• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Rumah Kompos Terhadap Faktor Sosial Dan Ekonomi Petani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Serdang Bedagai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Rumah Kompos Terhadap Faktor Sosial Dan Ekonomi Petani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Serdang Bedagai)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK RUMAH KOMPOS TERHADAP FAKTOR SOSIAL

DAN EKONOMI PETANI PADI SAWAH

(Studi kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Serdang Bedagai )

SKRIPSI

Oleh:

DEDI JULIANTO

060309016

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

DAMPAK RUMAH KOMPOS TERHADAP FAKTOR SOSIAL

DAN EKONOMI PETANI PADI SAWAH

(Studi kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab. Serdang Bedagai )

SKRIPSI

DEDI JULIANTO

060309016

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

(Ketua komisi Pembimbing) (Anggota Komisi Pembimbing)

(Ir.H.Hasman Hasyim.MSi ) (

NIP : . 195411111981031001 NIP : 1961115198631002

Ir. Hasudungan Butar-Butar,MSi)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

DEDI JULIANTO (060309016) dengan judul skripsi ‘’ Dampak Rumah

Kompos Terhadap Faktor Sosial dan Ekonomi Petani Padi Sawah. Studi

kasus Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai, dibimbing oleh Ir.H Hasman Hasyim, M.Si dan Ir Hasudungan Butar-Butar, M.Si

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis, dan mengetahui dampak rumah kompos terhadap faktor sosial petani (frekwensi penyuluhan dan tingkat gotong royong) di daerah penelitian, untuk menganalisis dampak rumah kompos terhadap faktor ekonomi petani (biaya produksi, produksi, dan pendapatan) daerah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan adalah secara sengaja (proposive) didesa sei buluh, kecamatan teluk mengkudu, kabupaten serdang bedagai, dengan pertimbangan bahwa didesa tersebut adanya bangunan rumah kompos dan tersedianya bahan baku seperti kotoran ternak sapi sebagai bahan baku pembuatan kompos dengan satu lokasi yaitu darul aman, pertama yang mengembangkan dan yang membuat kompos serta merupakan tempat pelatihan dan studi banding kelompok-kelompok tani untuk belajar. Pengambilan sampel secara strata proposional ataupun (Simple Random Sampling). Analisis data yang digunakan adalah t- test secara manual dan alat bantu SPSS 17 yang digunakan untuk menguji hipotesis kompratif 2 sampel yang berkorelasi.

Hasil penelitian dapat disimpulkan: keberadaan rumah kompos didaerah penelitian, mampu meningkatkan keikutsertaan petani pada kegiatan penyuluhan dan gotong royong. Keberadaan rumah kompos di daerah penelitian memberikan dampak baik bagi ekonomi petani seperti peningkatan produksi dan jug apendapatan petani. Ada dampak nyata hasil produksi petani sebelum dan sesudah ada rumah kompos didesa sei buluh.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “DAMPAK RUMAH KOMPOS TERHADAP FAKTOR

SOSIAL DAN EKONOMI PETANI PADI SAWAH”. Untuk itu dalam

(5)

1. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si. selaku ketua pembimbing dan saya anggap sebagai orang tua saya di kampus ini, yang mana telah banyak, mengarahkan, memotivasi saya mejadi dewasa dan sabar, juga membimbing agar skripsi ini lebih cepat selesai.

2. Bapak Ir. Hasudungan Butar-Butar,M.Si. selaku anggota pembimbing skripsi, yang mana telah banyak membimbing, dan mengarahkan sehingga skripsi ini cepat selesai.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah M.S, Selaku Ketua Departemen Agribisnis FP USU dan Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku sekretaris Departemen Agribisnis FP USU.

4. Para dosen, staff pegawai Departemen Agribisnis FP USU

5. Ibunda tercinta Tumpuk dan Ayahanda Sugiono, saya ucapkan terimakasih atas segala keikhlasannya dalam dukungan yang senantiasa mendoakan dan memberikan dorongan semangat, dalam mengikuti pendidikan sampai saat ini. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun redaksinya oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima kritik, saran, dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan Skripsi ini. Penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya robbal alamin.

(6)

Penulis

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

(7)

Hipotesis Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Tinjauan Pustaka... 5

Landasan Teori ... 8

Kerangka Pemikiran ... 10

METODE PENELITIAN ... 13

Metode Penentuan Daerah Penelitianl ... 13

Metode Pengambilan Sampel ... 13

Metode Pengumpulan Data ... 14

Metode Analisis Data ... 14

Defenisi dan Batasan Operasional ... 15

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN... 17

Deskripsi Daerah Penelitian ... 17

Karakteristik Petani Sampel ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

Analisis Penggunaan Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah ... 25

Analisis Dampak Keberadaan Rumah Kompos Terhadap Faktor Sosial Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian ... 32

Analisis Dampak Keberadaan Rumah Kompos Terhadap Faktor Ekonomi Petani Padi Sawah di Daerah Penelitian ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 43

Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel Judul Hal 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Sei Buluh, Tahun 2009 ... 18

(8)

3. Kedaaan Penduduk Menurut Agama di Desa Sei Buluh Tahun 2009... 19 4. Kedaan Penduduk Menurut Umur di desa Sei Buluh Tahun 2009 ... 20 5. Jumlah penduduk di Desa sei Buluh Menurut Pendidikan Formal

Tahun 2009 ... 20 6. Sarana dan Prasarana Sosial yang Tersedia di Desa Sei Buluh

Kecamatan teluk Mengkudu Tahun 2009 ... 21 7. Karakteristik Petani Sampel Desa Sei Buluh Tahun 2009 ... 22 8. Jumlah Biaya Benih Padi Sawah Sebelum Dan Sesudah Adanya

Rumah Kompos di Desa Sei Buluh ... 25 9. Jenis dan Rata-Rata Jumlah Pupuk Yang Digunakan Sebelum

Dan Sesudah Adanya Reumah Kompos di Desa Sei Buluh ... 26 10.Jenis dan Rata-Rata Jumlah Pestisida yang Digunakan Sebelum

Dan sesudah Adanya Rumah Kompos Di Desa Sei Buluh ... 27 11.Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah Sebelum

Dan Sesudah Adanya Rumah Kompos ... 28 12.Biaya PBB Sebelum dan Sesudah Adanya Rumah Kompos ... 28 13.Biaya P3A Sebelum dan Sesudah Adanya Rumah Kompos ... 29 14.Biaya Rata-Rata Penyusutan Alat Sebelum dan Sesudah

Adanya Rumah Kompos ... 30 15.Rata-Rata Penerimaan Sebelum dan sesudah Adanya

Rumah Kompos ... 30 16.Rata-Rata Pendapatan Sebelum dan Sesudah Adanya

Rumah Kompos ... 31

DAFTAR LAMPIRAN

1. Karakteristik Petani Sampel

2. Biaya Penggunaann Benih Sebelum dan Sesudah Adanya Rumah Kompos

3. Biaya Penggunaan Pupuk Sebelum Adanya Rumah Kompos 4. Biaya Penggunaan Pupuk Setelah Adanya Rumah Kompos

5. Biaya Penggunaan Pestisida Sebelum dan Sesudah Adanya Rumah Kompos

6. Biaya Penyusutan Sebelum dan Sesudah Adanya Rumah Kompos 7. Curahan Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Adanya Rumah

Kompos

(9)

9. Biaya PBB Sebelum dan Sesudah Adanya Rumah Kompos 10.Biaya P3A Sebelum dan Sesudah Adanya Rumah Kompos 11.Biaya Saprodi Sebelum Adanya Rumah Kompos

12.Biaya Saprodi Sesudah Adanya Rumah Kompos 13.Produksi Sebelum Adanya Rumah Kompos 14.Produksi Sesudah Adanya Rumah Kompos 15.Penerimaan Sebelum Adanya Rumah Kompos 16.Penerimaan Sesudah Adanya Rumah Kompos 17.Total Biaya Sebelum Adanya Rumah Kompos 18.Total Biaya Setelah Adanya Rumah Kompos 19.Pendapatan Sebelum Adanya Rumah Kompos 20.Pendapatan Setelah Adanya Rumah Kompos

21.Frekuensi Petani Mengikuti Penyuluhan Sebelum Adanya Rumah Kompos

22.Frekuensi Petani Mengikuuti Penyuluhan Sesudah Adanya Rumah Kompos

23.Frekuensi Petani Mengikuti Gotong Royong Sebelum Adanya Rumah Kompos

24.Frekuensi Petani Mengikuti Gotong Royong Sesudah Adanya Rumah Kompos

25.Frekuensi Penyuluhan Sebelum Dan Sesudah Adanya Rumah Kompos

26.Hasil SPSS Frekuensi Penyuluhan Sebelum Dan Sesudah Adanya Rumah Kompos

27.Frekuensi Kegiatan Gotong Royong Sebelum Dan Sesudah Adanya Rumah Kompos

28.Hasil SPSS Frekuensi Kegiatan Gotong Royong Sebelum Dan Sesudah Adanya Rumah Kompos

29.Nilai Biaya Produksi Sebelum Dan Sesudah Adanya Rumah Kompos

30.Hasil SPSS Nilai Biaya Produksi Sebelum Dan Sesudah Adanya Rumah Kompos

31.Nilai Produksi Sebelum Dan Sesudah Adanya Rumah Kompos 32.Hasil SPSS Nilai Produksi Sebelum Dan Sesudah Adanya Rumah

Kompos

33.Nilai Pendapatan Sebelum Dan Sesudah Adanya Rumah Kompos 34.Hasil SPSS Nilai Pendapatan Sebelum Dan Sesudah Adanya

(10)

DAFTAR SINGKATAN

APO = Alat Pembuat Pupuk Organik BPP = Balai Penyuluhan Pertanian

Ha = Hektar

KK = Kepala Keluarga km = Kilometer Kg = Kilogram

PKL = Praktek Kerja Lapangan KTK = Kapasitas Tukar Kation

IMASEP = Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian SPMB = Seleksi Penerimaan Mahasisiwa Baru SD = Sekolah Dasar

SLTP = Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SMA = Sekolah Menengah Atas

TNI = Tentara Nasional Indonesia PNS = Pegawai Negri sipil

SPSS = Statical Product and Service Solutions P3A = Perkumpulan Petani Pemakai Air BEM = Badan Eksekutif Mahasiswa USU = Uneversitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang

(11)

ABSTRAK

DEDI JULIANTO (060309016) dengan judul skripsi ‘’ Dampak Rumah

Kompos Terhadap Faktor Sosial dan Ekonomi Petani Padi Sawah. Studi

kasus Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai, dibimbing oleh Ir.H Hasman Hasyim, M.Si dan Ir Hasudungan Butar-Butar, M.Si

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis, dan mengetahui dampak rumah kompos terhadap faktor sosial petani (frekwensi penyuluhan dan tingkat gotong royong) di daerah penelitian, untuk menganalisis dampak rumah kompos terhadap faktor ekonomi petani (biaya produksi, produksi, dan pendapatan) daerah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan adalah secara sengaja (proposive) didesa sei buluh, kecamatan teluk mengkudu, kabupaten serdang bedagai, dengan pertimbangan bahwa didesa tersebut adanya bangunan rumah kompos dan tersedianya bahan baku seperti kotoran ternak sapi sebagai bahan baku pembuatan kompos dengan satu lokasi yaitu darul aman, pertama yang mengembangkan dan yang membuat kompos serta merupakan tempat pelatihan dan studi banding kelompok-kelompok tani untuk belajar. Pengambilan sampel secara strata proposional ataupun (Simple Random Sampling). Analisis data yang digunakan adalah t- test secara manual dan alat bantu SPSS 17 yang digunakan untuk menguji hipotesis kompratif 2 sampel yang berkorelasi.

Hasil penelitian dapat disimpulkan: keberadaan rumah kompos didaerah penelitian, mampu meningkatkan keikutsertaan petani pada kegiatan penyuluhan dan gotong royong. Keberadaan rumah kompos di daerah penelitian memberikan dampak baik bagi ekonomi petani seperti peningkatan produksi dan jug apendapatan petani. Ada dampak nyata hasil produksi petani sebelum dan sesudah ada rumah kompos didesa sei buluh.

(12)

DAFTAR SINGKATAN

APO = Alat Pembuat Pupuk Organik BPP = Balai Penyuluhan Pertanian

Ha = Hektar

KK = Kepala Keluarga km = Kilometer Kg = Kilogram

PKL = Praktek Kerja Lapangan KTK = Kapasitas Tukar Kation

IMASEP = Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian SPMB = Seleksi Penerimaan Mahasisiwa Baru SD = Sekolah Dasar

SLTP = Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SMA = Sekolah Menengah Atas

TNI = Tentara Nasional Indonesia PNS = Pegawai Negri sipil

SPSS = Statical Product and Service Solutions P3A = Perkumpulan Petani Pemakai Air BEM = Badan Eksekutif Mahasiswa USU = Uneversitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang

(13)

Hal ini dihubungkan dengan kemajuan iptek disektor pertanian untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan pasar (Salim, 1984 : 24).

Dalam rangka mempercepat laju pembangunan pertanian maka kegiatan penyuluhan pertanian sangat memegang peranan penting. Dengan adanya penyuluhan pertanian para petani diharapkan mempunyai suatu persepsi yang positif terhadap suatu teknologi, kemudian dengan persepsi yang positif tersebut diharapkan petani bersedia mengubah sikap dan perilaku dalam pengolahan usahatani sesuai dengan anjuran teknologi yang hendak diterapkan (Gultom, 1994 : 17).

Rendahnya penerapan teknologi budidaya tampak dari besarnya kesenjangan potensi produksi dari hasil penelitian dengan hasil dilapangan yang diperoleh oleh petani. Hal ini disebabkan kerena pemahaman dan penguasaan penerapan paket teknologi baru yang kurang dapat dipahami oleh petani secara utuh sehingga penerapan teknologinya sepotong-sepotong. Seperti penggunaan pupuk yang tepat, bibit unggul dan cara pemeliharaan yang belum optimal diterapkan petani belum optimal kerena lemahnya sosialisasi teknologi, system pembinaan dan lemahnya modal usaha petani itu sendiri (Kartasapoetra, 1994 : 9)

(14)

Rumah kompos berguna dalam pengembangan unit-unit pengolahan kompos, dimana dalam proses pembuatan kompos memiliki koordinasi dan ketersediaan bahan baku yang cukup dalam pembuatannya. Rumah kompos tidak hanya sebagai tempat pembuatan kompos, tetapi memiliki dampak dalam pembinaan terhadap petani padi sawah dengan mengadakan pelatihan pembuatan kompos dalam usahataninya. Untuk proses pembutan kompos dapat dilakukan secara konvensional atau modern. Secara konvensional, kompos yang dihasilkan berupa kompos yang siap pakai. Sedangkan kompos yang dihasilkan secara modern, ini biasanya dihasilkan untuk jual, biasanya tergolong skala industri menggunakan peralatan atau mesin modern (Musnamar, 2004 : 31).

Dari hasil pra survey yang telah dilakukan dapat dikemukakan bahwa di daerah penelitian sudah 2 tahun petani menggunakan rumah kompos. Dari pengamatan di lapangan, petani masih bertahan menggunakan rumah kompos sampai saat ini. Oleh karena itu, hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian sejauh mana dampak rumah kompos terhadap faktor sosial ekonomi petani.

Identifikasi Masalah

(15)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan maka penelitian bertujuan untuk menganalisis dampak rumah kompos terhadap faktor sosial petani (frekuensi penyuluhan dan tingkat gotong royong) di daerah penelitian. Dan untuk menganalisis dampak rumah kompos terhadap faktor ekonomi petani (produksi, biaya produksi dan pendapatan) di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Dan sebagai bahan informasi bagi petani untuk mengetahui kegunaan dari rumah kompos untuk kebutuan usahataninya, dan sebagai bahan masukan, pertimbangan bagi pemerintah, dan lembaga lainnya.

Hipotesis Penelitian

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Pertanian Organik

(17)

tantangan yang harus dihindari tetapi justru dipelajari karena penduduk duniapun sudah menghendaki sistem pertanian organik. Dinas pertanian memfasilitasi pembangunan rumah kompos di 4 kabupaten masing-masing di Kabupaten Simalungun, Tanah Karo, Langkat dan Serdang Bedagai (Departemen Pertanian, 2009 : 7).

Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food sefety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutrititional

attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Pasar produk

pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh kerana itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor. Preferensi konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat.

(18)

oleh para pelaku pertanian organik yaitu: menyediakan produk yang sehat, aman dan ramah lingkungan (Suleman, 2005 : 25).

Proses pembutan pupuk kompos dari kotoran sapi yang dipelihara dengan sistem kereman atau lumbung fermentasi. Di daerah penelitian yaitu desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai memiliki dua lokasi rumah kompos yang dikelola oleh dua kelompok tani dan masing-masing kelompok memiliki koordintor atau ketua kelompok tani.

Untuk pembuatan kompos di daerah penelitian cukup sederhana, yaitu memiliki:

a. Bahan dan alat:

1. Kotoran hewan ternak khususnya ternak sapi 2. Jerami Padi

3. EM 4

4. Alat yang diperlukan seperti mesin APO (alat pembutan pupuk organik), cangkul, dan sekop

b. Cara pembutan

1. Sebelumnya kotoran ternak dipastikan keadaan kering dan jerami telah difermentasi selama kurang lebih 3 (tiga) minggu

2. Kotoran ternak ditebarkan atau disebarkan dilapangan yang beralaskan semen atau plastik

(19)

4. Setelah disiramkan EM 4 kemudian ditimpakan jerami setebal 20 cm, dan seterusnya sesaui dengan kebutuhan dan kemampuan yang kita inginkan dalam proses pembuatannya

5. Untuk proses sesuai dengan penelitian dilapangan, ternyata apabila pencampuran 1 ton jerami ditambah 2 ton kotoran hewan ternak sapi dan ditambah 1 ton liter EM 4 sebagai pengurai, maka akan menghasilkan 1 hingga 1,5 ton pupuk kompos.

6. Setelah 3 minggu pupuk kompos telah matang. Untuk mendapatkan partikel pupuk organik yang relatif sama maka perlu dikeringkan dibawah sinar matahari secukupnya kemudian digiling dan dilakukan pengayakan dengan mesin APO (Alat Pembutan Pupuk Organik), pupuk kompos yang sudah siap ini selanjutnya disimpan dan siap untuk didistribusikan oleh petani.

Rumah Kompos

(20)

suatu program atau dampak dari suatu kegiatan, bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan suatu program/proyek. Disamping mencari informasi mengenai apa, juga dicari jawaban dari mengapa atau sebabnya hal-hal positif maupun negatif telah terjadi. (Mardikanto, 1994 : 19)

Landasan Teori

Pupuk kompos organik merupakan pupuk tanaman hasil dekomposisi bahan-bahan organik dengan proses penguraian dan perombakan struktur organik dengan pemanfaatan mikroorganisme pengurai secara alami. Pupuk organik (pupuk kandang) merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibandingkan bahan pembenah lainnya. Pada umumnya nilai pupuk yang dikandung pupuk organik terutama unsur makro nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) rendah, tetapi pupuk organik juga mengandung unsur mikro ensensial yang lain. Sebagai bahan pembenah tanah, pupuk organik membantu dalam mencegah terjadinya erosi dan mengurangi terjadinya retakan tanah. Pemberian bahan organik mampu meningkatkan kelembaban tanah (Agus, 2002 : 26).

Ada beberapa kelebihan dari pupuk organik diantaranya sebagai berikut: A. Pada Sifat Fisik Tanah

- Meningkatkan kemampuan tanah menahan air. Air tanah mempengaruhi mikroorganisme tanah dan tanaman diatas.

(21)

- Merangsang granulasi agregat (perbaikan struktur tanah) dan memantapkannya.

B. Pada Sifat Kimia

Kelebihan pupuk organik pada sifat kimia tanah adalah meningkatkan daya serap dan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Bahan organik dapat meningkatkan Kapasitas Tukar Katiaon (KTK) dua sampai tiga puluh kali lebih besar dari pada koloid mineral yang meliputi 30-90% dari tenaga serap suatu tanah mineral. Peningkatan KTK dapat menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur hara.

C. Pada Sifat Biologis Tanah

Secara umum, pemberian pupuk organik dapat meningkatkan pertumbuan aktivitas mikroorganisme karena bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang hidup didalam tanah. Kegiatan jasad mikro ini dengan sendirinya membantu meningkatkan dekomposisi adalah bentuk senyawa yang lebih stabil yang disebut humus.

d. Pada Tanah

(22)

jumlahnya karena unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sudah diperoleh dari pupuk organik (Dinas Pertanian, 2009 : 8).

Petani berkepentingan untuk meningkatkan penghasilkan usahatani dan keluarga sehingga tidak mengherankan apabila ada teknologi baru, petani akan mempertimbangkan untung ruginya. Setelah secarah teknis dan ekonomi dianggap menguntungkan barulah petani memutuskan untuk menerima dan mempraktekkan ide-ide baru tersebut.

Semakin muda umur petani maka semakin semangat untuk mengetahui hal-hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut. Frekuensi petani dalam mengikuti penyuluhan yang meningkat disebabkan karena penyampaian yang menarik dan tidak membosankan serta yang disampaikan benar-benar bermanfaat bagi petani untuk usahataninya (Hasyim, 2006 : 36).

Semakin besar luas lahan yang dimiliki petani, maka diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dari usahataninya. Tingkat luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani, sehingga semakin tinggi produksi dan pendapatan yang diterima semakin tinggi produktivitasnya (Soekartawi, 1986: 8)

Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda. Segala yang dihasilkan dari benda tersebut akan memiliki nilai jual. Jadi semakin banyak produksi yang diperoleh, maka semakin besar pula pendapatan yang diterima (Salim,1984 : 12).

(23)

Keberadaan rumah kompos akan memberikan tanggapan yang baik bagi kelangsungan aktivitas usahatani sehingga mampu memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani.

Rumah kompos adalah merupakan sebuah program teknik pembuatan kompos yang diberikan oleh kelompok-kelompok petani yang berasal dari dana stimulus Fiskal Ditjen Pengolahan dan Air (Deptan) yang masuk ke APBD-P tahun 2009. Salah satunya didirikan rumah kompos di Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai yang dikelolah oleh kelompok Tani Tunas Harapan. Melalui penyuluh lapangan yang kemudian diberikan pelatihan/pembinaan oleh kelompok-kelompok tani untuk mengembangkan pembuatan kompos ini, rumah kompos merupakan tempat pembuatan kompos. Tidak hanya sekedar tempat pembuatan kompos, rumah kompos juga bisa digunakan sebagi tempat pelatihan pembuatan kompos dengan melakukan pembinaan terhadap petani padi sawah, tempat pertemuan antar petani serta sebagai tempat sumber informasi yang berguna bagi petani.

Adopsi teknologi baru merupakan proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usahataninya. Frekuensi petani dalam mengikuti penyuluhan yang meningkat disebabkan karena penyampaian yang menarik dan tidak membosankan serta yang disampaikan benar-benar bermanfaat bagi petani untuk usahatani padi sawah untuk menerapkan teknologi rumah kompos.

(24)

ekonomi. Dari segi sosial yang berubah yaitu tingkat adopsi teknologi tinggi, frekuesi mengikuti penyuluhan tinggi, dan tingkat gotong royong tinggi. Dampak dari segi ekonomi, bertambahnya luas lahan, bertambahnya produksi, dan perubahan pendapatan. Apakah setelah mengikuti pembinaan/penyuluhan luas lahan, produksi usahatani mereka bertambah, dengan adanya pertambahan produksi usaha diharapkan terjadi penambahan pendapatan.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dilihat dalam skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

(25)

Gambar 1. Skema Kerangaka Pemikiran Dampak Rumah Kompos Terhadap Faktor Sosial dan Ekonomi Petani Padi Sawah

Keterangan : Menyatakan hubungan

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposiive) di Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mekudu, Kabupaten Serdang Bedagai, dengan pertimbangan bahwa di desa tersebut terdapat bangunan rumah kompos dan

Petani Padi Sawah

Dampak

Fakator Ekonomi : - Produksi

- Biaya Produksi - Pendapatan Faktor Sosial:

(26)

tersedianya bahan baku seperti kotoran ternak sapi sebagi bahan baku pembuatan kompos, serta merupakan tempat pelatihan dan studi banding kelompok-kelompok tani untuk belajar.

Metode Pengambialan Sampel

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode Simple

Random Sampling yaitu berdasarkan pertimbangan tertentu. Sample merupakan

petani yang tergabung dalam kelompok tani Tunas Harapan, karena kelompok tani Tunas Harapan merupakan kelompok tani percontohan. Kelompok tani Tunas Harapan terdiri dari 150 KK. Dan untuk penelitian ini diambil sebanyak 30 petani sample. Gay menyatakan bahwa ukuran minimum sample yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan yaitu minimal 30 sample.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh dari wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan daftar kuisioner yang telah disiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari lembaga intansi yang terkait yaitu balai penyuluhan pertanian dan kelompok tani serta literatur yang berhubungan dengan penelitian.

Metode Anaisis Data

(27)

Dimana :

x₁ = rata-rata sampel 1 x₂ = rata-rata sampel 2

s₁ = simpangan baku sampel 1 s₂ = simpangan baku sampel 2 s₁ = varian sampel 1

s₂² = varian sampel 2

r = korelasi antara dua sampel

Simpangan baku (s₁) dihitung dengan rumus :

Korelasi (r) di hitung dengan rumus :

Dimana :

r xy = korelasi antara variabel x dan y x = (Xi-X)

(28)

Definisi dan Batasan Oprasiaonal

Untuk menghindari kesalahan pahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam penelitian, maka diberikan beberapa definisi dan batasan operasional.

Definisi

1. Rumah kompos adalah unit pengembangan, pengolahan pembuatan pupuk kompos.

2. Produksi adalah seluruh hasil yang didapat dari sebuah usahatani.

Batasan Operasional

1. Penelitaan ini dilakukan pada bulan April tahun 2011 s/d bulan Agustus 2011 pada rumah kompos di Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Sampel adalah petani yang menggunakan dan membut sendiri kompos dalam usahataninya di Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Faktor sosial petani padi sawah yang diteliti yaitu tingkat fruekunsi penyuluhan dan gotong royong.

4. Faktor ekonomi petani padi sawah yang diteliti yaitu, produksi, biaya produksi, dan pendapatan.

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

DAN KARAKTERISTIK

PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

(29)

Desa Sei Buluh terletak di Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas wilayah 800,4 Ha. Jumlah penduduk Desa Sei Buluh sebanyak 9281 jiwa. Desa Sei Buluh memiliki 10 Dusun, yaitu Dusun Simpang Tanah Raja, Dusun Ladang Lama I, Dusun Ladang Lama II, Dusun Payanibung I, Dusun Payanibung II, Dusun Darul Aman, Dusun Bakti, Dusun Pematang Pasir, Dusun Suka Makmur dan Dusun Ulin.

Adapun batas batas daerah adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan

- Sebelah Selatan : Desa Kebun Tanah Raja PTPN III Kecamatan Sei Rampah

- Sebelah Timur : Desa Liberia Kecamatan Teluk Mengkudu - Sebelah Barat : Desa Sei Buluh Kecamatan Perbaungan

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Desember 2009 terdiri dari 9281 jiwa (2303 KK) dengan jumlah penduduk pria sebanyak 4647 jiwa dan wanita 4634 jiwa yang terdiri dari berbagai kelompok umur. Berikut penjelasannya Tabel 1, dimana Desa ini dibagi atas 10 dusun.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Sei Buluh, Tahun 2009

No Dusun Pria Wanita Jumlah

Jiwa

1 Simpang Tanah Raja 633 639 1272

2 Ladang Lama I 258 284 542

(30)

4 Payanibung I 542 535 1077

5 Payanibung II 339 326 665

6 Darul Aman 770 728 1498

7 Bakti 414 427 841

8 Pematang Pasir 277 271 548

9 Suka Makmur 679 687 1366

10 Ulin 55 53 108

Jumlah 4647 4634 9281

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2009

Tabel 2. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Sei Buluh, Tahun 2009

No Jenis mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 PNS 93 1,00

2 TNI/ POLRI 26 0,28

3 KARYAWAN 208 2,24

4 WIRASWASTA 1778 19,15

5 JASA 429 4,62

6 TANI 1756 18,92

7 NELAYAN - -

8 BURUH 2286 24,63

9 LAINNYA 2705 29,14

Jumlah 9281 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2009

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa penduduk yang tersebar memperoleh mata pencaharian sebagai petani 1756 jiwa dengan persentase 18,92%. Buruh 2286 jiwa dengan persentase 24,63 %. Wiraswasta 1778 jiwa dengan persentase 19,15%. Karyawan 208 jiwa dengan persentase 2,24%. PNS 93 jiwa dengan persentase 1,00%. Penduduk yang mata pencaharian sebagai TNI/ Polri 26 jiwa dengan persentase 0,28%. Pencaharian lainnya yakni 2705 jiwa dengan persentase sebesar 29,14% dan jasa yakni 429 jiwa dengan persentase sebesar 4,62%.

(31)

No DUSUN AGAMA

Jumlah

Islam K.Protestan Katholik Hindu Budha Penduduk

1 Simp. Tanah Raja 523 692 3 - 54 1272

2 Ladang Lama I 514 28 - - - 542

3 Ladang Lama II 1364 - - - - 1364

4 Payanibung I 1077 - - - - 1077

5 Payanibung II 665 - - - - 665

6 Darul Aman 1488 - 1 - 7 1498

7 Bakti 828 - 4 - 9 841

8 Pematang Pasir 542 - - - 8 548

9 Suka Makmur 1301 - 1 - 64 1366

10 Ulin 108 - - - - 108

JUMLAH 8410 720 9 - 142 9281

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2009

Pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk menurut agama yang terbesar adalah (90,62 %) agama Islam yaitu sebanyak 8410 jiwa, (7,76 %) Kristen Protestan yaitu sebanyak 720 jiwa, (1,53 %) Budha yaitu sebanyak 142 jiwa dan (0,10 %) jumlah penduduk yang terendah adalah Katholik yaitu sebanyak 9 jiwa.

Tabel 4. Keadaan Penduduk Menurut Umur di Desa Sei Buluh, Tahun 2009

No. Golongan Umur

(Tahun)

Jumlah (Jiwa) Persentase(%)

(32)

2 6-12 1304 14,05

3 13-16 812 8,49

4 17-59 5385 58,02

5 >60 640 6,89

Jumlah 9281 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2009

Tabel 5. Jumlah Penduduk Desa Sei Buluh Menurut Pendidikan Formal Tahun 2009

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Belum Sekolah 891 9.60

2 TK 245 2.63

3 SD 2762 29.75

4 SMP 2917 31.42

5 SMA 2265 24.40

6 D1 45 0.48

7 D2 33 0.35

8 D3 59 0.63

9 S1 64 0.68

Jumlah 9281 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh,2009

(33)

persentase 0,63 % dan jumlah jiwa yang sedang kuliah S1 sebesar 64 jiwa dengan persentase 0,68 %. Pada Tabel 5 dapat kita lihat bahwa tingkat pendidikan masih tergolong rendah.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sosial ekonomi yang tersedia di Desa Sei Buluh dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Sarana dan Prasarana Sosial Yang Tersedia di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Tahun 2010

No Jenis Sarana dan Prasarana Sosial Jumlah (unit) 1 Pendidikan Formal

TK 4

SD 5

SMP Swasta 1

2 Sarana Kesehatan

Puskesmas Pembantu 1

Posyandu 7

3 Sarana Ibadah

Mesjid 9

Musholla 4

Gereja 2

Vihara 1

Sumber : kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2010.

Pada Tabel 6 dapat kita lihat bahwa jumlah TK sebanyak 4 unit, SD sebanyak 9 unit, SMP sebanyak 1 unit. Sarana kesehatan seperti Puskesmas Pembantu sebanyak 1 unit, Posyandu sebanyak 7 unit. Sarana ibadah seperti Mesjid sebanyak 9 unit, Musholla sebanyak 4 unit, Gereja sebanyak 2 unit dan Vihara 2 unit. Dari Tabel 6 digambarkan bahwa masih minimnya sarana dan prasarana yang tersedia.

(34)

Karakteristik petani sampel yang diteliti meliputi umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, gotong royong, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7 Karakteristik Petani Sampel Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Tahun 2009

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Umur

Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata umur petani adalah 44.77 tahun dengan rentang umur 26-65 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel masih tergolong pada usia produktif untuk mengusahakan usahatani tanaman padi sawah, sehingga masih besar potensi tenaga kerja yang dimiliki oleh petani sampel dalam mengelola usahataninya.

Tingkat Pendidikan

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usahatani. Pendidikan formal juga sangat erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam hal menerima dan menyerap teknologi dan informasi untuk

No. Uraian Range Rata - rata

1 Umur (Tahun) 26 - 65 tahun 44.77 tahun

2 Tingkat Pendidikan (Tahun) 6 - 12 tahun 7.60 tahun 3 Lamanya Berusahatani (Tahun) 6 - 47 tahun 19.10 tahun 4 Frekuensi Mengikuti Penyuluhan 1 – 4 2.80

5 Luas Lahan (ha) 0,5 ha - 1 ha 0,44 ha

(35)

mengoptimalkan usahataninya. Tabel 7 diketahui bahwa rentang 6-12 tingkat pendidikan rata rata 7,60 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata rata tingkat pendidikan petani sampel masih tergolong rendah yaitu tamatan SMP (Sekolah Menengah Pertama).

Lamanya Berusahatani

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata lama berusahatani adalah 19,10 tahun dengan rentang 6 hingga 47 tahun. Hal ini menunjukan bahwa petani sampel sudah memiliki pengalaman bertani yang cukup lama, sehingga dapat dikatakan memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih baik dalam menerapkan usahatani padi sawah termasuk teknologi penggunaan kompos dalam usahataninya.

Frekuensi Mengikuti Penyuluhan

(36)

mengikuti kegiatan kelompok tani masih tergolong rendah. Dengan seringnya atau besarnya frekuensi petani sampel mengikuti penyuluhan pertanian akan dapat membuka keseriusan petani terhadap pengembangan usahataninya dan keterbukaan dalam menerima inovasi teknologi seperti penggunaan kompos dalam usahataninya.

Luas Lahan

Rata-rata luas lahan petani sampel dalam usahatani padi sawah di Desa Sei Buluh adalah 0,44 ha dengan rentang hingga 0,10 – 1,30 ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel termasuk petani yang memiliki lahan yang tidak terlalu luas atau lahan sempit untuk bertanam padi sawah.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Rata-rata jumlah tanggungan adalah 2,37 jiwa dengan rentang 1 hingga 4 orang. Jumlah ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan masih sedang dan dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam proses usahatani padi sawah terutama dalam penyediaan tenaga kerja keluarga. Jumlah tanggungan yang dimaksud terdiri atas anak, istri dan tanggungan lain (orang tua petani itu sendiri).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Penggunaan Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah

(37)

Analisis ekonomi dalam usahatani selalu berbicara tentang biaya produksi. Besarnya biaya produksi di pengaruhi oleh komponen input produksi dan harga dari input produksi tersebut. Berikut diperlihatkan rata-rata komponen biaya produksi usahatani padi sawah sebelum dan sesudah adanya rumah kompos di Desa Sei Buluh.

Saprodi

Saprodi ataupun sarana produksi merupakan komponen terpenting dari usahatani. Faktor produksi usahatani yang juga sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produksi usahatani padi sawah adalah benih. Kebutuhan jumlah benih sangat dipengaruhi oleh luas lahan dan kerapatan tanam yang diinginkan. Adapun rata-rata kebutuhan jumlah benih yang digunakan sebelum dan setelah adanya rumah kompos di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 8

Tabel 8. Jumlah Biaya Benih Padi Sawah Sebelum dan Sesudah Adanya Rumah Kompos Di Desa Sei Buluh

Sumber : Data diolah dari lampiran 2

Berdasarkan Tabel 8. dapat dilihat bahwa jumlah bibit yang di pakai sebelum dan sesudah adanya rumah kompos per hektar adalah sama, yaitu rata-rata 45,69 kg dengan rentang 33-50 kg. Kemudian rata-rata-rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan bibit per hektar juga tidak mengalami perubahan No Uraian Satuan

Sebelum Sesudah

Range Rata-rata Range Rata-rata

1 Benih Kg 5 – 65 20,77 5-56 20,77

2 Biaya Rp 12.500 –

156.500 51.916,67

12.500 –

(38)

yaitu sebesar Rp. 114.236,11. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan rumah kompos di daerah tersebut tidak mempengaruhi akan jumlah dan harga benih.

Pupuk

Pupuk merupakan input produksi yang berfungsi untuk menunjang pertumbuhan tanaman sehingga dihasilkan output yang optimum. Petani padi sawah di Desa Sei Buluh menggunakan dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Adapun Jenis dan rata-rata penggunaan pupuk pada usahatani padi sawah di Desa Sei Buluh dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jenis dan Rata-Rata Jumlah Pupuk Yang Digunakan Sebelum dan Sesudah Adanya Rumah Kompos Di Desa Sei Buluh

Sumber : Data diolah dari lampiran 3 dan 4

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa penggunan pupuk anorganik setelah adanya rumah kompos semakin berkurang, karena petani mulai menggunakan pupuk kompos yang persentasenya lebih besar dari pupuk anorganik. Namun petani tetap menggunakan pupuk anorganik, hanya saja jumlahnya yang dikurangi. Karena petani menggunakan dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik dan anorganik, maka biaya yang dikeluarkan lebih besar.

No Jenis Pupuk

Sebelum Sesudah

Jumlah (Kg) Biaya (Rp) Jumlah (Kg) Biaya (Rp)

1 Urea 59,77 101.603,33 26,83 45.616,7

2 SP-36 37,87 75.733,33 18,47 36.933,3

3 NPK 38,80 97.000,00 20,10 50.250

4 ZA 16,83 26.933,33 11,27 18.026,7

5 Kompos 0 0 721,67 505.166,7

(39)

Pestisida

Pestisida sangat perlu untuk menjaga tanaman dari hama dan penyakit yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman yang pada akhirnya akan menurunkan produksi. Adapun rata-rata penggunaan pestisida sebelum dan sesudah adanya rumah kompos di Desa Sei Buluh dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Jenis dan Rata-Rata Jumlah Pestisida Yang Digunakan Sebelum dan Sesudah Adanya Rumah Kompos di Desa Sei Buluh

Sumber : Data diolah dari lampiran 5

Dari Tabel 10 dapat terlihat bahwa keberadaan rumah kompos tidak mempengaruhi kebutuhan pestisida dalam usahatani padi sawah di Desa Sei Buluh. Kebutuhan pestisida sebelum dan sesudah adanya rumah kompos tetap sama baik dari segi jumlah maupun biaya.

Tenaga kerja

Dalam melaksanakan usahataninya para petani menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan juga tenaga kerja luar keluarga. Adapun biaya tenaga kerja yang dikeluarkan pada setiap tahapan kerja dapat dilihat pada tabel 11.

No Jenis Pestisida

Sebelum Sesudah

Jumlah (ltr)

Biaya (Rp) Jumlah (ltr)

Biaya (Rp)

1 Fungisida 0,58 40.576,67 0,58 40.576,67

2 Insektisida 0,69 69.033,33 0,69 69.033,33

(40)

Tabel 11. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah Sebelum dan Sesudah Rumah Kompos 2010 di Desa Sei Buluh

No Tahapan

Rata-rata biaya tenaga kerja (Rp) Sebelum dan Sesudah

1 Pengolahan lahan 100.500,00

2 Penyemaian 53.666,67

3 Penanaman 66.000,00

4 Penyiangan 58.333,33

5 Pemupukan 61.666,67

6 Penyemprotan 43.833,33

7 Panen 120.500,00

Total 504.500,00

Sumber : Lampiran 8

Dari Tabel 11 dapat terlihat bahwa keberadaan rumah kompos tidak mempengaruhi biaya tenaga kerja dalam usahatani padi sawah di Desa Sei Buluh. Biaya tenaga kerja sebelum dan sesudah adanya rumah kompos tetap sama pada setiap tahapan kerjanya.

Biaya PBB

Adapun rata-rata biaya pajak yang dikenakan kepada petani dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 12 Biaya PBB Sebelum Dan Sesudah ada Rumah Kompos

Rata-rata biaya PBB (Rp)

Sebelum Sesudah

11.083,33 11.083,33

Data diolah dari lampiran 9

(41)

P3A

Adapun rata-rata biaya pajak yang dikenakan kepada petani dapat terlihat pada tabel berikut .

Tabel 13 Biaya P3A Sebelum Dan Sesudah ada Rumah Kompos

Rata-rata biaya PBB (Rp)

Sebelum Sesudah

44.333,33 44.333,33

Sumber: Data diolah dari lampiran 10

Dari Tabel 13 dapat dikemukakan bahwa rata-rata biaya P3A yang dikeluarkan petani sampel Rp. 44.333,33. Dalam hal ini biaya P3A sebelum dan sesudah ada rumah kompos yang dikeluarkan petani adalah sama.

Penyusutan

Adapun rata-rata penyusutan alat yang digunakan dapat kita lihat pada tabel 14.

Tabel 14 Biaya Rata Rata Penyusutan Alat Sebelum dan Sesudah Rumah Kompos

No Jenis alat Jumlah

(Unit) Harga (Rp)

Umur ekonomis (Tahun)

Penyusutan (Rp)

(42)

2 Sabit 2 26.900 3 8.996,7

3 Babat 1 29.166,7 3 9.722,2

Jumlah 4,33 9 43.133,3

Sumber : Data diolah dari lampiran 6

Dari Tabel 14 diatas dapat kita lihat bahwa tidak ada perbedaan biaya penyusutan yang terjadi baik sebelum maupun sesudah adanya rumah kompos.

Penerimaan usahatani padi sawah

Penerimaan merupakan nilai yang diperoleh dari hasil perkalian seluruh produksi dengan harga jual produk. Sedangkan produksi merupakan jumlah atau hasil yang diperoleh dari proses usahatani. Adapun penerimaan yang diperoleh sebelum dan sesudah adanya rumah kompos di Desa Sei Buluh dapat di lihat pada tabel 15.

Tabel 15. Rata-Rata Penerimaan Sebelum dan Sesudah Adanya Rumah Kompos di Desa Sei Buluh

Sebelum Adanya Rumah Kompos

Produksi Per Petani Harga Penerimaan Per Petani

1.794,33 3.000 5.383.000,00

Produksi Per Ha Harga Penerimaan Per Ha

3.990,00 3.000 11.968.820,51

Setelah Adanya Rumah Kompos

Produksi Per Petani Harga Penerimaan Per Petani

3.040,00 3.000 9.120.000,00

Produksi Per Ha Harga Penerimaan Per Ha

6.920,00 3.000 20.760.000,00

Sumber : Data diolah dari lampiran 15 dan 16

(43)

menjadi 3.840 Kg/Ha. Rata-rata penerimaan usahataninya juga meningkat dari Rp. 10.850.000 menjadi Rp. 11.520.000.

Pendapatan usahatani padi sawah

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi yang di gunakan. Pendapatan petani sebelum dan sesudah adanya rumah kompos dapat dilihat pada Tabel 16 :

Tabel 16. Rata-rata Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Rumah Kompos di Desa Sei Buluh

Sumber : Data diolah dari lampiran 19 dan 20

Dari Tabel 16 menunjukkan bahwa pendapatan bersih petani sebelum dan sesudah adanya Rumah kompos berbeda dimana pendapatan bersih sesudah adanya rumah kompos lebih tinggi daripada sebelum adanya rumah kompos dengan perbedaan rata-rata Rp7.782.891,98 Hal ini mengindikasikan adanya perubahan pendapatan sebelum dan sesudah adanya rumah kompos disebabkan pengaruh perbedaan produksi dan juga biaya produksi. Berdasarkan rincian-rincian yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan petani padi sawah di Desa Sei Buluh mengalami peningkatan setelah adanya rumah kompos.

Analisis Dampak Keberadaan Rumah Kompos Terhadap Faktor Sosial

Petani Padi Sawah Di Daerah Penelitian

No Uraian Sebelum Adanya

Rumah Kompos

Sesudah Adanya Rumah Kompos 1 Penerimaan Per Petani (Rp)

Penerimaan Per Ha (Rp)

5.383.000,00 11.968.820,51

9.120.000,00 20.760.000,00

2 Total Biaya Per Petani (Rp) Total Biaya Per Ha (Rp)

968.735,56 2.328.506,02

1.323.458,89 3.336.793,52

3 Pendapatan Per Petani (Rp) Pendapatan Per Ha (Rp)

4.414.264,44 9.640.314,50

(44)

Faktor sosial adalah sebuah kegitan petani seperti frekuensi penyuluhan ,gotong royong dimana apa bila kegitan tersebut dilaksanakan maka setatus sosial di masyarakat dapat berjalan dengan baik. Faktor sosial yang diteliti dalam penelitian ini adalah frekuensi petani dalam mengikuti penyuluhan dan frekuensi gotong royong yang dilakukan oleh petani di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai.

Dampak Rumah Kompos Terhadap Frekuensi Mengikuti Penyuluhan

Keberadaan rumah kompos di daerah penelitian, cukup mempengaruhi petani dalam mengikuti penyuluhan. Sebelum adanya rumah kompos, biasanya kegiatan penyuluhan dilakukan sebanyak 4 kali dalam dua bulan. Namun, setelah adanya rumah kompos intensitas penyuluhan meningkat menjadi 8 kali dalam dua bulan, dan 48 kali dalam satu tahun. Frekuensi mengikuti penyuluhan sebelum dan sesudah adanya rumah kompos dapat dilihat pada lampiran 21 dan 22.

Perhitungan Manual

Dari data pada lampiran 25 dapat dihitung rata-rata frekuensi penyuluhan sebelum adanya rumah kompos x₁ = 2,8, simpangan baku s₁ = 1,03, dan varians s₁² = 1,06. Rata-rata frekuensi penyuluhan setelah adanya rumah kompos x₂ = 5,8, simpangan baku s₂ = 1,86 dan varians s₂² = 3,45.

Korelasi antara nilai sebelum adanya rumah kompos dan sesudah adanya rumah kompos:

(45)

y = X₂-x₂

Harga-harga tersebut kemudian dimasukkan dalam rumus :

Harga t tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel

dengan dk=n₁+n₂-2 =60-2=58. Dengan dk = 58, dan bila taraf kesalahan

ditetapkan sebesar 5%, maka t tabel =2,002.

Harga t hitung lebih kecil dari t tabel, (-8,8 > 2,002) sehingga H₁

diterima dan H฀ ditolak. Jadi terdapat perbedan secara signifikan, nilai

frekuensi penyuluhan sebelum adanya rumah kompos dan sesudah adanya

rumah kompos.

Perhitungan SPSS

(46)

rata-rata kegiatan penyuluhan setelah adanya rumah kompos adalah 5,8. Hasil korelasi antara kedua variabel, yang menghasilkan angka 0,27 dengan nilai probabilitas 0,149 di atas 0,05 berarti bahwa korelasi antara kedua variabel lemah dan tidak signifikan. Dari hasil uji t tersebut terlihat bahwa nilai signifikansinya adalah 0,000. Karena nilai ini lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak.

Dampak Rumah Kompos Terhadap Frekuensi Kegiatan Gotong Royong

Gotong royong adalah kegiatan yang sering dilakukan petani dalam hal kebersihan saluran irigasi, jalan, membersikan sarana rumah kompos, dan lain. Sebelum adanya rumah kompos, gotong royong yang dilkukan petani paling banyak 2 kali dalam dua sebulan. Namun, setelah adanya rumah kompos, frekuensi gotong royong menjadi 4 kali dalam dua sebulan. Frekuensi petani mengikuti gotong royong sebelum dan sesudah adanya rumah kompos dapat dilihat pada lampiran 23 dan 24.

Perhitungan Manual

Dari data pada lampiran 27 dapat dihitung rata-rata frekuensi kegiatan gotong royong sebelum adanya rumah kompos x₁ = 1,4, simpangan baku s₁ = 0,49, dan varians s₁² = 0,42. Rata-rata frekuensi kegiatan gotong royong setelah adanya rumah kompos x₂ = 3,3, simpangan baku s₂ = 0,48 dan varians s₂² = 0,23.

(47)

Dimana : x = X₁-x₁ y = X₂-x₂

Harga-harga tersebut kemudian dimasukkan dalam rumus :

Harga t tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel

dengan dk=n₁+n₂-2 =60-2=58. Dengan dk = 58, dan bila taraf kesalahan

ditetapkan sebesar 5%, maka t tabel =2,002.

Harga t hitung lebih kecil dari t tabel, (-14,07 < 2,002) sehingga H₁

diterima dan H฀ ditolak. Jadi terdapat perbedan secara signifikan, nilai

frekuensi kegiatan gotong royong sebelum adanya rumah kompos dan

sesudah adanya rumah kompos.

(48)

Pada lampiran 28, tabel Paired Samples Statistics, bahwa rata-rata kegiatan gotong royong sebelum adanya rumah kompos adalah 1,4, sedangkan rata-rata kegiatan gotong royong setelah adanya rumah kompos adalah 3,3.Hasil korelasi antara kedua variabel, yang menghasilkan angka -0,14 dengan nilai probabilitas 0,447 di atas 0,05 berarti bahwa korelasi antara kedua variabel lemah dan tidak signifikan. Dari hasil uji t tersebut terlihat bahwa nilai signifikansinya adalah 0,000. Karena nilai ini lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak.

Analisis Dampak Keberadaan Rumah Kompos Terhadap Faktor Ekonomi

Petani Padi Sawah Di Daerah Penelitian

Faktor Ekonomi kegitan manusia yang diberhubungan dengan usahatani, dagang, berkerja baik di luar keluarga atau perusahan swasta, maupun pemerintah sperti pns.

Faktor Ekonomi yang diteliti dalam penelitian ini adalah biaya produksi, pendapatan, dan produksi yang dihasilkan/didapat oleh petani di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Dalam menganalisis data yang didapat dilapangan, penulis menggunakan bantuan SPSS dalam mengolah data tersebut.

Dampak Rumah Kompos Terhadap Biaya Produksi yang Dikeluarkan oleh

Petani

(49)

P3A. Biaya Produksi yang dikeluarkan petani sebelum dan sesudah adanya rumah kompos dapat dilihat pada lampiran 11 dan 12.

Perhitungan Manual

Dari data pada lampiran 29 dapat dihitung rata-rata nilai biaya produksi sebelum adanya rumah kompos x₁ = 2,33, simpangan baku s₁ = 0,32, dan varians s₁² = 0,10. Rata-rata nilai biaya produksi setelah adanya rumah kompos x₂ = 3,34, simpangan baku s₂ = 0,76 dan varians s₂² = 0,57.

Korelasi antara nilai biaya produksi sebelum adanya rumah kompos dan sesudah adanya rumah kompos:

Dimana : x = X₁-x₁ y = X₂-x₂

(50)

-9,73

Harga t tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel

dengan dk=n₁+n₂-2 =60-2=58. Dengan dk = 58, dan bila taraf kesalahan

ditetapkan sebesar 5%, maka t tabel =2,002.

Harga t hitung lebih besar dari t tabel, (-9,73 > 2,002) sehingga H₁

diterima dan H฀ ditolak. Jadi terdapat perbedan secara signifikan, nilai biaya

produksi sebelum adanya rumah kompos dan sesudah adanya rumah

kompos.

Perhitungan SPSS

Pada lampiran 30, tabel Paired Samples Statistics, bahwa rata-rata biaya produksi sebelum adanya rumah kompos adalah 2,32, sedangkan rata-rata biaya produksi setelah adanya rumah kompos adalah 3,33. Hasil korelasi antara kedua variabel, yang menghasilkan angka 0,74 dengan nilai probabilitas 0,000 di bawah 0,05 berarti bahwa korelasi antara kedua variabel kuat dan signifikan. Dari hasil uji t tersebut terlihat bahwa nilai signifikansinya adalah 0,000. Karena nilai ini lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak.

Dampak Rumah Kompos Terhadap Produksi Padi sawah yang diperoleh

Petani

(51)

Perhitungan Manual

Dari lampiran 31 dapat dihitung rata-rata nilai produksi sebelum adanya rumah kompos x₁ = 3,99, simpangan baku s₁ = 0,53, dan varians s₁² = 0,28. Rata-rata nilai produksi setelah adanya rumah kompos x₂ = 6,92, simpangan baku s₂ = 0,46 dan varians s₂² = 0,21.

Korelasi antara nilai produksi sebelum adanya rumah kompos dan sesudah adanya rumah kompos:

Dimana : x = X₁-x₁ y = X₂-x₂

Harga-harga tersebut kemudian dimasukkan dalam rumus :

(52)

Harga t tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel

dengan dk=n₁+n₂-2 =60-2=58. Dengan dk = 58, dan bila taraf kesalahan

ditetapkan sebesar 5%, maka t tabel =2,002.

Harga t hitung lebih kecil dari t tabel, (-20,12 > 2,002) sehingga H₁

diterima dan H฀ ditolak. Jadi terdapat perbedan secara signifikan, nilai

produksi sebelum adanya rumah kompos dan sesudah adanya rumah

kompos.

Perhitungan SPSS

Pada lampiran 32, tabel Paired Samples Statistics, bahwa rata-rata produksi sebelum adanya rumah kompos adalah 3,99, sedangkan rata-rata produksi setelah adanya rumah kompos adalah 6,92. Hasil korelasi antara kedua variabel, yang menghasilkan angka 0,27 dengan nilai probabilitas 0,14 di atas 0,05 berarti bahwa korelasi antara kedua variabel lemah dan tidak signifikan. Dari hasil uji t tersebut terlihat bahwa nilai signifikansinya adalah 0,000. Karena nilai ini lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak.

Dampak Rumah Kompos Terhadap Pendapatan yang Didapat oleh Petani

(53)

Perhitungan Manual

Dari lampiran 33 dapat dihitung rata-rata nilai pendapatan sebelum adanya rumah kompos x₁ = 9,64, simpangan baku s₁ = 1,61, dan varians s₁² = 2,61. Rata-rata nilai pendapatan setelah adanya rumah kompos x₂ = 17,42, simpangan baku s₂ = 1,50 dan varians s₂² = 2,25.

Korelasi antara nilai pendapatan sebelum adanya rumah kompos dan sesudah adanya rumah kompos:

Dimana : x = X₁-x₁ y = X₂-x₂

Harga-harga tersebut kemudian dimasukkan dalam rumus :

(54)

Harga t tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel

dengan dk=n₁+n₂-2 =60-2=58. Dengan dk = 58, dan bila taraf kesalahan

ditetapkan sebesar 5%, maka t tabel =2,002.

Harga t hitung lebih kecil dari t tabel, (-17,93 < 2,002) sehingga H฀

dit0lak dan H₁ diterima. Jadi terdapat perbedan secara signifikan, nilai

pendapatan sebelum adanya rumah kompos dan sesudah adanya rumah

kompos.

Perhitungan SPSS

(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap frekuensi kegiatan penyuluhan antara sebelum dan sesudah adanya rumah kompos. Hal ini sesuai dengan hasil SPSS yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai ini lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap frekuensi kegiatan gotong royong antara sebelum dan sesudah adanya rumah kompos. Hal ini sesuai dengan hasil SPSS yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai ini lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. 3. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap biaya produksi antara

sebelum dan sesudah adanya rumah kompos. Hal ini sesuai dengan hasil SPSS yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai ini lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

4. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap produksi antara sebelum dan sesudah adanya rumah kompos. Hal ini sesuai dengan hasil SPSS yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai ini lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

(56)

SPSS yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai ini lebih besar dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Saran

1. Keberadaan rumah kompos harus tetap dilestarikan demi pertanian berkelanjutan.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Agus. 2002. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta .

Departemen Pertanian. 2004. Ketahanan Pangan Indonesia. Jakarta.

Departemen Pertanian. 2009. Pedoman Umum Proyek Ketahanan Pagan.Jakarta. Ginting, M.L.T.Strategi Komunikasi Bagi Penyuluh Pembangunan. DEP SEP FP

USU. Medan.

Hasyim, Hasman. 2006. Jurnal Komunikasi Pertanian. Edisi Sosial Humaniora Vol 18 Penelitian LP USU Medan.

Manna, Hallman. 2009. Deptan Kembangkan Rumah Kompos Di Kelompok Tani. Ditjen Pengolhan Lahan dan Air (PLA). Jakarta.

Mardikanto. Totok. 1994. Mengkur Tingkat Adopsi Dengan Tiga Tolak Ukur.. Diakses 9 Oktober 2010).

Musnamar, E. I. 2003. Pembutan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Salim, Emil. 1984. Perencanaan Pembangunan dan pemeratan Pendapatan. Prees. Jakarta

Supriana T, 2009. Metode Penelitian Sosial, USUpres Medan.

(58)

Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel

No.Sampel

Umur Tingkat Lamanya Frekuensi Luas Jumlah

(Tahun) Pendidikan Beusahatani Mengikuti Lahan Tanggungan

(Tahun) (Tahun) Penyuluhan (Ha) (orang)

(59)

42.00 12.00 3.00 0.50

24

49.00

9.00 10.00

3.00

0.50 3.00

25

45.00

12.00 10.00

3.00

1.00 3.00

26

50.00

6.00 30.00

4.00

0.50 2.00

27

50.00

6.00 30.00

1.00

1.00 3.00

28

40.00

6.00 30.00

2.00

0.70 2.00

29

50.00

9.00 35.00

4.00

1.20 3.00

30

48.00

6.00 20.00

3.00

1.30 2.00 Total

1,343.00 228.00 573.00 84.00

13.30 71.00 Rata rata

44.77 7.60 19.10 2.80

(60)

Lampiran 2. Biaya Penggunaan Benih Sebelum dan Setelah Ada Rumah Kompos

Sampel

Luas Kebutuhan Kebutuhan Harga Biaya Biaya

Lahan

(Ha) Benih Per Benih Per Benih Benih Per Benih Per

(61)
(62)

Lampiran 3. Biaya Penggunaan Pupuk Sebelum Ada Rumah Kompos

Sampel Luas Jenis Pupuk Biaya Pupuk Biaya Pupuk

Lahan Pupuk Anorganik Per Petani PerHa

(Ha) Urea NPK SP 36 ZA (Rp) (Rp)

Kebutuhan Harga Biaya Kebutuha

n

Harga Biaya Kebutuha

(63)
(64)

Lampiran 4. Biaya Penggunaan Pupuk Setelah Ada Rumah

Kebutuhan Harga Biaya Kebutuhan Harga Biaya Kebutuhan

(65)
(66)

Lampiran 5. Biaya Penggunaan Pestisida Sebelum dan Setelah Ada Rumah Kompos

Sam pel

Luas

Pestisida

Lahan Fungisida Insektisida Biaya Penggunaan Biaya Penggunaan

(Ha)

Kebutu

han Harga Biaya

Kebut

uhan Harga Biaya Pestisida Per Petani Pestisida Per Ha

(67)
(68)

1.60 70,000.00 112,000.00 2.10 100,000.00 210,000.00 247,692.31

Lampiran 6. Biaya Penyusutan Sebelum dan Setelah Ada Rumah Kompos

utan Unit Harga Umur Penyusutan Penyusutan Penyusutan

(69)
(70)

30 1.30 2

110,000 3

36,666.67 5

78,000 3

26,000 3

75,000 3

25,000.00

87,666.67

67,435.90 Total

13.30 40.00

2,200,000 90

733,333.33

53. 80

807,000 90

269,000 31.60

875,000 90

291,666.67

1,294,000.00

3,443,943.83

Rata rata

0.44 1.33

73,333.33 3

24,444.44 2

26,900 3

8,966.7 1

29,166.7 3

9,722.22

43,133.33

114,798.13

Lampiran 7. Curahan Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Ada Rumah Kompos

Sampel

Luas

Pengolahan Lahan Penyemaian Penanaman Penyiangan Pemupukan

Penyemprotan

HPT Panen Jumlah Jumlah

Lahan TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK Tenaga Kerja

(Ha) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP)

1 0.40

1.00 1.00 0.00 0.75 0.00 1.50 1.00 0.75 0.00 1.50 0.00 1.50 0.00 3.50 2.00 10.50 12.50 2 0.20

0.50 1.50 0.00 0.50 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.50 0.00 1.00 0.00 1.88 0.50 6.38 6.88 3 0.40

0.75 1.13 1.50 0.00 1.88 0.00 1.75 0.00 1.25 0.00 1.50 0.00 0.00 3.00 8.63 4.13 12.75 4 0.10

0.38 0.38 1.00 0.00 1.00 0.00 0.75 0.00 0.75 0.00 0.50 0.00 0.00 1.00 4.38 1.38 5.75 5 0.30

0.38 1.13 1.13 0.00 1.25 0.00 1.25 0.00 1.00 0.00 0.50 0.00 0.00 2.00 5.50 3.13 8.63 6 0.40

1.00 1.50 1.50 0.00 2.25 0.00 1.75 0.00 1.88 0.00 1.50 0.00 0.00 3.00 9.88 4.50 14.38 7 0.40

1.50 1.50 2.25 0.00 1.50 0.00 1.75 0.00 1.50 0.00 1.75 0.00 0.00 3.00 10.25 4.50 14.75 8 0.20

0.75 1.50 0.38 0.00 1.00 0.00 0.50 0.00 1.00 0.00 0.63 0.00 0.00 1.00 4.25 2.50 6.75 9 0.40

1.25 1.25 1.50 0.00 2.25 0.00 1.50 0.00 2.25 0.00 1.50 0.00 0.00 2.25 10.25 3.50 13.75 10 0.30

1.50 1.50 1.00 0.00 1.25 0.00 1.50 0.00 1.25 0.00 0.63 0.00 0.00 2.50 7.13 4.00 11.13 11 0.20

1.00 0.50 1.00 0.00 1.00 0.00 0.75 0.00 1.00 0.00 0.63 0.00 0.00 1.50 5.38 2.00 7.38 12 0.30

1.50 0.75 1.50 0.00 1.50 0.00 1.50 0.00 1.25 0.00 1.50 0.00 0.00 2.00 8.75 2.75 11.50 13 0.40

1.00 1.00 1.50 0.00 1.88 0.00 2.63 0.00 2.25 0.00 1.25 0.00 0.00 3.00 10.50 4.00 14.50 14 0.30

0.75 1.50 1.00 0.00 1.00 0.00 1.50 0.00 1.00 0.00 0.75 0.00 0.00 1.50 6.00 3.00 9.00 15 0.30

0.75 0.38 0.50 0.00 1.50 0.00 1.25 0.00 1.25 0.00 0.63 0.00 0.00 2.00 5.88 2.38 8.25 16 0.20

0.75 0.75 1.00 0.00 1.00 0.00 1.00 0.00 1.25 0.00 0.50 0.00 0.00 1.50 5.50 2.25 7.75 17 0.20

0.63 0.63 0.75 0.00 1.00 0.00 1.00 0.00 1.00 0.00 0.63 0.00 0.00 1.50 5.00 2.13 7.13 18 0.20

0.75 0.75 0.75 0.00 1.00 0.00 1.00 0.00 1.50 0.00 0.50 0.00 0.00 1.50 5.50 2.25 7.75 19 0.20

(71)

21 0.40

0.50 1.00 1.50 0.00 2.25 0.00 1.50 0.00 1.25 0.00 1.50 0.00 0.00 3.00 8.50 4.00 12.50 22 0.40

0.63 1.25 1.50 0.00 1.50 0.00 1.88 0.00 2.25 0.00 0.75 0.00 0.00 3.00 8.50 4.25 12.75 23 0.50

8.00 2.25 0.00 1.75 0.00 2.25 0.00 1.50 0.00 1.50 0.00 1.00 0.00 3.75 8.00 14.00 22.00 24 0.50

1.50 10.67 0.00 0.88 0.00 1.75 0.00 1.50 0.00 2.63 0.00 1.00 0.00 3.75 1.50 22.17 23.67 25 1.00

2.00 4.00 0.00 2.00 0.00 3.00 0.00 2.63 0.00 2.63 0.00 1.75 0.00 6.00 2.00 22.00 24.00 26 0.50

1.50 2.00 0.00 1.50 0.00 1.75 0.00 1.50 0.00 1.50 0.00 0.75 0.00 5.25 1.50 14.25 15.75 27

1.00 1.50 3.00 0.00 2.63 0.00 2.63 0.00 1.75 0.00 1.75 0.00 1.75 0.00 6.00 1.50 19.50 21.00 28

0.70 0.75 3.00 0.00 1.50 0.00 1.75 0.00 1.25 0.00 1.50 0.00 0.75 0.00 6.00 0.75 15.75 16.50 29 1.20

3.00 3.00 0.00 3.00 0.00 3.00 0.00 1.75 0.00 2.00 1.00 1.00 0.00 6.00 4.00 19.75 23.75 30 1.30

3.00 3.00 0.00 2.00 0.00 2.00 0.00 1.75 0.00 2.00 1.00 2.00 0.00 6.00 4.00 18.75 22.75

Total

13.30 40.00 52.92 23.75 16.50 28.88 20.63 29.38 14.38 28.75 17.50 20.38 12.50 0.00 90.38 171.13 224.79 395.92 Rata rata 0.44

1.33 1.76 0.79 0.55 0.96 0.69 0.98 0.48 0.96 0.58 0.68 0.42 0.00 3.01 5.70 7.49 13.20

Lampiran 8. Biaya Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Ada Rumah Kompos

Sampel

Luas Pengolahan Penyemaian Penanaman Penyiangan Pemupukan Penyemprotan Panen Biaya Tenaga Biaya Tenaga Lahan

(Ha) Lahan (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Kerja Per

Petani(Rp) Kerja Per Ha(Rp)

1 0.40 80,000.00

30,000.00

60,000.00

30,000.00

60,000.00

60,000.00

140,000.00 460,000.00

1,150,000.00

2 0.20 80,000.00

20,000.00

40,000.00

40,000.00

20,000.00

40,000.00

75,000.00 315,000.00

1,575,000.00

3 0.40 75,000.00

60,000.00

75,000.00

70,000.00

50,000.00

60,000.00

120,000.00 510,000.00

1,275,000.00

4 0.10 30,000.00

40,000.00

40,000.00

30,000.00

30,000.00

20,000.00

40,000.00 230,000.00

(72)
(73)

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangaka Pemikiran Dampak Rumah Kompos Terhadap
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Sei Buluh, Tahun    2009
Tabel  2. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Sei Buluh, Tahun 2009
Tabel  4. Keadaan Penduduk Menurut Umur di Desa Sei Buluh, Tahun 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Untuk mempermudah pelayanan kepada masyarakat dalam mengakses informasi maka dikembangkan dengan Website yang berisi tentang informasi kegiatan kegiatan cinta lingkungan, Agar

[r]

SPT Masa Bulan Juni, Juli dan Agustus dan SKF yang terbit di Tahun 2012 atau bisa bisa diganti dengan SKF yang Terbit di Bulan September.. 7

[r]

Maka Rasulullah SAW bersabda, &#34;Puasalah pada hari pertama, karena satu kebaikan itu dibalas dengan 10 kali lipat, lalu puasalah pada hari pertengahan bulan, dan pada hari

Semua kegiatan di atas adalah berkembang melalui proses perjuangan, mulai dari pengenalan makna ekonomi Islam, penerapan sebagian dari ekonomi tersebut

Candrayanthi dan saputra (2013) juga menyatakan bahwa dengan adanya CSR perusahaan dapat semakin terbuka dalam mengungkapkan aktivitas yang dilakukan, tidak sebatas