14 orang atau sebesar 17,50% dari responden yang menjawab sangat setuju, 44 orang atau sebesar 55,00% dari responden yang menjawab setuju, 20 orang atau sebesar 25,00% dari responden yang menjawab kurang setuju, 2 orang atau sebesar 2,50% dari responden yang menjawan tidak setuju dan tidak asa atau sebesar 0% dari responden yang menjawan sangat tidak setuju. 2) Pada item pertanyaan 1 (anda terkejut bahwa anda telah melakukan

kesalahan) dari kuesioner yang diisi responden dan dianalisis ternyata tidak ada atau sebesar 0% dari responden yang menjawab sangat setuju, 3 orang atau sebesar 3,75% dari responden yang menjawab setuju, 20 orang atau sebesar 25,00% dari responden yang menjawab kurang setuju, 44 orang atau sebesar 55,00% dari responden yang menjawan tidak setuju dan 13 orang atau sebesar 16,25% dari responden yang menjawan sangat tidak setuju.

(57)

setuju dan 13 orang atau sebesar 16,25% dari responden yang menjawan sangat tidak setuju.

C. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan berdasarkan uji statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov (K-S). Menurut Situmorang dkk (2007) dasar pengambilan

keputusan untuk Kolmogorov-Smirnov yaitu nilai value pada kolom Asimp. Sig (2-tailed > level of significan (α = 5%).

Tabel 4.9

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 80

Normal Parameters(a,b) Mean .0000001 Std. Deviation 14109714.28789564 Most Extreme

Differences

Absolute .131

Positive .101

Negative -.131

Kolmogorov-Smirnov Z .786

Asymp. Sig. (2-tailed) .567

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Versi 13.00 (2010)

Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai signifikan Kolmogorv-Smirnov sebesar 0,567 dan nilai signifikan 0,05. Nilai signifikan Kolmogorv-Smirnov sebesar 0,567 > 0,05, dengan kata lain data residual berdistribusi normal maka memenuhi model regresi.

2.Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas menggunakan Scatter Plot nilai residual variabel

(58)

sebaran plot data tidak mengumpul di satu sudut/bagian maka disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga dikatan data adalah homogen.

Normal Scaterplott

Gambar 4.1: Uji Heteroskedastisitas Sumber: Pengolahan Data SPSS Versi 13.00 (2010)

Gambar 4.1 dapat dilihat plot data di atas bahwa tidak terjadi persoalan heteroskedastisistas kerana plot data yang didapatkan relatif menyebar ke segala bidang maka memenuhi syarat model regresi.

3.Uji Autokorelas

Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan The Runs Test. Metode ini diperkenalkan oleh Geary sebagai uji nonparametrik dengan tanda positif dan negatif. Kaidah keputusannya adalah tidak menolak hipotesis nol jika taksiran R berada pada jarak interval, dan menolak hipotesis nol jika taksiran R diluar batas interval.

-3 -2 -1 0 1 2

Regression Studentized Residual

-2 -1 0 1 2 3

Regr ess io n Sta nd ar dize d Pr ed ict ed Va lue

(59)

Tabel 4. 10 Runs Test

Unstandardized Residual

Test Value(a) -50943.76289

Cases < Test Value 18

Cases >= Test Value 62

Total Cases 80

Number of Runs 19

Z .000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

a Median

Sumber : Pengolahan data dengan SPSS Versi 13.00 (2010)

Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai test adalah -50943.76289 dengan probabilitas 1.000 signifikan pada 0.05 yang berarti hipotesis nol diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual tidak random atau tidak terjadi autokorelasi antara nilai residual jadi memenuhi syarat model regresi.

4. Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi linier ditemukan adanya korelasi yang tinggi di antara variabel bebas. Untuk menguji variabel terkena multikol atau tidak maka nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak boleh lebih besar dari 10 dan nilai Tolerance tidak boleh lebih kecil dari 0,1.

Tabel 4.11 multikolinieritas Coefficients(a)

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Emotional .587 1.704 Kebijakanpembelian .544 1.838 Perhatiansetelahpembelian .906 1.104

a Dependent Variable: Disonasikognitif

(60)

Tabel 4.11 dapat dilihat nilai Tolerance > 0,1 dan VIF < 10 sebagai berikut:

a. Nilai Tolerance emotional (0,587) atau > 0,1 dan nilai VIF (1,704) atau < 10, berarti tidak terkena multikol.

b. Nilai Tolerance kebijakan pembelian (0,544) atau > 0,1 dan nilai VIF (1,106) atau < 10, berarti tidak terkena multikol.

c. Nilai Tolerence perhatian setelah pembelian (0,906) atau > 0,1 dan nilai VIF (1,104) atau < 10, berarti tidak terkena multikol.

D. Analisis Regresi Berganda

Metode analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat. Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan alat bantu aplikasi Software SPSS 13.00 for Windows.

Tabel 4.12 Perhatiansetelahpembelian .471 .099 .467 a Dependent Variable: DisonansiKognitif

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 13.00 (2010)

Formulasi yang digunakan adalah :

Y = a + b1X1 + b 2X2 +b3X3 + e

Y = 0,896 + 0,174 X1 + 0,044 X2 + 0,471 X3 + e

(61)

1. Konstanta sebesar 0,896 mempunyai arti bahwa variabel emotional, kebijakasanaan pembelian dan perhatian setelah transaksi dianggap konstan maka pembentukan disonansi kognitif konsumen pemakai susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan sebesar 0,896.

2. Variabel emotional mempunyai pengaruh yang positif terhadap pembentukan disonansi kognitif konsumen pemakai susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan dengan koefisien menunjukkan sebesar 0,174 yang berarti apabila emotional meningkat sebesar 1% dengan menganggap faktor lain tetap maka akan dapat meningkatkan pembentukan disonansi kognitif konsumen pemakai susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan sebesar 0,174%.

3. Variabel kebijaksanaan pembelian mempunyai pengaruh yang positif terhadap pembentukan disonansi kognitif konsumen pemakai susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan dengan koefisien menunjukkan sebesar 0,044 yang berarti apabila kebijaksanaan pembelian meningkat sebesar 1% dengan menganggap faktor lain tetap maka akan dapat meningkatkan pembentukan disonansi kognitif konsumen pemakai susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan sebesar 0,044%. 4. Variabel perhatian setelah transaksi mempunyai pengaruh yang positif

(62)

maka akan dapat meningkatkan pembentukan disonansi kognitif konsumen pemakai susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan sebesar 0,471%.

1.Uji Thitung (Uji Parsial)

Uji Thitung bertujuan untuk melihat secara parsial apakah ada pengaruh yang

signifikan dari variabel bebas secara bebas parsial terhadap variabel terikat

H0 : b1 = 0, variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan

terhadap variabel terikat (Y).

H0 : b1 ≠ 0, variabel bebas secara parsial berpengaruh positif dan signifikan

terhadap variabel terikat (Y).

Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung

dengan nilai Ftabel . Kriteria pengambilan keputusan

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel. pada α = 5 %

H0diterima jika Fhitung > Ftabel. pada α = 5 %

t-tabel diperoleh dengan derajat bebas = n-k n= jumlah sampel 80 orang

k= jumlah variabel yang digunakan 3 variabel derajat bebas = n-k = 80-3= 77

(63)

Tabel 4.13 Hasil Uji t hitung

Coefficients(a)

a Dependent Variable: DisonansiKognitif

Sumber: Pengolahan Data SPSS Versi13.00 (2010)

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa:

a. Variabel emotional memiliki t-hitung sebesar 3,912 dengan t tabel sebesar 1,671 dan nilai sigifikan sebesar 0.000, maka dapat disimpulkan bahwa variabel emotional berpengruh positif dan signifikan terhadap pembentukan disonansi kognitif konsumen pemakai susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan karena nilai t hitung > t tabel atau nilai signifikannya di bawah 0,05. Hal ini disebabkan karena susu Morinaga mempunyai kualitas yang sangat baik dan apabila susu morinaga tidak sesuai dengan yang responden harapkan maka mereka akan merasa telah membuat susutu yang salah, menyesal, cemas atau kuatir, marah, jengkel/kesal dan mendapat masalah atas susu Morinaga yang telah mereka beli dan responden berpendapat bahwa mereka telah melakukan ketololan.

(64)

positif dan akan tetapi tidak signifikan terhadap pembentukan disonansi kognitif konsumen pemakai susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan karena nilai t hitung < t tabel atau nilai signifikannya di atas 0,05. Hal ini disebabkan karena apabila susu Morinaga tidak sesuai dengan harapan responden maka responden tidak akan merasa bahwa pembelian susu Morinaga merupakan pembelian yang tepat, responden juga merasa bahwa kualitas susu Morinaga tidak cocok dengan harga yang ditawarkan sehingga responden merasa ini bukan pilihan tetap bagi mereka dan telah melakukan kesalah dan lebih baik membeli susu dengan merek lain. c. Variabel perhatian setelah transaksi memiliki nilai t-hitung sebesar 4,739,

nilai tabel 1,671 dan nilai signifikan sebesar 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa perhatian setelah transaksi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pembentukan disonansi kognitif konsumen pemakai susu Morinaga di Supermarket Brastagi Fruit Medan karena nilai t hitung > t tabel atau nilai signifikannya di bawah 0,05. Hal ini disebabkan karena apabila susu Morinaga tidak sesuai dengan harapan responden maka responden tidak merasa puas dan tidak akan pernah membeli susu Morinaga lagi karena responden telah merasa bahwa mereka telah melakukan suatu kesalahan dan ketololan karena telah membeli susu Morinaga.

2. Uji Fhitung (Uji Serentak)

Uji Fhitung dilakukan untuk mengetahui apakah secara serentak variabel

(65)

H0 : b1 = b2 = b3 = 0, variabel bebas secara-cara bersama-sama tidak berpengaruh

posistif signifikan terhadap variabel terikat.

H0 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, variabel bebas secara bersama berpengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel terikat.

Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung

dengan nilai Ftabel. Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel. pada α = 5 %

H0diterima jika Fhitung > Ftabel. pada α = 5

Ftabel dapat dilihat pada α = 0,05

Derajat bebas pembilang = k-1 = 3-1 = 2

Derajat bebas penyebut = n-k = 80-3 = 77, maka Ftabel 0,05(2:77) = 3,13 Tabel 4.14

Hasil Uji F hitung ANOVA(b)

a Predictors: (Constant), Perhatiansetelahpembelian, Emotional, Kebijakanpembelian b Dependent Variable: DisonansiKognitif

Sumber: Pengolahan Data SPSS Versi 13.00 (2010)

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa nilai Fhitung sebesar 16,204, Ftabel

sebesar3,13 dan nilai signifikan sebesar 0,000 dengan tingkat kesalahan 0,05. Nilai Fhitung > Ftabel dan nilai signifikan (0,000) < dari 0,05 maka Ha diterima.

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Soutar dan Sweeney, (2003) data diolah oleh penulis
Tabel 1.1 Definisi Operasional Variabel
Tabel 1.2 Instrumen Skala Likert
Tabel 3.1 Harga Susu Morinaga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengamatan atau observasi berisi petunjuk secara garis besar tentang hal – hal yang diamati, hal ini dilakukan melalui pengamatan terhadap produk – produk yang

• Menyampaikan hasil belajar atau hasil temuan tentang pengertian, ketentuan dan tata cara salat Jum’at. kelas

tujuannya adalah untuk mempromosikan Material alam ke masyarakat luas serta membuat user yang mengunjungi website ini menjadi tertarik untuk bergabung menjadi member Material alam

Langkah selanjutnya setelah penjurnalan transaksi ke dalam jurnal umum dengan memposting data pada jurnal umum ke dalam buku besar dan diawali dengan saldo awal yang ada pada

Namun, Pada umumnya jika yang dibutuhkan adalah state yang menyatakan daerah yang dapat dilintasi dan daerah yang tidak dapat dilintasi oleh sebuah kendaraan

Pada penelitian ini akan dilakukan penelitian pada beberapa faktor yang berhubungan dengan EKN. Faktor tersebut berasal dari faktor ibu dan faktor neonatus.

Bahwa kepuasan pasien pada Rumah Sakit Umum Kota Banjar berada pada kondisi baik, kepuasan pasien yang digambarkan oleh pernyataan puas pasien berada dalam kondisi baik, kesediaan

Data daya ledak tungkai dan kelentukan togok ke belakang terhadap kemampuan smash dalam permainan bola voli pada mahasiswa FIK UNM yang diperoleh dalam penelitian,