• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kapasitas Dan Pelayanan Gerbang Tol Tanjung Morawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Kapasitas Dan Pelayanan Gerbang Tol Tanjung Morawa"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh

Ujian Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh :

MARTHYN HUTAHAEAN

02 04 04 098

BIDANG STUDI TRANSPORTASI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

(2)

Dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan puji dan syukur

kepada Pencipta alam semesta, Allah yang pengasih, karena hanya atas perkenan

yang diberikannya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam menempuh

ujian sarjana pada Departemen Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul tugas akhir ini adalah :“EVALUASI KAPASITAS DAN

PELAYANAN GERBANG TOL TANJUNG MORAWA”

Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis

tidak akan mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini, oleh karena itu pada kesempatan

ini penulis menyampaikan terima kasih dan rasa hormat yang tulus kepada :

1. Bapak Medis S Surbakti, ST. MT, yang dengan sabar telah banyak meluangkan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam menyelesaikan

Tugas Akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bachrian Lubis, MSc, selaku ketua Departemen Teknik Sipil

Universitas Sumatera Utara..

3. Bapak Dr. Ir. A Perwira Mulia Tarigan, MSc, selaku Sekretaris Departemen

Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak/Ibu Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara

5. Seluruh Pegawai Administrasi yang telah memberikan bantuan dalam

penyelesaian administrasi.

6. Bapak Giot Hutabarat, Ibu Lamtio Simanjuntak dan seluruh pegawai PT. Jasa

(3)

8. Bambang Aryanto Hutapea, Renovandi Siagian dan Frans Jekson Pasaribu yang

telah banyak membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini khususnya dalam

mengumpulkan data-data dan survei lapangan.

9. Sekula Sinuraya, Adben Ginting, Marshall Napitupulu, Amaldo Gultom,

Tonggo dan Marshall’05 selaku rekan-rekan asisten Laboratorium Ilmu Ukur

Tanah.

10.Rekan-rekan mahasiswa Deperteman Teknik Sipil, Darmanto, Tunas, Firman,

Margaret, Sri, Charles, Informasi, Rojas, Sunaryo, Poltak dan seluruh

angkatan’02 serta seluruh teman-teman mahasiswa Departemen Teknik Sipil.

Penulis secara khusus dengan sukacita mengucapkan rasa terima kasih yang

setulusnya kepada kedua orang tua tercinta, L H. Hutahaean/ R Br.Napitupulu dan

saudara-saudaraku yang kekasih, Pahala Hutahaean, SE, Hernita Hutahaean dan

Dina K Hutahaean, Amd serta Fredy Hutahaean ST atas segala dukungan, motivasi

dan bantuan baik di dalam doa, moril dan materil.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini masih belum sempurna

dan memerlukan perbaikan-perbaikan. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tugas akhir

ini. Akhir kata penulis mengharapkan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita

semua. Terima kasih.

Medan, Oktober 2007

(4)

kepada pemakainya dikenakan kewajiban membayar tol sesuai dengan jarak yang

ditempuhnya. Pada suatu sistem jaringan jalan tol kelambatan atau kemacetan

sering terjadi di pintu gerbang keluar/masuk, khususnya pada arah yang

menghadapi pelayanan pembayaran tol. Oleh sebab itu pengguna jalan tol perlu

mendapatkan pelayanan yang baik

Studi kasus penelitian masalah ini dilakukan pada gerbang tol Tanjung

Morawa yang merupakan salah satu pintu masuk bagi kendaraan yang akan

memasuki ataupun keluar dari kota Medan. Dari tahun ke tahun sejak mulai

dioperasikannya jalan tol ini tahun 1986 pertumbuhan lalu lintasnya meningkat

dengan cukup besar sehingga sering terjadi antrian yang panjang pada gerbang tol

terutama pada jam-jam sibuk, kondisi ini masih bisa diatasi kerena saluran/gardu

pelayanan yang ada masih mencukupi.

Tugas akhir ini mengevaluasi antrian yang terjadi pada gerbang tol dengan

tingkat kedatangan kendaraan dan tingkat pelayanan gerbang. Maksud dari

penelitian ini adalah untuk melihat kapasitas dan tingkat kinerja gerbang tol

Tanjung Morawa apakah masih memadai untuk melayani pemakainya atau untuk

melihat kemampuan pelayanan gerbang tol saat ini dan juga ditahun-tahun

mendatang dalam menghadapi lonjakan arus jalan tol.

Data didapat dari survei lapangan yaitu survei untuk mendapatkan nilai

tingkat kedatangan dan waktu pelayanan pada hari sibuk dan jam sibuk.

Data tersebut kemudian diolah yaitu mencakup uji kecukupan data dan uji pola

distribusi. Selanjutnya parameter yang digunakan dalam penganalisaan kapasitas

gerbang tol adalah komponen antrian, diantaranya panjang antrian dan waktu

antrian. Dengan mengambil suatu parameter antrian, dengan input data tingkat

pelayanan didapat jumlah kendaraan yang dapat dilayani untuk tiap gardu yang

beroperasi adalah 336 kendaraan/jam tidak memenuhi Standar Pelayanan Minimum

Jalan tol < 300 kendaran/jam per gardu. Dan juga dapat disimpulkan usaha untuk

meningkatkan pelayanan gerbang adalah dengan meminimumkan waktu

(5)

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ...vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR NOTASI ... x

BAB I PENDAHULUAN I.1. Umum ... 1

I.2. Latar Belakang ... 2

I.3. Permasalahan ... 6

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

I.5. Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah ... 8

I.6. Metodologi Penelitian ... 9

I.7. Sistematika Penulisan ...11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kapasitas Suatu Gerbang Tol ...12

II.2. Pengertian Waktu Pelayanan (Service Time) ...13

II.3. Pelayanan Jalan Tol ...14

II.4. Teori Antrian ...15

II.4.1 Proses pada Sistem Antrian ...17

II.4.2 Karakteristik Sistem Antrian ...20

II.4.2.1. Kedatangan Populasi yang Dilayani ...20

II.4.2.2. Tingkat Pelayanan ...23

II.4.2.3. Mekanisme dan Jumlah Gerbang Pelayanan ...24

II.4.2.4. Disiplin Antrian ...24

II.4.3. Parameter Antrian ...28

II.4.3.1. Disiplin Antrian FIFO ...29

II.4.3.2. Disiplin Antrian FVFS ...30

(6)

II.6.1. Kebijakan Menambah Pintu Tol ...34

II.6.1. Kebijakan Sistem Tandem ...34

II.6.4. Kebijakan Sistem Pembayaran Elektronik ...36

BAB III DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN III.1. Pembangunan Jalan Tol ...37

III.2. Gerbang Tol Belmera...39

III.3. Gardu Tol Belmera ...40

III.4. Dana Pembangunan Tol Belmera ...41

III.5. Penetuan Tarif Tol ...42

III.6. Perhitungan Volume Lalu Lintas di Lapangan ...44

III.7. Sistem Transaksi Jalan Tol ...45

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN IV.1. Studi Pustaka ...47

IV.2. Studi Awal ...47

IV.3. Penetuan Lokasi...48

IV.4. Pengambilan Data Primer ...48

IV.5. Pengambilan Data Sekunder...49

IV.6. Penyusunan Data ...49

IV.7. Pelaksanaan Pengumpulan Data ...49

IV.8. Waktu Pengambilan Data ...50

BAB V PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA V.1. Kriteria Lokasi Yang Ditinjau...52

V.2. Penyajian Data ...52

V.3. Pengujian Data ...53

V.3.1. Pengujian Kecukupan Data...53

V.3.2. Pengujian Distribusi Kedatangan...55

V.4. Analisa Data...58

V.4.1. Perhitungan Tingkat Kedatangan...58

V.4.2. Perhitungan Waktu Pelayanan ...59

(7)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. Kesimpulan ...83

VI.2. Saran ...84

DAFTAR PUSTAKA

(8)

Gambar 1.1 Peta Jalan Tol BELMERA………5

Gambar 2.1 Model Single Channel-Single Phase………...18

Gambar 2.2 Model Single Channel-Multi Phase………...18

Gambar 2.3 Model Multi Channel-Single Phase……….19

Gambar 2.4 Model Multi Channel-Multi Phase………..19

Gambar 2.5 Disiplin antrian FIFO………...25

Gambar 2.6 Disiplin Antrian FILO……….26

Gambar 2.7 Disiplin antrian FVFS………..27

Gambar 2.8 Tahapan dalam proses antrian……….33

Gambar 2.9 Sistem tandem……….34

Gambar 2.10 Sistem tandem dengan waktu pelayanan antar kendaraan tidak sama………35

Gambar 4.1 Diagram Alir Penelitian………...46

Grafik 4.2 Perbandingan Waktu VS Tingkat Kedatangan (Gardu Entrance)………....50

Grafik 4.3 Perbandingan Waktu VS Tingkat Kedatangan (Gardu Exit)………....51

Grafik 5.1 Hubungan antara Pr – Vs – r, Gardu 02………..58

Grafik 5.2 Hubungan Waktu Pelayanan dengan

n

(panjang antrian)………74

Grafik 5.3 Hubungan Waktu Pelayanan dengan

q

(panjang antrian)………75

Grafik 5.4 Hubungan Waktu Pelayanan dengan

d

(waktu tunggu)………..75

Grafik 5.5 Hubungan Waktu Pelayanan dengan

w

(waktu antrian)………..76

Grafik 5.6 Perbandingan Jumlah Pintu Vs Rata-Rata Kendaraan dalam Sistem

n

……….76

Grafik 5.7 Perbandingan Jumlah Pintu Vs Rata-Rata Kendaraan dalam Sistem

q

………77
(9)

Grafik 5.10 Nilai

n

dan

q

dengan disiplin antrian FIFO (WP = 10 detik

dan λ = 1008 kendaraan/jam……….79

Grafik 5.11 Nilai

d

dan

w

dengan disiplin antrian FIFO (WP = 10 detik

dan λ = 1008 kendaraan/jam………..79

Grafik 5.12 Nilai

q

untuk disiplin antrian FIFO dengan waktu pelayanan

8 detik dan 10 detik, serta sistem tandem

(λ = 1008 kendaraan/jam)………..81

Grafik 5.13 Nilai

w

untuk disiplin antrian FIFO dengan waktu pelayanan

8 detik dan 10 detik, serta sistem tandem

(10)

Tabel 3.1 Jumlah Lajur dan Gardu Gerbang Tol BELMERA……….40

Tabel 3.2 Jumlah Gardu yang beroperasi………41

Tabel 5.1 Perhitungan Analisa Kedatangan Poisson untuk Gardu 02……...56

Tabel 5.2 Perhitungan Analisa Kedatangan Poisson untuk Gardu 04……….56

Tabel 5.3 Perhitungan Analisa Kedatangan Poisson untuk Gardu 06……….57

Tabel 5.4 Data Survei Tingkat Kedatangan Gerbang Tol Tanjung

Morawa………58

Tabel 5.5 Data Waktu Pelayanan rata-rata Gerbang Tol Tanjung

Morawa………....59

Tabel 5.6 Perhitungan Antrian dengan Waktu Pelayanan (WP) 5 detik…….67

Tabel 5.7 Perhitungan Antrian dengan Waktu Pelayanan (WP) 6 detik…….68

Tabel 5.8 Perhitungan Antrian dengan Waktu Pelayanan (WP) 7 detik…….69

Tabel 5.9 Perhitungan Antrian dengan Waktu Pelayanan (WP) 8 detik…….71

Tabel 5.10 Perhitungan Antrian dengan Waktu Pelayanan (WP) 9 detik…….72

Tabel 5.11 Perhitungan Antrian dengan Waktu Pelayanan (WP) 10 detik…...73

Tabel 5.12 Nilai n, q, d, dan w untuk disiplin FIFO dengan waktu

(11)

P(r,T) = probabilitas n kedatangan dalam waku T

λ = rata-rata kedatangan persatuan waktu

e = bilangan logaritma natural ( e = 2.7182818 )

r = jumlah kedatangan dalam waktu T ; ( n =0,1,2…. )

n = jumlah kendaraan atau orang dalam sistem

q = jumlah kendaraan atau orang dalam antrian

d = waktu kendaraan atau orang dalam sistem

w = waktu kendaraan atau orang dalam antrian

µ = tingkat pelayanan rata-rata

ρ = intensitas lalu lintas atau faktor pemakaian =

µ λ

K,N = jumlah gerbang pelayanan

∑ = sigma

n = jumlah sampel

Z = confidence level (tingkat kepercayaan)

V = variabelitas

C = confidence limit (%)

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 Umum

Kendaraan umum adalah merupakan salah satu elemen (sarana) yang

penting dalam sistem transportasi di perkotaan. Pertumbuhan penduduk suatu kota

akan selalu menuntut pertumbuhan fasilitas transportasi yang semakin lengkap dan

baik. Jika ketentuan tersebut tidak diimbangi oleh kemampuan kota yang

bersangkutan maka akan muncul berbagai masalah transportasi.

Pesatnya pembangunan dewasa ini, membutuhkan sarana dan prasarana

transportasi yang baik, lancar dan efisien. Karena keberhasilan pembangunan akan

mengakibatkan meningkatnya taraf kehidupan ekonomi, juga pergerakan manusia

dari suatu tempat ke tempat lain terus meningkat dengan berbagai macam

keperluan.

Pada kota besar seperti Medan, ruas jalan menampung volume lalu lintas

yang lebih besar dari kapasitas jalan, terutama pada jam-jam sibuk. Hal tersebut

mangakibatkan turunnya tingkat pelayanan jalan, ini ditandai dengan turunnya

kecepatan lalu lintas dan timbulnya kemacetan. Kondisi ini akan mengurangi

efisiensi dari sistem transportasi. Masalah yang ditimbulkan dapat diatasi dengan

mengadakan pelebaran jalan, peningkatan kapasitas persimpangan maupun

memperbaiki perkerasan, sementara lahan yang akan digunakan untuk pelebaran

jalan tidak lagi mencukupi. Oleh sebab itu PT. Jasa Marga mengantisipasi dengan

membuka jalan bebas hambatan yang dikenal sebagai jalan tol dengan mengutip tol

(13)

lebih tinggi dari pada jalan alternatif (jalan lama) yang ada. Jalan tol menjamin

bahwa operasi kendaraan jalan tol serta pelayanannya harus lebih baik dari pada

jalan alternatif yang ada.

Kelancaran lalu lintas di jalan tol dipengaruhi oleh waktu pelayanan (service

time) yang diberikan kepada pengemudi saat mereka mengambil tiket di gardu/loket

gerbang keluar tol saat membayar biaya administrasi yang dikenakan kepada

pengguna jalan tol.

I. 2 Latar Belakang

Diakui bahwa sektor transportasi, khususnya transportasi darat melalui

jalan bebas hambatan berperan besar dalam menentukan laju perekonomian dan

tingkat kemakmuran masyarakat. Karena, kelancaran arus kendaraan yang

keluar-masuk ke dan dari suatu daerah dapat menjamin penyediaan kebutuhan akan

barang dan jasa di wilayah tersebut. Seiring dengan hal tersebut telah dibangun

jalan-jalan tol baik di dalam maupun diluar kota.

Jalan tol (freeway) adalah fasilitas jalan raya yang mempunyai dua lajur atau

lebih di setiap arah agar lalu lintas berlangsung secara eksklusif, dengan

pengendalian penuh atas akses dan egres. Dalam tingkatan jalan raya, jalan tol

adalah satu-satunya fasilitas yang menyediakan arus bebas hambatan yang

sempurna. Oleh sebab itu untuk mewujudkan arus bebas hambatan yang sempurna,

jalan tol harus memiliki tingkat pelayanan minimal yang mencakup kondisi jalan

tol, kecepatan tempuh rata-rata, aksesibilitas, mobilitas dan keselamatan. Jalan tol

tersusun atas tiga subkomponen, yaitu ruas jalan tol dasar, area percabangan, dan

(14)

Penyelenggaraan jalan tol dimaksudkan untuk mewujudkan pemerataan

pembangunan dan hasil-hasilnya serta keseimbangan dalam pengembangan wilayah

dengan memperhatikan keadilan, yang dapat dicapai dengan membina jaringan

jalan yang dananya berasal dari pengguna jalan. Jalan tol juga bertujuan

meningkatkan efisiensi pelayanan jasa distribusi guna menunjang peningkatan

pertumbuhan ekonomi terutama di wilayah yang sudah tinggi tingkat

perkembangannya (PP No.15 Tahun 2005 Bab 2 Pasal 2).

Mengingat fungsi jalan tol harus memberikan pelayanan berupa kelancaran

arus kendaraan tanpa adanya hambatan yang berarti, maka

permasalahan-permasalahan yang mengakibatkan timbulnya kemacetan perlu diteliti lebih lanjut.

Salah satu faktor yang sering menimbulkan kemacetan di jalan tol selain kondisi

dan kapasitas jalan tol itu sendiri adalah proses antrian di gerbang tol. Pada saat

pemrosesan di gerbang tol pengguna jalan tol diwajibkan mengambil tiket tanda

masuk pada gerbang masuk dan membayar tol pada gerbang keluar. Dengan

demikian lamanya pemrosesan di gerbang tol sangat mempengaruhi kelancaran arus

kendaraan. Apabila gerbang tol yang dioperasikan tidak seimbang dengan jumlah

arus kendaraan, maka kelancaran lalu lintas dapat terganggu. Jika terlalu sedikit

dapat menimbulkan antrian yang panjang, tetapi jika terlalu banyak hanya

menimbulkan biaya pengoperasian yang tinggi.

Walaupun saat ini terdapat beberapa sistem pengumpulan tol, hanya terdapat

dua sistem pengumpulan tol pada Jalan tol di Indonesia, yaitu sistem terbuka dan

sistem tertutup.

1. Sistem terbuka, pengemudi kendaraan hanya satu kali melakukan transaksi

(15)

terima transaksi pada saat memasuki gerbang tol. Sistem ini dioperasikan di

jalan tol dalam kota Jakarta, ruas Cengkareng, ruas Jakarta – Tangerang,

ramp Kebon Jeruk, ramp Pondok Gede Barat, dan ramp Pondok Gede

Timur. Sedangkan di luar Jabotabek yang menggunakan sistem terbuka

yaitu ruas Semarang, ruas Perak ke Waru di Surabaya, dan ruas Palimanan -

Kanci di Cirebon.

2. Sistem tertutup, pengemudi kendaraan diwajibkan berhenti dua kali untuk

melakukan transaksi di gerbang tol. Di gerbang masuk pengemudi akan

menerima tiket tanda masuk dari petugas, kemudian pada gerbang keluar

akan melakukan pembayaran sesuai tarif tol yang berlaku. Sistem ini

diterapkan di jalan tol Jagorawi dan Jakarta – Cikampek. Di luar Jabotabek

yang menggunakan sistem tertutup ini yaitu Jalan tol Belawan - Medan -

Tanjung Morawa (BELMERA), ruas Padalarang – Cileunyi dan ruas Waru -

Gempol.

Keberadaan jalan tol BELMERA yang melalui kota Medan berpengaruh

terhadap berbagai kegiatan di wilayah tersebut. Jalan tol ini berfungsi sebagai jalan

antar kota, yaitu sebagai alternatif utama dalam pencapaian jarak dengan waktu

yang lebih singkat dan akibat makin padatnya pergerakan di dalam kota Medan.

Jalan tol tersebut memiliki fungsi ekonomi yang sangat tinggi, karena hasil-hasil

komoditas yang akan dikirim dari maupun ke wilayah kabupaten/kota di sekitar

Medan akan melawati jalan tol ini.

Gerbang tol Tanjung Morawa merupakan gerbang tol terpadat yang dilalui

kendaraan baik yang masuk maupun yang keluar gerbang tol (data terlampir).

(16)

wilayah Sumatera Utara bagian Timur, Barat dan Selatan menuju wilayah Medan

sekitarnya. Untuk akses keluar (exit) gerbang tol ini melayani kendaraan yang

masuk melalui gerbang tol Amplas, B. Selamat, Mabar, Tanjung Mulia, dan

Belawan, yang bergerak meninggalkan kota Medan dan sekitarnya.

Gambar 1.1. Peta Jalan Tol BELMERA

Kawasan Industri Medan (KIM) I dan II yang berada di kota Medan dan

Kawasan Industri Tanjung Morawa merupakan dua kawasan perindustrian dan

perdagangan yang memiliki perkembangan cukup pesat sehingga akan terjadi

bangkitan lalu lintas menuju wilayah ini. Situasi ini tentu akan menimbulkan

(17)

kebutuhan akan infrastuktur/prasarana transportasi yang dapat memberikan

pelayanan memuaskan sangat diperlukan. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut terhadap prasarana jalan yang bebas hambatan (jalan tol) guna

menciptakan kelancaran pada sektor transportasi.

Dalam penelitian ini evaluasi lebih difokuskan pada pelayanan gerbang tol,

karena kegiatan distribusi barang dan jasa yang tejadi pada komponen jalan tol ini

sering menimbulkan kelambatan atau kemacetan sehingga terjadi antrian pada

jam-jam sibuk. Studi kasus penelitian masalah ini dipilih pada gerbang tol Tanjung

Morawa disebabkan gerbang tol ini merupakan gerbang tol yang memiliki 1 (satu)

dari 2 (dua) gerbang tol (selain Gerbang tol Tanjung Mulia) yang mengoperasikan

gardu sistem tandem pada saat volume kendaraan melebihi kapasitas gardu tol.

Banyak kendaraan yang terkonsentrasi menuju gerbang tol ini khususnya kendaraan

angkutan barang seperti truk dan trailer yang notabene membutuhkan waktu

pelayanan yang cukup lama saat memasuki gardu tol. Dari tahun ke tahun sejak

mulai dioperasikannya gerbang tol ini tahun 1987 pertumbuhan lalu lintasnya

meningkat dengan pesat sehingga dirasa perlu meneliti lebih lanjut guna melihat

efisiensi kemampuan pelayanan gerbang tol tersebut.

I. 3 Permasalahan

Volume kendaraan yang memasuki jalan tol mempunyai sifat fluktuatif,

sehingga banyaknya gardu tol yang beroperasi disesuaikan berdasarkan volume

kendaraan yang datang menuju gerbang tol tersebut. Dalam menentukan banyaknya

gardu tol yang akan dioperasikan memerlukan suatu optimalisasi yang ditinjau dari

(18)

lebih banyak dari yang dibutuhkan maka pihak pengelola memerlukan dana

tambahan dalam pengopersian gerbang tol, sebaliknya jika pembukaan gerbang tol

kurang dari jumlah yang dibutuhkan maka pihak pengguna jalan tol akan

menambah biaya dan waktu baik secara langsung maupun tidak langsung karena

akan terjadi antrian yang cukup mengganggu.

Maka permasalahan yang dibahas pada tugas akhir ini adalah:

1. Seberapa besar panjang antrian pada gardu tol dilihat dari waktu kedatangan

dan waktu pelayanan.

2. Bagaimana pelayanan yang diberikan operator gardu untuk mengurangi

panjang antrian.

I. 4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dari analisis ini adalah :

1. Untuk mengetahui waktu pelayanan (service time) gerbang tol Tanjung

Morawa dalam melayani kendaraan dan tingkat kedatangan kendaraan

(arrival rate) yang dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya.

2. Untuk mengetahui panjang antrian yang terjadi pada gardu tol saat pemakai

jalan tol melakukan pembayaran tol.

3. Menganalisis kapasitas dan tingkat pelayanan pada gerbang tol Tanjung

Morawa dengan menggunakan sistem yang ada. Hasil analisis tersebut

digunakan untuk mengetahui apakah pada gerbang tol Tanjung Morawa

dapat menampung kendaraan yang datang sesuai Standar Pelayanan

Minimum (SPM) serta mencari alternatif pemecahan masalah apabila sistem

(19)

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari analisis ini adalah :

1. Sebagai informasi tentang faktor–faktor apa saja yang menentukan berapa

jumlah gerbang tol BELMERA yang dioperasikan pihak pengelola jalan tol.

2. Sebagai acuan dan sumbangan pemikiran kepada pengelola jalan tol (dalam

kasus ini PT. Jasa Marga) untuk membuat kebijakan baru di masa yang akan

datang dalam menanggulangi persoalan antrian di gerbang tol.

3. Sebagai acuan bagi penulis lain yang akan melanjutkan kajian tentang

persoalan pelayanan gerbang tol.

I. 5 Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah

Agar permasalahan lebih terpusat dan memberikan hasil yang baik, penulis

memandang perlunya membatasi permasalahan yang timbul diluar jangkauan

penulis.

Adapun batasan-batasan tersebut adalah seperti yang diuraikan dibawah ini :

1. Analisa waktu pelayanan gerbang tol terhadap lalu lintas yang memakainya

mencakup lingkup pembahasan yang luas, oleh sebab itu arus kendaraan

yang ditinjau hanya kendaraan yang keluar (exit) melalui gerbang tol

Tanjung Morawa.

2. Ada beberapa faktor mikroskopis yang menetukan kondisi akhir lalu-lintas

yaitu kondisi jalan dan mobil (jenis kendaraan, muatan mobil) serta perilaku

pengendara/profil pengendara (nominal pembayaran, kesiapan dalam

membayar tol, usia pengemudi dan emosi pengemudi). Namun untuk

menyederhanakan penelitian, faktor-faktor tersebut belum sepenuhnya

(20)

Waktu pelayanan (service time) tersebut ditinjau saat mengadakan transaksi

terhadap pemakai yang didukung berdasarkan jenis kendaraan dikaitkan dengan

struktur loket pelayanan yang ada ditiap gardu pada lokasi yang akan diteliti.

Dimana, jenis kendaraan akan digolongkan dalam beberapa golongan :

a. Golongan I : sedan, jip, pickup, bus kecil, truk kecil (3/4) dan bus

sedang

b. Golongan II A : truk besar dan bus besar dengan 2 (dua) gandar

c. Golongan II B : truk besar dan bus besar dengan 3 (tiga) gandar atau lebih

I. 6 Metodologi Penelitian

Dalam penyusunan tugas akhir ini , metode yang digunakan dalam

pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

c Studi literatur, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan

buku-buku sebagai bahan acuan yang berhubungan dengan pelayanan

terhadap jasa pemakai jalan tol serta mendapatkan teori-teori yang

berhubungan dengan tugas akhir.

d Studi lapangan, yaitu pengambilan data-data dilapangan dengan melakukan

survei pada gerbang tol Tanjung Morawa.

Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer, yaitu data lapangan yang bersumber langsung dari

pengamatan dan survei langsung di lapangan.

Dari data primer akan diperoleh :

(21)

2). Panjang antrian yang terjadi di lapangan saat mengadakan survei

3). Volume kendaraan yang melintas melalui gerbang tol (exit) Tanjung

Morawa

4). Lay out dan dimensi aktual konfigurasi gerbang tol Tanjung Morawa

2. Data Sekunder, yaitu pengumpulan data dan informasi melalui survei ke

instansi atau lembaga-lembaga yang terkait dengan tulisan , antara lain :

a. Dinas PU / Bina Marga kota Medan

b. Operator jalan tol BELMERA : PT. Jasa Marga ( Persero )

e Tabulasi data

Data-data yang diperoleh dilapangan disusun kedalam tabel sehingga diperoleh

suatu data yang lebih baik dan mudah untuk dianalisis.

f Analisis Data

Langkah-langkah yang dibuat dalam penganalisaan data :

a. Perhitungan rata-rata waktu pelayanan (service time), waktu maksimum dan

minimum dalam memberikan waktu pelayanan terhadap kendaraan yang

melewati gerbang tol.

b. Pentabulasian waktu pelayanan, panjang antrian dan volume lalu

lintas/kendaraan dalam interval waktu tertentu untuk beberapa data.

(22)

I. 7 Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang penelitian ini dilakukan, permasalahan

yang dihadapi dan batasannya, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan tentang kerangka teori penelitian serta mendudukkan istilah yang

tertera pada judul penelitian ini.

BAB III DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

Berisikan informasi tentang wilayah penelitian yaitu jalan tol BELMERA

yakni meliputi sejarah pembangunan jalan tol, gerbang tol, tarif tol dan sistem

pengumpulan tol (transaksi)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Berisikan tentang metode yang dipakai dalam penelitian ini, termasuk

pengambilan data, langkah penelitian, dan analisis data, serta pemilihan wilayah

penelitian.

BAB V PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Berisikan tentang data yang telah dikumpulkan, lalu dianalisis, sehingga

dapat diperoleh kesimpulan.

BAB VI PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan yang telah diperoleh dari pembahasan pada

bab sebelumnya, dan saran mengenai hasil penelitian yang dapat dijadikan

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kapasitas Suatu Gerbang Tol

Kapasitas suatu gerbang tol dapat diperoleh berdasarkan hasil survei asal

tujuan (Origin – Destination) dan sistem Trial and Error, dimana data yang

diperoleh biasanya digunakan untuk prediksi pada tahun-tahun yang akan datang.

Akan tetapi jumlah data terdebut diperkirakan tidak lagi mampu menampung

kapasitas pemakai jalan tol tersebut, sehingga hal ini dapat menimbulkan adanya

pertambahan kapasitas pintu tol.

Untuk mengatasi masalah pertambahan kapasitas akibat jumlah pemakai

jalan tol yang semakin bertambah, maka diperlukan suatu data mengenai kapasitas

suatu gerbang tol. Pendataan jumlah kendaraan yang melewati jalan tol dapat

dihitung Besarnya kapasitas untuk gerbang tol berbeda-beda tergantung tingkat

pelayanannya. Dengan tingkat pelayanan yang singkat dan tepat akan menambah

besarnya kapasitas suatu gerbang tol.

Beberapa defenisi mengenai kapasitas menurut beberapa ahli :

1. Wohl dan Martin, mendefenisikan kapasitas sebagai berikut ;

“The quantitative measurement of the volume (per unit of time) that a particular facility can accommondate (at the limit), and this usually provides a measure of maximum volume carrying capabilities” *

(24)

2. Highway Research Board, kapasitas didefenisikan sebagai :

“The maximum number of vehicle that would have reasonable expectation of passing over a given roadway in given time period under the prevailing roadway and traffic conditions” 2

Oleh karena itu kapasitas gerbang tol dapat didefenisikan sebagai nilai

maksimum dari jumlah kendaraan yang melewati suatu gerbang tol dalam periode

waktu tertentu. Nilai maksimum tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu

jalan itu sendiri, kontrol operasional, fasilitas dari gerbang tol, kelakuan para

pengemudi, tindakan petugas jalan tol, dan beberapa faktor lingkungan, seperti

faktor cuaca.

II.2 Pengertian Waktu Pelayanan

Terdapat beberapa cara untuk mendefenisikan waktu pelayanan, hal itu

tergantung pada apa yang sedang dilayani. Pelayanan berarti memberikan suatu

kepuasan bagi si penerima jasa sebagai imbalan dari apa yang si penerima jasa

berikan kepada pemberi jasa.

Waktu pelayanan adalah waktu yang diberikan dalam melayani penerima

jasa secara efektif dan efisien, dengan waktu yang cepat dan tepat penerima jasa

akan merasa puas.

Pertambahan volume lalu lintas yang memakai jalan tol akan menuntut

pelayanan yang handal dari jalan tol tersebut sebagai imbalan dari sejumlah

uang/tol yang mereka berikan. Target yang menjadi sasaran pelayanan jasa jalan tol

terhadap pemakai jasa adalah kelancaran, keamanan dan kenyamanan. Untuk dapat

(25)

adalah berupa waktu pelayanan gardu, waktu tempuh jalan tol, tingkat kelancaran,

tingkat fasilitas, tingkat keluhan pelanggan dan standar kerataan jalan.

Dalam hal ini dari pihak pemberi jasa harus mampu memberikan pelayanan

prima kepada pemakai jasa jalan tol dengan mengetahui apa yang diinginkan oleh

pemakai jalan tol. Kelancaran jalan tol dapat menggambarkan bagaimana

sebenarnya peran jalan tol dalam menunjang sistem transportasi dan sektor

ekonomi.

II.3 Pelayanan Jalan Tol

Pelayanan jalan tol terbagi atas tiga, yaitu :

1). Pelayanan Transaksi

2). Pelayanan Lalu Lintas

3). Layanan Terhadap Pemeliharaan

1. Pelayanan Transaksi

Pelayanan transaksi terlihat jelas pada pengumpul tol karena langsung

berhadapan dengan pengemudi. Jadi dengan adanya dinamika dan

perkembangan tututan dari pemakai jalan tol maka perlu diberikan image yang

baik kepada masyarakat mengenai pelayanan saat melakukan transaksi.

Pengumpul tol gerbang tol merupakan ujung tombak pelayanan jalan tol. Citra

pelayanan di gerbang tol merupakan cerminan dari sebagian besar dari

pelayanan yang diberikan.

2. Pelayanaan Lalu Lintas

Pelayanan lalu lintas yang dilakukan terhadap kendaraan yang melalui jalan tol.

(26)

tol. Misalnya menurunkan angka kecelakaan pada jalan tol. Disediakannya

fasilitas patroli, ambulans, pemadam kebakaran, dan kendaraan rescue yang

dapat digunakan pada saat pengguna jalan tol mengalami kesulitan. Juga

penanggulangan wabah longsor/banjir yang terjadi pada beberapa bagian jalan

tol.

3. Pelayanan Terhadap Pemeliharaan

Pelayanan terhadap pemeliharaan dikelompokan dalam tiga kategori, yaitu

pemeliharaan rutin, pemeliharaan periodik, dan pemeliharaan khusus.

Pemeliharaan rutin dilakukan setiap waktu-waktu tertentu terhadap seluruh aset

jalan tol.

II.4 Teori Antrian

Teori antrian (queueing) sangat perlu dipelajari dalam usaha mengenal

perilaku pergerakan arus lalu lintas baik manusia maupun kendaraan (Morlok, 1978

dan Hobbs, 1979). Hal ini disebabkan sangat banyak kejadian yang terjadi di sektor

transportasi dan permasalahan lalu lintas yang terjadi sehari-hari pada sistem

jaringan jalan dapat dijelaskan dan dipecahkan dengan bantuan analisis teori

antrian, seperti misalnya:

• antrian kendaraan yang terjadi di depan pintu gerbang tol atau antrian kendaraan

yang terjadi pada setiap lengan persimpangan berlampu lalu lintas,

• antrian kendaraan truk pada saat bongkar/muat barang di pelabuhan,

• antrian kapal laut yang ingin merapat di dermaga,

• antrian manusia pada loket pembelian karcis di bandara, stasiun kereta api, dan

(27)

• antrian manusia pada loket pelayanan bank, loket pembayaran listrik atau

telepon, serta pasar swalayan,dan

• sangat banyak kejadian lainnya yang terjadi sehari-hari yang dapat dijelaskan

dengan bantuan analasis teori antrian.

Antrian tersebut pada dasarnya terjadi karena proses pergerakan arus lalu lintas

(manusia dan/atau kendaraan) terganggu oleh adanya suatu kegiatan pelayanan

yang harus dilalui, seperti misalnya: antrian kendaraan yang terbentuk di depan

pintu gerbang tol terjadi karena pergerakan arus kendaraan tersebut terpaksa harus

terganggu oleh adanya kegiatan pengambilan dan/atau pembayaran karcis tol.

Kegiatan inilah yang menyebabkan gangguan pada proses pergerakan arus

kendaraan sehingga mengakibatkan terjadinya antrian kedaraan dimana pada suatu

kondisi, antrian kendaraan tersebut akan dapat mangakibatkan permasalahan baik

buat pengguna (dalam bentuk waktu antrian) maupun buat pengelola (dalam bentuk

panjang antrian).

Bagi pengguna biasanya hal yang selalu dipermasalahkan adalah waktu

menunggu selama proses mengantri, setiap pengendara akan selalu berpikir

bagaimana cara agar dapat menyelesaikan antrian ini secepatnya. Sedangkan bagi

pengelola, hal yang selalu dipermasalahkan biasanya adalah panjang antrian yang

terjadi. Sebagai contah: antrian kendaraan yang terlalu panjang akan dapat

menyebabkan tambahan permasalahan baru berupa terganggunya sistem pergerakan

arus lalu lintas lainnya akibat terhambat oleh antrian yang terlalu panjang tersebut.

Teori antrian merupakan suatu alat analisa yang sangat membantu di dalam

memecahkan problem tersebut di atas. Teori ini memberikan informasi penting

(28)

karakteristik dengan sistem antrian tersebut. Jumlah rata-rata dari satuan (antrian

dan pelayanan) adalah penting untuk mendimensi luas areal yang dibutuhkan.

II.4.1 Proses pada Sistem Antrian

Sistem antrian adalah suatu sistem yang mencakup barisan dan gerbang

pelayanan. Sedangkan populasi yang terbentuk dari waktu ke waktu berasal dari

suatu sumber disebut calling population. Populasi tersebut datang ke sistem dan

bergabung membentuk barisan antrian. Pada waktu tertentu, salah satu atau

beberapa anggota dari barisan antrian tersebut dipilih untuk mendapat pelayanan.

Pemilihan ini berdasarkan pada aturan-aturan tertentu yang disebut disiplin antrian.

Populasi yang telah dilayani selanjutnya pergi meninggalkan gerbang pelayanan.

Struktur antrian dapat diklasifikasikan berdasarkan banyaknya gerbang atau

jalur dan banyaknya tahap pelayanan yang ada. Tata letak fisik dari sistem antrian

digambarkan dengan jumlah saluran, juga disebut sebagai pelayanan. Sistem antrian

jalur tunggal (single channel-single phase) berarti bahwa dalam sistem antrian

tersebut hanya terdapat satu pemberi layanan serta satu jenis layanan yang

diberikan. Sementara sistem antrian jalur tunggal tahapan berganda (single

channel-multi phase) berarti dalam sistem antrian tersebut terdapat lebih dari satu jenis

layanan yang diberikan, tetapi dalam setiap jenis layanan hanya terdapat satu

pemberi layanan. Sistem antrian jalur berganda satu tahap (multi channel-single

phase) adalah terdapat satu jenis layanan dalam sistem antrian tersebut, namun

terdapat lebih dari satu pemberi layanan. Sedangkan sistem antrian jalur berganda

dengan tahapan berganda (multi channel-multi phase) adalah sistem antrian dimana

(29)

dalam setiap jenis layanan. Dalam studi ini akan dibahas gerbang tunggal satu tahap

(single channel-single phase) dan gerbang ganda satu tahap (multi channel- single phase).

A. Single Channel-Single Phase

Struktur antrian pada single channel-single phase ini hanya memilih satu

jalur pelayanan dan dalam jalur ini hanya memiliki satu tahap saja. Stuktur ini

sangat sederhana dan dapat dilihat pada gambar berikut :

Kepergian Antrian

Kedatangan

Fasilitas Pelayan (jenis 1)

Gambar. 2.1 Model Single Channel-Single Phase

B. Single Channel-Multi Phase

Struktur antrian pada single channel-multi phase ini hanya memiliki satu

jalur pelayanan dan dalam jalur ini memiliki dua tahap (lebih dari satu layanan),

tetapi dalam setiap jenis layanan hanya terdapat satu pemberi layanan.

Fasilitas Pelayan (jenis 2)

Kepergian Kedatangan

Antrian

Fasilitas Pelayan (jenis 1)

(30)

C. Multi Channel-Single Phase

Gambar. 2.3 Model Multi Channel-Single Phase

Multi Channel single phase terjadi apabila dua atau lebih fasilitas pelayanan

diakhiri oleh antrian tunggal. Sebagai contoh dari model ini adalah pembelian tiket

yang dilayani oleh lebih dari satu loket.

D. Multi Channel-Multi Phase

Antrian

Kedatangan

Fasilitas Pelayan (jenis 2) Fasilitas

Pelayan (jenis 1)

Fasilitas Pelayan (jenis 2) Fasilitas

Pelayan (jenis 1)

Kepergian

Gambar. 2. 4 Model Multi Channel-Multi Phase

Kepergian Kedatangan

Antrian

Fasilitas Pelayan (jenis 1) Fasilitas Pelayan (jenis 1)

Multi Channel-Multi Phase terjadi apabila terdapat lebih dari satu jenis

(31)

II.4.2 Karakteristik Sistem Antrian

Karekteristik antrian adalah bahwa terdapat kedatangan, pelayanaan,

antrian. Untuk dapat menjelaskan proses antrian dengan baik, diperlukan

penjelasan mengenai 4 (empat) komponen utama dalam teori antrian yang harus

benar-benar diketahui dan dipahami, yaitu :

c Kedatangan populasi, yang meliputi tingkat kedatangan rata-rata dan

probabilitas distribusi pelayanan.

d Tingkat pelayanan, yang meliputi tingkat layanan rata-rata dan probabilitas

distribusi waktu pelayanan.

e Jumlah dan susunan gerbang pelayanan.

f Disiplin antrian, yaitu menentukan antrian dimana satuan lalu lintas yang tiba

akan dilayani.

Masing–masing komponen dalam sistem antrian tersebut mempunyai karakteristik

sendiri-sendiri. Karekteristik dari masing-masing komponen tersebut adalah :

II.4.2.1 Kedatangan Populasi yang akan dilayani (calling population)

Karakteristik dari populasi yang akan dilayani (calling population) dapat

dilihat menurut ukurannya, pola kedatangan, serta perilaku dari populasi yang akan

dilayani. Menurut ukurannya, populasi yang akan dilayani bisa terbatas (finite) bisa

juga tidak terbatas (infinite). Sebagai contoh jumlah mahasiswa yang antri untuk

registrasi di sebuah perguruan tinggi sudah diketahui jumlahnya (finite), sedangkan

jumlah nasabah bank yang antri untuk setor, menarik tabungan, maupun membuka

rekening baru bisa tak terbatas (infinite).

Distribusi headway dari kedatangan lalu lintas, yang mungkin saja merata

(32)

(Poisson). Kedatangan yang teratur sering kita jumpai pada proses

pembuatan/pengemasan produk yang sudah distandarisasi. Pada proses semacam

ini, kedatangan produk untuk diproses pada bagian selanjutnya biasanya sudah

ditentukan waktunya, misalnya setiap 30 detik. Sedangkan pola kedatangan yang

sifatnya acak (random) banyak kita jumpai misalnya kedatangan nasabah di bank.

Pola kedatangan yang sifatnya acak dapat digambarkan dengan distribusi statistik

dan dapat ditentukan dengan dua cara yaitu kedatangan per satuan waktu dan

distribusi waktu antar kedatangan.

Contoh : Kedatangan digambarkan dalam jumlah satu waktu, dan bila kedatangan

terjadi secara acak, informasi yang penting adalah Probabilitas n kedatangan dalam

periode waktu tertentu, dimana n = 0, 1, 2, ……

Jika kedatangan diasumsikan terjadi dengan kecepatan rata-rata yang konstan dan

bebas satu sama lain disebut distribusi probabilitas Poisson. Ahli matematika dan

fisika, Simeon Poisson (1781 – 1840), menemukan sejumlah aplikasi manajerial,

seperti kedatangan pasien di RS, sambungan telepon melalui central switching

system, kedatangan kendaraan di pintu tol, dan lain-lain. Semua kedatangan tersebut

digambarkan dengan variabel acak yang terputus-putus dan nonnegatif integer (0, 1,

2, 3,4, 5, dst ). Selama 10 menit mobil yang antri di pintu tol bisa 3, 5, 8, dst.

Ciri Distribusi Poisson :

1. rata-rata jumlah kedatangan setiap interval waktu bisa diestimasi dari data

sebelumnya.

2. bila interval waktu diperkecil misalnya dari 10 menit menjadi 5 menit, maka

(33)

a. probabilitas bahwa seorang pasien datang merupakan angka yang

sangat kecil dan konstan untuk setiap interval.

b. probabilitas bahwa 2 atau lebih pasien akan datang dalam waktu

interval sangat kecil sehingga probabilitas untuk 2 atau lebih dikatakan

0 (nol)

c. jumlah pasien yang datang pada interval waktu bersifat independen.

d. Jumlah pasien yang datang pada satu interval tidak tergantung pada

interval yang lain.

Probabilitas n kedatangan dalam waktu T ditentukan dengan rumus :

!

)

(

)

,

(

r

T

e

T

r

P

r

T

λ

λ −

=

……….. (2.1)

dimana :

λ = rata-rata kedatangan persatuan waktu

T = periode waktu

e = bilangan logaritma natural ( e = 2.7182818 )

r = jumlah kedatangan dalam waktu T ; ( n =0,1,2…. )

P(r,T) = probabilitas n kedatangan dalam waku T

Jika kedatangan mengikuti Distribusi Poisson dapat ditunjukan secara

matematis bahwa antar kedatangan akan terdistribusi sesuai dengan

distribusi eksponensial.

P(s≤ t) = e-λt , 0 ≤ t ≤∞ ………. (2.2) dimana :

P (s≤ t) = probabilitas di mana waktu antar kedatangan persatuan waktu

(34)

t = waktu rata-rata dalam system (dtk)

Suatu faktor yang mempengaruhi penilaian distribusi kedatangan adalah ukuran

populasi panggilan

Perilaku kedatangan. Populasi yang akan dilayani mempunyai perilaku

yang berbeda-beda dalam membentuk antrian. Ada tiga jenis perilaku : reneging,

balking, dan jockeying. Reneging menggambarkan situasi dimana seseorang masuk

dalam antrian, namun belum memperoleh pelayanan, kemudian meninggalkan

tempat antrian tersebut. Balking menggambarkan orang yang tidak masuk dalam

antrian dan langsung meninggalkan tempat antrian. Jockeying menggambarkan

orang yang pindah-pindah antrian.

II.4.2.2 Tingkat Pelayanan

Tingkat pelayanan yang dinyatakan dengan notasi µ adalah jumlah

kendaraan atau manusia yang dapat dilayani oleh satu tempat pelayanan dalam satu

satuan waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam satuan kendaraan/jam atau

orang/menit.

Selain tingkat pelayanaan, juga dikenal Waktu Pelayanan (WP) yang dapat

didefenisikan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh satu tempat pelayanaan untuk

dapat melayani satu kendaraan atau satu orang, biasa dinyatakan dalam satuan

menit/kendaraan atau menit/orang, sehingga bisa disimpulkan bahwa :

µ

1

=

(35)

Selain itu dikenal juga notasi ρ yang didefenisikan sebagasi nisbah antara

tingkat kedatangan (λ) dengan tingkat pelayanaan (µ) dengan persyaratan bahwa

nilai tersebut selalu harus lebih kecil dari 1.

=

<

1

µ

λ

ρ

………. (2.4)

Jika nilai ρ>1, hal ini berarti bahwa tingkat kedatangan lebih besar dari tingkat

pelayanaan. Jika hal ini terjadi, maka dapat dipastikan akan terjadi antrian yang

akan selalu bertambah panjang (tidak terhingga).

II.4.2.3 Mekanisme dan jumlah Gerbang Pelayanan

Mekanisme pelayanan terdiri dari satu atau lebih fasilitas yang seri. Setiap

fasilitas dapat mempunyai satu atau lebih gerbang pelayanan yang pararel. Jika

sistem mempunyai lebih dari satu fasilitas pelayanan maka populasi akan menerima

pelayanan secara seri yaitu harus melewati rangkaian pelayanan lebih dahulu, baru

boleh meninggalkan sistem. Jika sistem mempunyai lebih dari satu gerbang

pelayanan yang pararel, maka beberapa populasi dapat melayani secara simultan.

Suatu model antrian disebut layanan tunggal, apabila sistem hanya

mempunyai satu gerbang pelayanan dan disebut model pelayanan ganda apabila

sistem mempunyai sejumlah satuan pelayanan pararel yang masing-masing dilayani

oleh seperangkat pelayanan.

II.4.2.4 Disiplin Antrian

Disiplin antrian mempunyai pengertian tentang bagaimana tata cara

(36)

yaitu prioritas dan first come first served. Disiplin prioritas dikelompokan menjadi

dua, yaitu preemptive dan non preemptive. Disiplin preemptive menggambarkan

situasi dimana pelayan sedang melayani seseorang, kemudian beralih melayani

orang yang diprioritaskan meskipun belum selesai melayani orang sebelumnya.

Sementara disiplin non preemptive menggambarkan situasi dimana pelayan akan

menyelesaikan pelayanaanya baru kemudian beralih melayani orang yang

diprioritaskan. Sedangkan disiplin first come first served menggambarkan bahwa

orang yang lebih dahulu datang akan dilayani lebih dahulu.

Beberapa jenis disiplin antrian yang sering digunakan dalam bidang transportasi

atau arus lalu lintas, adalah :

1. First In First Out (FIFO) atau First Come First Served (FCFS)

λ / N

λ / N

λ / N

2

3 1

Tempat Pelayanan

[image:36.595.109.511.300.645.2]

Gambar.2.5 Disiplin antrian FIFO

Gambar tersebut diatas memperlihatkan ilustrasi begaimana tata cara

disiplin antrian FIFO. Disiplin antrian FIFO sangan sering digunakan dalam

(37)

pada suatu tempat pelayanaan akan dilayani pertama. Sebagai contoh

disiplin FIFO yaitu antrian kendaraan yang terbentuk di depan pintu tol, atau

antrian manusia pada loket pembayaran listrik atau telepon, loket

pelayanaan bank, dan banyak contoh-contoh lainnya.

[image:37.595.120.519.303.592.2]

2. First In Last Out (FILO) atau First Come Last Served (FCLS)

Gambar berikut memperlihatkan ilustrasi bagaimana tata cara disiplin

antrian FILO. Terlihat pada gambar bahwa berkas laporan yang pertama tiba

akan terletak paling bawah sehingga akan diproses paling akhir. Sedangkan

berkas laporan yang masuk paling akhir akan terletak paling atas, sehingga

akan diproses paling awal.

1 2 5 4 3

Gambar.2.6 Disiplin Antrian FILO

Disiplin FILO juga cukup sering digunakan di bidang transportasi dimana orang

dan/atau kendaraan yang pertama tiba akan dilayani terakhir. Salah satu contoh

disiplin FILO adalah : antrian kendaraan pada pelayanan feri di terminal

(38)

barang yang pertama masuk pada gudang pada saat pemuatan akan keluar terakhir

pada saat pembongkaran), dan cukup banyak contoh lainnya.

3. First Vacant First Served (FVFS).

Gambar berikut memperlihatkan ilustrasi bagaimana tata cara disiplin

antrian FVFS.

λ

k 3

Tempat Pelayanan

1

2

Gambar.2.7 Disiplin antrian FVFS

Dapat dilihat pada gambar, disiplin antrian FVFS sangat sering digunakan

pada beberapa loket pelayanan bank, loket pembayaran listrik atau telepon,

dan banyak contoh lainnya. Dengan disiplin antrian FVFS ini, orang yang

pertama tiba akan dilayani oleh tempat pelayanan yang pertama tiba akan

dilayani oleh tempat pelayanan yang pertama kosong. Dalam kasus FVFS,

hanya akan terbentuk 1 (satu) antrian tunggal saja , tetapi jumlah tempat

pelayanan bisa lebih dari 1 (satu).

Kinerja disiplin antrian FVFS akan sangat baik jika waktu pelayanan di

[image:38.595.108.511.228.534.2]
(39)

deviasi waktu pelayanan antartempat pelayanan relatif besar). Hal ini

disebabkan penggunaan disiplin FIFO akan menjadi sangat tidak efektif jika

waktu pelayanan sangat bervariasi antar tempat pelayanan, yang akan

mengakibatkan panjang antrian yang tidak merata untuk setiap lajur antrian.

Contoh kegiatan pelayanan yang mempunyai standar deviasi waktu

pelayanan antartempat pelayanan yang sangat bervariasi adalah: loket

pelayanan bank, imigrasi atau pabean, pasar swalayan, dan lain – lain.

Salah satu kelebihan utama dalam penerapan disiplin antrian FVFS adalah

hanya akan terbentuk 1 (satu) lajur antrian saja (lajur-tunggal). Pada

prakteknya, antrian tersebut dapat digantikan dengan sistem kartu tunggu

sehingga secara fisik antrian tersebut tidak perlu terbentuk, karena dapat

digantikan dengan nomor urut kartu.

II.4.3 Parameter Antrian

Terdapat 4 (empat) parameter utama yang selalu digunakan dalam

menganalisis antrian, yaitu : n , q , d , dan w . Defenisi dari setiap parameter

tersebut adalah :

n = jumlah kendaraan atau orang dalam sistem (kendaraan atau orang per satuan

waktu)

q = jumlah kendaraan atau orang dalam antrian (kendaraan atau orang per satuan

waktu)

(40)

II.4.3.1 Disiplin antrian FIFO

Persamaan (2.5) – (2.8) berikut merupakan yang dapat digunakan untuk

menghitung n , q , d, dan w untuk disiplin antrian FIFO.

) 1 ( ) ( ρ ρ λ µλ− = − =

n ………. (2.5)

) 1 ( ) ( 2 2 ρ ρ λ µ µ λ− = − =

q ………. (2.6)

) ( 1 λ µ− =

d ……….. (2.7)

µ λ µ µ λ 1 ) ( − = − = d

w ……….. (2.8)

dimana :

λ = tingkat kedatangan rata-rata

µ = tingkat pelayanan rata-rata

ρ = intensitas lalu lintas atau faktor pemakaian =

µ λ

Beberapa asumsi yang diperlukan dalam penggunaan disiplin antrian FIFO adalah :

a. Persamaan (2.5) – (2.8) hanya berlaku untuk lajur-tunggal dan dengan nilai

µ λ

ρ = <1. Jika nilai ρ >1, maka diharuskan menambah beberapa lajur-tunggal

(multilajur).

b. Jika terdapat lebih dari 1 (satu) lajur (katakana N lajur), maka diasumsikan

(41)

lajur sebesar

N

λ dimana N adalah jumlah lajur. Dengan demikian, dapat

diasumsikan akan terbentuk N buah antrian berlajur-tunggal dimana setiap

antrian berlajur-tunggal akan dapat menggunakan persamaan (2.5) – (2.8).

c. Kendaraan yang sudah antri pada suatu lajur antrian diasumsikan tidak boleh

berpindah antrian ke lajur lainnya.

d. Waktu pelayanan antartempat pelayanan diasumsikan relatif sama (atau dengan

kata lain standar deviasi waktu pelayanan antartempat pelayanan relatif kecil).

II.4.3.2 Disiplin FVFS

Persamaan (2.10) – (2.14) berikut merupakan persamaan yang digunakan

untuk menghitung n , q , d, dan w untuk disiplin antrian FVFS.

⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ − ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ + ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛ =

=µλ µλ KµKµλ K n p K n n ! 1 ! 1 1 ) 0 ( 1 0 ……….. (2.10)

Dimana p(0) adalah besarnya peluang terjadinya kondisi dimana tidak ada

kendaraan dalam sistem antrian dan K adalah jumlah tempat pelayanan.

µ λ λ µ µ λ λµ + − − ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛

= (0)

) (

)! 1

(K K 2 p

n K ……….. (2.11) µ λ λ µ µ λ λµ − = − − ⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛

= p n

K K q K ) 0 ( ) ( )! 1

( 2 ……… (2.12)

µ λ µ µ λ µ 1 ) 0 ( ) ( )! 1

( − − 2 +

(42)

µ λ

µ µ λ µ

1 )

0 ( ) (

)! 1

( − − 2 = −

⎟⎟⎠ ⎞ ⎜⎜⎝ ⎛

= p d

K K

w

K

………... (2.14)

dimana :

λ = tingkat kedatangan rata-rata

µ = tingkat pelayanan rata-rata

K = jumlah gerbang pelayanan

Asumsi yang diperlukan dalam penggunaan disiplin antrian FVFS adalah terdapat

hanya 1 (satu) antrian (lajur-tunggal) dimana kendaraan atau orang yang berada

pada antrian terdepan akan dilayani oleh suatu tempat pelayanan yang pertama

kosong (vacant).

Penurunan secara matematis untuk kondisi tetap ini disebut hasil-hasil

(rumusan-rumusan) keadaan tetap (steady state result) yang berarti bahwa ini

merupakan hasil yang diamati sesudah sistem beroperasi pada waktu yang lama

hingga nilai rata-rata atau probabilitasnya tidak akan berubah. Persamaan tersebut

diturunkan dari situasi dengan periode operasi tidak terhingga. Pendekatan dengan

cara ini logis digunakan untuk evaluasi efektif berbagai segi perencanaan jalan tol.

II.5 Proses Antrian

Pada dasarnya untuk lebih memahami lebih lanjut mengenai antrian, hal

utama yang sangat diperlukan adalah mengerti bagaimana sebenarnya proses

terjadinya antrian. Proses terjadinya antrian terdiri dari 4 (empat) tahap yang akan

dijelaskan dengan menggunakan gambar berikut.

a. Tahap I : tahap dimana arus lalu lintas (misalkan kendaraan) bergerak dengan

(43)

yang datang disebut dengan tingkat kedatangan (λ). Jika digunakan disiplin

antrian FIFO dan terdapat lebih dari 1 (satu) tempat pelayanan (multilajur)

maka dapat diasumsikan bahwa tingkat kedatangan (λ) tersebut akan membagi

dirinya secara merata untuk setiap pelayanan sebasar λ/N dimana N adalah

jumlah tempat pelayanan. Dengan demikian, dapat diasumsikan akan terbentuk

N buah antrian berlajur-tunggal dimana setiap antrian berlajur-tunggal akan

berlaku disiplin antrian FIFO.

b. Tahap II : tahap dimana arus lalu lintas (kendaraan) mulai bergabung dengan

antrian menunggu untuk dilayani. Jadi, waktu antrian dapat didefenisikan

sebagai waktu sejak kendaraan mulai bergabung dengan antrian sampai dengan

waktu kendaraan mulai dilayani oleh suatu tempat pelayanan.

c. Tahap III : tahap dimana arus lalu lintas (kendaraan) dilayani oleh satu tempat

pelayanan. Jadi, waktu pelayanan (WP) dapat didefenesikan sebagai waktu

sejak dimulainya kendaraan dilayani sampai dengan waktu kendaraan selesai

dilayani.

d. Tahap IV : tahap dimana arus lalu lintas (kendaraan) meninggalkan tempat

pelayanan melanjutkan perjalanannya.

Gabungan tahap II dan III disebut sistem antrian. Jadi waktu dalam sistem

antrian dapat didefenisikan sebagai waktu sejak kendaraan mulai bergabung

dengan antrian sampai dengan waktu kendaraan selesai dilayani (atau

(44)

Tempat Pelayanan

λ

Tahap I

λ / N

λ / N

Tahap II Antrian

Sistem

λ / N

λ / N

3

Tahap III Pelayanan

Tahap IV N

1

[image:44.595.103.530.94.597.2]

2

Gambar.2.8 Tahapan dalam proses antrian

II.6 Analisa Kebijakan yang dapat dilakukan

Dalam usaha untuk meminimumkan nilai

n

,

q

,

d

, dan

w

, terdapat

bebarapa kebijakan yang dapat dilakukan, yaitu :

a. Kebijakan menambah pintu tol

b. Kebijakan mengurangi waktu pelayanan

c. Kebijakan sistem tandem

II.6.1 Kebijakan mengurangi waktu pelayanan

Kebijakan ini merupakan pilihan terbaik, karena dapat dikatakan tidak

membutuhkan biaya besar (mungkin hanya berupa dana insentif bagi karyawan

yang dapat menurunkan waktu pelayanan). Akan tetapi, waktu pelayanan tersebut

(45)

II.6.2 Kebijakan menambah pintu tol

Kebijakan menambah pintu tol merupakan suatu kebijakan yang berbiaya

besar, karena penambahan pintu berarti menambah lahan baru untuk pintu tol

tersebut, menambah bangunan pintu tol, peralatan baru, tenaga manusia, dan cukup

banyak biaya terkait lainnya. Permasalahan lahan merupakan permasalahan kritis

bagi daerah perkotaan, karena ketersediaan lahan yang sudah sangat terbatas dan

harga lahan yang sudah sangat mahal tentunya.

II.6.3 Kebijakan Sistem Tandem

Kebijakan sistem tandem merupakan usaha untuk meningkatkan kinerja

pintu tol, kerena dapat menurunkan waktu pelayanan sampai 50 % (Morlok,1978

dan Hobbs,1079). Gambar berikut memperlihatkan bagaimana proses sistem

tandem.

λ / N

Antrian

TP2 TP1

Tempat Pelayanan

Gambar.2.9 Sistem tandem

Sebagai ilustrasi dengan waktu pelayanan 10 detik, tanpa sistem tandem pintu tol

tersebut hanya dapat melayani 1 (satu) buah kendaraan dalam 10 detik. Akan tetapi

dengan sistem tandem, dalam 10 detik yang sama pintu tol tersebut akan dapat

[image:45.595.101.518.282.615.2]
(46)

waktu pelayanan seakan-akan dapat ditekan menjadi 5 detik. Dengan kata lain,

tingkat pelayanan pintu tol tersebut meningkat dari 360 kendaraan/jam menjadi 720

kendaraan/jam.

WP1 = 10dtk

(a) (b)

TP2 TP1

Tempat Pelayanan

WP2 = 10dtk WP1 = 20dtk

TP2 TP1

Tempat Pelayanan

WP2 = 20dtk

Akan tetapi, penggunaan sistem tandem hanya akan menguntungkan dengan

persyaratan bahwa pelayanan kendaraan tersebut harus relatif sama. Jika tidak

sama, maka dampaknya akan jauh lebih merugikan dari sistem antrian biasa. Hal ini

dapat dijelaskan dengan gambar berikut.

Gambar.2.10 Sistem tandem dengan waktu pelayanan antar kendaraan tidak sama

Pada gambar. terlihat kendaraan (1) membutuhkan waktu 20 detik untuk dilayani

sedangkan kendaraan (2) hanya membutuhkan waktu 10 detik. Pada saat kendaraan

(2) telah selesai dilayani, kendaraan (1) masih belum selesai dilayani, sehingga

kendaraan (1) akan menghalangi pergerakan kendaraan (2) dan akhirnya waktu

pelayanan kendaraan (2) berubah menjadi 20 detik. Dengan demikian, tingkat

pelayanan sistem tandem tersebut menjadi hanya sebesar 180 kendaraan /jam jauh

lebih buruk dibandingkan dengan sistem antrian biasa (360 kendaraan/jam).

Hal yang sama sebaliknya terlihat pada gambar (b). Kendaraan (1) hanya

membutuhkan waktu 10 detik untuk dilayani sedangkan kendaraan (2)

(47)

kendaraan (2) masih belum selesai, sehingga kendaraan (2) akan menghalangi

pergerakan kendaraan urutan berikutnya. Dengan demikian, tingkat pelayanan

sistem tandem tersebut tetap hanya sebesar 180 kendaraan/jam jauh lebih buruk

dibandingkan dengan sistem antrian biasa (360 kendaraan/jam).

II.6.4 Kebijakan Sistem Pembayaran Tol Elektronik

Pembayaran tol elektronik, adalah sebuah adaptasi dari teknologi militer

identifikasi teman atau lawan, yang bertujuan untuk menghilangkan kemacetan di

jalan tol. Metode tersebut merupakan implementasi teknologi konsep pembayaran

jalan dan menentukan apakah mobil-mobil yang melewati terdaftar dalam program,

alarm bagi yang tidak terdaftar, dan mendebit secara elektronik rekening dari mobil

terdaftar tanpa harus berhenti, atau membuka jendela. ETC (Electronic Tol

Collection) pertama kali diperkenalkan pada 1987 di Aalesund, Norwegia.

Penggunaan teknologi sistem pembayaran elektronik seperti penggunaan

smart card sebagai alat pembayaran sudah digunakan pada ruas tol di Singapura

dan Malaysia. Dengan karu ini, pengguna jalan tol tidak perlu membayar tiket di

gerbang tol tujuan, tetapi cukup menyentuh kartu ke sensor (touch and pass)

sehingga secara lansung akan mendebit biaya tol. Pengguna tol tidak perlu lagi

berhenti lama untuk membayar tol namun secara otomatis mengurangi account

yang dimiliki pengguna tol melalui mekanisme scanning yang sangat cepat. Smart

card seperti ini di negara maju digunakan tidak hanya untuk pembayaran suatu ruas

jalan tol, tetapi juga digunakan untuk bebagai keperluan transportasi, misalnya bisa

(48)

BAB III

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

III.1 Pembangunan Jalan Tol

Pembangunan jalan tol Belmera dimulai tahun 1980 atas persetujuan

Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara No. 144 Tahun 1980 tanggal 17 Juni

1980 . Jalan tol Belmera selesai dibangun tahun 1986 dan resmi beroperasi tanggal

15 Desember 1986.

Untuk mengelola Jalan tol Belmera dibentuk suatu cabang PT. Jasa Marga

yang bertugas sebagai penyelenggara tata laksana operatif pengumpul tol dan

pelayanan pemakai jalan.

Tujuan pembangunan jalan tol Belmera adalah :

1. Untuk mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya serta

keseimbangan dalam pengembangan wilayah dengan memperhatikan

keadilan yang dapat dicapai dengan cara membina jaringan jalan yang

dananya berasal dari pemakai jalan.

2. Menampung kepadatan lalu lintas pada jalan lama yang merupakan jalan

penghubung satu-satunya antara Belawan – Medan – Tanjung Morawa,

dimana tahun demi tahun menunjukan pertumbuhan yang cukup tinggi

sehingga hampir di sepanjang jalan sering terjadi kemacetan lalu lintas.

Dengan demikian tingkat pelayanan jalan lama Belawan – Medan sangat

(49)

3. Untuk meningkatkan efesiensi pelayanan jasa distribusi guna menunjang

peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama di wilayah yang sudah tinggi

tingkat perkembangannya.

Peranan jalan tol Belmera untuk perkembangan pembangunan adalah :

a. Untuk melayani jasa distribusi utama yang mempunyai spesifikasi bebas

hambatan agar dicapai tingkat efisiensi yang maksimal dalam pembangunan

sumber daya.

b. Sebagai pemacu pengembangan wilayah untuk mewujudkan keseimbangan

antar daerah.

Pembangunan jalan tol harus memenuhi kriteria tertentu. Adapun syarat-syarat

jalan tol adalah sebagai berikut :

1. Jalan tol harus merupakan alternatif lintas jalan umum/arteri yang ada dan pada

dasarnya merupakan jalan baru.

2. Jalan tol harus didesign berdasarkan kecepatan 80 ± 20 km/jam.

3. Jumlah jalan masuk ke jalan tol dibatasi secara efiesien dan didesain sedemikian

rupa seningga semua jalan masuk terkendali.

4. Spesifikasi jalan tol :

9 Tidak ada persilangan sebidang dengan jalan lain atau prasarana transportasi

lain

9 Sekurang-kurangnya terdiri dari dua lajur untuk masing-masing arah

9 Lebar bahu jalan yang cukup untuk digunakan sebagai jalur darat

5. Pada setiap jalan tol dilakukan pemagaran untuk keselamatan lalu lintas jalan

tol. Pada tempat-tempat yang diperlukan dibangun jembatan/terowongan

(50)

6. Pada setiap jalan tol harus tersedia sarana komunikasi, sarana deteksi pengaman

atau pelayanan lalu lintas yang memungkinkan pertolongan dengan segera ke

tempat kejadian, serta upaya pengaman terhadap pelanggaran, kecelakaan dan

gangguan keamanan lainnya.

III.2 Gerbang Tol BELMERA

Gerbang tol berfungsi sebagai jalan masuk (tempat pengambilan

tiket/entran) dan jalan keluar (tempat pembayaran tarif tol/exit) lalu lintas

kendaraan yang menggunakan fasilitas jalan tol Belawan – Medan – Tanjung

Morawa. Gerbang tol tersebut dimulai dari Sta 04 + 000 (Gerbang tol Belawan)

sampai Sta 34 + 000 (Gerbang tol Tanjung Morawa) yang terdapat pada enam

lokasi, yakni :

1. Gerbang Tol Belawan (Sta 04 + 000)

2. Gerbang Tol Medan Barat (Sta 11 + 500)

3. Gerbang Tol Tanjung Mulia (Sta 14 + 000)

4. Gerbang Tol Bandar Selamat (Sta 22 + 000)

5. Gerbang Tol Amplas (Sta 28 + 000)

6. Gerbang Tol Tanjung Morawa (Sta 34 + 000)

Gerbang tol Belmera terdiri dari tiga tipe, yakni :

1. Tipe Barrier

Gerbang tol Belmera yang menggunakan tipe barrier adalah gerbang tol

Belawan, gerbang tol Tanjung Mulia, gerbang tol Tanjung Morawa, dimana

(51)

2. Tipe 1/2 Diamond

Gerbang tol Belmera yang menggunakan tipe 1/2 Diamond adalah gerbang tol

Mabar, dimana arah masuk dengan arah keluar untuk dua arah.

3. Tipe Full Diamond

Gerbang tol Belmera yang menggunakan tipe full diamond adalah gerbang tol

Badar Selamat.

III.3 Gardu Tol BELMERA

Gardu merupakan loket yang dipergunakan untuk mengadakan transaksi

antara pengumpul tol dengan pemakai jasa jalan tol. Jumlah gardu yang ada

disesuaikan dengan luas jalur perkerasan jalan tol. Banyaknya gardu tol yang

dioperasikan/dibuka disesuaikan dengan shift yang telah ditetapkan, namun apabila

volume kendaraan lebih banyak daripada yang diduga maka gardu dibuka lebih

[image:51.595.108.518.290.731.2]

banyak melayani kendaraan yang datang.

Tabel 3.1. Jumlah Lajur dan Gardu Gerbang Tol Belmera

Jumlah Lajur Jumlah Gardu Tersedia

No Gerbang

ENT EXT REV Jlh ENT EXT Tandem Jlh

1. Belawan 4 6 3 13 7 9 0 16

2. Mabar 2 2 2 6 4 4 0 8

3. Tanjung Mulia 1 2 1 4 2 3 1 6

4. Bandar Selamat 4 4 0 8 4 4 0 8

5. Amplas 2 2 0 4 2 2 0 4

6. Tanjung Morawa 2 3 0 5 2 3 1 6

(52)

Tabel 3.2. Jumlah Gardu yang beroperasi

Jumlah Gardu Operasional

SHIFT I SHIFT II SHIFT III TOTAL Jlh.Grd

No. Gerbang

ENT EXT ENT EXT ENT EXT ENT EXT Operasi

1. Belawan 2 3 2 3 1 2 5 8 13

2. Mabar 2 3 2 2 2 2 6 7 13

3. Tanjung Mulia 2 2 2 2 1 2 5 6 11

4. Bandar Selamat 2 3 2 3 2 3 6 9 15

5. Amplas 2 2 2 2 1 2 5 6 11

6. Tanjung Morawa 2 3 2 2 1 2 5 7 12

Sumber : PT Jasa Marga

III.4 Dana Pembangunan Jalan Tol BELMERA

Biaya pembangunan jalan tol Belawan – Medan – Tanjung Morawa

(BELMERA) sebesar Rp.94,479 milyar, yang berasal dari bantuan negara Kuwait

dan Jerman ditambah dari pemerintah RI.

Besarnya dana yang dipinjamkan dari Kuwait sebesar 4 juta Dinar Kuwait,

pinjaman ini disetujui tanggal 1 Agustus 1979, sedangkan 49 juta DM dipinjamkan

(53)

III.5 Penentuan Tarif Tol

Tarif tol ditentukan dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Penghematan biaya operasi

Biaya operasi kendaraan sangat dipengaruhi oleh waktu perjalanan. Terjadinya

kemacetan-kemacetan lalu lintas mengakibatkan naiknya operasi kendaraan,

karena bahan bakar yang dipakai menjadi tidak efisien. Unsur waktu juga

menjadi bahan pertimbangan, karena setiap pemakai jalan mengartikan secara

tersendiri nilai waktu yang digunakan. Ketidak lancaran lalu lintas akan

memperpanjang waktu.

2. Besarnya tol menguntungkan pemakai jalan dan dapat menghasilkan untung

sebesar mungkin.

Pemakai jalan mempunyai keuntungan dari segi penghematan biaya operasi

perjalanan bila dibandingkan dengan melewati jalan lama atau keuntungan dari

segi waktu yang dihemat. Keuntungan yang diraih pemakai jalan harus dicapai,

sementara keuntungan pemilik pengelola jalan tol juga harus terpenuhi. Tarif tol

sebagai akibat pertimbangan pemakai jalan dan pemilik berada pada

keuntungan sama dan tidak merugikan salah satu pihak yang berlangsung pada

jalan tol.

Dalam Undang-Undang RI No.13 Tahun 1980, disebutkan :

Tarif tol harus lebih rendah dari biaya operasi kendaraan di jalan lama dikurangi

biaya operasi kendaraan di jalan baru (tol). Tarif tol adalah sebagai barikut :

(54)

Penggolangan kendaraan dan tarif tol yang berlaku pada jalan Tol Belmera

sejak Juli 1992, sesuai dengan Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1992, yaitu

ƒ Golongan I :

Sedan, Jeep, Pick up, Mini bus, Truk kecil

ƒ Golongan II A :

Truk besar dan Bus besar dengan 2 (dua) gandar

ƒ Golongan II B :

ƒ Truk besar dan Bus besar dengan 3 (tiga) gandar atau lebih

Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 370/KPTS/M/2007

Tentang Penetapan Jenis Kendaraan Bermotor dan Besarnya Tarif Tol pada Ruas

Jalan Tol, golongan jenis kendaraan bermotor pada jalan tol yang sudah beroperasi,

yaitu :

Ö Golongan I : Sedan, Jip, Pick up/Truk kecil, dan Bus

Ö Golongan II : Truk dengan 2 (dua) gandar

Ö Golongan III : Truk dengan 3 (tiga) gandar

Ö Golongan IV : Truk dengan 4 (empat) gandar

Ö Golongan V : Truk dengan 5 (lima) gandar atau lebih

Tarif tol yang dikenakan adalah sesuai denga jenis kendaraan dan jarak yang

(55)

III.6 Perhitungan Volume Lalu Lintas di Lapangan

Jumlah kendaraan yang dihitung adalah jumlah kendaraan yang keluar dari

tiap-tiap pintu gerbang tol (dihitung tiap bulan). Dalam menghitung jumlah

kendaraan yang keluar dari pintu gerbang, PT. Jasa Marga manggunakan :

1. Catatan Transaksi

Gambar

Grafik 5.9 Perbandingan Jumlah Pintu Vs  Waktu Menunggu Rata-rata
Gambar 1.1. Peta Jalan Tol BELMERA
Gambar. 2.1  Model Single Channel-Single Phase
Gambar tersebut diatas memperlihatkan ilustrasi begaimana tata cara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, masalah yang dapat diidentifikasikan adalah Bagaimana pengaruh lama pengeringan dan konsentrasi tapioka

Namun demikian, apabila Anda ingin menuliskan rumus yang panjang atau ingin menuliskan rumus secara terpisah dari teks dan ditulis pada baris tersendiri maka Anda perlu menulis

Berhubung dengan kesan jantina dalam niat keusahawanan pelajar universiti, kajian ini menunjukkan bahawa pelajar lelaki yang telah mengambil kursus keusahawanan

(1) Telah berhasil dibuat sistem kunci elektronik pada pintu ruang radiasi berbasis Android dengan kunci berlapis yaitu RFID, PIN, dan sidik jari dengan Arduino

Kurang efektifnya pengendalian mastitis subklinis dengan cara celup puting dapat disebabkan oleh desain alat yang kurang sesuai dengan bentuk puting sapi perah di

Disertasi ini mengangkat pemikiran Dadang Hawari tentang psikoterapi Islam dalam penanggulangan korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya

Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalisasikan evaluasi pembelajaran bahasa Arab dengan menggunakan bantuan software Ispring Suite Quizmaker yang dapat

tentang Persetujuan Calon Lokasi Ibukota, Nama Ibukota Calon Kabupaten Bengkulu Tengah, Surat Bupati Bengkulu Utara Nomor 131/329/B.1 tanggal 28 April 2006 tentang Usul