Hubungan Pelaksanaan Antenatal Care dengan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi pada Ibu Hamil di Kecamatan Angkola
Barat Kabupaten Tapanuli Selatan
Nengsi Sartika Siregar
Skripsi
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Judul : Hubungan Pelaksanaan Antenatal Care dengan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi pada Ibu Hamil di Kecamatan Angkola Barat
Kabupaten Tapanuli Selatan Nama Mahasiswa : Nengsi Sartika Siregar Nim : 101121021
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2012
Tanggal Lulus : 04 Februari 2012
Pembimbing Penguji I
Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat NIP. 19710312 200003 2 001 NIP.19750327 200112 2 001
Penguji II
Ellyta Aizar, S.Kp
NIP. 19741013 200012 2 001
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah Menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).
Medan, Februari 2012
a.n Dekan,
Pembantu Dekan I
Fakultas Keperawatan USU
Erniyati, S.Kp, MNS
ABSTRAK
Judul : Hubungan Pelaksanaan Antenatal Care dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Ibu Hamil
Nama : Nengsi Sartika Siregar
Jurusan : Keperawatan Fakultas Keperawatan Tahun : 2011/2012
Antenatal care adalah program terencana berupa observasi, edukasi, pelayanan medik pada ibu hamil untuk mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi kehamilan, memantau kemajuan kehamilan, mempersiapkan ibu dan keluarga menerima bayi. Penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan antenatal care, faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil, hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor yang mempengaruhi ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat dan faktor-faktor yang dominan mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil. Responden berjumlah 45 orang ibu hamil. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner dan dianalisa dengan uji korelasi yang digunakan adalah uji
Spearman’r. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan
antara pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil dengan nilai koefisien korelasi 0,68 dengan interpretasi sedang. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus pada ibu hamil berupa peningkatan kegiatan program pelaksanaan antenatal care di Kecamatan Angkola Barat, dan program lintas sektoral khususnya pada wilayah yang tidak tersedia sarana pelaksanaan antenatal care dan desa-desa yang sulit dijangkau sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu dan anak.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini. Skripsi
penelitian ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan
mencapai gelar kesarjanaan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Dalam menyelesaikan skripsi ini saya banyak mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku dosen
pembimbing skripsi atas waktu yang diluangkan dalam memberikan saran,
bimbingan, dan sumbangan pemikiran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih kepada dosen penguji ibu Siti Saidah Nasution, S.Kp,
M.Kep, Sp.Mat dan ibu Ellyta Aizar, S.Kp, yang telah memberikan masukan yang
berharga demi kesempurnaan skripsi ini. Kepada Dekan Fakultas Keperawatan dr.
Dedi Ardinata, M.Kes demikian juga kepada ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku
Pembantu Dekan I dan seluruh staf dan dosen pengajar Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
Secara khusus saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Ibunda dan Ayahanda tercinta dan tersayang yang sangat saya banggakan yang
telah memberikan kasih sayang, kekuatan dan dukungan yang tiada henti-hentinya
sehingga skripsi ini dapat saya selesaikan. Kepada Bang Ivan, Kak Jerry,
Kepada Bapak Camat beserta staf pegawai Kecamatan Angkola Barat, staf
pegawai Puskesmas Kecamatan Angkola Barat, Ibu-ibu hamil di Kecamatan
Angkola Barat terima kasih atas partisipasinya. Kepada semua abang, kakak,
kawan-kawan, beserta adik-adik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu dan semua pihak yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini saya ucapkan terima kasih.
Saya berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
bagi ilmu pengetahuan, khususnya keperawatan serta bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Medan, Januari 2012
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR SKEMA ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Pertanyaan Penelitian... 4
1.4 Hipotesa Penelitian ... 4
1.5 Tujuan Penelitian ... 5
1.6 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kehamilan ... 7
2.1.1 Defenisi Kehamilan ... 7
2.1.2 Faktor Resiko pada Ibu Hamil ... 7
2.2 Konsep Antenatal Care ... 10
2.2.1 Defenisi Antenatal Care ... 10
2.2.2 Tujuan Antenatal Care ... 10
2.2.4 Jadwal Pelaksanaan Antenatal Care ... 12
2.2.5 Standar Antenatal Care ... 13
2.2.6 Kegiatan Pelaksanaan Antenatal Care ... 15
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Antenatal Care ... 20
2.3.1 Faktor Internal ... 20
2.3.2 Faktor Eksternal ... 21
BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ... 28
3.2 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 30
BAB IV METOLOGI PENENLITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 34
4.2 Populasi dan Sampel ... 34
4.2.1 Populasi ... 34
4.2.2 Sampel ... 34
4.3 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 35
4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 35
4.5 Instrumen Penelitian ... 36
4.6 Validitas dan Reliabilitas Penelitian ... 37
4.7 Pengumpulan Data ... 38
4.8 Analisa Data ... 38
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian... 42
5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 42
5.12. Gambaran Pelaksanaa Antenatal Care ... 43
5.1.4 Hubungan Pelaksanaan Antenatal Care
dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Ibu Hamil ... 47
5.2 Pembahasan ... 48
5.2.1 Gambaran Pelaksanaa Antenatal Care ... 48
5.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Antenatal Care ... 50
5.2.3 Hubungan Pelaksanaan Antenatal Care dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Ibu Hamil ... 57
5.2.4 Faktor yang Dominan Mempengaruhi Pelaksanaan Antenatal Care ... 63
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 65
6.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Lembar Persetujuan Responden 2. Instrumen Penelitian
3. Hasil Hitung Reliabilitas KR 21 4. Hasil Uji Korelasi Spearman 5. Hasil Uji Regresi Linear Ganda
6. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan
7. Surat Keterangan Penelitian dari Kecamatan Angkola Barat
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 5.1 Deskripsi karakteristik ibu hamil
yang tinggal di Kecamatan Angkola Barat ... 43 Tabel 5.2 Gambaran pelaksanaan antenatal care
di Kecamatan Angkola Barat ... 44 Tabel 5.3 Deskripsi karakteristik kunjungan ibu hamil
di Kecamatan Angkola Barat ... 45 Tabel 5.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
antenatal care di Kecamatan Angkola Barat ... 46 Tabel 5.4 Hasil uji korelasi Spearman pelaksanaan antenatal care
DAFTAR SKEMA
Skema Halaman
1. Kerangka konsep hubungan pelaksanaan antenatal care
ABSTRAK
Judul : Hubungan Pelaksanaan Antenatal Care dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Ibu Hamil
Nama : Nengsi Sartika Siregar
Jurusan : Keperawatan Fakultas Keperawatan Tahun : 2011/2012
Antenatal care adalah program terencana berupa observasi, edukasi, pelayanan medik pada ibu hamil untuk mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi kehamilan, memantau kemajuan kehamilan, mempersiapkan ibu dan keluarga menerima bayi. Penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan antenatal care, faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil, hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor yang mempengaruhi ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat dan faktor-faktor yang dominan mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil. Responden berjumlah 45 orang ibu hamil. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner dan dianalisa dengan uji korelasi yang digunakan adalah uji
Spearman’r. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan
antara pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil dengan nilai koefisien korelasi 0,68 dengan interpretasi sedang. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus pada ibu hamil berupa peningkatan kegiatan program pelaksanaan antenatal care di Kecamatan Angkola Barat, dan program lintas sektoral khususnya pada wilayah yang tidak tersedia sarana pelaksanaan antenatal care dan desa-desa yang sulit dijangkau sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu dan anak.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan
masalah yang besar. Angka kematian ibu (AKI) berdasarkan Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup
(Depkes RI, 2010). Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan pelayanan
obstetri belum menyentuh masyarakat dengan cakupan bermutu dan menyeluruh.
Selain itu, kematian ibu selalu berdampak menyedihkan bagi kerukunan keluarga
dan bagi anak yang ditinggalkan (Manuaba, 2008). Dalam upaya pencapaian
MDG’s dan tujuan pembangunan kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan ibu
diprioritaskan yaitu dengan menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 1992 (SKRT) (Depkes RI, 2010).
Penyebab kematian ibu dan perinatal dapat dicegah dengan pemeriksaan
kehamilan (antenatal care) yang memadai (Manuaba, 2008). Target Cakupan
kesehatan ibu yang dicapai pada tahun 2009 masing-masing sebesar 94% untuk
akses pelayanan antenatal (cakupan ibu hamil K1), 84% untuk cakupan pelayanan
ibu hamil sesuai standar (K4) (Depkes RI, 2010). Kebijakan Departemen
Kesehatan dalam mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) pada
dasarnya mengacu pada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Mother Hood”
aman, 4) Pelayanan obstetric essensial. Pilar yang kedua yaitu pelayanan antenatal
care yang bertujuan utamanya mencegah komplikasi obstetri dan memastikan
bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai
(Saifuddin, 2006).
Antenatal Care (ANC) adalah salah satu upaya pencegahan awal dari
faktor resiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal
care bertujuan untuk mendeteksi secara dini terjadinya resiko tinggi terhadap
kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan
memantau keadaan janin (Winkjosastro, 2006).
Pelaksanaan antenatal care 12-13 kali selama kehamilan. Namun, di
negara berkembang melakukan sebanyak empat kali yaitu satu kali pada trimester
I dan II, dua kali pada trimester III (Manuaba, 2008). Pemeriksaan antenatal
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan
antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan
dan perawat (Depkes RI, 2010).
Pelaksanaan antenatal care dipengaruhi beberapa faktor, Menurut Green
yang dikutip dalam Notoatmodjo (2005), perilaku seseorang dalam memeriksakan
kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu: faktor pemudah (predisposing
factor) yang mencakup pengetahuan, tingkat ekonomi, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya; faktor pendukung (enabling factor)
mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana kesehatan; dan faktor pendorong (reinforcing factor) mencakup
sikap dan perilaku dari petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan
Hasil penelitian Umayah (2010) tentang hubungan tingkat ekonomi
dengan keteraturan pelaksanaan perawatan antenatal di RB & BP ASY-SYIFA’
PKU Muhammadiyah Wedi Klaten menunjukkan bahwa tingkat ekonomi
berhubungan dengan keteraturan dalam pelaksanaan perawatan antenatal pada ibu
hamil.
Dampak ibu hamil yang tidak melaksanakan perawatan antenatal meliputi
tidak terdeteksinya kelainan-kelainan kehamilan pada ibu, kelainan fisik yang
terjadi pada saat persalinan tidak dapat dideteksi secara dini, meningkatnya angka
mortalitas dan morbiditas pada ibu (Saifudin, 2006).
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti pada bulan Maret
sampai April 2011 jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan di puskesmas
dan klinik bersalin Kecamatan Angkola Barat sebanyak 180 orang ibu hamil,
terdapat 120 orang (67%) ibu hamil trimester tiga, 45 orang (38%) diantara ibu
hamil tersebut melakukan pemeriksaan kehamilan 4 kali dan 75 orang (63%)
melakukan pemeriksaan kehamilan kurang dari 4 kali, 60 orang (33%) ibu hamil
trimester pertama pada kunjungan pertama (K1) (Puskesmas Angkola Barat,
2011). Berdasarkan hasil informasi yang didapatkan dari petugas kesehatan
menunjukkan bahwa pelaksanaan perawatan antenatal dipengaruhi adanya faktor
ekonomi, faktor pengetahuan, faktor letak geografis atau jarak tempat tinggal
dengan tempat pelayanan kesehatan, dan faktor lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Pelaksanaan perawatan antenatal yang belum sesuai dengan target yang
tinggi terhadap kehamilan dan persalinan yang dipengaruhi adanya faktor
ekonomi, faktor pengetahuan, faktor letak geografis atau jarak tempat tinggal
dengan tempat pelayanan kesehatan, dan faktor lainnya. Berdasarkan hal di atas,
peneliti tertarik untuk mengetahui dan mengidentifikasi hubungan pelaksanaan
antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada ibu hamil di
kecamatan Angkola Barat kabupaten Tapanuli Selatan.
1.3Pertanyaan Penelitian
1.3.1 Bagaimana pelaksanaan antenatal care dan faktor – faktor yang
mempengaruhi pada ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten
Tapanuli Selatan.
1.3.2 Apakah ada hubungan pelaksanaan antenatal care dan faktor – faktor yang
mempengaruhi pada ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten
Tapanuli Selatan.
1.4 Hipotesa Penelitian
Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada hubungan pelaksanaan antenatal
care dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil di Kecamatan
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor –
faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil di kecamatan Angkola Barat
kabupaten Tapanuli Selatan.
1.5.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil di
Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.
b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
antenatal care pada ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten
Tapanuli Selatan.
c. Mengidentifikasi hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor –
faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil di kecamatan Angkola Barat
kabupaten Tapanuli Selatan.
d. Mengidentifikasi faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi
pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat
Kabupaten Tapanuli Selatan.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Pendidikan
Manfaat penelitian ini bagi pendidikan keperawatan adalah bila hasil
penelitian ini menunjukkan adanya hubungan pelaksanaan antenatal care
bahan masukan dan tambahan dalam penyampaian pemberian pendidikan
khusunya bidang keperawatan maternitas.
1.6.2 Bagi Praktek Keperawatan
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi praktek keperawatan dengan adanya
hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor–faktor yang
mempengaruhi pada ibu hamil dalam memberikan pelayanan yang
berkualitas.
1.6.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai data dasar untuk penelitian yang sejenis bagi peneliti dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Konsep Kehamilan
2.1.1 Pengertian kehamilan
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai
sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008).
Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi),
masa pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi
(Monika, 2009). Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Sarwono, 2008).
Kehamilan disimpulkan sebagai masa dimana wanita membawa embrio
dalam tubuhnya yang diawali dengan keluarnya sel telur yang matang pada
saluran telur yang kemudian bertemu dengan sperma dan keduanya menyatu
membentuk sel yang akan tumbuh yang membuat terjadinya proses konsepsi dan
fertilisasi sampai lahirnya janin.
2.1.2 Faktor resiko pada ibu hamil
Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi
keadaan ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi. Faktor-faktor resiko
kehamilan meliputi primipara muda kurang umur 20 tahun, primipara tua umur di
atas 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm, riwayat kehamilan yang buruk
Ibu hamil dengan kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil yang
mempunyai resiko atau bahaya yang lebih besar pada kehamilan/persalinannnya
dibandingkan dengan ibu hamil dengan kehamilan/persalinan normal. Faktor
resiko pada ibu hamil meliputi riwayat kehamilan dan persalinan yang
sebelumnya kurang baik yaitu riwayat keguguran, perdarahan pasca kelahiran,
lahir mati; Ibu hamil yang kurus/berat badan kurang; sudah memiliki 4 anak atau
lebih; jarak antara dua kehamilan kurang dari 2 tahun; Ibu menderita anemia atau
kurang darah; perdarahan pada kehamilan ini; tekanan darah yang meninggi dan
sakit kepala hebat dan adanya bengkak pada tungkai; kelainan letak janin atau
bentuk panggul ibu tidak normal; riwayat penyakit kronik seperti diabetes, darah
tinggi, asma dan lain-lain (Suririnah, 2007).
2.1.3 Tanda bahaya kehamilan
Pada umumnya 80-90 % kehamilan akan berlangsung normal dan hanya
10-12 % kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi
kehamilan patologis. Kehamilan patologis tidak terjadi secara mendadak karena
kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan
berangsur-angsur. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan
merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius
terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Faktor predisposisi dan
adanya penyulit penyerta sebaiknya diketahui sejak awal sehingga dapat
dilakukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik
terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya,
Gejala dan tanda lain yang harus diwaspadai yang terkait dengan gangguan serius
selama kehamilan adalah muntah berlebihan, disuria, menggigil atau demam,
ketuban pecah dini atau sebelum waktunya, uterus lebih besar atau lebih kecil dari
kehamilan yang sesungguhnya. (Sarwono, 2008)
Menurut Yeyeh (2009), Pada ibu hamil ada enam tanda bahaya dalam
kehamilan, meliputi :
Pertama, Perdarahan vagina pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak
normal adalah merah, perdarahan banyak, atau perdarahan dengan nyeri.
Kedua, sakit kepala yang hebat. Sakit kepala yang menunjukkan suatu
masalah yang serius adalah sakit kepala hebat, yang menetap dan tidak hilang
dengan beristirahat. Dengan sakit kepala yang hebat, penglihatan ibu menjadi
kabur atau terbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari
preeklampsi.
Ketiga, perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja).
Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah
perubahan visual yang mendadak.
Keempat, nyeri abdomen yang hebat. Nyeri abdomen yang hebat,
menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini seperti appendicitis,
persalinan preterm, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul, gastritis,
penyakit kantong empedu, abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih dan infeksi
lain.
Kelima, bengkak pada muka atau tangan. Bengkak bisa menunjukkan
masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah
Keenam, bayi kurang bergerak seperti biasa. Ibu mulai merasakan gerakan
bayinya pada bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan
bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah.
2.2 Konsep Antenatal care
2.2.1 Pengertian antenatal care
Perawatan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan (Depkes RI, 2010). Antenatal care
adalah pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan memeriksa keadaan ibu dan
janin yang dilakukan secara berkala diikuti dengan upaya koreksi terhadap
penyimpangan yang ditemukan selama kehamilan (Yulifah, dkk, 2009).
Perawatan kehamilan merupakan suatu program berkesinambungan selama
kehamilan, persalinan, kelahiran dan nifas yang terdiri atas edukasi, screening,
deteksi dini, pencegahan, pengobatan, rehabilitasi yang bertujuan untuk
memberikan rasa aman dan nyaman, sehingga ibu mampu merawat bayi dengan
baik (Sosroatmodjo, 2010).
2.2.2 Tujuan Antenatal care
Menurut Mansjoer (2005), tujuan perawatan kehamilan adalah memantau
kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi;
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan
bayi; mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
dan pembedahan; mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin; mempersiapkan
ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif; mempersiapkan
peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal.
Tujuan antenatal care pada ibu hamil meliputi mempromosikan dan
menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan pendidikan, nutrisi,
kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi; mendeteksi dan menatalaksanakan
komplikasi medis, bedah, atau obstetri selama kehamilan; mengembangkan
persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi komplikasi; membantu
menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan nifas normal dan
merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial (Kusniyati, 2009)
2.2.3 Manfaat antenatal care
Menurut Wiknjosastro (2006), manfaat antenatal care adalah tersedianya
fasilitas rujukan yang baik bagi kasus resiko tinggi ibu hamil sehingga dapat
menurunkan angka kematian maternal. Petugas kesehatan dapat mengidentifikasi
faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan usia, paritas, riwayat obstetrik
buruk, dan perdarahan selama kehamilan.
Perawatan antenatal care berguna untuk mendeteksi /mengoreksi/
menatalaksanakan/mengobati sedini mungkin kelainan yang terdapat pada ibu dan
janinnya. Dapat juga sebagai penyampaian komunikasi, informasi, dan edukasi
percaya diri dan bila ada kedaruratan dapat segera dirujuk ke rumah sakit terdekat
dengan fasilitas yang lebih lengkap (Yani, 2006).
2.2.4 Jadwal pelaksanaan antenatal care
Pelaksanaan antenatal care dilakukan minimal 4 kali, yaitu l kali pada
trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimister III. Namun jika
terdapat kelainan dalam kehamilannya, maka frekuensi pemeriksaan di sesuaikan
menurut kebutuhan masing- masing. Ibu hamil yang melakukan pemeriksaan
kehamilan dikatakan teratur jika melakukan pemeriksaan kehamilan ≥ 4 k ali
kunjungan, kurang teratur jika pemeriksaan kehamilan 2-3 kali kunjungan dan
tidak teratur jika ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan kehamilan < 2 kali
kunjungan (WHO, 2006).
Kunjungan ibu hamil atau kontak ibu hamil merupakan kunjungan dengan
tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan perawatan antenatal sesuai
standar yang ditetapkan. Kunjungan antenatal care tidak hanya mengandung arti
bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi setiap kontak
tenaga kesehatan (di posyandu, polindes/poskesdes, kunjungan rumah) dengan ibu
hamil untuk memberikan pelayanan antenatal sesuai standar (Meilani,dkk, 2009).
K-1 ( Kunjungan Pertama ) adalah kunjungan/ kontak pertama ibu hamil
dengan petugas kesehatan pada trimester pertama selama masa kehamilan yang
dimaksudkan untuk diagnosis kehamilan. K-2 (Kunjungan Kedua) adalah
kunjungan/ kontak kedua ibu hamil dengan petugas kesehatan pada trimester
kedua selama masa kehamilan. Pemeriksaan terutama untuk menilai resiko
ketiga ibu hamil dengan petugas kesehatan pada trimester ketiga pada masa
kehamilan. Pemeriksaan terutama menilai resiko kehamilan juga melihat aktivitas
janin dan pertumbuhan secara klinis. K-4 (Kunjungan keempat) adalah
kunjungan/ kontak keempat ibu hamil dengan petugas kesehatan pada trimester ke
tiga selama masa kehamilan pemeriksaan terutama ditujukan kepada penilaian
kesejahteraan janin dan fungsi plasenta serta persiapan persalinan (Mitayani,
2009).
2.2.5 Standar antenatal care
Pelayanan antenatal yang sesuai standar meliputi timbang berat badan,
pengukuran tinggi badan, tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan
atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
(DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, serta temu
wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K), serta KB pasca persalinan (Depkes RI, 2010).
Pelayanan antenatal care yang diberikan petugas kesehatan yang
profesional pada ibu hamil sesuai dengan standar antenatal care yang telah
ditetapkan dengan standar minimal “7T”, meliputi :
a. Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan .
Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yaitu berdasarkan masa
tubuh (BMI : Body Massa Indeks), dimana metode ini untuk menentukan
wanita hamil merupakan hal yang penting. Total pertambahan berat badan pada
kehamilan yang normal adalah 11,5-16 kg. Adapun tinggi badan menentukan
ukuran panggul ibu, ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu hamil yaitu
>145 cm (Yeyeh, 2009).
b. Ukur tekanan darah
Tekanan darah perlu diukur untuk mengetahui perbandingan nilai dasar
selama masa kehamilan, tekanan darah yang adekuat perlu untuk
mempertahankan fungsi plasenta, tetapi tekanan darah sistolik 140 mmHg atau
diastolik 90 mmHg pada saat awal pemeriksaan dapat mengindikasi potensi
hipertens i(Yeyeh, 2009).
c. Ukur tinggi fundus uteri
Apabila usia kehamilan di bawah 24 minggu pengukuran dilakukan dengan
jari, tetapi apabila kehamilan di atas 24 minggu memakai pengukuran Mc. Donald
yaitu dengan cara mengukur tinggi fundus uteri memakai cm dari atas simfisis ke
fundus uteri kemudian ditentukan sesuai rumusnya (Depkes RI, 2007).
d. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada kehamilan umumnya diberikan 2
kali. Imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu untuk yang
kedua di berikan 4 minggu kemudian.
e. Pemberian Tablet Besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil (Fe) adalah mencegah defisiensi zat
besi pada ibu hamil, bukan menaikkan kadar haemoglobin. Fe diberikan satu
tablet sehari segera setelah rasa mual hialng, diberikan sebanyak 90 tablet selama
f. Tes terhadap penyakit menular seksual
Penyakit menular seksual (PMS) merupakan sekelompok penyakit yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang dapat menimbulkan gangguan pada saluran
kemih dan reproduksi. Ibu hamil merupakan kelompok resiko tinggi terhadap
PMS. Melakukan pemeriksaan konfirmatif dengan tujuan untuk mengetahui
etiologi yang pasti tentang ada atau tidaknya penyakit menular seksual yang
diderita ibu hamil, sangat penting dilakukan karena PMS dapat menimbulkan
morbiditas dan mortalitas baik kepada ibu maupun bayi yang
dikandung/dilahirkan (Yulifah,dkk, 2009).
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan ditujukan untuk ibu hamil
dengan masalah kesehatan atau komplikasi yang membutuhkan rujukan. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan konsultasi atau melakukan kejasama penanganan
(Yulifah,dkk, 2009).
2.2.6 Kegiatan pelaksanaan antenatal care
a. Anamnesis
Melakukan anamnesa pada ibu hamil yang meliputi identitas umum,
perhatian pada usia ibu, status perkawinan dan tingkat pendidikan. Range usia
reproduksi sehat dan aman antara 20-35 tahun. Pada kehamilan usia remaja,
apalagi kehamilan di luar nikah, kemungkinan ada unsur penolakan psikologis
yang tinggi. Tidak jarang pasien meminta aborsi. Usia muda juga faktor
kehamilan risiko tinggi untuk kemungkinan adanya komplikasi obstetri seperti
1. Keluhan utama
Sadar/tidak akan kemungkinan hamil, apakah semata-mata ingin periksa hamil,
atau ada keluhan / masalah lain yang dirasakan.
2. Riwayat kehamilan sekarang / riwayat penyakit sekarang
Ada/tidaknya gejala dan tanda kehamilan. Jika ada amenorea, kapan hari
pertama haid terakhir, siklus haid biasanya berapa hari. Hal ini penting untuk
memperkirakan usia kehamilan menstrual dan memperkirakan saat persalinan
menggunakan Rumus Naegele (hari +7, bulan -3, tahun + 1). Ditanyakan apakah
sudah pernah periksa kehamilan ini sebelumnya atau belum (jika sudah, berarti ini
bukan kunjungan antenatal pertama, namun tetap penting untuk data dasar inisial
pemeriksaan kita). Apakah ada keluhan / masalah dari sistem organ lain, baik
yang berhubungan dengan perubahan fisiologis kehamilan maupun tidak .
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit sistemik lain yang mungkin mempengaruhi atau diperberat
kehamilan (penyakit jantung, paru, hati, diabetes melitus), riwayat alergi
makanan/obat tertentu dan sebagainya. Ada/tidaknya riwayat operasi umum
lainnya maupun operasi.
4. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit sistemik, metabolik, cacat bawaan, dan sebagainya.
5. Riwayat khusus obstetri ginekologi
Adakah riwayat kehamilan/persalinan/abortus sebelumnya (dinyatakan dengan
kode GxPxAx, gravida/para/abortus), berapa jumlah anak hidup. Ada/tidaknya
masalah-masalah pada kehamilan /persalinan sebelumnya seperti prematuritas,
terdahulu, cara persalinan, penyembuhan luka persalinan, keadaan bayi saat baru
lahir, berat badan lahir jika masih ingat. Riwayat menarche, siklus haid, ada/tidak
nyeri haid atau gangguan haid lainnya, riwayat penyakit kandungan lainnya.
Riwayat kontrasepsi, lama pemakaian, ada masalah/tidak.
6. Riwayat sosial/ekonomi
Pekerjaan, keadaan ekonomi, kebiasaan kehidupan sehari-hari ibu hamil yang
mempengaruhi dalam melaksanakan perawatan antenatal.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada ibu hamil dilakukan dengan pemeriksaan lengkap
yang bertujuan untuk mendeteksi masalah fisik yang mempengaruhi kehamilan
ibu. Pemeriksaan fisik yang meliputi pengkajian pada tanda-tanda vital, sistem
kardiovaskuler, sistem muskuloskletal, sistem neurologi, sistem integumen, sistem
endokrin, sistem gastrointestinal, sistem urinarius, sistem reproduksi (Mitayani,
2009). Pemeriksaan fisik pada status generalis/pemeriksaan umum : penilaian
keadaan umum, kesadaran, komunikasi/kooperasi. Tanda vital (tekanan darah,
nadi, suhu, pernapasan), tinggi/berat badan. Kemungkinan resiko tinggi pada ibu
dengan tinggi < 145 cm, berat badan < 45 kg atau > 75 kg. Batas hipertensi pada
kehamilan yaitu 140/90 mmHg (nilai diastolik lebih bermakna untuk prediksi
sirkulasi plesenta). Mata konjungtiva pucat/tidak, sklera ikterik/ tidak. Mulut/THT
dengan ada tanda radang/tidak, lendir, perdarahan gusi, gigi-geligi.
Paru/jantung/abdomen. Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi umum. Ekstremitas
diperiksa terhadap edema, pucat, sianosis, varises, simetri (kecurigaan polio,
infeksi lain harus dimasukkan menjadi masalah dan direncanakan
penatalaksanaannya (Yani, 2006).
1. Status obstetricus/ pemeriksaan khusus obstetric
Inspeksi : membesar/tidak (pada kehamilan muda pembesaran abdomen
mungkin belum nyata). Palpasi : tentukan tinggi fundus uteri dengan tepi atas
simfisis os pubis). Pemeriksaan palpasi leopold pertama dilakukan untuk
menentukan tinggi fundus uteri dengan tujuan untuk mengetahui usia kehamilan,
pemeriksaan leopold kedua dilakukan untuk menentukan letak punggung janin,
menentukan batas samping rahim kanan dan kiri dan pemeriksaan leopold ketiga
dilakukan untuk menentukan bagian presentase janin serta pemeriksaan leopold
keempat untuk menentukan apakah bagian terbawah janin tersebut telah
memasuki atau melewati pintu atas panggul.
Auskultasi : dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Dopler yang
ditempelkan di daerah punggung janin. Pemeriksaan auskultasi yang ideal adalah
denyut jantung janin dihitung seluruhnya selama satu menit. Batas frekuensi
denyut jantung janin normal adalah 120-140 kali per menit. Takikardi
menunjukkan adanya reaksi kompensasi terhadap beban/stress pada janin (fetal
distress), sementara bradikardi menunjukkan kegagalan kompensasi beban/stress
pada janin (fetal distress/gawat janin).
2. Pemeriksaan luar
Inspeksi luar : keadaan vulva/uretra, ada tidaknya tanda radang,
3. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam (vaginal toucher) seringkali tidak dilakukan pada
kunjungan antenatal pertama, kecuali ada indikasi. Umunya pemeriksaan dalam
yang sungguh bermakna untuk kepentingan obstetrik (persalinan), pemeriksaan
ini dilakukan pada usia kehamilan di atas 34-46 minggu, untuk memperkirakan
ukuran, letak, presentasi janin, penilaian serviks uteri dan keadaan jalan lahir,
serta pelvimetri klinik untuk penilaian kemungkinan persalinan normal
pervaginam. Alasan lainnya, pada usia kehamilan kurang dari 36 minggu,
elastisitas jaringan lunak sekitar jalan lahir masih minimal, akan sulit dan sakit
untuk eksplorasi.
c. Pemeriksaan lanjutan
Pemeriksaan lanjutan merupakan kunjungan antental setelah kunjungan
pertama. Tujuan pemeriksaan lanjutan difokuskan pada pendeteksian komplikasi,
mempersiapkan kelahiran, dan kegawatdaruratan. Dalam pemeriksaan lanjutan
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Pertama, riwayat kehamilan sekarang meliputi gerakan janin, setiap masalah
atau tanda-tanda bahaya, keluhan-keluhan dalam kehamilan,
kekhawatiran-kekhawatiran lain.
Kedua, pemeriksaan fisik pada berat badan, tekanan darah, pemeriksaan
ekstremitas bawah (oedema, refleks tendon, varicositis), pengukuran tinggi fundus
uteri, manuever leopold untuk mendeteksi kelainan letak (setelah 36 minggu),
Ketiga, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan pada protein urin untuk
mendeteksi preeklampsi.
Keempat, pemeriksaan panggul, pemeriksaan dilakukan dengan pelvimetri
klinis pada akhir trimester III jika perlu panggul dievaluasi kembali, lakukan
pemeriksaan vagina jika ada indikasi/ibu memiliki tnda-tanda kurang bulan
(Yeyeh, 2009).
2.3 Faktor –faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada
ibu hamil.
Faktor - faktor yang mempengaruhi ibu dalam pelaksanaan perawatan
antenatal meliputi faktor internal dan faktor eksternal (Depkes RI, 2008).
2.3.1 Faktor internal
a. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang
wanita (BKKBN, 2006). Paritas atau jumlah kehamilan yang dialami ibu,
dibedakan menjadi primigravida adalah seorang wanita hamil untuk pertama kali,
secondigravida yaitu wanita hamil yang kedua kalinya, multigravida yaitu wanita
hamil lebih dari 2 kali, grandemultigravida adalah seorang wanita yang hamil
lebih dari lima kali (Mochtar, 2005).
Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang antenatal
care, sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga
b. Usia
Usia adalah waktu hidup individu mulai saat berulang tahun (Nursalam,
2001). Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya
daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia
seseorang cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa. Ibu yang
mempunyai usia produktif akan lebih berpikir secara rasional dan matang tentang
pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2008). Ibu hamil
dengan usia yang masih sangat muda memiiliki kepribadian immature (kurang
matang), introvert (tidak mau berbagi dengan orang lain), perasaan dan emosi
yang tidak stabil dalam menghadapi kehamilan sehingga ibu hamil tidak berminat
untuk melaksanakan antenatal care (Yeyeh, 2009).
Hasil penelitian Tania (2010) tentang gambaran pengetahuan ibu hamil
tentang pentingnya pengawasan kehamilan (antenatal care) di poliklinik ibu hamil
RSU Dr. Pirngadi menyatakan bahwa usia ibu mempengaruhi, dalam
memeriksakan kehamilannya pada pelaksanaan antenatal care.
2.3.1 Faktor eksternal
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
perasaan, dan perabaan. Dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui penglihatan dan pendengaran. Hanya sedikit yang diperoleh melalui
yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behaviour)
(Notoadmodjo, 2010)
Pengetahuan merupakan faktor yang dapat memudahkan seseorang atau
masyarakat terhadap apa yang akan dilakukan. Ibu yang akan memeriksakan
kehamilannya akan dipermudah apabila ibu mengetahui apa manfaat
memeriksakan kehamilan, siapa dan dimana memeriksakan kehamilan dilakukan
(Notoatmodjo, 2005). Kurangnya pemahaman dan pengetahuan ibu dan keluarga
terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil (Depkes
RI, 2008).
Hasil penelitian Mariam (2006) tentang faktor-faktor penyebab belum
tercapainya cakupan K4 antenatal care di Desa Sukoharjo I Wilayah Kerja
Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Tanggamus menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan ibu hamil sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan antenatal care.
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap positif yang dimiliki oleh seorang ibu
hamil akan mempermudah dalam melaksanakan antenatal care (Notoatmodjo,
2005).
Sikap merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat
satu faktor yang mempengaruhi keteraturatan antenatal care. Adanya sikap yang
baik tentang pelaksanaan antenatal care, mencerminkan kepedulian ibu hamil
terhadap kesehatan diri dan janinnya (Depkes, 2008).
Sikap ibu hamil yang proaktif untuk melaksanakan antenatal care sangat
diharapkan untuk memelihara kesehatan dan janinnya sehingga meningkatkan
kesehatan ibu hamil dan tidak ada komplikasi kehamilan (Meilani,dkk, 2009).
Seorang ibu hamil diharapkan bersikap otonom dan mandiri serta dapat
mengambil keputusan sendiri dalam mengikuti pelaksanaan antenatal care
sehingga terdeteksi komplikasi kehamilan sejak dini dan tidak memeriksakan
kehamilan setelah terjadi komplikasi (Schott, 2008).
c. Ekonomi
Ekonomi adalah pengetahuan dan penelitian mengenai asas-asas
penghasilan, produksi, distribusi, pemasukan, pemakaian barang serta kekayaan
dan penghematan (Dani, 2005). Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap
kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk
menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada
keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan energi
dan protein. Hal ini disebabkan tidak mampu nya keluarga untuk menyediakan
kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan (Depkes RI,
2008).
Penghasilan masyarakat Indonesia (75-100%) digunakan untuk membiayai
keperluan hidup. Persoalan ekonomi merupakan proritas utama, pendapatan
tidak ada penyisihan dana untuk kesehatan. Ibu hamil jarang diperiksakan ke
pelayanan kesehatan karena tidak adanya biaya (Yulifah,dkk, 2009).
Hasil penelitian Mariam (2006) tentang faktor-faktor penyebab belum
tercapainya cakupan K4 antenatal care di Desa Sukoharjo I Wilayah Kerja
Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Tanggamus menunjukkan bahwa masyarakat
khususnya ibu hamil memiliki masalah dengan faktor ekonomi dalam
melaksanakan antenatal care.
d. Sosial budaya
Kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam suatu
masyarakat, termasuk di dalamnya pernyataan intelektual dan nilai-nilai artistik
yang menjadi ciri khas masyarakat (Eppink, 2010). Di berbagai wilayah Indonesia
terutama dalam masyarakat yang masih memegang teguh budaya tradisional
(patrilineal), suami lebih dominan dalam mengambil keputusan untuk
menentukan tindakan yang akan dilakukan pada istrinya sehingga mempengaruhi
ibu hamil dalam melaksanakan antenatal care (Yulifah,dkk, 2009).
Faktor budaya mempengaruhi berbagai perubahan yang relevan dengan
kehamilan dengan norma budaya yang mayoritas dan tidak semua berlaku bagi
orang yang berasal dari budaya lain. Orang yang berasal dari budaya yang berbeda
akan dibesarkan sesuai dengan kebudayaan, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai
yang dianut. Ibu yang melakukan perawatan kehamilan yang mempunyai
keyakinan dan kepercayaan dengan dukun akan lebih memilih keyakinan tersebut
dibandingkan dengan perawatan kehamilan ke tempat pelayanan kesehatan
(Schott, 2008). Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita
menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya.
Tatanan budaya yang turun temurun mempengaruhi keputusan ibu dalam
memeriksakan kehamilan. Misalnya ibu hamil akan memeriksakan kehamilan ke
dukun misalnya dengan khusuk, dan meminta zimat atau pelindung selama
kehamilan sesuai dengan komplikasi yang dialami oleh ibu hamil (Depkes RI,
2008).
e. Letak Geografis
Letak geografis adalah letak suatu tempat yang didasarkan pada letak
keadaan alam di sekitarnya (Gussa, 2010). Letak geografis sangat menentukan
terhadap pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan antenatal care. Ibu hamil yang
tinggal ditempat yang terpencil umumnya desa-desa yang masih terisolisir dan
transportasi yang sulit terjangkau, sehingga untuk menempuh perjalanan ke
tempat pelayanan kesehatan akan memerlukan waktu yang lama, sementara ibu
hamil harus memeriksakan kehamilannya (Meilani,dkk, 2009).
Jarak yang mudah terjangkau dan tersedianya fasilitas yang memadai
akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dan
bisa melaksanakan antenatal care sehingga jika terdapat keadaan gawat darurat
dapat segera ditangani (Yeyeh, 2009).
f. Informasi
Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran,
pengalaman, atau instruksi. Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu
tenaga kesehatan, dan media lain dan berapa lama ibu hamil menyerap apa yang
mereka dengarkan. Rentang perhatian manusia terhadap informasi rata-rata
adalah sekitar 20 menit, kehamilan memperpendek rentang skala tersebut karena
kecemasan dan kelelahan mengganggu kemampuan mendengar secara aktif
(Schott, 2008).
Menurut Notoatmodjo (2008) bahwa semakin banyak informasi dapat
mempengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan
menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya. Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang
antenatal care dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan
meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal
care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care
(Notoatmodjo, 2005).
g. Dukungan
Dukungan merupakan sokongan atau bantuan dari orang terdekat untuk
melakukan suatu tindakan. Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil
adalah suaminya. Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri
antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan
kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri, tidak menyakiti
istri, berdo’a untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam
proses persalinan (Harymawan, 2007).
Menurut Yeyeh (2009), ada empat jenis dukungan yang dapat diberikan
suami sebagai calon ayah bagi anaknya, meliputi dukungan emosi yaitu suami
menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada kehamilannya serta peka terhadap
kebutuhan dan perubahan emosi ibu hamil, dukungan instrumental yaitu
dukungan suami yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan fisik ibu hamil
dengan bantuan keluarga lainnya, dukungan informasi yaitu dukungan suami
dalam memberikan informasi yang diperoleh mengenai kehamilan, dukungan
penilaian yaitu memberikan keputusan yang tepat untuk perawatan kehamilan
istrinya.
Dukungan keluarga yang dapat diberikan agar kehamilan ibu dapat
berjalan lancar meliputi memberikan dukungan pada ibu untuk menerima
kehamilannya, memberikan dukungan pada ibu untuk mepersiapkan peran sebagai
ibu, memberi dukungan pada ibu untuk menciptakan ikatan yang kuat antara ibu
dan anak yang dikandungya melalui perawatan kehamilan, menyiapkan keluarga
lainnya untuk menerima kehadiran anggota keluarga baru. Keadaan lingkungan
keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan
kehamilannya. Sebaliknya, adanya dukungan dari lingkungan keluarga akan
membuat ibu hamil nyaman dalam melewati kehamilannya. Psikologi ibu hamil
sangat unik dan sensitif, oleh karena itu dukungan yang diberikan harus harus
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan
pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada ibu
hamil. Pelaksanaan antenatal care sangat penting pada ibu hamil untuk
mendeteksi/mengoreksi/menatalaksanakan/mengobati sedini mungkin kelainan
yang terdapat pada ibu dan janinnya (Yani, 2006). Pelaksanaan antenatal care
dilakukan minimal 4 kali, yaitu l kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan
2 kali pada trimister III. Namun jika terdapat kelainan dalam kehamilannya, maka
frekuensi pemeriksaan disesuaikan menurut kebutuhan masing- masing ibu hamil
(WHO, 2006). Ada 2 faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan antenatal
care meliputi faktor internal yaitu paritas, usia dan faktor eksternal yaitu
pengetahuan, sikap, ekonomi, sosial budaya, letak geografis, informasi, dukungan
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Hubungan antara variabel
Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian
Fakto-faktor yang mempengaruhi • Faktor internal : Usia
Paritas
• Faktor eksternal : Pengetahuan Sikap
Ekonomi Sosial buda ya Geografis Informasi Dukungan Pelaksanaan antenatal care
3.2 Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Defenisi operasional Alat ukur Cara
ukur
Paritas Banyaknya
kelahiran hidup yang
Pengetahuan Segala sesuatu atau
jawaban
Ekonomi Jumlah penghasilan
dalam melakukan
Informasi Segala hal-hal yg
Dukungan Segala sesuatu yang
diberikan oleh suami
terhadap ibu hamil
dalam melaksanakan
perawatan antenatal
Kuisioner
yang terdiri
dari 4
pernyataan
dengan
pilihan
jawaban
0 : tidak
1 : ya
Mengisi
lembar
kuisioner
1. Baik : Pernyataan ya 76% - 100% 2. Cukup :
Pernyataan ya 56% - 75% 3. Kurang :
Pernyataan ya ≤ 55 %
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
korelasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pelaksanaan antenatal
care dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada ibu hamil di Kecamatan
Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi
dalam penelitian ini adalah ibu-ibu hamil yang ada di Kecamatan Angkola Barat.
Jumlah populasi yang diperolah peneliti di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten
Tapanuli Selatan terhitung bulan Maret sampai April 2011 sebanyak 180 orang
ibu hamil.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Penentuan
jumlah sampel yang akan dilakukan pada penelitian in adalah berdasarkan
(Arikunto, 2010). Jika besar populasi lebih dari 100 maka sampel yang diambil
20% - 25%. Maka sampel pada penelitian ini adalah 25/100 x 180 = 45. Jadi
sebagai subjek penelitian adalah ibu-ibu hamil dengan usia kehamilan trimester
ketiga dan tidak mempunyai komplikasi kehamilan di kecamatan Angkola Barat
kabupaten Tapanuli Selatan, bersedia menjadi responden penelitian.
4.2.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli
Selatan pada bulan Juli tahun 2011. Lokasi ini dipilih karena belum pernah
dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan pelaksanaan antenatal care
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu hamil. Alasan pemilihan lokasi
penelitian karena di daerah tersebut masih banyak ibu-ibu yang tidak
melaksanakan perawatan antenatal selama masa hamil yang dipengaruhi adanya
beberapa faktor sehingga bisa diidentifikasi apakah ada hubungannya dengan
pelaksanaan perawatan antenatal.
4.2.4 Pertimbangan Etik
Peneliti menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, maka hakekatnya
sebagai manusia harus dilindungi dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam
pertimbangan etik yaitu responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia
bersedia menjadi subjek atau tidak tanpa ada sanksi apapun, tidak menimbulkan
penderitaan bagi responden. Responden harus diperlakukan secara baik sebelum,
selama dan sesudah penelitian, responden tidak boleh didiskriminasi jika menolak
dirahasiakan untuk itu perlu adanya anonymity (tanpa nama) dan confidentialility
(rahasia).
4.2.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk
lembar kuisioner dengan berpedoman kepada tinjauan pustaka dan kerangka
konsep. Pada bagian instrumen penelitian yaitu kuisioner terdiri atas data
demografi responden, gambaran pelaksanaan antenatal care, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil.
Kuisioner data demografi responden meliputi agama, suku, usia,
pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan perbulan, jumlah kelahiran anak (paritas).
Data demografi responden bertujuan untuk mengetahui karakteristik calon
responden, dan mendeskripsikan distribusi frekuensi dan presentase terhadap
pelaksanaan antenatal care dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kuisioner gambaran pelaksanaan antenatal care bertujuan untuk
mengidentifikasi jumlah kunjungan kehamilan yang dilakukan ibu hamil. Pilihan
pernyataan dengan teratur bila ≥ 4 kali kunjungan kehamilan, kurang teratur bila
2-3 kali kunjungan, tidak teratur bila < 2 kali kunjungan.
Kuisioner faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care
adalah kuisioner berisi pernyataan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
antenatal care pada ibu hamil yang terdiri dari 24 pernyataan. Pilihan pernyataan
menggunakan skala dichotomy dengan jawaban “ya” nilainya 1 dan “tidak”
nilainya 0. Kuisioner pada pernyataan 1-4 berdasarkan faktor pengetahuan.
sosial budaya. Pernyataaan 13-16 berdasarkan faktor geografis. Pernyataaan 17-20
berdasarkan faktor informasi. Pernyataaan 21-24 berdasarkan faktor dukungan.
4.2.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan kemampuan instrumen
pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan
data yang relevan dengan apa yang sedang diukur (Nursalam, 2010). Validitas
dalam penelitian ini dengan validitas isi yaitu dengan instrumen sesuai dengan
variabel yang diteliti dan selanjutnya dikonsultasikan kepada salah seorang Staf
Dosen Keperawatan Maternitas pada Departeman Keperawatan Maternitas –
Anak Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Reliabilitas adalah suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen
tersebut dapat mengukur apa yang mau diukur walaupun sudah berulang-ulang
kali (Nursalam, 2010). Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan
untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk
penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Uji reliabilitas dilakukan
sebelum pengumpulan data pada sampel sebanyak 45 orang responden. Uji
reliabilitas dilakukan pada 10 orang (Nursalam, 2010).
Menurut Arikunto (2010) salah satu uji reliabilitas internal untuk jenis
kuisioner dichotomy adalah menggunakan KR 21. Hasil uji reliabilitas untuk
kuisioner faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada ibu
hamil terhadap 10 0rang responden adalah 0,89.
Menurut Polit & Hungler (1997) suatu instrumen dikatakan reliabel bila
pelaksanaan antental care pada ibu hamil dan kuisioner faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil yang digunakan dalam
penelitian ini adalah reliabel.
4.2.7 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mengisi lembar
kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin
pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan Bapak Camat Kecamatan Angkola Barat
Kabupaten Tapanuli Selatan.
Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang maksud, tujuan, dan
prosedur penelitian. Bagi calon responden yang bersedia menjadi responden
diminta menandatangani informed consent. Responden diminta menjawab lembar
isian kuisioner yang diberikan dengan tetap didampingi oleh peneliti, bila ada
pertanyaan yang tidak jelas dapat langsung menjelaskan kepada responden dengan
tidak bermaksud mengarahkan jawaban responden, selanjutnya data yang
terkumpul dianalisis.
4.2.8 Analisa Data
Pengolahan data demografi yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, jumlah kelahiran hidup (paritas), dilakukan dengan mendeskripsikan
distribusi frekwensi dan persentase dalam bentuk tabel.
Pengolahan data gambaran pelaksanaan antenatal care pada ibu hamil
bentuk tabel. Sehingga untuk mengetahui pelaksanaan antenatal care pada
kunjungan ibu hamil teratur, kurang teratur, tidak teratur, dapat dilihat dari
persentase tertinggi.
Pengolahan data faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care
pada ibu hamil diidentifikasi dengan mendeskripsikan distribusi frekwensi dan
persentase dalam bentuk tabel. Sehingga untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi, dapat dilihat dari persentase tertinggi.
Untuk mengidentifikasi hubungan pelaksanaan antenatal care dengan
faktor-faktor yang mempengaruhinya pada ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat
Kabupaten Tapanuli Selatan dianalisa secara statistik dengan menggunakan
koefisien korelasi Spearman, interpretasi hasil korelasi didasarkan pada nilai P,
kekuatan korelasi, serta arah korelasinya. Peluang untuk diterima dan ditolaknya
suatu hipotesis tergantung besar kecilnya perbedaan antara nilai sampel dengan
nilai hipotesis. Bila perbedaan tersebut kecil, maka peluang untuk menolak
hipotesis menjadi kecil, dan bila perbedaan besar maka makin besar peluang
untuk menerima hipotesis. Menurut Hatsono (2001) dari uji tersebut akan
diperoleh nilai P, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian.
Peluang hasil penelitian selanjutnya akan dianalisa dengan membandingkannya dengan nilai alpha (α = 0,05). Maka kesimpulan hasilnya diinterpretasikan dengan
membandingkan nilai p dan nilai alpha (α = 0,05). Maka kesimpulannya :
Bila nilai P ≤ α, maka keputusannya adalah Ho ditolak. Bila nilai P > α, maka keputusannya adalah Ho gagal ditolak.
Jika nilai koefisien korelasi berada pada level 0.70 – 1.00 (baik plus ataupun
plus ataupun minus) menunjukkan adanya derajat hubungan yang sedang atau
sustansial, level 0.20 - < 0.40 menunjukkan adanya derajat hubungan yang lemah
dan level < 0.20 berarti dapat diabaikan. Sedangkan untuk menginterpretasikan
data nilai signifikan (p) untuk uji 1 arah, jika nilai p kurang dari atau sama dengan nilai α (0.05) berarti terdapat hubungan yang signifikan dan bila nilai p lebih dari
nilai α (0.05) berarti terdapat hubungan yang tidak signifikan (Devore, 1986 ;
Sulaiman, 2003)
Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan perhitungan
statistik deskriptif untuk hubungan pelaksanaan antenatal care dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pada ibu hamil. Dimana data dianalisa dengan cara diperiksa
terlebih dahulu atau di editing, untuk memeriksa apakah pertanyaan dan kuisioner
telah di isi sesuai petunjuk. Setelah diberi kode atau coding terhadap pertanyaan
yang telah di ajukan untuk mempermudah tabulasi dan analisa. Analisa yaitu
menganalisa data yang terkumpul dengan menentukan bahwa persentase jawaban
dari setiap responden. Selanjutnya peneliti memasukkan data kedalam komputer
dengan data yang sudah berdistribusi normal dan dilakukan pengolahan data
dengan menggunakan tehnik komputerisasi yang menggunakan program statistik
(Polit & Hungler, 2002). Untuk menentukan faktor yang paling dominan
mempengaruhi pelaksanaan antenatal care, metode statistik yang digunakan
adalah regresi linier ganda dengan metode backward melalui program SPSS versi
17.0 yaitu memasukkan semua variabel ke dalam model, kemudian satu persatu
variabel independent dikeluarkan dari model berdasarkan kriteria kemaknaan
statistik tertentu. Variabel yang pertama kali dikeluarkan adalah variabel yang
pengeluaran atau P-out (POUT) adalah 0,10 artinya variabel yang mempunyai
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan setelah
dilakukan pengumpulan data dari tanggal 16 sampai 30 Juli 2011 di Kecamatan
Angkola Barat.
5.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian akan dijabarkan mulai dari deskripsi karakteristik
responden, gambaran pelaksanaan antenatal care, faktor-faktor yang
mempengaruhinya dan hubungan pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor
yang mempengaruhinya pada ibu hamil di Kecamatan Angkola Barat.
5.1.1 Deskripsi karakteristik responden
Deskripsi karakteristik responden mencakup usia, pendidikan, pekerjaan,
jumlah anak (paritas), jumlah kunjungan kehamilan.
Dari 45 responden yang terkumpul, mayoritas berada pada usia 20-35
tahun (n=31; 68,9%), pendidikan sekolah dasar (SD) (n=16; 35,5% ), pekerjaan
petani (n=15; 33,3%), penghasilan < 850.000 (n=29; 64,4%), paritas multipara
(n=28; 62,2%), dan jumlah kunjungan kehamilan ibu < 2 kali (n=25; 55,5%)
Tabel 5.1 Deskripsi karakteristik ibu hamil yang tinggal di Kecamatan
Angkola Barat bulan Juli 2011 (N=45)
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Usia
- Perguruan Tinggi Pekerjaan
5.1.2 Gambaran Pelaksanaan Antenatal care
Dari hasil penelitian, mayoritas responden (n=25; 55,5%) melakukan
kunjungan kehamilan tidak teratur (kunjungan < 2 kali, (n=11; 24,4%) melakukan
kunjungan kehamilan kurang teratur (kunjungan 2-3 kali), dan (n=9; 20)
Tabel 5.2 Gambaran pelaksanaan antenatal care di Kecamatan Angkola
Barat bulan Juli 2011 (N=45)
Pelaksanaan antenatal care
Frekuensi (n) Persentase (%)
- Kunjungan kehamilan
tidak teratur (kunjungan < 2 kali)
- Kunjungan kehamilan
kurang teratur (kunjungan 2-3 kali)
- Kunjungan kehamilan teratur (kunjungan ≥ 4 kali
25
11
9
55,5
24,4
Tabel 5.3 Karakteristik Kunjungan Antenatal Care Ibu Hamil di Kecamatan
Angkola Barat bulan Juli 2011 (N=45)
5.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu melaksanakan antenatal care
Dari hasil penelitian didapat hasil bahwa responden dengan multipara (n=28;
62,2%). Usia 20-35 tahun (n=31; 68,9%). Pengetahuan baik (n=30; 66,6%).
Sikap kurang (n=32; 71,1 %). Ekonomi kurang (n=29; 64,4%). Sosial budaya baik
(n=28; 62,2%). Letak geografis dengan sulit ditempuh (n=27; 60%). Informasi
kurang (n=23; 51,1%). Dukungan cukup (n=24; 53,3%).
Sosial budaya
- Baik 28 62,2 - Cukup 11 24,2 - Kurang 6 13,4
Letak geografis
- Sulit ditempuh 27 60 - Mudah ditempuh 18 40 Informasi
- Baik 16 35,5 - Cukup 6 13,4 - Kurang 23 51,1 Dukungan
- Baik 7 15,6 - Cukup 24 53,3 - Kurang 14 31,1
5.1.4 Hubungan gambaran pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi di Kecamatan Angkola Barat.
Penggunaan uji Spearman untuk mengetahui hubungan gambaran
pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu
hamil. Faktor-faktor yaang mempengaruhi ibu hamil melaksanakan antenatal care
menunjukkan nilai pada kolom sig 2 tailed sebesar 0,00 lebih kecil dari nilai level of significance (α) yaitu 0,05 yang berarti terdapat hubungan bermakna anatara
pelaksanaan antenatal care dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pada ibu
hamil. Dengan nilai koefisien korelasi R=0,68. Koefisien korelasi (R) 0,68
artinya hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan antenatal care
positif dengan interpretasi sedang. (Nugroho, 2005). Dari faktor-faktor yang
pada ibu hamil adalah faktor ekonomi, paritas, sosial budaya, letak geografis
(R=0,981; Sig=0,00).
Tabel 5.4 Hubungan Pelaksanaan Antenatal Care dengan Faktor-faktor
yang mempengaruhi pada Ibu Hamil di Kecamatan Angkola Barat
Spearman's rho Kunjungan Antenatal
Care
Correlation Coefficient 1,000 ,684(**)
Correlation Coefficient ,684(**) 1,000
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 45 45
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
5.2 Pembahasan
5.2.1 Gambaran Pelaksanaan Antenatal Care pada Ibu Hamil
Gambaran pelaksanaan antenatal care merupakan pelaksanaan antenatal
care yang menyangkut kunjungan ibu hamil. Kunjungan ibu hamil adalah kontak
ibu hamil dengan kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 1995). Dari hasil penelitian
didapat hasil bahwa mayoritas responden (n=25; 55,5%) melakukan kunjungan